pemanfaatan jatropha curcas untuk reklamasi lahan bekas tambang

22
Penggunaan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas) Sebagai Agen Fitoremediator Untuk Menghilangkan Polutan Logam Berat dan Hidrokarbon Pada Lahan Bekas Tambang Disusun oleh: Nama : Ahmad Sukron Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada Bidang : Biologi JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

Upload: achmad-syukron

Post on 26-Dec-2015

62 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Berisi mengenai potensi pemanfaatan tanaman jarak pagar sebagai vegetasi untuk mereklamasi lahan bekas tambang.

TRANSCRIPT

Page 1: Pemanfaatan Jatropha Curcas Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang

Penggunaan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas) Sebagai Agen

Fitoremediator Untuk Menghilangkan Polutan Logam Berat dan

Hidrokarbon Pada Lahan Bekas Tambang

Disusun oleh:

Nama : Ahmad Sukron

Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada

Bidang : Biologi

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Pemanfaatan Jatropha Curcas Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang

Penggunaan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas) Sebagai Agen

Fitoremediator Untuk Menghilangkan Polutan Logam Berat dan

Hidrokarbon Pada Lahan Bekas Tambang

Abstrak

Pertambangan dan pengolahan mineral merupakan bidang-bidang utama

dalam kegiatan ekonomi Indonesia yang memberikan sumbangan cukup besar

terhadap pendapatan negara. Namun demikian, kegiatan tersebut juga

memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Tambang mineral dapat

menyebabkan terjadinya penyebaran logam-logam berat ke lingkungan sekitar

lokasi tambang. Sementara itu, tumpahan minyak dari tambang minyak dapat

mencemari tanah dan air. Kedua hal tersebut menimbulkan ancaman yang serius

bagi kesehatan manusia dan linkungan.

Secara umum, reklamasi lahan bekas tambang dengan metode fisika dan

kimia diakui memiliki banyak kekurangan. Sementara itu, fitoremediasi kini

dianggap sebagai solusi alternatif untuk mereklamasi lahan bekas tambang. Salah

satu agen fitoremediator yang sangat potensial untuk digunakan adalah tanaman

jarak pagar atau Jatropha curcas. Tanaman ini mampu menghilangkan polutan

yang berupa logam berat maupun hidrokarbon dari dalam tanah. Dengan

banyaknya keunggulan yang dimiliki, tanaman tersebut menjadi alternatif pilihan

yang sangat baik untuk diterapkan di areal-arel pertambangan di Indonesia.

Kata kunci: Jatropha curcas, logam berat, hidrokarbon

Page 3: Pemanfaatan Jatropha Curcas Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang

1. Pendahuluan

Pertambangan dan pengolahan mineral merupakan bidang-bidang utama

dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Selama ini, industri pertambangan telah

memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan negara.

Meskipun demikian, kegiatan tersebut juga memberikan dampak yang negatif

terhadap lingkungan. Kebanyakan kegiatan tambang menerapkan teknik

penambangan di permukaan (surface mining) yang dengan sendirinya

menimbulkan gangguan terhadap bentang alam setempat. Pemindahan lapisan

atas tanah menghasilkan perubahan yang signifikan terhadap topografi,

hidrologi dan kestabilan bentang alam. Kegiatan penambangan juga merusak

vegetasi dan habitat flora fauna yang ada. Apabila tidak dikelola dengan baik,

dampak-dampak yang bersifat lokal (on-site) tersebut dapat menimbulkan

dampak lanjutan di luar areal penambangan (off-site) yang bersumber dari erosi

oleh air dan angin terhadap sisa galian yang belum terstabilkan atau bahan sisa

yang berasal dari pengolahan mineral.

Salah satu dampak dari aktivitas penambangan yang banyak

mendapatkan perhatian adalah peningkatan kadar logam berat pada lahan bekas

tambang serta pada badan air yang berada di sekitar lokasi bekas tambang.

Dalam kegiatan tambang, logam-logam berat berbahaya seperti Hg, As, Cd,

Cu, Fe dan Mn yang terikat pada bijih tambang akan ikut tersebar ke

lingkungan sekitar tambang yang berakibat pada pencemaran lingkungan.

