nyawaku kodong 2

Upload: rilwanu-amal-basri

Post on 12-Jul-2015

199 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

Radikal bebas adalah jenis molekul yang sangat reaktif karena memiliki elektron yang tidak berpasangan. Molekul tersebut dapat dihasilkan dari proses radiasi atau dari hasil proses metabolisme. Untuk menstabilkan, radikal bebas tersebut menangkap elektron dengan cepat dari senyawasenyawa lain. Senyawa-senyawa yang diserang kemudian menjadi radikal bebas itu sendiri, yang berlanjut menyerang senyawa-senyawa lainnya dan membentuk reaksi berantai, ini menyebabkan disintegrasi membran sel dan komponen-komponen sel lainnya, termasuk lemak, potein, dan asam nukleat. (Hansen et al., 2008) Radikal bebas dapat menyebabkan sebagian besar kerusakan endogen dalam sistem biologi. Kerusakan jenis ini sering berhubungan dengan berbagai penyakit degeneratif dan gangguan seperti kanker, penyakit jantung-pembuluh (cardiovascular), penurun sistem imun, dan mempercepat proses penuaan. Disamping merusak sel hidup, radikal bebas juga penyebab utama perubahan mutu makanan melalui oksidasi lipid, yang pada akhirnya menurunkan mutu serta organoleptis makanan tersebut. Karenanya, pemberian suatu antioksidan harusnya dapat menghasilkan efek terapeutik dan mempertahankan kesegaran dari produk-produk makanan. (Hansen et al., 2008)

1

2

Secara sederhana antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang mampu menghambat atau mencegah terjadinya oksidasi. Antioksidan memiliki kemampuan dalam memberikan elektron, mengikat dan mengakhiri reaksi berantai radikal bebas yang merusak. Antioksidan yang dipakai kemudian didaur ulang oleh antioksidan lain untuk mencegahnya menjadi radikal bebas (bagi dirinya sendiri) atau tetap dalam bentuk tersebut tetapi dengan struktur yang tidak dapat merusak molekul lainnya. Penelitian terbaru menyatakan bahwa antioksidan sintetik selain mampu menghasilkan sifat anti kangker juga mendorong pembentukan tumor. Melihat kontradiksi yang terjadi, penerapan serta pengembangan antioksidan alami banyak menarik perhatian. Jenis flavonoid serta senyawa-senyawa fenol adalah penyumbang terbesar dalam aktifitas antioksidan, senyawa aktif lainnya termasuk serat. Senyawa-senyawa ini bisa bekerja secara bebas atau secara sinergis. (Hansen et al,2008). Salah satu bahan alami yang banyak mengandung senyawa fenolik dan berbagai jenis vitamin yang merupakan bahan antioksidan alami adalah daun murbei. (Dalimartha, 1999) Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi permasalahan adalah apakah ekstrak metanol daun murbei memiliki aktivitas antioksidan dan berapa besar kemampuan ekstrak metanol daun Murbei dalam menghambat aktifitas radikal bebas. Sehingga telah dilakukan penelitian tentang uji efek antioksidan fraksi metanol daun Murbei (Morus alba L.) secara invitro. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan menentukan aktifitas antioksidan ekstrak metanol daun Murbei dengan metode DPPH yang diukur

3

menggunakan

spektrofotometer

UV-Vis.

Penelitian

diharapkan

dapat

bermanfaat menambah data tentang kegunaan tanaman sebagai sumber antioksidan alami.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tumbuhan (Dalimartha,1999) 1. Klasifikasi Dunia Divisi Anak divisi Kelas Anak kelas Bangsa Suku Marga Jenis : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Dialypetalae : Urticales : Moraceae : Morus : Morus alba L.

2. Nama Daerah Jawa Sumatera Lampung Makassar Bugis : Murbei, besaran : Kerta, kita : Kitan : Bassara : Papanre ule

4

5

3. Morfologi tanaman Tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m dpl. dan memerlukan cukup sinar matahari. Tumbuhan yang sudah

dibudidayakan ini menyukai daerah-daerah yang cukup basah seperti di lereng gunung, tetapi pada tanah yang berdrainase baik. Kadang ditemukan tumbuh liar. Pohon, tinggi sekitar 9 m, percabangan banyak, cabang muda berambut halus. Daun tunggal, letak berseling, bertangkai yang panjangnya 4 cm. Helai daun bulat telur sampai berbentuk jantung, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip agak menonjol, permukaan atas dan bawah kasar, panjang 2,5 - 20 cm, lebar 1,5 - 12 cm, warnanya hijau. Bunga majemuk bentuk tandan, keluar dari ketiak daun, mahkota bentuk taju, warnanya putih. Dalam satu pohon terdapat bunga jantan, bunga betina dan bunga sempurna yang terpisah. Murbei berbunga sepanjang tabun. Buahnya banyak berupa buah buni, berair dan rasanya enak. Buah muda warnanya hijau, setelah masak menjadi hitam. Biji kecil, warna hitam. Tumbuhan ini dibudidayakan karena daunnya digunakan unluk makanan ulat sutera. Daun muda enak di sayur dan berkhasiat sebagai pembersih darah bagi orang yang sering bisulan. Perbanyakan dengan setek dan okulasi.

