ngumbul : kajian ekologi manusia dan hutan di …digilib.unila.ac.id/57873/12/skripsi tanpa...

118
NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS) SKRIPSI Oleh Syaiful Anwar FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 05-Mar-2020

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN

ROWOGIRI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

SKRIPSI

Oleh

Syaiful Anwar

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

ABSTRAK

NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN

DI UMBULAN ROWOGIRI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN

SELATAN (TNBBS)

Oleh:

Syaiful Anwar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas masyarakat Umbulan

Rowogiri di TNBBS dan dampak dari mengolah hutan larangan di TNBBS. Tipe

penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Sumber data dalam

penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan data sekunder. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi

penelitian. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa aktivitas masyarakat di

Umbulan Rowogiri mereka memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam. Hasil

perkebunan mereka jual untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penyebab terjadinya

aktivitas masyarakat Umbulan Rowogiri dengan hutan di TNBBS disebabkan

karena faktor keturunan dari orangtua, ajakan dari saudara atau kerabat, harga

tanah yang murah, serta kondisi tanah yang subur. Dampak dari adanya aktivitas

ngumbul masyarakat Umbulan Rowogiri di TNBBS ada dampak positif dan

dampak negatif bagi manusia dan lingkungan itu sendiri.

Kata kunci: aktivitas, dampak, ngumbul

Page 3: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

ABSTRACT

NGUMBUL : STUDY of HUMAN ECOLOGY in UMBULAN

ROWOGIRI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

By:

Syaiful Anwar

This study aims to determine the activities of Rowogiri's Umbulan society in

TNBBS and the impact of processing forest prohibition on TNBBS. Type of this

research uses a qualitative research. The data source in this study consists of

primary data sources and secondary data. Data collection techniques are carried

out by observation, interviews and research documentation. Based on the results

of the study, it was found that the activities of Rowogiri's Umbulan society in used

land for farming. Their plantation products sell to fulfill their daily needs. The

cause of the society activities of Rowogiri's Umbulan with forest in TNBBS is due

to heredity from parents, invitation from relatives or relatives, cheap land prices,

and fertile soil conditions. The impact of the ngumbul activity of the Rowogiri

Umbulan in the TNBBS has positive impacts and negative impacts on humans and

the environment itself.

Keywords: activity, impact, ngumbul

Page 4: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN

ROWOGIRI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Oleh

SYAIFUL ANWAR

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

SARJANA SOSIOLOGI

Pada

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Soial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI
Page 6: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI
Page 7: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI
Page 8: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Syaiful Anwar, Lahir di Pekon Sukamarga,

Kecamatan Suoh, Lampung Barat pada saat Gempa Liwa

tahun 1994. Penulis merupakan anak ke lima dari enam

berasaudra dari pasangan Bapak Sukisman dan Ibu Puriyah.

Melalui jenjang pendidikan dari MI Al-Ma’arif Ringin Sari, Kecamatan Suoh,

Kabupaten Lampung Barat tahun 1999-2005. Penulis melanjutkan pendidikan di

SMP N 2 Suoh yang kini menjadi SMP N 1 Suoh , Lampung Barat tahun 2005-

2008. Setelah itu, Pada tahun 2008-2011 penulis melanjutkan pendidikan di SMA

Bhakti Mulya Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat.

Pada tahun 2011 penulis mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN) mengambil jurusan Managemen dan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Lampung tetapi tidak lulus dan kemudian penulis

masuk sebagai mahasiswa di Universitas Teknokrat Pada Jurusan Sistem

Informasi tetapi ditinggalkan. Tahun 2012 Penulis mencoba kembali Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) mengambil jurusan

Managemen dan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

dan Universitas Gajah Mada tetapi tidak lulus dan di tahun 2012 penulis mencoba

Page 9: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

jalur masuk Ujian Mandiri (UM) di jurusan Managemen dan Sosiologi

Universitas Lampung akhirnya penulis diterima Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.

Penulis aktif berorganisasi baik dalam kampus maupun di luar kampus. Penulis

bergabung di HMJ Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Lampung sebagai Ketua Umum priode 2014-2015, PMII UNILA sebagai Wakil

Ketua Satu Kaderisasi 2013-2014, UKM Penelitian UNILA sebagai Ketua Bidang

Riset Sosial 2015-2016, Keluarga Mahasiswa Nahdatul Ulama (KMNU),

Universitas Lampung sebagai anggota. Selain itu, penulis aktif dalam

pengambilan data penelitian lapangan di berbagai lembaga seperti lembaga

penelitian, dimulai pada tahun 2013 mengikuti survei Saifulmujani Research and

Consulting (SMRC). Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) priode 2

tahun 2015 di Tiyuh Pagar Jaya Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Tulang

Bawang.

Page 10: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

MOTTO

Menjadi biasa-biasa saja. Hidup ini satu-kesatuan Joy, Sadness, Fear, Anger dan

Disgust belajarlah mengkolaborasikan, karna hidup ini akan lucu jika senang

hanya senang, sedih hanya sedih, marah hanya marah, takut hanya takut dan jijik

hanya jijik.

(Syaiful Anwar)

Hakikat hidup bukanlah apa yang kita ketahui, bukan buku-buku yang kita baca

atau kalimat-kalimat yang kita pidatokan, melainkan apa yang kita kerjakan, apa

yang paling mengakar di hati, jiwa dan inti kehidupan kita.

(EAN)

Dalam hidup nyata dan dalam perjungan yang tak mudah, kita bukan tokoh

dongeng yang gagah berani dan penuh sifat kepahlawanan.

(Abdurrahman Wahid)

Page 11: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

PERSEMBAHAN

Bismillahhirohmanirohim

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan yang telah memberikan

kesempatan sehingga dapat ku selesaikan sebuah karya ilmiah ini dan kepada

Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu’ Alaihi Wasalam yang selalu

diharapkan Syafaatnya di hari akhir kelak. Saya persembahkan karya ini

kepada :

Kedua orang tuaku, Bapak Sukisman dan Ibu Puriah yang selalu mencintai,

menyayangi dan mengasihi serta mendoakan dengan tulus sebagai

penyemangat hidup saya.

Serta untuk Dwini Yunar Vini Agusti, Nasrudin, Sodikin, Nur Hidayah, Nur

Kholifah dan Nur Azizah yang senantiasa memberikan dukungan semangat

kepadaku sehingga karya ini dapat terselesaikan.

Almamater tercinta

UNIVERSITAS LAMPUNG

Page 12: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

SANWACANA

Puji Syukur penulis haturkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Ngumbul : Kajian Ekologi Manusia dan Hutan di Umbulan

Rowogiri, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)” sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi (S.Sos) pada Jurusan

Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menyadari keterbatasan

kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga penulis membutuhkan

bantuan dari berbagai pihak. Sehingga penulis ingin mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Bartoven Vivit N, S.sos, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik

sekaligus pembimbing utama penulis, terimakasih atas bimbingan, nasehat

dan waktu yang Ibu berikan. Terimakasih banyak bu, semoga keikhlasan dan

ketulusan Ibu dalam mendidik mendapatkan keberkahan dari Allah.

2. Bapak Drs. Bintang Wirawan, M.Hum selaku dosen pembahas, terimakasih

atas waktunya, masukan-masukan dan bimbinganya yang sangat berguna

untuk saya.

3. Seluruh dosen Sosiologi FISIP UNILA, terimakasih atas ilmu yang telah saya

peroleh selama proses perkuliahan semoga dapat menjadi bekal yang

berharga dalam kehidupan saya ke depannya. Terimakasih juga atas perhatian

yang bapak dan ibu berikan.

Page 13: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

4. Bapak dan ibuku tersayang. Terimakasih untuk semua doa, waktu, perhatian,

semangat, kesabaran, dan biaya yang selama ini bapak dan ibu berikan.

Terimakasih sudah mengajarkan banyak hal dalam hidup, terimakasih sudah

selalu percaya meskipun sempat beberapa kali mengecewakan bapak dan ibu.

Terimakasih sudah menyekolahkan kami anak-anakmu hingga sampai ke

tahap gelar sarjana. Semoga ALLAH selalu melimpahkan kesehatan dan

keberkahan rezeki untukmu Bapak dan Ibuku.

Semoga Allah SWT selalu memberikan balasan yang lebih besar untuk Bapak,

Ibu dan teman-teman semua. Hanya ucapan terima kasih dan doa yang bisa

penulis berikan.

Bandar Lampung, 20 Juni 2019

Penulis

Syaiful Anwar

Page 14: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

i

DAFTAR BAGAN

Bagan .................................................................................................................. Halaman

1. Kerangka Pikir ................................................................................................................ 19

2. Struktur Organisasi.......................................................................................................... 36

Page 15: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

ii

DAFTAR TABEL

Tabel ................................................................................................................... Halaman

1. Transmigrasi Era Soeharto ............................................................................................. 2

2. Dokumen-dokumen Pendukung Penelitian .................................................................... 22

3. Lokasi dan Waktu Observasi Lapangan ......................................................................... 23

4. Identitas Informan .......................................................................................................... 23

5. Keterangan Informan ...................................................................................................... 43

6. Makna Kata Ngumbul ……………………………............................................................. 80

7. Perbedaan Makna Kata Ngumbul ................................................................................... 94

Page 16: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

iii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR BAGAN

DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI

I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7

II . TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Ekologi .............................................................. 9

B. Tinjauan Tentang Ekologi Manusia ............................................... 10

C. Perantara Hubungan Manusia dan Lingkungan ............................. 11

D. Sasaran Pengukuran Ekologi Manusia ........................................... 12

E. Batasan Ekologi Manusia ............................................................... 12

F. Kajian Ekologi Manusia ................................................................. 13

G. Prosedur-prosedur Memahami Objek-objek Ekologi Manusia ...... 13

H. Pendekatan Ekologi Manusia ......................................................... 14

1. Pendekatan Berdasarkan pada Pelaku .......................................... 14

2. Pendekatan Berdasarkan Perubahan dan Keseimbangan ............. 14

3. Pendekatan Fleksibilitas, Kreativitas dan Respon Manusia ......... 15

Page 17: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

iv

4. Pendekatan Kontektualisasi Progresif .......................................... 16

I. Konsep Inti Ekologi Manusia .......................................................... 16

J. Kerangka Pikir ................................................................................. 18

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ........................................................................... 20

B. Penentuan Informan........................................................................ 20

C. Lokasi Penelitian ............................................................................ 21

D. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 21

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 22

F. Analisis Data ................................................................................... 25

1. Reduksi Data ............................................................................... 25

2. Penyajian Data ............................................................................ 26

3. Penyimpulan dan Verifikasi ........................................................ 26

4. Kesimpulan Akhir ....................................................................... 26

IV. GAMBARAN UMUM

A. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) .......................... 27

1. Kondisi Umum ............................................................................ 27

2. Visi dan Misi ............................................................................... 34

3. Struktur Organisasi...................................................................... 36

4. Sejarah Pengelolaan .................................................................... 37

5. Sumber Daya Manusia ................................................................. 39

B. Umbulan Rowogiri, Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Kabupaten

Lampung Barat ................................................................................... 40

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Informan .............................................................................. 42

B. Hasil Penelitian ................................................................................... 44

Page 18: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

v

1. Sejarah Masuknya Masyarakat ke Suoh ......................................... 44

2. Pengertian Ngumbul ....................................................................... 48

3. Manusia dalam Hubungan dengan Lingkungan ............................. 50

a. Pengelolaan hutan larangan TNBBS oleh petani ......................... 50

1. Pemanfaatan lahan ...................................................................... 50

2. Pembukaan lahan ........................................................................ 52

3. Pembangunan fasilitas ................................................................. 54

4. Asal-usul kepemilikan tanah ....................................................... 56

5. Pengelolaan kebun ...................................................................... 57

6. Cara memperoleh bibit kopi ........................................................ 58

7. Sistem memanen ......................................................................... 59

8. Sistem berkebun .......................................................................... 61

9. Pemanfaatan danau...................................................................... 61

10. Berburu binatang ........................................................................ 63

11. Pengaruh sosial budaya .............................................................. 64

b. Penyebab hutan larangan dikelola ................................................... 65

1. Faktor keluarga dan saudara........................................................ 65

2. Memenuhi kebutuhan ekonomi ................................................... 67

3. Harga tanah murah di TNBBS .................................................... 68

4. Tanah di TNBBS subur ............................................................... 68

C. Dampak Mengelola Hutan Larangan.................................................. 69

1. Tumpang Tindih Kepentingan .................................................... 70

2. Danau Dijadikan Tempat Pemancingan ...................................... 70

3. Mengurangi Wilayah yang Dilindungi Oleh Negara .................. 71

4. Membuka Lapangan Pekerjaan ................................................... 71

5. Masyarakat Umbulan Rowogiri Menjadi Semakin Solid ........... 72

6. Peningkatan Perekonomian ........................................................ 73

7. Menanam Kopi Sambil Merawat Hutan ..................................... 73

Page 19: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

vi

8. Merawat Danau ........................................................................... 75

9. Iuran ............................................................................................ 76

D. PEMBAHASAN ................................................................................ 77

1. Sejarah Masuknya Masyarakat ke Suoh ....................................... 77

2. Pengertian Ngumbul ..................................................................... 80

3. Manusia dalam Hubungan dengan Lingkungan ............................ 80

a. Pendekatan berdasarkan pelaku ................................................. 81

b. Pendekatan berdasarkan perubahan dan keseimbangan ............ 82

c. Pendekatan fleksibilitas, kreativitas dan respon manusia .......... 82

d. Pendekatan kontektualisasi progresif ........................................ 84

1. Aktivitas manusia dalam hubungan dengan lingkungan ........ 84

2. Penyebab terjadinya aktivitas ngumbul .................................. 89

3. Akibat-akibat aktivitas baik terhadap lingkungan maupun

terhadap manusia sebagai pelaku .......................................... 90

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan......................................................................................... 93

1. Sejarah Masuknya Masyarakat ke Suoh ......................................... 93

2. Pengertian Ngumbul ....................................................................... 94

3. Aktifitas Manusia dalam Hubungan dengan Lingkungan ............... 94

4. Penyebab Terjadinya Aktifitas Ngumbul ........................................ 95

5. Akibat-akibat Aktifitas Ngumbul .................................................... 96

B. Saran ................................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 20: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transmigrasi sudah dimulai sejak tahun 1905, yaitu pada masa Pemerintah

Kolonial Belanda, yang saat itu disebut dengan Program Kolonisasi. Menurut data

Museum Transmigrasi Lampung, periode ini terjadi pada tahun 1905-1941 yang

telah memindahkan sebanyak 174.661 jiwa yang terdiri dari 44.677 KK.

Masyarakat yang mengikuti Program Kolonisasi di Provinsi Lampung berasal dari

Kedu, Banyumas, Tulung Agung, Kediri, dan Madura yang dipindahkan ke

Gedong Tataan, Kota Agung, dan Sukadana. Setelah Program Kolonisasi,

pemindahan penduduk dari Jawa ke seluruh wilayah di Indonesia. Untuk

pemindahan ke wilayah Lampung sendiri dilakukan pada tahun 1943 ke Gedong

Tataan dan Sukadana sebanyak 31.700 Jiwa yang terdiri dari 6.329 KK. (Sumber:

Museum Transmigrasi Lampung).

Setelah kedua program tersebut, Pemerintah Indonesia juga mengadakan program

serupa yakni masa pra pelita pada tahun 1950-1968 yang diberi nama Program

Transmigrasi. Program tersebut dilakukan melalui Badan Rekonstruksi Nasional

(BRN) yang diresmikan oleh Presiden Soekarno. Lokasi transmigrasi saat itu

diatur berdasarkan petunjuk dari Dinas Kehutanan Lampung yang pada saat itu

sistem pertanahan masih mengalami keterbatasan, hal tersebut menyebabkan

ketidak jelasan antara tanah untuk transmigrasi dan tanah untuk wilayah hutan

Page 21: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

2

(Kusworo, 2000). Pada tahun 1951-1952, sekitar 500 mantan laskar pejuang 45

(Pejuang Siliwangi) beserta ribuan keluarganya dari Tasikmalaya ke wilayah

Sukapura, Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat. Pada 1952-1968, Pemerintah

Indonesia mengirim orang-orang dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat,

Yogyakarta dan Bali dengan jumlah 221.035 jiwa yang terdiri dari 53.168 KK.

Daerah yang menjadi tujuan transmigrasi seperti Lampung Timur, Lampung

Selatan, Way Kanan dan Lampung Tengah. (Sumber:

http://Antara.com/berita/769493/jejak-bung-karno-dan-nasib-transmigran-pejuang

diakses pada tanggal 08 Januari 2018 pada pukul 10.30 WIB)

Setelah itu, dilanjutkan dengan transmigrasi lokal oleh Soeharto yang dibagi

menjadi 6 tahap, yakni:

Tabel 1. Transmigrasi Era Soeharto

Keterangan Jumlah Jiwa Jumlah KK

Pelita I ( 1969-1974) 82.526 19.222

Pelita II (1974-1979) 87.762 20.135

Pelita III (1979-1984) 210.204 50.573

Pelita IV (1984-1989) 55.933 13.739

Pelita V (1989-1994) 57.536 13.810

Pelita VI (1994-1999) 24.271 5.660

Sumber: Museum Transmigrasi Lampung

Selain program transmigrasi resmi dari pemerintah, masyarakat juga ada yang

melakukan transmigrasi spontan dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur

yang menyebabkan pertambahan penduduk semakin pesat dan pembukaan lahan

semakin memasuki ke area yang baru. Daerah tujuan transmigrasi pada tahun

tersebut seperti di Pringsewu, dan masyarakat transmigran selanjutnya memberi

nama daerah tersebut sama dengan daerah asal mereka seperti Pagelaran,

Page 22: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

3

Pardasuka, Gading Rejo, Sukoharjo, Ambarawa, Banyumas, dan lain-lain. Dari

tahun ke tahun, pertumbuhan penduduk transmigran mengalami kemajuan yang

sangat pesat, hal ini menyebabkan kurangnya lapangan pekerjaan dan mendorong

para transmigran untuk mencari kawasan baru seperti Suoh (Http://Tirto.id/jejak-

para-transmigran-jawa-di-lampung-cidw, diakses pada tanggal 02 Februari 2017

pada pukul 22:00 wib).

Masuknya masyarakat ke Suoh diawali dari padatnya penduduk wilayah

transmigraan dan lahan yang kian lama kian berkurang serta masuknya

masyarakat Jawa ke Lampung tidak pernah berhenti. Program transmigran tidak

lagi ada, namun masyarakat masih banyak yang melakukan perpindahan ke

Sumatera dan salah satunya Lampung disebabkan dari berkaca pada kisah sukses

masyarakat yang sudah lebih dulu pindah. Masyarakat datang ke Suoh tidak

berkelompok, melainkan ada yang sendiri dan juga bersama istri menggunakan

bus Mandala Sari, dan ada juga yang menggunakan senteweng (mobil truk).

Selanjutnya mereka membuka lahan di kawasan sekitar Suoh yang masih belum

dibuka seperti di Umbulan Rowogiri yang berada di Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan (TNBBS).

Masyarakat dari berbagai daerah di Provinsi Lampung dan Pulau Jawa tidak

memiliki pengetahuan mengenai batas wilayah yang dapat mereka garap dan yang

tidak dapat mereka garap. Mereka membuka lahan di sekitar kebun masyarakat

yang sudah terlebih dahulu ada yakni di Dusun Kalibata. Semakin lama semakin

luas pula wilayah perkebunan baru di Umbulan Rowogiri yang dibuka oleh

masyarakat.

Page 23: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

4

Penyebutan Rowogiri sendiri berasal dari keberadaan danau di tengah hutan

TNBBS dan kata umbulan berasal dari bahasa Lampung. Abdulsyani (1999)

mengatakan bahwa umbulan dapat diartikan dengan daerah perladangan atau

perkebunan. Bahasa umbulan diadopsi oleh masyarakat Jawa di Lampung dari

kebudayaan Lampung yang mereka dapat saat berinteraksi dengan masyarakat asli

Lampung.

Masyarakat yang membuka kebun di Umbulan Rowogiri memiliki bangunan guna

tempat tinggal mereka yang disebut dengan gubuk untuk sebutan orang pendatang

dan umbul untuk sebutan orang asli Lampung. Bangunan tersebut memiliki luas

rata-rata 12m² dan berbentuk panggung serta memiliki pelataran di bagian

depannya. Gubuk memiliki dinding yang terbuat dari anyaman bambu dan papan

serta beratap seng dan welit (anyaman ilalang). Dalam mengelola tanah garapan,

masyarakat Umbulan Rowogiri ada yang berkelompok dan ada yang secara

individu.

