obesitas kuliah des 2010

17
OBESITAS Dr. Sugiarto dr, SpPD,FINASIM. Subbagian Endokrinologi Metabolik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Moewardi / F K Universitas Sebelas Maret Surakarta. I. PENDAHULUAN A.Definisi Pada dewasa obesitas didefenisikan sebagai indeks massa tubuh (IMT) > 30 kg/m 2 (IMT = berat badan (kg)/tinggi badan 2 (m 2 )). Normal = 20-25 kg/m 2 ; berlebih = 25-30 kg/m 2 ; obesitas > 30 kg/m 2 . Obesitas merupakan suatu kondisi kronik akibat akumulasi lemak tubuh [ body fat] yang abnormal, biasanya > 20% dari individu dengan berat badan ideal. Dalam kondisi normal prosentase lemak tubuh antara 25-30% pada wanita, dan 18-23% pada laki-laki. Bila pada wanita prosentase lemak tubuh > 30 % dan laki-laki > 25% dikatakan obese. Faktor- faktor biologi pada jaringan adiposit mengatur terhadap rasa lapar dan metabolisme energi. Penderita obesitas berat memerlukan terapi untuk memperbaiki prognosis, bentuk tubuh, dan meminimalisasi gejala/keluhan, terutama yang berasal dari masalah fisik. Obesitas berhubungan dengan meningkatnya risiko penyakit, kecacatan dan kematian. Distribusi anatomi lemak tubuh sangat berperan terhadap risiko penyakit, lemak visceral lebih banyak berhubungan dengan risiko penyakit dari pada lemak perifir. Sebagai contoh pemeriksaan lingkar pinggang dapat digunakan untuk indicator risiko klinik terutama hipertensi, diabetes dan dislipidemia. WHO menyatakan obesitas merupakan penyakit epidemic dan prevalensinya meningkat sepanjang tahun. Kelebihan berat badan merupakan problem yang serius di masyarakat karena dapat menyebabkan komplikasi selama kehidupanya. Obesitas terutama obesitas visceral harus mendapatkan penanganan yang serius karena dapat menimbulkan permasalahan baik individu dan mastarakat. Obesitas berhubungan dengan peningkatan penyakit diabetes mellitus, hipertensi dan 1

Upload: okkie-mharga-sentana

Post on 11-Sep-2015

226 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

obesitas

TRANSCRIPT

Obesitas

OBESITASDr. Sugiarto dr, SpPD,FINASIM.Subbagian Endokrinologi Metabolik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Moewardi / F K Universitas Sebelas Maret Surakarta.

I. PENDAHULUAN

A.Definisi

Pada dewasa obesitas didefenisikan sebagai indeks massa tubuh (IMT) > 30 kg/m2 (IMT = berat badan (kg)/(tinggi badan2 (m2)(). Normal = 20-25 kg/m2 ; berlebih = 25-30 kg/m2 ; obesitas > 30 kg/m2 .Obesitas merupakan suatu kondisi kronik akibat akumulasi lemak tubuh [ body fat] yang abnormal, biasanya > 20% dari individu dengan berat badan ideal. Dalam kondisi normal prosentase lemak tubuh antara 25-30% pada wanita, dan 18-23% pada laki-laki. Bila pada wanita prosentase lemak tubuh > 30 % dan laki-laki > 25% dikatakan obese. Faktor-faktor biologi pada jaringan adiposit mengatur terhadap rasa lapar dan metabolisme energi. Penderita obesitas berat memerlukan terapi untuk memperbaiki prognosis, bentuk tubuh, dan meminimalisasi gejala/keluhan, terutama yang berasal dari masalah fisik.

