pegolaha air mium portable skala rumah...

16
1 PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH TAGGA DEGA MEGGUAKA TEKOLOGI TEPAT GUA UTUK DAERAH BECAA BAJIR DI PROVISI JAWA TIMUR Rofiq, Fauzan 1) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS Surabaya, Indonesia, email: [email protected] Abstrak Jawa Timur memiliki dua puluh satu kota dan kabupaten dengan potensi bencana banjir tinggi dan sedang yang memiliki ketersediaan air bersih yang minim. Terlebih lagi pada saat bencana banjir terjadi. Hal ini mengakibatkan para korban bencana banjir mengkonsumsi air banjir yang tidak diolah secara tepat, sehingga mengakibatkan terjangkitnya penyakit diare. Oleh karena itu, diperlukan kesiapan dalam menghadapi dampak yang ditimbulkan dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum, yaitu melakukan pengolahan air banjir menjadi air minum dengan menggunakan alat yang dapat dipindahkan dengan mudah dan menggunakan teknologi tepat guna sebagai teknologi yang sesuai dengan keadaan masyarakat. Alat hasil penelitian ini mampu mengolah air banjir dengan efisiensi removal optimum sebesar 99,88% untuk parameter kekeruhan dan 100% untuk parameter Escherichia coli. East Java Province has twenty one cities and regencies with high and medium flood disaster risk that have minimum clean water access. Moreover, during the flood disaster. It will cause the victim of flood disaster to consume flood water without appropriate treatment which leads into the spreading of the diarrhea. Therefore, it needs a treatment to treat the flood water into drinking water which is portable and using appropriate technology. The water treatment can treat flood water with optimum removal efficiency as high as 99.88% for turbidity and 100% for Escherichia coli.

Upload: nguyentruc

Post on 25-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17340-3307100035-Paper... · kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik

1

PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH

TAGGA DEGA MEGGUAKA TEKOLOGI TEPAT

GUA UTUK DAERAH BECAA BAJIR DI PROVISI

JAWA TIMUR

Rofiq, Fauzan1)

1) Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS Surabaya,

Indonesia, email: [email protected]

Abstrak

Jawa Timur memiliki dua puluh satu kota dan kabupaten dengan potensi bencana banjir tinggi dan sedang

yang memiliki ketersediaan air bersih yang minim. Terlebih lagi pada saat bencana banjir terjadi. Hal ini

mengakibatkan para korban bencana banjir mengkonsumsi air banjir yang tidak diolah secara tepat, sehingga

mengakibatkan terjangkitnya penyakit diare. Oleh karena itu, diperlukan kesiapan dalam menghadapi dampak yang

ditimbulkan dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum, yaitu melakukan pengolahan air banjir menjadi air minum

dengan menggunakan alat yang dapat dipindahkan dengan mudah dan menggunakan teknologi tepat guna sebagai

teknologi yang sesuai dengan keadaan masyarakat. Alat hasil penelitian ini mampu mengolah air banjir dengan

efisiensi removal optimum sebesar 99,88% untuk parameter kekeruhan dan 100% untuk parameter Escherichia coli.

East Java Province has twenty one cities and regencies with high and medium flood disaster risk that have

minimum clean water access. Moreover, during the flood disaster. It will cause the victim of flood disaster to consume

flood water without appropriate treatment which leads into the spreading of the diarrhea. Therefore, it needs a

treatment to treat the flood water into drinking water which is portable and using appropriate technology. The water

treatment can treat flood water with optimum removal efficiency as high as 99.88% for turbidity and 100% for

Escherichia coli.

Page 2: PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17340-3307100035-Paper... · kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik

2

I. PEDAHULUA

Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang

ada dan menggenangi wilayah di sekitarnya. Sembilan puluh persen dari kejadian bencana alam

(tidak termasuk bencana kekeringan) berhubungan dengan banjir. Mengkonsumsi makanan atau

minuman yang tercemar air banjir bisa beresiko bagi kesehatan (Yayasan IDEP, 2007). Enam belas

kota dan kabupaten di Jawa Timur beresiko tinggi terkena bencana banjir. Sementara itu, lima kota

dan kabupaten di Provinsi Jawa Timur beresiko sedang terkena bencana banjir. Enam belas kota

dan kabupaten yang beresiko tinggi tersebut adalah Tuban, Bojonegoro, Lamongan, Gresik,