Lepasnya logam berat ke lingkungan akan berdampak secara langsung

terhadap kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut (Inswiasri et al., 2008).

Pada tambang minyak bumi, lahan bekas tambang seringkali tercemar oleh

tumpahan minyak bumi. Tumpahan minyak ini dapat menutup suplai oksigen

ke dalam tanah dan meracuni mikroorganisme yang ada di dalamnya.

Pencemaran tanah oleh minyak bumi, meskipun dalam konsentrasi hidrokarbon

yang sangat rendah, sangat mempengaruhi bau dan rasa air tanah. Pencemaran

air tanah oleh minyak bumi merupakan ancaman yang serius bagi kesehatan

manusia (Chator & Somerville, 1978).

Dengan melihat hal-hal di atas, pengelolaan yang baik atas lahan bekas

tambang menjadi semakin penting. Polutan-polutan pada lahan tersebut sebisa

Page 4: Pemanfaatan Jatropha Curcas Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang

mungkin harus dihilangkan agar fungsi lahan tersebut bisa dikembalikan

seperti semula. Dengan berbagai keunggulannya, bioremediasi dianggap

sebagai salah satu alternatif yang sangat baik untuk pengelolaan lahan bekas

tambang tersebut.

2. Pembahasan

Polusi lingkungan oleh logam berat telah menjadi masalah yang serius di

dunia. Tidak seperti senyawa organik, logam berat tidak bisa didegradasi

secara biologis sehingga cenderung terakumulasi di lingkungan. Logam berat

diklasifikasikan menjadi logam berat esensial dan logam berat non-esensial.

Logam berat esensial dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk

menjalankan fungsi fisiologis dan biokimiawi yang normal. Contoh logam

berat esensial antara lain adalah Fe, Mn, Cu, Zn dan Ni. Logam berat non-

esensial seperti Cd, Pb, As, Hg, dan Cr tidak dibutuhkan oleh tubuh organisme.

Logam berat bisa mengkontaminasi air tanah, air permukaan, dan lahan

pertanian (Cempel & Nikel, 2006).

Akumulasi logam berat di tanah dan air membawa risiko tersendiri

terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Elemen-elemen tersebut dapat

terakumulasi di dalam tubuh organisme dan konsentrasinya terus meningkat

seiring dengan kenaikan tingkat trofik. Konsentrasi logam berat yang di atas

ambang batas berefek buruk terhadap kesehatan karena mengganggu fungsi

normal sel dan organ-organ tubuh (Khan et al., 2010).

Banyak logam berat dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius

bahkan pada konsentrasi yang sangat rendah. Logam berat meningkatkan

terbentukknya reactive oxygen species (ROS) yang dapat menghancurkan

antioksidan alami di dalam sel sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan

dan kematian sel. Lebih jauh lagi, logam berat juga dapat menggantikan logam

esensial pada pigmen atau enzim tertentu sehingga merusak fungsi pigmen dan

enzim tersebut (Das et al., 2008).

Logam berat punya efek yang sangat buruk terhadap kesehatan manusia.

Tabel 1 menujukkan efek berbagai logam berat terhadap kesehatan manusia

(Ali et al., 2013).

Page 5: Pemanfaatan Jatropha Curcas Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang

Tabel 1. Efek Logam Berat Terhadap Kesehatan Manusia

No. Logam Berat Efek Pada Kesehatan Manusia

1. Arsen (As) Arsen dalam bentuk arsenat merupakan senyawa

analog dari fosfat sehingga dapat menganggu

berbagai proses seluler penting, fosforilasi oksidatif

dan sintesis ATP

2. Kadmium (Cd) Bersifat karsinogenik, mutagenik, teratogenik,

menganggu fungsi endokrin, menganggu regulasi

kalsium, menyebabkan kegagalan ginjal dan anemia

kronis

3. Krom (Cr) Kerontokan rambut

4. Tembaga (Cu) Kerusakan otak, sirosis hati, anemia kronis, iritasi

perut dan usus

5. Air raksa (Hg) Penyakit autoimun, depresi, kesulitan dalam

keseimbangan, kelelalan, kerontokan rambut,

insomnia, iritabilitas, kehilangan ingatan, gangguan

penglihatan, tremor, serta kerusakan otak, ginjal dan

paru-paru

6. Nikel (Ni) Bersifat neurotoksik, hematotoksik, imunotoksik,

genotoksik, nefrotoksik, dan hepatotoksik serta

menyebabkan kanker paru-paru, hidung, sinus,

kerongkongan dan perut

7. Timbal (Pb) Pada anak-anak menyebabkan gangguan

perkembangan, penurunan kecerdasan, kehilangan

memori jangka pendek, masalah dalam koordinasi

dan pembelajaran serta menyebabkan kegagalan

ginjal dan meningkatkan risiko terserang penyakit

kardiovaskuler

8. Zn Pusing, kelelahan

Page 6: Pemanfaatan Jatropha Curcas Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang

Di dalam tanah, logam berat dapat berefek toksik terhadap mikrobia

tanah, yang mengakibatkan penurunan pada populasi dan aktifivtas mereka.

Pada tumbuhan, dosis logam berat yang telalu tinggi dapat menyebabkan

terjadinya kekacauan metabolik dan penghambatan pertumbuhan pada

kebanyakan spesies. Bahkan sering kali, dosis logam berat yang terlalu tinggi

juga menyebabkan terjadinya kematian tumbuhan (Ali et al., 2013).

Selama ini, berbagai macam pendekatan fisika, kimia dan biologi telah

digunakan untuk menghilangkan kontaminasi logam berat pada tanah.

Remediasi konvensional yang selama ini banyak digunakan meliputi vitrifikasi

in situ, insinerasi tanah, pencucian tanah, solidifikasi, dan stabilisasi dengan

sistem elektro-kinetik. Secara umum, metode fisika dan kimia memiliki banyak

kekurangan antara lain membutuhkan biaya yang tinggi, membutuhkan banyak

tenaga kerja, menyebabkan terjadinya perubahan pada sifat-sifat tanah yang

bersifat ireversibel, serta menimbulkan gangguan pada mikroflora tanah.

Metode kimiawi juga dapat menyebabkan masalah polusi sekunder (Ali et al.,

2013).

Fitoremediasi dianggap sebagai solusi alternatif terhadap polusi logam

berat. Fitoremediasi merupakan salah satu jenis bioremediasi yang

menggunakan tumbuhan dan mikrobia tanah untuk menurunkan konsentrasi

kontaminan maupun untuk mengurangi efek toksik dari kontaminan tersebut di

dalam lingkungan. Fitoremediasi dapat digunakan untuk menghilangkan logam

berat dan juga kontaminan organik (seperti pestisida dan hidrokarbon).

Tumbuhan hijau diyakini mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk

menyerap polutan dari lingkungan dan mendetoksifikasinya melalui berbagai

mekanisme. Secara umum, tumbuhan dapat mengatasi kontaminan pada tanah

tanpa merusak lapisan topsoil sehinggga kesuburan tanah tetap terjaga.

Tumbuhan juga dapat memperbaiki kesuburan tanah dengan cara memberikan

input berupa bahan-bahan organik ke dalam tanah. Ekresi berbagai senyawa

oleh akar tumuhan dapat membantu proses degradasi senyawa toksik dan dapat

pula bertindak sebagai substrat untuk mikroba tanah yang secara langsung

dapat meningkatkan proses biodegradasi kontaminan organik. Penanaman

vegetasi pada tanah yang terpolusi juga dapat mencegah erosi dan metal

Page 7: Pemanfaatan Jatropha Curcas Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang

leaching, menciptakan habitat untuk berbagai flora dan fauna serta

menciptakan bentang alam yang lebih estetis (Singh, 2012).

