paket logika atau mantiq

18
Paket Logika atau Mantiq Pertemuan Pertama. Definisi dan Urgensi Mantiq. Mantiq adalah alat atau dasar yang penggunaannya akan menjaga kesalahan dalam berpikir.. Lebih jelasnya, Mantiq merupakan sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula berpikir sehingga seseorang ketika menggunakannya akan selamat dari cara berpikir yang salah. Manusia sebagai makhluk yang berpikir tidak akan lepas dari pemikiran. Namun seringkali manusia saat berpikir dipengaruhi oleh berbagai tendensi, emosi,subyektifitas dan lainnya sehingga tidak dapat berpikir dengan jernih, logis dan obyektif. Mantiq merupakan upaya agar seseorang dapat berpikir dengan cara yang benar, tidak keliru. Sebelum kita pelajari masalah-masalah mantiq, ada baiknya kita mengetahui apa yang dimaksud dengan berpikir. Berpikir adalah proses pengungkapan sesuatu yang misteri ( majhul atau belum diketahui )dengan mengolah pengetahuan-pengetahuan yang telah ada dalam benak kita ( dzihn) sehingga yang majhul itu menjadi maklum (diketahui). Faktor-Faktor Kesalahan Berpikir. 1- Hal-hal yang dijadikan dasar (premis) tidak benar. 2- Susunan atau form yang menyusun premis tidak sesuai dengan kaidah mantiq yang benar. Argumentasi (proses berpikir ) dalam alam pikiran manusia bagaikan sebuah bangunan. Suatu bangunan akan menjadi terbentuk sempurna jika tersusun dari bahan-bahan bangunan dan konstruksi bangunannya sesuai dengan teori-teori yang benar. Apabila salah satu dari dua unsur itu tidak terpenuhi, maka bangunan tersebut tidak akan terbentuk dengan baik dan sempurna. Sebagai misal, " Socrates adalah manusia dan setiap manusia bertindak dzalim, maka Socrates bertindak dzalim ". Argumentasi semacam ini benar dari segi susunan dan formnya, tetapi salah satu premisnya salah. Yaitu premis yang berbunyi " Setiap manusia bertindak dzalim ", maka konklusinya tidak tepat. Atau misal, " Socrates adalah manusia dan Socrates adalah seorang ilmuwan ", maka " " " manusia adalah ilmuwan ". Dua premis ini benar tetapi susunan atau formnya tidak benar, maka konklusinya tidak benar. (Dalam pembahasan qiyas nanti akan dijelaskan susunan argumentasi yang benar ).

Upload: salam-vinder-dg-bengo

Post on 18-Dec-2014

79 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paket Logika Atau Mantiq

Paket Logika atau MantiqPertemuan Pertama.

Definisi dan Urgensi Mantiq.Mantiq adalah alat atau dasar yang penggunaannya akan menjaga kesalahan dalam berpikir..Lebih jelasnya, Mantiq merupakan sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula berpikir sehingga seseorang ketika menggunakannya akan selamat dari cara berpikir yang salah. Manusia sebagai makhluk yang berpikir tidak akan lepas dari pemikiran. Namun seringkali manusia saat berpikir dipengaruhi oleh berbagai tendensi, emosi,subyektifitas dan lainnya sehingga tidak dapat berpikir dengan jernih, logis dan obyektif. Mantiq merupakan upaya agar seseorang dapat berpikir dengan cara yang benar, tidak keliru.Sebelum kita pelajari masalah-masalah mantiq, ada baiknya kita mengetahui apa yang dimaksud dengan berpikir.Berpikir adalah proses pengungkapan sesuatu yang misteri ( majhul atau belum diketahui )dengan mengolah pengetahuan-pengetahuan yang telah ada dalam benak kita ( dzihn) sehingga yang majhul itu menjadi maklum (diketahui).

Faktor-Faktor Kesalahan Berpikir.1- Hal-hal yang dijadikan dasar (premis) tidak benar.2- Susunan atau form yang menyusun premis tidak sesuai dengan kaidah mantiq yang benar. Argumentasi (proses berpikir ) dalam alam pikiran manusia bagaikan sebuah bangunan. Suatu bangunan akan menjadi terbentuk sempurna jika tersusun dari bahan-bahan bangunan dan konstruksi bangunannya sesuai dengan teori-teori yang benar. Apabila salah satu dari dua unsur itu tidak terpenuhi, maka bangunan tersebut tidak akan terbentuk dengan baik dan sempurna.Sebagai misal, " Socrates adalah manusia dan setiap manusia bertindak dzalim, maka Socrates bertindak dzalim ". Argumentasi semacam ini benar dari segi susunan dan formnya, tetapi salah satu premisnya salah. Yaitu premis yang berbunyi " Setiap manusia bertindak dzalim ", maka konklusinya tidak tepat. Atau misal, " Socrates adalah manusia dan Socrates adalah seorang ilmuwan ", maka " " " manusia adalah ilmuwan ". Dua premis ini benar tetapi susunan atau formnya tidak benar, maka konklusinya tidak benar. (Dalam pembahasan qiyas nanti akan dijelaskan susunan argumentasi yang benar ).

Ilmu dan Idrak.Dua kata di atas yang mempunyai makna yang sama (sinonim) menjadi bahasan yang paling penting dalam ilmu mantiq karena ilmu mantik membahas tentang alam pikiran manusia, yakni ilmu. Oleh karena itu perlu diperjelas tentang makna ilmu itu sendiri. Para ahli mantiq (mantiqiyyin) mendefinisikan ilmu seperti berikut ini :Ilmu adalah gambaran tentang sesuatu yang ada dalam benak (akal ).Benak atau pikiran kita tidak lepas dari dua kondisi yang kontradiktif ilmu dan jahil (ketidak tahuan). Disaat kita keluar rumah kita menyaksikan sebuah bangunan yang megah dan indah, maka pada saat itu pula tertanam dalam benak kita gambaran dari bangunan itu. Kondisi ini disebut ilmu. Dan sebaliknya sebelum kita menyaksikan bangunan itu, dalam benak kita tidak ada gambaran itu. Kondisi ini disebut jahil. Pada kondisi ilmu, benak atau akal kita terkadang hanya menghimpun gambaran dari sesuatu saja ( bangunan, dalam misal ) dan terkadang tidak hanya menghimpun tetapi memberikan penilaian atau hukum (judgement), misalnya bangunan itu indah dan megah. Kondisi ilmu yang pertama disebut tashawwur dan yang kedua disebut tashdiq.