6

4. Kandungan kimia Daun murbei mengandung ecdysterone, inokosterone, lupeol, beta-sitosterol, rutin, moracetin, isoquersetin, scopoletin, scopolin, alfa-, beta-hexenal, cis-beta-hexenol, cis-lamda-hexenol,

benzaidehide, eugenol, linalool, benzyl alkohol, butylamine, aceto'ne, trigonelline, choline, adenin, asam amino, copper, zinc, vitamin (A, B1, C. dan karoten), asam klorogenik, asam fumarat, asam folat, asam formyltetrahydrofolik, dan mioinositol. Juga mengandung

phytoestrogens. Bagian ranting murbei mengandung tanin dan vitamin A. Buahnya mengandung cyanidin, isoquercetin, sakarida, asam linoleat, asam stearat, asam oleat, dan vitamin (karoten, B1, B2 dan C). Kulit batang mengandung (1) triterpenoids: alfa-,beta-amyrin, sitosterol, sitosterol-alfa-glucoside. (2) Flavonoids: morusin,

cyclomorusin, kuwanone A,B,C, oxydihydromorusin. (3) Coumarins: umbelliferone, dan scopoletin. Kulit akar mengandung derivat flavone mulberrin, mulberrochromene, cyclomulberrin, cyclomulber-

rochromene, morussin, dan mulberrofuran A. Juga mengandung betulinic acid, scopoletin, alfa-amyrin, beta-amyrin, undecaprenol, dan dodecaprenol. Biji: urease. Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian : Eedysterone berkhasiat hipoglikemik.

7

B. Uraian antioksidan 1. Pengertian Antioksidan Antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang mampu

menghambat atau mencegah terjadinya oksidasi. Antioksidan memiliki kemampuan dalam memberikan elektron, mengikat dan mengakhiri reaksi berantai radikal bebas yang merusak. Antioksidan yang dipakai kemudian didaur ulang oleh antioksidan lain untuk mencegahnya menjadi radikal bebas (bagi dirinya sendiri) atau tetap dalam bentuk tersebut tetapi dengan struktur yang tidak dapat merusak molekul lainnya. Aktivitas antioksidan tergantung pada banyak faktor seperti komposisi lipid, konsentrasi, suhu, tekanan oksigen serta adanya antioksidan lainnya dan komponen-komponen makanan pada

umumnya termasuk protein dan air. Antioksidan pertama kali digunakan sebelum perang dunia kedua untuk pemeliharaan mutu makanan. Awalnya antioksidan ini adalah berasal dari bahan-bahan alami, dimana segera tergantikan oleh senyawa-senyawa sintetik, yang lebih murah, dan kemurniannya lebih konsisten dan dapat diproses dalam beragam bentuk. Senyawa-senyawa tersebut telah diuji tingkat toksisitasnya pada metode dalam kosentrasi yang berbeda selama 100-200 kali pada tingkatan yang dikonsumsi, untuk mengkorfimasikan senyawa-senyawa tersebut aman digunakan

sebagi aditif. Peningkatan penggunaan berbagai jenis aditif-aditif

8

sintetik pada makanan kemudian di pertentangkan oleh konsumen. Konsumen menginginkan senyawa-senyawa sintetik ini diganti dengan bahan alami, dimana lebih aman dan lebih diterima konsumen. Produsen industri kini mencoba untuk memenuhi keinginan konsumen dan meningkatkan penggunaan antioksidan alami. (Pokorny et al., 2002) Antioksidan kini diketahui mempunyai efek protektif dan terapeutik agen. Dalam beberapa tahun terakhir ini penggunaan antioksidan sintetik mulai dikurangi karena bersifat toksik dan beresiko merugikan kesehatan. Pentingnya mengeksplorasi antioksidan alami dari berbagai sumber dan menggantikan antioksidan sintetik dengan bahan alami sangat menarik perhatian. Kebanyakan antioksidan alami seperti polipehenol, dan flavonoid-flavonid yang ditemukan pada tanaman, beberapa juga dilaporkan berasal dari jamur walaupun dalam jumlah yang tidak terlalu signifikan. (Ji et al.,2004) 2. Jenis antioksidan (Pokorny et al. 2002) a. Antioksidan alami Senyawa-senyawa antioksidan dapat ditemukan dihampir semua tanaman, mikroorganisme, fungi, bahkan dalam jaringan hewan. Sebagian besar antioksidan alami adalah senyawa fenolik dan yang terpenting adalah kelompok tocoferol, flavonoid dan asam fenolik.

