napza
DESCRIPTION
referatTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS PSIKOTIK(GANGGUAN PSIKOTIK AKIBAT PENGGUNAAN ZAT MULTIPEL F19.5)
IDENTITAS PASIEN
NAMA : Ny. LF
JENIS KELAMIN : Wanita
UMUR : 29 tahun
AGAMA : Islam
SUKU BANGSA : Bugis
PEKERJAAN : Tidak bekerja
ALAMAT : Telkomas T/P 3
TANGGAL MASUK RS : 21 Mei 2014
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama dan alasan MRSJ/Terapi
Malas beraktivitas
B. Riwayat gangguan sekarang
Keluhan dan gejala :
Pasien dibawa ke RSKD Dadi oleh keluarganya dengan keluhan
malas beraktivitas yang dialami sejak + 1 minggu terakhir ini. Pasien
malas beraktivitas dan hanya berdiam diri di kamar dan tidak mau
bicara. Bila keluarganya menyuruh dia bangun dan keluar dari kamar,
dia hanya berdiam diri tanpa berkata-kata. Pasien buang air kecil di
1
lantai kamarnya. Menurut keluarganya pasien sering mengkonsumsi
obat-obatan sejak dari SMP yaitu somadril walaupun tidak sakit dan
juga sabu-sabu. Waktu di SMP dan SMA, pasien berteman dengan
anak-anak nakal. Setelah lulus SMA, pasien tidak melanjutkan
kuliahnya dan hanya tinggal di rumah saja yaitu di Jakarta. Pasien
hanya tinggal di Makassar sekitar dua tahun terakhir ini bersama
keluarga sebelah ibunya. Beberapa minggu terakhir ini, pasien sering
marah-marah jika keinginannya tidak dipenuhi. Pasien masih
mendengar suara-suara seperti bisikan yang tidak jelas suara laki-laki
atau perempuan di telinganya. Pasien juga sering melihat bayangan
orang yang tidak jelas. Pasien sebelumnya pernah berobat di poliklinik
psikiatri RSKD Dadi sekitar empat bulan yang lalu dan diberi obat
risperidon (2 x 1), dan Trihexyphenidyl (THD) 2 mg (2 x ½) namun
sejak akhir-akhir ini pasien malas minum obat.
Hendaya/disfungsi :
Hendaya sosial (+)
Hendaya pekerjaan (+)
Hendaya penggunaan waktu senggang (+)
Faktor stressor psikososial :
Tidak ada.
2
C. Riwayat gangguan sebelumnya
Riwayat trauma kepala tiada
Riwayat infeksi berat tiada
Riwayat kejang tiada
Riwayat NAPZA (+) (somadril dan sabu-sabu)
D. Riwayat kehidupan pribadi
Riwayat prenatal dan perinatal(0-1 tahun)
Pasien lahir tanggal 31 Desember 1985. Pasien lahir cukup bulan,
lahir normal di Rumah Sakit dan dibantu oleh dokter. Ibu pasien tidak
mengalami masalah selama mengandung pasien.
Riwayat masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak pada umumnya. Pasien
mendapatkan ASI hingga usia 2 tahun.
Riwayat masa kanak-kanak pertengahan (4-11 tahun)
Pasien masuk di Sekolah Dasar (SD) di Jakarta. Prestasi pasien
disekolah biasa. Pasien rajin kesekolah. Pasien mudah bergaul dan
punya banyak teman sewaktu disekolah.
Riwayat masa remaja(12-18 tahun)
Setelah tamat Sekolah Dasar, pasien melanjutkan pendidikannya
ke SMP di Jakarta. Paasien mudah bergaul dan punya banyak teman.
Pasien berteman dengan anak-anak nakal dan mula mengkonsumsi
3
somadril walaupun tidak sakit. Pasien juga turut mengkonsumsi sabu-
sabu.