Page 2: Paket Logika Atau Mantiq

Jadi tashawwur hanya gambaran akan sesuatu dalam benak sedangkan tashdiq penilaian atau penetapan dengan dua ketetapan: ya atau tidak (bukan). Misalnya, " air itu dingin " atau " air itu tidak dingin " , " manusia itu berakal" atau " manusia itu bukan binatang " dan lain sebagainya.Kesimpulan, ilmu dibagi menjadi dua; tashawwuri dan tashdiqi.

Dharuri dan Nadzari. Ilmu tashawwuri dan ilmu tashdiqi mempunyai dua macam; dharuri dan nadzari. Yang dimaksud dengan dharuri adalah ilmu yang tidak membutuhkan pemikiran lagi atau ilmu yang aksiomatis, sedangkan nadzari adalah ilmu yang membutuhkan pemikiran.Lebih jelasnya, dharuri atau yang juga disebut badihi adalah ilmu dan pengetahuan yang dengan sendirinya bisa diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan dan ilmu yang lain. Dan nadzari dapat diketahui melalui sebuah proses pemikiran atau melalui pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya ( lihat kembali definisi berpikir ).Ilmu tashawwuri dharuri adalah gambaran yang ada dalam benak yang dipahami tanpa sebuah proses pemikiran. Sedangkan ilmu tashawwuri nadzari adalah gambaran yang ada dalam benak yang dipahami melalui proses pemikiran.Ilmu tashdiqi dharuri adalah penilaian atau penghukuman (judgement) terhadap gambaran dalam benak tanpa perlu berpikir, seperti 2x2 = 4. Sedangkan ilmu tashdiqi nadzari memerlukan pemikiran, seperti 15x15 = 225, atau berkumpulnya dua hal yang kontradiktif mustahil (tidak mungkin terjadi) adalah hal yang dharuri dan bumi itu bulat adalah hal yang nadzari.

Kulli Dan Juz'i.Pembahasan tentang kulli ( general) dan juz'i ( parsial ) secara esensial sangat erat kaitannya dengan tashawwur dan juga secara eksidental berkaitan dengan tashdiq. Kulli adalah tashawwur (gambaran benak ) yang dapat diterapkan (berlaku) pada beberapa benda di luar.Misalnya : gambaran tentang manusia dapat diterapkan (berlaku) pada banyak orang; Budi, Novel, Yani dan lainnya.Juz'i adalah tashawwur yang dapat diterapkan ( berlaku) hanya pada satu benda saja.Misalnya : gambaran tentang Budi hanya untuk seorang yang bernama Budi saja.Manusia dalam berkomunikasi tentang kehidupan sehari-hari menggunakan tashawwur-thasawwur yang juz'i. Misalnya , Saya kemarin ke Jakarta, Adik saya sudah mulai masuk sekolah, Bapak saya sudah pensiun dsb. Tetapi ketika memasuki kajian-kajian keilmuan maka yang dipakai oleh manusia adalah tashawwur-thasawwur kulli, seperti hal-hal yang sifatnya universal. 2x2=4, Orang yang beriman adalah orang bertanggung jawab atas segala perbuatannya, Setiap akibat pasti mempunyai sebab dan lain sebagainya.

Dalam ilmu mantiq kita akan sering menggunakan kulli ( gambaran-gambaran yang universal), dan jarang bersangkutan dengan juz'i.

Nisab Arba'ah.Dalam benak kita terdapat banyak tashawwur yang sifatnya kulli dan setiap kulli mempunyai realita (afrad) lebih dari satu (lihat definisi kulli). Kemudian antara tashawwur kulli yang satu dengan yang lain mempunyai hubungan (relasi). Bentuk hubungan itu disebut oleh para mantiqiyyin dengan "Nisab Arba'ah ". Mereka menyebutkan ada empat kategori relasi : Tabaayun ( diferensi), Tasaawi (ekuivalensi),Umum wa khusus Mutlaq ( implikasi) dan Umum wa Khusus Minwajhin (asosiasi).1-Tabaayun :dua tashawwur kulli yang masing-masing dari keduanya tidak bisa diterapkan pada seluruh afrad tashawwur kulli yang lain. Atau dengan kata lain, afrad kulli yang satu tidak mungkin sama dan bersatu dengan afrad kulli yang lain. Misal, tashawwur manusia dan

Page 3: Paket Logika Atau Mantiq

tashawwur batu. Kedua tashawwur ini sangatlah berbeda dan afradnya tidak mungkin sama. Setiap manusia pasti bukan batu dan setiap batu pasti bukan manusia. 2-Tasaawi : dua tashawwur kulli yang keduanya bisa diterapkan pada seluruh afrad kulli yang lain. Misal, tashawwur manusia dan tashawwurt berpikir. Artinya setiap manusia dapat berpikir dan setiap yang berpikir adalah manusia.3-Umum wa khusus mutlak : dua tashawwur kulli yang satu dapat diterapkan pada seluruh afrad kulli yang lain dan tidak sebaliknya. Misal, tashawwur hewan dan tashawwur manusia. Setiap manusia adalah hewan dan tidak setiap hewan manusia. Afrad tashawwur hewan lebih umum dan lebih luas sehingga mancakup semua afrad tashawwur manusia.4-Umum wa khusus min wajhin :dua tashawwur kulli yang masing-masing dari keduanya dapat diterapkan pada sebagian afrad kulli yang lain dan sebagian lagi tidak bisa diterapkan. Misal, tashawwur manusia dan tashawwur putih. Kedua tashawwur kulli ini bersatu pada seorang manusia yang putih, tetapi terkadang keduanya berpisah seperti pada orang yang hitam dan pada kapur tulis yang putih.