Fitoremediasi merupakan strategi remediasi yang digerakkan oleh tenaga

matahari. Fitoremediasi adalah cara yang efektif dipandang dari sudut biaya

karena membutuhkan biaya instalasi dan pemeliharaan yang relatif lebih

sedikit. Selain itu, fitoremediasi juga lebih efisien, ramah lingkungan dan

aplikatif dibanding dengan metode konvensional. Secara umum, publik lebih

menerima fitoremediasi dibanding metode yang lain karena dianggap sebagai

strategi yang “hijau dan bersih” (Ali et al., 2013).

Jarak pagar (Jatropha curcas) merupakan sejenis tumbuhan yang

berbentuk pohon kecil atau semak besar yang banyak ditemukan di daerah

tropis. J. curcas aslinya berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah, tetapi

kemudian tersebar ke Amerika Latin, Afrika, India dan Asia Tenggara

termasuk Indonesia. Angka harapan hidup tumbuhan ini mencapai 50 tahun. J.

curcas merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan (Pandey et al.,

2012).

J. curcas sangat potensial untuk digunakan sebagai agen fitoremediator

karena memiliki banyak kelebihan (Pandey et al., 2012). Kelebihan-kelebihan

tersebut antara lain:

1. Mampu mengakumulasi logam berat

2. Memiliki koefisien translokasi logam berat yang rendah sehingga logam

berat tidak banyak diangkut ke daun dan biji

3. Merupakan tumbuhan yang tidak bisa dimakan, baik oleh manusia maupun

oleh hewan sehingga mengurangi resiko masuknya logam berat ke dalam

rantai makanan

4. Mampu menghilangkan polutan yang berupa hidrokarbon seperti minyak

bumi melalui kerja samanya dengan mikroba tanah

5. Menghasilkan biji yang bisa dijadikan bahan baku untuk biodiesel

sehingga merupakan sumber energi yang terbarukan

6. Dapat memperbaiki kesuburan tanah karena dapat meningkatkan karbon

organik, biomassa mikroba dan aktivitas enzim di dalam tanah

Page 8: Pemanfaatan Jatropha Curcas Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang

7. Memiliki sistem perakaran yang menyebar luas sehingga dapat

meningkatkan water holding capacity tanah

8. Secara alamiah merupakan tumbuhan tropis sehingga sesuai untuk

dimanfaatkan di Indonesia

9. Mampu bertahan hidup pada lahan yang marginal sehingga budidayanya

tidak berkompetisi secara langsung dengan tanaman pangan dalam hal

penggunaan lahan

10. Mampu bertahan dalam kondisi kering karena memiliki efisiensi yang

tinggi dalam penggunaan air

11. Dapat tumbuh dengan cepat dengan pemeliharaan yang minimal

12. Mampu menghadapi stres lingkungan dan serangan hama serta penyakit

13. Mampu hidup pada lahan berkadar garam tinggi

14. Membutuhkan sedikit nutrien

15. Mudah diperbanyak dengan masa gestasi yang pendek

Penggunaan J. curcas sebagai fitoremediator tentu membawa banyak

manfaat bagi masyarakat di sekitar tambang. Biji minyak jarak dikenal

memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi, yaitu sekitar 30-50%. Minyak

ini tidak termasuk minyak untuk makanan (non-edible oil) sehingga

penggunaannya tidak menganggu penyediaan minyak makan nasional. Minyak

dari J. curcas dapat dengan mudah diubah menjadi bio-fuel yang memenuhi

standar Amerika dan Eropa. Beberapa karakteristik unggul yang dimiliki oleh

minyak dari J. curcas antara lain memiliki tingkat keasaman yang rendah,

stabilitas oksidasi yang lebih baik dibanding dengan minyak kedelai, viskositas

yang lebih rendah dibanding minyak jarak serta karakteristik pendinginan yang

lebih baik dibanding minyak sawit. Selain itu, viskositas, asam lemak bebas,

dan densitas minyak serta biodieselnya juga stabil selama penyimpanan

(Pandey et al., 2012). Jika areal remediasi cukup luas, maka tidak mustahil

apabila minyak dari biji J. curcas ini bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk

membangkitkan tenaga listrik yang bisa disuplai ke desa-desa di sekitar areal

remediasi. Konversi minyak biji J. curcas menjadi biodiesel terutama

dianjurkan pada J. curcas yang ditanam pada lahan bekas tambang minyak

bumi. Ini dikarenakan tambang minyak bumi tidak banyak menghasilkan

Page 9: Pemanfaatan Jatropha Curcas Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang

logam berat sehingga kekhawatiran adanya logam berat pada minyak jauh lebih

kecil. Perlu diingat lagi bahwa koefisien translokasi logam berat pada J. curcas

cukup kecil sehingga minyak yang dihasilkan dari pohon J. curcas yang hidup

pada lahan bekas tambang mineral pun kemungkinan besar tetap tidak

mengandung logam berat dalam konsentrasi yang berbahaya.

Proses ektraksi minyak sendiri selain menghasilkan minyak juga

menghasilkan ampas. Ampas ini bisa digunakan untuk menghasilkan biogas

sebelum akhirnya bisa digunakan sebagai pupuk. Pemanfaatan ampas tersebut

mampu menghasilkan 60% biogas lebih banyak dibandingkan dengan kotoran

ternak (Staubmann et al., 1997).

J. curcas mampu memberikan pendapatan bersih selama sekitar 30-35

tahun sejak tahun ke empat dari tahun penanaman (Pandey et al, 2012). Proses

pembibitan, penanaman, pemanenan biji, ektraksi minyak dan lain-lain akan

memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat terpencil sehingga

mengurangi arus urbanisasi. Dengan demikian, diharapkan bahwa pemanfaatan

J. curcas sebagai fitoremediator ini akan memperkuat struktur ekonomi

masyarakat setempat sekaligus meningkatkan kemandiriannya. Selain itu,

listrik yang dihasilkan dari biodiesel untuk penerangan juga akan memperbaiki

situasi domestik dan membuat anak-anak sekolah lebih mudah belajar.

Apabila penanaman J. curcas ini ditujukan untuk usaha agroforestri dan

untuk memproduksi minyak dalam jangka panjang, maka penanaman dengan

menggunakan biji lebih dianjurkan. Hal ini dikarenakan tanaman yang

dihasilkan dari perbanyakan secara vegetatif tidak menghasilkan akar utama

(taproot) sehingga mudah roboh apabila terkena angin. Tanaman yang tumbuh

dari biji akan menghasilkan akar utama yang menembus lapisan tanah yang

lebih dalam sehingga mampu menyerap nutrien tanpa harus banyak bersaing

dengan akar tanaman lain. Jarak penanaman yang dianjurkan adalah 3 m x 3 m

karena memberikan hasil yang lebih tinggi, minimal pada tahun-tahun awal

(Heller, 1996).

Untuk menghasilkan biji yang kandungan minyaknya tinggi, biji harus

dipanen saat mencapai kematangan yang ditandai dengan perubahan warna dari

hijau menjadi kuning kecokelatan. Kematangan biasanya dicapai 90 hari

Page 10: Pemanfaatan Jatropha Curcas Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang

setelah pembungaan, tetapi tidak semua buah matang secara bersamaan. Di

daerah dengan curah hujan yang cukup, panen biji bisa dilakukan setiap

minggu sepanjang tahun. Potensi panen tanaman ini berkisar antara 0,1-15 ton

biji kering/ha/tahun, tergantung dari kondisi tanah, curah hujan dan praktik

budi dayanya (Ouwen et al., 2007).

Tabel 2 menunjukkan perhitungan keuntungan dari hasil produksi

minyak J. curcas selama satu tahun untuk lahan seluas seribu hektar. Angka-

angka yang digunakan dalam perhitungan sebagian merupakan asumsi moderat

yang diambil dari berbagai sumber.