Obesitas berhubungan dengan meningkatnya risiko penyakit, kecacatan dan kematian. Distribusi anatomi lemak tubuh sangat berperan terhadap risiko penyakit, lemak visceral lebih banyak berhubungan dengan risiko penyakit dari pada lemak perifir. Sebagai contoh pemeriksaan lingkar pinggang dapat digunakan untuk indicator risiko klinik terutama hipertensi, diabetes dan dislipidemia. WHO menyatakan obesitas merupakan penyakit epidemic dan prevalensinya meningkat sepanjang tahun. Kelebihan berat badan merupakan problem yang serius di masyarakat karena dapat menyebabkan komplikasi selama kehidupanya.Obesitas terutama obesitas visceral harus mendapatkan penanganan yang serius karena dapat menimbulkan permasalahan baik individu dan mastarakat. Obesitas berhubungan dengan peningkatan penyakit diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit kardiovaskuler. Seiring dengan peningkatan indek masa tubuh ternyata diikuti oleh peningkatan kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Keberhasilan penurunan berat badan antara 5-10% dapat memperbaiki factor risiko penyakit kardiovaskuler.

Pada pria, kelebihan 10% berat badan meningkatkan kematian 13% dan kelebihan 20% berat badan meningkatkan 25%. Risiko kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan obesitas dapat dikurangi dengan penurunan berat badan. Penurunan berat badan 10 kg berhubungan dengan penurunan mortalitas 20-30%, kematian yang berhubungan dengan diabetes sebanyak 30-40%, kematian akibat kanker sebesar 40-50%. Penurunan berat badan dapat menurunkan kejadian diabetes mellitus sebesar 58% pada seseorang degan prediabetes. Penelitian obese di swedia selama 2 tahun penurunan berat badan memperlihatkan penurunan diabetes 32 kali dan hipertensi 2,6 kali.B.EpidemiologiDi negara-negara industri prevalensi meningkat pada obesitas. Di negara inggris tahun 1980 6% laki-laki dewasa dan 8% wanita dewasa didapatkan obese, tahun 1998 menjadi 17% laki-laki dan 21% wanita menjadi obese. Prevalensi obesitas meningkat dua kali lipat dalam dekade tarakhir dan sekarang mencapai 15% dari populasi dewasa di Inggris dan sampai 50% pada kelompok ras tertentu. Pada anak-anak prevalensi obsitas sekitar 20-25%. Di USA sekitar 300.000 setiap tahun meninggal karena obsitas dan > 80 % kematian pada pasien dengan IMT > 30 %. Untuk pasien dengan IMT > 40 % usia harapan hidup secara bermakna berkurang (laki-laki berkurang 20 tahun, wanita berkurang 5 tahun).Peningkatan obesitas terjadi pada anak di USA pada dua dekade. Laporan dari National Health and Nutritional Examination Survey (NHANES III) 1999-2002, diperkirakan bahwa usia 6-19 tahun terdapat 31% overweight atau risiko menjadi overweight yang didefinisikan dengan body mass index (BMI; kg/m2) atau diatas 85th percentile.Peningkatan overweight berhubungan dengan peningkatan ekonomi. Overweight anak dan remaja meningkatkan risiko seperti hipertensi, diabetes mellitus tipe 2,resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, dislipidemia, hiperkolesterolemia, asthma dan sleep apnea obtruktivus.II. ETIOPATOGENESISA.Etiologi.

Berat badan seseorang ditentukan oleh keseimbangan masukan kalori dan energi ekspenditur. Jika masukan kalori melebihi dari pembakaran atau metabolisme mengakibatkan peningkatan berat badan. Kelebihan energi dalam tubuh manusia disimpan dalam jaringan adiposity atau jaringan lemak tubuh. Umumnya penyebab tersering adalah kelebihan masukan makandan kurangnya aktifitas fisik. Beberapa factor yang berkontribusi terhadap obesitas adalah : 1.Genetik