Pertemuan Kedua. Hudud Dan Ta'rifatKita sepakat bahwa masih banyak hal yang belum kita ketahui ( majhul) dan kita sesuai dengan fitrah kita selalu ingin dan mecari tahu tentang hal-hal yang masih majhul bagi kita. Sebagaimana yang telah kita pelajari pada pertemuan yang lalu bahwa kita memiliki ilmu dan pengetahuan (maklum), baik tashawwuri ataupun tashdiqi. Majhul (jahil)sebagai anonim dari maklum (ilmu), juga terbagi menjadi dua majhul tashawwuri dan majhul tashdiqi. Untuk mencari tahu hal-hal majhul shatawwuri, kita membutuhkan maklum tshaswwuri (lihat definisi berpikir). Pencarian majhul tashawwur dinamakan " had " atau " ta'rif ".Had atau ta'rif adalah sebuah jawaban dan keterangan yang didahului pertanyaan " Apa ?".Kita disaat dihadapkan pada sesuatu yang belum kita ketahui (majhul), maka kita akan segara bertanya " apa itu ? ". Artinya kita bertanya tentang esensi dan hakikat sesuatu itu. Jawaban dan keterangan yang diberikan adalah had ( definisi ) dari sesuatu itu. Oleh karena itu, dalam disiplin ilmu mendefinisikan suatu materi yang akan dibahas penting sekali sebelum membahas masalah-masalah yang berkaitan dengannya. Perdebatan tentang sesuatu materi akan menjadi sia-sia kalau definisinya belum jelas dan disepakati. Ilmu mantiq bertugas menunjukkan cara membuat had atau definisi yang benar.

Macam-Macam Definisi. Ada lima kulli yang digunakan untuk mendefiniskan majhul tashawwuri. Lima kuli ini biasa disebut dengan ( kulliyat khamsah). Macam-macam definisi tergantung pada kulli yang digunakan untuk mendefinisikan. Lima kulli itu adalah : Nau' ( spesies ), jins ( genius ), fashl ( diferentia ), 'aradh 'aam (common accidens ) dan 'aradh khas ( proper accidens ) . Pembahasan tentang kulliyat khamsah ini secara detail termasuk pembahasan filsafat bukan pembahasan mantiq.1- Had Taam, adalah definisi yang menggunakan jins dan fashl, yakni definisi ini menjelaskan

bagian-bagian dari esensi yang majhul . Misalnya, Apakah manusia itu ? maka jawabannya adalah " Hewan yang berpikir "( natiq ). Hewan adalah jins manusia, dan berpikir adalah fashl manusia. Keduanya merupakan bagian dari esensi manusia.

2- Had Naaqish. Adalah definisi yang menggunakan jins saja. Misalnya, " Manusia adalah hewan ". Hewan adalah salah satu dari esensi manusia.

3- Rasam Taam, adalah definisi yang mengunakan 'ardh khas, misalnya, " Manusia adalah wujud yang berjalan, tegak lurus dan dapat tertawa "."Maujud yang berjalan ", "tegak lurus " dan " tertawa " bukan bagian dari esensi manusia, tetapi hanya bagian yang eksiden.

Page 4: Paket Logika Atau Mantiq

4- Rasam Naaqish, adalah definsi yang menggunakan 'ardh 'aam, misalnya, " Manusia adalah wujud yang berjalan ".

Qadhiyyah ( Proposisi )Tashdiqi, sebagaimana yang telah kita ketahui, adalah penilian dan penghukuman atas sesuatu dengan sesuatu yang lain, seperti gunung itu indah, manusia itu bukan kera dan lain sebagainya. Atas dasar itu, tashdiq berkaitan dengan dua sesuatu : maudhu' dan mahmul ( gunung sebagai maudhu' dan indah sebagai mahmul ). Gabungan dari dua sesuatu itu disebut qadhiyyah ( proposisi ) .

Macam-Macam Qadhiyyah.Setiap qadhiyyah terdiri dari tiga unsur ; mawdhu', mahmul dan rabithah ( hubungan antara mawdhu' dan mahmul ). Berdasarkan masing-masing unsur itu, qadhiyyah dibagi menjadi beberapa bagian.Berdasarkan rabithah-nya, qadhiyyah dibagi menjadi dua; hamliyyah ( proposisi kategoris ) dan syarthiyyah (proposisi hipotesis).Qadhiyyah hamliyyah adalah qadhiyyah yang terdiri dari mawdhu', mahmul dan rabithah. Lebih jelasnya, ketika kita membayangkan dalam benak kita tentang sesuatu, lalu kita menilai atau menetapkan atasnya sesuatu yang lain, maka sesuatu yang pertama disebut mawdhu' dan sesuatu yang kedua dinamakan mahmul dan yang menyatukan antara keduanya adalah rabithah. Misalnya, gunung itu indah. Gunung adalah mawdhu' , indah adalah mahmul dan kata " itu " adalah rabithah. Dan terkadang kita menafikan mahmul dari mawdhu', misalnya gunung itu tidak indah. Yang pertama disebut qadhiyyah hamliyyah mujabah ( afirmatif )dan yang kedua disebut qadhiyyah hamliyyah salibah ( negatif ). Qadhiyyah syarthiyyah terbentuk dari dua qadhiyyah hamliyah yang dihubungkan dengan huruf syarat seperti," jika " dan " setiap kali ". Contohnya, jika Tuhan itu banyak, maka bumi akan hancur. " Tuhan itu banyak " adalah qadhiyyah hamliyah demikian pula " bumi akan hancur " sebuah qadhiyyah hamliyah. Kemudian keduanya dihubungkan dengan kata " jika ".Qadhiyyah yang pertama ( dalam contoh, Tuhan itu banyak ) disebut muqaddam dan qadhiyyah yang kedua ( dalam contoh, bumi akan hancur )disebut taliQadhiyyah syarthiyyah dibagi menjadi dua; muttasilah dan munfasilah. Qadhiyyah syarthiyyah yang menggabungkan antara dua qadhiyyah seperti contoh di atas disebut muttasilah, yang maksudnya bahwa adanya " keseiringan " dan " kebersamaan " antara dua qadhiyyah. Tetapi qadhiyyah syarthiyyah yang menunjukkan adanya perbedaan dan keterpisahan antara dua qadhiyyah disebut munfasilah, seperti, Bila angka itu genap, maka ia bukan ganjil. Antara angka genap dan angka ganjil tidak mungkin kumpul.

Pertemuan Ketiga.

Qadhiyyah Mahshurah Dan Muhmalah. Pembagian qadhiyyah berdasarkan mawdhu'nya dibagi menjadi dua; mahshurah dan muhmalah. Mahshurah adalah qadhiyyah yang afrad ( realita) mawdhu'-nya ditentukan jumlahnya ( kuantitasnya) dengan menggunakan kata "semua" dan "setiap" atau "sebagian" dan "tidak semua". Contonya, semua manusia akan mati atau sebagian manusia pintar. Sedangkan dalam muhmalah jumlah afrad mawdhu'-nya tidak ditentukan. Contohnya, manusia akan mati, atau manusia itu pintar. Dalam ilmu mantiq, filsafat, eksakta dan ilmu pengetahuan lainnya, qadhiyyah yang dipakai adalah qadhiyyah mahshurah.

