nata merupakan produk fermentasi dari bakteri acetobacter xylinum yang berupa lembaran selulosa dari...

21
Nata merupakan produk fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang berupa lembaran selulosa dari pengubahan gula yang terdapat pada substrat (umumnya air kelapa tetapi dapat pula dari bahan lain) menjadi pelikel selulosa. Nata ini kandungan utamanya adalah air dan serat sehingga baik untuk diet dan sering digunakan dalam pembuatan dessert atau sebagai tambahan substansi pada koktail, es krim dan sebagainya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan nata di antaranya adalah bakteri, gula dan nitrogen, selain itu harus pula diperhatikan suhu dan pH serta jangan tergoyanng agar pembentukan pelikel berlangsung baik. Bakteri Acetobacter xylinum adalah bakteri Gram negatif yang dapat mensistesis selulosa dari fruktosa. Selulosa ini memiliki pori melintang pada kristal mini glukan yang kemudian terkoalisi dedalam mikrofibril. Cluster mikrofibril yang ada dalam struktur senyawa yang terbentuk seperti pita-pita ini dpat diamatai secara langsung menggunakan mkroskop. Acetobacter xylinum merupkan suatu model sistem untuk mempelajari nzim dan gen yang terlibat dalam biosintesis selulosa. Jumlah inokulum yang diberikan 10 – 20% dari bakteri umur 6 hari. Tahapan pembuatan nata adalah: Air kelapa yang telah dibersihkan dari kotoran ditambah gula pasir 2,5% dan amonium sulfat 0,5% kemudian direbus. Setelah perrebusan ditambahkan asam asetat 99,8% sebanyak 0,75% untuk menurunkan pH agar sesuai bagi pertumbuhan bakteri. Setelah medium dingin ditambahkan starter nata (Acetobacter xylinum) dan diinkubasi selama 1 mingu pada suhu kamar. Nata yang terbentuk kemudian dipanen dan lembaran direndam dalam air segar untuk menghilangkan lendir dan asam kemduian dilakukan pemotongan dan pencucian kembali hingga asam hilang. Nata yang telah bersih kemudian diberi sirup ntuk dikemas atau untuk konsumsi yang lain. Sumber karbon merupakan faktor penting dalam proses fermentasi. Bakteri untuk menghasilkan nata membutuhkan sumber karbon bagi proses metabolismenya. Glukosa akan masuk ke dalam sel dan digunakan bagi penyediaan energi yang dibutuhkan dalam perkembangbiakannya. Fruktosa yang ada akan disintesis menjadi selulosa. Jumlag gula yang ditambahkan harus diperhatikan sehingga mencukupi untuk metabolisme dan pembentukan pelikel

Upload: fani-novitasari

Post on 06-Aug-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nata Merupakan Produk Fermentasi Dari Bakteri Acetobacter Xylinum Yang Berupa Lembaran Selulosa Dari Pengubahan Gula Yang Terdapat Pada Substrat

Nata merupakan produk fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang berupa lembaran selulosa dari pengubahan gula yang terdapat pada substrat (umumnya air kelapa tetapi dapat pula dari bahan lain) menjadi pelikel selulosa. Nata ini kandungan utamanya adalah air dan serat sehingga baik untuk diet dan sering digunakan dalam pembuatan dessert atau sebagai tambahan substansi pada koktail, es krim dan sebagainya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan nata di antaranya adalah bakteri, gula dan nitrogen, selain itu harus pula diperhatikan suhu dan pH serta jangan tergoyanng agar pembentukan pelikel berlangsung baik.

Bakteri Acetobacter xylinum adalah bakteri Gram negatif yang dapat mensistesis selulosa dari fruktosa. Selulosa ini memiliki pori melintang pada kristal mini glukan yang kemudian terkoalisi dedalam mikrofibril. Cluster mikrofibril yang ada dalam struktur senyawa yang terbentuk seperti pita-pita ini dpat diamatai secara langsung menggunakan mkroskop. Acetobacter xylinum merupkan suatu model sistem untuk mempelajari nzim dan gen yang terlibat dalam biosintesis selulosa. Jumlah inokulum yang diberikan 10 – 20% dari bakteri umur 6 hari.

Tahapan pembuatan nata adalah: Air kelapa yang telah dibersihkan dari kotoran ditambah gula pasir 2,5% dan amonium sulfat 0,5% kemudian direbus. Setelah perrebusan ditambahkan asam asetat 99,8% sebanyak 0,75% untuk menurunkan pH agar sesuai bagi pertumbuhan bakteri. Setelah medium dingin ditambahkan starter nata (Acetobacter xylinum) dan diinkubasi selama 1 mingu pada suhu kamar. Nata yang terbentuk kemudian dipanen dan lembaran direndam dalam air segar untuk menghilangkan lendir dan asam kemduian dilakukan pemotongan dan pencucian kembali hingga asam hilang. Nata yang telah bersih kemudian diberi sirup ntuk dikemas atau untuk konsumsi yang lain.

