pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah indonesia di sma negeri ... · 2 sma negeri 1...
TRANSCRIPT
PEMANFAATAN LITERASI DALAM PEMBELAJARAN
SEJARAH INDONESIA DI SMA NEGERI 1 KASIHAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
EMILDA EVA ARIANI
141314017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PEMANFAATAN LITERASI DALAM PEMBELAJARAN
SEJARAH INDONESIA DI SMA NEGERI 1 KASIHAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
Oleh:
EMILDA EVA ARIANI
141314017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat, rahmat dan
kurnia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
judul “Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran Sejarah Indonesia di SMA
Negeri 1 Kasihan”. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1) Bapa dan Mama tercinta, serta semua keluarga yang telah memberikan
dorongan semangat serta dukungannya yang tak ternilai harganya, sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
2) Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah banyak memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mendapatkan motivasi, bimbingan, pengarahan dan dorongan semangat, serta
bantuan atas kesabarannya dalam mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini
3) Semua pihak yang membantu penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia adalah penakut dan bimbang. Teman
yang setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.
(Andrew Jakson)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Emilda Eva Ariani
NIM : 141314017
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PEMANFAATAN LITERASI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
INDONESIA DI SMA NEGERI 1 KASIHAN”
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, dan mempublikasikannya di internet
atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 24 Juni 2018
Yang menyatakan,
Emilda Eva Ariani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PEMANFAATAN LITERASI DALAM PEMBELAJARAN
SEJARAH INDONESIA DI SMA NEGERI 1 KASIHAN
Emilda Eva Ariani
141314017
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) perencanaan
pembelajaran Sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, (2) pelaksanaan
pembelajaran Sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, dan (3) hasil
pembelajaran Sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus. Informan dalam penelitian ini adalah guru sejarah dan 11 siswa kelas X IPS
2 SMA Negeri 1 Kasihan yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, kuesioner, wawancara, dokumen
dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model interaktif Miles dan
Huberman yang terdiri atas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) perencanaan yang dilakukan
guru dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi dimulai
dengan menyusun RPP dengan baik, (2) pelaksanaan pembelajaran sejarah
Indonesia yang memanfaatkan literasi berjalan dengan baik dan sesuai dengan
RPP, (3) hasil yang diperoleh siswa pada aspek kognitif 30 siswa mencapai KKM
yaitu 70 dengan rata-rata 81,40 (93,75%), kemudian pada aspek afektif siswa
memiliki minat terhadap pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah
Indonesia dengan 9,37% kategori sangat tinggi dan 84,38% kategori tinggi. Pada
aspek psikomotorik siswa menghasilkan puisi sebagai produk literasi dengan
memperoleh rata-rata nilai 82,5.
Kata Kunci: literasi, pembelajaran, Sejarah Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE USE OF LITERACY IN HISTORY LEARNING OF INDONESIA
IN SMA NEGERI 1 KASIHAN
Emilda Eva Ariani
141314017
This study aims to know how literacy is used to describe: (1) the learning
of Indonesian History plan, (2) the implementation of Indonesian History
learning, and (3) the result of learning Indonesian History.
Qualitative approach was used by running a case study as the method. The
informants of this study were history teacher and 11 tenth grade students of IPS 2
class of SMA Negeri 1 Kasihan who were chosen by using purposive sampling
technique. The data was gathered by doing an observation, distributing
questionnaire, conducting an interview, reviewing documents, and documenting.
In analyzing the data, Miles and Huberman’s interactive model, which consists of
data collection, data reduction, data presentation, and conclusion, was used.
The results of this research show that: (1) planning done by the teacher in
learning Indonesian History by using literacy was started by arranging a
standardized lesson plan, (2) the implementation of Indonesian History learning
using literacy was run well and it was based on the lesson plan, (3) 30 students
reached cognitive aspect with the Minimum Criteria of Mastery Learning (KKM)
which was 70 with an average 81,40 (93,75%). The result of the affective aspect
showed that students had passion towards the use of literacy in learning
Indonesian History in which 9,3% was in very high category and 84, 38% was in
high category. For the psychomotoric aspect, students produced poems as literacy
products by getting 82,5 as the average score.
Keyword : literacy, learning, History of Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur atas segala kasih dan penyertaan Tuhan
Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran Sejarah Indonesia di SMA Negeri 1
Kasihan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
studi di Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak
lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharna Yogyakarta.
3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan bimbingan,
pengarahan dan dorongan semangat, serta bantuan atas kesabarannya dalam
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
4. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
banyak memberikan kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan
bimbingan, pengarahan dan dorongan semangat, serta bantuan atas
kesabarannya dalam mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
5. Bapak Drs. A. Kardiyat Wiharyanto, M.M., selaku Dosen Pembimbing
Akademik (DPA) yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan ilmu
dan didikan kepada penulis selama menempuh studi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang dengan setianya
memberikan pelayanan administrasi kepada penulis.
8. Kepala Sekolah, pihak Tata Usaha, guru sejarah, dan siswa kelas X IPS 2 di
SMA Negeri 1 Kasihan Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam
mendapatkan data untuk penyelesaian skripsi ini.
9. Kedua orangtua (Bapak Samuel dan Ibu Adriana) dan kakak tercinta (Osin)
telah memberikan dorongan semangat serta dukungannya yang tak ternilai
harganya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
10. Sahabat-sahabatku.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dengan
demikian penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan penyusunan skripsi yang lebih baik di masa yang akan datang. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
Emilda Eva Ariani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Hlm
HALAMAN JUDUL ……………………………………………..…… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………..…… ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………… iv
HALAMAN MOTTO ………………………………………………… v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………… vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ….……
vii
ABSTRAK ………………………………………………………..…… viii
ABSTRACT ……………………………………………………………. ix
KATA PENGANTAR ………………………………………………... x
DAFTAR ISI ……………………………………………………...…... xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………..…… xiv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………..…... xv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………..…… xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………..…… 1
A. Latar Belakang …………………………………………….…… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 7
C. Tujuan Penelitian ………………………………………….…… 7
D. Manfaat Penelitian ………………………………………...…… 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………….…… 9
A. Kajian Teori ……………………………………………….…… 9
1. Gerakan Literasi Sekolah ……………………………...…… 9
2. Pembelajaran Sejarah ………………………………….…… 23
3. Konstruktivisme ……………………………………….…… 28
4. Kurikulum 2013 ……………………………………….…… 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
B. Penelitian yang Relevan …………………………………...… 36
C. Kerangka Berpikir …………………………………………… 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………… 41
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………..…… 41
B. Pendekatan Penelitian ……………………………………..…… 41
C. Sumber Data …………………………………………………… 43
D. Metode Pengumpulan Data ……………………………….…… 43
E. Instrumen Pengumpulan Data ……………………………..…… 46
F. Teknik Sampling …………………………………………..…… 49
G. Validitas Data ……………………………………………..…… 50
H. Analisis Data …………………………………………………… 53
I. Sistematika Penulisan ……………………………………..…… 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….…… 58
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………….…… 58
B. Deskripsi Hasil Penelitian ……………………………………… 63
C. Pembahasan ……………………………………………….…… 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………….…… 104
A. Kesimpulan ………………………………………………..…… 103
B. Saran …………………………………………………………… 104
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….…… 106
LAMPIRAN ……………………………………………………...…… 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Hlm
Tabel 1. Pihak Pelaksanaan Literasi ……………………………………... 15
Tabel. 2. Fokus Kegiatan dalam Tahapan Literasi Sekolah ……………… 21
Tabel. 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian …………………………………. 41
Tabel. 4. Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian ………………………………... 47
Tabel. 5. Kisi-Kisi Wawancara Siswa …………………………………... 48
Tabel. 6. Data hasil Kuesioner Siswa Kelas X IPS 2 …………………….. 81
Tabel. 7. Rubrik Penilaian dalam Puisi …………………………………... 82
Tabel. 8. Data Nilai Aspek Psikomotorik ………………………………... 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Hlm
Gambar I. Alur Kerangka Pikir …………………………………………. 40
Gambar II. Model Interaktif Miles dan Huberman ……………………… 54
Gambar III. Diagram Hasil Belajar Siswa terhadap Pemanfaatan Literasi
dalam Pembelajaran Sejarah Indonesia …………………………………..
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Hlm
Lampiran 1. Instrumen Observasi ………………………………… 109
Lampiran 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa ……………… 112
Lampiran 3. Pertanyaan Wawancara Siswa………………………. 113
Lampiran 4. Pertanyaan Wawancara Guru ………………………. 114
Lampiran 5. Daftar Narasumber ………………………………….. 115
Lampiran 6. Catatan Lapangan 1 …………………………………. 116
Lampiran 7. Catatan Lapangan 2 ………………………………… 118
Lampiran 8. Catatan Lapangan 3 ………………………………… 120
Lampiran 9. Catatan Lapangan 4 ………………………………… 122
Lampiran 10. Catatan Lapangan 5 ……………………………….. 124
Lampiran 11. Catatan Lapangan 6 ……………………………….. 126
Lampiran 12. Catatan Lapangan 7 ………………………………... 128
Lampiran 13. Catatan Lapangan 8………………………………… 130
Lampiran 14. Catatan Lapangan 9 ………………………………... 132
Lampiran 15. Catatan Lapangan 10 ………………………………. 134
Lampiran 16. Catatan Lapangan 11 ………………………………. 136
Lampiran 17.Catatan Lapangan 12 ……………………………….. 138
Lampiran 18.Catatan Lapangan 13 ……………………………….. 140
Lampiran 19. Silabus Sejarah Indonesia …………………………. 143
Lampiran 20. Dokumen RPP ……………………………………. 150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Lampiran 21. Kisi-Kisi Soal Kognitif …………………………… 177
Lampiran 22. Soal Kognitif ……………………………………… 180
Lampiran 23. Data Nilai Kognitif Siswa ………………………… 186
Lampiran 24. Dokumentasi Kisi-kisi Kuesioner Minat …………. 187
Lampiran 25. Instrumen Kuesioner Minat ……………………… 188
Lampiran 26. Data Hasil Minat Siswa …………………………… 191
Lampiran 27. Instrumen Penilaian Keterampilan ……………….. 193
Lampiran 28. Data Nilai Aspek Psikomotorik …………………… 194
Lampiran 29. Dokumentasi Penelitian …………………………… 195
Lampiran 30. Dokumentasi Produk Literasi ……………………… 199
Lampiran 31. Surat Ijin …………………………………………… 202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah penopang perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang membawa bangsa ini pada era modern. Pendidikan bertujuan
untuk membangun tatanan bangsa yang berbalut dengan nilai-nilai akademis,
kepekaan, dan kepedulian terhadap kehidupan berbangsa dan negara. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem
pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi, dan
tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunan pendidikan nasional,
untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan
masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan global.1
Dalam arti yang sempit pendidikan yaitu pengajaran yang diselenggarakan
di sekolah sebagai lembaga tempat mendidik. Pendidikan merupakan segala
pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan
kepada sekolah agar mempunyai kemampuan kognitif dan kesiapan mental yang
sempurna untuk terjun ke masyarakat, menjalin hubungan sosial, dan memiliki
tanggungjawab mereka sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.2
1Suryosubroto B, Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hlm.
294. 2Soyomukti Nurani, Teori-Teori Pendidikan: Dari Tradisional, Liberal, Marxis Sosialis hingga
Postmodern, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2001, hlm. 30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kualitas pendidikan di Indonesia masih terbilang kurang jika
dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara maju. Indonesia masih
memiliki minat baca yang relatif rendah jika dibanding dengan negara-negara
yang minat bacanya jauh lebih tinggi. Kecenderungan siswa yang lebih menyukai
berkomunikasi dengan smart phone daripada membaca buku. Siswa hanya
membaca atau mencari buku jika ada tugas yang diberikan guru. Berdasarkan hal
tersebut, menunjukkan bahwa tidak banyak siswa yang menyadari dan mandiri
melakukan kegiatan membaca untuk memperluas pengetahuan mereka. Siswa
sebagai kaum terpelajar dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan informasi
terkini. Melalui sekolah yang merupakan lembaga ilmiah, seharusnya didesain
untuk menumbuhkembangkan kegemaran membaca.
Pada tingkat sekolah menengah (usia 15 tahun) pemahaman membaca
siswa Indonesia (selain matematika dan sains) diuji oleh Organisasi untuk Kerja
Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD-Organization for Economic
Cooperation and Development) dalam Program for Internasional Student
Assessment (PISA). PISA 2009 menunjukan siswa Indonesia berada pada
peringkat 57 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 493), sedangkan PISA 2012
menunjukan siswa Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396 (skor
rata-rata OECD 496).
Persoalan minat baca yang rendah terjadi pula di kota Yogyakarta
merupakan salah satu kota dikenal sebagai kota pelajar. Budaya atau kegemaran
membaca belum sepenuhnya terbentuk di kalangan siswa. Berdasarkan data yang
dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016, Daerah Istimewa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Yogyakarta hanya menempati peringkat ke-4 dalam minat bacanya.3 Padahal pada
tahun 2014 Yogyakarta memiliki indeks baca tertinggi di Indonesia.4 Dalam data
tersebut dapat disimpulkan bahwa, minat baca siswa mengalami penurunan. Tentu
jumlah tersebut masih sangat memprihatinkan bila dibandingkan dengan negara-
negara maju yang indeks membacanya jauh lebih tinggi.
Dari hasil di atas, bahwa sekolah yang seharusnya sebagai lembaga untuk
melaksanakan praktik pendidikan dalam menghasilkan siswa yang berkualitas
belum memperlihatkan peranannya sebagai organisasi pembelajaran. Dengan
tujuan untuk mengupayakan semua warga sekolah menjadi terampil membaca
untuk mendukung mereka agar belajar sepanjang hayat. Oleh karena itu sangat
diperlukan peranan guru, orang tua ataupun lingkungan sekolah untuk kembali
menumbuhkan minat baca siswa.
Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
mengembangkan gerakan literasi sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.5 Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini ada sebagai tanggapan terhadap lahirnya
dorongan masyarakat agar terjadi perubahan signifikan dalam dunia pendidikan,
terutama terkait dekadensi moral yang merebak di kalangan siswa saat ini.
Gerakan literasi sekolah (GLS) mulai dilaksanakan ketika diterbitkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti. Pengertian Literasi Sekolah merupakan sebuah upaya
3https://jogja.antaranews.com/berita/342002/minat-baca-pelajar-diy-cukup-tinggi. Di akses pada
tanggal 8 Februari 2018, pukul 16.25. 4http://jogja.tribunnews.com/2014/12/21/minat-baca-warga-diy-masih-rendah. Di akses pada
tanggal 8 Februari 2018, pukul 16.25. 5Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi
pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.
Upaya yang dilakukan untuk menerapkan literasi berupa pembiasaan membaca 15
menit buku non pelajaran sebelum belajar dimulai. Setelah pembiasaan membaca
terbentuk akan dilanjutkan ketahap pengembangan dan pembelajaran.
Pembelajaran dapat berjalan dengan baik apabila guru dapat
memvariasikan berbagai metode dan model pembelajaran yang baik. Guru
dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif untuk mengubah kondisi pembelajaran
menjadi lebih menarik dan efektif sekaligus membuat siswa menjadi lebih aktif.
Dalam era globalisasi saat ini permasalahan-permasalahan yang muncul dalam
pembelajaran salah satunya harus diatasi melalui inovasi terhadap model maupun
media pembelajaran.
Begitupun dalam pembelajaran sejarah, guru harus mencari solusi untuk
memperbaiki proses pembelajaran sejarah yang selama ini terlihat monoton dan
kurang menarik minat siswa untuk mempelajari sejarah. Selama ini persepsi
siswa secara umum tentang pembelajaran sejarah terkesan sangat membosankan,
siswa disuruh membaca kemudian menghafal fakta-fakta sejarah yang diperoleh
dari guru maupun dari buku. Sementara kita ketahui bahwa minat baca siswa
sangat rendah. Melalui gerakan literasi sekolah (GLS) yang saat ini tengah
dilaksanakan di sekolah-sekolah negeri maupun swasta di Yogyakarta guru
sejarah dapat memanfaatkan literasi dalam pembelajaran sejarah agar dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk memaknai peristiwa-peristiwa sejarah
dalam diri siswa. Dalam gerakan literasi ada empat aktivitas yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dimanfaatkan oleh guru sejarah agar pembelajaran dapat berjalan efektif yaitu
melalui aktivitas membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.
Penerapan literasi sekolah diterapkan dalam pembelajaran sejarah sesuai
dengan tahap ketiga dalam implementasi gerakan literasi sekolah yaitu tahap
pembelajaran (kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk mendukung pelaksanaan
Kurikulum 2013). Dalam gerakan literasi sekolah banyak kegiatan-kegiatan yang
dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah, misalnya menggunakan lingkungan
fisik, sosial, afektif, dan akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual,
auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya
pengetahuan dalam mata pelajaran. 6
Berdasarkan pengalaman peneliti melalui kegiatan PPL SMA Negeri 1
Kasihan menjadi salah satu sekolah di Yogyakarta yang telah menerapkan
gerakan literasi sekolah (GLS). SMA Negeri 1 Kasihan didirikan atas gagasan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Yogyakarta melalui Instruksi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Selama kurang lebih 2
bulan proses belajar mengajar dilakukan di dalam ruang laboratorium SMA
Negeri 1 Yogyakarta.
Setelah memperoleh lokasi baru di Jalan Bugisan Selatan,
KelurahanTirtonirmolo, Kecamatan Kasihan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta,
maka tanggal 11 Maret 1979 SMA Persiapan mulai menempati gedung sendiri.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
6Direktoral Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, Jakarta: Kemendikbud, 2016, hlm.
22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Indonesia Nomor: 035/O/1997 tanggal 7 Maret SMA Negeri 1 Tirtonirmolo
berubah nama menjadi SMA Negeri 1 Kasihan.
Pelaksanaan program literasi di SMA Negeri 1 Kasihan sudah berjalan
satu tahun yang dimulai dari tahun ajaran baru 2017. Tahapan penerapan literasi
di SMA Negeri 1 Kasihan dimulai dengan tahapan yang pertama yaitu tahap
pembiasaan dan sedang diteruskan dalam tahap pengembangan dan pembelajaran.
Pada tahap pembiasaan siswa diwajibkan membaca selama 15 menit setiap hari
sebelum memulai pembelajaran.
Peneliti memilih SMA Negeri 1 Kasihan sebagai tempat penelitian
berdasarkan latar belakang masalah di atas. Peneliti ingin mengetahui hasil dari
sejauh mana pemanfaatan literasi sesuai dengan tahap ketiga yaitu tahap
pelaksanaan pembelajaran dalam proses pembelajaran sejarah Indonesia dengan
memanfaatkan empat aktivitas dalam literasi yaitu aktivitas membaca, menulis,
menyimak, dan berbicara. Dengan demikian, peneliti mengambil judul
Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran Sejarah Indonesia di SMA Negeri 1
Kasihan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan
literasi di SMA Negeri 1 Kasihan?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaan sejarah Indonesia yang memanfaatkan
literasi di SMA Negeri 1 Kasihan?
3. Bagaimana hasil pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi
di SMA Negeri 1 Kasihan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitiannya
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran sejarah Indonesia yang
memanfaatkan literasi di SMA Negeri 1 Kasihan.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran sejarah Indonesia yang
memanfaatkan literasi di SMA Negeri 1 Kasihan.
3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan
literasi di SMA Negeri 1 Kasihan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Menumbuhkembangkan budi pekerti siswa melalui pembudayaan ekosistem
literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka
menjadi pembelajar sepanjang hayat khususnya dalam pembelajaran sejarah.
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti tentang implementasi Gerakan Literasi Sekolah
dalam Pembelajaran Sejarah, sehingga peneliti dapat mengimplementasikan
gerakan literasi ke dalam pembelajaran sejarah ketika proses belajar mengajar
berlangsung.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan refrensi bagi sekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah melalui implementasi gerakan literasi
sekolah ini.
4. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru dalam
menerapkan pembelajaran sejarah di kelas melalui implementasi gerakan literasi
sekolah sehingga para siswa dapat menumbuhkan minatnya untuk membaca
peristiwa-peristiwa sejarah yang dapat memberikan pengaruh terhadap
kehidupansiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Gerakan Literasi Sekolah
a. Pengertian Literasi
Istilah literasi dalam bahasa latin disebut sebagai literatus yang artinya
adalah orang yang belajar, namun National Institut for Literacy sendiri
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan literasi adalah kemampuan seseorang
untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada
tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.
UNESCO juga menjelaskan bahwa literasi adalah seperangkat keterampilan yang
nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang
terlepas dari konteks di mana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa
keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya.7 Dari
pengertian literasi tersebut, bahwa literasi memiliki banyak makna yang luas, akan
tetapi yang menjadi dasar bahwa literasi itu berkaitan dengan perkembangan
membaca dan menulis seseorang.