: Efek genetic bersifat kompleks dan poligenik dengan kemungkinan diturunkan 20-40%. Biasanya berhubungan dengan mutasi dari gen leptin dan PPAR-(. Contoh gen yang menyebabkan obesitas adalah leptin defisiensi. Leptin merupakan hormone yang diproduksi oleh adiposity dan placenta. Leptin mengontrol berat badan melaui rangsangan otak terhadap rangsang makan. Jika seseorang di dalam tubuh tidak cukup leptin atau rangsangan leptin terhadap otak kurang , mengakibatkan control terhadap rasa lapar terhambat, selanjutnya mengakibatkan obesitas. Obesitas lebih sering terjadi bila salah satu atau kedua orang tuanya obese. 2.Kelebihan makan : kelebihan makanan menyebabkan peningkatan berat badan terutama jika diit tinggi lemak.Makana tinggi lemak atau gula (seperti fast food, fried food dan sweets ) mempunyai densitas tinggi( makanan-makanan yang mempunyai sedikit kalori, tetapi jumlahnya banyak). Penelitian epedemiologi memperlihatkan bahwa diit tinggi lemak berkontribusi terhadap peningkatan berat badan. 3.Diit tinggi karbohidrat sederhana : Peranan karbohidarat terhadap peningkatan berat badan tidak jelas. Karbohidrat meningkatkan kadar glukosa darah, selanjutnya merangsang pelepasan insulin oleh pancreas dan insulin memacu pertumbuhan jaringan adiposity dan menyebabkan peningkatan berat badan. Karbohidrat sederhana seperti glukosa, fruktosa, desserts, soft drink, beer, wine dll, berkontribusi terhadap peningkatan berat badan dan lebih banyak dilepaskan insulin dari pada makanan yang mengandung karbohidrat komplek. Peningkatan insulin atau hiperinsulinemia berperan terhadap peningkatan berat badan. 4.Frekuensi makan : Hubungan antara frekuensi makan dan berat badan masih kontroversi. Beberapa laporan bahwa orang dengan overweight frekuensi makan kurang dibanding orang dengan berat badan normal. Beberapa ahli mengamati orang yang makan sehari antara 4 sampai 5 kali sehari , mempunyai kadar kolesterol dan glukosa lebih rendah dari pada orang yang makan 2 atau 3 kali sehari. 5.Metabolisme rendah: Wanita mempunyai otot lebih sedikit dari pada laki-laki. Hasil metabolisme otot lebih banyak menghasilkan kalori dari pada jaringan lain seperti jaringan adiposity. Akibatnya pada wanita metabolisme lebih rendah dari pada laki-laki, selanjutnya kecenderungan terjadi peningkatan berat badan lebih banyak. 6.Kurangnya aktifitas fisik : seseorang yang diam metabolismenya lebih rendah dari pada seseorang yang aktifitas. Survey dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) memperlihatkan bahwa inaktifitas berkorelasi kuat terhadap peningkatan berat badan.

7.Obat-obatan : obat-obatan yang berhubungan dengan peningkatan berat badan adalah antidepresan, antikonvulsi, anti diabetic (insulin, sulfonylurea dan thiazolidinediones), kontrasepsi oral, kortikosteroid, antihipertensi dan anti histamine. 8.Lingkungan

: Lingkungan berperan terhadap peningkatan prevalensi obesitas yang disebabkan oleh penurunan energi dan perubahan pola hidup terutama yang berhubungan dengan makanan yang mengandung lemak tinggi, tinggi kalori, serta jarang berolahraga. Peningakatan prevalensi obesitas dalam suatu penelitian berhubungan dengan kekerapan melihat televisi. Masukan makanan dan aktivitas fisik sangat berperan terhadap peningkatan obesitas pada dewasa. 9.Neuroendokrin : neuropeptida Y (hormone hipotalamus yang merangsang nafsu makan) dan leptin (hormon peptide yang disintesa di jaringan lemak yang bekerja di hipotalamus untuk menekan asupan makanan dan pengeluaran energi) , bekerja sama dengan neurotransmitter lain, mengatur keseimbangan energi. Mutasi dari reseptor dan transmitter berhubungan dengan obesitas pada tikus percobaan dan beberapa kasusu obesitas berat yang jarang pada manusia. 10.Factor psikologi : Geajala stres seperti cemas, depresi, distress, sekresi kortisol akan mempengaruhi kebiasaan makan dan mengakibatkan overweight dan obesitas.B.Patofisiologi