Riwayat masa dewasa (18 tahun – sekarang)
o Riwayat pendidikan
Setelah tamat SMA, pasien tidak melanjutkan kuliah. Pasien
masih berteman dengan anak-anak naka, mengkonsumsi alkohol,
somadril (walaupun tidak ada nyeri) dan sabu-sabu. Sekitar dua
taghun lalu, pasien datang tinggal di Makassar yaitu pada usia 27
tahun.
o Riwayat pernikahan
Pasien belum menikah.
o Riwayat pekerjaan
Pasien tidak bekerja dan hanya tinggal di rumah sahaja.
o Riwayat kehidupan sosial
Pasien termasuk orang yang mudah bergaul. Hubungan
pasien dengan keluarga baik.
o Riwayat kehidupan sekarang
Pasien tinggal bersama keluarga sebelah ibunya di
Makassar.
4
E. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien merupakan anak bongsu dari 4 bersaudara (♂,♀,♂,♀,).
Hubungan dengan saudaranya baik. Tidak ada riwayat keluarga yang
mengkonsumsi obat-obatan sepertinya.
F. Situasi sekarang
Saat ini, pasien tinggal di rumah keluarganya (kerabat) sebelah ibu di
Makassar. Orang tua dan kakaknya di Jakarta. Hubungan pasien dengan
keluarga baik namun pasien kurang bergaul dengan lingkungan sekitar.
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien sadar bahwa dirinya sakit dan ingin kembali sehat dan
keluar dari rumah sakit.
II. AUTOANAMNESIS
Autoanamnesis pasien pada tanggal 21 Mei 2014 di UGD RSKD Dadi
pukul 16.30 WITA.
DM : Selamat sore, Lia.
P : Selamat sore dok.
DM : Saya ayuni, dokter muda yang bertugas di UGD hari ini. Tidak apa-
apa ji kalau saya tanya-tanya ki?
P : Iya.
DM : Siapa nama ta?
P : Lia Feni.
DM : Berapa usianya Lia?
5
P : 29 tahun.
DM : Oh iya. Darimana ki datang?
P : Dari Jakarta.
DM : Lia tahu nggak kita lagi dimana sekarang?
P : Saya di rumah sakit.
DM : Bikin apa ki di sini?
P : Mau berobat dok.
DM : Kenapa ki mau berobat?
P : Karena sakit dok.
DM : Sakit apa, Lia?
P : Tidak tahu sakit apa tapi iya sakit.
DM : Lia ingat tanggal lahirnya?
P : 21 Mei 2014.
DM : Lia lahir di mana?
P : Di Jakarta.
DM : Lia terakhir sekolah di mana?
P : SMP di Jakarta.
DM : Terus setelah selesai SMP di mana ki kuliah?
P : Tidak kuliah lagi dok.
DM : Jadi, Lia bikin apa kalau tidak kuliah?
P : Di rumah saja.
DM : Lia tadi dihantar sama siapa ke sini?
P : Sama keluarganya mama.
DM : Lia sudah pernah berobat sebelum ini?
P : Pernah di poli di RS Dadi.
DM : Lia ingat kapan Lia berobat di poli?
P : Bulan januari.
DM : Lia kenapa malas beraktivitas.
P : Tidak tahu dok.
DM : Apa yang Lia rasa saat ini?
P : Tidak ada.
6
DM : Lia minum nggak obat yang dikasi dokter sebelumnya?
P : Minum dok.
DM : Tapi sekarang katanya Lia agak malas minum obat?
P : Hmmmmm…iya dok.
DM : Kenapa ki begitu?
P : Hmmmmm..ndak tahu….dok.
DM : Lia masih dengar suara-suara?
P : Iya ada.
P : Suara apa yang Lia dengar? Suara laki-laki atau perempuan?
DM : Tidak tahu dok.
DM : Apa yang dia bilang ke Lia?
P : Dia bilang “sukses!!! sukses!!!”
DM : Sukses apanya Lia?
P : Tidak tahu dok.
DM : Lia pernah lihat sesuatu seperti baying-bayang orang atau apa?
P : Pernah.
DM : Apa yang Lia lihat?
P : Tidak tahu dok.
DM : Lia sudah menikah?
P : Belum.
DM : Lia tahu hari ini hari apa? Tanggal berapa?
P : Hari Rabu, tanggal 22. Eh 21 dok.
DM : Lia tahu bulan dan tahun berapa sekarang?