Bangkalan, Surabaya, Sidoarjo, Kota dan Kabupaten Mojokerto, Jombang, Kabupaten Malang,

Kota dan Kabupaten Pasuruan, Lumajang, Situbondo dan Banyuwangi. Sementara itu, lima daerah

beresiko sedang adalah Pacitan, Trenggalek, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Ke-21 kota dan

kabupaten tersebut memiliki ketersediaan air bersih dengan jumlah yang minim (Taufiq, 2011). Hal

ini ditegaskan oleh Peta Indeks Bencana Banjir yang ditunjukkan oleh Gambar 1. Oleh karena itu,

diperlukan kesiapan untuk menghadapi dampak kesulitan air bersih karena pada saat bencana banjir

terjadi, sumber air menjadi terganggu dan terkontaminasi. Namun demikian, tidak jarang korban

bencana banjir yang menggunakan genangan air banjir untuk minum dan memasak tanpa

pengolahan air yang baik, yaitu hanya dengan cara diendapkan dan disaring terlebih dahulu,

sehingga tidak jarang korban bencana banjir yang terkena penyakit diare akibat mengkonsumsi air

tersebut (Sucipto, 2009). Penggunaan genangan air banjir untuk konsumsi terjadi karena sumber air

bersih terendam air banjir (Qohar, 2010). Hal ini mengindikasikan bahwa pemenuhan akan

kebutuhan air minum yang aman untuk dikonsumsi merupakan hal yang penting dan mendesak bagi

korban bencana banjir untuk mengurangi resiko kesehatan pada korban banjir.

Page 3: PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17340-3307100035-Paper... · kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik

3

Gambar 1 Peta Indeks Ancaman Bencana Banjir di Indonesia

Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009

Salah satu cara untuk mengatasi kesulitan air minum tersebut adalah dengan memberikan

suplai bantuan berupa air bersih untuk dimasak maupun air minum dalam kemasan yang siap

dikonsumsi, namun langkah ini menjadi tidak efektif karena kondisi medan pada saat banjir terjadi

mempersulit proses distribusi bantuan karena tidak jarang akses komunikasi dan transportasi akan

terputus pada saat bencana banjir terjadi, khususnya untuk mencapai daerah yang terpencil. Terlebih

lagi jika banjir terjadi dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, proses pengolahan air banjir

merupakan alternatif yang sangat baik untuk memperoleh air pada kondisi darurat (Saragih dan

Soedjono, 2011). Jumlah kebutuhan air minum yang diperlukan dalam keadaan darurat adalah

sebanyak 2,5 – 3 liter per orang per hari (Yayasan IDEP, 2007). Menurut Oxfam Humanitarian

Department, alat pengolahan air minum untuk korban bencana banjir harus menggunakan teknologi

yang sederhana dan sesuai dengan kondisi masyarakat yang merupakan korban bencana banjir

karena penggunaan teknik pengolahan air dengan teknologi baru dan rumit dapat menghasilkan

kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik. Oleh karena itu, diperlukan alat

Page 4: PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17340-3307100035-Paper... · kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik

4

dengan menggunakan teknologi tepat guna karena teknologi sesuai dengan kondisi budaya dan

kondisi ekonomi masyarakat setempat (Munaf dkk., 2008).

Menurut Fitriani (2010), kekeruhan air Kali Surabaya pada saat musim hujan adalah 1.000

NTU. Sementara Menurut Wulandari (2009), kekeruhan air Sungai Bengawan Solo pada saat

musim hujan adalah 617,52 NTU. Menurut Saragih dan Soedjono (2011), air banjir dapat diolah

dengan menggunakan pengolahan air minum konvensional, yaitu dengan proses koagulasi,

flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Namun demikian, pada proses pengolahan air banjir dipelukan

pengendapan awal (prasedimentasi) untuk mendapatkan air baku dengan variasi kualitas air yang

lebih konstan agar dosis koagulan yang dibubuhkan tidak menjadi terlalu variatif. Dosis koagulan

yang tidak variatif ini mempermudah warga, yang merupakan warga yang sedang kesusahan, untuk

mendapatkan kualitas air terolah yang lebih pasti. Oleh karena itu, diperlukan waktu pengendapan

yang tepat pada saat pengendapan awal (prasedimentasi). Selain itu, pada proses koagulasi dan

flokulasi diperlukan dosis koagulan dan lama waktu (durasi) pengadukan yang tepat agar proses

koagulasi dan flokulasi dapat terjadi secara maksimal serta lama waktu proses sedimentasi yang

optimum. Proses pengolahan air banjir dengan pengolahan air minum konvensional seperti yang

telah disebutkan hanya menghasilkan air bersih saja. Oleh karena itu, diperlukan disinfeksi air hasil

proses filtrasi untuk membunuh bakteri patogen yang berbahaya untuk dikonsumsi dan

menghasilkan sisa klor aktif yang tidak membahayakan.

