mortar (laporan tetap praktikum pengetahuan bahan 1) febri irawan 05091002006

34
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN “ MORTAR “ DISUSUN OLEH : FEBRI IRAWAN 05091002006 KELOMPOK 5 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Upload: febri-irawan-putra-zenir

Post on 30-Jun-2015

1.865 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN

“ MORTAR “

DISUSUN OLEH :

FEBRI IRAWAN

05091002006

KELOMPOK 5

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDERALAYA

2010

Page 2: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,

tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan

batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya.

Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi

Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda

menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam

sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan

kuno yang dijumpai di Pulau Buton

Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan dikenalnya fungsi

semen sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat

dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan

abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di

Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.

Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang

artinya kira-kira "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski

sempat populer di zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak

berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad

pertengahan (tahun 1100 - 1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang

dari peredaran.Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar

tahun 1700-an M), John Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali

ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan

memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar

Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.

Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan

cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan

Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut semen

Page 3: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat

Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak

dipajang di toko-toko bangunan.Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan

Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan

kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis

mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-

bahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk

campuran baru.

Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang

mengandung zat besi. Nah, agar tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk

gips dan dihaluskan hingga berbentuk partikel-partikel kecil mirip

bedak.Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen portland berkolaborasi

dengan bahan lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya,

memunculkan reaksi kimia yang sanggup mengubah ramuan jadi sekeras batu.

Jika ditambah pasir, terciptalah perekat tembok nan kokoh. Namun untuk

membuat pondasi bangunan, campuran tadi biasanya masih ditambah dengan

bongkahan batu atau kerikil, biasa disebut concrete atau beton.

Beton bisa disebut sebagai mahakarya semen yang tiada duanya di dunia.

Nama asingnya, concrete - dicomot dari gabungan prefiks bahasa Latin com, yang

artinya bersama-sama, dan crescere (tumbuh). Maksudnya kira-kira, kekuatan

yang tumbuh karena adanya campuran zat tertentu. Dewasa ini, nyaris tak ada

gedung pencakar langit berdiri tanpa bantuan beton.

Meski bahan bakunya sama, "dosis" semen sebenarnya bisa disesuaikan

dengan beragam kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak,

kolaborasi dengan bahan bangunan lainnya bisa menghasilkan bahan tahan api. Ini

karena sifat alumina yang tahan terhadap suhu tinggi. Ada juga semen yang cocok

buat mengecor karena campurannya bisa mengisi pori-pori bagian yang hendak

diperkuat.

Page 4: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

Pengertian mortar adalah bahan yang digunakan untuk konstruksi

bangungan yang terdiri dari campuran antara semen dan agregat halus. Campuran

antara semen dan agregat ini menggunakan perabandingan tertentu sehingga daya

tahan mortar terhadap tekanan maupun tarikan akan semakin tinggi atau

maksimal.

Penggunaan mortar sendiri memiliki keunggulan sebagai berikut :

a. Konsistensi Karena diproduksi masal dan juga dengan alat modern dan oleh

pabrikan, maka konsistensi bahan bakunya cukup seragam. Kita tidak perlu

pusing lagi akan stabilitasnya.

b. Mudah Jelas, tinggal tambah air, langsung pakai.

c. Adanya additif yang sesuai akan memberikan sifat bahan yang lebih baik

dibanding hanya dengan menggunakan campuran semen biasa. Terkadang

dengan aplikasi semen biasa bisa menyebabkan beberapa problem, antara lain

lantai terangkat, dinding pecah-pecah / retak, dan lain-lain. Penggunaan mortar

yang tepat akan bisa menghindarkan problem ini di kemudian hari.

Kekurangannya otomatis dari sisi harga, karena mortar dijual amat sangat jauh

lebih mahal daripada semen.

Semen yang digunakan dalam pembuatan mortar ini ada 3 macam, yaitu :

1. semen portland, yaitu semen yang digunakan dalam pekerjaan umum, seperti

untuk membangun rumah, jembatan, gedung-gedung bertingkat, dan bisa juga

digunakan untuk pengerus pada panas.

