optimasi produksi usahatani kopi rakyat dengan …digilib.unila.ac.id/55895/3/skripsi tanpa bab...

83
OPTIMASI PRODUKSI USAHATANI KOPI RAKYAT DENGAN POLA POLIKULTUR (Di Pekon Sukajadi Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat) (Skripsi) Oleh Soraya Dilasya FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2019

Upload: dominh

Post on 16-Jun-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

OPTIMASI PRODUKSI USAHATANI KOPI RAKYAT DENGAN POLA

POLIKULTUR

(Di Pekon Sukajadi Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat)

(Skripsi)

Oleh

Soraya Dilasya

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2019

ABSTRACT

THE OPTIMIZATION OF SMALLHOLDER COFFEE FARMING

PRODUCTION BY USING POLYCULTURE PATTERN

(In Sukajadi Village of Air Hitam Sub District Lampung Barat

Regency)

By

Soraya Dilasya

The purposes of this study were to find out whether coffee and banana polyculture

farming had reached an optimal level of production and whether the use of

farming resources had been optimal. The data that used in this study was primary

and a quantitative data. This research used linear programming with simplex

method by using QM for Windows V5 for analyses. The estimation results

showed that production of coffee and banana by using polyculture pattern in

Sukajadi Village Air Hitam Sub District Lampung Barat Regency did not reach

optimal outcome. The optimal level of coffee productions were 2.502 kg and for

banana were 8.461 kg. The estimation results showed that the use of farming

resources was did not optimal and it showed that there would be outcome

increment in farming by using simplex method.

Keywords: Farming, Linear Programming, Optimization, Polyculture, Production,

QM for Windows V5, Simplex Method.

ABSTRAK

OPTIMASI PRODUKSI USAHATANI KOPI RAKYAT DENGAN

POLA POLIKULTUR

(Di Pekon Sukajadi Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung

Barat)

Oleh

Soraya Dilasya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah usahatani kopi rakyat yang

ditanam dengan pola polikultur dengan tanaman pisang sudah mencapai produksi

dengan hasil yang optimal dan untuk mengetahui apakah penggunaan sumberdaya

usahatani sudah optimal. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan bersifat kuantitatif. Alat analisis yang digunakan yaitu Linear

Programming dengan metode simplek dan software yang digunakan untuk

mengolah data adalah QM For Windows V5. Hasil perhitungan menunjukkan

bahwa produksi usahatani polikultur kopi dan pisang di Pekon Sukajadi

Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat belum optimal. Tingkat

produksi yang optimal untuk tanaman kopi adalah sebesar 2.502 kg dan untuk

tanaman pisang adalah sebesar 8.461 kg. Hasil perhitungan model optimasi

menunjukkan bahwa penggunaan sumberdaya pada usahatani belum optimal.

Hasil perhitungan model optimasi menunjukkan bahwa ada peningkatan

penerimaan pada usahatani dengan menggunakan metode simplek.

Kata kunci: Metode Simplek, Optimasi, Polikultur, Produksi, Program Linier, QM

For Windows V5, Usahatani.

OPTIMASI PRODUKSI USAHATANI KOPI RAKYAT DENGAN POLA

POLIKULTUR

(Di Pekon Sukajadi Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat)

Oleh

Soraya Dilasya

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2019

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Soraya Dilasya yang lahir di Kotabumi pada tanggal 8 Maret

1996 merupakan anak kedua dari tiga bersaudara buah hati dari pasangan Bapak

Hi. Gunawan Rasyid, S.H., M.M. dan Ibu Hj. Heviza, S.Pd.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 2000 di Taman Kanak-kanak

(TK) Nurul Islam yang diselesaikan pada tahun 2002. Pendidikan Sekolah Dasar

(SD) diselesaikan pada tahun 2008 di SD Negeri 1 Liwa. Sekolah Menengah

Pertama (SMP) ditempuh oleh penulis di SMP Al-Kautsar yang diselesaikan pada

tahun 2011. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas

(SMA) di SMA Negeri 5 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2014.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lampung Jurusan Ekonomi Pembangunan pada tahun 2014 melalui jalur

SBMPTN. Selama menjalani perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti beberapa

organisasi kampus diantaranya menjadi Manajer Hubungan Masyarakat AIESEC

Unila dan kepala divisi 1 (pendidikan dan pengkaderan) pada UKM-F Economics’

English Club (EEC) Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada tahun 2016-2017.

Pada tahun 2017, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa

Pematang Pasir Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan selama 40

hari. Penulis juga pernah menjadi surveyor Bank Indonesia (BI) Cabang Lampung

periode Januari sampai dengan Juni tahun 2018.

MOTTO

“Tak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang

menyukaimu tidak membutuhkannya dan yang membencimu tidak akan

mempercayainya.”

(Ali Bin Abi Thalib)

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum hingga mereka merubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

(QS. Ar-Ra’d: 11)

“Life is a matter of choices, and every choice you make makes you”

(John C. Maxwell)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas

segala rahmat dan nikmat yang telah diberikan, ku persembahkan karya sederhana

ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati kepada:

Ayahanda Hi. Gunawan Rasyid, S.H., M.M. dan Ibunda Hj. Heviza, S.Pd.

Kedua orang tuaku tercinta yang telah mendidik dan membesarkanku dengan

penuh kasih sayang dan ketulusan. Terima kasih atas kasih sayang yang luar

biasa, segala pengorbanan, dukungan dan kesabaran serta do’a yang tidak pernah

henti hingga aku mampu menyelesaikan skripsi ini.

Seluruh keluargaku, kakak dan adikku, serta sahabat-sahabatku

Almamater tercinta, Universitas Lampung.

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Optimasi Produksi Usahatani Kopi Rakyat dengan Pola Polikultur (Di

Pekon Sukajadi Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat)” sebagai salah

satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi

Pembangunan.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si. selaku Pembimbing yang telah memberikan

waktu, ilmu dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Nurbetty Herlina Sitorus, S.E., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang

telah memberikan nasehat yang bermanfaat bagi penulis.

5. Seluruh Bapak Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama proses perkuliahan

hingga selesai.

6. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahku Hi. Gunawan Rasyid, S.H., M.M. dan

Ibuku Hj. Heviza, S.Pd. Terima kasih banyak atas kasih sayang, do’a, serta

dukungan moril dan materil yang selalu diberikan pada penulis selama ini.

Semoga Ayah dan Ibu selalu dalam lindungan Allah SWT dan diberikan

umur yang panjang dalam kebaikan.

7. Kakak dan adikku, Sella Khoirunnisa dan Satriana Rahma Dinanti yang selalu

menghibur dan memberikan dukungan pada penulis selama ini.

8. Sahabat-sahabatku sejak dulu, Rizke Oktamia Tito, Mitha Doveranti, Nurul

Hamidah, Mayoranti Andarin, Nuria Annisa, Dwi Fika Oktari dan Nabila

Fathiya Huda. Terima kasih karena selalu menjadi support system bagi

penulis selama ini, semoga silaturahmi ini tidak pernah terputus.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan, Leny Indahsari, Bella Anadia Scorpiandi,

Raniken Falutvi Syafarman dan Tia Aprilia Zakita. Terima kasih atas

dukungan, cerita dan canda tawa selama menjalani perkuliahan hingga masa-

masa perskripsian.

10. Seluruh teman-teman Ekonomi Pembangunan 2014, Sofie, Luthfi, Setyo,

Syfa, Sarah, Udin, Dewy, Aulia, Budi, Murni dan lainnya yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama

ini. Sukses untuk kita semua.

11. My EEC’s Presidium, Cynthia, Anggi, Amel, Echi, Fitri, Bella, Laila, Dita,

Marisi, Cahya, Indra, Feri, Faisal, Idham, Yogis, Robert, Jefry serta seluruh

board dan newbie. Terima kasih atas pengalaman satu tahun yang sangat

berharga dan tak terlupakan.

12. Pak Paryoto, Pak Mustain dan para petani Sukajadi Kecamatan Air Hitam

atas bantuannya selama masa penelitian penulis.

13. Keluarga KKN Desa Pematang Pasir Kecamatan Ketapang. Terima kasih atas

pengalaman dan pelajaran hidup selama 40 harinya.

14. Terima kasih untuk seseorang atas dukungan, kesabaran, semangat dan

motivasi bagi penulis selama ini. You know who you are.

15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Bandar Lampung, 9 Januari 2019

Penulis

Soraya Dilasya

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .............................................................................................................. i

DAFTAR TABEL .................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................. .............................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. v

I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah......................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 9

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS .......... 10

A. Landasan Teori .......................................................................................... 10

1. Definisi Usahatani dan Usahatani Rakyat............................................ 10

2. Usahatani Polikultur ............................................................................. 11

3. Kopi sebagai Komoditas Pertanian....................................................... 13

4. Faktor-faktor Produksi dalam Usahatani ............................................. 15

5. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Bersih Usahatani ........................ 20

6. Tinjauan Agronomis Usahatani Kopi dan Pisang ................................. 22

7. Optimasi dengan Pendekatan Linear Programming ............................ 30

8. Metode Simplek ................................................................................... 39

B. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 46

C. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 48

D. Hipotesis ..................................................................................................... 48

III. METODE PENELITIAN ................................................................................. 50

A. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 50

B. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 50

C. Definisi Operasional ................................................................................... 51

D. Populasi dan Sampel ................................................................................... 53

E. Metode Pengambilan Sampel ..................................................................... 53

F. Metode Pengumpulan Data........................................................................ 54

G. Metode Analisis Data................................................................................. 55

ii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 61

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ....................................................... 61

1. Keadaan Geografis ............................................................................... 61

2. Keadaan Demografi ............................................................................. 61

3. Tata Guna Lahan .................................................................................. 63

B. Karakteristik Responden ............................................................................ 63

1. Usia Petani Responden ........................................................................ 63

2. Pendidikan Petani Responden .............................................................. 64

3. Pengalaman Usahatani ......................................................................... 65

4. Luas Lahan Usahatani .......................................................................... 66

C. Hasil Perhitungan ....................................................................................... 67

1. Variabel Keputusan .............................................................................. 67

2. Fungsi Tujuan ...................................................................................... 67

3. Fungsi Kendala .................................................................................... 68

D. Pembahasan ................................................................................................ 71

1. Tingkat Produksi Optimal .................................................................... 71

2. Optimasi Penggunaan Sumberdaya ..................................................... 72

3. Analisis Sensitivitas ............................................................................. 75

V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 79

A. Kesimpulan ................................................................................................. 79

B. Saran .......................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Produksi dan Luas Areal Perkebunan Kopi Rakyat

Menurut Kabupaten/Kota dan di Provinsi Lampung Tahun 2016 ........................... 3

2. Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Kecamatan dan Jenis

Tanaman di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016 ............................................. 4

3. Jumlah Produksi dan Luas Areal Perkebunan Kopi Rakyat

Menurut Kabupaten/Kota dan di Provinsi Lampung Tahun 2016 ............................. 5

4. Produksi Tanaman Perkebunan per Pekon di Kecamatan Air Hitam

Pada Tahun 2016 .......................................................................................................... 5

5. Bentuk Tabel Simpleks .................................................................................... 44

6. Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 46

7. Bentuk Standar Metode Simpleks .................................................................... 58

8. Sebaran Penduduk di pekon Sukajadi Menurut Usia Tahun 2017 .......................... 62

9. Sebaran Penduduk di Pekon Sukajadi Menurut Pekerjaan Tahun 2017 .......... 62

10. Penggunaan Lahan di Pekon Sukajadi Tahun 2017 ......................................... 63

11. Sebaran Petani Berdasarkan Kelompok Usia Tahun 2018...................................... 64

12. Sebaran Petani Berdasarkan Pendidikan Tahun 2018.............................................. 65

13. Sebaran Pengalaman Berusahatani Petani Polikultur Tahun 2018........................ 66

14. Sebaran Petani Berdasarkan Luas Lahan Tahun 2018..............................................67

15. Harga jual, Produksi Rata-rata, Penerimaan Rata-rata dan Koefisien

Rata-rata Petani Polikultur Kopi dan Pisang di Pekon Sukajadi

Tahun 2017....................................................................................................... 68

16. Koefisien Fungsi Kendala Usahatani Polikultur Tanaman Kopi dan

Pisang di Pekon Sukajadi Tahun 2017............................................................. 69

17. Produksi Faktual dan Optimal Petani Polikultur Kopi dan Pisang di

Pekon Sukajadi Tahun 2017............................................................................. 72

18. Optimasi Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Polikultur

Kopi dan Pisang di Pekon Sukajadi Tahun 2017............................................. 73

19. Analisis Sensitivitas Fungsi Tujuan................................................................. 76

20. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala...................................................... 78

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Kerangka Berpikir..................................................................................... 48

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian ...................................................................................... L1

2. Luas Lahan Garap Usahatani Polikultur Tanaman

Kopi dan Pisang Tahun 2017......................................................................... L7

3. Modal untuk Membeli Pupuk pada Tanaman Kopi Tahun 2017................... L9

4. Modal untuk Membeli Pupuk pada Tanaman Pisang Tahun 2017 ............... L11

5. Modal untuk Membeli Pestisida pada Tanaman Kopi dan Pisang Tahun 2017...... L13

6. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Kopi Tahun 2017....................... L15

7. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Pisang Tahun 2017.................... L18

8. Hasil Produksi Usahatani Kopi dan Pisang Tahun 2017............................... L21

9. Koefisien Fungsi Tujuan................................................................................ L23

10. Koefisien Kendala Luas Lahan Garap........................................................... L23

11. Koefisien Kendala Modal Pupuk................................................................... L23

12. Koefisien Kendala Modal Pestisida............................................................... L23

13. Koefisien Kendala Tenaga Kerja................................................................... L23

14. Kapasitas Kendala Luas Lahan Garap........................................................... L24

15. Kapasitas Kendala Modal Pupuk................................................................... L24

16. Kapasitas Kendala Modal Pestisida............................................................... L24

17. Kapasitas Kendala Upah Tenaga Kerja......................................................... L24

18. Hasil Keluaran Aplikasi QM For Windows V5............................................. L25

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara agraris yaitu sebagian besar penduduknya bekerja

pada sektor pertanian dan subsektornya, salah satunya yaitu pada subsektor

perkebunan. Terdapat berbagai macam komoditas perkebunan yang dapat

diusahakan di Indonesia sebagai negara tropis salah satunya yaitu komoditas kopi.