Page 5: Paket Logika Atau Mantiq

Qadhiyyah mahshurah terkadang kulliyah ( proposisi determinatif general) dan terkadang juz'iyyah (proposisi determinatif partikular) dan qadhiyyah sendiri ada yang mujabah (afirmatif) dan ada yang salibah (negatif) . Maka qadhiyyah mahshurah mempunyai empat macam:1- Mujabah kulliyyah : Setiap manusia adalah hewan 2- Salibah kulliyyah : Tidak satupun manusia yang berupa batu.3- Mujabah juz'iyyah : Sebagian manusia pintar4- Salibah juz'iyyah : Sebagian manusia bukan laki-laki.Sebenarnya masih banyak lagi pembagian qadhiyyah baik berdasarkan mahmul-nya ( qadhiyyah muhassalah dan mu'addlah), atau jihat qadhiyyah ( dharuriyyah, daimah dan mumkinah) dan qadhiyyah syarthiyyah muttasilah (haqiqiyyah, maani'atul jama' dan maani'atul khulw ). Namun qadhiyyah yang paling banyak dibahas dalam ilmu filsafat, mantiq dan lainnya adalah qadhiyyah mahshurah.

Hukum-Hukum Qadhiyyah.Setelah kita ketahui definisi dan pembagian qadhiyyah, maka pembahasan berikutnya adalah hubungan antara masing-masing dari empat qadhiyyah mahshurah. Pada pembahasan terdahulu telah kita ketahui bahwa terdapat empat macam hubungan antara empat tashawwuri kulli : tabaayun, tasaawi, umum wa khusus mutlak dan umum wa khusus min wajhin. Demikian pula terdapat empat macam hubungan antara masing-masing empat qadhiyyah mahshurah : tanaqudh, tadhadd, dukhul tahta tadhadd dan tadakhul.1-Tanaqudh : dua qadhiyyah yang mawdhu' dan mahmul-nya sama, tetapi kuantitas (kam) dan kualitasnya ( kaif ) berbeda, yakni yang satu kulliyah mujabah dan yang lainnya juz'iyyah salibah. Misalnya, " Semua manusia hewan " (kulliyyah mujabah) dengan " Sebagian manusia bukan hewan " ( juz'iyyah salibah) . Dua qadhiyah ini disebut pula mutanaqidhain (kontradiktif).2-Tadhad : dua qadhiyah yang sama kuantitasnya ( keduanya kulliyyah ), tetapi yang satu mujabah dan yang lain salibah. Misalnya, " Semua manusia dapat berpikir " ( kulliyyah mujabah ) dengan " Tidak satupun dari manusia dapat berpikir " ( kulliyyah salibah). Dua qadhiyyah ini disebut pula mutadhaddain ( kontrariatif) .3- Dukhul tahta tadhad : dua qadhiyyah yang sama kuantitasnya ( keduanya juz'iyyah), tetapi yang satu mujabah dan lain salibah. Misalnya, " Sebagian manusia pintar ( juz'iyyah mujabah ) dengan " Sebagian manusia tidak pintar (juz'iyyah salibah) . Dua qadhiyyah ini disebut pula dakhilatain tahta tadhad ( interferensif sub-kontrariatif)4-Tadakhul : dua qadhiyyah yang sama kualitasnya tetapi kuantitasnya berbeda. Misalnya, " Semua manusia akan mati " ( kulliyyah mujabah) dengan " Sebagian manusia akan mati " ( juz'iyyah mujabah) atau " Tidak satupun dari manusia akan kekal " (kulliyyah salibah ) dengan " Sebagian manusia tidak kekal " ( juz'iyyah salibah). Dua qadhiyyah ini disebut pula mutadakhilatain ( interferensif ).

Hukum dua qadhiyah mutanaqidhain ( kontradiktif ) jika salah satu dari dua qadhiyyah itu benar, maka yang lainnya pasti salah. Demikian pula jika yang satu salah, maka yang lainnya benar. Artinya tidak mungkin ( mustahil) keduanya benar atau keduanya salah. Dua qadhiyyah biasa dikenal dengan ijtima' al naqidhain mustahil ( kombinasi kontradiktif ).Hukum dua qadhiyah mutadhaddain (kontrariatif), jika salah satu dari dua qadhiyyah itu benar, maka yang lain pasti salah. Tetapi, jika salah satu salah, maka yang lain belum tentu benar. Artinya keduanya tidak mungkin benar, tetapi keduanya mungkin salah.Hukum dua qadhiyyah dakhlatain tahta tadhad (interferensif sub-kontrariatif), jika salah satu dari dua qadhiyyah itu salah, maka yang lain pasti benar. Tetapi, jika yang satu benar, maka yang lain belum tentu salah. Dengan kata lain, kedua qadhiyyah itu tidak mungkin salah, tetapi mungkin saja keduanya benar.Hukum dua qadhiyyah mutadakhilatain (interferentif ), berbeda dengan masalah tashawwuri ( lihat pembahasan tentang nisab arba'ah , bahwa tashawwur kulli- manusia, misalnya - lebih

Page 6: Paket Logika Atau Mantiq

umum dari tashawwur juz'i - Ali, misalnya), qadhiyyah kulliyyah lebih khusus dari qadhiyyah juz'iyyah. Artinya jika qadhiyyah kulliyyah benar, maka qadhiyyah juz'iyyah pasti benar. Tetapi, jika qadhiyyah juz'iyyah benar, maka qadhiyyah kulliyyah belum tentu benar. Misalnya, jika " setiap A adalah B "(qadhiyyah kulliyyah) , maka pasti " sebagian A pasti B ". Tetapi jika " sebagian A adalah B" , maka belum pasti " setiap A adalah B ".