Dalam deklarasi UNESCO menyebutkan bahwa literasi informasi terkait
pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan,
mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan
mengkomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan. Kemampuan-
7https://gurudigital.id/jenis-pengertian-literasi-adalah/. Di akses pada tanggal 30 Mei 2018, pada
pukul 12.11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kemampuan itu perlu dimiliki oleh setiap individu sebagai syarat untuk
berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak dasar manusia
mengenai pembelajaran sepanjang hayat.8
Pada abad ke-21 pendidikan dituntut harus kreatif dalam berpikir, kritis
dalam intelektual, etis dalam pergaulan dan berkarakter dalam berkehidupan.
Begitupun untuk literasi pada abad ke-21, literasi berkembang menjadi
kemampuan membaca, menulis, berbicara dan menyimak. Sedangkan jika lihat
literasi secara tradisional, dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis.9
Pembelajaran literasi merupakan pembelajaran yang mengoptimalkan
keterampilan-keterampilan literasi dalam mewujudkan situasi pembelajaran yang
efektif. Keterampilan-keterampilan tersebut meliputi keterampilan membaca,
menyimak, keterampilan menulis, dan keterampilan berbicara:
1) Keterampilan Membaca
Keterampilan membaca dalam konteks literasi merupakan keterampilan
untuk memperoleh beragam pengetahuan yang kemudian diolah secara kritis.
Membaca tidak sekedar menyelami makna tersurat namun juga membangun
makna yang tersirat. Oleh karena itu sangat diperlukan kemampuan berpikir kritis
dan kreatif untuk memperoleh pemahaman yang mendalam.10
2) Keterampilan Menyimak
Menyimak berarti mendengarkan secara sungguh-sungguh untuk
memperoleh informasi lisan yang disampaikan seseorang atau sumber literasi.
8Dirjendikdamen, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, Jakarta: Direktoral Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016, hlm. 7. 9Yunus Abidin, Pembelajaran Multiliterasi, Bandung: Refika Aditama, 2015, hlm. 49.
10Hendra Kurniawan, Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Sejarah, 2018, Historia Vitae,
Vol.32, No. 1, hlm. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Menyimak dikatakan sebagai kegiatan aktif reseptif. Artinya seorang penyimak
berupaya secara aktif memahami informasi yang di dengarnya dalam rangka
menumbuhkan pemahaman dan mengembangkan pengetahuannya.11
3) Keterampilan Menulis
Menulis diartikan sebagai kemampuan mengungkapkan gagasan, ide, dan
hasil pemikiran secara lancar dan menarik.12
Menulis bukan hanya untuk
mengekspresikan diri tetapi melalui karya tulis yang dihasilkan dapat membangun
makna yang bisa disampaikan kepada pembaca.
4) Keterampilan Berbicara
Apabila menulis dimaknai sebagai aktivitas penyampain gagasan melalui
karya tulisan maka literasi berbicara berarti penyampaian gagasan secara lisan.13
Dalam keterampilan berbicara harus dapat di pertanggungjawabkan dalam
konteks pengetahuan, budaya dan media.
b. Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan literasi sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan
secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran
yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Pelibatan publik
ini meliputi siswa, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah,
komite sekolah, orang tua atau wali siswa, akademisi, penerbit, media massa,
masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat mempresentasikan keteladanan, dunia
usaha, dan lain-lain), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Diktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
11
Ibid., hlm. 12. 12
Ibid., hlm. 4. 13
Ibid., hlm. 14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kebudayaan.14
Dalam pelaksanaan gerakan literasi ini siswa diharapkan memiliki
kemampuan untuk mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara
cerdas melalui berbagai aktivitas antara lain membaca, menyimak, menulis dan
berbicara.
Gerakan literasi sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan
kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkan berupa
pembiasaan membaca siswa. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit
membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang
disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan membaca
terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan
pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya, pada periode tertentu yang terjadwal, dilakukan
asesmen agar dampak keberadaan gerakan literasi sekolah dapat diketahui dan
terus-menerus dikembangkan. Harapannya gerakan literasi sekolah mampu
menggerakan warga sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk
bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai
bagian penting dalam kehidupan.15
c. Tujuan
Gerakan literasi sekolah mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus
sebagai berikut 16
:
14
Dirjendikdasmen, op.cit., hlm. 7. 15
Ibid., hlm. 7-8. 16
Ibid., hlm. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
1) Tujuan Umum
Menumbuhkembangkan budi pekerti siswa melalui pembudayaan
ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar
mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
2) Tujuan Khusus
a) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
b) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
c) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah
anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
d) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku
bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
d. Komponen Literasi
Clay dan Ferguson menjabarkan bahwa komponen literasi informasi yang
terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi
teknologi dan literasi visual. Dalam konteks Indonesia, literasi ini diperlukan
sebagai dasar pemerolehan berliterasi tahap selanjutnya. Komponen literasi
tersebut dijelaskan sebagai berikut17
:
1) Literasi Dini
Literasi dini yaitu kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan,
dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah.
17
Ibid., hlm. 8-10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2) Literasi Dasar
Literasi dasar, yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara,
membaca, menulis, dan menghitung.
3) Literasi Perpustakaan
Literasi perpustakaan antara lain memberikan pemahaman untuk
membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi. Memanfaatkan koleksi referensi dan
periodikal dalam menyelesaikan penelitian, tulisan ataupun mencari solusi dalam
mengatasi masalah. Kemudian memahami penggunaan katalog dan pengindeksan
agar mempunyai pengetahuan dalam memahami informasi yang dibutuhkan.
4) Literasi Media
Literasi Media, yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk
media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media
televise), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.
5) Literasi Teknologi
Literasi Teknologi, yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang
mengikuti teknologi seperti perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi.
6) Literasi Visual
Literasi Visual, adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan
literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar
dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan
bermartabat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Pihak yang berperan aktif dalam pelaksanaan komponen literasi adalah
sebagai berikut 18
:
Tabel. 1. Pihak Pelaksanaan Literasi
NO KOMPONEN
LITERASI
PIHAK YANG BERPERAN AKTIF
1. Literasi usia dini Orang tua dan keluarga, guru/PAUD,
pamong/pengasuh
2. Literasi dasar Pendidikan formal
3. Literasi perpustakaan Pendidikan formal
4. Literasi Teknologi Pendidikan formal dan keluarga
5. Literasi media Pendidikan formal, keluarga dan lingkungan
sosial (tetangga/masyarakat sekitar)
6. Literasi visual Pendidikan formal, keluarga dan lingkungan
sosial (tetangga/masyarakat sekitar)
Dalam pendidikan formal, peran aktif para pemangku kepentingan, yaitu
kepala sekolah, guru sebagai pendidik, tenaga kependidikan, dan pustakawan
sangat berpengaruh untuk menfasilitasi pengembangan komponen literasi siswa.
Agar lingkungan literasi tercipta, diperlukan perubahan paradigma semua
pemangku kepentingan. Selain itu, diperlukan juga pendekatan cara belajar-
mengajar yang mengembangkan komponen-komponen literasi ini.
e. Ihwal Literasi di Sekolah
Mengacu pada metode pembelajaran kurikulum 2013 yang menempatkan
siswa sebagai subjek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, kegiatan literasi
18
Dirjendikdamen, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
tidak lagi berfokus pada siswa semata. Guru, selain sebagai fasilitator, juga
menjadi subjek pembelajaran. Akses yang luas pada sumber informasi, baik di
dunia nyata maupun maya menjadikan siswa lebih tahu daripada guru. Oleh sebab
itu, kegiatan siswa dalam berliterasi semestinya tidak lepas dari kontribusi guru,
dan guru sebaiknya berusaha menjadi fasilitator yang berkualitas. Guru dan
pemangku kebijakan sekolah merupakan figur teladan literasi di sekolah.
Dalam konteks sekolah, subjek dalam kegiatan literasi adalah siswa ,
pendidik, tenaga kependidikan (pustakawan, pengawas) dan kepala sekolah.
Semua komponen warga sekolah ini berkolaborasi dalam Tim Literasi Sekolah
(TLS). Tim literasi sekolah di bawah koordinasi kepala sekolah dan dikuatkan
dengan SK kepala sekolah. Tim literasi sekolah bertugas untuk membuat
perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen program.19
f. Prinsip-Prinsip Literasi Sekolah
Praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah menekankan
prinsip-prinsip sebagai berikut20
:
1) Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat
diprediksi.
Tahap perkembangan anak dalam proses belajar membaca dan menulis
saling beririsan antartahap perkembangan. Memahami tahap perkembangan
literasi siswa dapat membantu sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan
pembelajaran literasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa .
19
Ibid., hlm. 10-11. 20
Ibid., hlm. 11-12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2) Program literasi yang baik bersifat berimbang
Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang menyadari bahwa
tiap siswa memiliki kebutahan yang berbeda. Oleh karena itu, strategi membaca
dan jenis teks yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan jenjang
pendidikan. Program literasi terintegrasi dengan kurikulum.
Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah merupakan tanggung
jawab semua guru di semua mata pelajaran sebab mata pelajaran apapun
membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian,
pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada semua
guru mata pelajaran bukan hanya pada guru bahasa saja.
3) Kegiatan membaca dan menulis dilakukakan kapanpun
Misalnya, „menulis surat kepada Presiden‟ atau „membaca untuk ibu‟
merupakan contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna.
4) Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan
Kelas berbasis literasi yang kuat diharapkan memunculkan berbagai
kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Melalui
kegiatan diskusi ini juga perlu membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat
agar kemampuan berpikir dapat diasah. Siswa perlu belajar dari perbedaan
pendapat tersebut untuk saling menghargai, menghormati perbedaan pendapat
dalam diskusi dan saling mendengarkan tanpa harus saling mendahului saat
mengemukan pendapat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
5) Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman
Dengan beragamnya latar belakang siswa, maka melalui literasi dapat
menumbuhkan kesadaran siswa untuk menghargai keberagaman yang ada di
dalam lingkungan sekolah. Melalui literasi khususnya bacaan-bacaan untuk siswa
perlu merefleksikan kekayaan budaya Indonesia agar mereka dapat terpajan pada
pengalaman multikultural.
g. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah
Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya
literasi, terdapat beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif
di sekolah21
:
1) Mengkondisikan lingkungan ramah literasi
Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga
sekolah. Oleh karena itu, lingkungan fisik perlu terlihat ramah dan kondusif untuk
pembelajaran. Untuk mendukung pengembangan budaya literasi, sebaiknya
sekolah memajang karya siswa sebagai bentuk penghargaan terhadap kerja keras
siswa dalam menghasilkan karya tersebut. Karya-karya siswa sebaiknya diganti
secara rutin agar memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memajang
karyanya.
2) Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan
interaksi yang literat
Lingkungan sosial dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan
interaksi seluruh komponen sekolah.Pimpinan sekolah selayaknya berperan aktif
21
Ibid., hlm. 12-13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dalam menggerakkan literasi. Dengan demikian setiap pihak sekolah dapat
berperan sesuai keahlian masing-masing. Selain guru, Orang tua memiliki peran
untuk mengembangkan kebudayaan literasi di Sekolah
3) Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat
Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan
akademik. Ini dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di
sekolah. Sekolah sebaiknya memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk
pembelajaran literasi. Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca
dalam hati dan guru membacakan buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum
pelajaran berlangsung. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu
diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan tenaga kependidikan
untuk peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan, dan
keterlaksanaannya.
h. Tahapan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
Program GLS dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan
kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas
sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana, prasarana literasi), kesiapan
warga sekolah, dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik,
dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan) 22
:
22
Ibid., hlm. 28-30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
1) Tahap pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem
sekolah
Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap bacaan dan
terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca
merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan literasi siswa.
2) Tahap Pengembangan Minat Baca untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi
Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan kemampuan
memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis,
dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan
menanggapi bacaan pengayaan.
3) Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Literasi
Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan mengembangkan
kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi,
berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui
kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran. Dalam
tahap ini ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran).
Kegiatan membaca pada tahap ini untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013
yang mensyaratkan siswa membaca buku nonteks pelajaran yang dapat berupa
buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat khusus, atau teks
multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu sebanyak 18
buku bagi siswa SMA/SMK. Buku laporan kegiatan membaca pada tahap
pembelajaran ini disediakan oleh wali kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Tabel. 2. Fokus Kegiatan dalam Tahapan Literasi Sekolah
TAHAPAN KEGIATAN
PEMBIASAAN (belum
ada tagihan)
1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum
jam pelajaran melalui kegiatan membacakan
buku dengan nyaring ( read aloud ) atau seluruh
warga sekolah membaca dalam hati ( sustained
silent reading ).
2. Membangun lingkungan fisik sekolah yang kaya
literasi, antara lain: (1) menyediakan
perpustakaan sekolah, sudut baca, dan area baca
yang nyaman; (2) pengembangan sarana lain
(UKS, kantin, kebun sekolah); dan (3)
penyediaan koleksi teks cetak, visual, digital,
maupun multimodal yang mudah diakses oleh
seluruh warga sekolah; (4) pembuatan bahan
kaya teks ( print-rich materials )
PENGEMBANGAN
(ada tagihan sederhana
untuk penilaian non-
akademik)
1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum
jam pelajaran melalui kegiatan membacakan
buku dengan nyaring, membaca dalam hati,
membaca bersama, dan/atau membaca terpandu
diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-
akademik, contoh: membuat peta cerita ( story
map), menggunakan graphic organizers,
bincang buku.
2. Mengembangkan lingkungan fisik, sosial, afektif
sekolah yang kaya literasi dan menciptakan
ekosistem sekolah yang menghargai keterbukaan
dan kegemaran terhadap pengetahuan dengan
berbagai kegiatan, antara lain: (a) memberikan
penghargaan kepada capaian perilaku positif,
kepedulian sosial, dan semangat belajar siswa;
penghargaan ini dapat dilakukan pada setiap
upacara bendera hari Senin dan/atau peringatan
lain; (b) kegiatan-kegiatan akademik lain yang
mendukung terciptanya budaya literasi di
sekolah (belajar di kebun sekolah, belajar di
lingkungan luar sekolah, wisata perpustakaan
kota/daerah dan taman bacaan masyarakat, dll.)
3. Pengembangan kemampuan literasi melalui
kegiatan di perpustakaan sekolah/perpustakaan
kota/daerah atau taman bacaan masyarakat atau
sudut baca kelas dengan berbagai kegiatan,
antara lain: (a) membacakan buku dengan
nyaring, membaca dalam hati membaca bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
( shared reading ), membaca terpandu ( guided
reading ), menonton film pendek, dan/atau
membaca teks visual/digital (materi dari
internet); (b) siswa merespon teks
(cetak/visual/digital), fiksi dan nonfiksi, melalui
beberapa kegiatan sederhana seperti
menggambar, membuat peta konsep, berdiskusi,
dan berbincang tentang buku.
PEMBELAJARAN (ada
tagihan akademik)
1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum
jam pelajaran melalui kegiatan membacakan
buku dengan nyaring, membaca dalam hati,
membaca bersama, dan/atau membaca terpandu
diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-
akademik dan akademik.
2. Kegiatan literasi dalam pembelajaran,
disesuaikan dengan tagihan akademik di
kurikulum 2013.
3. Melaksanakan berbagai strategi untuk
memahami teks dalam semua mata pelajaran
(misalnya, dengan menggunakan graphic
organizers ).
4. Menggunakan lingkungan fisik, sosial afektif,
dan akademik disertai beragam bacaan (cetak,
visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar
buku teks pelajaran untuk memperkaya
pengetahuan dalam mata pelajaran.
Dalam tahap pembelajaran, semua mata pelajaran sebaiknya menggunakan
ragam teks (cetak/visual/digital) yang tersedia dalam buku-buku pengayaan atau
informasi lain di luar buku pelajaran. Guru diharapkan bersikap kreatif dan
proaktif mencari referensi pembelajaran yang relevan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2. Pembelajaran Sejarah
a. Pembelajaran
Kata pembelajaran berasal dari kata belajar mendapat awalan “pem” dan
akhiran “an” menunjukkan bahwa adan unsur dari luar (eksternal) yang bersifat
intervensi agar terjadi proses belajar.23
Hakikat pembelajaran secara umum dilukis
Gagne dan Briggs, adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar. Pembelajaran mengandung makna
setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu individu mempelajari sesuatu
kecakapan tertentu.24
Oleh sebab itu, dalam pembelajaran pemahaman
karakteristik internal individu yang belajar menjadi penting. Sedangkan menurut
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses
interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.25
Tujuan pembelajaran yaitu upaya mempengaruhi siswa agar terjadi proses
belajar. Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu cara atau metode membantu
terjadinya proses belajar agar menjadi efektif, efisien, dan terarah pada tujuan
yang ditetapkan. Belajar pada hakikatnya adalah penataan berbagai informasi
menjadi sesuatu yang bermakna ke dalam skema atau struktur mental dalam
bentuk reorganisasi perspektual.
Peristiwa pembelajaran terjadi apabila subjek siswa secara aktif
berinteraksi dengan sumber belajar yang diatur oleh guru. Dalam interaksi
23
Karwono dan Heni Mularsih, Belajar dan Pembelajaran: Serta Pemanfaatan Sumber Belajar,
Jakarta: PR Raja Grafindo Persada, 2017, hlm. 19. 24
Ibid, hlm. 20. 25
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pembelajaran tersebut, setiap siswa diperlakukan sebagai manusia yang
bermartabat, yang minat dan potensinya perlu diwujudkan secara optimal. Dalam
proses interaksi tidak hanya membutuhkan keterlibatan dari siswa tetapi juga
keterlibatan maksimal dari pihak guru. Oleh karena itu, yang penting tidak saja
unsur-unsur dinamis yang terdapat pada diri siswa, melainkan sangat penting
adalah unsur-unsur dinamis yang terdapat pada diri guru.
Motivasi merupakan salah satu unsur yang dapat terlaksananya prosses
pembelajaran. Motivasi ini tidak hanya dari sisi siswa tetapi juga dari sisi seorang
guru yang ingin tujuan pembelajarannya tercapai. Peranan guru dalam
menumbuhkan motivasi bagi siswa akan dapat jalan jika guru tersebut berada
dalam suatu kondisi tertentu. Yang dimaksud dengan kondisi tertentu adalah
bahwa, guru tersebut harus mempunyai kemampuan tertentu. Kemampuan-
kemampuan yang dapat mendukung bagi tercapainya motivasi untuk
membelajarkan siswa dikenal dengan kompetensi guru.
Dalam pembelajaran banyak strategi yang dapat digunakan untuk
menciptakan kegiatan belajar. Salah satunya dengan teori pengolahan informasi,
pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang
diterima individu dari lingkungan. Ada dua dua bidang kajian penting dalam
pengolahan informasi yaitu: (1) tentang proses individu memperoleh dan
mengingat informasi, (2) siasat yang dipakai invidu dalam memecahkan masalah.
Pada umumnya pengolahan informasi sangat diperlukan oleh siswa dalam
proses pembelajaran. Guru bukan satu-satunya sumber informasi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pembelajaran melainkan masih banyak sumber-sumber lain yang akan membantu
siswa dalam menemukan informasi tambahan misalnya melalui internet, media
masa dan sumber lainnya.
Penerapan teori pengolah informasi dalam pembelajaran berpendapat
bahwa memori manusia itu suatu sistem yang aktif, yang menyeleksi,
mengorganisasi, dan mengubah menjadi sandi informasi dan keterampilan bagi
penyimpanannya untuk dipelajari. Menurut teori pengolahan informasi bahwa
komponen belajar adalah (1) perhatian ditujukan pada stimulus, (2) pengodean
stimulus (3) penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival). Atas dasar
komponen belajar tersebut selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut 26
:
1) Membimbing untuk Menerima Stimulus Baru
Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan berkaitan membimbing
perhatian siswa terhadap penerimaan stimulus antara lain: (a) memusatkan
perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang dipilih, (b) mengenali secara awal
stimulus dengan kode-kode tertentu. Hal ini penting agar kegiatan menyajikan
fokus adalah memudahkan siswa menerima informasi yang cermat dan lengkap.
2) Memperlancar Pengodean
Selama belajar, fungsi pengodean adalah untuk menyiapkan informasi
baru untuk disimpan ke dalam memori jangka panjang. Proses ini menghendaki
transformasi informasi menjadi kode ringkasan untuk memudahkan mengingat
kembali diwaktu kemudian. Ada dua rancangan yang berbeda yang dapat
memudahkan pengodean, yaitu dengan memberikan pengisyarat, elaborasi, dan
cara titian ingatan (mneomonik) sebagai pembantu untuk penyusun sandi,
pandangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran.