Menurut Widyotomo (2013:64) kopi mempunyai jangkauan pemasaran lokal

bahkan mancanegara. Oleh karena itu, komoditas kopi menjadi salah satu

komoditas yang mempunyai peran penting bagi perekonomian. Peran tersebut

antara lain sebagai sumber perolehan devisa, penyedia lapangan kerja dan sebagai

sumber pendapatan bagi petani perkebunan kopi maupun pelaku ekonomi lainnya

yang terlibat dalam segala proses dari hulu ke hilir sampai dengan pemasarannya.

Berkaitan dengan komoditas-komoditas agrikultur, kopi adalah penghasil devisa

terbesar keempat untuk Indonesia setelah kelapa sawit, karet dan kakao dengan

nilai lebih dari USD 1,4 Miliar dan menyerap lapangan kerja lebih dari 1,89 juta

KK (Kemenperin, 2015). Tanaman kopi di Indonesia umumnya diusahakan oleh

petani dalam bentuk perkebunan rakyat (smallholder). Dari 1.308.000 hektar luas

areal kopi di Indonesia pada tahun 2011, 95% diusahakan dalam bentuk

perkebunan dan didominasi oleh jenis kopi robusta. Produktivitasnya di tingkat

2

petani masih sangat rendah yaitu 734 kg/ha/tahun atau baru mencapai 63% dari

potensinya (Ditjenbun dalam Widyotomo, 2013: 64).

Indonesia merupakan negara produsen kopi terbesar keempat dibawah Brazil,

Vietnam dan Kolombia (International Coffee Organization, 2016). Dari 34

provinsi di Indonesia, ada beberapa provinsi dengan jumlah produksi kopi yang

cukup tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik (2016), Provinsi Lampung

merupakan provinsi dengan hasil produksi kopi terbesar kedua di Indonesia yaitu

sebanyak 312.783 ton dan pada urutan pertama adalah Provinsi Sumatera Selatan

dengan jumlah produksi sebanyak 356.024 ton. Hal tersebut menunjukkan bahwa

komoditas kopi merupakan komoditas unggulan di Provinsi Sumatera Selatan dan

Lampung.

Keberadaan kopi di Lampung menambah daftar kekhasan Lampung sebagai daerah

penghasil produk pertanian selain kelapa sawit, kelapa, kakao dan karet. Komoditas

kopi merupakan tanaman perkebunan dengan jumlah produksi terbanyak ketiga di

Provinsi Lampung yaitu sebanyak 128.074 ton dibawah komoditas kelapa sawit

sebanyak 398.539 ton dan karet sebanyak 135.742 ton (BPS Provinsi Lampung,

2016).

Menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (2013), kopi di Provinsi Lampung pada

umumnya adalah kopi jenis robusta. Di pasaran nasional, kopi Lampung sudah cukup

dikenal. Selama ini ekspor kopi Provinsi Lampung didominasi oleh jenis robusta

kualitas (grade) IV dan terbesar berupa biji kopi. Perkebunan kopi di dataran tinggi

Lampung sebagian besar adalah tanaman perkebunan rakyat khususnya di Kabupaten

Lampung Barat dan Tanggamus. Jumlah produksi kopi perkebunan rakyat di Provinsi

Lampung ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini.

3

Tabel 1. Jumlah Produksi dan Luas Areal Perkebunan Kopi Rakyat Menurut

Kabupaten/Kota dan di Provinsi Lampung Tahun 2016

Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2016

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat merupakan

kabupaten dengan jumlah produksi kopi terbanyak di Provinsi Lampung dengan

jumlah produksi pada tahun 2016 sebanyak 57.664 ton dan luas areal perkebunan

sebesar 53.661 hektar sedangkan yang kedua adalah Kabupaten Tanggamus dengan

jumlah produksi sebesar 42.667 ton dengan luas areal perkebunan sebesar 43.275

hektar.

Sebagai kabupaten dengan produksi kopi terbesar di Lampung, hal ini menunjukkan

bahwa sebagian masyarakat yang bekerja di sektor perkebunan di Lampung Barat

membudidayakan tanaman kopi sebagai tanaman utamanya. Terdapat 15 kecamatan di

Kabupaten Lampung Barat dengan jumlah produksi kopi yang berbeda-beda. Salah

satu kecamatannya adalah Kecamatan Air Hitam yang menghasilkan kopi dalam

jumlah yang cukup besar di Kabupaten Lampung Barat. Hal tersebut dapat dilihat

pada Tabel 2 berikut ini.

Kabupaten/Kota Produksi

(Ton)

Luas Areal

(Ha)

1. Lampung Barat

2. Tanggamus

3. Lampung Selatan

4. Lampung Timur

5. Lampung Tengah

6. Lampung Utara

7. Way Kanan

8. Tulang Bawang

9. Pesawaran

10. Pringsewu

11. Mesuji

12. Tulang Bawang Barat

13. Pesisir Barat

14. Bandar Lampung

15. Metro

57.664

42.667

479

310

288

10.365

9.226

42

1.281

938

43

65

4.474

98

3

53.661

43.276

843

619

522

25.670

23.163

79

3.749

2.842

83

96

6.935

191

1

4

Tabel 2. Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman

Kabupaten Lampung Barat (Ton) Tahun 2016

Kecamatan Kopi Lada Kakao

Balik Bukit 959,5 42,9 22,2

Sukau 1.918,3 15,9 26,7

Lumbok Seminung 2.065,8 21,4 78,3

Belalau 4.517,5 466,6 27,8

Sekincau 6.404,1 358 28,5

Suoh 1.255,4 99,6 121

Batu Brak 2.912 96,4 47

Pagar Dewa 8.638,3 390 21,6

Batu Ketulis 4.249,7 686 28,7

Bandar Negeri Suoh 1.336,1 120,4 77,8

Sumber Jaya 2.149,8 60,1 33,3

Way Tenong 6.215,3 579,8 44,8

Gedung Surian 3.967,6 113 68,8

Kebun Tebu 4.323,6 62,6 41,4

Air Hitam 6.754,5 515,1 25,5

Lampung Barat 57.667,5 3.672,8 693,4

Sumber: BPS Kabupaten Lampung Barat, 2016

Pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa komoditas kopi merupakan komoditas

perkebunan yang paling banyak diusahakan di Kabupaten Lampung Barat dan

Kecamatan Air Hitam merupakan kecamatan dengan produksi kopi terbesar kedua di

Kabupaten Lampung Barat yaitu sebanyak 6.754,7 ton pada tahun 2016.

Kecamatan Air Hitam diketahui sebagai salah satu kecamatan pengasil kopi terbesar di

Kabupaten Lampung Barat, sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani kopi

yang memroduksi tanaman kopi dari hulu hingga ke hilir. Hal tersebut terlihat dari

banyaknya jumlah kelompok tani yang bekerja pada sebagai petani kopi di Kecamatan

Air Hitam yaitu berjumlah 1600 orang petani (Disbun Lampung Barat, 2017). Luas

areal perkebunan dan produksi kopi rakyat di Kecamatan Air Hitam yang besar

menunjukkan bahwa komoditas ini adalah komoditas yang paling banyak diusahakan

oleh petani. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 3.

5

Tabel 3. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan di Kecamatan

Air Hitam Tahun 2017

Tanaman Luas Areal (Ha) Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Kg/Ha/Th)

TBM TM TR Jumlah

Aren 46 16,1 0,2 62,3 29,5 1.832

Kelapa 1 2 1 4 27 1.338

Karet 2 5 - 7 1,1 213

Kemiri 4,5 6 - 10,5 14,7 2.450

Lada 279 815 - 1.132 463,7 569

Kayu Manis 4 22 1 27 37,8 1.720

Cengkeh 44 52,5 4 100,5 12,1 230

Kopi 375 4.512 42 4.929 6.768 1.500

Kakao 15 28 6 49 26,6 950

Pinang 2 3,5 - 5,5 2,2 620

Sumber: Dinas Perkebunan Kab. Lampung Barat, 2017

Berdasarkan Tabel 3, luas areal tanaman kopi yang ada di Kecamatan Air Hitam yaitu

4.929 hektar dengan rincian Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) sebesar 375

hektar, Tanaman Menghasilkan (TM) sebesar 4.512 hektar dan Tanaman Rusak (TR)

sebesar 42 hektar. Dari tabel tersebut juga dapat diketahui jika luas areal tanam dan

jumlah produksi tanaman perkebunan terbesar di Kecamatan Air Hitam adalah

tanaman kopi dengan jenis kopi robusta, sedangkan petani kopi yang terdapat di

kecamatan ini adalah sebanyak 1.600 orang (Dinas Perkebunan Kab. Lampung Barat,

2017).

Jumlah produksi kopi di Kecamatan Air Hitam yang cukup tinggi dipengaruhi oleh

banyak faktor. Terdapat jumlah produksi kopi yang berbeda-beda dari 10 pekon yang

ada di Kecamatan air Hitam. Hal ini digambarkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi Tanaman Perkebunan per Pekon di Kecamatan Air Hitam

(Kwintal) Tahun 2016

Pekon Cengkeh Lada Kopi

Sidodadi 5 2 2.925

Semarang Jaya 2,5 0 4.500

Sumber Alam 2 0 5.250

Gunung Terang 5 2 5.160

Bersambung...

6

Sambungan...

Pekon Cengkeh Lada Kopi

Suka Jadi 10 2 9.690

Suka Damai 10 1,5 5.250

Manggarai 12,5 2 1.500

Rigis Jaya 13 3 9.000

Sinar Jaya 5 2 2.250

Sri Menanti 5 2,5 6.000

Sumber: BPS Kab. Lampung Barat, 2017

Berdasarkan Tabel 4, jumlah produksi kopi tertinggi terdapat di Pekon Sukajadi

dengan produksi sebesar 9.690 kwintal pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa

Pekon Sukajadi menyumbangkan hasil produksi kopi yang terbesar di Kecamatan Air

Hitam Kabupaten Lampung Barat.

Jumlah produksi kopi rakyat yang berbeda-beda dipengaruhi oleh banyak faktor baik

pada proses sebelum panen maupun setelah panen. Salah satu faktor dalam proses

sebelum panen yang tidak kalah penting yaitu optimasi lahan yang digunakan dalam

proses produksi kopi tersebut.

Dalam proses produksinya, tanaman kopi, khususnya kopi arabika, memerlukan

tanaman penaung untuk mengurangi intensitas cahaya matahari. Untuk

menciptakan kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya tidak lebih dari 60%

yang optimum untuk pertumbuhan kopi, maka digunakan tanaman penaung dalam

budidaya kopi di Indonesia (Prawoto dalam Anita et al, 2016:4). Menurut

Soedradjad dan Syamsunihar (dalam Ristiawan, 2011:2) penaung dalam budidaya

kopi berperan sebagai pengendali iklim mikro agar pertumbuhan kopi menjadi

optimal.

Menurut Iskandar (1988), pengelolaan pohon penaung pada tanaman kopi

diperlukan untuk mengurangi pengaruh buruk akibat sinar matahari yang terlalu

terik dan dapat memperpanjang umur ekonomi tanaman. Winaryo et al (1991),

7

mengemukakan bahwa tanggap tanaman kopi terhadap naungan sangat beragam

dan banyak dipengaruhi oleh keadaan kesuburan tanah, iklim setempat, dan jenis

kopi yang diusahakan.

Tanaman penaung bagi kopi memiliki persyaratan, antara lain tahan pemangkasan,

memiliki perakaran yang dalam, bukan tanaman inang hama penyakit kopi, dan tidak

merontokkan daun pada musim kemarau (Rahardjo, 2012: 40).

Salah satu tanaman yang umum dan dapat digunakan sebagai tanaman penaung

tanaman kopi dengan pola tumpang sari di Kecamatan Air Hitam khususnya di Pekon

Sukajadi adalah tanaman pisang. Pemilihan tanaman pisang sebagai tanaman

penanung karena tanaman pisang dapat menjaga kelembapan tanah pada saat

terjadi musim kemarau. Selain itu, limbah tanaman pisang juga bisa menjadi

sumber pupuk organik yang baik bagi tanaman kopi.

Tanaman kopi sendiri memerlukan waktu setahun atau disebut dengan tanaman

tahunan untuk dapat dipanen. Oleh karena itu, selain berfungsi sebagai tanaman

penaung bagi kopi, dari segi ekonomis, tanaman pisang juga berfungsi sebagai

tanaman yang dapat menambah pendapatan petani kopi dikarenakan proses produksi

pisang yang tidak lama yaitu dapat dipanen dalam waktu 2 hingga 8 bulan.

Proses pemeliharaan yang berbeda antara tanaman kopi dan tanaman pisang yang

ditanam dalam satu lahan akan berpengaruh pada hasil akhir saat pemanenan kedua

tanaman tersebut, jika pengelolaannya tidak sesuai, maka hal tersebut akan berdampak

buruk bagi hasil produksinya baik untuk tanaman kopi sebagai tanaman utama

maupun tanaman pisang sebagai tanaman sampingan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut, maka penulis tertarik untuk

meneliti tentang optimasi lahan pada proses produksi tanaman kopi rakyat di

8

Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat, penelitian difokuskan di Pekon

Sukajadi dengan jumlah produksi kopi tertinggi di Kecamatan Air Hitam. Judul pada

penelitian ini adalah “Optimisasi Produksi Usahatani Kopi Rakyat dengan Pola

Polikultur (Di Pekon Sukajadi Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan

masalah di dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah selama ini produksi pada usahatani kopi pola polikultur mencapai

produksi yang optimal?

2. Apakah penggunaan sumberdaya usahatani kopi pola polikultur sudah

optimal?

3. Apakah penerimaan petani dari usahatani kopi pola polikultur masih dapat

ditingkatkan dari target pengoptimalan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Mengetahui apakah selama ini produksi pada usahatani kopi pola polikultur

mencapai produksi yang optimal.