2. semen campuran, yaitu semen yang digunakan sebagai fungsi seperti semen

portland. Misalnya semen tanah tinggi, semen pizzola, semen abu terbang.

3. semen khusus, misalnya semen abu terbang.

Pasir juga digunakan sebagai komponen pencampur dalam pembuatan

mortar. Pasir adalah material yang terdiri dari pelapukan batu-batuan yang

bermacam-macam. Ada banyak jenis pasir yang ada, yaitu :

Page 5: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

a. pasir galian, yaitu pasir yang ditambang di daerah pegunungan. Pasir ini

mempunyai ciri bentuknya yang tajam dan baik digunakan untuk beton.

b. Pasir sungai, yaitu pasir yang ditambang di sungai dan bentuknya bulat

dengan kemilaunya yang lebih banyak.

Di Indonesia telah diperkenalkan beberapa jenis mortar, yaitu antara lain :

1. Tile Adhesive (Perekat Keramik) Ada vertikal (dinding) dan horizontal

(lantai), dan juga ada perekat keramik baru diatas keramik lama (tanpa

membongkar keramik lama)

2. Tile Grout Sebagai pengisi nat (celah) antar keramik

3. Thin Bed Untuk perekat AAC (Autoclaved Aerated Concrete) alias bata

ringan

4. Skim Coat Untuk pelapis dinding baru

2. Tujuan

Tujuan percobaan mortar ini adalah agar mahasiswa mengetahui cara

pembuatan mortar dan perbandingan pencampuran bahan dalam pembuatan

mortar dan juga untuk menghitung kadar air dalam sampel mortar yang telah

dikeringkan dalam oven serta menghitung berat jenis berdasarkan perbandingan

antara volume awal sebelum ditambahkan air dengan volume akhir setelah

ditambahkan air. Dari percobaan ini juga kita dapat mengetahui beberapa sifat

mortar dan juga bahan penyusunnya.

Page 6: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

TINJAUAN PUSTAKA

Mortar adalah pasta yang digunakan untuk mengikat konstruksi blok

bersama dan mengisi celah di antara mereka. Mungkin blok batu, bata, abu blok,

dll Mortar menjadi keras ketika terbenam, mengakibatkan struktur agregrat yang

kaku. Mortar modern biasanya terbuat dari campuran pasir, semen atau kapur, dan

air. Mortir juga dapat digunakan untuk memperbaiki tembok ketika mortar yang

asli telah dirusak

Mortar pertama terbuat dari lumpur dan tanah liat. Karena kurangnya batu

dan tanah liat yang berlimpah, bangsa Babilonia membuat konstruksi dari bata

dipanggang, dengan menggunakan lumpur atau lapangan untuk adukan semen.

Menurut Ghirshman Romawi, bukti pertama manusia menggunakan bentuk

mortar berada di Ziggurat dari Sialk di Iran, dibangun dari batu bata dijemur

sekitar 2900 SM. Chogha Zanbil di Iran Candi ini dibangun pada sekitar 1250 SM

dengan menggunakan batu bata dan mortar yang kuat dari aspal.

Pada awal Piramida Mesir dibangun sekitar 2600-2500 SM, blok batu

kapur mortar terikat oleh lumpur dan tanah liat, atau tanah liat dan pasir.

Kemudian Piramida Mesir, adukan semen terbuat dari gipsum. Gypsum mortir

pada dasarnya campuran plester dan pasir dan hasilnya cukup lembut.

Secara historis, gedung dengan beton dan mortar berikutnya muncul di

Yunani. Penggalian saluran air bawah tanah dari Megara mengungkapkan bahwa

reservoir itu dilapisi dengan mortar pozzolanic setebal 12 mm. Mortar pozolanik

adalah mortir berbasisbahan gipsum, tapi dibuat dengan aditif abu vulkanik yang

memungkinkan untuk menjadi mengeras di bawah air; karenanya dikenal sebagai

semen hidrolis. Pada Yunani kuno abu vulkanik yang diperoleh dari pulau-pulau

Thira dan Nisiros, atau dari bahasa Yunani Dicaearchia (Pozzuoli) di dekat

Naples, Italia. Bangsa Romawi kemudian meningkatkan penggunaan dan metode

untuk membuat apa yang dikenal sebagai mortar pozolanik dan semen. Bahkan

kemudian, orang-orang Romawi menggunakan mortar tanpa pozolan dengan

Page 7: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

memperkenalkan aluminium oksida dan silikon dioksida ke dalam campuran.

