oleh kawawia - repository.poltekkes-kdi.ac.id
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERA WATAN KELUARGA Tn. L DENGAN Ny. M
MENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS WAODE BURI KECAMATAN KULISUSU
UTARA KABUPATEN BUTON UTARA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Keperawatan
OLEH KAWAWIA
NIM.P003200190192
POLTEKKESKEMENKESKENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
KENDARI
2020
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Kawawia
2. Tempat/Tanggal Lahir : Lagundi, 20 Oktober Tahun 1979.
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Muna / Indonesia
6. Alamat : Jln Daisi No.63.Desa Waode Buri
7. No.Telp/hp : 085341303436.
II. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri Lagundi Tamat Tahun 1992.
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bone gunu Tamat Tahun 1995.
3. SPK Pemda Buton Tamat Tahun 1999
4. DIII Perawat Poltekkes Kemenkes Kendari 2019 - sekarang
V
MOTTO
'Kesuksesan bukan merupakan hat yang bisa kita dapatkan hanya dalam waktu
semalam. Begitu juga ketika kita memikirkan ingin menjadi apa dan seperti siapa.
Maka, persiapkan diri kit sendiri mulai dari sekarang untuk menyambut sebuah
kesempatan. Karena, kesuksesan akan datangjika kesempatan dan persiapan sudah
berjumpa sebelumnya yang di barengi dengan usaha dan doa."
vi
ABSTRAK
KAWAWIA ( P003200190192 ) Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. L
Dengan Ny. M Menderita Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas
Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupten Buton Utara. Dibimbing
oleh Ibu Fitri Wijayati, S.Kep,Ns,M.Kep dan Ibu Rusna Tahir, S.Kep,
Ns, M.Kep, (xii+ 65 + 4 Tabel + 5lampiran). Latar belakang; DM juga merupakan penyakit tidak menular menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia. Perubahan pola struktur
masyarakat dari agraris ke industri diikuti oleh perubahan gaya hidup,
sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai suatu hal yang melatarbelakangi
meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular, sehingga angka
kejadian penyakit tidak menular semakin bervariasi dalam transisi
epidemiologi. Tujuan penulisan; Mampu menerapkan asuhankeperawatan
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
komprehensif Pada Keluarga Tn. L Dengan Ny. M Menderita Diabetes
Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara. Hasil; Pada pengkajian didapatkan keluhan nyeri
dan gatal pada kaki kanan sehingga digaruk dan terjadi luka yang lama
sembuh kesemutan pada pergelangan kaki kanan, klien juga mengeluhkan
pandangan kabur, selain itu tampak ada luka bekas garukan pada kaki kanan,
Panjang luka ± 6 cm dan Glukosa darah sewaktu (GDS) 262 mg/dl serta data
lain yang diperoleh yaitu keluarga mengatakan tidak tahu tentang penyakit
diabetes melitus, tidak tahu makanan yang menjadi pantangan, klien
mengatakan lemah dan letih serta rasa pusing. Diagnosa keperawatan yang
muncul pada studi kasus ini adalah kerusakan integritas kulit dan
manajemen kesehatan keluarga tidak efektif. NIC intervensi Wound care pada
diagnosa kerusakan integritas kulit, dan intervensi Teaching proses pada
diagnosa manajemen kesehatan keluarga tidak efektif. Kesimpulan; Asuhan
keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus dapat dilakukan
manajemen nyeri untuk mengatasi nyeri akut dan memperbaiki kerusakan
integritas jaringan dengan cara wound care, manajemen nutrisi untuk kontrol
gula darah, kolaboratif dan proses pengajaran. Saran; Klien agar menjaga
pola makan terutama makanan yang menyebabkan resiko peningkatan kadar
glukosa darah dan minum obat secara teratur sesuai dengan indikasi yang di
anjurkan serta chek up kerumah sakit/puskesmas terdekat.
Kata kunci : diabetik, ulkus diabetik, perawatan ulkus diabetik
Referensi : 15 Literatur (tahun 2001-2017)
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan limpahan berkah dan karunia Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk Studi kasus dengan judul "Asuhan
Keperawatan Keluarga Tn. L Dengan Ny. M Menderita Diabetes Melitus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara".
Karya Tulis Ilmiah ini di susun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada program Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari.
Dalam proses pembuatan hingga penyelesaian karya tulis ilmiah ini tentunya tidak
lepas dari bantuan dan motivasi yang diberikan oleh berbagai pihak, untuk itu dengan
segala kerendahan hati dan keikhlasan yang tulus penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar besamya kepada Ibu Fitri Wijayati, S.Kep.Ns.M.Kep.(selaku
pembimbing.I) dan Ibu Rusna Tahir, S.Kep.Ns.M.Kep.(selaku pembimbing.II) yang
memberikan motivasi, arahan dan masukan terhadap penulisan karya tulis ini.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Thu Askrening, SKM. M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep. Ns. M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kendari
viii
3. Kepala Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton
Utara yang telah memberikan ijin pengambilan data penelitian
4. Bapak/ibu penguji Abd. Syukur Bau, S.Kep. Ns. MM., Asminarsih, M.Kep.
Sp.Korn., Nurfantri, S.Kep. Ns. M.Sc.
5. Suami, anak-anakku dan keluarga besarku atas dukungan dan motivasinya yang
tak terhingga
6. Seluruh rekan-rekan mahasiswa program Khusus RPL Angkatan III, yang telah
membantu penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam
Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi penyempumaan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga Allah SWT selalu
merahmati kita semua. Amin.
Kendari, Juli 2020
Penulis
ix
DAFTARISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN iv
DAFTARRIWAYATHIDUP v
MOTTO vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI X
DAFTAR TABEL xi
BABIPENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisam 5 C. Manfaat Penulisan 6 D. Teknik dan Sistematika Penulisan 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Tentang Keluarga 10
B. Konsep Tentang Diabetes Mellitus 14
C. Konsep Asuhan Keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus 32
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan 47
B. Diagnosa Keperawatan 56
C. Intervensi Keperawatan 58
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan 61
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian 68 B. Diagnosa Keperawatan 70 C. Intervensi Keperawatan 72 D. Implementasi Keperawatan 73 E. Evaluasi keperawatan 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 75 B. Saran 76
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
X
DAFTAR TABEL
Tabel. 1. Teori rencana keperawatan
Tabel. 2. Kornposisi Keluarga
Tabel. 3. Perneriksaan fisik
Tabel. 4. Rencana intervensi keperawatan
Tabel. 5. Irnplernentasi dan Evaluasi Keperawatan keluarga
xi
LAMPIRAN
Lampiran. 1. Surat ijin penelitian
Lampiran. 2. Surat keterangan telah melakukan penelitian
Lampiran. 3. Surat Keterangan bebas administrasi
Lampiran. 4. Surat keterangan bebas pustaka
xii
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
WHO (World Health Organization) rnernperkirakan penyakit tidak rnenular
rnenyebabkan sekitar 60% kernatian dan 43% kesakitan di seluruh dunia.
Perubahan pola struktur rnasyarakat dari agraris ke industri diikuti oleh
perubahan gaya hidup, sosial ekonorni rnasyarakat diduga sebagai suatu hal yang
rnelatarbelakangi rneningkatnya prevalensi penyakit tidak rnenular, sehingga
angka kejadian penyakit tidak rnenular sernakin bervariasi dalarn transisi
epiderniologi, salah satu penyakit tidak rnenular adalah Diabetes Melittus.
Diabetes Melitus (DM) rnerupakan sekelornpok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalarn darah atau hipergelikernia. Diabetes
Melitus adalah suatu kurnpulan gejala yang tirnbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut rnaupun relatif (Hasdianah & Suprapto, 2014 ).
Diabetes rnelitus (DM) adalah penyakit hiperglikernia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insentivitas sel terhadap
insulin (Corwin, 2009). Diabetes rnelitus adalah suatu penyakit kronis progresif
dirnana tubuh tidak rnarnpu untuk rnelakukan rnetabolisrne lernak, protein dan
1
karbohidrat yang mengarah pada keadaan hiperglikemia ( kadar glukosa darah
yang tinggi). Diabetes melitus sering disebut ( Black & Haws, 2014).
Dampak komplikasi Diabetes Mellitus yang bersifat kronis dengan
karakteristik hiperglikemia yang tidak dirawat dengan baik dapat timbul akibat
kadar gula darah yang tidak terkontrol, dapat menimbulkan neuropati, hipertensi,
jantung koroner, retinopati, nefropati, dan gangren. Diabetes Mellitus telah
menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta
kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Terdapat 1 orang per 10 detik
atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan
diabetes.
Menurut data World Health Organization (WHO, 2014). Bahwa tahun
2012 terdapat 1,5 juta penduduk terjadi kematian yang disebabkan diabetes dengan
prevalensi sekitar 2,7 %. Dari angka kematian akibat DM didunia 70% terjadi di
negara-negara berkembang termasuk indonesia. Pada tahun 2014, penderita DM
sebesar 422 miliar didunia.(WHO, 2014). Menurut international Diabetes
Federation ( IDF, 2015), Prevalensi penderita DM pada tahun 2015 adalah 415
Miliar orang, perkiraan tahunan kejadian ulkus kaki kira-kira dari 4% sampai 10%
sedangkan resiko ulkus diabetik seumur hidup berkisar 15% sampai 25% (Amin
& Dopis, 2016).
Di Indonesia menurut WHO mengalami kenaikan dari 8,4 juta jiwa pada
tahun 2000 menjadi 13,7 juta jiwa pada tahun 2003 dan diperkirakan akan
2
meningkat sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Indonesia berada pada pada
peringkat keempat didunia setelah china, India, dan Amerika serikat. Pada hasil
Riskesdas (2013) terlihat prevelensi DM di indonesia 1,1 % dan pada tahun 2018
terjadi peningkatan prevelensi DM menjadi 2, 1 %.
Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan data hasil Riskesdas 2018
melaporkan prevalensi DM sebesar 1,2% pada tahun 2013 meningkat menjadi
sebesar 1,4% pada tahun 2018. Penyakit DM menduduki peringkat ke-4 diantara
penyakit tidak menular lainnya seperti Hipertensi, Neoplasma, PPOK dan asma
bronkial. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 juga
menunjukkan prevalensi diabetes paling tinggi di Kota Kendari sebesar 0,9% dan
terendah di Buton Utara 0, 1 %, baik berdasarkan diagnosis maupun gejala
(Dinkes Prov. Sultra, 2019).
Prevalensi DM tidak tergantung insulin untuk wilayah Kab. Buton Utara
pada tahun 2018 sebesar 01 % denganjumlahkasus DM sebesar 1.250 kasus, dan
pada tahun 2019 sebesar 2.260 kasus (Dinkes Kab. Buton Utara, 2019). Di
Puskesmas Waode Buri tahun 2019, penyakit tidak menular Diabetes melitus
menduduki peringkat No.10 dari sepuluh besar penyakit dengan jumlah kasus
sebesar 226 kasus. ( Profil Puskesmas Waode Buri, 2019).
Komplikasi DM bersifat jangka pendek dan jangka panjang, komplikasi
jangka pendek meliputi : hipoglikemi, ketoasidosis. Sedangkan komplikasi jangka
panjang dapat berupa kerusakan makroangiopati dan mikroangiopati. Kerusakan
3
makroangiopati meliputi : penyakit arteri koroner, kerusakan pembuluhdarah
serebral, dan kerusakan pembuluh darah perifer. Adapun komplikasi
mikroangiopati meliputi retinopati, nefropati, dan neuropati ( smeltzer & Bare,
2008).
