nodul pita suara1

12
NODUL PITA SUARA I. DEFINISI Nodul pita suara adalah suatu peradangan kronik setempat dengan pembentukan masa jaringan peradangan yang letaknya pada perbatasan sepertiga anterior dan dua pertiga posterior pita suara. 1 II. ANATOMI LARING Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran nafas bagian atas. Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar dari pada bagian bawah. Bagian atas laring adalah aditus laring sedangkan bagian bawahnya adalah batas kaudal kartilago krikoid. 1,2 Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hioid dan beberapa buah tulang rawan. Tulang hioid terbentuk seperti huruf U, yang permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tengkorak oleh tendon dan otot-otot. Sewaktu menelan, kontraksi otot-otot ini akan menyebabkan laring tertarik ke atas, sedangkan bila laring diam, maka otot-otot ini bekerja untuk membuka mulut dan membantu menggerakkan lidah. 1,2 Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglotis, kartilago tiroid. Kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago kuneiformis dan kartilago tritesea. Kartilago krikoid dihubungkan dengan kartilago tiroid oleh ligamentum krikotiroid. Bentuk kartilago krikoid berupa lingkaran. Terdapat 2 buah (sepasang) kartilago aritenoid yang terletak dekat permukaan 1

Upload: widuri-pratama

Post on 21-Jul-2016

106 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nodul Pita Suara1

NODUL PITA SUARA

I. DEFINISI

Nodul pita suara adalah suatu peradangan kronik setempat dengan pembentukan

masa jaringan peradangan yang letaknya pada perbatasan sepertiga anterior dan dua

pertiga posterior pita suara.1

II. ANATOMI LARING

Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran nafas bagian atas.

Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar dari

pada bagian bawah. Bagian atas laring adalah aditus laring sedangkan bagian bawahnya

adalah batas kaudal kartilago krikoid.1,2

Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hioid dan

beberapa buah tulang rawan. Tulang hioid terbentuk seperti huruf U, yang permukaan

atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tengkorak oleh tendon dan otot-otot.

Sewaktu menelan, kontraksi otot-otot ini akan menyebabkan laring tertarik ke atas,

sedangkan bila laring diam, maka otot-otot ini bekerja untuk membuka mulut dan

membantu menggerakkan lidah.1,2

Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglotis, kartilago tiroid.

Kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago kuneiformis dan

kartilago tritesea. Kartilago krikoid dihubungkan dengan kartilago tiroid oleh ligamentum

krikotiroid. Bentuk kartilago krikoid berupa lingkaran. Terdapat 2 buah (sepasang)

kartilago aritenoid yang terletak dekat permukaan belakang laring dan membentuk sendi

dengan kartilago krikoid, disebut kartilago krikoaritenoid. Sepasang kartilago kornikulata

(kiri dan kanan) melekat pada kartilago kuneiformis terdapat dalam lipatan ariepiglotik

dan kartilago tritisea terletak di dalam ligamentum hiotiroid lateral.1,2

Pada laring terdapat 2 buah sendi, yaitu artikulatio krikotiroid dan artikulatio

krikoaritenoid. Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah seratokrikoid

(anterior, lateral dan posterior), ligamentum krikotiroid medial, ligamentum krikotiroid

posterior, ligamentum kornikulofaringal, ligamentum hiotiroid lateral, ligamentum

hiotiroid medial, ligamentum hioepiglotika, ligamentum ventrikularis, ligamentum vokal

yang menghubungkan kartilago aritenoid dengan kartilago tiroid, dan ligamentum

tiroepiglotika.1,2

1

Page 2: Nodul Pita Suara1

Gambar 1. Kerangka laring dan membrananya (penampang anterior).1

Gambar 2. Anatomi laring, tampak otot-otot dan kartilago laring. (A) laring dari posterior,

