or dengan bantuan komputer

138
300 400 200 250 400 200 600 450 450 400 Jakarta Surabaya Pontianak Balikpapan Makasar Manado Jayapura Dwijanto Program Linear Berbantuan Komputer: Lindo, Lingo dan Solver

Upload: indijeh

Post on 01-Oct-2015

113 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

or

TRANSCRIPT

  • 300

    400

    200 250

    400

    200 600

    450 450

    400

    Jakarta

    Surabaya

    Pontianak

    Balikpapan

    Makasar Manado

    Jayapura

    Dwijanto Program Linear

    Berbantuan Komputer:

    Lindo, Lingo dan Solver

  • Dwijanto

    Program Linear

    Berbantuan Komputer: Lindo, Lingo dan Solver

  • PENDAHULUAN

    Buku ini berjudul Program Linear Berbantuan Komputer: Lindo, Lingo dan Solver akan membahas masalah-masalah optimasi yang berbentuk liniear yaitu memaksimumkan atau meminimumkan masalah dalam dalam bentuk fungsi linear dengan persyaratan atau fungsi pembatas sebuah sistem pertidaksamaan linear.

    Bentuk umum masalah program linear adalah sebagai berikut:

    Maksimumkan atau minimumkam : nni xaxaxaxF +++= ...)( 2211 Dengan syarat :

    nni xaxaxaxg 12121111 ...)( ++= 1b nni xaxaxaxg 22221212 ...)( ++= 2b .

    nmnmmim xaxaxaxg ...)( 2211 ++= mb dengan diganti atau = atau .

    Kajian pada buku ini terdiri dari 6 Bab, yaitu: Tinjauan Teori-teori sebagai Dasar Program Linear, Pengenalan Program Linear, Transportasi, Penugasan dan Transshipment, Analisis Jaringan, dan Program Linear Bilangan Bulat, yang memuat berbagai masalah yang akan diselesaikan dengan cara manual, dan dengan bantuan program komputer. Program komputer yang digunakan untuk menyelesaikan masalah program liniear di sini adalah program lindo, program lingo, dan Solver yang berada di bawah program excel. Tidak semua masalah pada program linear dapat diselesaikan dengan sebuah program, jadi sangat mungkin sebuah masalah akan dapat cocok diselesaikan dengan suatu program tertentu tetapi tidak tepat apabila digunakan program lain meskipun bisa. Dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu dalam menyelesaikan masalah program linear, maka kendala banyaknya variabel sudah bukan menjadi masalah lagi. Ini memberikan kesempatan kepada pembaca (mahasiswa) untuk melakukan kajian sebuah masalah secara lebih mendalam.

  • Kajian masing masing Bab Bab I. Teori-teori sebagai Dasar Program Linear Tinjauan Teori-teori sebagai

    Dasar Program Linear

    Pada bagian ini akan membahas beberapa teori yang berhubungan dengan program linear khususnya teori yang menyangkut geometri bidang banyak. Teori ini diperlukan khususnya kepada pembaca yang menggemari matematika atau mahasiswa matematika, sedangkan untuk mahasiswa bukan matematika, bab ini dapat dilompati.

    Bab II. Pengenalan Program Linear Pengenalan Program Linear Bagian ini akan membahas Program Linear secara umum, yaitu masalah

    program linear yang dapat diselesaikan secara manual atau dengan bantuan program komputer. Penyelesaian secara manual dapat digunakan cara grafik ataupun dengan metode simpleks, sedangkan dengan bantuan program komputer sebuah masalah akan diselesaikan dengan tiga program yaitu program lindo, program lingo, dan solver.

    Bab III. Transportasi Masalah transportasi disini adalah masalah pemindahan sejumlah

    barang sejenis dari beberapa tempat (sumber) dengan jumlah barang yang bervariasi kemudian dikirim ke beberapa tempat (tujuan) dengan jumlah kebutuhan yang bervariasi pula. Masalah utama dari transportasi di sini adalah meminimumkan total biaya transportasi.

    Bab IV. Penugasan dan Transshipment Penugasan adalah kajian khusus dari masalah transportasi dimana

    banyaknya sumber sama dengan banyaknya tujuan dengan banyaknya produksi di masing-masing sumber maupun banyaknya permintaan di masing-masin tujuan adalah satu. Sedangkan Transshipment adalah masalah transportasi dimana permintaan tidak dapat dilayani langsung dari produsen. Dalam hal ini pelayanan harus melalui beberapa agen.

    Bab V. Analisis Jaringan Pada Bab Analisis Jaringan ini akan membahas 4 masalah yaitu Masalah Lintasan Terpendek , Masalah Diagram Pohon Terpendek,

  • Masalah Aliran Maksimum, Menyelesaikan proyek dengan PERT dan CPM.

    Bab VI. Program Linear Bilangan Bulat Pada bagian ini akan membahas masalah program linear yang khusus dengan solusi bilangan bulat atau bilangan biner. Masalah penyelesaian dengan bilangan bulat ini sering muncul ketika seseorang harus meproduksi barang dengan satuan bilangan bulat, seperti membuat kursi, meja, atau menghitung banyaknya mesin yang akan digunakan. Sedangkan bilangan biner digunakan untuk menentukan sebuah keputusan yaitu apakah suatu pekerjaan atau proyek harus dikerjakan atau tidak.

  • DAFTAR ISI

    Kata Pengantar

    Pendahuluan Bab I. Tinjauan Teori-teori sebagai Dasar Program Linear

    1. Himpunan Konveks ................................................................................... 1 2. Titik Ekstrim ............................................................................................. 2 3. Sinar dan Arah Himpunan Konveks ......................................................... 2 4. Arah Ekstrim Himpunan Konveks ............................................................. 4 5. Bidang Banyak dan Ruang Paruh ............................................................. 5 6. Fungsi Konveks dan Fungsi Konkav ......................................................... 6 7. Representasi Himpunan Polihedral (Polihedron) ...................................... 8 8. Teorema Representasi Bentuk Umum ..................................................... 9

    Bab II. Pengenalan Program Linear ..................................................................... 13 1. Penyelesaian dengan Metode Grafik ...................................................... 13 2. Penyelesaian dengan Metode Simpleks .................................................. 19

    a. Kasus masalah dengan fungsi tujuan maksimum ....................... 19 b. Kasus masalah dengan fungsi tujuan minimum .......................... 27

    3. Primal dan Dual ...................................................................................... 31 a. Masalah Primal dan Dual ......................................... 31 b. Hubungan Primal dan Dual ......................................................... 34

    4. Program Komputer Lindo, Lingo, dan Solver ........................................ 36 a. Lindo ........................................................................................... 36 b. Menyelesaikan Masalah Program Linear dengan Lindo ............. 43 c. Lingo untuk Menyelesaikan Program Linear ............................. 48 d. Solver untuk Menyelesaikan Program Linear ............................. 50

    Bab III. Transportasi ........................................................................................... 60 1. Metode Transportasi ...................................................................................... 60 2. Permasalahan dalam Metode Transportasi .................................................... 60

    a. Beberapa Metode dalam Penyelesaian Masalah Transportasi (Penyelesaian awal) ................................................................................. 62

    i. North West Corner (NWC) ......................................................... 62 ii. Metode Inspeksi ......................................................................... 63 iii. Metode VAM ( Vogel Approximation Method) ......................... 67

    b. Menentukan Nilai Optimal ...................................................................... 74 i. Metode Steppingstone ................................................................ 74 ii. Modified Distribution Method (MODI) ...................................... 79

  • c. Penyelesaian Masalah dengan Program Komputer ................................. 83 i. Program Lindo untuk Menyelesaikan Masalah Transportasi ..... 83 ii. Program Lingo untuk Menyelesaikan Masalah Transportasi ..... 88 iii. Program Solver untuk Menyelesaikan Masalah Transportasi ..... 92

    d. Masalah Transportasi Pasar Tidak Seimbang ........................................ 95

    Bab IV. Penugasan dan Transshipment ........................................................... 108 1. Penugasan ............................................................................................. 108

    i. Menyelesaikan Masalah Penugasan dengan Metode Hongaria 108 ii. Menyelesaikan Masalah Penugasan dengan Program Komputer111 iii. Program Lindo untuk Menyelesaikan Masalah Penugasan . . 111 iv. Program Solver untuk Menyelesaikan Masalah Penugasan . . 113

    2. Transshipment ....................................................................................... 117 i. Program Lingo untuk Menyelesaikan Masalah Transshipment 119

    ii. Program Solver untuk Menyelesaikan Masalah Transshipment 122

    Bab V. Analisis Jaringan ................................................................................... 125 1. Masalah Lintasan Terpendek ................................................................ 127 2. Masalah Diagram Pohon Terpendek ................................................... 133 3. Masalah Aliran Maksimum .................................................................. 135 4. Menyelesaikan proyek dengan PERT dan CPM .................................... 140

    Bab VI. Program Linear Bilangan Bulat ........................................................... 149 1. Metode Branch and Bound ................................................................... 151 2. Penyelesaian Program Linear Bilangan Bulat dengan Program Lindo.. 154 3. Penyelesaian Program Linear Bilangan Bulat dengan Program Solver . 155

    Daftar Pustaka .................................................................................................... 166 Indeks ................................................................................................................. 167

  • KATA PENGANTAR

    Puji Syukur Kehadirat Ilahi yang telah memberi karuniaNya sehingga buku Program Linear Berbantuan Komputer: Lindo, Lingo dan Solver dapat terselesaikan. Buku ini ditujukan kepada mahasiswa matematika, ekonomi dan teknik terutama mahasiswa yang mempelajari program linear dan memanfaatkan komputer sebagai alat bantu dalam menyelesaikan masalah program linear. Buku ini ditulis bertujuan untuk melengkapi buku-buku program linear yang perhitungannya mengunakan perhitungan manual. Akibatnya dalam pengambilan masalah sering membatasi dengan sedikit variabel.

    Dalam buku ini, penyelesaian suatu masalah akan dikerjakan dengan cara perhitungan manual, kemudian diselesaikan dengan bantuan komputer khususnya program Lindo, Lingo atau Solver. Dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu hitung, maka masalah perhitungan dan banyaknya variabel bukan menjadi kendala lagi. Untuk mahasiswa ekonomi maupun teknik, dapat langsung memulai dari Bab II dan seterusnya, sedangkan mahasiswa matematika perlu memahami terlebih dulu teori yang berada pada Bab I.

    Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Penjaminan Mutu Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk penulisan buku ini. Selanjutnya saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan guna penyempurnaan buku ini.

    Semarang, Agustus 2007 Penulis

  • 1

    BAB I Sekilas tentang Teori-teori sebagai Dasar Program Linear 1. Himpunan konveks

    Sebuah himpunan X dalam Rn disebut himpunan konveks apabila memenuhi sifat

    berikut: jika diberikan sebarang dua titik x1 dan x2 di dalam X, maka x1 + (1- )x2 X

    untuk setiap [0 , 1]. Selanjutnya kita ketahui bahwa x1 + (1 - )x2 untuk dalam

    interval [0 , 1], menggambarkan titik-titik yang terletak pada ruas garis yang

    menghubungkan x1 dan x2. Sebarang titik dalam bentuk x1 + (1- )x2 dengan 0 1

    disebut kombinasi konveks dari x1 dan x2. Jika (0 , 1), maka bentuk x1 + (1- )x2

    disebut kombinasi konveks sempurna.

    Dalam pengertian geometri, himpunan konveks dan himpunan tidak-konkveks

    dapat digambarkan sebagai berikut:

    a. Himpunan konveks b. Himpunan tidak-konveks

    Gambar 1.1. Contoh himpunan konveks dan himpunan tidak konveks. Pada gambar sebelah kiri (Gambar 1.1.a), untuk semua kombinasi konveks dari x1

    dan x2 berada dalam X, sedangkan pada gambar sebelah kanan (Gambar 1.1.b), terdapat

    kombinasii konveks dari x1 dan x2 yang berada diluar X. Jadi gambar sebelah kiri adalah

    menggambarkan himpunan konveks, sedangkan himpunan gambar sebelah kanan adalah

    menggambarkan himpunan tidak-konveks.