Sumber karbon merupakan faktor penting dalam proses fermentasi. Bakteri untuk menghasilkan nata membutuhkan sumber karbon bagi proses metabolismenya. Glukosa akan masuk ke dalam sel dan digunakan bagi penyediaan energi yang dibutuhkan dalam perkembangbiakannya. Fruktosa yang ada akan disintesis menjadi selulosa. Jumlag gula yang ditambahkan harus diperhatikan sehingga mencukupi untuk metabolisme dan pembentukan pelikel nata. Meskipun pada air kelapa terdapat gula namun gula yang ada belum mencukupi untuk pembentukan pelikel sehingga perlu ditambahkan dari luar.

Selain gula, sumber nitrogen merupakan faktor penting pula. Nitrogen diperlukan dalam pembentukan protein yang penting pada pertumbuhan sel dan pembentukan enzim. Kekurangan nitrogen menyebabkan sel kurang tumbuha dengan baik dan menghambat pembentukan enzim yang diperlukan sehingga proses fermentasi dapat mengalami kegagalan atau tidak sempurna. Nitrogen yang digunakan untuk pembuatan nata umumnya adalah pupuk ZA yang relatif murah dan cenderung asam dibandingkan urea.

pH medium dibuat sekitar 3 – 4 menggunakan asam cuka dan suhu inkubasi sekitar 28 – 300C atau suhu kamar dan dijaga dari kontaminan, misalnya dengan ditutup kain saring atau kertas koran. Bak fermentasi umumnya dibuat bertingkat untuk menghemat tempat.

Ditulis dalam Fermentasi, acetobacter, air kelapa, nata

Page 2: Nata Merupakan Produk Fermentasi Dari Bakteri Acetobacter Xylinum Yang Berupa Lembaran Selulosa Dari Pengubahan Gula Yang Terdapat Pada Substrat

Nata de coco adalah hidangan penutup yang terlihat seperti jeli, berwarna putih hingga bening dan bertekstur kenyal. Makanan ini dihasilkan dari fermentasi air kelapa, dan mulanya dibuat di Filipina.

"Nata de coco" dalam bahasa Spanyol berarti "krim kelapa". Krim yang dimaksudkan adalah santan kelapa. Penamaan nata de coco dalam bahasa Spanyol karena Filipina pernah menjadi koloni Spanyol.

[sunting] Pembuatan

Bibit nata adalah bakteri Acotobacter xylinum yang akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata.

Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada suhu 28°– 31°C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen.

Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam organik dan anorganik lain bisa digunakan.

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Nata_de_coco"Kategori: Masakan Filipina | Hidangan penutup

Page 3: Nata Merupakan Produk Fermentasi Dari Bakteri Acetobacter Xylinum Yang Berupa Lembaran Selulosa Dari Pengubahan Gula Yang Terdapat Pada Substrat

Nata de coco merupakan produk hasil proses fermentasi air kelapa dengan bantuan aktivitas Acetobacter xylinum. Nata berasal dari bahasa spanyol yang artinya terapung. Ini sesuai dengan sifatnya yaitu sejak diamati dari proses awal terbentuknya nata merupakan suatu lapisan tipis yang terapung pada permukaan yang semakin lama akan semakin tebal.

Semula industri nata de coco dimulai dari adanya industri rumah tangga yang menggunakan sari buah nenas sebagai bahan bakunya. Produk ini dikenal dengan nama nata de pina. Dikarenekan nenas sifatnya musiman, pilihan itu jatuh kepada buah kelapa yang berbuah sepanjang tahun dan dalam jumlah yang cukup besar serta ditemukan secara merata hamper diseluruh pelosok tanah air. Di skala industri, nata de coco sudah dikenal sejak diperkenalkannya pada tahun 1975. tetapi, sampai saat ini, industri nata de coco masih tergolong sedikit (di Indonesia). Padahal jika melihat prospeknya dimasa mendatang cukup enggiurkan. Akhir-akhir ini, Negara berkembang sedang melirik industri nata de coco.

Ada beberapa kelebihan atau daya tarik dari nata de coco yang menjadikannya sebagai sebuah industri yang cukup menjanjikan, diantaranya :

Pertama, nata de coco dikenal sebagai produk kaya serat. Kebutuhan masyarakat akan serat memang sesuatu hal mutlak, terutama masyarakat menengah keatas. Sejalan dengan berkembangnya era globalisasi masyarakat mendatang mulai melirik masalah kesehatan. Kesehatan bahkan dijadikan kebutuhan utama dibandingkan dengan kebutuhan lainnya. Dan nata de coco sangat baik untuk kesehatan karena serat yang dikandungnya. Akhir-akhir ini, banyak masyarakat yang rela menghabiskan uangnya guna mengkonsumsi tambahan serat dalam bentuk suplemen. Nata de coco adalah produk alami. Kecendrungan asyarakat adalah lebih tertarik kepada produk alami dibandingkan produk sintetis.

Kedua, nata de coco kaya akan gizi. Satu hal yang merupakan ciri masyarakat masa depan adalah kecendrungannya mengkonsumsi makanan yang bergizi merupakan suatu kebutuhan. Dan lagi-lagi nata de coco menjawab harapan masyarakat, nata de coco kaya akan gizi. Didalam nata de coco sendiri terkandung protein, lemak, gula, vitamin, asam amino, dan hormn pertumbuhan.

