narasi sistem produksi
DESCRIPTION
narasi sistem produksi pada perusahaan sepatuTRANSCRIPT
NARASI SISTEM PRODUKSI
AFIYA FURNITURE
PEMBUATAN SALES FORECAST
Proses awal dari perusahaan furniture ini dimulai dari meeting yang
dilakukan oleh bagian penjualan, produksi dan bagian lainnya pada bulan
September – Oktober untuk menentukan target penjualan pada tahun
berikutnya . Dari meeting tersebut, bagian sales akan membuat dokumen
SALES FORECAST-IN PRICE AND QUANTITY (SFPQ) sebanyak 2
rangkap yang berisikan kuantitas dan harga dari produk yang akan
diproduksi untuk selanjutnya diberikan kepada sales manager untuk
diperiksa. Jika sales manager tidak setuju atas SFPQ yang dibuat oleh
bagian sales, maka bagian sales akan membuat atau memperbaiki SFPQ
tersebut, namun apabila sales manager setuju, maka sales manager akan
mengotorisasi dan mengembalikan dokumen tersebut kepada bagian sales
untuk diproses lebih lanjut. Setelah itu, bagian sales akan membuat SALES
FORECAST-IN QUANTITY (SFQ) yang dibuat sebanyak 2 rangkap yang
hanya berisikan informasi mengenai jenis dan kuantitas produk yang akan
diproduksi. Dimana SFQ-1 diberikan kepada bagian PPIC dan SFQ-2
diberikan kepada kepala produksi untuk. Proses produksi akan dilakukan
berdasarkan SFQ tersebut.
PRODUK BARU
Untuk kasus dimana perusahaan menerima order diluar produk-
produk yang pernah diproduksi sebelumya, maka proses pembuatan SALES
FORECAST juga berbeda, Proses ini dimulai dari customer yang datang
langsung ke perusahaan atau mengirim lewat email dokumen CUSTOMER
ORDER (CO) yang dibuat 2 rangkap ke bagian marketing. CO-2 akan
diarsip berdasarkan nomer oleh bagian marketing, sedangkan CO-1 akan
diberikan kepada bagian R&D untuk diproses lebih lanjut agar dapat
diketahui apakah produk pesanan dari customer tersebut memungkinkan
untuk diproduksi. Dari CO-1 tersebut, bagian R&D akan mulai mendesain
dan akan menghasilkan prototype. Setelah itu bagian R&D akan
menindaklanjuti dengan membuat atau menginput BILL OF MATERIAL-
BOM (MF Inventory) dan OPERATING LIST-OL (TF BOM, MF Mesin,
MF Karyawan)secara komputerisasi. Berdasarkan atas OL tersebut, bagian
cost accounting akan mengitung besarnya cost dengan menghasilkan
dokuemen JOB COST SHEET (JCS) yang dibuat sebanyak 2 rangkap.
Dimana JCS-2 akan diarsip sendiri oleh bagian cost accounting, sedangkan
JCS-1 akan diberikan kepada bagian marketing. Setelah mendapat JCS-2,
bagian marketing akan menambahkan mark-up atas harga pokok dari
produk dan akan menentukan harga jual yang akan ditawarkan kepada
customer dengan membuat dokumen HARGA JUAL PRODUK (HJP) yang
dibuat sebanyak 2 rangkap. HJP-2 akan diarsip oleh bagian marketing
berdasarkan nomor, sedangkan HJP-1 akan dikirim kepada customer. Jikan
customer tidak setujua atas harga yang ditawarkan oleh bagian marketing,
maka proses akan selesai. Sedangkan jika cutomer setuju atas harga yang
ditawarkan, maka pesanan dari customer tersebut akan diproses lebih lanjut
oleh bagian marketing dengan meng-update SF secara komputerisasi
dimana prosesnya akan sama dengan alur pembuatan SF yang telah
dijelaskan sebelumnya.