Obesitas terjadi akibat ketidak seimbangan antara metabolism dan penyimpanan lemak tubuh, Organ utama yang mengatur system tersebut adalah otak. Otak mengatur bagaimana siknal sirkulasi yang berhubungan dengan ukuran masa lemak ( siknal adiposity) yang diitegrasikan dengan siknal dari system gastro intestinal (siknal kenyang ) terhadap control homeostasis energy. Siknal adiposity masuk ke otak pada tingkat hypothalamus. Siknal neural dari system gastrointestinal dan liver menginformasikan makanan yang masuk. Selanjutnya siknal kenyang dikirim ke otak. Otak menerima respon dari siknal hormonal melalui jalur neuropeptide, selanjutnya memberikan keluaran langsung ke homeostasis energy. Termasuk aktivasi neuroendokrin, kebiasaan motorik dan aktifitas autonom.

Jaringan adiposity merupakan organ endokrin, eksokrin dan autokrine yang mengatur proses proses fisiologi dan patologis. Stress organ reticulum endoplasmic berperan terhadap metabolisme dan disfungsi adiposit. Stress reticulum endoplasmic menyebabkan ketidak seimbangan adipositokin yang disekresi oleh adiposity. Jaringan adiposity mensekresi beberapa bahan aktif yang disebut adipositokin. Bahan aktif yang disekresi oleh adiposity adalah leptin, adipsin, adiponectin, resistin, tumor necrosis factor- ( (TNF- (), transforming growth factor-(T(GF-(), vascular endothelial growth factor (VEGF), Interleukin-6 (IL-6), angiotensinogen, apoliproprotein-E, plasminogen activating inhibitor-1 (PAI-1), tissue factor dll. Bahan bahan bioaktif inilah yang menentukan patofisiologi terhadap beberapa penyakit yang berhubungan dengan obesitas.

Feedback negatip hubungan antara masa lemak, sirkulasi hormone adiposity dan masukan makanan (Woods dan Seeley, 2002)Adipokine mempunyai peran terhadap resistensi insulin, produksi lipoprotein liver dan inflamasi vaskuler. Hormone leptin dan adiponectin oleh adiposity berhubungan dengan peningkatan subinflamasi kronik terutama berperan terhadap komplikasi resistensi insulin dan kardiovaskuler. Adiponectin dan leptin merupakan biomaker terhadap prediksi baik terhadap kejadian dan keberhasilan intervensi terhadap penyakit kardiovaskuler. Kadar adiponectin menurun pada diebetes mellitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler, sebaliknya leptin kadarnya meningktan pada kedua penyakit tersebut. Peningkatan kadar leptin berhubungan dengan pembentukan atherosklerosis, sehingga pemeriksaan terhadap leptin dapat dipakai sebagai prediksi terhadap penyakit kardiovaskuler.

Disfungsi jaringan adiposity berperan terhadap resistensi insulin yang diakibatkan oleh hipertropi dan hiperplasi adiposity, kurangnya aliran darah, hipoksia, inflamasi dan infiltrasi makrofag pada jaringan adiposity.

Gambar Adipositokin yang berhubungan dengan adiposit.