Ketiga, nata de coco mempunyai rasa yang lumayan enak. Disamping kaya akan gizi, nata de coco juga enak dikonsumsi. Jika dicampur dengan es teler, es krim atau fruit cocktail menjadikannya makanan yang mengundang selera.

Keempat, bahan pembuatan nata de coco mudah diperoleh dan tidak bersifat musiman. Nata de coco terbuat dari air kelapa. Dan kelapa sudah banyak dan hampir tersebar merata diseluruh pelosok tanah air. Kelapa juga berbuah sepanjang tahun dan tidak bersifat musiman.

Kelima, proses pengolahan dan peralatan industri nata de coco sederhana dan tidak memakan waktu yang lama. Pembuatan nata de coco tergolong cukup sederhana. Inductri rumah taggapun mampu memproduksinya. Waktu pembuatannya juga tergolong singkat, sekitar satu mingu sudah dapat dikonsumsi.

Keenam, industri nata de coco, merupakan industri yang ramah lingkungan.

Page 4: Nata Merupakan Produk Fermentasi Dari Bakteri Acetobacter Xylinum Yang Berupa Lembaran Selulosa Dari Pengubahan Gula Yang Terdapat Pada Substrat

Ketujuh, industri nata de coco belum begitu pesat perkembangannya. Peluang ini jika dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, bukan mustahil akan mendatangkan keuntungan yang besar.

Demikianlah beberapa kelebihan yang dimiliki nata de coco sebagai industri masa depan yang cukup menggiurkan.

Dalam rangka mempelajari cara pembuataan Nata de Coco, yang dalam bahasa Indonesia berarti krim dari kelapa ( nata : krim & coco : kelapa ). Beberapa mahasiswa Fakultas Teknobiologi Atmajaya kembali mengadakan kegiatan di luar kampus pada tanggal 4 November 2004 yang lalu. Kali ini kami mengunjungi M-Brio Food Laboratory di daerah Bogor. M-Brio Food Laboratory dipimpin langsung oleh Prof. Dr. F.G. Winarno, Guru Besar Ilmu Pangan, salah seorang pakar dibidang pangan terkemuka yang telah diakui reputasinya secara nasioanal maupun internasional, yang kebetulan juga menjadi salah satu dosen dan pemrakarsa berdirinya Fakultas Teknobiologi Atmajaya. Beliau juga pernah menjadi Presiden Codex Alimentarius Commission FAO/WHO selama dua periode pada tahun 1991-1995. Codex adlah organisasi yang dinaungi oleh PBB ( FAO dan WHO ), sister organisasi PBB yang bermarkas besar di FAO, Roma, Italia. Organisasi in berperan menetapkan standard pangan internasioanl bagi perdagangan pangan dunia, termasuk pedoman metode pengambilan contoh dan pedoman analisa pangan.

Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata tidak akan tumbuh di dalam cairan). Bahan yang dapat digunakan sebagai media untuk pembuatan nata adalah air kelapa sehingga produknya dikenal dengan nata de coco. Selain itu bahan lainnya adalah sari nanas (nata de pina), kedelai (nata de soya) atau buah lain yang mengandung glukosa. Mikroba yang aktif dalam pembuatan nata adalah bakteri pembentuk asam asetat yaitu Acetobacter xylinum. Mikroba ini dapat merubah gula menjadi selulosa. Jalinan selulosa inilah yang membuat nata terlihat putih.

Tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam pembuatan nata adalah persiapan media, starter, inokulasi, fermentasi/pengeraman, pemanenan, penghilangan asam dan pengawetan. Komposisi media yang digunakan untuk pengawetan. Komposisi media yang digunakan untuk starter adalah sama dengan media untuk pemeliharaan kultur tetapi tanpa media agar.

Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:

Air kelapa (1 ltr) gula (7.5-10%) 0.06% (NH4)2SO4 dipanaskan sampai gulanya larut kemudian disaring untuk menghilangkan sisa-sisa kulit kelapa. Setelah dingin, pHnya diatur dengan menambahkan asam asetat atau asam cuka hingga kisaran 3-4. kemudian diinokulasi dengan biakan nata/air kelapa

Page 5: Nata Merupakan Produk Fermentasi Dari Bakteri Acetobacter Xylinum Yang Berupa Lembaran Selulosa Dari Pengubahan Gula Yang Terdapat Pada Substrat

konsentrasi tinggi (10%). Dituang dalam wadah fementasi. Wadah ditutup dan diperam selama 8-14 hari hingga lapisan mencapai ketebalan kurang lebih 1.5 cm. Setelah pemeraman selesai, nata dipanen, dicuci, dihilangkan asamnya dengan perebusan atau perendaman dalam air selama tiga kali (air diganti tiap hari). Nata kemudian dipotong-potong dan direbus kembali, ditiriskan. Perebusan selanjutnya dalam larutan gula 40% selama 30-45 menit. Dibiarkan semalam dalam larutan gula. Selanjutnya nata siap dikonsumsi.

Dengan mempelajari cara pembuatan makanan ringan yang nikmat ini kini kita dapat melakukan eksperimen sendiri di rumah atau bahkan menciptakan produk-produk baru yang inovatif berbahan berbahan baku nata de coco atau nata-nata yang lainnya. Selamat mencoba!