Penderita Diabetes Melitus perlu penanganan tenaga kesehatan karena
berbagai masalah keperawatan dapat muncul seperti kurang nutrisi,kerusakan
integritas jaringan, keterbatasan mobilitas fisik, nyeri, resiko penyebaran infeksi
dan ulkus. Salah satu masalah keperawatan yang perlu penanganan khusus yaitu
terjadinya kerusakan integritas jaringan, karena jaringan yang mati semakin
melebar akan memicu timbulnya ulkus diabetik. Munculnya ulkus diabetik
tersebut menimbulkan gangguan fisik maupun psikis terhadap pasien seperti nyeri
kaki, intoleransi aktifitas, gangguan pola tidur,cemas,penyabaran infeksi, dan lain•
lain. Masalah keperawatan tersebut dapat dicegah dengan penatalaksanaan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh mulai dari
pengkajian masalah, menentukan diagnosa keperawatan,membuat intervensi
keperawatan,implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan pada pasien
diabetes melitus. Hal terpenting dalam asuhan keperawatan pada pasien Diabetes
melitus dengan kerusakan integritas jaringan yaitu dengan perawatan Iuka yang
tepat. Perawat mempunyai peran penting dalam membuat perencanaan untuk
mencegah terjadinya infeksi yaitu dengan manajemen perawatan Iuka.
4
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk rnelakukan studi kasus pada pasien
Diabetes rnelitus dengan kerusakan integritas jaringan.
. Dari studi pendahuluan di Puskesrnas W aode Buri didapatkan bahwa
penderita Diabetes Melitus banyak yang tidak rutin rnengontrol gula darah,
rnerniliki kebiasaan rnerokok, pola hidup yang tidak sehat, jika kebiasaan tersebut
tidak diatasi rnaka akan rnernicu terjadi Diabetes Melitus dan berlanjut ke
kornplikasi seperti ulkus, kerusakan pada ginjal dan kebutaan.
Berdasarkan latar belakang dan fenornena diatas penulis tertarik rnelakukan
studi kasus Diabetes Melitus dalarn judul "Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. L
Pada Ny. M dengan Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesrnas Waode Buri
Kecarnatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara".
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Urnurn
Marnpu rnenerapkan asuhan keperawatan dengan rnenggunakan
pendekatan proses keperawatan yang kornprehensif pada Keluarga Tn. L Pada
Ny. M dengan Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesrnas Waode Buri
Kecarnatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara.
2. Tujuan Khusus
Penulisan Karya Tulis Ilrniah ini diharapkan rnarnpu:
5
a. Melakukan pengkajian pada Keluarga Tn. L Pada Ny. M dengan
Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan
Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Keluarga Tn. L Pada Ny. M
dengan Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri
Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara.
c. Menyusun rencana keperawatan pada Keluarga Tn. L Pada Ny. M dengan
Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan
Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara.
d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada Keluarga Tn. L Pada Ny.
M dengan Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri
Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Keluarga Tn. L Pada Ny. M dengan
Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan
Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis yang dapat di ambil sebagai berikut :
a. Untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan penyakit dalam yang telah
diperoleh selama dibangku kuliah pada pasien secara langsung.
b. Sebagai bahan dan media referensi bagi mahasiswa, petugas kesehatan
dan masyarakat secara umum.
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi klien dan masyarakat, memberikan informasi tentang penyakit
Diabetes Melitus dan perawatannya.
b. Bagi institusi pendidikan, merupakan sumbangan ilmiah bagi dunia
pendidikan dan dapat menjadi referensi atau kajian empiris untuk
peneliti selanjutnya.
c. Bagi Puskesmas, dapat dijadikan masukan untuk petugas kesehatan agar
lebih meningkatkan penyuluhan tentang penyakit Diabetes Melitus dan
perawatannya dan memaksimalkan asuhan keperawatan yang diberikan
pada pasien dengan diagnosa medis Diabetes Melitus.
d. Bagi peneliti, sebagai input pengetahuan yang kedepannya mampu
digunakan oleh peneliti sebagai rujukan referensi pada kasus yang
serupa pada penelitian selanjutnya.
D. Metode dan Teknik Penelitian
1. Tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus
Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Waode
Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara pada tanggal 4-6 Mei
2020.
2. Teknik pengumpulan data
7
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini memerlukan data obyektif dan relevan
dengan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
a. Studi kepustakaan
Studi ini dilakukan dengan mempelajari isi literatur-literatur yang
berhubungan dengan karya tulis ilmiah ini.
b. Studi kasus
Studi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
pada klien yang meliputi pengkajian, penerapan diagnosa keperawatan,
penyusunan rencana tindakan, penerapan implementasi keperawatan dan
evaluasi asuhan keperawatan.
Untuk melengkapi data atau informasi dalam pengkajian penulis
menggunakan beberapa metode antara lain :
1) Observasi
Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan cara melakukan
pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan dan keadaan klien
2) wawancara
Mengadakan wawancara langsung terhadap klien dan keluarga klien
terkait dengan penyakit yang diderita.
3) Pemeriksaan fisik
8
Melakukan pemeriksaan secara per sistem terhadap klien dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
4) Studi dokumentasi
Penulis peroleh data dari medical record dan data pemeriksaan
penunjang berupa hasil pemeriksaan laboratorium
5) Metode diskusi
Diskusi dengan tenaga kesehatan yang terkait yaitu perawat yang
bertugas saat pengambilan data di Puskesmas W aode Buri Kecamatan
Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara.
3. T eknik penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari
lima bab, yaitu :
Bab I : pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat
penulisan dan teknik penulisan
Bab II: tinjauan pustaka yang mencakup konsep dasar medis meliputi definisi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik dan
penatalaksanaan. Sedangkan konsep dasar keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan
9
Bab III : Tinjauan kasus yang rnencakup hasil pengkajian, analisa data,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, irnplernentasi
keperawatan dan evaluasi.
Bab IV : pernbahasan kasus yang berisi perbandingan antara teori keperawatan
dan kasus yang di arnati
Bab V : penutup yang rneliputi kesirnpulan dan saran Diakhiri dengan daftar
pustaka yang rnernuat referensi yang dipergunakan dalarn penulisan
karya tulis ilrniah ini.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga menurut Duvan dan Logan (1986) dalam Murwani (2007)
merupakan sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan
adopsi berkumpul dengan tujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial
dari tiap anggota keluarga. Sedangkan menurut bailon dan Maglaya, (1978)
dalam Friedman (2010) bahwa keluarga adalah dua individu atau lebih dalam
rumah tangga karena hubungan perkawinan, adopsi atau memiliki hubungan
khusus, yang terkait dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak,
sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga, mempunyai peran
masing-masing untuk menciptakan dan mempertahankan budaya.
2. Ciri-Ciri Keluarga
Menurut Setiadi (2008) ciri-ciri keluarga antara lain:
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
b. Keluarga suatu bentuk kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai tata nama (Nomenklatur) termasuk perhitungan
suatu sistem garis keturunan.
11
d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang berkaitan dengan
kemampuan anggotanya untuk mempunyai keturunan dan membesarkan
anak.
e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama atau rumah tangga.
3. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai pola
kehidupan dan perkembangan sosial. Peran serta keluarga penting dalam
peningkatan derajat kesehatan, beberapa tipe keluarga menurut leineger
(1976) dalam dalam Supartini (2014) tipe keluarga terdiri dari:
a. Tipe keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah suatu keluarga yang hanya
terdiri ayah, ibu dan anak kandunng atau anak angkat/ adopsi atau
keduanya.
2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah suatu rumah tangga
keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah ( kakek nenek, paman-bibi)
3) Keluarga dyad yaitu suatu keluarga dalam rumah tangga terdiri dari
suami, istri tanpa anak.
4) Single Parent yaitu suatu rumah tangga atau keluarga yang terdiri dari
salah satu orangtua (ayah atau ibu saja) ditambah dengan anak
kandung atau anak angkat atau keduanya.
12
b. Tipe Keluarga non tradisional
Peran individu atau komunitas meningkatkan rasa individualistis,
beberapa orang mengelompok menjadi keluarga dengan tipe:
1) Commue Family
Keluarga dengan lebih dari satu rumah tangga tanpa pertalian darah
hidup dalam satu rumah.
2) Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/ meniti karier.
3) Dual Carrier
Y aitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
4) Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
keinginan untuk kawin.
5) Comunal
Y aitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13
6) Group Marriage
Y aitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan
yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
7) Cohibing Couple
Y aitu orangtua dengan anak atau satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa ikatan perkawinan.
8) Homoseksual Family
Yaitu keluarga dengan pasangan yang berjenis kelamin sama.
4. Struktur Keluarga
Friedman menyebutkan struktur keluarga (Murwani, 2007) terdiri dari :
a. Pola dan proses komunikasi
Pola dan interaksi komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi bila
pola komunikasi bersifat terbuka dan jujur, dpat menyelesaikan konflik
selalu berpikir positif dan tidak mengula isu dan pendapat sendiri.
b. Struktur peran
peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial
yang diberikan. Posisi yang dimaksud adalah posisi individu di
masyarakat baik secara formal maupun informal.
c. Struktur kekuatan
14
Kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengendalikan atau
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain kearah positif.
Beberapa tipe struktur kekuatan : legitimatepower, referentpower, expert
power, reward power, coercive power dan affective power.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai merupakan suatu sistem ide-ide, sikap keyakinan yang secara sadar
atau tidak mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan
norma adalah pola perilaku yang baik dan diterima pada lingkungan sosial
atau masyarakat sekitar keluarga.
5. Fungsi keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal atau unit keluarga
itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga
yang paling penting. Funsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psiko sosial. Fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan
kepedulian terhadap kebutuhan sosio emosional semua anggota
keluarganya. Komponen fungsi afektif ini adalah saling mengasuh; cinta
kasih, kehangatan, saling menerima dan saling mendukung, saling
menghargai; saling mengakui keberadaan dan menghargai hak setiap
anggota keluarga.
15
b. Fungsi sosialisasi
Semenjak lahir keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi membentuk pengalaman belajar yang diberikan dalam
keluarga yang ditunjuk untuk mendidik anak anak tentang cara
menjalankan fungsi dan memikul peran sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk menjamin kontiniutas antar generasi keluarga
dan masyarakat, maka ikatan perkawinan yang sah menjadi sumber daya
untuk membentuk keluarga dan meneruskan keturunan.
d. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan
makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan
perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah
fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui
proses pengambilan keputusan.
6. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998)
dalam Murwani (2007) adalah sebagai berikut :
16
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan
yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami
anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan
orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta
dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor
penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengena1
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis Dan
perawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
17
4) Surnber-surnber yang ada dalarn keluarga (anggota keluarga
yangbertanggung jawab, surnber keuangan dan financial, fasilitas
fisik,psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mernpertahankan atau rnengusahakan suasana rurnah yang sehat
Ketika rnernodifikasi lingkungan atau rnenciptakan suasana rurnah yang
sehat, keluarga harus rnengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Surnber-surnber yang dirnilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau rnanfaat perneliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekornpakan antar anggota kelornpok.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di rnasyarakat
Ketika rnerujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
rnengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3) Pengalarnan yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
18
B. Konsep tentang Diabetes Melitus
1. Pengertian
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kinerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010). Menurut WHO,
Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan
protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin
dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans
kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh
terhadap insulin (Depkes, 2008).
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi Diabetes Melitus Klasifikasi etiologi Diabetes mellitus
menurut American Diabetes Association, 2010 adalah sebagai berikut:
a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut): 1) Autoimun. 2) Idiopatik. Pada Diabetes tipe 1 (Diabetes
Insulin Dependent), lebih sering temyata pada usia remaja. Lebih dari 90%
dari sel pankreas yang memproduksi insulin mengalami kerusakan secara
permanen. Oleh karena itu, insulin yang diproduksi sedikit atau tidak
19
langsung dapat diproduksikan. Hanya sekitar 10% dari sernua penderita
diabetes rnelitus rnenderita tipe 1. Diabetes tipe 1 kebanyakan pada usia
dibawah 30 tahun. Para ilrnuwan percaya bahwa faktor lingkungan seperti
infeksi virus atau faktor gizi dapat rnenyebabkan penghancuran sel
penghasil insulin di pankreas (Merck, 2008).
