nilai-nilai pendidikan islam dalam tradisi …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/377/1/yusuf...
TRANSCRIPT
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI PUNGGAHAN DAN KUPATAN PADA MASYARAKAT DUKUH KRANGKENG SARI
DESA GROGOLAN KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh:
YUSUF FAIZAL
NIM: 11110120
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2014
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Fax. 323433 Salatiga 50721
Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
Drs.Juz’an, M.Hum.
DOSEN STAIN SALATIGA PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 5 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi
Saudara
Kepada Yth.Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikumWr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Yusuf Faizal NIM : 111 10 120 Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Punggahan dan
Kupatan Pada masyarakat Dukuh Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Salatiga, 26 Desember 2014
Pembimbing
Drs.Juz’an, M.Hum. NIP. 19611024 198903 1 002
SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI PUNGGAHAN
DAN KUPATAN PADA MASYARAKAT DUKUH KRANGKENG SARI
DESA GROGOLAN KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN
BOYOLALI TAHUN 2014
DISUSUN OLEH
Yusuf Faizal
111 10 120
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 24 Februari 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1
Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Ilyya Muhsin, S. Hl., M.Si ..............................
Sekretaris Penguji : Drs. Juz’an, M.Hum ..............................
Penguji I : Dr. Muh. Saerozi, M.Ag ..............................
Penguji II : Mufiq, M. Phil ..............................
Salatiga, 24 Februari 2015
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd
NIP. 19670112 199203 1 005
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Fax. 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
DEKLARASI
حيم حمن الر الر بسم هللا
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan maka peneliti sanggup
mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang
munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dimaklumi.
Salatiga, 26 Desember 2014
Penulis
Yusuf faizal
111 10 120
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta
mengerjakan amal yang saleh, semoga dia
termasuk orang-orang yang beruntung (al-Qashash:
67).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk : 1. Ibu dan bapakku yang selama ini telah mencurahkan kasih sayang
kepadaku, dan memberikan dukungan, sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kakakku , mbak arifah umma dan mas mujib yang selalu memberi motifasi untuk selalu optimis dalam menjalani hidup
3. Adikku iin rahmawati hasyim, fajar hidayat dan korib afnan abdillah, semoga kalian menjadi anak yang sholeh dan sholehah, selalu berbakti kepada kedua orang tua dan meraih cita-cita yang kalian impikan
4. Keponakanku fitri kusuma dewi, smoga kamu kelak menjadi anak yang sholehah dan menjadi kebanggaan bagi kedua orang tuamu
5. Kakekku tercinta eyang ngadini, semoga sehat selalu dan panjang umur 6. Bapak joko sutopo selaku orang tua saya di stain salatiga yang selalu
memberi motivasi agar selalu bersungguh-sungguh dalam menimba ilmu 7. Bapak jus’an yang selalu sabar dalam membimbing dan menasehati saya
dalam membuat skripsi ini.
8. Tri wahyuni wulan ndari yang pernah singgah dalam hati, semoga dirimu slalu bahagia dan dapat membahagiakan ibundamu
9. Bang toro, mas heri, bang lilik, bang nugh, ihsan, samsul, ndaru, serta semua teman-temanku semua di dusun jampiroso yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas apa yang telah kalian berikan kepada saya sewaktu KKN .
10. Anisa alfi nurjannah, muhammad agus wachid, adam bahrudin syah, daryanto, alfin darodjat, wildan, serta semua kawan-kawanku semua mahasiswa-mahasiswi stain salatiga, yang tak dapat kusebutkan satu persatu, terima kasih karna kalian telah membuatku mengerti arti persahabatan
.
KATA PENGANTAR
بسم هللا الر حمن الر حيم
Alhamdulillahirobbil’alamin, syukur kepada Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan nikmatnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Dalam Tradisi Punggahan dan Kupatan Pada Masyarakat Dukuh
Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali
Tahun 2014”
Sholawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Rosulullah
SAW. yang telah kita tunggu-tunggu syafaatnya pada hari kiamat nanti.
Penyusunan skripsi ini dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Pendidikan Agama Islam pada program studi
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga.
Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan pihak-
pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk
mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi M. Pd. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Bapak Ketua Jurusan Tarbiyah yang telah memberi fasilitas dan kemudahan
dalam tahap-tahap pengajuan permohonan penelitian, sehingga penelitian dapat
penulis lakukan.
3. Bapak Rasimin selaku Kepala Program Study PAI yang telah membantu
memudahkan dalam semua pengurusan yang bersifak akademik maupun non
akademik, sehingga penelitian ini dapat selesai.
4. Ibu Asdiqoh selaku mantan Kepala Program Study PAI yang telah
membimbing dan memberi persetujuan penulis untuk melakukan penelitian ini.
5. Bapak Drs Juz’an M.Hum selaku pembimbing yang telah membimbing dan
mengarahkan dalam penyusunan karya tulis ini dengan penuh ketelitian,
kesababaran dan kesungguhan.
6. Segenap pengajar dan staf karyawan Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga yang
memberi ilmu dan membantu melancarkan dalam penyelesaian karya tulis ini.
7. Bapak Sunarto selaku kepala Desa Grogolan yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di Dukuh Krangkeng Sari yang beliau pimpin dan telah
menyediakan segala sesuatu yang penulis butuhkan guna menyelesaikan karya
tulis ini.
8. Ibu, Bapak, kakak-kakak tersayang yang telah memberikan semangat dan
menyadiakan sarana dan prasarana dalam proses penulisan karya tulis ini,
membimbing dan mendorong serta tak henti-hentinya berharap yang terbaik
untuk saya dalam menuntut ilmu dalam setiap do’anya.
9. Teman-teman yang telah memberikan semangat dan bantuannya dalam
menyusun skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Demikian ucapan terma kasih penulis untuk semuan pihak-pihak tersebut
di atas yang telah ikut berperan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini dan
semoga selesainya penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas kebaikan semua pihak-pihak yang
telah memberi bantuannya dan memberikan pahala untuk mereka. Amin.
Salatiga, 26 Desember 2014
Penulis
Yusuf faizal
ABSTRAK
Yusuf Faizal (NIM : 11110120). Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Punggahan dan Kupatan pada Masyarakat Dukuh Krangkeng Sari Desa Grorolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 2014
Penelitian ini membahas nilai-nilai pendidikan islam dalam tradisi punggahan dan kupatan pada masyarakat Dusun Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali. Fokus penelitian yang dikaji adalah: 1. Bagaimana konsep punggahan di Dusun Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali 2. Bagaimana konsep kupatan di Dusun Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali 3. Adakah nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi punggahan di Dusun Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali 4. Adakah nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi kupatan di Dusun Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali.
Penelitian ini adalah penelitian Kualitatif. Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyusunan satuan, kategorisasi, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan triangulasi.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa tradisi punggahan dan kupatan di Dusun Krangkeng Sari merupakan salah satu bentuk budaya leluhur yang sampai sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Krangkeng Sari, pada hakikatnya pelaksanaan tradisi ini adalah semata-mata melestarikan budaya leluhur karena dalam pelaksanaan tradisi punggahan dan kupatan berdampak positif bagi kehidupan masyarakat. Nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi punggahan dan kupatan adalah keyakinan bahwa Allah SWT adalah tempat satu-satunya meminta pertolongan, Allah adalah Dzat yang Maha Pengampun, menambah amal kebaikan melalui shadaqah, dan terciptanya ukuwah islamiyah dalam masyarakat
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING........................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................. iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................... v
KATA PENGANTAR................................................................................ vii
ABSTRAK .................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................... 7
E. Definisi Operasional ..................................................... 8
F. Metode Penelitian... ...................................................... 9
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian.......................... 9
2. Kehadiran Peneliti................................................. 10
3. Lokasi Penelitian.................................................... 10
4. Sumber Data........................................................... 11
5. Prosedur Pengumpulan Data................................ 11
6. Analisis Data........................................................... 13
7. Pengecekan Keabsahan Data................................ 14
8. Tahap-tahap Penelitian......................................... 16
G. Sistematika Penulisan Skripsi...................................... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai-nilai Pendidikan Islam
1. Pengertian Nilai ..................................................... 19
2. Ciri-ciri Nilai ......................................................... 19
3. Macam-macam Nilai............................................. 20
4. Pengertian Pendidikan Islam................................ 23
5. Landasan Pendidikan Islam.................................. 25
6. Tujuan Pendidikan Islam...................................... 30
7. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam......................... 32
8. Tanggung Jawab Pendidikan Islam..................... 33
B. Tradisi Punggahan dan Kupatan
1. Agama di Jawa....................................................... 43
2. Proses Islamisasi di Jawa...................................... 45
3. Tradisi Punggahan................................................ 49
4. Tradisi Kupatan..................................................... 52
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data ................................................................ 57
1. Letak Geografis ..................................................... 57
2. Keadaan Penduduk................................................ 58
3. Keadaan Pendidikan.............................................. 58
4. Keadaan Sosial Ekonomi....................................... 59
5. Keadaan Sosial dan Agama................................... 60
B. Temuan Penelitian........................................................ 61
1. Pemahaman Tradisi Punggahan di Dukuh
Krangkeng Sari Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali............................................... 62
2. Pemahaman Tradisi Kupatan di Dukuh
Krangkeng Sari Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali................................................ 72
BAB IV PEMBAHASAN
A. Tradisi Punggahan di Dukuh Krangkeng Sari
Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali........................................................................... 75
B. Tradisi Kupatan di Dukuh Krangkeng Sari
Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali........................................................................... 76
C. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi
Punggahan di Dukuh Krangkeng Sari
Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali........................................................................... 78
1. Nilai Aqidah............................................................ 78
2. Nilai Amaliah.......................................................... 78
3. Nilai Ibadah............................................................ 78
4. Nilai Kearifan lokal................................................ 79
5. Nilai Ukuwah Islamiyah........................................ 80
D. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi
Kupatan di Dukuh Krangkeng Sari
Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali........................................................................... 80
1. Nilai Akidah............................................................ 80
2. Nilai Ibadah............................................................ 81
3. Nilai Amaliah.......................................................... 81
4. Nilai Kearifan lokal................................................ 82
5. Nilai Ukuwah Islamiyah........................................ 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................... 83
B. Saran .............................................................................. 86
DAFTAR TABEL
3.1 Data penduduk Desa Grogolan berdasarkan jenis kelamin
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Daftar Pertanyaan
2. Hasil Wawancara
3. Dokumentasi
4. Surat Keterangan Penelitian
5. Daftar Riwayat Hidup
6. Lembar Konsultasi
7. Daftar Nilai SKK
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam agama Islam kata pendidikan mempunyai banyak makna. Kata
“pendidikan” yang umum di gunakan sekarang ini dalam bahasa Arabnya
adalah al-tarbiyah, dengan kata kerja rabba. Kata “pengajaran” dalam bahasa
Araabnya adalah al-ta’lim dengan kata kerjanya ‘allama. Pendidikan dan
pengajaran dalam bahasa Arabnya adalah tarbiyah wa ta’lim dan pendidikan
Islam dalam bahasa arabnya adalah Tarbiyah islamiyah (Daradjat, 2011: 25).
Pengertian pendidikan Islam sendiri adalah segala usaha untuk
memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia
yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil)
sesuai dengan norma Islam (Achmadi, 2005:28). Pendidikan Islam
menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam keadaan aman maupun perang
dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan
kejahatanya, manis dan pahitnya (Saebani, 2009:14).
Pendidikan itu tidak hanya tanggung jawab seorang guru, namun juga
tanggung jawab semua lapisan masyarakat. Tanggung jawab pendidikan
dalam agama Islam dilakukan oleh orang tua di dalam keluarga, para guru
dalam lingkungan sekolah dan masyarakat (Daradjat, 2011: 35). Tanggung
jawab orang tua sendiri dalam mendidik putra-putrinya adalah sangat besar
dibandingkan lapisan masyarakat yang lainnya. Orang tua dituntut untuk
semaksimal mungkin dalam mendidik, mengarahkan, serta memberi contoh
yang baik bagi putra putrinya terutama dalam hal menanamkan nilai-nilai
pendidikan Islam.
Nilai-nilai pendidikan Islam yang ditanamkan orang tua tidak hanya
mengarahkan putra-putriya untuk melaksanakan semua syariat Islam,
contonya, menyuruh anak untuk mengerjakan shalat ketika telah masuk
waktu shalat, mengajak anak untuk puasa di Bulan Ramadhan dll, namun
juga bisa melalui tradisi-tradisi yang telah di tinggalkan para pendahulu.
Suatu pewarisan serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai yang diwariskan dari
suatu generasi kepada generasi berikutnya.
Begitu pula dengan masyarakat Jawa, masyarakat Jawa adalah
masyarakat yang terkenal dengan prinsip hidup mereka yang kuat, diantara
prinsip hidup masyakarakat Jawa yang kuat yakni dalam melestarikan tradisi-
tradisi yang ditinggalkan para leluhur pendahulu mereka.
Sebagian masyarakat Jawa dalam kehidupanya tidak bisa terlepas dari
ritual selamatan. Kebanyakan Antropolog yang mempelajari masyarakat Jawa
sependapat bahwa selamatan adalah jantungnya agama Jawa (Beatty,
2001:39). Selamatan adalah suatu upacara makan bersama makanan yang
telah diberi doa sebelum di bagikan (Koentjaraningrat, 2004:347). Secara
umum tujuan selamatan adalah untuk menciptakan keadaan sejahtera, aman
dan terbebas dari gangguan makhluk yang nyata maupun halus suatu keadaan
yang disebut slamet, kata slamet juga digunakan untuk orang yang meninggal
( dalam pengertian “diselamatkan” ), (Beatty, 2001:43). Upacar selamatan
dapat digolongkan kedalam empat macam sesuai dengan peristiwa atau
kejadian dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
1. Selamatan dalam lingkaran hidup seseorang, seperti hamil tujuh bulan,
kelahiran, upacara potong rambut pertama, upacara untuk menyentuh
tanah pertama kali, upacara menusuk telinga, sunat, kematian, serta saat-
saat setelah kematian.
2. Selamatan yang bertalian dengan bersih desa, penggarapan tanah
pertanian, dan setelah panen padi.
3. Selamatan yang berhubungan dengan hari-hari serta bulan-bulan besar
Islam.
4. Selamatan pada saat tidak tertentu, berkenaan dengan kejadian-kejadian.
Seperti membuat perjalanan jauh, menempati rumah kediaman baru,
menolak bahaya (ngruwat), janji kalau sembuh dari sakit (kaul), dan lain-
lain (Koentjaraningrat, 2004: 347).
Dalam pelaksanaannya ritual selamatan biasanya dipimpin oleh
seorang modin, yakni seseorang yang diberi amanat untuk menjadi pejabat
Islam di Desa, atau orang tertentu yang dianggap mampu untuk memimpin
acara selamatan yang ditunjuk oleh pihak yang membuat acara selamatan
tersebut.
Penyebaran agama Islam di Indonesia khususnya di pulau Jawa tidak
bisa terlepas dari peran sembilan wali, masyarakat Jawa menyebut
kesembilan wali ini dengan sebutan walisongo. Walisongo dikenal sebagai
penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 17, mereka tinggal di
wilayah penting pantai utara pulau Jawa yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di
Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa
Barat (Wasino, 2007:16). Sebelum Islam, religi Animisme-Dinamisme
merupakan akar budaya asli Indonesia terutama di Jawa, dikarenakan
pengaruh budaya Hindu-Budha dalam kurun waktu yang lama sehingga di
Jawa mengalami proses jawanisasi. Ketika Islam datang, proses masuknya
Islam sendiri berlangsung secara damai tanpa adanya kekerasan, sehingga
agama Islam dapat diterima oleh masyarakat Jawa yang sebelumnya
menganut agama Hindu dan Budha. Hal ini dikarenakan metode yang dipakai
oleh para wali dalam berdakwah menggunakan metode yang sangat lentur,
yakni dalam menggunakan unsur-unsur budaya lama (Hinduisme dan
Budhisme), kemudian secara berangsur-ansur kedua budaya tersebut telah
mengalami islamisasi (Wasino, 2007:40).
Tradisi punggahan dan kupatan merupakan salah satu bentuk warisan
budaya leluhur yang sampai sekarang masih tetap dilaksanakan dan
dilestarikan oleh masyarakat, termasuk masyarakat di Dukuh krangkeng sari,
Desa Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali. Pada
hakekatnya kedua tradisi tersebut merupakan kegiatan soial yang melibatkan
seluruh masyarakat dalam usaha bersama untuk mendapatkan keselamatan,
ketentraman bersama yang biasa dilakukan sebelum dan sesudah Bulan
Ramadhan, yakni pada Bulan Ruwah dan Bulan Sawal.
Namun demikian, perkembangan peradaban, pengetahuan serta
perekonomian yang terjadi saat ini telah banyak mengikis sedikit demi sedikit
tradisi bahkan kebudayaan yang dahulu berkembang dalam masyarakat.