    Berikut adalah contoh-contoh himpunan konveks:

    1. { }1xx:)x,x( 222121 + 2.

    =++

    +

    +

    = 0,,,1,110

    011

    001

    x:x 321321321

  • 2

    2. Titik Ekstrim

    Dalam kajian pada program linear, titik ekstrim sangat berperan dalam

    menentukan nilai optimum suatu masalah. Sebuah titik dalam himpunan konveks X disebut

    titik ekstrem dari himpunan X, jika titik x tersebut tidak dapat dinyatakan dengan kombinasi

    konveks sempurna dari dua titik yang berbeda dalam X. Dengan kata lain jika x titik

    ekstrim dan x = x1 + (1- )x2, dengan (0 , 1) dan x1, x2 X, maka x = x1 = x2.

    Gambar berikut memperlihatkan titik ekstrim dan bukan titik ekstrim.

    Gambar 1. 2. Titik-titik pada himpunan konveks X.

    Titik x1 adalah titik ekstrimdari X, sedangkan x2 dan x3 bukan titik ekstrim dari X.

    3. Sinar dan Arah Himpunan Konveks

    Sinar pada Himpunan Konveks

    Misalkan X himpunan konveks. Sinar adalah himpunan titik-titik yang berbentuk

    {x0 + d : 0} dimana d vektor tak-nol. Dalam hal ini, x0 disebut titik ujung dari sinar,

    dan d adalah arah sinar.

    Arah Himpunan Konveks

    Misalkan X himpunan konveks, vektor tak-nol d disebut arah suatu himpunan X, jika untuk

    setiap x0 di X, {x0 + d : 0} juga di X. Oleh karena itu seseorang dapat mengambil

    sebarang titik x0 di X, dan menariknya dengan memperpanjang atau memperpendek

    (recede) d dengan 0 , maka akan tetap berada di X.

    Jelas apabila X terbatas, maka X tidak mempunyai arah.

  • 3

    d1

    d1

    d2 d1

    d

    Contoh 1.1

    Tentukan arah himpunan polihedral X = {x : Ax b, x 0}.

    Jawaban

    Misalkan d arah himpunan X, maka untuk setiap 0 dan x X, d 0 dan memenuhi

    A(x + d) b .... (1)

    x + d 0 .... (2)

    Karena x X, maka memenuhi Ax b.

    Dari (1) dengan mengambil 0 cukup besar (lim ) diperoleh Ad 0. Dengan cara

    serupa dari (2) akan diperoleh d 0.

    Jadi d arah himpunan X jika dan hanya jika d 0, d 0, dan Ad 0.

    Dengan cara serupa untuk X = {x : Ax = b, x 0} dan d arah himpunan X, maka d 0, d

    0 dan Ad 0.

    Contoh 1. 2.

    Tentukan arah himpunan X = {(x1,x2) : x1 + x2 1, x1 - x2 -2, x1 0, dan x2 0 }.

    Jawaban

    Gambar 1. 3. Himpunan X = {(x1,x2) : x1 + x2 1, x1 - x2 -2, x1 0, dan x2 0 }

    Misalkan x0 = (x1,x2) sebarang titik di X dan d = (d1,d2) arah himpunan X.

  • 4

    Karena d = (d1,d2) arah himpunan X, maka d 0 dan untuk setiap 0, berlaku

    x0 + d = (x1 + d1 , x2 + d2) X akibatnya:

    x1 + d1 + x2 + d2 1 ... (1)

    x1 + d1 - x2 - d2 -2 ... (2)

    x1 + d1 0 ... (3)

    x2 + d2 0 ... (4)

    Dari (1) dapat dubah menjadi x1 + x2 + (d1 + d2) 1 Karena x1 dan x2 tetap dan dengan

    sebarang, maka untuk yang cukup besar berlaku d1 + d2 0 atau d2 -d1. Persamaan

    (2) juga dapat diubah menjadi x1 - x2 + (d1 - d2) -2. Dari persamaan terakhir ini dengan

    mengambil x1 dan x2 tetap dan dengan sebarang, maka untuk yang cukup besar

    berlaku d1 d2 0 atau d2 d1.

    Dengan cara serupa dari (3) dan (4) kita peroleh d1 0 dan d2 0. Sehingga secara

    keseluruhan diperolah d2 - d1, d2 d1, d1 0 dan d2 0. Dari keempat hasil ini dapat

    disederhanakan menjadi d1 0 dan 0 d2 d1.

    4. Arah Ekstrim Himpunan Konveks

    Pendefinisian arah ekstrim himpunan mirip dengan titik ekstrim. Suatu arah ekstrim

    himpunan konveks adalah arah suatu himpunan konveks yang tidak dapat di

    representasikan dengan kombinasi positif dari dua arah himpunan yang berbeda. Dua

    vektor d1, d2 dikatakan berbeda atau tidak ekivalen jika d1 tidak dapat direpresentasikan

    dengan perkalian positif dengan kelipatan d2.

    Pada Contoh 2 di atas, maka d1 = (1,0) dan d2 = (2/2 , 2/2) adalah arah ekstrim yang telah

    di normalkan. Untuk setiap arah himpunan konveks dapat dinyatakan sebagai kombinasi

    dari d1 dan d2 yaitu dalam bentuk 1d1 + 2d2, dengan 1, 2 > 0. Dengan demikian setiap

    arah himpunan yang berbentuk d = (d1 , d2) dengan d1 0 dan 0 d2 d1 dapat ditulis

    dalam bentuk 1d1 + 2d2. Misalnya arah d = (5, 2) adalah memenuhi syarat untuk arah

    dari X, maka apabila kita tuliskan dalam bentuk kombinasi linear 1d1 + 2d2, diperoleh

    1 = 3 dan 2 = 22.

  • 5

    5. Hyperplane dan Halfspace

    Bidang banyak (Hyperplane) di Rn adalah bentuk generalisasi dari garis di R2 atau

    sebuah bidang di R3. Bidang banyak H di Rn adalah himpunan yang berbentuk {x:px = k}

    dimana p vektor tak nol di Rn dan k suatu skalar. Disini p disebut normal dari bidang

    banyak.

    Bidang banyak terdiri dari semua titik x = (x1, x2, ..., xn) yang memenuhi persamaan

    =

    =

    n

    1jjj kxp . Konstan k dapat dieliminasikan dengan menggunakan suatu titik tertentu

    misalnya x0 di H. Jika x0 H, maka akan memenuhi px0 = k, dan setiap x H, kita miliki

    px = k. Jadi dengan proses mengurangkannya kita peroleh p(x - x0) = 0, dimana x0

    sebarang titik tetap di H.

    Bidang banyak adalah konveks.

    Gambar berikut adalah bidang banyak dan vektor normal p, dimana p ortogonal

    terhadap x - x0.

    Gambar 1.4. Bidang banyak

    Bidang banyak membagi Rn dalam dua daerah, yang disebut ruang paruh

    (halfspaces). Dengan demikian ruang paruh adalah himpunan titik-titik yang berbentuk {x:

    px k}, dimana p vektor tak-nol di Rn dam k skalar. Sedangkan ruang paruh yang satunya

    akan berbentuk

  • 6

    {x: px k}. Irisan kedua ruang paruh adalah bidang banyak dan gabungan kedua ruang

    paruh tersebut adalah Rn.

    Gambar 1.5. Ruang Paruh.

    Berkaitan dengan x0 titik tetap di bidang banyak, maka kedua ruang paruh dapat

    dinyatakan dengan {x : p(x x0) 0} atau {x : p(x x0) 0}. Gambar di atas

    memperlihatkan ruang paruh yang pertama yang terdiri dari titik-titik x sedemikian hingga

    (x x0) membentuk sudut lancip ( 90) terhadap p, dan ruang paruh yang kedua terdiri

    dari titik-titik x sedemikian hingga (x x0) membentuk sudut tumpul ( 90) terhadap p.

    6. Fungsi konveks dan fungsi konkav

    Fungsi f : Rn R disebut konveks jika untuk dua vektor x1 dan x2 di Rn berlaku:

    f (x1 + (1- )x2) f (x1) + (1- ) f (x2), untuk semua [0 , 1].

    Selanjutnya fungsi f : Rn R disebut konkav jika -f adalah fungsi konveks. Jadi fungsi f

    adalah konkav jika memenuhi pertidaksamaan berikut:

    f (x1 + (1- )x2) f (x1) + (1- ) f (x2), untuk semua [0 , 1].

    Fungsi konveks dan fungsi konkav dapat diilustrasikan seperti gambar berikut:

  • 7

    (a) (b) (c)

    Gambar 1.6. Contoh fungsi konveks dan fungsi konkav

    Gambar (a) adalah fungsi konveks, f (x1) + (1- ) f (x2) digambarkan sebagai titik

    pada tali busur yang menghubungkan f (x1) dan f (x2), sedangkan f (x1 + (1- )x2) adalah

    titik pada f yang menghubungkan f (x1) dan f (x2).

    Dapat dilihat dari gambar bahwa f (x1) + (1- ) f (x2) berada diatas f (x1 + (1- )x2).

    Jadi f (x1 + (1- )x2) f (x1) + (1- ) f (x2), yang berarti f konveks.

    Dengan analogi yang sama, maka dapat dilihat bahwa gambar (b) adalah fungsi konkav

    dan gambar (c) menggambarkan fungsi yang bukan konveks maupun konkav.

  • 8

    7. Representasi Himpunan Polihedral (Polihedron)

    Polihedral adalah sebuah bangun yang dibentuk oleh beberapa halfspace atau sebuah

    bangun yang dibentuk oleh oleh sistem pertidaksamaan linear. Misalnya, X adalah

    Polihedral yang dibatasi oleh:

    -3x1 + x2 -2 - x1 + x2 2 -x1 + 2x2 8 -x2 -2 x1 0, x2 0.

    Polihedral dapat merupakan hipunan terbatas, dan dapat pula tak terbatas.

    a. Himpunan Polihedral terbatas Himpunan Polihedral terbatas adalah himpunan polihedral yang memenuhi kriteria bahwa

    terdapat bilangan k sehingga untuk setiap x pada himpunan berlaku x < k.

    Gambar 5 adalah polihedral terbatas dengan enam halfspace dan memiliki enam

    titik ekstrim, yaitu x1, x2, x3, x4, x5, x6.

    x adalah titik di dalam polihedral, maka x dapat dinyatakan dengan kombinasi konveks y

    dan x1 :

    x = y + (1 ) x1, dengan (0 , 1).

    Selanjutnya y itu sendiri merupakan kombinasi konveks dari x3 dan x4:

    y = x3 + (1 ) x4, dengan (0 , 1).

    Gambar 1.7. Representasi sebuah titik dalam polihedral terbatas terhadap titik-titik ekstrem

  • 9

    Dengan mensubstitusikan x3 dan x4 kedalam y maka kita peroleh:

    x = x3 + (1 ) x4 + (1 ) x1

    Karena (0 , 1) dan (0 , 1), maka , (1 ) , (1 ) (0 , 1). Juga memenuhi

    + (1 ) + (1 ). Dengan kata lain, x dapat direpresentasikan sebagai kombinasi konveks terhadap titik-titik ekstrim x1, x3, x4.

    Hal ini dapat diambil genaralisasi bahwa setiap titik dalam himpunan polihedral terbatas,

    dapat dinyatakan sebagai kombinasi konveks dari titik-titik ekstrimnya.

    b. Himpunan Polihedral tak-terbatas

    Dalam polihedral tak-terbatas, maka sebuah titik dapat di representasikan dalam

    kombinasi titik ekstrim dan arah ekstrim himpunan. Gambaran berikut adalah sebuah titik

    representasi sebuah titik pada polihedral tak terbatas.