Mortir ini tidak sekuat mortar pozzolanic, tapi, karena ini lebih padat, lebih baik

menolak penetrasi oleh air.

Hal ini tidak mengerti mengapa seni membuat mortar dan semen hidrolis,

yang disempurnakan dan di seperti digunakan secara luas baik oleh orang Yunani

dan Romawi, kemudian hilang selama hampir dua milenia. Selama Abad

Pertengahan ketika katedral sedang dibangun, satu-satunya bahan aktif dalam

mortar itu kapur. Sejak mortar kapur dapat didegradasi melalui kontak dengan air,

banyak struktur yang rusak karena tertiup angina dan hujan selama berabad-abad.

Pozolan adalah rpasir abu vulkanik, awalnya ditemukan dan digali di Italia

di Pozzuoli di wilayah sekitar Gunung Vesuvius dan kemudian di sejumlah situs

lain. Romawi kuno arsitek Vitruvius mengarahkan tentang empat jenis pozzolan.

Hal ini ditemukan di semua area vulkanik Italia dalam berbagai warna, seperti

hitam, putih, abu-abu dan merah. Tanah halus dan dicampur dengan kapur itu

bertindak seperti semen portland dan membuat mortir yang kuat yang juga akan

ditetapkan di bawah air.

Karena mortar sangat beragam jenisnya (dari jenis diatas, bisa dibagi lagi

menjadi beberapa sub-jenis, misal tile grout wide, narrow, dll), maka

pembahasannya hanya pada beberapa bahan baku penting saja, yaitu antara lain:

1. Semen Umumnya yang dipakai jenis Portland

2. Sand / Pasir Umumnya dengan kehalusan seragam, antara 0.1-0.4 mm

3. Calcium Carbonate Adalah jenis filler khusus berwarna putih dengan kehalusan

seragam.Harap diperhatikan jika menggunakan filler ini karena memiliki oil

absorption tinggi, sehingga pemakaian filler ini dapat "mengentalkan" campuran

yang dibuat. Biasanya dipakai pada mortar berwarna (menonjolkan warna) seperti

tile grout.

4. Lime / Kapur Dipakai pada beberapa jenis mortar khusus

Page 8: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

5. Asam Tartaric Dipakai pada beberapa jenis mortar khusus

6. Additif Air Release Untuk menghilangkan adanya udara yang terperangkap di

dalam mortar saat diaplikasi. Dipakai pada beberapa jenis mortar khusus.

7. Additif Anti Foam Untuk menghilangkan foam / busa pada saat mortar

dicampur air dan diaplikasi. Dipakai pada beberapa jenis mortar khusus.

8. Beberapa jenis binder lain Untuk meningkatkan sifat flexible dan/atau

memperkuat ketahanan tekanan, umumnya untuk aplikasi horizontal tile yang

berat seperti granit / marmer dan bahan baku utama yang membuat mortar

menjadi berkualitas lebih baik dari campuran semen.

9. CELLULOSE THICKENER

Ini adalah pengental berbahan dasar selulosa (bisa dari pulp/bubur kayu, bubur

kapas, dll), yang memiliki sifat water retention dan juga filler holding. Adanya

thickener jenis ini bisa "memperbaiki" sifat campuran mortar yang digunakan

sehingga menjadi tidak "meleleh saat diaplikasi vertikal, memiliki sebaran yang

rata, memiliki open time yang cukup, dan lain-lain. Jenis cellulose thickener ini

sebenarnya bermacam-macam, untuk aplikasi mortar umumnya menggunakan 2

macam jenis, yaitu HPMC (Hyrdoxy Propyl Methyl Cellulose)dan MHEC

(Methyl Hydroxy Ethyl Cellulose). Jenis pertama adalah yang paling populer dan

banyak digunakan untuk pembuatan berbagai jenis mortar. Jenis kedua bisa

memberikan efek water-repellency, sehingga cocok digunakan untuk aplikasi

mortar khusus untuk skim-coat.