3) Memperlancar Penyimpanan dan Retrival
Siasat pengodean penting karena dapat meningkatkan kemampuan
mengingat kembali. Elaborasi berbasis pembelajaran dan elaborasi berbasis siswa
kedua memberikan sumbangan dalam mengingat kembali. Proses pemunculan
kembali apa yang telah disimpan dalam ingatan (retrival process). Asumsi yang
dipakai dalam penelusuran informasi dalam ingatan adalah bahwa ingatan terdiri
dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusurannya bergerak
26
Karwono dan Heni Mularsih, op. cit., hlm. 153-156.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
secara hierarkis, dari informasi yang paling umum yang inklusif ke informasi
yang umum dan rinci, sampai informasi yang dinginkan diperoleh.
b. Sejarah
Sejarah berasal dari kata syajaratun (dari bahasa Arab), yang berarti
pohon. Sejarah dalam bahasa Inggris adalah history (Bahasa Latin dan Yunani
Historio).27
Sejarah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung tiga
makna, yaitu: (1) kesusasteraan lama (silsilah, asal-usul), (2) kejadian dan
peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lalu, (3) ilmu, pengetahuan, cerita,
pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa
lampau, atau juga disebut riwayat.28
Sejarah menurut pandangan Roeslan Abdulgani ialah salah satu cabang
ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan
masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau, beserta segala kejadian-
kejadiannya, dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil
penelitian dan penyelidikan itu, untuk akhirnya dijadikan perbendaharaan
pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa
depan. Sejarah dalam pengertian itu mengandung tiga dimensi waktu yaitu masa
lampau, sekarang, dan akan datang.29
Sejarah diartikan sebagai rekonstruksi masa lalu dan yang direkonstruksi
sejarah adalah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan,
dan dialami manusia. Pada umumnya orang memakai istilah sejarah untuk
menunjuk cerita sejarah, pengetahuan sejarah, gambaran sejarah, yang semuanya
27
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm. 1. 28
Abdul Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta:
Ombak, 2011, Hlm. 4. 29
Ibid,hlm. 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
itu sebenarnya adalah sejarah dalam arti subjektif. Sejarah dalam arti subjektif ini
merupakan konstruk, ialah bangunan yang disusun oleh penulis sebagai suatu
uraian atau cerita. Sejarah dalam arti objektif menunjuk kepada kejadian atau
peristiwa itu sendiri, ialah peristiwa sejarah dalam kenyataannya. Kejadian itu
sekali terjadi tidak dapat diulang atau terulang lagi.30
Mengajar sejarah berarti membantu siswa untuk mempelajari sejarah
sehingga kita perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran
sejarah sebelum menelaah strategi dan teknik yang dapat digunakan guru untuk
membantu siswa dalam belajar.31
Sampai saat ini sebagaian besar pembelajaran
sejarah di sekolah menengah masih menitikberatkan pada kegiatan menghafal
fakta-fakta sejarah. Oleh karena itu, guru sejarah harus mampu membuat pelajaran
sejarah menjadi lebih menarik melalui strategi, model dan metode yang tepat agar
pembelajaran sejarah dalam berjalan dan mencapai tujuan dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran sejarah, peran penting pembelajaran terlihat jelas
bukan hanya sebagai proses transfer ide, akan tetapi juga proses pendewasaan
siswa untuk memahami identitas, jati diri dan kepribadian bangsa melalui
pemahaman terhadap peristiwa sejarah. Dengan demikian pembelajaran sejarah
hendaknya memperhatikan beberapa prinsip 32
:
1) Pembelajaran yang dilakukan haruslah adaptif terhadap siswa dan
perkembangan zaman. Kendatatipun sejarah bercerita tentang kehidupan masa
lalu, bukan berarti sejarah tidak bisa diajarkan secara kontekstual. Banyak
nilai dan fakta sejarah yang bila disampaikan dengan benar dan sesuai dengan
30
Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011, hlm. 13-15 31
Brian Garvei dan Mary Krug, Model-Model Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2015,
hlm. 1. 32
Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan, dan Strategi Pembelajaran,
Yogyakarta: Aswaja Pressido, 2014, hlm. 56-57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
alam pikiran siswa akan mampu membangkiktkan pemahaman dan kesadaran
siswa terhadap nilai-nilai nasionalisme, patriotisme dan persatuan.
2) Pembelajaran sejarah hendaklah berorentasi pada pendekatan nilai.
Menyampaikan fakta memang sangat penting dalam pembelajaran sejarah,
akan tetapi juga tidak kalah penting adalah bagaimana mengupas fakta-fakta
tersebut dan mengambil intisari nilai yang terdapat di dalamnya sehingga
pembelajar akan menjadi lebih mawas diri sebagai akibat dari pemahaman
nilai tersebut.
3) Strategi pembelajaran yang digunakan hendaklah tidak mematikan kreativitas
dan memaksa siswa hanya untuk menghafal fakta dalam buku teks. Sejarah
sudah saatnya diajarkan dengan cara yang berbeda, kebekuan pembelajaran
yang terjadi seringkali dikarenakan rendahnya kreativitas dalam pembelajaran
sejarah. Sebagai akibatnya kejenuhan seringkali menjadi faktor utama yang
dihadapi guru dalam mengajarkan sejarah dan siswa dalam belajar sejarah.
Pembelajaran sejarah nasional mempunyai tujuan sebagai berikut:
a) Membangkitkan, mengembangkan serta memilihara semangat kebangsaan;
b) Membangkitkan hasrat mewujudkan cita-cita kebangsaan dalam segala
lapangan;
c) Membangkitkan hasrat mempelajari sekolah kebangsaan dan mempelajarinya
sebagai bagian dari sejarah dunia;
d) Menyadarkan anak tentang cita-cita nasional (Pancasila dan Undang-undang
Pendidikan) serta perjuangan tersebut untuk mewujudkan cita-cita itu
sepanjang masa.
Pembelajaran sejarah yang baik dapat membantu siswa untuk berpikir
kritis. Berpikir kritis inilah yang sebenarnya dapat menuntun siswa untuk
memahami makna sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah umum. Untuk
itu, pembelajaran sejarah harus diorganisir dan dalam kegiatan-kegiatan yang
bersifat nyata, menarik, dan berguna bagi diri siswa.
3. Konstruktivisme
Pandangan konstruktivisme didasarkan pada filsafat tertentu terkait dengan
manusia dan pengetahuan. Artinya bahwa bagaimana manusia menjadi tahu dan
memiliki pengetahuan menjadi kajian penting dalam kontruktivisme. Pengetahuan
dalam pandangan kontruktivisme dibentuk dari pemahaman organisme melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
proses interaksi dengan lingkungan dan orang-orang di sekelilingnya.33
Hal ini
menunjukan bahwa pengetahuan tidak akan terbentuk secara alamiah tetapi
melalui terjadinya proses interaksi dalam lingkungan dan orang-orang sekitar
pengetahuan tersebut akan terbentuk karena orangnya mengalami secara langsung
proses interaksi dalam masyarakat.
Dalam konstruktivisme pembelajaran lebih menekankan proses daripada
hasil pembelajaran. Artinya bahwa hasil belajar yang merupakan tujuan
pembelajaran tetap dianggap penting, namun di sisi lain proses belajar yang
melibatkan cara maupun strategi juga dianggap penting. Pandangan
kontruktivisme menganggap bahwa belajar merupakan proses aktif untuk
mengkonstruksi pengetahuan. Proses aktif tersebut sangat didukung oleh
terciptanya interaksi antara siswa dan guru, interaksi antar siswa sendiri.34
Interaksi menjadi hal penting dalam mendapat pengetahuan. Kontruktivisme
dalam pembelajaran dapat berjalan jika terjadi interaksi yang baik antara siswa
dan guru maupun antar sesama siswa.
Pengetahuan lebih menunjuk pada pengalaman seseorang akan dunia
daripada dunia itu sendiri. Tanpa pengalaman itu, seseorang tidak dapat
membentuk pengetahuan. Dengan demikian pengalaman menjadi faktor penting
untuk terbentuknya pengetahuan.35
Melalui pengalaman yang diperoleh seseorang
mudah untuk selalu mengingat karena pengalaman tersebut dialami secara
langsung melalui pancaindra sehingga melalui pengalaman yang diperoleh akan
33
Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisme: Teori dan Aplikasi Pembelajaran
dalam Pembentukan Karakter, Bandung: Alfabeta, 2013, hlm. 25. 34
Ibid., hlm. 25. 35
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius, 1997, hlm. 19.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
lebih berkesan dalam diri seseorang. Pengalaman dapat diperoleh melalui
interaksi dengan lingkungan melihat secara langsung apa yang terjadi
dilingkungan dan ikut terlibat dalam lingkungan tersebut.
Pembelajaran konstruktivisme dapat terlaksanakan dengan menerapkan
beberapa metode pembelajaran salah satunya adalah metode pembelajaran
cooperative learning yang dalamnya memuat karakteristik pembelajaran
konstruktivis. Asas dari pembelajaran kooperatif adalah mengaktifkan siswa untuk
belajar bersama-sama untuk terciptanya pembelajaran bermakna. Pembentukan
kelompok-kelompok didasarkan pada perkumpulan siswa yang heterogen.36
Pembelajaran cooperative learning dapat diterapkan dalam berbagai pembelajaran
untuk terciptanya pendidikan karakter sesuai dengan pendidikan abad ke-21.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memfokuskan pada
kompetensi siswa sebagai individu maupun kompetensi siswa dalam melakukan
proses adaptasi dan interaksi dengan lingkungan di kelompoknya. Adapun
menurut Isjoni dalam Sigit Mangun Wardoyo terdapat lima ciri-ciri dalam
cooperative learning. Kelima ciri-ciri tersebut meliputi 37
:
a. Adanya peran yang dimiliki oleh setiap anggota di dalam proses pembelajaran.
b. Terciptanya interaksi secara langsung di antara siswa
c. Masing-masing anggota memiliki tanggung jawab dalam kelompoknya.
d. Guru sebagai fasilitator
e. Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran dilakukan secara efektif dan
efesien.
Sintaks cooperative learning menurut Rusman dalam Sigit Mangun
Wardoyo meliputi empat tahap yaitu penjelasan materi, belajar kelompok,
36
Sigit Mangun Wardoyo, op. cit., hlm. 43-44. 37
Ibid., hlm. 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
pengakuan tim dan penilaian. Secara jelas tahapan tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut 38
:
a. Penjelasan Materi
Pada tahap ini, hal yang dilakukan dalam proses pembelajaran guru
menyampaikan materi pokok sebelum siswa belajar interaksi di dalam kelompok.
Ini bertujuan agar siswa memiliki pemahaman yang sama dan jelas untuk materi
pelajaran yang akan di bahas.
b. Belajar kelompok
Tahapan belajar kelompok dilakukan ketika guru telah memberikan
penjelasan materi pada siswa dan membentuk siswa menjadi beberapa kelompok
untuk membahas materi yang telah ditentukan. Belajar kelompok menuntut
adanya aktivitas siswa secara optimal agar dapat terjadi proses adaptasi dan
interaksi dalam proses belajar di masing-masing kelompok.
c. Pengakuan Tim
Tahapan ini adalah tahapan dimana guru menetapkan tim (kelompok) yang
paling tepat menonjol atau berprestasi dalam proses pembelajaran. kepada Tim
tersebut diberikan penghargaan atau hadiah atau pengakuan yang dapat
diharapkan akan memotivasi kelompok lain untuk berprestasi.
d. Penilaian
Tahapan penilaian merupakan tahapan penilaian yang dilakukan pada
proses pembelajaran dengan menggunakan tes. Tahapan ini bertujuan untuk
38
Ibid., hlm. 51-53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
mengukur hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Penilaian dilakukan dengan cara
memberikan penilaian berdasarkan kemampuan kelompok maupun individu.
Dengan adanya pembelajaran konstruktivisme menggunakan metode
pembelajaran cooperative learning, guru sejarah dapat menerapkan dalam
pembelajaran untuk tercapainya pendidikan karakter sesuai dengan tagihan dalam
Kurikulum 2013. Melalui pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah akan
membantu siswa dalam mengembangkan pendidikan karakter yang baik dengan
mengalami secara langsung untuk memperoleh pengalaman bagaimana
berinteraksi dengan siswa-siswa lain yang sangat heterogen dalam kelompok-
kelompok tersebut.
4. Kurikulum 2013
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai
bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan
dirancangkan secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang
dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan
siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.39
Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi lahir sebagai
jawaban untuk berbagai kritikan terhadap Kurikulum 2006, serta sesuai dengan
perkembangan kebutuhan dan dunia kerja. Kurikulum 2013 lebih menekankan
pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi
bagi tingkat berikutnya.
39
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hlm. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Sesuai dengan kebutuhan dan keadaan negara, kebutuhan masyarakat, dan
berbagai perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini,
dalam pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi
perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut 40
:
1) Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
siswa.
3) Mata Pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan pencapaian
kompetensi.
4) Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional dan
kebutuhan masyarakat, negera serta perkembangan global.
5) Standar Isi dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan.
6) Standar Proses dijabarkan dari Standar Isi.
7) Standar Penilaian dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi,
dan Standar Proses.
8) Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan ke dalam Kompetensi Inti.
9) Kompetensi Inti dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar yang
dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran. Kurikulum satuan
pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah, dan satuan
pendidikan.
a. tingkat nasional dikembangkan oleh Pemerintah
b. tingkat daerah dikembangkan oleh Pemerintah daerah
c. tingkat satuan pendidikan dikembangkan oleh satuan pendidikan
10) Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta
memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
11) Penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk.
12) Proses belajar dengan pendekatan ilmiah.
Dalam implementasi Kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat
diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat
dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-
nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dihubungkan
40
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013, hlm. 81-82.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan nilai, dan
pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada tataran kognitif, tetapi
menyentuh internalisasi, dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.41
Implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi
harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk komponen-
komponen yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri. Komponen-komponen
tersebut antara lain kurikulum, rencana pembelajaran, proses pembelajaran,
mekanisme penilaian, kualitas hubungan, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan
sekolah/madrasah, pelaksanaan pengembangan siswa pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, serta etos kerja seluruh warga dan lingkungan
sekolah/madrasah.42
Keberhasilan Kurikulum 2013 dalam membentuk kompetensi dan karakter
di sekolah dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang tampak dalam
setiap aktivitas siswa dan warga sekolah lainnya. Perilaku tersebut antara lain
diwujudkan dalam bentuk: kesadaran, kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan,
kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam bertindak, kecermatan, ketelitian, dan
komitmen.43
Pada abad ke-21 pendidikan menjadi sangat penting untuk menjamin siswa
memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan memanfaatkan
teknologi dan media informasi dalam mempertahankan hidupnya. Kurikulum
2013 ini merupakan desain kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada
41
Ibid., hlm. 7 42
Ibid., hlm. 9 43
Ibid., hlm. 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kesepakatan internasional tentang arah dan kebijakan pendidikan abad ke 21.44
Kurikulum 2013 di abad ke-21 dipersiapkan untuk menghasilkan generasi muda
bangsa yang bukan hanya unggul dan berkarakter dalam tingkat nasional tetapi
juga di konteks internasional. Pendidikan abad ke-21 lebih spesifik menjanjikan
perbaikan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Dalam menumbuhkan pendidikan karakter pada diri siswa dapat
diterapkan dengan strategi gerakan literasi sekolah. Dalam pelaksanaan kegiatan
literasi terbagi menjadi tiga tahap yaitu: pembiasaan, pengembangan, dan
pembelajaran. Sedangkan dalam pendidikan karakter juga ada salah satu metode
utama yang sama dengan gerakan literasi yaitu metode pembiasaan. Antara tujuan
pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 selaras dengan strategi gerakan
literasi sekolah yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Pembelajaran literasi abad ke-21 memiliki tujuan utama untuk
memberikan kesempatan atau peluang kepada siswa dalam mengembangkan
dirinya sebagai komunikator yang kompoten dalam multikonteks, multikultur, dan
multimedia. Tujuan pembelajaran literasi yang utama yaitu membentuk siswa
menjadi pembaca, penulis dan komunikator yang strategis, meningkatkan
kemampuan berpikir dan mengembangkan kebiasaan berpikir pada siswa,
meningkatkan dan memperdalam motivasi belajar siswa, mengembangkan
kemandirian siswa sebagai seorang pembelajaran yang kreatif, inovatif, produktif
dan sekaligus berkarakter.
44
Yunus Abidin, Pembelajaran Multiliterasi, Bandung: PT Refika Aditama, 2015, hlm. 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Keempat tujuan pembelajaran literasi di atas saling berhubungan dan
saling memperkuat satu sama lain. Selain itu, keempat tujuan pembelajaran
literasi tersebut bukan hanya diperuntukkan bagi bidang bahasa melainkan untuk
berbagai bidang ilmu yang lain termasuk dalam pembelajaran sejarah. Melalui
pemanfaatan literasi ini, harapannya siswa mampu secara mandiri meningkatkan
dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dan
sesuai dengan tujuan utama dalam Kurikulum 2013 yaitu mengenai pendidikan
karakter.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Eko Nurdiyanti dan Edy Suryanto pada
bulan Desember 2008 sampai bulan Juni 2009 yaitu Pembelajaran Literasi Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar (Studi Kasus di
SD Negeri 1 Gemolong Sragen). Hasil penelitian ini menunjukkan pembelajaran
literasi pada siswa kelas V SD Negeri 1 Gemolong, Sragen, sudah diarahkan oleh
guru ke penguasaan membaca pemahaman dan membaca kritis. Secara umum,
siswa dinilai terampil membaca. Pemahaman terhadap bahan bacaan pun cukup
baik. Pada pembelajaran menulis, guru menilai siswa telah menunjukkan hasil
yang cukup memuaskan. Indikator keberhasilan pembelajaran literasi ini
didasarkan pada ketuntasan nilai yang telah dicapai oleh siswa dalam kegiatan
membaca dan menulis, yaitu 7,5. Dikatakan oleh guru bahwa hampir seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
siswa mampu mencapai nilai yang telah ditentukan dalam KKM. Jadi nilai
ketuntasan siswa dalam pembelajaran literasi cukup baik.45
Kegiatan literasi di SDN Gumpang 1 telah terlaksana dengan baik dan
memiliki peran dalam meningkatkan minat membaca dan menulis siswa, terlihat
dari antusias siswa yang mulai mampu menerapkan kegiatan membaca dan
menulis di dalam kelas maupun di rumah, siswa berpartisipasi aktif dalam
kegiatan literasi dengan mendatangi perpustakaan pada jam istirahat. Kegiatan
literasi juga telah memberikan manfaat bagi siswa seperti, menambah wawasan,
lebih memahami bacaan dan materi yang sedang dipelajari, serta siswa mulai
menyukai kegiatan untuk menulis. Secara tidak langsung kegiatan literasi
memberi motivasi siswa untuk menyukai kegiatan membaca dan menulis terlihat
dari hasil belajar siswa yang meningkat. Dari kegiatan ini lah siswa mulai tertarik
untuk mengikuti berbagai lomba membaca maupun menulis yang diadakan oleh
pihak sekolah maupun pihak luar dengan penuh rasa tanggung jawab.46
Berdasarkan pada penelitian di atas, maka dapat dilakukan penelitian yang
sejenis tetapi dengan aspek kajian yang berbeda. Penelitian di atas mengkaji
tentang pembelajaran literasi mata pelajaran bahasa Indonesia, maka akan
menarik jika dikaji tentang pembelajaran literasi pada mata pelajaran sejarah
dengan jenjang yang berbeda. Pada kedua penelitian di atas dilakukan pada
jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), sedangkan pada penelitian ini dilakukan
45
Eko Nurdiyanti dan Edy Suryanto, Pembelajaran Literasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar, Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2010. 46
Lea Sakti Mitasari, Peran Kegiatan Literasi dalam Meningkatkan Minat Membaca dan Menulis
Siswa Kelas Atas di SDN Gumpang 1, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
di Sekolah Menengah Atas (SMA). Melalui pembelajaran literasi yang diterapkan
dalam pembelajaran sejarah siswa dapat meningkat kemampuan dalam aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Jika pada penelitian diatas membahas tentang
pembelajaran literasi mata pelajaran bahasa Indonesia, maka penelitian ini
mengkaji pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia. Sedangkan
pada penelitian yang kedua keterampilan yang dikembangkan hanya keterampilan
membaca dan menulis tetapi pada penelitian ini akan mengembangkan keempat
keterampilan yang terdapat dalam literasi seperti membaca, menyimak, menulis
dan berbicara.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran literasi merupakan salah satu strategi yang diberikan oleh
pemerintah dalam rangka mengatasi persoalan meningkatkan kemampuan
membaca dan menumbuhkan minat membaca pada siswa. Pelaksanaan
pembelajaran literasi mulai dijalankan sejak tahun 2015 dan ada yang baru
berjalan di tahun 2017 salah satunya di SMA Negeri 1 Kasihan. Pembelajaran
literasi ditujukan agar siswa dapat menguasai empat keterampilan yang ada dalam
literasi yaitu membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.