9

b. Antioksidan sintetik Beberapa jenis senyawa antioksidan sintetik yang sering

digunakan adalah senyawa fenolik yang telah disintesis seperti butylated hydroxyanisol (BHA), butylated hydroxy-toluene (BHT), tertiary butylhydroquinone (TBHQ), dan ester dari asam galat yaitu propil galat (PG). sintetik antioksidan fenolik selalu tersubtitusi oleh alkil untuk mengimprovisasi kelarutan dalam lemak dan minyak. C. Penentuan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2pikrilhidrazil) DPPH adalah senyawa paramagnetic dengan sebuah elektron, menunjukkan daya serapan yang kuat pada panjang gelombang 517 dalam pelarut methanol. Penurunan absorban terjadi jika warna berubah dari ungu menjadi kuning akibat dari peredaman radikal bebas oleh antioksidan yang mendonasikan hidrogen sehingga membentuk molekul DPPH-H yang stabil.

Diphenylpicrylhydrazyl (free radical)

Diphenylpicrylhydrazine (nonradical)

Gambar 1. Proses pengikatan atom oleh DPPH

10

Metode DPPH diperkenalkan hampir 50 tahun yang lalu oleh Marsden Blois, yang bekerja di Universitas Stanford. Menurut Blois Senyawa antioksidan akan bereaksi dengan radikal DPPH melalui mekanisme donasi atom hydrogen dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu ke kuning yang diukur pada panjang gelombang 517 nm. (Endang et al. 2005.) Metode ini sangat populer dan banyak digunakan oleh para peneliti dalam menentukan aktifitas antioksidan suatu senyawa karena penerapannya yang ekonomis, mudah dan sederhana, metode ini secara luas digunakan untuk menentukan aktifitas antioksidan pada senyawasenyawa fenol atau lainnya, tujuan dari metode ini adalah menguji penggunaan parameter IC50 (kosentrasi setara yang memberikan efek 50%). (Molyneux, 2004)(Rafael and others, 2007) Penentuan peredaman aktivitas radikal atau penghambatan radikal bebas dinyatakan dalam dalam persen (I%) dimana absorban dari lautan campuran radikal bebas DPPH dan sample antioksidan (sample uji atau antioksidan yang telah diketahui, seperti vitamin C biasanya digunakan sebagai kontrol) dihubungkan dengan absorban larutan tanpa sampel (blangko) setelah diinkubasikan dalam waktu tertentu (30 menit), menggunakan rumus : %I = Ablangko Asample / Ablangko x 100

11

Hasil tersebut digunakan pada penentuan IC50, penggunaan parameter ini menggambarkan dimana kosentrasi dapat menyebabkan penurunan aktivitas DPPH sebanyak 50%. IC50 tersebut ditentukan dengan memplot grafik persentase penghambatan (I%) dengan konsentrasi antioksidan dan dihitung dengan menggunakan rumus regresi linear. (Deborah et al. 2007)

D. Uraian Vitamin C (Asam Askorbat) Defisiensi vitamin C yang dinamakan skorbut atau scurvy telah dikenal semenjak tahun 1720. Diketahui pula bahwa penyakit tersebut dapat mencegah dengan pemberian sayur-mayur atau buah-buahan segar terutama golongan jeruk yang ternyata mengandung vitamin C. Asam askorbat mula-mula dikenal dengan sebagai asam heksuronat dengan rumus C6H6O6. Karena berkhasiat antiskorbut maka dinamakan asam askorbat atau vitamin C. Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertetu merupakan reduktor dan antioksidan. Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan, stabil pada keasaan kering. Dalam bentuk larutan di wadah terbuka, zat ini cepat rusak. (Dewoto, 2007)

12

E. Uraian Spektrofotometer UV-Visible (Mulia M dan Syahrani A, 1990) Spektrofotometer merupakan salah satu cabang analisis

instrumental yang membahas tentang interaksi atom-atom molekul dengan radiasi elektromagnetik. Pada prinsipnya interaksi radiasi elektromagnetik dengan molekul menghasilkan satu atau dua macam kejadian dari tiga kejadian yang menjadi sebagai akibat interaksi atom atau molekul dengan radiasi elketromagnetik adalah hamburan, absorbsi dan emisi. Spektrum UV-Visible disebut spectrum elektromagnetik, karena terjadi sebagai hasil interaklsi radiasi UV-Visible terhadap molekul yang mengakibatkan molekul tersebut mengalami transisi elektromagnetik. Informasi yang diperoleh antara lain adanya gugusan berikatan rangkap atau terkonyugasi yang mengabsorbsi radiasi eleketromagnetik di daerah UV-Visible. Ada dua daerah pengukuran yaitu daerah radiasi UV (ultra lembayung) dengan panjang gelombang 200-380 nm dengan daerah radiasi visible (sinar tampak) dengan panjang gelombang 380-780 nm. Metode spektrofotometri-visible merupakan penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna atau dikenal juga dengan metode kolorimetri. Hanya larutan senyawa yang dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tidak berwarna dengan mereaksikan dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna.