Menurut Kusworo (2000), Pada tahun 1990 pemerintah di bawah kepemimpinan

Soeharto menyadari pengurangan jumlah hutan yang sangat drastis di wilayah

transmigrasi dengan menggunakan satelit dan berpacu pada peta Belanda tahun

1930. Sejak saat itu hampir tidak ada kawasan taman nasional di Indonesia yang

bebas sama sekali dari konflik ruang dengan pemukiman dan pertanian (Mulyana

dkk : 2010). Banyak masyarakat yang membuka lahan untuk dikelola di TNBBS,

baik itu lahan yang berada di zona yang boleh dikelola oleh masyarakat maupun

zona yang tidak boleh dikelola oleh masyarakat. Masyarakat yang menempati

zona terlarang di taman nasional dianggap sebagai okupasi illegal atau tindak

merambah kawasan hutan negara sesuai Undang-Undang Republik Indonesia

Page 24: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

5

Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 50 ayat 3 huruf b, e Jo pasal 78

ayat 2 dan 5.

Dalam melindungi kekayaan hayati, Lembaga Balai Taman Nasional memiliki

kepentingan global. Secara eksplisit maupun implisit, tumbuhan dan hewan sangat

menentukan kehidupan satu sama lain di dalam ekosistem baik secara material

sebagai bahan makanan maupun non material sebagai nilai ilmiah dan estetisnya

tentu saja sangat erat berhubungan dengan manusia (Suemarwoto: 1983). Perlu

adanya perlindungan dan pelestarian tumbuhan dan hewan demi kepentingan

bersama.

Bertolak belakang dengan kepentingan yang dimiliki oleh masyarakat yang berada

di sekitar wilayah TNBBS sesuai dengan konsep dasar transmigrasi di mana suatu

upaya mempertemukan sumber daya manusia dan sumber daya alam melalui

perpindahan penduduk dan pemanfaatan ruang (Anggraini, dkk: 2008). Mereka

memiliki kepentingan lokal seperti pemanfaatan tradisional, pemukiman,

pertanian dan perkebunan. Masyarakat tersebut memanfaatkan lahan kawasan

TNBBS untuk kegiatan bercocok tanam dan berkebun. Sebagian besar masyarakat

menanami areal kawasan tersebut dengan tanaman kopi, cengkeh, lada, kayu

manis, kakao, durian, pete, jengkol dan padi sebagai tanaman sampingan.

Pada pelaksanaan program transmigrasi masa sebelum otonomi memiliki sifat

sentralistik, terkesan eksklusif dan standar. Terjadinya kesenjangan antara

masyarakat transmigran dengan penduduk sekitar yang disebabkan oleh bantuan

pemerintah yang difokuskan kepada transmigran saja. Transmigrasi mendapat

tudingan negatif seperti jawanisasi, merusak hutan tropis, merusak budaya lokal,

Page 25: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

6

hanya mengejar target jumlah KK dan penyediaan pemukiman transmigran yang

tidak layak huni (Heriawan Saleh dalam Anggraini, dkk: 2008).

Sejak tahun 1992, pemerintah memiliki strategi untuk menyelesaikan salah satu

dampak negatif yang disebabkan dari program transmigrasi. Upaya yang

dilakukan pemerintah untuk menghindari pengurangan jumlah hutan secara terus

menerus yakni dengan melakukan operasi pengusiran petani, penghapusan desa-

desa di Provinsi Lampung. Pemerintah melakukan transmigrasi ulang kepada para

transmigran yang berada di wilayah hutan negara ke tempat yang baru yakni

Sumatera Selatan, dan beberapa daerah lainnya. Tahun 1994-1995 pemerintah

juga melakukan operasi gajah guna mengusir penduduk yang berada di wilayah

hutan negara (Kusworo, 2000).

Konflik antara pemerintah dan masyarakat di hutan negara menyebabkan ribuan

masyarakat menjadi korban. Tidak hanya masyarakat yang baru membuka lahan

perkebunan tetapi juga masyarakat yang sudah lama membuka lahan sejak adanya

program transmigrasi resmi dari pemerintah masa Soekarno. Dari latar belakang

tersebut, peneliti tertarik untuk mencari tahu hubungan masyarakat setempat

dengan hutan di TNBBS melalui pendekatan kontektualisasi progresif yang

menekankan pada objek-objek kajian tentang aktivitas manusia dalam hubungan

dengan lingkungan, penyebab terjadinya aktivitas, dan akibat-akibat aktivitas baik

terhadap lingkungan maupun terhadap manusia, karena itu peneliti membuat

penelitian dengan judul “Ngumbul : Kajian Ekologi Manusia dan Hutan di

Umbulan Rowogiri TNBBS”

Page 26: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

7

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana aktivitas masyarakat Umbulan Rowogiri di TNBBS?

2. Apa penyebab terjadinya aktivitas mengolah hutan larangan di TNBBS?

3. Apa dampak dari mengolah hutan larangan di TNBBS?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui aktivitas masyarakat Umbulan Rowogiri di TNBBS.

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya aktivitas mengolah hutan larangan di

TNBBS.

3. Untuk mengetahui dampak dari mengolah hutan larangan di TNBBS.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat secara :

1. Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada ranah sosiologi,

khususnya pada sosiologi lingkungan.

2. Praktis

a. Menambah bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan

referensi yang dapat digunakan untuk penelitian lanjutan yang berkaitan

Page 27: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

8

dengan permasalahan dan pokok bahasan ekologi manusia dan

lingkungan.

b. Menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai sosiologi lingkungan.

c. Menemukan titik tengah solusi yang dapat diambil pemerintah dalam

menyelesaikan konflik tanah di kawasan TNBBS.

Page 28: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Ekologi

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Enerst Haeckel, seorang ahli

biologi bangsa Jerman pada 1869. Ritohardoyo (2013) dalam bukunya

mengatakan bahwa ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos yang berarti

rumah dan logos yang berarti ilmu, maka ekologi berarti ilmu tentang makhluk

hidup dalam rumahnya. Sedangkan menurut Soemarwoto (1983), ekologi adalah

ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya.

Menurut Odum (dalam Iskandar, 2001), ekologi mempelajari hubungan timbal

balik makhluk hidup dan lingkungnya. Sedangkan menurut Agung Tri Haryanta

dan Eko Sujatmiko (Susilo, 2012) dalam Kamus Sosiologi Ekologi adalah ilmu

yang mempelajari hubungan makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya serta

lingkungannya.

Dari uraian pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ekologi merupakan

ilmu yang mempelajari interaksi timbal balik antara makhluk hidup dengan

makhluk hidup lainnya dan hubungan timbal balik makhluk hidup dengan

lingkungannya.

Page 29: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

10

B. Tinjauan Tentang Ekologi Manusia

Salah satu terapan ekologi adalah ilmu lingkungan, yang merupakan terapan dari

berbagai prinsip dan ketentuan ekologi dalam kehidupan manusia. Hal ini berarti

bahwa ilmu lingkungan mengkaji bagaimana seharusnya manusia menempatkan

diri dalam ekosistem atau dalam lingkungannya. Ekologi terapan lainnya

berkenaan dengan kegiatan manusia dalam hal pengurusan dan pengelolaan

sumber daya alam. Manusia sebagai subjek kajian dalam kehidupannya tidak

hanya diperhatikan dari aspek materi, energi dan informasi saja, oleh karenanya

walaupun ekologi sangat penting tetapi bukan satu-satunya masukan untuk

mengambil keputusan dalam mengatasi masalah lingkungan hidup, karena ekologi

sangat penting dalam pengelolaan lingkungan hidup dengan sudut pandang

antoposentris, maka tekanan kajian yang diperlukan adalah ekologi manusia.

Ekologi manusia menurut Ritohardoyo (2013), adalah adaptasi manusia terhadap

lingkungan yang terdapat di sekitarnya. Begitupun menurut Soemarwoto (1983),

ekologi manusia adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan

hidupnya. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan dapat dinyatakan bahwa

ekologi manusia merupakan ilmu lingkungan yang mengkaji bagaimana

seharusnya cara manusia menempatkan diri dalam ekosistem atau dalam

lingkungannya dan juga mempelajari berkenaan dengan kegiatan manusia dalam

hal pengurusan dan pengelolaan sumber daya alam.

Page 30: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

11

C. Perantara Hubungan Manusia dan Lingkungan

Force (dalam Ritohardoyo, 2013) menjelaskan bahwa keterkaitan antara kegiatan

manusia dengan lingkungan sering melalui perantara yang menghubungkan

keduanya. Perantara tersebut berupa sekumpulan tujuan, nilai-nilai, seperangkat

pengetahuan dan kepercayaan. Keseluruhan perantara tersebut sering juga disebut

sebagai pola-pola kebudayaan. Kebudayaan itulah sebagai perwujudan usaha

manusia dalam :

1. Memahami lingkungan

2. Menafsirkan lingkungan dengan seluruh isinya

3. Menyeleksi hal-hal yang berguna baginya

4. Memanfaatkan lingkungan.

Kondisi kebudayaan dari sekelompok populasi manusia menentukan tingkat

pemahaman dengan cara penafsiran mereka tentang lingkungannya. Demikian

pula kondisi dan situasi masyarakat, juga menentukan tingkat pemahaman tentang

sumberdaya yang terdapat di lingkunganya. Dengan demikian dapat disebutkan

bahwa manusia melakukan adaptasi dengan cara manipulasi kekayaan maupun

kemampuan sosio-budaya mereka. Pengertian istilah inilah yang digunakan

beberapa pakar mendasari penggunaan istilah ekologi manusia juga disebut

sebagai ekologi budaya.

Page 31: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

12

D. Sasaran Pengukuran Ekologi Manusia

Suparlan (1980) menyarankan perlunya pembedaan kajian ekologi manusia

berdasarkan pada sasaran pengukurannya:

1. Mempelajari ekologi manusia dengan cara mengukur tingkat adaptasi dan

kesejahteraan mereka dalam hubungannya dengan lingkungan.

2. Mempelajari ekologi manusia dengan cara mengukur pengetahuan dan

kebudayaan tentang lingkungan alamnya dari penduduk setempat untuk

mengukur tingkat adaptasi mereka.

E. Batasan Ekologi Manusia

Vayda (dalam Iskandar, 2001) seorang pakar ekologi manusia mempertajam

batasan ekologi manusia, kajian tentang hubungan timbal balik antara dinamika

populasi manusia, organisasi sosial, dan kebudayaan manusia dengan lingkungan

tempat hidup mereka. Secara singkat ekologi manusia adalah kajian tentang

interaksi antara populasi manusia dengan lingkungannya.

Batasan pengertian ekologi manusia tersebut mengandung makna bahwa dalam

kajianya lebih menekankan pada kajian dan komperatif dengan menganalisis

populasi tertentu secara mendalam. Pokok permasalahan ekologi manusia dapat

memilih salah satu di antara subjek interaksi manusia dengan lingkungannya, atau

subjek sistem pemanfaatan sumber daya yang memberikan kesempatan kepada

peneliti untuk menggunakan kerangka konsep yang bulat, dan konsep yang

memperhatikan dimensi ruang dan dimensi waktu.

Page 32: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

13

F. Kajian Ekologi Manusia

Pada dasarnya kajian ekologi manusia lebih memusatkan perhatian pada:

1. Masalah-masalah sumber daya dan lingkungan

2. Cara menghadapi masalah lingkungan

3. Masalah efisiensi pemanfaatan sumber daya yang mencakup energi.

Slobodkin (Ritohardoyo, 2013), mengemukakan bahwa inti permasalahan penting

dalam ekologi manusia mencakup pemahaman kerusakan lingkungan dan

pemanfaatan sumber daya beserta akibat-akibatnya.

G. Prosedur-Prosedur Memahami Objek-Objek Ekologi Manusia

Dalam memahami objek-objek kajian ekologi manuasia, menurut Steward (dalam

Ritohardoyo, 2013), secara umum terdapat tiga prosedur. Ketiga prosedur tersebut

dapat ditunjukkan secara berurutan sebagai berikut:

1. Kajian hubungan antara lingkungan dengan teknologi yang eksploitatif dan

produktif.

2. Kajian pola-pola perilaku (behavioral patterns) yang melibatkan aktivitas

manusia dengan penggunaan teknologi di kawasan tertentu.

3. Kajian kesinambungan pola-pola perilaku yang terlihat pada aktivitas

eksploitasi lingkungan, yang memberikan dampak pada aspek-aspek

kebudayaan lainnya baik material maupun nonmaterial.

Tiga prosedur tersebut oleh beberapa pakar ekologi manusia, lebih lanjut

dikembangkan menjadi beberapa pendekatan yang digunakan dalam mengkaji

Page 33: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

14

subjek kajian ekologi manusia yang pada akhirnya membentuk karakteristik setiap

pendekatan yang sifatnya berbeda-beda.

H. Pendekatan Ekologi Manusia

Pendekatan ekologi manusia ada empat:

1. Pendekatan Berdasarkan pada Pelaku (Actor Based Model)

Pendekatan ini disebut pula sebagai Individual Centered Analysis Orlove, 1980;

McCay 1978 (dalam Ritohardoyo, 2013), Pemusatan perhatian pendekatan

tersebut pada perilaku, sehingga memiliki karakteristik pendekatan sebagai

persyaratan berikut :

a. Lebih menekankan pada pemahaman proses sosial daripada struktur sosial.

b. Lebih menekankan pada pemahaman variasi dan keberagaman (diversity)

dalam populasi daripada menganggap populasi seragam.

c. Lebih menekankan pada pemahaman aspek-aspek tingkah laku dari aspek

norma dan hukum dari hubungan sosial.

2. Pendekatan Berdasarkan Perubahan dan Keseimbangan

Pendekatan ini lebih menekankan pada sudut pandang, bahwa dalam perubahan

sebenarnya merupakan proses untuk mencapai kondisi keseimbangan

(homeostasis). Holling dan Gosberg (Ritohardoyo, 2013), menyatakan bahwa key

insight (kunci pandangan) dari pendekatan ekologi manusia, adalah pengertian

bahwa sistem-sistem ekologi berada dalam keadaan yang seimbang (equilibrium,

unchanging sistem). Namun demikian harus diingat, bahwa menolak pandangan

yang berpusat pada equilibrium, sama sekali tidak berarti meninggalkan kajian

tentang proses-proses di mana beberapa sifat dari unsur (properties) sistem-sistem

Page 34: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

15

atau mahluk hidup manusia dipertahankan tetap tidak berubah walaupun dari

unsur lainnya berubah. Oleh karna itu perubahan harus dilihat dalam kaitannya

dengan homeostasis. Pada waktu-waktu tertentu harus berubah untuk dapat

mempertahankan sifat dari unsur lain yang lebih penting dalam usaha memelihara

kelangsungan hiup. Sifat dari unsur yang berubah ini disebut resilience, yaitu

selalu tetap cukup luwes untuk dapat berubah dalam menanggapi terhadap bahaya

atau tantangan yang datang dari lingkungan yang dihadapi manusia.

3. Pendekatan Fleksibilitas, Kreativitas dan Respon Manusia

Pendekatan ini mendasarkan pada anggapan, bahwa masyarakat ataupun individu

manusia sebagai makhluk hidup memiliki fleksibilitas, kreativitas dan sifat respon

terhadap keadaan lingkungan yang selalu berubah, serta terhadap ketidakpastian

dari situasi lingkungannya (Vayda et al dalam Ritohardoyo, 2013). Dengan

menggunakan pendekatan tersebut, dalam kajian ekologi manusia perlu perhatian

dan pemahaman sebagai pertimbangan terhadap lima gejala berikut:

a. Secara umum manusia secara individu memilik kemampuan dalam membuat

keputusan dan menerapkannya secara berkesinambungan.

b. Manusia memiliki kemampuan rasionalitas dalam setiap pembuatan

keputusan dan pengambilan tindakan.

c. Manusia memiliki kemampuan untuk memodifikasi kebiasaan-kebiasaan

rutin dan kemampuan memanipulasi norma-norma yang ada secara

berkesinambungan sehingga tindakan-tindakan yang mereka lakukan dapat

mencapai tujuan yang mereka hadapai.

d. Manusia memiliki pengetahuan praktis yang diperoleh melalui pengalaman

tentang berbagai kondisi yang harus dihadapi.

Page 35: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

16

e. Variasi dan keragaman lingkungan yang dihadapi manusia.

4. Pendekatan Kontektualisasi Progresif

Salah satu pendekatan dalam ekologi manusia yang diperkenalkan pada sekitar

tahun 1980 adalah progressive contextualization atau kontektualisasi progresif.

Pendekatan ini dikembangkan untuk mendukung penelitian-penelitian ekologi

manusia, terutama tentang pemanfaatan sumber daya oleh manusia, sebagai salah

satu wujud interaksi manusia dengan lingkungan. Vayda (dalam Ritohardoyo,

2013), menjelaskan bahwa pendekatan kontektualisasi progresif lebih

menekankan pada objek kajian tentang:

a. Aktivitas manusia dalam hubungan dengan lingkungan.

b. Penyebab terjadinya aktivitas.

c. Akibat-akibat aktivitas baik terhadap lingkungan maupun lingkungan maupun

terhadap manusia sebagai pelaku aktivitas.

Pendekatan kontektualisasi progresif dikembangkan, lebih mendasarkan pada

upaya untuk mengantisipasi masalah terapan pendekatan holistik dalam kajian

lingkungan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kontektualisasi

progresif untuk mengkaji ekologi manusia dan lingkungannya.

I. Konsep Inti Ekologi Manusia

Salah satu tekanan inti ekologi manusia, adalah adaptasi manusia terhadap

lingkungan yang terdapat di sekitarnya. Adaptasi manusia dalam arti luas

dimaksudkan sebagai aktivitas-aktivitas manusia dalam mencampurtangani

lingkungan, dalam rangka mempertahankan kehidupannya dengan tingkat budaya

yang dimiliki (Steward, 1955; Force, 1974 dalam Ritohardoyo, 2013). Adaptasi

Page 36: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

17

tidak semata-mata berarti bahwa kehidupan manusia bergantung pada lingkungan

alam, tetapi adaptasi diartikan sebagai suatu kepastian proses kreatif dan tingkat

penyesuaian budaya dari manusia terhadap tantangan lingkungan alam yang tidak

dapat dihindarkan. Adaptasi manusia terhadap lingkungan, baik terhadap

tantangan, ancaman bahaya, maupun perubahan lingkungan, dikaji dengan

memusatkan perhatian pada kegiatan aktif manusia, dalam kaitannya erat dengan

gejala-gejala alam, dan juga memasukkan masyarakat sebagai bagian dari

lingkungan yang dihadapi manusia.

Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang memiliki kemampuan

adaptasi paling besar di antara berbagai makhluk hidup lain di bumi. Cara

makhluk hidup dalam melakukan adaptasi dapat dibedakan secara umum menjadi

tiga macam sebagai berikut:

a. Adaptasi melalui proses fisiologi, misalnya manusia dalam kehidupan sehari-

harinya terbiasa minum, mandi, maupun memasak air dari sumber air

tercemar; pada umumnya memiliki tingkat imunitas yang relatif tinggi

terhadap infeksi penyakit.

b. Adaptasi melalui proses morfologi, misalnya suku bangsa Indian yang tinggal

di Pegunungan Andes yang tinggi dan miskin oksigen, organ tubuhnya

mampu beradaptasi terhadap kadar oksigen yang ada melalui perubahan

bentuk paru-paru yang menjadi lebih besar.

c. Adaptasi melalui perilaku, misalnya masyarakat yang terbiasa hidup dengan

cara sederhana pada suatu daerah terpencil mendadak memiliki perangkat

pembangkit listrik tenaga surya. Mereka harus menyesuaikan dengan

teknologi baru yang secara otomatis mengubah pula pola berikutnya.

Page 37: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

18

J. Kerangka Pikir

Lingkungan manusia didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berada di

sekeliling manusia yang berpengaruh kepada kehidupan manusia itu sendiri.

Menurut Rambo (dalam Iskandar, 2001), faktor-faktor sistem biofisik atau

ekosistem di sekitar manusia sangat beragam bergantung pada di mana manusia

itu tinggal, termasuk di dalamnya iklim, udara, air, tanah, tanaman dan binatang.

Jadi kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah lepas dari lingkungan. Hubungan

manusia dengan lingkungannya dapat disebut dengan ekologi manusia.

Penelitian ini menekankan ekologi manusia yang ditujukan untuk masyarakat

Rowogiri terhadap lingkungan hutan larangan di TNBBS. Pendekatan yang

digunakan ialah salah satu pendekatan yang dikemukakan oleh Vayda yakni

kontektualisasi progresif untuk melihat aktivitas manusia dalam hubungan

dengan lingkungan, penyebab terjadinya aktivitas, dan akibat-akibat yang

ditimbulkan baik positif ataupun negatif. Secara jelas kerangka pikir dapat dilihat

pada bagan berikut:

Page 38: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

19

Bagan 1. Kerangka Pikir

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2017

Manusia

(Masyarakat Umbul

Rowogiri)

Lingkungan

(Hutan Larangan di

TNBBS)

Pendekatan Kontektualisasi

Progresif (Vayda: 1980)

Aktivitas Manusia

dalam Hubungan

dengan

Lingkungan

Penyebab

Terjadinya

Aktivitas

Akibat-Akibat

dari Aktivitas

Negatif Positif

Page 39: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena penelitian ini bertujuan

untuk menjelaskan gambaran tentang hubungan ekologi manusia dengan

lingkungannya. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui interaksi masyarakat

Umbulan Rowogiri dengan hutan larangan di TNBBS.