Dalam melaksanakan pembelajaran guru memiliki peranan penting untuk
tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Berbagai macam strategi dan
model-model pembelajaran harus dikuasai oleh guru sejarah agar
pembelajarannya tidak hanya biasa saja tetapi dapat bervariasi salah satunya dapat
menerapkan pembelajaran literasi ini. Melalui empat aktivitas dalam pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
literasi guru sejarah dapat memanfaatkannya dengan menjadikannya sebagai
pembiasaan pada siswa. Harapannya melalui pembiasaan ini akan muncul
kesadaran siswa untuk mempelajari sejarah dan menumbuhkan budaya literasi di
dalam diri siswa sendiri. Pembiasaan ini dapat dilakukan melalui beberapa
kegiatan dengan memanfaatkan lingkungan fisik, sosial, afektif dan akademik
disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya akan informasi
dan dapat menambah pengetahuan siswa dalam semua pelajaran khususnya dalam
pelajaran sejarah.
Pembelajaran dengan pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah
Indonesia diharapkan hasil belajar siswa dalam aspek kognitif , afektif, dan
psikomotorik meningkat. Begitupun dalam pembelajaran sejarah akan membantu
guru untuk mengatasi pembelajaran yang selama ini dianggap siswa
membosankan dan monoton melalui empat keterampilan dalam literasi. Berikut
ini adalah skema kerangka berpikir yang dibuat oleh peneliti:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Gambar I. Alur Kerangka Berpikir Penelitian
MEMBACA
AFEKTIF
PSIKOMOTORIK
MENYIMAK
MENULIS
BERBICARA
KOGNITIF
LITERASI
GURU PEMBELAJARAN
SEJARAH S
SISWA
HASIL BELAJAR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul yang beralamat
di Dusun Tegalsenggotan RT 02 Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2018 dengan jadwal
sebagai berikut:
Tabel. 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No
Kegiatan Bulan
Maret April Mei Juni
1. Penyusunan Proposal √
2. Perizinan √
3. Pengumpulan Data √ √
4. Analisis Data √ √
5. Penulisan Laporan √
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus. Pendekatan kualitatif adalah keterkaitan spesifik pada studi hubungan
sosial yang berhubungan dengan fakta dari pluralisasi dunia kehidupan. Metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
ini diterapkan untuk melihat dan memahami subjek dan objek penelitian yang
meliputi orang, lembaga berdasarkan fakta yang tampil secara apa adanya.
Melalui pendekatan ini akan terungkap gambaran mengenai aktualisasi, realitas
sosial, dan persepsi sasaran penelitian. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk
memahami perilaku manusia, dari kerangka acuan pelaku sendiri, yakni
bagaimana pelaku memandang dan menafsirkan kegiatan dari segi pendiriannya.
Peneliti dalam hal ini berusaha memahami dan menggambarkan apa yang
dipahami dan digambarkan subjek penelitian.47
Penelitian kualitatif dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya dan
dapat dipercaya kesahihannya (validitas dan reabilitasnya), dapat bersifat objektif
sekaligus subjektif. Fenomena yang diteliti dalam penelitian kualitatif merupakan
satu kesatuan antara subjek dan lingkungan sosialnya. Tidak mungkin
memisahkan antara subjek dengan lingkungan sosialnya karena keduanya saling
terkait dan memengaruhi satu sama lain. Dalam melakukan penelitian kualitatif
sangat tidak dibenarkan untuk mengubah dan memanipulasi latar ataupun
konstruksi ranah penelitian. Biarkan ranah penelitian tersebut bersifat alami, apa
adanya. Antara peneliti dan dan subjek penelitian yang diteliti harus terjalin
hubungan yang baik dan kondusif.48
Studi kasus adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi secara
mendalam, mendetail, intensif, holistik, dan sistematis tentang orang, kejadian,
sosial setting, atau kelompok dengan menggunakan berbagai metode dan teknik
47
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2013,
hlm. 81-82. 48
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Salemba Humanika, 2012, hlm. 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
serta banyak sumber informasi untuk memahami secara efektif bagaimana orang,
kejadian, latar alami itu beroperasi atau berfungsi sesuai dengan konteksnya. Studi
kasus memperhatikan semua aspek yang penting dari suatu kasus yang diteliti.
Dengan menggunakan tipe penelitian ini akan dapat diungkapkan gambaran yang
mendalam dan mendetail tentang suatu situasi atau objek.
Dengan melakukan penelitian kasus akan dapat dan terungkap informasi
yang mendalam, terperinci dan utuh tentang suatu kejadian serta dapat pula
digunakan sebagai latar belakang untuk penelitian yang lebih besar dan kompleks.
Peneliti mendapatkan data-data dari sumber penelitian yakni guru, siswa dan
peneliti sendiri.
C. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland, Sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain.49
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
guru dan siswa kelas X IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan sebagai subjek penelitian.
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah sumber data
bentuk hasil kuesioner, wawancara, serta melalui hasil observasi dan
dokumentasi. Kemudian objeknya adalah pemanfataan literasi dalam
pembelajaran sejarah yang dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik serta ketertarikan siswa terhadap pembelajaran sejarah yang
49
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014,
hlm. 157.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
memanfaatkan literasi dengan menggunakan empat keterampilan dalam literasi
yaitu membaca, menyimak, menulis dan berbicara.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Obervasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan dengan observasi langsung
dan observasi partisipatif. Observasi langsung adalah observasi untuk melihat
keadaan atau kondisi tertentu. Sedangkan observasi partisipatif adalah pengamat
ikut terlibat langsung dalam kegiatan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
observasi langsung, guna mengamati secara langsung kegiatan pembelajarannya,
keadaan sekolah, kondisi kelas dan sarana ataupun fasilitas yang mendukung
proses pembelajaran.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara
tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden).
Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah
pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspons oleh siswa.
Kuesioner diberikan kepada siswa dan kemudian siswa menjawab pertanyaan atau
pernyataan yang diberikan oleh peneliti. Dalam hal ini kuesioner merupakan alat
yang digunakan untuk mengukur minat siswa terhadap pembelajaran sejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
melalui literasi. Tujuan kuesioner diberikan kepada siswa adalah untuk mencari
informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari siswa.50
3. Wawancara
Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling sering
digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara dilakukan untuk memperoleh
data informasi sebanyak mungkin dan sejelas mungkin kepada subjek penelitian.
Wawancara merupakan alat re-checking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara
mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau
orang yang diwawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama.51
Dalam penelitian ini wawancara akan
dilakukan kepada guru dan siswa. Ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai
pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia.
4. Dokumen dan Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek
sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah
satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran
dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang
ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.
50
Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hlm. 77. 51
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 291.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara. Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh
dokumen. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan dari sumber
noninasi. Sumber ini terdiri dari dari dokumen dan dan rekaman. Dalam penelitian
ini dokumen yang digunakan berasal dari guru dan juga dokumen peneliti. Peneliti
menggunakan dokumen dan dokumentasi untuk mengetahui persiapan,
pelaksanaan dan hasil penelitian.
E. Instrumen Pengumpulan Data
1. Instrumen Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi secara langsung dalam
kegiatan pembelajaran di kelas dengan memakai lembar observasi yang disiapkan
peneliti dalam pembelajaran sejarah berkaitan dengan pemanfaatan literasi.
Lembar observasi yang digunakan oleh peneliti berupa daftar cek list. Peneliti
mengamati guru ketika melakukan kegiatan pembelajaran di kelas dengan
menggunakan dua option YA dan TIDAK.
2. Instrumen Kuesioner
Peneliti menggunakan kuesioner untuk mengetahui minat belajar sejarah
peserta didik dan ketertarikan peserta didik terhadap pembelajaran sejarah melalui
literasi. Ada dua kuesioner yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian
ini. dalam kuesioner ini dibuat dua pernyataan yaitu positif dan negatif. Penentuan
skor kuesioner memakai skala likert yang terdiri dari lima kategori, yaitu:
pernyataan positif, pilihan jawabannya “ Sangat Setuju (SS) skornya 5, Setuju (S)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
skornya 4, Kurang Setuju (KS) skornya 3, Tidak Setuju (TS) skornya 2, dan
Sangat Tidak Setuju (STS) skornya 1. Dan begitupun sebaliknya untuk pernyataan
yang negatif.
Tabel. 4. Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian
Ketertarikan siswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran Literasi
Variabel Definisi Variabel Indikator
Pembelajaran
literasi
Pembelajaran literasi adalah
pembelajaran yang memuat
empat keterampilan yaitu
membaca, menyimak, menulis,
dan berbicara yang bertujuan
untuk mengenalkan siswa
tentang dasar-dasar membaca,
menulis, memelihara kesadaran
bahasa, dan memotivasi untuk
belajar.
Penerapan literasi dalam
proses pembelajaran
sejarah
3. Instrumen Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas X IPS
2 yang menempuh pelajaran sejarah Indonesia di SMA Negeri 1 Kasihan dengan
menggunakan pertanyaan wawancara yang disusun berdasarkan kisi-kisi yang
dibuat oleh peneliti. Pertanyaan disusun berkaitan dengan pemanfaatan literasi
dalam mata pelajaran sejarah. Kisi-kisinya adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel. 5. Kisi-Kisi Wawancara siswa
Fokus Penelitian Indikator Butir-butir Pertanyaan NO
Pembelajaran
sejarah yang
memanfaatkan
literasi
Pelaksanaan
pembelajaran
sejarah yang
memanfaatkan
literasi
Kelebihan proses
pembelajaran sejarah
dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi
Kesulitan yang
dihadapi dalam proses
pembelajan sejarah
dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi
Cara mengatasi
kesulitan yang dihadapi
Pemahaman yang
didapatkan dalam
pelajaran sejarah
dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi
Kesan siswa dalam
proses pembelajaran
sejarah yang
memanfaatkan literasi
1
2
3
4
5
4. Instrumen Dokumen atau Dokumentasi
Dalam hal ini peneliti mempelajari dokumen resmi tentang Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah
(GLS). Dokumen lain yang dipelajari peneliti adalah RPP yang dibuat oleh guru,
daftar nilai pelaksanaan proses pembelajaran dengan memanfaatkan empat
keterampilan dalam literasi dan lainnya. Peneliti juga mendokumentasikan foto
dan video dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
F. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik mengambilan sampel untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai
teknik sampling yang digunakan.52
Pada dasarnya teknik sampling dibedakan
menjadi dua yaitu probability sampling dan nonprobability sampling.
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang sama bagi setiap unsur (anggota untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi semua unsur atau anggota untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik sampel ini meliputi sampling sistematis, quota, aksidental,
purposive, jenuh, dan snowball.
Sistematis sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan
dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Dalam penarikan sampel
sistematik, populasi dibagi dengan ukuran sampel yang diperlukan dan sampel
diperoleh dengan cara mengambil setiap subjek.53
Quota sampling adalah teknik
dengan mempertimbangkan kriteria yang akan dijadikan anggota
sampel.54
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok
sebagai sumber data. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
52
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 52. 53
Sudaryono, op. cit, hlm. 128. 54
Ibid., hlm. 132.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah
sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan peneliti adalah
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini misalnya, orang
tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan untuk
memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti. Peneliti
mendata nama-nama siswa yang akan diwawancara berdasarkan hasil kuesioner
yang telah diperiksa oleh peneliti.
G. Validitas Data
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data
yang valid adalah data yang tidak berbeda antar data yang dilaporkan oleh peneliti
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Dalam penelitian
kualitatif, untuk menguji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil
penelitian dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan
dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif,
membercheck. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji keabsahan atau
kredibilitas data dengan triangulasi, meningkatkan ketekunan, dan diskusi teman
sejawat.55
55
Sugiyono., op. cit, hlm. 267.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
1. Triangulasi
Triangulasi adalah penggunaan dua atau lebih sumber untuk mendapatkan
gambaran yang menyeluruh tentang suatu fenomena yang akan diteliti. Intinya
adalah penggunaan lebih dari satu “sumber”, di mana jika dijabarkan lebih dalam,
“sumber” yang dimaksud dapat berarti banyak hal, seperti perspektif, metodologi,
teknik pengumpulan data, dan lain sebagainya.56
Ada empat strategi yang terdapat
dalam tringulasi yaitu:
a. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui
berbagai sumber dalam memperoleh data. Dalam triangulasi dengan sumber yang
terpenting adalah mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-
perbedaan tersebut. Triangulasi sumber berarti membandingkan (mencek ulang)
informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.57
Dalam penelitian ini
peneliti melakukan triangulasi sumber dengan menggunakan data yang diperoleh
dari sumber penelitian. Peneliti melakukan triangulasi berdasarkan sumber
penelitian, yaitu siswa dan guru.
b. Triangulasi metode
Triangulasi metode dilakukan pengecekan lebih dari satu metode. Jika
triangulasi sumber hanya dilakukan dengan satu metode yaitu wawancara maka
triangulasi sumber harus digunakan metode lain yaitu cara mengamati siswa
56
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Salemba Humanika, 2012, hlm.
201. 57
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: PT Bumi Aksara,
2013, hlm. 219.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
ketika ia mengikuti pembelajaran di kelas.58
Untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
atau metode yang berbeda.59
Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan data
melalui wawancara, observasi dengan melengkapi dokumen atau dokumentasi.
c. Triangulasi teori
Triangulasi teori (theory triangulation), yaitu penggunaan multiple toeri
(lebih dari satu teori utama) atau beberapa perspektif untuk menginterprestasi
data. Pada beberapa penelitian kualitatif, mungkin cukup hanya menggunakan
satu teori/grand theory atau satu perspektif ketika melakukan interpretasi data,
tetapi terkadang kita memerlukan beberapa grand theory atau lebih dari satu
perspektif dalam hal menginterpretasi banyak data dengan mempertimbangkan
jika hanya satu teori atau satu perspektif, analisis, dan interpretasi tidak akan
mendapatkan hasil yang optimal.60
Triangulasi teori yang digunakan dalam
penelitian ini untuk menganalisis data yang didapatkan dengan menggunakan
teori mengenai literasi, pembelajaran sejarah, konstruktivisme dan kurikulum
2013.
d. Triangulasi waktu
Waktu juga sangat mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih
segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang valid sehingga lebih
kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan
58
Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012,
hlm. 104. 59
Sugiyono,op.cit, hlm. 125. 60
Haris Herdiansyah, op.cit, hlm. 201.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik
lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.61
Dalam penelitian ini peniliti
mengambil waktu yang tepat dan sesuai dengan waktu pengambilan data. Peneliti
menggunakan waktu luang dari siswa dan ketika pembelanjaran berlansung.
2. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari
dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.62
Dengan
meningkatkan tingkat ketekunan, maka peneliti dapat melakukan pengecekan
kembali tentang data yang telah didapatkan apakah benar atau salah.
3. Pemeriksaan Teman Sejawat Melalui Diskusi
Dalam penelitian ini peneliti melakukan pemeriksaan sejawat dengan
teman-teman yang melakukan penelitian yang sama seperti peneliti. Peneliti juga
melakukan diskusi dengan dosen guna memperlancar proses penelitian. Teknik ini
dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang
diperoleh dalam bentuk diskusi bersama teman sejawat.
H. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam
penelitian ini peneliti melakukan analisis data selama di lapangan. Analisis data
61
Sugiyono, op. cit, hlm. 127. 62
Djunaidi & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2014, hlm. 32.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung,
dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai. Ketika jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap
tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.63
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu tahap
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, verifikasi dan kesimpulan.
Berikut ini adalah skema analisis data menurut Miles dan Huberman:
Gambar II. Teknik Analisis Data Model Miles dan Huberman
63
Sugiyono, op.cit,hlm. 91.
Penyajian
Data
Verifikasi
dan
Kesimpulan
Tahap
Pengumpulan
Data
Reduksi Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
1. Tahap Pengumpulan Data
Dalam tahap pengumpulan data ini peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang ditentukan sejak awal. Ketika proses pengumpulan data
harus melibatkan aktivitas, informan, peristiwa. Data penelitian kualitatif bukan
hanya terkait kata-kata tetapi terkait pula dengan sesuatu yang diamati, didengar,
dan dilihat. Peneliti mengumpulkan data dari observasi, kuesioner, wawancara
dan dokumen/dokumentasi dalam proses penelitian berlangsung. Hasil yang di
dapat dalam pengumpulan data berupa ceklist observasi, catatatan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti dengan narasumber, dan ceklist dokumen.
2. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Ketika peneliti banyak ke lapangan,
maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah di reduksi akan memberikan
gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.64
Dalam hal ini peneliti
melakukan reduksi data terhadap data-data yang tidak mendukung penelitian.
3. Penyajian data
Dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam
bentuk tabel, grafik dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data
64
Sugiyono, op. cit, hlm. 247.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
dipahami. Dengan mendisplay data maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut.
4. Verifikasi dan Kesimpulan
Dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang telah
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di
lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi
jelas.
I. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian dimuat dalam lima bab sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, berisi pokok utama dalam permasalahan penelitian ini.
Bab I mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat
penelitian.
Bab II Kajian Pustaka, berisi tentang kajian teori, penelitian yang relevan,
dan kerangka berpikir. Kajian teori mencakup literasi, pembelajaran sejarah dan
Kurikulum 2013(pendidikan karakter).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Bab III Metodologi Penelitian, Mencakup tempat dan waktu penelitian,
pendekatan penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, instrumen
pengumpulan data, teknik sampling, validitas data, analisis data dan sistematika
penulisan.
Bab VI Hasil Penelitian, mencakup deskripsi latar, deskripsi hasil
penelitian dan pembahasan.
Bab V Kesimpulan dan Saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kasihan. SMA Negeri
Kasihan berawal dari gagasan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah
Yogyakarta melalui Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. SMA Negeri 1 Kasihan berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0292/0/1978 pada
tanggal 2 September 1978 dan TMT 1 pada bulan April 1978.
Kemudian pada tanggal 1 Januari 1978, berdirilah SMA persiapan yang
pengelolaannya diserahkan kepada SMA Negeri 1 Yogyakarta. Selama kurang
lebih 2 bulan proses belajar mengajar dilakukan di dalam ruang laboratorium
SMA Negeri 1 Yogyakarta. Jumlah siswa dan siswi angkatan pertama sebanyak
80 anak dan dibagi ke dalam 2 kelas, dengan guru tetap sebanyak 7 orang serta
dibantu guru-guru dari SMA Negeri 1 Yogyakarta. Karena belum memperoleh
gedung sendiri, maka gedung SMA Persiapan berada di SMA Negeri 1
Yogyakarta.
Ketika memperoleh lokasi baru di Jalan Bugisan Selatan, Kelurahan
Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Yogyakarta maka tanggal 11 Maret 1979 SMA
Persiapan mulai melakukan kegiatan pembelajaran di gedung sendiri. Melalui
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Nomor: 035/O/1997 tanggal 7 Maret SMA Negeri 1 Tirtonirmolo kemudian
berubah nama menjadi SMA Negeri 1 Kasihan.
1. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Kasihan
a. Visi SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
“Terwujudnya Insan yang Bertaqwa, Berprestasi, Berkepribadian, Sehat
dan Ramah Lingkungan”, dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Bertaqwa artinya meyakini keberadaan Tuhan Yang Maha Esa
danmengamalkan perintahNya, menjauhi laranganNya sesuai dengan
keyakinan agama yang dianut.
2) Berprestasi artinya memiliki keunggulan baik akademik maupun non-
akademik di tingkat nasional dan global.
3) Berkepribadian artinya memiliki sikap yang baik sesuai dengan 20 nilai
akhlaq mulia baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.
4) Sehat artinya pembiasaan pola hidup sehat untuk diri sendiri, sekolah,
keluarga dan masyarakat.
5) Ramah lingkungan artinya memiliki sikap yang peduli terhadap lingkungan
di sekitar sekolah maupun di masyarakat.
b. Misi SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
Misi Sekolah adalah tindakan atau usaha untuk mewujudkan visi dengan
rumusan sebagai berikut :
1) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan agamanya, sehingga kehidupan
beragama di Sekolah dapat tercipta manusia yang agamis penuh toleransi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
2) Menumbuhkan semangat berprestasi baik akademik maupun nonakademik
dengan pembinaan, pendampingan, pembimbingan dalam kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan bakat siswa
sehingga dapat bersaing di tingkat nasional mapun global.
3) Mencetak insan yang berkarakter, berkepribadian sesuai dengan nilai-nilai
luhur budaya bangsa Indonesia .
4) Membiasakan Pola Hidup Bersih dan Sehat melalui Trias UKS menjadikan
generasi saka hebat.
5) Mengembangkan sikap peduli dan ramah lingkungan dalam mewujudkan
lingkungan sekolah yang hijau (green school).
2. Tujuan SMA Negeri 1 Kasihan
Tujuan Sekolah Menengah Atas adalah mengembangkan potensi anak agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, cakap, kreatif
dan bertanggung jawab serta keterampilan untuk mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
a. Tujuan Umum
1) Meningkatkan kualitas pendidikan nasional memberi peluang pada sekolah
yang berpotensi untuk mencapai kualitas bertaraf nasional dan internasional.