13

Instrumen yang digunakan untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsi dari pada panjang gelombang disebut spektrofotometer. Komponen-komponen pokok dari

spektrofotometer meliputi: sumber radiasi, monokromator, tempat cuplikan, detektor dan meter atau pencatat. Diagram sederhana dari spektrofotometer adalah sebagai berikut : Sampel

Sumber Radiasi

Monokromator

Detektor Radiasi

Meter atau Pencatat

Blanko Gambar 2. Skema rangkaian alat spektrofotometri UV-Visible 1. Sumber radiasi Sumber radiasi cahaya tampak yang paling umum dipakai adalah lampu kawat pijar tungsten. Lampu tungsten merupakan campuran dari filament tungstein dan gas iodine (halogen). Oleh sebab itu disebut sebagai lampu Tungstan-iodin. Sumber radiasi ini dapat memancarkan radiasi kontinyu pada daerah antara 380 nm 780 nm . 2. Monokromator Monokromator berfungsi untuk mengurai radiasi ke panjang gelombang penyusunnya dan memungkinkan untuk memisahkan

14

setiap bagian spectrum yang dikehendaki. Suatu monokromator terdiri dari susunan : celah masuk filter prisma kisi difraksi celah keluar. 3. Wadah untuk sampel dan pelarut Wadah untuk sample dan pelarut disebut sel atau kuvet. Wadah ini harus terbuat dari bahan yang dapat melewatkan radiasi pada daerah spectrum yang akan dikehendaki. Untuk dapat dipakai pada daerah UV-Vis, bahannya harus kuarsa atau leburan silica. Wadah yang dibuat dari kaca siika dapat digunakan pada daerah 350 sampai 2m, sedangkan wadah palstik digunakan untuk daerah cahaya tampak. 4. Detektor dan pencatat Detektor adalah alat yang menangkap sinyal listrik dalam spektrofotometri setelah radiasi melewati contoh yang dianalisis kemudian merubah signal radiasi yang diterima menjadi signal elektronik. Kebanyakan detector menghasilkan sinyal listrik yang dapat mengaktifkan meter atau pencatat. Setiap pencatat harus menghasilkan sinyal yang secara kuantitatif berkaitan dengan tenaga cahaya yang mengenainya

15

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental

laboratorium dengan desain penelitian yaitu bahan uji yang digunakan adalah ekstrak methanol daun Murbei (Morus alba L.) dengan lima kosentrasi yaitu 5, 10, 15, 20, dan 25 bpj dan sebagai pembanding adalah Vitamin C dengan menggunakan metode DPPH, kemudian ditentukan IC50 dengan menggunakan perhitungan regresi. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelititan ini dilaksanakan di Laboratorum Fitokimia Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Indonesia Timur dan Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Waktu penelitian dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2009.

C. Alat yang Digunakan 1. Corong pisah 2. Erlenmeyer 250 ml, 500 ml 3. Gelas ukur 25 ml, 50 ml, 100 ml 4. Labu ukur 100 ml 5. Pipet mikro 15

16

6. Pipet volum 7. Rotary evaporator 8. Seperangkat alat maserasi 9. Spektrofotometer UV-Vis 10. Timbangan analitik 11. Timbangan gram

D. Bahan yang Digunakan 1. Asam askorbat (Vit. C) 2. DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) 3. Metanol 4. Sampel daun Murbei (Morus alba L.) E. Metode Kerja 1. Pengambilan sampel Sampel yang akan digunakan adalah Daun Murbei yang diperoleh dari Balai Persutraan Alam, Kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan. Pengambilan daun dilakukan pada pagi hari jam 07.00 sampai 09.00. Daun diambil dengan cara dipetik. 2. Pengolahan sampel Daun Murbei dibersihkan dengan air mengalir, disortasi basah dan dipotong kecil-kecil sesuai dengan derajat kehalusan 4/18 lalu

17

dikeringkan dengan cara diangin-anginkan diluar pengaruh cahaya matahari langsung. 3. Ekstraksi sampel Daun Murbei, ditimbang sebanyak 500 g, kemudian dimaserasi dengan metanol selama 5 hari ditempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk. Dilakukan penggantian cairan penyari metanol hingga Filtrat seluruh komponen kimia terekstraksi diuapkan secara dengan

sempurna.

dikumpulkan

kemudian

menggunakan rotavapor hingga diperoleh ekstrak kental. 4. Pembuatan larutan stok 100 bpj sebanyak 100 ml Ditimbang dengan teliti ekstrak sebanyak 50 mg, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan dicukupkan dengan metanol sampai tanda (1000 bpj). Kemudian diukur sebanyak 10,0 ml dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan dicukupkan dengan metanol hingga tanda (100 bpj). 5. Pembuatan larutan uji 5, 10, 15, 20 dan 25 bpj Untuk pembuatan larutan uji 5 bpj, diukur 5,0 ml larutan stok, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan dicukupkan dengan metanol hingga tanda. Dilakukan hal yang sama dengan mengukur 10,0 ml untuk konsentrasi 10 bpj, 15,0 ml untuk kosentrasi 15 bpj, 20,0 ml untuk kosentrasi 20 bpj dan 25,0 ml untuk kosentrasi 25 bpj.