10. REDISPERSABLE POLYMERS

Inilah polimer utama yang memberikan "kekuatan" tambahan untuk

meningkatkan kualitas mortar, sehingga menjadi superior dibandingkan campuran

semen biasa. Beberapa jenis redispersable polymer dibuat dari bahan dasar

polymer Vinyl Acrylic / Ethylene, dan juga tipe terbaru menggunakan bahan dasar

polymer VEOVA. Fungsi dari redispersable polymer ini adalah memberikan sifat

yang flexible pada mortar sehingga material yang dihasilkan setelah kering

Page 9: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

memiliki flexibilitas yang lebih baik dibandingkan dengan material yang

terbentuk dari campuran semen biasa.

Fleksibilitas ini akan mampu menghindarkan masalah yang menimpa

bangunan di kemudian hari seperti retak (ada kemengkinan susut muai karena

pengaruh suhu, gempa ringan, dll), jika bahan baku pembentuk dinding atau lantai

cukup flexible, maka kemungkinan retak mikro akan lebih kecil. Begitu pula

dengan kasus lantai terangkat, karena bahan digunakan lebih flexible, maka saat

terjadi "pergeseran" bangunan karena beberapa faktor, maka mortar yang

mengikat keramik lantai dapat "bergerak" flexible, sehingga tidak terjadi kasus

lepasnya mortar perekat dari keramik yang menjadikan lantai terangkat.

Proses Produksi Mortar pada dasarnya proses produksi mortar adalah

relatif cukup sederhana, karena prinsipnya adalah mencampur semua bahan baku

yang sesuai (semua dilakukan dalam kondisi kering / tepung / powder) dan

mengaduknya dengan rata, kemudian dikemas dan didistribusikan. Tetapi kita

perlu ingat, mencampur bahan baku dalam bentuk tepung/powder membutuhkan

peralatan khusus (mixer kering) dan juga energi yang relatif besar. Skala industri

dari pabrik pembuatan mortar adalah besar-besar, dan mereka mengaduk dalam

jumlah besar juga karena mereka ingin menjaga konsistensi produk mortar yang

dihasilkan dengan formulasi yang konstan dan diawasi ketat. Kunci disini adalah

soal konsistensi, pembuatan mortar sebenarnya "relatif tidak sulit" dari sisi know-

how dan pengadaan bahan bakunya, hanya aplikasinya saja yang sulit karena

membutuhkan modal relatif besar untuk pengadaan alat produksinya. Apakah

mortar bisa kadaluarsa.

1. Semen - kayaknya selama dalam kondisi kering, tidak akan kadaluarsa

2. Pasir - tidak ada kadaluarsa

3. Redispersible Polymers

Bersifat cukup higroskopis (attract water), jadi mesti disimpan dalam kondisi

kering, di tempat dengan sirkulasi udara baik dan humidity rendah.

Page 10: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

4. HPMC / MHEC

Cellulose thickener bersifat sangat higroskopis (attract water), jadi harus

disimpan dalam kondisi kering, di tempat dengan sirkulasi udara baik, dan

humidity rendah. Manufacturer standard warranty untuk produk ini umumnya

hanya sekitar 6 bulan, dan produsen yang baik selalu menjual produk ini dikemas

dalam bag dengan double inner layer. Manufacturer Cellulose additive selalu

menyarankan hanya produk cellulose yang fresh yang akan memberikan hasil

terbaik, jadi mereka umumnya merekomendasikan agar stock yang diimpor dari

mereka harus digunakan dalam jangka waktu 3 bulan, untuk mendapatkan hasil

yang maximal. Dari gambaran diatas, sebaiknya mortar digunakan dalam jangka

waktu maximal 3 bulan (direkomendasikan, kita juga tidak tahu kapan mortar itu

diproduksi kan). Pastikan bahwa properties mortar yang digunakan memenuhi

standard saat dicampur dengan air dan diaplikasikan. Penyimapanan harus dalam

tempat kering dan bersirkulasi udara baik, untuk meminalisir adanya excess

humidity yang akan mempercepat kerusakan additif pada mortar. Beberapa

produsen mortar menjual produknya dalam kemasan bag double inner layer, harap

dicheck. Produsen dengan packaging seperti ini yang benar-benar concern dengan

kualitas produk mereka karena mereka mengerti apa yang bisa terjadi kalau

humidity berlebih "menyerang" produk mereka selama dalam masa storage

(berarti know-how mereka terhadap mortar juga baik).