II. METODE PEELITIA

Dalam penelitian ini, digunakan air baku yang berasal dari Kali Surabaya di Kota Surabaya

(Gambar 2) yang merupakan cabang dari Sungai Brantas. Kali Surabaya dan Sungai Brantas

merupakan sungai yang mengakibatkan banjir di Provinsi jawa Timur. Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kekeruhan, Escherichia coli, pH, dan sisa klor aktif. Analisis kekeruhan

dilakukan dengan metode turbidimetri, analisis pH dilakukan dengan menggunakan pH meter,

Page 5: PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17340-3307100035-Paper... · kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik

5

analisis Escherichia coli dilakukan dengan menggunakan metode Most Probable umber (MPN),

dan sisa klor aktif dianalisis dengan menggunakan metode iodometri. Sementara itu, baku mutu

yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Analisis laboratorium

yang diperlukan dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Lingkungan FTSP – ITS. Koagulan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah alumunium sulfat. Sementara itu, kalsium hipoklorit

digunakan sebagai disinfektan. Secara umum, variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

atas tiga variabel, yaitu:

- Lama waktu pengendapan pada proses prasedimentasi: 10 menit; 20 menit; 30 menit; 40

menit; 50 menit; dan 60 menit.

- Lama waktu pengadukan pada proses koagulasi dan flokulasi:

o Koagulasi: 1 menit dan 2 menit.

o Flokulasi: 2 menit dan 3 menit.

- Lama waktu pengendapan pada proses sedimentasi: 10 menit; 20 menit; 30 menit; 40

menit; 50 menit; dan 60 menit.

Tahapan penelitian dilakukan dengan melakukan analisis laboratorium terhadap kualitas air

baku. Dalam hal ini, digunakan kekeruhan buatan dengan cara mencampurkan sedimen Kali

Surabaya dengan air Kali Surabaya untuk mensimulasikan kekeruhan air sungai pada saat banjir.

Dalam hal ini, kekeruhan buatan yang digunakan adalah 945 NTU. Parameter yang digunakan

dalam analisis kualitas air baku adalah kekeruhan, Escherichia coli, dan pH. Hasil analisis kualitas

air baku tersebut digunakan sebagai data acuan dalam penelitian ini.

Alat pengolahan air minum yang juga berfungsi sebagai reaktor dalam penelitian ini

direncanakan terdiri atas proses prasedimentasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan disinfeksi.

Page 6: PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17340-3307100035-Paper... · kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik

Proses pengolahan air minum

mengolah air banjir menjai a

bahan plastik dan kayu dengan

ini dilakukan mengingat kon

harus mudah dipindahkan de

minum dibuat sebisa mungkin

memastikan pengguna dapat m

sebisa mungkin dengan pertim

serta kemudahan dalam maint

pengguna yang beragam dan

medan atau lapangan pada saa

Satu paket pengolahan air por

a) Unit pengambilan

(ember plastik beru

b) Meja penyangga u

dipilih dengan pertimbangan bahwa proses p

air minum. Alat pengolahan air minum dire

n tujuan agar tidak mudah pecah, ringan dan

ndisi medan atau lapangan saat banjir, sehin

engan resiko kerusakan alat sekecil mungk

n dari peralatan yang telah umum (familiar

menggunakan alat. Selain itu, penggunaan per

mbangan kemudahan perakitan dan penggun

tenance. Hal ini dilakukan dengan pertimbang

penggunaan alat dalam keadaan yang tidak

at bencana.