18

6. Pembuatan larutan pembanding 5, 10, 15, 20 dan 25 bpj Pembanding yang digunakan adalah vitamin C, untuk larutan stok, ditimbang dengan teliti vitamin C sebanyak 50 mg, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan dicukupkan dengan metanol sampai tanda (1000 bpj). Kemudian diukur sebanyak 10,0 ml dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan dicukupkan dengan metanol hingga tanda (100 bpj), setelah itu dibuat dalam beberapa kosentrasi. Untuk 5 bpj, diukur 5,0 ml larutan stok, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan dicukupkan dengan metanol hingga tanda. Dilakukan hal yang sama dengan mengukur 10,0 ml untuk konsentrasi 10 bpj, 15,0 ml untuk kosentrasi 15 bpj, 20,0 ml untuk kosentrasi 20 bpj dan 25,0 ml untuk kosentrasi 25 bpj. 7. Pembuatan larutan DPPH 1mM sebanyak 50 ml Ditimbang DPPH sebanyak 20 mg kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan dicukupkan dengan metanol hingga tanda. 8. Uji aktivitas Antioksidan Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan

menggunakan metode DPPH dimana larutan ekstrak daun Murbei dengan kosentrasi yang telah ditentukan, Masing-masing

dimasukkan ke dalam tiap tabung reaksi dan ditambahkan 0,5 ml larutan DPPH 1mM dan dicukupkan volumenya sampai 5,0 ml,

19

kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit, selanjutnya diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm, dengan metanol sebagai blangko. Sebagai pembanding digunakan vitamin C.

20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada proses ekstraksi sampel daun Murbei sebanyak 500 gram dengan menggunakan pelarut metanol sebanyak 4 liter dengan metode maserasi hingga didapatkan ekstrak sebanyak 14,3 gram atau dengan nilai randemen 2,86 %. Hasil pengukuran serapan larutan uji DPPH, dengan dan tanpa larutan uji ekstrak metanol daun Murbei dan pembanding Vitamin C dalam beberapa variasi konsentrasi menggunakan spektrofotometer UVVis pada panjang gelombang 515 nm selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1, dilanjutkan dengan penentuan % peredaman dan IC50. Besarnya % peredaman DPPH oleh ekstark Murbei (Morus alba L.) dengan kosentrasi 5 bpj, 10 bpj, 15 bpj, 20 bpj, 25 bpj secara berturut-turut sebesar 3,186 %, 18,87%, 29,90%, 43,38% dan 59,55%, dengan nilai IC50 sebesar 21,62 bpj. Untuk % peredaman DPPH oleh Vitamin C pada kosentrasi 5 bpj, 10 bpj, 15 bpj, 20 bpj, 25 bpj secara berturut-turut sebesar 18,13%, 30,88%, 39,21%, 53,43% dan 78,92%. Dengan nilai IC50 sebesar 15,41 bpj, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.

20

21

B. Pembahasan Penelitian ini dimulai dengan mengekstraksi daun Murbei (Morus alba L.) menggunakan pelarut metanol. Penggunaan pelarut metanol didasarkan pada sifat pelarut ini yang semipolar, yang memiliki kemampuan mengekstraksi senyawa polar dan nonpolar yang banyak terkandung dalam sampel daun Murbei. Penentuan aktivitas antioksidan daun Murbei menggunakan metode DPPH karena merupakan metode yang paling sederhana mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel. Prinsip kerja metode ini didasarkan pada besarnya kemampuan sampel dalam meredam oksidasi yang diakibatkan oleh radikal bebas sintetik DPPH. Senyawa antioksidan akan bereaksi dengan radikal DPPH melalui mekanisme donasi atom hidrogen dan menyebabkan terjadinya

peluruhan warna DPPH dari ungu ke kuning yang diukur pada panjang gelombang 517 nm. (Hanani, 2005) Penggunaan pelarut metanol karena mengenai pelarut yang paling tepat yang digunakan pada metode ini adalah etanol dan metanol, karena tidak mengganggu reaksi. penggunaan sistem pelarut lain seperti air atau aseton tampaknya memberikan nilai yang cukup rendah pada tingkat peredaman (Guo et al.,2001) Dalam pengukuran absorban, panjang gelombang maksimum yang digunakan bervariasi seperti 515 nm, (Bondet et al., 1997; Brand-