Bahkan karena ketidaktahuan tentang budayanya menganggap bahwa tradisi
atau budaya tersebut sebagai bagian yang tidak perlu dilestarikan dengan
berbagai macam alasan. Demikian halnya dengan pelaksanaan tradisi
punggahan dan kupatan di Dukuh Krangkeng sari, Desa Grogolan,
kecamatan karanggede, Kabupaten Boyolali yang akhir-akhir ini
pelaksanaannya tidaklah mendapat banyak menyita perhatian warga, sehingga
dalam melaksanakanya terkesan biasa-biasa saja. Bahkan para pemuda sendiri
banyak yang tidak mengetahui makna peringatan tradisi punggahan dan
kupatan tersebut
Berkaitan dengan uraian tersebut diatas maka timbul suatu keinginan
dari peneliti untuk mengadakan penelitian guna mengetahui maksud, tujuan
dan nilai-nilai keislaman dari tradisi punggahan dan kupatan yang telah
mentradisi di kalangan masyarakat di Dukuh Krangkeng Sari yang beragama
Islam, oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul skripsi
tentang“NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI
PUNGGAHAN DAN KUPATAN (Studi kasus Masyarakatdi Dukuh
krangkeng sari, Desa.Grogolan, Kec. Karanggede, Kab. Boyolali.)
B. Rumusan Masalah
Penelitian dilakukan karena adanya suatu masalah yang membutuhkan
pembahasan atau penyelesaian masalah dalam sebuah penelitian pembahasan
atau penyelesaian masalah ini berarti fokus yang menjadi pusat pembahasan.
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti kemukakan maka dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep punggahan di Dusun Krangkeng Sari, Desa
Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali ?
2. Bagaimana konsep Kupatan di Dusun Krangkeng Sari, Desa Grogolan,
Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali ?
3. Adakah Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam tradisi Punggahan di Dusun
Krangkeng Sari, Desa Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten
Boyolali ?
4. Adakah Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam tradisi Kupatan di Dusun
Krangkeng Sari, Desa Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten
Boyolali ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ilmiah yang dilaksanakan
dalam rangka penulisan skripsi ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui konsep punggahan di Dukuh Krangkeng Sari, Desa
Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali.
2. Untuk mengetahui konsep kupatan di Dukuh Krangkeng Sari, Desa
Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali.
3. Untuk mengetahui adakah Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam tradisi
Punggahan di Dukuh Krangkeng Sari, Desa Grogolan, Kecamatan
Karanggede, Kabupaten Boyolali
4. Untuk mengetahui adakah Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam tradisi
Kupatan di Dukuh Krangkeng Sari, Desa Grogolan, Kecamatan
Karanggede, Kabupaten Boyolali.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Dari Penelitian ini diharapkan sebagai penjelas dan memberikan
manfaat yang baik, bagi siapa saja yang memahami kegiatan punggahan dan
kupatan ini dan tentunya bagi peneliti sendiri dan masyarakat. Dari
penjelasan tersebut diharapkan bisa menjadi pengetahuan tentang kegiatan
punggahan dan kupatan untuk siapa saja yang mau melaksanakan serta dapat
memberi manfaat secara teoritis maupun secara praktisnya.
1. Manfaat Teoritis
Lembaga dalam hal ini STAIN Salatiga, apabila hasil penelitian ini
sesuai dengan manfaatnya dan merupakan sebagai salah satu sumbangan
terhadap perkembangan pengetahuan khususnya di bidang sosial
keagamaan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian dapat mengetahui manfaat yang terkandung dalam kegiatan
punggahan dan kupatan secara sosial kemasyarakatan ataupun secara
spiritual bagi warga masyarakat Dukuh krangkeng sari, Desa Grogolan,
Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya salah pengertian dalam menafsirkan kata-
kata istilah yang digunakan penulis, maka penulis mendifinisikan istilah-
istilah sebagai berikut :
1. Nilai Pendidikan Islam
Menurut Milton Rokeach James Bank yang dikutip oleh Thoha
(1996: 60) Nilai adalah suatu sistem kepercayaan yang berada dalam
ruang lingkup sisitem dalam seseorang bertindak atau menghindari suatu
tindakan, atau mengenai suatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan.
Sedangkan Pepper mendifinisikan nilai sebagai segala sesuatu tentang
yang baik atau yang buruk (Sulaiman, 1995:19)
Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada
pandangan menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai
norma Islam (Achmadi, 2005:28).
2. Tradisi Punggahan
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia “Tradisi” berarti segala
sesuatu seperti adat, kebiasaan, ajaran dan sebagainya yang turun
temurun dari nenek moyang.
Kata punggahan dalam bahasa Jawa berasal dari kata munggah,
yang berarti munggah ketempat yang tinggi.
(aktomisriadi.blogspot.com/2012/01/sosiologi islam.html, diakses pada
tanggal 6 september 2014 pukul 10:25 WIB). Punggahan
diselenggarakan pada akhir bulan Ruwah, yang berfungsi untuk
mengantarkan arwah munggah (naik kembali ke asalnya) pada esok hari
(Moertjipto, 1995: 23)
3. Tradisi Kupatan.
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia “Tradisi” berarti segala
sesuatu seperti adat, kebiasaan, ajaran dan sebagainya yang turun
temurun dari nenek moyang.
Dalam bahasa Jawa ketupat memiliki arti telu ( tiga ) dan empat.
Hal ini mengarah pada aturan agama / rukun Islam ketiga dan keempat,
yaitu puasa dan zakat yang dilakukan umat Islam dibulan ramadhan
(Boyolali.com/lebaran ketupat). Upacara selamatan kupat (kupat luwar)
yang diselenggarakan pada tanggal 1 Syawal yang berfungsi untuk
ngluwari dosa atau kesalahan (Moerjipto, 1995: 24).
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena menggunakan
prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif yang berupa
ucapan/tulisan dari orang- orang dan prilaku yang dapat diamati.
Menurut Moleong (2009: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya prilaku, motifasi, tindakan, dll.., secara
holistik, dan dengan cara deskriptif dengan bentuk kata- kata dan bahasa
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan deskriptif kualitatif.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data
dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di
lapangan, sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain
manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu berupa dokumen-
dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan
hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen pendukung. Oleh
karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak
ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga
keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau
sumber data lainnya disini mutlak dilakukan.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Krangkeng Sari, Desa
Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali pada Bulan Mei
–Nopember Tahun 2014.
4. Sumber Data.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data
kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk bilangan, seperti jenis kelamin,
agama atau warna (hasan, 2006:20). Data kualitatif yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah dokumen yang berisi nilai-nilai pendidikan islam,
tradisi punggahan dan tradisi kupatan. Oleh karena itu, data yang
diperlukan adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yaitu
data yang bersumber dari pihak kedua, baik berupa catatan, laporan, atau
lainnya. Dalam penelitian ini, data sekunder yang dimaksud adalah
dokumen dan observasi. Data primer yaitu data yang bersumber dari
pihak pertama, yakni hasil wawancara.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Keberhasilan suatu penelitian terutama penelitian kualitatif,
tergantung beberapa faktor. Paling tidak ditentukan oleh kejelasan tujuan
dan permasalahan penelitian, ketepatan pemilihan pendekatan/
metodologi, ketelitian dan kelengkapan data/ informasi itu sendiri. Dalam
penelitian ini dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data yakni
metode observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi.
a. Metode Observasi
Menurut Emzir (2011 :37), Observasi atau pengamatan dapat
didefinisikan sebagai perhatian yang terfokus pada kejadian, gejala
atau sesuatu. Dengan melakukan pengamatan terhadap gejala yang
akan diteliti kemudian dijadikan bahan untuk mengumpulkan data
awal, serta mengumpulkan data yang lebih mendalam. Metode
observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung terhadap
proses/ atau tahapan dalam pelaksanaan tradisi punggahan dan
kupatan di Dusun krangkeng sari, Kelurahan Grogolan, Kecamatan
Karanggede, Kabupaten Boyolali pada Bulan Mei dan Juli Tahun
2014.
b. Metode Wawancara
Wawancara identik dengan pengumpulan data dengan bertanya
langsung, lisan maupun tertulis kepada narasumber. Menurut Hasan
(Emzir, 2011:50) wawancara adalah interaksi bahasa yang
berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah
seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau
ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar disekitar
pendapat dan keyakinannya. Ciri utamanya adalah kontak langsung
dengan tatap muka antara penulis dengan sumber informasi. Metode
wawancara digunakan untuk menggali informasi tentang bentuk
tradisi punggahan dan kupatan di Dusun Krangkeng Sari, Kelurahan
Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data berdasarkan catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan buku-buku.
(Arikunto, 1993: 236). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan
data yang diperoleh penulis dalam hal ini adalah berupa dokumen
dan buku-buku serta kumpulan dari beberapa pengamatan langsung
di lokasi penelitian yakni berupa foto- foto pelaksanan tradisi
punggahan dan kupatan.
6. Analisis Data
Menurut Bogdan dan biklen Analisis data kualitatif adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data , mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensistensiskanya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
pentingyang dapat dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain ( Moleong, 2009:248).
Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai
setelah peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan
setelah menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu
dari hasil wawancara, observasi, dokumen pribadi maupun resmi,
gambar, foto dll. Tentu tidak semua data dapat dipindah dalam laporan
penelitian, melainkan dianalisis dengan menggunakan analisis tertentu.
Menurut Moleong (2009, 247-257) menjelaskan langkah-langkah analisis
data kualitatif sebagai berikut:
a. Reduksi data
Pada tahap ini, peneliti melakukan abstraksi yakni usaha
membuat rangkuman data dari data penelitian yang tersedia dari
berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan lapangan, dan
dokumen sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok penting dari fokus
penelitian.
b. Penyusunan satuan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan hal-hal pokok yang
ditemukan kemudian menggolongkanya kedalam pola, unit, tema atau
kategori, sehingga tema utama dapat diketahui dengan mudah
kemudian diberi makna sesuai materi penelitian.
c. Kategorisasi
Pada tahap ini dilakukan pengkategorian dari tema utama yang
telah ditemukan termasuk melakukan koding, dengan cara
mengelompokkan tema- tema utama berdasarkan keterkaitan antara
satu tema dengan tema yang lain.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dalam
menggunakan Kriteria kreadibilitas. Hal ini dimaksudkan untuk
membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpilkan sesuai dengan
kenyataan yang ada dalam latar belakang penelitian. Menurut Moleong
(2009 :327) mengatakan, pemeriksaan keabsahan data yaitu:
a. Perpanjangan keikutsertaan
Sebagaimana di jelaskan sebelumnya, peneliti dalam penelitian
kualitatif adalah instrumen itu sendiri, keikutsertaan peneliti sangat
menentuan dalam pengumpulan data. Perpanjangan keikutsertaan
peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data
yang dikumpulkan.
b. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri-ciri
dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan
atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada isu yang
di cari tersebut.
c. Triangulasi
Tringulasi adalah teknik pemeriksan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatun yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai data pembanding. Dengan kata lain, bahwa
dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuanya dengan jalan
membandingkan dengan berbagai sumber, metode atau teori. Untuk
itu peneliti dapat melakukannya dengan cara:
1) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan
2) Mengeceknya dengan berbagai sumber data
3) Memanfatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan dapat
dilakukan.
d. Pengecekan sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara menyampaikan hasil
sementara atau hasil akhir penelitian kepada rekan-rekan sejawat.
e. Kecukupan referensial
f. Kajian kasus negatif
Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan
mengumpulkan contoh kasus yang tidak sesuai dengan pola dan
informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan
pembanding.
g. Pengecekan anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses
pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat
kepercayaan. Dalam hal ini pengecekan yang dilakukan dengan
anggota yang terlibat dalam pengumpulan data meliputi data, Kategori
analitis, penafsiran dan kesimpulan.
8. Tahap-tahap penelitian
Tahap- tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut:
a. Tahap pra lapangan
1) Mengajukan judul penelitian
2) Menyusun proposal penelitian
b. Konsultasi penelitian kepada pembimbing
c. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:
1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian
2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus
penelitian
3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan
d. Tahap analisis data , meliputi kegiatan:
1) Penemuan hal- hal yang penting dari data penelitian
2) Pengecekan keabsahan data
e. Tahap penulisan laporan penelitian
1) Penulisan hasil penelitian
2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing
3) Perbaikan hasil konsultasi
4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian
5) Ujian munaqosah skripsi
G. Sitematika Penulisan Skripsi
Sistematika dalam penulisan dpakai sebagai aturan yang saling terkai dan
saling melengkapi, adapun sitematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, Terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,
Definisi oprasional, Metode Penelitian meliputi Metode
Pemilihan Subyek, Metode Pengumpulan Data, Metode
Analisa Data serta Sistematika Penulisan
BAB II : Kajian Pustaka
A. Tinjauan tentang Nilai Pendidikan Islam meliputi
Definisi Nilai dan Pendidikan Islam
B. Tinjauan tentang Tadisi Punggahan dan Kupatan
BAB III Hasil Penelitian, berisi ganbaran umum Desa Krangkeng
Sari, Keadaan Sosial Masyarakat, serta Tradisi Kupatan dan
Punggahan di Desa Krangkeng Sari
BAB IV Analisis Data. meliputi analisis tentang Nilai Pendidikan
Islam dalam Tradisi Punggahan dan Kupatan serta
Pembahasan
BAB V Penutup
Dalam hal ini akan disampaikan tentang kesimpulan dan
saran
Diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran- lampiran yang dapat
mendukung penelitian ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai-nilai Pendidikan Islam
1. Pengertian Nilai
Menurut Milton Rokeach James Bank Nilai adalah suatu sistem
kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sisitem dalam seseorang
bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu yang
pantas atau tidak pantas dikerjakan.(Thoha, 1996: 60)
Sedangkan Pepper mendifinisikan nilai sebagai segala sesuatu
tentang yang baik atau yang buruk (Sulaiman, 1995:19).
Jadi pengertian nilai adalah suatu keyakinan yang menjadikan
seseorang melakukan atau menghindari sesuatu yang baik dan yang
buruk.
2. Ciri-Ciri Nilai
Ciri-ciri nilai menurut Bambang Daroeso (1986:20) adalah
sebagai berikut:
1) Nilai itu suatu realitas abstrak dan dalam kehidpan manusia. Nilai
yang bersifat abstrak tidak dapat di indra, yang bisa diamati
hanyalah objeknya. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran.
Kejujuran adalah nilai, tetapimkita tidak bisa mengindra kejujuran
itu.
2) Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan
dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal ( das
sollen).
3) Nilai berfungsi sebagai daya dorong / motivator dan manusia
adakah pendudukung nilai. Manusia dalam tindakan dan tingkah
laku peruatanya digerakkan oleh nilai yang diyakininya. Misalnya,
nilai ketaqwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang
terdorong untuk bisa mencapai derajat ketaqwaan.
3. Macam-Macam Nilai
Nilai dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya:
1) Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Abraham
Maslaw dapat dikelompokkan menjadi:
a. Nilai biologis
b. Nilai keamanan
c. Nilai cinta kasih
d. Nilai harga diri
e. Nilai jati diri
Kelima nilai tersebut berkembang sesuai kebutuhan yakni akan
tuntutan fisik biologis, keamanan, cinta kasih, harga diri dan yang
terahkir kebutuhan jati diri (Thoha, 1996: 63)
2) Dilihat dari kemampuan jiwa manusia untuk menangkap dan
mengembangkan nilai menurut Noeng Muhadjir dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Nilai yang statik, misalnya kognisi, emosi, psikomotor.
b. Nilai yang bersifat dinamis, seperti motifasi berprestasi,
motivasi berafiliasi, motifasi berkuasa.Thoha (1996 :63)
3) Dilihat dari sumbernya
Menurut Muhaimin (1993: 111), sumber nilai yang berlaku dalam
kehidupan manusia di golongkan menjadi dua macam yaitu:
a. Nilai ilahi
Nilai yang dititahkan tuhan melalui para rasul-Nya, yang
berbentuk taqwa, iman, adil yang diabadikan dalam wahyu
ilahi. Religi ( agama ) merupakan sumber yang pertama dan
utama bagi para penganutnya, dari agama inilah manusia
menyebarkan nilai-nilai untuk diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Nilai insani
Nilai insani yaitu nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia,
serta hidup dan berkembang dalam kehidupan manusia. Nilai
insani ini bersifat dinamis, sedangkan keberlakuan dan
kebenaranya bersifat relatif (nisbi) yang dibatasi oleh ruang
dan waktu .