B. Penentuan Informan

Teknik penentuan informan pada penelitian ini menggunakan teknik snowball.

Teknik ini merupakan suatu metode untuk mengidentifikasikan, memilih dan

mengambil informan dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang menerus.

Peneliti menggunakan metode ini dengan cara memilih informan awal yang sesuai

dengan kriteria peneliti. Kriteria tersebut seperti:

1. Informan mengetahui mengenai sejarah masuknya masyarakat di Umbulan

Rowogiri.

2. Informan mengetahui awal mula pembukaan lahan di Umbulan Rowogiri.

3. Informan memiliki lahan dan tinggal di Umbulan Rowogiri.

Page 40: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

21

C. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilakukan di Umbulan Rowogiri yang menjadi pusat

aktivitas ngumbul berkelompok, beragam daerah asalnya dan paling banyak jika

dibandingkan tempat ngumbul lainnya serta memiliki danau yang asri. Dengan

demikian diharapkan dapat memberi gambaran tentang konsep dan analisis

ngumbul di TNBBS.

D. Jenis dan Sumber Data

Data adalah catatan atas kumpulan fakta yang ada, merupakan hasil pengukuran

atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata

atau citra. Menurut Loftland (dalam Moleong, 2007) sumber data utama penelitian

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer

Data primer yaitu berupa kata-kata dan tindakan informan serta peristiwa-

peristiwa tertentu yang berkaitan dengan fokus penelitian yang seluruhnya

berkaitan dengan permasalahan, pelaksanaan, dan merupakan hasil

pengumpulan peneliti sendiri selama berada di lokasi penelitian. Data primer

ini diperoleh peneliti selama proses pengumpulan data dengan menggunakan

teknik wawancara mendalam dan observasi.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data tertulis yang digunakan sebagai data pendukung

dalam analisis data primer. Data sekunder dalam penelitian ini berbentuk

Undang-Undang Republik Indonesia dan Peraturan Menteri.

Page 41: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

22

Tabel 2. Dokumen-dokumen Pendukung Penelitian

No. Nama Dokumen

1. Undang-undang No. 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan Pasal 50 ayat 3

huruf b,e Jo Pasal 78 ayat 2 dan 5.

2. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut-II/2006 Tentang

Pedoman zonasi Taman Nasional.

3. Peraturan Menteri Khutanan Nomor P.19/Menhut-II/2004 Tentang

Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian

Alam.

4. Surat Pernyataan Menteri Pertanian Nomor 736/Mentan/X/1982

Kawasan Suaka Alam

5. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Luas

Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia

Berdasarkan SK Menteri.

6. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

7. Undang-undang No. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Perusak Hutan.

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah langkah yang sangat penting dalam penelitian, selain itu

peneliti harus memastikan data yang diambil benar dan valid. Pada pengumpulan

data harus dilakukan secara sistematis standar untuk memperoleh data yang

diperlukan.

1. Observasi langsung

Observasi langsung pengumpulan data dengan menggunakan mata tanpa ada

pertolongan alat standar lainnya untuk keperluan tersebut. Observasi langsung

dilakukan pada saat peneliti memasuki kehidupan masyarakat yang melakukan

aktivitas ngumbul. Pengamatan dilakukan dalam kegiatan sehari-hari tentu

dilakukan secara sistematis tentang proses dan kebiasaan pada masyarakat yang

melakukan aktivitas ngumbul.

Page 42: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

23

Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan

dan sebagainya tentang perilaku kebiasaan pada lokasi penelitian, sewaktu-waktu

kejadian tersebut berlaku sehingga tidak menguntungkan data dari ingatan. Dari

metode ini diharapkan dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat

berkomunikasi secara verbal atau yang tidak mau berkomunikasi secara verbal.

Tabel 3. Lokasi dan Waktu Observasi Lapangan

No. Nama lokasi observasi Waktu Pelaksanaan

1. Umbulan di kawasan TNBBS 10 Agustus 2016-6Juni 2017

2. Danau di TNBBS 10 Agustus 2016-6Juni 2017

3. Kebun di TNBBS 10 Agustus 2016-6Juni 2017

Sumber: Data Diolah Peneliti, 2018

2. Wawancara Mendalam

Wawancara yang didapat dari keterangan Informan yang dilakukan dengan cara

tanya jawab secara bertatap muka antara peneliti dan Informan dengan

menggunakan alat panduan wawancara dan direkam. Tujuan peneliti

menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara mendalam, jelas dan

konkrit guna untuk mempermudah untuk menganalisis data. Dalam penelitian ini

masyarakat yang melakukan aktivitas ngumbul di TNBBS.

Tabel. 4. Identitas Informan

No. Nama Profesi Lama

berkebun

Tanggal

Wawancara

Substansi

Wawancara

1. Mislan

Petani di Desa

Gayam,

Lampung

Selatan

56 Tahun 08 Januari

2019

Pengertian

ngumbul

2. Arsan

Petani di Desa

Penengahan,

Lampung

Selatan

32 Tahun 21 Januari

2019

Pengertian

ngumbul

Page 43: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

24

No. Nama Profesi Lama

berkebun

Tanggal

Wawancara

Substansi

Wawancara

3. Usman

Petani di Desa

Way Nukak,

Pesisir Barat

25 Tahun 14 Januari

2019

Pengertian

ngumbul

4. Masri

Petani di Desa

Lemong,

Lampung

Barat

36 Tahun 31 Januari

2019

Pengertian

ngumbul

5. Puriyah

Pedagang hasil

bumi di Pekon

Sukamarga,

Suoh,

Lampung

Barat

60 Tahun 28 Desember

2018

Sejarah

masyarakat

transmigrasi ke

Suoh

6. Yusuf

Petani di

Pekon

Sukamarga,

Suoh

Lampung

Barat

40 Tahun 28 Desember

2018

Sejarah

masyarakat

transmigrasi ke

Rowogiri

7. Sukisman

Petani di

Pekon

Sukamarga,

Suoh,

Lampung

Barat

63 Tahun 29 Desember

2018

Sejarah

masyarakat

transmigrasi ke

Rowogiri

8. Damin

Petani di

pekon

Ringinsari,

Lampung

Barat

48 Tahun 30 Desember

2018

Sejarah

masyarakat

transmigrasi ke

Rowogiri

9.

KM1

Petani di

Umbulan

Rowogiri

23 Tahun 12 mei 2017 Pengelolaan lahan

10.

MO 2

Petani di

Umbulan

Rowogiri

35 Tahun 21 mei 2017 Pengelolaan lahan

11.

HI 3

Petani di

Umbulan

Rowogiri

4 Tahun 22 mei 2017 Pengelolaan lahan

12.

HR4

Petani di

Umbulan

Rowogiri

6 Tahun 22 mei 2017 Pengelolaan lahan

13.

KN 5

Petani di

Umbulan

Rowogiri

20 Tahun 24 juni 2017 Pengelolaan lahan

14.

Ahim

Lurah

Kepala Pekon

Sukamarga - 28 mei 2017

Pengelolaan lahan

dan status tanah

tnbbs

Sumber: Data Diolah Peneliti, 2018

Page 44: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

25

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman,

instruksi, foto, rekaman, buletin dan lain sebagainya. Dokumentasi metode yang

erat kaitannya dengan pengumpulan data dengan catatan penting yang sangat erat

hubungannya dengan objek penelitian. Dengan tujuan untuk memperoleh data

secara jelas dan kongkrit dari masyarakat yang melakukan aktivitas ngumbul di

TNBBS.

F. Analisis Data

Analisis data yang di dalam kegiatannya untuk mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberi kode-kode atau tanda dan mengkategorikan sehingga

ditemukannya suatu fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui rangkaian

aktivitas tersebut, untuk mempermudah peneliti dalam menyederhanakan data

yang banyak dan bertumpuk-tumpuk dari lapangan agar mudah untuk dipahami.

Mengingat dalam analisis kualitatif cukup sulit karna tidak ada pedoman baku,

tidak ada proses linier, dan tidak ada urutan-urutan yang sistematis. Analisis data

dilakukan selama pengumpulan data di lapangan dan setelah semua data

terkumpul dengan teknik analisis model interaktif.

Berikut analisis data secara bersama-sama dengan proses pengumpulan data

dengan tahapannya :

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci.

Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum,

dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan dengan hal-hal yang penting. Data hasil

Page 45: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

26

selanjutnya dipilih berdasarkan satuan konsep, tema, dan kategori tertentu yang

akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan serta

mempermudah peneliti dalam mencari kembali data sebagai data tambahan atas

data sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.

2. Penyajian Data

Penyajian data diperoleh dengan mengkategorisasikan menurut pokok

permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti

melihat pola-pola hubungan satu data dengan yang lainnya.

3. Penyimpulan dan Verifikasi

Kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih lanjut dari kegiatan reduksi dan

penyajian data. Data yang sudah direduksi dan disajikan secara sistematis akan

disimpulkan sementara. Kesimpulan yang diperoleh pada tahap awal biasanya

masih kurang jelas, tetapi pada tahap-tahap selanjutnya akan semakin tegas dan

memiliki dasar yang kuat. Kesimpulan pertama perlu diverifikasi dengan

menggunakan teknik verifikasi triangulasi sumber data.

4. Kesimpulan Akhir

Pada kesimpulan akhir diperoleh berdasarkan kesimpulan sementara yang telah

diverifikasi. Kesimpulan final ini diharapkan dapat diperoleh setelah

pengumpulan data selesai.

Page 46: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

1. Kondisi Umum

a. Letak dan Luas

Kawasan TNBBS meliputi areal seluas ± 355.511 ha yang membentang dari ujung

selatan bagian Barat Provinsi Lampung sampai dengan Selatan Provinsi Bengkulu

yang secara geografis terletak pada 4o29’ – 5

o57’LS dan 103

o24’ – 104

o44’BT.

Menurut administrasi pemerintahan, kawasan TNBBS termasuk dalam wilayah 2

(dua) Provinsi yaitu Provinsi Lampung yang meliputi 3 (tiga) kabupaten yaitu

Kabupaten Tanggamus seluas ± 10.500 ha, serta Kabupaten Lampung Barat dan

Pesisir Barat seluas ± 280.300 ha, dan Provinsi Bengkulu hanya meliputi

Kabupaten Kaur seluas ± 64.711 ha. Batas Kawasan TNBBS :

1. Sebelah utara : Kab. Kaur

2. Sebelah timur : Kab. Lampung Barat dan Pesisir Barat

3. Sebelah selatan : Selat Sunda

4. Sebelah barat : Samudera Hindia

(Sumber : BTNBBS, 2011).

Page 47: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

28

b. Tipe Ekosistem

Kawasan konservasi tersebut memiliki bentang alam lengkap mulai dari

ketinggian 0 mdpl sampai dengan 1.964 mdpl. Ekosistem alami yang membentang

di kawasan TNBBS mewakili tipe vegetasi hutan mangrove, hutan pantai, hutan

pamah tropika sampai hutan pegunungan di Sumatera. Kawasan TNBBS

merupakan kawasan hutan hujan dataran rendah terluas yang tersisa di Sumatera

dan memiliki beberapa tipe ekosistem yang lengkap dan tidak terputus meliputi

ekosistem kelautan dan ekosistem terestrial, yaitu hutan pantai (1%), hutan

hujan dataran rendah (45%), hutan hujan bukit (34%), hutan hujan pegunungan

bawah (17%), hutan hujan pegunungan tinggi (3%), ekosistem mangrove,

ekosistem rawa, dan estuaria. Tutupan hutan yang demikian, menjadikan TNBBS

sebagai habitat dari jenis-jenis flora yang sangat beraneka ragam dan

menakjubkan termasuk habitat terbaik bagi beragam jenis fauna (Sumber :

BTNBBS, 2011).

c. Flora

TNBBS merupakan habitat bagi jenis-jenis flora yang menakjubkan. Selain

terdapat raflesia sebagai bunga langka terbesar di dunia, juga terdapat

amorphophallus sebagai bunga tertinggi di dunia. Jenis-jenis flora lainnya

mencapai 514 jenis pohon dan tumbuhan bawah, 126 jenis anggrek, 26 jenis

rotan, dan 25 jenis bambu.

(Sumber : BTNBBS, 2011).

Page 48: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

29

d. Fauna

TNBBS memiliki nilai penting bagi perlindungan beberapa mamalia besar.

Terdapat sedikitnya 122 jenis mamalia termasuk enam spesies terancam punah

menurut Red Data Book IUCN seperti gajah sumatera (elephas maximus

sumatranus), badak sumatera (dicerorhinus sumatrensis), tapir (tapirus indicus),

harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), beruang madu (helarcto

malayanus), dan ajag (cuon alpinus); 123 jenis herpetofauna (reptil dan amphibia

termasuk penyu); 53 jenis ikan; 221 serangga dan 450 jenis burung termasuk 9

jenis rangkong. TNBBS menjadi Daerah Penting Bagi Burung (DPB), dengan

kriteria A1 burung terancam punah dan A2 burung sebaran terbatas. TNBBS juga

menjadi salah satu landscape prioritas pelestarian habitat harimau sumatera

(Sumber : BTNBBS, 2011).

e. Iklim

Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (1973), berdasarkan curah hujan rata-

rata tahunan, kawasan TNBBS dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu

bagian barat taman nasional dengan curah hujan cukup tinggi yaitu berkisar antara

3000-3500 mm per tahun dan bagian timur taman nasional berkisar antara 2500-

3000 mm per tahun. Perbedaan ini disebabkan oleh pengaruh rantai pegunungan

Bukit Barisan Selatan sehingga kawasan bagian timur lebih kering.

Page 49: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

30

Berdasarkan klasifikasi Scmidt dan Ferguson, bagian barat kawasan TNBBS

termasuk dalam tipe ilkim A sedangkan di bagian timur termasuk dalam tipe ilkim

B menurut Koppen, kawasan TNBBS termasuk dalam tipe iklim A.

Musim hujan berlangsung dari bulan November sampai Mei. Musim kemarau dari

bulan Juni sampai Agustus. Bulan-bulan agak kering adalah September – Oktober.

Jumlah hari hujan di musim penghujan rata-rata tiap bulannya 10 – 16 hari dan di

musim kemarau 4 – 8 hari. Keadaan angin musim hujan lebih besar dari musim

kemarau.

Menurut Peta Geologi Sumatera yang disusun oleh Lembaga Penelitian Tanah

(1966), kawasan TNBBS terdiri dari batuan endapan (miosin bawah, neogen,

paleosik tua, aluvium), batuan vulaknik (recent, kuatener tua, andesit tua, basa

intermediet) dan batuan plutonik (batuan asam) di mana yang tersebar paling luas

adalah batuan vulkanik yang dijumpai di bagian tengah dan utara taman nasional.

Kawasan TNBBS berdasarkan Peta Lerang dan Kemampuan Tanah Propinsi

Lampung, berada pada Zona Sesar Semangka yang rawan gempa, tanah longsor,

banjir dan peka terhadap erosi. Terbentuk dari depresi tektonik yang ditutupi oleh

sedimen-sedimen dari celah vulkanik (ficuves eruption) yang menutupi wilayah

Bukit Barisan pada zaman kuarter. Patahan aktif akan terus bergerak sehingga

menimbulkan kerusakan di dalam dan di atas permukaan tanah. Pada siklus

waktu, pergeseran ini akan menimbulkan gempa dengan kekuatan yang cukup

besar, gempa bumi besar terjadi pada tahun 1933 yang diakibatkan oleh

meletusnya Gunung Ratu dan membentuk gunung baru yaitu Gunung Loreng di

dalam kawasan TNBBS. Kemudian pada tahun 1994 kembali terjadi gempa bumi

Page 50: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

31

besar (terkenal disebut gempa “Liwa”) berskala 6,9 Sekala Richter yang

mengakibatkan sebagian Gunung Loreng tenggelam.

(Sumber : BTNBBS, 2011).

f. Tanah

Berdasarkan Peta Tanah yang dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor

tahun 1976, tanah di kawasan TNBBS terdiri dari 6 jenis tanah yaitu aluvial,

rensina, latosol, podsolik merah kuning dan 2 jenis andosol yang berbeda di dalam

bahan induknya, di mana yang paling labil dan rawan erosi, sangat asam dan

kurang sesuai untuk mengembangkan pertanian karena kombinasi asam dan

lereng yang terjal dengan potensi tererosi tinggi

(Sumber : BTNBBS, 2011).

g. Topografi

Kawasan TNBBS terletak di ujung selatan dari rangkaian pegunungan Bukit

Barisan yang membujur sepanjang Pulau Sumatera, sehingga memiliki topografi

yang cukup bervariasi yaitu mulai datar, landai, bergelombang, berbukit-bukit

curam dan bergunung-gunung dengan ketinggian berkisar antara 0 – 1.964 mdpl.

Lereng timurnya cukup curam sedangkan lereng barat kearah Samudera Hindia

agar landai. Daerah berdataran rendah (0 – 600 mdpl) dan berbukit (600 – 1000

mdpl) terletak di bagian selatan taman nasional sementara daerah pegunungan

(1000 – 2000 mdpl) terletak di bagian tengah dan utara taman nasional.

Page 51: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

32

Puncak tertinggi adalah Gunung Palung (1.964 mdpl) yang terletak di sebelah

barat Danau Ranau, Lampung Barat. Gunung-gunung lain yang memiliki

ketinggian > 1.500 mdpl adalah Gunung. Sekincau (1.738 m) dan Gunung.

Balirang (1.703 m), di bagian barat Taman Nasional. Bukit Gedang (1.627 m) dan

Bukit Pandan (1.678 m) di perbatasan Propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu

serta Bukit Napalan (1.526 m) di bagian utara taman nasional termasuk dalam

wilayah Kabupaten Kaur.

Keadaan lapangan bagian utara bergelombang sampai berbukit-bukit dengan

kemiringan bervariasi antara 20 – 80%. Bagian selatan merupakan daerah yang

datar dengan beberapa bukit yang agak tinggi dan landai di mana makin selatan

makin datar dengan kemiringan berkisar antara 3 – 5%. Lereng dan arah sisi timur

taman nasional tergolong terjal (20 – 45%) sedangkan arah barat lebih landai.

(Sumber : BTNBBS, 2011).

h. Hidrologi

Kawasan TNBBS merupakan bagian hulu dari sungai-sungai yang akan mengalir

ke daerah pemukiman dan pertanian di daerah hilir sehingga berperan sangat

penting sebagai daerah tangkapan air (catchment area) dan melindungi sistem tata

air.

Sebagian besar dari sungai-sungai yang ada mengalir ke arah barat daya dan

bermuara di Samudera Indonesia sementara sebagian lagi bermuara ke Teluk

Semangka. Sungai-sungai yang mengalir di bagian utara taman nasional terdiri

dari Air Nasal Kiri, Air Sambat, Air Nasal Kanan, Way Menula, Way Simpang

dan Way Laai. Sungai-sungai yang mengalir di bagian tengah taman nasional

Page 52: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

33

terdiri dari Way Tenumbang, Way Biha, Way Marang, Way Ngambur Bunuk,

Way Tembuli, Way Ngaras, Way Pintau, Way Pemerihan, Way Semong, dan

Way Semangka. Sementara di bagian selatan taman nasional mengalir Way

Canguk, Way Sanga, Way Menanga Kiri, Way Menanga Kanan, Way Paya, Way

Kejadian, Way Sulaeman dan Way Blambangan.

Di bagian ujung selatan taman nasional terdapat danau yang dipisahkan hanya

oleh pasir pantai selebar puluhan meter yaitu Danau Menjukut (150 ha). Di bagian

tengah yaitu di daerah Suoh terdapat 4 (empat) buah danau yang letaknya

berdekatan yaitu Danau Asam (160 ha), Danau Lebar (60 ha), Danau Minyak (10

ha), dan Danau Belibis (3 ha). Sementara bagian tenggara, selatan dan barat taman

nasional dikelilingi oleh lautan yaitu perairan Teluk Semangka, Tanjung Cina dan

Samudera Indonesia.

