new jurnal.doc

1
Mengingat bahwa faktanya mendeteksi karsinoma nasopharyngeal terkadang kala sulit dengan endoskopi. Endoskopi biasanya menemukan awal dari lesi karsinoma nasopharyngeal yang halus, hanya fossa rosenmuler yang kecil, atau penonjolan kecil atau atap nasofaring yang asimetris. Ketika kita curiga kuat terhadap adanya karsinoma nasopharyngeal, berdasarkan diagnosis awal dari karsinoma nasofaring, diperkuat dengan pemeriksaan gambaran radiologi dan atau dengan biopsy dari mukosa nasopharing walaupun permukaan mukosa nasopharing terlihat normal. Perhatian khusus terhadap pasien dengan gambaran pasien dengan otitis media serosa unilateral ( pengeluaran stasis dari unilateral telinga tengah) atau nodul adenopathy dari kelanjar limfe cervical maka kita perlu melakukan MRI. Kebanyakan karsinoma nasofaring berasal dari fossa rusenmuller. Sumbatan dari saluran tuba eustachius mengakibatkan otitis media serosa. Lebih kurang 70% pasien dengan karsinoma nasopharing terdapat massa di daerah leher dan 60 sampai 96% dari pasien karsinoma nasopharing terdapat adenopahty pada kelenjar limfe di daerah servikal. Massa di leher dapat dilihat di bagian atas leher.Tumor dengan ukuran T1 di nasopharing mungkin tidak terlihat dan juga susah dibedakan dengan mukosa yang normal pada CT Scan dan MRI. Bagaimanapun, seperti tumor yang kecil biasanya terbaca karena reaksi kurang meningkat terhadap galonium dibandingkan mukosa yang normal. Jadi MRI dapat mendeteksi kanker yang tidak terlihat dengan endoskopi. Pemeriksaan dengan MRI lebih bagus dibandingkan dengan 18-fluoro-2deoksiglukose (PDG) Positron Emision Theraphy (PET) untuk pengkajian invansi dari lokoregional dan retropharing nodul metastasis. PET tidak cocok untuk mendetksi nodul kecil di retropharing atau membedakan nodul di retropharing dengan tumor primernya. (FITRA lagi sep)

Upload: wawanarifk

Post on 14-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Mengingat bahwa faktanya mendeteksi karsinoma nasopharyngeal terkadang kala sulit dengan endoskopi. Endoskopi biasanya menemukan awal dari lesi karsinoma nasopharyngeal yang halus, hanya fossa rosenmuler yang kecil, atau penonjolan kecil atau atap nasofaring yang asimetris. Ketika kita curiga kuat terhadap adanya karsinoma nasopharyngeal, berdasarkan diagnosis awal dari karsinoma nasofaring, diperkuat dengan pemeriksaan gambaran radiologi dan atau dengan biopsy dari mukosa nasopharing walaupun permukaan mukosa nasopharing terlihat normal.Perhatian khusus terhadap pasien dengan gambaran pasien dengan otitis media serosa unilateral ( pengeluaran stasis dari unilateral telinga tengah) atau nodul adenopathy dari kelanjar limfe cervical maka kita perlu melakukan MRI. Kebanyakan karsinoma nasofaring berasal dari fossa rusenmuller. Sumbatan dari saluran tuba eustachius mengakibatkan otitis media serosa. Lebih kurang 70% pasien dengan karsinoma nasopharing terdapat massa di daerah leher dan 60 sampai 96% dari pasien karsinoma nasopharing terdapat adenopahty pada kelenjar limfe di daerah servikal. Massa di leher dapat dilihat di bagian atas leher.Tumor dengan ukuran T1 di nasopharing mungkin tidak terlihat dan juga susah dibedakan dengan mukosa yang normal pada CT Scan dan MRI. Bagaimanapun, seperti tumor yang kecil biasanya terbaca karena reaksi kurang meningkat terhadap galonium dibandingkan mukosa yang normal. Jadi MRI dapat mendeteksi kanker yang tidak terlihat dengan endoskopi. Pemeriksaan dengan MRI lebih bagus dibandingkan dengan 18-fluoro-2deoksiglukose (PDG) Positron Emision Theraphy (PET) untuk pengkajian invansi dari lokoregional dan retropharing nodul metastasis. PET tidak cocok untuk mendetksi nodul kecil di retropharing atau membedakan nodul di retropharing dengan tumor primernya.(FITRA lagi sep)