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 (bervariasi rnulai yang terutarna dorninan resistensi
insulin disertai defesiensi insulin relatif sarnpai yang terutarna defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin). Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non Insulin
Dependent) ini tidak ada kerusakan pada pankreasnya dan dapat terus
rnenghasilkan insulin, bahkan kadang-kadang insulin pada tingkat tinggi
dari normal. Akan tetapi, tubuh rnanusia resisten terhadap efek insulin,
sehingga tidak ada insulin yang cukup untuk rnernenuhi kebutuhan tubuh.
Diabetes tipe ini sering terjadi pada dewasa yang berurnur lebih dari 30
tahun dan rnenjadi lebih urnurn dengan peningkatan usia. Obesitas rnenjadi
faktor resiko utarna pada diabetes tipe 2. Sebanyak 80% sarnpai 90% dari
penderita diabetes tipe 2 rnengalarni obesitas. Obesitas dapat rnenyebabkan
sensitivitas insulin rnenurun, rnaka dari itu orang obesitas rnernerlukan
insulin yang berjurnlah sangat besar untuk rnengawali kadar gula darah
normal (Merck, 2008).
c. Diabetes tipe lain.
20
Tipe lain antara lain; 1) Defek genetik fungsi sel beta : 2) DNA
mitokondria. 3) Defek genetik kerja insulin. 4) Penyakit eksokrin pankreas
: a) Pankreatitis. b) Tumor/ pankreatektomi. c) Pankreatopati fibrokalkulus.
5) Endokrinopati. a) Akromegali. b) Sindroma Cushing. c)
F eokromositoma. d) Hipertiroidisme. 6) Karena obat/ zat kimia. 7)
Pentamidin, asam nikotinat. 8) Glukokortikoid, hormon tiroid.
d. Diabetes mellitus Gestasional
Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang
didiagnosis selama kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan
hiperglikemia (kadar glukosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO,
2014). Wanita dengan diabetes gestational memiliki peningkatan risiko
komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko
diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).
Cara diagnosis diabetes melitus dapat dilihat dari peningkatkan
kadar glukosa darahnya. Terdapat beberapa kriteria diagnosis Diabetes
Melitus berdasarkan nilai kadar gula darah, berikut ini adalah kriteria
diagnosis berdasarkan American Diabetes Association tahun 2010. Kriteria
Diagnostik Diabetes melitus menurut American Diabetes Association 2010
: 1. Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu 2: 200 mg/ dl (11.1
mmol/L). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Gejala klasik
21
adalah: poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa sebab. 2. Kadar
glukosa darah puasa 126 mg/ dl (7.0 mmol/L).Puasa adalah pasien tak
mendapat kalori sedikitnya 8 jam. 3. Kadar glukosa darah 2 jam PP > 200
mg/ dl (11,1 mmol/L). Tes Toleransi Glukosa Oral dilakukan dengan
standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr
glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau
DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa
Terganggu (TTGO) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT)
tergantung dari hasil yang dipeoleh : TGT : glukosa darah plasma 2 jam
setelah beban antara 140- 199 mg/dl (7,8-11,0 rnrnol/L) GDPT : glukosa
darah puasa antara 100 -125 mg/dl (5,6-6,9 mmol/L)
3. Penyebab Diabetes Mellitus
Penyebab Diabetes. Diabetes adalah penyakit di mana kadar gula dalam
darah cukup tinggi karena gula dalam darah tidak dapat digunakan oleh tubuh.
Penyakit diabetes merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh
masyarakat dunia. Penyakit diabetes tidak memandang umur, diabetes juga
dapat menyerang pada orang tua dan juga bisa menyerang pada anak-anak.
Berikut adalah kebiasaan penyebab diabetes. (Kemkes, 2017). Beberapa
penelitian menyebutkan Penyebab Diabetes antara lain;
a. Kelebihan berat badan
22
Penderita penyakit diabetes tipe 2 diketahui lebih dari 85% memiliki
kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan atau obesitas sering
dikaitkan dengan risiko terkena penyakit diabetes. Olahraga secara rutin
sangat dianjurkan untuk menurunkan berat badan dan menurunkan
resistensi insulin.
b. Sering stres
Jika seseorang mengalami stres, tubuh orang tersebut akan
meningkatkan produksi hormon epinephrine dan kortisol agar gula darah
naik dan tersedia cadangan energi untuk beraktivitas. Namun, apabila gula
darah sering terns dipicu tinggi karena mengalami stres yang
berkepanjangan tanpajalan keluar, sama saja dengan melakukan bunuh diri
pelan-pelan. Alangkah baiknya jika sedang mengalami masalah, bicaralah
pada orang yang bermasalah tersebut secara baik-baik atau ceritakan pada
sahabat terdekat.
c. Riwayat hidup keluarga
Faktor keturunan juga berperan seseorang terkena diabetes. Apabila
orang tua Anda pemah didiagnosis penyakit diabetes tipe 2, maka Anda
juga beresiko terkena diabetes.
d. Kondisi tertentu pada wanita
23
Pada wanita yang rnerniliki sindrorn ovariourn polikistik lebih beresiko
untuk rnenderita diabetes. Sindrorn ovariourn polikistik rnerupakan
ketidakseirnbangan hormonal yang rnenyebabkan tidak teratumya rnasa
siklus rnenstruasi pada wanita. Wanita yang pemah rnelahirkan bayi
dengan kategori gernuk (4kg atau lebih) diketahui berisiko terkena
diabetes. Adapun wanita harnil yang dapat rnenderita diabetes gestasional
(diabetes terjadi selarna rnasa keharnilan), diketahui 7 kali lebih beresiko
terkena diabetes tipe 2 pada rnasa yang akan datang.
e. Kecanduan rnerokok
Penelitian di Arnerika rnelibatkan setidaknya 4.572 relawan pria dan
wanita rnenernukan bahwa resiko perokok aktif terhadap diabetes naik
sebesar 22%. Naiknya risiko tidak curna disebabkan oleh fakor rnerokok
saja, tetapi kornbinasi antara berbagai gaya hidup tidak sehat.
f. Makanan tinggi gula dan lernak
Sering rnengonsurnsi rnakanan tinggi gula dan lernak rnerupakan salah
satu hal penyebab diabetes. Mengkonsurnsi rnakanan seperti ini berisiko
dapat rneningkatkan kadar kolesterol dan tekanan darah. Tekanan darah
dan kadar kolesterol yang tinggi sering dikaitkan dengan diabetes dan
penyakit jantung.
4. Gejala dan Manifestasi Klinik
24
Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM
diantaranya:
a. Pengeluaran urin (Poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM
dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak
sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya
melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam
hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa (PERKE NI, 2011).
b. Timbul rasa haus (Polidipsia)
Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa
terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan
cairan (Subekti, 2009).
c. Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan
karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa
dalam darah cukup tinggi (PERKE NI, 2011).
d. Penyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh
terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi
(Subekti, 2009).
25
5. Patofisiologi Diabetes Melitus
f. Patofisiologi diabetes tipe 1
Pada DM tipe 1, sistem imunitas menyerang dan menghancurkan sel
yang memproduksi insulin beta pankreas (ADA, 2014). Kondisi tersebut
merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan ditemukannya anti
insulin atau antibodi sel antiislet dalam darah (WHO, 2014).
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases
(NIDDK) tahun 2014 menyatakan bahwa autoimun menyebabkan
infiltrasi limfositik dan kehancuran islet pankreas. Kehancuran memakan
waktu tetapi timbulnya penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama
beberapa hari sampai minggu. Akhimya, insulin yang dibutuhkan tubuh
tidak dapat terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta pankreas yang
berfungsi memproduksi insulin. Oleh karena itu, diabetes tipe 1
membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan merespon insulin yang
menggunakan obat oral.
g. Patofisiologi diabetes tipe 2
Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak mutlak.
Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan 15 kurangnya sel beta
atau defisiensi insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2014).
26
Resistensi insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada reseptor•
reseptor insulin sehingga menyebabkan insulin menjadi kurang efektif
mengantar pesan-pesan biokimia menuju sel-sel (CDA, 2013). Dalam
kebanyakan kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral gagal untuk
merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka pemberian obat
melalui suntikan dapat menjadi altematif.
h. Patofisiologi diabetes gestasional
Gestational diabetes terjadi ketika ada hormon antagonis insulin yang
berlebihan saat kehamilan. Hal ini menyebabkan keadaan resistensi
insulin dan glukosa tinggi pada ibu yang terkait dengan kemungkinan
adanya reseptor insulin yang rusak (NIDDK, 2014 dan ADA, 2014).
6. Komplikasi DM
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan
berbagai macam komplikasi, antara lain :
a. Komplikasi metabolik akut
Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat
tiga macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar
glukosa darah jangka pendek, diantaranya: 1) Hipoglikemia
Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai
komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang kurang
27
tepat (Smeltzer & Bare, 2008). 2) Ketoasidosis diabetik Ketoasidosis
diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar glukosa dalam darah
sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga
mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias
hiperglikemia, asidosis dan ketosis (Soewondo, 2006). 3) Sindrom
HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik) Sindrom HHNK
adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan hiperglikemia
berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dl (Price & Wilson,
2006).
b. Komplikasi metabolik kronik
Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price &
Wilson (2006) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil
(mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah besar
(makrovaskuler) diantaranya:
a. Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) Komplikasi pada
pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) yaitu :
1. Kerusakan retina mata (Retinopati) Kerusakan retina mata
(Retinopati) adalah suatu mikroangiopati ditandai dengan
kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil (Pandelaki,
2009).
28
2. Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik) Kerusakan ginjal pada
pasien DM ditandai dengan albuminuria menetap (>300
mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali pemeriksaan
dalam kurun waktu 3-6 bulan. Nefropati diabetik merupakan
penyebab utama terjadinya gagal ginjal terminal.
3. Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik) Neuropati diabetik
merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada
pasien DM. Neuropati pada DM mengacau pada sekelompok
penyakit yang menyerang semua tipe saraf (Subekti, 2009).
b. Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler) Komplikasi pada
pembuluh darah besar pada pasien diabetes yaitu stroke dan risiko
jantung koroner.
1. Penyakit jantung koroner Komplikasi penyakit jantung koroner
pada pasien DM disebabkan karena adanya iskemia atau infark
miokard yang terkadang tidak disertai dengan nyeri dada atau
disebut dengan SMI (Silent Myocardial Infarction) (Widiastuti,
2012).
2. Penyakit serebrovaskuler Pasien DM berisiko 2 kali lipat
dibandingkan dengan pasien non-DM untuk terkena penyakit
serebrovaskuler. Gejala yang ditimbulkan menyerupai gejala
pada komplikasi akut DM, seperti adanya keluhan pusing atau
29
vertigo, gangguan penglihatan, kelernahan dan bicara pelo
(Smeltzer & Bare, 2008).
7. Faktor Risiko Diabetes Mellitus
a. Faktor risiko yang dapat diubah
1) Gaya hidup
Gaya hidup rnerupakan perilaku seseorang yang ditunjukkan
dalarn aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji, olahraga tidak teratur
dan rninurnan bersoda adalah salah satu gaya hidup yang dapat
rnernicu terjadinya DM tipe 2 (ADA, 2009).
2) Diet yang tidak sehat
Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga, rnenekan
nafsu rnakan, sering rnengkonsurnsi rnakan siap saji (Abdurrahrnan,
2014). 19 c) Obesitas Obesitas rnerupakan salah satu faktor risiko
utarna untuk terjadinya penyakit DM. Menurut Kariadi (2009) dalarn
Fathrni (2012), obesitas dapat rnernbuat sel tidak sensitif terhadap
insulin (resisten insulin). Sernakin banyak jaringan lernak pada tubuh,
rnaka tubuh sernakin resisten terhadap kerja insulin, terutarna bila
lernak tubuh terkurnpul didaerah sentral atau perut (central obesity).