PENDAHULUAN

Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan merupakan salah

satu sumber devisa negara. Daerah penghasil kelapa di Indonesia antara lain Sulawesi

Utara, Riau, Jambi, Lampung, Daerah Istimewa Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Utara,

Sulawesi Tengah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan

Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Sebesar 90,86% dari total produksi

kelapa Indonesia berasal dari daerah-daerah tersebut. Hingga tahun 2004 Indonesia

merupakan penghasil kelapa terbesar di Dunia (Departemen Pertanian, 2004 dalam Anonim,

2008). Dari kelapa tersebut dapat dihasilkan air kelapa mencapai 900 juta liter per tahun

(Sutardi, 2004 dalam Anonim,2008).

Salah satu bentuk diversifikasi pemanfaatan limbah air kelapa yaitu nata de coco.

Nata De Coco merupakan jenis komponen minuman yang terdiri dari senyawa selulosa

(dietry fiber), yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang melibatkan

jasad renik (mikrobia), yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata. Kata nata sendiri berasal

dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai

‘natare’ yang berarti terapung-apung. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari air

kelapa atau sari kelapa dan dicoba pada tahun 1973 dan mulai diperkenalkan pada tahun

1975. Namun demikian, nata de coco mulai dikenal luas di pasaran pada tahun 1981

(Sutarminingsih, 2004 dalam Anonim, 2008).

BAHAN PEMBUATAN NATA DE COCO

Page 6: Nata Merupakan Produk Fermentasi Dari Bakteri Acetobacter Xylinum Yang Berupa Lembaran Selulosa Dari Pengubahan Gula Yang Terdapat Pada Substrat

Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu,

atau sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-lain). Nata yang

dibuat dari air kelapa disebut nata de coco. Bahan-bahan utama yang digunakan dalam

pembuatan nata de coco adalah sebagai berikut:

a. Air kelapa

Air kelapa merupakan salah satu komponen buah kelapa, dari air kelapa diperoleh produk

derivasinya berupa nata de coco, asam cuka, minuman, dan produk penurun panas.

Komposisi vitamin air kelapa disajikan pada Tabel 1. Disamping vitamin-vitamin

tersebut, air kelapa juga mengandung glukosa, senyawa nitrogen dan mineral sehingga

sangat baik jika digunakan sebagai media pembuatan nata de coco (Anonim, 2008)

Tabel 1. Komposisi Vitamin Air Kelapa

No. Jenis Vitamin ug/ml

1. Asam nikotinat 0,01

2. Biotin 0,02

3. Asam pantotenat 0,52

4. Riboflavin 0,01

5. Asam fosfat 0,03

Sumber : Sutarminingsih (2004) dalam Anonim (2008).

b. Asam Asetat (cuka)

Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan

keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam

asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat

keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain

asan asetat, asam-asam organic dan anorganik lain bisa digunakan (Anonim, 2007).

c. Gula Pasir

Sukrosa atau gula pasir merupakan salah satu suplemen dalam pembuatan nata de coco

yang terbilan ekonomis dan praktis (Hayati, 2001). Sukrosa dipilih yang putih bersih. Hal

ini dikarenakan sukrosa coklat akan mempengaruhi kenampakan nata sehingga kurang

menarik (Anonim, 2007).

Disamping bahan-bahan utama tersebut digunakan juga bahan penunjang seperti essense,

pengawet, ZA sebagai sumber nitrogen bagi pertumbuhan mikroba, ekstrak tauge sebagai

sumber makanan mikroba, dan pengemas.

Page 7: Nata Merupakan Produk Fermentasi Dari Bakteri Acetobacter Xylinum Yang Berupa Lembaran Selulosa Dari Pengubahan Gula Yang Terdapat Pada Substrat

BAKTERI YANG TERLIBAT

Pembuatan nata de coco memanfaatkan mikroba acetobacter xylinum pada umum, namun

Menurut Hayati (2001) species Leunostoc mesenteroides, Acetobacter aceti atau

Lactobacillus casei, juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan nata de coco sepanjang

mikroba tersebut mempunyai sifat mengkonversi gula menjadi masa yang viscous (kental).

Acetobacter Xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang mempunyai

panjang 2 mikron dan lebar , micron, dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini

bias membentuk rantai pendek dengan satuan 6-8 sel. Bersifat ninmotil dan dengan

pewarnaan Gram menunjukkan Gram negative. Bakteri ini tidak membentuk endospora

maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih muda, individu sel berada sendiri-sendiri dan

transparan. Koloni yang sudah tua membentuk lapisan menyerupai gelatin yang kokoh

menutupi sel koloninya. Pertumbuhan koloni pada medium cair setelah 48 jam inokulasi

akan membentuk lapisan pelikel dan dapat dengan mudah diambil dengan jarum oase.

Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alcohol, dan propel alcohol, tidak

membentuk indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan

H2O. sifat yang paling menonjol dari bakteri itu adalah memiliki kemampuan untuk

mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa (Fardiaz, 1992; Anonim, 2007).