2. Mengetahui apakah penggunaan sumberdaya usahatani kopi pola polikultur

sudah optimal.

3. Mengetahui apakah penerimaan petani dari usahatani kopi pola polikultur

masih dapat ditingkatkan dari target pengoptimalan.

9

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Petani

Petani kopi di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat dapat

mengetahui bagaimana tingkat optimal dari input-input produksi kopi,

sehingga produksi kopi akan lebih optimal dan dapat memaksimalkan

penerimaannya.

2. Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten

Lampung Barat untuk menentukan kebijakan yang sesuai dengan keadaan di

daerahnya terkait dengan produksi kopi pada perkebunan rakyat.

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Definisi Usahatani dan Usahatani Rakyat

Menurut Mosher (dalam Mubyarto, 1989:66) usahatani adalah suatu tempat atau

bagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang

petani tertentu, baik sebagai pemilik, penyakap atau manajer yang digaji.

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu

yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-

perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan

yang didirikan diatas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa bercocok

tanam atau memelihara ternak.

Sedangkan menurut Moehar (dalam Tresnati, 2012:2) usahatani adalah suatu

kegiatan mengorganisasikan atau mengelola asset dan cara dalam pertanian.

Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana

produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang

pertanian.

Mubyarto (1989:17) menyebutkan bahwa usahatani rakyat adalah usaha pertanian

keluarga dimana komoditas yang diproduksi adalah bahan makanan utama dan

tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan. Dalam

pertanian rakyat hampir tidak ada usahatani yang memroduksi hanya satu macam

11

hasil saja. Petani dapat menanam bahan makanan atau tanaman perdagangan.

Tanaman perdagangan rakyat ini dikenal dengan perkebunan rakyat meliputi

tembakau, kopi, lada, karet, kelapa, buah-buahan, sayur-sayuran dan sebagainya.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa usahatani adalah usaha yang

dilakukan petani untuk memperoleh keuntungan (kesejahteraan) dengan

memanfaatkan sumber daya pada pertanian seperti, lahan, tenaga kerja dan modal.

2. Usahatani Polikultur

Menurut Soekartawi (dalam Luntungan, 2012) ilmu usaha tani diartikan sebagai

ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang

ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi

pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat

mengalokasikan sumber daya yang mereka miiiki sebaik-baiknya dan dikatakan

efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran yang

melebihi masukan.

Usaha yang dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya tersebut

yaitu dengan menemukan cara bertani yang dapat dipraktekkan oleh petani,

menemukan cara-cara penggunaan lahan usahatani secara lebih produktif. Cara

penggunaan lahan usaha tani secara lebih produktif antara lain dengan

mengadopsi pola tanam campuran atau polikultur (Bentley dalam Ariani dan

Rifin, 2016).

Pola tanam Polikultur adalah pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada

satu bidang lahan yang terusun dan terencana dengan menerapkan aspek

lingkungan yang lebih baik (Badan Litbang Pertanian Sumsel, 2017).

12

Polikultur merupakan sistem budidaya tanaman pada suatu areal lahan yang sama

dalam satu tahun ditanami dengan beberapa jenis tanaman, baik yang ditanam

dalam waktu yang bersamaan atau waktu yang sedikit berbeda. (Ricky dalam

Zulfahmi et al, 2016)

Soekirman (dalam Ariani dan Rifin, 2016) menyebutkan bahwa sistem budidaya

dengan polikultur menjamin berhasilnya penanaman menghadapi iklim yang tidak

menentu, serangan hama dan penyakit, serta fluktuasi harga. Selain itu, polikultur

sangat baik dilakukan di wilayah yang padat tenaga kerja, luas pertanian terbatas

dan modal pembelian sarana produksi yang juga terbatas. Maka pola tanam

polikultur dapat meminimalkan resiko dan memaksimalkan keuntungan. Pola

tanam polikultur memerlukan pengelolaan yang baik, karena selain dilihat dari sisi

ekonomi, sistem polikultur perlu memperhatikan beberapa hal dalam

pelaksanaannya, seperti lingkungan dan pengelolaan. Lingkungan merupakan

tempat dimana tanaman dibudidayakan. Pengelolaan merupakan suatu usaha

untuk merawat tanaman dengan terencana melalu pemanfaatan sumberdaya.

Adanya lingkungan dan pengelolaan yang baik akan memberikan hasil secara

optimal.

Menurut Badan Litbang Pertanian Provinsi Sumsel (2017) sistem budidaya

dengan pola polikultur memiliki beberapa keuntungan yaitu:

(1) Mengurangi serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), karena

tanaman yang satu dapat mengurangi serangan OPT lainnya, selain itu siklus

hidup hama atau penyakit dapat terputus.

(2) Menambah kesuburan tanah. Penanaman tanaman yang mempunyai

perakaran yang berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam

13

berdampingan dengan tanaman berakar dalam, maka tanah disekitarnya akan

lebih gembur.

(3) Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis

tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena

bila harga salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas

lainnya.

3. Kopi sebagai Komoditas Pertanian

Di Indonesia, tanaman kopi dibudidayakan oleh rakyat dan perkebunan besar

dibeberapa tempat antara lain di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera

Selalan, Lampung, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selalan,

dan NTT. Dari keseluruhan sentra produksi tersebut produksi kopinya mencapai

88,37% dari total produksi Indonesia (Soemarno, 2011).

Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan di

Indonesia karena memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar

negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan komoditas

perkebunan yang dijual ke pasar dunia. Menurut International Coffee

Organization (ICO) konsumsi kopi meningkat dari tahun ke tahun sehingga

peningkatan produksi kopi di Indonesia memiliki peluang besar untuk

mengekspor kopi ke Negara-negara pengonsumsi kopi utama dunia seperti Uni

Eropa, Amerika Serikat dan Jepang.

Tanaman kopi di Indonesia umumnya diusahakan oleh petani dalam bentuk

perkebunan rakyat. Dari 1.308.000 hektar luas areal kopi di Indonesia pada tahun

14

2011, 95% diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat dan di dominasi oleh

jenis kopi robusta (Direktorat Jendral Perkebunan, 2011).

Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga

merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa

petani kopi di Indonesia. Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan

semua pihak yang terkait dalam proses produksi kopi, pengolahan dan pemasaran

komoditas kopi. Upaya meningkatkan produktivitas dan mutu kopi terus

dilakukan sehingga daya saing kopi di Indonesia dapat bersaing di pasar dunia.

Teknologi budi daya dan pengolahan kopi meliputi pemilihan bahan tanam kopi

unggul, pemeliharaan, pemangkasan tanaman dan pemberian penaung,

pengendalian hama dan gulma, pemupukan yang seimbang, pemanenan, serta

pengolahan kopi pasca panen. Pengolahan biji kopi sangat berperan penting dalam

menentukan kualitas dan cita rasa kopi (Rahardjo, 2012:40).

Selama ini sebagian besar produksi kopi Indonesia dijual ke pasar global, karena

tingkat konsumsi kopi di Indonesia masih tergolong sangat rendah, hanya 120 ribu

ton per tahun Rendahnya tingkat konsumsi kopi di dalam negeri sebenarnya

merupakan peluang besar untuk mengembangkan pasar kopi domestik, yang dapat

berkontribusi pada pembangunan ekonomi Indonesia. Provinsi Lampung dan

Sumatra Selatan adalah sentra produksi kopi Robusta di Indonesia, dengan total

produksi mencapai 320 ribu ton. Berbeda halnya dengan sistem produksi dan

perdagangan kopi di Indonesia, di Sumatra Bagian Selatan seperti di Lampung,

Sumatra Selatan dan Bengkulu yang didominasi oleh kopi Robusta, inisiatif baru

tentang sertifikasi produk belum banyak dilakukan (Arifin, 2010).

15

Menurut Arifin (2010) dalam lima tahun terakhir, ekonomi kopi mengalami

pcrubahan global yang sangat dinamis, menyusul semakin berkembangnya sistem

sertifikasi produk dan sistem label pada kopi dan produk pangan-pertanian lain.

Standar sosial dan standar lingkungan hidup pada ekonomi kopi nyaris menjadi

sesuatu yang teramat sangat penting dan membawa implikasi jangka panjang bagi

kualitas lingkungan hidup dan tingkat keberlanjutan ekonomi kopi itu sendiri.

Sementara itu, proses sertifikasi yang melibatkan pihak ketiga dan

kecenderungannya sebagai persyaratan perdagangan global, tentu membawa

konsekuensi biaya yang tidak sedikit bagi petani kopi, konsekuensi tekanan pada

pemanfaatan sumberdaya alam, apalagi bagi mereka yang memiliki skala usaha

tidak menguntungkan secara ekonomis.

4. Faktor-faktor Produksi dalam Usahatani

Produksi adalah sebagai penggunaaan atau pemanfaatan sumber daya yang

mngubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama (Miller, 2000:295).

Menurut Sofjan (1998:11) Produksi adalah sutu kegiatan atau proses yang

mentransfer masukan (input) menjadi keluaran (output) yang berupa barang atau

jasa. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam menghasilkan produksi

diperlukan masukan (input) yang akan menghasilkan keluaran (output). Input dan

output dalam produksi dapat dirumuskan menjadi sebuah fungsi produksi.

Fungsi produksi menunjukkan sifat perkaitan di antara faktor-faktor produksi dan

tingkat produksi yang diciptakan. Faktor faktor produksi dikenal juga dengan

istilah input dan jumlah produksi atau disebut sebagai (output). Fungsi produksi

dinyatakan dalam suatu rumus yaitu sebagai berikut:

16

Q = f (K, L, R, T)

Di mana K adalah jumlah modal, L adalah jumlah tenaga kerja yang meliputi

berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian keusahaan, R adalah kekayaan alam dan

T adalah teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang

dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut yaitu secara bersama

digunakan untuk memproduksikan suatu barang (Sukirno, 1994:194).

Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya

berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung pada jumlah modal,

jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang

digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan

memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda

juga. Namun di samping itu, untuk tingkat produksi tertentu juga dapat digunakan

gabungan faktor produksi yang berbeda (Sukirno, 1994:195).

Suatu proses produksi tidak dapat berjalan tanpa adanya faktor-faktor produksi.

Sama halnya dalam usahatani, diperlukan beberapa faktor produksi yang akan

memengaruhi output produksi. Soekartawi (dalam Maulidah, 2012:1) menjelaskan

bahwa tersedianya sarana atau faktor produksi (input) belum berarti produktifitas

yang diperoleh petani akan tinggi. Namun bagaimana petani melakukan usahanya

secara efisien adalah upaya yang sangat penting.

Faktor produksi dalam usahatani adalah merupakan faktor-faktor utama yang

diperlukan dalam usahatani. Faktor-faktor produksi merupakan input dalam proses

produksi pertanian. Proses produksi pertanian adalah proses yang

mengkombinasikan faktor-faktor produksi pertanian untuk menghasilkan produksi

pertanian (output) (Maulidah, 2012:1).

17

a. Faktor Produksi Lahan

Lahan merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian.

Menurut Mubyarto (2000:42), lahan sebagai salah satu faktor produksi yang

merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup

besar terhadap usahatani.

Proses-proses fisik, kimiawi dan biologis di dalam tanah sangat dipengaruhi

oleh iklim kehidupan tanaman dan hewan serta aktifitas manusia. Petani harus

menciptakan dan mempertahankan kondisi-kondisi tanah dan unsur hara yang

sesuai agar proses produksi dapat menghasilkan tanaman yang sesuai dan

produktif (Maulidah, 2012:2).

Mubyarto (2000:42) menyatakan bahwa lahan adalah salah satu faktor

produksi, tempat dihasilkannya produk pertanian yang memiliki sumbangan

yang cukup besar terhadap usahatani, karena banyak sedikitnya hasil produksi

dari usaha tani sangat dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan.

b. Faktor Produksi Modal

Setiap kegiatan dalam mencapai tujuannya memerlukan modal, tidak terkecuali

dalam kegiatan pertanian atau usaha tani. Menurut Von Bohm Bawerk arti

modal adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat,

disebut kekayaan masyarakat. Sebagian kekayaan itu digunakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk

memproduksi barang-barang baru dan inilah yang disebut modal masyarakat

atau modal sosial. Jadi. modal adalah setiap hasil atau produk atau kekayaan

yang digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya (Daniel, 2004: 73-74).

18

Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-

sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-

barang baru yaitu dalam hal ini hasil pertanian. Modal adalah barang atau uang

yang bersama-sama dengan faktor produksi tanah dan tenaga kerja

menghasilkan barang baru dalam hasil pertanian (Mubyarto, 2000:106).

Modal dalam usaha tani diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa

uang maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu secara

langsung atau tak langsung dalam suatu proses produksi. Pembentukan modal

bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani, serta

menunjang pembentukan modal lebih lanjut (Soekartawi, 1989 dalam Sjamsir,

2017:142).

Maulidah (2012:6) mengemukakan bahwa modal sebagai salah satu faktor

produksi dapat dibedakan menjadi modal tetap dan modal lancar (variable).

Modal tetap terkait dengan modal yang tidak bisa diubah dalam jangka pendek,

diantaranya tanah, alat-alat pertanian, bangunan dan sebagainya. Sedangkan

modal lancar (variable) adalah modal yang dapat diubah dalam jangka pendek

seperti bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan sebagainya.

c. Faktor Produksi Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun

tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja

juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga

kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh

tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan

kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya (Maulidah,

19

2012:3). Tenaga kerja dapat berasal dari keluarga dan luar keluarga. Tenaga

kerja luar keluarga diperoleh dengan cara upahan atau arisan tenaga kerja.

Tenaga kerja dalam keluarga umumnya oleh petani tidak diperhitungkan

karena sulit pengukuran penggunaannya. Tenaga kerja dibagi lagi menjadi

tenaga kerja laki-laki, tenaga kerja perempuan, serta tenaga kerja anak-anak.

Batasan tenaga kerja anak-anak adalah berumur 14 tahun ke bawah (Hernanto,

1996:71).

