naskah publikasi minat membaca anak ditinjau dari ... · adanya rasa ketertarikan dalam diri anak...
TRANSCRIPT
1
NASKAH PUBLIKASI
MINAT MEMBACA ANAK DITINJAU DARI INTENSITAS
ORANG TUA MEMBACAKAN DONGENG
Oleh:
Astri Ditya Kusumastuti
Dr. Sukarti
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2007
2
NASKAH PUBLIKASI
MINAT MEMBACA ANAK DITINJAU DARI INTENSITAS
ORANG TUA MEMBACAKAN DONGENG
Oleh:
Astri Ditya Kusumastuti
Dr. Sukarti
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2007
3
NASKAH PUBLIKASI
MINAT MEMBACA ANAK DITINJAU DARI INTENSITAS ORANG TUA
MEMBACAKAN DONGENG
Telah Disetujui Pada Tanggal
_______________________
Dosen Pembimbing Utama
(Dr. Sukarti)
4
MINAT MEMBACA ANAK DITINJAU DARI INTENSITAS ORANG TUA
MEMBACAKAN DONGENG
Astri Ditya Kusumastuti Dr. Sukarti
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada perbedaan minat membaca anak yang sering dibacakan dongeng dengan yang tidak sering atau tidak pernah dibacakan dongeng oleh orang tuanya. Hipotesa awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan antara minat membaca anak yang sering dibacakan dongeng dengan minat membaca anak yang tidak sering dibacakan dongeng oleh orang tuanya.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas empat dan lima SD Muhammadiyah Karangkajen Yogyakarta, berusia 10- 12 tahun. Teknik pengambilan subjek yang digunakan adalah metode purposive sampling. Adapun skala yang digunakan adalah skala minat membaca pada anak yang disusun sendiri oleh penulis berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Bunanta (2004) dan Broughton dalam Tarigan (1990).
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 12.0 for windows untuk menguji apakah terdapat hubungan perbedaan antara minat membaca anak yang sering dibacakan dongeng dengan minat membaca anak yang tidak sering dibacakan dongeng oleh orang tuanya. Uji beda t-test one independent sample menunjukkan koefisien beda sebesar F = 3,605 dengan p=0,00 sehingga p<0,05 yang artinya ada perbedaan antara minat membaca anak yang sering dibacakan dongeng dengan minat membaca anak yang tidak sering dibacakan dongeng oleh orang tuanya.. Jadi hipotesa penelitiian diterima. Kata Kunci : Intensitas Orang Tua Membacakan Dongeng, Minat Membaca.
5
PENGANTAR
Membaca merupakan sebuah sarana untuk menguak cakrawala pengetahuan.
Membaca sangatlah penting bagi mereka yang ingin “cerdas “. Tak mengherankan
kalau agama Islam memerintahkan umatnya untuk “membaca“. Perintah itu,
karena pentingnya membaca, dicantumkan pada ayat pertama dari surat yang
turun pertama kali, yaitu Iqro: bacalah, membaca memang besar manfaatnya,
namun budaya baca di kalangan pelajar dan mahasiswa Indonesia belumlah
mengakar. Oleh karena itu perlu adanya proses pembudayaan membaca. Sebagai
catatan, kegiatan pembudayaan membaca merupakan sebuah proses panjang dan
bukannya sesuatu yang instant.
Sinambela (1993) mengartikan minat membaca adalah sikap positif dan
adanya rasa ketertarikan dalam diri anak terhadap aktivitas membaca dan tertarik
terhadap buku bacaan. Menurut Sutarno (2003), minat baca seseorang dapat
diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi orang tersebut kepada suatu
sumber bacaan tertentu.
Minat membaca sudah harus ditumbuhkan sejak dini pada anak tanpa harus
menunggu anak dapat membaca atau sudah mempunyai keterampilan membaca,
sebab anak- anak kecil bahkan di bawah usia tiga tahun bisa ditumbuhkan
kecintaannya pada buku lewat orang tua yang membacakan buku untuknya. Buku,
selain untuk menumbuhkan minat baca pada anak juga untuk melatih
keterampilan membacanya (Yulia, 2005).
