paper fitokimia
TRANSCRIPT
![Page 1: Paper Fitokimia](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022081718/5571f84749795991698d0d47/html5/thumbnails/1.jpg)
a. Pengertian dan Pembagian Fitokimia
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organic
yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia,
biosintetis, perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami dan
fungsi biologis dari senyawa organic. Fitokimiaatau kadang
disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat
kimia atau nutrienyang diturunkan dari sumber tumbuhan,
termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia
memiliki definisi yang lebih sempit.
Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang
ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal
tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau
memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini
berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian
tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan
bagi metabolismenormal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan
mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu
yang normal untuk defisiensi tersebut.
Skrining fitokimia bertujuan untuk menentukkan golongan metabolit
sekunder yang mempunyai aktivitas biologis yang ada dalam tumbuhan .
Metode yang digunakan dalam penapisan fitokimia harus selektif,
sederhana, cepat serta hanya memerlukan sedikit alat dan bahan.
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah
segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber
tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan
umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya
digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan
yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang
menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi
pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang
diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa
mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan
![Page 2: Paper Fitokimia](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022081718/5571f84749795991698d0d47/html5/thumbnails/2.jpg)
ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling
tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut.
Fitokimia berasal dari kata phytochemical . Phyto berarti tumbuhan
atau tanaman dan chemical sama dengan zat kimia berarti zat kimia
yang terdapat pada tanaman. Senyawa fitokimia tidak termasuk kedalam
zat gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral
maupun air. Jadi apakah fitokimia itu? Setiap tumbuhan atau tanaman
mengandung sejenis zat yang disebut fito kimia, merupakan zat kimia
alami yang terdapat di dalam tumbuhan dan dapat memberikan rasa,
aroma atau warna pada tumbuhan itu. Sampai saat ini sudah sekitar
30.000 jenis fitokimia yang ditemukan dan sekitar 10.000 terkandung
dalam makanan.
Pada tahun – tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah
berkembang menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri, berada di antara kimia
organic bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan erat dengan
keduanya. Bidang perhatiaanya ialah aneka ragam senyawa organic yang
dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yaotu mengenai struktur kimianya,
biosintesisnya, perubahan serta metabolismrnya, penyebarannya secara
alamiah dan fungus biologisnya.
Secara garis besar fitokimia diklasifikasikan menurut struktur
kimianya sebagai berikut :
1. Fitokimia karotenoid
Fitokimia karotenoid banyak terdapat pada sayur-sayuran berwarna
kuning-jingga seperti wortel, labu kuning, sayuran berwarna hijau seperti
brokoli dan buah-buahan berwarna merah dan kuning jingga seperti
pepaya, mangga, tomat, nenas semangka arbei dll. Beberapa penelitian
mengungkapkan bahwa zat karotenoid dapat mencegah kanker, sebagai
anti oksidan dan dapat meningkatkan system imun tubuh.
2. Fitokimia fitosterol
Fitokimia fitosterol banyak ditemukan pada biji-bijian dan hanya
sekitar 5% dari fitosterol yang dapat diserap oleh usus dari makanan kiat.
![Page 3: Paper Fitokimia](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022081718/5571f84749795991698d0d47/html5/thumbnails/3.jpg)
Penelitian mengungkapkan fitosterol dapat menurunkan kolesterol dan
anti kanker.
3. Fitokimia saponin
Fitokimia saponin banyak terdapat pada kacang-kacangan dan
daun-daunan. Penelitian mengungkapkan bahwa saponin dapat sebagai
anti kanker, anti mikroba, meningkatkan system imunitas, dan dapat
menurunkan kolesterol.
4. Fitokimia glukosinolat
Fitokimia glukosinolat banyak terdapat pada sayur-sayuran seperti
kol dan brokoli. Jika sayuran dimasak dapat menurunkan kadar
glukosinolat sebesar 30-60%. Termasuk dalam glukosinolat ini meliputi
fitokimia lain seperti isothiosianat,thiosianat dan indol. Peneliti- an
menunjukkan bahwa glukosinolat dapat bersifat anti mikroba, anti kanker
dan menurunkan kolesterol.
5. Fitokimia polifenol
Fitokimia polifenol banyak terdapat pada buah-buahan sayur-
sayuran hijau seperti salada dan pada gandum dll. Penelitian pada hewan
dan manusia menunjukkan polifenol dapat mengatur kadar gula darah,
sebagai anti kanker, antioksidan, anti mikroba, anti inflamasi. Termasuk
polifenol adalah asam fenol dan flavonoid.
