paper ca ovarium
DESCRIPTION
Paper Ca OvariumTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu
dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita
kanker ini umumnya didiagnosis terlambat, karena belum adanya metode deteksi
dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker ovarium saja yang
dapat terdiagnosa pada stadium awal. Kanker ovarium erat hubungannya dengan
wanita yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah atau intenfertilitas dan
biasanya terjadi pada wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas
35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat ovarium, kanker
payudara atau kanker kolon, sedangkan wanita dengan riwayat kehamilan pertama
terjadi pada usia di bawah 25 tahun, dengan penggunaan pil kontrasepsi dan
menyusui akan menurunkan kanker ovarium sebanyak 30 - 60%.
Di Indonesia tumor ganas ovarium banyak dijumpai dan merupakan
penyebab kematian ketiga setelah tumor ganas serviks dan tumor ganas payudara,
padahal five-years survival ratenya dalam 50 tahun terakhir ini tidak banyak
mengalami kemajuan yaitu berkisar antara 20-37%. Tumor ganas pada ovarium
ditemukan dengan proporsi sebesar 8% dari seluruh tumor ganas ginekologi.
Tumor ini dapat terjadi pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia
50 tahun yaitu sebesar 60%, sedangkan pada masa reproduksi kira-kira 30% dan
pada usia lebih muda sebanyak 10%. Akhir-akhir ini diperkirakan terjadi
peningkatan kasus dengan gambaran histopatologi antara neoplasma ovarian jinak
dan ganas, diklasifikasikan sebagai neoplasma ovarium borderline yang
1
penanganannya masih belum disepakati oleh para ahli. Diperkirakan sekitar 9,2%
dari seluruh keganasan ovarium adalah neoplasma kelompok ini, yang angka
ketahanan hidupnya dapat mencapai 95% meskipun kemungkinan rekurensi dan
kematian dapat terjadi 10-20 tahun kemudian. Hal ini disebabkan karena
neoplasma kelompok ini tetap memiliki kemampuan metastasis ke organ–organ
jauh diluar genitalia interna.
Berdasar data Departemen Kesehatan (Depkes,2001), di Indonesia terdapat
90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk. Setiap tahun terjadi
200.000 kasus kanker leher rahim. Sekitar 70-80% kanker ovarium ditemukan
pada waktu telah terjadi anak sebar. Karena gejala kanker ovarium tidak khas,
lebih dari 70% penderita kanker ovarium ditemukan sudah dalam stadium lanjut.
Lebih kurang setengah dari kasus kanker indung telur ditemukan pada perempuan
yang telah berusia lebih dari 60 tahun. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa
kanker ovary adalah jenis kanker yang paling sulit dideteksi dan diobati, hal ini
diakibatkan karena pada tahap awalnya kanker ovary menunjukkan sedikit sekali
gejala atau bahkan tidak ada gejala sama sekali. Kondisi ini yang menyebabkan
mereka yang terkena penyakit ini ketika di diagnosis lebih dari setengahnya sudah
berada pada tahap lanjutan sehingga kegagalan pengobatan atau perawatannya
lebih tinggi. Salah satu pengobatan kanker ovarii yaitu dengan cara kemoterapi.
Klien yang sudah melakukan kemoterapi akan mengalami mual, muntah, nafsu
makan menurun, stomatitis, nefripenia, sehingga klien dengan kemoterapi baik
sebelum dan sesudah tindakan sangat memerlukan perawatan khusus sehingga
efek dari therapy tersebut dapat diminimalkan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Dan Fisiologi Ovarium
Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri dan kanan
uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus. Setiap bulan folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira
pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi.Ovulasi yaitu pematangan folikel graaf dan
mengeluarkan ovum. Bila folikel graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah pada
ruang folikel.
Ovarium mempunyai 3 fungsi, yaitu :
1. Memproduksi ovum,
2. Memproduksi hormone estrogen,
3. Memproduksi hormone progesterone.
Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium ini terdapat jaringan bulbus
dan tubulus yang menghasilkan telur (ovum) dan ovarium ini hanya terdapat pada wanita,
letaknya di dalam pelvis di kiri kanan uterus, membentuk, mengembang serta melepaskan
ovum dan menimbulkan sifat-sifat kewanitaan, misalnya : pelvis yang membesar,
timbulnya siklus menstruasi.