4) Dilihat dari sifatnya
Menurut Thoha (1996: 64), dilihat dari sifatnya nilai dapat di
golongkan menjadi tiga, yaitu:
a. Nilai-nilai subjektif
Nilai yang merupakan reaksi subjek terhadap objek, sehingga
nilai ini sangat tergantung kepada pengalaman subjek tersebut.
b. Nilai-nilai objektif rasional (logis)
Nilai-nilai yang merupakan esensi dari objek secara logis yang
dapat diketahui oleh akal sehat. Seperti nilai kemerdekaan,
setiap orang memiliki hak untuk merdeka, kemudian nilai
kesehatan, nilai keselamatan badan dan jiwa, nilai perdamaian
dan sebagainya.
c. Nilai-nilai objektif metafisik
Nilai-nilai yang mampu menyusun kenyataan objektif,
misalnya nilai-nilai agama.
5) Dilihat dari wujudnya
Menurut Muhaimin (1993: 116), nilai yang dilihat berdasarkan
wujudnya dibagi menjadi dua yaitu:
a. Nilai formal
Nilai formal yaitu nilai yang tidak ada wujudnya, tetapi
memiliki bentuk, lambang, serta simbol-simbol. Nilai ini
dibagi menjadi dua macam yaitu : 1. Nilai sendiri, seperti
sebutan “bapak lurah” untuk seseorang yang memangku
jabatan lurah. 2 .Nilai turunan, seprti sebutan “ibu lurah” bagi
seseorang yang menjadi istri pemangku jabatan lurah.
b. Nilai material
Nilai material yaitu nilai yang berwujud dalam kenyataan
pengalaman, rohani dan jasmani. Nilai ini dibagi menjadi dua
macam yaitu : 1. Nilai rohani, nilai rohani ini terdiri atas nilai
logika, nilai estetika, nilai etika, dan nilai religi. 2. Nilai
jasmani atau panca indra, nilai ini terdiri atas nilai hidup, nilai
nikmat dan nilai agama. (Muhaimin, 1993: 116)
4. Pengertian Pendidikam Islam
Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada
pandangan menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil)
sesuai norma Islam (Achmadi, 2005:28).
Manusia telah menjadi manusia seutuhnya ( insan kamil) apabila
dalam pribadinya telah menyakini dengan sepenuh hati tentang keesaan
Allah, menjalankan segala perintahnya, menjauhi segala larangannya
serta mampu berbuat baik terhadap sesama manusia serta alam sekitar.
Menurut Djumransah(2007: 19-20) pengertian pendidikan Islam
adalah:
a. Pendidikan Islam adalah usaha bimbingan ditujukan untuk
mencapai keseimbangan pertumbuhan jasmani dan rohani menurut
ajaran Islam.
b. Pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk mengarahkan dan
mengubah tingkah laku individu untuk mencapai pertumbuhan
kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam dalam proses
pendidika dalam proses latihan-latihan, akal pikiran (kecerdasan),
kejiwaan, keyakinan, kemauan, dan perasaan serta pancaindera
dalam seluruh aspek kehidupan manusia
c. Bimbingan secara sadar dan terus menerus yang sesuai dengan
kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh
dari luar), bak secara individual maupun kelompok sehingga
manusia mampu memahami, dan mengamalkan ajaran islam secara
utuh dan benar. Ajaran Islam secara utuh meliputi: aqidah
(keimanan), syariah (ibadah, muamalah), dan akhlak (budi pekerti).
Disamping itu untuk mempermudah dalam memahami
pendidikan Islam, maka akan lebih baik kita memahami makna Islam
itu sendiri, sebagai agama yang memberi warna pada sebuah peradaban
manusia, yang mana salah satu buah dari peradabannya adalah
pendidikan.
Kata ‘Islam’ yang bersumber dari Al-Qur’an memiliki banyak
pengertian, di antaranya:
1) “Silmi” artinya damai (perdamaian)
2) “Salaamun” artinya selamat (keselamatan)
3) “Taslim” artinya serah (penyerahan) diri kepada Allah
4) “Sullam” artinya tanggan/jenjang, yakni naik untuk mencapai
kemuliaan dunia akhirat (Muhyidin, 1981: 5)
Islam juga dapat diartikan sebagai undang-undang tuhan yang
menuntun orang-orang yang berakal dengan ikhtiar mereka yang terpuji
kearah perbaikan taraf hidup mereka di dunia dan di akhirat (Muhyidin,
1981: 7)
Dengan demikian, pengertian pendidikan Islam seagaimana
dirumuskan berdasarkan pengertian Islam di atas adalah suatu usaha
untuk mengarahkan dan mengubah tingkah laku individu untuk
mencapai pertumbuhan kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam,
sehingga akan bahagia baik di dunia dan juga di akhirat kelak.
5. Landasan Pendidikan Islam
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan untuk mencapai suatu
tujuan tentunya harus mempuyai landasan atau tempat berpijak yang
baik dan kuat. Demikian pula pendidikan Islam sebagai usaha untuk
membentuk manusia menjadi manusia seutuhnya (insan kamil),
haruslah mempunyai sebuah landasan yang digunakan dalam
melaksanakan setiap kegiatan.
Menurut Daradjat (2011: 19-24), landasan pendidikan Islam
adalah bersumber pada Al-Qur’an, As –sunnah dan Ijtihad.
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang
disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan
untuk seluruh aspek kehidupan melalui sebuah Ijtihad. Ajaran yang
terkandung dalam Al-Qur’an dibagi menjadi dua, yakni sesuatu
yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah,
dan yang berhubungan dengan amal yang disebut Syariah.Ajaran-
ajaran yang berhubungan dengan iman tidak tidak banyak
dibicarakan dalam Al-Qur’an, yang banyak dibicarakan dalam AL-
Qur’an adalah yang berkaitan dengan amal perbuatan. Hal ini
menunjukkan bahwa amal itulah yang banyak dilaksanakan, sebab
semua amal perbuatan manusia dalam hubunganya dengan Allah,
dengan dirinya sendiri, sesama manusia (masyarakat), dengan alam
dan lingkungannya, kesemuanya itu adalah termasuk dalam ruang
lingkup amal shaleh (syari’ah). Istilah-istilah yang biasa digunakan
dalam membicarakan ilmu syari’ah ini ialahsebagai berikut:
1) Ibadah
Yaitu istilah yang digunakan untuk perbuatan yang
berhubungan dengan Allah.
2) Mu’amalah
Yaitu istilah yang digunakan untuk perbuatan yang
berhubungan selain dengan Allah.
3) Akhlak
Yaitu istilah yang digunakan untuk perbuatan yang
menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan.
Pendidikan Islam harus menggunakan Al-Qur’an sebagai
sumber utama dalam merumuskan sebuah teori tentang pendidikan
islam, artinya pendidikan islam harus berlandaskan ayat-ayat Al-
Qur’an yang penafsiranya dapat dilakukan berdasarkan Ijtihad yang
disesuaikan dengan kondisi yang ada
b. As-Sunah
As-Sunah adalah segala perkataan, perbuatan ataupun
pengakuan dari Rasulullah SAW. Yang dimaksud pengakuan
adalah perbuatan atau kejadian aorang lain yang diketahui
Rasulullah dan beliau membiarkan perbuatan atau kejadian tersebut
berlangsung. Sunah merupakan sumber hukum kedua sesudah Al-
Qur’an. Seperti Al-Qur’an, sunah juga berisi akidah dan syari’ah.
Sunah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup
manusia dalam segala aspek, untuk membina umat menjadi
manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. (Daradjat, 2011:
20).
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW dalam pendidikan islam dapat diketahui melalui beberapa
hal, diantaranya:
1) Nabi Muhammad menggunakan rumah Arkam bin Abi Arqam
sebagai pusat kegiatan pendidikan dimana Nabi mengajarkan
kaidah-kaidah Islam dan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an.
2) Nabi telah menugaskan orang –orang tawanan dari kaum
Quraish Makkah dalam peperangan badar yang tahu tentang
baca tulis agar mengajarkan anak-anak muslim membaca dan
menulis sebagai tebusan dari kebebesan mereka dari tawanan.
3) Nabi mengutus para sahabat untuk pergi ke daerah-daerah
yang baru masuk Islam, dalam rangka menyampaikan dakwah
Islamiyah (Djumransjah, 2007:55)
Oleh karena itu Sunah merupakan landasan kedua untuk
melakukan pembinaan pribadi seorang muslim, Sunah tidak
menutup kemungkinan penafsirannya selalu berkembang, untuk itu
mengapa Ijtihad sangatlah perlu dilakukan untuk memahami Sunah
termasuk diantaranya Sunah yang berkaitan dengan pendidikan.
c. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari’at
Islam, untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syariat
Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya
dalam Al-Qur’an dan Sunah. Ijtihad ini dapat meliputi seluruh
aspek kehidupan termasuk diantaranya aspek pendidikan, namun
tentunya Ijtihad ini tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunah.
Ijtihad haruslah mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para
mujtahid, serta tidak boleh bertentangan dengan isi Al-Qur’an dan
Sunah tersebut. Karena itu Ijtihad dipandang sebagai salah satu
sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa
setelah Rasulullah wafat. Sasaran Ijtihad adalah segala sesuatu
yang diperlukan dalam kehidupan. Ijtihad dalam pendidikan dalam
pendidikan sejalan dengan perkembangan zaman, yakni mencakup
pada bidang materi atau isi dan sistemnya (Daradjat, 2011: 21) .
Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-
Qur’an dan Sunah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli
pendidikan islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang
berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup pada suatu tempat
pada kondisi dan situasi tertentu. Teori- teori pendidikan baru hasil
Ijtihad, harus dikaitkan dengan ajaran islam dan kebutuhan hidup.
6. Ciri-ciri Substansi Pendidikan Islam
a. Pendidikan keimanan
Sesungguhnya esensi pendidikan Islam adalah pendidikan
ketuhanan, yakni terbentuknya ikatan yang kuat antara seorang
hamba dengan Allah SWT penguasa yang kekal.
Di dalam al-Qur’an, kita dapat menemukan banyak ayat Al-
Qur’an yang mengajak kepada keimanan, sebagaimana firman
Allah SWT dalam suratAl-Baqarah ayat 1-5 :
Artinya : Alif laam miin. 2. Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. 3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. 4. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. 5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
b. Pendidikan amaliyah
Sesungguhnya pendidikan islam telah menegaskan tentang
aspek amaliyah, karena pengaruhnya yang sangat penting dalam
kehidupan di dunia , serta membawa manfaat, kebaikan dan
kebahagiaan bagi individu dan masyarakat. Amal shaleh
merupakan pintu masuk kedalam substansi pendidikan Islam, di
samping merupakan buah utama dari ilmu yang benar, akhlak yang
benar dan pendidikan sosial kemasyarakatan yang dapat
dipertanggungjawabkan
c. Pendidikan ilmiah
Sesungguhnya diantara substansi paling penting dalam
pendidikan Islam adalah berbagai macam ilmu pengetahuan,
dimulai dari membaca dan menulis, sebagaimana firman Allah
SWT : al- alaq 1-5 :
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
d. Pendidikan akhlaq
Akhlaq adalah buahnya Islam yang diperuntuhkan bagi
seorang individu dan umat manusia, akhlaq menjadikan kehidupan
ini menjadi manis dan elok. Tanpa akhlaq, yang merupakan kaidah-
kaidah kejiwaan dan sosial bagi individu dan masyarakat, maka
kehidupan manusia tidak berbeda dengan kehidupan hewan.
e. Pendidikan sosial kemasyarakatan
Allah SWT sebagai Dzat pencipta dan sembahan manusia,
dan Islam sebagai rahmat lil ‘alamin tidak datang hanya utuk satu
individu atau masyarakat tertentu, tetapai untuk seluruh umat
manusia di setiap masa dan tempat. Islam senantiasa memusatkan
perhatiannya pada pengembangan tradisi sosial yang benar bagi
individu, menanamkannya perasaan dan kesadaran sebagai
keluarga dan anggota masyarakat , individu dari masyarakat dunia
yang luas . (Hafidz, 2009: 68-124)
7. Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan islam diharapkan mampu menghasilkan manusia
yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat, senang dan gemar
mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan
dengan Allah dan sesama manusia, serta dapat mengambil manfaat dari
apa yang Allah sediakan di alam semesta ini untuk kepentingan hidup
di dunia dan di akhirat nanti (Daradjat, 2011: 29).
Menurut Al Ghazali tujuan pendidikan Islam adalah
kesempurnaan manusia yang berujung taqarrub kepada allah dan
kesempurnaan yang berujung kebahagiaan dunia dan kesentosaan
akhirat (Supriyanto, 2001: 40).
Menurut Thoha (1996: 100), Pendidikan Islam juga bertujuan
untuk mengembangkan potensi-potensi, baik jasmani maupun rahani,
emosional maupun intelektual serta keterampilan agar manusia mampu
mengatasi problema hidup secara mandiri serta sadar bahwa manusia
dapat hidup secara bebas. Sehingga nantinya dapat bertanggung jawab
terhadap dirisendiri dan masyarakat serta dapat
mempertanggungjawabkan amal perbuatanya di hadapan Allah SWT.
Begitu halnya menurur Al-Syaibani, yakni salah satu tokoh
pendidikan Islam, bahwa tujuan pendidikan Islam berkaitan dengan
beberapa hal, yaitu:
a. Tujuan yang berkaitan dengan individu, yakni mencakup
perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan
rohani, dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk
hidup di dunia dandi akhirat.
b. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, yakni mencakup
tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat,
perubahan kehidupan dalam masyarakat, memperkaya pengalaman
masyarakat.
c. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan
pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai
kegiatan masyarakat (Tafsir, 1994:49).
Jadi, pendidikan Islam bertujuan untuk mencetak insan yang
berakhlah mulia dan berguna bagi sesama dengan mengoptimalkan
potensi yang dimiliki yang telah di karuniakan Allah kepadanya, agar ia
selalu bahagia baik didunia maupun di akhirat kelak
8. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam
Menurut Roqib (2009 : 32), bahwa sesungguhnya tujuan
pendidikan Islam tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip pendidikan
yang bersumber dari nilai-ailai Al-Qur’an dan As-Sunah. Dalam hal ini
ada lima prinsip pendidikan dalam Al-Qur’an, yaitu :
a. Prinsip integrasi (tauhid)
Prinsip ini memandang adanya wujud kesatuan dunia dan
akhirat oleh karena itu, pendidikan akan meletakkan porsi yang
seimbang untuk mencapai kebahagiaan di dunia sekaligus di
akhirat.
b. Prinsip keseimbangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip integrasi.
Keseimbangan yang proposional antara muatan rohaniah dan
jasmaniah, antara ilmu murni dan ilmu terapan, antara teoritik dan
praktik dan antara nilai yang menyangkut aqidah, syari`at dan
akhlak.
c. Prinsip persamaan dan pembebasan
Prinsip ini dikembangkan dari nilai tauhid bahwa tuhan
adalah Esa. Oleh karena itu setiap individu dan bahkan semua
mahluk hidup diciptakan oleh pencipta yang sama (Allah SWT).
Pendidikan Islam adalah satu upaya ntuk membebaskan manusia
dari belenggu nafsu dunia menuju pada nilai tauhid yang bersih dan
mulia.
d. Prinsip kontinuitas dan berkelanjutan (istiqamah)
Prinsip ini dikenal konsep pendidikan seumur hidup (life
long education) sebab di dalam Islam, belajar adalah satu
kewajiban yang tidak pernah dan tidak boleh berakhir. Seruan
membaca yang ada dalam Al-Qur’an merupakan perintah yang
tidak mengenal batas waktu. Dengan menuntut ilmu secara kontinu
dan terus menerus, diharapkan akan muncul kesadaran pada diri
manusia akan diri dan lingkungannya serta yang paling penting
adalah kesadaran akan tuhannya yakni Allah SWT.
e. Prinsip kemaslahatan dan keutamaan
Jika ruh tauhid telah berkembang dalam sistem moral dan
akhlak seseorang dengan kebersihan hati dan kepercayaan yang
jauh dari kotoran maka ia akan memiliki daya juang untuk
membela hal-hal yang maslahat atau berguna bagi kehidupan.
Dengan demikian, berkaitan dengan prinsip pendidikan Islam
yang telah dijabarkan diatas, haruslah diaplikasikan dalam kehidupan
orang-orang muslim, terutama dalam dunia pendidikan, baik pendidikan
dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat .
B. Tradisi Punggahan dan Kupatan
1. Agama di Jawa
Para pengamat dan peneliti telah membuktikan bahwa orang
jawa memiliki kepercayaan yang beragam. Menurut catatan Van Hien
ketika Islam masuk di pulau jawa, kepercayaan yang dianut
masyarakat Jawa terbagi dalam beberapa sekte, seperti sekte Hindu,
Brahmana dan Budha. Perbedaan sekte tersebut memang berasal dari
perbedaan yang ada di negeri asal mereka yaitu India, dan kedatangan
Islam tidak merubah keseluruhan keyakinan mereka walaupu secara
formal mereka telah berpindah ke agama Islam ( Khalil, 2008: 47).