(B) laring dari atas.3

Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-otot

instrinsik. Otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan, sedangkan

2

Page 3: Nodul Pita Suara1

otot instrinsik bekerja menyebabkan gerak bagian-bagian tertentu yang berhubungan

dengan gerakan pita suara.1,2

Otot ekstrinsik laring ada yang terletak di atas tulang hyoid (suprahioid) dan otot

yang terletak di bawah tulang hyoid (infrahioid). Otot-otot ekstrinsik yang suprahioid

ialah m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid. otot yang infrahioid

ialah m.sternohioid, m.omohioid dan m,tirohioid. Otot-otot ekstrinsik laring yang

suprahioid berfungsi menarik laring kebawah, sedangkan yang infrahioid menarik laring

ke atas.1,2

Otot-otot instrinsik laring ialah m.krikoaritenoid lateral, .m.tiroepiglotika,

m.vokalis, m.tiroaritenoid, m.ariepiglotika dan m.krikotiroid. Otot-otot ini terletak

dibagian lateral laring. Otot-otot instrinsik laring yang terletak dibagian posterior ialah

m.aritenoid transversum, m.aritenoid oblik dan m.krikoaritenoid posterior.1,2

Sebagian besar otot-otot instrinsik adalah otot adduktor (kontraksinya akan

mendekatkan kedua pita suara ke tengah) kecuali m.krikoaritenoid posterior yang

merupakan otot abduktor (kontraksinya akan menjauhkan kedua pita suara ke lateral).1,2

RONGGA LARING

Batas atas rongga laring (kavum laringis) ialah aditus laring, batas bawahnya ialah

bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depannya ialah permukaan

belakang epiglotis, tuberkulum epiglotik, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua

belah lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid. Batas lateralnya ialah membrane

kuadrangularis, kartilago aritenoid, konus elastikus dan arkus kartilago krikoid,

sedangkan batas belakangnya adalah m.aritenoid transversus dan lamina kartilago

krikoid.2

Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokal dan ligamentum

ventrikulare, maka terbentuklah plika vokalis (pita suara asli) dan plika ventrikularis (pita

suara palsu). Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan disebut rima glottis, sedangkan

antara kedua plika ventrikularis disebut rima vestibuli. Plika vokalis dan plika

ventrikularis membagi laring dalam 3 bagian, yaitu vestibulum laring, glotik dan

subglotik.2

3

Page 4: Nodul Pita Suara1

Gambar 3. Potongan koronal laring memperlihatkan 3 bagian laring.4

Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat di atas plika vebtrikularis.

Daerah ini disebut supraglotik. Antara plika vokalis dan plika ventrikularis, pada tiap

sisinya disebut ventrikulus laring morgagni.2

Rima glotis terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian intermembran dan bagian

interkartilago. Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plika vokalis, dan terletak

dibagian anterior, sedangkan bagian interkartilago terletak antara kedua puncak kartilago

aritenoid, dan terletak dibagian posterior. Daerah subglotik adalah rongga laring yang

terletak dibawah plika vokalis.2

III. FISIOLOGI LARING

Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, menelan, emosi serta fonasi,

fungsi laring sebagai proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda asing masuk ke

dalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara bersamaan.

Terjadinya penutupan aditus laring ialah karena pengangkatan laring ke atas akibat

kontraksi otot-otot ekstrinsi laring. Penutupan rima glotis terjadi karena adduksi plika

vokalis. Kartilago aritenoid kiri dan kanan mendekat karena adduksi otot-otot instrinsik.

Selain itu dengan refleks batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat

dibatukkan keluar. Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret yang berasal dari paru

dapat dikeluarkan.2

4

Page 5: Nodul Pita Suara1

Fungsi respirasi dari laring ialah dengan mengatur besar kecilnya rima glotis.