2) Memberi layanan kepada siswa berpotensi untuk mencapai prestasi bertaraf
nasional dan internasional
3) Menyiapkan lulusan SMA yang mampu berperan aktif dalam masyarakat
global.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
b. Tujuan Khusus
Menyiapkan lulusan SMA yang memiliki kompetensi seperti di dalam
Standar Kompetensi Lulusan yang diperkaya dengan standar kompetensi lulusan
yang berciri internasional sehingga lulusannya menjadi :
1) Individu nasionalis dan berwawasan global
2) Individu yang cinta damai dan toleran
3) Pemikir yang kritis, kreatif, dan produktif
4) Pemecah masalah yang efektif dan inovatif
5) Komunikator yang efektif
6) Individu yang mampu bekerjasama
7) Pembelajaran yang mandiri
Sistem pendidikan yang diterapkan di SMA Negeri 1 Kasihan sejak tahun
2006 adalah sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) bagi siswa
kelas X, XI dan XII. Namun, pada saat tahun 2013 sistem pendidikan untuk kelas
X, XI, dan XII menggunakan Kurikulum 2013. Sistem pendidikan KTSP
bertujuan untuk mengembangkan kegiatan belajar mengajar yang mampu
membentuk pola tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat
dievaluasi melalui pengukuran dengan menggunakan test dan non test. Sedangkan
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengajak siswa berpikir kritis dalam
mengembangan pengetahuan yang dimiliki.65
Berdasarkan observasi peneliti secara keseluruhan jumlah kelas di SMA
Negeri 1 Kasihan sebanyak 24 kelas. SMA Negeri 1 Kasihan sendiri dibatasi oleh
65
Data diperoleh dari bagian Tata Usaha SMA Negeri 1 Kasihan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
perkampungan penduduk di sebelah timur dan utara, sedangkan sebelah selatan
dan barat dibatasi oleh jalan kampung. Karena berada di sekitar lingkungan
perkampungan, penduduk sekitar sekolah tetap memberikan toleransi untuk
mendukung agar proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Kasihan tetap berjalan
kondusif. Dalam lingkungan sekolah SMA Negeri 1 Kasihan sangat banyak kursi
dan meja yang diletakkan di bawah pohon-pohon yang besar disediakan oleh
pihak sekolah agar siswa-siswi dapat memanfaatkan tempat itu sekedar untuk
belajar diluar jam pelajaran, untuk berdiskusi dengan teman-teman atau sekedar
bercekrama.
Fasilitas yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Kasihan di setiap kelas
memiliki LCD proyektor dan speaker untuk mendukung proses pembelajaran
menjadi lebih efektif. Memiliki perpustakaan yang layak untuk mendukung
pelaksanaan literasi. Berbagai macam buku baik yang berkaitan dengan buku
mata pelajaran maunpun novel, komik dan skripsi-skripsi dari mahasiswa-
mahasiswa yang pernah melakukan penelitian di sekolah tersebut. Ketersedian
lab-lab yang berkaitan dengan pelajaran IPA serta lab-lab komputer. Kemudian
kantin sehat yang di dalamnya menjual makanan-makanan sehat, serta fasilitas
tempat ibadah yaitu Mushola dan fasilitas lainnya.
Peneliti melakukan penelitian di kelas X IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan.
Kelas X IPS 2 letaknya bersampingan dengan tempat ibadah yaitu mushola.
Melalui observasi, kondisi kelas X IPS terlihat sangat rapih dan bersih. Kelas ini
bersebelahan juga dengan kelas X IPS 1, akan tetapi masing-masing kelas ini
tetap memberikan toleransi untuk tidak saling mengganggu, sehingga proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
pembelajaran tetap berlangsung dengan kondusif. Jumlah siswa di kelas tersebut
sebanyak 32 siswa, diantaranya laki-laki berjumlah 12 siswa dan perempuan
berjumlah 20 siswi. Siswa-siswi tersebut rata-rata berasal dari Yogyakarta sendiri
khususnya di bagian Bantul dan beberapa siswa berasal dari luar seperti Medan.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Perencanaan Pembelajaran Sejarah Indonesia dengan Memanfaatkan
Literasi di SMA Negeri 1 Kasihan
Gerakan Literasi Sekolah merupakan salah satu strategi yang dicanangkan
oleh pemerintah dalam rangka menumbuhkan minat baca. Literasi sebagai konsep
penting pendidikan abad ke-21. Kompetensi terpenting yang harus dimiliki oleh
manusia abad ke-21 adalah kompetensi pemahaman tingkat tinggi, kompetensi
berpikir kritis, kompetensi berkolabarasi dan berkomunikasi. Gerakan Literasi
Sekolah dikembangkan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Dalam
gerakan Literasi ada tiga tahapan yang meliputi tahap pembiasaan, tahap
pengembangan, dan tahap pembelajaran.
Pada tahap pembelajaran guru telah memanfaatkan literasi ke dalam
pembelajaran sejarah. Sebelum melaksanakan pembelajaran sejarah guru
menyiapkan beberapa perencanaan untuk mendukung proses pembelajaran agar
dapat berjalan efektif seperti menentukan Kompetensi Dasar (KD) yang akan
dibahas, menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan KD
yang telah ditentukan, membuat bahan ajar berupa power point (PPT),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
menyiapkan cuplikan video, menyiapkan teks narasi, kisi-kisi soal, soal test,
penilaian keterampilan, dan sumber belajar.
Sebelum menyusun RPP guru terlebih dahulu menentukan KD yang akan
dibahas. Kompetensi Dasar (KD) yang digunakan dalam pembelajaran sejarah
Indonesia di kelas X IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan yaitu KD 3.8 dan 4.8.
Kompetensi Dasar (KD) 3.8 membahas tentang “Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat, pemerintahan dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku
pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini” dan Kompetensi Dasar (KD) 4.8
membahas “Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai
dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih
berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini”.
Berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) 3.8 dan 4.8, guru menyusun RPP
yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Dari KD 3.8
dan 4.8 guru mengembangkan indikator pencapaian kompetensi. Indikator
pencapaian kompetensi tersebut adalah sebagai berikut 66
:
3.8.1 Mengidentifikasi sumber-sumber sejarah perkembangan kehidupan
masyakarat, pemerintah dan budaya pada masa kerajaaan-kerajaan Islam
di Indonesia.
3.8.2 Mengidentifikasi bukti-bukti sejarah perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintah dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia.
3.8.3 Menunjukkan letak kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
3.8.4 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan Samudra Pasai di Indonesia.
3.8.5 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaanMalaka di Indonesia.
66
Dokumen RPP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
3.8.6 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan Aceh.
3.8.7 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan Demak.
3.8.8 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan Pajang.
3.8.9 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan Mataram.
3.8.10 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan Gowa-Tallo.
3.8.11 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan Ternate Dan Tidore.
4.8.1 Menyajikan nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa
kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa pada
masa kini dalam bentuk tulisan berupa puisi.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengamati empat indikator
pencapaian kompetensi. Masing-masing indikator tersebut yaitu
3.8.1 Mengidentifikasi sumber-sumber sejarah perkembangan kehidupan
masyakarat, pemerintah dan budaya pada masa kerajaaan-kerajaan Islam
di Indonesia.
3.8.2 Mengidentifikasi bukti-bukti sejarah perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintah dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia.
3.8.3 Menunjukan letak kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
4.8.1 Menyajikan nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa
kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa
Indonesia pada masa kini dalam bentuk tulisan berupa puisi.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah Student center
learning. Dalam pendekatan student center learning guru tidak lagi sebagai
pemeran yang utama dalam pembelajaran di kelas tetapi sebaliknya bahwa siswa
menjadi pemeran utama dalam pembelajaran itu sendiri. Pendekatan ini menuntut
siswa untuk lebih mandiri dalam proses belajar, bertanggung jawab dalam
mengenali kebutuhan belajarnya, dan dapat menemukan sumber-sumber informasi
untuk kebutuhan siswa sendiri. Guru disini hanya sebagai fasilitator dan
narasumber jika siswa mengalami kesulitan dan membutuhkan bimbingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Model pembelajaran yang dipakai oleh guru sejarah merupakan model
pembelajaran cooperative learning tipe numbered head together (NHT).
Pembelajaran cooperative learning yang dalamnya memuat karakteristik
pembelajaran konstruktivis. Asas dari pembelajaran kooperatif adalah
mengaktifkan siswa untuk belajar bersama-sama untuk terciptanya pembelajaran
bermakna. Pembentukan kelompok-kelompok didasarkan pada perkumpulan
siswa yang heterogen. Numbered Head Together adalah suatu model
pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam
memecahkan masalah melalui mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari
berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Para siswa bekerja
sama saling bergantung pada kelompok-kelompok secara kooperatif.
Berkaitan dengan pembelajaran literasi yang terdapat empat aktivitas
seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara maka dalam pembelajaran
sejarah dengan model cooperative learning tipe numbered head together (NHT)
dapat membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang diberikan oleh
guru. Melihat bahwa pembelajaran secara sebelumnya sangat kurang diminati
maka dari itu guru menciptakan model pembelajaran baru untuk menjadikan siswa
lebih aktif lagi dalam proses pembelajaran.
Perencanaan strategi yang digunakan oleh guru yaitu mempersiapkan teks
narasi yang berkaitan dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.8 dan 4.8. penggunaan
dari teks narasi yang disediakan oleh guru sejarah untuk membantu siswa dalam
menemukan informasi yang berkaitan dengan materi pada KD 3.8 dan 4.8.
Kemudian guru meminta siswa untuk membuat puisi dalam kelompok masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
masing yang akan dibagi oleh gurunya. Puisi yang akan dibuatkan oleh siswa
berdasarkan dengan informasi yang mereka peroleh dari teks narasi yang telah
yang dibagikan. Siswa menghasilkan puisi tersebut sebagai produk literasi.
Karena melalui pembelajaran literasi dalam pembelajaran sejarah siswa dituntut
untuk menghasilkan salah satu produk literasi. Guru merencanakan melalui puisi
yang nantinya ditampilkan dan dibacakan oleh siswa, harapannya mereka dapat
menemukan nilai-nilai atau makna dari puisi yang telah dibacakan.
Guru merencanakan akan menayangkan dua video yang terkait dengan
materi pembelajaran. Video pertama terkait dengan materi yang akan dibahas
dalam pembelajaran. Video kedua berkaitan dengan tentang permasalahan
bagaimana orang tidak menghargai peninggalan sejarah. Melalui video yang
ditampilkan tersebut harapannya siswa dapat menemukan nilai menghargai,
menghormat dan bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian dari peninggalan-
peninggalan sejarah budaya Islam yang masih eksis pada masa kini.
Sintak dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada pertemuan
pertama, meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Dalam kegiatan pendahuluan guru sejarah membuka pertemuan dengan
menyampaikan salam kepada siswa. Karena pembelajaran sejarah di kelas X IPS
dilaksanakan pada jam 3 dan 4, maka guru sejarah langsung memeriksa kehadiran
siswa. Doa sebelum pembelajaran biasanya di SMA Negeri 1 Kasihan
dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran akan dimulai. Biasanya guru agama
yang memimpin doa sebelum pembelajaran. Setelah itu guru melakukan
apresepsi dengan menanyakan materi minggu lalu pada siswa. Kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran sesuai dengan KD yang diajarkan.
Perencanaan alokasi waktu dalam kegiatan pendahuluan ini yaitu 10 menit.
Kegiatan inti berlangsung guru menampilkan PPT mengenai Kerajaan-
kerajaan Islam di Indonesia. Siswapun diminta untuk memperhatikan PPT
tersebut dengan serius. Untuk menambah wawasan kembali mengenai kerajan-
kerajaan Islam seperti Samudra Pasai, kerajaan Malaka, Aceh, Demak, Pajang,
Mataram Islam, Gowa-Tallo, Ternate dan Tidore, guru sejarah menayangkan
video yang berkaitan dengan materi tersebut. Dalam video tersebut dijelaskan
mengenai letak kerajaan, raja-raja yang terkenal, penyebab kemunduran dan
lainnya sebagainya. Guru menyuruh siswa untuk memperhatikan video tersebut.
Melalui video yang telah ditayangkan, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menanyakan kembali mengenai hal-hal yang tidak dimengerti dari
video maupun PPT yang ditampilkan.
Ketika proses tanya jawab telah selesai guru selanjutnya membagi siswa-
siswi kelas X IPS 2 ke dalam kelompok. Kelompok tersebut terdiri 4-5 siswa yang
heterogen. Selanjutnya guru membagikan teks narasi kepada masing-masing
kelompok dengan narasi yang berbeda terdiri dari delapan kerajaan Islam yaitu
Samudra Pasai, kerajaan Malaka, Aceh, Demak, Pajang, Mataram Islam, Gowa-
Tallo, dan Ternate dan Tidore. Kemudian saat teks tersebut sudah diterima
kelompok, guru sejarah menjelaskan agar teks narasi tersebut dibacakan di dalam
kelompok masing-masing dan anggota kelompok masing menyimak apa yang
dibacakan oleh temannya. Setelah itu masing-masing anggota menulis hal-hal
penting yang berkaitan dengan materi pendukung untuk membuatkan puisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Dalam hal ini guru telah memasukan empat keterampilan dalam literasi yaitu
keterampilan membaca, menyimak, menulis.
Kemudian secara berkelompok siswa mengolah data mengkritisi literasi
melalui diskusi, konfirmasi tentang sumber-sumber, bukti-bukti, letak kerajaan,
kehidupan politik, kehidupan ekonomi, dan sosial kerajaan-kerajaan bercorak
Islam di Indonesia proses berdirinya, perkembangan dan tokoh-tokoh yang
berpengaruh dalam kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia sembari
menghasilkan puisi yang menarik. Dalam membuat puisi guru sejarah
menyampaikan bahwa sebaiknya setiap anggota kelompok membuat puisi
masing-masing terlebih dahulu. Kemudian melalui diskusi dan kesepakatan
kelompok baru memilih puisi siapa yang terbaik dan jika sudah menemukan yang
terbaik masing-masing kelompok bekerja sama untuk melengkapi kembali
sekiranya ada yang kurang dengan puisi dari temannya tersebut. Perencanaan
alokasi waktu yang digunakan dalam kegiatan inti yaitu 70 menit.
Pada kegiatan penutup guru melakukan refleksi pembelajaran yang
berkaitan dengan materi yang telah diajarkan. Selanjutnya guru memberi
penugasan pada siswa untuk mempersiapkan puisi yang akan ditampilkan pada
pertemuan selanjutnya. Dan yang terakhir guru sejarah menutup pelajaran dengan
salam. Pada pertemuan pertama ini siswa yang hadir hanya 30 siswa dari jumlah
32 siswa.
Selanjutnya sintak pertemuan kedua, pada kegiatan pendahuluan guru
menyampaikan salam, siswapun menjawab sapaan salam dari guru dan
menyampaikan informasi kehadiran siswa. Guru melakukan kegiatan apersepsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dengan menanyakan materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya
mengenai sumber-sumber, bukti-bukti sejarah perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintah dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia. Serta menunjukan letak kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Guru
menanyakan kesiapan untuk penampilan puisi pada masing-masing kelompok.
Alokasi waktu yang digunakan dalam pertemuan kedua pada kegiatan
pendahuluan yaitu 5 menit.
Pada kegiatan inti pertemuan kedua masing-masing kelompok
menampilkan puisi yang telah dikerjakan. Sebelum menampilkan puisi guru
terlebih dahulu memberikan nomor kepada masing-masing anggota kelompok
kemudian guru memanggil salah satu nomor tersebut yaitu nomor 2 dan masing-
masing anggota kelompok yang mendapat nomor sama yaitu nomor 2 untuk
mempersiapkan penampilan puisinya secara bergantian. Ada delapan kelompok
yang menampilkan puisinya masing-masing kelompok menyepakti yang menjadi
utusan dalam membacakan puisinya. Dalam menampilkan puisi masing-masing
kelompok diberi waktu untuk menampilkan selama 5 menit. Keterampilan
berbicara dapat terlihat ketika masing-masing perutusan membacakan puisi
dengan sangat baik. Setelah menampilkan puisinya kegiatan selanjutnya yaitu
guru bersama siswa menyimpulkan secara keseluruhan mengenai materi yang
telah didapatkan pada pertemuan sebelumnya dan pada pertemuan kedua. Alokasi
waktu pada pertemuan kedua dilakukan selama 50 menit.
Kegiatan penutup guru juga merencanakan melakukan evaluasi terhadap
pembelajaran sejarah Indonesia dengan pemanfaatan literasi dalam aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
kognitifnya. Evaluasi tersebut berupa soal berbentuk pilihan ganda sebanyak 20
butir soal yang disusun berdasarkan kisi-kisi soal yang dibuat guru berkaitan
dengan materi pembelajaran mengenai sumber-sumber sejarah, bukti-bukti sejarah
perkembangan kehidupan masyakarat, pemerintah dan budaya pada masa
kerajaaan-kerajaan Islam di Indonesia serta letak dari kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia. Perencanaan dilakukannya evaluasi tersebut guna mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa dengan materi yang telah disampaikan guru dengan
pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia.
Sembari mengerjakan soal tersebut guru merencanakan untuk
menampilkan video refleksi mengenai permasalahan tidak menghargai
peninggalan kebudayaan yang terjadi di Yogyakarta. Video ini ditampilkan
sebagai bahan refleksi bagi siswa agar tetap menghargai, menghormati dan
bertanggung jawab terhadap peninggalan kebudayaan Islam maupun kebudayaan
lainnya yang ada di Yogyakarta sendiri maupun yang ada di luar Yogyakarta.
Alokasi waktu pada kegiatan penutup dilakukan selama 35 menit.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Indonesia dengan Memanfaatkan
Literasi di SMA Negeri 1 Kasihan
Melalui pengamatan peneliti di kelas X IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan,
Pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan literasi dilaksanakan dua kali
pertemuan oleh guru pada tanggal Rabu 2 Mei 2018 dan selasa 8 Mei 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Pembelajaran sejarah Indonesia dikelas X IPS 2 dimulai pukul 08.55-10.15 pada
jam 3 dan 4. Guru telah menerapkan tiga tahapan literasi dalam pembelajaran
sejarah. Pada tahap pembiasaan, sebelum pembelajaran sejarah dimulai guru
biasanya memberikan kesempatan pada siswa untuk membaca yang berkaitan
dengan materi yang akan dibahas dalam pertemuan itu. Selanjutnya tahap
pengembangan pada setiap akhir semester guru biasa memberikan tugas kepada
siswa untuk mencari informasi mengenai museum-museum yang terdapat di
Yogyakarta kemudian hasilnya dilaporkan atau dipresentasikan. Terakhir tahap
pembelajaran, guru telah menerapkan literasi dalam pembelajaran sejarah
khususnya literasi media. Biasanya guru memberikan perintah pada siswa untuk
mencari sumber belajar lain misalnya dari internet untuk menambah pengetahuan
atau wawasan siswa.67
Dalam kegiatan pendahuluan, guru terlebih dahulu membuka pertemuan
dengan menyampaikan salam kepada siswa. Karena pembelajaran sejarah di kelas
X IPS dilaksanakan pada jam 3 dan 4, maka guru langsung memeriksa kehadiran
siswa. Setelah itu guru melakukan apresepsi dengan menanyakan materi minggu
lalu pada siswa. Kemudian guru memberikan rangsangan atau stimulus kepada
siswa untuk masuk ke dalam materi yang akan diajarkan. Alokasi waktu pada
kegiatan yang dilaksanakan oleh guru selama 10 menit.
Pada kegiatan inti, guru menyampaikan sedikit materi yang berkaitan
dengan sumber-sumber perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintah dan
budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, bukti-bukti
67
CL 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintah dan budaya pada masa
kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta menunjukan letak dari kerajaan-
kerajaan Islam melalui video dan menampilkan PPT. Sedangkan siswa diminta
untuk mendengarkan dan menyimak dengan materi yang telah ditayangkan dan
ditampilkan. Jika ada yang tidak dipahami dengan materi siswa bertanya kepada
guru dan kemudian guru terlebih dahulu memberikan kesempatan kepada siswa
lain untuk menjawab. Ketika tidak siswa yang jawab kemudian guru membantu
untuk menjawab pertanyaan yang telah ditanyakan oleh siswa.
Setelah itu guru membagi siswa dalam delapan kelompok yang masing-
masing terdiri dari 4-5 siswa dengan latar belakang siswa yang berbeda-beda.
Melalui pembentukan kelompok ini siswa bekerja sama dalam kelompok masing-
masing karena melalui pembelajaran sejarah Indonesia dengan pemanfaatan
literasi ini akan menghasilkan satu produk literasi berupa puisi. Ketika anggota
kelompok masing-masing sudah terbentuk, guru menyarankan agar masing-
masing anggota kelompok menyepakati untuk memilih salah satu penanggung
jawab dalam kelompok.