Menurut Rahim dan Diah (dalam Abdi dkk, 2014) penggunaan tenaga kerja

dapat dinyatakan sebagai curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja adalah

besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Ukuran tenaga kerja dapat

dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK). Satuan ukuran yang dipergunakan

untuk menghitung besarnya tenaga kerja adalah satu HOK atau sama dengan

satu hari kerja pria (HKP) yaitu jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh

proses produksi yang diukur dengan ukuran kerja pria. Untuk menyetarakannya

dilakukan konversi berdasarkan upah di daerah penelitian. Hasil konversinya

adalah satu hari pria dinilai sebagai satu hari kerja pria (HKP) dengan delapan

jam kerja efektif per hari.

d. Faktor Produksi Pengelolaan

Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani dalam merencanakan,

mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi faktor

produksi yang dimiliknya sehingga mampu memberikan produksi seperti yang

diharapkan. Modernisasi dan restrukturisasi produksi tanaman pangan yang

berwawasan agribisnis dan berorientasi pasar memerlukan kemampuan

manajemen usaha yang profesional (Maulidah, 2012:6).

20

Menurut Hernanto (1996), pengelolaan digambarkan sebagai kemampuan

petani dalam menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan

penggunaan faktor-faktor produksi yang bermacam-macam itu seefektif

mungkin, sehingga produksi pertanian memberikan hasil yang lebih baik.

Ukuran keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas dari setiap faktor

maupun produktivitas dari usahanya.

5. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Bersih Usahatani

a. Biaya Usahatani

Hernanto (1996) mengemukakan bahwa biaya adalah nilai korbanan yang

dikeluarkan untuk memperoleh hasil. Menurut kerangka waktu, biaya dapat

dibedakan menjadi biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. Biaya

jangka pendek terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable

cost), sedangkan dalam jangka panjang semua biaya diperhitungkan sebagai

biaya variabel.

Menurut Rahardja (2006) biaya-biaya tersebut dapat didefinisikan

sebagai berikut.

(1) Biaya tetap (fixed cost - FC)

Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan.

walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas

tertentu). Artinya biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya

kuantitas produksi yang dihasilkan. Yang termasuk biaya tetap seperti gaji

yang dibayar tetap, sewa tanah, pajak tanah, alat dan mesin, bangunan

ataupun bunga uang serta biaya tetap lainnya.

21

(2) Biaya variabel (variable cost - VC)

Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai

dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya biaya variabel

berubah menurut tinggi rendahnya ouput yang dihasilkan atau tergantung

kepada skala produksi yang dilakukan. Yang termasuk biaya variabel

dalam usahatani seperti biaya bibit, biaya pupuk, biaya obat-obatan, serta

termasuk ongkos tenaga kerja yang dibayar berdasarkan penghitungan

volume produksi.

b. Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah penerimaan dari semua usahatani meliputi jumlah

penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai yang dikonsumsi

(Hernanto, 1996). Sedangkan menurut Rosvita (dalam Aini, 2015:124)

penerimaan kotor usahatani adalah jumlah kuantitas permintaan (Qd) dikalikan

dengan harga jual (P). Penerimaan usahatani secara matematis dirumuskan

sebagai berikut:

TR = Qd. P

Keterangan:

TR = Total penerimaan

Qd = Kuantitas produksi yang diminta

P = Harga

Berdasarkan rumus tersebut, penerimaan dipengaruhi oleh produksi yang

dihasilkan pada usahatani. Penerimaan akan meningkat jika jumlah produksi

meningkat dan sebaliknya penerimaan akan menurun jika jumlah produksi

22

menurun. Jumlah produksi yang meningkat atau menurun dipengaruhi oleh

tingkat penggunaan input pada usahatani yang dilakukan.

c. Pendapatan Bersih Usahatani

Menurut Mubyarto (1989:70) pendapatan bersih usahatani diperoleh dari hasil

kotor (bruto) yang dinilai dengan uang, kemudian dikurangi dengan biaya-

biaya yang dikeluarkan. Selanjutnya, Sudarsono (dalam Margi dan Balkis,

2016) mengungkapkan bahwa pendapatan yang diterima petani dari suatu hasil

produksi adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang

dikeluarkan dalam proses produksi.

Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui bahwa pendapatan bersih usahatani

dipengaruhi oleh penerimaan usahatani dan biaya produksi. Pendapatan bersih

usahatani ditentukan oleh harga jual produk yang diterima ditingkat petani

maupun harga faktor-faktor produksi yang dikeluarkan petani sebagai biaya

produksi. Jika harga produk atau harga faktor produksi berubah maka

pendapatan usahatani juga akan mengalami perubahan.

Pendapatan bersih usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:

Π = TR – TC

Keterangan:

Π = Pendapatan bersih (net income)

TR = Total penerimaan (total revenue)

TC = Total biaya (total cost).

6. Tinjauan Agronomis Usahatani Kopi dan Pisang

a. Usahatani Kopi

1. Morfologi Kopi

23

Tanaman kopi membutuhkan waktu 3 tahun dari saat perkecambahan

sampai menjadi tanaman berbunga dan menghasilkan buah kopi. Bunga

tersebut muncul pada ketiak daun. Adapun buah kopi tersusun dari kulit

buah (epicarp), daging buah (mesocarp) dikenal dengan sebutan pulp dan

kulit tanduk (endocarp). Buah yang terbentuk akan matang dalan 7-12

bulan. Setiap buah kopi memiliki dua biji kopi (Rahardjo, 2017:5).

Menurut Nurhakim dan Rahayu (2014:14) perakaran pada tanaman kopi

adalah tunggang, pendek, tegak lurus ke bawah dengan system perakaran

yang dangkal. Hampir 90% bagian akar tanaman berada di kedalaman

tanah 0-30 cm. dengan demikian, akar sangat sensitif terhadap bentuk

pengolahan tanah, keberadaan unsur organik, maupun persaingan dengan

tanaman lain.

2. Teknik Budidaya Kopi

(1) Persiapan Lahan

Persiapan lahan untuk kebun kopi dilakukan dengan cara

membersihkan lahan dari semak-semak terutama jalur/baris tanaman

kopi. Persiapan lainnya berupa penanaman tanman penaung kopi.

Tanaman semusim dapat digunakan sebagai tanaman penaung kopi

dengan sistem tumpangsari selama tanaman kopi masih kecil dan

tajuknya belum saling bertemu. Penanaman tanaman penaung

dilakukan setahun sebelum tanaman kopi dengan jarak tanamnya adalah

3m x 3m atau 2,5m x 2,5 m. Saat tanaman kopi telah dewasa, populasi

tanaman penaung akan dikurangi (Rahardjo, 2017:40).

24

(2) Persiapan Bibit

Setelah semua persiapan lahan selesai, selanjutnya adalah

mempersiapkan bibit kopi untuk ditanamn di lahan. Bibit kopi yang

dipersiapkan akan ditanam terdiri atas semaian, setek dan sambungan.

Pengambilan bibit kopi dari kebun persemaian sebaiknya dilakukan

pada musim penghujan (Nurhakim dan Rahayu, 2014:78).

(3) Penanaman Tanaman Kopi

Penanaman perdana tanaman kopi di kebun sebaiknya dilakukan pada

saat musim penghujan karena tingkat keberhasilannya tinggi.

Ketersediaan air masih dapat tercukupi dari air hujan (Nurhakim dan

Rahayu, 2014:80).

Menurut Rahardjo (2017:45) jarak tanam bibit kopi baik yang berasal

dari perkembangbiakan vegetatif maupun generatif tidak berbeda.

Umumnya jarak tanam kopi robusta adalah 2,5 m x 2,5 m. Sehingga,

dalam 1 hektar lahan umumnya terdapat 1.600 pohon kopi.

(4) Penyulaman

Tindakan penyulaman dilakukan jika bibit kopi yang ditanam

memperlihatkan gejalan pertumbuhan tidak normal atau mengalami

kematian. Tindakan penyulaman dilakukan setelah bibit kopi yang telah

ditanam dikebun telah berumur 2 sampai 3 bulan sejak penanaman.

Tindakan penyulaman juga bersamaan dengan penyiangan disekeliling

bibit batang kopi. Jarak penyiangan dari batang sampai 30 cm.

Penyiangan ini dilakukan untuk membuang gulma dan tanaman

pengganggu lainnya (Nurhakim dan Rahayu, 2014:81).

25

(5) Pemangkasan

Pemangkasan tanaman kopi memiliki beberapa tujuan, antara lain

pembentukan tajuk, pengurangan pertumbuhan cabang tunas air,

merangsang pembentukan bunga, mengurangi penguapan, dan

memperbaiki bagian-bagian tanaman yang rusak. Waktu pemangkasan

yang tepat adalah pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan

setelah pemupukan. Apabila tanaman kopi telah habis masa panen,

lakukan pemangkasan berat. Setelah itu tanaman kopi harus rutin diberi

pemangkasan (Nurhakim dan Rahayu, 2014:82).

(6) Pemupukan

Tanaman kopi membutuhkan pupuk untuk tumbuh kembangnya. Pupuk

terdiri dari unsure-unsur hara dalam bentuk ion. Perhitungan kebutuhan

pupuk tanaman kopi robusta untuk setiap 1 hektar per tahun adalah

pupuk urea sebanyak 293 kg, pupuk DZ 89 kg dan pupuk ZK 290 kg.

Total berat pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman kopi untuk tiap hektar

per tahunnya adalah sebanyak 672 kg. (Nurhakim dan Rahayu,

2014:94).

Menurut Rahardjo (2017:59) pemberian pupuk pada tanaman kopi

umumnya diberikan dua kali yaitu setengah dosis pada awal musim

hujan dan setengah dosis sisanya pada akhir musim hujan.

(7) Pemanenan

Kegiatan panen merupakan kegiatan akhir dari usaha budidaya tanaman

kopi sebelum kegiatan pengolahan buah kopi menjadi biji kopi kering.

Waktu masaknya buah kopi tidak bersamaan. Oleh karena itu, panen

26

buah kopi merah dilakukan saat yang tepat dan bertahap. Panen kopi

biasanya dilakukan pada bulan Mei sampai dengan September,

tergantung keadaan iklim setempat. (Rahardjo, 2017:78).

b. Usahatani Pisang

1. Morfologi Pisang

Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan

berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini

merupakan tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur.

Bagian bawah batang tanaman pisang menggembung berupa umbi yang

disebut bonggol. Pucuk lateral muncul pada bonggol yang selanjutnya

tumbuh menjadi tanaman pisang. Pisang mempunyai bunga majemuk, yang

tiap kuncup bunga dibungkus oleh seludang berwarna merah kecoklatan.

Seludang akan lepas dan jatuh ke tanah jika bunga terlah membuka. Bunga

betina akan berkembang secara normal, sedangkan bunga jantan yang

berada di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh seludang

dan disebut sebagai jantung pisang. Tiap kelompok bunga disebut sisir,

yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir betina adalah 5 sampai 15 buah.

(Rukmana, 1999:15).

Menurut Satuhu dan Supriyadi (2008:28) sistem perakaran yang berada

pada tanaman pisang umumnya keluar dan tumbuh dari bonggol bagian

samping dan bagian bawah, berakar serabut dan tidak berakar tunggang.

Buah pisang tersusun dalam tandan, tiap tandan terdiri atas beberapa sisir

dan tiap sisir terdapat 6 sampai 22 buah pisang tergantung varietasnya.

Buah pisang umumnya tidak berbiji dan bersifat triploid. Ukuran buah

27

pisang bervariasi tergantung pada varietasnya. Panjangnya berkisar antara

10 cm sampai dengan 18 cm dengan ukuran diameter 2,5 cm sampai

dengan 4,5 cm.

2. Teknik Budidaya Pisang

(1) Penyediaan Bibit

Sumber bibit harus diperoleh dari induk yang sehat dan diperoleh dari

lahan yang bebas penyakit. Sumber bibit dapat berasal dari anakan,

bonggol dan kultur jaringan. Pada umumnya petani menggunakan bibit

yang berasal dari anakan dan belahan bonggol. Bibit yang siap ditanam

berukuran 40 cm sampai dengan 50 cm bila dari kultur jaringan, atau

anakan berumur 6 bulan (Suhartanto dkk, 2012:11).

(2) Penyiapan Lahan

Menurut Suhartanto et al (2012:13) lahan harus dibersihkan dari hal-hal

yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Lahan dibersihkan

mulai dari membuang batu besar, gulma, tunggul batang dan

sebagainya yang dapat mengganggu system perakaran tanaman dan

penyerapan unsur hara. Jarak tanam untuk tanaman pisang harus diatur

agar mendapatkan hasil yang masksimal. Umunya jarak tanamnya

adalah 2m x 2,5m dan harus sejajar dengan arah matahari terbit.

(3) Penanaman

Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau akhir

musim kemarau, agar pada saat pertumbuhan awal tanaman tidak

mengalami kekeringan. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam

dalam posisi tegak dan ditanam sampai sebatas 5 cm sampai 10 cm di

28

atas pangkal tanah, kemudian lubang ditutup kembali dengan tanah

galian. Penanaman pisang ini dapat dilakukan dengan barisan tunggal

dan barisan ganda. (Suhartanto dkk, 2012:17).

(4) Pengairan

Pengairan dilakukan untuk membantu penyediaan air yang cukup bagi

pertumbuhan tanaman pisang. Pengairan lahan harus dilakukan paling

lambat 3 sampai 4 hari setelah tanam jika ditanam pada saat tidak turun

hujan. Penyiraman dilakukan dengan gembor atau selang dari atas

permukaan tanah sampai tanah terlihat basah pada kedalaman minimal

20 cm. penyiraman dapat dilakukan sekurang-kurangnya dua kali

seminggu pada pagi atau sore apabila tidak turun hujan. Tanaman

pisang yang kekurangan air akan terganggu perkembangan dan

pertumbuhannya (Suhartanto dkk, 2012:18).