    Gambar 1.8. Repesentasi titik pada Polihedral tak-terbatas

    Misalkan x X sebarang, maka x = s + d, s dapat dinyatakan dengan kombinasi konveks

    dari x2 dan x4 yaitu s = 1x1 + 2x2 sedangkan d dapat dinyatakan dengan kombinasi dari

    d1 dan d2, yaitu d = 1d1 + 2d2. Jadi x = 1x1 + 2x2 + 1d1 + 2d2.

  • 10

    8. Teorema Representasi Bentuk Umum

    Misalkan X = {x : Ax b, x 0} himpunan tak-kosong (polihedron). Maka

    himpinan titik-titik ekstrim tak-kosong dan banyaknya titik-titik tersebut berhingga, sebut x1,

    x2, x3, . . . , xk. Selanjutnya himpunan arah adalah kosong jika dan hanya jika X terbatas.

    Jika X tak-terbatas, maka himpunan arah tak-kosong dan memiliki sejumlah berhingga

    vektor, sebut d1, d2, . . ., dm. Kemudian, x X jika dan hanya jika x dapat dinyatakan

    sebagai kombinasi konveks dari x1, x2, x3, . . . , xk ditambah dengan kombinasi linear tak

    negatif dari d1, d2, . . ., dm yaitu,

    ========

    ++++====m

    jjj

    k

    jjj dxx

    11

    ====

    ====

    k

    jj

    11 ,

    m,...,,j,k,...,,j,

    jj

    210210

    ====

    ====

    Bukti.

    Tidak dibuktikan dalam buku ini.

    Akibat.

    Untuk sebarang x*X dapat direpresentasikan sebagai

    ========

    ++++====m

    jjj

    k

    jjj* dxx

    11 ,

    ====

    ====

    k

    jj

    11 ,

    m,...,,j,,k,...,,j, jj 210210 ======== .

    Soal-soal

    1. Tunjukkan bahwa hyperplane H = {x : px = k} dan halfspace H*= {x : px k} adalah

    himpunan konveks.

    2. Buatlah grafik yang menggambarkan himpunan yang memenuhi

    {(x1,x2) : -x1 + x2 2, x1 + 2x2 8, x1 0, x2 0}. Apakah himpunan ini konveks ?

    3. Buatlah grafik yang menggambarkan himpunan yang memenuhi

    {(x1,x2) : x1 + x2 2, x1 8, x1 0, x2 0}. Apakah himpunan ini konveks ?

  • 11

    4. Misalkan a1 = (1 , 0), a2 = (2 , 3), a3 = (-1 , 4), a4 = (5 , -3), a5 = (-4 , 4). Ilustrasikan

    secara geometri kombinasi konveks dari ke-lima titik ini.

    5. Tentukan fungsi-fungsi berikut konveks, konkaf atau tidak keduanya.

    a. f(x) = 2x

    b. f(x) = x2

    c. f(x) = x3

    d. f(x1,x2) = x1 2 + 3 x2

    6. Misalkan himpunan X = {(x1,x2) : x1 + 2x2 2, x1 - 2x2 -6, x1 0, dan x2 1}.

    Tentukan arah himpunan X ini.

    7. Diketahui himpunan X = {(x1,x2) : x1 + 2x2 2, x1 - 2x2 -6, x1 0, dan x2 1}.

    Nyatakan titik-titik berikut sebagai kombinasi konveks dan arah himpunan:

    a. (1 , 1)

    b. (1 , 2)

    c. (2 , 1)

    d. (3 , 2)

    e. (6 , 3)

  • 60

    BAB III Transportasi 1. Metode Transportasi

    Metode transportasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengatur distribusi dari

    sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama atau sejenis ke tempat tujuan

    secara optimal. Distribusi ini dilakukan sedemikian rupa sehingga permintaan dari

    beberapa tempat tujuan dapat dipenuhi dari beberapa tempat asal yang masing-masing

    dapat memiliki permintaan atau kapasitas yang berbeda. Dengan menggunakan metode

    transportasi, dapat diperoleh suatu alokasi distribusi barang yang dapat meminimalkan

    total biaya transportasi. Selain untuk mengatur distribusi pengiriman barang, metode

    transportasi juga dapat digunakan untuk masalah lain, seperti penjadwalan dalam proses

    produksi agar memperoleh total waktu proses pengerjaan yang terendah, penempatan

    persediaan agar mendapatkan total biaya persediaan terkecil, atau pembelanjaan modal

    agar mendapatkan hasil investasi yang terbesar. Dalam kaitannya dengan perencanaan

    fasilitas, metode transportasi dapat digunakan untuk memilih suatu lokasi yang dapat

    meminimalkan total biaya operasi.

    Suatu perusahaan memerlukan pengelolaan data dan analisis kuantitatif yang akurat,

    cepat serta praktis dalam penggunaannya. Dalam perhitungan secara manual

    membutuhkan waktu yang lebih lama, sementara pertimbangan efisiensi waktu dalam

    perusahaan sangat diperhatikan. Dengan demikian diperlukan adanya suatu alat, teknik

    maupun metode yang praktis, efektif dan efisien untuk memecahkan permasalahan

    tersebut.

    2. Permasalahan dalam Metode Transportasi

    Masalah ini merupakan masalah pengangkutan sejenis barang dari beberapa sumber ke

    beberapa tujuan. Pengalokasian produk dari sumber yang bertindak sebagai penyalur ke

    tujuan yang membutuhkan barang bertujuan agar biaya pengangkutannya seminimal

    mungkin dari seluruh permintaan dari tempat tujuan dipenuhi. Model transportasi

  • 61

    digunakan untuk menyelesaikan masalah distribusi barang dari beberapa sumber ke

    beberapa tujuan. Asumsi sumber dalam hal ini adalah tempat asal barang yang hendak

    dikirim, sehingga dapat berupa pabrik, gudang, grosir, dan sebagainya. Sedangkan tujuan

    diasumsikan sebagai tujuan pengiriman barang. Dengan demikian informasi yang harus

    ada dalam masalah transportasi meliputi: banyaknya daerah asal beserta kapasitas

    barang yang tersedia untuk masing tempat, banyaknya tempat tujuan beserta permintaan

    (demand) barang untuk masing-masing tempat dan jarak atau biaya angkut untuk setiap

    unit barang dari suatu tempat asal ke tempat tujuan.

    Untuk lebih jelasnya marilah kita bahas contoh masalah transportasi yang terlihat

    pada Tabel 1.1. berikut:

    Tabel 1.1 Kapasitas pabrik, Permintaan di Lapangan (Demand), dan biaya satuan

    pengangkutan

    Origin

    (Tempat

    Asal)

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas

    Pabrik

    D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9

    100 O1

    8 1 6 6 7

    90 O2

    1 12 4 7 7

    70 O3

    10 15 6 9 1

    90 O4

    Demand

    (Permin-

    taan)

    80 50 90 60 70 350

    Tabel 1.1. di atas menggambarkan bahwa jumlah kapasitas pabrik O1, O2, O3, dan

    O4 berturut-turut: 100, 90, 70, dan 90, sedangkan permintaan pasar di lapangan D1, D2, D3,

    D4, dan D5 berturut-turut 80, 50, 100, 60, dan 70. Biaya satuan dari pabrik O1 ke

  • 62

    permintaan D1 adalah 12, biaya satuan dari pabrik O1 ke permintaan D2 adalah 4, dan

    seterusnya, sampai biaya satuan dari pabrik O3 ke permintaan D5 adalah 1. Untuk

    menyelesaikan permasalahan transportasi ini ada beberapa metode antara lain: Metode

    North West Corner (NWC), metode Inspeksi, dan metode pendekatan Vogel (Vogel

    Approximation Methods atau disingkat VAM).

    a. Beberapa Metode dalam Penyelesaian Masalah Transportasi (Penyelesaian awal)

    i. North West Corner (NWC)

    Sesuai nama aturan ini, maka penempatan pertama dilakukan di sel paling kiri dan

    paling atas (northwest) matriks kemudian bergerak ke kanan atau ke bawah sesuai

    permintaan dan kapasitas produksi yang sesuai.

    Besar alokasi ini akan mencukupi salah satu, kapasitas tempat asal baris pertama

    dan atau permukaan tempat tujuan dari kolom pertama. Jika kapasitas tempat asal

    pertama terpenuhi kita bergerak ke bawah menyusur kolom pertama dan menentukan

    alokasi yang akan mencukupi atau kapasitas tempat asal baris kedua atau mencukupi

    tujuan yang masih kurang dari kolom pertama. Di lain pihak, jika alokasi pertama

    memenuhi permintaan tempat tujuan di kolom pertama, kita bergerak ke kanan di baris

    pertama dan kemudian menentukan alokasi yang kedua atau yang memenuhi kapasitas

    tersisa dari baris satu atau memenuhi permintaan tujuan dari kolom dua dan seterusnya.

    Untuk masalah seperti pada Table 1.1 di atas, maka apabila diselesaikan dengan metode

    NWC akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

    Penggunaan metode NWC mengharuskan sel O1 D1, yang terletak di sudut kiri atas diisi.

    Alokasi diterapkan X11 = 80 unit untuk memenuhi permintaan yang ternyata lebih kecil dari

    kapasitas O1. Ini berarti permintaan tujuan D1= 80 dapat dipenuhi dari O1. Ternyata

    produksi O1 masih mempunyai (100 - 80) = 20 unit kapasitas yang belum disalurkan. Sisa

    yang 20 unit ini di alokasikan kepada permintaan D2 yang permintaannya 50 unit. Untuk

    memenuhi kekurangan kebutuhan D2, yaitu kurang 30 unit maka diambil dari D2 dengan

    demikian maka sel O1D2 atau X12 = 20 dan sel O2D2 atau X22 = 30. Sisa produksi D2

    setelah dikurangi 30 unit adalat 60 unit, sisa ini di alokasikan ke sel O2D3 atau X23 yang

    secara keseluruhan. Permintaan D3 adalah 90 unit dan telah tersedia 60 unit dari O2.

  • 63

    Kekurangan 30 unit diambilkan dari produksi O3 sehingga X23 = 70 dan X33 = 30. Sisa

    produksi O3 sebanyak 40 unit yaitu (70-30) di alokasikan ke permintaan D4 dan permintaan

    D4 sebanyak 60 unit dilengkapi dengan mengambil 20 unit dari produksi O4. Dengan

    demikian produksi O4 tersisa 70 unit dialokasikan ke permintaan D5.

    Tabel 2.1. Matriks biaya transportasi tiap barang dan jumlah alokasi distribusi barang dari tempat asal (pabrik) ke tempat tujuan (kota tujuan)

    Tempat

    Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas

    Pabrik D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9

    100 O1 80 20

    8 1 6 6 7

    90 O2 30 60

    1 12 4 7 7

    70 O3 30 40

    10 15 6 9 1

    90 O4 20 70

    Permin-

    taan

    80 50 90 60 70 350

    Berdasarkan Tabel 2.1 di atas diperoleh sistem transportasi sebagai berikut: Sel O1D1 atau

    X11 = 80, sel O1D2 atau X12 = 20, sel O2D2 atau X22 = 30, sel O2D3 atau X23 = 60, sel O3D3

    atau X33 = 30, sel O3D4 atau X34 = 40, sel O4D4 atau X44 = 20, dan sel O4D5 atau X45 = 70.

    Besarnya biaya transportasi dengan metode NWC adalah

    80 (12) + 20 (4) + 30 (1) + 60 (6) + 30 (4) + 40 (7) + 20 (9) + 70 (1) = 2.080.

    ii. Metode Inspeksi

    Metode ini untuk persoalan transportasi berdimensi kecil, hal ini akan memberikan

    pengurangan waktu. Alokasi pertama dibuat terhadap sel yang berkaitan dengan biaya

    pengangkutan terendah. Sel dengan ongkos terendah ini diisi sebanyak mungkin dengan

    mengingat persyaratan kapasitas produksi (origin) maupun permintaan tempat tujuan.

