papa

6
Papa...Baca yang keras ya... Share Thursday, October 15, 2009 at 4:02pm Pa....Baca yang Keras ya... Pada suatu malam Budi, seorang eksekutif sukses, seperti biasanya sibuk memperhatikan berkas-berkas pekerjaan kantor yang dibawanya pulang ke rumah, karena keesokan harinya ada rapat umum yang sangat penting dengan para pemegang saham. Ketika ia sedang asyik menyeleksi dokumen kantor tersebut, Putrinya Jessica datang mendekatinya, berdiri tepat disampingnya, sambil memegang buku cerita baru. Buku itu bergambar seorang peri kecil yang imut, sangat menarik perhatian Jessica, "Pa liat"! Jessica berusaha menarik perhatian ayahnya. Budi menengok ke arahnya, sambil menurunkan kacamatanya, kalimat yang keluar hanyalah kalimat basa-basi "Wah,. buku baru ya Jes?", "Ya papa" Jessica berseri-seri karena merasa ada tanggapan dari ayahnya. "Bacain Jessi dong Pa" pinta Jessica lembut, "Wah papa sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh" sanggah Budi dengan cepat. Lalu ia segera mengalihkan perhatiannya

Upload: yohana-christanti-herianto

Post on 13-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

story

TRANSCRIPT

Page 1: Papa

Papa...Baca yang keras ya...

Share

 Thursday, October 15, 2009 at 4:02pm

Pa....Baca yang Keras ya...

Pada suatu malam Budi, seorang eksekutif sukses, seperti biasanya sibuk memperhatikan

berkas-berkas pekerjaan kantor yang dibawanya pulang ke rumah, karena keesokan harinya

ada rapat umum yang sangat penting dengan para pemegang saham. Ketika ia sedang asyik

menyeleksi dokumen kantor tersebut, Putrinya Jessica datang mendekatinya, berdiri tepat

disampingnya, sambil memegang buku cerita baru.

Buku itu bergambar seorang peri kecil yang imut, sangat menarik perhatian Jessica, "Pa liat"!

Jessica berusaha menarik perhatian ayahnya. Budi menengok ke arahnya, sambil menurunkan

kacamatanya, kalimat yang keluar hanyalah kalimat basa-basi "Wah,. buku baru ya Jes?",

"Ya papa" Jessica berseri-seri karena merasa ada tanggapan dari ayahnya. "Bacain Jessi dong

Pa" pinta Jessica lembut, "Wah papa sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh" sanggah Budi

dengan cepat. Lalu ia segera mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang berserakkan

didepannya, dengan serius.

Jessica bengong sejenak, namun ia belum menyerah. Dengan suara lembut

dan sedikit manja ia kembali merayu "pa, mama bilang papa mau baca untuk

Jessi" Budi mulai agak kesal, "Jes papa sibuk, sekarang Jessi suruh mama baca ya" "Pa,

mama cibuk terus, papa liat gambarnya lucu-lucu",

"Lain kali Jessica, sana! papa lagi banyak kerjaan" Budi berusaha memusatkan perhatiannya

pada lembar-lembar kertas tadi, menit demi menit berlalu, Jessica menarik nafas panjang dan

tetap disitu, berdiri ditempatnya penuh harap, dan tiba-tiba ia mulai lagi. "Pa,.. gambarnya

Page 2: Papa

bagus, papa pasti suka", "Jessica, PAPA BILANG, LAIN KALI!!" kata Budi membentaknya

dengan keras, Kali ini Budi berhasil, semangat Jessica kecil terkulai, hampir menangis,

matanya berkaca-kaca dan ia bergeser menjauhi ayahnya

"Iya pa,. lain kali ya pa?" Ia masih sempat mendekati ayahnya dan sambil menyentuh lembut

tangan ayahnya ia menaruh buku cerita di pangkuan sang Ayah. "Pa kalau papa ada waktu,

papa baca keras-keras ya pa, supaya Jessica bisa denger".

Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa dua pekan telah berlalu namun

permintaan Jessica kecil tidak pernah terpenuhi, buku cerita Peri Imut, belum pernah

dibacakan bagi dirinya. Hingga suatu sore terdengar suara hentakan keras "Buukk!!"

beberapa tetangga melaporkan dengan histeris bahwa Jessica kecil terlindas kendaraan

seorang pemuda mabuk yang melajukan kendaraannya dengan kencang didepan rumah Budi.

Tubuh Jessica mungil terhentak beberapa meter, dalam keadaan yang begitu panik ambulance

didatangkan secepatnya.

Selama perjalanan menuju rumah sakit, Jessica kecil sempat berkata dengan begitu lirih

"Jessi takut Pa, Jessi takut Ma, Jessi sayang papa mama" darah segar terus keluar dari

mulutnya hingga ia tidak tertolong lagi ketika sesampainya di rumah sakit terdekat.

Kejadian hari itu begitu mengguncangkan hati nurani Budi, Tidak ada lagi waktu tersisa

untuk memenuhi sebuah janji. Kini yang ada hanyalah penyesalan. Permintaan sang buah hati

yang sangat sederhana,.. pun tidak terpenuhi. Masih segar terbayang dalam ingatan budi

tangan mungil anaknya yang memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita, kini

sentuhan itu terasa sangat berarti sekali, ",...papa baca keras-keras ya Pa, supaya Jessica bisa

denger" kata-kata Jessi terngiang-ngiang kembali.

Page 3: Papa

Sore itu setelah segalanya telah berlalu, yang tersisa hanya keheningan dan kesunyian hati,

canda dan riang Jessica kecil tidak akan terdengar lagi, Budi mulai membuka buku cerita peri

imut yang diambilnya perlahan dari onggokan mainan Jessica di pojok ruangan. Bukunya

sudah tidak baru lagi, sampulnya sudah usang dan koyak. Beberapa coretan tak berbentuk

menghiasi lembar-lembar halamannya seperti sebuah kenangan indah dari Jessica kecil.

Budi menguatkan hati, dengan mata yang berkaca-kaca ia membuka halaman pertama dan

membacanya dengan sura keras, tampak sekali ia berusaha membacanya dengan keras, Ia

terus membacanya dengan keras-keras halaman demi halaman, dengan berlinang air mata.

"Jessi dengar papa baca ya" selang beberapa kata,.. hatinya memohon lagi "Jessi papa minta

maaf nak" "papa sayang Jessi" Seakan setiap kata dalam bacaan itu begitu menggores lubuk

hatinya, tak kuasa menahan itu Budi bersujut dan menangis, memohon satu kesempatan lagi

untuk mencintai.

Seseorang yang mengasihi selalu mengalikan kesenangan dan membagi kesedihan kita, Ia

selalu memberi PERHATIAN kepada kita karena ia peduli kepada kita.

ADAKAH "PERHATIAN TERBAIK" ITU BEGITU MAHAL BAGI MEREKA ?

BERILAH "PERHATIAN TERBAIK" WALAUPUN ITU HANYA SEKALI

Bukankah Kesempatan untuk memberi perhatian kepada orang-orang yang kita cintai itu

sangat berharga ?

DO IT NOW

Berilah "PERHATIAN TERBAIK" bagi mereka yang kita cintai.

Page 4: Papa

LAKUKAN SEKARANG !! KARENA HANYA ADA SATU KESEMPATAN UNTUK

MEMPERHATIKAN DENGAN HATI KITA

Kisah ini pernah di Tulis dalam MAJALAH HATI BARU Vol. 3

No. 11, April 2001

Sumber : Touching 9 minutes by Anthony Harton