Gambar 2 Lokasi Pengambilan Sampel

Sumber: Google Maps, 2011

table direncanakan terdiri atas unit – unit pen

n air baku yang tergabung menjadi satu d

ukuran 22,71 liter).

untuk bak koagulasi, flokulasi, dan sedimentas

Lokasi Pengambilan Sampel

6

pengolahan tersebut dapat

encanakan menggunakan

mudah dipindahkan. Hal

ngga alat pengolahan air

kin. Alat pengolahan air

r) bagi masyarakat untuk

ralatan mekanis dihindari

naan alat oleh masyarakat

gan bahwa latar belakang

ideal mengingat keadaan

ngolahan air, yaitu:

dengan unit sedimentasi

si.

Page 7: PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17340-3307100035-Paper... · kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik

7

c) Unit koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi yang tergabung menjadi satu (ember plastik

berukuran 22,71 liter yang dilengkapi dengan paddle yang terbuat dari pipa PVC dan

dilengkapi dengan keran air).

d) Unit filter (pipa PVC berukuran 6 inchi dengan jenis filter adalah single media dan

media filter berupa pasir kuarsa berdiameter 0,422 mm – 0,599 mm).

e) Unit penampung air bersih (ember plastik berukuran 22,71 liter).

f) Unit disinfeksi yang tergabung menjadi satu dengan unit penampung air minum (ember

plastik berukuran 22,71 liter yang dilengkapi dengan keran air dan pengaduk kayu).

Alat pengolahan air minum portable ini direncanakan untuk dikelola oleh badan atau instansi terkait

yang menangani bencana alam, dalam hal ini adalah badan penanggulangan bencana daerah kota

dan kabupaten yang ada di Jawa Timur. Alat pengolahan air minum portable ini direncanakan

untuk digunakan pada tempat pengungsian korban bencana banjir dengan korban bencana banjir

sendiri yang bertindak sebagai operator alat. Ketika bencana banjir terjadi, Badan Penanggulangan

Bencana Daerah kota dan kabupaten tempat bencana banjir terjadi akan mendistribusikan paket

pengolahan air minum portable untuk digunakan oleh para korban bencana banjir. Pasir kuarsa,

kerikil, dan kaporit yang dilengkapi dengan pasir dan kerikil cadangan yang diperlukan dalam

pengolahan air disediakan dalam satu paket dengan unit pengolahan air. Hal ini dilakukan untuk

memudahkan pengguna yang merupakan korban banjir, sehingga pengguna dapat langsung

menggunakan alat sesegera mungkin setelah alat didistribusikan. Setelah bencana banjir berakhir,

paket pengolahan air minum portable akan diserahkan kembali kepada badan penanggulangan

bencana daerah setempat untuk disimpan dan dipergunakan kembali ketika terjadi bencana banjir

lagi. Gambar desain alat pengolahan air minum portable yang direncanakan ditunjukkan oleh

Page 8: PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17340-3307100035-Paper... · kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik

8

Gambar 3. Gambar 4 menunjukkan gambar alat pengolahan air minum portable dalam keadaan

tersusun secara lengkap dan siap digunakan.

Gambar 3 Desain Alat Pengolahan Air Minum Portable

Penentuan lama waktu prasedimentasi dengan menggunakan settleable solids test dengan

menggunakan Imhoff Cone. Variabel lama waktu pengendapan: 10 menit; 20 menit; 30 menit; 40

menit; 50 menit; dan 60 menit. Waktu pengendapan yang terpilih adalah waktu pengendapan yang

menghasilkan jumlah endapan yang terbesar atau signifikan. Setelah diperoleh lama waktu

pengendapan yang terpilih, langkah selanjutnya adalah dilakukan jar test untuk menentukan dosis

koagulan yang diperlukan dalam proses koagulasi dan flokulasi setelah air diendapkan terlebih

dahulu dengan lama waktu pengendapan yang terpilih untuk proses prasedimentasi. Dalam hal ini,

koagulan yang digunakan adalah alumunium sulfat (tawas). Setelah diperoleh dosis koagulan yang

diperlukan, dilakukan penentuan lama waktu sedimentasi dengan menggunakan settleable solids

test dengan menggunakan Imhoff cone setelah dilakukan proses koagulasi dan flokulasi dengan

dosis koagulan yang terpilih. Variabel lama waktu pengendapan: 10 menit; 20 menit; 30 menit; 40

menit; 50 menit; dan 60 menit. Waktu pengendapan yang terpilih adalah waktu pengendapan yang