3) Tekanan darah tinggi
Menurut Kumiawan dalarn Jafar (2010) tekanan darah tinggi
rnerupakan peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan
30
resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan
volume aliran darah.
b. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a. Usia
Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena
diabetes tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa setengah baya,
paling sering setelah usia 45 tahun (American Heart Association
(AHA), 2012). Meningkatnya risiko DM seiring dengan bertambahnya
usia dikaitkan dengan terjadinya penurunan fungsi fisiologis tubuh.
b. Riwayat keluarga diabetes melitus
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM orang tua.
Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota
keluarga yang juga terkena penyakit tersebut (Ehsa, 2010). Fakta
menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ibu penderita DM tingkat
risiko terkena DM sebesar 3,4 kali lipat lebih tinggi dan 3,5 kali lipat
lebih tinggi jika memiliki ayah penderita DM. Apabila kedua orangtua
menderita DM, maka akan memiliki risiko terkena DM sebesar 6, 1 kali
lipat lebih tinggi (Sahlasaida, 2015).
c. Ras atau latar belakang etnis
Risiko DM tipe 2 lebih besar terjadi pada hispanik, kulit hitam,
penduduk asli Amerika, dan Asia (ADA, 2009).
31
d. Riwayat diabetes pada kehamilan Mendapatkan diabetes selama
kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan
risiko DM tipe 2 (Ehsa, 2010).
8. Pencegahan Diabetes Melitus
a. Pengelolaan makan
Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah lemak, rendah
lemak jenuh, diet tinggi serat. Diet ini dianjurkan diberikan pada setiap
orang yang mempunyai risiko DM. Jumlah asupan kalori ditujukan untuk
mencapai berat badan ideal. Selain itu, karbohidrat kompleks merupakan
pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga tidak
menimbulkan puncak glukosa darah yang tinggi setelah makan
(Goldenberg dkk, 2013).
b. Pengaturan pola makan
Pengaturan pola makan dapat dilakukan berdasarkan 3J yaitu jumlah,
jadwal, danjenis diet (Tjokroprawiro, 2006). a) Jumlah yaitujumlah kalori
setiap hari yang diperlukan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan
energi. Jumlah kalori ditentukan sesuai dengan IMT (Indeks Massa
Tubuh) dan ditentukan dengan satuan kilo kalori (kkal). Ketika ingin
mengonsumsi makanan, tips yang dapat dilakukan yaitu melihat label
32
makanan. Pada serving size, lihat kemasan pada bagian belakang yaitu
misalnya 5, dan kandungannya tertulis 250 kkal, jadi jika seseorang
menghabiskan 1 produk tersebut, maka orang tersebut menghabiskan
sebanyak 1250 kkal. Oleh karena itu, dengan memperhatikan label
makanan, maka seseorang akan lebih waspada terkait jumlah kebutuhan
kalori hariannya.
c. Aktifitas fisik
Kegiatan jasmani sehari hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit terdiri dari pemanasan ±15
menit dan pendinginan ±15 menit), merupakan salah 25 satu cara untuk
mencegah DM. Kegiatan sehari-hari seperti menyapu, mengepel, berjalan
kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun hams tetap dilakukan dan
menghindari aktivitas sedenter misalnya menonton televisi, main game
komputer, dan lainnya. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran
juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,
sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihanjasmani yang bersifat aerobik sepertijalan kaki,
bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Hindarkan
kebiasaan hidup yang kurang gerak (PERK. ENI, 2011).
d. Kontrol Kesehatan
33
Seseorang harus rutin mengontrol kadar gula darah agar diketahui nilai
kadar gula darah untuk mencegah terjadinya diabetes melitus supaya ada
penanganan yang cepat dan tepat saat terdiagnosa diabetes melitus
(Sugiarto & Suprihatin, 2012). Seseorang dapat mencari sumber informasi
sebanyak mungkin untuk mengetahui tanda dan gejala dari diabetes
melitus yang mungkin timbul, sehingga mereka mampu mengubah
tingkah laku sehari-hari supaya terhindar dari penyakit diabetes melitus.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Melitus
1. Pengkajian
Fokus Pengkajian pada keluarga model Friedman (2010) yang
diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :
a. Data umum
Data umum yang perlu dikaji adalah :
1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis
kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.
2) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta
kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe
keluarga
34
3) Status sosial ekonorni Keluarga, Status sosial ekonorni keluarga
ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga rnaupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonorni keluarga
ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barang-barang yang dirniliki oleh keluarga.
b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkernbangan Keluarga
1) Tahap Perkernbangan Keluarga Saat Ini Tahap perkernbangan
keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.
2) Tahap Perkernbangan Keluarga yang Belurn Terpenuhi Menjelaskan
perkernbangan keluarga yang belurn terpenuhi, rnenjelaskan
rnengenai tugas perkernbangan keluaruarga yang belurn terpenuhi
oleh keluarga serta kendala-kendala rnengapa tugas perkernbangan
tersebut belurn terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan rnengenai riwayat keluarga inti
rneliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan rnasing•
rnasing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha
penyakit termasuk status irnunisasi, surnber pelayanan kesehatan
yang biasa digunakan keluarga dan pengalarnan terhadapa pelayanan
kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelurnnya Menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan keluarga dari pihak suarni dan istri.
35
c. Pengkajian lingkungan
Karakteristik rurnah diidentifikasi dengan rnelihat tipe rurnah,jurnlah
ruangan, jenis ruang, jurnlahjendela, jarak septic tank dengan surnber air,
surnber air rninurn yang digunakan, tanda catyang sudah rnengelupas,
serta dilengkapi dengan denah rurnah.
d. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh
dan saling rnendukung, hubungan baik dengan orang lain, rnenunjukkan
rasa ernpati, perhatian terhadap perasaan.
2) Fungsi sosialisasi Dikaji bagairnana interaksi atau hubungan dalarn
keluarga, sejauh rnana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan,
hukurnan, serta rnernberi dan rnenerirna cinta.
3) Fungsi keperawatan; a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan :
rnenjelaskan nilai yang dianut keluarga, pencegahan, prornosi kesehatan
yang dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga. b) Status kesehatan
keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa : keluarga rnengkaji
status kesehatan, rnasalah kesehatan yang rnernbuat kelurga rentan
terkena sakit dan jurnlah kontrol kesehatan. c) Praktik diet keluarga :
keluarga rnengetahui surnber rnakanan yang dikonsurnsi, cara
rnenyiapkan rnakanan, banyak rnakanan yang dikonsurnsi perhari dan
kebiasaan rnengkonsurnsi rnakanan kudapan. d) Peran keluarga dalarn
36
praktik keperawatan diri : tindakan yang dilakukan dalam memperbaiki
status kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan keluarga dirumah dan
keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah. e) Tindakan pencegahan
secara medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi setelah makan, dan
pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan.
4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi
keluarga adalah : berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan
dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam
upaya mengendalikanjumlah anggota keluarga (Padila, 2012).
5) Fungsi ekonomi Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga
dalam memenuhi sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan
peningkatan status kesehatan.
2. Pengkajian individu
a. Identitas
Nama, usia: tipe 1 < 30 tahun, tipe 2 >30 tahun cenderung meningkat pada
usia 68 tahun, kelompok etnis golongan hispanik memiliki kecenderungan
lebih besar untuk terkena diabetes melitus, jennis kelamin, status
perkawinan, agama, diagnosa masuk, pendidikan dan pekerj aan,
pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola hidup dan pola makan yang
37
salah. Penyakit diabetes juga banyak dialami oleh orang yang
pekerjaannya kurang aktifitas fisik.
b. Keluhan utama
Pada kondisi hiperglikemia, penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan
banyak kencing, dehindrasi, suhu tubuh dan sakit kepala menj adi keluhan
yang dapat dirasakan. Pada kondisi hipoglikemia, tremor, persipitasi,
takikardia, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, suuah konsentrasi,
vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, matirasa didaerah bibir, pelo,
perubahan emosional dan penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Gejala yang dominan timbul adalah sering kencing, sering lapar, dan haus,
berat badan berlebih, biasanya penderita belum tahu kala sudah menderita
diabetes dan baru mengetahui setelah memeriksakan diri di pelayanan
kesehatan
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Dapat terjadi pada saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan
penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti
glukokortikoid, furosemid, thiamid, beta bloker, kontrasepsi yang
mengandung estrogen
e. Riwayat kesehatan keluarga
38
Menurun silsilah karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak
dapat menghasilkan insulin dengan baik.
f. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas / istrahat.
Tanda:
a) Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
b) Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas.
c) Letargi / disorientasi, koma.
2) Sirkulasi
Tanda:
a) Adanya riwayat hipertensi infark miokard akut, kesemutan pada
ekstremitas dan tachicardia.
b) Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang menurun /
tidak ada.
c) Disritmia, krekel: DVJ
3) Neurosensori
Gejala:
Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk, lifargi,
stuport I koma (tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot,
39
parestesia, gangguan penglihatan, gangguan memori (barn, masa lalu) :
kacau mental, refleks fendo dalam (RTD) menurun (koma), aktifitas kejang.
4) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang I nyeri (sedang berat), wajah meringis
dengan palpitasi : tampak sangat berhati - hati.
5) Keamanan
Gejala:
Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
Menurunnya kekuatan immune I rentang gerak, parastesia / paralysis otot
termasuk otot- otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup
tajam).
Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria /
anuria jika terjadi hipololemia barat).
Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun : hiperaktif (diare).
6) Pemeriksaan Diagnostik
Gejala:
Glukosa darah: meningkat 100 200 mg/dl atau lebih.
Aseton plasma : positif secara menyolok.
Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m osm/1.
40
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare, muntah,
poliuria, evaporasi.
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan defisiensi insulin/penurunan intake oral :
anoreksia, abnominal pain, gangguan kesadaran/hipermetabolik akibat
pelepasan hormone stress, epinefrin, cortisol, GH atau karena proses luka.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leucosit/ gangguan
sirkulasi.
e. Resiko gangguan perseps1 sensons : penglihatan berhubungan dengan
perubahan fungsi fisiologis akibat ketidakseimbangan glukosa/insulin atau
karena ketidakseimbangan elektrolit.
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi, perubahan
kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, infeksi,
hipermetabolik.
g. Nyeri akut berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes mellitus).
h. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
1. Defisit pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interprestasi (SDKI,
2018)
41
2. Rencana Intervensi Keperawatan individu
Tabel. 1. Rencana Intervensi keperawatan kasus diabetes melitus
Diagnosa
keperawatan
SLKI SIKI
Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen cairan
berhubungan dengan perawatan, klien 1. Pertahankan catatan
hiperglikemia, diare, diharapkan dapat intake dan output yang
muntah, poliuria, memenuhi NOC : akurat
evaporas1. Status cairan
membaik
2. Monitor status hidrasi
( kelembaban
Kriteria hasil : membran mukosa,
a. Kadar glukosa nadi adekuat, tekanan
dalam darah normal darah ortostatik ), jika
(80 - 100 mg/dL) diperlukan
b. Berat badan ideal 3. Monitor hasil lab yang
atau tidak sesuai dengan retensi
mengalami cairan (BUN, Hmt,
penurunan osmolalitas urin,
C. Tekanan darah albumin, total protein )
dalam batas normal 4. Monitor vital sign
setiap 15menit - 1 jam
5. Kolaborasi pemberian
cairan IV
6. Monitor status nutrisi
7. Berikan cairan oral
8. Berikan penggantian
nasogatrik sesuai
42
output (50-
l00cc/jam)
9. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
10. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk
Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan Iuka
kulit berhubungan
dengan adanya Iuka
perawatan, klien 1. Anjurkan pas1en
diharapkan dapat memakai pakaian yang
memenuhi NOC : longgar
lntegrtias kulit 2. Hindari dari kerutan
membaik tempat tidur
Kriteria hasil : 3. Jaga kebersihan kulit
a. Integritas kulit yang agar tetap bersih dan
baik dapat kering
dipertahankan
4. Mobilisasi
pas1en
b. Luka sembuh sesuai
(ubah posisi), miring
kriteria
kanan,
mmng kiri
c. Tidak ada Iuka atau
lesi
d. Perfusijaringan baik
e. Elastisitas kulit
dalam batas normal
setiap 2 jam
5. Monitor
perkembangan kulit
pada luka post
debridement setiap
hari
43
6. Mengobservasi luka :
perkernbangan, tanda-
tanda infeksi,
kernerahan,
perdarahan, jar1mngan
nekrotik, jar1mngan
granulasi.
