obsesif kompulsif

28
BAB 1 PENDAHULUAN Gangguan obsesif kompulsif (obsessive- compulsive disorder, OCD) adalah gejala obsesi atau kompulsi berulang yang cukup berat hingga menimbulkan penderitaan yang jelas pada orang yang mengalaminya. Obsesi atau kompulsi memakan waktu dan cukup mengganggu fungsi rutin normal, pekerjaan, aktivitas sosial biasa atau hubungan seseorang. Pasien dengan OCD dapat memiliki obsesi atau kompulsi atau keduanya. 1 Menurut APA & Taylor, gangguan obsesif-kompulsif dialami 2 % sampai 3 % masyarakat umum pada suatu saat dalam kehidupan mereka. Sejumlah peneliti memperkirakan bahwa gangguan ini ditemukan pada sebanyak 10% pasien rawat jalan di klinik psikiatri. Gambaran ini membuat OCD menjadi diagnosis psikiatri keempat terbanyak setelah fobia, gangguan terkait zat, dan gangguan depresif berat. Diantara orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama-sama cenderung terkena, tetapi diantara remaja , laki-laki lebih lazim terkena daripada perempuan. Usia rerata awitan sekitar 20 tahun. Orang lajang lebih sering mengalami OCD 1

Upload: berliany-l-ganie-fhatwa

Post on 14-Aug-2015

174 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: obsesif kompulsif

BAB 1

PENDAHULUAN

Gangguan obsesif kompulsif (obsessive- compulsive disorder, OCD)

adalah gejala obsesi atau kompulsi berulang yang cukup berat hingga

menimbulkan penderitaan yang jelas pada orang yang mengalaminya. Obsesi

atau kompulsi memakan waktu dan cukup mengganggu fungsi rutin normal,

pekerjaan, aktivitas sosial biasa atau hubungan seseorang. Pasien dengan OCD

dapat memiliki obsesi atau kompulsi atau keduanya. 1

Menurut APA & Taylor, gangguan obsesif-kompulsif dialami 2 %

sampai 3 % masyarakat umum pada suatu saat dalam kehidupan mereka.

Sejumlah peneliti memperkirakan bahwa gangguan ini ditemukan pada sebanyak

10% pasien rawat jalan di klinik psikiatri. Gambaran ini membuat OCD menjadi

diagnosis psikiatri keempat terbanyak setelah fobia, gangguan terkait zat, dan

gangguan depresif berat. Diantara orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama-

sama cenderung terkena, tetapi diantara remaja , laki-laki lebih lazim terkena

daripada perempuan. Usia rerata awitan sekitar 20 tahun. Orang lajang lebih

sering mengalami OCD dibandingkan orang yang menikah walaupun temuan ini

mungkin mencerminkan kesulitan yang dimiliki orang dengan gangguan ini

untuk mempertahankan suatu hubungan. Orang dengan OCD lazim terkena

gangguan jiwa lain, prevalensi seumur hidup gangguan depresif mayor pada

orang dengan OCD sekitar 67% dan untuk fobia sosial sekitar 25%. 1

Menurut Skoog, suatu studi di Swedia menemukan bahwa meskipun

kebanyakan pasien OCD menunjukkan perbaikan, banyak juga yang terus

berlanjut mempunyai simtom gangguan hidup ini sepanjang hidup mereka ³

DSM IV membuat diagnosis gangguan obsesif kompulsif bila orang

terganggu oleh obsesi atau kompulsi yang berulang, atau keduanya sedemikian

rupa sehingga menyebabkan distress yang nyata, memakan waktu lebih dari satu

jam dalam sehari, atau secara signifikan mengganggu hal-hal rutin yang normal,

1

Page 2: obsesif kompulsif

mengganggu fungsi kerja atau sosial. Menurut Jenike, et all., sebagaimana

dikutip oleh Durand & Barlow (2006) mengatakan bahwa obsesi yang paling

banyak dijumpai dalam sampel 100 pasien adalah kontaminasi (55%), impuls

agresif (50%), seks (32%), ketakutan somatis (35%), dan need for symmetry

(37%). Enam puluh persen sampel memperlihatkan obsesi multiple atau

majemuk.