(5) Penjarangan Anakan

Suhartanto et al (2012:19) mengatakan bahwa penjarangan anakan

bertujuan untuk mengurangi persaingan hara antar tanaman dan

meningkatkan pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas hasil.

Satu rumpun maksimum dengan 1 sampai 2 anakan yang berbeda umur.

Penjarangan dilakukan setiap 3 bulan. Anakan yang dibuang adalah

yang tumbuhnya mengarah pada jalan kebun. Anakan yang dipilih

untuk dipelihara adalah anakan yang berdaun pedang, tingginya 2 cm

sampai dengan 40 cm dan pertumbuhan kuncup daunnya baik. Dengan

pembuangan anakan ini, pohon induk akan berbuah dengan arah

pertumbuhan buah ke jalan untuk memudahkan pemanenan. Anakan

29

berumur 6 bulan dapat dijakadikan sebagai bahan tanaman untuk

inisiasi kebun baru bagi tanaman pisang.

(6) Pemupukan

Menurut Suhartanto dkk (2012:21) pemupukan bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman, mendapatkan pertumbuhan

tanaman yang optimum, produksi yang tinggi dan kualitas yang baik

sesuai dengan standar yang ditetapkan. Aplikasi pupuk organik

dilakukan pada saat penyiapan lubang tanam dengan dosis 10 kg

sampai dengan 20 kg per lubang tanam. Sedangkan aplikasi pupuk

kimia dilakukan tiga sampai emapt kali dalam setahun.

(7) Penyiangan

Penyiangan penting dilakukan pada 3 bulan pertama. Penyiangan atau

pengendalian gulma umumnya dilakukan dengan cara manual yaitu

dengan membuang gulma yang tumbuh minimal 100 cm di sekeliling

tanaman pisang. Untuk perkebunan skala luas, penyiangan dapat

dilakukan dengan penyemprotan herbisida. Penyemprotan herbisida

dapat dilakukan apabila tanaman sudah cukup tinggi (1 m–1,5 m) dan

apabila tanaman sudah ada yang terserang layu fusarium.

Penyemprotan dengan herbisida dapat dilakukan sebanyak 4–5 kali

dalam setahun (Suhartanto et al, 2012:23-24).

(8) Pemanenan

Kegiatan panen yang baik dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

buah segar dengan kualitas semaksimal mungkin. Secara umum, pada

dataran rendah waktu panen pisang berkisar antara 85 hari sampai

30

dengan 100 hari setelah muncul jantung pisang, sedangkan di dataran

tinggi dapat mencapai 98 hari sampai dengan 115 hari setelah jantung

pisang muncul (Suhartanto et al, 2012:41).

7. Optimasi dengan Pendekatan Linear Programming

Optimasi merupakan pencapaian suatu keadaan yang terbaik, yaitu pencapaian

suatu solusi masalah yang diarahkan pada batas maksimum dan minimum.

Optimasi dapat ditempuh dengan dua cara yaitu maksimisasi dan minimisasi.

Maksimisasi adalah optimasi produksi dengan menggunakan atau mengalokasian

input yang sudah tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Sedangkan minimisasi adalah optimasi produksi untuk menghasilkan tingkat

output tertentu dengan menggunakan input atau biaya yang paling minimal

(Esther et al, 2013:464).

Menurut Anwar dan Nesendi (dalam Siadari, 2016:15) optimasi adalah

serangkaian proses mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk

mendapatkan hasil terbaik dalam situasi tertentu. Dengan pendekatan normatif

dapat diketahui bahwa optimasi mengidentifikasikan penyelesaian terbaik suatu

masalah yang diarahkan pada maksimisasi atau minimisasi melalui fungsi

tujuan.Optimasi adalah suatu pendekatan normatif unluk mengidentifikasikan

suatu penyelesaian terbaik dalam pengambilan keputusan suatu permasalahan.

Dalam optimasi ini, suatu usaha akan mendapatkan hasil terbaik sesuai dengan

batasan yang diberikan.

Bila suatu proyek ekonomi harus diselesaikan seperti produksi dari suatu tingkat

output tertentu, biasanya ada sejumlah alternatif cara pencapaiannya. Tetapi satu

31

(atau lebih) alternatif-alternatif tersebut akan lebih diinginkan daripada yang

lainnya dilihat dari beberapa kriteria dan inti persoalan optimasi adalah memilih

alternatif terbaik berdasarkan kriteria tertentu yang tersedia (Chiang, 2006:209).

Persoalan optimalisasi, pada dasarnya berkenaan dengan alokasi yang optimal

sumber-sumber terbatas (limited resources) untuk mencapai suatu tujuan tertentu,

seperti profit maksimum atau biaya minimum. Sebagai contoh adalah bagaimana

mengkombinasikan beberapa sumber yang terbatas seperti tenaga kerja, material,

mesin, lahan, dan air sehingga diperoleh pendapatan kotor (gross margin) atau

pendapatan bersih (profit) maksimum (Antara dan Suardika, 2014:37).

Dalam kegiatan usahatani (aktivitas petani di bidang produksi pertanian), selalu

ada upaya untuk memaksimumkan pendapatan kotor maupun keuntungan atau

meminimumkan biaya dalam keterbatasan sumberdaya yang dimiliki. Karenanya

memerlukan perencanaan usahatani dengan mengkombinasikan berbagai input

dalam berbagai karakter keterbatasan, yang dapat dilakukan dengan pendekatan

Linear Programming (LP) (Soekartawi, 1989:55). Salah satu alternatif untuk

memecahkan masalah keputusan maksimisasi atau minimisasi adalah dengan

menggunakan pendekatan programasi linear (Lamngham, 1979; Wisnton, 1994).

Scott (1970) juga berpendapat bahwa kombinasi produk-produk untuk

memperoleh penerimaan tertinggi pada Production Possibilities Curve (PPC)

dapat dilakukan dengan metode grafis linear programming.

Berdasarkan langkah-langkah optimasi setelah masalah diidentifikasi dan tujuan

ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah memformulasikan model matematika

yang meliputi tiga tahap, yaitu (Nur'safara, 2015:38-39):

32

a. Menentukan variabel yang tidak diketahui (variabel keputusan) dan nyatakan

dalam simbol matematik.

b. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai hubungan linier (bukan

perkalian) dari variabel keputusan.

c. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam

persamaan atau pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari

variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah

tersebut.

Persoalan optimasi meliputi optimasi tanpa kendala dan optimasi dengan kendala.

Dalam optimasi tanpa kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala terhadap suatu

fungsi tujuan diabaikan sehingga dalam menentukan nilai maksimum atau

minimum tidak terdapat batasan untuk berbagai pilihan peubah yang tersedia.

Sedangkan pada optimasi dengan kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala

terhadap fungsi tujuan diperhatikan dalam menentukan titik maksimum atau

minimum fungsi tujuan (Herjanto, 2008:44).

Optimasi dengan kendala merupakan persoalan untuk menentukan nilai variabel

menjadi maksimum atau minimum dengan kendala yang ada. Kendala-kendala

tersebut dapat berupa input produksi seperti luas lahan, tenaga kerja, jumlah

pupuk dan modal sarana yang digunakan pada produksi usahatani kopi. Faktor-

faktor kendala pada fungsi tujuan tersebut perlu diperhatikan karena akan

menentukan nilai maksimum atau minimum. Fungsi tujuan merupakan unsure

yang penting pada teknik optimasi karena akan menentukan kondisi yang optimal.

Fungsi tujuan merupakan suatu fungsi garis lurus atau linier. Salah satu metode

untuk memecahkan masalah fungsi tujuan dan kendala adalah metode linier

33

programming yang merupakan suatu model matematika untuk menentukan fungsi

tujuan dan kendala untuk mencapai kondisi optimal.

Program linear merupakan suatu teknik perencanaan yang menggunakan model

matematika dengan tujuan menemukan beberapa kombinasi alternatif dari

pemecahan masalah yang kemudian dipilih mana yang terbaik untuk menyusun

strategi dan langkah-langkah kebijakan tentang alokasi sumber daya yang ada

agar mencapai tujuan atau sasaran yang diinginkan secara optimal dengan

melibatkan variabel-variabel linear. Dalam model program linear dikenal dua

macam fungsi yaitu fungsi objektif (objective function) dan fungsi kendala

(constraint function) yang linear (Ibnas, 2014:1).

Menurut Marsitin (2015:1) Program linier (linear programming) merupakan

model matematik dalam mengalokasikan sumberdaya yang langka untuk

mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan keuntungan atau

meminimumkan biaya. Program linier sebagai suatu model matematik yang terdiri

dari sebuah fungsi tujuan linear dan sistem kendala linier.

Fungsi linear yang hendak dicari nilai optimum berbentuk sebuah persamaan yang

disebut fungsi tujuan.Fungsi linear yang harus terpenuhi dalam optimisasi fungsi

tujuan, dapat berbentuk persamaan maupun pertidaksamaan yang disebut fungsi k

endala (Dumairy, 2012:344).

Siswanto (2007:26) menyebutkan definisi pemrograman linear yaitu sebagai

metode metematis yang berbentuk linear untuk menentukan suatu penyelesaian

optimal dengan cara memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan

terhadap suatu susunan kendala. Secara keseluruhan, berdasarkan definisi maka

34

tujuan pemrograman linear adalah memecahkan persoalan memaksimumkan atau

meminimumkan untuk mendapatkan penyelesaian yang optimal.

Terdapat tiga unsur utama yang membangun suatu program linier yaitu (Siswanto,

2007:26):

(1) Variabel Keputusan

Variabel Keputusan adalah variabel persoalan yang akan mempengaruhi nilai

tujuan yang hendak dicapai. Didalam proses permodelan, penemuan variabel

keputusan tersebut harus dilakukan terlebih dahulu sebelum merumuskan

fungsi tujuan dan kendala-kendalanya.

(2) Fungsi Tujuan

Dalam model pemrograman linear, tujuan yang hendak dicapai harus

diwujudkan kedalam sebuah fungsi matematika linear.Selanjutnya, fungsi ini

dimaksimumkan atau diminumkan terhadap kendala-kendala yang ada.

(3) Fungsi Kendala

Fungsi kendala adalah suatu kendala yang dapat dikalakan sebagai suatu

pembatas lerhadap variabel-variabel keputusan yang dibuat.Fungsi kendala

untuk model pemrograman linear juga hams berupa fungsi linear.

Secara statistik, kelinearan dapat diketahui dengan menggunakan grafik

(diagram pencar) ataupun menggunakan uji hipotesa. Secara teknis, linearitas

ditujukan oleh adanya sifat proporsionalitas, additivitas, divisibilitas dan

kepastian fungsi tujuan dan pembatas.

Adapun karakteristik pemrograman linier adalah sebagai berikut:

(Siringoringo, 2005:56-57)

35

(1) Sifat proporsionalitas (proportionality), yaitu adanya proporsionalitas

dalam fungsi tujuan dan fungsi kendala. Sifat proporsionalitas dipenuhi

jika kontribusi setiap variabel pada fungsi tujuan atau penggunaan sumber

daya yang membatasi proporsional terhadap level nilai variabel. Jika harga

per unit produk misalnya adalah sama berapapun jumlah yang dibeli, maka

sifat proporsianal dipenuhi. Atau dengan kata lain, jika pembelian dalam

jumlah besar mendapatkan diskon, maka sifat proporsional tidak dipenuhi.

Jika penggunaan sumber daya per unitnya tergantung dari jumlah yang

diproduksi, maka sifat proporsionalitas tidak dipenuhi.

(2) Sifat additivitas (additivity) yaitu aktivitas total sama dengan penjumlahan

aktivitas individu. Sifat additivitas mengasumsikan bahwa tidak ada

bentuk perkalian silang diantara berbagai aktivitas, sehingga tidak akan

ditemukan bentuk perkalian silang pada model. Sifat additivitas berlaku

baik bagi fungsi tujuan maupun pembatas (kendala). Sifat additivitas

dipenuhi jika fungsi tujuan merupakan penambahan langsung kontribusi

masing-masing variabel keputusan. Untuk fungsi kendala, sifat additivitas

dipenuhi jika nilai kanan merupakan total penggunaan masing-masing

variabel keputusan. Jika dua variabel keputusan misalnya

merepresentasikan dua produk subsitusi, di mana peningkatan volume

penjualan salah satu produk akan mengurangi volume penjualan produk

lainnya dalam pasar yang sama, maka sifat additivitas tidak dipenuhi.

(3) Sifat kepastian (certainty) yaitu fungsi tujuan dan fungsi kendala sudah

diketahui dan tidak berubah selama periode analisa. Sifat kepastian

menunjukkan bahwa semua parameter model berupa konstanta. Artinya

36

koefisien fungsi tujuan maupun fungsi pembatas merupakan suatu nilai

pasti, bukan merupakan nilai peluang tertentu.

(4) Sifat tidak bisa dibagi-bagi (divisibility) yaitu solusi solusi tidak harus

merupakan bilangan integer (bilangan bulat) tetapi dapat juga berupa

bilangan pecahan. Dalam sifat divisibilitas berarti unit aktivitas dapat

dibagi ke dalam sembarang level fraksional, sehingga nilai variabel

keputusan non integer dimungkinkan.

(5) Variabel tidak negatif (non-negative variable) yaitu bahwa semua nilai

jawaban atau variabel tidak bernilai negatif.

Menurut Marsitin (2015:2) pada dasarnya persoalan optimasi (optimizion

problems) merupakan suatu persoalan membuat nilai fungsi Z = C1X1+ C2X2 +

.... + CnXn dengan variabel yaitu X1, X2,...,Xn menjadi maksimum atau

minimum dengan memperhatikan kendala-kendala atau pembatas-pembatas

yang ada. Biasanya pembatas-pembatas tersebut meliputi tenaga kerja, uang,

material yang merupakan input, serta waktu dan ruang.

Persoalan programming pada dasarnya berkenaan dengan penentuan alokasi

yang optimal dari sumber-sumber yang langka (limited resources) untuk

memenuhi suatu tujuan (objective). Persoalan linear programming adalah

persoalan untuk menentukan besarnya masing-masing nilai variable

sedemikian rupa sehingga nilai fungsi tujuan atau obyektif (objective function)

yang linier menjadi optimum (maksimum atau minimum) dengan

memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada yaitu pembatasan mengenai

inputnya. Pembatasan-pembatasan inipun harus dinyatakan dalam

ketidaksamaan yang linier (linear inequality) (Marsitin, 2015:2).