Tanaqudh.Salah satu hukum qadhiyyah yang menjadi dasar semua pembahasan mantiq dan filsafat adalah hukum tanaqudh ( hukum kontradiksi ). Para ahli mantiq dan filsafat menyebutkan bahwa selain mawdhu' dan mahmul dua qadhiyyah mutanaqidhain itu harus sama, juga ada beberapa kesamaan dalam kedua qadhiyyah tersebut. Kesamaan itu terletak pada :1- Kesamaan tempat ( makan)2- Kesamaan waktu (zaman)3- Kesamaan kondisi (syart)4- Kesamaan korelasi (idhafah)5- Kesamaan pada sebagian atau keseluruhan (juz dan kull )6- Kesamaan dalam potensi dan aktual ( bil quwwah dan bil fi'li).

Qiyas ( Silogisme )Pembahasan tentang qadhiyyah sebenarnya pendahuluan dari masalah qiyas, sebagaimana pembahasan tentang tashawwur sebagai pendahuluan dari hudud atau ta'rifat. Dan sebenarnya inti pembahasan mantiq adalah hudud dan qiyas. Qiyas adalah kumpulan dari beberapa qadhiyyah yang berkaitan yang jika benar, maka dengan sendirinya ( li dzatihi) akan menghasilkan qadhiyyah yang lain (baru).Sebelum kita lebih lnjut membahas tentang qiyas, ada baiknya kita secara sekilas beberapa macam hujjah (argumentasi ). Manusia disaat ingin mengetahui hal-hal yang majhul, maka terdapat tiga cara untuk mengetahuinya:1- Pengetahuan dari juz'i ke juz'i yang lain. Argumenatsi ini sifatnya horisontal, dari sebuah titik

yang parsial ke titik parsial lainnya. Argumentasi ini disebut tamtsil (analogi ).2- Pengetahuan dari juz'i ke kulli. Atau dengan kata lain, dari khusus ke umum ( meng-

generalisasi yang parsial ) Argumentasi ini bersifat vertikal, dan disebut istiqra' ( induksi ).3- Pengetahuan dari kulli ke juz'i. Atau dengan kata lain, dari umum ke khusus. Argumentasi ini

disebut qiyas ( silogisme ).

Macam-macam Qiyas.Qiyas dibagi menjadi dua; iqtirani ( silogisme kategoris ) dan istitsna'i ( silogisme hipotesis ). Sesuai dengan definisi qiyas di atas, satu qadhiyyah atau beberapa qadhiyyah yang tidak dikaitkan antara satu dengan yang lain tidak akan menghasilkan qadhiyyah baru. Jadi untuk memberikan hasil (konklusi ) diperlukan beberapa qadhiyyah yang saling berkaitan. Dan itulah yang namanya qiyas.

1- Qiyas Iqtirani.Qiyas iqtirani adalah qiyas yang mawdhu' dan mahmul natijahnya berada secara terpisah pada dua muqaddimah. Sebagai contoh: " Kunci itu besi " dan " setiap besi akan memuai jika dipanaskan ", maka " kunci itu akan memuai jika dipanaskan ".Qiyas ini terdiri dari tiga qadhiyyah; 1-Kunci itu besi, 2- setiap besi akan memuai jika dipanaskan dan 3- kunci itu akan memuai jika dipanaskan.Qadhiyyah pertama disebut muqaddimah shugra (premis minor), qadhiyyah kedua disebut muqaddimah kubra ( premis mayor) dan yang ketiga adalah natijah ( konklusi) .

Page 7: Paket Logika Atau Mantiq

Natijah merupakan gabungan dari mawdhu' dan mahmul yang sudah tercantum pada dua muqaddimah , yakni, " kunci " (mawdhu') dan " akan memuai jika dipanaskan " (mahmul). Sedangkan " besi " sebagai had awshat.Yang paling berperan dalam qiyas adalah penghubung antara mawdhu' muqadimah shugra dengan mahmul muqaddimah kubra. Penghubung itu disebut had awsath. Had awsath harus berada pada kedua muqaddimah (shugra dan kubra ) tetapi tidak tecantum dalam natijah. (lihat contoh ) Empat Bentuk Qiyas Iqtirani.Qiyas iqtirani kalau dilihat dari letak kedudukan had awsath-nya pada muqaddimah shugra dan kubra mempunyai empat bentuk :1- Syakl Awwal : Qiyas yang had awsth-nya menjadi mahmul pada muqaddimah shugra dan

menjadi mawdhu' pada muqaddimah kubra.Misalnya, " Setiap Nabi itu makshum ", dan " setiap orang makshum adalah teladan yang baik ", maka " setiap nabi adalah teladan yang baik ". " Makshum " adalah had awsath, yang menjadi mahmul pada muqaddimah shugra dan menjadi mawdhu' pada muqaddimah kubra.

Syarat-syarat syakl awwal.Syakl awwal akan menghasilkan natijah yang badihi ( jelas dan pasti)jika memenuhi dua syarat berikut ini a- Muqaddimah shugra harus mujabah.b- Muqaddimah kubra harus kulliyah.

2- Syakl Kedua : Qiyas yang had awshat-nya menjadi mahmul pada kedua muqaddimah-nya. Misalnya, " Setiap nabi makshum ", dan " tidak satupun pendosa itu makshum ", maka " tidak satupun dari nabi itu pendosa ".

Syarat-syarat syakl kedua.a- Kedua muqaddimah harus berbeda dalam kualitasnya (kaif, yakni mujabah dan salibah ).b- Muqaddimah kubra harus kulliyyah.

3- Syakl Ketiga : Qiyas yang had awshat-nya menjadi mawdhu' pada kedua muqaddimahnya. Misalnya, " Setiap nabi makshum ", dan " sebagian nabi adalah imam", maka " sebagian orang makshum adalah imam "

Syarat-syarat Syakl ketiga. a- Muqaddimah sughra harus mujabah.b- Salah satu dari kedua muqaddimah harus kulliyyah.

Syakal Keempat : Qiyas yang had awsath-nya menjadi mawdhu' pada muqaddimah shugra dan menjadi mahmul pada muqaddimah kubra (kebalikan dari syakl awwal.) Syarat-syarat Syakl keempat.a- Kedua muqaddimahnya harus mujabah.b- Muqaddimah shugra harus kulliyyah. Ataua- Kedua muqaddimahnya harus berbeda kualitasnya (kaif)b- Salah satu dari keduanya harus kulliyyah.

Catatan Menurut para mantiqiyyin bentuk qiyas iqtirani yang badihi (jelas sekali) adalah yang pertama sedangkan yang kedua dan ketiga membutuhkan pemikiran. Adapun yang keempat sangat sulit diterima oleh pikiran. Oleh karena itu Aristoteles sebagai penyusun mantiq yang pertama tidak mencantumkan bentuk yang keempat.