Seiring dengan kemajuan teknologi saat ini, segalanya serba canggih dan
praktis dengan munculnya berbagai media elektronik, informasi tidak hanya bisa
6
diperoleh dengan membaca. Media cetak pun berkurang peminatnya. Menurut
Rachmanata (Republika 28 April 2004), pengunjung perpustakaan nasional dan
perpustakaan daerah sangat rendah yaitu 10-20 persen. Data-data itu menunjukkan
bahwa minat baca di Indonesia masih sangat rendah. Orang merasa tidak perlu
susah- susah membaca. Kebanyakan lebih memilih televisi atau media elektronik
penyampai informasi lainnya. Hal ini pun terjadi pada anak- anak. Tradisi
mendongeng untuk anak- anak pun sudah tergusur termasuk oleh membanjirnya
informasi dalam dunia komunikasi yang berkembang pesat. Anak- anak menjadi
cenderung menikmati televisi, asik dengan permainan video games, dan
menurunnya minat membaca. Padahal kegiatan mendongeng sebenarnya bisa
tetap memikat dan banyak manfaatnya untuk anak- anak.
Masyarakat sekarang ini sedang menghadapi masalah umum dalam bidang
pendidikan anak dan khususnya mengenai minat baca di kalangan anak-anak dan
teman-teman sebayanya. Kenyamanan atau keasyikkan membaca sepertinya
belum mereka ketahui dan alami. Hal ini juga ditegaskan oleh ungkapan Sarwono
dalam harian Suara Merdeka 2004, bahwa anak lebih suka untuk memilih
alternatif lain yang lebih menarik seperti televisi, video, dan film dibanding harus
membaca apalagi buku- buku pelajaran yang dirasa kurang diminati.
Berdasarkan artikel dalam Republika 28 April, 2004, para ahli menyebutkan
bahwa cara optimal mengembangkan potensi anak adalah dengan selalu
merangsang kelima panca inderanya. Banyak hal yang dapat dilakukan, namun
sesungguhnya membacakan buku sejak dini pada anak merupakan cara paling
mudah. Anak belajar dari apa yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Anak
7
yang dibacakan buku, akan meminta buku. Membacakan buku juga dapat menjadi
obat. Buku dapat meringankan anak yang sedang sakit dan menidurkan anak yang
tidak mau tidur. Buku menjadi seperti susu. Anak akan selalu meminta dan
meminta lagi. Saat anak memasuki usia sekolah, ibu tak perlu lagi bersusah payah
menyuruh anak belajar atau membaca buku, karena anak telah mencintai buku.
Buku memuaskan rasa ingin tahunya yang besar. Usia balita (bawah lima tahun)
disebut-sebut sebagai the golden age, usia keemasan seorang manusia. Penelitian
mengenai otak manusia belakangan ini telah menunjukkan bahwa perkembangan
intelektual otak berkembang pesat menjadi 50 persen potensi otak dewasa pada
empat tahun pertama sejak anak dilahirkan.
Bunanta (2004) mengungkapkan, peran orang tua sangat penting, bahkan
menentukan, dalam menanamkan minat baca pada anak. Merupakan tugas orang
tua untuk memperhatikan masa peka seorang anak. Jika masa peka anak sudah
datang, maka orang tua harus bersiap-siap memberikan pelajaran-pelajaran dasar
pada anak, seperti memberikan pelajaran-pelajaran visual (melihat) dengan
menggunakan alat-alat seperti boneka dan pelajaran audio seperti melatih anak
mendengarkan musik. Kemudian setelah itu, sudah waktunya anak diajari
membaca. Dengan membaca wawasan maka tingkat intelektualitas anak akan
meningkat. Peran orang tua sangat menentukan di sini. Jika orang tua tidak
terbiasa dan tidak mencontohkan untuk membaca, jangan heran apabila si anak
juga tidak ada minat membaca dan sulit diajarkan membaca. Begitu pula paparan
hasil penelitian Evans, M.A, dkk (2004) bahwa peranan orang tua dalam
8
membentuk serta memotivasi anak untuk membaca lebih besar daripada peran
pengajar.