P : Bulan 5 tahun 2014
DM : Sekarang ini siang atau malam Lia?
P : Siang.
DM : Lia sudah makan?
P : Sudah.
DM : Lia sudah mandi?
P : Belum.
DM : Bagaimana tidurnya Lia?
7
P : Enak.
DM : Lia tidak pernah lihat apa-apa?
P : Nda pernah.
DM : Lia berapa bersaudara?
P : Empat.
DM : Lia anak ke berapa?
P : Anak ke empat.
DM : Lia, kalau 100-7 itu berapa?
P : Hmm…93.
DM : Lia bisa ulangi yang saya bilang bola, melati, kursi.
P : Bola, melati, kursi.
DM : Lia ingat tiga kata itu ya, sebentar saya tanyakan lagi.
P : Iya.
DM : Lia tahu artinya panjang tangan?
P : Mencuri.
DM : Menurut Lia bagus itu mencuri?
P : Tidak dok.
DM : Kalo Lia ketemu dompet dijalan, apa kita bikin?
P : Saya kasi kembali ke orangnya.
DM : Lia masih ingat tiga kata yang saya minta Lia ingat tadi?
P : Hmmmm…bola, melati, kursi.
DM : Lia, maaf ya saya mau nanya..Lia pernah ambil obat-obatan kayak
somadril atau apa ndak?
P : (Beberapa menit pasien diam tidak langsung menjawab) hmm..ada..
DM : Obat apa ki?
P : Somadril.
DM : Apa lagi Lia?
P : Sabu-sabu.
DM : Siapa yang kasi ke Lia?
P : Mama.
8
DM : Benarkah. Masa mama ta kasik anaknya obat-obat begitu. Nggak
mungkin kan?
P : Iya.
DM : Terus dari mana Lia dapat obatnya?
P : Dari teman.
DM : Sejak kapan Lia ambil obat-obat begitu?
P : Dari SMP.
DM : Bagaimana rasanya setelah minum obat-obat begitu?
P : Enak seperti melayang-layang.
DM : Sekarang masih ambil obat-obat begitu?
P : Tidak dok.
DM : Lia pernah minum alkohol?
P : Iya pernah.
DM : Okay Lia, Lia istirahat dulu ya..makasih ya Lia.
P : Iya dok.
III. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum :
1. Penampilan
Tampak seorang wanita. Wajah sesuai umur. Tidak terlalu tinggi.
Perawakan sedang. Memakai baju kaos warna kuning, celana pendek
warna hitam. Perawatan diri cukup.
2. Kesadaran
Berubah.
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Tenang
4. Verbalisasi
9
Spontan, lancar, intonasi biasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
B. Keadaan afektif, mood, empati :
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Restriktif
3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
4. Keserasian : Serasi
C. Fungsi Intelektual :
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Sesuai taraf
pendidikan
2. Daya konsentrasi : Cukup.
3. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) :
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
4. Daya ingat
Jangka panjang : Baik
Jangka pendek : Baik
Jangka segera : Baik
10
5. Pikiran abstrak : Cukup
6. Kemampuan menolong diri sendiri : Cukup
7. Bakat kreatif : Tidak ada
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Halusinasi auditorik (+), pasien mendengar suara
-suara yang tidak jelas laki-laki atau perempuan.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses berpikir
1. Arus pikir
Produktivitas : Cukup
Kontinuitas : Relevan, koheren
Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
Pre okupasi : Tidak ada
Gangguan isi pikir : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls : Terganggu
G. Daya nilai
1. Normo Sosial : Terganggu
11
2. Uji Daya Nilai : Terganggu
3. Penilaian Realitas : Terganggu
H. Tilikan (Insight) : Tilikan (Insight) derajat 5
o Pasien sadar dirinya sakit dan gejala-gejala yang dideritanya atau
kegagalan dirinya dalam penyesuaian sosial disebabkan oleh
perasaan irasionalnya atau gangguan sendiri, tanpa menerapkan
pengetahuan hal ini untuk masa yang akan datang.
