patofisiologi hipernatremia

4
Patofisiologi Hipernatremia merupakan defisit cairan yang berhubungan terhadap penyimpanan natrium tubuh yang dapat diakibatkan dari kehilangan cairan maupun peningkatan penambahan sodium hipertonik. Kehilangan cairan murni terhitung sebagai kasus yang paling sering dari terjadinya hipernatremia. Peningkatan penambahan sodium hipertonik biasanya diakibatkan intervensi medis atau ketidaksengajaan penambahan sodium. Sebagai akibat dari peningkatan konsentrasi sodium ekstraseluler terjadi peningkatan tonisitas yang menginduksi pergerakan cairan melewati membran sel, hal ini menyebabkan dehidrasi sel. Hal-hal yang dapat mengakibatkan hipernatremia adalah a. Kehilangan air murni (contoh: diabetes insipidus) b. Kehilangan cairan disertai pembuangan natrium (contoh: diare) c. Peningkatan ambilan sodium (contoh: salt poisoning) Hipernatremia dapat terjadi ketika haus atau gangguan akses cairan sehingga kelompok yang berisiko tinggi adalah bayi dan pasien yang diintubasi. Bayi lebih berpredisposisi terjadinya dehidrasi karena beberapa karakteristik fisiologis tertentu. Bayi memiliki luas permukaan tubuh yang lebar dibandingkan dengan tinggi badan maupun berat badan jika dibandingkan dengan orang dewasa sehingga kehilangan cairan melalui evaporasi lebih banyak. Pada bayi, hipernatremia biasanya diakibatkan dari diare dan kadang disebabkan karena pemberian susu formula yang tidak tepat atau interaksi ibu dan bayi yang kurang baik selama masa menyusui.

Upload: ikhsan-aditya

Post on 19-Jan-2016

103 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Patofisiologi hipernatremia

TRANSCRIPT

Page 1: Patofisiologi hipernatremia

Patofisiologi

Hipernatremia merupakan defisit cairan yang berhubungan terhadap penyimpanan

natrium tubuh yang dapat diakibatkan dari kehilangan cairan maupun peningkatan

penambahan sodium hipertonik. Kehilangan cairan murni terhitung sebagai kasus yang paling

sering dari terjadinya hipernatremia. Peningkatan penambahan sodium hipertonik biasanya

diakibatkan intervensi medis atau ketidaksengajaan penambahan sodium. Sebagai akibat dari

peningkatan konsentrasi sodium ekstraseluler terjadi peningkatan tonisitas yang menginduksi

pergerakan cairan melewati membran sel, hal ini menyebabkan dehidrasi sel.

Hal-hal yang dapat mengakibatkan hipernatremia adalah

a. Kehilangan air murni (contoh: diabetes insipidus)

b. Kehilangan cairan disertai pembuangan natrium (contoh: diare)

c. Peningkatan ambilan sodium (contoh: salt poisoning)

Hipernatremia dapat terjadi ketika haus atau gangguan akses cairan sehingga kelompok

yang berisiko tinggi adalah bayi dan pasien yang diintubasi. Bayi lebih berpredisposisi

terjadinya dehidrasi karena beberapa karakteristik fisiologis tertentu. Bayi memiliki luas

permukaan tubuh yang lebar dibandingkan dengan tinggi badan maupun berat badan jika

dibandingkan dengan orang dewasa sehingga kehilangan cairan melalui evaporasi lebih

banyak. Pada bayi, hipernatremia biasanya diakibatkan dari diare dan kadang disebabkan

karena pemberian susu formula yang tidak tepat atau interaksi ibu dan bayi yang kurang baik

selama masa menyusui.

Hipernatremia mengakibatkan penurunan volum sel sebagai akibat dari keluarnya

cairan dari sel untuk menjaga osmolalitas dari dalam dan luar sel. Sel otak sangat rentan

terhadap komplikasi terhadap komplikasi dari kontraksi sel. Hipernatremi berat dapat

menginduksi penyusutan sel otak sehingga dapat menyebabkan robeknya pembuluh darah

otak sehingga terjadinya perdarahan otak, kejang, paralisis, dan ensefalopati. Pada pasien

dengan hipernatremia berkepanjangan, rehidrasi yang cepat dengan cairan hipotonik dapat

menyebabkan edem otak yang dapat mengakibatkan koma, kejang, dan kematian.

Pasien pada kondisi tertentu yang berisiko tinggi untuk terjadinya hipernatremia adalah:

a. Pasien yang mendapatkan resusitasi cairan intravena khusus.

b. Pasien koma

c. Bayi baru lahir

d. Balita

e. Pasien diabetes insipidus

f. Pasien yang mendapatkan terapi alkali

Page 2: Patofisiologi hipernatremia

g. Pasien diare

h. Pasien demam

i. Pasien dengan kelainan ginjal

j. Pasien dengan gangguan elektrolit

k. Pasien dengan kehilangan cairan hipotonik berat atau heat stroke

l. Pasien dengan obstructive uropathy

Tanda dan gejala

a. Iritabel

b. Menangis nada tinggi atau melengking

c. Periode letargi diselingi dengan periode iritabel

d. Perubahan sensori

e. Peningkatan tonus otot

f. Demam

g. Rhabdomyolisis

h. Oligoanuria

i. Diuresis berlebih

Pemeriksaan fisik yang didapatkan adalah pada keadaan dehidrasi. Jika dehidrasi berat

maka turgor kulit berkurang dan kulit menjadi pucat.

Penyebab hipernatremia adalah meliputi:

Pada keadaan hipovolemia:

a. Diare

b. Keringat berlebih

c. Penyakit ginjal displasia

d. Obstructive uropathy

e. Diuresis osmotik

Pada keadaan euvolemik

a. Diabetes insipidus sentral

b. Idiopatik

c. Trauma kepala

d. Tumor suprasellar atau infrasellar (contoh: craniopharyngioma, pinealoma)

e. Penyakit granulomatous

f. Histiocytosis

g. Penyakit sel sabit

h. Perdarahan serebral

Page 3: Patofisiologi hipernatremia

i. Infeksi (contoh: meningitis, ensefalitis)

j. Nefrogenik diabetes insipidus

k. Kondisi kongenital (familial)

l. Penyakit ginjal (obstructive uropathy, renal dysplasia, medullary cystic disease,

reflux nephropathy, polycystic disease)

m. Penyakit sistemik dengan keterlibatan ginjal (sickle cell disease, sarcoidosis,

amyloidosis)

n. Obat-obatan (amfoterisin, fenitoin, litium, aminoglikosid, metoksifluran).

Pada keadaan hipervolemik

a. Pencampuran susu formula tidak tepat

b. Pemberian NaHCO3

c. Pemberian NaCl

d. Hiperaldosteronism primer