6. Fitokimia inhibitor protease
Fitokimia inhibitor protease merupakan fitokimia yang banyak
terdapat pada biji-bijian dan sereal seperti padi-padian, gandum dsb, yang
dapat membantu kerja enzim dalam system pencernaan manusia. Dapat
sebagai anti oksidan , mencegah kanker dan mengatur kadar gula darah.
7. Fitokimia monoterpen
Fitokimia monoterpen banyak terdapat pada pada tanaman
beraroma seperti mentol (peppermint), biji jintan, seledri, peterseli,
![Page 4: Paper Fitokimia](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022081718/5571f84749795991698d0d47/html5/thumbnails/4.jpg)
rempah-rempah dan sari jeruk. Berkhasiat mencegah kanker dan anti
oksidan.
8. Fitokimia fitoestrogen
Fitokimia fitoestrogen banyak terdapat pada kedelai dan produk
kedelei seperti tempe, tahu dan susu kedelei. Memiliki aktifitas seperti
hormon estrogen. Senyawa aktif fitoestrogen terdiri dari isoflavonoid dan
lignan. Menurut para ahli isoflavonoid akan menempel pada sel tumor
sehingga sel kanker tidak mendapatkan zat gizi yang diperlukan. Bersifat
sebagai anti kanker, dan menurut penelitian, orang yang banyak
mengkonsumsi tempe/kedelei lebih rendah menderita kanker payudara
dari pada orang yang mengkonsumsi daging. Tempe banyak mengandung
isoflavonoid,, genestein, fitosterol, isoflvonoid, saponin, asam fitat dan
inhibitotr protease. Khasiat lain dari isoflavonoid yang menyerupai
estrogen ini memperlambat berkurangnya massa tulang yang berakibat
terjadinya keropos tulang (osteoporosis) sehingga makanan tempe sangat
cocok untuk wanita menopause dan laki-laki berumur karena dapat
menurunkan kadar kolesterol total, dan meningkatkan kadar HDL
kolesterol (kolesterol baik).
9. Fitokimia sulfida
Fitokimia sulfida banyak terdapat pada bawang putih, bawang
bombai, bawang merah dan bawang daun. Senyawa fitokimia aktif pada
bawang putih adalah dialil sulfida (allicin). Menurut peneliti sulfida bekerja
sebagai anti kanker, anti oksidan, anti mikroba, meningkatkan daya
tahan, anti radang, mengatur tekanan darah dan menurunkan kolesterol.
10. Fitokimia asam fitat
![Page 5: Paper Fitokimia](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022081718/5571f84749795991698d0d47/html5/thumbnails/5.jpg)
Fitokimia asam fitat terdapat pada kacang polong, gandum.
Berfungsi sebagai anti oksidan yang dapat mengikat zat karsinogen dan
mengatur kadar gula darah.
11. Masih banyak sekali jenis fitokimia lain
b. Penggunaan Fitokimia
1. Umum
Sekarang prosedur fitokimia telah mempunyai peranan yang mapan
dalam semua cabang ilmu tumbuhan, walaupun sebelumnya tidaklah
selalu demikian . meskipun cara ini sudah jelas penting dalam semua
telaah kimia dan biokimia, penggunaannya dalam lingkungan biologi yang
lebih ketat baru dalam dua dasawarsa terakhir ini saja. Dalam disiplin
ilmu yang tampaknya jauh dari laboratorium kimiapun, seperti
sistematika, fitogeografi, ekologi dan poleobotani, cara fitokimia telah
menjadi penting untuk memecahkan jenis masalah tertentu. Tidak dapat
diragukan lagi, cara fitokimia ini akan makin banyak digunakan dalam
semua bidang tersebut di masa mendatang.