Tabel 2. Perhitungan Keuntungan dari Produksi Minyak oleh J. curcas

Kuantitas Satuan

Luas lahan 1.000 ha

Produktivitas 10.000 kg/ha/tahun

Produksi biji kering 10.000.000 kg/tahun

Kandungan minyak 50 %

Produksi minyak

(massa)

5.000.000 kg/tahun

Massa jenis minyak 0,96 kg/liter

Produksi minyak

(volume)

5.208.333 liter/tahun

Kebutuhan untuk

produksi energi listrik

0,275 liter/kwh

Produksi energi listrik 18.939.394 kwh/tahun

Tarif dasar listrik 605 rupiah/kwh

Penghematan tagihan

listrik

11.458.333.333 rupiah/tahun

Jatah daya untuk satu

keluarga

1.000 watt/keluarga

Penggunaan daya oleh

keluarga

8 jam/hari

Kebutuhan energi

listrik

2.880 kwh/keluarga/tahun

Page 11: Pemanfaatan Jatropha Curcas Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang

Jumlah keluarga yang

terlayani

6.576 Keluarga

Dari Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa lahan seluas seribu ha

mampu menyuplai kebutuhan listrik sebanyak 5.576 keluarga per tahunnya

dengan nilai mencapai sebelas miliar lebih. Ini belum termasuk nilai biogas

yang dapat diproduksi dari pemanfaatan ampas hasil ekstraksi minyaknya.

Namun demikian, untuk dapat memanfaatkan minyak J. curcas sebagai bahan

bakar untuk pembangkit listrik, tentu dibutuhkan biaya investasi untuk

berbagai macam peralatan yang dibutuhkan.

Untuk efisiensi penghilangan logam berat sendiri, penelitian di rumah

kaca menunjukkan bahwa kecambah J. curcas dengan biomassa 3,36 gram

mampu menghilangkan 2,35% logam berat pada substrat setelah 60 hari

pemaparan. Ini masih bisa ditingkatkan lagi hingga 3,64% dengan penambahan

EDTA (Jamil et al., 2009). Efek tersebut bersifat linear, yaitu semakin besar

biomassa J. curcas maka semakin besar pula persentase logam berat yang bisa

dihilangkan dari tanah. Substrat yang dimaksud di sini adalah tanah yang

berada di sekitar akar tanaman J. curcas.

Dalam waktu 180 hari, J. curcas juga mampu menghilangkan

kontaminan minyak dengan konsentrasi 2,5% di dalam tanah sebanyak 56,6%

(w/w). Ini masih bisa ditingkatkan lagi hingga 89,6% apabila dilakukan

penambahan pupuk organik dari kulit pisang atau merang (Agamuthu et al.,

2010). Tidak mustahil apabila waktu yang digunakan diperlama, maka

kontaminasi minyak pada tanah akan hilang sama sekali.

Efektifitas dan keuntungan penggunaan J. curcas sebagai agen

fitoremediator dapat dioptimalkan dengan menjalankan praktik-praktik

agronomi yang baik, seperti penyesuaian rasio tumbuhan jantan dan betina,

pemberian pupuk organik, pemberian biofertilizer serta penggunaan lebah

untuk memperbaiki proses polinasi. Selain itu, untuk meningkatkan efisiensi

penghilangan logam berat dan hidrokarbon oleh J. curcas, perlu dilakukan

pencarian varietas baru melalui persilangan diantara varietas-varietas yang

telah ada maupun melalui rekayasa genetika. Varietas yang diharapkan adalah

Page 12: Pemanfaatan Jatropha Curcas Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang

J. curcas yang mampu hidup pada lahan marginal dengan tetap memiliki

produktivitas yang tinggi. Selain itu, varietas tersebut juga harus memiliki

koefisien tranlokasi logam berat yang rendah, sehingga logam berat tidak

terangkut ke organ-organ tumbuhan yang berada di atas tanah.