I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Pemeriksaan fisik
Status internus :
o Tekanan Darah : 120/80 mmHg
o Nadi : 70x / menit
o Pernapasan : 20x / menit
o Suhu : 36,6oC
Status neurologis
o GCS : 15 (E4 V5 M6) fungsi motorik dan sensorik dalam
batas normal dan tidak ditemukan adanya refleks patologis.
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien wanita, usia 29 tahun dibawa ke UGD RSKD Dadi oleh
keluarganya dengan keluhan malas beraktivitas yang dialami sejak + 1
12
minggu terakhir ini. Pasien malas beraktivitas dan hanya berdiam diri di
kamar dan tidak mau bicara. Bila keluarganya menyuruh dia bangun dan
keluar dari kamar, dia hanya berdiam diri tanpa berkata-kata. Pasien buang air
kecil di lantai kamarnya. Menurut keluarganya pasien sering mengkonsumsi
obat-obatan sejak dari SMP yaitu somadril walaupun tidak sakit dan juga
sabu-sabu. Waktu di SMP dan SMA, pasien berteman dengan anak-anak
nakal. Setelah lulus SMA, pasien tidak melanjutkan kuliahnya dan hanya
tinggal di rumah saja yaitu di Jakarta. Pasien hanya tinggal di Makassar
sekitar dua tahun terakhir ini bersama keluarga sebelah ibunya. Sebelumnya,
pasien tinggal di Jakarta bersama orang tua dan kakaknya. Beberapa minggu
terakhir ini, pasien sering marah-marah jika keinginannya tidak dipenuhi.
Pasien masih mendengar suara-suara seperti bisikan yang tidak jelas suara
laki-laki atau perempuan dan sering melihat bayangan orang yang tidak jelas.
Pasien sebelumnya pernah berobat di poliklinik psikiatri RSKD Dadi sekitar
empat bulan yang lalu dan diberi obat risperidon (2 x 1), dan Trihexyphenidyl
(THD) 2 mg (2 x ½) namun sejak akhir-akhir ini pasien malas minum obat.
Pada status mental didapatkan seorang wanita, wajah sesuai umur, tidak
terlalu tinggi, perawakan sedang, memakai baju kaos warna kuning, celana
pendek warna hitam dan perawatan diri cukup. Perilaku dan aktivitas
psikomotor tenang, pembicaraan lancar, spontan dan intonasi biasa. Pasien
kooperatif, mood sulit dinilai, afek restriktif, empati tidak dapat
dirabarasakan. Pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai tingkat
pendidikannya. Daya konsentrasi cukup, orientasi dan daya ingat baik,
13
kemampuan menolong diri sendiri cukup. Terdapat gangguan persepsi,
halusinasi auditorik. Produktivitas cukup. Kontinuitas releven dan koheren
dan tidak ada hendaya berbahasa. Tilikan insight derajat 5 dan dapat
dipercaya.
VI. EVALUASI MULTI AKSIAL
A. Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis serta pemeriksaan
status mental didapatkan gejala klinis yang bermakna yakni malas
beraktivitas, bicara sendiri dan suka menyendiri. Keadaan ini
menimbulkan penderitaan bagi pasien dan keluarganya. Terdapat hendaya
dalam fungsi sosial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga
dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan hendaya dalam menilai
realita berupa halusinasi visual dan auditorik sehingga didiagnosis
sebagai gangguan jiwa psikotik.
Dari status intenus dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan
kelainan sehingga kelainan organik dapat disingkirkan dan dikategorikan
sebagai gangguan jiwa psikotik non organik.
Pasien mengalami gangguan psikotik yang berupa halusinasi
auditorik. Dari anamnesis didapatkan riwayat penyalahgunaan obat yaitu
somadril dan sabu-sabu sejak dari SMP sehingga didiagnosis sebagai
Gangguan psikotik akibat penggunaan zat multipel dan zat psikoaktif
lainnya. (F19.5).
14
B. Aksis II
Ciri kepribadian pasien belum dapat ditentukan. Diagnosis aksis II
tertunda (R 46.8).
C. Aksis III
Tidak ada diagnosis.
D. Aksis IV
Masalah penyalahgunaan obat (somadril) dan zat psikoaktif sabu
sabu sejak dari SMP.
E. Aksis V
GAF (Global Assesment Functioning) Scale 80-71, gejala
sementara dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social, pekerjaan,
sekolah dan lain-lain.