Secara sosial-ekonomi masyarakat Jawa dibedakan dalam dua
golongan: 1) wong cilik (orang kecil) yaitu sebagian besar petani dan
mereka yang berpendapatan rendah dan, 2) kaum priyayi yaitu
golongan pegawai dan orang orang yang dianggap berpendidikan
(kaum intelektual). Sementara itu atas dasar sosial-keagamaan
masyarakat Jawa dikelompokkan ke dalam dua kelompok yang
keduanya secara formal Islam, yaitu golongan santri dan abangan.
Santri adalah orang yang memahami dirinya sebagai orang Islam
yang berusaha memenuhi kualitas hidupnya sesuai ajaran Islam,
sedangkan abangan (kejawen) adalah orang yang dalam
kehidupannya lebih diwarnai oleh keyakinan dan tradisi pra-Islam.
Oleh karena itu, Menurut Profesor Veth, penganut Islam yang
merupakan golongan terbesar di pulau Jawa tidak seluruhnya
memeluk agama Islam secara murni. Veth mengklasifikasikan
penganut Islam dalam empat kelompok: 1) penganut Islam yang
masih memegang kepercayaan Brahmana dan Budha, 2) penganut
Islam yang memiliki kepercayaan magik dan dualisme, 3) penganut
Islam yang memiliki kepercayaan Animisme, dan 4) penganut Islam
yang memegang ajaran Islam secara murni. Menurut Veth ketiga
kelompok yang pertama diklasifikasikan kedalam penganut kejawen. (
Khalil, 2008: 48- 49).
2. Proses Islamisasi di Jawa
Pola Islamisasi di Jawa mempunyai karakteristik tersendiri,
Islam dihadapkan dengan kekuatan budaya yang berkembang sangat
kompleks, halus dan rumit yang merupakan penyerapan unsur-unsur
budaya Hinduisme-Budhisme yang masih dipertahankan oleh
masyarakat (khalil, 2008: 78).
Proses Islamisasi di pulau Jawa tidak bisa terlepas dari peran
sembilan wali, masyarakat Jawa menyebut kesembilan wali ini dengan
sebutan walisongo. Walisongo dikenal sebagai penyebar agama Islam
di tanah jawa pada abad ke 17, mereka tinggal diwilayah penting
pantai utara pulau Jawa yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa
Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa
Barat. Para walisongo Pengaruhnya amat besar dalam beragam bentuk
manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan,
bercocok tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan,
hingga kepemerintahan. Meskipun perbedaan pendapat mengenai
siapa saja yang termasuk sebagai walisongo, pada umumnya terdapat
sembilan nama yang dikenal sebagai walisongo, yaitu:
a. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
b. Sunan Ampel atau Raden Rahmat
c. Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
d. Sunan Drajat atau Raden Qasim
e. Sunan Kudus atau Jafar Shadik
f. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin
g. Sunan Kali Jaga atau Raden Said
h. Sunan Muria atau Raden Umar Said
i. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah (wasino, 2007: 16-
18).
Sebelum Islam datang, Animisme-Dinamisme merupakan akar
budaya asli Indonesia terutama di Jawa, dikarenakan pengaruh budaya
Hindu-Budha dalam kurun waktu yang lama sehingga di Jawa
mengalami proses Hindunisasi. Ketika Islam datang, proses masuknya
Islam sendiri berlangsung secara damai tanpa adanya kekerasan,
sehingga agama Islam dapat diterima oleh masyarakat Jawa yang
sebelumnya menganut agama Hindu dan Budha. Hal ini dikarenakan
metode yang dipakai oleh para walisongo dalam berdakwah
menggunakan metode yang sangat lentur, yakni dalam menggunakan
unsur-unsur budaya lama (Hinduisme dan Budhisme), kemudian
secara berangsur-ansur kedua budaya tersebut telah mengalami
Islamisasi. Diantara cara-cara yang digunakan para walisongo untuk
proses Islamisasi tradisi lama (Hindu-Budha), antara lain sebagai
berikut:
a. Menjaga, memelihara (keping) upacara-upacara, tradisi-tradisi
lama. Contoh: menerima upacara tingkeban, mitoni, mitung dino,
dan sebagainya
b. Menambah (addition) upacara-upacara, tradisi-tradisi lama
dengan tradisi baru. Misalnya, menambah perkawinan Jawa
dengan akad ningkah secara Islam.
c. Menginterpretasikan tradisi lama ke arah pengertian yang baru
(modification) terhadap budaya lama. Misalnya, wayang
disamping sebagai sarana hiburan namun juga sebagai sarana
pendidikan.
d. Menurunkan tingkatan status atau kondisi sesuatu (devaluation)
dari budaya lama. Misalnya, satus dewa dalam wayang
diturunkan derajatnya dan diganti dengan Allah.
e. Mengganti (exchange) sebagian unsur lama dalam suatu tradisi
dengan unsur baru. Misalnya, selamatan kenduren motivasinya
diganti
f. Mengganti secara keseluruhan (subtitution) tradisi lama dengan
tradisi baru. Misalnya, sembahyang di kuil di ganti dengan
sembahyang di masjid/ mushola.
g. Menciptakan tradisi, upacara baru (creation of new ritual) dengan
menggunakan unsur lama. Contohnya: penciptaan gamelan dan
upacara sekaten. (Wasino, 2007: 39-41).
Proses tranmisi Islam pada masyarakat Jawa, corak keislaman
yang berbeda yakni Islam Jawa. Islam Jawa merupakan hasil
persentuhan antara Islam dengan budaya lokal (jawa). Puncak dari
kejayaan Islam Jawa, ketika pada masa Sultan Agung (1613-1645)
berhasil merubah perhitungan tahun Saka yang berdasarkan pada
perjalanan matahari, menjadi tahun Jawa yang disesuaikan dengan
Tahun Hijriyah yang berdasarkan perjalanan Bulan. Nama-nama
Bulan dan Hari juga disesuaikan dengan perhitingan Bulan dan Hari
Hijriyah, sehingga menhhasilkan bulan suro, sapar, mulud, dan
seterusnya, serta menghasilkan hari senin wage, selasa kliwon, rabu
legi dan sebagainya (Wasino, 2007: 41-42).
Usaha lain terkait dengan Islamisasi agama dan budaya di
Jawa yang dilakukan oleh kalangan elit muslim Jawa adalah gerakan
pembaharuan dan pemurnian . gerakan yang berusaha mewarnai
budaya dan ajaran masyarakat Jawa dengan mengubah tradisi Jawa
menjadi tradisi Islam, misalnya tradisi semedi berubah menjadi shalat
wajib, tradisi sesaji berubah menjadi sedekah, dan tradisi ritual
seputara cara perkawinan berubah dengan cara mengadakan tradisi
walimatu al-‘urs. Selain pendekatan diatas, pendekatan lain yang tidak
kalah menariknya adalah pendekatan seni, baik seni wayang dengan
ragam jenisnya, seni kentrung, rebana, sinteren, dan jaranan yang
belum pernah ditemikan pada era-era sebelumnya. Melalui pendekatan
ini, para walipun berusaha membahasakan ritme seni itu senantiasa
memiliki relevansi bagi upaya menciptakan pola komunikasi dengan
tuhan dan sesama. Dengan demikian media seni merupakan media
untuk memahamkan dan menyadarkan masyarakat akan
ketergantungan kepada Allah SWT, dan ketergantungan yang saling
membutuhkan antar sesama. Pendekatan total ini yang dilakukan oleh
pelopor keagamaan, ketika emosi dan nalar keagamaan masyarakat
jawa telah larut jauh terhadap emosi dan nalar keagamaan para elit
muslim tersebut. Suatu perubahan yang sarat dengan pembacaan dan
perhitungan konteks serta situasi dan kondisi kulturalnya (Roibin,
2009:154).
3. Tradisi Punggahan
a. Pengertian Punggahan
Punggahan yaitu suatu tradisi yang diselenggarakan pada
akhir bulan ruwah, yang berfungsi untuk mengantarkan arwah
munggah (naik kembali ke asalnya) pada esok hari (Moertjipto,
1995: 23)
Punggahan secara etimologi berasal dari kata unggah
(bahasa Sunda), yang berarti “naik ke tempat yang tinggi atau
pindah dari satu tempat ke tempat yang lain”. Jadi, punggahan
dimaknai sebagai penyambutan bulan yang dihormati, yang mana
bulan tersebut merupakan wadah untuk meningkatkan kerohanian
dan berpindah dari sebelas bulan yang telah dijalani kepada bulan
Ramadhan sebagai ungkapan kegembiraan karena dapat kembali
bergabung dengan bulan yang amat dinantikan oleh umat Islam.
Kegiatan punggahan yang telah menjadi tradisi umat Islam di
negeri ini, adalah ungkapan kegembiraan dan kesyukuran atas
datangnya bulan yang penuh rahmat dan berkah, yang sama sekali
tidak pernah dilarang untuk bergembira menyambutnya selama
kegembiraan tersebut tidak bercampur aduk dengan kemaksiatan,
khurafat, dan berlebihan dalam memaknai kegembiraan dan
kesyukuran tersebut. Kegembiraan atas datangnya rahmat Allah
SWT, karunia-Nya, dianjurkan oleh Allah SWT, sebagaimana
firman-NYA (QS. Yunus : 58)
Artinya: Katakanlah, "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".
(http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view
=article&id=13224:tradisi-punggahan-menurut-
islam&catid=61:mimbar-jumat&Itemid=230, diakses pada
tanggal 1 oktober 2014 pukul 12:35 WIB)
b. Simbol atau Makna yang Terkandung dalam Tradisi
Punggahan
Tradisi punggahan yang dilaksanakan pada Bulan Ruwah
yaitu kebiasaan masyarakat Jawa sebagai wujud rasa suka cita
dalam menyambut Bulan Ramadhan, memiliki simbol-simbol
atau makna yang dapat ditafsirkan sebagai berikut :
1) Kolak berasal dari kata Kholako, yang artinya menciptakan
menjadi Kholiq atau sang Maha pencipta. Tafsirnya adalah
pada bulan Syaban atau Ruwah, Umat Islam harus banyak
mengingat kepada Allah SWT. Karna pada bulan ruwah
Allah SWT Tuhan menurunkan Kodrat Irodat tentang takdir
setahun mendatang. Termasuk menentukan nama manusia
yang akan meninggal antara tanggal 15 Syaban tahun itu
sampai tanggal 14 Syaban tahun berikutnya.
2) Apem berasal dari kata afuan, yang artinya ampunan, maaf.
Tafsirnya adalah umat Islam harus banyak memohon
ampunan kepada Allah SWT antara lain dengan banyak
membaca istighfar sehingga ketika memasuki Bulan
Ramadhan sudah dalam keadan suci.
3) Ketan berasal dari kata Khoto’an. Yang artinya suci, putih,
bersih, jadi setelah ingat sang Kholik kemudian memohon
ampunan maka kita akan kembali menjadi bersih
mengingatkan menyambut Ramadhan.
4) Gedang berasal dari kata ghodan. Yang artinya esok hari
atau waktu mendatang, jadi setelah bertaubat dan memohon
maaf, maka telah tiba waktu ''esok hari'' nya untuk kita
memulai 'ibadah di bulan yang penuh berkah yakni Bulan
Ramadhan.
(http://gadingpermai.org/berita-253-penghayatan-arti-ruwahan--
punggahan.html, diakses pada tanggal 1 oktober 2014 pukul
12:50 WIB)
4. Tradisi Kupatan
a. Pengertian Kupatan
Menurut Moerjipto (1995: 24), pada tanggal 30 bulan
puasa, yakni 1 malam menjelang Bulan Sawal, sebagian
masyarakat Jawa menyelenggarakan selamatan kupat (kupat
luwar) yang bertujuan untuk ngluwari dosa atau kesalahan.
Menurut Clifford Geertz, dalam bukunya yang berjudul
“Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa” , kupatan
yaitu tradisi yang dilaksanakan pada Bulan Sawal, yang dilakukan
oleh masyarakat yang memiliki anak kecil yang telah meninggal.
Dalam bahasa Jawa ketupat memiliki arti telu ( tiga ) dan
empat. Hal ini mengarah pada aturan agama / rukun Islam ketiga
dan keempat, yaitu puasa dan zakat yang dilakukan umat Islam
dibulan Ramadhan (Boyolali.com/lebaran ketupat, diakses pada
tanggal 1 oktober 2014 pukul 12:20 WIB).
Tradisi Bodho kupat/Bodho Syawal/kupatan/ merupakan
tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa pada hari ke 8
setelah hari raya Idul Fitri, yakni tradisi membuat ketupat
kemudian masyarakat ramai-ramai membawa ketupat masing-
masing dan berdoa bersama di Musholla atau Masjid.
(http://karysmafm.com/web/wisata-dan-kuliner/masyarakat-
kedesen-masih-nguri-uri-tradisi-kupatan.html, diakses pada
tanggal 1 oktober 2014 pukul 13:00 WIB)
Dalam tradisi Jawa, hari raya setelah Bulan Ramadhan
atau biasa disebut dengan sebutan Bhada atau Riyaya itu ada dua
macam, yaitu: Bhada lebaran dan bhada kupat. Kata Bhada di
ambil dari bahasa Arab “ba’da” yang artinya : sudah. Sedangkan
riyoyo berasal dari bahasa Indonesia “ria” yang artinya riang
gembira atau suka cita. Selanjtnya kata “lebaran” berasal dari akar
kata lebar yang berarti selesai. Maksud kata lebar di sini adalah
sudah selesainya pelaksanaan Ibadah puasa dan memasuki Bulan
Sawal atau Idul Fitri. Relevansinya, hari ini di sebut “riyaya”
karena umat Islam merasa bersuka cita sebagai ekspresi
kegembiraan mereka lantaran menyandang predikat kembali
kefitrah atau asal kesucian. http://ahlussunah-wal-
jamaah.blogspot.com/2011/08/tradisi-kupatan.html, diakses pada
tanggal 1 oktober 2414 pukul 13:10 WIB)
b. Simbol atau Makna yang Terkandung dalam Tradisi
Kupatan
Tradisi kupatan yang dilaksanakan pada Bulan Sawal (hari
ke 8 setelah idul fitri) yaitu untuk ngluwari dosa atau kesalahan.
Tradisi yang masih dilakukan masyarakat jawa ini, di dalamnya
memiliki simbol-simbol atau makna yang dapat ditafsirkan
sebagai berikut :
1) Kata kupat berasal dari bahasa Jawa ngaku lepat (mengakui
kesalahan). Ini suatu isyarat bahwa kita sebagai manusia
biasa pasti pernah melakukan kesalahan kepada sesama.
Maka dengan budaya kupatan setahun sekali ini kita
diingatkan agar sama-sama mengakui kesalahan kita masing-
masing, kemudian rela untuk saling memaafkan. Nah, dengan
sikap saling memaafkan, dijamin dalam hidup ini kita akan
merasakan kedamaian, ketenangan dan ketentraman.
2) Bungkus kupat yang terbuat dari janur (sejatine nur), ini
melambangkan kondisi umat muslim setelah mendapatkan
pencerahan cahaya selama bulan suci Ramadlan secara
pribadi-pribadi mereka kembali kepada kesucian/jati diri
manusia (fitrah insaniyah) yang bersih dari noda serta bebas
dari dosa.
3) Isi kupat yang bahannya hanya berupa segenggam beras,
namun karena butir-butir beras tadi sama menyatu dalam
seluruh slongsong janur dan rela direbus sampai masak, maka
jadilah sebuah menu makanan yang mengenyangkan dan
enak dimakan. Ini satu simbol persamaan dan kebersamaan
persatuan dan kesatuan. Dan yang demikian itu merupakan
sebuah pesan moral agar kita sama-sama rela saling menjalin
persatuan dan kesatuan dengan sesama muslim.
(http://ahlussunah-wal-jamaah.blogspot.com/2011/08/tradisi-
kupatan.html, diakses pada tanggal 1 oktober 2014 pukul
13:20 WIB)
Kupat merupakan bentuk jamak dari kafi, yaitu kuffat yang
berarti cukup, jelasnya, cukup akan pengharapan hidup ini setelah
berpuasa satu bulan di bulan Ramadhan. Kemudian setelah
lebaran pada tanggal satu Syawal dilanjutkan puasa sunah enam
hari Syawal. Karena itu kupatan juga dinamakan ‘bodo kupat’
yaitu lebaran kupat bagi orang yang puasa sunah enam hari dari
tanggal 2-7 syawal. Dengan demikian kupatan juga mempunyai
momentumnya tersendiri dalam Islam. Kupat mempunyai makna
filosofis yang mendalam. Kupat merupakan singkatan dari
‘ngaku-lepat’, artinya mengaku salah, mengakui pernah berbuat
salah. Karena saling mengaku salah maka haruslah saling
memaafkan antara satu dan lainnya. Sehingga hati menjadi putih
bersih seputih nasi ketupat.