2. Fisiologi tumbuhan
Sumbangan utama telaah fitokimia kepada fisiologi tumbuhan yang
tak dapat diragukan lagi ialah pada penentuan struktur, asal-usul
biosintesis, dan ragam kerja hormon tumbuhan alam. Sebagai hasil
kerjasama yang terus menerus antara fisiologiwan dan fitokimiawan
selama tahun-tahun belakangan ini sekarang telah dikenal lima golongan
pengatur tumbuh: auksin, sitokinin, absisin, giberclin, dan etilena. Cara
deteksi yang berbeda-beda pada KGC, KLT, dan KKt dibahas kemudian
sebagai berikut: auksin (h. 250), sitokinin (h. 257), absisin (h. 138), dan
giberelin (h. 145). Salah satu segi istimewa pada hormon golongan
giberelin ialah besarnya jumlah struktur yang di ketahui (lebih dari 60),
dan rupanya semuanya mempunyai jangka sifat pengatur tumbuh yang
![Page 6: Paper Fitokimia](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022081718/5571f84749795991698d0d47/html5/thumbnails/6.jpg)
scrupa. Kcbutuhan akan cara yang tepat untuk mendeteks;. dan
membedakan giberelin yang satu dari yang lainnya menghasilkan
pengembangan gabungan KG-SM untuk analisis tersebut. Cara yang lebih
terinci terdapat dalam buku umum mengenai cara isolasi senyawa
pengatur tumbuh yang disunting oleh Hillman (1978). Persyaratan yang
diperlukan untuk analisis hormon yang teliti telah dibahas dengan kritis
oleh Reeve dan Crozier (1980). Suatu tinjauan ulang yang baik sekali
mengenai cara terbaru, ter-masuk 'radioimmunoassay’ ialah tinjauan
ulang Horgan (1981).
3. Patologi tumbuhan
Cara fitokimia penting bagi patologiwan, terutama untuk
menentukan cirri atau sifat kimia dari fitotoksin (hasil sintesis mikroba
yang terbentuk dalam tumbuhan tingkat tinggi bila tumbuhan tersebut
diserang bacteria atau fungi) dan fitoeleksin (hasil metabolism tumbuhan
tingkat tinggi yang dibentuk sebagai jawaban terhadap serangan
mikroba). Bcrbagai jenis struktur kimia yang berlainan terlibat dalam
kedua hal tersebut. Fitotoksin yang paling dikenal ialah likomarasmin dan
asam fusarat, yaitu turunan asam amino yang merupakan senyawa
pelayu pada tomat. Toksin lain yang telah diisolasi ialah glikopep-tida,
naftokuinon, atau seskuiterpenoid (Durbin, 1981). Secara kimia beberapa
fitotoksin labil sehingga diperlukan tindakan pencegahan khusus selama
isolasi dan identifikasinya. Demikian pula fitoaleksin mempunyai struktur
yang berbeda-beda, bergantung pada sumber tumbuhan (Bailey dan
Mansfield, 1982). Fitoaleksin dapat berupa seskuiterpenoid (risitin dari
Solanum tu-berosum), isoflavonoid (pisatin dari Pisum sativum), asetilena
(asam wieron dari Vicia faba), atau senyawa fenol (orkinol dari Orchis
militaris). Identifikasi isoflavonoid dan asetilena clipaparkan berturut-turut
dalam bab 2 dan bab 5, dan suatu prosedur untuk mengimbas
pembentukan fitoaleksin disajikan sebagai percobaan praktek.
Senyawa 'pra-infeksi' (kandungan sekunder alam), oleh beberapa
patologiwan tumbuhan, dianggap penting sebagai penyebab ketahan-an
tumbuhan terhadap penyakit. Senyawa yang diduga terlibat.di dalamnya
![Page 7: Paper Fitokimia](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022081718/5571f84749795991698d0d47/html5/thumbnails/7.jpg)
ialah senyawa fenol, seperti floridzin dalam apel dan tanin dalam frambus.
Cara identifikasi senyawa demikian dibahas secara terinci dalam bab 2.
4. Ekologi tumbuhan
Dua bidang penelitian ekologi yang mementingkan kandungan tum-
buhan sekunder ialah antaraksi tumbuhan-hewan dan antaraksi tum-
buhan-tumbuhan. Masalah analitik pada kedua bidang tersebut sulit
karena jumlah bahan biologi yang tersedia bagi fitokimiawan sangat
terbatas. Misalnya, dalam mengikuti nasib senyawa sekunder pada
peristiwa pemakanan daun oleh serangga diperlukan telaah berbagai
organ serangga untuk memeriksa tempat penyimpanan senyawa
tersebut; telaah demikian itu sering kali rumit dan makan banyak waktu.
Senyawa yang sampai sekarang terutama diketahui terlibat dalam
antaraksi tumbuhan-hewan ialah alkaloid dan glikosida jantung, glikosida
minyak mostar, sianogen, steroid, atau terpena atsiri. Senyawa tumbuhan
dapat berlaku sebagai penarik atau penolak makan, mempunyai pengaruh
hormon pada serangga, atau memper-lengkapi serangga dengan
mekanisme pcrluhanan yang berguna terhadap hewan pemakan serangga
(Harborne, 1982).