(Sumber : BTNBBS, 2011).

i. Aksesibilitas

Menuju kawasan TNBBS dapat ditempuh melalui jalan darat dengan rute :

a. Dari Bandar Lampung – Kota Agung – Sedayu – TNBBS (Sukaraja) ± 125

km dapat ditempuh selama ± 3 jam.

b. Dari Bandar Lampung – Kota Agung – Banding – TNBBS (Suoh) ± 142 km

dapat ditempuh selama ± 7 jam.

c. Dari Bandar Lampung – Kotabumi – Bukit Kemuning – Liwa – TNBBS

(Kubuperahu) ± 246 km dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat

selama ± 6 jam.

Page 53: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

34

d. Dari Bengkulu – Manna – Merpas – TNBBS (Way Menula) ± 180 km dapat

ditempuh dengan kendaraan roda empat selama ± 3 jam.

e. Menuju kawasan TNBBS dapat ditempuh melalui jalan laut dengan rute

f. Dari Kota Agung – TNBBS (Tampang) selama ± 4 jam.

g. Kota Agung – TNBBS (Belimbing) selama ± 6 jam.

h. Bandar Lampung (Tarahan) – TNBBS (Belimbing) selama ± 8 jam.

i. Menuju keseluruhan akses jalan darat mengitari TNBBS, terdapat beberapa

ruas jalan tembus memotong kawasan TNBBS masing-masing

j. Jalan tembus Sanggi – Bengkunat ± 12 km.

k. Jalan tembus Liwa – Krui sepanjang ± 15 km.

l. Jalan tembus Pugung Tampak – Manula sepanjang ± 14 km.

m. Jalan tembus Suoh – Sukabumi sepanjang ± 8 km.

(Sumber: https://programs.wcs.org/btnbbs/ diakses pada tanggal 28 Januari 2019

pukul 13.04 WIB)

2. Visi dan Misi

TNBBS adalah kawasan pelestarian alam dan benteng terakhir hutan hujan tropis

di Provinsi Lampung yang memiliki potensi sumber daya alam hayati dan non

hayati yang cukup tinggi serta ekosistem lengkap mulai dari ekosistem pantai,

hutan hujan dataran rendah sampai hutan hujan pegunungan.

Potensi kawasan TNBBS diharapkan mampu berfungsi sebagai perlindungan

sistem penyangga kehidupan serta mendukung pembangunan daerah yang

berkelanjutan mengingat TNBBS merupakan daerah tangkapan air (cathment

area) bagi DAS Semaka dan Semaka DS. Oleh karena itu Kawasan TNBBS perlu

Page 54: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

35

dikelola dengan sebaik-baiknya, terarah, terencana, sesuai dengan daya

dukungnya dan peraturan perundang-undangan.

Sebagaimana visi dan misi, sasaran program serta kebijakan prioritas, program

dan kegiatan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam yang

harus ditindaklanjuti oleh seluruh unit-unit pelaksana teknisnya, maka Balai Besar

TNBBS telah menetapkan visi Tahun 2010 – 2014 adalah :

“Terwujudnya TNBBS sebagai situs warisan alam dunia yang berperan penting

bagi terjaganya ekosistem lokal dan global”

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, ditetapkan misi pengelolaan TNBBS

sebagai berikut :

1. Meningkatkan kapasitas perlindungan dan pengamanan hutan TNBBS

serta pengendalian kebakaran hutan;

2. Mengoptimalkan fungsi TNBBS beserta biodiversitasnya;

3. Meningkatkan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam bagi

kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan TNBBS;

4. Memperkuat kapasitas kelembagaan Balai Besar TNBBS;

5. Meningkatkan peranserta masyarakat dan stakeholders serta memperkuat

kemitraan dalam pengelolaan TNBBS.

(Sumber: https://programs.wcs.org/btnbbs/ diakses pada tanggal 28 Januari 2019

pukul 13.04 WIB)

Page 55: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

36

3. Struktur Organisasi

Sesuai dengan Permenhut Nomor: P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007,

Permenlhk Nomor: P.18/Menlhk-II/2015 tanggal 14 April 2015, dan SK Menlhk

Nomor: 335/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 18 April 2015, maka organisasi Balai

Besar TNBBS adalah unit pelaksana teknis setingkat eselon II b yang berada di

bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Konservasi

Alam Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan RI dengan struktur organisasi sebagai berikut :

Bagan 2. Struktur Organisasi TNBBS

Sumber : https://programs.wcs.org/btnbbs/

Dalam pengelolaan TNBBS dibagi menjadi 2 (dua) Bidang Pengelolaan Taman

Nasional Wilayah (Bidang PTN Wilayah), yaitu BPTN Wilayah I Semaka di

Sukaraja Atas, BPTN Wilayah II Liwa di Liwa, dan 4 (empat) Seksi Pengelolaan

Taman Nasional Wilayah (SPTN Wilayah) yaitu SPTN Wilayah I Sukaraja di

Page 56: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

37

Sukaraja, SPTN Wilayah II Bengkunat di Bengkunat, SPTN III Krui di Krui, dan

SPTN Wilayah IV Bintuhan di Bintuhan serta dibagi dalam unit terkecil 17 (tujuh

belas) resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah dengan tugas dan fungsi

melindungi dan mengamankan seluruh kawasan TNBBS dalam mewujudkan

pelestarian sumber daya alam menuju pemanfaatan yang berkelanjutan.

Ketujuhbelas resort tersebut meliputi Ulu Belu Resort Sukaraja Atas, Resort Way

Nipah, Resort Tampang, Resort Way Haru, Resort Pemerihan, Resort Ngambur,

Resort Biha, Resort Balai Kencana, Resort Pugung Tampak, Resort Merpas,

Resort Muara Sahung, Resort Makakau Ilir, Resort Lombok, Resort Balik Bukit,

Resort Sekincau, Resort Suoh.

(Sumber: https://programs.wcs.org/btnbbs/ diakses pada tanggal 28 Januari 2019

pukul 13.04 WIB)

4. Sejarah Pengelolaan

Secara singkat sejarah kawasan TNBBS adalah sebagai berikut :

Pada tahun 1935 asal mula kawasan TNBBS adalah Kawasan Suaka Margasatwa

yang ditetapkan melalui Besluit Van der Gouvernour-Generat Van Nederlandseh

Indie No 48 stbl. 1935, dengan nama SSI (Sumatera Selatan I) seluas 356.800 ha

yang mencakup wilayah Reg. 49B Krui Barat, Reg. 46B Sekincau, Reg. 47B

Bukit Penetoh, Reg. 22B Kubunicik, Reg. 49 SSI bagian Selatan dan Reg. 52

Kaur Timur,

Pada tanggal 1 April 1979 berdasarkan SK Menteri Pertanian No.

429/Kpts/Org/7/1978 tanggal 10 Juli 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata

Page 57: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

38

Kerja Balai KSDA bahwa pengelolaan Kawasan Suaka Margasatwa Sumatera

Selatan I dikelola oleh Sub Balai Kawasan Pelestarian Sumatera Selatan I yang

berada di bawah Balai KSDA Wil. II Tanjung Karang

Pada tanggal 14 Oktober 1982 Kawasan Suaka Margasatwa Sumatera Selatan I

dinyatakan sebagai kawasan TNBBS melalui Surat Pernyataan (SP) Menteri

Pertanian No. 736/Mentan/X/1982,

Pada tahun 1984, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 096/Kpts-II/1984

tanggal 12 Mei 1984 tentang Organisasi dan Tata Kerja Taman Nasional bahwa

organisasi Sub Balai Kawasan Pelestarian Sumatera Selatan I ditingkatkan

statusnya menjadi TNBBS setingkat Eselon III di bawah Direktorat Jenderal

PHKA,

Berdasarkan SK Dirjen PHKA No. 46/Kpts/IV-Sek/84 tanggal 11 Desember 1984

tentang Penunjukan Wilayah Kerja Taman Nasional bahwa wilayah kerja TNBBS

adalah Suaka Margasatwa Sumatera Selatan I, Pada tahun 2004, TNBBS

ditetapkan oleh UNESCO pada sidang komisi warisan dunia sebagai tapak

warisan dunia,

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1

Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman

Nasional bahwa Balai TNBBS ditetapkan menjadi Balai Besar TNBBS.

Selain kawasan darat seluas ± 356.800 ha, ditetapkan pula Cagar Alam Laut

(CAL) Bukit Barisan Selatan seluas ± 21.600 ha dalam pengelolaan TNBBS

melalui SK Menhut No.71/Kpts-II/1990 tanggal 15 Februari 1990 jo SK Menhut

Page 58: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

39

No. 256/KPTS-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 CAL BBS seluas 17.280,75 ha

(Sumber : BTNBBS, 2011).

5. Sumber Daya Manusia

Jumlah pegawai Balai Besar TNBBS sebanyak 127 orang terdiri dari :

a. Eselon II sebanyak 1 orang

b. Eselon III sebanyak 4 orang

c. Eselon IV sebanyak 9 orang

d. Fungsional Umum sebanyak 52 orang

e. Fungsional Polhut sebanyak 43 orang

f. Fungsional PEH sebanyak 10 orang

g. Fungsional Penyuluh Kehutanan sebanyak 5 orang

h. Fungsional Pengadaan Barang dan Jasa sebanyak 3 orang

Berdasarkan Pasal 7 huruf d dan huruf i Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun

2004 tentang Perlindungan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009, untuk mencegah, membatasi dan

mempertahankan hutan, pemerintah memfasilitasi terbentuknya kelembagaan

masyarakat dalam rangka mencegah perusakan hutan. Berdasarkan pertimbangan

tersebut telah ditetapkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.56/Menhut-

II/2014 tanggal 27 Agustus 2014 tentang Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan.

Sebagai implementasi peraturan tersebut, Balai Besar TNBBS pada tahun 2015

telah merekrut masyarakat menjadi Masyarakat Mitra Polhut (MMP) sebanyak

107 orang yang tersebar di 17 (tujuh belas) Resort Pengelolaan TNBBS. (Sumber:

Page 59: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

40

https://programs.wcs.org/btnbbs/ diakses pada tanggal 28 Januari 2019 pukul

13.04 WIB)

B. Umbulan Rowogiri, Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Kabupaten

Lampung Barat

Umbulan Rowogiri berada dalam wilayah administrasi di Pemangku Kalibata,

Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat dengan luas

sekitar . Batas wilayah Umbulan Rowogiri:

1. Sebelah utara : Umbul Pring dan Umbul Bedor

2. Sebelah timur : Umbul Angin, Umbul Serun, dan Lembah Sutiah

3. Sebelah selatan : Umbul Ayem

4. Sebelah barat : Talang Sunda, Umbul Batu

Masyarakat yang tinggal di Umbulan Rowogiri sampai saat ini ada 23 kepala

keluarga. Sebagian besar masyarakat tersebut adalah para transmigran spontan

dari Kota Agung, Wonosobo, Semaka, Pringsewu, Pagelaran dan langsung dari

Pulau Jawa. Masyarakat Umbulan Rowogiri seluruhnya adalah suku Jawa, baik

itu Jawa Timur dan Jawa Tengah, serta agamanya adalah agama Islam. Untuk

latar belakang pendidikan, rata-rata sekolah dasar dan tidak tamat sekolah dasar

Di Umbulan Rowogiri, masyarakat bekerja sebagai petani, ada yang menjadi

petani kopi, selain itu ada juga lada, pala, durian, petai, alpukat, cabe, dan kakao.

Luas kepemilikan lahan kebun rata rata setiap orang di Rowogiri bisa mencapai

setengah hektar bahkan sampai empat hektar. Model kepemilikan lahannya pun

tanpa sertifikat jual beli hanya menggunakan saling percaya dan saksi

Page 60: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

41

Rowogiri dijadikan sebagai tempat tinggal utama dalam jangka waktu yang lama

bagi masyarakat disana. Ada yang tinggal bersama keluarga, dan ada juga yang

tinggal bersama teman-teman satu pekerjaan. Untuk tempat tinggal sendiri,

biasanya mereka membuat rumah gubuk panggung dengan luas rata-rata 12m².

Gubuk tersebut berdinding dari anyaman bambu (gedeg) dan untuk atapnya

biasanya terbuat dari anyaman ilalang (welit) dan ada juga dari seng. Bagian

depan rumah memiliki pelataran seadanya. Saat malam hari mereka menggunakan

penerangan lampu berbahan bakar minyak solar yang biasa disebut lampu ublik.

Selain itu mereka juga menggunakan energi tenaga surya sebagai sumber

penerangan.

Umbulan Rowogiri memiliki satu mushola yang digunakan untuk sembahyang

dan kegiatan keagamaan. Mushola tersebut diberi nama Ataqwa yang dibangun

menggunakan dana swadaya masyarakat yang dikerjakan dengan gotong royong

masyarakat sekitar. Akses jalan menuju umbulan sudah mulai lancar karena sudah

bagus untuk dilewati motor, jalan tersebut terbuat dari semen dan batu yang

merupakan swadaya dari masyarakat serta gotong royong.

Umbulan Rowogiri memiliki danau yang lebarnya 150.000 m2

dengan

keanekaragaman hayati di dalamnya. Ada berbagai macam ikan seperti ikan

gabus, belut, gurame, emas, nila, patin, betok, dan masih banyak lagi. Dengan

bervariasinya ikan yang ada maka masyarakat memanfaatkannya menjadi tempat

pemancingan bersama, namun tetap menjaga kelestariannya dengan melakukan

tebar benih ikan setelah masa panen hasil tani.

Page 61: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

1. Kondisi Umum

a. Letak dan Luas

Kawasan TNBBS meliputi areal seluas ± 355.511 ha yang membentang dari ujung

selatan bagian Barat Provinsi Lampung sampai dengan Selatan Provinsi Bengkulu

yang secara geografis terletak pada 4o29’ – 5

o57’LS dan 103

o24’ – 104

o44’BT.

Menurut administrasi pemerintahan, kawasan TNBBS termasuk dalam wilayah 2

(dua) Provinsi yaitu Provinsi Lampung yang meliputi 3 (tiga) kabupaten yaitu

Kabupaten Tanggamus seluas ± 10.500 ha, serta Kabupaten Lampung Barat dan

Pesisir Barat seluas ± 280.300 ha, dan Provinsi Bengkulu hanya meliputi

Kabupaten Kaur seluas ± 64.711 ha. Batas Kawasan TNBBS :

1. Sebelah utara : Kab. Kaur

2. Sebelah timur : Kab. Lampung Barat dan Pesisir Barat

3. Sebelah selatan : Selat Sunda

4. Sebelah barat : Samudera Hindia

(Sumber : BTNBBS, 2011).

Page 62: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

28

b. Tipe Ekosistem

Kawasan konservasi tersebut memiliki bentang alam lengkap mulai dari

ketinggian 0 mdpl sampai dengan 1.964 mdpl. Ekosistem alami yang membentang

di kawasan TNBBS mewakili tipe vegetasi hutan mangrove, hutan pantai, hutan

pamah tropika sampai hutan pegunungan di Sumatera. Kawasan TNBBS

merupakan kawasan hutan hujan dataran rendah terluas yang tersisa di Sumatera

dan memiliki beberapa tipe ekosistem yang lengkap dan tidak terputus meliputi

ekosistem kelautan dan ekosistem terestrial, yaitu hutan pantai (1%), hutan

hujan dataran rendah (45%), hutan hujan bukit (34%), hutan hujan pegunungan

bawah (17%), hutan hujan pegunungan tinggi (3%), ekosistem mangrove,

ekosistem rawa, dan estuaria. Tutupan hutan yang demikian, menjadikan TNBBS

sebagai habitat dari jenis-jenis flora yang sangat beraneka ragam dan

menakjubkan termasuk habitat terbaik bagi beragam jenis fauna (Sumber :

BTNBBS, 2011).

c. Flora

TNBBS merupakan habitat bagi jenis-jenis flora yang menakjubkan. Selain

terdapat raflesia sebagai bunga langka terbesar di dunia, juga terdapat

amorphophallus sebagai bunga tertinggi di dunia. Jenis-jenis flora lainnya

mencapai 514 jenis pohon dan tumbuhan bawah, 126 jenis anggrek, 26 jenis

rotan, dan 25 jenis bambu.

(Sumber : BTNBBS, 2011).

Page 63: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

29

d. Fauna

TNBBS memiliki nilai penting bagi perlindungan beberapa mamalia besar.

Terdapat sedikitnya 122 jenis mamalia termasuk enam spesies terancam punah

menurut Red Data Book IUCN seperti gajah sumatera (elephas maximus

sumatranus), badak sumatera (dicerorhinus sumatrensis), tapir (tapirus indicus),

harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), beruang madu (helarcto

malayanus), dan ajag (cuon alpinus); 123 jenis herpetofauna (reptil dan amphibia

termasuk penyu); 53 jenis ikan; 221 serangga dan 450 jenis burung termasuk 9

jenis rangkong. TNBBS menjadi Daerah Penting Bagi Burung (DPB), dengan

kriteria A1 burung terancam punah dan A2 burung sebaran terbatas. TNBBS juga

menjadi salah satu landscape prioritas pelestarian habitat harimau sumatera

(Sumber : BTNBBS, 2011).

e. Iklim

Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (1973), berdasarkan curah hujan rata-

rata tahunan, kawasan TNBBS dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu

bagian barat taman nasional dengan curah hujan cukup tinggi yaitu berkisar antara

3000-3500 mm per tahun dan bagian timur taman nasional berkisar antara 2500-

3000 mm per tahun. Perbedaan ini disebabkan oleh pengaruh rantai pegunungan

Bukit Barisan Selatan sehingga kawasan bagian timur lebih kering.

Page 64: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

30

Berdasarkan klasifikasi Scmidt dan Ferguson, bagian barat kawasan TNBBS

termasuk dalam tipe ilkim A sedangkan di bagian timur termasuk dalam tipe ilkim

B menurut Koppen, kawasan TNBBS termasuk dalam tipe iklim A.

Musim hujan berlangsung dari bulan November sampai Mei. Musim kemarau dari

bulan Juni sampai Agustus. Bulan-bulan agak kering adalah September – Oktober.

Jumlah hari hujan di musim penghujan rata-rata tiap bulannya 10 – 16 hari dan di

musim kemarau 4 – 8 hari. Keadaan angin musim hujan lebih besar dari musim

kemarau.

Menurut Peta Geologi Sumatera yang disusun oleh Lembaga Penelitian Tanah

(1966), kawasan TNBBS terdiri dari batuan endapan (miosin bawah, neogen,

paleosik tua, aluvium), batuan vulaknik (recent, kuatener tua, andesit tua, basa

intermediet) dan batuan plutonik (batuan asam) di mana yang tersebar paling luas

adalah batuan vulkanik yang dijumpai di bagian tengah dan utara taman nasional.

Kawasan TNBBS berdasarkan Peta Lerang dan Kemampuan Tanah Propinsi

Lampung, berada pada Zona Sesar Semangka yang rawan gempa, tanah longsor,

banjir dan peka terhadap erosi. Terbentuk dari depresi tektonik yang ditutupi oleh

sedimen-sedimen dari celah vulkanik (ficuves eruption) yang menutupi wilayah

Bukit Barisan pada zaman kuarter. Patahan aktif akan terus bergerak sehingga

menimbulkan kerusakan di dalam dan di atas permukaan tanah. Pada siklus

waktu, pergeseran ini akan menimbulkan gempa dengan kekuatan yang cukup

besar, gempa bumi besar terjadi pada tahun 1933 yang diakibatkan oleh

meletusnya Gunung Ratu dan membentuk gunung baru yaitu Gunung Loreng di

dalam kawasan TNBBS. Kemudian pada tahun 1994 kembali terjadi gempa bumi

Page 65: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

31

besar (terkenal disebut gempa “Liwa”) berskala 6,9 Sekala Richter yang

mengakibatkan sebagian Gunung Loreng tenggelam.

(Sumber : BTNBBS, 2011).

f. Tanah

Berdasarkan Peta Tanah yang dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor

tahun 1976, tanah di kawasan TNBBS terdiri dari 6 jenis tanah yaitu aluvial,

rensina, latosol, podsolik merah kuning dan 2 jenis andosol yang berbeda di dalam

bahan induknya, di mana yang paling labil dan rawan erosi, sangat asam dan

kurang sesuai untuk mengembangkan pertanian karena kombinasi asam dan

lereng yang terjal dengan potensi tererosi tinggi

(Sumber : BTNBBS, 2011).

g. Topografi

Kawasan TNBBS terletak di ujung selatan dari rangkaian pegunungan Bukit

Barisan yang membujur sepanjang Pulau Sumatera, sehingga memiliki topografi

yang cukup bervariasi yaitu mulai datar, landai, bergelombang, berbukit-bukit

curam dan bergunung-gunung dengan ketinggian berkisar antara 0 – 1.964 mdpl.

Lereng timurnya cukup curam sedangkan lereng barat kearah Samudera Hindia

agar landai. Daerah berdataran rendah (0 – 600 mdpl) dan berbukit (600 – 1000

mdpl) terletak di bagian selatan taman nasional sementara daerah pegunungan

(1000 – 2000 mdpl) terletak di bagian tengah dan utara taman nasional.