Page 11: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

METODOLOGI

1. Tempat dan Waktu

Tempat dilakukannya percobaan mortar ini dilaksanakan di Laboratorium

Pasca Panen Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Sriwijaya pada hari selasa

dan kamis jam 08:00 WIB s.d selesai.

Hari : Selasa & Kamis

Tanggal : 23 November 2010 & 25 November 2010

Pukul : 08.30 WIB s.d. selesai

2. Alat dan Bahan

Alat

a. Gelas ukur 15mL (1 buah)

b. Tabung reaksi (1 buah)

c. Timbangan analitik

d. Oven

e. Desikator

f. Kain putih 20cm x 20cm (4

buah)

g. Label

h. Palu

i. Wadah Es/Pencetak Es (16

kotak)

j. Aluminium Foil

Bahan

a. Semen

b. Pasir

c. Air

3. Cara Kerja

a. Percobaan Kadar Air

- Buat adukan mortar yang bahannya terdiri dari semen, pasir, dan air dengan

perlakuan 4 sampel dengan perbandingan ukuran bahan yang berbeda-beda.

Page 12: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

PerbadinganPasir Semen Air

Sampel

I 1 1 ½

II 1 ½ ½

III ½ ½ ½

IV ½ 1 ½

- Masukkan adukan mortar kedalam cetakan es yang telah ditandai “sampel I, II,

III, dan IV”.

- Kemudian masukkan kembali adukan mortar kedua di samping sampel adukan

pertama. Beri tanda sampel pertama dengan kode I.I dan beri tanda sampel

kedua dengan kode I.II dst pada setiap sampel yang berbeda komposisi.

- Kemudian Mortar dikeringkan.

- Setelah kering, mortar dilepas dari cetakan es dan timbang massa awal setelah

dikeringkan.

- Kemudian mortar tadi dipanaskan dalam oven pada suhu konstan 105oC selama

48 jam.

- Setelah dipanaskan selama 48 jam mortar dikeluarkan dari oven dan dimasukan

ke dalam desikator yang bertujuan agar tidak ada uap air yang tersisa dalam

mortar.

- Timbang kembali mortar dan catat hasil masing-masing sampel mortar.

- Hitunglah kadar air mortar dengan rumus.

Page 13: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

b. Percobaan Berat Jenis

- Masukkan mortar yang ditandai kode I.III kedalam kain putih 20 cm x 20 cm (1

kain untuk 1 sampel).

- Hancurkan mortar tersebut sampai halus menggunakan palu. hingga mortar

menjadi butiran yang sangat halus.

- Timbanglah mortar yang telah dihaluskan tadi sebanyak

- Masukan mortar yang telah ditimbang ke gelas ukur sebanyak 3 mL

- Masukan air sebanyak 3 mL ke dalam gelas ukur dan masukan mortar halus.

Catat volume akhirnya.

- Lakukan pengujian kepada sampel yang lain dan catat hasilnya.

- Hitunglah berat jenis mortar dengan rumus.