PROSES PRODUKSI UTAMA
Proses produksi dari PT Afiya Furniture dimulai berdasarkan SFQ
yang dibuat oleh bagian marketing yang telah dijelaskan pada narasi
sebelumnya. Dimana SFQ-1 diberikan kepada bagian PPIC dan SFQ-2
diberikan kepada bagian produksi. Setelah mendapatkan SFQ-1, maka
bagian PPIC akan menginputkan dokumen MASTER PRODUCTION
SCHEDULE-MPS ( MF Inventory, MF Mesin, MF Karyawan TF BOM,
TF OL) secara komputerisasi untuk mengecek ketersediaan bahan
baku.karena sebelum terjadi proses produksi, bagian PPIC harus
merencanakan terlebih dahulu ketersediaan bahan baku yang akan dipakai
untuk proses produksi. Apabila bahan baku tidak tersedia atau tidak
mencukupi, maka bagian PPIC harus melakukan pemesanan bahan baku
yang akan ditindaklanjuti oleh bagian pembelian. Sedamgkan apabila bahan
baku mencukupi, maka bagian PPIC akan membuat penjadwalan produksi
melalui dokumen MPS secara komputerisasi sebanyak 2 rangkap, dimana
MPS-1 akan diberikan kepada manajer produksi dan MPS-2 akan diarsip
sendiri oleh bagian PPIC.
Setelah itu, sebelum proses produksi dilaksanakan, bagian PPIC
akan membuat surat perintah produksi atau yang dikenal dengan nama
dokumen PRODUCTION ORDER – PrO ( MF Inventory, MF Mesin, MF
Karyawan, TF BOM, TF OL, TF MPS) sebanyak 4 rangkap, dimana PrO-1
akan diberikan kepada manajer produksi sehingga manajer produksi dapat
mengatur dan mempersiapkan mesin-mesin yang akan digunakan untuk
proses produksi berdasarkan variasi produk, PrO-2 ala diberikan kepada
gudang bahan baku agar dapat mempersiapkan bahan-bahan yang
dibutuhkan tiap divisi untuk proses produksi, PrO-3 akan diberikan kepada
bagian cost accounting untuk diarsip, sedangkan pro-4 akan diarsip sendiri
berdasarkan nomor oleh bagian PPIC agar pada nantinya dapat digunakan
sebagai alat pengecekan kesesuaian hasil produksi yang ditetapkan pada
masing-masing divisi.
Saat produksi akan mulai dijalankan, bagian PPIC akan membuat
dokumen MATERIAL RELEASE- MR ( MF Inventory, MF COA, TF
BOM, TF PrO, TF GL) yang dibuat sebanyak 4 rangkap secara
komputerisasi. Dokumen MR ini akan diberikan kepada kepala gudang agar
bagian gudang dapat mencocokkan banyaknya bahan baku yang akan
dikeluarkan berdasarkan dokumen MR dengan dengan dokumen PrO yang
didapatkan sehari sebelumnya agar bahan baku tidak dikeluarkan lebih
banyak dari yang seharusnya. Apabila kedua dokumen ini cocok, maka
kepala gudang akan mengotorisasi dokumen MR tersebut. Gudang bahan
baku akan mengeluarkan bahan baku beserta dokumen MR yang telah
diotorisasi kepada divisi-divisi dalam bagian produki yang meminta bahan
baku tersebut. Setelah menerima bahan baku tersebut, maka divisi pada
bagian produksi akan mengotorisasi juga dokumen MR setelah terjadi serah
terima bahan baku dengan bagian gudang. MR-1 akan diberikan kepada
gudang bahan baku dan diarsip berdasarkan nomor, MR-2 akan diarsip
sendiri oleh divisi bagian produksi berdasarkan nomor,MR-3 akan
diberikan kepada PPIC, dan MR-4 akan diberikan kepada bagian cost
accounting.
Proses produksi akan berlanjut, dimana divisi-divisi bagian produksi
akan memproses bahan baku tersebut menjadi barang WIP (Work in
Process). Karyawan pada bagian produksi dibagi dalam 3 shift dalam
sehari, dimana hasil proses produksi dicatat setiap hari oleh tiap divisi
bagian produksi melalui pembuatan dokumen LAPORAN HARIAN
PRODUKSI- LHP (MF Inventory, MF Mesin, MF Karyawan, MF COA,
TF GL, TF PrO) sebanyak 3 rangkap yang dibuat secara komputerisasi.
Dokumen LHP ini juga memuat informasi mengenai barang cacat dalam
tiap divisi produksi, dimana LHP ini akan diotorisasi oleh manajer setiap
hari pula. Selanjutnya, LHP akan dicek dan diotorisasi oleh bagian admin
dan supervisor produksi.