Sedyawati (1999) menambahkan, betapa pentingnya menumbuhkan minat
baca pada anak sejak kecil. Cara yang paling mudah adalah dengan mendongeng
melalui buku cerita. Setelah seorang anak sudah bisa membaca, anak- anak akan
berusaha mengetahui isi bacaan tanpa harus menunggu didongengi, dan hasilnya
mereka akan tertarik untuk membaca. Setelah itu baru ditunjang dari lingkungan
tempat tinggal dan pendidikan di sekolah yang mendukung anak untuk tetap
tertarik dengan membaca.
Mendongeng , bercerita, amat besar manfaatnya buat si kecil. Dulu orang tua
mendongeng saat anak akan berangkat tidur. Dongeng yang dibawakan pun
bermacam- macam ; bisa lucu, sedih, gembira, juga mendebarkan. Bentuknya juga
bisa beraneka ragam seperti bentuk cerita rakyat, legenda cerita dunia binatang,
hingga kehidupan sehari- hari seperti bawang merah bawang putih, kancil, timun
mas, atau dongeng- dongeng import seperti Cinderella, putri salju dan tujuh
kurcaci, Peterpan, dan sebagainya.
Mendongeng kepada anak sebelum tidur, selain sangat efektif untuk
memupuk daya imajinasi dan rasa ingin tahu anak, penting juga untuk membina
hubungan emosional orang tua dan anak. Dalam arsip Mata Baca, 2004
dikemukakan, JK. Rowling pengarang buku best seller Harry Potter yang
mengantarkannya menjadi penulis terkaya di dunia, mengaku semasa kecil ia
selalu diberi dongeng oleh orangtuanya, sehingga daya imajinasinya begitu tinggi.
9
Membacakan buku atau membacakan dongeng bagi anak merupakan salah
satu hal yang paling berharga. Jennings (2006) mengatakan orang tua tidak perlu
khawatir jika pilihan buku anak tidak beragam, karena tujuan utamanya adalah
membuat anak membaca dan menyukainya. Komik yang memiliki kelebihan pada
gambar sehingga mudah dipahami, tidak membentuk kebiasaan buruk pada anak.
Munandar. U dalam Kutipan Hasil Seminar Anak 1999 menyatakan,
membacakan dongeng kepada anak dapat dikatakan intens yaitu setiap hari (15-
30 menit) sebelum tidur.
Sri Triatri dalam situs All About Baby (2003) mengungkapkan lewat
dongeng pula hubungan anak dan orang tua bisa tejalin lebih erat karena terjadi
interaksi yang begitu intens. Sesuai dengan bertambahnya usia, si kecil yang
memiliki rasa ingin tahu begitu besar, ingin juga belajar membaca. Pada saat ia
sudah bisa membaca sendiri, ia akan tergoda untuk membaca buku yang selama
ini dibacakan ayah atau ibunya. Lewat cerita yang kita tuturkan pada anak, secara
tak langsung kita membantunya menambah perbendaharaan kata anak. Pada usia
anak 2 sampai 7 tahun, si kecil sudah bisa diperkenalkan dengan dongeng-
dongeng yang lebih kompleks. Mereka juga suka cerita tentang bagaimana
terjadinya sesuatu atau bagaimana cara kerja suatu benda. Inilah kesempatan
orang tua untuk mendorong minat anak.
10
METODE PENELITIAN
Karakteristik subjek pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah siswa
SD Muhammadiyah Karangkajen Yogyakarta kelas empat dan lima yang berusia
10- 12 tahun.
Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Pengumpulan data berbentuk
angket dengan metode skala yaitu menggunakan skala-skala psikologis untuk
mengungkap atribut psikologis yang dijadikan variabel dalam penelitian ini. Skala
ini terdiri dari skala minat membaca pada anak yang disusun sendiri oleh peneliti
berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Bunanta dan Broughton.