Bentuk ovarium bulat telur beratnya 5-6 kg, bagian dalam ovarium disebut
medulla ovary di buat di jaringan ikat, jaringan yang banyak mengandung kapiler darah
dan serabut kapiler saraf, bagian luar bernama korteks ovary, terdiri dari folikel-folikel
yaitu kantong-kantong kecil yang berdinding epithelium dan berisi ovum.
Kelenjar ovarika terdapat pada ovarium di samping kiri dan kanan uterus,
menghasilkan hormon estrogen dan progesterone.Hormon ini dapat mempengaruhi kerja
dan mempengaruhi sifat-sifat kewanitaan, misalnya panggul yang besar, panggul sempit
3
dan lain-lain. Apabila folikel de graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah di dalam
rongga folikel dan sel yang berwarna kuning yang berasal daridinding folikel masuk
dalam gumpalan itu dan membentuk korpus luteum tumbuh terus sampai beberapa bulan
menjadi besar. Bila ovum tidak dibuahi maka korpus luteum bertahan hanya sampai 12-
14 hari tepat sebelum masa menstruasi berikutnya, korpus luteum menjadi atropi.
Siklus menstruasi, perubahan yang terjadi di dalam ovarium dan uterus dimana
masa menstruasi berlangsung kira-kira 5 hari, selama masaini epithelium permukaan
dinding uterus terlepas dan terjadi sedikit perdarahan.
Masa setelah menstruasi adalah masa perbaikan dan pertumbuhan yang
berlangsung 9 hari ketika selaput terlepas untuk diperbaharui, tahapini dikendalikan olen
estrogen, sedangkan pengendalian estrogen dikendallikan oleh FSH (Folikel Stimulating
Hormon) terjadi pada hari ke-14, kemudian disusul 14 hari tahap sekretorik yang di
kendalikan oleh progesterone.
B. Definisi
Kanker ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, dan mesodermal)
dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam.
Terdapat pada usia menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan
10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas
jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low –
maligna potensial) dan jelas ganas (truemalignant).
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat.
tumor ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak dibagian dalam
sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium
lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana.
4
C. Etiologi
Etiologi dari kanker ovarium sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun
beberapa penulis telah melaporkan bahwa faktor genetik, hormonal, lingkungan dan diet
telah diketahui berperan penting dalam terjadinya kanker ovarium.
Genetik
Kurang dari 10% kasus merupakan kanker ovarium herediter dengan pola
klasik dominan autosomal. HBOC ( hereditary– breast– ovarian cancer)
merupakan kelainan herediter yang paling banyak ditemukan dan merupakan
85-90% kanker ovarium herediter. Sebagian besar tumor berhubungan
dengan mutasi lokus BRCA1. Gen lain yang berperan dalam kerentanan
tehadap kanker ovarium dan payudara adalah BRCA2 pada kromosom 13 q
12. Wanita dengan mutasigen BRCA 1 dan riwayat keluarga dengan kanker
mempunyai risiko sebesar 90% untuk mendapat kanker payudara dan 65%
untuk mendapat kanker ovarium.
Hormonal
Terdapat hubungan antara hormon dengan terjadinya kanker ovarium.
Hormon mempunyai pengaruh tidak langsung yaitu merangsang ovulasi
yang selanjutnya akan menimbulkan proliferasi sel epitel ovarium. Wanita
dengan paritas rendah atau infertilitas , pemberian obat-obat perangsang
ovulasi mempunyai peningkatan risiko terhadap terjadinya kanker ovarium.
Lingkungan
Paparan terhadap talk (hydrous magnesium trisilicate), radiasi diduga
berperan dalam menimgkatkan risiko kanker ovarium, meskipun data yang
menunjang hal-hal tersebut masih bertentangan.
Diet
Diet tinggi lemak hewani dan laktosa ( pada penderita dengan defisiensi
enzim galactose-L-phospateuridyltransferase) diduga berhubungan dengan
5
risiko kanker ovarium.
D. Epidemiologi
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker
ginekologi. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini awalnya
bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis,
sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut.
Gambar 1. Kejadian Kanker Ovarium
Umumnya secara histologis hampir seluruh kanker ovarium berasal dari epitel,
yaitu menempati sekitar 85–90% dari seluruh kanker ovarium.