Setelah dilakukan pengecekan atas dokumen LHP :
Ada cacat produksi
Hal ini akan terlihat dari adanya kekurangan bahan baku
berdasarkanan hasil produksi yang tercermin atas LHP tersebut.
Kekurangan bahan baku disebabkan karena terlalu banyak bahan
baku yang cacat produksi dan baru diketahui pada akhir produksi.
Untuk itu, bagian produksi harus meminta bahan baku tambahan
dengan cara menyerahkan dokumen LHP yang telah diotorisasi
tersebut kepada bagian PPIC beserta produk-produk yang cacat.
PPIC akan mengecek kesesuaian LHP dan produk yang cacat
produksi tersebut dan akan mengotorisasi LHP 3 rangkap,
menyimpan LHP-2 berdasarkan nomor serta menyetujui
memberikan bahan tambahan dengan membuat dokumen
MATERIAL RELEASE PLUS-MRplus ( MF COA, MF Inventory,
TF LHP, TF PrO, TF GL) sebanyak 4 rangkap secara komputerisasi.
LHP-1 akan diberikan kepada bagian produksi untuk diarsip, LHP-3
diberikan kepada bagian cost accounting.
Setelah itu, bagian PPIC akan mengirim MRplus 4 rangkap dan
contoh produk cacat produksi kepada bagian gudang. Bagian gudang
akan melakukan pengecekan kesesuaian antara dokumen MRplus
dengan produk yang cacat produksi serta mengotorisasinya. Lalu
bagian gudang akan menyiapkan bahan baku tambahan yang
diminta. Bagian gudang mengirim dokumen MRplus 4 rangkap
beserta bahan baku tambahan kepada bagian produksi. Setelah
menerima bahan baku tambahan yang dicocokkan dengan dokumen
MRplus, maka bagian produksi akan mengotorisasinya sebagai tanda
serah terima barang. MRplus-1 diberikan kepada gudang bahan
baku, MRplus-2 diarsip sendiri oleh bagian produksi, MRplus-3
diberikan pada PPIC, dan MRplus-4 diberikan kepada bagian cost
accounting. Semuanya diarsip berdasarkan nomor. Selanjutnya,
proses produksi akan dilanjutkan.
Tidak ada cacat produksi
Namun apabila pada saat LHP 3 rangkap diserahkan oleh bagian
produksi kepada bagian PPIC dan ternyata tidak ada produk cacat
produksi, maka LHP 3 rangkap tersebut akan dutandatangani oleh
PPIC. Dimana LHP-1 diberikan pada bagian produksi, LHP-2
diarsip sendiri oleh PPIC, dan LHP-3 diberikan kepada bagian cost
accounting, semuanya diarsip berdasarkan nomor. Selanjutnya,
bagian produksi akan membuat dokumen JOB TIME TICKET- JTT
( MF Karyawan, MF COA, TF PrO, TF GL) sebanyak 2 rangkap
secara komputerisasi untuk menghitung jam kerja karyawan yang
akan diotorisasi oleh supervisor produksi. JTT-1 akan diarsip sendiri
oleh bagian produksi, sedangkan JTT-2 diberikan kepada bagian cost
accounting untuk keprluan penghitungan penggajian.
Selanjutnya, bagian produksi akan membuat dokumen MOVING
TICKET (MT) secara manual dimana MT hanya dibuat sebanyak 1
dokumen saja selama proses produksi untuk 1 jenis PrO, dimana dokumen
MT ini akan mengikuti flow dari barang dari departemen satu ke
departemen selanjutnya hingga barang tesebut menjadi finish good dan
sampai di bagian packaging. Pada bagian packaging ini, semua part yang
membentuk suatu produ sudah terkumpul sehingga dapat dilakukan
pengepakan atas produk tersebut. Setelah itu, bagian packaging akan
membuat dokumen HASIL PACKAGING-HP (MF Inventory, MF
Karyawan, MF COA, TF GL, TF PrO) sebanyak 4 rangkap secara
komputerisasi yang diotorisasi oleh supervisor produksi. Dokumen HP ini
juga dibuat setiap hari untuk mempermudah melakukan penghitungan hasil
pengepakan sehari-hari.