  • 64

    Kemudian beralih ke sel termurah berikutnya dan mengadakan alokasi dengan

    memperhatikan kapasitas yang tersisa dari permintaan baris dan kolom. Dalam

    perhitungannya metode ini membuat matriks sesuai dengan persyaratan. Untuk

    permasalahan transportasi di atas apabila dilakukan dengan metode Inspeksi maka

    langkah-langkahnya sebagai berikut:

    Biaya terkecil adalah 1 yaitu pada sel O2D2, O3D1, dan O4D5. Sel-sel ini kita isi dengan

    memperhatikan kapasitas dan permintaan, yaitu dengan mencari nilai minimum dari

    keduanya.

    Sel O2D2 kita isi 50, sehingga kapasitas O2 menjadi 40 dan permintaan D2 menjadi 0,

    kemudian kolom D2 kita tandai dan tidak kita olah pada program selanjutnya.

    Sel O3D1 kita isi 70, sehingga kapasitas O3 menjadi 0 dan permintaan D2 menjadi 10,

    kemudian baris O3 kita tandai dan tidak kita olah pada program selanjutnya.

    Sel O4D5 kita isi 70, sehingga kapasitas O4 menjadi 20 dan permintaan D5 menjadi 0,

    kemudian kolom D5 kita tandai dan tidak kita olah pada program selanjutnya.

    Hasil perhitungan di atas ini dapat dilihat pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2.

    Tempat

    Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas

    Pabrik D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9

    100 O1

    8 1 6 6 7 40

    90 O2 50

    1 12 4 7 7 0

    70 O3 70

    10 15 6 9 1 20

    90 O4 70

    Permin-

    taan

    10 0 0

    80 50 90 60 70 350

  • 65

    Biaya terkecil selanjutnya adalah 5 yang terletak pada sel O1D4. Sel O1D4 kita isi minimum

    dari kapasitas O1dan permintaan D4, sehingga kita isi dengan 60 unit. Dengan pengisian

    60 unit pada sel O1D4 maka kapasitas O1 menjadi 40 dan permintaan D4 menjadi 0,

    kemudian kolom D4 kita tandai dan tidak kita olah pada program selanjutnya. Hasil

    perhitungan ini dapat kita hihat pada Tabel 2.3.

    Tabel 2.3.

    Tempat

    Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas

    Pabrik

    D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9 40

    100 O1 60

    8 1 6 6 7 40

    90 O2 50

    1 12 4 7 7 0

    70 O3 70

    10 15 6 9 1 20

    90 O4 70

    Permin-

    taan

    10 0 50 30 0 0

    80 50 90 60 70 350

    Biaya terkecil selanjutnya adalah 6 yang terletak pada sel O2D3. dan sel O4D3. Sel O2D3

    kita isi minimum dari sisa kapasitas O2 dan permintaan D3, sehingga kita isi dengan 40

    unit. Dengan pengisian 40 unit pada sel O2D3 maka kapasitas O2 menjadi 0 dan

    permintaan D3 menjadi 50, kemudian baris O2 kita tandai dan tidak kita olah pada program

    selanjutnya. Sel O4D3 kita isi minimum dari sisa kapasitas O4 dan sisa permintaan D3,

    sehingga kita isi dengan 20 unit. Dengan pengisian 20 unit pada sel O4D3 maka kapasitas

    O4 menjadi 0 dan permintaan D3 menjadi 30, kemudian baris 42 kita tandai dan tidak kita

    olah pada program selanjutnya.

    Hasil perhitungan ini dapat kita hihat pada Tabel 2.4.

  • 66

    Tabel 2.4.

    Tempat

    Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas

    Pabrik D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9 40

    100 O1 60

    8 1 6 6 7 40

    90 O2 50 40

    1 12 4 7 7 0

    70 O3 70

    10 15 6 9 1 20

    90 O4 20 70

    Permin-

    taan

    10 0 50 30 0

    80 50 90 60 70 350

    Selanjutnya kekurangan dari permintaan D1 sebanyak 10 unit, dan kekurangan permintaan

    D2 sebanyak 30 unit di alokasikan dari sisa produksi D1 yang besarnya 40 unit. Dengan

    demikian maka semua permintaan maupun pemawaran telah selesai dan diperoleh Tabel

    2.5 berikut.

    Tabel 2.5.

    Tempat

    Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas

    Pabrik D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9 40

    100 O1 10 30 60

    8 1 6 6 7 40

    90 O2 50 40

    1 12 4 7 7 0

    70 O3 70

    10 15 6 9 1 20

    90 O4 20 70

    Permin-

    taan

    10 0 50 30 0 0

    80 50 90 60 70 350

  • 67

    Berdasarkan Tabel 2.5 di atas diperoleh sistem transportasi sebagai berikut: X11 = 10, X13

    = 30, X14 = 60, X22 = 50, X23 = 40, X31 = 70, X43 = 20, dan X45 = 70. Besarnya biaya

    transportasi dengan metode Inspeksi adalah

    10 (12) + 30 (9) + 60 (5) + 50 (1) + 40 (6) + 70 (1) + 20 (6) + 70 (1) = 1240.

    iii. Metode VAM ( Vogel Approximation Method)

    Metode VAM ini didasarkan atas beda kolom dan beda baris yang menentukan

    perbedaan antara dua ongkos termurah dalam satu kolom atau satu baris. Setiap

    perbedaan dapat dianggap sebagai penalti, karena menggunakan route termurah. Beda

    baris atau beda kolom berkaitan dengan penalti tertinggi, merupakan baris atau kolom

    yang akan diberi alokasi pertama. Alokasi pertama ini, atau menghabiskan tempat

    Kapasitas produksi, atau menghabiskan permintaan tujuan atau kedua-duanya.

    Untuk memperjelas metode ini, marilah kita mengerjakan soal yang sama dengan diatas

    dengan menggunakan metode VAM.

    Masalah transportasi ini adalah:

    Tabel 2.6.

    Tempat

    Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas

    Pabrik

    Beda

    Baris D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9

    O1 100

    8 1 6 6 7

    O2 90

    1 12 4 7 7

    O3 70

    10 15 6 9 1

    O4 90

    Permin-

    taan

    80 50 90 60 70 350

    Beda

    Kolom

  • 68

    Besarnya beda baris dan beda kolom adalah sebagai berikut.

    Tabel 2.7. Beda baris dan beda kolom.

    Baris atau kolom Dua biaya termurah Beda baris atau beda kolom

    Baris O1 4 dan 5 1 Baris O2 1 dan 6 5 Baris O3 1 dan 4 3 Baris O4 1 dan 6 5 Kolom D1 1 dan 8 7 Kolom D2 1 dan 4 3 Kolom D3 4 dan 6 2 Kolom D4 5 dan 6 1 Kolom D5 1 dan 7 6

    Beda baris atau beda kolom terbesar adalah 7 yaitu pada kolom D1, biaya termurah kolom

    D1 adalah 1 yaitu pada sel O3D1. Oleh karena itu sel O3D1 ini diisi terlebih dahulu, yang

    besarnya adalam minimum kapasitas O3 dan permintaan D1 yaitu 70. Dengan mengisi sel

    O3D1 sebesar 70, maka kapasitas O3 menjadi 0 dan permintaan D1 menjadi 10. Dengan

    demikian baris O3 kita tandai dan tidak dimasukkan dalam program selanjutnya.

    Hasil perhitungan ini dapat kita lihat pada Tabel 2.8. Tabel 2.8.

    Origin (Tempat

    Asal)

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas Pabrik

    Beda Baris D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9 O1 100 1

    8 1 6 6 7 O2 90 5

    1 12 4 7 7 O3 70 70 3

    10 15 6 9 1 O4 90 5

    Demand (Permin-

    taan)

    10

    80 50 90 60 70 350

    Beda Kolom

    7 3 2 1 6

  • 69

    Besarnya beda baris dan beda kolom berikutnya adalah sebagai berikut.

    Tabel 2.9. Beda baris dan beda kolom

    Baris atau kolom Dua biaya termurah Beda baris atau beda kolom

    Baris O1 4 dan 5 1 Baris O2 1 dan 6 5 Baris O4 1 dan 6 5 Kolom D1 8 dan 10 2 Kolom D2 1 dan 4 3 Kolom D3 6 dan 6 0 Kolom D4 5 dan 6 1 Kolom D5 1 dan 7 6

    Beda baris atau beda kolom terbesar adalah 6 yaitu pada kolom D5, biaya termurah kolom

    D5 adalah 1 yaitu pada sel O4D5. Oleh karena itu sel O4D5 ini diisi terlebih dahulu, yang

    besarnya adalam minimum kapasitas O4 dan permintaan D5 yaitu 70. Dengan mengisi sel

    O4D5 sebesar 70, maka kapasitas O4 menjadi 20 dan permintaan D5 menjadi 0. Dengan

    demikian kolom D5 kita tandai dan tidak dimasukkan dalam program selanjutnya.

    Hasil perhitungan ini dapat kita lihat pada Tabel 2.10.

    Tabel 2.10.

    Tempat Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas Pabrik

    Beda Baris D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9 O1 100 1

    8 1 6 6 7 O2 90 5

    1 12 4 7 7 0 O3 70 70

    10 15 6 9 1 20 O4 70 90 5

    Permin-taan

    10 0

    80 50 90 60 70 350

    Beda Kolom

    2 3 0 1 6

  • 70

    Besarnya beda baris dan beda kolom berikutnya adalah sebagai berikut.

    Tabel 2.11. Beda baris dan beda kolom

    Baris atau kolom Dua biaya termurah Beda baris atau beda kolom

    Baris O1 4 dan 5 1 Baris O2 1 dan 6 5 Baris O4 6 dan 9 3 Kolom D1 8 dan 10 2 Kolom D2 1 dan 4 3 Kolom D3 6 dan 6 0 Kolom D4 5 dan 6 1

    Beda baris atau beda kolom terbesar adalah 5 yaitu pada baris O2, biaya termurah kolom

    O2 adalah 1 yaitu pada sel O2D2. Oleh karena itu sel O2D2 ini diisi terlebih dahulu, yang

    besarnya adalam minimum kapasitas O2 dan permintaan D2 yaitu 50. Dengan mengisi sel

    O2D2 sebesar 50, maka kapasitas O2 menjadi 40 dan permintaan D2 menjadi 0. Dengan

    demikian kolom D2 kita tandai dan tidak dimasukkan dalam program selanjutnya.

    Hasil perhitungan ini dapat kita lihat pada Tabel 2.12.

    Tabel 2.12.

    Tempat Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas Pabrik

    Beda Baris D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9 O1 100 1

    8 1 6 6 7 40 O2 50 90 5

    1 12 4 7 7 0 O3 70 70

    10 15 6 9 1 20 O4 70 90 3

    Permin-taan

    10 0 0

    80 50 90 60 70 350

    Beda Kolom

    2 0 1 6

  • 71

    Besarnya beda baris dan beda kolom berikutnya adalah sebagai berikut.

    Tabel 2.13. Beda baris dan beda kolom.

    Baris atau kolom Dua biaya termurah Beda baris atau beda kolom

    Baris O1 4 dan 9 4 Baris O2 6 dan 6 0 Baris O4 6 dan 9 3 Kolom D1 8 dan 10 2 Kolom D3 6 dan 6 0 Kolom D4 5 dan 6 1

    Beda baris atau beda kolom terbesar adalah 4 yaitu pada baris O1, biaya termurah baris

    O1 adalah 5 yaitu pada sel O1D4. Oleh karena itu sel O1D4 ini diisi terlebih dahulu, yang

    besarnya adalam minimum sisa kapasitas O1 dan permintaan D4 yaitu 60. Dengan mengisi

    sel O1D4 sebesar 60, maka kapasitas O1 menjadi 40 dan permintaan D4 menjadi 0.

    Dengan demikian baris O4 kita tandai dan tidak dimasukkan dalam program selanjutnya.