Guru membagikan teks narasi terkait dengan sumber-sumber kehidupan
masyarakat, pemerintah dan budaya, bukti-bukti kehidupan masyarakat,
pemerintah dan budaya serta menunjukkan letak keraja-kerajaan Islam di
Indonesia. Selanjutnya masing-masing anggota kelompok berdiskusi dalam
kelompok mereka tersebut. Menuliskan hal-hal yang penting yang ditemukan
dalam teks narasi untuk jadikan sebagai bahan dan materi untuk membuat puisi.
Selain itu juga siswa dapat mencari sumber atau bahan lain yang mendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
untuk membuat puisi melalui sumber-sumber lain dan harus terkait dengan narasi
yang didapat oleh masing-masing kelompok. Dalam pembelajaran sejarah
Indonesia guru telah menumbuhkan empat aktivitas dalam literasi seperti,
membaca, menyimak, menulis dan berbicara dalam diri siswa. Alokasi waktu
yang digunakan guru pada kegiatan inti selama 70 menit.
Dalam kegiatan penutup, guru menfasilitasi siswa untuk menyimpulkan
materi yang telah dibahas dalam pertemuan ini. Kemudian mengajak siswa
berefleksi untuk menemukan hal-hal penting dan bermakna dari pengalaman
belajar yang dapat diterapkan dalam kehidupan bersama. Guru memberi
penugasan pada siswa untuk mempersiapkan puisi sebagai produk literasi yang
sesuai dengan yang direncanakan dalam diskusi kelompok sebagai bahan
pertemuan berikutnya. Guru menutup pelajaran dengan salam.68
Pada pertemuan kedua hari Selasa 8 Mei 2015 dilaksanakan untuk menilai
puisi dan mengevaluasi pemahaman siswa mengenai materi yang telah
disampaikan oleh guru sejarah dengan pemanfaatan literasi. Pada kegiatan
pendahuluan, siswa menjawab sapaan salam dari guru dan menyampaikan
informasi kehadiran siswa saat guru menanyakan kehadiran siswa. Guru
melakukan kegiatan apersepsi dengan menanyakan materi minggu lalu pada
siswa. Guru menanyakan kesiapan untuk penampilan puisi pada masing-masing
kelompok.69
Alokasi waktunya pada pertemuan ini dalam kegiatan pendahuluan
dilaksanakan selama 5 menit.
68
Dokumen RPP. 69
Dokumen RPP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Berdasarkan pengamatan peneliti, pada kegiatan inti guru membagikan
nomor kepada masing-masing siswa dalam kelompok tersebut. Kemudian guru
menyebut nomor 2, setiap siswa dalam anggota kelompok yang mendapatkan
nomor 2 menyiapkan puisi untuk ditampilkan. Secara bergantian masing-masing
kelompok menampilkan puisi yang telah disiapkan. 70
Penomoran ini berkaitan
dengan tipe pembelajaran yang digunakan guru sejarah yaitu numbered head
together (NHT).
Guru sejarah melakukan penilaian terhadap puisi yang telah ditampilkan
oleh masing-masing kelompok. Berdasarkan penampilan dari masing-masing
anggota kelompok yang telah membacakan puisinya dapat dilihat kreativitas dan
keberanian siswa dalam membacakan puisinya. Ada yang menggunakan gerak
gerik tubuh, penekanan pada kalimat-kalimat puisi, penjiwaannya dalam
penyampaian puisi untuk memberikan informasi berupa nilai-nilai atau makna
dari puisi yang disampaikan oleh kelompok-kelompok tersebut. Alokasi waktu
pada kegiatan inti dilaksanakan 50 menit.
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan yang berkaitan dengan
pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia, siswa mengatakan
bahwa dalam literasi ternyata tidak hanya membaca tetapi ada aktivitas-aktivitas
lain yang dapat digunakan oleh siswa seperti menulis, menyimak dan berbicara .71
Kemudian salah satu siswa juga mengatakan bahwa melalui pembelajaran sejarah
dengan pemanfaatan literasi membantu siswa dalam memahami materi sejarah
70
Dokumen RPP. 71
CL 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
dan siswa lebih mengerti.72
Sehingga pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan
literasi lebih efektif dan materinya tersampaikan dengan baik .73
Pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia dikatakan
sangat mengasyikan, menarik, menyenangkan dan tidak membosankan.74
Dengan
pemanfaatan literasi dalam pembelajaran khusunya pembelajaran sejarah salah
satu siswa mengatakan pembelajaran literasi dapat memotivasi siswa untuk
mengikuti pembelajaran sejarah. Karena dapat menggali minat baca siswa untuk
menjadi siswa yang lebih gemar membaca baik dalam pelajaran sejarah maupun
pelajaran lainnya.75
Akan tetapi pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia
yang dilaksanakan tersebut mendapat beberapa kendala seperti ada siswa yang
kurang memiliki minat untuk membacakan bahan ajar dibagikan guru berupa teks
narasi. Sehingga membuat siswa merasa bosan dan mengantuk. Untuk mengatasi
kesulitan tersebut beberapa siswa mencari solusi lain dengan mencari sumber
belajar lain yaitu dari internet dan buku yang sesuai dengan topik yang didapatkan
masing-masing kelompok.76
Kemudian kendala lainnya kelas menjadi kurang
kondusif sehingga membacanya menjadi kurang fokus karena masing-masing
kelompok membacakan teks narasi yang dibagikan tersebut dengan suara lumayan
keras. Sehingga membuat kelas menjadi kurang kondusif. Solusinya mencari
72
CL 2, CL 4, CL 5. 73
CL 6. 74
CL 5, CL 6, CL8, CL 9. 75
CL 3. 76
CL 7, CL 9, CL 10, CL 11, CL 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
sumber belajar lain yang sesuai dengan topik yang didapat kemudian setelah
kelasnya mulai kondusif baru mulai membaca.77
Berdasarkan pengamatan peneliti, pada kegiatan penutup guru membagi
soal test untuk mengevaluasi sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang
telah dibahas sebelumnya dengan pemanfaatan literasi dalam pembelajaran
sejarah. Bentuk soal yang dibagikan dan dibuat oleh guru sejarah adalah pilihan
ganda yang berkaitan dengan materi yang telah dibahas. Jumlah soalnya sebanyak
dua puluh soal (20). Pada pertemuan ini siswa kelas X IPS 2 semuanya hadir dan
tidak ada yang ijin ataupun sakit.
Sembari siswa mengerjakan soal guru menayangkan video mengenai
salah satu acara di Televisi yang hostnya ketika syuting di Yogyakarta melakukan
kesalahan tidak menghargai salah satu situs bersejarah di Yogyakarta dengan
menginjak plengkung di salah satu situs bersejarah. Dari video tersebut siswa
disuruh untuk merefleksikan apa yang ditayangkan dari video tersebut. Kemudian
guru sejarah menyuruh salah satu siswa untuk mengemukan pendapatnya
mengenai video tersebut. Ani (bukan nama sebenarnya) mengatakan bahwa itu
bukan merupakan tindakan yang benar yang dilakukan oleh seseorang apalagi
oleh public figure seharusnya dia memberikan contoh yang baik kepada penonton
yang menyaksikan acaranya. Sebaiknya dia bisa beradaptasi dengan kebudayaan
atau adat istiadat masyarakat setempat, agar tidak terjadi seperti hal-hal yang tidak
diinginkan. Kemudian sebagai seorang pelajar kita harus tetap menghargai,
menghormati berbagi peninggalan sejarah yang ada di Yogyakarta ataupun diluar
77
CL 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Yogyakarta. Selesai merefleksikan guru kemudian penutup pelajaran dengan
menyampaikan salam. Alokasi waktu pada kegiatan penutup dilaksanakan selama
35 menit.
Sosialisasi mengenai gerakan literasi sudah pernah diikuti secara umum
oleh semua guru di SMA Negeri 1 Kasihan. Akan tetapi untuk pengadministrasian
yang dimulai dari penyusunan jadwal literasi dan sebagian lainnya yang berkaitan
dengan literasi merupakan tanggung jawab guru bahasa. Guru sudah sangat sering
menarapkan literasi khususnya literasi media dalam pembelajaran sejarah. Karena
siswa-siswi zaman sekarang masing-masing sudah mempunyai hand phone
android siswa dapat dengan mudah mengakses materi tambahan dari internet.
Guru sering memberikan tugas yang berkaitan dengan literasi. Biasanya diakhir
semester tugasnya individu siswa disuruh mengunjungi museum-museum yang
ada di Yogyakarta kemudian disuruh meringkas dan melaporkan hasilnya.78
Berdasarkan obervasi peneliti bahwa pelaksanaan pemanfaatan literasi
dalam pembelajaran sejarah Indonesia di kelas X IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan
sudah berjalan dengan baik sesuai dengan hasil observasi kegiatan pembelajaran
di dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru sejarah. Kemudian didukung juga
oleh hasil wawancara peneliti dengan salah satu siswa kelas X IPS 2 SMA Negeri
1 Kasihan yang mengatakan bahwa dengan pemanfaatan literasi dalam
pembelajaran sejarah memudahkan siswa dalam memahami materi sejarah yang
disampaikan. Pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan literasi juga membuat
siswa merasa bahwa pembelajaranya lebih mengasyikan dan tidak membosankan.
78
CL 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
3. Hasil Pembelajaran Sejarah Indonesia dengan Memanfaatkan Literasi di
SMA Negeri 1 Kasihan
Literasi merupakan salah satu strategi dalam mengatasi persoalan minat
baca yang rendah. Dalam gerakan literasi sekolah ada tiga tahapan yang perlu
dikembangkan oleh sekolah yaitu pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran.
Dengan pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah dapat mengembangkan
kemampuan siswa melalui empat keterampilan dalam literasi seperti membaca,
menyimak, menulis, dan berbicara. Sehingga pembelajaran sejarah tidak hanya
identik dengan membaca dan menghafal tetapi melalui literasi ini siswa lebih
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dan minat baca siswa menjadi lebih
baik.
Hasil belajar siswa dengan pemanfataan literasi dalam pembelajaran
sejarah Indonesia meliputi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.
Aspek kognitif siswa dapat dilihat dari hasil jawaban siswa dalam mengerjakan
soal yang diberikan oleh guru sejarah sebanyak 20 soal berbentuk pilihan ganda.
Kemudian hasil aspek afektif dapat diketahui dari kuesioner yang telah dibagikan
oleh peneliti pada siswa kelas X IPS 2. Sedangkan penilaian hasil belajar aspek
psikomotorik dapat dilihat keterampilan siswa dalam menghasilkan produk literasi
berupa puisi.
a. Penilaian Aspek Kognitif
Hasil belajar aspek kognitif mengutamakan pada pengetahuan siswa
terhadap materi sejarah yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan
pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah. Soal yang dikerjakan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
sebanyak 20 butir soal pilihan ganda. Soal-soal tersebut disusun berdasarkan kisi-
kisi yang dibuat oleh guru sejarah berkaitan dengan materi mengenai sumber-
sumber sejarah perkembangan kehidupan masyakarat, pemerintah dan budaya
pada masa kerajaaan-kerajaan Islam, bukti-bukti sejarah perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintah dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam serta letak
kerajaan-kerajaan Islam dari delapan kerajaan yang dari teks narasi yang
dibagikan. Test ini dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2018 pada jam 3 dan 4
(08.45-10.15). Jumlah siswa kelas X IPS 2 sebanyak 32 siswa dan pada
pertemuan itu semua siswa hadir.
Hasil dari penilaian aspek kognitif dengan pemanfaatan literasi dalam
pembelajaran sejarah Indonesia di kelas X IPS 2 memperoleh rata-rata 81,40
dengan persentase 93,75% yang mencapai KKM 30 siswa. Ini menunjukan bahwa
sebagian besar siswa memperoleh pemahaman mengenai materi yang telah
disampaikan melalui pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia
di kelas X IPS 2. Akan tetapi ada 2 siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah dengan persentase 6,25%.
b. Aspek Afektif
Peneliti membagikan kuesioner kepada siswa kelas X IPS 2 SMA Negeri 1
Kasihan. Kuesioner ini dibagikan untuk melihat ketertarikan dan minat siswa
terhadap pembelajaran literasi melalui empat aktivitas dalam literasi seperti
membaca, menulis, berbicara dan menyimak dalam pembelajaran sejarah
Indonesia. Sebelum kuesioner itu dibagikan terlebih dahulu peneliti membuat kisi-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
kisi yang berkaitan dengan ketertarikan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
literasi. Kuesioner yang dibagikan kepada siswa berjumlah 20 nomor.
Tabel. 6. Data hasil Kuesioner Siswa Kelas X IPS 2
SKALA JUMLAH PRESENTASE KETERANGAN
100-81 3 9,37% Sangat Tinggi
80-61 27 84,38% Tinggi
60-41 2 6,25% Sedang
40-21 0 0% Rendah
20-0 0 0% Sangat Rendah
Jumlah 32 100%
Berdasarkan hasil kuesioner di atas, siswa kelas X IPS 2 tertarik dan minat
terhadap pembelajaran literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia. Dari jumlah
32 siswa, ada 3 siswa yang kategorinya sangat tinggi, kemudian 27 siswa
kategorinya tinggi dan 2 siswa masuk dalam kategori sedang. Secara keseluruhan
melalui hasil kuesioner di atas, siswa dapat mengembangkan minatnya dan
tertarik terhadap pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi
berdasarkan hasil kuesioner yang diperiksa oleh peneliti. Berikut ini gambar
diagram minat siswa kelas X IPS 2 dengan pemanfaatan literasi dalam
pembelajaran sejarah Indonesia:
Gambar III. Diagram minat siswa dengan pemanfaatan literasi dalam
pembelajaran sejarah Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Berdasarkan tabel hasil kuesioner dan diagram menunjukan bahwa dengan
pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia terbukti sebagian
siswa dapat mengembangkan minat siswa dan memotivasi siswa untuk melakukan
kegiatan literasi baik dalam pembelajaran sejarah ataupun pembelajaran lainnya
dengan memperoleh persentase 84,38% yang masuk dalam kategori tinggi dan
9,37% sangat tinggi dan 6,25% kategori sedang.
c. Aspek Psikomotorik
Berdasarkan pengamatan peneliti, guru memberikan tugas kepada siswa
untuk membuatkan puisi dan kemudian dibacakan di depan kelas. Puisi yang
dibuatkan siswa merupakan produk dari literasi. Berkaitan dengan aspek
psikomotorik membuatkan puisi dan menampilkan puisi merupakan suatu
keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing kelompok. Guru memberikan
penilaian keterampilan puisi tersebut.
Tabel. 7. Rubrik Penilaian dalam Puisi
No Kriteria
1. Konsep/ide
2. Vokal
3. Penghayatan
4. Intonasi
5. Gerak
Berikut ini beberapa penjelasan mengenai aspek-aspek yang terdapat
dalam rubrik penilaian puisi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
a. Konsep/ide
Dalam menyusun puisi harus disesuaikan dengan topik atau tema yang
didapatkan. Isi puisi yang dibuat harus mengandung makna atau pesan yang dapat
disampaikan kepada para pendengar. Sebaiknya jika ada hal-hal yang tidak
semestinya, lebih untuk tidak tuliskan dalam puisi.
b. Penghayatan
Penghayatan meliputi keutuhan makna puisi (pemahaman) dan
penyampaian pesan yang terkandung di dalamnya dengan penuh penghayatan.
Penghayatan seseorang dalam membacakan puisi bukan hanya untuk dirinya
sendiri, melainkan sebagai alat agar yang menyimak dan penonton lebih
memahami isi dan makna dari puisi yang ditampilkan sehingga puisi tersebut
dapat dinikmati.
c. Vokal
Kekuatan suara dalam membacakan puisi juga sangat penting untuk
diperhatikan. Dalam membaca puisi yang perlu diperhatikan adalah suara seorang
pembaca harus mampu mengatasi suara penonton atau pendengarnya. Untuk
mengatasi suara penonton atau pendengarnya, pembaca puisi dituntut untuk
memiliki vokal yang keras. volume suara yang keras semestinya dilakukan dengan
mempertinggi suara agar pesan dan makna dari puisi yang dibacakan dapat tetap
tersampaikan bukan dengan cara berteriak.
d. Intonasi
Intonasi menyangkut persoalan tekanan keras lembutnya suara; tekanan
tempo yaitu cepat lambatnya ucapan, tekanan nada yaitu menyangkut tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
rendahnya suara yang meliputi perubahan bunyi suara. Ketepatan intonasi atau
irama ini bergantung kepada ketepatan penafsiran atas puisi yang dibacakan.
e. Gerak
Gerak yang dilakukan dalam membaca puisi hendaknya sesuai dengan
tuntuntan puisi, yakni mampu bergerak dengan wajar karena dorongan batin yang
kuat. Yang dimaksud dengan gerak dalam membaca puisi bukan hanya terlihat
bergoyang saja, melainkan juga gerak muka, gerak tangan, dan gerak seluruh
tubuh.
Tabel. 8. Data Nilai Aspek Psikomotorik
NO Nama Kelompok Kerajaan KKM NILAI
1. Samudra Pasai 70 85
2. Kerajaan Aceh 70 80
3. Kesultanan Demak 70 95
4. Kerajaan Pajang 70 75
5. Kerajaan Mataram Islam 70 80
6. Kerajaan Gowa-Tallo 70 90
7. Kerajaan Ternate-Tidore 70 80
8. Kerajaan Malaka 70 75
Jumlah 660
Rata-rata 82,5
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat hasil dari pelaksanaan
pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia dalam aspek
psikomotorik melalui produk literasi yaitu hasil oleh siswa yaitu puisi
menunjukkan bahwa delapan kelompok tersebut memperoleh nilai diatas KKM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu 70. Kelompok kerajaan Samudra
Pasai dan kelompok kerajaan Gowa Tallo memperoleh nilai 85 di atas KKM. Hal
ini dikarenakan berdasarkan penilaian guru sejarah dari aspek konsep atau
gagasan yang dibuat oleh kelompok Samudra Pasai sangat jelas, ide-ide yang
dibuat sangat kreatif. Dari segi penghayatan ketika penyampaian puisi sudah
lumayan baik. Vokal atau suara ketika pembaca membacakan puisi masih tidak
terlalu keras, sehingga ada beberapa siswa lain yang tidak memperhatikan. Akan
tetapi dari segi intonasi dalam membacakan puisi oleh pembaca dari kelompok
Samudra Pasai sudah sangat baik bahkan ketika membacakan puisi tersebut
menggunakan gerak gerik tubuh ataupun kontak mata dengan siswa lainnya.
Begitupun dengan kelompok kerajaan Aceh, kelompok kerajaan Mataram
Islam dan kelompok Ternate-Tidore yang mendapat nilai 80 di atas KKM sekolah.
Dari aspek konsep ataupun ide sudah sangat jelas dan kreatif. Akan tetapi dari
aspek vokal dan intonasi berdasarkan penilaian guru masih sangat kurang ketika
pembaca menampilkan puisi suaranya sangat kecil dan ketika membacakan
puisinya tidak ada intonasi-intonasi pada kalimat-kalimat tertentu dan membaca
dengan sangat datar. Sedangkan dari aspek gerak pembaca puisi menggunakan
gerak-gerik tangan, kontak mata dan penghayatannya sangat baik.
Kelompok kerajaan Demak mendapatkan nilai 95 di atas KKM yang telah
ditetapkan sekolah. Konsep ataupun idenya sangat jelas, penghayatan ataupun
penjiwaannya ketika pembaca membacakan puisinya sangat dapat sehingga pesan
atau makna dari puisi tersebut tersampaikan. Vokal yang keras dan lembut ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
membacakan puisi menjadi sangat baik, penekanan-penekanan pada kalimat yang
dianggap perlu juga terlihat. Akan tetapi gerak-geriknya masih kurang.
Kelompok kerajaan Pajang dan kelompok kerajaan Malaka memperoleh
nilai 75 diatas KKM sekolah yaitu 70. Konsep atau ide yang dibuat oleh
kelompok kerajaan Pajang sudah penghayatan juga sangat baik yang dilakukan
oleh pembaca. Akan tetapi dari segi vokal, intonasi dan gerak atau mimik muka
masih sangat kurang. Sehingga ketika membaca beberapa siswa ada yang kurang
memperhatikan ketika kelompok Pajang menyampaikan puisinya.
Literasi yang diterapkan dalam pembelajaran sejarah Indonesia tidaknya
menimbulkan pemahaman siswa atas pengetahuan yang diperoleh melalui materi
tetapi juga dengan pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia
dapat menumbuhkan keingintahuan siswa terhadap pembelajaran sejarah dan juga
menumbuhkan karakter untuk menghargai dan menghormati peninggalan sejarah
Islam maupun peninggalan-peninggalan lainnya melalui video refleksi yang
ditayangkan oleh guru.