22

Williams et al., 1995; Gomez Alonso et al., 2003; Lebeau et al., 2000; Sanchez Moreno et al., 1999), 516 nm (Schwartz et al., 2001), 517 nm (Lu and Foo, 2002; Zhu et al., 2002), 518 nm (Leitao et al., 2002) dan 520 nm (Kim et al., 2002). Akan tetapi, dalam pelaksanaannya mengingat bahwa yang "puncak" adalah maksimum, yaitu bagian atasnya bulat, dan juga nilai-nilai absorbansi mutlak tidaklah penting, panjang gelombang dapat diatur untuk dapat memberikan absorbansi maksimum pada instrumen yang digunakan. (Molyneux, 2004) Dalam metode ini waktu reaksi yang digunakan adalah 30 menit sangat direkomendasikan, dan ini telah diikuti peneliti-peneliti yang lebih baru (Kim et al., 2002). Waktu yang lebih pendek juga telah digunakan, seperti 5 menit (Lebeau et al., 2000), atau 10 menit (Schwarz, et al., 2001). Namun, mengingat kenyataan bahwa laju reaksi bervariasi secara luas di antara substrat (Brand-Williams et al., 1995; Bondet et al., 1997), pengerjaan terbaik tampaknya mengikuti reaksi tersebut sampai selesai ( "stabil") (Lu et al., 2000; Sa'nchez-Moreno et al., 1999; Yepez et al., 2002). Laju reaksi juga telah diusulkan sebagai parameter lebih lanjut untuk mencirikan antioksidan (Sa 'nchez-Moreno et al., 1998; Sa 'nchezMoreno et al., 1999) Pada metode ini aktivitas antioksidan dinyatakan dalam nilai IC 50. Nilai IC50 dapat diartikan sebagai kosentrasi sampel yang dapat meredam 50% oksidasi DPPH. Penentuan IC50 diawali dengan

23

menentukan besarnya % peredaman sampel pada beberapa variasi kosentrasi sampel. Dilanjutkan dengan analisis probit dengan

memplotkan pada grafik aktivitas peredaman dengan kosentrasi ekstrak, sehingga diperoleh nilai IC50. Pada penelitian ini nilai IC50 sampel ekstrak daun Murbei sebesar 21,62 bpj, hal ini menunjukkan bahwa pada kosentrasi tersebut ekstrak sampel daun Murbei dapat meredam 50% oksidasi yang diakibatkan oleh DPPH. Bila dibandingkan dengan nilai IC50 Vitamin C sebagai pembanding sebesar 15,41 bpj, ini menunjukkan bahwa kemampuan ekstrak daun Murbei tidak memperlihatkan

perbedaan yang besar dengan kemampuan antioksidan Vitamin C, sehingga ekstrak daun Murbei mempunyai potensi sebagai sumber antioksidan alami. Pada penelitian ini pengujian masih menggunakan ekstrak kasar, sehingga masih ada kemungkinan senyawa murni yang dikandung memiliki aktivitas peredaman yang lebih kuat dibandingkan ekstraknya.

24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan dapat diambil kesimpulan sebgai berikut: 1. IC50 ekstrak metanol daun Murbei (Morus alba L.) sebesar 21,26 bpj. 2. IC50 Vitamin C yaitu sebesar 15,41 bpj. 3. Ekstrak metanol daun Murbei (Morus alba L.) memiliki potensi sebagai salah satu sumber antioksidan alami. B. Saran Disarankan untuk melakukan pengujian penentuan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menggunakan fraksi atau isolat dari ekstrak ini. Serta untuk menguji aktivitas antioksidan dengan metode lain baik secara invitro maupun invivo.

24

25

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1989. Materi Medika Indonesia Jilid V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Anonim, 2005. Murbei Bisa Dibuat Teh. Republika Online. Jakarta. (Online) (www.republika.co.id, diakses tanggal 2 mei 2008) Bondet, V., Brand-Williams, W. and Berset, C. 1997. Kinetics and mechanisms of antioxidant activity using the DPPH free radical method, Lebensmittel- Wissenschaft und -Technologie/Food Science and Technology, 30: 609-615. Brand-Williams, W., Cuvelier, M.E. and Berset, C. 1995. Use of a free radical method to evaluate antioxidant activity, Lebensmittel-Wissenschaft und -Technologie/Food Science and Technology, 28: 25-30. Dalimartha, S, 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 1, Trubus Agriwidya, Jakarta. Damayanthi, E, 2007, Diversifikasi Produksi Teh sebagai Minuman Kesehatan. LPPM IPB, Bogor. (Online), (www.ipb.co.id diakses tanggal 19 september 2008). Deborah, H et al., 2007, Phenolic Antioxidants Identified by ESI-MS from Yerba Mat (Ilex paraguariensis) and Green Tea (Camelia sinensis) Extracts, Molecules, Nutrition Department, School of Public Health, So Paulo University, Brasil Dewoto, R. Hedi, 2007, Farmakologi dan Terapi, Depertemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta. Hal. 777-778 Depkes RI., 1995. Farmakope Indonesia. Edisi III. Direktorat Jendral POM. Jakarta. Hal. 9 Gomez-Alonso, S., Fregapane, G., Salvador, M.D. and Gordon, M.H. 2003. Changes in phenolic composition and antioxidant activity of virgin olive oil during frying, J. Agric. Food Chem., 51: 667-672. Guo, J.-T., Lee, H.-L., Chiang, S.-H., Lin, F.I. and Chang, C.-Y. 2001. Antioxidant properties of the extracts from different parts of broccoli in Taiwan, J. Food Drug Anal., 9(2): 96-101