    Hasil perhitungan ini dapat kita lihat pada Tabel 2.14.

    Tabel 2.14.

    Tempat Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas Pabrik

    Beda Baris D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9 40 O1 60 100 4

    8 1 6 6 7 40 O2 50 90 0

    1 12 4 7 7 0 O3 70 70

    10 15 6 9 1 20 O4 70 90 3

    Permin-taan

    10 0 0 0

    80 50 90 60 70 350

    Beda Kolom

    2 0 1

  • 72

    Besarnya beda baris dan beda kolom berikutnya adalah sebagai berikut.

    Tabel 2.15. Beda baris dan beda kolom.

    Baris atau kolom Dua biaya termurah Beda baris atau beda kolom

    Baris O1 9 dan 12 3 Baris O2 6 dan 8 2 Baris O4 6 dan 10 4 Kolom D1 8 dan 10 2 Kolom D3 6 dan 6 0

    Beda baris atau beda kolom terbesar adalah 4 yaitu pada baris O4, biaya termurah baris

    O4 adalah 6 yaitu pada sel O4D3. Oleh karena itu sel O4D3 ini diisi terlebih dahulu, yang

    besarnya adalam minimum sisa kapasitas O4 dan permintaan D3 yaitu 20. Dengan mengisi

    sel O4D3 sebesar 20, maka kapasitas O4 menjadi 0 dan permintaan D2 menjadi 80.

    Dengan demikian baris O4 kita tandai dan tidak dimasukkan dalam program selanjutnya.

    Hasil perhitungan ini dapat kita lihat pada Tabel 2.16.

    Tabel 2.16.

    Tempat Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas Pabrik

    Beda Baris D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9 40 O1 60 100 3

    8 1 6 6 7 40 O2 50 90 2

    1 12 4 7 7 0 O3 70 70

    10 15 6 9 1 20 0 O4 20 70 90 4

    Permin-taan

    10 0 70 0 0

    80 50 90 60 70 350

    Beda Kolom

    2 0 1

  • 73

    Besarnya beda baris dan beda kolom berikutnya adalah sebagai berikut.

    Tabel 2.17. Beda baris dan beda kolom.

    Baris atau kolom Dua biaya termurah Beda baris atau beda kolom

    Baris O1 9 dan 12 3 Baris O2 6 dan 8 2 Kolom D1 8 dan 12 4 Kolom D3 6 dan 9 3

    Beda baris atau beda kolom terbesar adalah 4 yaitu pada kolom D1, biaya termurah kolom

    O1 adalah 8 yaitu pada sel O2D1. Oleh karena itu sel O2D1 ini diisi terlebih dahulu, yang

    besarnya adalam minimum sisa kapasitas O2 dan permintaan D1 yaitu 10. Dengan mengisi

    sel O2D1 sebesar 10, maka kapasitas O2 menjadi 30 dan permintaan D1 menjadi 0.

    Dengan demikian baris D1 kita tandai dan tidak dimasukkan dalam program selanjutnya.

    Hasil perhitungan ini dapat kita lihat pada Tabel 2.18.

    Tabel 2.18.

    Tempat Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas Pabrik

    Beda Baris D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9 40 0 O1 40 60 100 3

    8 1 6 6 7 40 30 O2 10 50 30 90 2

    1 12 4 7 7 0 O3 70 70

    10 15 6 9 1 20 0 O4 20 70 90

    Permin-taan

    10 0 0 70 0 0

    80 50 90 60 70 350

    Beda Kolom

    4 3

    Terakhir kekurangan kebutuhan D3 dicukupi oleh sisa dari O1 sebanyak 40 dan sisa O2

    sebanyak 30. Dengan demikian kita peroleh sistem transportasi sebagai berikut: X13 = 40,

  • 74

    X14 = 60, X21 = 10, X22 = 50, X23 = 30, X31 = 70, X43 = 20, dan X45 = 70. Besarnya biaya

    transportasi dengan metode VAM adalah

    40 (9) + 60 (5) + 10 (8) + 50 (1) + 30 (6) + 70 (1) + 20 (6) + 70 (1) = 1230.

    b. Menentukan Nilai Optimal

    Dari ketiga metode tersebut di atas dapat kita lihat bahwa metode yang paling sederhana

    adalah metode NWC, tetapi hasil dari metode ini umumnya kurang memuaskan.

    Sedangkan dengan metode VAM hasilnya paling baik, tetapi perhitungannya cukup rumit.

    Metode Inspeksi secara perhitungan sederhana, tetapi hasilnya mendekati dengan matode

    VAM.

    Jika kita diberi pertanyaan, metode mana yang akan dipakai untuk menyelesaikan

    masalah transportasi?. Maka jawabnya tergantung banyaknya sumber (banyaknya tempat

    produksi), banyaknya tempat tujuan serta waktu yang disediakan untuk memutuskan.

    Bilamana diberi waktu yang cukup, maka akan digunakan metode VAM, tetapi apabila

    waktu untuk memutuskan sempit maka metode Inspeksi sudah cukup baik.

    Masalah yang perlu ditanyakan lagi ialah apakah dengan metode Inspeksi atau VAM telah

    mencapai biaya optimum?. Untuk menjawab pertanyaan ini, ada dua metode untuk

    mengetahui apakah sudah optimum atau belum, untuk mengetahui optimalitas model

    transportasi digunakan metode Steppingstone atau metode Modi.

    i. Metode Steppingstone

    Metode Steppingstone bekerja dengan mempertimbangkan opportinity cost dari sel

    kosong, yaitu berkurangnya biaya akibat pemindahan model pengangkutan bilamana sel

    kosong itu diisi satu barang. Sebagai ilustrasi perhatikan contoh berikut:

    Tabel 2.19. Menghitung opportunity cost sel kosong

    Tempat Asal

    Destination ( Tujuan)

    Kapasitas D1 D2 D3

    O1

    10 5 7

    100 60 10 30

    O2

    6 4 9

    50 50

    Permintaan 60 60 30

  • 75

    Dari Tabel 2.19 di atas, sel kosong adalah sel O2D1 dan sel O2D3, dengan biaya

    transportasi = 60 (10) + 10 (5) + 30 (7) + 50 (4) = 1.060

    Untuk sel O2D1.

    Tabel 2.19.a.

    D1 D2

    O1 10 5

    -1 +1

    O2 6 4

    +1 -1

    Andaikan sel O2D1 ini diisi satu barang, maka supaya kondisi seimbang sel O1D1 dan sel

    O2D2 dikurangi satu dan sel O1D2 ditambah satu. Sekarang perhatikan loop O2D1 O1D1

    O1D2 O2D2. Berturut-turut tambah 1, kurang 1, tambah 1, kurang 1. Perubahan

    biaya adalah = 6 - 10 + 5 4 = -3. Jadi opportunity cost sel O2D1 adalah 3. Ini artinya

    bahwa apabila kita mengisi sel O2D1 satu barang, maka terjadi pengurangan biaya

    sebesar 3.

    Untuk sel O2D3.

    Andaikan sel O2D3 ini diisi satu barang, maka supaya kondisi seimbang sel O2D2 dan sel

    O1D3 dikurangi satu dan sel O2D1 ditambah satu. Sekarang perhatikan loop O2D3 O2D2

    O1D2 O1D3. Berturut-turut tambah 1, kurang 1, tambah 1, kurang 1. Perubahan

    biaya adalah = 9 - 4 + 5 7 = 3. Jadi opportunity cost sel O2D3 adalah -3. Ini artinya bila

    kita mengisi sel O2D3 satu barang, maka terjadi penambahan biaya sebesar 3.

    Dari perhitungan di atas, maka sel O2D1 harus diisi sebanyak mungkin, sedangkan sel

    O2D3 tidak perlu diisi sebab apabila diisi akan menambah biaya (merugi). Banyaknya

    barang yang dapat diisikan pada sel O2D1 adalah minimum isi sel yang terkurangi yaitu

    O1D1 dan O2D2, jadi sel O2D1 dapat diisi sebesar 50, sehingga terbentuk Tabel 2.19.b.

  • 76

    Tabel 2.19.b.

    Tempat Asal

    Destination (Tujuan) Kapasitas

    D1 D2 D3

    O1 10

    10 5

    60 7

    30 100

    O2 6

    50 4

    9

    50

    Permintaan 60 60 30

    Dari Tabel 2.19.b di atas, sel kosong adalah sel O2D2 dan sel O2D3.

    Untuk sel O2D2.

    Andaikan sel O2D2 ini diisi satu barang, maka supaya kondisi seimbang sel O2D1 dan sel

    O1D2 dikurangi satu dan sel O1D1 ditambah satu. Sekarang perhatikan loop O2D2 O2D1

    O1D1 O1D2. Berturut-turut tambah 1, kurang 1, tambah 1, kurang 1. Perubahan

    biaya adalah = 4 - 6 + 10 5 = 3. Jadi opportunity cost sel O2D1 adalah -3. Ini artinya bila

    kita mengisi sel O2D2 satu barang, maka terjadi penambahan biaya sebesar 3.

    Untuk sel O2D3.

    Andaikan sel O2D3 ini diisi satu barang, maka supaya kondisi seimbang sel O2D1 dan sel

    O1D3 dikurangi satu dan sel O1D1 ditambah satu. Sekarang perhatikan loop O2D3 O2D1

    O1D1 O1D3. Berturut-turut tambah 1, kurang 1, tambah 1, kurang 1. Perubahan

    biaya adalah = 9 - 6 + 10 7 = 6. Jadi opportunity cost sel O2D3 adalah -6. Ini artinya bila

    kita mengisi sel O2D3 satu barang, maka terjadi penambahan biaya sebesar 6.

    Dari perhitungan ini, semua opportunity cost sel kosong adalah negatif, maka Tabel 2.19.b.

    di atas telah optimal, dengan biaya transportasi = 10 (10) + 60 (5) + 30 (7) + 50 (6) = 910.

    Ini cocok bila kita hitung dari 1060 910 = 150, berasal dari pemindahan 50 satuan barang

    dengan opportunity cost 3.

    Untuk kasus di atas, kita dapat bekerja mulai hasil dari NWC, Inspeksi, atau VAM. Apabila

    kita mulai dari NWC, langkah pada metode NWC nya mudah, tetapi akan menjadi sukar

    pekerjaan di Steppingstone, apabila kita mulai dari VAM, maka akan sukar pada langkah di

    VAM nya, tetapi mudah pada langkah Steppingstone. Langkah yang cukup bijaksana

  • 77

    (meskipu tidak harus), adalah langkah awalnya dengan metode Inspeksi, sebab metode

    Inspeksi perhitungannya mudah dan hasilnya sudah dekat dengan langkah pada VAM.

    Dari langkah awal metode Inspeksi diperoleh hasil seperti Tabel 2.19.c.

    Tabel 2.19.c

    Tempat Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas Pabrik

    D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9

    100 O1 10 30 60

    8 1 6 6 7

    90 O2 50 40

    1 12 4 7 7

    70 O3 70

    10 15 6 9 1 90

    O4 20 70

    Permin-taan

    80 50 90 60 70 350

    Dari Tabel 2.19.c di atas kita buat tabel opportunity cost sel kosong seperti pada Tabel

    2.19.d berikut:

    Tabel 2.19.d. Hasil perhitungan opportunity cost sel kosong

    No Sel

    kosong Loop Perubahan biaya

    Opportunity cost

    1 O1D2 O1D2O1D3O2D3O2D2 4-9+6-1=0 0 2 O1D5 O1D5O4D5O4D3O1D3 9-1+6-9=5 -5 3 O2D1 O2D1O1D1O1D3O2D3 8-12+9-6=-1 1 4 O2D4 O2D4O2D3O1D3O1D4 6-6+9-5=4 -4 5 O2D5 O2D5O4D5O4D3O2D3 7-1+6-6=6 -6 6 O3D2 O3D2O3D1O1D1O1D3O2D3O2D2 12-1+12-9+6-1=19 -19 7 O3D3 O3D3O3D1O1D1O1D3 4-1+12-9=6 -6 8 O3D4 O3D4O3D1O1D1O1D4 7-1+12-5=13 -13 9 O3D5 O3D5O4D5O4D3O1D3O1D1O3D1 7-1+6-9+12-1=14 -14 10 O4D1 O4D1O1D1O1D3O4D3 10-12+9-6=1 -1 11 O4D2 O4D2O2D2O2D3O4D3 15-1+6-6=14 -14 12 O4D4 O4D4O4D3O1D3O1D4 9+6+9-5=7 -7

  • 78

    Dari tabel 2.19.d. di atas, terlihat bahwa opportunity cost terbesar adalah pada sel O2D1

    sehingga sel ini harus diisi sebanyak mungkin. Sel ini diisi sebanyak minimun dari sel O1D1

    dan O2D3 yaitu sebanyak 10. Sehingga Tabel 2.19.d. menjadi Tabel 2.19.e berikut:

    Tabel 2.19.e.