C. Pembahasan
1. Perencanaan Pembelajaran Sejarah Indonesia dengan Memanfaatkan
Literasi di SMA Negeri 1 Kasihan
Literasi hadir sebagai tanggapan terhadap lahirnya dorongan masyarakat
agar terjadi perubahan signifikan dalam dunia pendidikan, terutama terkait dengan
dekadensi moral yang merebak dikalangan siswa saat ini. Secara sempit literasi
dimaknai sebagai kemampuan membaca dan menulis. Akan tetapi literasi pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
abad ke-21 tidak hanya mencakup soal membaca dan menulis, tetapi juga
mencakup menyimak dan berbicara. Jadi, dalam literasi yang perlu dikembangkan
oleh individu dalam hal ini siswa adalah empat aktivitas yang terdapat pada
literasi yaitu membaca, menulis, menyimak dan berbicara.
Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
mengembangkan gerakan literasi sekolah (GLS) sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi
Pekerti.79
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini merupakan salah satu aspek dalam
literasi. Dalam gerakan literasi sekolah (GLS) ada tiga tahap yang perlu
dikembangkan oleh lembaga pendidikan dalam hal ini adalah lembaga sekolah.
Tahap pertama yaitu tahap pembiasaan. Pada tahap ini siswa dituntut
untuk membaca 15 menit buku non pelajaran. Harapannya melalui tahap
pembiasaan ini terbentuk siswa akan dengan sendiri terbiasa untuk meningkatkan
rasa cinta baca diluar jam pelajaran tanpa harus disuruh atau diawasi guru.
Berikutnya tahap yang kedua yaitu tahap pengembangan. Tahap ini siswa
didorong untuk menunjukan keterlibatan pikiran dan emosinya dengan proses
membaca melalui kegiatan produktif secara lisan maupun tulisan.80
Dan tahap
terakhir dalam gerakan literasi yaitu, tahap pembelajaran. Tahap pembelajaran
merupakan tahap paling puncak dalam literasi. Artinya pada tahap ini
pembelajaran literasi dapat diterapkan dalam mata pelajaran sejarah bukan hanya
dalam mata pelajaran kebahasaan. Literasi dalam mata pelajaran sejarah
79
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan
Budi Pekerti. 80
Dirjendikdamen, op. cit., hlm. 15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
khususnya di SMA/sederajat memiliki peluang maupun tantangan. Hal ini harus
dapat dikelola dengan baik oleh guru agar dapat tercipta suasana pembelajaran
literasi yang menyenangkan dan bermakna. 81
Salah satu prinsip dalam pembelajaran yang digunakan hendaklah tidak
mematikan kreativitas dan memaksa siswa hanya untuk menghafal fakta dalam
buku teks. Sejarah sudah saatnya diajarkan dengan cara yang berbeda, kebekuan
pembelajaran yang terjadi seringkali dikarenakan rendahnya kreativitas dalam
pembelajaran sejarah. Sebagai akibatnya kejenuhan seringkali menjadi faktor
utama yang dihadapi guru dalam mengajarkan sejarah dan siswa dalam belajar
sejarah.82
Melalui produk literasi yang dihasilkan berupa puisi akan mampu
membangkitkan kreativitas siswa dalam menyusun ide atau gagasan yang akan
disampaikan kepada siswa lainnya dengan memanfaatkan empat keterampilan
dalam literasi yaitu membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Dengan metode
pembelajaran sejarah yang menggunakan ceramah, pada umumnya membuat
siswa lebih cenderung jenuh dan bosan sehingga kreativitas siswa menjadi
tumpul. Dengan memanfaatkan salah satu komponen literasi yaitu literasi media
akan membantu siswa dalam menemukan informasi-informasi yang berguna
dalam menghasil produk literasi yaitu puisi.
Dengan adanya kebijakan literasi yang dicanangkan oleh pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan guru dapat menerapkan dalam
pembelajaran sejarah. Guru mengatakan bahwa program literasi telah berjalan
81
Hendra Kurniawan,op. cit., hlm. 5. 82
Heri Susanto, op. cit., hlm. 56.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
selama hampir dua tahun di SMA Negeri 1 Kasihan. Sosialiasi mengenai
literasipun telah diikuti seluruh guru SMA Negeri 1 Kasihan, akan tetapi untuk
pengadministrasiannya yang bertanggung jawab adalah dari guru mata pelajaran
bahasa.
Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan pemanfaatan literasi dalam
pembelajaran sejarah di kelas X IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan terlebih dahulu
guru merencanakan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dibahas, menyusun bahan ajar
berupa PPT, menyiapkan cuplikan video, menyiapkan teks narasi, kisi-kisi soal,
instrumen soal test, instrumen penilaian keterampilan, dan sumber belajar. Guru
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai Kompetensi Dasar
(KD) 3.8 dan 4.8. Kompetensi Dasar (KD) membahas tentang “ Menganalisis
perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan budaya pada masa
kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang
masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini’ dan Kompetensi
Dasar (KD) 4.8 “Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-
nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih
berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini”.
Berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) pada 3.8 dan 4.8, guru
mengembangkan indikator pencapaian kompetensi. Indikator pencapaian
kompetensi tersebut adalah sebagai berikut83
:
83
Dokumen RPP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
3.8.1 Mengidentifikasi sumber-sumber sejarah perkembangan kehidupan
masyakarat, pemerintah dan budaya pada masa kerajaaan-kerajaan Islam
di Indonesia.
3.8.2 Mengidentifikasi bukti-bukti sejarah perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintah dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia.
3.8.3 Menunjukkan letak kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
3.8.4 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan Samudra Pasai di Indonesia.
3.8.5 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan Malaka di Indonesia.
3.8.6 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan Aceh.
3.8.7 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan Demak.
3.8.8 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan Pajang
3.8.9 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan Mataram.
3.8.10 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan Gowa-Tallo.
3.8.11 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan Ternate Dan Tidore.
4.8.1 Menyajikan nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa
kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa pada
masa kini dalam bentuk tulisan berupa puisi.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengamati empat indikator masing-
masing tiga indikator pada Kompetensi Dasar (KD) 3.8 dan satu indikator pada
Kompetensi Dasar (KD) 4.8. Guru merencanakan keempat indikator dibahas
untuk satu kali pertemuan yang akan dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2018 jam
pelajaran 3 dan 4 (08.45-10.15). Sedangkan pada pertemuan kedua pada tanggal 8
Mei 2018 melanjut dari pertemuan yang pertama untuk melaksanakan pembacaan
puisi dari masing-masing kelompok.
Model pembelajaran yang dipakai oleh guru sejarah merupakan model
pembelajaran cooperative learning tipe numbered head together (NHT).84
Model
84
Dokumen RPP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
pembelajaran cooperative learning ini didasarkan atas kerja sama kelompok untuk
memecahkan permasalahan.85
Melalui pembelajaran cooperative learning, guru
merencanakan untuk membagi siswa ke dalam 8 kelompok dengan masing-
masing karakter yang berbeda-beda. Pembentukan kelompok dilakukan untuk
membentuk kerjasama antar anggota kelompok, menghargai, menghormati
perbedaan pendapat dalam diskusi dan saling mendengarkan tanpa harus saling
mendahului saat mengemukan pendapat.
Dalam implementasi Kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat
diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat
dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-
nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dihubungkan
dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan nilai, dan
pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada tataran kognitif, tetapi
menyentuh internalisasi, dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.86
Perencanaan pembelajaran dengan literasi dalam pembelajaran sejarah
Indonesia akan menumbuhkan pendidikan karakter dalam diri siswa melalui
pembentukan kelompok-kelompok tersebut. siswa mendapatkan pengalaman
secara langsung dalam berinteraksi dengan sesama anggota kelompok. Dapat
memahami berbagai karakter yang ada di dalam kelompoknya tersebut.
mengalami secara langsung bagaimana untuk menyatukan perbedaan pendapat
yang ada di dalam kelompoknya tersebut.
85
Dokumen RPP. 86
Mulyasa, op. cit., hlm.7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Selain melalui pembentukan kelompok, guru merencanakan untuk
menayangkan video yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan yang
terjadi dilingkungan sekitar. Misalnya melalui salah satu persoalan yang terjadi di
Yogyakarta salah satu public figure yang tidak menghormati situs sejarah.
Melalui video tersebut siswa dapat merefleksikan bahwa dimanapun berada harus
bisa beradaptasi dengan budaya dilingkungan sekitar sehingga tidak terjadi
pertentangan. Menghargai, menghormati dan bertanggung jawab dalam menjaga
situs-situs sejarah itu merupakan tanggung jawab bersama demi anak cucu.
Guru melakukan perencanaan untuk melihat aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik melalui penilaian. Dalam aspek kognitif guru berencana untuk
melakukan evaluasi dengan membuat soal pilihan ganda sebanyak 20 butir soal.
Soal-soal tersebut disusun berdasarkan kisi-kisi yang dibuat oleh guru yang
berkaitan dengan materi-materi yang berkaitan dengan sumber-sumber sejarah,
bukti-bukti sejarah dalam kehidupan masyarakat, pemerintah dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta letak dari masing-masing
kerajaan-kerajaan tersebut. Dalam aspek psikomotorik guru melakukan penilaian
dengan melihat beberapa aspek dalam penilaian puisi meliputi kelayakan isi,
vokal, penghayatan, intonasi, dan gerak.
Sedangkan untuk melihat aspek afektif yaitu sikap, peneliti berencana
untuk membagikan kuesioner kepada siswa kelas X IPS 2 sebanyak 20 nomor
yang dibuat berdasarkan kisi-kisi kuesioner yang dibuat oleh peneliti. Kuesioner
ini disusun untuk melihat minat dan ketertarikan siswa terhadap literasi dalam
pembelajaran sejarah Indonesia di kelas X IPS 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
2. Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Indonesia dengan Memanfaatkan
Literasi di SMA Negeri 1 Kasihan
Mengacu pada metode pembelajaran kurikulum 2013 yang menempatkan
siswa sebagai subjek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, kegiatan literasi
tidak lagi berfokus pada siswa semata. Guru, selain sebagai fasilitator, juga
menjadi subjek pembelajaran. Akses yang luas pada sumber informasi, baik di
dunia nyata maupun maya menjadikan siswa lebih tahu daripada guru.87
Dengan
demikian guru harus mampu untuk bersaing dengan siswa dalam memanfaatkan
teknologi agar tidak menjadi guru yang gagap akan teknologi. Dengan
pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia guru maupun siswa
bersama-sama untuk melaksanakan pembelajaran agar tercapai tujuan
pembelajaran yang diingikan. Guru sebelum melaksanakan pembelajaran perlu
perencanaan yang matang agar pemanfaatan literasi dalam pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik.
Dalam konstruktivisme pembelajaran lebih menekankan proses daripada
hasil pembelajaran. Artinya bahwa hasil belajar yang merupakan tujuan
pembelajaran tetap dianggap penting, namun di sisi lain proses belajar yang
melibatkan cara maupun strategi juga dianggap penting. Pandangan
kontruktivisme menganggap bahwa belajar merupakan proses aktif untuk
mengkonstruksi pengetahuan. Proses aktif tersebut sangat didukung oleh
terciptanya interaksi antara siswa dan guru, interaksi antar siswa sendiri.88
Strategi pemanfaatan literasi sangat sesuai untuk dilaksanakan dengan
87
Dirjendikdasmen, op.cit., hlm.10. 88
Sigit Mangun Wardoyo, op. cit., hlm. 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
menggunakan pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran sejarah
Indonesia. Siswa secara langsung memperoleh pengalaman melalui interaksi
dengan sesama anggota kelompok masing-masing dalam mencari informasi
melalui sumber-sumber baik buku maupun internet untuk menghasilkan produk
literasi yaitu puisi.
Pelaksanaan literasi di SMA Negeri 1 Kasihan diawali dari tahap
pembiasaan. Ketika tahap pembiasaan sudah terbentuk kemudian dilanjutkan pada
tahap pengembangan dan pembelajaran. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) saat ini
menjadi alternatif yang ditawarkan untuk mewujudkan upaya pendidikan literasi.
Tahapan GLS yang dimulai dari kegiatan pembiasaan dan pengembangan, pada
akhirnya harus sampai pada upaya penerapan literasi dalam pembelajaran.89
Guru
mengatakan bahwa telah menerapkan literasi dalam pembelajaran sejarah
Indonesia di kelas X IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan sesuai dengan tahap ketiga
dalam literasi yaitu tahap pembelajaran.
Pembelajaran sejarah hendaklah berorentasi pada pendekatan nilai.
Menyampaikan fakta memang sangat penting dalam pembelajaran sejarah, akan
tetapi juga tidak kalah penting adalah bagaimana mengupas fakta-fakta tersebut
dan mengambil intisari nilai yang terdapat di dalamnya sehingga pembelajar akan
menjadi lebih mawas diri sebagai akibat dari pemahaman nilai tersebut.90
Dengan
pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah membantu siswa dalam
menemukan dan menumbuhkan nilai-nilai karakter yang baik melalui berbagai
peristiwa atau kejadian sejarah yang bermakna bagi diri siswa.
89
Hendra Kurniawan, op. cit., hlm.5. 90
Heri Susanto, op. cit., hlm. 56.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Pelaksanaan literasi dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah
dibuat oleh guru. Pembelajaran dengan pemanfaatan literasi dilaksanakan pada
hari Rabu tanggal 2 Mei 2018 dan 8 Mei 2018. Dalam pertemuan ini peneliti
mengamati 4 indikator pencapaian kompetensi yaitu:
3.8.1 Mengidentifikasi sumber-sumber sejarah perkembangan kehidupan
masyakarat, pemerintah dan budaya pada masa kerajaaan-kerajaan Islam
di Indonesia.
3.8.2 Mengidentifikasi bukti-bukti sejarah perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintah dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia.
3.8.3 Menunjukkan letak kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
4.8.1 Menyajikan nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa
kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa
Indonesia pada masa kini dalam bentuk tulisan berupa puisi
Pada kegiatan pendahuluan seperti biasa guru memberikan salam,
mengecek siswa yang tidak masuk, menjelaskann tujuan pembelajaran,
melakukan apersepsi dan menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan
yang akan dilakukan.
Berdasarkan pengamatan peneliti, pada kegiatan inti guru menyampaikan
sedikit materi yang berkaitan dengan sumber-sumber perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintah dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia, bukti-bukti perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintah dan
budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta menunjukan letak
dari kerajaan-kerajaan Islam melalui video dan menampilkan PPT. Sedangkan
siswa diminta untuk mendengarkan dan menyimak dengan materi yang telah
ditayangkan dan ditampilkan. Jika ada yang tidak dipahami dengan materi siswa
bertanya kepada guru dan guru terlebih dahulu memberikan kesempatan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
siswa lain untuk menjawab. Ketika tidak siswa yang jawab kemudian guru
membantu untuk menjawab pertanyaan yang telah ditanyakan oleh siswa.
Setelah itu guru meminta siswa untuk membentuk kelompok yang masing-
masing terdiri dari 4-5 siswa dengan latar belakang siswa yang berbeda-beda.
Melalui pembentukan kelompok ini siswa bekerja sama dalam kelompok masing-
masing karena melalui pembelajaran sejarah Indonesia dengan pemanfaatan
literasi ini akan menghasilkan satu produk literasi yaitu puisi. Ketika anggota
kelompok masing-masing sudah terbentuk, guru menyarankan agar masing-
masing anggota kelompok menyepakati untuk memilih salah satu penanggung
jawab dalam kelompok.
Guru membagikan teks narasi terkait dengan sumber-sumber kehidupan
masyarakat, pemerintah dan budaya, bukti-bukti kehidupan masyarakat,
pemerintah dan budaya serta menunjukan letak keraja-kerajaan Islam di
Indonesia. Kemudian siswa memanfaatkan empat aktivitas yang ada dalam
literasi. Selanjutnya masing-masing anggota kelompok berdiskusi dalam
kelompok mereka tersebut. Menuliskan hal-hal yang penting yang ditemukan
dalam teks narasi untuk jadikan sebagai bahan dan materi untuk membuat puisi.
Selain itu juga siswa dapat mencari sumber atau bahan lain yang mendukung
untuk membuat puisi melalui sumber-sumber lain dan harus terkait dengan narasi
yang di dapat oleh masing-masing kelompok. Dalam pembelajaran sejarah
Indonesia guru telah menumbuhkan empat aktivitas dalam literasi seperti,
membaca, menyimak, menulis dan berbicara dalam diri siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Video dan power point merupakan media yang sangat cocok untuk
digunakan dalam pembelajaran sejarah. Hal ini dipengaruhi oleh pemanfaatan
media pembelajaran secara optimal dapat mempertinggi kualitas proses belajar
mengajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.91
Selanjutnya siswa mengamati materi tersebut, menanyakan, mengumpulkan
informasi bersama kelompok yang telah dibagikan, mengasosiasikan dan
mengkomunikasikan produk literasi yang dihasilkan tersebut yaitu puisi.
Berdasarkan pengamatan peneliti guru melakukan evaluasi pembelajaran
untuk melihat aspek kognitif dalam pembelajaran sejarah melalui literasi. Evaluasi
dilaksanakan untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang
dibahas dengan pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah. Soal yang
diberikan kepada siswa sebanyak 20 butir soal pilihan ganda yang disusun
berdasarkan kisi-kisi yang dibuat oleh guru sejarah.
Pada kegiatan penutup pembelajaran guru melakukan refleksi untuk
menemukan nilai-nilai yang bermakna bagi kehidupan siswa untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Refleksi tersebut dalam bentuk penayangan video
mengenai permasalahan yang terjadi di Yogyakarta tentang sebuah program
televisi yaitu pemandu acaranya yang tidak menghargai peninggalan kebudayaan
sejarah.
Pembelajaran literasi abad ke-21 memiliki tujuan utama untuk
memberikan kesempatan atau peluang kepada siswa dalam mengembangkan
dirinya sebagai komunikator yang kompoten dalam multikonteks, multikultur, dan
91
Aman, op.cit.,hlm. 119.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
multimedia. Tujuan pembelajaran literasi yang utama yaitu membentuk siswa
menjadi pembaca, penulis dan komunikator yang strategis, meningkatkan
kemampuan berpikir dan mengembangkan kebiasaan berpikir pada siswa,
meningkatkan dan memperdalam motivasi belajar siswa, mengembangkan
kemandirian siswa sebagai seorang pembelajaran yang kreatif, inovatif, produktif
dan sekaligus berkarakter.
Dengan pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia
memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan dirinya untuk
menuliskan puisi yang menarik berdasarkan ide-ide yang dimiliki dan juga
melalui sumber-sumber belajar lainnya yang mendukung dengan topik yang di
dapatkan oleh masing-masing kelompok.
Keberhasilan Kurikulum 2013 dalam membentuk kompetensi dan karakter
di sekolah dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang tampak dalam
setiap aktivitas siswa dan warga sekolah lainnya. Perilaku tersebut antara lain
diwujudkan dalam bentuk: kesadaran, kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan,
kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam bertindak, kecermatan, ketelitian, dan
komitmen.92
Begitupun dengan pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah
Indonesia dapat terlihat perilaku-perilaku yang sesuai dengan karakter dalam
Kurikulum 2013.
Motivasi merupakan salah satu unsur yang dapat terlaksananya prosses
pembelajaran. Motivasi ini tidak hanya dari sisi siswa tetapi juga dari sisi seorang
guru yang ingin tujuan pembelajarannya tercapai. Peranan guru dalam
92
Ibid., hlm. 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
menumbuhkan motivasi bagi siswa akan dapat jalan jika guru tersebut berada
dalam suatu kondisi tertentu. Yang dimaksud dengan kondisi tertentu adalah
bahwa, guru tersebut harus mempunyai kemampuan tertentu. Kemampuan-
kemampuan yang dapat mendukung bagi tercapainya motivasi untuk
membelajarkan siswa dikenal dengan kompetensi guru.
Siswa mengatakan bahwa pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah
Indonesia di kelas X IPS 2 dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan minat
baca baik dalam mata pelajaran sejarah maupun mata pelajaran lainnya. Kesan
siswa mengenai pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah membuat siswa
lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan, kemudian pembelajaran
sejarahnya menjadi lebih aktif daripada biasanya. Akan tetapi dalam pelaksanaan
pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia ada siswa yang
mengalami kendala karena kurangnya minat baca sehingga pembelajaran menjadi
lebih membosankan. Tetapi untuk mengatasi hal tersebut siswa mencari sumber-
sumber belajar lain melalui internet yang berkaitan dengan topik yang didapatkan
masing-masing kelompok.
3. Hasil Pembelajaran Sejarah Indonesia dengan Memanfaatkan Literasi di
SMA Negeri 1 Kasihan
Dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran sangat diperlukan untuk
mengetahui hasil penilaian dari proses pembelajaran itu sendiri. Secara umum,
penilaian merupakan proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui
pencapaian belajar siswa. Penilaian proses dan hasil belajar bertujuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
menentukan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dalam kurikulum atau perangkat perencanaan kegiatan pembelajaran lainnya. 93
Hasil belajar siswa dengan pemanfataan literasi dalam pembelajaran
sejarah meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga
aspek ini berkaitan dengan sistem penilaian hasil dalam Kurikulum 2013.