Skema . Beberapa hormon yang disekresi oleh jaringan adiposit.C.Jalur molekuler yang mengatur obesitasGen obesitas yang mengatur sistem fisiologi terhadap peningkatan berat badan adalah :

1. Hormon leptin.

a. Merupakan hormon yang diproduksi oleh jaringan adipositb. Merupakan gen yang mengatur neuropeptide.

c. Neurotransmitters neuropeptide Y yang merangsang masukan makanan dan melanocyte stimulating hormon menurunkan masukan makanan.2. Peroxisome proliferator activated receptor-( (PPAR-().

a. Merupakan gen yang mengatur thermoregulasi3. Ghrelin.

a. Merupakan gen yang meningkatkan berat badan.

b. Hormon ini disintesis oleh gaster yang merangasang masukan makanan pada manusia.

c. Dalam keadaan normal hormon ini didalam palsma meningkat setelah puasa dan menurun setelah diberi makan.III. GAMBARAN KLINIKA.Klasifikasi obesitas.Klasifikasi WHO dan risiko terhadap penyakit.

Klasifikasi WHOIMT (kg/ m2)Risiko terhadap penyakit

Underweight< 18,5 Rendah

Normal weight18,5-24,9Rata-rata

Overweight25,0-29,9Meningkat ringan

Obese :

Class I

Class II

Class II 3030,0-34,9

35,0-39,9

40,0Sedang

Berat.

Sangat berat

Ukuran Lingkar pinggang terhadap prediksi komplikasi metabolic

SexAlerting zoneAction zone

Male94-102 cm> 102 cm

female80-88 cm> 88 cm

B.Penilaian pasien obesitas

Untuk menilai status obesitas diukur dengan menghitung body mass index (BMI) atau indeks masa tubuh (IMT). BMI antara 25,9 29 disebut overweight, sebaliknya BMI 30 disebut obese. IMT berhubungan dengan lemak tubuh. Beberapa metode untum menilai lemak tubuh adalah dengan mengukur ketebalan kulit, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang / panggul, under water weighing, DEXA ( Dual energy X ray absorptiometry), BIA ( Bioelectric Impedance analysis ) ultrasonografi, computed tomografi dan magnetic resonace imaging (MRI).Penilaian klinis pada pasien obesitas meliputi:

Memastikan obesitas dengan menghitung IMT dan menilai pola distribusi lemak tubuh: obesitas setripetal (rasio pinggang/panggul , > 0,9 pada wanita, > 1,0 pada pria) berhubungan dengan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Perjalanan obesitas menurut waktu: apakah obesitas baru terjadi atau sudah lama, pernah atau tudaknya dilakukan tindakan terapi untuk obesitas dan riwayat keluarga. Penjelasan obesitas juga bisa didapatkan dengan mengetahui kebiasaan makan dan aktivitas fisik. Penyebab sekunder: sangat jarang tapi harus dicari jika baru-baru ini (kurang beberapa tahun lalu) pernah ada kenaikan berat badan tanpa penyebab yang jelas, dan/ atau jika ada tanda fisik atau hasil tes biokimiawi yang abnormal. Penyebab timbulnya obesitas di antaranya adalah sindrom Cushing ( kortisol bebas dalam urin 24 jam), hipotiroidisme (TSH), gangguan hipotalamus (nafsu makan tidak terkendali), sindrom Prader-Willi (delesi lengan panjang dari kromosom 15, menyebabkan hipogonadisme dan obesitas) atau sindrom Lawrence-Moon-Biedl. Penilaian risiko kardiovaskular keseluruhan: dari glukosa puasa profil lipid serta adanya kelainan vascular. C.Pemeriksaan klinis obesitas

1. Pemeriksaan fisik

Status gizi ( berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang)

Tekanan darah.

Kardiovaskuler.

Respirasi.

Gastrointestinal.

Musculoskeletal.

Kulit.

Endokrin dan metabolic.

2. Pemeriksaan laboratorium.

Darah rutin.

Glukosa puasa.

Profil lipid ( kolesterol total, LDL-kolesterol, HDL-kolesterol, trigliserid).

Asam urat.

Serum TSH dan FT4. Free cortisol urin 24 jam.

Elektrokardiografi dan rongent thorak.