Menurut Anonim (2007) bakteri Acetobacter Xylinum mengalami pertumbuhan sel

dan beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase

pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase

menuju kematian, dan fase kematian. Apabila bakteri dipindah ke media baru maka bakteri

tidak langsung tumbuh melainkan beradaptasi terlebih dahulu. Pada fase terjadi aktivitas

metabolismedan pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase

pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24 jam sejak inokulasi. Fase pertumbuhan awal

dimulai dengan pembelahan sel dengan kecepatan rendah. Fase ini berlangsung beberapa

jam saja. Fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari. Pada fase ini bakteri mengeluarkan

enzim ektraselulerpolimerase sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer glukosa

menjadi selulosa (matrik nata). Fase ini sangat menentukan kecepatan suatu strain

Acetobacter Xylinum dalam membentuk nata.

Fase pertumbuhan lambat terjadi karena nutrisi telah berkurang, terdapat metabolic

yang bersifat racun yang menghambat pertumbuhan bakteri dan umur sel sudah tua. Pada

fsae in pertumbuhan tidak stabil, tetapi jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak

disbanding jumlah sel mati. Fase pertumbuhan tetap terjadi keseimbangan antara sel yang

tumbuh dan yang mati. Matrik nata lebih banyak diproduksi pada fase ini. Fase menuju

kematian terjadi akibat nutrisi dalam media sudah hamper habis. Setelah nutrisi harbi, maka

bakteri akan mengalami fase kematian. Pada fase kematian sel dengan cepat mengalami

kematian. Bakteri hasil dari fase ini tidak baik untuk strain natAcetobacter Xylinum dapat

tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3. sedangkan suhu

ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada suhu 28 – 31 0 C. bakteri ini

Page 8: Nata Merupakan Produk Fermentasi Dari Bakteri Acetobacter Xylinum Yang Berupa Lembaran Selulosa Dari Pengubahan Gula Yang Terdapat Pada Substrat

sangat memerlukan oksigen. Sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun

hanya ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat mengakibatkan

kontaminasi.

PERUBAHAN YANG TERJADI

Proses terbentuknya nata de coco dapat diuraikan sebagai berikut: sel-sel

Acetobacter Xylinum mengambil glukosa dari larutan gula, kemudian digabungkan dengan

asam lemak membentuk prekursor pada membran sel, kemudian keluar bersama-sama

enzim yang mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa diluar sel. Prekursor dari

polisakarida tersebut adalah GDP-glukosa. Pembentukan prekursor ini distimulir oleh adanya

katalisator seperti Ca2+, Mg2+. Prekursor ini kemudian mengalami polimerisasi dan

berikatan dengan aseptor membentuk selulosa atau nata (Anonim, 2007). Jika digambarkan

maka perubahan yang terjadi selama proses pembentukan nata (Gambar 1) adalah sebagai

berikut:

GlukosaGDP-glukosaSelulosaNataKatalisator

Gambar 1. Perubahan Selama Proses Pembentukan Nata

Pada prinsipnya, pembuatan nata de coco merupakan bentuk perubahan glukosa menjadi

sukrosa oleh mikroba. Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika

ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan Karbon © dan Nitrogen (N),

melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan

enzim akstraseluler yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau

selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersbeut, akan dihasilkan jutaan

lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga

transparan, yang disebut sebagai nata

CARA PEMBUATAN

Cara pembuatan nata de coco Menurut Hayati (2001);Prasasto (2008) sebagai berikut:

a. Persiapan air kelapa

Page 9: Nata Merupakan Produk Fermentasi Dari Bakteri Acetobacter Xylinum Yang Berupa Lembaran Selulosa Dari Pengubahan Gula Yang Terdapat Pada Substrat

Air kelapa yang akan digunakan untuk pembuatan Nata De Coco harus dibersihkan dari

kotoran lain dengan cara disaring lalu dipanaskan sampai mendidih. Setelah

didinginkan kembali, air kelapa siap digunakan sebagai media.

b. Persiapan media

Media Nata De Coco dibuat dengan cara mencampurkan air kelapa dengan gula sebanyak

7,5 %, dipanaskan dan ditambahkan asam cuka glasial sebanyak 1,5 % dari jumlah

volume air kelapa, kemudian diaduk sampai merata. Tambahkan slarter bakteri Nata

dan diaduk lagi sampai merta. Media ini kemudian disimpan dalam wadah kira–kira 15

cm. Wadah–wadah ini ditutupi rapat dengan kain supaya tidak dapat dimasuki

serangga dari luar.

c. Fermentasi (peragian)

Selama fermentasi, media dibiarkan pada rak–rak yang datar dan tidak diganggu. Setelah

dua hari, mulai terlihat ada lapisan tipis di permukaan yang semakin lama semakin

menebal. Hasilnya dapat dipanen setelah waktu peragian selama 6 – 15 hari.

d. Penghilangan asam

Untuk meenghilangkan asam cuka, Nata De Coco direndam selama 3 hari dengan

mengganti air perendam setiap harinya.

e. Pengawetan

Sesudah diiris–iris berbentuk kubus, Nata De Coco lalu direbus selama 30 menit, kemudian

ditiriskan. Setelah itu Nata De Coco dicampur dengan 30 – 40% larutan gula pasir, lalu

dibiarkan selama 1 malam.

f. Pengemasan

Keesokan harinya sesudah gula meresap, Nata dimasukkan ke dalam plastik atau botol–

botol dan disterilkan dengan ausoclare pada suhu 120 derajat Celcius selama 30 menit