Page 9: PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17340-3307100035-Paper... · kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik

9

menghasilkan jumlah endapan yang terbesar atau signifikan. Setelah diperoleh lama waktu

sedimentasi, langkah selanjutnya adalah penentuan lama waktu pengadukan untuk proses koagulasi

dan flokulasi. Running proses pengolahan dilakukan pada tahap selanjutnya. Dlaam tahap ini,

dilakukan analisis kekeruhan, dilakukan analisis kekeruhan, analisis pH, analisis Breakpoint

Chlorination (BPC) untuk menentukan dosis disinfektan (kalsium hipoklorit) yang diperlukan

untuk proses disinfeksi, analisis klor aktif dan analisis Escherichia coli.

Gambar 4 Alat Pengolahan Air Minum Portable

III. HASIL DA PEMBAHASA

Berdasarkan hasil analisis kualitas air baku, diperoleh tingkat kekeruhan yang jauh lebih

kecil jika dibandingkan dengan tingkat kekeruhan pada saat banjir, yaitu 23,3 NTU. Oleh karena

itu, dilakukan simulasi kekeruhan dengan mencampurkan sedimen Kali Surabaya. Setelah

dilakukan pencampuran, diperoleh kenaikan kekeruhan menjadi 945 NTU. Kenaikan juga terjadi

pada parameter Escherichia coli, dari yang semula 6.000 per 100 ml sampel menjadi 70.000 per

100 ml sampel dengan kekeruhan buatan. Peningkatan jumlah Escherichia coli dalam air dengan

kekeruhan buatan diakibatkan karena sedimen sungai dapat berfungsi sebagai tempat perlindungan

untuk Escherichia coli dalam aliran air (Sherer dkk, 1992). Sementara untuk pH, tidak terjadi

perubahan, yaitu 7,12.

Page 10: PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17340-3307100035-Paper... · kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik

10

Berdasarkan penentuan lama waktu prasedimentasi dengan settleable solids test dengan

menggunakan Imhoff cone, diperoleh waktu optimum pengendapan selama 30 menit hal ini ditandai

dengan tidak terjadinya penambahan jumlah endapan yang terbentuk setelah 30 menit (Gambar 5).

Dosis koagulan yang diperlukan dalam pengolahan air minum ditentukan dengan melakukan jar

test. Berdasarkan hasil jar test yang telah dilakukan, diperoleh dosis koagulan yang paling optimum

adalah sebesar 12 mg/l (Gambar 6). Hal ini diakibatkan terjadinya restabilisasi partikel koloid

akibat penambahan koagulan yang berlebih setelah penambahan koagulan sebanyak 12 mg/l,

sehingga kekeruhan air meningkat setelah penambahan dosis koagulan sebesar 12 mg/l (Akhtar

dkk, 1996). Penurunan pH air terjadi karena penambahan alumunium sulfat menyebabkan

pembebasan ion H+, sehingga pH larutan berkurang (Alaerts dan Santika, 1987). Oleh karena itu,

nilai pH larutan semakin berkurang seiring dengan semakin bertambahnya dosis koagulan yang

ditambahkan (Gambar 7). Untuk lama waktu sedimentasi, diperoleh waktu optimum selama 30

menit karena penurunan jumlah endapan yang terbentuk akibat tekanan yang diakibatkan oleh

endapan yang terbentuk pada lapisan atas tidak signifikan setelah 30 menit (Gambar 8). Penurunan

endapan yang terbentuk diakibatkan oleh tekanan yang disebabkan oleh endapan yang terbentuk

pada lapisan teratas. Semakin sedikit endapan yang terbentuk, maka semakin sedikit kecil pula

tekanan yang dihasilkan, sehingga penurunan jumlah endapan yang terbentuk pun semakin kecil.

Sedangkan untuk lama waktu pengadukan pada proses koagulasi dan sedimentasi, diperoleh lama

waktu pengadukan optimum selama 2 menit untuk proses koagulasi dan 3 menit untuk proses

flokulasi dengan efisiensi removal kekeruhan sebesar 98,27%.