E. Klasifikasi
Kanker ovarium biasanya terjadi pada tiga jaringan di bawah ini:
1. Germ cells (sel germinal), yaitu pada sel-sel yang memproduksi telur. Setiap
bulan, sejak masa puber hingga menopouse, perempuan selalu memproduksi
sebuah telur. Telur ini keluar dari permukaan indung telur dan menuju rahim
melalui melalui saluran telur.
2. Stromal cells (stromal sel), yaitu sel-sel yang menghasilkan hormon estrogen dan
prosgesteron pada perempuan.
6
3. Epithelial cells (sel epitel), yaitu pada sel-sel pembungkus indung telur.
Walaupun, kanker indung telur dapat bermula dari setiap sel tersebut, menurut
Lembaga Kanker Amerika atau American Cancer Society (ACS), pada 85 sampai
90 persen kasus menunjukkan, pertumbuhan kanker biasanya bermula di jaringan
sel-sel pembungkus indung telur (eptihelial cells).
Normalnya, sel-sel itu tumbuh, membelah diri dan mati lewat pola yang teratur.
Tapi, pada sel-sel yang terkena kanker, sel-sel itu akan berkembang biak terus-menerus
atau menjadi tumor (akibat menebalnya jaringan urat). Dalam beberapa kasus,
pertumbuhan sel-sel kanker menjadi invasif, sehingga menyebar jaringan dan organ-
organ tubuh lain, di luar indung telur (metastasis).
F. Patofisiologi
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor ovarium.
Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun ke
atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia lebih muda jarang
ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak.
Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan
berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan implantasi dirongga
perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites.
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor
ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal
dan komplikasi tumor-tumor tersebut.
1. Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut,
tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam
7
perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan konstipasi, edema,
tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat Komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak
sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan menimbulkan
nyeri perut.
b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum
infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan menimbulkan rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor : Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada
tumor kuman patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut.
d. Robekan dinding kista : Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul
secara akut, maka perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan
menimbulkan rasa nyeri terus menerus.
e. Perubahan keganasan : Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga
setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama
terhadap kemungkinan perubahan keganasan.Tumor ovarium yang ganas,
menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, medistinal dan supraclavikular.
Untuk selanjutnya menyebar kealat-alat yang jauh terutama paru-paru, hati dan
otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai
penderita tumor ganas ovarium.
8
GAMBAR 6.1. PATOFISIOLOGI CA. OVARIUM
9
G. Stadium
Penentuan stadium neoplasma ovarium yang paling luas digunakan adalah
menurut International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO). Ingatlah bahwa
penentuan stadium kanker ovarium mencakup semua penemuan saat operasi, berlawanan
dengan kanker serviks dan vulva yang penentuan stadiumnya didasarkan atas temuan
klinis non operatif.
TabelV.1.Stadium karsinomaovarium(FIGO1988)
Stadium Deskri I
IA
IB
IC
II
IIA IIB IIC
III
IIIA
IIIB IIIC
IV
Tumor terbatas pada ovarium
Pada1 ovarium,tidak ada asites, tidak ada tumor pada permukaan luar, kapsul intakPada kedua ovarium, tidak ada asites, tidak ada tumor pada permukaan luar, kapsul intakTumor sesuai stadium IA atau IB tetapi dengan tumor pada permukaan luar pada 1 atau kedua ovarium, atau dengan ruptur kapsul atau dengan asites yang mengandung sel-sel ganas atau dengan peritonel washing positip
Tumor pada satu/kedua ovarium dengan ekstensi pelvis
Ekstensi dan / atau metastase pada uterus dan / atau tubaPada satu/ kedua ovarium dengan ekstensi pelvisTumor sesuai stadium IIA atau IIB dengan tumor pada permukaan luar 1 atau kedua ovarium, atau dengan ruptur kapsul atau dengan asites yang mengandung sel-sel ganas atau dengan peritonel washing positip
Tumor pada satu atau kedua ovarium dengan penyebaran pada peritoneum di luar pelvis dan / atau kelenjar retroperitoneal atau inguinal positip.Metastase ke hati yang superficial termasuk stadium III. Tumor terbatas pada rongga pelvis,tetapi disertai ekstensi ke usus halus dan omentum
Tumor terbatas pada rongga pelvis ,kelenjar getah bening negatip, tetapi adanya penyebaran mikroskopis (terbukti secara histopatologi) pada permukaan peritoneum abdominalTumor pada satu /kedua ovarium dengan implan pada permukaan peritoneum abdominal (terbukti secara histopatologis), tidak ada yang melebihi diameter 2 cm, tidak ada kelenjar getah beningImplan abdominal dengan diameter >2cm dan / atau kelenjar getah bening retroperitoneal / inguinal positip
Tumor pada satu / kedua ovarium dengan metasta sejauh. Bila didapatkan efusi pleura, harus disertai pemeriksaan sitologis positip. Metastase pada parenkhim hati termasuk stadium IV.