(http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,39477-
lang,id-c,nasional-t,Kupatan-.phpx, diakses pada tanggal1 oktober
pukul 13:30 WIB)
BAB III
Paparan Data dan Temuan Penelitian
A. Paparan Data
1. Letak Geografis
Dukuh Krangkeng Sari Desa Grogolan termasuk dalam
wilayah Kecamatan Karanggede, jarak tempuh dari kecamatan
karanggede menuju desa krangkeng sari kurang lebih 1,5 km . apabila
ditempuh menggunakan sepeda montor maka waktu tempuhnya
kurang lebih 10 menit saja.
Desa grogolan memiliki luas wilayah desa 206.4040 Ha,
kemudian batas wilayah Desa Grogolan yakni :
a. Sebelah utara : Desa sendang
b. Sebelah timur : Desa mojosari
c. Sebelah selatan : Desa klumpit
d. Sebelah barat : Desa sranten
Sedangkan untuk batas wilayah Dukuh Krangkeng Sari yaitu :
a. Sebelah utara : dukuh grogolan
b. Sebelah timur : dukuh tawang sari
c. Sebelah selatan : dukuh tempel
d. Sebelah barat : dukuh winong
2. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk 2480 jiwa dan terdiri dari penduduk yang
sudah meningkah sebanyak 1427 jiwa dan penduduk yang belum
meningkah sebanyak 1053 jiwa.
Tabel 3.1
data penduduk desa grogolan berdasarkan jenis kelamin
No Nama kadus Penduduk
laki-laki
Penduduk
perempuan
Jumlah
1 Kadus I ( Dukuh
Tawang sari)
251 jiwa 265 jiwa 516 jiwa
2 Kadus II (Dukuh
Krangkeng sari dan
grogol wetan)
410 jiwa 408 jiwa 818 jiwa
3 Kadus III (Dukuh
Lemah Bang dan
Grogol kulon)
340 jiwa 314 jiwa 654 jiwa
4 Kadus IV (Dukuh
Kalisat)
276 jiwa 216 jiwa 492 jiwa
Jumlah 1277 jiwa 1203 jiwa 2480 jiwa
Sumber : Profil Desa Grogolan
3. Keadaan Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Dukuh Krangkeng Sari Desa
Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali, tergolong
menengah keatas. Karena, hampir semua masyarakat telah tamat
menempuh pendidikan sampai ke jenjang SLTA. Bahkan ada yang
sampai keperguruan tinggi walaupun hanya beberapa orang saja
Di Dukuh Krangkeng Sari tidak ada pendidikan formal
maupun swasta, karena dalam satu kelurahan pendidikan formal dan
swasta hanya terdapat di Desa Grogolan saja, yakni SDN Grogolan
dan MI Ma’arif
4. Keadaan Sosial Ekonomi
Sebagian besar masyarakat Dukuh Krangkeng Sari mata
pencahariannya adalah petani. Karena, wilayah Dukuh Krangkeng
Sari termasuk pedesaan yang memiliki tanah yang termasuk subur
sehingga sangat cocok untuk pertanian. Warga yang tidak memiliki
lahan garapan (sawah) biasanya menyewa lahan milik orang lain
untuk di jadikan lahan garapan.
Dalam satu tahun masyarakat Dukuh Krangkeng Sari,
melakukan cocok tanam sebanyak dua kali yakni pada bulan oktober–
januari dan pada bulan januari-april, setelah bulan april ladang milik
masyarakat biasanya ditanami tanaman palawija, seperti jagung,
ketela rambat, kacang panjang, kacang tanah dll.
Di Dukuh Krangkeng Sari, warga yang menjadi Pegawai
Negeri hanya ada satu orang, Sedangkan yang lainnya mata
pencahariannya adalah, pedagang, swasta, buruh dan wiraswasta.
5. Keadaan Sosial dan Keagamaan
Seluruh masyarakat Dukuh Krangkeng Sari adalah muslim.
Terdapat kegiatan keagamaan yang senantiasa dilakukan oleh
masyarakat setempat, diantaranya:
a. Yasinan
Pengajian yasin dzikir tahlil setiap malam Kamis yang
dilakukan bergilir setiap rumah .
b. Pengajian Muslimatan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari minggu legi dan
jum’at pahing di Masjid, yakni masjid di Dukuh yang telah
ditunjuk sebagai pelaksana kegiatan tersebut . Adapun jamaahnya
adalah ibu-ibu muslimat satu Kecamatan. Pada hari Minggu
giliran tiap Dusun satu Desa, sedangkan jum’at pahing giliran
tiap Desa satu Kecamatan
c. Tahlilan Setiap Malam Jum’at
Dzikir tahlil setiap malam Jum’at ditambah shalat rahmat
yang dilakukan di Masjid. Adapun jamaahnya adalah warga
Dusun Krangkeng Sari
d. Pengajian Rabu Pon
pengajian yang dilaksanakan pada hari Rabu pon
bergiliran setiap Dukuh di satu Kelurahan Grogolan. Adapun
jamaahnya adalah seluruh warga Desa Grogolan
e. Pengajian Setiap Hari Senin
pengajian yang dilakukan setiap hari Senin di Mushola
Desa Grogolan. Adapun jamaahnya adalah seluruh ibu-ibu Desa
Grogolan
f. Pengajian Qomit Qur’an Al-Mizan
pengajian menghatamkan Al-Qur’an dan dzikir tahlil di
Bank BMT Dukuh Tretes. Adapun jamaahnya adalah ibu-ibu satu
Kecamatan
g. Pengajian Kamis Wage di Masjid al-marhum Bapak KH. Royani
Jamas
Pengajian dzikir tahlil dan belajar membaca Al-Qur’an
yang di lakukan di Masjid al-marhum bapak KH. Royani Jamas.
Adapun jamaahnya adalah ibu-ibu satu Kecamatan
h. Tafsir Al-Qur’an Pada Hari Minggu di Masjid al-marhum Bapak
KH. Royani Jamas
Tafsir alquran setiap minggu di masjid al-marhum bapak
Royani KH. Jamas. Adapun jamaahnya adalah bapak-bapak satu
Kecamatan
B. Temuan Penelitian
Ditengah perkembangan zaman yang modern ini, adat istiadat
ataupun tradisi yang berada di masyarakat yang berada di Pedesaan, masih
tetap dilaksanakan dan dijaga keberadaanya. Adat istiadat atau tradisi
tersebut adalah sebuah bentuk dari keyakinan masyarakat tentang
pengaruh dari tradisi tersebut dalam kehidupanya, karena diyakini apabila
terus melestarikan dan menjaga tradisi yang ada maka akan berdampak
positif bagi kehidupannya serta sebagai simbol keberadaan suatu
masyarakat yang senantiasa menjaga warisan leluhur. Penyelenggaraan
dalam sebuah tradisi pada umunya mempunyai tujuan tertentu, diantaranya
mohon keselamatan akan arwah leluhur kepada Tuhan, wujud rasa syukur
atas nikmat yang telah diberikan Tuhan dan lain-lain. Untuk itu tradisi atau
budaya yang ada harus senantiasa dijaga dan dilestarikan agar tidak punah.
Begitu juga dengan tradisi punggahan dan kupatan yang menjadi tradisi
kebudayaan orang Jawa, yang harus selalu dijaga dan dilestarikan agar
tidak punah.
1. Pemahaman Tradisi Punggahan di Dukuh Krangkeng Sari
Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali
Ibu Parsinah salah seorang warga yang ditemui pada hari
selasa tanggal 18 Nopember 2014 pada pukul 14:15 WIB,
menjelaskan bahwa tradisi punggahan itu adalah sebuah ritual yang
dilakukan pada tanggal 25 bulan ruwah untuk memperingati orang-
orang dekat yang sudah meninggal, yang betujuan untuk menigringi
arwah naik keatas, yakni naik kehadapan Allah SWT. Menurut bapak
Tohir, sebagai sekertaris desa yang ditemui pada hari rabu, tanggal 19
Nopember tahun 2014 pada pukul 11:15 WIB menjelaskan bahwa
punggahan adalah suatu ritual yang terkait dengan Bulan Ramadhan.
Bahwa pada Bulan Ramadhan itu orang Jawa mengatakan punggahan,
karena memang yang tadinya kemungkinan disiksa oleh Allah dialam
kuburnya pada hari ramadhan terlepas dari seluruh siksaan maka
dinamakan punggahan. Menurut Moertjipto (1995: 23) bahwa
Punggahan itu adalah suatu tradisi yang diselenggarakan pada akhir
bulan ruwah, yang berfungsi untuk mengantarkan arwah munggah
(naik kembali ke asalnya) pada esok hari.
Pelaksanaan acara punggahan menurut bapak Tohir, sebagai
Sekertaris Desa yang ditemui pada hari rabu, tanggal 19 Nopember
tahun 2014 pada pukul 11:15 WIB menjelaskan bahwa, pelaksanaan
tradisi punggahan tidak lain dan tidak bukan adalah untuk
memohonkan ampunan Allah kepada orang yang telah meninggal
dunia. Sebagaimana menurut bapak Rahmat, sebagai tokoh
masyarakat yang di temui pada hari rabu tanggal 19 Nopember 2014
pada pukul 06:10 WIB, menjelaskan bahwa pelaksanaan tradisi
punggahan untuk memohonkan ampunan Allah kepada orang yang
telah meninggal dunia, dengan membuat piranti atau sedekah,
menyangkut sedekah atau piranti yang di buat untuk pelaksanaan
tradisi punggahan diantaranya dengan mengeluarkan sedekah berupa
tumpeng, apem, ketan, pisang dan lain-lain.
Dalam pelaksanaan tradisi Punggahan, Piranti atau sarana
yang berupa sedekah yang digunakan diantaranya, tumpeng, apem,
ketan, pisang tersebut mempunyai makna tersendiri, menurut KH
Fahrudin yang ditemui pada hari Selasa tanggal 18 Nopember 2014
pada pukul 16:10 WIB, makna yang terkandung dari piranti yang
berupa sedekah tersebet diantaranya, yamg pertama apem, maknanya
mohon ampunan kepada Allah SWT yakni berasal dari bahasa arab
yaitu affun kalo sekarang ya afuwun yakni memohon ampun kepada
Allah SWT, agar arwah para leluhur khususnya mbah-mbah, eyang-
eyang, ibu, bapak dan semua keluarga yang telah meninggal
mendapatkan ampunan dari Allah SWT atas kesalahan yang dilakukan
sewaktu masih hidup. Ada lagi pisang kalo ada pisang rojo, makna
dari pisang rojo tersebut adalah semoga para arwah leluhur bahagia di
alam akhirat, karena rojo itu adalah orang yang mendapat kemuliaan
atau kebahagiaan jadi semoga arwah leluhur kelak juga bahagia,
kemudian ketan yang mempunyai makna supaya orang-orang yang
hidup tidal lupa kepada keluarga atau leluhur yang telah meninggal,
ketan itu-kan kraket jadi maknanya kurang lebih seperti itu.
Menurut bapak Rahmat, sebagai tokoh masyarakat yang di
temui pada hari Rabu tanggal 19 Nopember 2014 pada pukul 06:10
WIB, Piranti atau sarana yang telah dibuat tersebut kemudian
dibawa kemasjid, Yakni pada malam tanggal 25 ruwah. Setelah
selesai menjalankan ibadah shalat isya’ para warga berkumpul di
serambi masjid, selanjutnya salah seorang warga memimpin ritual
punggahan, pertama-tama di awali dengan salam, kemudian
memberikan tausiyah yang berkaitan dengan tujuan dilaksanakanya
ritual punggahan, kemudian dilanjutkan dengan tahlilan. Bacaan
tahlilannya adalah sebagai berikut:
حي حمن الر الر م بسم هللا
واصحابه هللا عليه وسلم واله المصطفى صلى الى حضرة النبي
ياته واوالده وازواجه م الى حضرة اخوانه من االنبياء ث....ةح ات ف ال وذر
الحين والص هداء و لين واالولياء والش والمرس حابة والتابعين الص
بين ن والمصنفين المخل لماء العاملي والع صين وجميع المالئكة المقر
يخ عبد القادر الجيالنى ثم إلى جميع أهل .....ةح ات ف ل ا خصوصا الش
شارق نين والمؤمنات من م ر من المسلمين والمسلمات والمؤم و ب الق
ها وبحرها, خصوص الى األرض هاتنا ومغاربها بر نا جداد ا ا آباءنا وأم
اتنا ومشايخ ولمن واساتذ تنا واساتذ اساتذتنا مشايخنا نا ومشايخ وجد
ة ...ح ات ف هنا بسببه ال اجتمعنا ه
حم حيم بسم هللا الر ن الر
مد . لم يلد ولم يولد . ولم يكن له كفوا احد أحد . هللا ل هو هللا ق .الص
)x۳(
حم حيم بسم هللا الر ن الر
برب الفلق . من شر ما خلق . ومن شر غاسق اذا وقب . ل أعوذ ق
)x۳ومن شر النفاثات فٮالعقد . ومن شر حاسد اذا حسد. (
ال اله اال هللا وهللا أكبر
حيم ب حمن الر سم هللا الر
قل أعوذ برب الناس . ملك الناس . اله الناس . من شر الوسواس
)x۳الخناس . الذي يوسوس فٮصدور الناس . من الجنة والناس. (
ال اله اال هللا وهللا أكبر
حيم . حمن الر حيم. الحمد ل رب العالمين . الر حمن الر بسم هللا الر
راط المستقيم . ين . اياك نعبد واياك نسـتعين . اهدنا الص مالك يوم الد
آلين . غي ,صراط الذين انعمت عليهم ر المغضوب عليهم وال الض
آمين
حيم .آلـم . ذ حمن الر لـك الكتـاب ال ريب فيه هدى للمتقين . بسم هللا الر
ا رزقناهم ل الغيب ويقيمون الص الذين يؤمنون ب ينفقون . والذين ة ومم
يؤمنون بما انزل اليك وما انزل من قبلك وباآلخرة هم يوقنون . اولئك
بهم واولئك هم المفلحون .(البقرة : ن ر )۱-٥على هدى م
احد ال اله ا حيم . والهكم اله و حمن الر هللا ال إلـه إال هو ال هو الر
ماوات وما في األرض القيوم الحي ال تأخذه سنة وال نوم له ما في الس
ا خلفهم وال من ذا الذي يشفع عنده إال بإذنه يعلم ما بين أيديهم وم
ماوات واألرض ن علمه إال بما شاء وسع كرسيه الس يحيطون بشيء م
)۲٥٥(البقرة : وال يؤوده حفظهما وهو العلي العظيم
شد من الغي ف ال ين قد تبين الر من يكفر بالطاغوت ويؤمن إكراه في الد
فقد ا سمي قى ال ستمسك بالعروة الوث بال (البقرة ع عليم انفصام لها وهللا
:۲٥٦(
ولي ا كفرو ن ر والذي لمات إلى النو ن الظ ا يخرجهم م ن آمنو الذي هللا
صحاب ا لئك و ار إلى الظلمات نهم من النو ت يخرجو اغو أولياؤهم الط
)۲٥۷(البقرة: ن ها خالدو النار هم في
م ل وه نفسكم أو تخفي ا تبدوا ما ف رض وان ال ى اوات وما ف ما فى الس
ب من يشاء وهللا على كل شيء يحاسبكم به هللا فيغفرلمن يشاء ويعذ
سول بما اقدي كلآ آمن بال نزل اليه من ربه والمؤمنون ر . آمن الر
ق ب ومل ن أحد من رسله وقالوا سمعنا واطعنا ي ئكته وكتبه ورسله ال نفر
نا واليك المصير. ال يكلف هللا نفسا اال وسعها لها ما ا نك رب غفر
نا وال ب و أخطأنا ر ا سينا نا إن ن تؤاخذ كسبت وعليها ما اكتسبت ربنا ال
لنا ما ال لى ا اصرا كما حملته ع تحمل علين الذين من قبلنا ربنا وال تحم
فانصرنا نا انت مول ,)x۷واعف عنا واغفر لنا وارحمنا ( طاقة لنا به.
)۲۸٦البقرة:القوم الكافرين (لى ع
احمين ( رحمة هللا وبركاته عليكم أهل البيت .)x۳ارحمنا يا أرحم الر
)۷۳إنه حميد مجيد. (هود :
جس أهل البي ذ ما يريد هللا لي ن ا إن .ت ويطهركم تطهيراهب عنكم الر
موا وا عليه وسل منوا صل ا ين ذ ها ال يا يصلون على النبي يا ئكته هللا ومل
) ۲۲تسليما.(االحزاب :
الة عل اللهم صل ا د ى اسعد مخلفضل الص وقاتك نور الهدى سيدنا محم
وماتك ومداد كلماتك كلما ذكرك سلم, عدد معلو صحبه ى اله و وعل
الة عل غافلل ا كرون وغفل عن ذكرك الذا ى ون . اللهم صل افضل الص
د وعلى د مخلوقاتك شمس الض اسع سلم, و صحبه اله و حى سيدنا محم
غفل عن ذكرك وماتك ومداد كلماتك كلما ذكرك الذاكرون و لعدد مع
الة عل ون . اللهم صل ا الغافل جى ى اسعد مخلوقاتك بدرالد فضل الص
د وعلى وماتك ومداد كلماتك سلم, عدد معلو اله و صحبه سيدنا محم
وسلم ورضى هللا ون . غفل عن ذكرك الغافلكلما ذكرك الذاكرون و
تعالى عن اصحاب سيد نارسول هللا اجمعين.