Harnbatan rnobilitas Setelah dilakukan Terapi latihan
fisik berhubungan perawatan, klien 1. Kaji kernarnpuan
dengan penurunan diharapkan dapat pas1en dalarn
energi, perubahan kirnia rnernenuhi NOC: rnobilisasi setiap hari
darah, insufisiensi Tingkat mobilitas 2. Monitoring tanda -
insulin, peningkatan Kriteria hasil : tanda vital pas1en
kebutuhan energ1, a. Nyeri berkurang sebelurn dan sesudah
infeksi, hipermetabolik. atau hilang latihan
b. Pergerakan I 3. Bantu klien
aktivitas pas1en rnenggunakan tongkat
bertarnbah dan tidak saat berjalandan cegah
terbatasi terhadap
C. Pasien rnarnpu 4. Darnpingi dan bantu
rnernenuhi pas1en dalarn
kebutuhan secara pernenuhan
rnandiri 5. Mendekatkan alat I
barang yang
dibutuhkan pasien
44
7. Sediakan bagi
keluarga informasi tentang kemajuan
Kurang pengetahuan Setelah
6. Kolaborasi dengan
keluarga untuk
pemenuhan AD Ls
pas1en
dilakukan Proses pengajaran
mengenai penyakitnya, perawatan,
klien 1 .
KaJ··
tingkat
prognosis penyakit dan diharapkan
kebutuhan pengobatan memenuhi NOC :
dapat pengetahuan pasien
dan keluarga
2. Jelaskan patofisiologiberhubungan dengan Tingkat pengetahuan
kesalahan interprestasi meningkat
Kriteria hasil :
a. Pasien dan keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang penyakit,
kondisi, prognosis
dan program
pengobatan
b. Pasien dan keluarga
mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
c. Pasien dan keluarga
mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya
dari penyakit dan
bagaimana hal ini
berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang
tepat.
3. Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa
muncul pada
penyakit, dengan cara
yang tepat
4. Gambarkan proses
penyakit, dengan cara
yang tepat
5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengan
cara yang tepat
6. Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
45
pas1en dengan cara
yang tepat
8. Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
9. Dukung pasien untuk
rnengeksplorasi atau
rnendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
10. Eksplorasi
kernungkinan surnber
atau dukungan,
dengan cara yang
tepat
46
Tabel. 2. Rencana Intervensi Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan SLKI SIKI
Ketidakefektifan Setelah dilakukan perawatan, Pengajaran proses penyakit
pemeliharaan kesehatan klien diharapkan dapat 1. Kaji pengetahuan keluarga tentang DM
keluarga b.d. kurangnya memenuhi: 2. Diskusikan tentang pengertian DM
informasi Tingkar pengetahuan 3. Evaluasi kemampuan kognisi keluarga tentang DM
meningkat 4. Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang
Dengan kriteria; benar
• Kategori Pengetahuan 5. Kaji pengetahuan tentang penyebab DM
80% (baik) 6. Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab DM
7. Evaluasi kembali penyebab dan faktor resiko DM
8. Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang
benar
9. Kaji pengetahuan tentang tanda dan gejala DM
47
10. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan
gejala DM
11. Evaluasi kembali tanda dan gejala DM
12. Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang
benar
Pengetahuan manajemen
penyakit kronik
Dengan kriteria:
• Pengetahuan kategori 80
(baik)
Peningkatan keterlibatan keluarga 1. Bangun hubungan dengan pasien dan keluarga
yang akan terlibat dalam perawatan
2. Dorong anggota keluarga dan pasien untuk
membantu dalam mengembangkan rencana
perawatan
3. lnformasikan faktor-faktor yang meningkatkan
kondisi pasien pada anggota keluarga
48
4. Berikan dukungan yang diperlukan bagi keluarga
untuk membuat keputusan
Modifikasi lingkungan. Manajemen lingkungan
► Status kenyamanan 1. Menentukan tujuan pasien dan keluarga dalam
lingkungan mengelola lingkungan
Dengan kriteria hasil:
• Lingkungan kondusif
2. Jelaskan pentingnya lingkungan dalam membantu
kenyamanan Ny. M
untuk mencegah
3.
Motivasi keluarga untuk memodifikasi lingkungan
penularan
4.
Fasilitasi kebersihan untuk menjaga kenyamanan
• Lingkungan kondusif
untuk tidur
5.
individu
Beri pujian atas penataan yang telah dilakukan
• Kebersihan lingkungan
49
'°
BAB III
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. DATA UMUM
1. Nama KK : Tn. L.
2. Pekerjaan KK : Petani.
3. Pendidikan KK : SMA.
4. AgamaKK : Islam.
5. Alamat : Desa Ulunambo Kee. Kulisusu Utara Kab.Buton Utara
6. Komposisi Anggota Keluarga:
No Nama JK Umur Pddkn
Ny.M 41 Tahun SMP
Status Imunisasi Penyakit/
BCG DPT POLIO Hepatitis Campak Keluhan
1. - - - - p
✓ Sakit
2. An.A
L 18 Tahun SMA ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Sehat
3. An.N p 12 Tahun SMP V ✓ ✓ ✓ ✓ Sehat
7. Genogram :
r 7 I I
I I
I 18
I 50
I
---- I
Keterangan :
□ = Laki-Laki
O = Perempuan
X = Meninggal
49 = Ayah
8. Tipe Keluarga
Menikah 7
Tinggal serumah
41 = Ibu
18, 12 =Anak
= Klien.
Tipe keluarga Tn.L Merupakan tipe keluarga inti (nuclear family) yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah.
9. Suku Bangsa
Tn.L dan Ny.M berasal dari Desa Ulunambo Kee. Kulisusu Utara Kab. Buton
Utara, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa daerah
kulisusu.
10. Agama
Seluruh keluarga.Tn.L beragama islam, keluarga Tn. L Menjalani ibadah
sesuai dengan agama yang dianutnya.
11. Status Sosial Ekonomi
Pendapatan Tn. L sebagai petani 750.000 / bulan tidak menentu dan Ny. M
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan menjaga warung di depan rumah.
Status sosial ekonomi cukup.
12. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Tn. L biasanya pada saat malam hari kumpul bersama keluarganya di ruang
tv sambil nonton dan kadang berbincang bincang bersama di ruang tv
bersama anak anaknya.
51
II. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Saat ini Tn. L berada dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak usia
sekolah.
2. Tugas Perkembangan Keluarga
Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi :
Tugas perkembangan yang terpenuhi yaitu memenuhi kebutuhan dan biaya
kehidupan yang semakin meningkat termasuk biaya pendidikan.
Tugas Perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Mempertahankan kesehatan setiap anggota keluarga.
3. Riwayat keluarga inti
Ny. M sekarang dalam proses menjalani pengobatan penyakitnya yang
sudah berjalan selama 6 bulan, obat yang di minum adalah obat yang
di ambil dari puskesmas. Kondisi sekarang Ny. M sakit, bengkak dan gatal
pada kaki kanan, terdapat luka goresan bekas garukan yang kemerahan. Pada
saat pemeriksaan gula darah sewaktu yang dilakukan di Puskesmas Waode
Buri tanggal 24 Februari 2020 menunjukan hasil 262 g/dl. Keluarga dan
Tn.L tidak tau cara perawatan DM yang benar. Keluarga bertanya tentang
akibat tidak teratur minum obat DM. Tn. L beserta anaknya tidak mengalami
gangguan kesehatan.
52
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Keluarga dari pihak istri yaitu kakak dari Ny.Mada riwayat penyakit DM,
sedangkan kedua orang tuanya tidak ada dan untuk keluarga dari pihak
suarni ada riwayat hipertensi dari orang tuanya.
III. LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
J enis rurnah Tn.L Adalah permanen yang rnerupakan rnilik
sendiri, luas rurnah 8 x 15, rnerniliki 3 karnar yaitu 1 karnar di sebelah kiri
dan 2 karnar sebelah kanan dan satu karnar rnandi urnurn, penerangan
rnenggunakan larnpu listrik, rnernpunyai jendela tetapi jarang di buka
dan ventilasi, kebersihan cukup baik, tidak ada saluran pernbuangan air
lirnbah, lirnbah rurnah tangga di buang di belakang rurnah, surnber air
rninurn dari air idrap / parn yang di rnasak dan kadang dari air galon, lantai
rurnah rnenggunakan lantai dari tegel, dan jarnban leher angsa dan sarnpah
biasanya di buang di tanah belakang rurnah yang rnasih luas.
2. Denah Rumah
Keterangan :
a= Ruang tamu
b = Kamar Tidur C
b c = Ruang Keluarga
d = Dapur
b a
53
e = We/ Kamar Mandi
3. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RT /RW/Dusun
Tipe ternpat tinggal adalah hunian baik dirnana depan
rurnah Tn.L rnerupakan jalan aspal, dan hubungan dengan tetangga
sangatlah baik.
4. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. L rnerupakan penduduk asli desa Ulunarnbo
dan tidak pemah pindah rurnah.
5. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Di dalarn rnasyarakat Tn. L selalu rnengikuti bakti sosial dan perkurnpulan
bersarna rnasyarakat. Sosialisasi antara tetangga baik sedangkan Interaksi
dengan keluarga paling sering terjadi yaitu sore dan rnalarn hari biasanya
tejadi saat rnenonton tv.
6. Sistem Pendukung Keluarga
Berobat rnenggunakan BPJS, keluarga sangat rnendukung anggota keluarga
yang sedang sakit.
IV. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga
Kornunikasi yang ada di keluarga Tn.L berjalan dengan baik , jika ada
rnasalah selalu dibicarakan dan di rnusyawarakan rnaka
penentu keputusan adalah Tn.L sebagai kepala keluarga.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
54
Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah Tn.L dengan meminta
pendapat pada anggota keluarga yang lain. Setiap anggota
keluarga berhak mengeluarkan pendapat, dan jika ada
permasalahan keluarga selalu membicarakan dan mencan
solusinya dengan mengadakan musyawarah di dalam keluarga.
3. Struktur Peran
Peran masing-masing keluarga :
1) Tn. L berperan sebagai kepala keluarga yang bertugas untuk
mencari nafkah bekerja sebagai petani.
2) Ny. M berperan sebagai istri, mengurus rumah tangga serta
membantu dengan bekerja menjaga warung di depan rumahnya.
3) An. A yang masih tinggal dalam satu rumah,
b e 1 um bekerja masih sekolah.