2-Qiyas Istitsna'i.

Page 8: Paket Logika Atau Mantiq

Berbeda dengan qiyas iqtirani, qiyas ini terbentuk dari qadhiyyah syarthiyyah dan qadhiyyah hamliyyah. Misalnya, " Jika Muhammad itu utusan Allah, maka dia mempunyai mukjizat. Oleh karena dia mempunyai mukjizat, berarti dia utusan Allah."Penjelasannya, " Jika Muhammad itu utusan Allah, maka dia mempunyai mukjizat " adalah qadhiyyah syarthiyyah yang terdiri dari muqaddam dan tali ( lihat definisi qadhiyyah syarthiyyah), dan " Dia mempunyai mukjizat " adalah qadhiyyah hamliyyah. Sedangkan " maka dia mempunyai mukjizat " adalah natijah.Dinamakan istitsna'i karena terdapat kata " tetapi" atau " oleh karena".

Macam-Macam Qiyas istitsna'i.Ada empat macam qiyas istitsna'i :1- Muqaddam positif dan tali positif. Misalnya, "Jika Muhammad utusan Allah, maka dia

mempunyai mukjizat. Tetapi Muhammad mempunyai mukjizat berarti Dia utusan Allah". 2- Muqaddam negatif dan tali positif. Misalnya, " Jika Tuhan itu tidak satu, maka bumi ini akan

hancur. Tetapi bumi tidak hancur, berarti Tuhan satu ( tidak tidak satu)".3- Tali negatif dan muqaddam negatif. Misalnya, " Jika Muhammad bukan nabi, maka dia tidak

mempunyai mukjizat. Tetapi dia mempunyai mukjizat, berarti dia Nabi ( bukan bukan nabi)".4- Tali negatif dan muqaddam positif. Misalnya, " Jika Fir'aun itu Tuhan, maka dia tidak akan

binasa. Tetapi dia binasa, berarti dia bukan Tuhan".

Paket Materi Filsafat Islam Apakah filsafat itu ?Filsafat diambil dari bahasa Arab ( falsafah). Kata ini sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu " philosophia ". Philo berarti pencinta dan shopia berarti ilmu. Philosophio berarti pencinta ilmu. Istilah ini semula dipakai oleh Socrates sebagai ungkapan kerendahan hati (tawadhu' ) atau ingin menyindir kaum sophis yang mengklaim sebagai orang yang berilmu.Di dunia Islam , dahulu kala, kata filsafat diartikan tidak untuk satu disipilin ilmu tertentu. Semua pengetahuan rasional (aqli) seperti, theologi, riyadhiyyat (matematika), fisika, biologi, politik dan lainnya dinamai filsafat. Ilmu-ilmu yang didasari tekstual (naqli) seperti, linguistik,nahwu (tata bahasa), kesusastraan, tafsir, hadits, fiqih, ushul tidak termasuk filsafat. Oleh karena itu, pada saat itu, seorang filusuf adalah orang yang meguasai semua cabang ilmu duniaMereka membagi filsafat menjadi dua bagian, filsafat teoritis dan filsafat praktis. Yang pertama menyangkut masalah-masalah sebagaimana mestinya dan yang kedua tentang perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan manusia.Filsafat teoritis dibagi tiga; theologi (ilahiyyat) atau filsafat tinggi, matematika (riyadhiyyat) atau filsafat tengah dan tabi'iyyat atau filsafat rendah. Masalah-masalah filsafat tinggi sendiri ada dua ; masalah-masalah filsafat yang umum dan khusus. Dan Dan filsafat praktis ada tiga macam; ilmu akhlak, ilmu tentang rumah tangga dan ilmu politik (atau, barangkali, sosial-politik)

Haqiqat Filsafat atau Ilmu yang Tinggi. Filsafat tinggi atau ilahiyyat lebih tinggi dari filsafat lainnya karena,a- filsafat ini lebih meyakinkan dan lebih dapat dibuktikan kebenarannya.b- filsafat ini merupakan ketua dari bagian-bagian yang lain ,karena yang lain membutuhkannya

dan ia tidak membutuhkan selainnya.c- ia lebih general dan umum. Menurut para filusuf klasik, haqiqat filsafat adalah ilahiyyat. Mereka dalam mendifinisikan filafat menyatakan, " Haqiqat filsafat adalah pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan wujud sebagai wujud .

Page 9: Paket Logika Atau Mantiq

Filsafat tinggi hanya membahas tentang wujud ( ada atau being) itu sendiri bagaimana ia ?, apa saja hukum-hukumnya ? dan tidak membahas sesuatu yang ada, misalnya kedokteran membahas badan manusia yang merupakan bagain dari wujud dan ilmu-ilmu lainnya. Oleh karena ilmu pembahasan dalam filsafat adalah pembahasan yang paling umum dan mendasar, juga dibutuhkan oleh ilmu-ilmu lainnya. Seseorang ketika membicarakan masalah kesehatan badan terlebih dahulu harus meyakini adanya badan itu sendiri. Nah, yang mengurusi masalah wujud sebagai wujud dan hal-hal yang berkaitan dengan wujud sebagai wujud adalah filsafat tinggi.

Filsafat Paripatetik (masysya'iyyah) dan Filsafat Iluminasi (isyraqiyyah).Para filusuf Islam terbagi mejadi dua kelompok ; filusuf israqi dan filusuf masysya'i. Tokoh utama kelompok pertama adalah Syeikh Syihabuddin Suhrawardi, salah seorang ulama abad enam hijriyyah dan tokoh kelompok kedua adalah Syeikh Ra'is Abu Ali bin Sina ( atau biasa disebut Ibnu Sina ).Isyraqiyyah merupakan penerus aliran Platonis sedangkan Masysya'iyyah penerus aliran Aristotelis. Perbedaan yang substansial antara kedua kelompok ini adalah methoda (aproach) penelitian terhadap masalah-masalah filsafat. Methoda yang digunakan oleh Isyraqiyyah adalah argumentasi dan pemikiran rasional dan suluk hati, mujahadah jiwa dan pembersihan hati. Sedangkan Masysya'iyyah hanya mengunakan pendekatan rasional (aqli) saja.Disamping perbedaan methode antara dua kelompok ini, juga terdapat perbedaan pandangan dalam beberapa masalah, yang sebenarnya perbedaan ini terjadi antara Plato dengan Aristoteles, seperti:1- Teori " ideas ". Menurut teori ini bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini, baik yang

substansi maupn aksiden, berasal dari alam lain. Benda-benda yang ada di dunia ini hanya beyangan atau duplikat dari benda-benda di alam tersebut. Ibnu Sina sebagaimana Aristoteles sangat menolak teori ini, sebaliknya Suhrawardi sangat menndukungnya. Termasuk yang mendukung teori ini adalah Mulla Shadra, meskipun ungkapan yang dipakai olehnya tidak sama dengan ungkapan Plato maupun Suhrawardi.