) نعم المولى ونعم النصير ۱۷۳(ال عمران : عم الوكيل وحسبنا هللا ون
)٤۰(االنفال :
ة ال بال العلي العظيم,ا وال حول وال قو
) ۷۱استغفروا ربكم إنه كان غفارا. (نوح :
)x ۱۱أستغفر هللا العظيم (
الذي ال اله اال هو الحي القيوم واتوب اليه. ,أستغفر هللا العظيم
كر فاعلم انه أفضل الذ
)د ج و ي ه إال هللا (ح آل إل
)د و ب ع م ي ه إال هللا (ح آل إل
)اق ب ي ه إال هللا (ح آل إل
) X۳۳ هللا ( ه إال آل إل
د رسول هللا.آل إل صلى هللا عليه وسلم ه إال هللا محم
)X ۲ه إال هللا آل إله إال هللا (آل إل
د رسول هللا.آل إل وسلم عليه صلى هللا ه إال هللا محم
د, اللهم صل عليه وسلم (اللهم صل على )X ۳محم
)X ۱۱سبحان هللا وبحمده سبحان هللا العظيم (
د وعلى آله وصحبه وسلم أجمعين ( )X ۳اللهم صل على حبيبك محم
ةح ات ف ل ا
الدعاء التهليل أعوذ حيم. الحمد ل حمن الر جيم. بسم هللا الر يطان الر رب بال من الش
اكرين حمد الناعمين، حمدا يوافي نعمه ويكافئ العالمين. حمد الش
جهك وعظيم سلطانك.ي لجالل و مزيده. يا ربنا لك الحمد كما ينبغ
د د. اللهم صل وسلم على سيدنا محم وعلى الى سيدنا محم
وماهللنا وما ,القرآن العظيم ما قرأناه من ثواب واوصل تقبل اللهم
د صلى هللا عليه وسلم سبحنا وما استغفرنا وما صلينا على سيدنا محم
بر رحمة نازلة و اصلة و حبيبنا وشفيعنا الى حضرة شاملة كة هدية و
د صلى سيدنا وقرة عيننا هللا عليه وسلم. والى جميع وموالنا محم
الحين لين، واالولياء ش بياء والمراخوانه من االن هداء والص والش
حابة والتابعين والعلماء العاملين والمصنفين المخلصين وجميع والص
بين خصوصا المجاهدين في سبيل هللا رب العالمين والمالئكة المقر
يخ عبد القادر الجيالنى. الى سيدنا الش
وخصوصا الى روح ..........
اهل القبور من المسلمين والمسلمات والمؤمنين ثم الى جميع
ها وبحرها خصوصا الى والمؤمنات من مشارق االرض ومغاربها بر
اتنا ونخص خصوصا الى من هاتنا واجداتنا وجد تمعنا اج آبائنا وام
جله. اللهم اغفرلهم وارحمهم وعافهم واعف عنهم. ال هاهنا بسببه و
حم ال بور من اهل ال اله اال هللا المغفرة على اهل الق و ة لهم انزل الر
سول هللا. رب د ر نيا حسنة وفى االخرة حسنة وقنا محم نا آتنا فى الد
ا يصف عذاب النار. سبحان ربك رب العز رب ة عم ون. والحمد ل
العالمين. الفاتحة..
Setelah pembacaan tahlil selesai, maka makanan yang ada
dibagikan kepada seluruh jamaah yang hadir. Makanan yang berupa
apem dan pisang dibagikan secara merata kepada seluruh jamaah,
untuk ketannya cukup disajikan pertumpeng saja.
Pelaksanaan tradisi punggahan tersebut didasarkan pada
sebuah keyakinan, yakni keyakinan akan mengikuti leluhurnya
dahulu. Sebagaimana menurut bapak Parlan salah seorang warga yang
di temui pada hari Selasa tanggal 18 Nopember 2014 pada pukul
13:45 WIB, bahwa dasar pelaksanaan tradisi punggahan adalah
meneruskan tradisi orang orang terdahulu. Begitu pula Menurut bapak
Rahmat sebagai tokoh masyarakat yang di temui pada hari Rabu
tanggal 19 Nopember 2014 pada pukul 06:10 WIB, menjelaskan
bahwa dasar pelaksanaan tradisi punggahan itu adalah semata-mata
mengikuti ulama terdahulu, walaupun di dalam al-Qur,an tidak ada,
namun tetap melaksanakan tradisi tersebut karena tradisi tersebut
bagus
Menurut bapak Rahmat sebagai tokoh masyarakat yang di
temui pada hari Rabu tanggal 19 Nopember 2014 pada pukul 06:10
WIB, mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi punggahan
yakni meningkatkan amal baik melalui shadaqah kemudian ingat
kepada orang-orang terdekat yang sudah meninggal selanjutnya di
doakan supaya amalnya diterima dan kesalahannya diberi maghfirah
atau ampunan oleh Allah SWT.
2. Pemahaman Tradisi Kupatan di Dukuh Krangkeng Sari
Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali
Menurut KH Fahrudin seorang ulama yang ditemui pada hari
Selasa tanggal 18 Nopember 2014 pada pukul 16:10 WIB,
menjelaskan bahwa tradisi kupatan itu adalah mengeluarkan shadaqah
menggunakan sarana ketupat, yang menandakan bahwa hamba-hamba
Allah mengakui kalau mempunyai kesalahan, kupat itu berasal dari
kata bahasa jawa yaitu ngaku lepat mengakui seluruh kesalahan
semoga Allah memberikan ampunan pada hari raya tujuh hari atau
bodo kecil . Begitu juga yang di sampaikan oleh bapak Rahmat
sebagai tokoh masyarakat yang di temui pada hari Rabu tanggal 19
Nopember 2014 pada pukul 06:10 WIB, bahwa kupatan itu adalah
mengakui kalau semua manusia mempunyai kesalahan dalam bahasa
jawanya ngaku salah atau ngaku lepat. sebagaimana yang
diungkapkan oleh moerjipto (1995: 24), bahwa pada tanggal 30 bulan
Puasa, yakni 1 malam menjelang bulan Sawal, masyarakat Jawa
menyelenggarakan selamatan kupat (kupat luwar) yang bertujuan
untuk ngluwari dosa atau kesalahan.
Pelaksanaan tradisi kupatan menurut bapak Tohir, sebagai
Sekertaris Desa yang ditemui pada hari Rabu, tanggal 19 Nopember
tahun 2014 pada pukul 11:15 WIB menjelaskan bahwa, pelaksanaan
tradisi melakukan sebuah permohonan selamat kepada Allah SWT
dengan sarana yang dipakai dengan antara lain kupat, oleh istilah
orang jawa kupat adalah ngaku lepat, kemidian rangkaian sarana yang
digunakan adalah pisang raja, kacang itu untuk memberikan
kesenangan kepada anak kecil. Sebagaimana menurut bapak Rahmat
sebagai tokoh masyarakat yang di temui pada hari Rabu tanggal 19
Nopember 2014 pada pukul 06:10 WIB, setiap rumah membuat kupat
dan pirantinya, kemudian dibawa kemasjid didoakan mudah-mudahan
dalam kupatan sawalan bisa meningkatkan amal yang baik
Menurut bapak Rahmat, sebagai tokoh masyarakat yang di
temui pada hari Rabu tanggal 19 Nopember 2014 pada pukul 06:10
WIB, Piranti atau sarana yang telah dibuat tersebut kemudian
dibawa kemasjid, Yakni pada malam tanggal 8 sawal sehabis shalat
Isya’. Setelah selesai menjalankan ibadah shalat isya’, para warga
berkumpul di serambi masjid, selanjutnya salah seorang warga
memimpin ritual kupatan, pertama-tama di awali dengan salam,
kemudian memberikan tausiyah yang berkaitan dengan tujuan
dilaksanakanya ritual kupatan, kemudian dilanjutkan dengan tahlilan.
Setelah pembacaan tahlil selesai, maka makanan yang ada di
bagikan kepada seluruh jamaah yang hadir. Makanan yang berupa
ketupat, pisang, dan berbagai cemilan perayaan lebaran Idul Fitri yang
telah dibawa warga, di bagikan secara merata kepada seluruh jamaah.
Pelaksanaan tradisi kupatan didasarkan pada sebuah
keyakinan, yakni keyakinan akan mengikuti leluhurnya dahulu.
Sebagaimana menurut bapak Parlan salah seorang warga yang di
temui pada hari Selasa tanggal 18 Nopember 2014 pada pukul 13:45
WIB, bahwa dasar pelaksanaan tradisi kupatan adalah meneruskan
tradisi orang orang terdahulu. Begitu pula Menurut bapak Rahmat
sebagai tokoh masyarakat yang di temui pada hari Rabu tanggal 19
Nopember 2014 pada pukul 06:10 WIB, menjelaskan bahwa dasar
pelaksanaan tradisi kupatan itu adalah semata-mata mengikuti ulama
terdahulu, walaupun di dalam al-Qur,an tidak ada, namun tetap
melaksanakan tradisi tersebut karena tradisi tersebut bagus
Menurut bapak Rahmat sebagai tokoh masyarakat yang di
temui pada hari Rabu tanggal 19 Nopember 2014 pada pukul 06:10
WIB, mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi kupatan
yakni menjaga ukuwah islamiyah setelah puasa pada Bulan
Ramadhan, selalu ingat bahwa manusia mempunyai kesalahan
kemudian ngaku lepat mengakui kesalahan tersebut, Sawalan itu
artinya meningkatkan, jadi sebagai sarana pengingat agar nilai-nilai
pada Bulan Ramadhan tetap dipertahankan.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Tradisi Punggahan di Dukuh Krangkeng Sari Desa Grogolan
Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali
punggahan merupakan salah satu bentuk budaya leluhur yang
sampai sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat Dusun
krangkeng sari, pada hakikatnya pelaksanaan tradisi ini adalah semata-
mata melestarikan budaya leluhur karna dalam pelaksanaan tradisi
punggahan berdampak positif bagi kehidupan masyarakat, sehingga
masyarakat dari generasi kegenerasi masih melaksanakan, menjaga serta
melestarikan tradisi punggahan ini.
Punggahan adalah sebuah ritual yang dilakukan oleh masyatakat
Dukuh Krangkeng Sari pada tanggal 25 bulan ruwah (sya’ban) untuk
memperingati orang-orang dekat yang sudah meninggal, yang betujuan
untuk mengiringi arwah naik keatas, yakni naik kehadapan Allah SWT.
Dalam tradisi punggahan ini terdapat piranti atau sarana berupa
makanan yang selalu dibuat oleh masyarakat dusun krangkeng sari yakni.
Apem, pisang (pisang raja), dan ketan. makna yang terkandung dari piranti
yang berupa sedekah tersebet diantaranya, yamg pertama apem, maknanya
mohon ampunan kepada Allah SWT yakni berasal dari bahasa arab yaitu
affun kalo sekarang ya afuwun yakni memohon ampun kepada Allah SWT,
agar arwah para leluhur khususnya mbah-mbah, eyang-eyang, ibu, bapak
dan semua keluarga yang telah meninggal mendapatkan ampunan dari
Allah SWT atas kesalahan yang dilakukan sewaktu masih hidup. Ada lagi
pisang kalo ada pisang rojo, makna dari pisang rojo tersebut adalah
semoga para arwah leluhur bahagia di alam akhirat, karena rojo itu adalah
orang yang mendapat kemuliaan atau kebahagiaan jadi semoga arwah
leluhur kelak juga bahagia, kemudian ketan yang mempunyai makna
supaya orang-orang yang hidup tidal lupa kepada keluarga atau leluhur
yang telah meninggal.
Piranti atau sarana yang telah dibuat kemudian dibawa kemasjid.
Setelah selesai menjalankan ibadah shalat isya’ para warga berkumpul di
serambi masjid, selanjutnya salah seorang warga memimpin ritual
punggahan, pertama-tama di awali dengan salam, kemudian memberikan
tausiyah yang berkaitan dengan tujuan dilaksanakanya ritual punggahan,
kemudian dilanjutkan dengan tahlilan.
Setelah pembacaan tahlil selesai, maka makanan yang ada di
bagikan kepada seluruh jamaah yang hadir. Makanan yang berupa apem
dan pisang di bagikan secara merata kepada seluruh jamaah, untuk
ketannya cukup di sajikan pertumpeng saja.
B. Tradisi Kupatan di Dukuh Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan
Karanggede Kabupaten Boyolali
kupatan merupakan salah satu bentuk budaya leluhur yang sampai
sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Krangkeng
Sari, pada hakikatnya pelaksanaan tradisi ini adalah semata-mata
melestarikan budaya leluhur karna dalam pelaksanaan tradisi kupatan
berdampak positif bagi kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat dari
generasi kegenerasi masih melaksanakan, menjaga serta melestarikan
tradisi punggahan ini.
Kupatan adalah sebuah ritual yang dilakukan masyarakat pada
tanggal 7 sawal, yang bertujuan untuk ngluwari dosa atau kesalahan.
Dalam ritual kupatan ini masyarakat dukuh krangkeng sari menggunakan
piranti atau sarana yang berupa ketupat, yang menandakan bahwa hamba-
hamba Allah mengakui kalau mempunyai kesalahan. Kupat itu berasal dari
kata bahasa jawa yaitu ngaku lepat mengakui seluruh kesalahan semoga
Allah memberikan ampunan pada hari raya tujuh hari atau bodo kecil .
Piranti atau sarana yang telah dibuat oleh masyarakat kemudian
dibawa kemasjid. Setelah selesai menjalankan ibadah shalat isya’ para
warga berkumpul di serambi masjid, selanjutnya salah seorang warga
memimpin ritual punggahan, pertama-tama di awali dengan salam,
kemudian memberikan tausiyah yang berkaitan dengan tujuan
dilaksanakanya ritual kupatan, kemudian dilanjutkan dengan tahlilan.
Setelah pembacaan tahli selesai, maka makanan yang ada di
bagikan kepada seluruh jamaah yang hadir. Makanan yang berupa ketupat,
pisang, dan berbagai cemilan perayaan lebaran idul fitri yang telah dibawa
warga, di bagikan secara merata kepada seluruh jamaah.
C. Nilai-nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Tradisi
Punggahan di Dukuh Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan
Karanggede Kabupaten Boyolali meliputi :
1. Nilai akidah
Dalam pelaksanaan tradisi punggahan, masyarakat Dukuh
Krangkeng Sari menyakini dengan sepenuh hati, bahwa Allah SWT
adalah tempat satu-satunya untuk meminta pertolongan. Memohonkan
ampunan para arwah leluhur, agar Allah SWT mengampuni segala
dosa dan kesalahan para arwah leluhur sewaktu masih hidup di dunia.
Karena Allah SWT adalah satu-satunya tempat untuk memohon
pertolongan, sebagai mana firman Allah SWT dalam QS. Al-fatihah
ayat 5 :
Artinya: Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
2. Nilai amaliah
Dalam pelaksanaan tradisi punggahan, masyarakat senantiasa
meningkatkan amal baik melalui shadaqah, yakni menyediakan
makanan berupa apem, ketan, pisang secara ikhlas. Apabila seseorang
mengeluarkan shadaqah yang dilandasi dengan keiklasan maka Allah
AWT akan melipat gandakan rezekinya, sebagaimana firman Allah
AWT dalam QS. Al-baqarah ayat 261:
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Amal seseorang belum dapat dikatan sempurna apabila belum
menafkahkan sebagian harta yang dimiliki, sebagaimana firman Allah
SWT dalam QS. Ali imron ayat 92:
Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.
3. Nilai ibadah
Dalam pelaksanaan ritual punggahan, masyarakat melantunkan
rangkaian ayat-ayat suci al-qur’an yakni tahlilan. Lantunan ayat-ayat
tersebut sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT, untuk
mendapatkan ketenangan jiwa, serta mendoakan para arwah leluhur
yakni para kelurga yang telah meninggal dunia, agar Allah SWT
menempatkan arwahnya di tempat yang mulia, yakni di surganya
Allah SWT.