2

Page 3: obsesif kompulsif

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obsesif Kompulsif

a. Pengertian Obsesif Kompulsif

Menurut Davison & Neale, gangguan obsesif kompulsif adalah

gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan

yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan

tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu

fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. 4

Menurut Kaplan, Et al Obsesi adalah pikiran, perasaan , gagasan atau

sensasi yang berulang dan mengganggu. Berlawanan dengan obsesi yang

merupakan peristiwa mental, kompulsi adalah suatu perilaku yang disadari ,

standar dan berulang, seperti menghitung , memeriksa atau menghindar.

Pasien dengan OCD menyadari ketidakrasional obsesi dan merasakan obsesi

serta kompulsi ego-distonik.¹

Dalam DSM-IV TR obsesi didefinisikan sebagai berikut ² :

1. Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang-ulang dan menetap

yang dialami, pada suatu saat selama gangguan, dirasakan

mengganggu dan tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan

penderitaan yang jelas.

2. Pikiran, impuls, atau bayangan tidak hanya kekhawatiran berlebihan

tentang masalah kehidupan yang nyata

3. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls,

atau bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau

tindakan lain.

4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan obsesional

adalah hasil dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti

penyisipan pikiran)

3

Page 4: obsesif kompulsif

b. Etiologi

1. Faktor Biologis

Neurotransmiter. Banyak uji coba klinis yang telah dilakukan terhadap

berbagai obat mendukung hipotesis bahwa suatu disregulasi serotonin adalah

terlibat di dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dari gangguan. Data

menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih efektif dibandingkan obat yang

mempengaruhi sistem neurotransmiter lain. Tetapi apakah serotonin terlibat di

dalam penyebab gangguan obsesif-kompulsif adalah tidak jelas pada saat ini. 1

Neuroimunologi. Terdapat hubungan yang positif antara infeksi

streptokokus dengan OCD. Infeksi streptokokus tipe A ß-hemolitik dapat

menyebabkan demam reumatik dan sekitar 10 % – 30 % pasien mengalami

chorea sydhenham dan menunjukan gejala obsesif kompulsif. Awitan infeksi

biasanya terjadi pada usia sekitar 8 tahun untuk menimbulkan gejala sisa itu. 1

Studi pencitraan otak. Berbagai penelitian pencitraan otak fungsional,

sebagai contoh PET ( positron emission tomography), telah menemukan

peningkatan aktifitas (sebagai contoh, metabolisme dan aliran darah) di lobus

frontalis, ganglia basalis (khususnya kaudata), dan singulum pada pasien dengan

gangguan obsesif kompulsif. Baik tomografi komputer (CT scan) dan pencitraan

resonansi magnetik (MRI) telah menemukan adanya penurunan ukuran kaudata

secara biateral pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif. Baik penelitian

pencitraan otak fungsional maupun struktural konsisten dengan pengamatan

bahwa prosedur neurologis yang melibatkan singulum kadang-kadang efektif

dalam pengobatan pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif. Suatu penelitian