(atau dikukus). Angkat dan dinginkan di raung yang tertutup. Selanjutnya botol diberi

label dan siap untuk dipasarkan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN

PEMBUATAN NATA DE COCO

Menurut Anonim (2007), Factor-faktor yang mempengaruhi Acetobacter Xylinum

mengalami pertumbuhan adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta tingkat

keasaman media temperature, dan udara (oksigen). Senyawa karbon yang dibutuhkan

dalam fermentasi nata berasal dari monosakarida dan disakarida. Sumber dari karbon ini

Page 10: Nata Merupakan Produk Fermentasi Dari Bakteri Acetobacter Xylinum Yang Berupa Lembaran Selulosa Dari Pengubahan Gula Yang Terdapat Pada Substrat

yang paling banyak digunakan adalah gula. Sumber nitrogen bias berasal dari bahan organic

seperti ZA, urea.

Menurut Warisno (2004) proses pembuatan nata de coco sangat dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Hal ini berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi acetibacter xylium

sebagai bakteri untuk proses fermentasi air kelapa. Pertumbunan acetibacter xylium

tersebut dipengaruhi oleh oksigen, pH, suhu, dan nutrisi. Faktor-faktor inilah yang harus

diperhatikan untuk memperoleh nata de coco yang berkualitas baik. Di samping itu, dalam

pembuatannya sangat memerlukan ketelitian dan sterilitas alat. Layaknya proses fermentasi

yang lain, maka keberhasilan pembuatan nata de coco sangat tergantung pada kebersihan

dan sanitasi peralatan yang digunakan, dan penggunaan bahan yang tepat.

LIMBAH PEMBUATAN NATA DE COCO

Limbah usaha nata de coco adalah limbah cair yang asam baik bau maupun rasa. Limbah ini

tidak membahayakan. Pengolahan limbah dilakukan dengan proses yang sederhana, yaitu

dengan membuatkan bak penampungan di dalam tanah. Bahkan, beberapa pengusaha

menggunakan air limbah tersebut untuk menyiram tanaman kelapa di perkebunan.

Daftar Pustaka

Klasifikasi ilmiah menunjuk ke bagaimana ahli biologi mengelompokkan dan mengkategorikan spesies dari organisme yang punah maupun yang hidup. Klasifikasi modern berakar pada sistem Carolus Linnaeus, yang mengelompokkan spesies menurut sifat fisik yang dimiliki bersama. Pengelompokan ini sudah direvisi sejak Carolus Linnaeus untuk menjaga konsistensi dengan asas sifat umum yang diturunkan dari Darwin.

Untuk mengenali dan mempelajari makhluk hidup secara keseluruhan tidak mudah sehingga dibuat klasifikasi (pengelompokan) makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup adalah suatu cara memilah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu. Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat tertinggi ke terendah (kepastian terakhir) adalah Kingdom(kerajaan), Phylum atau Filum (hewan)/Divisio (tumbuhan), Classis (Kelas), Ordo (Bangsa), Famili (Suku), Genus (Marga), dan Spesies (Jenis).

Page 11: Nata Merupakan Produk Fermentasi Dari Bakteri Acetobacter Xylinum Yang Berupa Lembaran Selulosa Dari Pengubahan Gula Yang Terdapat Pada Substrat

Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah untuk mempermudah untuk mengenali, membandingkan, dan mempelajari makhluk hidup. Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat atau ciri pada makhluk hidup.

Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan. Contoh klasifikasi makhluk hidup adalah :

Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi pohon, perdu, dan semak.

Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan yang hidup di lingkungan kering (xerofit), tumbuhan yang hidup di lingkungan air (hidrofit), dan tumbuhan yang hidup di lingkungan lembab (higrofit).

Berdasarkan manfaatnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tanaman obat-obatan, tanaman sandang, tanaman hias, tanaman pangan dan sebagainya

Berdasarkan jenis makanannya. Contoh: Hewan dikelompokkan menjadi hewan pemakan daging (karnivora), hewan pemakan tumbuhan (herbivora), dan hewan pemakan hewan serta tumbuhan (omnivora).

Cara pengelompokan makhluk hidup seperti ini dianggap kurang sesuai yang disebabkan karena dalam pengelompokan makhluk hidup dengan cara demikian dibuat berdasarkan keinginan orang yang mengelompokkannya.

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Sistem Klasifikasi Lima Kingdom o 1.1 Kingdom Monera

o 1.2 Kingdom Protista

o 1.3 Kingdom Fungi (Jamur)

o 1.4 Kingdom Plantae (Tumbuhan)

o 1.5 Kingdom Animalia (Hewan)

2 Pranala luar

[sunting] Sistem Klasifikasi Lima Kingdom

Semula para ahli hanya mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan, yaitu kerajaan tumbuhan dan kerajaan hewan. Dasar para ahli mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan :

Page 12: Nata Merupakan Produk Fermentasi Dari Bakteri Acetobacter Xylinum Yang Berupa Lembaran Selulosa Dari Pengubahan Gula Yang Terdapat Pada Substrat

1. Kenyataan bahwa sel kelompok tumbuhan memiliki dinding sel yang tersusun dari selulosa.2. Tumbuhan memiliki klorofil sehingga dapat membuat makanannya sendiri melalui proses

fotosintesis dan tidak dapat berpindah tempat dan hewan tidak memiliki dinding sel sementara hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri, dan umumnya dapat berpindah tempat.