4) An. N tinggal dalam satu rumah dan belum bekerja masih sekolah.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Dalam keluarga Tn. L selalu megajarkan tentang kesopanan
kepada anak-anaknya, terutama nilai kesopanan kepada
orang yang lebih tua, Ny.M juga menanamkan nilai-nilai kejujuran
sejak kecil kepada anak- anaknya
V. FUNGSIKELUARGA
1. Fungsi Afektif
55
Keluarga Tn.L yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota
keluarga yang sakit khusunya Ny. M
2. Fungsi Sosialisasi
Tn.L dan Ny.M selalu mengajarkan dan menekankan pada keluarganya
bagaimana berperilaku sesuai dengan a1aran agama yang
dianutnya dalam kehidupan sehari-harinya di rumah dan lingkungan tempat
tinggalnya.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga Tn. L khususnya Ny. M dahulu mengikuti KB sampai sekarang,
mereka memiliki 2 orang anak berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
4. Fungsi Ekonomi
Tn. L Mengatakan dari penghasilannya sendiri dan istri dari hasil pekerjaan
sebagai petani dan menjaga warung di depan rumah di rasa cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga
Masalah atau penyakit: DM
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Kemampuan keluarga mengenal masalah :
Keluarga Tn.L kurang mampu mengenal masalah-masalah
kesehatan, terbukti dengan ketidaktahuan keluarga khususnya Ny. M
56
tentang penyakit yang di derita sehingga hanya rnernbeli obat di pasar
atau di warung terdekat, dan ketika penyakitnya belurn kunjung sernbuh
Ny. M dan keluarga baru berinisiatif rnerneriksakan Ny. M ke puskesrnas
dan sarnpai saat ini sedang dalarn proses pengobatan tetapi Tn.L
beserta keluarga juga sebenamya belurn terlalu paharn rnengenai
DM.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
yang tepat
Keluarga Tn.L belurn rnarnpu rnengarnbil keputusan rnengenai akibat
yang di tirnbulkan jika Ny. M tidak rninurn obat DM secara teratur
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Anggota keluarga sebelurnnya kurang rnengerti tentang tanda dan gejala
yang selarna ini di perlihatkan dari Ny.M narnun sernenjak selesai
rnerneriksakan diri ke puskesrnas, keluarga sekarang sudah
tahu dan obat yang harus selalu di rninurn Ny.M narnun belurn terlalu tau
tentang pencegahan dan perawatan untuk penderita DM.
d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan/memelihara
lingkungan yang sehat untuk perawatan anggota keluarga yang
sakit.
Keluarga Tn. L kurang rnarnpu rnernodifikasi lingkungan terlihat dari
pernbuangan air lirnbah di buang di belakang rurnah, jendela jarang di
buka, kebersihan cukup bersih.
57
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
di masyarakat
Keluarga rnarnpu rnenggunakan pelayanan kesehatan terbukti Ny.M
selalu pergi ke puskesrnas untuk rnengarnbil obat-obatan yang wajib
untuk dirninurn ketika obatnya telah habis.
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
a. Stressor jangka pendek (< 6 bin)
Ny. M rnernikirkan apakah penyakit
dideritanya dapat sernbuh.
DM yang
b. Stressor jangka panjang ( 6 bulan)
Klien rnenderita DM dan sekarang dalarn proses pengobatan dan
berharap setelah sernbuh, penyakitnya ini tidak tirnbul lagi.
2. Respon keluarga terhadap stressor dan Mekanisme Koping yang
digunakan
a. Respon keluarga terhadap stressor
Keluarga saling rnernberikan dukungan dan sernangat pada anggota
keluarga yang rnerniliki rnasalah
b. Strategi koping yang digunakan
Saat rnenghadapi rnasalah Ny. M berusaha rnenyelesaikan rnasalah tersebut
dengan rnelibatkan suarni rnaupun anak-anaknya.
3. Strategi adaptasi disfungsional
58
Kepala - Bentuk kepala - Bentuk - Bentuk - Bentuk
Mesochepal mesochepal mesochepal mesochepal
- Keadaan rambut - Rambut hitam - Rambut - Rambut
pendek, bersih, dan bersih pendek, bersih
panjang
dan hitam. - Rambut panjang - Tidak ada kelainan
bergelomb
- Keadaan kulit
- Tidak ada nyeri - Tidak ada nyeri
dan bersih
kepala tidak tekan tekan
Tn. L mengatakan dalam menghadapi masalah, keluarga tidak pemah putus asa
dan tidak pemah melampiaskan ke hal-hal yang merugikan diri sendiri dan
keluarga.
VII. HARAPAN KELUARGA
Keluarga berharap dengan mengkonsumsi obat DM secara teratur bisa dapat
menyembuhkan penyakitnya. Dan dengan adanya petugas kesehatan yang
mengunjungi nya, akan ada perubahan tingkah laku yang dapat dilakukan oleh
Ny. M dan keluarga dalam menunjang peningkatan kesehatan Ny. M dan
keluarga.
PEMERIKSAAN FISIK
DATA Bapak Ibu Anak.1 Anak2
TTV - TD 100/80 - TD 120/80 - TD: 110/80 - TD: 100/8mmhg mmHg mmhg mmhg - RR: 20x/menit
- RR: 24x/menit - RR: 20x/menit - RR: 20x/menit - N :87x/menit - N : 80X/menit - N : 82X/menit - N : 91x/menit -S:36 °C - S:36,5 °C -S: 37 °C -S:36,5 °C
ang
ada kelainan
59
- Tidak ada -Tidak teraba adanya Tidak teraba adanya - Tidak ada nyeri
nyeri tekan massa massa tekan
- Tidak teraba - Rambut tidak -Tidak teraba
adanya massa . mudah tercabut adanya
massa
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak
pembengkakan pembengkakan pembengkakan ada
pembengkakan
Aksila Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak
pembengkakan pembengkakan pembengkakan ada
pembengkakan
Dada - Bentuk dada - Bentuk dada - Bentuk dada - Bentuk
simetris kiri simetris kiri simetris kiri dada simetris
dan dan dan kiri dan
kanan(normal kanan(normal kanan(normal kanan(normal
chest) chest) chest) chest)
- Warna kulit - Warna kulit - Warna kulit - Warna
sama dengan sama dengan sama dengan kulit sama
sekitarnya, Tidak sekitarnya, Tidak sekitarnya, Tidak dengan
nampak adanya adanya benjolan/ adanya benjolan/ sekitarnya, Tidak
benjolan/ tumor tumor tumor adanya
- lrama pernapasan - Irama pernapasan - Irama pernapasan benjolan/ tumor
teratur teratur teratur - Irama
- Tidak - Tidak - Tidak pernapasan
teraba adanya teraba adanya teraba adanya teratur
massa, massa, massa, - Tidak
- Tidak ada - Tidak ada - Tidak ada teraba adanya
nyeri tekan. nyeri tekan. nyeri tekan. massa,
Auskultasi suara Auskultasi suara Auskultasi suara - Tidak ada
napas : vesikuler napas : vesikuler napas : vesikuler nyeri tekan.
60
Abdomen
Bentuk simetris,
Bentuk simetris,
Bentuk simetris,
Auskultasi suara
napas : vesikuler
Bentuk
tidak ada oedema, tidak ada oedema, tidak ada oedema, simetris, tidak
tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri ada oedema,
tekan, tidak ada tekan, tidak ada tekan, tidak ada tidak ada nyeri
massa. massa. massa. tekan, tidak ada
massa.
Ekstremitas
Tidak ada oedema
Kesemutan pada
Tidak ada oedema
Tidak ada
Atas
pada ekstremitas
ujung jari tangan, -•
pada ekstremitas
oedema pada
atas gatal pada
atas ekstremitas atas
ekstermitas atas
khususnya bagian
lengan atas, tidak
ada edema, CRT <2
detik, akral teraba
hangat.
Ekstremitas
Tidak ada oedema - Tampak bengkak
Tidak ada oedema
Tidak ada
Bawah
pada ekstremitas dan terdapat luka
pada ekstremitas
oedema pada
bawah goresan bekas
bawah
ekstremitas
garukan yang
kemerahan di kaki
bawah
kanan,
CRT<2detik,akral
teraba hangat
61
ANALISA DATA
DS: Reseptor insulin dalam
1. Klien mengatakan kaki kanan sel berkurang
bengkak dan sakit J,
2. terasa kram pada pergelangan kaki Peningkatan kadar
Gangguan integritas kulit
kanan,
DO:
3. Tampak ada Iuka kemerahan pada
kaki kanan yang belum sembuh
panjang 6 cm
4. Glukosa darah sewaktu (GDS)
262 mg/dl
5. Tanda tanda vital TD
glukosa darah di jaringan
otot J
Peningkatan kecepatan
perkembangbiakan
bakteri pada j aringan
Iuka J Kerusakan integritas
120/80mmHg, N: 82 x/menit, P: jaringan
20x/menit dan SB: 37C
DS: Ketidak mampuan
- Klien mengatakan sering-sering keluarga dalam mengenal
merasa gatal dan menggaruknya. masalah kesehatan
- Klien mengatakan jika Iuka lama anggota keluarga
sembuh
- Klien mengatakan penglihatan
sebelah kiri agak kabur.
- Klien mengatakan tidak tau
mengenai makanan yang harus
dihindari untuk diabetes melitus
Defisit pengetahuan
62
- Klien rnengatakan rnasih
rnengkonsurnsi gula biasa, bukan
gula khusus diabetes rnelitus.
- Klien rnengeluhkan penglihatan
kabur
DO:
- Klien tidak dapat rnenyebutkan
rnakanan
rnelitus.
pantang
diabetes
- Klien dan anggota keluarga tidak
dapat rnenjelaskan tentang
penyakit diabetes rnelitus
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit b.d reseptor insulin dalarn sel berkurang d.d Klien
rnengatakan kaki kanan bengkak dan sakit, terasa krarn pada pergelangan kaki
kanan, tarnpak ada luka kernerahan pada kaki kanan yang belurn sernbuh
panjang 6 cm, glukosa darah sewaktu (GDS) 262 rng/dl
2. Defisit Pengetahuan b.d ketidak rnarnpuan keluarga dalarn rnengenal rnasalah
kesehatan diabetes rnelitus d.d klien rnengatakan sering-sering rnerasa gatal dan
rnenggaruknya, klien rnengatakan tidak tahu rnengenai rnakanan yang harus
dihindari untuk diabetes rnelitus, klien tidak dapat rnenyebutkan rnakanan
pantang diabetes rnelitus, klien dan anggota keluarga tidak dapat rnenjelaskan
tentang penyakit diabetes rnelitus.
63
C. lntervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Perawatan Iuka
b.d reseptor insulin dalam perawatan selama I. Anjurkan pasien memakai
sel berkurang d.d Klien 3 x 24 jam, klien
pakaian yang longgar
mengatakan kaki kanan diharapkan dapat 2. Hindari dari kerutan tempat
bengkak dan sakit, terasa memenuhi NOC :
tidur
kram pada pergelangan Integritas kulit 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
kaki kanan, tampak ada membaik bersih dan kering
Iuka kemerahan pada kaki Kriteria hasil :
kanan yang belum a. Integritas kulit
4. Lakukan debridement Iuka
setiap hari
sembuh panjang 6 cm,
glukosa darah sewaktu
yang
dapat
baik 5. Monitor perkembangan kulit
pada Iuka post debridement
(GDS) 262 mg/dl
dipertahankan
setiap hari
b. Luka sembuh 6. Mengobservasi Iuka
bertahap
sesuai kriteria
perkembangan, tanda- tanda
infeksi, kemerahan, perdarahan,
jaringan nekrotik, jaringan
granulasi.
2 Defisit Pengetahuan b.d Setelah dilakukan Proses pengajaran
ketidak mampuan perawatan, klien 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
keluarga dalam mengenal diharapkan dapat dan keluarga
masalah
kesehatan memenuhi NOC: 2. Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal inidiabetes melitus d.d klien Tingkat
mengatakan sering-sering pengetahuan
berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi, dengan cara yang
merasa
gatal dan meningkat tepat.