Tes fungsi respirasi.

Plasma leptin.

D.Risiko terhadap penyakitObesitas dapat menyebabkan risiko terhadap beberapa penyakit seperti diabetes mellitus, hipetensi, dislipidemia, penyakit kardiovaskuler,stroke, kanker, arthritis dll. IMT merupakan salah satu indikatar untuk menentukan risiko kesehatan yang berhubungan dengan overweight atau obese. Ada 2 prediktor untuk menentukan risiko penyakit yaitu lingkar pinggang ( waist circumference) dan IMT. Lingkar pinggang dapat digunakan untuk memperkirakan adanya penyakit pada orang dengan obesitas.

Jaringan adiposit merupakan organ endokrin yang mengatur proses fisiologi dan pathologi termasuk inflamasi. Termasuk juga mensekresi leptin dan adiponectin. Lepasnya adipokin atau sitokin ke makrofag menyebabkan keadan kronik sub-inflamasi, selajutnya berperan terhadap komplikasi kardiovaskuler dan resistensi insulin atau sindroma metabolik. 1. Metabolic: hiperinsulinemia dan resistensi insulin; toleransi glukosa terganggu (prediabetes);diabetes mellitus; hipertensi; serangan jantung atau penyakit jantung iskemik (risiko meningkat empat kali lipat jika IMT > 29, penelitian Finnish memperlihatkan bahwa setiap kenaikan 1 kg risiko kematian meningkat 1 % ); gagal jantung; penyakit serebrovaskular (stroke); penyakit arteri perifir; hiperlipidemia dan infertilitas.Resistensi insulin :

Insulin merupakan hormon yang dikeluarkan oleh sel beta pancreas. Insulin mempunyai fungsi untuk tranport glukosa darah ke dalam sel-sel otot, jaringan adiposit, sel hepar. Insulin juga mempunyai reseptor di setiap sel pada tubuh manusia. Resistensi insulin terjadi bila kemampuan reseptor insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam sel mengalami hambatan, sebagai akibatnya terjadi peningkatan kadar glukosa didalam darah atau hiperglikemia. Pada obsitas dalam jangka pajang menyebabkan resistensi insulin. Akibat resistensi insulin pada penderita obesitas dalam perjalanan penyakit akan mengakibatkan terjadinya penyakit prediabetes dan diabetes mellitus tipe 2. Pada obesitas sentral sering berhubungan dengan diabetes tipe 2.Risiko terhadap penyakit jantung koroner :

Atherosklerosis merupakan faktor yang berperan penting terhadap penyakit jantung koroner. Adanya atherosklerosis pada pembuluh darah jantung berakibat terjadinya serangan jantung mendadak. Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya atherosklerosis. 2. Masalah fisik: osteoarthritis ( penyakit degeneratif), gout atau gout arthritis, varises pada vena, hernia (baik hernia hiatus maupun abdominal), hipoventilasi (apnea obstruktif saat tidur [OSA]), komplikasi akibat operasi. 3. Meningkatkan risiko kanker: payudara ( lemak merupakan jaringan yang memproduksi estrogen, paparan jangka panjang terhadap estrogen meningkatkan risiko kanker payudara), ovarium, endometrium, prostate, serviks, kolon dan empedu. IV. PENATALAKSANAANPrinsip penatalaksaan obesitas adalah keseimbangan energi menjadi negatif untuk menurunkan berat badan dan memelihara penurunan berat badan yang rendah selamanya. Keberhasilan penurunan berat badan menurut WHO adalah jika terjadi penurunan berat badan sebesar 5-15 % dari berat badan semula. Keberhasilan awal dapat diperlihatkan jika terjadi penurunan berat badan sebesar 10% selama 6 bulan pertama. Keberhasilan dapat tercapai bila terdapat kepatuhan penderita tentang memelihara diit, aktivitas fisik dan terapi. Pendekatan untuk penatalaksaan obesitas meliputi : diit, aktivitas fisik, terapi obat dan pembedahan. Perubahan gaya hidup yang mencakup mengurangi alkohol, olahraga, dan terutama berhenti merokok juga berperan terhadap keberhasilan terapi.A.Pendekatan Diit.