Namun ada tumbuhan yang tidak dapat membuat makanannya sendiri, yaitu jamur (fungi). Berarti, tumbuhan berbeda dengan jamur maka para ahli taksonomi kemudian mengelompokkan makhluk hidup menjadi tiga kelompok, yaitu Plantae (tumbuhan), Fungi (jamur), dan Animalia (hewan).

Setelah para ahli mengetahui struktur sel (susunan sel) secara pasti, makhluk hidup dikelompokkan menjadi empat kerajaan, yaitu Prokariot, Fungi, Plantae, dan Animalia, Pengelompokan ini berdasarkan ada tidaknya membran inti sel. Sel yang memiliki membran inti disebut sel eukariotik, sel yang tidak memiliki membran inti disebut sel prokariotik.

Pada tahun 1969 Robert H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi lima kingdom, yaitu Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Pengelompokan ini berdasarkan pada susunan sel, cara makhluk hidup memenuhi makanannya, dan tingkatan makhluk hidup.

Penjelasan Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup Lima Kingdom:

[sunting] Kingdom Monera

Para makhluk hidup di Kingdom Monera berupa makhluk hidup sel tunggal (uniseluler). Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Monera memiliki sel prokariotik (sel sederhana yang mempunyai kapsul sebagai lapisan terluarnya dan dinding sel didalamnya). Kelompok Monera ini terdiri dari Eubacteria (selama ini kita mengenalnya sebagai bakteri) dan Archaebacteria (bakteri yang hidup pada habitat ekstrim).

[sunting] Kingdom Protista

Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Protista memiliki sel eukariotik. Protista memiliki tubuh yang tersusun atas satu sel atau banyak sel tetapi tidak berdiferensiasi. Protista umumnya memiliki sifat antara hewan dan tumbuhan. Kelompok ini terdiri dari Protista menyerupai tumbuhan (ganggang), Protista menyerupai jamur, dan Protista menyerupai hewan (Protozoa, Protos: pertama, zoa: hewan). Protozoa mempunyai klasifikasi berdasarkan sistem alat geraknya, yaitu Flagellata/Mastigophora (bulu cambuk, contoh Euglena, Volvox, Noctiluca, Trypanosoma, dan Trichomonas), Cilliata/Infusiora (rambut getar, contoh Paramaecium), Rhizopoda/Sarcodina (kaki semu, contoh Amoeba), dan Sporozoa (tidak mempunyai alat gerak, contoh Plasmodium).

[sunting] Kingdom Fungi (Jamur)

Fungi memiliki sel eukariotik. Fungi tak dapat membuat makanannya sendiri. Cara makannya bersifat heterotrof, yaitu menyerap zat organik dari lingkungannya sehingga hidupnya bersifat

Page 13: Nata Merupakan Produk Fermentasi Dari Bakteri Acetobacter Xylinum Yang Berupa Lembaran Selulosa Dari Pengubahan Gula Yang Terdapat Pada Substrat

parasit dan saprofit. Kelompok ini terdiri dari semua jamur, kecuali jamur lendir (Myxomycota) dan jamur air (Oomycota). Beberapa kelompok kelas antara lain:

a. kelas Myxomycetes (jamur lendes) contoh nya [[Physarum policephalius]].

b. kelas Phycomycetes (jamur ganggang) contoh nya jamur tempe (Rhizopusorizae, mucor mue

[sunting] Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Tumbuhan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya terdiri dari banyak sel yang telah berdiferensiasi membentuk jaringan. Tumbuhan memiliki kloroplas sehingga dapat membuat makanannya sendiri (bersifat autotrof). Sel tumbuhan juga mempunyai dinding sel, plastida, dan ukuran vakuola yang cenderung besar (melebihi ukuran nukleus/inti). Tumbuhan terdiri dari tumbuhan lumut (Bryophyta), tumbuhan paku (Pteridophyta), tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).

[sunting] Kingdom Animalia (Hewan)

Hewan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya tersusun atas banyak sel yang telah berdiferensiasi membentuk jaringan. Hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri sehingga bersifat heterotrof. Kelompok ini terdiri dari semua hewan, yaitu hewan tidak bertulang belakang (invertebrata/avertebrata) dan hewan bertulang belakang (vertebrata).

Pada tahun 1970-an seorang mikrobiolog bernama Carl Woese dan peneliti lain dari university of Illinois menemukan suatu kelompok bakteri yang memiliki ciri unik dan berbeda dari anggota kingdom Monera lainnya. Kelompok tersebut dinamakan Archaebacteria. Archaebacteria lebih mendekati makhluk hidup eukariot dibandingkan bakteri lain yang merupakan prokraiot. Hal itu menyebabkan terciptanya sistem klasifikasi 6 kingdom pemisah kingdom Archaebacteria dari anggota kingdom Monera lain yang kemudaian disebut Eubacteria. Namun hingga sekarang yang diakui sebagai sistem klasifikasi standar adalah sistem Lima Kingdom yang ditemukan oleh Whittaker.