26

Hanani, E. et al., 2005, Identifikasi Senyawa Antioksidan Dalam Spons Callyspongia Sp Dari Kepulauan Seribu, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.3, Departemen Farmasi, FMIPA-UI, Jakarta. Hansen et al., 2008, Antioxidant Capacity, Phenolic Content, and Polysaccharide Content of Lentinus edodes Grown in Whey Permeate-Based Submerged Culture, Jurnal of Food Sci. Vol. 73. Hal. M1 Ji, K. Liu et al., 2004, DPPH Radical Scavenging Activity of Ten Natural pTerphenyl Derivatives Obtained from Three Edible Mushrooms Indigenous to China, CHEMISTRY & BIODIVERSITY Vol. 1, Kunming Institute of Botany, the Chinese Academy of Sciences, Kunming 650204, P. R. China. Hal. 601 Kim, J.-K., Noh, J.H., Lee, S., Choi, J.S., Suh, H., Chung, H.Y., Song, Y.-O. and Choi, W.C. 2002. The first total synthesis of 2,3,6-tribromo-4,5dihydroxybenzyl methyl ether (TDB) and its antioxidant activity, Bull. Korean Chem. Soc., 23(5): 661-662. Lebeau, J., Furman, C., Bernier, J.-L., Duriez, P., Teissier, E. and Cotelle, N. 2000. Antioxidant properties of di-tert-butylhydroxylated flavonoids, Free Radic. Biol. Med., 29(9): 900-912 Lu, Y. and Foo, L.Y. 2000. Antioxidant and radical scavenging activities of polyphenols from apple pomace, Food Chemistry, 68: 81-85. Molyneux, P, 2004, The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity, Macrophile Associates, 9 Brewery Lane, Salisbury, Wiltshire, SP1 2LJ, U.K. Mulia, M., Syahrani, A., 1990. Aplikasi Analisis Spektrofotometer UV-VIS. Mecphiso Grafika. Surabaya. 1-103 Pokorny, J. et al., 2002, Antioxidants in Food Practical Applications, Woodhead Publishing Limited, Abington Hall, Abington, Cambridge CB1 6AH, England. Hal. 2, Rafael et al., 2007, Validation of HPLC, DPPH and nitrosation methods for mesalamine determination in pharmaceutical dosage forms, Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, Brazil.

27

Sanchez-Moreno, C. 2002. Review: methods used to evaluate the free radical scavenging activity in foods and biological systems, Food Sci. Tech. Int., 8(3): 121-137. Sanchez-Moreno, C., Larrauri, J.A. and Saura-Calixto, F. 1998. New parameter for evaluation of free radical scavenging capacity of polyphenols, 2nd International Electronic Conference on Synthetic Organic Chemistry (ESCOC-2), http://www.mdpi.org/escoc/, September 1-30, 1998 [dp130]; http://ecsoc2.hcc.ru/DP_TOP1/dp130 /dp130.htm. Sanchez-Moreno, C., Larrauri, J.A. and Saura-Calixto, F. 1999. Free radical scavenging capacity and inhibition of lipid oxidation of wines, grape juices and related polyphenolic constituents, Food Res. Int., 32: 407412. Sarastani et al., 2002, Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Ekstrak Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.), Buletin Teknologi dan Industri Pangan, Vol XIII no.2, Jakarta. (online), (www.iptek.net.id diakses tanggal 27 mei 2008) Sprowls, Joseph B., 1970. Prescription Pharmacy, J.B. Lippincott Company, Philadhelphia, USA. Hal. 418. Schwarz, K., Bertelsen, G., Nissen, L.R., Gardner, P.T., Heinonen, M.I., Hopia, A., Huynh-Ba, T., Lambelet, P., McPhail, D., Skibsted, L.H. and Tijburg, L. 2001. Investigation of plant extracts for the protection of processed foods against lipid oxidation. Comparison of antioxidant assays based on radical scavenging, lipid oxidation and analysis of the principal antioxidant compounds, Eur. Food Res. Technol., 212: 319-328. Yepez, B., Espinosa, M., Lo pez, S. and Bolanos, G. 2002. Producing antioxidant fractions from herbaceous matrices by supercritical fluid extraction, Fluid Phase Equil., 194-197: 879-884.

28

Daun Murbei (Morus alba L)- Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan - Dipotong-potong kecil dengan derajat halus 4/18

Serbuk daun MurbeiMaserasi dengan metanol

Vitamin C

Ekstrak pekat metanol

5 bpj,10 bpj,15 bpj, 20 bpj, 25 bpj

5 bpj,10 bpj,15 bpj, 20 bpj, 25 bpj

Uji DPPH Hasil Pengamatan

Pembahasan Kesimpulan Gambar 3. Skema kerja uji efek antioksidan fraksi metanol daun Murbei (Morus Alba l.) secara invitro

29

Tabel 1. Hasil pengamatan pada Spektrofotometri UV-Vis Konsentrasi Sampel (bpj) 5 10 Ekstrak metanol daun Murbei (Morus alba L.) 15 20 25 0,408 5 10 Vitamin C 15 20 25 0,334 0,282 0,248 0,190 0,086 0,286 0,231 0,165 () () 0,395 0,331 Blangko Absorban