    Tempat Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas Pabrik

    D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9

    100 O1 40 60

    8 1 6 6 7

    90 O2 10 50 30

    1 12 4 7 7

    70 O3 70

    10 15 6 9 1 90

    O4 20 70

    Permin-taan

    80 50 90 60 70 350

    Dari Tabel 2.19.e. di atas kita buat tabel opportunity cost semua sel kosong sehingga

    diperoleh Tabel 2.19.f berikut:

    Tabel 2.19.f.

    No Sel

    kosong Loop Perubahan biaya

    Opportunity cost

    1 O1D1 O1D2O1D3O2D3O2D1 12-9+6-8=1 -1 2 O1D2 O1D2O1D3O2D3O2D2 4-9+6-1=0 0 3 O1D5 O1D5O4D5O4D3O1D3 9-1+6-9=5 -5 4 O2D4 O2D4O2D3O1D3O1D4 6-6+9-5=3 -3 5 O2D5 O2D5O4D5O4D3O2D3 7-1+6-6=6 -6 6 O3D2 O3D2O3D1O2D1O2D3 12-1+8-1=18 -18 7 O3D3 O3D3O3D1O2D1O2D3 4-1+8-6=5 -5 8 O3D4 O3D4O3D1O2D1O2D3O1D3O1D4 7-1+8-6+9-5=12 -12 9 O3D5 O3D5O4D5O4D3O2D3O2D1O3D1 7-1+6-6+8-1=13 -13 10 O4D1 O4D1O2D1O2D3O4D3 10-8+6-6=2 -2 11 O4D2 O4D2O2D2O2D3O4D3 15-1+6-6=14 -14 12 O4D4 O4D4O4D3O1D3O1D4 9+6+9-5=7 -7

  • 79

    Dari Tabel 2.19.f. terlihat bahwa tidak ada lagi sel kosong yang mempunyai opportunity

    cost positif, ini berarti bahwa Tabel 2.4.f telah optimal, dengan biaya transportasi =40 (9) +

    60 (5) + 10 (8) + 50 (1) + 30 (6) + 70 (1) + 20 (6) + 70(1) = 1.230.

    Sebagai catatan bahwa opportunity cost sel O1D2 adalah nol, ini berarti bahwa sel ini diisi

    maupun tidak, tidak akan menambah atau mengurangi biaya transportasi.

    ii. Modified Distribution Method (MODI)

    Pada penyelesaian metode Steppingstone umumnya akan mengalami kesulitan utama

    pada menentukan loop, apalagi kalau banyaknya sumber (tempat asal) atau tempat

    tujuan banyak. Metode Modi meniadakan loop yang banyak, dimana pada metode Modi ini

    setiap langkah mencari opportunity cost terbesar hanya memerlukan satu kali loop.

    Untuk membahas metode ini, perlu dikenalkan beberapa istilah / singkatan yang akan

    digunakan untuk merumuskan masalah transportasi.

    Misalkan banyaknya tempat asal adalah m dan banyaknya tempat tujuan n, dan misalkan

    Oi = tempat asal ke i, dimana i = 1, 2, ..., m.

    Dj = tempat tujuan ke j, dimana j = 1, 2, ..., n.

    Cij = besarnya biaya satuan pengiriman barang dari Oi ke Dj.

    Vi = bilangan baris, dimana i = 1, 2, ..., m.

    Uj = bilangan kolom, dimana j = 1, 2, ..., n.

    Kij = bilangan sel kosong.

    Langkah-langkah menghitung opportunity cost sel kosong.

    1. Menghitung Vi dan Uj berdasarkan sel yang telah terisi sehingga dengan

    hubungan Cij = Vi + Uj. Dimana pertama kali kita dapat memberikan sebarang

    bilangan pada salah satu Vi atau Uj.

    2. Menghitung Kij pada sel kosong dengan ketentuan Kij = Vi + Uj.

    3. Menghitung opportunity cost sel kosong dengan ketentuan

    Opportunity cost = Kij Cij.

    Sebagai ilistrasi perhatikan tabel berikut:

  • 80

    Tabel 2.19.f

    Tempat Asal

    Destination ( Tujuan) Kapasitas Bil Baris (Vi)

    D1 D2 D3

    O1 10

    60

    5

    10

    7

    30 100 0

    O2 K21

    6

    4

    50

    K23 9 50 1

    Permintaan

    60 60 30

    Bil Kolom (Uj)

    10 5 7

    Misalkan kita ambil sebarang bilangan untuk V1 = 0, maka kita kita peroleh:

    U1 = C11 V1 = 10 0 = 10

    U2 = C12 V1 = 5 0 = 5

    U3 = C13 V1 = 7 0 = 7

    V2 = C22 U2 = 4 5 = 1

    K21 = V2 + U1 = (1) + 10 = 9

    K23 = V2 + U3 = (1) + 7 = 6

    Opportunity cost sel O2D1 = K21 C21 = 9 6 = 3

    Opportunity cost sel O2D3 = K23 C23 = 6 9 = 3

    Selanjutnya kita akan menghitung opportunity cost sel kosong pada masalah di atas

    dengan Modi. Pertama misalkan kita ambil Tabel hasil dari metode Inspeksi yaitu seperti

    Tabel 2.19.g berikut:

  • 81

    Tabel 2.19.g.

    Tempat Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas Pabrik

    Bil Baris (Vi) D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9

    100 0

    O1 10 30 60 8 1 6 6 7

    90

    O2 50 40

    1 12 4 7 7

    70

    O3 70

    10 15 6 9 1

    90

    O4 20 70

    Permintaan

    350

    80 50 90 60 70 Bil.

    Kolom

    Misalkan kita ambil V1 = 0, maka U1 = 12, U3 = 9, U4 = 5.

    Dari U1 = 12, diperoleh V3 = -11, dari U3 = 9, diperoleh V2 = -3, dan V4 = -3, dari V2 = -3,

    diperoleh U2 = 4, dan dari V4 = -3, diperoleh U5 = 4.

    Selanjutnya dengan menghitung Kij = = Vi + Uj, maka kita peroleh Tabel 2.19.h.

    Tabel 2.19.h.

    Tempat Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas Pabrik

    Bil Baris (Vi) D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9

    100 0

    O1 10 30 60

    8 1 6 6 7

    90 -3 O2 50 40

    1 12 4 7 7

    70 -11

    O3 70 10 15 6 9 1

    90 -3

    O4 20 70

    Permintaan

    350

    80 50 90 60 70 Bil.

    Kolom 12 4 9 5 4

  • 82

    Tabel 2.19.i. Hasil Perhitungan Opportunity cost sel kosong

    No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    Sel kosong

    O1D2 O1D5 O2D1 O2D4 O2D5 O3D2 O3D3 O3D4 O3D5 O4D1 O4D2 O4D4

    Opp cost

    0 -5 1 -4 -6 -19 -6 -13 -14 -1 -14 -7

    Dari hasil ini, bandingkan dengan Tabel 2.19.d.

    Perhitungan selanjutnya sama dengan metode Steppingstone.

  • 83

    c. Penyelesaian Masalah Transportasi dengan Program Komputer

    i. Program Lindo

    Seperti pada penyelesaian program Linear dengan Lindo, masalah transportasi juga dapat

    dikerjakan dengan Lindo, yaitu dengan memandang masalah transportasi sebagai

    program Linear. Berikut akan dibahas masalah transportasi yang sama di atas, tetapi

    solusinya dengan Program Lindo.

    Tempat Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas Pabrik D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9

    100 O1 8 1 6 6 7

    90 O2

    1 12 4 7 7

    70 O3

    10 15 6 9 1

    90 O4

    Permintaan 350

    80 50 90 60 70

    Misalkan banyaknya barang pada sel Xij yaitu banyaknya barang yang dikirim dari pabrik

    Oi ke permintaan Dj, dan cij adalah biaya satuan pengiriman dari pabrik Oi ke permintaan

    Dj, maka basarnya biaya pengiriman adalah:

    Z = ijijcX

    Dengan syarat untuk setiap j, = jij DtaanperX min , dan

    Untuk setiap i, = iij OkapasitasX .

    Dari ketentuan ini, untuk kasus masalah transportasi ini, maka kita peroleh model.

    Minimumkan biaya: 12X11 + 4X12 +9 X13 + 5X14 + 9X15 + 8X21 + 1X22 + 6X23 + 6X24

    + 7X25 + 1X31 + 12X32 + 4X33 + 7X34 + 7X35 + 10X41 + 15 X42 + 6X43 + 9X44 + 1X45

    Dengan syarat

    X11 + X21 + X31 + X41 = 80

    X12 + X22 + X32 + X42 = 50

    X13 + X23 + X33 + X43 = 90

  • 84

    X14 + X24 + X34 + X44 = 60

    X15 + X25 + X35 + X45 = 70

    Dan X11 + X12 + X13 + X14 + X15 =100

    X21 + X22 + X23 + X24 + X25 = 90

    X31 + X32 + X33 + X34 + X35 =70

    X41 + X42 + X43 + X44 + X45 = 90

    Xij 0, untuk setiap i dan j.

    Dalam menyelesaikan program linear maupun masalah transportasi, indeks ditulis sejajar

    dengan variabelnya sehingga dalam penulisan pada Lindo sebagai berikut.

    MIN 12X11+4X12+9X13+5X14+9X15+8X21+1X22+6X23+6X24+7X25

    +1X31+12X32+4X33+7X34+7X35+10X41+15X42+6X43+9X44+1X45

    SUBJECT TO

    X11+X12+X13+X14+X15=100 X21+X22+X23+X24+X25=90 X31+X32+X33+X34+X35=70 X41+X42+X43+X44+X45=90 X11+X21+X31+X41=80 X12+X22+X32+X42=50 X13+X23+X33+X43=90 X14+X24+X34+X44=60 X15+X25+X35+X45=7

    END

    Setelah program Lindo dijalankan, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut.