MRI baru-baru ini melaporkan peningkatan waktu relaksasi T1 di korteks

frontalis. 1

Genetika. Penelitian kesesuaiaan pada anak kembar untuk gangguan

obsesif-kompulsif telah secara konsisten menemukan adanya angka kesesuaian

yang lebih tinggi secara bermakna pada kembar monozigotik dibandingkan

kembar dizigotik. Penelitian keluarga pada pasien gangguan obsesif kompulsif

4

Page 5: obsesif kompulsif

telah menemukan bahwa 35 persen sanak saudara derajat pertama pasien

gangguan obsesif-kompulsif juga menderita gangguan. 1

Data biologis lainnya. Penelitian elektrofisiologis, penelitian

elektroensefalogram (EEG) tidur, dan penelitian neuroendokrin telah

menyumbang data yang menyatakan adanya kesamaan antara gangguan depresif

dan gangguan obsesif-kompulsif. Suatu insidensi kelainan EEG nonspesifik yang

lebih tinggi dari biasanya telah ditemukan pada pasien gangguan obsesif-

kompulsif. Penelitian EEG tidur telah menemukan kelainan yang mirip dengan

yang terlihat pada gangguan depresif, seperti penurunan latensi REM (rapid eye

movement). Penelitian neuroendokrin juga telah menemukan beberapa kemiripan

dengan gangguan depresif, seperti nonsupresi pada dexamethasone-supprssion

test pada kira-kira sepertiga pasien dan penurunan sekresi hormon pertumbuhan

pada infus clonidine (catapres). 1,3

2. Faktor Perilaku

Menurut ahli teori belajar, obsesi adalah stimuli yang dibiasakan.

Stimulus yang relatif netral menjadi disertai dengan ketakutan atau kecemasan

melalui proses pembiasaan responden dengan memasangkannya dengan peristiwa

yang secara alami adalah berbahaya atau menghasilkan kecemasan. Jadi, objek

dan pikiran yang sebelumnya netral menjadi stimuli yang terbiasakan yang

mampu menimbulkan kecemasan atau gangguan. 1

Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda. Seseorang menemukan

bahwa tindakan tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan pikiran

obsesional. Jadi, strategi menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku kompulsif

atau ritualistik dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan. Secara bertahap,

karena manfaat perilaku tersebut dalam menurunkan dorongan sekunder yang

menyakitkan (kecemasan), strategi menghindar menjadi terfiksasi sebagai pola

perilaku kompulsif yang dipelajari. 1

3. Faktor Psikososial

5

Page 6: obsesif kompulsif

Faktor kepribadian. Gangguan obsesif-kompulsif adalah berbeda dari

gangguan kepribadian obsesif-kompulsif. Sebagian besar pasien gangguan

obsesif-kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid. Dengan demikian,

sifat kepribadian tersebut tidak diperlukan atau tidak cukup untuk perkembangan

gangguan obsesif-kompulsif. Hanya kira-kira 15 sampai 35 persen pasien

gangguan obsesif-kompulsif memiliki sifat obsesional pramorbid.1

Faktor psikodinamika. Sigmund Freud menjelaskan tiga mekanisme

pertahanan psikologis utama yang menentukanbentuk dan kualitas gejala dan

sifat karakter obsesif-kompulsif; isolasi, meruntuhkan (undoing), dan

pembentukan reaksi. 1

Isolasi. Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi

seseorang dari afek dan impuls yang mencetuskan kecemasan.