Dengan terjadinya perubahan tekanan udara dalam traktus trakeo-bronkial akan dpat

mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Dengan demikian laring juga berfungsi sebagai alat

pengatur sirkulasi darah.2

Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3 mekanisme, yaitu

gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laringis dan mendorong bolus

makan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk ke dalam laring. Laring juga

berfungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak.2

Fungsi lain laring adalah untuk fonasi, dengan membuat suara serta menentukan

tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh ketegangan plika vokalis. Bila

plika vokalis adduksi, maka m.krikotiroid akan merotasikan kartilago aritenoid. Pada saat

yang bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartilago

krikoaritenoid ke belakang. Plika vokalis kiri dalam keadaan yang efektif untuk

berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m.krikoaritenoid akan mendorong kartilago aritenoid

ke depan, sehingga plika vokalis akan mengendor. Kontraksi serta mengendornya plika

vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada.2

IV. EPIDEMIOLOGI

Orang-orang yang banyak menggunakan suara cenderung untuk mendapatkan

nodul pada pita suara mereka. Nodul pita suara merupakan kelainan yang sering terjadi

pada anak laki-laki dan wanita dewasa.5 Nodul dua sampai tiga kali lebih sering terjadi

pada anak laki-laki dibanding anak perempuan, yaitu usia 8-12 tahun. suara serak yang

kronis terjadi > 5% pada anak-anak sekolah. Anak-anak biasanya tidak peduli pada suara

seraknya. Dari anak-anak tersebut yang menderita suara serak yang kronis, nodul adalah

penyebab sebanyak 38-78%. Ini membuat nodul pita suara sebagai penyebab tersering

gangguan suara pada anak-anak usia sekolah. Pada dewasa, wanita lebih sering terkena

dari laki-laki. Lesi biasanya berasal dari trauma pada mukosa pita suara yang tertekan

sewaktu vibrasi yang berlebihan.6

V. ETIOLOGI

Terbentuknya nodul pita suara karena cara berbicara yang salah (vocal abuse).

Yang disebut cara berbicara yang salah seperti:7

5

Page 6: Nodul Pita Suara1

Terlalu keras

Terlalu lama atau banyak bersuara

Terlalu tinggi nadanya

Terlalu rendah

Ditekan

Salah cara menyanyi

Berteriak

VI. PATOFISIOLOGI

Nodul pita suara disebabkan oleh penggunaan suara yang salah, yaitu bicara yang

terlalu keras, terlalu lama atau terlalu tinggi. Lesi terjadi pada pertemuan 1/3 anterior dan

2/3 posterior dari tepi bebas pita suara yaitu pada tengah atau pusat dari pita suara yang

membraneus karena daerah ini merupakan pusat dari gerakan vibrasi dari pita suara.

Sebagai akibat trauma mekanis ini akan timbul reaksi radang. Kemudian terjadi

perubahan-perubahan yang selanjutnya timbul penebalan. Pengerasan setempat yang

akhirnya membentuk nodul. Nodul ini yang menghalangi kedua pita suara saling merapat

pada waktu fonasi sehingga timbul gangguan suara (parau).8,9

Nodul ini pada awalnya masih “reversible” artinya bisa pulih kembali jika

diperbaiki cara bicaranya yang salah dengan bantuan bina wicara (speech therapy). Tapi

jika nodulnya sudah lama dan permanen maka diperlukan operasi bedah laring

mikroskopis.7

VII. MANIFESTASI KLINIS

Pada awalnya pasien mengeluhkan suara pecah pada nada tinggi dan gagal dalam

mempertahankan nada. Selanjutnya pasien menderita serak yang digambarkan sebagai

suara parau, yang timbul pada nada tinggi, terkadang disertai dengan batuk. Nada rendah

terkena belakangan karena nodul tidak berada pada posisi yang sesuai ketika nada

dihasilkan. Kelelahan suara biasanya cepat terjadi sebelum suara serak menjadi jelas dan

menetap. Jika nodul cukup besar, gangguan bernafas adalah gambaran yang paling

umum.4

VIII. DIAGNOSIS

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan

laringoskopi, baik tidak langsung dan langsung. Pada pemeriksaan laringoskop langsung

6

Page 7: Nodul Pita Suara1

digunakan endoskopi seperti video stroboskopi. Laringoskop dengan jelas dapat

menunjukkan penampakan kecil, tergambar jelas lesi pita suara sebagai penebalan

mukosa pita suara berbentuk fusiform. Lesi ini dapat dibedakan dari pita suara normal

karena berwarna keputihan.10

Lesi dapat beragam tergantung lamanya penyakit. Nodul akut dapat berupa

polipoid, merah dan edema. Nodul kronis biasanya kecil, pucat, runcing, dan simetris.