    LP OPTIMUM FOUND AT STEP 8

    OBJECTIVE FUNCTION VALUE

    1) 1230.000

    VARIABLE VALUE REDUCED COST X11 0.000000 1.000000 X12 40.000000 0.000000 X13 0.000000 0.000000 X14 60.000000 0.000000 X15 0.000000 5.000000 X21 10.000000 0.000000 X22 10.000000 0.000000 X23 70.000000 0.000000 X24 0.000000 4.000000 X25 0.000000 6.000000

  • 85

    X31 70.000000 0.000000 X32 0.000000 18.000000 X33 0.000000 5.000000 X34 0.000000 12.000000 X35 0.000000 13.000000 X41 0.000000 2.000000 X42 0.000000 14.000000 X43 20.000000 0.000000 X44 0.000000 7.000000 X45 70.000000 0.000000

    ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES 2) 0.000000 0.000000 3) 0.000000 3.000000 4) 0.000000 10.000000 5) 0.000000 3.000000 6) 0.000000 -11.000000 7) 0.000000 -4.000000 8) 0.000000 -9.000000 9) 0.000000 -5.000000 10) 0.000000 -4.000000

    NO. ITERATIONS= 8

    RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

    OBJ COEFFICIENT RANGES VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE COEF INCREASE DECREASE X11 12.000000 INFINITY 1.000000 X12 4.000000 0.000000 4.000000 X13 9.000000 INFINITY 0.000000 X14 5.000000 4.000000 INFINITY X15 9.000000 INFINITY 5.000000 X21 8.000000 1.000000 5.000000 X22 1.000000 4.000000 0.000000 X23 6.000000 0.000000 2.000000 X24 6.000000 INFINITY 4.000000 X25 7.000000 INFINITY 6.000000 X31 1.000000 5.000000 INFINITY X32 12.000000 INFINITY 18.000000 X33 4.000000 INFINITY 5.000000 X34 7.000000 INFINITY 12.000000 X35 7.000000 INFINITY 13.000000 X41 10.000000 INFINITY 2.000000 X42 15.000000 INFINITY 14.000000 X43 6.000000 2.000000 5.000000 X44 9.000000 INFINITY 7.000000 X45 1.000000 5.000000 INFINITY

    RIGHTHAND SIDE RANGES ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE RHS INCREASE DECREASE 2 100.000000 0.000000 0.000000

  • 86

    3 90.000000 0.000000 0.000000 4 70.000000 0.000000 0.000000 5 90.000000 0.000000 0.000000 6 80.000000 0.000000 0.000000 7 50.000000 0.000000 0.000000 8 90.000000 0.000000 0.000000 9 60.000000 0.000000 0.000000 10 70.000000 0.000000 0.000000 Tampilan yang muncul pada layar editor di atas merupakan penyelesaian suatu masalah

    transportasi yang dapat diartikan sebagai berikut.

    1. Biaya minimum yang diperlukan untuk pengangkutan barang adalah 1.230 yang

    dapat dibaca dari

    OBJECTIVE FUNCTION VALUE

    1) 1230.000 2. Alokasi pengiriman barang dapat diketahui dari nilai

    value pada hasil berikut.

    VARIABLE VALUE REDUCED COST X11 0.000000 1.000000 X12 40.000000 0.000000 X13 0.000000 0.000000 X14 60.000000 0.000000 X15 0.000000 5.000000 X21 10.000000 0.000000 X22 10.000000 0.000000 X23 70.000000 0.000000 X24 0.000000 4.000000 X25 0.000000 6.000000 X31 70.000000 0.000000 X32 0.000000 18.000000 X33 0.000000 5.000000 X34 0.000000 12.000000 X35 0.000000 13.000000 X41 0.000000 2.000000 X42 0.000000 14.000000 X43 20.000000 0.000000 X44 0.000000 7.000000 X45 70.000000 0.000000

    a. Dari O1 (tempat asal) dikirimkan ke D2 (tempat tujuan) sebanyak 40 unit, dan ke

    D4 sebanyak 60 unit.

    b. Dari O2 dikirimkan ke D1 sebanyak 10 unit, ke D2 sebanyak 10 dan dikirim ke

    D3 sebanyak 70

  • 87

    c. Dari O 3 dikirimkan sebanyak 70 unit ke D1.

    d. Dari O 4 dikirimkan sebanyak 20 unit ke D3, dan 80 unit ke D5

    Reduced Cost adalah lawan dari opportunity cost, jadi apabila Reduced Cost = 4, maka

    opportunitu costnya = -4. Dengan demikian dari hasil di atas, tidak ada opportunity cost

    yang positif, jadi program optimal.

    Pada masalah transportasi keadaan pasar seimbang artinya jumlah permintaan akan

    barang sama dengan jumlah kapasitas produksi, maka dual price tidak memiliki makna

    khusus.

    Selanjutnya hasil berikut menunjukkan perubahan yang dibolehkan agar sistem

    transportasi tetap, dengan biaya optimal.

    RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

    OBJ COEFFICIENT RANGES VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE COEF INCREASE DECREASE X11 12.000000 INFINITY 1.000000 X12 4.000000 0.000000 4.000000 X13 9.000000 INFINITY 0.000000 X14 5.000000 4.000000 INFINITY X15 9.000000 INFINITY 5.000000 X21 8.000000 1.000000 5.000000 X22 1.000000 4.000000 0.000000 X23 6.000000 0.000000 2.000000 X24 6.000000 INFINITY 4.000000 X25 7.000000 INFINITY 6.000000 X31 1.000000 5.000000 INFINITY X32 12.000000 INFINITY 18.000000 X33 4.000000 INFINITY 5.000000 X34 7.000000 INFINITY 12.000000 X35 7.000000 INFINITY 13.000000 X41 10.000000 INFINITY 2.000000 X42 15.000000 INFINITY 14.000000 X43 6.000000 2.000000 5.000000 X44 9.000000 INFINITY 7.000000 X45 1.000000 5.000000 INFINITY

    Misalnya c11 dapat turun sampai 11 atau naik sampai tak berhingga, c12 dapat turun

    sampai 0 dan tidak boleh naik, dan seterusnya.

  • 88

    Hasil terakhir yaitu

    RIGHTHAND SIDE RANGES ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE RHS INCREASE DECREASE

    2 100.000000 0.000000 0.000000 3 90.000000 0.000000 0.000000 4 70.000000 0.000000 0.000000 5 90.000000 0.000000 0.000000 6 80.000000 0.000000 0.000000 7 50.000000 0.000000 0.000000 8 90.000000 0.000000 0.000000 9 60.000000 0.000000 0.000000 10 70.000000 0.000000 0.000000

    Menunjukkan bahwa jumlah produksi maupun jumlah permintaan adalah tetap karena

    memang keadaan pasar seimbang.

    ii. Program Lingo untuk Menyelesaikan Masalah Transportasi

    Lingo adalah salah satu program (software) dibawah Winston satu set bersama-sama

    dengan Lindo. Program Lingo lebih luas cakupannya, namun output (hasil keluaran) nya

    tidak selengkap program Lindo. Pada program Lingo, dapat mengolah data atau rumusan

    non-linear, seperti membuat grafik fungsi sinus, fungsi logarirmis, fungsi eksponen, dan

    lain-lain.

    Bentuk pemrograman Lingo juga lebih rumit sedikit, tetapi akan lebih efisien

    apabila digunakan untuk menyelesaikan masalah transportasi dengan banyak variabel.

    Karena pada program Lingo disediakan perintah (command) looping dengan perintah for ...

    loop. Sebagai contoh masalah transportasi yang sudak kita bahas di atas akan dikerjakan

    dengan program Lingo.

    Permasalahan transportasi di atas supaya lebih jelas, kita tulis lkembali tabelnya sebagai

    berikut.

  • 89

    Tabel Trasportasi

    Tempat Asal

    Destination (Tempat Tujuan) Kapasitas Pabrik

    D1 D2 D3 D4 D5

    12 4 9 5 9

    100 O1 8 1 6 6 7

    90 O2

    1 12 4 7 7

    70 O3

    10 15 6 9 1

    90 O4

    Permintaan

    350 80 50 90 60 70

    Dengan program Lingo, maka perintah untuk menyelesaikan masalah transportasi ini

    adalah.

    Model: Sets:

    ariable/O1, O2, O3, O4/:Asal; Permintaan/D1, D2, D3, D4, D5/ :Demand ; Links(Kapasitas,Permintaan) :Ship, Cost ; Endsets

    Min=@sum(Links:Ship*Cost); @for(Permintaan(j) :@sum(Kapasitas(i) :Ship(i,j))>Demand(j)) ; @for(Kapasitas(i) :@sum(Permintaan(j) :Ship(i,j))

  • 90

    Setelah program dijalankan, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut. Rows = 10 Vars = 20 No. integer vars = 0 ( all are linear) Nonzeros= 69 Constraint nonz= 40( 40 are +- 1) Density=0.329 Smallest and largest elements in absolute value = 1.00000 100.000 No. < : 4 No. =: 0 No. > : 5, Obj=MIN, GUBs

  • 91

    Row Slack or Surplus Dual Price

    1 1230.000 1.000000 2 0.0000000E+00 -11.00000 3 0.0000000E+00 -4.000000 4 0.0000000E+00 -9.000000 5 0.0000000E+00 -5.000000 6 0.0000000E+00 -4.000000 7 0.0000000E+00 0.0000000E+00 8 0.0000000E+00 3.000000 9 0.0000000E+00 10.00000 10 0.0000000E+00 3.000000

    Makna hasil keluaran Lingo mirip dengan hasil keluaran dari Lindo, pembaca dipersilahkan

    mengartikan makna hasil keluaran di atas (sebagai latihan)

  • 92

    iii. Program Solver untuk Menyelesaikan Masalah Transportasi

    Untuk menyelesaikan masalah transportasi dengan Solver, maka kita buat tabel biaya,

    kapasitas, dan permintaan pada lembar kerja excel seperti berikut.

    Langkah awal adalah membuat Tabel biaya pengiriman, kapasitas produksi dan

    permintaan. Tabel ini kita copy dan diletakkan dibawahnya, dengan mengganti menjadi

    Tabel Benyaknya Pengiriman Barang. Nilai awal yang diberikan kepada banyaknya barang

    yang dikirim dari Oi ke Dj adalah 0. Sedangkan banyaknya barang yang dikirim dari Oi

    adalah jumlah banyaknya barang yang dikirim dari Oi ke Dj untuk suatu i. Jadi dalam hal ini

    sel G16 ditulis dengan formula =SUM(B16:F16). Formula ini di-copy-kan ke sel G17

    sampai G19. Selanjutnya banyaknya Penerimaan Barang adalah jumlah barang yang

  • 93

    diterima dari Oi ke Dj untuk suatu j. Jadi dalam hal ini sel B20 ditulis dengan formula

    =SUM(B16:B19). Formula ini di-copy-kan ke sel C20 sampai F20.

    Biaya Pengiriman merupakan kelipatan yang seletak antara banyaknya barang yang

    dikirim dengan biaya satuan pengiriman. Oleh karena itu pada sel B22 kita tuliskan formula

    =SUMPRODUCT(B6:F9,B16:F19).

    Menjalankan Solver

    Setelah persiapan pada lembar kerja Excel selesai, saatnya menjalankan Solver, yaitu

    Tools, Solver, maka akan keluar menu Solver.

    Hasil perhitungan total biaya kita letakkan pada sel B2, dan ini tidak diubah ke sel lain oleh

    karena itu semua hasil kita tetapkan dengan menambahkan tanda $ pada sel tempat

    perumusan hasil atau sumber. Sehingga untuk sel Set Target Cell kita ini dengan $B$22.

    Masalah yang kita cari adalah masalah minimumkan biaya transportasi, sehingga pada

    Equal To kita pilih Min. Selanjutnya pada By Changing Cells meminta bagian (kelompok)

    sel yang merupakan variabel. Pada masalah ini adalah menentukan banyaknya barang

    pada sistem transportasi, oleh karena itu kita isikan B18 sampai F19 sehingga kita tulis

    $B$16:$F$19.

    Subject to the Constraints meminta syarat pembatas. Dalam masalah ini ada dua syarat

    pembatas yaitu pembatas permintaan (penerimaan barang) dan Kapasitas Pabrik

    (Banyaknya barang yang dikirim), oleh karena itu.

    Pembatas permintaan yaitu permintaan harus dipenuhi, jadi permintaan kurang dari atau

    sama dengan penerimaan barang. Sehingga $B10:$F$10

  • 94

    Pembatas kapasitas menyatakan bahwa barang yang dikirim akan kurang dari atau sama

    dengan kapasitas pabrik. Sehingga $G$16:$G$19

  • 95

    d. Masalah Transportasi Pasar Tidak Seimbang

    Kenyataan di lapangan, keadaan seimbang sangatlah langka. Keadaan yang sering terjadi

    adalah tidak seimbang. Ini desebabkan karena sangat sukar menentukan secara tepat

    kebutuhan lapangan yang sebenarnya. Ketidak seimbangan ada dua macam yaitu

    keadaan jumlah barang yang diproduksi lebih besar daripada kebutuhan lapangan atau

    sebaliknya kebutuhan di lapangan yang lebih besar daripada jumlah barang yang

    diproduksi.