10
H. Manifestasi KlinikKanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
1. Stadium Awal
a. Gangguan haid
b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan padalapisan
rahim, (pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut)
2. Stadium Lanjut
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)
c. Perut membuncit
d. Kembung dan mual
e. Gangguan nafsu makan
f. Gangguan BAB dan BAK
g. Sesak nafas
h. Dyspepsia
11
I. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik ginekologi, serta
pemeriksaan penunjang.
A. Anamnesa
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan yang
timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor pada
permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta
cepat merasa kenyang sering berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang
sering timbul adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek
akibat efusi pleura dan asites yang masif.
Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu diperhatikan umur
penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang baru lahir dapat
ditemukan adanya kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari
hormon ibu. Kista ini mestinya menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila
menetap akan terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang
tersering adalah kista dermoid dan disgerminoma. Dengan meningkatnya usia
kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan
risiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan 45% setelah menopause.
Keganasan yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus,
payudara, dan traktus gastrointestinal.
B. Pemeriksaan fisik ginekologi
Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam
memperkirakan ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pada
pemeriksaan rektovaginal untuk mengevaluasi permukaan bagian posterior, ligamentum
sakrouterina, parametrium, kavum Dauglas dan rektum.Adanya nodul di payudara perlu
mendapat perhatian, mengingat tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari
karsinoma payudara.
12
Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga
pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor
adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak
cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan
tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering
bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih
mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada
cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.
C. Pemeriksaan penunjang
o USG Ginekologi
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang dalam diagnosis suatu tumor
ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan septa
internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites. Walaupun ada
pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT-Scan, MRI, dan positron tomografi
akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada penelitian
tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari
ultrasonografi.
o CT-Scan (Computed Tomography Scanning) dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging).
o Laparoskopi
o Parasentesis cairan asites
Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita
dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya
dinding kista akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi
rongga perut. Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita
13
mengeluh sesak akibat desakan pada diafragma. Bila terdapat cairan ascites yang
tidak dapat diterangkan asalnya atau sebabnya (misalnya akibat Cirrhosis
hepatis), laparatomi eksploratif harus dijalankan.
o Tumor marker
Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering digunakan
dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai
keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk
jenis sel germinal, antara lain Alpha-fetoprotein (AFP), Lactic acid
dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline
phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin (hCG).
J. Penatalaksanaan
Pada dasarnya setiap tumor ovarium yang diameternya lebih dari 5 sentimeter
merupakan indikasi untuk tindakan laparatomi, karena kecenderungan untuk mengalami
komplikasi.Apabila tumor ovarium tidak inemberikan gejala dan diameternya kurang dari
5 sentimeter, biasanya merupakan kista folikel atau kista lutein.
Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah dengan pembedahan
radikal berupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan uterus beserta kedua tuba
dan ovarium, pengangkatan omentum, pengangkatan kelenjar getah bening, pengambilan
sampel dari peritoneum dan diafragma, serta melakukan bilasan rongga peritoneum di
beberapa tempat untuk pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga
dimaksudkan untuk menentukan stadium dari kanker ovarium tersebut (surgical
staging).Setelah pembedahan radikal ini, jika diperlukan diberikan terapi adjuvant dengan
kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi.
Pembedahan
14
Terapi standar terdiri atas histerektomi abdominal total (TAH),
salpingoooforektomi bilateral (BSO) dan omentektomi serta APP (optional).Nodus
retroperitoneal harus dipalpasi dan dibiopsi jika mencurigakan. Sebanyak mungkin
tumor (untuk memperkecil) harus diangkat untuk mengurangi keseluruhan massa
tumor. Namun pembedahan lebih radikal belum terbukti menambah manfaat.