37

Agar dapat menyusun dan merumuskan suatu persoalan atau permasalahan

yang dihadapi ke dalam model program linier, maka ada lima syarat yang

harus dipenuhi sebagai berikut (Nasendi dan Anwar, 1985:13):

a. Tujuan

Apa yang menjadi tujuan permasalahan yang dihadapi yang ingin

dipecahkan dan dicari jalan keluarnya. Tujuan ini harus jelas dan tegas

yang disebut fungsi tujuan. Fungsi tujuan tersebut dapat berupa dampak

positif, manfaat-manfaat, keuntungan-keuntungan, dan kebaikan-kebaikan

yang ingin dimaksimumkan atau dapat juga berupa dampak negatif,

kerugian-kerugian, risiko-risiko, biaya-biaya, jarak, waktu dan sebagainya

yang ingin diminimumkan.

b. Alternatif Perbandingan

Harus ada sesuatu atau berbagai alternatif yang ingin diperbandingkan,

misalnya antara kombinasi waktu tercepat dan biaya tertinggi dengan

waktu terlambat dan biaya terendah atau kebijakan A dengan B dan

seterusnya.

c. Sumber Daya

Sumber daya yang dianalisis harus berada dalam keadaan yang

terbatas.Misalnya.keterbatasan waktu, keterbatasan biaya, keterbatasan

tenaga, keterbatasan luas tanah, keterbatasan ruangan dan Iain-

lain.Keterbatasan dalam sumber daya tersebut dinamakan sebagai kendala

atau syarat ikatan.

d. Perumusan Kuantitatif

Fungsi tujuan dan kendala tersebut harus dapat dirumuskan secara

kuantitatif dalam apa yang disebut model matematika.

38

e. Keterkaitan Peubah

Peubah-peubah yang membentuk tungsi tujuan dan kendala tersebut harus

memiliki hubungan fungsional atau hubungan keterkaitan.Hubungan

keterkaitan tersebut dapat diartikan sebagai hubungan yang saling

memengaruhi, hubungan interaksi, interdependensi, timbal-balik, saling

menunjang dan sebagainya.

Bentuk umum pemrograman linier adalah sebagai berikut:

Fungsi tujuan:

Maksimumkan atau minimumkan Z = C1XI + C2X2 + ... + CnXn

Sumber daya yang membatasi:

a11x1 + a12x2 + ... + a1nxn ≤ / ≥ b1

a12x1 + a22x2 + ... + a2nxn ≤ / ≥ b2

am1x1 + am2x2 + ... + amnxn ≤ / ≥ bm

x1, x2, ..., xn ≥ 0

Simbol x1, x2, xn menunjukkan variabel keputusan. Jumlah variabel keputusan

oleh karenanya tergantung dari jumlah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan

untuk mencapai tujuan. Simbol c1, c2, ..., cn merupakan kontribusi masing-masing

variabel keputusan terhadap tujuan, disebut juga koefisien fungsi tujuan pada

model matematiknya. Simbol a11, ..., a1n, ..., amn merupakan penggunan per unit

variabel keputusan akan sumber daya yang membatasi, atau disebut juga sebagai

koefisien fungsi kendala pada model matematiknya. Simbol b1, b2, ..., bn

menunjukkan jumlah masing-masing sumber daya yang ada. Jumlah fungsi

kendala akan tergantung dari banyaknya sumber daya yang terbatas.

Pertidaksamaan terakhir (x1, x2, ..., xn ≥ 0) menunjukkan batasan non negatif.

39

8. Metode Simpleks

a. Pengertian Metode Simpleks

Dalam penyelesaian model pemrograman linear, dikenal metode simpleks.Metode

simpleks adalah suatu metode yang secara sistematis dimulai dari suatu

pemecahan dasar ke pemecahan dasar yang layak lainnya dilakukan berulang-

ulang (dengan jumlah ulangan yang terbatas) sehingga akhirnya tercapai suatu

pemecahan dasar yang optimal. Setiap langkah menghasilkan suatu nilai dan

fungsi tujuan yang selalu lebih besar (lebih kecil) atau sama dari langkah-langkah

sebelumnya (Supranto, 1991:73). Metode simpleks lebih efisien serta dilengkapi

dengan suatu test kriteria yang dapat memberitahukan kapan hitungan harus

dihentikan dan kapan harus dilanjutkan sampai diperoleh suatu penyelesaian yang

optimal. Pada umumnya dipergunakan tabel-tabel, dari tabel pertama yang

memberikan pemecahan dasar permulaan yang fisibel sampai pada pemecahan

terakhir yang memberikan solusi optimal (Supranto, 1991:75).

Menurut Subagyo (1984:33) apabila suatu masalah linear programming hanya

mengandung dua kegiatan (variabel-variabel keputusan) saja, maka dapat

diselesaikan dengan metode grafik.Bila terdapat lebih dari dua variabel maka

metode grafik tidak dapat digunakan lagi, sehingga diperlukan metode simpleks.

Metode ini lazim dipakai untuk menentukan kombinasi dari tiga variabel atau

lebih.

Masalah program linier yang melibatkan banyak variabel keputusan dapat dengan

cepat dipecahkan dengan bantuan komputer. Bila variabel keputusan yang

dikandung tidak terlalu banyak, masalah tersebut dapat diselesaikan dengan suatu

algoritma yang biasanya sering disebut metode tabel simpleks. Disebut demikian

40

karena kombinasi variabel keputusan yang optimal dicari dengan menggunakan

tabel-tabel.

Dumairy (1999:360) menjelaskan bahwa metode simpleks merupakan prosedur

algoritma yang digunakan untuk menghitung dan menyimpan banyak angka pada

iterasi-iterasi yang sekarang dan untuk pengambilan keputusan pada iterasi

berikutnya. Metode simpleks yang secara sistematis dimulai dari suatu pemecahan

dasar yang fisibel ke pemecahan dasar fisibel lainnya, dilakukan berulang-ulang

sehingga akhirnya tercapai suatu pemecahan dasar yang optimum dan pada setiap

langkah menghasilkan suatu nilai dari fungsi tujuan yang selalu lebih besar atau

sama dari langkah sebelumnya.

Komponen dalam metode simpleks (Dumairy, 1999:361):

(1) Variabel keputusan (Decision Variabel)

(2) Fungsi tujuan (Objective Function)

(3) Kendala (Constrain)

Pada dasarnya metode simpleks menggunakan dua kondisi untuk mendapatkan

solusi yang optimal yaitu (Dumairy, 1999:361):

(1) Kondisi Optimalitas

Kondisi yang menyalakan bahwa solusi yang dioptimalkan adalah solusi

terbaik.

(2) Kondisi Feasible

Kondisi yang menyatakan bahwa yang dioptimalkan adalah solusi feasible

dasar (basic feasible solution).

41

b. Istilah-Istilah dalam Metode Simpleks

Untuk mencari nilai optimum dengan menggunakan metode simpleks dilakukan

proses pengulangan (iterasi) dimulai dari penyelesaian dasar awal yang layak

(feasible) hingga penyelesaian dasar akhir yang layak dimana nilai dari fungsi

tujuan telah optimum, sehingga proses pengulangan (iterasi) tidak dapat

dilakukan lagi. Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam metode

simpleks, diantaranya (Marsitin, 2015:17):

(1) Iterasi yaitu tahapan perhitungan dimana nilai dalam perhitungan itu

tergantung dari nilai tabel sebelumnya.

(2) Variabel non basis yaitu variabel yang nilainya diatur menjadi nol pada

sembarang iterasi. Dalam terminologi umum, jumlah variable non basis

selalu sama dengan derajat bebas dalam sistem persamaan.

(3) Variabel basis, merupakan variabel yang nilainya bukan nol pada sembarang

iterasi. Pada solusi awal, variable basis merupakan slack variable (jika

fungsi kendala merupakan pertidaksamaan <) atau variable buatan (jika

fungsi kendala menggunakan pertidaksamaan > atau =). Secara umum,

jumlah variabel basis selalu sama dengan jumlah fungsi pembatas (tanpa

fungsi non negatif).

(4) Solusi atau nilai kanan merupakan nilai sumber daya pembatas yang masih

tersedia. Pada solusi awal, nilai kanan atau solusi sama dengan jumlah

sumber daya pembatas awal yang ada, karena aktivitas belum dilaksanakan.

(5) Slack Variable adalah variable yang ditambahkan ke model matematik

kendala untuk mengkonversikan pertidaksamaan (<) menjadi persamaan

42

(=). Penambahan variabel ini terjadi pada tahap inisialisasi. Pada solusi

awal, slack variable akan berfungsi sebagai variabel basis.

(6) Surplus Variable adalah variabel yang dikurangkan dari model matematik

kendala untuk mengkonversikan pertidaksamaan (>) menjadi persamaan

(=). Penambahan ini terjadi pada tahap inisialisasi. Pada solusi awal, surplus

variable tidak dapat berfungsi sebagai variable basis.

(7) Variable buatan adalah variabel yang ditambahkan ke model matematik

kendala dengan bentuk (>) atau (=) untuk difungsikan sebagai variabel basis

awal. Penambahan variabel ini terjadi pada tahap inisialisasi. Variabel ini

harus bernilai 0 pada solusi optimal, karena kenyataannya variabel ini tidak

ada. Variable hanya ada di atas kertas.

(8) Kolom Kerja/Kolom Kunci/Kolom Pivot adalah kolom yang memuat

variabel masuk. Koefisien pada kolom ini akan menjadi pembagi nilai kanan

untuk menentukan baris kerja.

(9) Baris Kerja/Baris Kunci/Kolom Pivot adalah salah satu baris dari antara

variabel basis yang memuat variabel keluar.

(10) Elemen Kerja/Elemen Kunci/Elemen Pivot adalah elemen yang terlelak

pada perpotongan kolom dan baris pivot. Elemen pivot akan menjadi dasar

perhitungan untuk tabel simpleks berikutnya.

(11) Variabel masuk adalah variabel yang terpilih untuk menjadi variabel basis

pada iterasi berikutnya. Variabel masuk dipilih satu dari antara variable non

basis pada setiap iterasi. Variabel ini pada iterasi berikutnya akan bernilai

positif.

43

(12) Variabel keluar adalah variabel yang keluar dari variabel basis pada iterasi

berikutnya dan digantikan oleh variabel masuk. Variabel keluar dipilih satu

dari antara variabel basis pada setiap iterasi. Variabel ini pada iterasi

berikutnya akan bernilai nol.

c. Bentuk Baku dan Bentuk Tabel Metode Simpleks

Sebelum melakukan perhitungan iteratif untuk menentukan solusi optimum,

bentuk umum program linier dirubah ke dalam bentuk baku terlebih dahulu.

Bentuk baku dalam metode simpleks yaitu mengubah persamaan kendala ke

dalam bentuk sama dengan (=) dan setiap fungsi kendala harus diwakili oleh satu

variabel basis awal. Variabel basis awal menunjukkan status sumber daya pada

kondisi sebelum ada aktivitas yang dilakukan. Dengan kata lain, variabel

keputusan semuanya masih bernilai nol dan meskipun fungsi kendala pada bentuk

umum pemrograman linier sudah dalam bentuk persamaan, fungsi kendala

tersebut masih harus tetap berubah (Marsitin, 2015:19)

Dalam metode simpleks, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

membuat bentuk baku, yaitu (Marsitin, 2015:19):

1. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan < dalam bentuk umum, dirubah

menjadi persamaan (=) dengan menambahkan satu slack variable.

2. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan > dalam bentuk umum. dirubah

menjadi persamaan (=) dengan mengurangkan satu surplus variable.

3. Fungsi kendala dengan persamaan dalam bentuk umum, ditambahkan satu

artificial variable (variabel buatan).

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam menggunakan metode simpleks untuk

menyelesaikan masalah program linier adalah (Sirat, 2007:3):

44

1. Semua kendala pertidaksamaan harus diubah menjadi bentuk persamaan.

2. Sisi kanan dari tanda pertidaksamaan kendala tidak boleh adanya negatif.

3. Semua variabel dibatasi pada nilai non-negatif.

Dalam memformulasikan program linier terdapat beberapa bentuk program linier

yang harus diubah dalam benluk standar untuk memperoleh hasil maksimal atau

minimal sebagai hasil sebagai hasil yang optimal.

Bentuk standar dari masalah program linier dengan pola memaksimumkan adalah

sebagai berikut:

Fungsi tujuan:

Maksimumkan: π – C1X1 – C2X2 – .... – CnXn – 0S1 – 0S2 - .... – 0Sn = NK

Fungsi Pembatas:

a11X11 + a12X22+ .... + a1nXn + S1 + 0Sn = b1

b1a21X21 + a22X22+ .... +a2nXn + 0S1 + 1S2 + ... + 0Sn = b2

Berikut ini adalah tabel metode simpleks:

Tabel 5. Bentuk tabel Simpleks

Var. Dasar X1 X2 ... Xn S1 S2 ... Sn NK

Π -C1 -C2 ... -Cn 0 0 0 0 0

S1 a11 a12 ... a1n 1 0 0 0 b1

S2 a21 a22 ... a2n 0 1 0 0 b2

... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Sn am1 am2 ... amn 0 0 0 1 bm

d. Penyelesaian dengan Metode Simpleks

Langkah-langkah penyelesaian dengan metode simpleks adalah sebagai berikut

(Kalangi, 2005:206):

45

(1) Mengubah fungsi tujuan dan kendala.

Semua fungsi tujuan dan batasan diubah ke bentuk persamaan (standar)

dengan cara fungsi tujuan diubah menjadi fungsi implisit, yaitu fungsi tujuan

digeser ke kiri dan menambah variabel penolong (slack) pada fungsi kendala.

(2) Menyusun persamaan-persamaan kedalam tabel simpleks.

(3) Memilih kolom kunci.