    Penyelesaian Masalah Transportasi Pasar Tidak Seimbang

    1. Jumlah produksi lebih besar daripada permintaan pasar

    Apabila jumlah produksi lebih besar daripada jumlah permintaan di pasar, maka perlu

    ditambah tempat permintaan dummy yaitu permintaan yang tidak sebenarnya yang

    besarnya sama dengan selisih antara jumlah produksi dan jumlah permintaan, dan dalam

    tabel transportasi diberi biaya transportasi sebesar 0. Dalam kenyataan permintaan

    dummy ini adalah gudang perusahaan.

    Sebagai contoh, perhatikan masalah transportasi berikut:

    PT Cocacola memproduksi Coco cola, Fanta, dan Sprite di empat kota di Pulau Jawa

    untuk memenuhi permintaan masyarakat, yaitu kota P, Q, R, dan S berturut-turut 50, 70,

    30, dan 80 truk setiap hari. Untuk mempermudah pemasaran, barang-barang produksi

    tersebut dikirim ke lima agen besar yaitu Agen A, B, C, D, dan E berturut-turut 40, 60, 30,

    45, dan 50 truk. Jarak antara pabrik dan agen terlihat pada tabel berikut:

    Tabel Jarak antara Pabrik dan Agen (dalam km)

    Kota Tujuan / Permintaan

    A B C D E

    P 40 105 70 20 40

    Q 60 80 80 20 60

    R 90 30 40 25 70

    S 130 100 60 25 45

  • 96

    Dalam rangka penghematan penggunaan bahan bakar minyak (BBM), perusahaan akan

    mengirimkan barang-barang produksi tersebut dengan biaya terkecil, yaitu dengan

    meminimumkan jarak tempuh armada truknya. Di lain pihak, perusahaan ini memberi

    pelayanan kepada masyarakat sebaik mungkin, sehingga setiap truk hanya digunakan

    untuk mengirim satu kali. Buatlah sistem Transportasi untuk PT Cocacola ini dan berikan

    komentar saudara tentang sistem produksi pada perusahaan ini?.

    Dari masalah di atas, apabila tabel dilengkapi dengan permintaan virtual maka akan

    diperoleh tabel berikut.

    Kota Tujuan / Permintaan

    Produksi A B C D E Dummy

    P 40 105 70 20 40 0 50

    Q 60 80 80 20 60 0 70

    R 90 30 40 25 70 0 30

    S 130 100 60 25 45 0 80

    Permintaan 40 60 30 45 50 5 230

    Penyelesaian masalah ini deserahkan kepada pembaca.

    2. Jumlah produksi lebih kecil daripada permintaan pasar

    Dalam hal jumlah produksi lebih kecil daripada permintaan pasar, maka ada

    tempat permintaan yang tidak dikirim barang secara penuh. Dalam menyelesaikan

    masalah ini, dapat ditambahkan pabrik dummy yang memproduksi sebanyak selisih antara

    jumlah permintaan dan jumlah kapasitas produksi, pada tabel biaya transportasi, kapasitas

    produksi dan permintaan dilengkapi dengan pabrik virtual dengan biaya transportasi 0.

    Kemudian tempat permintaan yang dikirim dari pabrik dummy ini akan mengalami

    kekurangan barang sebanyak produksi virtual tersebut.

    Contoh masalah dan penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca.

  • 97

    Penerapan Metode Transportasi

    Selanjutnya kita bahas masalah transportasi pada PT Aqua Golden Mississippi di

    Jawa Barat. Data Permintaan dan penawaran adalah sebagai berikut:

    Tabel 2.5.a. Data Lokasi Pabrik dan Kapasitas Produksi di Jawa Barat dalam 1 Tahun

    No Lokasi Pabrik Aktivitas Kapasitas Produksi

    1 Bekasi Produksi AQUA 250.000.000 Liter

    2 Citeurep (Bogor) Produksi AQUA 200.000.000 Liter

    3 Cimelati (Sukabumi) Produksi AQUA 200.000.000 Liter

    4 Kuningan Produksi AQUA 100.000.000 Liter

    Kapasitas Produksi dalam 1 Tahun 750.000.000 Liter

    Sumber: PT. Tirta Babakan Pari Cimelati (Sukabumi) Produksi AQUA

    Tabel 2.5.b Data Jarak Lokasi Pabrik dengan 12 kota Daerah Pemasaran dan

    Demand

    Lokasi

    Pabrik

    Tujuan Pengiriman

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    Bekasi 119 140 29 0 84 87 148 154 217 261 260 229

    Citeurep (Bogor) 148 118 58 87 163 0 61 129 192 194 235 259

    Cimelati (Sukabumi) 209 179 119 148 136 61 0 96 159 261 202 226

    Kuningan 383 404 293 261 235 194 261 165 192 0 185 35

    Kebutuhan Permin

    taan (Demand)

    40

    40

    195

    50

    55

    40

    35

    145

    35

    30

    35

    50

    Keterangan :

    Angka pada kolom 1 sampai dengan kolom 12 adalah nama kota tujuan pengiriman:

    1) Serang; 2) Pandeglang; 3) Jakarta; 4) Bekasi; 5. Purwakarta; 6. Bogor ; 7.

    Sukabumi; 8) Bandung; 9) Garut ; 10) Kuningan; 11) Tasikmalaya; 12) Cirebon.

  • 98

    Angka yang ada dalam kolom dibawah kolom nama kota adalah angka jarak antara pabrik

    dengan kota tujuan pengiriman dalam kilometer ( Km ), sedangkan biaya angkut dihitung

    dalam puluhan ribu rupiah (Rp 10.000,-) per satu juta liter kilometer. Jumlah kebutuhan

    atau permintaan dalam juta liter per tahun untuk tiap kota yang menjadi tujuan pengiriman.

    Setelah informasi/data di atas tersedia maka langkah selanjutnya menuliskan

    permasalahan yang ada ke dalam bentuk tabel biaya pengangkutan atau jarak. Pada

    PT.AQUA di Jawa Barat seperti terlihat pada tabel 4. untuk kapasitas produksi per tahun

    dan pada tabel 5. untuk jarak antara lokasi pabrik dengan kota tujuan pengiriman,

    sedangkan biaya dihitung dalam Rp 10.000,- per satu juta liter kilometer. Kemudian

    merumuskan dan menuliskannya pada papan editor dalam bentuk persamaan linear untuk

    fungsi tujuan, fungsi kendala, dan penyelesaian non negatif. Data pada PT.AQUA Golden

    Mississippi Jawa Barat seperti tercantum pada tabel 2.5.a. dan tabel 2.5.b bentuk

    penulisan pada papan editor LINDO untuk diolah sebagai berikut:

    MIN

    119X11+140X12+29X13+84X15+87X16+148X17+154X18+217X19+261X110

    +260X111+229X112+148X21+118X22+58X23+87X24+163X25+61X27+129X28

    +192X29+194X210+235X211+259X212+209X31+179X32+119X33+148X34

    +136X35+61X36+96X38+159X39+261X310+202X311+226X312+383X41

    +404X42+293X43+261X44+235X45+194X46+261X47+165X48+192X49

    +185X411+35X412

    SUBJECT TO

    X11+X12+X13+X14+X15+X16+X17+X18+X19+X110+X111+X112 = 250

    X21+X22+X23+X24+X25+X26+X27+X28+X29+X210+X211+X212 = 200

    X31+X32+X33+X34+X35+X36+X37+X38+X39+X310+X311+X312 = 200

    X41+X42+X43+X44+X45+X46+X47+X48+X49+X410+X411+X412 = 100

    X11+X21+X31+X41 = 40

    X12+X22+X32+X42 = 40

    X13+X23+X33+X43 = 195

    X14+X24+X34+X44 = 50

    X15+X25+X35+X45 = 55

    X16+X26+X36+X46 = 40

    X17+X27+X37+X47 = 35

  • 99

    X18+X28+X38+X48 = 145

    X19+X29+X39+X49 = 35

    X110+X210+X310+X410 = 30

    X111+X211+X311+X411 = 35

    X112+X212+X312+X412 = 50

    End

    Jika tidak ada kesalahan, maka proses dapat dilanjutkan untuk mencari jawaban

    yang optimal. Langkah untuk mencari jawaban optimal adalah dengan menggunakan

    Solve Solve. Kemudian secara otomatis LINDO akan membuka papan editor report. Pada

    kasus PT.AQUA Golden Mississippi di atas akan muncul tampilan sebagai berikut.

    LP OPTIMUM FOUND AT STEP 17

    OBJECTIVE FUNCTION VALUE

    1) 51320.00

    VARIABLE VALUE REDUCED COST X11 0.000000 0.000000 X12 0.000000 51.000000 X13 145.000000 0.000000 X15 55.000000 0.000000 X16 0.000000 116.000000 X17 0.000000 144.000000 X18 0.000000 54.000000 X19 0.000000 54.000000 X110 0.000000 240.000000 X111 0.000000 54.000000 X112 0.000000 173.000000 X21 40.000000 0.000000 X22 40.000000 0.000000 X23 50.000000 0.000000 X24 0.000000 58.000000 X25 0.000000 50.000000 X27 0.000000 28.000000 X28 0.000000 0.000000 X29 30.000000 0.000000 X210 0.000000 144.000000 X211 0.000000 0.000000 X212 0.000000 174.000000 X31 0.000000 94.000000 X32 0.000000 94.000000 X33 0.000000 94.000000 X34 0.000000 152.000000 X35 0.000000 56.000000 X36 0.000000 94.000000 X38 145.000000 0.000000 X39 5.000000 0.000000 X310 0.000000 244.000000

  • 100

    X311 15.000000 0.000000 X312 0.000000 174.000000 X41 0.000000 285.000000 X42 0.000000 336.000000 X43 0.000000 285.000000 X44 0.000000 282.000000 X45 0.000000 172.000000 X46 0.000000 244.000000 X47 0.000000 278.000000 X48 0.000000 86.000000 X49 0.000000 50.000000 X411 20.000000 0.000000 X412 50.000000 0.000000 X14 50.000000 0.000000 X26 40.000000 0.000000 X37 35.000000 0.000000 X410 30.000000 0.000000

    ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES 2) 0.000000 29.000000 3) 0.000000 0.000000 4) 0.000000 33.000000 5) 0.000000 50.000000 6) 0.000000 -148.000000 7) 0.000000 -118.000000 8) 0.000000 -58.000000 9) 0.000000 -29.000000 10) 0.000000 -113.000000 11) 0.000000 0.000000 12) 0.000000 -33.000000 13) 0.000000 -129.000000 14) 0.000000 -192.000000 15) 0.000000 -50.000000 16) 0.000000 -235.000000 17) 0.000000 -85.000000

    NO. ITERATIONS= 17

    RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

    OBJ COEFFICIENT RANGES VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE COEF INCREASE DECREASE X11 119.000000 INFINITY 0.000000 X12 140.000000 INFINITY 51.000000 X13 29.000000 0.000000 50.000000 X15 84.000000 50.000000 INFINITY X16 87.000000 INFINITY 116.000000 X17 148.000000 INFINITY 144.000000 X18 154.000000 INFINITY 54.000000 X19 217.000000 INFINITY 54.000000 X110 261.000000 INFINITY 240.000000 X111 260.000000 INFINITY 54.000000 X112 229.000000 INFINITY 173.000000 X21 148.000000 0.000000 INFINITY X22 118.000000 51.000000 INFINITY

  • 101

    X23 58.000000 50.000000 0.000000 X24 87.000000 INFINITY 58.000000 X25