Dapat didahului frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan operasi lebih
lanjut. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA, sehingga kepastian klasifikasi
tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi.
Pada sebagian kasus, penyakit terlalu luas untuk histerektomitotal, adneksektomi dan
omentektomi.pada kasus-kasus seperti ini sebaiknya sebanyak mungkin tumor
diangkat untuk meningkatkan hasil terapi tambahan (kemoterapi dan terapi radiasi).
Operasi tumor ganas diharapkan dengan cara “debulking” (cytoreductive) –
pengambilan sebanyak mungkin jaringan tumor sampai dalam batas aman.Dengan
debulking memungkinkan kemoterapi maupun radioterapi menjadi lebih efektif.
Radioterapi
Untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis tumor yang
peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.
Radioterapi sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1
dan T2 yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh rongga perut.
Kemoterapi
Merupakan terapi tambahan awal yang lebih disukai karena terapi radiasi
mempunyai keterbatasan (misalnya merusak hati atau ginjal). Setelah mendapatkan
radiasi atau kemoterapi, dapat dilakukan operasi ke dua (eksplorasi ulang) untuk
mengambil sebanyak mungkin jaringan tumor.
Untuk memastikan keberhasilan penanganan dengan radioterapi atau kemoterapi,
lazim dilakukan lapatotomi kedua (second-look laparotomi), bahkan kadang sampai
ketiga (third-look laparotomi). Hal ini memungkinkan kita membuat penilaian akurat
15
proses penyakit, hingga dapat menetapkan strategi pengobatan selanjutnya. Bisa
dihentikan atau perlu dilanjutkan dengan alternatif pengobatan lain.
K. Komplikasi
Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus tingkatan
lanjut yang dikelola dengan melakukan reseksi usus sekali atau beberapa kali untuk
membuat by pass bila kondisi penderita mengizinkan.
L. Prognosis
Angka kelangsungan hidup 5 tahun (“Five years survival rate”) penderita kanker
ovarium stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%.
Prognosis dari tumor ovarium tergantung dari beberapa hal antara lain :
Stadium
Jenis histologis
Derajat diferensiasi tumor
Residu tumor
Free disease interval
M. Pengamatan Lanjut
Untuk tumor ganas ovarium skema/bagan pengamatan lanjut (follow up control)
adalah sebagai berikut :
Sampai 1 tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan.
Kemudian sampai 3 tahun setelah penanganan, setiap 4 bulan.
Kemudian sampai 5 tahun setelah penanganan, setiap 6 bulan
Seterusnya setiap setahun sekali.
16
BAB III
KESIMPULAN
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila
pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium).
Ciri-ciri kista yang bersifat ganas yaitu dapat dilihat pada penemuan saat pemeriksaan
panggul, penemuan saat pembedahan , dan dengan menggunakan indeks keganasan
ovarium . Dengan menggunakan indeks keganasan ovarium, didapatkan skor 6 yang
berarti bahwa kista ovarium tersebut dapat dikatakan ganas. Namun diagnosis pasti hanya
dapat diketahui dengan dilakukannya pemeriksaan histopatologi (PA).
Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah dengan pembedahan
radikal berupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan uterus beserta kedua tuba
dan ovarium, pengangkatan omentum, pengangkatan kelenjar getah bening, pengambilan
sampel dari peritoneum dan diafragma, serta melakukan bilasan rongga peritoneum di
beberapa tempat untuk pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga
dimaksudkan untuk menentukan stadium dari kanker ovarium tersebut (surgical staging).
Setelah pembedahan radikal ini, jika diperlukan diberikan terapi adjuvant dengan
kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad malam, karena angka kelangsungan
hidup 5 tahun (“Five years survival rate”) penderita kanker ovarium stadium lanjut hanya
kira-kira 20-30%.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. www.asiancancer.com/indonesian/cancer-treatment
2. http://Obgynmag.blogspot.com/2011/01/kanker-ovarium-i.html
3. http://infocomacces.blogspot.com/2012/ca-ovarii.html
4. Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2005.
5. Busmar, B. Kanker Ovarium. Dalam Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi.
Editor: M.F. Azis, Andrijono, dan A.B. Saifuddin.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2006: hal. 468-257.
6. De Jong, W. Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
2003:729-730.
7. Mochtar R. Anatomi Alat Kandungan. Dalam : Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta, 1998 ; 299-300.
18