Jika terjadi isolasi, afek dan impuls yang didapatkan darinya

adalah dipisahkan dari komponen idesional dan dikeluarkan dari

kesadaran. Jika isolasi berhasil sepenuhnya, impuls dan afek yang

terkait seluruhnya terepresi, dan pasien secara sadar hanya

menyadari gagasan yang tidak memiliki afek yang berhubungan

dengannya. 1

Undoing. Karena adanya ancaman terus-menerus bahwa impuls

mungkin dapat lolos dari mekanisme primer isolasi dan menjadi

bebas, operasi pertahanan sekunder diperlukan untuk melawan

impuls dan menenangkan kecemasan yang mengancam keluar ke

kesadaran. Tindakan kompulsif menyumbangkan manifestasi

permukaan operasi defensif yang ditujukan untuk menurunkan

kecemasan dan mengendalikan impuls dasar yang belum diatasi

secara memadai oleh isolasi. Operasi pertahanan sekunder yang

cukup penting adal;ah mekanisme meruntuhkan (undoing). Seperti

yang disebutkan sebelumnya, meruntuhkan adalah suatu tindakan

kompulsif yang dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau

meruntuhkan akibat yang secara irasional akan dialami pasien

akibat pikiran atau impuls obsesional yang menakutkan. 1

6

Page 7: obsesif kompulsif

Pembentukan reaksi. Pembentukan reaksi melibatkan pola

perilaku yang bermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami

yang jelas berlawanan dengan impuls dasar. Seringkali, pola yang

terlihat oleh pengamat adalah sangat dilebih-lebihkan dan tidak

sesuai. 1

Faktor psikodinamik lainnya. Di dalam teori psikoanalitik klasik, OCD

dianggap sebagai regresi dari fase oedipus ke fase perkembangan psikoseksual

anal. Jika pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif merasa terancam oleh

anxietas mereka akan mengalami regresi ke tahap yang berkaitan dengan fase

anal. Adanya benci dan cinta secara bersama-sama kepada orang yang sama

menyebabkan pasien dilumpuhkan oleh keragu-raguan dan kebimbangan. Suatu

ciri yang melekat pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah derajat

dimana mereka terpaku dengan agresi atau kebersihan, baik secara jelas dalam isi

gejala mereka atau dalam hubungan yang terletak di belakangnya. Dengan

demikian, psikogenesis gangguan obsesif-kompulsif, mungkin terletak pada

gangguan dan perkembangan pertumbuhan normal yang berhubungan dengan

fase perkembangan anal-sadistik. 1

Ambivalensi. Ambivalensi adalah akibat langsung dari perubahan

dalam karakteristik kehidupan impuls. Hal ini adalah ciri yang

penting pada anak normal selama fase perkembangan anal-

sadistik; yaitu anak merasakan cinta dan kebencian kepada suatu

objek. Konflik emosi yang berlawanan tersebut mungkin

ditemukan pada pola perilaku melakukan-tidak melakukan pada

seorang pasien dan keragu-raguan yang melumpuhkan dalam

berhadapan dengan pilihan. 1

Pikiran magis. Pikiran magis adalah regresi yang mengungkapkan

cara pikiran awal, ketimbang impuls; yaitu fungsi ego, dan juga

fungsi id, dipengaruhi oleh regresi. Yang melekat pada pikiran

magis adalah pikiran kemahakuasaan. Orang merasa bahwa

mereka dapat menyebabkan peristiwa di dunia luar terjadi tanpa

7

Page 8: obsesif kompulsif

tindakan fisik yang menyebabkannya, semata-mata hanya dengan

berpikir tentang peristiwa tersebut. Perasaan tersebut

menyebabkan memiliki suatu pikiran agresif akan menakutkan

bagi pasien gangguan obsesif-kompulsif. 1

c. Diagnosis

Pedoman diagnosis menurut PPDGJ III:

Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau

tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari

selama sedikitnya dua minggu berturut-turut.²

1. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau

mengganggu aktivitas penderita.

2. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:

Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.

Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak

berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi

dilawan oleh penderita.

Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas

bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau

kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan

atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan

seperti dimaksud di atas.

Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus

merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan

(unpleasantly repetitive)

Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran

obsesif, dengan depresi. penderita gangguan obsesif

kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala

depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi

berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif

selama episode depresifnya.

8

Page 9: obsesif kompulsif

Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya

gejala depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala

obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis

diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu. Diagnosis gangguan

obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada

saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak

adayang menonjol, maka baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang

primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang

paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.

Sebagai bagian kriteria diagnostik OCD, DSM-IV-TR memungkinkan klinisi

merinci apakah pasien memiliki OCD tipe tilikan yang buruk , jika mereka

umumnya tidak menyadari obsesi dan kompulsinya berlebihan ( Tabel 2.1)¹

Tabel 2.1 Kriteria diagnosis DSM – IV- TR Gangguan Obsesif Kompulsif

1. Baik Obsesi atau Kompulsi

Obsesi seperti yang dijelaskan dalam (a), (b), (c), dan (d) :

A. Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan yang berulang

dan menetap yang dialami, pada suatu waktu dimana selama

gangguan, sebagai intrusif dan tidak sesuai, dan menyebabkan

kecemasan dan penderitaan yang jelas.

B. Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan bukanlah

kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan

yang nyata.

C. Orang tersebut berusaha untuk mengabaikan atau menekan

pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tersebut untuk

mentralkannya dengan pikiran atau tindakan lain.

D. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-

bayangan obsesional adalah keluar dari pikirannya

sendiri( tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran).

Kompulsi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:

9

Page 10: obsesif kompulsif

Perilaku (contoh , mencuci tangan, mengurutkan,

memeriksa) atau tindakan mental (misalnya berdoa,

menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati) yang

berulang yang dirasakannya mendorong untuk

melakukannya sebagai respon terhadap suatu obsesi, atau

menurut dengan aturan yang harus dipatuhi secara kaku.

Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah

atau menurunkan penderitaan atau mencegah suatu

kejadian atau situasi yang menakutkan, tetapi perilaku atau

tindakan mental tersebut tidak dihubungkan dengan cara

yang realistik dengan apa mereka dianggap untuk

menetralkan atau mencegah, atau jelas berlebihan.

2. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah

menyadari bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau

tidak beralasan. Catatan: ini tidak berlaku bagi anak-anak

3. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang nyata,

menghabiskan waktu (menghabiskan lebih dari satu jam

sehari), atau secara bermakna mengganggu rutinitas normal

orang, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau aktifitas atau

hubungan sosial yang biasanya.

4. Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau

kompulsi tidak terbatas padanya (misalnya preokupasi dengan

makanan jika terdapat gangguan makan, menarik rambut jika

terdapat trikotilomania, permasalahan pada penampilan jika

terdapat gangguan dismorfik tubuh, preokupasi dengan obat

jika terdapat suatu gangguan penggunaan zat, preokupasi

dengan menderita suatu penyakit serius jika terdapat

hipokondriasis, preokupasi dengan dorongan atau fanatasi

seksual jika terdapat parafilia, atau perenungan bersalah jika

terdapat gangguan depresif berat).

5. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat

10

Page 11: obsesif kompulsif

(misalnya obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi

medis umum.

Tentukan jika:

Dengan tilikan buruk : Jika untuk sebagian besar waktu selama

episode saat ini, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi

adalah berlebihan atau tidak beralasan. 1

d. Gambaran Klinis

1. Suatu gagasan atau impuls yang memaksakan dirinya secara

bertubi-tubi dan terus-menerus ke dalam kesadaran seseorang.

2. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai

manifestasi sentral dan seringkali menyebabkan orang melakukan

tindakan kebalikan melawan gagasan atau impuls awal.

3. Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu

dialami sebagai suatu yang asing bagi pengalaman seseorang

tentang dirinya sendiri sebagai makhluk psikologis.

4. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau

kompulsi tersebut, orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil

dan tidak masuk akal.

5. Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya

merasakan suatu dorongan yang kuat untuk menahannya. 1

Meskipun demikian , sekitar separuh dari semua pasien memberikan

sedikit tahanan terhadap kompulsi walaupun sekitar 80 persen pasien

yakin bahwa kompulsi itu tidak rasional. Contohnya seorang pasien

dapat memaksa bahwa kebersihan kompulsif secara moral adalah

benar dan walaupun ia dapat kehilangan pekerjaan karena waktu yang

dihabiskan untuk membersihkan.

e. Pola gejala

11

Page 12: obsesif kompulsif

Gejala seorang pasien dapat tumpang tindih dan berubah seiring

waktu tetapi OCD memiliki empat pola gejala utama.