Berat Jenis = Volume Akhir

massa jenis air

Page 14: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

a. Percobaan I ( Kadar Air )

Sampel Pengamatan

Massa Mortar

Sebelum

Dipanaskan

( Awal )

Massa Mortar

Sesudah Dipanaskan

( Akhir )

IPengamatan I 32,247 g 29,286 g

Pengamatan II 33,360 g 30,351 g

IIPengamatan I 25,581 g 23,227 g

Pengamatan II 26,403 g 24,060 g

IIIPengamatan I 23,741 g 21,462 g

Pengamatan II 23,056 g 20,794 g

IVPengamatan I 28,130 g 24,928 g

Pengamatan II 30,089 g 26,683 g

Maka, % kadar air :

Sampel I.I = 32,247 g−29,286 g

29,286 gx 100 %=10,110%

Sampel I.II = 33,360 g−30,351 g

30,351 gx100 %=9,914 %

Sampel II.I = 25,581 g−23,227 g

23,227 gx100 %=10,134 %

Sampel II.II = 26,403 g−24,060 g

24,060 gx 100 %=9,738 %

Page 15: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

Sampel III.I = 23,741 g−21,462 g

21,462 gx100 %=10,618 %

Sampel III.II = 23,056 g−20,794 g

20,794 ggx100 %=10,878 %

Sampel IV.I = 28,130 g−24,928 g

24,928 gx 100 %=12,844 %

Sampel IV.II = 30,089 g−26,683 g

26,683 gx100 %=12,764 %

b. Percobaan II ( Berat Jenis )

Sampel Pengamatan Massa Awal Mortar

IPengamatan III 30,812 g

Pengamatan IV 30,854 g

IIPengamatan III 23,462 g

Pengamatan IV 23,462 g

IIIPengamatan III 23,595 g

Pengamatan IV 24,465 g

IVPengamatan III 28,866 g

Pengamatan IV 28,434 g

Sam

pelPengamatan

Massa Cawan

Bubuk Mortar

( Aluminium

foil )

Massa Bubuk

Mortar

Massa Bubuk

Mortar

Sebenarnya

I Pengamatan

III

0,339 g 26,895 g 26,556 g

Page 16: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

Pengamatan

IV0,293 g 26,731 g 26,438 g

II

Pengamatan

III0,335 g 22,146 g 21,811 g

Pengamatan

IV0,430 g 22,304 g 21,874 g

III

Pengamatan

III0,362 g 20,958 g 20,596 g

Pengamatan

IV0,577 g 22,715 g 22,138 g

IV

Pengamatan

III0,964 g 26,542 g 25,578 g

Pengamatan

IV0,565 g 25,523 g 24,958 g

Sampel PengamatanVolume Awal

( sesungguhnya )Volume Akhir

I Pengamatan III 6 mL 4,5 mL

II Pengamatan III 6 mL 4,3 mL

III Pengamatan III 6 mL 4 mL

IV Pengamatan III 6 mL 4,5 mL

Maka berat jenis mortar tersebut :

Berat Jenis = Volume Akhir

massa jenis air

Sampel I.III = 4,5 ml

1ml ( cm3

gr)=4,5 ( gr

cm3)

Page 17: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

Sampel II.III = 4,3 ml

1ml ( cm3

gr)=4,3 ( gr

cm3)

Sampel III.III = 4 ml

1ml ( cm3

gr)=4 ( gr

cm3)

Sampel IV.III = 4,5 ml

1ml ( cm3

gr)=4,5 ( gr

cm3)

Setelah dijumlahkan antara volume bahan mortar dan volume air harusnya

totalnya 6 ml. Namun dari data hasil praktikum, data yang didapatkan berbeda

dari teori yang seharusnya didapatkan hasil 6 ml. Ini dikarenakan bahan mortar

yang dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan air, telah mengalami

proses penumbukan yang mengakibatkan pengurangan berat jenis dari bahan

mortar tersebut. Yang sebelumnya juga bahan mortar telah mengalami perlakuan

kering angin yang memungkinkan hilangnya sedikit kadar air dari bahan tersebut

sehingga membuat berat mortar tersebut tidak sama dengan berat awalnya.