4. Nilai kearifan lokal
Masyarakat Dukuh Krangkeng Sari senantiasa menjaga setiap
tradisi yang ada yang di tinggalkan oleh para leluhur, karena didalam
tradisi tersebut terdapat nilai-nilai yang berdampak positif bagi
kehidupan masyarakat, termasuk diantaranya melestarikan tradisi
punggahan
5. Nilai ukuwah islamiyah
Dalam setiap tradisi, termasuk tradisi punggahan tentunya
melibatkan banyak orang, banyak interaksi yang terjadi antara individi
satu dengan individu lain, sehingga terwujudlah rasa kebersamaan,
rasa persatuan, rasa saling memiliki, sehingga kehidupan masyarakat
Dukuh Krangkeng Sari senantiasa rukun, aman, dan bahagia.
D. Nilai-nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Tradisi Kupatan
di Dusun Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali meliputi :
1. Nilai akidah
Dalam pelaksanaan tradisi kupatan, masyarakat Dukuh
Krangkeng Sari menyakini dengan sepenuh hati, bahwa Allah SWT
adalah dzat yang maha pengampun, manusia tidak terlepas dari dosa
dan salah, oleh karena itu sudah sepatutnya manusia memohon ampun
kepada Allah SWT atas dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.
Allah SWT adalah dzat yang maha pengampun- lagi maha
pennyayang, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-maidah
ayat 74:
Artinya: Maka Mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya ?. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
2. Nilai ibadah
Dalam pelaksanaan ritual kupatan, masyarakat melantunkan
rangkaian ayat-ayat suci al-qur’an yakni tahlilan. Lantunan ayat-ayat
tersebut sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT, untuk
mendapatkan ketenangan jiwa, serta mendoakan para arwah leluhur
yakni para kelurga yang telah meninggal dunia, agar Allah SWT
menempatkan arwahnya di tempat yang mulia, yakni di surganya
3. Nilai amaliah
Dalam pelaksanaan tradisi kupatan, masyarakat senantiasa
meningkatkan amal baik melalui shadaqah, yakni menyediakan
makanan berupa ketupat, pisang, dll secara ikhlas. Apabila seseorang
mengeluarkan shadaqah yang dilandasi dengan keiklasan maka Allah
AWT akan melipat gandakan rezeki, sebagaimana firman Allah AWT
dalam QS. Al-baqarah ayat 261:
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Amal seseorang belum dapat dikatan senpurna apabila belum
menafkahkan sebagian harta yang dimiliki, sebagaimana firman Allah
SWT dalam QS. Ali imron ayat 92:
Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.
4. Nilai kearifan lokal
Masyarakat Dukuh Krangkeng Sari senantiasa menjaga setiap
tradisi yang ada, yang di tinggalkan oleh para leluhur, karena didalam
tradisi tersebut terdapat nilai-nilai yang berdampak positif bagi
kehidupannya.
5. Nilai ukuwah islamiyah
Dalam setiap tradisi, termasuk tradisi kupatan tentunya
melibatkan banyak orang, banyak interaksi yang terjadi antara individi
satu dengan individu lain, sehingga terwujudlah rasa kebersamaan,
rasa persatuan, rasa saling memiliki, sehingga kehidupan masyarakat
senantiasa rukun, aman, dan bahagia.
Dalam tradisi puggahan dan kupatan ini, terdapat potensi
terjadinya prilaku syirik kepada Allah SWT bila masyarakat tidak
memahami betul tentang tujuan ritual tradisi tradisi punggahan dan
kupatan, serta makna dari piranti atau sarana yang di gunakan dalam
pelaksanaan tradisi tersebut. Oleh karena itu dalam pelaksanaan tradisi ini,
pemimpin atau sesepuh desa harus menjelaskan secara rinci kepada
masyarakat tentang tujuan diadakannya tradisi punggahan dan kupatan
serta makna yang terkandung dari masing-masing piranti atau sarana yang
digunakan, sehingga masyarakat mendapatkan pemahaman secara utuh
tentang tradisi punggahan dan kupatan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di Dusun
Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali tentang “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
TRADISI PUNGGAHAN DAN KUPATAN “ dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Tradisi punggahan
punggahan itu adalah sebuah ritual yang dilakukan oleh
masyatakat Dukuh Krangkeng Sari pada tanggal 25 bulan ruwah
(sya’ban) untuk memperingati orang-orang dekat yang sudah
meninggal, yang betujuan untuk mengiringi arwah naik keatas, yakni
naik kehadapan Allah SWT.
Dalam tradisi punggahan ini terdapat piranti atau sarana
berupa makanan yang selalu dibuat oleh masyarakat dusun krangkeng
sari yakni. Apem, pisang (pisang raja), dan ketan. makna yang
terkandung dari piranti yang berupa sedekah tersebet diantaranya,
yamg pertama apem, maknanya mohon ampunan kepada Allah SWT
yakni berasal dari bahasa arab yaitu affun kalo sekarang ya afuwun
yakni memohon ampun kepada Allah SWT, agar arwah para leluhur
khususnya mbah-mbah, eyang-eyang, ibu, bapak dan semua keluarga
yang telah meninggal mendapatkan ampunan dari Allah SWT atas
kesalahan yang dilakukan sewaktu masih hidup. Ada lagi pisang kalo
ada pisang rojo, makna dari pisang rojo tersebut adalah semoga para
arwah leluhur bahagia di alam akhirat, karena rojo itu adalah orang
yang mendapat kemuliaan atau kebahagiaan jadi semoga arwah
leluhur kelak juga bahagia, kemudian ketan yang mempunyai makna
supaya orang-orang yang hidup tidal lupa kepada keluarga atau
leluhur yang telah meninggal.
2. Tradisi kupatan
Kupatan adalah sebuah ritual yang dilakukan masyarakat pada
tanggal 7 sawal, yang bertujuan untuk ngluwari dosa atau kesalahan.
Dalam ritual kupatan ini masyarakat dukuh krangkeng sari
menggunakan piranti atau sarana yang berupa ketupat, kupat ini
menjadi simbol yang menandakan bahwa hamba-hamba Allah
mengakui kalau mempunyai kesalahan. Kupat itu berasal dari kata
bahasa jawa yaitu ngaku lepat mengakui seluruh kesalahan supaya
Allah SWT memberikan ampunannya.
3. Nilai-nilai pendidikan islam dalam tradisi punggahan
a. Nilai akidah yaitu menyakini sepenuh hati bahwa, Allah SWT
adalah tempat satu-satunya untuk meminta pertolongan.
b. Nilai amaliah yaitu meningkatkan amal baik melalui shadaqah,
yakni mengeluarkan shadaqah yang dilandasi dengan keiklasan
c. Nilai ibadah yaitu melantunkan rangkaian ayat-ayat suci al-qur’an
yakni tahlilan, lantunan ayat-ayat tersebut sebagai sarana ibadah
kepada Allah SWT.
d. Nilai kearifan lokal yaitu masyarakat senantiasa menjaga setiap
tradisi yang ada, yang di tinggalkan oleh para leluhur, karena
didalam tradisi tersebut terdapat nilai-nilai yang berdampak
positif bagi kehidupannya.
e. Nilai ukuwah islamiyah yaitu terwujudlah rasa kebersamaan, rasa
persatuan, rasa saling memiliki, sehingga kehidupan masyarakat
senantiasa rukun, aman, dan bahagia.
4. Nilai-nilai pendidikan islam dalam tradisi kupatan
a. Nilai akidah yaitu menyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah
SWT adalah dzat yang maha pengampun
b. Nilai ibadah yaitu meningkatkan amal baik melalui shadaqah,
yakni mengeluarkan shadaqah yang dilandasi dengan keiklasan
c. Nilai amaliah yaitu meningkatkan amal baik melalui shadaqah,
yakni mengeluarkan shadaqah yang dilandasi dengan keiklasan
d. Nilai kearifan lokal yaitu Masyarakat senantiasa menjaga setiap
tradisi yang ada, yang di tinggalkan oleh para leluhur, karena
didalam tradisi tersebut terdapat nilai-nilai yang berdampak
positif bagi kehidupannya
e. Nilai ukuwah islamiyah yaitu terwujudnya rasa kebersamaan, rasa
persatuan, rasa saling memiliki, sehingga kehidupan masyarakat
senantiasa rukun, aman, dan bahagia.
B. Saran- saran
Diharapkan studi tentang nilai-nilai pendidikan islam dalam tradisi
punggahan dan kupatan ini, dapat disempurnakan dengan mengadakan
penelitian lebih lanjut dari pembahasan topik masalah. Sehingga dapat
gambaran yang lengkap pada tradisi punggahan dan kupatan yang berupa
upacara adat turun temurun dari nenek moyang tersebut, dalam skala yang
lebih luas.
Pada akhir penulisan ini, penulis memberikan saran yang mungkin
dapat membantu dan bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan
orang lain:
1. Masyarakat Dusun Krangkeng Sari agar tetap menjaga, melestarikan
mempertahankan tradisi yang sesuai dengan ajaran Islam, sehingga
nilai-nilai pendidikan Islam dapat terus dilestarikan dari generasi ke
generasi.
2. Perlunya masyarakat memupuk kesadaran untuk selalu bersyukur atas
nikmat yang diberikan Allah, mendoakan arwah para keluarga yang
telah meninggal dan memohon ampun kepada Allah ketika berbuat
kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi.2005. Idiologi Pendidikan Islam.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : PT Rineka Cipta
Al-Abrasy, M. Athiyah. 1993. Dasar-dasar pokok pendidikan islam. Jakarta: PT
Bulan Bintang
Beatty, Andrew. 2001. Variasi Agama di Jawa. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Daradjat, zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : PT Bumi Aksara
Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan konsep pendidikan moral pancasila.
Semarang: Aneka Ilmu
Emzir.2011. Metodologo Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Hasan, Iqbal. 2006.Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta : PT Bumi
Aksara
Khalil, Ahmad. 2008. Islam jawa, sufisme dalam etika dan tradisi jawa. Malang:
UIN- Malang Press
Koentjaraningrat. 2004.Manusia dan Kebudayaan di Indonsia. Jakarta :
Djambatan
Moertjipto, (Eds.). 1995. Jumenengan Sri Sultan Hamengku Buwono x.
Yogyakarta: PT Media Widya Mandala
Moleong. 2009.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Muhaimin dan Abdul Majid. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung:
Trigenda karya
Roibin. 2009. Relasi agama dan budaya masyarakat kontemporer. Malang: UIN-
Malang Press
Roqib, moh. 2009. Ilmu pendidikam islam: pengembangan pendidikan integrasi
di sekolah , keluarga dam masyarakat. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta
Sulaiman Ms, M. Munandar. 1995.Ilmu Budaya Dasar. Bandung : PT Eresco
Supriyanto, Widodo. 2001. Pendidikan Islam: Teoritis dan Praktis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Thoha, Cabib. 1996. HM. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Wasino, (Ed.). 2007.Peninggalan Masa Islam di Jawa Tengah. Semarang :
Museum Jawa Tengah Ronggowarsito
(aktomisriadi.blogspot.com/2012/01/sosiologi islam.html, diakses pada tanggal 6
september 2014 pukul 10:25 WIB).
(http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=13
224:tradisi-punggahan-menurut-islam&catid=61:mimbar-
jumat&Itemid=230, diakses pada tanggal 1 oktober 2014 pukul 12:35
WIB)
(http://gadingpermai.org/berita-253-penghayatan-arti-ruwahan--punggahan.html,
diakses pada tanggal 1 oktober 2014 pukul 12:50 WIB)
(Boyolali.com/lebaran ketupat, diakses pada tanggal 1 oktober 2014 pukul 12:20
WIB).
(http://karysmafm.com/web/wisata-dan-kuliner/masyarakat-kedesen-masih-nguri-
uri-tradisi-kupatan.html, diakses pada tanggal 1 oktober 2014 pukul
13:00 WIB)
http://ahlussunah-wal-jamaah.blogspot.com/2011/08/tradisi-kupatan.html, diakses
pada tanggal 1 oktober 2414 pukul 13:10 WIB)
(http://ahlussunah-wal-jamaah.blogspot.com/2011/08/tradisi-kupatan.html,
diakses pada tanggal 1 oktober 2014 pukul 13:20 WIB)
(http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,39477-lang,id-
c,nasional-t,Kupatan-.phpx, diakses pada tanggal1 oktober pukul 13:30
WIB)
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Responden
Nama :....................
Jenis kelamin :....................
Waktu pelaksanaan :....................
B. Panduan Wawancara
1. Apa yang disebut tradisi punggahan dan kupatan di dukuh krangkeng
sari ?
2. Apa tujuan mengadakan ritual tradisi punggahan dan kupatan yang
ada di desa krangkeng sari?
3. Apa saja kegiatan yang ada dalam tradisi punggahan dan kupatan itu?
4. Makanan apa saja yang ada dalam tradisi punggahan dan kupatan ?
5. Siapa saja yang terlibat dalam tradisi punggahan dan kupatan di desa
krangkeng sari ?
6. Hal apa yang mendasari warga desa krangkeng sari melakukan ritual
tradisi punggahan dan kupatan ?
7. Apa saja yang di baca saat tradisi punggahan dan kupatan itu ?
8. Adakah nilai-nilai yang terkandung dalam ritual tradisi punggahan
dan kupatan yang ada di desa krangkeng sari tersebut? Apa saja?
9. Bagaimana pengaruh masyarakat tentang nilai yang terkandung dalam
tradisi punggahan dan kupatan?
HASIL WAWANCARA
1. Nama : Amanah
Jenis kelamin : perempuan
Waktu pelaksanaan : selasa 18-11-2014 (12:54 WIB)
X : punggahan niku nopo mbah ?
Y : punggahan, munggahke leluhur seng neng kubur kwi, ben nyang
suargo.ngowo ketan gwo apem
X : lha nak kupatan nopo mbah ?
Y : nak jaman mbiyen jarene bodone cah cilik- cilik seng wes mati
kwi, gowo kupat karo gedang. Iku jarene sgngomong wong mbiyen
kog.
X : lha kegiatane pas punggahan niku nopo mbah ?
Y : zow kondangan koyo nek mejed kae
X : lha kegiatane pas kupatan nopo mbah ?
Y : podo nek mesjid gae kondanga wong rame okeh kae to
X : lha maem ane pas wonten punggahan niku nopo mawon mbah ?
Y : maem ane yo kumu, ketan karo gedang, nak gedang yo gedang
rojo, nak ra enek gedang sak-sak e, karo apem. Mko pangannan
kwi mau, dipangan bareng-bareng nek mejid
X : atri e nopo mbah maeman niku wau ?
Y : nak apem e jare ben tenanan, nak gedang raja temen ben
tememen, nak ketan jarene ben ora di ganggu setan,
X : nak kupatan maeman e nopo mawon mbah ?
Y : nak kupatan zow kupat tok karo gedang
X : lha arti e nopo mbah kupat kaleh gedang niku wau ?
Y : nak kupat jalok ngapuro.... mboh rareti kok
X : lha dasar e nopo mbah kok wargo priki taseh klasanakaken
tradisi punggahan kaleh kupatan niku wau ?
Y : zow manut mbah-mbah biyen wae
X : seng di waos pas punggahan kaleh kupatan niku nopo mawon
mbah ?
Y : seng diwoco yo koyo pas tahlilan kae, al ikhlas sak piturut e,
punggahan karo kupatan podo wae.
X :lha wonten mboten mbah nilai-nilai seng terkandung wonten gen
tradisi punggahan kaleh kupatan ?
Y : zow mben podo bagas waras, seng wes mati amal e mben
diterimo karo seng kuwoso
X : lha pripun mbah pengaruhipun masyarakat tumprap nilai-nilai
niku wau ?
Y : zow masyarakat iseh nindake tradisi pungghan karo kupatan
2. Nama : sutinah
Jenis kelamin : perempuan
Waktu pelaksanaan : selasa 18-11-2014 (12:37 WIB)
X : punggahan niku nopo mbokde ?
Y : punggahan iku kanggo ku , ngunggahke leluhur, pas bulan ruwah
tanggal selawe. ketan e kanggo debal, apem e kanggo gow
payungan, gedang e gow tekenan
X : lha nak kupatan niku nopo mbokde ?
Y : bar ba’do wes sangang dino tho, sangang dino bar bodo kae
terus kupatan, kupatan ki bodo kecil anak kecil seng wes mati,
jarene wong biyen kok, yow gae kupat, gae kupat lepet, gedang
X : lha nak tujuan e kupatan kaleh punggahan nopo mbokde ?
Y : zow koyo seng tak omonge kwi mau
X : lha kegiatannipun masyarakat wonten gen tradisi punggahan
kalian kupatan niku wau nopo mbokde ?
Y : zow kondanga kwi to, kondangan bareng-bareng gede cilik
punggahan karo kupatan podo wae gae kondangan bareng-bareng
nek mejid
X : lha seng terlibat gen tradisi punggahan kaleh kupatan sinten
mawon mbokde ?
Y : zow kabeh nom tuo, nak wong biyen pas kupatan iku seng radue
anak cilik mati ra podo melu kupatan, nak punggahan podo melu
kabeh.