[sunting] Pranala luar

(en) Wikispecies (en) International Code of Botanical Nomenclature

(en) ICZN website, for zoological nomenclature

(en) Text of the ICZN, Electronic version

(en) ZooBank: The World Register of Animal Names

(en) International Committee on Systematics of Prokaryotes for bacteria

(en) International Code of Nomenclature of Bacteria (ICNB)

Page 14: Nata Merupakan Produk Fermentasi Dari Bakteri Acetobacter Xylinum Yang Berupa Lembaran Selulosa Dari Pengubahan Gula Yang Terdapat Pada Substrat

(en) ICTVdB website, for virus nomenclature

Protista adalah sekelompok mahluk hidup heterogen, terdiri dari eukariota yang tidak termasuk hewan, tumbuhan, atau fungus. Mereka pernah dikelompokkan ke dalam satu kerajaan bernama Protista, namun sekarang tidak dipertahankan lagi. Penggunaannya masih digunakan untuk kepentingan kajian ekologi dan morfologi bagi semua organisme eukariotik bersel tunggal yang hidup secara mandiri atau, jika membentuk koloni, bersama-sama namun tidak menunjukkan diferensiasi menjadi jaringan yang berbeda-beda.[1]. Dari sudut pandang taksonomi, pengelompokan ini ditinggalkan karena bersifat parafiletik.

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Klasifikasi tradisional o 1.1 Protozoa, protista yang menyerupai hewan

o 1.2 Algae, protista yang menyerupai tumbuhan

o 1.3 Protista yang menyerupai jamur

2 Catatan kaki

[sunting] Klasifikasi tradisional

Protista pertama kali diusulkan oleh Ernst Haeckel. Secara tradisional, protista digolongkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan kesamaannya dengan kerajaan yang lebih tinggi yaitu protista yang menyerupai hewan (Protozoa), protista yang menyerupai tumbuhan (algae), dan protista yang menyerupai jamur (jamur lendir dan jamur air).

Dulu, bakteri juga dianggap sebagai protista dalam sistem tiga kerajaan (Animalia, Plantae termasuk jamur, dan Protista). Namun kemudian bakteri dipisah dari protista setelah diketahui bahwa ia adalah prokariotik.

[sunting] Protozoa, protista yang menyerupai hewan

Protozoa hampir semuanya protista bersel satu, mampu bergerak yang makan dengan cara fagositosis, walaupun ada beberapa pengecualian. Mereka biasanya berukuran 0,01-0,5 mm

Page 15: Nata Merupakan Produk Fermentasi Dari Bakteri Acetobacter Xylinum Yang Berupa Lembaran Selulosa Dari Pengubahan Gula Yang Terdapat Pada Substrat

sehingga secara umum terlalu kecil untuk dapat dilihat tanpa bantuan mikroskop. Protoza dapat ditemukan di mana-mana, seperti lingkungan berair dan tanah, umumnya mampu bertahan pada periode kering sebagai kista (cyst?) atau spora, dan termasuk beberapa parasit penting. Berdasarkan pergerakannya, protozoa dikelompokkan menjadi:

Flagellata yang bergerak dengan flagella(rambut cambuk). Contoh: Euglena Amoeboida yang bergerak dengan pseudopodia (kaki semu/kaki akar) yaitu yang berarti setiap

kali ia akan bergerak harus membentuk kaki semu sebelum dapat bergerak dan pembentukan kaki ini dinamakan fase gel. Contoh: Amoeba

Cilliata yang bergerak dengan silia (rambut getar). Contoh: Paramaecium

Sporozoa yang tidak memiliki alat; beberapa mampu membentuk spora. Contoh: Toxoplasma

[sunting] Algae, protista yang menyerupai tumbuhan

Algae mencakup semua organisme bersel tunggal maupun banyak yang memiliki kloroplas. Termasuk di dalamnya adalah kelompok-kelompok berikut.

Alga hijau , yang memiliki relasi dengan tumbuhan yang lebih tinggi (Embryophyta). Contoh: Ulva Alga merah , mencakup banyak alga laut. Contoh: Porphyra

Heterokontophyta , meliputi ganggang coklat, diatom, dan lainnya. Contoh: Macrocystis.

Alga hijau dan merah, bersama dengan kelompok kecil yang disebut Glaucophyta, sekarang diketahui memiliki hubungan evolusi yang dekat dengan tumbuhan darat berdasarkan bukti-bukti morfologi, fisiologi, dan molekuler, sehingga lebih tepat masuk dalam kelompok Archaeplastida, bersama-sama dengan tumbuhan biasa.

[sunting] Protista yang menyerupai jamur

Beragam organisme dengan organisasi tingkat protista awalnya dianggap sama dengan jamur, sebab mereka memproduksi sporangia. Ini meliputi chytrid, jamur lendir, jamur air, dan Labyrinthulomycetes. Chytrid sekarang diketahui memiliki hubungan dengan Fungi dan biasanya diklasifikasikan dengan mereka. Sementara yang lain sekarang ditempatkan bersama dengan heterokontofita lainnya (yang memiliki selulosa, bukan dinding chitin) atau Amoebozoa (yang tidak memiliki dinding sel).