Antaraksi tumbuhan-tumbuhan melibatkan senyawa alelopati, yaitu
senyawa yang dikeluarkan oleh suatu tumbuhan dari akar atuu daun-nya
untuk mencegah tumbuhnya jenis tumbuhan lain di sekitarnya. senyawa
tersebut berupa terpena atsiri (misalnya sineol) atau asam fenolat
sederhana, bergantung pada tempat tumbuhnya, apakah di daerah
beriklim semitropik atau sedang. Telaah fitokimia alelopati mungkin sulit
karena memerlukan penentuan senyawa pada ekstrak daun utuh,
pelepasan senyawa dari daun, dan juga cuplikan tanah. Kemungkinan
perubahan senyawa aktif dengan cepat dalam tanah juga menyulitkan
telaah dalam bidang ini.
Segi terapan penelitian antaraksi tumbuhan-hewan antara lain
pengendalian gangguan serangga terhadap tumbuhan pertanian dengan
pestisida alam atau buatan. Telaah fitokimia mungkin diperlukan untuk
![Page 8: Paper Fitokimia](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022081718/5571f84749795991698d0d47/html5/thumbnails/8.jpg)
melacak nasib pestisida tersebut di lingkungannya. Perkembangan
terakhir mengenai hal ini telah ditinjau ulang oleh Huston dan Roberts
(1983).
5. Paleobotani
Fitokimia baru belakangan ini saja digunakan untuk menelaah tum-
buhan fosil, namun tak dapat disangsikan lagi bahwa peranannya akan
meningkat, misalnya dalam menguji berbagai hipotesis mengenai asal-
usul awal tumbuhan darat. Beberapa hasil fitokimia yang telah dicapai
sekarang antara lain identifikasi pigmen klorofil yang telah terurai
sebagian dalam endapan lignit yang berumur 50 juta tahun, identifikasi
karbohidral dalam tumbuhan zaman palcozoikum yang berumur 250—400
juta tahun, dan idendfikasi hidrokarbon dalam Equisetum yang hidup pada
zaman triasikum, berumur 200 juta tahun (Chaloner dan Allen, 1970).
Eahan dinding tepung sari (polenin) dari tumbuhan fosil telah ditelaah
juga dengan berhasil (Shaw, 1970), dan pada penguraian menghasilkan
asam lemak dan asam fenolat yang dapat dikenali. Idcntifikasi terpena
dalam damar fosil dan batu ambar fosil telah menghasilkan juga data baru
yang sangat menarik perhatian dari segi filogenetik (Thomas, 1970).
Peng-gunaan cara fitokimia pada paleobotani telah ditinjau ulang baru-
baru ini olch Niklas (1980).
6. Genetika tumbuhan
Pada masa lampau sumbangan fitokimia kepada genetika tumbuhan
tinggi ialah sebagai sarana untuk mengidentifikasi antosianin, flavon, dan
pigmen karotenoid yang terdapat dalam genotipe warna yang berbeda
pada tumbuhan kebun. Hasilnya telah menunjukkan bahwa pengaruh
biokimia gen ini mempunyai dasar yang sederhana dan telah
menunjukkan kemungkinan alur pembuatan pigmen dalam organisme
tersebut (Alston, 1964). Senyawa keturunan lainnya dalam tumbuhan
(alkaloid, terpena, dan sebagainya) telah berhasil di-petakan juga dengan
telaah fitokimia.
![Page 9: Paper Fitokimia](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022081718/5571f84749795991698d0d47/html5/thumbnails/9.jpg)
Sumbangan fitokimia yang lebih haru kepada genetika ialah identi-
fikasi tumbuhan hibrida dan pencntuan asal-usul induknya dengan cara
kimia. Fitokimia pun telah mendapat pengakuan yang meningkat sebagai
sarana yang berguna, bersama-sama dengan sitologi, pada analisis variasi
genetika dalam populasi tumbuhan (bandingkan Har-borne dan Turner,
1984).
7. Sistematika tumbuhan
Salah satu bidang yang paling cepat berkembang dalam fitokimia
pada saat ini ialah disiplin hibrida antara kimia dan taksonomi, yang di-
kenal sebagai sistematika biokimia atau kemotaksonomi. Pada dasar-nya,
kemotaksonomi ialah telaah kimia dalam kelompok tumbuhan yang
terbatas, tcrutama mengenai kandungan sekundemya, dan juga
makromolekul serta penggunaan data yang diperoleh untuk menggo-
longkan tumbuhan (Harbornc dan Tunner, 1984).