Pengurangan asupan kalori antara 500-600 kcal/ hari dari 2100-2520 kcal/hari dapat menurunkan berat badan 0,5- 1 kg/minggu. Diit yang dianjurkan adalah diit rendah kalori dan rendah lemak.Diit rendah kalori.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa keberhasilan penurunan berat badan berhubungan dengan retriksi masukan kalori dan bukan komposisi makronutrien. Dalam beberapa uji klinik pada obesitas didapatkan bahwa penurunan berat badan sebesar 8% terjadi antara 3 -12 bulan dibandingkan kontrol. Penurunan kalori 400-500 kcla/hari dari 1680-2100 kcl/hari akan menurunkan berat badan.Diit rendah lemak.

Retriksi masukan lemak mempunyai arti penting terhadap densitas energi dan total masukan energi. Beberpa uji klinik memperlihatkan penurunan berat badan sebesar 1,6 g/hari disebabkan oleh penurunan energi yang berasal dari lemak. Penurunan berat badan lebih sedikit pada diit rendah lemak sebesar 100-200 g/minggu dibanding 300-700 g/minggu.B.Aktivitas fisik.

Peningkatan aktivitas fisik pada pasien dewasa overweight dan obese meningkatkan kebugaran kardiorespirasi dan menurunkan resiko penyakit kardoivaskuler. Aktivitas fisik merupakan terapi tambahan untuk membantu penurunan dan memelihara berat badan bersama terapi diit.

Kurangnya aktifitas fisik merupakan salah satu faktor penting dalam timbulnya obesitas. Penurunan aktivitas fisik menyebabkan rendahnya tingkat kesegaran jasmani dengan berkurangnya kekuatan, tenaga aerobik dan ketrampilan atletik. Obesitas terjadi akibat masukan energi melebihi penggunaan energi untuk kepentingan metabolisme dan aktivitas fisik. Aktivitas fisik dapat diukur dengan dengan berbagai cara seperti doubly labeled water (DLW), kalorimetri indirek, monitoring denyut nadi (Heart rate), pedometer, akselerometer, observasi langsung dan pengukur dengan adolecent physical activity questionnaire. Aktivitas fisik terutama latihan dapat memperbaiki kelenturan, kekuatan otot,daya tahan otot dan kesegaran kardiorespirasi.

Aktivitas fisk akan mengubah komposisi tubuh yaitu menurunkan lemak tubuh baik total dan viseral serta meningkatkan masa tubuh tanpa lemak. Olah raga intensif selama 10 bulan dan pengatutan diit akan menurunkan lemak tubuh dan meningkatkan kesegaran jasmani.

C.Medikamentosa.

Pasien dengan body mass index 30 kg/m2 berhubungan dengan komplikasi yang berhubungan dengan obesitas. Penatalaksanaan obesitas merupakan bagian dari diit dan aktivitas fisik. Respon terapi terhadap obat bervariasi. Jika terapi pada 4 minggu pertama tidak ada respon, disarankan obat jangan diteruskan. Semua obat harus dilanjutan hanya jika terdapat penurunan berat badan 0,5 kg/minggu. Kebanyakan obat hanya bekerja sementara.Obat obat yang direkomendasikan oleh NICE (National Institute of Clinical Excellence ) adalah orlistat dan sibutramine. Orlistat menghambat lipase lambung dan pankreas, serta mengurangi absorpsi lemak. Dalam suatu penelitian terapi orlistat bersama perubahan polahidup selama 4 tahun dapat menurunkan berat badan, kejadian diabetes dan penyakit kardiovaskuler dibanding perubahan pola hidup saja. d Sibutramin (serotonin dan inhibitor ambilan-kembali noradrenalin) mempercepat rasa kenyang dan mengurangi asupan makanan. Sibutramin selain dapat menurunkan berat badan ternyata dapat memperbaiki profil lemak( triglisrerid, VLDL-kolesterol dan HDL-kolesterol). Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti fluoksetin dosis tinggi bisa membantu dengan efektif. Derivat amfetamin (dexfenfluramin, fenfluramin) dapat menekan nafsu makan, tapi telah ditarik dari peredaran karena efek samping (valvulopati jantung). Pemakaian dua obat kombinasi tidak direkomendasikan.