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisa statistik. Untuk
melihat perbedaan antara minat membaca anak yang sering dibacakan dongeng
dengan minat membaca anak yang tidak sering dibacakan dongeng oleh orang
tuanya yaitu menggunakan teknik uji beda t-test one independent sample.
11
HASIL PENELITIAN
Uji Asumsi
Sebelum melakukan analisis uji beda untuk menguji hipotesis penelitian,
peneliti melakukan uji asumsi terlebih dahulu sebagai syarat analisis uji beda. Uji
persyaratan meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah bentuk sebaran data
empirik mengikuti sebaran data normal teoritik. Uji normalitas menggunakan
teknik statistik one sample Kolmogorov-Smirnov. Kaidah yang digunakan yaitu
jika p>0,05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p<0,05 maka sebaran data
tidak normal.
Uji normalitas mengahsilkan KS-Z 1,146 dengan p sebesar 0,145 untuk
variabel minat membaca. Berdasarkan hasil analisis maka dapat dikatakan bahwa
sebaran data variabel minat membaca pada anak usia 10-12 tahun norma dengan
p>0,05.
Hasil Uji Homogenitas
Uji homogenitas yaitu menghitung statistic Levene untuk mengetahui
adakah kesamaan atau perbedaan antara minat membaca anak yang sering
dibacakan dongeng dengan minat membaca anak yang tidak sering dibacakan
dongeng. Hasil uji homogenitas ini didapat Levene Statistic 3,605 dengan nilai p
sebesar 0,060 atau p>0,05. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat dikatakan
bahwa varian kedua kelompok tersebut adalah homogen.
12
Uji Hipotesis
Hasil analisis uji beda t-test perbedaan antara minat membaca anak yang
sering dibacakan dongeng dengan minat membaca anak yang tidak sering
dibacakan dongeng oleh orang tuanya menghasilkan koefisien F = 3,605 dengan p
sebesar 0,000. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya perbedaan
minat membaca pada anak yang sering dibacakan dongeng dengan minat
membaca pada anak yang tidak sering dibacakan dongeng, sehingga hipotesis
diterima.
13
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka hipotesis yang telah
diajukan, yaitu ada perbedaan antara minat membaca anak yang sering dibacakan
dongeng dengan minat membaca anak yang tidak sering dibacakan dongeng oleh
orang tuanya diterima. Hasil analisis uji beda dengan menggunakan teknik t-test
menunjukan koefisien F = 3,605 dengan p sebesar 0,000. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa adanya perbedaan minat membaca pada anak yang sering
dibacakan dongeng dengan minat membaca pada anak yang tidak sering
dibacakan dongeng.
Subjek yang sering dibacakan dongeng atau cerita oleh orang tuanya
memiliki minat membaca yang tinggi dan sebaliknya subjek yang tidak sering
dibacakan dongeng oleh orang tuanya maka minat membacanya rendah pula.
Anak yang sering dibacakan dongeng oleh orang tuanya akan memiliki
kesenangan yang tinggi pada membaca, akan lebih memilih mengisi waktunya
dengan membaca, dan tentunya dengan sering membaca maka anak akan memiliki
kelebihan pada pamahaman bacaan. Sebaliknya, anak yang tidak sering bahkan
tidak pernah dibacakan dongeng oleh orang tuanya tidak memiliki ketertarikan
yang tinggi pada membaca, lebih memilih mengisi waktunya dengan kegiatan lain
selain membaca, dan tentunya anak akan kurang memiliki kemampuan dalam hal
pemahaman bacaan.