2- Problematika ruh manusia. Plato bependapat bahwa ruh sudah ada sebelum berhubungan dengan badan. Ia berada di tempat yang lebih tinggi, yaitu alam idea. Kemudian setelah terciptanya badan ruh itu bertempat di dalamnya.

3- Teori yad awari. Berdasarkan dua teori di atas, pengetahuan yang dimiliki manusia di alam dunia merupakan pengulangan dari apa yang telah ia ketahui sebelumnya dia alam idea. Jadi manusia tidak belajar dari ketidak tahuan tetapi hanya mengulangi pengetahuan yang pernah ia ketahui.

Hikmah Muta'aliyah (filsafat transendental) Dalam perkembangan berikutnya di dunia filsafat Islam muncul sebuah aliran filsafat baru yang terkenal dengan sebutan hikmah muta'aliyah. Nama ini pernah digunakan oleh Ibnu Sina. Tetapi yang dikenal sebagai tokoh aliran ini adalah Shadruddin Syirazi atau yang biasa disebut dengan Mulla Shadra (wafat 1050 H). Secara umum filsafat Shadraiyyah (hikmah muta'aliyah) mirip dengan filsafat israqiyyah dalam memadukan pendekatan rasional dengan pendekatan kasyf dan syuhud, tetapi berbeda dalam sisi interpretasi dan konklusi dari dua pendekatan itu.Menurut Muthahhari bahwa filsafat Shadraiyyah telah berhasil mendamaikan dan memecahkan perselisihan-perselisihan yang ada antara Masysyaiyyah dengan isyraqiyyah, atau antara filsafat dengan irfan, antara filsafat dengan kalam.Karya Mulla Shadra yang monumental dan sampai saat ini menjadi kitab filsafat yang dipelajari secara tradisionil di Iran adalah kitab al Asfar al Arba'ah ( empat perjalanan). Nama ini diambil karena menurutnya perjalanan akal atau pikiran manusia menyerupai empat perjalanan ( suluk) ruhani menuju Allah Ta'ala.

Page 10: Paket Logika Atau Mantiq

1- Perjalanan dari makhluk menuju al Haq, 2- Perjalanan dengan al Haq dalam (kesempurnaan) al Haq, 3- Perjalanan dari al Haq menuju makhluk dengan al Haq dan 4- Perjalanan di tengah mahkluk dengan al Haq.

Masalah-masalah filsafat Islam. Seperti yang telah disebutkan bahwa filsafat membahas wujud sebagai wujud (lihat haqiqat filsafat). Wujud dalam filsafat menjadi inti dan poros semua permasalahan filsafat. Masalah-masalah yang dibahas sekitar wujud dapat kita bagi menjadi beberapa bagian;1- Masalah-masalah yang berkaitan dengan wujud itu sendiri dan anonimnya, yakni ketiadaan

dan esensi (mahiyat). Sebenarnya di alam realita ini selain wujud tidak ada sesuatu yang lain. Tetapi akal manusia dapat menciptakan dalam alam benak dua buah konsep sebagai lawan dari wujud; ketiadaan dan mahiyat.

2- Macam-macam wujud, misalnya wujud realita dan wujud dalam benak, wujud yang wajib dan wujud yang mungkin, wujud yang qadim dan wujud yang hadits, wujud yang tetap dan yang berubah, wujud yang tunggal dan yang banyak , wujud bil quwwah dan bil fi'li dan wujud yang substansial (jawhar )dan wujud yang aksidental ('ardh).

3- Hukum-hukum wujud yang universal seperti hukum kausalitas (sebab akibat), keserasian antara sebab dengan akibat dan lain sebagainya.

4- Tingkat-tingkat alam wujud. Para filisuf Islam meyakini empat alam wujud yang universal; a-alam tabiat atau nasut; yakni alam materi yang mempunyai tiga dimensi (ruang, waktu dan gerak) atau dengan kata lain, alam inderawi dan dunia. b- alam mitsal atau malakut; yakni alam yang lebih tinggi dari alam tabiat. Alam mempunyai bentuk tetapi mempunyai dimensi gerak, waktu dan tidak berubah. c- aqal atau jabarut, yaitu alam yang lapas dari bentuk dan lebih tinggi dari alam malakut. d- alam uluhiyat atau lahut, yaitu alam ketuhanan dan ketunggalan (ahadiyyat).

5- Hubungan antara alam tabiat dengan tiga alam di atasnya, seperti perjalanan menurun dari alam lahut sampai alam tabiat atau sebaliknya dari alam tabiat sampai alam lahut.

Wujud dan Mahiyat.Mahiyat adalah sebuah kata Arab yang diambil dari maa huwa ?(apa itu). Jawaban dari pertanyaan itu disebut mahiyat. Dengan kata lain mahiyat adalah sebuah jawaban dari pertanyaan apa itu ?.Wujud dan mahiyat adalah dua hal yang menyatu di alam realita dan berbeda di alam benak. Misalnya, manusia ada (wujud), rumah ada, singa ada. Lalu yang membedakan antara manusia, rumah dan singa tentu bukan wujud mereka, karena mereka sama-sama ada. Yang membedakan mereka adalah mahiyat mereka. Dan kita meyakini wujud sesuatu yang banyak tetapi kita tidak mengetahui apa mereka itu ( baca: mahiyat mereka itu). Dengan demikian wujud bukanlah mahiyat. Kemudian mana diantara keduanya yang mempunyai ashalat ?Para filusuf Islam memperdebatkan masalah ini, manakah yang ashalat, wujud atau mahiyat ? Yang dimaksud dengan ashalat adalah sesuatu yang tampak dan mempunyai akses ke alam realita. Yang pertama kali membahas masalah ini adalah seorang filusuf yang bernama Mirdamad, guru Mulla Shadra. Dia berpendapat bahwa yang mempunyai ashalat adalah mahiyat bukan wujud. Bertolak belakang dengan pendapat ini, Mulla Shadra berpendapat wujudlah yang mempunyai ashalat. Dalam buku-buku filsafat Islam diuraikan alasan-alasan dari dua pendapat ini, misalnya buka bidayah al hikmah dan nihayah al hikmah karya Allamah Thaba'thabai.