Page 11: PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17340-3307100035-Paper... · kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik

11

Gambar 5 Grafik Pengaruh LamaWaktu Pengendapan Terhadap Jumlah

Endapan yang Terbentuk Pada SettleableSolids Test Untuk Proses Prasedimentasi

Gambar 6 Grafik Pengaruh DosisKoagulan Terhadap Kekeruhan

Gambar 7 Grafik Pengaruh DosisKoagulan Terhadap pH

Gambar 8 Grafik Pengaruh Lama WaktuPengendapan Terhadap Jumlah Endapanyang Terbentuk Pada Settleable Solids Test

Untuk Proses Sedimentasi

Running Proses pengolahan dilakukan dengan menggunakan lama waktu prasedimentasi

terpilih, dosis koagulan terpilih, lama waktu pengadukan terpilih, dan lama waktu sedimentasi

terpilih. Berdasarkan perhitungan lama waktu proses running, diperoleh lama waktu proses

pengolahan yang terdir atas proses prasedimentasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan

disinfeksi adalah selama 140,5 menit. Dalam proses running pengolahan air, dilakukan running

hingga kualitas efluen proses filtrasi untuk parameter kekeruhan tidak memenuhi baku mutu

kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 492 Tahun

2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, hingga

percobaan ke-7 kualitas efluen proses filtrasi yang dihasilkan untuk parameter kekeruhan masih

memenuhi baku mutu dengan total air bersih yang dihasilkan sebanyak 77,8 liter, yaitu antara 1,09

Page 12: PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17340-3307100035-Paper... · kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik

12

Gambar 9 Grafik Persen Removal

Kekeruhan Pada Proses PrasedimentasiGambar 10 Grafik Persen RemovalKekeruhan Pada Proses Koagulasi,

Flokulasi, dan Sedimentasi

Gambar 11 Grafik Persen RemovalKekeruhan Pada Proses Filtrasi

Gambar 12 Persen Total RemovalKekeruhan Pengolahan Air

– 4,39 NTU. Total air bersih tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum

selama 5 hari untuk 1 KK yang terdiri atas 5 anggota keluarga setelah dilakukan proses disinfeksi.

Removal kekeruhan untuk masing-masing tahapan proses pengolahan air ditunjukkan oleh Gambar

9 – 11. Sementara itu, removal kekeruhan total untuk masing-masing percobaan ditunjukkan oleh

Gambar 12.

Selain analisis kekeruhan untuk masing-masing percobaan, dilakukan juga analisis pH untuk

masing-masing percobaan. Hasil analisis pH secara lengkap tercantum pada Tabel 4. Berdasarkan

hasil analisis tersebut, dapat diketahui bahwa nilai pH air hasil pengolahan masih memenuhi baku

mutu untuk air minum, yaitu di antara 6,5 – 8,5.

Page 13: PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17340-3307100035-Paper... · kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik

13

Disinfeksi diperlukan dalam proses pengolahan air minum agar air dapat dikonsumsi tanpa

menyebabkan resiko kesehatan bagi konsumen. Dosis disinfeksi yang diperlukan ditentukan dengan

melakukan analisis Breakpoint Chlorination (BPC). Dalam hal ini, disinfektan yang digunakan

adalah kalsium hipoklorit. Berdasarkan hasil analisis BPC, diperoleh grafik BPC seperti yang

ditunjukkan oleh Gambar 10. Berdasarkan grafik tersebut, diperoleh dosis klor aktif sebesar 14,18

mg Cl2/l dengan sisa klor aktif sebesar 0,709 mg Cl2/l. Dalam pengolahan air minum ini,

direncanakan sisa klor aktif sebesar 0,4 mg Cl2/l. Oleh karena itu, diperlukan dosis kalsium

hipoklorit 14, 9 mg Cl2/l. Total klor aktif yang diperlukan untuk keperluan disinfeksi air bersih

sebanyak 15 liter adalah 15 liter x 14,9 mg Cl2/liter = 223,5 mg Cl2 atau 0,63 liter larutan kalsium

hipoklorit. Waktu proses disinfeksi yang diperlukan adalah 30 menit. Setelah dilakukan proses

disinfeksi selama 30 menit, diperoleh nilai sisa klor aktif sebesar 0,355 mg Cl2/l dengan jumlah

Escherichia coli sebesar 0 per 100 ml sampel. Nilai sisa klor aktif dan jumlah Escherichia coli ini

memenuhi baku mutu kualitas air minum seperti yang disyaratkan oleh Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Gambar 4.16 Kurva Breakpoint Chlorination (BPC)