Hasil penelitian ini mendukung teori yang telah diuraikan pada bab- bab
sebelumnya, bahwa minat membaca pada anak dapat ditumbuhkan dari usia sedini
mungkin dan dengan metode yang disukai oleh anak. Menurut Yulia (2005),
14
untuk menumbuhkan kesenangan anak pada membaca dapat dilakukan sedini
mungkin tanpa harus menunggu anak memiliki kemampuan untuk membaca,
karena melalui orang tua yang membacakan buku untuknya, kecintaan anak pada
buku dapat ditumbuhkan, disamping itu juga untuk melatih keterampilan
membaca pada anak.
Teori dari Sobur (1985) juga bisa dibuktikan melalui hasil penelitian ini,
dimana faktor- faktor yang mempengaruhi minat membaca atara lain mengamati
gambar, melihat buku, dan mendengarkan cerita. Menimbulkan minat membaca
pada anak tergolong usaha yang disengaja oleh orang tua, namun demikian
hendaknya orang tua menyadari bahwa menimbulkan minat baca pada anak di
usia pra- sekolah yaitu 3- 5 tahun, tidak bertujuan untuk menjadikan anak bisa
atau pandai membaca, melainkan lebih dimaksudkan agar anak- anak usia tersebut
senang dan menghargai buku. Bukan hanya itu, sebaiknya orang tua memberikan
contoh nyata pada anak untuk membaca bukan hanya memintanya untuk
membaca.
Kelemahan dari penelitian ini adalah banyaknya aitem yang gugur dari tahap
uji coba. Hal ini disebabkan sedikitnya jumlah aitem yang digunakan dalam tahap
uji coba yaitu 25 karena pertimbangan subjek yang digunakan untuk penelitian
berusia 10- 12 tahun. Hal lain yang menjadi faktor kelemahan penelitian ini yaitu
skala yang disusun sendiri oleh peneliti, memiliki keterbatasan kurang mampu
menyusun pernyataan yang dapat mewakili tiap aspek serta keterbatasan
kemampuan peneliti dalam menyusun kalimat yang sesuai untuk anak usia 10- 12
tahun.
15
KESIMPULAN
Ada perbedaan antara minat membaca anak yang sering dibacakan dongeng
dengan anak yang tidak sering dibacakan dongeng oleh orang tuanya. Semakin
tinggi intensitas orang tua membacakan dongeng, maka semakin tinggi minat
membaca pada anak. Sebaliknya, semakin rendah intensitas orang tua
membacakan dongeng, maka semakin rendah minat membaca pada anak.
SARAN
1. Bagi Anak
Kepada anak, khususnya subjek penelitian disarankan untuk lebih mencintai
buku, dan mencintai membaca. Misalnya dengan lebih sering mengunjungi
dan membaca buku di perpustakaan sekolah, atau lebih mengisi waktu luang
dengan membaca, karena dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minat
membaca pada anak masih sangat rendah.
2. Bagi Orang tua
Orang tua diharapkan dapat memberikan panutan yang baik bagi anak, dengan
orang tua membacakan dongeng untuk anak sejak dini, karena dari penelitian
ini dapat dilihat hubungan yang sangat signifikan antara orang tua
membacakan dongeng dengan minat membaca anak. Menanamkan pada anak
bahwa buku sangat bermanfaat dan menyenangkan, serta menyediakan buku-
buku bacaan di lingkungan rumah sesuai usia dan kemampuan anak dapat
membantu proses untuk menjadikan anak mencintai buku.
16
3. Bagi Pihak Sekolah
a. Pihak sekolah diharapkan dapat tetap mempertahankan dan meningkatkan
fasilitas buku di perpustakaan demi menunjang kecerdasan siswa- siswi
dengan menyediakan buku- buku yang merupakan sumber ilmu
pengetahuan.
b. Peran dari guru-guru yang harus lebih optimal untuk memberikan
pengetahuan kepada siswa-siswanya, tentang pentingnya menyukai
membaca sejak kecil. Misalnya dengan rutin mengunjungi perpustakaan
bersama- sama pada mata pelajaran tertentu untuk mencari lebih banyak
ilmu pengetahuan melalui buku- buku yang tersedia di perpustakaan.