X : lha dasaripun masyarakat tasih klasanakaken tradisi kupatan
kaleh punggahan niku nopo mbokde ?
Y : manut mbah-mbah biyen, tur jare wong islam ki ra ninggalke
sedekah, wong NU, jenenge wong NU zow ra ninggalke kabeh
mau, jenenge leluhur wes mati zow kudu di bancaki
X : lha seng diwaos pas tradisi punggahan kaleh kupatan niku nopo
mawon mbokde ?
Y : tahlilan sak rampunge, kupatan karo punggahan podo ae
X : lha wonten mboten mbokde nilai-nilai seng terkandung wonten
gen tradisi punggahan kaleh kupatan ?
Y : mbuh, aku rareti... butoh manut wong tuo, mbokku karo pakku
3. Nama : parlan
Jenis kelamin : laki-laki
Waktu pelaksanaan : selasa 18-11-2014 (13:45 WIB)
X : punggahan niku nopo pakde ?
Y : punggahan kwi sak ngertiku, munggahke leluhur, pas bulan
ruwah tanggal selawe.
X : lha kupatan nopo pakde ?
Y : nak kupatan kwi sak ngertiku,riyaya kecil kanggo wong poso
sawalan, utowo bodho kecil
X : tujuanipun punggahan niku nopo pakde ?
Y : ngunggahke leluhur, jalokke ngapuro leluhur, wulan ruwah iku
ibarate merdeka, ora disikso, kringannake ahli kubur
X : tujuanipun kupatan nopo pakde ?
Y : bodo kecil, bodone wong poso riyaya kecil, kan bare bodo let
sidino disunahake poso pitung dino, kwi riyoyone wong poso cilik
mau,ganjarane gede nak gelem klakoni poso mau nak ra ngelakoni
zow ra popo wong sunnah
X : lha maemanipun pas tradisi punggahan niku nopo mawon pakde
?
Y : salong zow sego, salong yow apem, gedang .nak gedang kwi nak
ono gedang rojo nak ra ono sak-sake, pakanan kwi mau kanggo
shadaqoh nak menurut wong biyen gedang kwi mau kanggo
tekenan, nak apem bungkus ki kanggo caping, neng nak apem e di
buntel jare kanggo sepatu,
X : menawi kupatan , maemanipun nopo mawon pakde ?
Y : zow kupat kwi to, jare wong biyen kupat kwi, kanggo lepat
lepate jalok ngapuro. Kwi menurut mbah disik, nak kanggo aku
zow idep-idep kanggo shadaqah
X : lha dasaripun warga priki taseh klasanakaken tradisi punggahan
kaleh kupan wau nopo pakde ?
Y : nak minurute aku, zow podo nerus ake tradisi leluhure mbiyen,
punggahan karo kupatan zow podo wae ngono kwi
X : lha seng d waos menawi klasanakaken tradisi punggahan kaleh
kupatan nopo mawon pakde ?
Y : zow suratikhlas sak piturut e, punggahan karo kupatan seng
diwoco zow podo, surat ikhlas sak piturut e
X : kegiatanipun masyarakat wonten tradisi punggahan kalihan
kupatan nopo mawon pakde ?
Y : zow kondangan nek mejid kwi to
X : wonten nilai-nilainipon mboten pakde, gen tradisi punggahan
kalihan kupatan niku wau ?
Y : mboh rareti q, pokoke zow tradisi e wong disik kwi mau, retiku
zow shadaqah ngono mau
4. Nama : parsinah
Jenis kelamin : perempuan
Waktu pelaksanaan : selasa 18-11-2014 (14:15 WIB)
X : punggahan niku nopo mbah ?
Y : merti leluhur e seng wes sedho wektu e pas bulan ruwah, tanggal
selawe jowo,... ngono, perlu di unggahake nyang duwur, mbuh
gone ngendi,
X : kupatan nopo mbah ?
Y : kupatan kwi tradisi seng ditindakake pas bulan sawal tanggal
wolu, bodho cilik bodhone cah cilik-cilik seng wes mati, utowo
bodho gecil (gecilan), lha seng wong tuo-tuo lak wes bodho pas
tanggal siji sawal, nak seng cilik-cilik bodhone tanggal wolo,...
ngono.
X : tujuanipun punggahan niku wau nopo mbah ?
Y : gae merti leluhur e seng wes sedho (bapak mbok seng wes sedho)
X : lha tujuanipun kupatan nopo mbah ?
Y : zow podo seng tak omongke mau, kriyayani cah cilik-cilik seng
wes ninggal
X : lha kegiatanipun masyarakat wonten ing tradisi punggahan kaleh
kupatan nopo?
Y : zow bancakan neng mejid kwi to
X : lha pas kegiatan punggahan kaleh kupatan niku seng dipun waos
nopo mbah ?
Y : zow moco surat ikhlas kwi to, tahlilan. Dadi ikhlas seng
shadaqah dadi di tompo karo gusti Allah terus di paringke karo
seng di shadaqahi mau,... iku jarene seng wong ngomong biyen
X :maemanipun punggahan nopo mawon mbah ?
Y : shadaqoh e iku ketan, gedang, apem. jarene wong biyen munggah
nyang duwur iku rekoso, apem seng di bungkus gae sandal, gedang
kanggo teken, ketan kanggo payong, mulane ketan kwi ombo gae
payung,.. iku mau critane wong biyen
X : lha maemanipun pas tradisi kupatan nopo mbah ?
Y : zow gae kupat kwi, gae bancakan kanggo bodho, ketan iku artine
slametan. Mko terus dipangan bareng-bareng
5. Nama : KH. Fahrudin (tokoh masyarakat)
Jenis kelamin : laki-laki
Waktu pelaksanaan : selasa 18-11-2014 (16:10 WIB)
X : punggahan niku nopo pakde ?
Y : punggahan iku zow nalurine wong biyen kanggo memperingati
poro arwah seng wes sumare,... ngunggahake leluhur istilah e,
kanthi lantaran gae shadaqohan sego utowo ketan, ketan ben
kraket karo leluhur e ben ojo ngantik lali, di kirimi pandongo
lantaran tahlil, terus ono apem seng artine jalok pangapuro nang
gusti Allah (affun) nak coro sak iki zow ngafuwun jalok ngaporo
nek gusti allah, mogo-mugo para arwah leluhure kwi khusus e
mbah-mbah eyang mu kwi diparingi ngapuro. Ono memeh gedang,
nak ono gedang raja lha kwi ngalamate mugo-mugo dadi wong
sing mulyo,.. rojo artine lak mulyo to, dadi mugo-mugo arwahipun
mbesok mulyo,.
X : kupatan nopo pakde ?
Y : ngetok ake shadaqoh nganggo kupat, kwi ngaku nak kawulo-
kawulane kowe kabeh kwi duweni lupu,.. kupat songko tembung
ngaku lepat, sak katah e kalepatan mugo-mugo di paringi
pangapuro sak jerone bodho pitung dino utowo bodho gechil,
bodho gechil iku bodhone wong seng gelem nindakake poso pitung
dino berturut-turut ono ing bulan sawal, mulane do gau kupat kwi
ngaku yen kawulane podo dwe kalepatan
X : ingkang terlibat wonten tradisi punggahan kaleh kupatan niku
sinten mawon pakde?
Y : zow kabeh, sanak kadang
X : lha menawi kegiatan punggahan kaleh kupatan niku ingkang
dipun waos nopo mawon pakde ?
Y : zow di lantari tahlilan kwi, podo kumpul bareng nek masjid
X : lha nilai-nilai nipun punggahan nopo pakde ?
Y : zow ben podo kelingan karo leluhur e njalukke ngapuro, kerono
ngetokke shadaqoh, sak perlu nggunggahke leluhur e
X : lha pengaruhipun masyarakat kalian nilai-nilai niku wau nopo
pakde ?
Y : zow masyarakat iseh nindakake tradisi kwi mau
X : lha nilai-nilainipun kupatan nopo pakde ?
Y : zow ben podo kelingan sukur-sukur gelem nindakake poso pitung
dino
X : lha pengaruhipun masyarakat kalian nilai-nilai niku wau nopo
pakde ?
Y : zow nalurine masyarakat, tetep iseh nindakake tradisine kwi mau,
soal e tradisi kwi mau apik
X : dasaripun masyarakat tasih klasanakaken tradisi punggahan
kaleh kupatan nopo pakde ?
Y : zow melu-melu keyakinane wong biyen kwi to, melu-melu wong
seng disik
6. Nama : rohmat (tokoh masyarakat)
Jenis kelamin : laki-laki
Waktu pelaksanaan : rabu 19-11-2014 (06:10 WIB)
X : punggahan niku nopo pak ?
Y : ngunggahke leluhur. Nggunggahke amalan seng baik
X : kupatan ?
Y : mengakui kalo semua manusia itu mempunyai kesalahan, bahasa
jawane ngaku salah utowo ngaku lepat
X : tujuanipun punngahan nopo pak?
Y :tujuannya zow melestarikan tradisi ulama dulu
X : tujuanipun kupatan ?
Y : tujuane zow, memperingati orang-orang yang berpuasa pada
hari ke dua bulan sawal sampai hari ke enam
X : kegiatanipun masarakat ketika pelaksanaan punggahan apa pak
?
Y : mengeluarkan shadaqah, berupa tumpeng, kupat, apem, ketan,
pisang dan lain-lainnya Piranti atau sarana yang telah dibuat
tersebut kemudian dibawa kemasjid untuk di makan bersama-
sama, Yakni pada malam tanggal 25 ruwah sehabis shalat isya’.
Setelah shalat isya’ para warga berkumpul di serambi masjid,
selanjutnya salah seorang warga memimpin ritual punggahan,
pertama-tama di awali dengan salam, kemudian memberikan
tausiyah yang berkaitan dengan tujuan dilaksanakanya ritual
punggahan, kemudian dilanjutkan dengan tahlilan.
X : kegiatanipun masarakat ketika pelaksanaan kupatan apa pak ?
Y : setiap rumah membuat kupat dan pirantinya, terus dibawa
kemasjid didoakan mudah-mudahan dalam kupatan sawalan bisa
meningkatkan amal yang baik
X : siapa saja yang terlibat dalam tradisi punggahan dan kupatan ?
Y : yang terlibat zow seluruh masyarakat yang ada
X : dasarnya apa pak kok masyarakat masih melaksanakan tradisi
punggahan dan kupatan ?
Y : mengikuti ulama terdahulu, walaupun di dalam al-Qur,an tidak
ada, namun tetap melaksanakan tradisi tersebut karena tradisi
tersebut bagus
X : apa saja yang di baca ketika pelaksanaan tradisi punggahan dan
kupatan ?
Y : zow tahlilan karo moco doa selamet
X : adakah nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi punggahan dan
kupatan.
Y : nak kupatan, satu menjaga ukuwah islamiyah setelah puasa pada
bulan ramadhan, ingat nak manusia mempunyai kesalahan, ngaku
lepat mengakui kesalahan, setelah kita melaksanakan ibadah
puasa, kita memohon ampunan. Sawalan iku artinya
meningkatkan, jadi nilai-nilai pada bulan ramadhan
dipertahankan. Terus nak punggahan, nilai-nilai seng terkandung
zow,.. meningkatkan amal kita melalui shadaqah, ingat orang yang
sudah meninggal di doakan supaya amalnya diterima dan
kesalahannya diberi maghfirah atau ampunan oleh Allah SWT,
X : bagaimana pengaruh masyarakat tentang nilai itu tadi pak?
Y : tradisi tersebut masih berjalan, masyarakat sangat antusias, jadi
tidak usah ada pengumuman nak pas tanggal selawe bulan ruwah
dan hari ke delapan bulan sawal masyarakat sudah menyiapkan
makanan-makanan untuk di bawa kemasjid
7. Nama : KH. tohir ( sekertaris desa)
Jenis kelamin : laki-laki
Waktu pelaksanaan : rabu 19-11-2014 (11:00 WIB)
X : tradisi punggahan niku nopo pak ?
Y : tradisi yang dilakukan dan ada kaitannya dengan keagamaan
seng isine punggahan itu, sebuah tradisi yang dilakukan oleh umat
islam ketika bulan sya’ban memasuki bulan ramadhan pertanggal
satu itulah yang dinamakan punggahan
X :kemudian apa yang dimaksud dengan tradisi kupatan pak ?
Y : kupatan itu peringatan atau ritual yang dilakukan oleh umat
islam ketika hari ketujuh sehabis lebaran idul fitri
X : tujuan mengadakan tradisi punggahan itu apa pak ?
Y :sesuai dengan hadis nabi bahwa ketika bulan ramadhan itu
datang pintu surga di buka, pintu neraka ditutup, dan seluruh
setan dibelenggu dan seluruh setan dikutuk oleh Allah SWT,
kemudian dengan hal tersebut yang dimaksud dengan punggahan,
oleh karena hadits tersebut bahwa mulai tanggal satu ramadhan
ketika ramadhan datang kemudian pintu surga dibuka, pintu
neraka ditutup itu maksudnya, Allah SWT membebaskan
keringanan kepada seluruh orang yang telah dimakamkan dikubur
atau mati itu dibebaskan dari seluruh siksaan dari Allah SWT
X : kemidian apa yang dimaksud kupatan pak ?
Y : kupatan itu adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh umat islam
dalam rangka untuk mungadakan sebuah ritual selamatan itu
kaitannya dengan bodo kecil menurut orang jawa adalah untuk
memberikan kesempatan kepada anak kecil ketika sudah selesai
puasa pada tanggal dua sampai tujuh
X : kegiatan apa saja dalam tradisi punggahan apa pak ?
Y : tidak lain dan tidak bukan kegiatan punggahan dan kupatan
adalah untuk memohonkan ampun kepada orang yang telah
meninggal dunia, sebagai hari awal orang islam yang masih hidup
untuk menjalankan ibadah puasa
X :kegiatan apa saja yang ada dalam tradisi kupatan pak ?
Y : melakukan sebuah permohonan selamat kepada Allah SWT
dengan sarana yang dipakai dengan antara lain kupat, oleh istilah
orang jawa kupat adalah ngaku lepat, kemidian rangkaian sarana
yang digunakan adalah pisang raja, kacang itu untuk memberikan
kesenangan kepada anak kecil
X : makanan apa saja tang terdapat dalam tradisi punggahan dan
kupatan pak?
Y : seperti yang saya bilang tadi kalo punggahan biasanya hanya
ada sebuah ritual atau sebuah permohonan kepada Allah SWT
karena punggahan itu dilakukan untuk orang-orang yang akan
menjalankan ibadah puasa pada khususnya itu biasanya ada
sebuah perlakuan khusus di banding dengan perlakuan-perlakuan
lain utamanya kaitanya dengan masalah persiapan untuk sahur
dimalam hari pertama, itu hubunganya dengan orang yang akan
menjalankan ibadah puasa
X : siapa saja yang terlibat dalam tradisi punggahan dan kupatan
pak ?
Y : orang-orang islam yang senang akan datangnya hari puasa
kemudian kalo hubungannya dengan kupatan itu ada kaitannya
dengan permohonan kepada Allah SWT yang jiga untuk
memberikan kesempatanan kepada anak-anak kecil tadi, sehingga
disebut bodo kecil
X : apa saja yang dibaca pada saat tradisi punggahan dan kupatan
pak ?
Y : yaitu sebuah permohonan kepada Allah SWT kalo untuk
punggahan otomatis menggunakan dzikir tahlil begitu juga untuk
kupatan oleh orang-orang islam juga membaca dzikir dan tahlil
X : nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi kupatan dan
punggahan apa saja pak ?
Y : punggahan maupun kupatan itu tadi, berkaitan dengan
punggahan berarti sebuah situasi yang terkait dengan
ramadhan.bahwa ramadhan itu orang jawa mengatakan
punggahan karena memang yang tadinya kemungkinan disiksa
oleh Allah dialam kuburnya pada hari ramadhan terlepas dari
seluruh siksaan maka dinamakan punggahan
X : bagaimana pengaruh masyarakat tentang nilai yang terkandung
dalam tradisi punggahan dan kupatan pak ?
Y : karena itu sebuah tradisi yang telah dilakukan oleh nenek
moyang kita maka itu tidak dianggap melanggar dan bertentangan
dengan nilai-nilai syariat maka tetap dilakukan sampai sekarang,
itu kaitannya dengan tradisi yang ada hubungannya dengan
punggahan dan kupatan
Keteraangan :
X : Peneliti
Y : Responden
DOKUMENTASI
A. Dokumentasi tradisi punggahan
B. Dokumentasi tradisi kupatan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : Yusuf Faizal
Tempat tanggal Lahir : Boyolali, 28 Mei 1992
Jenis kelamin : Laki-Laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Jenjang Pendidikan : 1. SDN Grogolan, lulus tahun 2004
2. MTsN klumpit, lulus tahun 2007
3. MAN Suruh, lulus tahun 2010
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 26 Desember 2014 Penulis
Yusuf Faizal