64
rnenggaruknya, klien Kriteria hasil : 3. Garnbarkan tanda dan gejala
rnengatakan tidak tahu 1. Pasien
rnengenai rnakanan yang keluarga
dan
4.
yang biasa rnuncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat
Garnbarkan proses penyakit,
harus dihindari untuk
diabetes rnelitus, klien
tidak dapat rnenyebutkan
rnenyatakan
pernaharnan
tentang 5.
penyakit,
dengan cara yang tepat
Identifikasi kernungkinan
penyebab, dengan cara yang
rnakanan
pantang kondisi,
prognosis dan 6.
tepat
Sediakan informasi pada pasiendiabetes rnelitus, klien
dan anggota keluarga
tidak dapat rnenjelaskan 2.
tentang penyakit diabetes
program
pengobatan
Pasien dan 7.
keluarga
rnarnpu
tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kernajuan
pasien dengan cara yang tepat
rnelitus. rnelaksanakan
prosedur yang
dijelaskan
secara benar
3. Pasien dan
keluarga
rnarnpu
rnenjelaskan
kernbali apa
yang
dijelaskan
perawat/tirn
kesehatan
lainnya
8. Diskusikan pilihan tempi atau
penanganan
9. Dukung pasien untuk
rnengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
10. Eksplorasi kernungkinan surnber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
65
2.
pakaian yang longgar
Hasil : klien menggunakan pakaian
longgar yang tidak menekan kulit
Menganjurkan klien menghindari
kanan bengkak dan sakit
0: luka nampak kemerahan,
tidak ada granulasi, panjang
luka 6 cm.
3.
dari kerutan tempat tidur
Hasil : klien bersedia
Menjaga kebersihan kulit agar tetap
Luka bersih dan kering
A : Masalah belum teratasi
P. Lanjutkan intervensi
bersih dan kering
4.
Hasil : klien menjaga kaki kanan
yang bengkak tidak kotor dan tetap
kering
Melakukan perawatan luka
Hasil : Iuka bersih tidak ada pus
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga
No.Dx Hari/waktu Implementasi Evaluasi Paraf
1 Senin, 4 1. Menganjurkan pas1en memakai S: klien mengatakan kaki
Mei2020
66
5. Memonitor perkembangan kulit pada
luka setiap hari
HasiI : Iuka kering dan bersih
6. Mengobservasi Iuka : perkembangan,
tanda- tanda infeksi, kemerahan,
perdarahan, Jarmngan nekrotik,
jaringan granulasi.
HasiI : masih kemerahan dan tidak
ada tanda infeksi
2 Senin, 4 1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien S:Kiien dan keluarga dapat
Mei2020 dan keiuarga menenma penjelasan
HasiI : keiuarga beium mengetahui tentang diabetes melitus
tentang DM
2. Menjelaskan tanda dan gejala yang 0: Klien dan keluarga
biasa muneul pada penyakit, dengan memperhatikan penjelasan
earn yang tepat dan penyuluhan yang Hasil keluarga mendengarkan
secara seksama
3. Menjeiaskan proses penyakit,
dengan earn yang tepat
67
disampaikan.
Hasil Keluarga dapat menenma Klien dan keluarga dapat
penjelasan menjelaskan kembali
4. mengidentifikasi kemungkinan sebagian informasi
penyebab, dengan cara yang tepat
basil kemungkinan penyebab A : Masalah belum teratasi
karena ketidaktahuan keluarga P. Lanjutkan intervensi
tentang faktor resiko DM
5. Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
Hasil menjadwalkan penyuluhan
dan pemberian leaflet
6. Sediakan bagi keluarga informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
Hasil : keluarga mendengarkan
7. Mendukung keluarga untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
Hasil : keluarga berjanji untuk ke
fasilitas kesehatan
8. Mengeksplorasi sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
68
1 Selasa,
Mei2020
5 1. Menganjurkan pasien
pakaian yang longgar
memakai S: klien mengatakan
bengkak dikaki kanan sudah
Hasil : pasien mengenakan pakaian turun
yang longgar tidak menekan tubuh 0: Iuka nampak kepucatan
2. Menganjurkan pasien menghindari dan kering, tidak ada
dari kerutan tempat tidur granulasi, panjang luka 6
Hasil: pasien menggunakan alas tidur cm.
yang datar, rata dan tidak berkerut A : Masalah teratasi
3. Menganjurkan pasien menjaga P. intervensi selesai
kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kering
Hasil : kulit kering dan tetap bersih
4. Memonitor perkembangan kulit pada
luka setiap hari
Hasil : Iuka mengering dan bersih
5. Mengobservasi Iuka : perkembangan,
tanda- tanda infeksi, kemerahan,
perdarahan, jaringan
jaringan granulasi.
nekrotik,
69
Hasil luka mulai menutup, luka
memucat, bersih, tidak ada tanda
infeksi
2 Rabu, 6 Mei 1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien S:Klien dan keluarga dapat
2020 dan keluarga menenma penjelasan
Hasil : keluarga dan pasien dapat tentang diabetes melitus
menjelaskan tentang DM
2. Mengambarkan tanda dan gejala O:
yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
Hasil : keluarga dan pasien dapat
menjelaskan tanda dan gejala DM
Klien dan
memperhatikan
penjelasan
penyuluhan
keluarga
dan
yang
3. Mengidentifikasi kemungkinan disampaikan.
penyebab, dengan cara yang tepat • Klien dan keluarga dapat
Hasil : keluarga dan pasien dapat
menyebutkan penyebab penyakitnya
menjelaskan
kembali
4. Menyediakan informasi pada pasien semua informasi yang
tentang kondisi, dengan cara yang diberikan
tepat • Pasien sudah ke Hasil : keluarga dan pasien menerima
leaflet pelayanan kesehatan dan
70
5. Menyediakan bagi keluarga pengobatan ((kadar
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
Hasil : keluarga memberikan kontak
GDS turun 140 mg/dl)
A : Masalah teratasi
telepon Untuk mendapatkan P. intervensi selesai
informasi tentang kemajuan pasien
6. Mendukung keluarga untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
Hasil : keluarga dan pasien sudah
mendapatkan pelayanan kesehatan
dan pengobatan (kadar GDS turun
140 mg/dl)
7. Mengeksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan cara
yang tepat
Hasil : keluarga dan pasien bersedia
untuk menjalankan program
pengobatan dan cara menghindari
naiknya kadar gula darah
71
BABIV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan pengambilan data oleh perawat dengan ditandai
pengumpulan informasi yang bersifat terus menerus dan sebagai keputusan
profesional yang mengandung arti sebagai informasi yang dikumpulkan.
Pengumpulan data bersumber dari pasien maupun keluarga dengan mekanisme
wawancara, pemeriksaan fisik, serta pengalaman anggota keluarga yang
dilaporkan. (padila,2012).
Pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada keluarga Tn. L sesuai dengan
teori yang telah di jabarkan tersebut di atas dengan menggunakan format
pengkajian keperawatan menurut Gordon (2011) dengan metode wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan juga menggali informasi dari pengalaman
anggota keluarga untuk memenuhi data dan informasi yang diperlukan dalam
proses asuhan keperawatan.
Berdasarkan anamnesa klien Ny. M mengeluhkan bengkak dan sakit pada kaki
kanan terjadi luka yang lama sembuh, terasa kram pada pergelangan kaki kanan,
Klien klien juga mengeluhkan pandangan kabur, selain itu tampak ada luka bekas
garukan pada kaki kanan, Panjang luka ± 6 cm dan Glukosa darah sewaktu (GDS)
262 mg/dl. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Perkeni,
72
(2011 ). Bahwa pasien diabetes melitus akan mengalami akan merasa cepat lapar
dan lemas, hal tersebut disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis
sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi. Menurut Price & Wilson
(2006) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) dan
komplikasi pada pembuluh darah besar (makrovaskuler) diantaranya: 1)
Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) Komplikasi pada pembuluh
darah kecil (mikrovaskuler) yaitu (a) Kerusakan retina mata (Retinopati)
Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu mikroangiopati ditandai dengan
kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil (Pandelaki, 2009). (b) Kerusakan
ginjal (Nefropati diabetik) Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan
albuminuria menetap (>300 mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali
pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan.
Selain itu penulis mendapatkan data bahwa keluarga mengatakan tidak tahu
tentang penyakit diabetes melitus, tidak tahu makanan yang menjadi pantangan,
klien mengatakan lemah dan letih serta rasa pusing, Klien mengatakan kram pada
pergelangan kaki dan mengeluhkan pandangan kabur. Hal ini sesuai pemyataan
bahwa gejala lain yang ditimbulkan menyerupai gejala pada komplikasi akut
DM, seperti adanya keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan,
kelemahan dan bicara pelo (Smeltzer & Bare, 2008).
73
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga
atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan
potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.
Berdasarkan pengkajian dan analisa data pada kasus yang dilakukan pada
Keluarga Tn. L dengan anggota keluarga yaitu Ny. M menderita diabetes melitus
diagnosa yang diangkat penulis yaitu gangguan integritas kulit dan defisit
pengetahuan. Gangguan integritas kulit adalah kerusakan lapisan epidermis
sampai sub kutan kulit dan Defisit pengetahuan keluarga adalah terbatasnya
informasi klien dan keluarga tentang diabetes melitus. (SDKI, 2018).
Dalam kasus ini penulis mengangkat diagnosa sebagai berikut
1. Gangguan integritas kulit b.d Peningkatan kecepatan perkembangbiakan
bakteri pada j aringan luka
2. Defisit pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga mengenal penyakit
diabetes melitus
Diagnosa keperawatan tersebut ditegakkan oleh penulis karena pada saat
pengkajian ditemukan data klien Ny. M mengeluhkan bengkak dan sakit pada kaki
kanan terjadi luka yang lama sembuh, terasa kram pada pergelangan kaki kanan,
74
Klien klien juga rnengeluhkan pandangan kabur, selain itu tarnpak ada Iuka bekas
garukan pada kaki kanan, Panjang luka ± 6 cm dan Glukosa darah sewaktu (GDS)
262 rng/dl. Penulis juga rnendapatkan data bahwa keluarga rnengatakan tidak tahu
tentang penyakit diabetes rnelitus, tidak tahu rnakanan yang rnenjadi pantangan,
klien rnengatakan lernah dan letih serta rasa pusing, Klien rnengatakan krarn pada
pergelangan kaki dan rnengeluhkan pandangan kabur.
C. Rencana Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien atau tindakan yang hams dilakukan oleh perawat. Intervensi
dilakukan dengan ONEC yaitu (Observation) yaitu rencana tindkan rnengkaji tau
rnelaksanakan observasi terhadap kernajuan klien untuk rnernantau secara
langsung dan dilakukan secara kontinu, (Nursing) yaitu rencana tindakan yang
dilakukan untuk rnengurangi, rnernperbaiki dan rnencegah perluasan rnasalah,
(Education) adalah rencana tindakan yang berbentuk pendidikan kesehatan dan
(Colaboration) yaitu tindakan kerjasarna dengan tirn kesehatan lain yang
dilirnpahkan sebagian pelaksanaannya kepada perawat.
Intervensi keperawatan rnengacu pada NOC dan NIC sebagai panduan dalarn
rnengarnbil intervensi, dirnana penulis rnenggunakan intervensi Wound care pada
diagnosa gangguan integritas kulit, dan intervensi Teaching proses pada
75
diagnosa defisit pengetahuan. Hal ini sesuai dengan Nursing Intervetion
Classification rnenurut Joanne and Bulechek (2017).
Intervensi keperawatan rnerupakan kategori dari perilaku keperawatan dirnana
tujuan yang berpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan dari intervensi
keperawatan yaang dipilih untuk rnencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005).
Diagnosa keperawatan yang diangkat selanjutnya dibuat rencana asuhan
keperawatan sebagai tindakan pernecah rnasalah keperawatan dirnana penulis
rnernbuat rencana keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan kernudian
rnenetapkan tujuan dan kriteria hasil, selanjutnya rnenetapkan tindakan yang tepat.