4. Bagi penerbit buku, hendaknya lebih banyak memproduksi buku- buku untuk
bacaan anak- anak, namun tidak hanya yang sejenis komik. Cerita- cerita
rakyat dari negeri sendiri juga perlu untuk diterbitkan dengan kemasan yang
menarik agar anak- anak senang untuk membacanya.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Penelitian yang berkaitan dengan intensitas orang tua membacakan
dongeng terhadap minat membaca pada anak masih banyak yang perlu
diungkap khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi kedua variabel
tersebut. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan subjek
selain anak usia 10-12 tahun, mungkin anak usia dini, dan lain- lain
dengan metode yang lebih variatif supaya menghasilkan berbagai macam
variasi penelitian.
17
b. Keterbatasan dari penelitian ini adalah kurangnya sampel untuk uji coba,
sehingga untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk memperhatikan
jumlah sampel yang akan digunakan karena semakin banyak sampel
penelitian yang digunakan akan semakin baik. Hal tersebut akan
memberikan rasa aman dan kepercayaan terhadap parameter aitem yang
diperoleh.
c. Dan bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menemukan atau
menghasilkan langkah untuk meningkatkan minat membaca pada anak
yang efektif.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1977. Ilmu Jiwa Anak. Semarang: CV. Toha Putra. Aiken, L. R. 1994. Psychology Testing and Assessment. MA: Allyn and Bacon. Akbar. R. & Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak, Mengenal Sifat,
Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Ali, L. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Anastasi, A. & Urbina, S. 1997. Psychology Testing. 7th ed. NJ: Prentice- Hall,
Inc. Anonim. 2003. Manfaat Mendongeng Untuk Si Kecil.
http://www.allaboutbaby.com/html.11,9k.25/02/06. Artikel dalam Kompas. 2006. Komik Negeri Sendiri… . Artikel dalam Plaza Era Muslim. 2004. Senang Buku Sejak Balita, Gemar
Membaca Sepanjang Masa ! http://www. ads.eramuslim.com/tirapustaka/index.htm.23/03/07.
Azwar, S. 1988. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty. Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Bunanta, M. 2004. Membaca Sambil Bermain.
http://www.republika.co.id/html/39,9k.15/06/06. Bunanta, M. 2004. Buku, Mendongeng dan Minat Membaca. Jakarta: Pustaka
Tangga. Chaplin, J.P. 2000.Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Crow, L.D and Crow, A. 1993. General Psychology. Toronto: Littlefield adams
and company. Dariyo, A. 2000. Pengaruh Pelatihan Speed Reading Terhadap Kecepatan
Membaca dan Pemahaman Bacaan Pada Dosen di Jakarta. Indonesian Psychological Journal, 16, 22- 31.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
19
Evans, M.A., Fox, M., Cremaso, L., and McKinnon, L. 2004. Beginning Reading: The Views of Parents and Teachers of Young Children. Journal of Educational Psychology, 96, 130- 141.
Ginting, V. 2005. Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan
Keterampilan Dasar Membaca Bahasa Indonesia serta Minat Baca Murid. Jurnal Pendidikan. Jurnal Pendidikan Penabur- No. 04/ Th.IV/ Juli 2005.
Gunarsa, S.D. 2004. Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: PT. BPK Gunung
Mulia. Hadi, S. 2003. Statistik. Jilid1. Yogyakarta : Andi Offset. ______. 2003. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset. Hurlock, E. B. 2002. Perkembangan Anak jilid 1. Penterjemah: Istiwadayati,
Soedjarwo, Sijabat, R. M. Jakarta: Erlangga. Jennings, P. 2006. Agar Anak Anda Tertular “Virus” Membaca. Bandung: MLC. Kartono, K. 1982. Psikhologi Anak. Bandung: Penerbit Alumni. Kartono, K. 1985. Seri Psikologi Terapan IV, Mengenal Dunia Kanak- kanak.
Jakarta: CV. Rajawali. Kartono, K dan Gulo, D. 2003. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya. Leonhardt, M. 2001. 99 Cara Menjadikan Anak Anda “Keranjingan” Membaca.