Page 66: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

32

Puncak tertinggi adalah Gunung Palung (1.964 mdpl) yang terletak di sebelah

barat Danau Ranau, Lampung Barat. Gunung-gunung lain yang memiliki

ketinggian > 1.500 mdpl adalah Gunung. Sekincau (1.738 m) dan Gunung.

Balirang (1.703 m), di bagian barat Taman Nasional. Bukit Gedang (1.627 m) dan

Bukit Pandan (1.678 m) di perbatasan Propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu

serta Bukit Napalan (1.526 m) di bagian utara taman nasional termasuk dalam

wilayah Kabupaten Kaur.

Keadaan lapangan bagian utara bergelombang sampai berbukit-bukit dengan

kemiringan bervariasi antara 20 – 80%. Bagian selatan merupakan daerah yang

datar dengan beberapa bukit yang agak tinggi dan landai di mana makin selatan

makin datar dengan kemiringan berkisar antara 3 – 5%. Lereng dan arah sisi timur

taman nasional tergolong terjal (20 – 45%) sedangkan arah barat lebih landai.

(Sumber : BTNBBS, 2011).

h. Hidrologi

Kawasan TNBBS merupakan bagian hulu dari sungai-sungai yang akan mengalir

ke daerah pemukiman dan pertanian di daerah hilir sehingga berperan sangat

penting sebagai daerah tangkapan air (catchment area) dan melindungi sistem tata

air.

Sebagian besar dari sungai-sungai yang ada mengalir ke arah barat daya dan

bermuara di Samudera Indonesia sementara sebagian lagi bermuara ke Teluk

Semangka. Sungai-sungai yang mengalir di bagian utara taman nasional terdiri

dari Air Nasal Kiri, Air Sambat, Air Nasal Kanan, Way Menula, Way Simpang

dan Way Laai. Sungai-sungai yang mengalir di bagian tengah taman nasional

Page 67: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

33

terdiri dari Way Tenumbang, Way Biha, Way Marang, Way Ngambur Bunuk,

Way Tembuli, Way Ngaras, Way Pintau, Way Pemerihan, Way Semong, dan

Way Semangka. Sementara di bagian selatan taman nasional mengalir Way

Canguk, Way Sanga, Way Menanga Kiri, Way Menanga Kanan, Way Paya, Way

Kejadian, Way Sulaeman dan Way Blambangan.

Di bagian ujung selatan taman nasional terdapat danau yang dipisahkan hanya

oleh pasir pantai selebar puluhan meter yaitu Danau Menjukut (150 ha). Di bagian

tengah yaitu di daerah Suoh terdapat 4 (empat) buah danau yang letaknya

berdekatan yaitu Danau Asam (160 ha), Danau Lebar (60 ha), Danau Minyak (10

ha), dan Danau Belibis (3 ha). Sementara bagian tenggara, selatan dan barat taman

nasional dikelilingi oleh lautan yaitu perairan Teluk Semangka, Tanjung Cina dan

Samudera Indonesia.

(Sumber : BTNBBS, 2011).

i. Aksesibilitas

Menuju kawasan TNBBS dapat ditempuh melalui jalan darat dengan rute :

a. Dari Bandar Lampung – Kota Agung – Sedayu – TNBBS (Sukaraja) ± 125

km dapat ditempuh selama ± 3 jam.

b. Dari Bandar Lampung – Kota Agung – Banding – TNBBS (Suoh) ± 142 km

dapat ditempuh selama ± 7 jam.

c. Dari Bandar Lampung – Kotabumi – Bukit Kemuning – Liwa – TNBBS

(Kubuperahu) ± 246 km dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat

selama ± 6 jam.

Page 68: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

34

d. Dari Bengkulu – Manna – Merpas – TNBBS (Way Menula) ± 180 km dapat

ditempuh dengan kendaraan roda empat selama ± 3 jam.

e. Menuju kawasan TNBBS dapat ditempuh melalui jalan laut dengan rute

f. Dari Kota Agung – TNBBS (Tampang) selama ± 4 jam.

g. Kota Agung – TNBBS (Belimbing) selama ± 6 jam.

h. Bandar Lampung (Tarahan) – TNBBS (Belimbing) selama ± 8 jam.

i. Menuju keseluruhan akses jalan darat mengitari TNBBS, terdapat beberapa

ruas jalan tembus memotong kawasan TNBBS masing-masing

j. Jalan tembus Sanggi – Bengkunat ± 12 km.

k. Jalan tembus Liwa – Krui sepanjang ± 15 km.

l. Jalan tembus Pugung Tampak – Manula sepanjang ± 14 km.

m. Jalan tembus Suoh – Sukabumi sepanjang ± 8 km.

(Sumber: https://programs.wcs.org/btnbbs/ diakses pada tanggal 28 Januari 2019

pukul 13.04 WIB)

2. Visi dan Misi

TNBBS adalah kawasan pelestarian alam dan benteng terakhir hutan hujan tropis

di Provinsi Lampung yang memiliki potensi sumber daya alam hayati dan non

hayati yang cukup tinggi serta ekosistem lengkap mulai dari ekosistem pantai,

hutan hujan dataran rendah sampai hutan hujan pegunungan.

Potensi kawasan TNBBS diharapkan mampu berfungsi sebagai perlindungan

sistem penyangga kehidupan serta mendukung pembangunan daerah yang

berkelanjutan mengingat TNBBS merupakan daerah tangkapan air (cathment

area) bagi DAS Semaka dan Semaka DS. Oleh karena itu Kawasan TNBBS perlu

Page 69: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

35

dikelola dengan sebaik-baiknya, terarah, terencana, sesuai dengan daya

dukungnya dan peraturan perundang-undangan.

Sebagaimana visi dan misi, sasaran program serta kebijakan prioritas, program

dan kegiatan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam yang

harus ditindaklanjuti oleh seluruh unit-unit pelaksana teknisnya, maka Balai Besar

TNBBS telah menetapkan visi Tahun 2010 – 2014 adalah :

“Terwujudnya TNBBS sebagai situs warisan alam dunia yang berperan penting

bagi terjaganya ekosistem lokal dan global”

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, ditetapkan misi pengelolaan TNBBS

sebagai berikut :

1. Meningkatkan kapasitas perlindungan dan pengamanan hutan TNBBS

serta pengendalian kebakaran hutan;

2. Mengoptimalkan fungsi TNBBS beserta biodiversitasnya;

3. Meningkatkan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam bagi

kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan TNBBS;

4. Memperkuat kapasitas kelembagaan Balai Besar TNBBS;

5. Meningkatkan peranserta masyarakat dan stakeholders serta memperkuat

kemitraan dalam pengelolaan TNBBS.

(Sumber: https://programs.wcs.org/btnbbs/ diakses pada tanggal 28 Januari 2019

pukul 13.04 WIB)

Page 70: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

36

3. Struktur Organisasi

Sesuai dengan Permenhut Nomor: P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007,

Permenlhk Nomor: P.18/Menlhk-II/2015 tanggal 14 April 2015, dan SK Menlhk

Nomor: 335/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 18 April 2015, maka organisasi Balai

Besar TNBBS adalah unit pelaksana teknis setingkat eselon II b yang berada di

bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Konservasi

Alam Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan RI dengan struktur organisasi sebagai berikut :

Bagan 2. Struktur Organisasi TNBBS

Sumber : https://programs.wcs.org/btnbbs/

Dalam pengelolaan TNBBS dibagi menjadi 2 (dua) Bidang Pengelolaan Taman

Nasional Wilayah (Bidang PTN Wilayah), yaitu BPTN Wilayah I Semaka di

Sukaraja Atas, BPTN Wilayah II Liwa di Liwa, dan 4 (empat) Seksi Pengelolaan

Taman Nasional Wilayah (SPTN Wilayah) yaitu SPTN Wilayah I Sukaraja di

Page 71: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

37

Sukaraja, SPTN Wilayah II Bengkunat di Bengkunat, SPTN III Krui di Krui, dan

SPTN Wilayah IV Bintuhan di Bintuhan serta dibagi dalam unit terkecil 17 (tujuh

belas) resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah dengan tugas dan fungsi

melindungi dan mengamankan seluruh kawasan TNBBS dalam mewujudkan

pelestarian sumber daya alam menuju pemanfaatan yang berkelanjutan.

Ketujuhbelas resort tersebut meliputi Ulu Belu Resort Sukaraja Atas, Resort Way

Nipah, Resort Tampang, Resort Way Haru, Resort Pemerihan, Resort Ngambur,

Resort Biha, Resort Balai Kencana, Resort Pugung Tampak, Resort Merpas,

Resort Muara Sahung, Resort Makakau Ilir, Resort Lombok, Resort Balik Bukit,

Resort Sekincau, Resort Suoh.

(Sumber: https://programs.wcs.org/btnbbs/ diakses pada tanggal 28 Januari 2019

pukul 13.04 WIB)

4. Sejarah Pengelolaan

Secara singkat sejarah kawasan TNBBS adalah sebagai berikut :

Pada tahun 1935 asal mula kawasan TNBBS adalah Kawasan Suaka Margasatwa

yang ditetapkan melalui Besluit Van der Gouvernour-Generat Van Nederlandseh

Indie No 48 stbl. 1935, dengan nama SSI (Sumatera Selatan I) seluas 356.800 ha

yang mencakup wilayah Reg. 49B Krui Barat, Reg. 46B Sekincau, Reg. 47B

Bukit Penetoh, Reg. 22B Kubunicik, Reg. 49 SSI bagian Selatan dan Reg. 52

Kaur Timur,

Pada tanggal 1 April 1979 berdasarkan SK Menteri Pertanian No.

429/Kpts/Org/7/1978 tanggal 10 Juli 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata

Page 72: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

38

Kerja Balai KSDA bahwa pengelolaan Kawasan Suaka Margasatwa Sumatera

Selatan I dikelola oleh Sub Balai Kawasan Pelestarian Sumatera Selatan I yang

berada di bawah Balai KSDA Wil. II Tanjung Karang

Pada tanggal 14 Oktober 1982 Kawasan Suaka Margasatwa Sumatera Selatan I

dinyatakan sebagai kawasan TNBBS melalui Surat Pernyataan (SP) Menteri

Pertanian No. 736/Mentan/X/1982,

Pada tahun 1984, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 096/Kpts-II/1984

tanggal 12 Mei 1984 tentang Organisasi dan Tata Kerja Taman Nasional bahwa

organisasi Sub Balai Kawasan Pelestarian Sumatera Selatan I ditingkatkan

statusnya menjadi TNBBS setingkat Eselon III di bawah Direktorat Jenderal

PHKA,

Berdasarkan SK Dirjen PHKA No. 46/Kpts/IV-Sek/84 tanggal 11 Desember 1984

tentang Penunjukan Wilayah Kerja Taman Nasional bahwa wilayah kerja TNBBS

adalah Suaka Margasatwa Sumatera Selatan I, Pada tahun 2004, TNBBS

ditetapkan oleh UNESCO pada sidang komisi warisan dunia sebagai tapak

warisan dunia,

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1

Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman

Nasional bahwa Balai TNBBS ditetapkan menjadi Balai Besar TNBBS.

Selain kawasan darat seluas ± 356.800 ha, ditetapkan pula Cagar Alam Laut

(CAL) Bukit Barisan Selatan seluas ± 21.600 ha dalam pengelolaan TNBBS

melalui SK Menhut No.71/Kpts-II/1990 tanggal 15 Februari 1990 jo SK Menhut

Page 73: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

39

No. 256/KPTS-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 CAL BBS seluas 17.280,75 ha

(Sumber : BTNBBS, 2011).

5. Sumber Daya Manusia

Jumlah pegawai Balai Besar TNBBS sebanyak 127 orang terdiri dari :

a. Eselon II sebanyak 1 orang

b. Eselon III sebanyak 4 orang

c. Eselon IV sebanyak 9 orang

d. Fungsional Umum sebanyak 52 orang

e. Fungsional Polhut sebanyak 43 orang

f. Fungsional PEH sebanyak 10 orang

g. Fungsional Penyuluh Kehutanan sebanyak 5 orang

h. Fungsional Pengadaan Barang dan Jasa sebanyak 3 orang

Berdasarkan Pasal 7 huruf d dan huruf i Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun

2004 tentang Perlindungan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009, untuk mencegah, membatasi dan

mempertahankan hutan, pemerintah memfasilitasi terbentuknya kelembagaan

masyarakat dalam rangka mencegah perusakan hutan. Berdasarkan pertimbangan

tersebut telah ditetapkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.56/Menhut-

II/2014 tanggal 27 Agustus 2014 tentang Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan.

Sebagai implementasi peraturan tersebut, Balai Besar TNBBS pada tahun 2015

telah merekrut masyarakat menjadi Masyarakat Mitra Polhut (MMP) sebanyak

107 orang yang tersebar di 17 (tujuh belas) Resort Pengelolaan TNBBS. (Sumber:

Page 74: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

40

https://programs.wcs.org/btnbbs/ diakses pada tanggal 28 Januari 2019 pukul

13.04 WIB)

B. Umbulan Rowogiri, Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Kabupaten

Lampung Barat

Umbulan Rowogiri berada dalam wilayah administrasi di Pemangku Kalibata,

Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat dengan luas

sekitar . Batas wilayah Umbulan Rowogiri:

1. Sebelah utara : Umbul Pring dan Umbul Bedor

2. Sebelah timur : Umbul Angin, Umbul Serun, dan Lembah Sutiah

3. Sebelah selatan : Umbul Ayem

4. Sebelah barat : Talang Sunda, Umbul Batu

Masyarakat yang tinggal di Umbulan Rowogiri sampai saat ini ada 23 kepala

keluarga. Sebagian besar masyarakat tersebut adalah para transmigran spontan

dari Kota Agung, Wonosobo, Semaka, Pringsewu, Pagelaran dan langsung dari

Pulau Jawa. Masyarakat Umbulan Rowogiri seluruhnya adalah suku Jawa, baik

itu Jawa Timur dan Jawa Tengah, serta agamanya adalah agama Islam. Untuk

latar belakang pendidikan, rata-rata sekolah dasar dan tidak tamat sekolah dasar

Di Umbulan Rowogiri, masyarakat bekerja sebagai petani, ada yang menjadi

petani kopi, selain itu ada juga lada, pala, durian, petai, alpukat, cabe, dan kakao.

Luas kepemilikan lahan kebun rata rata setiap orang di Rowogiri bisa mencapai

setengah hektar bahkan sampai empat hektar. Model kepemilikan lahannya pun

tanpa sertifikat jual beli hanya menggunakan saling percaya dan saksi

Page 75: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

41

Rowogiri dijadikan sebagai tempat tinggal utama dalam jangka waktu yang lama

bagi masyarakat disana. Ada yang tinggal bersama keluarga, dan ada juga yang

tinggal bersama teman-teman satu pekerjaan. Untuk tempat tinggal sendiri,

biasanya mereka membuat rumah gubuk panggung dengan luas rata-rata 12m².

Gubuk tersebut berdinding dari anyaman bambu (gedeg) dan untuk atapnya

biasanya terbuat dari anyaman ilalang (welit) dan ada juga dari seng. Bagian

depan rumah memiliki pelataran seadanya. Saat malam hari mereka menggunakan

penerangan lampu berbahan bakar minyak solar yang biasa disebut lampu ublik.

Selain itu mereka juga menggunakan energi tenaga surya sebagai sumber

penerangan.

Umbulan Rowogiri memiliki satu mushola yang digunakan untuk sembahyang

dan kegiatan keagamaan. Mushola tersebut diberi nama Ataqwa yang dibangun

menggunakan dana swadaya masyarakat yang dikerjakan dengan gotong royong

masyarakat sekitar. Akses jalan menuju umbulan sudah mulai lancar karena sudah

bagus untuk dilewati motor, jalan tersebut terbuat dari semen dan batu yang

merupakan swadaya dari masyarakat serta gotong royong.

Umbulan Rowogiri memiliki danau yang lebarnya 150.000 m2

dengan

keanekaragaman hayati di dalamnya. Ada berbagai macam ikan seperti ikan

gabus, belut, gurame, emas, nila, patin, betok, dan masih banyak lagi. Dengan

bervariasinya ikan yang ada maka masyarakat memanfaatkannya menjadi tempat

pemancingan bersama, namun tetap menjaga kelestariannya dengan melakukan

tebar benih ikan setelah masa panen hasil tani.

Page 76: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti menyajikan hasil penelitian dan pembahasan. Hasil

penelitian disajikan berdasarkan apa saja yang telah peneliti temukan di lapangan,

pada saat penelitian berlangsung, serta pada saat pengerjaan bagian pembahasan

dari hasil penelitian. Pembahasan pada penelitian ini mengenai hubungan

masyarakat di Umbulan Rowogiri, Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh,

Kabupaten Lampung Barat dengan hutan di TNBBS. Sebagai langkah dalam

penyajian data, maka peneliti pada tahap ini menguraikan hasil penelitian yang

diperoleh di lapangan pada saat penelitian berlangsung, selanjutnya hasil temuan

di lapangan disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ditentukan

sebelumnya.

A. Identitas Informan

Informan dalam penelitian ini adalah 1 orang kepala Pekon Sukamarga,

Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat serta 4 orang bersuku Lampung dan

4 orang masyarakat Pekon Sukamarga, juga 5 orang yang melakukan aktivitas

ngumbul di TNBBS.

Page 77: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

43

Tabel 5. Keterangan Informan

No. Nama Keterangan

1. Mislan Petani di Desa Gayam, Lampung Selatan dan sudah bertani

selama 56 tahun, beliau bersuku Lampung

2. Arsan Petani di Desa Penengahan, Lampung Selatan dan sudah

bertani selama selama 32 tahun, beliau bersuku Lampung.

3. Usman Petani di Desa Way Nukak, Pesisir Barat dan sudah bertani

selama 25 tahun, beliau bersuku Lampung.

4. Masri Petani di Desa Lemong, Lampung Barat dan sudah bertani

selama 36 tahun, beliau bersuku Lampung.

5. Puriyah Pedagang hasil bumi di Pekon Sukamarga, Suoh, Lampung

Barat selama 45 tahun, bersuku Jawa.

6. YU Petani di Pekon Sukamarga, Suoh Lampung Barat dan sudah

bertani selama 40 Tahun, bersuku Jawa.

7. Sukisman Petani di Pekon Sukamarga, Suoh, Lampung Barat dan sudah

bertani selama 55 tahun, bersuku Jawa.

8. DM Petani di pekon Ringinsari, Lampung Barat dan sudah bertani

selama 48 tahun, bersuku Jawa.

9.

KM1

Petani di Umbulan Rowogiri dan sudah bertani selama 23

tahun, bersuku Jawa.

10.

MO 2

Petani di Umbulan Rowogiri dan sudah bertani selama 35

tahun, bersuku Jawa.

11.

HI 3

Petani di Umbulan Rowogiri dan sudah bertani selama 4 tahun,

bersuku Jawa.

12.

HR4

Petani di Umbulan Rowogiri dan sudah bertani selama 6 tahun,

bersuku Jawa.

13.

KN 5

Petani di Umbulan Rowogiri dan sudah bertani selama 20

tahun, bersuku Jawa.