Nodul biasanya bilateral dan tampak pada pertemuan sepertiga anterior dan dua pertiga

posterior pita suara. Biopsi akan memastikan nodul tersebut bukanlah suatu keganasan,

gambaran patologiknya ialah epitel gepeng berlapis yang mengalami proliferasi dan di

sekitarnya terdapat jaringan yang mengalami kongesti.10

Gambar 4. Gambaran Nodul Pita Suara Bilateral.4

IX. PENATALAKSANAAN

Pengobatan nodul pita suara adalah istirahat, mengurangi bicara, terapi suara

(speech therapy). Umumnya sebelum dilakukan operasi diberikan terapi suara selama 6

bulan dan dievaluasi keberhasilannya. Nodul pita suara yang masih kecil dapat hilang

dengan terapi konservatif, tapi nodul yang besar memerlukan operasi mikro-laringeal.

Setelah pengangkatan nodul pasien harus istirahat suara paling kurang 14 hari dan setelah

itu terapi suara, untuk mencegah kekambuhan. Tindakan bedah mikrolaring dilakukan

apabila ada kecurigaan keganasan, atau lesi fibrotik. Apabila ada fokus infeksi lokal

sebaiknya ditangani terlebih dahulu, misal pada gigi, tonsilitis dan sinus. Pada anak-anak,

nodul pita suara biasanya akan hilang dengan terapi suara.2,11

7

Page 8: Nodul Pita Suara1

DAFTAR PUSTAKA

1. Cohen, JI. Anatomi dan fisiologi laring. Dalam: Adam GL, Boies Lr, Highler

PA.BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Alih bahasa: Wijaya C. BOIES

Fundamental of otolaryngology. Jakarta: penerbit EGC; 1998

2. Hermani, Bambang A, Hartono, Cahyono A. Kelainan Laring. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher edisi keenam. Balai

Penerbitan. FK UI. Jakarta, 2008

3. Jons Hopkins Medicine Anatomy. The Larynx and Voice: Basic anatomy and

Physiology. http://www.hopkinsmedicine.org.voice/anatomy.html [diakses 19 April

2014]

4. Buckmire RA. Vocal polyp and nodules.

http://emedicine.medscape.com/article/864565-overview [diakses 19 April 2014]

5. Dhillon, R. S.; East, A. S. 2006. Ear, Nose and Throat and Head and Neck Surgery

third edition. Harcourt Publishers, London

6. Hajar, Siti & Saragih, Abdul Rahman. Nodul Pita Suara. Majalah Kedokteran

Nusantara. Vol 38. No 1 edisi Maret. 2005.

7. Kadriyan, Hamsu. Aspek Fisiologis dan Biomekanis Kelelahan Bersuara serta

Penatalaksanaannya. Majalah Cermin Dunia Kedokteran Volume 34. Grup PT. Kalbe

Farma Tbk. Jakarta, 2007.

8. Ghorateb BY. Vocal Cord Nodules (teacher’s nodules).

http://www.ghorayeb.com/vocalcordnodule2.html [diakses 19 april 2014].

8

Page 9: Nodul Pita Suara1

9. Banovetz JD. Gangguan Laring Jinak. Dalam: Adam GL, Boies Lr, Highler

PA.BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Alih bahasa: Wijaya C. BOIES

Fundamental of otolaryngology. Jakarta: penerbit EGC; 1998

10. Benninger, MS. 2002. Vocal Cord Nodule in Current Diagnosis & Treatment

Otolaryngology Head & Neck Surgery Second Edition. McGraw Hil Company.11. Lisdiana, M. Nodul Pita Suara Refrat THT. Fakultas Kedokteran Universitas

Mataram. 2011.

9