D.Pembedahan. Pembedaan terkadang diperlukan jika terapi diit, aktivitas fisaik dan medikamentosa tidak berhasil. Pembedan yang biasa dilakikan adalah gastric bypass, vertical banded gastroplasty dan gastric banding. Dibandingkan dengan terapi yang lain tidakan pembedaan cukup menghasilkan penurunan berat badan yang lama. Keberhasilan pembedahan sekitar 50%. Suatu penelitian selama 3 tahun keberhasilan pembedahan dengan vertical banded gastroplasty adalah 48%, dan 67% dengan gastric bypass. Komplikasi pembedahan tergantung derajat obesitas dan penyakit penyerta.Penurunan berat badan yang cukup besar membawa komplikasi tertentu, termasuk disfungsi hati dan pemanjangan interval QT yang merupakan predisposisi kematian akibat aritmia.

DAFTAR PUSTAKAAntuna PB, Feve B, Fellahi S, Bastard JP, 2007 Obsesity, inflammation and insulin resisitance : which role for adipokines. Therapie 62 : 285-292.

Gregor MF dan Hotamisligil, 2007. Adipocyte stress : the endoplasmic reticulum and metabolic disease. J Lipid Res. 48 : 1905-1914.Greenspan and Ba xter, 1994. basic & Clinical Endokrinology.Kalim H, 2006 Potential benefits of weight menagemet on CV outcomes in overweight /obese with high risk CV patiens. 5th National Obesity Symposium (NOS V). May 20-21. Mercure Convention Center Ancol. JakartaKrishnamoorthy et al, 2006. The Epidemic of Childhood Obesity: Review of Research and Implications for Public Policy. Social Policy Report;20.Labib M, 2003. The investigation and management of obesity. J Clin Pathol 56: 17-25.

Mexitalia M, 2006 Physical Activity and physical fitness in adolescent obesity. 5th National Obesity Symposium (NOS V). May 20-21. Mercure Convention Center Ancol. Jakarta

Sharma AM dan Staels B, 2007 Review : Peroxisome Proliferator-Activated Receptor ( and adipose tissue Undersatanding obesity-related changes in regulation of Lipid and Glukose metabolism. J Clin Endocrinol Metab 92: 386-395.

Sukaton U,Soegondo S,Oemardi M, 1996 Obesitas in : Sjaifoellah N,Sarwono W dkk (edts) Buku Ajar Penyakit Dalam .Balai Penerbit FK UI.Jakarta.

Tjokroprawiro.A, 2006 Drug therapy for obesity : an Updtae (Present and Future) 5th National Obesity Symposium (NOS V). May 20-21. Mercure Convention Center Ancol. Jakarta

Qasim A,Mechta NN, Tadesse MG,Wolfe ML,Rhodes T,Girman C, Reilly MP, 2008. Adipokines, Insulin resistance and coronary artery calcification. J.Am. Coll.Cardiol. 52: 231-236.

Wijaya A, 2003. New progress in adipocytokines research. 3 th National Obesity Symposium (NOS III). May 15-16, Jakarta.Woods SC dan Seeley RJ, 2002. Understanding the physiology of obesity: review of recent developments in obesity research. International Journal of Obesity ; 26, Suppl 4, S8 S10.PAGE 11