14. Ahim

Lurah

Kepala Pekon Sukamarga menjabat 2 tahun, bersuku Jawa

Page 78: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

44

B. Hasil Penelitian

1. Sejarah Masuknya Masyarakat ke Suoh

Masyarakat Jawa banyak yang melakukan perpindahan ke daerah lain termasuk

Lampung disebabkan karena lancarnya hubungan Jawa dengan Sumatera, hal ini

sesuai dengan yang dijelaskan oleh Sungkoro (mantan Kepala Pekon Sukamarga,

Suoh) yakni:

“Rata-rata yang datang ke sini itu diajak teman dan saudara, karena

banyak yang masih sering pulang ke Jawa balik ke sini membawa

saudaranya” Hasil wawancara pada tanggal 30 Desember 2018

Daerah yang menjadi tujan masyarakat Jawa adalah Pringsewu, dan selanjutnya

para masyarakat pendatang memberi nama daerah-daerah di Pringsewu sama

dengan daerah asal mereka seperti Pagelaran, Pardasuka, Gading Rejo, Sukoharjo,

Ambarawa, Banyumas, dan lain-lain. Puriyah ( Pedagang dan Pengepul Hasil

Bumi di Pekon Sukamarga ) menjelaskan bahwa:

“Semakin lama, semakin banyak teman-teman dari Jawa yang datang ke

Lampung, membuat lahan kosong makin sempit untuk digarap, makanya

banyak yang mencari lahan kosong baru seperti di Suoh” Hasil wawancara

pada tanggal 28 Desember 2018

Perpindahan yang terus terjadi menyebabkan masyarakat pendatang kehabisan

lahan baru untuk mereka garap dan juga susahnya mencari pekerjaan. Hal tersebut

mendorong masyarakat tersebut untuk mencari lahan baru di daerah lain seperti

Suoh, hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Sukisman (Petani di Pekon

Sukamarga):

“Banyak teman-teman di Pringsewu yang pindah ke Suoh karena di sana

susah mencari pekerjaan” Hasil wawancara pada tanggal 29 Desember

2018

Page 79: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

45

Suoh menjadi destinasi baru yang menjanjikan bagi masyarakat pendatang dan hal

ini terjadi bukan saat ada program transmigrasi resmi dari pemerintah, melainkan

dilakukan secara mandiri oleh masyarakat Jawa. DM (Petani di Pekon

Sukamarga) menjelaskan bahwa:

“Orang-orang yang pada pindah ke Suoh bukan dari program transmigrasi

resmi dari Pulau Jawa, tetapi ada yang dari Jawa langsung ada dari

Lampung seperti Wonosobo, Pringsewu, dan Kota Agung. Waktu itu ya

tidak ramai-ramai, melainkan sendiri-sendiri, ada juga yang bareng

keluarganya tetapi tidak membawa anaknya” Hasil wawancara pada

tanggal 30 Desember 2018

Adanya ajakan dari orang lain yang terlebih dulu merantau ke Suoh dan dinilai

berhasil merupakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat lain untuk ikut juga

merantau ke Suoh. Seperti yang dijelaskan oleh Sukisman (Petani di Pekon

Sukamarga)

“Orang di sini yang boleh dikatakan berhasil biasanya punya bujangan

(orang yang bekerja tetap membatu di kebun), bujangannya biasanya ada

yang dari Jawa ada juga yang dari wilayah Lampung seperti Talang

Padang, Wonosobo, Pagelaran, Pringsewu, Lampung Tengah dll kemudian

bujangannya tidak lagi pulang tetapi hidup berkeluarga di suoh kalau dia

tidak berhasil mengumpulkan uang untuk membeli tanah ya dia membuka

kawasan.” Hasil wawancara pada tanggal 29 Desember 2018

Bujangan merupakan laki-laki belum menikah yang membatu seseorang serta

tinggal dengan orang tersebut. Bujangan ini bisa menjadi salah satu cara

masyarakat pendatang datang ke Suoh dan menambah populasi di sana. Bagi

Bujangan yang tidak memiliki modal untuk membeli lahan di Suoh, maka mereka

akan membuka lahan yang masih belum dikelola. DM (Petani di Pekon

Sukamarga) menjelaskan bahwa:

“Dulu tidak jelas mengenai batas wilayah yang boleh dikelola dan yang

tidak boleh dikelola, jadi kami buka-buka saja di sekitar kebun yang sudah

ada”. Hasil wawancara pada tanggal 30 Desember 2018

Page 80: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

46

Ketidak jelasan batas wilayah tersebut menyebabkan masyarakat membuka lahan

tanpa arahan. Saat itu Suoh masih menjadi wilayah yang sulit dijangkau karena

kondisi wilayah yang secara umum adalah hutan belantara sesuai dengan yang

dijelaskan oleh Puriyah (Pedagang dan Pengepul Hasil Bumi di Pekon

Sukamarga):

“Dari dulu saya sudah berdagang dari Suoh sampai Pringsewu, waktu itu

di sini masih hutan belantara” Hasil wawancara pada tanggal 28

Desember 2018

Kondisi tersebut menyebabkan sedikitnya akses untuk datang ke Suoh, Yusuf

(Petani di Pekon Sukamarga) menjelaskan bahwa:

“Kendaraan umum waktu dulu mah masih sedikit sekali, mungkin kalau

orang-orang ke Suoh itu ya naik Sentewong (mobil angkut kayu milik

Nyonya Wi, orang luar negeri) dari Pangkul (Kecamatan Wonosobo,

Tanggamus) sampai ke Suoh, namun banyak juga transmigran yang

pindah dengan jalan kaki.” Hasil wawancara pada tanggal 28 Desember

2018

Selain itu juga Sukisman (Petani di Pekon Sukamarga) menjelaskan bahwa:

“Dulu saya datang ke sini dari pringsewu menggunakan bus Mandala Sari

sampai Wonosobo, waktu itu bentuknya masih bukaan belakang dan

terbuat dari kayu busnya” Hasil wawancara pada tanggal 29 Desember

2018

Untuk datang ke Suoh, hanya bus Mandala Sari yang menjadi alternatif bagi

masyarakat. Setelah itu mereka bisa melanjutkan perjalanan menggunakan

sentewong dari Pangkul sampai ke Suoh. Selain menggunakan sentewong, ada

juga yang memilih dengan jalan kaki untuk menuju ke Suoh.

Di Suoh, masyarakat pendatang fase pertama membuka lahan dan bercocok tanam

sesuai dengan kebiasaan masyarakat jawa pada umumnya yakni menanam padi.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat pendatang telah berinteraksi dengan

Page 81: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

47

masyarakat pribumi menyebabkan perubahan cara pandang dalam bercocok

tanam. Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Sukisman (Petani di Pekon

Sukamarga):

“Saat saya pertama kali ke suoh kami menanam padi seperti di jawa, terus

setelah menikah saya ikut orang pribumi cari bibit lada dan kopi, terus

saya buka lahan. ” Hasil wawancara pada tanggal 29 Desember 2018

Pada fase kedua yang tinggal di suoh lebih memilih untuk mengikuti kebiasaan

bercocok tanam orang pribumi yakni lada dan kopi. Selain mengikuti kebiasaan

pribumi pilihan bercocok tanam juga dipengaruhi oleh kondisi tanah, harga hasil

bumi dan ketersediaan lahan. Seperti yang diungkapkan oleh Monajat (Petani di

Umbulan Rowogiri)mengatakan bahwa:

“Saya melihat orang-orang yang nanam lada dan kopi berhasil, harganya

bagus dan tanahnya cocok sedangkan tanah untuk buka sawah juga sudah

tidak ada. ” Hasil wawancara pada tanggal 20 Desember 2018.

Setelah fase kedua menaman lada dan kopi merupakan hal yang umum dilakukan

oleh mayarakat di suoh hal ini mempengaruhi masyarakat fase ketiga yang hanya

mengikuti kebiasaan bercocok tanam di sana seperti yang diungkapkan oleh KM

(Petani di Umbulan Rowogiri):

“Saya ikut orang tua, pada nanam kopi” Hasil wawancara pada tanggal 21

Mei 2017

Hal serupa diungkapkan HR (Petani Umbulan Rowogiri) :

“Saya membeli kebun yang sudah di tanami kopi.” Hasil wawancara pada

tanggal 22 Mei 2017.

Pada fase ketiga ini masyarakat sudah tidak lagi melakukan pembukaan lahan,

melainkan hanya membeli kebun yang sudah ada dari orang lain.

Page 82: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

48

2. Pengertian Ngumbul

Ngumbul merupakan kata yang berasal dari bahasa Lampung, menurut Arsan

(Petani di Desa Penengahan, Lampung Selatan):

“Ngumbul itu kita tinggal di kebun. Jadi semua kegiatan kita ya di kebun,

ga punya rumah yang lain lagi, dan juga dilakukan oleh orang yang miskin

banget”. Hasil wawancara pada tanggal 21 Januari 2019

Hal serupa juga diungkapkan oleh Masri (Petani di Desa Lemong, Lampung

Barat):

“Walaupun kita punya rumah di tempat lain, tetapi rumah utama kita di

kebun, dan kegiatan kita di kebun sehari-harinya ya itu namanya ngumbul.

Jadi walaupun pergi-pergi tetap kembali lagi ke kebun”. Hasil wawancara

pada tanggal 31 Januari 2019

Syarat pertama yang harus dipenuhi dalam ngumbul yakni adanya tempat tinggal

yang digunakan sebagai tempat menetap di kebun. Lalu syarat yang kedua yakni

dijelaskan oleh Mislan (Petani di Desa Gayam, Lampung Selatan):

“Umbul itu ya rumah di kebun, kalau Ngumbul ya orang yang menginap di

kebun bertahun-tahun”. Hasil wawancara pada tanggal 8 Januari 2019

Usman (Petani di Desa Way Nukak, Pesisir Barat) juga mengatakan hal serupa,

yakni:

“Kalau hanya seminggu atau dua minggu ya bukan ngumbul namanya, jadi

harus lama, bisa sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun”. Hasil

wawancara pada tanggal 14 Januari 2019

Dari pernyataan di atas maka dapat diketahui bahwa syarat ngumbul yang kedua

adalah waktu yang lama, bahkan bisa sampai selamanya.

Peneliti dapat menarik kesimpulan dari hasil yang telah didapat yakni, kata

ngumbul sendiri memiliki arti kegiatan berkebun yang dilakukan oleh seseorang

Page 83: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

49

dengan membuat rumah pokok di kebun dan tinggal di rumah tersebut dalam

jangka waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan dilakukan oleh

masyarakat dengan kondisi ekonomi lemah. Untuk kegiatan berkebun yang tidak

diiringi dengan kegiatan menginap di kebun dalam jangka waktu yang lama maka

belum dapat dikatakan sebagai ngumbul. Abdulsyani (1999), juga mengatakan

bahwa kegiatan menginap di kebun untuk jangka waktu yang lama dapat

dikatakan dengan istilah “ngumbul”.

Pengertian ngumbul tidak seutuhnya diserap oleh masyarakat pendatang yang

membuka lahan pertanian di Lampung. hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara

peneliti yang telah dilakukan pada petani pendatang di Suoh, seperti pernyataan

Sukisman (Petani di Pekon Sukamarga):

“Dulu saya kalau ngumbul bisa sampai satu minggu kalo hari jumat saya

pulang dan tidak pernah lebih dari satu bulan” Hasil wawancara pada

tanggal 29 Desember 2018.

Hal serupa juga dikatakan oleh Km (Petani di Umbulan Rowogiri).

“Kalo saya ngumbul setiap malem minggu saya pulang” Hasil wawancara

pada tanggal 21 Mei 2017

Dari dua pernyataan di atas maka peneliti dapat mengetahui bahwa terdapat

perbedaan makna yang berbeda dari kata ngumbul. Menurut masyarakat

Lampung, ngumbul bisa terjadi jika menginap di kebun dilakukan selama

berbulan bulan, bahkan bisa selamanya. Namun bagi masyarakat pendatang,

ngumbul hanyalah sebatas kegiatan menginap di kebun, dan tidak dipengaruhi

oleh waktu. Pernyataan ini diperkuat dari hasil wawancara dengan HR (Petani di

Umbulan Rowogiri) yang mengatakan:

Page 84: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

50

“Saya ngumbul-nya kalo ada kerjaan misal miwil, nyemprot, panen dll.”

Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Dan pernyataan Hari (Petani di Umbulan Rowogiri), yakni:

“Biasanya saya ngumbul kalo kerjaan di sawah beres.” Hasil wawancara

pada tanggal 23 Mei 2017

Dari pernyataan tersebut, ngumbul dilakukan hanya untuk sebatas mengurus

kebun saja, belum dijadikan sebagai bagian dari hidup.

3. Manusia dalam Hubungan dengan Lingkungan

Pada penelitian ini penjelasan mengenai aktivitas, sebab dan akibat hubungan

manusia dengan hutan larangan di TNBBS dilakukan dengan pendekatan

kontektualisasi progresif, adapun hasil penelitiannya sebagai berikut:

a. Pengolahan hutan larangan TNBBS oleh petani

1. Pemanfaatan lahan

Bentuk aktivitas masyarakat di Pekon Sukamarga, Umbulan Rowogiri,

Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat dengan hutan larangan di TNBBS

adalah dengan pemanfaatan lahan dengan menanam tanaman yang dapat dipanen

dan diperjual belikan agar mendapatkan penghasilan. Tanaman tersebut seperti

yang dikemukakan oleh KM1 (masyarakat Pekon Sukamarga, Umbulan

Rowogiri, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Saya menggarap lahan di sini, saya membuka lahan untuk menanam kopi

dan di setiap gang saya tanami lada serta kakao.” Hasil wawancara pada

tanggal 12 Mei 2017

Page 85: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

51

Hal serupa juga dikemukakan oleh MO2 (masyarakat Pekon Sukamarga,

Umbulan Rowogiri, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Saya membuka lahan di sini sudah lama. Sejak daerah Rowogiri baru

dibuka dan saya menanam kopi, lada, sayuran, dan kakao.” Hasil

wawancara pada tanggal 21 Mei 2017

Lalu HI3 (masyarakat Pekon Sukamarga, Umbulan Rowogiri, Kecamatan Suoh,

Kabupaten Lampung Barat) mengatakan:

“Saya bisanya ngumbul bersama kawan kawan saya menanam kopi”. Hasil

wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Ada juga masyarakat Umbulan Rowogiri yang lain seperti HR4 (Masyarakat

Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Lampung Barat) mengatakan:

”Menggarap kebun kopi di Rowogiri bersama kakakku” Hasil wawancara

pada tanggal 22 Mei 2017

KN5 (masyarakat Pekon Ringinsari Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat)

mengatakan:

“Saya bertempat tinggal di sini (Rowogiri) dan menanam kopi” Hasil

wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Umbulan

Rowogiri membuka lahan di kawasan TNBBS untuk memanfaatkannya dengan

cara menanam berbagai tanaman perkebunan seperti kopi, lada, kakao dan

sayuran. Pemanfaatan lahan ini adalah suatu bentuk aktivitas masyarakat dalam

mengelola lahan hutan larangan TNBBS.

Page 86: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

52

2. Pembukaan lahan

Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan pasal 50 ayat 3 huruf b, e

Jo pasal 78 ayat 2 dan 5 mengatakan bahwa:

Setiap orang dilarang :

1. Merambah kawasan hutan.

2. Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan

tanpa memiliki hak atau ijin pejabat berwenang.

3. Membakar hutan.

Dari pernyataan undang-undang tersebut sudah jelas bahwa masyarakat dilarang

untuk membuka lahan di kawasan hutan, termaksud wilayah di TNBBS.

Menanggapi adanya aturan tersebut KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari

Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat) mengatakan bahwa:

“Kalau sekarang ya sudah tau kalau dilarang tapi yang tidak diperbolehkan

kalau itu garapan baru kalau udah ada lahannya ya tidak apa-apa” Hasil

wawancara pada tanggal 12 Juni 2017

Hal serupa juga diungkapkan oleh HR4 (Masyarakat Pekon Ringinsari,

Kecamatan Suoh, Lampung Barat):

“Yang dilarang kebun yang baru buka kalau kebun yang sudah jadi ya

tidak apa-apa”. Hasil wawancara pada tanggal 22 Juni 2017

KN5 (Masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Lampung Barat) juga

mengatakan:

“Kalau punya kebun di sini tidak masalah asal tidak membakar hutan,

memburu hewan dilindungi seperti rusa dan menebang hutan.” Hasil

wawancara pada tanggal 24 Juni 2017

Page 87: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

53

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Umbulan Rowogiri

telah mengetahui adanya larangan tersebut, dan larangan berlaku hanya untuk

lahan yang belum digarap saja. Masyarakat yang sudah terlanjur membuka lahan

sejak dulu diperbolehkan untuk mengurusi lahan mereka namun tidak boleh

membuka lahan yang baru dan tidak boleh memburu binatang yang dilindungi

seperti rusa. Ada konsekuensi tersendiri bagi masyarakat yang membuka lahan

baru, seperti yang diungkapkan oleh HI3 (masyarakat Pekon Sukamarga,

Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Pernah waktu itu ada bukaan lahan baru di Pekon lain, ya kopi yang

ditanam akan dicabuti oleh polisi hutan. Kebun yang diurus ya kebun yang

sudah jadi kalau hutan tidak boleh di tebang. Dulu tidak ada larangan tapi

sekarang ada dilarang seinget saya tahun 2008 mulai ada larangan”. Hasil

wawancara pada tanggal 20 Juni 2017

Masyarakat yang membuka lahan baru maka tanaman yang telah mereka tanam

akan dicabuti oleh polisi hutan. Larangan untuk membuka lahan di hutan ada

sejak tahun 2008, jadi banyak masyarakat yang sudah terlanjur membuka lahan di

hutan TNBBS sebelum adanya larangan tersebut muncul.

Selain mencabuti tanaman kopi baru, pemerintah juga memiliki program

rehabilitasi hutan konservasi pada tahun 2014 tujuannya untuk reboisasi

pengkayaan tanaman seperti yang diungkapkan oleh Ahim (kepala Pekon

Sukamarga, Kecamatan Suoh Lampung Barat):

“Di sini ada aturan bagi masyarakat yang membuka lahan di TNBBS harus

menanam tanaman kayu sebanyak 40% dan tanaman kebun 60%.”

Wawancara pada tanggal 28 Mei 2017

Page 88: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

54

Lalu KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) menjelaskan bahwa:

“PPA menyuruh masyarakat di sini untuk menanam tanaman kayu juga di

kebun, hal itu bisa membuat tanaman kopi tidak berbuah karena tidak

mendapat sinar matahari untuk berfotosintesis”.Hasil wawancara pada

tanggal 22 Mei 2017

Hal senada juga dijelaskan oleh MO2 (masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan

Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

”Sepertinya tahun 2014 ada program pemerintah yang menyuruh

masyarakat dan TNI untuk menanam pohon cempaka, jambon, durian dan

randu. Hal itu sama saja mengusir petani di sini”. Hasil wawancara pada

tanggal 21 Mei 2017

Dari dua pernyataan di atas dapat diketahui bahwa masyarakat yang membuka

lahan diwajibkan untuk menanam tanaman kayu di kebun mereka, dan hal

tersebut berdampak kurang baik untuk perkembangan tanaman kebun mereka.

Seperti tanaman kopi yang menjadi tidak berbuah diakibatkan tidak terkena sinar

matahari yang terhalang oleh tanaman kayu. Dengan adanya peraturan tersebut,

masyarakat merasa terusir secara perlahan oleh pemerintah.

3. Pembangunan fasilitas

Untuk dapat melaksanakan aktivitasnya dengan baik, maka masyarakat Umbulan

Rowogiri berinisiatif melakukan gotong royong dalam pembangunan jalur menuju

ladang mereka yang berada di TNBBS. KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari

Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat) mengatakan:

Page 89: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

55

“Jalan menuju kebun dulu tanah merah dan licin di waktu hujan tetapi

sekarang sudah dibangun setiap Jumat gotong royong dan iyuran untuk

beli semen untuk membangun jalan”. Hasil wawancara pada tanggal 12

Mei 2017

MO2 (masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) juga mengatakan bahwa:

“Setiap hari Jumat gotong royong membersihkan jalan dan memperbaiki

jalan yang rusak.” Hasil wawancara pada tanggal 21 Mei 2017

Hal senada juga diungkapkan oleh HI3 (masyarakat Pekon Sukamarga,

Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Kalau hari Jumat pada gotong royong membersihkan sanitasi dan

memperbaiki jalan rusak.” Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Kemudian HR4 (Masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Lampung

Barat) mengatakan:

“Setiap hari Jumat gotong royong apalagi kalau musim hujan.” Hasil

wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Setiap hari Jumat masyarakat Umbulan Rowogiri bergotong royong untuk

membersihkan sanitasi dan memperbaiki jalan menuju perkebunan di TNBBS.

Menurut Ahim (kepala Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh Lampung Barat):

“Kalau wilayah Pekon Sukamarga yang masuk wilayah TNBBS dana desa

tidak bisa untuk pembangunan pekon, jadi pembangunan jalan dan

perawatan 100% swadaya masyarakat”. Wawancara pada tanggal 28 Mei

2017

Beliau menjelaskan bahwa dana desa tidak bisa digunakan untuk pembangunan

daerah yang berada di kawasan TNBBS, sehingga pembangunan apapun itu

Page 90: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

56

bentuknya dilakukan menggunakan dana swadaya masyarakat dengan sistem

iuran.

4. Asal-usul kepemilikan tanah

Mengenai asal-usul wilayah perladangan yang sedang digarap oleh masayarakat

Umbulan Rowogiri dijelaskan oleh KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari

Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Kebun yang saya garap sekarang dulu punya Parjo dan Supat dari

Pagelaran di sini tidak ada sertifikat adanya cuma surat jual beli saja dan

dulu belinya tidak tidak langsung tiga hektar awalnya cuma setengah

hektar.” Hasil wawancara pada tanggal 12 Mei 2017

MO2 (masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) juga mengatakan:

“Yang asli saya menebang hutan dan dijadikan kebun sekarang sudah

tidak saya urus yang saya urus hanya kebun yang saya beli dari Mbah Nyai

dari Dusun Kalibata Pekon Sukamarga, sekarang saya mengurus kebun

kopi sekitar 2,5ha kalau kebun di sini tidak bisa dibuat sertifikat SHM”.