IV. KESIMPULA

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Air Banjir dapat diolah menjadi air minum dengan menggunakan pengolahan air minum

portable dengan menggunakan teknologi tepat guna yang terdiri atas:

Page 14: PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17340-3307100035-Paper... · kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik

14

a. Bak pengambilan air baku dan proses prasedimentasi berupa ember plastik

dengan kapasitas 22,71 liter (6 Gallon).

b. Bak koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi berupa ember plastik dengan kapasitas

22,71 liter (6 Gallon) yang dilengkapi dengan paddle untuk pengadukan pada

proses koagulasi dan flokulasi.

c. Meja penyangga terbuat dari bahan kayu dengan ketinggian 126 cm.

d. Filter berbentuk pipa dengan diameter 6 inchi dan ketinggian 126 cm yang

dilengkapi dengan keran air.

e. Bak penampung air bersih berupa ember plastik dengan kapasitas 22,71 liter (6

Gallon).

f. Bak disinfeksi berupa ember plastik dengan kapasitas 22,71 liter (6 Gallon) yang

dilengkapi dengan pengaduk kayu untuk keperluan pengadukan pada proses

disinfeksi.

2. Total efisiensi removal kekeruhan paling optimum sebesar 99,88%.

3. Dalam mengolah Escherichia coli, efisiensi pengolahan mencapai 100%.

4. Untuk pH dan sisa klor aktif masih memenuhi baku mutu air minum, yaitu berkisar

antara 6,56 – 6,60 untuk pH dan sisa klor aktif sebesar 0,355 mg Cl2/l.

V. SARA

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dihasilkan saran sebagai

berikut.

1. Sebaiknya dilakukan uji analisis Escherichia coli untuk masing-masing tahapan pengolahan

air pada saat proses running.

Page 15: PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17340-3307100035-Paper... · kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik

15

2. Sebaiknya digunakan air baku dari beberapa sungai yang berbeda di wilayah Provinsi Jawa

Timur untuk mengetahui performa alat dengan lebih akurat.

V. DAFTAR PUSTAKA

Akhtar, Waseem, Muhammad, R., Iqbal, A. 1997. Optimum Design of Sedimentation

Tanks Based on Settling Characteristics of Karachi Tannery Wastes.

Pakistan: Institute of Environment Engineering and Research, NED University of

Engineering and Technology. Water, Air, and Soil Pollution Volume 98: 199 –

211.

Alaerts, G. dan Santika, S. S. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional

Surabaya

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 2009. Peta Indeks Ancaman Bencana

Banjir di Indonesia. Jakarta

Google. 2011. Google Map, <URL:http://maps.google.com>

Munaf, D. R., Suseno, T., Janu R. I., dan Badar, A. M. April 2008. Peran Teknologi Tepat

Guna Untuk Masyarakat Daerah Perbatasan. Jurnal Sosioteknologi Edisi 13

Tahun 7 329 - 333

Nurina, Fitriani. 2010. Pengaruh Roughing Filter dan Slow Sand Filter Dalam

Pengolahan Air Minum Dengan Air Baku dari Intake Karang Pilang

Terhadap Parameter Fisik. Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Saragih, M., dan Soedjono, E. S. 2011. Instalasi Pengolahan Air Portable Sebagai

Penyediaan Air Bersih di Daerah Bencana Banjir. Seminar Teknik Sipil

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Page 16: PEGOLAHA AIR MIUM PORTABLE SKALA RUMAH …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17340-3307100035-Paper... · kualitas air olahan yang tidak baik, meskipun secara teknis baik

16

Sherer, B., M., Miner, J., R., Moore, J., A., dan Buckhouse, J., C. Indicator Bacterial

Survival in Stream Sediments. Journal of Environmental Quality 21: 591-595

Taufiq, Fathurrohman. 2011. 21 Kabupaten/Kota Jawa Timur Rawan Banjir,

<http://www.tempointeraktif.com/hg/surabaya/2011/02/28/brk,20110228-

316467,id.html>

Wulandari. 2009. Efektifitas Polyalumunium Chloride (PAC) Dalam Penurunan

Kekeruhan, Warna, dan Fe Pada Air Sungai Bengawan Solo Segmen

Sembayat. Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik

Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Yayasan IDEP. 2007. Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat,

Edisi Kedua. Ubud: Yayasan IDEP