2. Pembahasan

Pada percobaan pertama yaitu mengukur kadar air dalam mortar dengan

cara membandingkan massa awal sebelum dikeringkan dalam oven dengan massa

akhir sesudah dikeringkan dalam oven. Setelah diperlakukan demikian terdapat

perubahan massa sebelum dan setelah dikeringkan. Dimana massa setelah

dikeringkan dalam oven lebih ringan dari pada sebelum dikeringkan. Dari hal

tersebur kita dapat menghitung kadar airnya dengan perhitungan perbandingan

massa awal dikurangi massa akhir dibagi massa akhir kemudian dikalikan dengan

seratus persen. Dari data di atas kita dapat melihat perbandingan antara sampel I

sampai sampel IV. Sampel yang memiliki kadar air terkecil adalah sampel II.II

yaitu sekitar 9,738%. Hal ini terjadi karena komposisi semen yang digunakan

sedikit dan memiliki perbandingan yang sama dengan air dan pasir yang

digunakan memiliki perbandingan yang lebih besar sehingga air yang tersimpan

dalam mortar tersebut sedikit. Jika kita bandingkan dengan sampel IV.I, kadar air

Page 18: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

pada sampel itu memiliki kadar air yang tinggi sekitar 12,844%. Ini didapat

karena komposisi semen yang digunakan besar daripada komposisi air dan pasir.

Sifat yang dimiliki semen adalah daya absorbsi airnya tinggi. Maka semakin besar

komposisi semen, semakin besar kadar air yang diserap dalam sebuah mortar atau

komposisi lainnya.

Pada percobaan yang kedua adalah menghitung berat jenis mortar. Dari

sampel dengan kode III, kita dapat menghitung berat jenis mortar dengan

membandingkan volume awal sebelum ditambahkan air dengan volume

sebenarnya dalam hitungan matematika. Bila kita memasukan zat sebanyak 3 mL

dan zat lain sebanyak 3 mL, maka volume sebenarnya yang didapat adalah 6mL.

Hal ini tidak terjadi pada mortar. 3 mL mortar yang telah dihaluskan dimasukkan

ke dalam gelas ukur dan 3 mL air dicampurkan kedalam 3 mL mortar tadi, maka

hasilnya tidaklah 6 mL. Bahkan hasil yang didapat kurang dari 6mL. Rata-rata

niilai yang didapat adalah sekitar 4,325 mL dari 4 sampel. Hal ini terjadi karena

mortar memiliki komposisi semen yang memiliki sifat menyerap air . Karena hal

tersebut volume yang didapat kurang dari 6 mL. sekitar 1,625mL air diserap

kedalam mortar. Maka dari itu berat jenis yang didapat setelah dirata-ratakan

adalah sekitar 1,65 mL.

Page 19: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

KESIMPULAN

1. Pada percobaan pertama didapat kadar air yang tertinggi terdapat pada sample

IV.I dimana pada sample tersebut kadar semen yang digunakan memiliki

komposisi yang tinggi.

2. Kadar air terbesar terdapat pada mortar ke IV.I. Dimana pada mortar tersebut

didapat kadarnya sekitar 12,844%. Hal ini disebabkan komposisi semen yang

digunakan besar dan sifat semen itu sendiri merupakan penyerap air.

3. Pada percobaan ke dua didapat berat jenis mortar dengan rata-rata sekitar 1,65.

4. Pada perhitungan berat jenis terdapat keanehan dalam hasil volume akhir.

Dimana volume akhir sesungguhnya 6mL namun yang didapat hanya sekitar

4,325mL. hal ini diakibatkan karena mortar memiliki komposisi semen yang

merupakan peyerap air.

Page 20: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

DAFTAR PUSTAKA

chestofbooks.com/crafts/popular...5/Cement-Mortar.html ( diakses 26 November

2010 ).

en.wikipedia.org/wiki/Mortar_(masonry) ( diakses 26 November 2010 ).

id.wikipedia.org/wiki/Semen ( diakses 26 November 2010 ).

Prof. Ir. Tata Surdia MS. Met. E. - Prof. DR. Shinroku Saito.1985. Pengetahuan

Bahan Teknik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Page 21: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

LAMPIRAN GAMBAR

1. Alat dan bahan

2. Pembuatan mortar

Page 22: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

3. Hasil pengeringan mortar

4. Penimbangan hasil moratar

5. Pengeringan kembali mortar dengan oven

Page 23: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006

6. Desikator

7. Penghalusan mortar menjadi bubuk mortar

8. Pegukuran berat jenis mortar

Page 24: Mortar (Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Bahan 1) Febri Irawan 05091002006