Hasil wawancara pada tanggal 21 Mei 2017

Lalu HI3 (masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) mengatakan:

“Pas saya beli kebun dulu adanya surat jual beli ada saksinya, sekarang

saya mengurus kebun 1 hektar.” Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei

2017

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

masyarakat Umbulan Rowogiri memiliki lahan di TNBBS karena mereka

membeli dari masyarakat yang telah membuka lahan terlebih dahulu. Sampai saat

ini lahan perladangan yang berada di TNBBS tidak memiliki sertifikat yang resmi,

Page 91: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

57

masyarakat hanya memiliki surat jual beli saja. Sesuai dengan yang diungkapkan

oleh Ahim (kepala Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh Lampung Barat):

“Kalau Masalah jual beli untuk Wilayah yang masuk kawasan TNBBS

mereka hanya memakai surat jual beli saja”

5. Pengelolaan kebun

Beberapa cara masyarakat dalam mengolah tanaman perkebunan seperti yang

diungkapkan oleh KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari Kecamatan Suoh,

Kabupaten Lampung Barat):

“Kalau untuk membasmi rumput saya menggunakan Roundap sifatnya

membunuh dengan tuntas tapi lambat, kalau mau cepet mati menggunakan

racun rumput Gramason tapi jarang saya gunakan, Pupuk yang saya

gunakan Pupuk ZA dan Poska kalau buah biasanya menggunakan

Amistartop dan Alika tapi jarang.” Hasil wawancara pada tanggal 12 Mei

2017

Lalu MO2 (masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) mengatakan:

“Kalau kopi hanya memakai pupuk ZA saja tapi jarang, kalau sayuran

untuk mengusir rusa dan babi saya menggunakan Parfum baju dicantelin

atau ditempatkan di sekitar sayurannya di pager juga menggunakan

kawat.” Hasil wawancara pada tanggal 21 Mei 2017

HI3 (masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) mengatakan:

“Saya tidak menggunakan pupuk yang penting dihilangkan tunasnya dan

rumputnya disemprot.” Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Page 92: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

58

HR4 (Masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Lampung Barat)

mengatakan:

“Kadang kadang saya pupuk dengan pupuk poska”. Hasil wawancara pada

tanggal 22 Mei 2017

KN5 (Masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Lampung Barat)

mengatakan:

“Di sini tanahnya subur jadi ngak perlu pupuk yang penting rumputnya

jangan sampai panjang” Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Dari beberapa pernyataan di atas dapat diketahui bahwa beragam cara masyarakat

dalam memelihara tanaman kebun di TNBBS, ada yang memberikan pupuk pada

tanaman, menghilangkan tunas kopi yang tumbuh berlebih, mencabuti rumput di

sekitar tanaman, memberikan racun pada rumput agar mati dan bagi hama babi

biasanya mereka menjaga tanaman dengan cara memagari dengan kawat serta

memberikan pewangi pakaian pada pagar kawat tersebut.

6. Cara memperoleh bibit kopi

Dalam hal penanaman, sebagian masyarakat menggunakan bibit yang tumbuh liar

di bawah pohon kopi secara langsung, seperti yang dijelaskan oleh KM1

(masyarakat Pekon Ringinsari Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Mencari bibit kopi dengan benih yang tumbuh di bawah pohon kopi

kemudian dipindahkan langsung.” Hasil wawancara pada tanggal 12 Juni

2017

Page 93: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

59

MO2 (masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) juga mengatakan bahwa:

“Di sini benih tidak perlu ditanam polibek benih yang tumbuh liar

langsung dipindah juga bagus.” Hasil wawancara pada tanggal 15 juni

2017

Selain menggunakan bibit yang tumbuh liar di bawah pohon kopi, ada juga

masyarakat yang menggunakan cara lain seperti yang dijelaskan oleh KN5

(Masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Lampung Barat):

“Kadang-kadang saya ya membuat benih sendiri, kadang kadang juga

mengambil benih liar yang ada di bawah pohon kopi.” Hasil wawancara

pada tanggal 24 Juni 2017

Terkadang ada juga masyarakat yang sengaja menyemai biji kopi untuk

selanjutnya dijadikan bibit.

7. Sistem memanen

Bila musim panen tiba, masyarakat Umbulan Rowogiri biasanya membuka sistem

upahan bagi buruh harian lepas. KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan

Suoh, Kabupaten Lampung Barat) mengatakan:

“Waktu panen biasanya untuk memetik kopi saya memperkerjakan lebih

dari tujuh orang, biasanya dibayar Rp 30.000 sampai Rp 35.000 sehari.

Tetapi kadang-kadang bergantian tenaga kerja seperti waktu panen di

tempat saya dia membantu saya terus ketika panen di tempat dia saya

membantu dia jadi saling membantu.” Hasil wawancara pada tanggal 12

Juni 2017

MO2 (masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) juga mengatakan bahwa:

Page 94: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

60

“Yang kerja orang enam untuk mengunduh kopi, sehari Rp 35.000 makan

ditanggung.” Hasil wawancara pada tanggal 21 Mei 2017

Lalu KN5 (Masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Lampung Barat)

mengatakan:

“Waktu musim biasanya aku mengerjakan orang-orang, ada orang sini,

sama ada orang Pagelaran.” Hasil wawancara pada tanggal 24 Juni 2017

Saat musim panen tiba merupakan hal yang menguntungkan bagi semua pihak,

baik itu pemilik lahan maupun buruh harian lepas. Masyarakat yang biasanya

bekerja buruh dapat mencari rejeki dengan membantu bekerja memanen kopi.

Biasanya sehari para buruh harian lepas akan dibayar sekitar Rp. 30.000 sampai

Rp. 35.000 dan untuk makan ditanggung oleh pemilik lahan. Namun ada juga

pemilik lahan yang tidak menggunakan sistem upahan, mereka menggunakan

sistem barter jasa, seperti yang diungkapkan oleh HR4 (Masyarakat Pekon

Ringinsari, Kecamatan Suoh, Lampung Barat):

“Gantian tenaga untuk memanen kopinya.”Hasil wawancara pada tanggal

22 Juni 2017

Dan HI3 (masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) mengatakan:

“Kalau musim biasanya aku memetik gantian tenaga bersama dengan

teman-temanku.” Hasil wawancara pada tanggal 20 Juni 2017

Pada intinya poin ini menjelaskan bahwa ada pula masyarakat yang menggunakan

sistem saling bergotong royong dalam memanen. Mereka saling membantu

masyarakat yang sedang panen, lalu begitupun sebaliknya.

Page 95: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

61

8. Sistem berkebun

KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) menjelaskan bahwa:

“Saya masih bujang, tinggal di sini bersama teman-teman, yakni rumah

utama kami, namun kadang ya main ke rumah orang tua di bawah.” Hasil

wawancara pada tanggal 12 Mei 2017

Lalu MO2 (masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) mengatakan:

“Setiap hari saya turun ke bawah (ke Pekon Ringinsari) untuk menjual

sayuran, kalau musim kopi bisa sebulan sekali jual sayurannya soalnya

memetik kopi dan menjemurnya.” Hasil wawancara pada tanggal 21 Mei

2017

KN5 (masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Lampung Barat)

menjelaskan:

“Saya bertempat tinggal di sini (Rowogiri) dan menanam kopi.” Hasil

wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Dari beberapa penjelasan di atas dapat diketahui bahwa sistem berkebun

masyarakat Umbulan Rowogiri adalah menggunakan sistem ngumbul di mana

mereka menjadikan rumah yang ada di Umbulan Rowogiri dalam hal ini kebun

sebagai rumah utama mereka. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari mereka

menghabiskan sebagian besar waktu di Umbulan Rowogiri di tempat lain.

9. Pemanfaatan danau

Selain dengan memanfaatkan lahan di TNBBS untuk berkebun, masyarakat

Umbulan Rowogiri juga memanfaatkan danau yang ada di TNBBS, seperti yang

Page 96: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

62

dijelaskan oleh KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari Kecamatan Suoh, Kabupaten

Lampung Barat):

“Belut di sini besar-besar, saya biasanya memancing ikan di sore hari dan

memasang tajur (alat penangkap ikan tradisional) kalo di sini tidak

diperbolehkan menggunakan setrum dan racun ikan).” Hasil wawancara

pada tanggal 12 Mei 2017

Lalu MO2 (Masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Lampung Barat) juga

menjelaskan:

“Kalo di sini tidak boleh menggunakan jenu (racun ikan tradisional) kalau

aku kadang-kadang saja saya memancing, kalaupun mancing bersama

teman-teman.” Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Hal senada juga dijelaskan oleh HI3 (masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan

Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Jarang saya memancing mungkin hanya satu bulan sekali dan kalau

mengambil ikannya menggunakan putas (racun ikan) maka tidak

diperbolehkan.” Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

KN5 (Masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Lampung Barat)

menjelaskan:

“Saya memasang tajur, kriding, bubu (alat penagkap ikan tradisional) dan

memasang jaring untuk menangkap ikan kalo di sini ada aturan tidak boleh

menggunakan racun ikan seperti jenu, putas dan disetrum).”Hasil

wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Sebagian masyarakat Umbulan Rowogiri memanfaatkan danau di TNBBS dengan

mengambil ikannya dan belutnya dengan cara yang berbeda-beda seperti

memancing, menggunakana jaring, bubu dan tajur. Mereka semua sepakat bahwa

Page 97: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

63

menangkap ikan dengan cara meracun dan menyetrum ikan adalah hal yang

dilarang.

10. Berburu binatang

Bagi masyarakat yang memiliki lahan dan berladang di TNBBS sering berburu

binatang yang ada di TNBBS, namun tidak semua binatang yang ada di TNBBS

mereka buru, hanya beberapa saja seperti yang dijelaskan oleh KM1 (masyarakat

Pekon Ringinsari Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Biasanya saya mencari burung kruok untuk dimasak daengan cara pakai

pancing dan suara kalo hewan dilindungi saya tidak berani.”Hasil

wawancara pada tanggal 12 Mei 2017

HR4 (Masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Lampung Barat)

mengatakan:

“Biasanya malam hari menangkap burung kruok kalau hewan dilindungi

tidak pernah.” Hasil wawancad ra pada tanggal 22 Mei 2017

KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) mengatakan:

“Anger enek manuk kacer nagkene rebutan suarane apik angr karo luak

biasane akeh seng are tuku.” (kalo ada burung kacer di sini rebutan

suaranya bagus untuk dipelihara kalo luwak biasanya banyak yang mau

beli). Hasil wawancara pada tanggal 12 Mei 2017

Lalu KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) mengatakan:

“Kadang-kadang cari tupai untuk dimasak.” Hasil wawancara pada

tanggal 12 Mei 2017

Page 98: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

64

Masyarakat hanya memburu binatang yang tidak dilindungi oleh Negara seperti

burung kruok, tupai, luwak dan burung kacer. Mereka menangkap bintang-

binatang tersebut dengan banyak cara seperti memancing burung kruok dengan

menggunakan suara burung kruok betina yang direkam di handphone pada malam

hari. Menangkap burung kacer dengan cara mengikuti induk burung samapi ke

sarang, lalu mengambil anak burung kacer. Menangkap tupai dengan cara

menembaknya menggunakan senapan angin. Mereka juga mengambil anak luwak

yang biasanya ada di pohon bambu. Hasil buruan sebagian besar dikonsumsi

pribadi dan hanya beberapa yang dijual seperti burung kacer dan luwak.

11. Pengaruh sosial budaya

Dalam aktivitas masyarakat di hutan TNBBS masih dipengaruhi oleh

kepercayaan-kepercayaan mitos seperti yang dijelaskan oleh KM1 (masyarakat

Pekon Ringinsari Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Aku mikat kruok kejadian yang dialami diri saya sendiri waktu malam itu

memang ada yang datang memang kenyataanya ada yang datang ketika itu

saya bersama kawan kawan saya bertiga pernah melakukan pemikatan

burung kruok kemudian diikuti oleh kuntilanak sampai ke umbulan mulai

saat itu sudah berhenti tidak memburu burung kruok selain itu juga ada

aturan disini tidak diperbolehkan membunuh ular besar maupun kecil.”

Hasil wawancara pada tanggal 12 Juni 2017

Lalu MO2 (masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) mengatakan:

“Kalau di sini tidak boleh membunuh ular dan rata rata yang menangkap

burung kruok diikuti Kuntilanak.” Hasil wawancara pada tanggal 15 juni

2017

Hal senada dijelaskan oleh KN5 (Masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan

Suoh, Lampung Barat):

Page 99: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

65

“Dulu cerita danau di Rowogiri danau ini dulunya besar empat kali lipat

dari yang sekarang cuman seiring berjalannya waktu di pinggir-pingir

danau dibuat sawah dulu pernah ada orang membedah danau untuk

dihabiskan airnya dan diambili ikannya di pinggir utara danau dibuat

siring atau aliran air yang lebarnya kurang lebih satu meter setengah

sampai dua meter dalamnya aliran sungai ini sampai tiga meter kemudian

air danau mulai habis kemudian ada ular yang membendung aliran sungai

sampai alirannya tidak mengalir kemudian dipercaya tidak di

perbolehkannya oleh penduduk danau atau lelembut tidak diperbolehkan.”

Hasil wawancara pada tanggal 24 Juni 2017

Menurut kepercayaan di Umbulan Rowogiri bagi masyarakat yang menangkap

burung kruok maka akan diikuti oleh sejenis makhluk gaib yang sering disebut

dengan kuntilanak. Dengan kepercayaan tersebut maka membuat sebagian

masyarakat tidak berani lagi untuk menangkap burung kruok. Ada pula

kepercayaan lain yang mengatakan bahwa di danau ada ular penunggu danau yang

sangat besar. Ada beberapa masyarakat mengaku pernah melihat ular besar

tersebut. Dari kepercayaan masyarakat tersebut maka membuat mereka menjadi

selalu menjaga keadaan danau agar tetap lestari agar tidak membuat marah

penunggunya.

b. Penyebab hutan larangan dikelola

Terjadinya sebuah aktivitas pasti memiliki sebab yang melatarbelakanginya,

seperti aktivitas masyarakat Umbulan Rowogiri dengan hutan di TNBBS. Ada

banyak penyebab masyarakat mengolah lahan di TNBBS seperti:

1. Faktor keluarga dan saudara

Faktor keluarga adalah yang paling erat penyebab masyarakat Umbulan Rowogiri

mengelola hutan karena sudah terbiasa dari kecil diajak oleh keluarga untuk

ngumbul hingga ia tumbuh dewasa, maka aktivitas ngumbul menjadi kebiasaan

Page 100: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

66

bagi seseorang. Sebagaimana yang dijelaskan oleh KM1 (masyarakat Pekon

Ringinsari Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Dulu bapakku dulu sering ngajak saya ngumbul, terus pas saya lulus

sekolah MTs ada lahan di samping lahannya bapakku dijual dan dibeli

bapakku terus saya yang ngurus dan sekarang sudah menjadi kebun saya.”

Hasil wawancara pada tanggal 12 Mei 2017

Hal senada juga diungkapkan oleh MO2 (masyarakat Pekon Ringinsari,

Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Dulu saya ke suoh dibawa oleh orang tua saya ketika masih kecil, orang

tuaku dari Jawa Timur Banyuwangi ke sini bareng bersama sodara-

saudaranya terus membuka lahan kebun di Rowogiri dan menetap di

Pekon Ringinsari. Yang saya tebang sendiri sudah tidak saya urus.” Hasil

wawancara pada tanggal 21 Mei 2017

Dari dua pernyataan di atas dapat diketahui bahwa masyarakat yang mengolah

lahan perkebunan di kawasan TNBBS saat ini disebabkan oleh turun temurun dari

orang tua. Namun ada juga yang mengolah lahan disebabkan diajak oleh orang

lain seperti saudara atau teman, diungkapkan oleh HR4 (Masyarakat Pekon

Ringinsari, Kecamatan Suoh, Lampung Barat):

“Tadinya saya cuma ikut bekerja buruh harian metik kopi, terus ada yang

menawarkan tanah garapan ya saya ambil, statusnya masih punya

kakakku.” Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Dan KN5 (Masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Lampung Barat)

menjelaskan:

“Dulu aku punya saudara punya kebun di Rowogiri saudaraku rumahnya

Pagelaran Pringsewu, saya juga dulu rumahnya di Pagelaran saya diajakin

membuat kebun di Rowogiri menanam kopi saya lihat tanah di rowogiri

subur terus saya ikut membuat kebun di Rowogiri sekarang saya sudah

menetap di Rowogiri dan menanam kopi.” Hasil wawancara pada tanggal

22 Mei 2017

Page 101: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

67

Selain karena faktor keturunan dan juga diajak oleh teman atau saudara untuk

sama-sama menggarap tanah di kawasan TNBBS.

2. Memenuhi kebutuhan ekonomi

Memenuhi kebutuhan merupakan faktor yang penting juga sebagai penyebab

masyarakat membuka dan mengolah lahan di TNBBS. Seperti yang dijelaskan

oleh MO2 (masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat):

“Saya memiliki anak dan istri yang harus diberi nafkah, sehingga memiliki

lahan di sini sangat membantu saya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.”

Hasil wawancara pada tanggal 21 Mei 2017

HI3 (masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat):

“Penghasilanku dari mana lagi kalau mengandalkan buruh tani saja tidak

cukup.” Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

HR4 (Masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Lampung Barat):

“Kalo penghasilan dari kebun Rowogiri lebih cukup untuk menyekolahkan

anak dan untuk biaya sehari hari.” Hasil wawancad ra pada tanggal 22 Juni

2017

KN5 (Masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Lampung Barat) :

“Saya membuat kebun di sini agar ada yang diandalkan untuk memberi

makan anak dan istri”. Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Page 102: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

68

3. Harga tanah murah di TNBBS

Adapula faktor penyebab lain yang mendukung seperti yang dijelaskan oleh KM1

(masyarakat Pekon Ringinsari Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Tanah yang bersertifikat mayoritas mahal kalau untuk orang seperti saya

tidak terjangkau, harga tanah rata rata sampai 150juta apalagi sawah bisa

tiga kali lipatnya. Kalou saya sedikit demi sedikit muai menabung.” Hasil

wawancara pada tanggal 12 Mei 2017

HI3 (masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) mengatakan:

“Mau kerja di mana lagi kalau setiap hari buruh tani tidak bisa memenuhi

kebutuhan dan saya ingin punya kebun sendiri bisa belinya di Rowogiri”.

Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Dari dua pernyataan di atas maka dapat diketahui bahwa faktor penyebab

selanjutnya adalah murahnya harga tanah yang berada di kawasan TNBBS dan

mahalnya harga tanah yang berada di kawasan marga. Sebagian masyarakat

Umbulan Rowogiri merasa kurang mampu untuk membeli tanah di kawasan

marga dan hanya mampu membeli tanah di TNBBS.

4. Tanah di TNBBS subur

Selain harga yang murah, tanah di TNBBS juga memiliki kualitas tanah yang baik

seperti yang dijelaskan oleh KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari Kecamatan

Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Tanah di sini subur sekali kalau cuacanya mendukung, panen kopi bisa

dapat 2 ton satu hektarnya” Hasil wawancara pada tanggal 12 Mei 2017

Page 103: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

69

MO2 (masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) mengatakan:

“Orang tua saya dulu dari Jawa ke sini melihat tanah di sini subur jadi

pada buka lahan di sini dulu belum ada larangan.” Hasil wawancara pada

tanggal 21 Mei 2017

HI3 (masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) juga mengatakan bahwa:

“Kalau pas musim kopi lebat lebatnya rata-rata yang kerja metik kopi rata-

rata ingin punya kebun di sini”. Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei

2017

Kesuburan tanah juga menjadi faktor utama dalam sebuah perkebunan, dan hal

tersebut dimiliki oleh tanah di wilayah TNBBS. Keadaan tersebutlah yang

mendorong masyarakat untuk membuka lahan di wilayah TNBBS. Tanaman kopi

bisa berbuah lebat dan masyarakat bisa mendapatkan hasil panen yang banyak,

kurang lebih untuk tanah 1 hektar mereka bisa mendapatkan hasil 2 ton.

C. Dampak Mengelola Hutan Larangan

Adanya aktivitas manusia dengan lingkungan pasti memiliki dampak bagi

lingkungan maupun bagi manusia itu sendiri. Dampak tersebut bisa berupa hal

yang positif dan hal negatif, begitu pula dengan aktivitas masyarakat Umbulan

Rowogiri di hutan TNBBS. Dengan adanya aktivitas masyarakat di hutan TNBBS

maka berdampak sebagai berikut:

Page 104: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

70

1. Adanya Tumpang Tindih Kepentingan

Adanya Undang-Undang No. 1 tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 50 ayat 3

huruf b, e Jo pasal 78 ayat 2 dan 5 berisi tentang: Setiap orang dilarang (1).