Jakarta: Kaifa. Monks. S, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Munandar, S.C.U. 1977. Pemandu Anak Berbakat Suatu Penjajagan. Jakarta:
Rajawali. Munandar, S.C.U. 1987. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta: PT. Gramedia. Musthafa, F. 2005. Agar Anak Anda Gemar Membaca. Bandung: Hikmah. Nashori. 2006. Hubungan Antara Kualitas dan Intensitas Dzikir Dengan
Kelapangdadaan Mahasiswa. Msi-UII. Net. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
20
National Institute of Education. 1994. Teaching and Learning. January Vol. 14 no. 2. Singapore: Nanyang Technological University.
Nugroho, P. 2004. Minat Baca Rendah, Siapa Salah?
http://www.suaramerdeka.com/harian/0602/01/mur09.htm-5k. Nurani, Y. 2004. Membaca Sambil Bermain. http://www.republika.co.id.25/02/06. Padji. 1992. Meningkatkan Keterampilan Otak Anak (Psikologi Perkembangan
Anak). Bandung: Pionir Jaya. Purnomo, H. B. 1990. Memahami Dunia Anak- anak. Bandung: Mandar Maju. Rahman, S. 2005. Pengaruh Dongeng Terhadap Tingkat Kreativitas Verbal Pada
Masa Anak Prasekolah. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Rachmanata, D. P dalam Republika. 28 April 2004. Aku Perlu Dibacakan Buku,
Ibu. Random House Unabridged Dictionary, copyright 1997, by Random House, Inc.,
on Infoplease. Intensiometer (http://www.infoplease.com/dictionary/intensitas).
Riefna. 1999. Kutipan Hasil Seminar Anak. http://www.mail-archive.com/balita-
[email protected]/02/06. Robbins, C and Ehri, L.C. 1994. Reading Storybooks to Kindergartners Helps
Them Learn New Vocabulary Words. Journal of Educational Psychology, 86, 54- 64.
Ruth, K. 2006. Asyiknya Membaca. Jakarta: Prestasi Pustaka Anak. Sarwono, S. 2004. Lingkungan Kendala Siswa Gemar Membaca.
www.suaramerdeka.com/harian/0409/24/x_kot.html-20k. Schmidt, L. 2004. Membaca Sambil Bermain.
http://www.republika.co.id/html/39,9k.15/06/06. Sedyawati, E. 1999. “Hypertext” Tingkatkan Minat Baca Anak.
www.kompascommunity.com/index.php.15/06/06. Setianti, F. 2000. Efektivitas Mendengarkan Pembacaan Cerita Dalam
Meningkatkan Minat Membaca Pada Anak Sekolah Dasar. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
21
Sénéchal, M., LeFevre, J.A., Hudson, E., and Lawson, E.P. 1996. Knowledge of Storybooks as a Predictor of Young Children’s Vocabulary. Journal of Educational Psychology, 88, 520- 536.
Sinambela, N. L. 1993. Hubungan Minat Membaca dengan Kreativitas Pada
Siswa- siswi Kelas II SMP Negeri 5 Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Sobur. A. 1985. Komunikasi Orang Tua dan Anak. Bandung: Angkasa. Soetopo, H dalam Suara Merdeka. 1 Februari 2006. Tak Ingin Pikun, Rajinlah
Membaca. Steinberg, L and Belsky, J. 1991. Infancy, Childhood, and Adolescence. USA:
McGraw- Hill. Inc. Sutan, F. 2004. Langkah Praktis Menjadikan Anak Maniak Membaca. Jakarta:
Puspa Swara. Sutarno. 2003. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Tampubolon, D. P. 1987. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan
Efisien. Bandung: Angkasa. Tarigan, H. G. 1990. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa. VandenBos, PhD, G. 2007. APA Dictionary of Psychology. Washington DC:
American Psychological Association. Yulia, A. 2005. Cara Menumbuhkan Minat Baca Anak. Jakarta: PT. Gramedia.