30

Lampiran 1. Contoh Perhitungan % peredaman radikal bebas DPPH

a. % peredaman DPPH oleh ekstrak metanol daun Murbei (Morus alba L.) Kosentrasi 15 Bpj : 0, 286 nm % = 0,408 0,286 0,408 = 29,90 % b. % peredaman DPPH olehVitamin C Kosentrasi 15 Bpj : 0, 248 nm % = 0,408 0,248 0,408 = 39,21%

31

Lampiran 2. Contoh perhitungan IC50 a. Ekstrak metanol daun Murbei (Morus alba L.) Y = 1,130 + 2,898x y = a + bx x = 5 1,130 2,898 = 1,335 IC50 = Antilog x = 21,62 Bpj Jadi IC50 dari Morus alba L. adalah 21,62 Bpj b. Vitamin C Y = 2,389 + 2,196x y = a + bx x = 5 2,389 2,196 = 1,188 IC50 = Antilog x = 15,41 Bpj Jadi IC50 dari Vitamin C adalah 15,41 Bpj

32

Tabel 2. Hasil perhitungan IC50 [] Bpj 5 Ekstrak metanol daun Murbei (Morus alba L.) 10 15 20 25 5 10 Vitamin C 15 20 25 Log[ ] (x) 0,698 1 1,176 1,301 1,397 0,698 1 1,176 1,301 0,397 % pengikatan DPPH 3,186 18,87 29,90 43,38 59,55 18,13 30,88 39,21 53,43 78,92 Probit (y) 3,14 4,11 y = 1,130 + 2,898x 4,47 r = 0,993 4,85 5,24 4,08 4,49 y = 2,389 + 2,196x 4,72 r = 0,862 5,10 5,802 2

Sampel

Persamaan garis linear

IC50 (bpj)

21,62

15,41

33

Table 3. Nilai Probit sesuai dengan persentasinya % 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 3,72 4,17 4,48 4,75 5,00 5,25 5,52 5,84 6,25 0,0 99 7,33 7,37 7,41 7,46 7,51 7,58 7,66 7,75 7,88 8,09 1 2,67 3,77 4,19 4,50 4,77 5,03 5,28 5,55 5,88 6,34 0,1 2 2,95 3,87 4,23 4,53 4,83 5,05 5,31 5,61 5,98 6,41 0,2 3 3,12 3,92 4,29 4,59 4,85 5,10 5,36 5,64 5,99 6,55 0,3 4 3,25 3,92 4,29 4,59 4,85 5,10 5,36 5,64 5,99 6,55 0,4 5 3,36 3,95 4,33 4,61 4,87 5,13 5,39 5,67 6,04 6,64 0,5 6 3,45 4,01 4,36 4,64 4,90 5,15 5,41 5,71 6,08 6,75 0,6 7 3,52 4,05 4,39 4,67 4,92 5,18 5,44 5,74 6,13 6,88 0,7 8 3,59 4,08 4,42 4,69 4,95 5,20 5,47 5,77 6,18 7,05 0,8 9 3,66 4,12 4,45 4,72 4,67 5,23 5,81 5,81 6,23 7,33 0,9

34

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

% Peredaman

59.55 43.48 29.9 18.87 3.186 5 10 15 20 25

Kosentrasi sampel (Bpj)

Gambar 4. Histogram persen peredaman radikal bebas DPPH oleh ekstrak metanol daun Murbei (Morus alba L.)

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

78.92 53.43 39.21 30.88 18.13

% Peredaman

5

10

15

20

25

Kosentrasi sampel (Bpj)

Gambar 5. Histogram persen peredaman radikal bebas DPPH oleh larutan Vitamin C

35

Gambar 6. Kurva penentuan panjang gelombang maksimum (max) DPPH

36

Gambar 7.

Tabel 4.

Kurva serapan larutan DPPH 1mM dengan spektrofotometer setelah penambahan larutan ekstrak metanol daun Murbei (Morus Alba L.) Hasil serapan larutan DPPH 1mM dengan penambahan larutan ekstrak metanol daun Murbei (Morus Alba L.)

37

Gambar 8. Kurva serapan larutan DPPH 1mM dengan spektrofotometer setelah penambahan larutan Vitamin C Tabel 5. Hasil serapan larutan DPPH 1mM dengan penambahan larutan Vitamin C

38

7 6 5 probit 4 3 2 1 0 0 0.5 log [kosentrasi] 1 1.5 3.14 4.11 4.47 5.24 4.85 Y-Values Linear (Y-Values) Linear (Y-Values)

y = 2.8986x + 1.1307 R = 0.9932

Gambar 9. Grafik hubungan antara log kosentrasi dengan probit ekstrak metanol Morus alba L.

7 6 5 4.49 probit 4 3 2 1 0 0 0.5 log [kosentrasi] 1 1.5 4.08 4.72 5.1 5.8

y = 2.1961x + 2.3898 R = 0.8625

Y-Values Linear (Y-Values)

Gambar 10. Grafik hubungan antara log kosentrasi dengan probit Vitamin C

39

Gambar 11. Tanaman Murbei (Morus alba L.)