Boleh jadi golongan senyawa yang paling bermanfaat untuk telaah
yang demikian itu ialah flavonoid. Telaah mengenai banyak senyawa lain
(khususnya alkaloid, asam ammo nonprotein, terpena, dan senynwa
belerang) tclah menghasilkan juga inlormasi baru yang berguna untuk
taksonomi. Cara yang teliti itu penting, baik pada penjaringan
pendahuluan tumbuhan maupun pada analisis komponennya yang lebih
terinci. Analisis kimia urutan asam amino protein tumbuhan juga telah
dimanfaatkan sehubungan dengan masalah sis-Irmatika pada tingkat
penggolongan tumbuhan yang lebih tinggi. Telah diperoleh hasil
mengenai sitokrom C, plastosianin, dan fere-doksin; pengurutan asam
nukleat tumbuhan telah menghasilkan juga data yang penting untuk
taksonomi (Jensen dan Fairbrothers, 1983).
8. Bidang Kesehatan
Prof. Bernhard Watzl dari Institute of Nutritional Physiology (FRCN)
Karlshure, Jerman menyatakan bahwa fito-kimia terdiri dari karotenoid,
fito-sterol, saponin, glucosinlates, polifenol, protease inhibitors,
monoterpen, dan fito-estrogen sulfid.
![Page 10: Paper Fitokimia](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022081718/5571f84749795991698d0d47/html5/thumbnails/10.jpg)
Fito-kimia memberikan aroma khas, rasa dan warna tertentu bagi
tanaman dalam berintegrasi dengan lingkungan, dan salah satu yang
menyebabkan manusia memilihnya. Sebagai komponen bioaktif, fito-kimia
memberi dampak faali, metabolisme secara endogen dan eksogen melalui
berbagai mekanisme reaksi tubuh.
Fito-kimia mempunyai efek biologi yang efektif menghambat
pertumbuhan kanker, sebagai antioksidan, mempunyai ifat menghambat
pertumbuhan mikroba, menurunkan kolesterol darah, menurunkan kadar
glukosa darah, bersifat antibiotik, dan menimbulkan efek peningkatan
kekebalan. Dari sekitar 30.000 fito-kimia yang sudah diketahui sekarang,
sebanyak 5.000- 10.000 terdapat dalam bahan pangan. Dan hampir
400.000 jenis tanaman mengandung fito-kimia. Bagi mereka yang senang
atau doyan buah-buahan, sayur-sayuran serta biji-bijian, dalam seharinya
sudah mengkonsumsi sekitar 1,5 gram fito-kimia. Bagi vegetarian tentu
lebih tinggi lagi. Warna yang menarik dari buah-buahan dan sayuran
berasal dari senyawa fito-kimia, juga aroma khas dari teh dan kopi berasal
dari senyawa fito-kimia .
Bersifat Antikanker
Para ahli percaya bahwa sayur, buah dan biji-bijian dapat mencegah
timbulnya kanker dan menurunkan risiko terjadinya tumor. Setelah diteliti
lebih jauh ternyata komponen yang ada dalam bahan pangan nabati itu
adalah vitamin, mineral, serat dan fito-kimia.
Untuk itu salah satu pusat penelitian kanker di Amerika yaitu
National Cancer Institute dan European School of Oncology Task Force on
Diet, Nutrition and Cancer merekomendasikan untuk mengkonsumsi buah
dan sayuran yang cukup untuk mencegah terjadinya penyakit kanker.
Fito-kimia sudah terbukti dapat mencegah timbulnya kanker kolon,
payudara dan usus dan lambung. Isoflavon yang banyak terdapat pada
kedelai, ginseng, buah dan sayur dapat menurunkan risiko mendapatkan
kanker payudara.
Senyawa fenolik kurkumin dari kunyit dan polifenol katekhin dari teh
bersifat protektif terhadap kanker lambung dan usus. Fito-estrogen selain
![Page 11: Paper Fitokimia](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022081718/5571f84749795991698d0d47/html5/thumbnails/11.jpg)
diduga dapat menunda menopause pada wanita, juga sangat ampuh
dalam mencegah kanker.
Tripsin inhibitor yang selama ini diduga dapat menurunkan
penyerapan protein, ternyata dapat mencegah timbulnya kanker.
Bowman-Birk Inhibitor (BBI) merupakan salah satu tripsin inhibitor yang
terdapat dalam kedelai, dapat mencegah terjadinya kanker kolon dan
hati. Dilaporkan bahwa hanya BBI yang dapat mencegah terjadinya
kanker dan tidak untuk jenis inhibitor lainnya .