Pemaduan dengan agen fitoremediator yang lain juga bisa dilakukan

untuk memperbaiki efektifitas fitoremediasi oleh J. curcas. Salah satu

fitoremediator yang tepat untuk dipadukan dengan J. curcas antara lain yaitu

rumput akar wangi (Vetiveria zizanioides). V. zizanioides adalah sejenis rumput

abadi dengan kemampuan adaptasi ekologis yang kuat dan produktivitas

biomassa yang besar, mudah untuk dikelola dan dapat tumbuh dalam kondisi

tanah yang beragam. V. zizanioides mampu tumbuh pada lahan yang

terkontaminasi logam berat seperti pada lahan bekas tambang maupun bekas

minyak serta mampu mengakumulasi logam dalam konsentrasi yang tinggi.

Dengan penanaman rumput ini, kontaminasi As pada tanah dapat dikurangi

dari 500 mg/kg menjadi 214 mg/kg setelah 6 bulan tanam (Purwani, 2010).

Berbeda dengan J. curcas yang memiliki akar yang mampu menembus lapisan

tanah yang dalam, V. zizanioides memiliki akar serabut yang menyebar di

lapisan tanah bagian atas sehingga mampu menahan erosi tanah oleh angin dan

air. Dengan demikian, antara kedua tumbuhan tersebut tidak akan terjadi

kompetisi dalam meperebutkan air serta nutrien tanah.

3. Kesimpulan

Jatropha curcas merupakan tanaman yang mampu menyerap berbagai

logam berat dan hidrokarbon yang ada di dalam tanah secara efektif. Dengan

berbagai keunggulan yang dimilikinnya, tanaman ini juga dapat memberikan

banyak manfaat terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi tambang.

Oleh karena itu, tanaman ini dapat dijadikan alternatif sebagai agen

fitoremediator untuk memperbaiki kondisi lahan bekas tambang di Indonesia.

Page 13: Pemanfaatan Jatropha Curcas Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang

DAFTAR PUSTAKA

Agamuthu, P., Abioye, O. P., Azis, A. A. 2010. Phytoremediation of Soil Contaminated With Used Lubricating Oil Using Jatropha curcas. Journal of Hazardous Materials 179, 891-894.

Ali, H., Khan, E., Sajad, M. A. Phytoremediation of Heavy Metals – Concepts and Applications. Chemosphere 91, 869-881.

Cempel, M., Nikel, G., 2006. Nickel: A Review of Its Sources And Environmental Toxicology. Pol. J. Environ. Stud. 15, 375–382.

Das, K., Das, S., Dhundasi, S., 2008. Nickel, Its Adverse Health Effects and Oxidative Stress. Indian J. Med. Res. 128, 412–425.

Heller, J., 1996. Jatropha curcas L., Promoting The Conservation And Use Of Underutilized And Neglected Crops. International Plant Genetic Resources Institute, Rome.

Inswiasri, Sukar, Cahyorini. 2008. Kadar Logam Berat Di Lingkungan Wilayah Tambang, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 7 No. 1, 656-664.

Jamil, S., Abhilash, P. C., Singh, N., Sharma, P. N. 2009. Jatropha curcas: A Potential Crop for Phytoremediation of Coal Fly Ash. Journal Of Hazardous Materials 172, 269-275.

Khan, S., Hesham, A.E.-L., Qiao, M., Rehman, S., He, J.-Z., 2010. Effects of Cd and Pb on Soil Microbial Community Structure and Activities. Environ. Sci. Pollut. Res. 17, 288–296.

Pandey, C. P., Singh, K., Singh, J. S., Kumar, A., Singh, B., Singh, R. P. 2012. Jatropha curcas: A Potential Biofuel Plant for Sustainable Environmental Development. Renewable And Sustainable Energy Reviews 16, 2870-2883.

Purwani, J. 2010. Remediasi Tanah Dengan Menggunakan Akumulator Logam Berat Akar Wangi (Vetiveria zizanioides L.). Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian Balitbang Pertanian.

Singh, S., 2012. Phytoremediation: A Sustainable Alternative for Environmental Challenges. Int. J. Gr. Herb. Chem. 1, 133–139.

Staubmann, R, Foidl, G., Foidl , N., Gubitz G. M., Lafferty R. M., Arbizu, V. M., et al. 1997. Biogas Production From Jatropha curcas Press Cake. Applications of Biochemistry and Biotechnology 63, 457- 467.