Merambah kawasan hutan, (2).Menebang pohon atau memanen atau memungut

hasil hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau ijin dari pejabat berwenang

dan (3).Membakar hutan. Dengan adanya larangan tersebut bertujuan untuk

melestarikan hutan-hutan beserta yang ada di dalamnya. Berbeda dengan

kepentingan masyarakat seperti yang diungkapkan oleh HI3 (masyarakat Pekon

Sukamarga, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Saya bekerja membuka lahan di sini karena ingin mempunyai

penghasilan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari”. Hasil wawancara

pada tanggal 22 Mei 2017

Ia mengatakan bahwa adanya kepentingan masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehingga mereka membuka lahan di TNBBS.

2. Danau Dijadikan Tempat Pemancingan

Danau yang ada di TNBBS dirawat oleh masyarakat dan dijadikan sebagai tempat

pemancingan, seperti yang dikatakan oleh KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari

Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Danau di sini menjadi tempat pemancingan orang-orang dari berbagai

pekon seperti Pekon Hantatai, Sumber Agung, Sukamarga.” Hasil

wawancara pada tanggal 12 Mei 2017

Lalu KN5 (Masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Lampung Barat)

juga mengatakan:

Page 105: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

71

“Banyak warga dari luar Rowogiri yang datang ke danau untuk berwisata

karena pemandangannya indah dan juga bisa memancing di danau.” Hasil

wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

3. Mengurangi Wilayah yang Dilindungi oleh Negara

Umbulan Rowogiri masuk ke dalam register 47B, dengan adanya pembukaan

lahan maka akan mengurangi wilayah yang dilindungi oleh Negara.

4. Membuka Lapangan Pekerjaan

Saat musim panen, masyarakat menggunakan sistem upahan, di mana pemilik

lahan membuka lapangan pekerjaan bagi buruh harian lepas untuk membantu

memanen. KN5 (Masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Lampung

Barat) mengatakan:

“Waktu musim biasanya aku mempekerjakan orang-orang ada orang sini

ada orang pagelaran.” Hasil wawancara pada tanggal 24 Juni 2017

KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) juga mengatakan:

“Waktu panen biasanya aku untuk memetik kopi saya memperkerjakan

lebih dari tuju orang tapi kadang kadang gentian tenaga kerja seperti waktu

panen di tempat saya dia membantu saya terus ketika panen di tempat dia

saya membantu dia jadi saling membantu” Hasil wawancara pada tanggal

12 Juni 2017

Dengan adanya sistem upahan tersebut maka para buruh harian lepas akan

memiliki pekerjaan sesaat dan mendapatkan penghasilan.

Page 106: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

72

5. Masyarakat Umbulan Rowogiri Menjadi Semakin Akrab

Masyarakat Umbulan Rowogiri menjadi semakin akrab dilihat dari pernyataan

MO2 (masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat):

“Setiap hari Jumat gotong royong membersihkan jalan dan memperbaiki

jalan yang rusak.” Hasil wawancara pada tanggal 21 Mei 2017

KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) juga mengatakan:

“Biasanya sehabis musim panen, kami iuran untuk membeli bibit ikan.”

Hasil wawancara pada tanggal 12 Mei 2017

Ahim (kepala Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh Lampung Barat) mengatakan:

“Kalau wilayah Pekon Sukamarga yang masuk wilayah TNBBS dana desa

tidak bisa untuk pembangunan pekon, jadi pembangunan jalan dan

perawatan 100% swadaya masyarakat” Wawancara pada tanggal 28 Mei

2017

Masyarakat Umbulan Rowogiri selalu mengadakan gotong royong membangun

jalan menuju TNBBS setiap hari Jumat dan juga mengadakan yasinan setiap

sehabis panen lalu iyuran untuk membeli bibit ikan yang akan disebar di danau.

Dalam pembangunan jalan juga masyarakat menggunakan dana pribadi yang

mereka kumpulkan karena tidak dapat menggunakan dana desa. Hal tersebut

membuat hubungan masyarakat semakin akrab dan kompak.

Page 107: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

73

6. Peningkatan Perekonomian

Pembuakaan lahan perkebunan di TNBBS memiliki dampak pada peningkatan

perekonomian masyarakat, seperti yang diungkapkan oleh HR4 (Masyarakat

Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Lampung Barat):

“Syukur kepada Tuhan saya punya lahan di sini jadi mempunyai

penghasilan dan bisa membantu perekonomian keluarga.”Hasil wawancara

pada tanggal 22 Juni 2017

Ahim (kepala Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh Lampung Barat) mengatakan:

“Dengan membuka lahan, masyarakat menjadi memiliki lahan dan

pekerjaan. Hal tersebut berdampak pada peningkatan ekonomi

masyarakat” Wawancara pada tanggal 28 Mei 2017

7. Menanam Kopi Sambil Merawat Hutan

Menurut Mulyana dkk (2010) Semua kawasan konservasi yang merupakan aset

umum dan dikelola oleh pemerintah untuk kepentingan umum telah mengalami

kerusakan, pengurangan luas, atau diperebutkan oleh pihak lain yang ingin

memanfaatkan kawasan tersebut untuk kepentingan lain. Untuk menangani

masalah tersebut pemerintah memiliki solusi yakni melalui Peraturan Menteri

Kehutanan No. P.19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan

Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Dalam peraturan tersebut pemerintah

dan masyarakat saling bekerja sama. Masyarakat diminta pemerintah untuk

menanam tanaman kayu seperti cempaka dan masyarakat tetap diperbolehkan

menanam kopi.

Page 108: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

74

Pemerintah tidak meninggalkan masyarakat yang ngumbul begitu saja tetapi tetap

dikontrol oleh polisi hutan yang rutin mengingatkan masyarakat, seperti yang

dijelaskan oleh KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari Kecamatan Suoh, Kabupaten

Lampung Barat):

“PPA (polisi hutan) setiap minggu rutin mengontrol ke sini dan

menasehati, intinya disuruh menanam pohon cempaka mengikuti

keinginan pemerintah)” Hasil wawancara pada tanggal 12 Mei 2017

Kemudian Ahim (kepala Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh Lampung Barat)

menjelaskan:

“Diwilayah TNBBS sekarang rutin patroli apalagi semenjak meningkatnya

status diakui oleh UNESCO” Hasil wawancara pada tanggal 28 Mei 2017

Masyarakat di Umbulan Rowogiri sadar akan pentinya menjaga fungsi hutan

dengan melakukan beberapa cara yang diungkapkan oleh MO2 (Masyarakat

Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Lampung Barat) juga menjelaskan:

“Saya menilai pemerintah baik yakni untuk menjaga hutan dan saya

melaksanakan, tetapi tidak pro rakyat karna yang mereka suruh menanam

tanaman tanam yang tidak cocok untuk bayangan tanaman kopi” Hasil

wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

KN5 (Masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Lampung Barat)

menjelaskan:

“Kita sebenarnya secara tidak langsung sudah melestarikan hutan karna

tanaman kopi juga perlu bayangan untuk menyaring sinar matahari

tanaman yang kita tanam tanaman yang bedaun kecil agar tidak terlalu

rimbun seperti petai.”Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Lalu menjelaskan KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari Kecamatan Suoh,

Kabupaten Lampung Barat):

“Saya tidak setuju jika kami di tuduh merusak hutan karena kami juga

menanam tanaman kayu untuk bayangan kopi sebelum ada konsep

Page 109: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

75

kolaborasi dan kita juga tidak membunuh binatang yang datang ke sini

seperti rusa, kukang dll”. Hasil wawancara pada tanggal 12 Mei 2017

Tuduhan merusak hutan oleh pemerintah di bantah oleh masyarakat Umbulan

Rowogiri karena mereka tidak hanya menanam tanaman kebun tetapi juga

menanam tanaman yang digolongkan tanaman hutan seperti petai, duren, asem

dan lain-lain. Selama bertani di Umbulan Rowogiri mereka juga tidak membunuh

hewan-hewan yang datang seperti rusa, kancil, gajah dll.

8. Merawat Danau

Selain dengan memanfaatkan lahan di TNBBS untuk berkebun, masyarakat

Umbulan Rowogiri juga memanfaatkan danau yang ada di TNBBS, seperti yang

dijelaskan oleh KM1 (masyarakat Pekon Ringinsari Kecamatan Suoh, Kabupaten

Lampung Barat):

“Belut di sini besar-besar, saya biasanya memancing ikan di sore hari dan

memasang tajur (alat penangkap ikan tradisional) kalo di sini tidak

diperbolehkan menggunakan setrum dan racun ikan. Hasil wawancara

pada tanggal 12 Mei 2017

Lalu MO2 (Masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Lampung Barat) juga

menjelaskan:

“Kalo di sini tidak boleh menggunakan jenu (racun ikan tradisional) anger

aku kadang-kadang saja saya memancing, kalaupun mancing bersama

teman-teman.” Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Hal senada juga dijelaskan oleh HI3 (masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan

Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

Page 110: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

76

“Jarang saya memancing mungkin hanya satu bulan sekali kalau

menggunakan putas (racun ikan) tidak diperbolehkan”. Hasil wawancara

pada tanggal 22 Mei 2017

KN5 (Masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Lampung Barat)

menjelaskan:

“Saya memasang tajur, kriding, bubu (alat penagkap ikan tradisional) dan

memasang jaring untuk menagkap ikan kalo di sini ada aturan tidak boleh

menggunakan racun ikan seperti jenu, putas dan disetrum.”Hasil

wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Sebagian masyarakat Umbulan Rowogiri memanfaatkan danau di TNBBS dengan

mengambil ikannya dan belutnya dengan cara yang berbeda-beda seperti

memancing, menggunakana jaring, bubu dan tajur. Mereka semua sepakat bahwa

menangkap ikan dengan cara meracun dan menyetrum ikan adalah hal yang

dilarang.

9. Iuran

Selain mengambil hasil danau, masyarakat juga memikirkan hal yang akan

datang, seperti kelestarian hasil danau yang mungkin saja bisa habis jika diambil

terus menerus. Untuk mengantisipasi hal tersebut, masyarakat punya cara

tersendiri sesuai dengan yang diungkapkan oleh KM1 (masyarakat Pekon,

Ringinsari Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Biasanya sehabis musim panen, kami iuran untuk membeli bibit ikan.”

Hasil wawancara pada tanggal 12 Mei 2017

MO2 (masyarakat Pekon Ringinsari, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung

Barat) mengatakan bahwa:

Page 111: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

77

“Iuran ikan mas, gurame, nila dan patin biasanya dibeli sehabis musim

kopi.” Hasil wawancara pada tanggal 21 Mei 2017

Hal senada juga dikatakan oleh HI3 (masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan

Suoh, Kabupaten Lampung Barat):

“Saya ikut iyuran untuk beli bibit ikan”. Hasil wawancara pada tanggal 22

Mei 2017

Lalu KN5 (Masyarakat Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Lampung Barat)

mengatakan bahwa:

“Setiap sehabis musim kopi biasanya di yasinan musyawarah menentukan

bibit ikan apa saya yang mau dibeli bibitnya, biasanya ikan emas, nila,

gurame dan patin iyurannya 20rb perorang yang biasanya iyuran sekitar

30orang” Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2017

Setiap sehabis panen, masyarakat biasanya melakukan yasinan, saat momen

tersebut masyarakat mengambil kesempatan untuk bermusyawarah menentukan

bibit ikan apa saja yang akan dibeli guna diletakkan di danau yang berada di

TNBBS. Ada sektar 30 orang yang ikut iuran ini, untuk tiap orang dikenai tarif

Rp. 20.000/orang. Untuk bibit biasanya masyarakat membeli bibit ikan yang

biasanya dibeli adalah ikan mas, gurame, nila dan patin.

Page 112: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan menyajikan kesimpulan mengenai penelitian yang telah

peneliti laksanakan terkait hubungan masyarakat Umbulan Rowogiri dengan

hutan di TNBBS.

A. Kesimpulan

1. Sejarah Masuknya Masyarakat ke Suoh

Masuknya pendatang dari wilayah Pringsewu, Pagelaran, Kota Agung,

Wonosobo dan Jawa ke Suoh disebabkan oleh faktor berikut :

a. Perkembangan penduduk di wilayah Transmigrasi seperti Pringsewu,

Pagelaran, Kota Agung, Wonosobo dan lainya menjadi semakin padat

sehingga membutuhkan wilayah baru.

b. Lancarnya hubungan Sumatera dan Jawa mengakibatkan masyarakat

Jawa lainnya untuk datang ke Lampung bahkan tanpa program

transmigrasi dari pemerintah atau secara mandiri.

c. Kurangnya lapangan pekerjaan di wilayah tujuan Program transmigrasi

pemerintah menyebabkan masyarakat pendatang kehabisan lahan baru

untuk mereka garap dan juga susahnya mencari pekerjaan.

d. Masyarakat membuka lahan dan taraf ekonomi membaik, mereka mulai

mengajak para bujangan dari Jawa untuk ikut merantau ke Suoh dan

Page 113: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

94

bekerja dengan mereka di sana. Serta lambat laun para bujangan menjadi

warga tetap di Suoh.

2. Pengertian Ngumbul

Terdapat dua perbedaan makna kata ngumbul dari kedua pihak, yang

dirincikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 7. Perbedaan makna kata ngumbul.

No. Unsur Lampung Pendatang

1. Kegiatan Tinggal di kebun Menginap di kebun

2. Waktu Berbulan-bulan, bahkan

selamanya Semalam atau lebih

3. Sifat Tempat tinggal utama Hanya sementara

3. Aktivitas Manusia dalam Hubungan dengan Lingkungan

Hasil dari analisa hubungan masyarakat Umbulan Rowogiri dengan hutan di

TNBBS menggunakan pendekatan kontektualisasi progresif menurut Vayda

disimpulkan bahwa :

Masyarakat mengetahui adanya larangan untuk membuka lahan di hutan

TNBBS tetapi hanya berlaku untuk hutan yang belum dirambah dan bukan

lahan yang telah mereka kelola. Semenjak adanya larangan tersebut hingga

saat ini, masyarakat Umbulan Rowogiri tidak ada yang pernah membuka

lahan lagi di TNBBS.

Masyarakat memanfaatkan lahan untuk berkebun kopi, lada, kakao, dan

sayuran. Hasil perkebunan mereka jual untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Pemanfaatan lahan selain untuk kebutuhan hidup juga untuk merawat dan

melestarikan hutan dengan menanam pohon seperti pete, asem, durian dll

Page 114: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

95

untuk bayangan atau mengurangi paparan langsung sinar matahari terhadap

tanaman kopi.

Dalam berburu masyarakat hanya memburu binatang yang tidak dilindungi

oleh Negara seperti burung kruok, tupai, luwak dan burung kacer. Hasil

buruan dikonsumsi pribadi dan beberapa yang dijual seperti burung kacer dan

luwak.

Selain mengelola lahan masyarakat umbulan juga memanfaatkan danau yang

ada dikawasan TNBBS. Pemanfaatan danau dengan cara mengambil hasil

danau seperti ikan dan belut. Cara pengambilan ikan yang dilakukan oleh

masyarakat tidak merusak danau, mereka menggunakan cara tradisional

seperti memancing, menggunakan jaring, bubu, dan tajur. Tidak hanya

mengambil isi danaunya saja tetapi mereka juga membudidayakan ikan yang

ada di danau. Dari pemaparan aktivitas tersebut dapat dikatakan bahwa

masyarakat di sana tidak merusak hutan seperti yang di tuduhkan oleh

pemerintah.

4. Penyebab Terjadinya Aktivitas Ngumbul

Penyebab terjadinya aktivitas masyarakat Umbulan Rowogiri dengan hutan di

TNBBS disebabkan karena empat faktor:

a. Adanya faktor keturunan dari orang tua yang telah membuka lahan

perkebunan sejak anak-anak mereka kecil, dan setelah dewasa diwariskan

pada anak-anak mereka.

b. Adanya ajakan dari saudara atau kerabat yang telah memiliki lahan

perkebunan terlebih dahulu di hutan TNBBS.

Page 115: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

96

c. Harga tanah yang murah di hutan TNBBS.

d. Kondisi tanah yang subur di hutan TNBBS.

5. Akibat-akibat Aktivitas Ngumbul

Dengan adanya aktivitas ngumbul masyarakat Umbulan Rowogiri di TNBBS

ada dampak positif dan dampak negatif bagi manusia dan lingkungan itu

sendiri.

Dampak Positif dari adanya aktivitas ngumbul di TNBBS antara lain ialah:

a. Menjadikan danau lestari dan menjadi objek wisata pemancingan.

b. Mengurangi pengangguran saat musim panen kopi.

c. Membuat masyarakat menjadi kompak dalam berbagai aktivitas.

d. Meningkatkan perekonomian.

Dampak Negatif dari adanya kegiatan ngumbul di TNBBS antara lain ialah :

1. Adanya ketidaksesuaian antara kepentingan pemerintah dengan

kepentingan masyarakat.

2. Daerah Umbulan Rowogiri dengan adanya pembukaan lahan membuat

daerah yang dilindungi oleh negara berkurang.

3. Sistem Kolaborasi merugikan masyarakat.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan saran

antara lain :

1. Pemerintah memberikan sosialisasi pada masyarakat tentang betapa

pentingnya fungsi TNBBS bagi kehidupan saat ini maupun yang akan datang.

Page 116: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

97

2. Pemerintah harus memiliki rencana jangka panjang membuat hutan repong

dan mensosialisasikan pada masyarakat tentang tanaman-tanaman hutan yang

memiliki nilai ekonomis tinggi.

3. Pemerintah melakukan pemberdayaan masyarakat yang ada di kawasan

TNBBS untuk menanam tanaman hutan yang memiliki nilai ekonomis tinggi

seperti durian, damar, dan sebagainya.

4. Pembukaan hutan menjadi kebun tidak diperbolehkan lagi dan mulai

mengubah taman kopi menjadi tanaman hutan bernilai ekonomis.

Page 117: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

98

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdulsyani. (1999). Identifikasi dan Inventarisasi Benda-benda Hasil Karya

Budaya Masyarakat Lampung. Bandar Lampung: Tidak diterbitkan.

Anggraini, Retno, Widarjanto, Jeni Delam dan Eti Diana. 2008. Permasalahan

dan Alternatif Solusi Penyelenggaraan Transmigrasi. Jakarta: Bangkit Daya

Insana.

[BTNBBS] Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 2006a. Database

Pengembangan Daerah Penyangga. Tanggamus : Balai Besar TNBBS.

Hartanta Agung Tri & Sujatmika Eko. 2012. Kamus Sosiologi. Surakarta.

Irawan Djamal Zuer’aini. 2002. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi

Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.

Iskandar, Johan. 2001. Manusia Budaya dan Lingkungan. Bandung: Humaniora

Utama Peress Bandung.

Kusworo, Ahmad. 2000. Perambah Hutan atau kambing Hitam. Bogor: Pustaka

Latin.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya

Museum Transmigrasi Lampung.

Ritohardoyo, Su. 2013. Ekologi Manusia. Yogyakarta: Ombak Dua.

Soemarwoto, Otto. 1983. Ekologi Lingkungan Hidupdan Pembangunan. Jakarta:

Djambatan.

Susilo, Rachmad K. Dwi. 2012. Sosiologi Lingkungan. Jakarta: Rajawali Pers.

Page 118: NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI …digilib.unila.ac.id/57873/12/Skripsi Tanpa Pembahasan... · 2019-07-24 · NGUMBUL : KAJIAN EKOLOGI MANUSIA DAN HUTAN DI UMBULAN ROWOGIRI

99

Jurnal

Mulyana, Agus, Miora Moeliono, Pam Minnigh, Yayan Indriatmoko, Godwin

Limberg, Nugroho Adi Utomo, Ramses Iwan, Saparudin, dan Hamzah.

2010. “ Kebijakan Pengelolaan Zona Khusus”. Brief Cifor. Ford

Foundation.

Website

http://tfcasumatera.org/bukit-barisan-selatan/diakses pada tanggal 03 Januari 2017

pukul 19.25 WIB.

https://programs.wcs.org/btnbbs/ diakses pada tanggal 28 Januari 2019 pukul

13.04 WIB.

Http://Tirto.id/jejak-para-transmigran-jawa-di-lampung-cidw, diakses pada

tanggal 02 Februari 2017 pada pukul 22:00 wib.

http://Antara.com/berita/769493/jejak-bung-karno-dan-nasib-transmigran-pejuang

diakses pada tanggal 08 Januari 2018 pada pukul 10.30 WIB.

Peraturan Perundang-undangan

Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Luas Kawasan

Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Berdasarkan SK Menteri

Kehutanan, 2015.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut-II/2006 Tentang Pedoman

Zonasi Taman Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tetang Kehutanan

Surat Pernyataan Menteri Pertanian Nomor 736/Mentan/X/1982 tentang Kawasan

Suaka Alam.

Peraturan Menteri Khutanan Nomor P.19/Menhut-II/2004 Tentang Kolaborasi

Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

Undang-undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

Undang-undang No. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan

Perusak Hutan.