Sebagai Antioksidan
Stres oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara
prooksidan dan antioksidan. Keadaan stress oksidatif sebetulnya dapat
diinduksi oleh berbagai faktor, antara lain adalah kurangnya antioksidan
atau kelebihan produksi radikal bebas. Radikal bebas sebetulnya
diproduksi secara fisiologis oleh sel sebagai konsekuensi logis pada reaksi
biokimia dalam kehidupan aerobik .
Namun, jika radikal bebas berlebihan dan antioksidan seluler tetap
jumlahnya atau lebih sedikit, maka kelebihan radikal bebas ini tidak bisa
dinetralkan dan akan berakibat pada kerusakan sel itu sendiri. Kondisi
stres oksidatif yang berakibat pada kerusakan sel, dapat menyebabkan
terjadinya percepatan proses penuaan, dan bisa menimbulkan penyakit
jantung, kanker dan diabetes mellitus.
Fito-kimia yang bersifat antioksidan aktif adalah karotenoid,
polifenol, fito-estrogen, inhibitor-protease dan sulfida. Karotenoid seperti
lycopene dan canthaxanthin, adalah jenis antioksidan yang punya
kemampuan tinggi dalam memproteksi oksidasi yang disebabkan oleh
radikal bebas. Sedangkan polifenol dikenal sebagai antioksidan tanaman
yang sangat superior. Polifenol dari anggur merah dan flavanol quercentin
adalah fito-kimia yang sukses mencegah oksidasi LDL (low density
lipoprotein) dan kolesterol, sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit
kronis.
Menurunkan Kolesterol .
Kolesterol rendah merupakan idaman setiap orang, karena kadar
kolesterol darah yang tinggi merupakan salah satu pencetus penyakit
![Page 12: Paper Fitokimia](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022081718/5571f84749795991698d0d47/html5/thumbnails/12.jpg)
jantung. Beberapa fito-kimia yang tercatat dapat menurunkan kadar
kolesterol secara nyata adalah saponin, fito-sterol, sulfida dan tokotrienol.
Bahkan bukan hanya kolesterol total yang dapat diturunkan, kadar lemak
darah juga dapat diturunkan.
Fito-kimia menggunakan dua kunci dalam menurunkan kolesterol
darah. Pertama, senyawa fito-kimia saponin dan fito-sterol bisa
menurunkan tingkat absorpsi kolesterol dan meningkatkan ekskresi,
sehingga secara langsung dapat mengurangi kolesterol yang masuk ke
dalam tubuh.
Fito-kimia tokotrienol dapat menghambat kerja enzim pada metabolisme
kolesterol hati. Sangat banyak literatur yang membuktikan fito-kimia bisa
menurunkan kolesterol secara efektif. Informasi terakhir melaporkan, fito-
kimia bisa menurunkan tekanan darah, kadar glukosa, dan menghambat
proses peradangan.
Studi fitokimia dan biosintesis lignan, dengan fokus pada
tumbuhan obat Indonesia
Penggunaan tumbuh-tumbuhan, ekstrak dan senyawa kimia dari
tumbuhan serta turunannya, dalam pengobatan berbagai penyakit,
makanan tabahan dan bahan baku kosmetik telah berlangsung sejak lama
dan terus berkembang sampai sekarang. Banyak obat modern diturunkan
dari tumbuhan yang pada awalnya ditemukan melalui penggunaannya
secara tradisional. Beberapa contoh diantaranya: obat anti kanker
(podophyllotoxin, vincristine, vinblastin, taxol), anti malaria (quinine dan
ertemisinin), obat penguat jantung (digoxin), dan obat demam (aspirin).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menstimulasi
pengembangan tumbuhan obat sebagai sumber yang berguna untuk
penemuan obat.Metoda analitik modern, pendeketan bioteknologi,
metabolomik, proteomik dan genomik sekarang sudah diaplikasikan
dalam penelitian tumbuhan obat dan memberikan kontribusi yang besar
dalam pengembangan tumbuhan obat.
Pendekatan ini sudah digunakan diseluruh dunia untuk mengatasi
permasaalahan yang sering muncul dalam pengembangan tumbuhan
![Page 13: Paper Fitokimia](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022081718/5571f84749795991698d0d47/html5/thumbnails/13.jpg)
obat. Permasaalah tersebut diantaranya rendahnya kandungan senyawa
berkhasiat dari tumbuhan obat dan standardisasinya.