1. Kontaminasi , adalah obsesi terhadap kontaminasi , diikuti

kegiatan mencuci atau disertai penghindaran kompulsif objek

yang diduga terkontaminasi.

2. Keraguan Patologis, suatu obsesi keraguan , diikuti kompulsi

memeriksa. Obsesi ini sering melibatkan suatu bahaya kekerasan

( seperti lupa mematikan kompor). Pasien memiliki obsesi

keraguan akan diri sendiri dan selalu merasa bersalah karena lupa

atau melakukan sesuatu.

3. Pikiran yang Mengganggu, adanya pikiran obsesif yang

mengganggu tanpa suatu kompulsi. Obsesi seperti itu biasanya

merupakan pikiran berulang mengenai tindakan seksual atau

agresif yang tercela bagi pasien.

4. Simetri , kebutuhan akan simetri atau ketepatan yang dapat

menyebabkan kompulsi mengenai kelambatan. Pasien dapat

memakan waktu berjam-jam untuk makan atau mencukur

wajahnya.

5. Pola gejala lain, Obsesi religius dan kompulsi menumpuk

sesuatu lazim ditemukan pada pasien dengan OCD . Kompulsi

menarik-narik rambut dan menggigit-gigit kuku dapat merupakan

kompulsi yang terkait dengan OCD.

f. Diagnosis Banding

1. Kondisi medis

Gangguan neurologis utama yang dipertimbangkan dalam diagnosis

banding adalah gangguan Tourette, gangguan tik lainnya, epilepsi lobus

temporalis, dan kadang-kadang komplikasi trauma dan pascaensefalitik.

Gejala karakteristik dari gangguan Tourette adalah tik motorik dan vokal

yang sering dan hampir setiap hari terjadi. 1

12

Page 13: obsesif kompulsif

2. Kondisi psikiatrik

Pertimbangan psikiatrik utama di dalam diagnosis banding gangguan

obsesif-kompulsif adalah skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif-

kompulsif, fobia, dan gangguan depresif. Gangguan obsesif kompulsif

biasanya dapat dibedakan dari skizofrenia oleh tidak adanya gejala

skizofrenik lain, oleh kurang kacaunya sifat gejala, dan oleh tiikan pasien

terhadap gangguan mereka. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif tidak

memiliki derajat gangguan fungsional yang berhubungan dengan gangguan

obsesif-kompulsif. Fobia dibedakan dengan tidak adanya hubungan antara

pikiran obsesif dan kompulsi. Gangguan depresif berat kadang-kadang dapat

disertai oleh gagasan obsesif, tetapi pasien dengan gangguan obsesif-

kompulsif saja tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan depresif

berat. 1.