VII. DAFTAR PROBLEM
A. Organobiologik : Tidak terdapat kelainan yang spesifik, namun diduga
terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter maka
pasien memerlukan farmakoterapi.
B. Psikologi : Ditemukan adanya hendaya berat dalam bidang sosial,
pekerjaan dan penggunaan waktu senggang sehingga
memerlukan sosioterapi.
15
VIII. PROGNOSIS
Dubia
IX. PEMBAHASAN / TINJAUAN PUSTAKA
Dari Alloanamnesis dan Autoanamnesis serta pemeriksaan status
mental, maka disimpulkan bahwa pasien didiagonis dengan Gangguan
Psikotik akibat Penggunaan Zat Multipel dan Penggunaan Zat Psikoaktif
Lainnya (F19.5) sesuai dengan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan
Jiwa III (PPDGJ-III).
Gangguan yang bervariasi luas dan berbeda keparahannya (dari
intoksikasi tanpa komplikasi dan penggunaan yang merugikan sampai
gangguan psikotik yang jelas dan demensia, tetapi semua itu diakibatkan oleh
karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau tanpa resep
dokter).
Identifikasi dari zat psikoaktif yang digunakan dapat dilakukan
berdasarkan data laporan individu, analisis objektif dari specimen urin, darah
dan sebaggainya, bukti lain (adanya obat yang ditemukan pada pasien, tanda
dan gejala klinis dari laporan pihak ketiga). Namun selalu dianjurkan untuk
mencari bukti yang menguatkan lebih dari satu sumber, yang berkaitan
dengan penggunaan zat. Analisis objektif memberikan bukti yang paling
dapat diandalkan perihal adanya akhir-akhir ini atau saat ini, namun data ini
16
mempunyai keterbatasan terhadap penggunaan zat di masa lalu atau tingkat
penggunaan saat ini.
Banyak pengguna obat menggunakan lebih dari satu jenis obat, namun
bila mungkin, diagnosis gangguan harus diklasifikasi sesuai dengan zat
tunggal (kategori dan zat) yang paling penting yang digunakannya (yang
menyebabkan gangguan yang nyata), sedangkan kode F19 (gangguan akibat
penggunaan obat multipel) hanya digunakan bila pola penggunaan zat
psikoaktif benar-benar kacau dan sembarangan atau berbagai obat
bercampur-baur. Penyalahgunaan obat lain selain zat psikoaktif, seperti
pencahar atau aspirin, harus diberi kode F55.- (penyalahgunaan zat yang
tidak menyebabkan ketergantungan), dengan karakter ke 4 menunjukkan
jenis zat tersebut. Kasus gangguan mental (terutama delirium pada usia lanjut
akibat zat psikoaktif, tetapi tanpa salah satu gangguan dalam blok ini
(misalnya, penggunaan yang merugikan atau sindrom ketergantungan), harus
dimasukkan dalam kode F00-09. Bila keadaan delirium bertumpang-tindih
dengan suatu gangguan dalam blok ini, maka harus diberi kode F1x.3 atau
F1x.4. Tingkat keterlibatan alkohol dapat ditunjukkan dengan menggunakan
kode tambahan dari Bab XX ICD-10: Y90 (ditetapkan dari kadar alcohol
dalam darah) atau Y91 (ditetapkan dengan derajat intoksikasinya).
X. RENCANA TERAPI
Farmakoterapi : Risperidon 2 mg 2x1
17
Psikoterapi suportif :
o Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi
pikirannya sehingga pasien merasa lega.
o Konseling
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya dan memahami
cara menghadapinya, serta tetap memotivasi pasien agar tetap minum
obat secara teratur.
Sosioterapi :
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang terdekat
pasien tentang gangguan yang dialami oleh pasien, sehingga tercipta
dukungan moral dan lingkungan yang kondusif sehingga membantu
proses penyembuhan pasien.
XI. FOLLOW UP
Memantau keadaan dan perkembangan pasien dan menilai efektivitas
dari pengobatan serta kemungkinan terjadinya efek samping dari
farmakoterapi yang diberikan.
18