Wujud Realita dan Wujud Dalam Benak.Salah satu pembagian wujud adalah wujud dibagi menjadi dua ; wujud realita (wujud khariji) dan wujud dalam benak ( wujud dzihni). Yang dimaksud dengan wujud realita adalah wujud di luar

Page 11: Paket Logika Atau Mantiq

benak manusia, seperti air, gunung, malaikat, jin dan Tuhan. Wujud ini nyata, baik ada dalam benak manusia maupun tidak ada. Sedangkan yang dimaksud dengan wujud dzihni adalah gambaran dari wujud-wujud realita, seperti gambaran gunung yang ada dalam benak manusia. Gunung dan yang lainnya yang ada dalam benak mempunyai hukum-hukum wujud tersendiri.Masalah yang berkaitan dengan wujud dzihni adalah apakah yang kita ketahui melalui indra atau akal yang kemudian membentuk menjadi wujud dzihni sesuai dengan kenyataan atau tidak ? Sebagian berpendapat bahwa sebagian pengetahuan , baik melalui indra maupun akal, sesuai dengan kenyataan dan sebagian tidak sesuai. Pengetahuan yang sesuai dengan kenyataan disebut " haqiqat " dan yang tidak sesuai disebut "salah ". Kesalahan bisa terjadi pada pengetahuan indrawi dan bisa terjadi karena kesalahan berpikir.

Hadits dan Qadim.Secara etimologi hadits atau huduts berarti baru dan qadim atau qidam berarti lama. Dalam ilmu filsafat dan ilmu kalam kedua kata ini mempunyai arti yang berbeda dengan arti bahasanya. Dalam pembahasan ini, para filusuf ingin menyatakan apa saja yang hadist dan apa saja yang qadim dari segala yang ada di alam realita ini.Mereka mengartikan hadist yaitu sesuatu yang sebelum ada (wujud) pernah tidak ada, atau dengan kata lain, sesuatu yang keberadaannya didahului dengan ke-tiada-annya sendiri. Dan qadim adalah sesuatu yang tidak pernah mengalami ke-tidak ada-an, atau sesuatu yang keberadaannya tidak didahului ke-tiada-annya sendiri. Sebuah pohon yang umurnya ratusan tahun adalah hadist karena ribuan tahun sebelumnya ia tidak ada.Yang menjadi permasalahan filsafat apakah segala yang ada di alam realita ini bersifat hadits atau semuanya qadim ?.Para mutakallimin berpendapat bahwa yang bersifat qadim hanya Allah sedangkan selainNya atau alam dengan segala tingkatan dan jenisnya adalah hadits. Para filusuf Islam berpendapat bahwa hadits (kebaruan) adalah ciri khas alam tabi'at atau alam materi, sedangkan alam di atas materi ( metafisik) atau alam non materi ( mujarrad) adalah qadim. Pembahasan tentang hadits dan qadimnya alam menjadi bahan pedebatan yang sengit antara para filusuf dan mutakallimin. Ghazzali misalnya, seorang tokoh yang banyak dipengaruhi cara berpikir tashawwuf dan sedikit dipengaruhi cara berpikir theologis dalam bukunya " tahafut al falasifah " mengkafirkan Ibnu Sina dalam beberapa masalah, diantaranya masalah qadim nya alam. Namun Ibnu Rusyd al Andalusi telah membantah buku Ghazali tersebut dalam bukunya " tahafut al tahafut ".Para mutakallimin memberikan alasan bahwa sesuatu yang qadim itu selalu ada dan tidak pernah tiada. Sehingga dengan demikian ia tidak membutuhkan 'illat dan khaliq. Maka jika ada sesuatu selain Allah swt. qadim berarti ia seperti Allah yakni wajib wujud (ada dengan sendirinya dan tidak membutuhkan 'illat). Padahal dalil-dalil menujukkan bahwa yang wajib wujud hanyalah Allah swt. Maka yang qadim hanya Allah swt.Kemudian para filusuf membantah argumentasi mereka dengan menyatakan bahwa kesalahan para mutakallimin adalah bahwa sesuatu yang qadim tidak membutuhkan 'illat. Padahal tidak demikian. Karena butuhnya sesuatu kepada 'illat berkaitan dengan apakah sesuatu itu wajib wujud atau mumkin wujud dan tidak berkaitan dengan qadim dan hadits. Dan itu dua masalah yang berbeda. Misalnya sinar matahari yang berasal dan tergantung kepada matahari. Ada matahari maka ada sinarnya dan tidak mungkin ada sinar matahari tanpa adanya matahari dan sebaliknya. Dengan kata lain, keberadaan sinar matahari tergantung dan membutuhkan matahari. Terlepas apakah matahari itu qadim atau hadits. Seandainya matahari itu qadim maka sinarnya qadim juga, tetapi qadimnya sinar matahari tidak berarti ia tidak membutuhkan matahari.Para filusuf mengumpamakan hubungan alam raya dengan Tuhan sama dengan hubungan sinar matahari dengan matahari. Dalam pengertian ketergantungan dan kebutuhan alam kepada Tuhan sama dengan ketergantungan dan kebutuhan sinar matahari kepada matahari. Hubungan Tuhan

Page 12: Paket Logika Atau Mantiq

dengan alam raya seperti itu diseinyalir dalam Qur'an " Allah adalah pemberi cahaya langit dan bumi " ( QS :Nur 35). Para ahli tafsir menjelaskan bahwa langit dan bumi adalah percikan cahaya Tuhan.Para filusuf ketika meyakini bahwa alam itu qadim, beranjak dari keyakinan bahwa Tuhan maha pemberi anugerah secara mutlak, maka tidak mungkin anugerahNya berhenti sedikitpun. Dan mereka tidak mempunyai alasan tentang qadimnya alam dari alam itu sendiri, seperti halnya kaum atheis yang meyakini bahwa alam itu qadim dan ada dengan sendirinya melalui keberadaan alam itu sendiri.

Perubahan dan Ketetapan.