Kondisi psikiatrik lain yang dapat berhubungan erat dengan OCD

adalah hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan kemungkinan

gangguan impuls lainnya, seperti kleptomania dan judi patologis. Pada semua

gangguan tersebut pasien memiliki pikiran yang berulang , contohnya

kepedulian akan tubuh atau perilaku yang berulang sebagai contoh mencuri. 1

g. Perjalanan Gangguan dan Prognosis

Lebih dari separuh pasien dengan OCD memiliki awitan gejala yang

mendadak. Awitan gejala untuk sekitar 50-70 % pasien terjadi setelah

peristiwa yang penuh tekanan, seperti kehamilan , masalah seksual atau

kematian kerabat. ¹

Sekitar 20-30% pasien mengalami perbaikan gejala yang signifikan

dan 40-50% mengalami perbaikan sedang. Sisa 20-40% tetap sakit atau

perburukan gejala.¹

Sekitar sepertiga hingga separuh pasien dengan OCD memiliki

gangguan depresif berat dan bunuh diri merupakan risiko untuk semua pasien

dengan OCD. ¹

h. Terapi

13

Page 14: obsesif kompulsif

1. Farmakoterapi

Data yang tersedia menyatakan bahwa semua obat yang digunakan

untuk mengobati gangguan depresif atau gangguan mental lain, dapat

digunakan dalam rentang dosis yang biasanya. Efek awal biasanya terlihat

setelah empat sampai enam minggu pengobatan, walaupun biasanya

diperlukan waktu delapan sampai enam belas minggu untuk mendapatkan

manfaat terapeutik yang maksimum. Walaupun pengobatan dengan obat

antidepresan adalah masih kontroversial, sebagian pasien dengan gangguan

obsesif-kompulsif yang berespon terhadap pengobatan dengan antidepresan

tampaknya mengalami relaps jika terapi obat dihentikan. Pengobatan standar

adalah memulai dengan obat spesifik-serotonin, contohnya clomipramine

(Anafranil) atau inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRI-serotonin

specific reuptake inhibitor), seperti Fluoxetine (Prozac). 1

Clomipramine. Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25

sampai 50 mg sebelum tidur dan dapat ditingkatkan dengan

peningkatan 25 mg sehari setiap dua sampai tiga hari, sampai dosis

maksimum 250 mg sehari atau tampak efek samping yang membatasi

dosis. Karena Clopramine adalah suatu obat trisiklik, obat ini disertai

dengan efek samping berupa sedasi, hipotensi, disfungsi seksual dan

efek samping antikolinergik, seperti mulut kering. 1

Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI). Penelitian tentang

Fluoxetine dalam gangguan obsesif-kompulsif menggunakan dosis

sampai 80 mg setiap hari untuk mencapai manfaat terapeutik.

Walaupun SSRI mempunyai efek seperti overstimulasi, kegelisahan,

nyeri kepala, insomnia, mual, dan efek samping gastrointestinal, SSRI

dapat ditoleransi dengan lebih baik daripada obat trisiklik. Dengan

demikian, kadang-kadang SSRI digunakan sebagai obat lini pertama

dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif. 1

Obat Lain. Jika terapi dengan Clomipramine atau SSRI tidak

berhasil, banyak ahli terapis memperkuat obat pertama dengan

penambahan valproat (Depakene), litium (Eskalith), atau

14

Page 15: obsesif kompulsif

karbamezapine (Tegretol). Obat lain yang dapat digunakan dalam

pengobatan gangguan obsesif kompulsif adalah inhibitor monoamin

oksidase (MAOI, monoamine oxidase inhibitor), khususnya

Phenelzine (Nardil).

2.Terapi perilaku

Walaupun beberapa perbandingan telah dilakukan, terapi perilaku

sama efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif-kompulsif.

Dengan demikian, banyak klinisi mempertimbangkan terapi perilaku sebagai

terapi terpilih untuk gangguan obsesif-kompulsif. Terapi perilaku dapat

dilakukan pada situasi rawat inap maupun rawat jalan. Pendekatan perilaku

utama pada gangguan obsesif-kompulsif adalah pemaparan dan pencegahan

respon. Desensitisasi, menghentikan pikiran, pembanjiran, terapi implosi, dan

pembiasaan tegas juga telah digunakan pada pasien gangguan obsesif

kompulsif. Dalam terapi perilaku pasien harus benar-benar menjalankannya

untuk mendapatkan perbaikan. 1

Terapi tingkah laku ini dimulai dengan pasien membuat daftar tentang

obsesinya kemudian diatur sesuai hierarki mulai dari yang kurang membuat

cemas sampai yang paling membuat cemas. Dengan melakukan paparan

berulang terhadap stimulus diharapkan akan menghasilkan kecemasan yang

minimal karena adanya habituasi. 5

3. Psikoterapi

Psikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien

gangguan obsesif-kompulsif, walaupun gejalanya memiliki berbagai derajat

keparahan, adalah mampu untuk bekerja dan membuat penyesuaian sosial.