Caranya dengan memilih kolom yang mempunyai nilai pada garis fungsi

tujuan yang bernilai negatif dengan angka terbesar.

(4) Memilih baris kunci.

Pilih baris yang mempunyai limit ratio dengan angka positif terkecil.

Limit ratio =

(5) Mengubah nilai-nilai baris kunci.

Nilai baris kunci diubah dengan cara membaginya dengan angka kunci.

Baris baru kunci =

(6) Mengubah nilai-nilai selain pada baris kunci sehingga nilai-nilai kolom kunci

(selain baris kunci) sama dengan nol.

Baris baru = baris lama – (koefisien per kolom kunci x nilai baru baris kunci)

(7) Melanjutkan perbaikan-perbaikan atau perubahan-perubahan.

Ulangi langkah 3-6, sampai semua nilai pada fungsi tujuan bernilai positif.

(8) Karena tidak ada lagi bilangan (elemen) yang bernilai negatif di baris

pertama, masalah ini telah terpecahkan dan penyelesaiannya telah optimal.

46

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai optimasi pendapatan usaha tani dengan pola polikultur ini

bukan merupakan penelitian pertama dilakukan di Indonesia, melainkan sudah ada

beberapa penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan

pembahasan yang berbeda dan menjadi acuan penulis dalam melakukan

penelitiannya. Berikut ini adalah tabel penelitian terdahulu mengenai analisis

optimasi pendapatan pada usaha tani yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti

di Indonesia.

Tabel 6. Penelitian Terdahulu

No

Nama

Peneliti

dan Tahun

Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

1. Sabarman

Damanik,

2008

Optimasi

Usahatani

Jambu Mete

dengan

Tanaman

Tumpang Sari

di Lombok

Barat Provinsi

Nusa Tenggara

Barat

Metode pada

penelitian ini

yaitu Metode

Simpleks

Pola usahatani jambu mete

dengan kacang kedelai (X9)

memberikan kondisi optimal

dengan keuntungan yang

maksimum sehingga optimasi

usahatani dapat tercapai.

Pada kondisi optimal ini juga

dapat diturunkan penggunan

tenaga kerja secara

signifikan, sehingga efisiensi

usahatani terpenuhi dengan

baik.

2. Arsyil

Azhiim,

2016

Analisis

Optimasi

Cabang

Usahatani Padi

dan Kedelai di

Kecamatan

Purwodadi

Kabupaten

Grobogan

Model Linear

Programming

dengan metode

simpleks

Penggunaan input faktor

produksi dapat memenuhi

kebutuhan petani secara

optimal.

Penerimaan dan

pendapatan usahatani padi

dan kedelai telah tercapai

optimal.

Usahatani padi dan kedelai

pada luas lahan 0,59

hektar diperoleh solusi

pendapatan maksimum

sebesar Rp 55.405.200.

Bersambung...

47

Sambungan...

No

Nama

Peneliti

dan Tahun

Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil

3. Dolok

Saribu,

dkk. 2012

Optimalisasi

Cabang Usahatani

Tanaman Pangan

untuk Memperoleh

Pendapatan

Maksimum di

Wilayah

Transmigrasi Km

38 Provinsi

Kalimantan

Tengah

Metode pada

penelitian ini

yaitu Metode

Simpleks

Sebagian besar masalah-

masalah alokasi yang timbul

disebabkan oleh terbatasnya

modal, modal, proses

produksi pertanian yang

berbagai macam

menyebabkan perkiraan-

perkiraan yang kurang tepat,

sempitnya daerah per-tanian,

fluktuasi perubahan harga

saprodi dan harga jual output

pertanian yang berubah-ubah

dalam waktu yang cepat.

4. Made

Antara dan

Nyoman

Suardika,

2014

Optimalisasi

Alokasi

Sumberdaya pada

Sistem Usahatani

Lahan Kering di

Desa Kerta

Gianyar Bali

Linear

Programming

dengan metode

simpleks

Sistem usahatani lahan

kering di Desa Kerta yang

optimal, menghasilkan

pendapatan maksimal

sebesar Rp 49.404.260

meningkat sebesar 3,39

persen dibandingkan dengan

pendapatan petani sebelum

optimasi R p 47.783.346,00.

5. Laura

Febrina

dkk, 2016

Analisis Optimasi

Faktor-faktor

Produksi dan

Pendapatan Usaha

Budidaya Udang

Windu di

Kecamatan

Cilebar

Kabupaten

Karawang.

Metode

Simpleks

Keuntungan yang dicapai

pembudidaya di

Kecamatan Cilebar belum

maksimal atau masih ada

selisih antara produksi

aktual dengan produksi

optimal yaitu sejumlah

51,56% dari produksi

aktual

Terjadi kelebihan

penggunaan input pakan,

benih, pupuk, tenaga

kerja, obat dan listrik

oleh pembudidaya di

Kecamatan Cilebar untuk

mencapai produksi

optimal.

48

C. Kerangka Pemikiran

Berikut ini adalah alur kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini.

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu mengenai analisis optimasi produksi

khususnya pada produksi usahatani, maka peneliti dapat membuat pendugaan

Usahatani Kopi Rakyat Pola

Polikultur dengan Tanaman

Pisang

Jumlah Produksi

Optimal

Perolehan

Penerimaan

Optimal

Fungsi Tujuan:

Memaksimumkan

Penerimaan

Fungsi Kendala:

Biaya Input Produksi

Analisis Linier

Programming dengan

Metode Simpleks

Kendala Luas

Lahan

Kendala Upah

Tenaga Kerja

Kendala Modal

Pupuk

Kendala Modal

Pestisida

49

sementara terhadap penelitiannya. Berikut ini adalah dugaan sementara pada

penelitian ini.

1. Diduga pproduksi pada usahatani kopi di Kecamatan Air Hitam belum

mencapai penerimaan maksimal.

2. Diduga penggunaan input produksi usahatani kopi di Kecamatan Air Hitam

belum optimal.

3. Diduga penerimaan petani dari usahatani kopi pola polikultur masih dapat

ditingkatkan dari target pengoptimalan.

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Daerah yang menjadi sasaran penelitian adalah Pekon Sukajadi Kecamatan Air

Hitam Kabupaten Lampung Barat. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan

bahwa Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi

Lampung dengan jumlah produksi kopi tertinggi di Lampung dan Kecamatan Air

Hitam merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lampung Barat yang

potensial dengan jumlah produksi kopi yang tinggi. Dari 10 pekon yang ada di

Kecamatan Air Hitam, lokasi penelitian yang dipilih adalah Pekon Sukajadi

dengan alasan bahwa pekon tersebut merupakan daerah yang potensial dengan

jumlah produksi kopi tertinggi.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Adapun data primer diperoleh dengan cara mengumpulkan informasi

dengan kuesioner dan wawancara langsung pada narasumber, dalam hal ini yaitu

petani kopi di Pekon Sukajadi Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung

51

Barat. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti

Dinas Perkebunan dan Peternakan serta Badan Pusat Statistik.

C. Definisi Operasional

1. Definisi Variabel Keputusan

Variabel yang menguraikan secara lengkap keputusan-keputusan yang dibuat.

Variabel keputusan ini merupakan simbol matematika yang menggambarkan

tingkatan aktivitas usahatani. Sebagai indikator variabel keputusan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Produksi Kopi (X1)

Jumlah produksi kopi yang dapat dihasilkan dalam setiap satu musim

panen yang berbentuk biji kopi. Satuan yang digunakan adalah kilogram.

b. Produksi Pisang (X2)

Jumlah produksi pisang yang dapat dihasilkan dalam satu musim panen

berbentuk tandan. Satuan yang digunakan adalah kilogram.

2. Definisi Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan besarnya penerimaan atau

pendapatan yang ingin dicapai dalam optimasi usahatani. Penerimaan yang

diperoleh merupakan tujuan dalam produksi suatu usahatani yaitu penerimaan

maksimal yang diperoleh dari variabel keputusan berupa produksi tanaman

kopi (X1) dan produksi tanaman pisang (X2). Harga kopi dan pisang adalah

harga rata-rata yang diterima oleh petani yang diukur dalam satuan rupiah per

kilogram.

52

3. Definisi Ketidaksamaan Kendala

Ketidaksamaan kendala adalah hubungan linier dari variabel keputusan yang

menunjukkan keterbatasan produksi pada usahatani kopi dan tanaman pisang.

Batasan atau kendala dalam penelitian ini adalah:

a. Luas Lahan

Lahan diukur dalam satuan m2. Hubungannya adalah kurang dari atau

sama dengan (≤) nilai RHS yang menandakan lahan yang digunakan dapat

lebih kecil dari yang tersedia. Kapasitas pada kendala luas lahan garap

dilihat berdasarkan jumlah luas lahan garap terbesar pada usahatani kopi

dan pisang petani responden.

b. Tenaga Kerja

Tenaga kerja diukur dengan equivalen Hari Kerja Setara Pria (HKSP).

Hubungannya lebih kecil atau sama dengan (≤), untuk menjamin bahwa

tenaga kerja yang digunakan tidak melebihi ketersediaan tenaga kerja.

Tenaga kerja yang digunakan adalah pada tanaman produktif. Kapasitas

pada kendala upah tenaga kerja dilihat berdasarkan jumlah penggunaan

tenaga kerja terbesar pada usahatani kopi dan pisang petani responden.

c. Pupuk

Kendala modal pupuk adalah modal yang dikeluarkan untuk membeli

pupuk untuk setiap produksi usahatani yang dihitung dalam satuan rupiah

(Rp). Hubungannya adalah lebih kecil atau sama dengan (≤). Kapasitas

pada kendala modal pupuk dilihat berdasarkan jumlah penggunaan pupuk

terbanyak yang diukur dalam satuan rupiah pada usahatani kopi dan pisang

petani responden.

53

d. Pestisida

Kendala modal pestisida adalah modal yang dikeluarkan untuk membeli

pestisida pada setiap produksi usahatani yang dihitung dalam satuan

rupiah (Rp). Hubungannya adalah lebih kecil atau sama dengan (≤).

Kapasitas pada kendala modal pestisida dilihat berdasarkan jumlah

penggunaan pestisida terbanyak yang diukur dalam satuan rupiah pada

usahatani kopi dan pisang petani responden.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang

akan diteliti (Sugiarto, 2009:9). Populasi dalam penelitian ini adalah petani

kopi di Pekon Sukajadi Kecamatan Air Hitam yang menerapkan penanaman

kopi pola polikultur dengan tanaman pisang yang berasal dari tiga dusun di

Pekon Sukajadi yang berjumlah 60 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian anggota populasi yang diambil menurut

prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya (Sugiarto, 2009:8).

Sampel pada penelitian ini ditentukan dengan metode sensus sehingga

keseluruhan populasi yang berjumlah 60 orang merupakan sampel.

E. Metode Pengambilan Sampel

Sampel pada penelitian ini yaitu petani kopi di Pekon Sukajadi Kecamatan Air

Hitam Kabupaten Lampung Barat. Penentuan sampel pada penelitian ini

54

dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) dengan unit analisisnya

ditentukan dengan cara acak sederhana (Simple Random Sampling).

Responden pada penelitian ini adalah petani kopi yang melakukan pola tanam

polikultur kopi dengan pisang. Aktivitas pada polikultur antara kopi dan pisang

mencakup pemeliharaan tanaman, aplikasi pupuk, pengendalian gulma, penyakit

dan tenaga kerja yang digunakan. Kendala sumberdaya usahatani mencakup luas

lahan garap, upah tenaga kerja, biaya pupuk dan biaya pestisida yang digunakan.

F. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan Mei tahun 2018. Data

pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder, baik bersifat kualitatif

maupun kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka

yang dapat dihitung, antara lain: (1) Luas lahan, baik luas lahan yang dimiliki

petani maupun luas lahan yang dijadikan tempat usahataninya; (2) Jenis dan

kuantitas sarana produksi yang digunakan dan produksi (output) dari setiap

aktivitas produksi; (3) Harga dari masing-masing sarana produksi dan masing-

masing produksi; dan (4) Tenaga kerja yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas

produksi tanaman per hektar dan sebaran hari kerja per jenis aktivitas dari masing-

masing aktivitas produksi. Data kualitatif adalah data yang dalam bentuk kata,

kalimat, skema dan gambar, atau data yang tidak berupa angka dan tidak dapat

dihitung tetapi dalam bentuk informasi. Data kualitatif antara lain: data geografis

desa, data sebaran penduduk, dan lain-lain.

Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam pengumpulan data adalah:

1. Studi Literatur

55

Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan studi literatur, yaitu

mencari informasi dan mempelajari teori yang berhubungan dengan

penelitian ini yaitu mengenai optimasi usahatani dengan kendala yang

bersumber dari buku-buku dan jurnal terkait.

2. Kuesioner

Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara penyebaran

kuesioner penelitian kepada responden-responden terkait. Kuesioner

merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan olch periset untuk

memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi

atau dengan mengajukan pertanyaan (Hendri, 2009).

3. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit (Sugiyono,

2009:137).

G. Metode Analisis Data

Metode dalam penelitian ini bersifat kuantitatif dalam menghitung optimasi

penerimaan dalam usahatani. Analisis yang digunakan yaitu metode simpleks dan

diolah dengan aplikasi QM For Windows V5 yang merupakan salah satu program

komputer untuk aplikasi linear programming yaitu model matematika yang

bertujuan untuk mengoptimalkan suatu tujuan dengan beberapa kendala yang ada.

Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut:

56

1. Perumusan Masalah dalam Persamaan Matematik Linear Programming

Untuk merumuskan masalah dalam persamaan matematik linear programming

maka harus mengidentifikasi masalah terlebih dahulu. Setelah mengidentifikasi

masalah, maka rumusan tersebut dapat diubah kedalam persamaan matematik.