Dokumen HP 4 rangkap yang telah diotorisasi beserta sample dari
produk yang telah di-pack diberikan kepada bagian quality control untuk
dilakukan pengecekan atas kualitas, kelengkapan dan berat bruto dengan
timbangan digital. Jika memang setalah dilakukan pengecekan :
Memenuhi standard
Maka bagian quality control akan mengotorisasi dokumen HP 4
rangkap tersebut dan megirimkannya kembali kepada bagian
produksi beserta sample barang yang telah dikirim sebelumnya.
Setelah itu, bagian produksi akan mengirmkan dokumen dan barang
yang telah di-pack kepada bagian gudang finish good. Gudang finish
good akan memeriksa kesesuaian antara kuantitas barang yang
dikirim dan akan mengotorisasi dokumen HP. HP-1 diberikan
kepada bagian produksi. HP-2 diarsip sendiri oleh gudang finish
good, HP-3 diberikan kepada PPIC, sedangkan HP-4 diberikan
kepada bagian accounting, dimana bagian accounting akan
mengupdate dokumen HP (MF Inventory) secara komputerisasi.
Bagian gudang finish good akan mengupdate KARTU SEDIAAN
GUDANG (KSG) secara manual.
Tidak memenuhi standard
Maka bagian quality control akan membuat dokumen REJECT (MF
Inventory, MF COA, TF HP, TF GL) sebanyak 5 rangkap secara
komputerisasi yang diotorisasi oleh kepala quality control yang
selanjutnya akan diserahkan kepada bagian produksi untuk
diotorisasi.Selanjutnya, dokumen HP 4 rangkap akan diotorisasi
pula oleh quality control dan dikirimkan kembali beserta barang
yang di-reject kepada bagian produksi. Bagian produksi akan
menindaklanjuti dengan mengirimkan dokumen REJECT 5 rangkap
dan dokumen HP 4 rangkap yang telah diotoriasai oleh pihak-pihak
terkait beserta barang kepada gudang finish good. Bagian gudang
finish good akan melakukan pengecekan terhadap kuantitas dan
akan melakukan otorisasi terhadap kedua dokumen tersebut.
Dokumen REJECTED-1 diberikan kepada quality control, HP-1 dan
REJECTED-2 diberikan kepada bagian produksi, HP-2 dan
REJECTED-3 diarsip sendiri oleh gudang finish goods, HP-3 dan
REJECTED-4 diberikan kepada PPIC, sedangkan HP-4 dan
REJECTED-5 diberikan kepada bagian accounting. Semuanya
diarsip berdasarkan nomor. Setelah itu bagian accounting akan
mengupdate dokumen HP (MF Inventory) secara komputerisasi.
Bagian gudang finish good akan mengupdate KARTU SEDIAAN
GUDANG (KSG) secara manual.
Selanjutnya, bagian produksi akan membuat dokumen JOB TIME
TICKET- JTT ( MF Karyawan, MF COA, TF PrO, TF GL) sebanyak 2
rangkap secara komputerisasi untuk menghitung jam kerja karyawan yang
akan diotorisasi oleh supervisor produksi. JTT-1 akan diarsip sendiri oleh
bagian produksi, sedangkan JTT-2 diberikan kepada bagian cost accounting
untuk keprluan penghitungan penggajian.
Ketika saat akhir proses produksi ternyata ada kelebihan atau sisa
bahan baku, maka bagian produksi akan membuat dokumen MRn (MF
Inventory, MF COA, TF PrO, TF GL) sebanyak 4 rangkap secara
komputerisasi yang diotorisasi oleh manajer produksi. Dokumen MRn 4
rangkap dan kelebihan bahan baku diberikan kepada gudang bahan baku.
Gudang bahan baku akan melakukan pengecekan kesesuaian antara
dokumen dan barang baku tersebut lalu melakukan otorisasi. MRn-1
diberikan kepada bagian produksi, MRn-2 diarsip oleh bagian gudang
bahan baku sendiri, Mrn-3 diberikan kepada PPIC, MRn-4 diberikan
kepada bagian accounting. Semuanya diarsip berdasarkan nomor.
Pada saat akhir periode, bagian accounting akan menghitung dan
mengalokasikan actual OH rate (MF OH) secara komputerisasi. Namun
untuk kasus job order, bagian accounting akan membuat dokumen JOB
COST SHEET-JCS (MF Customer, MF Inventory, TF PrO) secara
komputerisasi yang selanjutnya akan diberikan kepada bagian marketing
sebagai dasar menentukan harga jual kepada customer.