Dengan kontak yang kontinu dan teratur dengan tenaga yang profesional,

simpatik, dan mendorong, pasien mungkin mampu untuk berfungsi

berdasarkan bantuan tersebut, tanpa hal tersebut gejalanya akan menyebabkna

gangguan. Kadang-kadang jika ritual dan kecemasan obsesional mencapai

intensitas yang tidak dapat ditoleraansi, perlu untuk merawat pasien di rumah

15

Page 16: obsesif kompulsif

sakit sampai tempat penampungan institusi dan menghilangkan stres

lingkungan eksternal menurunkan gejala sampai tingkat yang dapat

ditoleransi. 1

Anggota keluarga pasien seringkali menjadi putus asa karena perilaku

pasien. Tiap usaha psikoterapik harus termasuk perhatian pada anggota

keluarga melalui dukungan emosional, penentraman, penjelasan dan nasihat

tentang bagaimana menangani dan berespons terhadap pasien. 1,5

4. Terapi lain

Terapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung keluarga,

membantu menurunkan percekcokan perkawinan yang disebabkan gangguan,

dan membangun ikatan terapi dengan anggota keluarga untuk kebaikan

pasien. Terapi kelompok berguna sebagai sistem pendukung bagi beberapa

pasien. Untuk pasien yang sangat kebal terhadap pengobatan, terapi

elektrokonvulsif (ECT) dan bedah psiko (psychosurgery) harus

dipertimbangkan. ECT tidak seefektif bedah psiko tetapi kemungkinan harus

dicoba sebelum pembedahan. Prosedur bedah psiko yang paling sering

dilakukan untuk gangguan obsesif kompulsif adalah singulotomi, yang

berhasil dalam mengobati 25 sampai 30 persen pasien yang tidak responsif

terhadap pengobatan lain. Komplikasi yang paling sering dari bedah psiko

adalah perkembangan kejang, yang hampir selalu dikendalikan dengan

pengobatan Phenytoin (Dilantin). Beberapa pasien yang tidak respon dengan

bedah psiko saja dan dengan farmakoterapi atau terapi perilaku sebelum

operasi menjadi respon terhadap farmakoterapi atau terapi perilaku setelah

bedah psiko.

Bab III

Kesimpulan

Gangguan obsesif – kompulsif merupakan gejala obsesi atau kompulsi

berulang yang cukup berat hingga menimbulkan penderitaan yang jelas pada orang

16

Page 17: obsesif kompulsif

yang mengalaminya. Obsesi atau kompulsi memakan waktu dan cukup mengganggu

fungsi rutin normal, pekerjaan, aktivitas sosial biasa atau hubungan seseorang. Pasien

dengan OCD dapat memiliki obsesi atau kompulsi atau keduanya. Untuk

menegakkan diagnosis pasti, gejala – gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau

kedua – duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut –

turut.

Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya gangguan obsesif-kompulsif

diantaranya adalah faktor biologi seperti neurotransmiter, neuroimunogi, pencitraan

otak, genetika, faktor perilaku dan faktor psikososial, yaitu faktor kepribadian dan

faktor psikodinamika. Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk

penatalaksanaan gangguan obsesif – kompulsif antara lain terapi farmakologi

(farmakoterapi) dan terapi tingkah laku. Prognosis pasien dinyatakan baik apabila

kehidupan sosial dan pekerjaan baik, adanya stressor dan gejala yang bersifat

periodik

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, H.l dan Saddock B.J. 2004. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi Ke-2 .

USA: Williams and Wilikins Baltimore.

17

Page 18: obsesif kompulsif

2. Gangguan obsesif – kompulsif. Dalam : Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa;

rujukan ringkas dari PPDGJ – III. Maslim R, penyunting. Jakarta; 2003.76

3. Nevid, S. Jeffrey, Spencer, A. R & Beverly G. 2005. Psikologi Abnormal jilid

1. Jakarta: Erlangga.

4. Fausiah, F & Widury, J. 2007. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: UI-

Press.

5. Jenike MA. Obsessive compulsive disorder. N Engl J Med 2004; 350 : 259-65

18