Perumusan model linear programming terdiri yaitu metode simpleks terdiri atas

perumusan variabel keputusan, perumusan fungsi tujuan dan perumusan fungsi

kendala. Variabel keputusan disimbolkan dengan huruf-huruf tertentu. Setelah

itu tujuan dapat ditarnsformasikan kedalam model matematik yang disebut

dengan fungsi tujuan. Kendala-kendala juga ditransformasikan kedalam

persamaan matematim yang disebut fungsi kendala.

a. Perumusan variabel keputusan

Variabel keputusan adalah variabel yang mempengaruhi nilai tujuan yang

hendak dicapai. Pada proses pembentukan suatu model, menentukan

variabel keputusan merupakan langkah pertama sebelum menentukan

fungsi tujuan dan fungsi kendala (Siswanto, 2007:26).

b. Membentuk Persamaan Tujuan

Fungsi tujuan dalam program linier adalah memaksimumkan pendapatan

atau meminimumkan biaya produksi. Fungsi tujuan pada penelitian ini

adalah memaksimisasi penerimaan (Z max) tanaman kopi dan pisang

dengan menggunakan persamaan:

Z = C1X1 + C2X2

Keterangan:

Z = Penerimaan kotor (Nilai Produksi)

C = Parameter yang digunakan sebagai kriteria optimasi (Koefisien)

57

X1= Produksi usahatani kopi (Kg) dalam bentuk biji kopi

X2= Produksi usahatani pisang (Kg) dalam bentuk tandan

c. Membentuk Pertidaksamaan Kendala

Sumberdaya berupa lahan, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida untuk

masing-masing usahatani ditentukan fungsi batasan/kendala dengan rumus:

1. Kendala Luas Lahan (m2)

a11X1 + a12X2 ≤ b1

2. Kendala Tenaga Kerja (HKSP)

a21X1 + a22X2 ≤ b2

3. Kendala Modal Pupuk (Rp)

a31X1 + a32X2 ≤ b3

4. Kendala Modal Pestisida (Rp)

a41X1 + a42X2 ≤ b4

Keterangan:

X1 = Produksi Usahatani Kopi (Kg)

X2 = Produksi Usahatani Pisang (Kg)

a11 = penggunaan luas lahan per satuan produksi tanaman kopi (m2)

a12 = penggunaan luas lahan per satuan produksi tanaman pisang (m2)

a21 = penggunaan tenaga kerja per satuan produksi tanaman kopi (HKSP)

a22 = penggunaan tenaga kerja per satuan produksi tanaman pisang (HKSP)

a31= nilai penggunaan pupuk per satuan produksi tanaman kopi (Rp)

a32 = nilai penggunaan pupuk per satuan produksi tanaman pisang (Rp)

a41= nilai penggunaan pestisida per satuan produksi tanaman kopi (Rp)

a42 = nilai penggunaan pestisida per satuan produksi tanaman pisang (Rp)

58

b1-4 = kapasitas input produksi yang digunakan

Kendala menggunakan pertidaksamaan ≤ pada setiap input produksi

menunjukkan bahwa suatu usaha hanya mampu menyediakan/paling banyak

tersedia sebesar b, yang disebabkan oleh keterbatasan sumber daya yang

tersedia.

d. Mengubah Kedalam Bentuk Standar

1. Persamaan Tujuan:

π – C1X1 – C2X2= 0

2. Mengubah bentuk batasan model pertidaksamaan menjadi suatu

persamaan dengan menambah suatu variabel slack.

Luas lahan = a11X1+ a12X2 + S1 = b1

Tenaga Kerja = a21X1 + a22X2 + S2 = b2

Pupuk = a31X1 + a32X2 + S3 = b3

Pestisida = a41X1 + a42X2 + S4 = b4

3. Memasukkan semua variabel sehingga diperoleh tabel simpleks.

Setelah membentuk persamaan tujuan dan membentuk model

pertidaksamaan menjadi suatu persamaan maka diperoleh tabel simpleks

sebagai berikut:

Tabel 7. Bentuk Standar Metode Simpleks

Var.

Dasar Z X1 X2 S1 S2 S3 S4 Kuantitas

Π 1 0 0 0 0 0 0 0

S1 0 a11 a12 1 0 0 0 b1

S2 0 a21 a22 0 1 0 0 b2

S3 0 a31 a31 0 0 1 0 b3

S4 0 a41 a41 0 0 0 1 b4

59

2. Input Formulasi Model Optimasi kedalam Aplikasi QM For Windows V5

Setelah model persamaan matematik terbentuk, langkah selanjutnya adalah

menuliskan langkah formulasi optimasi kedalam aplikasi QM For Windows V5.

Formulasi model optimasi pada penelitian ini berdasarkan persamaan

matematik yang telah dirumuskan sebelumnya. Penulisan data formulasi model

optimasi harus sesuai dengan perintah yang ada pada aplikasi QM For

Windows V5.

3. Analisis Keluaran (Output) Aplikasi QM For Windows V5

Setelah melakukan perhitungan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis

keluaran (output) dari software ini. Keluaran dari aplikasi QM For Windows V5

dapat diperoleh beberapa analisis yaitu analisis primal, analisis dual dan

analisis sensitivitas.

1. Analisis Primal

Berdasarkan analisis primal dapat menghasilkan tujuan yang

dimaksimumkan dengan keterbatasan yang ada dengan membandingkan

antara kombinasi yang terbaik dan pola produksi usahatani yang dilakukan

selama ini, maka dapat diketahui apakah pola produksi sudah mencapai

kondisi optimal atau sebaliknya.

2. Analisis Dual

Analisis dual dilakukan untuk pengujian apakah nilai-nilai yang telah

dihasilkan dengan metode simpleks telah benar dan hasilnya dapat

digunakan untuk pengambilan keputusan. Dalam hal ini, analisis dual

dilakukan untuk mengetahui penilaian terhadap sumberdaya yang ada dan

60

menilai keputusan sumberdaya mana yang masih memungkinkan petani

untuk melakukan menambahan atau pembelian.

3. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas diperlukan untuk mengetahui sejauh mana jawaban

optimal dapat diterapkan apabila terjadi perubahan parameter yang

membangun model. Perubahan dapat terjadi karena perubahan koefisien

fungsi tujuan, perubahan koefisien fungsi kendala, perubahan nilai sebelah

kanan model, serta adanya tambahan peubah keputusan. Analisis ini

bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pemecahan optimum

baru yang memungkinkan sesuai dengan parameter perhitungan tambahan

minimal.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah dilakukan perhitungan optimasi linear programming pada usahatani

polikultur kopi dan pisang menggunakan aplikasi QM for Windows V5, maka

diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan menunjukan bahwa produksi yang dihasilkan oleh

usahatani polikultur kopi dan pisang di Pekon Sukajadi belum optimal.

Tingkat produksi yang optimal adalah jika hasil rata-rata produksi petani

tanaman kopi sebanyak 2.502 kg dan tanaman pisang sebanyak 8.461 kg.

2. Hasil perhitungan model optimasi produksi menunjukan bahwa penggunaan

sumberdaya usahatani polikultur kopi dan pisang belum optimal. Hal ini

ditunjukan dengan penggunaan sumberdaya yang belum maksimal yaitu pada

lahan garap dan pestisida. Penggunaan input ini menunjukan bahwa

ketersediaan sumberdaya yang ada tidak sepenuhnya dimanfaatkan karena

masih terdapat nilai sisa yang ditunjukkan oleh nilai slack/surplus pada

masing-masing kendala yaitu sebanyak 3.157 m2 lahan garap belum

dimanfaatkan oleh petani dan sebesar Rp 290.594 modal pestisida yang

belum digunakan oleh petani.

3. Hasil perhitungan model optimasi produksi menunjukan bahwa penerimaan

maksimal yang dapat diterima petani polikultur kopi dan pisang adalah

80

sebesar Rp 72.516.610. Peningkatan penerimaan yang akan diterima petani

jika menerapkan model optimasi yang sesuai adalah sebesar Rp 18.346.193

yang diperoleh dari selisih penerimaan optimal sebesar Rp 72.516.610 dan

penerimaan faktual sebesar Rp 54.170.417.

B. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah:

1. Dalam menjalankan usaha taninya sebaiknya petani responden melakukan

perencanaan pengoptimalan terlebih dahulu dengan mempertimbangkan

ketersediaan sumber daya dan kebutuhan pada masing-masing tanaman

polikultur.

2. Jika petani ingin memaksimalkan penerimaannya maka petani responden

masih dapat meningkatkan penggunaan pupuk dan tenaga kerja berdasarkan

batasan atas dan batasan bawahnya.

3. Penggunaan sumber daya lahan dan pestisida belum optimal sebaiknya petani

responden tidak menambah penggunaan lahan garap dan pestisida. Oleh

karena itu, pada produksi selanjutnya petani dapat memaksimalkan

penggunaan lahan dengan menambah jumlah tanaman kopi dan mengurangi

tanaman pisang.

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Farwah Inal, dkk. 2014. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap

Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga pada Usaha Tani Padi Sawah.

Medan: Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian, USU.

Antara, Made dan Nyoman Suardika. 2014. Optimalisasi Alokasi Sumberdaya

pada Sistem Usahatani Lahan Kering di Desa Kerta Kecamatan Gianyar.

Jurnal. Bali. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Udayana.

Arifin, Bustanul. 2012. Ekonomi Kopi Indonesia di Tengah Dinamika Global.

Diakses tanggal 25 Januari 2018.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Provinsi Sumatera Selatan. 2017.

Pengertian dan Jenis Pola Tanam. Palembang. Diakses tanggal 3

Desember 2018.

Badan Pusat Statistik. 2016. Lampung Dalam Angka 2016. BPS Provinsi

Lampung. Bandar Lampung. Diakses tanggal 23 Desember 2017.

Badan Pusat Statistik. 2016. Lampung Barat Dalam Angka 2016. BPS Kabupaten

Lampung Barat. Liwa. Diakses tanggal 23 Desember 2017.

Chiang, Alpha C. 2006. Dasar-Dasar Matematika Ekonomi. Erlangga: Jakarta.

Daniel, Mohar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Dinas Perkebunan Kabupaten Lampung Barat. 2017. Data Statistik Perkebunan

Pada Tahun 2017. Liwa.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2013. Volume dan Nilai Ekspor Impor Indonesia.

Diakses tanggal 26 Desember 2017.

Dumairy. 2012. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta:

BPFE Universitas Gadjah Mada.

Esther, Natalia Dwi Astuti, dkk. 2013. Penerapan Model Linear Gola

Programming untuk Optimasi Perencanaan Produksi. Salatiga: Fakultas

Sains dan Matematika UKSW.

Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi Edisi 3. Jakarta: Grasindo

Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta.

Ibnas, Risnawati. 2014. Optimalisasi Kasus Pemrograman Linear dengan Metode

Grafik dan Simpleks. Jurnal. Makassar. Fakultas Sains dan Teknologi

UINAM.

International Coffee Organization. 2018. World Coffee Production.

Kalangi, Josep B. 2005. Matematika Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Salemba

Empat.

Kementerian Perindustrian. 2015. Media Industri No 3 Edisi 2015. Jakarta.

Kantor Kelurahan Sukajadi Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat.

2018. Lampung Barat

Luntungan, Antonius. 2012. Analisis Tingkat Pendapatan Usaha Tani Tomat Apel

di Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa. Jurnal Pembangunan

Ekonomi dan Keuangan Daerah. Manado. Fakultas Ekonomi Unsrat.

Marsitin, Retno. 2015. Program Linier. Tidak dipublikasikan. Malang.

Universitas Kanjuruhan Malang.

Maulidah, Silvana. 2012. Faktor-faktor Produksi Usahatani. Malang: Fakultas

Pertanian, Universitas Brawijaya.

Miller, Roger Le Roy dan Roger Meiners. 2000. Teori Ekonomi Intermediate.

Terjemahan Hans Munandar. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Mubyarto. 2000. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES: Jakarta.

Nesendi dan Anwar. 1985. Program Linier dan Variasinya. Jakarta: Gramedia.

Nicholson, Walter dan Christopher Snyder. 2010. Theory an Application of

Intermediate Microeconomics. Amerika Serikat: Cengage Learning.

Nur’safara, Ulvinda M. 2015. Optimasi Produksi dengan Menggunakan Metode

Grafis untuk Menentukan Jumlah Produk yang Optimal (Kasus pada

House of Leather Bandung). Skripsi. Bandung. Universitas Islam

Bandung.

Nurhakim, Yusnu Iman dan Sri Rahayu. 2014. Perkebunan Kopi Skala Kecil

Cepat Panen. Depok: Infra Pustaka.

Rahardjo, Pudji. 2012. Berkebun Kopi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rukmana, Rahmat. 1999. Usaha Tani Pisang. Yogyakarta: Kanisius.

Satuhu, Suyanti dan Ahmad Supriyadi. 2008. Pisang: Budidaya, Pengolahan dan

Prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya.

Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Malang: Universitas Brawijaya Press

(UB Press)

Siadari, Yulianti. 2016. Optimasi Keuntungan dalam Produksi Keripik di Gang

PU Bandar Lampung. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Sirat, Muhiddin. 2007. Metode Simpleks. Makalah. Universitas Lampung.

Siringoringo, Hotniar. 2005. Pemrograman Linier. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sjamsir, Zulkifli. 2017. Pembangunan Pertanian dalam Pusaran Kearifan Lokal.

Makassar: CV Sah Media.

Siswanto. 2007. Operation Research. Jakarta: Erlangga.

Soekartawi. 1995. Program Linear. Jakarta: Rajawali Pers.

Subagyo, Pangestu. 1894. Dasar-Dasar Operation Research. Yogyakarta: BPFE.

Suhartanto, Rahmad, dkk. 2012. Teknologi Sehat Budidaya Pisang. Bogor: Pusat

Kajian Hortikultura Tropika, LPPM-IPB.

Sukirno, Sadono. 2005. Pengantar Mikroekonomi. Jakarta: Raja Grafindo.

Supranto, Johannes. 1991. Teknik Pengambilan Keputusan. Jakarta: Rineka Cipta.

Widyotomo, Sukrisno. 2013. Potensi Teknologi Diversifikasi Limbah Kopi

Menjadi Produk Bermutu dan Bernilai Tambah. Pusat Penelitian Kopi dan

Kakao Indonesia. Vol. 1 (1), 63-80.