Perencanaan disusun berdasarkan konsep teori yang telah didapatkan untuk
diterapkan secara aktual pada pasien Ny. M dengan diabetes rnelitus dalarn
rnasalah kebutuhan dan respon keluarganya rnendasari penyusunan rencana
keperawatan berdasarkan diagnosis keperawatan pada pasien diabetes rnelitus
disesuaikan dengan kondisi aktual yang diternukan.Tindakan yang direncanakan
yaitu : Merawat luka, Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil, dan Pendidikan kesehatan.
D. Implementasi Keperawatan
Irnplernentasi keperawatan adalah tindakan keperawatan yang penulis lakukan
kepada pasien sesuai dengan intervensi, sehingga kebutuhan pasien dapat
terpenuhi (wilkinson, 2011). Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan
76
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan berdasarkan teori (NIC) yaitu:
1. Pemberian rute insulin 2. Mengajarkan teknik perawatan luka 3. Melakukan
edukasi dengan penyuluhan 5. Mengkolaborasi dengan tim medis jika ada keluhan
dan tindakan yang tidak berhasil.
Implementasi yang direncanakan telah dilaksanakan, pasien dapat melakukan
wound care untuk memperbaiki kerusakan jaringan kulit dan dapat menerima
proses pengajaran dengan mampu menjelaskan kembali tentang diabetes melitus
sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh penulis.
Pelaksanaan implementasi keperawatan dimulai pada tanggal 4-6 Mei 2020
dengan kegiatan antara lain : 1) Menganjurkan pasien memakai pakaian yang
longgar, 2) Menganjurkan klien menghindari dari kerutan tempat tidur, 3) Menjaga
kebersihan kulit agar tetap bersih dan , 4) Melakukan perawatan luka, 5)
Memonitor perkembangan kulit pada luka setiap hari, 6) Mengobservasi luka :
perkembangan, tanda- tanda infeksi, kemerahan, perdarahan, jaringan nekrotik,
jaringan granulasi, 7) Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga, 8)
Menjelaskan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat, 9) Menjelaskan proses penyakit, dengan cara yang tepat, 10)
Mengidentifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat, 11)
Menyeediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat, 12).
Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat,
13) Mendukung keluarga untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second
77
opinion, 14) Mengeksplorasi sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat.
Pengambilan tindakan yang dimplementasikan dalam proses perawatan pada kasus
ini sesuai dengan penelitian Yulianawati R, (2018) yang menyatakan bahwa dalam
asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus dengan masalah kerusakan
integritas kulit/jaringan yaitu dengan perawatan luka yang tepat. Perawat
mempunyai peran penting dalam membuat perencanaan untuk mencegah
terjadinya infeksi yaitu dengan manajemen perawatan luka dimana dengan
perawatan yang baik selama 3 hari akan didapatkan pus berkurang, bau berkurang,
panjang, lebar dan kedalaman belum berkurang sedangkan proses granulasi
jaringan belum terbentuk yang membutuhkan waktu.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk memperbaiki proses
keperawatan yang menandakannseberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi perawat
untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan keperawatan (Nursalam, 2010).
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan diagnosis yang ditegakkan yaitu
gangguan integritas kulit dan defisit pengetahuan dan dievaluasi pada hari Rabu
tanggal 6 Mei 2020 dengan hasil :
1. klien mengatakan bengkak dikaki kanan sudah turun
78
2. luka nampak kepucatan dan kering, tidak ada granulasi, panjang luka 6 cm.
3. Klien dan keluarga dapat menerima penjelasan tentang diabetes melitus
4. Klien dan keluarga memperhatikan penjelasan dan penyuluhan yang
disampaikan.
5. Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali semua informasi yang diberikan
Pasien sudah ke pelayanan kesehatan dan pengobatan ((kadar GDS turun 140
mg/dl)
79
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan umum dari hasil studi kasus ini yaitu: Asuhan keperawatan keluarga
pada pasien dengan Diabetes melitus dapat dilakukan dengan memperbaiki
gangguan interitas kulit dengan cara wound care, peningkatan pengetahuan klien
dan keluarga melalui proses pengajaran dan health education.
Kesimpulan secara khusus dari hasil studi kasus ini yaitu:
1. Pengkajian didapatkan data keluhan mengeluhkan bengkak dan sakit pada
kaki kanan terjadi luka yang lama sembuh, terasa kram pada pergelangan kaki
kanan, Klien klien juga mengeluhkan pandangan kabur, selain itu tampak
ada luka bekas garukan pada kaki kanan, Panjang luka ± 6 cm dan Glukosa
darah sewaktu (GDS) 262 mg/dl serta data lain yang diperoleh yaitu keluarga
mengatakan tidak tahu tentang penyakit diabetes melitus, tidak tahu makanan
yang menjadi pantangan, klien mengatakan lemah dan letih serta rasa pusing,
Klien mengatakan kram pada pergelangan kaki dan mengeluhkan pandangan
kabur.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada studi kasus ini adalah gangguan
integritas kulit dan defisit pengetahuan
80
3. Intervensi keperawatan yang di ambil adalah NIC Wound care pada
diagnosa gangguan integritas kulit dan NIC Teaching Proses pada diagnosa
defisit pengetahuan.
4. Implementasi dilakukan selama 3 hari dengan menggunakan teknik terapi non
farmakologis, kolaboratif dan health education. sehingga dapat memperbaiki
integritas kulit yang dirasakan pasien dan meningkatkan pengetahuan klien
dan keluarga.
5. Evaluasi keperawatan ini dilakukan setelah perawatan 3 hari masalah dapat
teratasi.
B. Saran
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan pada pasien Diabetes Melitus penulis menyarankan :
1. Bagi Klien / Masyarakat
Untuk klien agar berhati-hati terhadap makanan maupun faktor lain yang
menyebabkan resiko peningkatan kadar glukosa darah, terutama minum obat
secara teratur sesuai dengan indikasi yang di anjurkan serta chek up kerumah
sakit / puskesmas terdekat di lingkungan tempat tinggal serta menjalankan
program perawatan lanjut seperti istirahat, makan-makanan yang dianjurkan
pada klien dengan kasus diabetes melitus, dan mengkonsumsi obat secara
teratur untuk pemulihan dan proses penyembuhan.
81
2. Bagi Puskesmas Waode Buri.
Diharapkan mampu memberikan pelayanan yang komprehensif yaitu bio,
psiko, sosial, spritual, kultural kepada klien. Petugas kesehatan baik itu
perawat agar selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan yang
komprehensif dan meningkatkan frekuensi kontak dengan klien dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta adanya pendokumentasian yang
lengkap dan akurat pada status kesehatan klien. Juga diperlukan adanya kerja
sama yang baik dengan tim kesehatan lainnya untuk mempercepat proses
kesembuhan klien.
3. Bagi Peneliti
Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan
acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitas serta dapat dijadikan
sebagai referensi pembelajaran untuk menambah pengalaman dan wawasan
peneliti dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus.
82
DAFTAR PUSTAKA
Amin, N., & Doupis, J.(2016).Diabetic foot disease: From the evaluation ofthefoat
at risk" to the novel diabetic ulcer treatment modalities.World
Journal Diabetes, 7 (7): 153-164
Bustam, K. A. (2014). Tipe II Diabetes Melitus With Obesity Grade I In Elderly
Woman. Medula. 46. Volume 2, Nomor 4, Juni 2014.
Black, J. M, & Haws, J.M. (2014).eperawatan Medikal Bedah: Manajem klinis yang
diharapkan.Jakarta : Salemba Medika
Damayanti, S. (2015). Diabetes Melitus & Penatalaksanaan Keperawatan .
Yogyakarta: Nuha Medika.
Fady, F. A. (2015). Madu dan Luka Diabetik. Yogyakarta: Gosyen.
Handayaningsih, I. (2009). Dokumentasi Keperawatan "DAR". Jogjakarta: Mitra
Cendikia Press.
Juwono, A. L., Scheiber, Y., & Widijanto, G. (2011). Nursing: Menafsirkan Tanda•
Tanda dan Gejala Penyakit. Jakarta Barat: Indeks.
Kusuma, H., & Nurarif, A.H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.
PPNI, Pokja SDKI, 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI Pusat.
Jakarta.
Putri, Y. M., & Wijaya, A. S. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah .
Yogyakarta: Nuha Medika.
Tandra, H. (2017). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes .
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta
Timur: CV. Trans Info Media.
Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta: Salemba Medika.
Scanned by TapScanner
a
KEMENTERIANKESEHATAN R I BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI .J! end A.H Nasutton No G.14 Anduonohu KNota KKendart
Ten (040l) 3190492 Fax (0401) 3193339 e-nail poltekkes kendart@yahoo corm
Nomor
Lampiran Perihal
. lo0.4f'\?.4n1- / 2- · f (·l°!? I. ~02· Un
Yang Terhormat
Kepela Puskesmas Waode Buri di•
Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan akan dilaksanakannya penelitian mahasiswa
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari:
Nama' Kawawia
NIM ..- :P003200190192
Jurusan/Prodi ·2-1II Keperawatan RPL
Judul Penelitian Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. I pada Ny. M
dengan DM di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri
Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara
Mohon kiranya dapat diberikan izin pengambilan data awal
penelitian di Puskesmas Waode Buri Provinsi Sulawesi Tenggara
Demikian penyampaian kami, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Kendari, 18 Februari 2020
An. Direktur, '
,Wakil Direktur I
<w: hmad,SSTMKes <49- 196802111990031003
Scanned by TapScanner
•
PEMERINTAH KABUPATEN BUTON U'TARA
DINAS KESEHATAN
PUSKESIAS WAODE BURI
-
B [
H Poros Ereke Waode Buri, Desa Wamboule, Kec. Kulisusu Utara, Kab. Buton Utara
Call Center. 082296506652 E-mail: [email protected] Pos 93672
SURAT KETERANGAN TELAIH MELAKUKAN PENELITIAN
Nomor : 445 /154%/ VI/ 2020
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Samsidar, SKM
NIP
Pangkat / Gol
Jabatan
: 19731231 199212 2 001
: Penata Tk.I /Id
: Kepala Puskesmas Waode Buri
Dengan ini menyatakan bahwa:
Nama
NIM
Jurusan
Pekerjaan
Instansi / Kampus
Lokasi Penelitian
. Kawawia
: P003200190192
: D3 Keperawatan
: Mahasiswa
: Poltekkes Kemenkes Kendari
: Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
Bahwa Mahasiswa tersebut di atas telah melakukan penelitian dari tanggal 4 Mei
s/d Tanggal 30 Mei 2020 dengan judul " Asuhan Keperawatan Keluarga Tuan L dengan
ny M menderita Diabetes Melitus di Wilayah Keja Puskesmas Waode Buri Kee.
Kulisusu Utara Kab. Buton Utara "
Demikian surat keterangan penelitian ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya
Wamboule, 2 Juni 2020
Kepala Puskesmas Waode Buri
<4 w
4
- I ,~ . - SAMSIDAR, .I
Nil 9731231 199212 2 001
-= r
Scanned by TapScanner
~A -•
DAN PF
5UMBER DAYA MANUSIAKESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KENDARL
M Jend. A.H Nasution. No. G.14 Anduonohu, Kota Kendani 93232
Telp (0411 5190492 Fax. (0401) 3193339 e-mat: pgltekekedari@yahoo c.m
SURAT_KETERANGAN BE8AS ADMINISTRASI
Dengan ini menyatakan bahwa
Nama : Kawawia
Nim : P003200190192
Benar-benar telah telah melunasi SPP Semester Is.d II yang terkait dengan
Jurusan Keperawatan, dengan bukti sebagar benkut
1 Slip Pembayaran SPP Semester Is d Semester II
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kendan, Jul 2020
Bendahara
FanidaH;- SE
NIP 19710907 200701 2022