Pembelajaran sejarah, selain bertugas memberikan pengetahuan sejarah, tetapi
juga memperkenalkan nilai luhur bangsanya. Kedua hal ini tidak akan memiliki
arti bagi kehidupan siswa pada masa sekarang dan pada masa yang akan datang,
apabila siswa tidak memahami maknanya.94
Untuk mengevaluasi pembelajaran dengan pemanfaatan literasi dalam
pembelajaran sejarah, guru melakukan tes terhadap siswa di kelas X IPS 2.
Tesnya berupa tes tertulis yaitu pilihan ganda sebanyak 20 soal yang berkaitan
dengan materi sebelum dengan pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah.
Hasil evaluasi aspek pengetahuan (kognitif) sangat baik dari 32 siswa yang
mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70 sebanyak 30 siswa dengan
rata-rata 81,40, pesertase 93,75% dan 2 siswa yang tidak memenuhi KKM dengan
persentase 6,25% . Dengan demikian pemanfaatan literasi dalam pembelajaran
sejarah siswa memiliki pemahaman terhadap pengetahuan yang diperoleh dari
materi tersebut.
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada siswa kelas X IPS 2,
mereka memiliki ketertarikan dan dapat meengembangkan minat baca dengan
pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah dengan memperoleh persentase
93
Ibid., hlm. 74. 94
Ibid., hlm. 100.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
84,38% yang masuk dalam kategori tinggi dan 9,37% kategori sangat tinggi, dan
6,25% kategori sedang. Kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan
data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan
responden). Kuesioner diberikan kepada siswa dan kemudian siswa menjawab
pertanyaan atau pernyataan yang diberikan oleh peneliti. Dalam hal ini kuesioner
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur ketertarikan siswa terhadap
literasi melalui pembelajaran sejarah.
Penilaian hasil belajar yang terakhir adalah aspek psikomotorik. Dalam
aspek psikomotorik ini yang lebih ditekankan mengenai keterampilan atau skill
yang dimiliki siswa untuk dikembangkan. Produk l iterasi yang dihasilkan berupa
puisi, dari puisi ditampilkan menunjukan beberapa siswa dari kelompok yang
menampilkan puisi khususnya yang mewakili kelompoknya terlihat memiliki
keterampilan membacakan puisi dengan baik. Guru menilai keterampilan puisi
berdasarkan aspek-aspek yang digunakan untuk penilaian puisi. Aspek-aspek
tersebut meliputi kelayakan isi, penghayatan, intonasi, vokal dan gerak tubuh.
Dari kedelapan kelompok yang dibagikan oleh guru sejarah semuanya
mencapai KKM yang ditetapkan oleh pihak sekolah dengan perolehan rata-rata
82.5. Penilaian tersebut dilihat dari aspek-aspek kelayakan isi, penghayatan,
intonasi, vokal dan gerak tubuh. Berdasarkan pengamatan peneliti, antusias siswa
dalam membacakan puisi menarik. Pesan dan makna yang disampaikan melalui
puisi yang dibacakan tersampaikan kepada para pendengar sehingga membuat
siswa lebih mudah untuk memahami dan makna yang disampaikan teringat terus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Melalui pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia
khususnya berupa produk literasi yaitu puisi membuat siswa lebih mudah teringat
akan meteri yang sudah dijelaskan. Pembelajaran sejarah menjadi lebih
menyenangkan dan terkesan dapat memotivasi untuk berliterasi bukan hanya
ketika pembelajaran saja tetapi di luar waktu pelajaran juga.
Dalam pembelajaran sejarah Indonesia siswa tidak hanya dituntut untuk
memperoleh kemampuan kognitif saja. Akan tetapi melalui literasi dalam
pembelajaran sejarah Indonesia siswa juga memperoleh karakter yang baik yang
dapat diterapkan dalam kehidupan mereka ketika berada di tengah lingkungan
masyarakat. Dari video refleksi yang diberikan siswa dapat merefleksikan tentang
bagaimana untuk menghargai dan menghormati peninggalan-peninggalan sejarah..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah dilakukan dengan pemanfataan literasi dalam
pembelajaran sejarah Indonesia di SMA Negeri 1 Kasihan dapat diketahui hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Perencanaan yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran sejarah Indonesia
yang memanfaatkan literasi telah direncanakan dengan baik yaitu dengan
menyusun RPP yang memuat pembelajaran literasi. Penyusunan RPP
meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Selain itu untuk
mendukung proses pembelajaran guru menyiapkan bahan ajar berupa power
point materi, video yang berkaitan dengan materi, video refleksi, teks narasi,
instrumen penilaian keterampilan, kisi-kisi soal test dan soal test.
2. Pelaksanaan pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi di
SMA Negeri 1 Kasihan sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan RPP
yang telah dibuat oleh guru. Pada kegiatan pendahuluan membuka
pembelajaran hingga menjelaskan kegiatan yang dilakukan. Dalam kegiatan
inti, guru menyampaikan materi sejarah singkat melalui power poin dan
video. Kemudian membentuk kelompok untuk menghasilkan produk literasi
berupa puisi. Sedangkan untuk kegiatan penutup guru melakukan refleksi
untuk menemukan nilai-nilai yang berguna bagi siswa sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
3. Hasil pembelajaran sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam aspek kognitif yang
mencapai KKM sebanyak 30 siswa dengan perolehan rata-rata 81.40
(93,75%) dengan kategori sangat baik. Kemudian hasil aspek afektif
menunjukan bahwa sebagian besar siswa kelas X IPS 2 dapat meningkatkan
minat dan memotivasi siswa dengan pemanfaatan literasi melalui empat
keterampilam dalam pembelajaran sejarah Indonesia dengan perolehan
84,38% kategori tinggi dan 9,37% kategori sangat tinggi. Berdasarkan hasil
aspek psikomotorik berupa produk literasi yaitu puisi masing-masing
kelompok mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu 70
dengan dengan rata-rata nilai 82,5. Penilaian aspek-aspek puisi tersebut
meliputi kelayakan isi, penghayatan, intonasi, vokal dan gerak tubuh.
Dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi siswa
dapat menemukan nilai untuk menghargai dan menghormati peninggalan-
peninggalan sejarah melalui video refleksi yang ditayangkan oleh guru.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi sekolah diharapkan untuk selalu memantau pelaksanaan literasi yang
dicanangkan oleh pemerintah agar berjalan sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan pemerintah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
2. Bagi guru dapat memanfaatkan literasi dalam pembelajaran sejarah dengan
menggunakan literasi media agar pembelajaran berjalan lebih efektif. Guru
harus mampu bersaing dengan siswa dalam hal teknologi sehingga guru tidak
terkesan gagap teknologi.
3. Siswa diharapkan dengan serius melaksanakan literasi agar menjadi siswa
yang kritis, kreatif dan inovatif sesuai dengan perkembangan zaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid. 2011. Pengantar Ilmu
Sejarah. Yogayakarta: Penerbit Ombak.
Ali Imron. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Brian Garvei dan Mary Krug. 2015. Model-model Pembelajaran Sejarah.
Yogyakarta: Ombak.
Dakir. 2004. Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.
Direktoral Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2016. Tentang Desain Induk Gerakan Literasi.
Dyah Tri Palupi. 2016. Cara Mudah Memahami Kurikulum. Surabaya: Jaring
Pena.
Hamid Darmadi. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung:
Alfabeta.
Haris Herdiansyah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Heri Susanto. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan, dan Strategi
Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressido.
Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Karwono dan Heni Mularsih. 2017. Belajar dan Pembejaran: serta Pemanfaatan
Sumber Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya.
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Nusa Putra. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Ruslan Ahmadi. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Sigit Mangun Wardoyo. 2013. Pembelajaran Konstruktivisme: Teori dan Aplikasi
Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter. Bandung: Alfabeta.
Sudaryono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Suryosubroto. 2015. Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Yunus Abidin. 2015. Pembelajaran Multi Literasi. Bandung: PT Refika Aditama.
JURNAL:
Eko Nurdiyanti dan Edy Suryanto. 2010. Pembelajaran Literasi Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Surakarta
Universitas Sebelas Maret.
Hendra Kurniawan. 2018. Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Sejarah.
Historia Vitae. Vol.32. No. 1. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Lea Sakti Mitasari. 2017. Peran Kegiatan Literasi dalam Meningkatkan Minat
Membaca dan Menulis Siswa Kelas Atas di SDN Gumpang 1. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
INTERNET: https://jogja.antaranews.com/berita/342002/minat-baca-pelajar-diy-cukup-tinggi.
Di akses pada tanggal 8 Februari 2018, pukul 16.25.
https://gurudigital.id/jenis-pengertian-literasi-adalah/. Di akses pada tanggal 30
Mei 2018, pada pukul 12.11.
http://jogja.tribunnews.com/2014/12/21/minat-baca-warga-diy-masih-rendah. Di
akses pada tanggal 8 Februari 2018, pukul 16.25.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
INSTRUMEN OBSERVASI
Aktivitas Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran
Sejarah Indonesia yang dilakukan Guru
Hari/Tanggal : Rabu, 2 Mei 2018
Waktu : Jam pelajaran 3 dan 4 (08.45-10.15)
1. Amatilah aktivitas guru dalam melaksanakan proses evaluasi belajar
mengajar!
2. Tuliskan tanda cek pada kolom Ya atau Tidak sesuai keadaan yang diamati
atau didapatkan!
NO BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK
1. Guru membuka pelajaran dengan salam
2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
3. Guru mempersiapkan alat yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran
4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dan rencana kegiatan yang dilakukan
5. Guru memberi stimulus guna menghantarkan peserta
didik pada materi pelajaran
6. Guru mengarahkan peserta didik dalam pembelajaran
literasi
7. Guru menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik
dalam pelaksanaan pembelajaran literasi
8. Guru membimbing peserta didik agar dapat
menjalankan kegiatan pembelajaran literasi dengan
baik
9. Guru membimbing peserta didik untuk mengamati
bahan ajar yang sudah disediakan guru
10. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan
memahami bahan ajar yang disediakan guru
LAMPIRAN 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
11. Guru menjalankan pembelajaran literasi dengan
desain metode dan model pembelajaran yang telah
dirancang oleh guru
12. Guru menerapkan pembelajaran literasi dengan
menggunakan 4 aktivitas seperti membaca,
menyimak, menulis, dan berbicara
13. Guru menumbuhkan keceriaan dan antusiasme
peserta didik dalam pembelajaran literasi
14. Guru melakukan evaluasi pemanfaatan literasi dalam
mata pelajaran sejarah Indonesia dengan tes
15. Guru memberikan penugasan pada peserta didik
untuk menghasilkan produk dari pembelajaran
literasi
16. Merefleksikan materi pelajaran sejarah yang didapat
dari pembelajaran literasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA SISWA
Fokus Penelitian Indikator Butir-butir Pertanyaan NO
Pembelajaran
sejarah yang
memanfaatkan
literasi
Pelaksanaan
pembelajaran
sejarah yang
memanfaatka
n literasi
Kelebihan proses
pembelajaran sejarah
dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi
Kesulitan yang
dihadapi dalam proses
pembelajan sejarah
dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi
Cara mengatasi
kesulitan yang
dihadapi
Pemahaman yang
didapatkan dalam
pelajaran sejarah
dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi
Kesan peserta didik
dalam proses
pembelajaran sejarah
yang memanfaatkan
literasi
1
2
3
4
5
LAMPIRAN 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
PERTANYAAN WAWANCARA (UNTUK SISWA):
1. Apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi?
2. Apa kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
3. Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dihadapi?
4. Apa pemahaman yang didapatkan dalam pelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
5. Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
LAMPIRAN 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA (UNTUK GURU):
1. Bagaimana menurut bapak tentang gerakan literasi yang dicanangkan oleh
pemerintah.
2. Apakah guru pernah memperoleh sosialisasi atau pelatihan mengenai Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) ?
3. Bagaimana pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah ( GLS) di SMA Negeri 1
Ngaglik ?
4. Bagaimana antusias atau tanggapan peserta didik menegenai Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) yang dilaksanakan 15 menit sebelum proses pembelajaran
dimulai ?
5. Bagaimana yang guru ketahui mengenai Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada
tahap pembelajaran ?
6. Apakah guru pernah mencoba menerapkan literasi ( media) pada pembelajaran
sejarah ?
7. Apakah guru pernah memberikan tugas terkait dengan literasi ?
LAMPIRAN 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
DAFTAR NARASUMBER
Siswa SMA Negeri 1 Kasihan:
1. Ratma Devi A
2. Restu Anggi P
3. Fiony Widya A
4. Adnan Hidayat Purnama
5. Hannan RizkyBudi
6. Bilal Gifarly D
7. Mutiara Ghaitsa Zahira Shofa
8. Callista Nurul A
9. Anindita Murti
10. Sasha Putri N
11. Yosi Diah P
Guru Mata Pelajaran Sejarah Indonesia SMA Negeri 1 Kasihan:
12. Tavip Wahyudi R. M. Pd
LAMPIRAN 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
CATATAN LAPANGAN 1
Hasil Instrumen Observasi
Aktivitas Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran yang dilakukan Guru
Sekolah : SMA Negeri 1 Kasihan
Kelas : X IPS 2
Hari/Tanggal : Rabu, 2 Mei 2018 dan 8 Mei 2018
Waktu : Jam pelajaran 3 dan 4 (08.45-10.15)
1. Amatilah aktivitas guru dalam melaksanakan proses evaluasi belajar
mengajar!
2. Tuliskan tanda cek pada kolom Ya atau Tidak sesuai keadaan yang diamati
atau didapatkan!
NO BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK
1. Guru membuka pelajaran dengan salam √
2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik √
3. Guru mempersiapkan alat yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran
√
4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dan rencana kegiatan yang dilakukan
√
5. Guru memberi stimulus guna menghantarkan peserta
didik pada materi pelajaran
√
6. Guru mengarahkan peserta didik dalam pembelajaran
literasi
√
7. Guru menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik
dalam pelaksanaan pembelajaran literasi
√
8. Guru membimbing peserta didik agar dapat
menjalankan kegiatan pembelajaran literasi dengan
baik
√
LAMPIRAN 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
9. Guru membimbing peserta didik untuk mengamati
bahan ajar yang sudah disediakan guru
√
10. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan
memahami bahan ajar yang disediakan guru
√
11. Guru menjalankan pembelajaran literasi dengan
desain metode dan model pembelajaran yang telah
dirancang oleh guru
√
12. Guru menerapkan pembelajaran literasi dengan
menggunakan 4 aktivitas seperti membaca,
menyimak, menulis, dan berbicara
√
13. Guru menumbuhkan keceriaan dan antusiasme
peserta didik dalam pembelajaran literasi
√
14. Guru melakukan evaluasi pemanfaatan literasi dalam
mata pelajaran sejarah Indonesia dengan tes
√
15. Guru memberikan penugasan pada peserta didik
untuk menghasilkan produk dari pembelajaran
literasi
√
16. Merefleksikan materi pelajaran sejarah yang didapat
dari pembelajaran literasi
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
CATATAN LAPANGAN 2
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran Sejarah
Indonesia di SMA Negeri 1 Kasihan
Peneliti : Emilda Eva Ariani
Responden : Ratma Devi A
Kelas : X IPS 2
Waktu : Jumat, 25 Mei 2018
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Kalau sebelumnya yang dipikiran saya literasi itu hanya membaca saja, na
setelah kegiatan pembelajaran kemarin itu saya tau ternyata literasi itu
bukan hanya baca tapi juga nyimak, nulis dan berbicara. Pelajaran sejarah
kemarin yang dibawahkan oleh guru itu mengandung semuanya itu.
Pertama-tama kami diberikan teks untuk membaca dan teman-teman
dalam kelompok kami menyimak teks yang dibacakan. Kemudian kami
dibelajar membuatkan puisinya dan setelah itu praktek membacakan
puisinya. Jadi semua keterampilan dalam literasi itu diajarin. Dan
membuat saya lebih mudah memahami dan mengingat materi sejarah
P : Apa kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Kesulitannya itu kan kemarin disuruh buat puisi sebelum membuat puisi
kan baca dulu, nyimak, dan memahami konteksnya. Kesulitannya itu
waktu membuat puisinya itu kurang memahami isi teks bacaannya.
P : Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dihadapi?
LAMPIRAN 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
I : Kalau saya cara mengatasinya itu membaca berulang-ulang, coba
dengarin penjelasan lebih lanjut, cari juga dari internet yang berkaitan
dengan materi kami. Ketika kami sudah benar-benar memahami materi itu
baru kami nulis puisinya itu.
P : Apa pemahaman yang didapatkan dalam pelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Pemahamannya saya lebih tau yang ada di literasi. Kami lebih tau tentang
materi yang didapatkan. Ketika menyimak saat teman-teman lain
membacakan puisinya jadi lebih mengerti. Prakteknya itu jadi terus ingat
terus tanpa harus menghafal.
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi?
I : Kesanya itu metode mengajarnya bagus, mudah diingat materinya.
Biasanya kan sejarah itu menghafal tapi kemari itu lebih ke pemahaman.
Biasanya kalau hafalan itu sekali menghafalkan hilang tapi kalau
pemahaman itu lebih tertanam dan teringat terus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
CATATAN LAPANGAN 3
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran Sejarah
Indonesia di SMA Negeri 1 Kasihan
Peneliti : Emilda Eva Ariani
Responden : Restu Anggi P
Kelas : X IPS 2
Waktu : Jumat, 25 Mei 2018
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Kalau menurut kelebihannya itu kita dapat lebih bisa memenej waktu kita
untuk mencari dan menggali pembelajaran yang lebih lagi dengan
membaca. Dengan adanya pembelajaran literasi dalam pelajaran sejarah
kita dapat menggali informasi melalui membaca yang berkaitan dengan
materi yang sudah dibagikan.
P : Apa kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Menurut saya sudah bagus tapi kekurangannya itu kaya kita agak susah
untuk membagi-bagi materinya karena dalam kelompok kita ada empat
orang sementara teks narasinya itu yang diberikan hanya satu. Jadi tidak
bisa membaca dengan fokus. Dan dalam kelompok saya kurang ada
kompromi lebih lanjut. Tapi bisa diimbangi pas uda dikelas, jadi puisi
yang dibuat sudah lebih bagus.
P : Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dihadapi?
LAMPIRAN 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
I : Cara menghadapi kesulitannya, dalam kelompok kita membagi tugas
antar teman kelompok. Na, dari membagi tugas itu kemudian kami
mengumpulkan semua pendapat dari anggota kelompok saya dan mencari
mana yang terbaik berdasarkan mufakat bersama teman kelompok. Dan
akhirnya kesulitan itu dapat diatasi.
P : Apa pemahaman yang didapatkan dalam pelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Dengan adanya pembelajaran literasi dalam pelajaran sejarah saya dapat
memahami materi yang diberikan ke kelompok saya. Apalagi dengan
memanfaatkan keterampilan dalam literasi itu membantu untuk menggali
banyak informasi lagi mengenai pelajaran sejarah
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Kesannya itu pembelajaran dengan memanfaatkan literasi ini dapat
memotivasi siswa dalam pembelajaran. Karena dapat menggali minat baca
siswa tersebut untuk menjadi siswa yang lebih gemar membaca baik
dalam pelajaran sejarah maupun pelajaran lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
CATATAN LAPANGAN 4
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran Sejarah
Indonesia di SMA Negeri 1 Kasihan
Peneliti : Emilda Eva Ariani
Responden : Fiony Widya A.
Kelas : X IPS 2
Waktu : Jumat, 25 Mei 2018
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Menurut saya ketika menggunakan pembelajaran literasi dalam pelajaran
sejarah itu bisa lebih paham sama materinya. Terus juga dapat menambah
minat baca juga.
P : Apa kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Kendalanya memberikan teksnya itu saya masih ada malas untuk
membaca teksnya.
P : Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dihadapi?
I : Meningkatkan minat baca saya lagi dan menumbuhkan rasa ingin tahunya
biar mau membaca agar dapat menambah pengetahuan khususnya sejarah
P : Apa pemahaman yang didapatkan dalam pelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Jadi lebih memahami tentang kerajaan Aceh karena kemarin kelompok
saya dapat meteri kerajaan Aceh. Jadi bisa lebih memahami tentang
LAMPIRAN 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
sejarahnya dan lain sebagainya.
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Kesannya kalau menurut saya media pembelajaran sejarahnya harus
dibuat lebih menarik lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
CATATAN LAPANGAN 5
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran Sejarah
Indonesia di SMA Negeri 1 Kasihan
Peneliti : Emilda Eva Ariani
Responden : Adnan Hidayat Purnama
Kelas : X IPS 2
Waktu : Jumat, 25 Mei 2018
Keterangan P: Informan
I: Peneliti
P : Apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Kelebihannya menurut saya yaitu saya dapat mengerti meteri-materi
sejarah yang diberikan melalui pembelajaran yang memanfaatkan literasi
ini.
P : Apa kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Kesulitannya yaitu karena berkaitan dengan membaca saya biasanya
mudah mengantuk.
P : Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dihadapi?
I : Caranya yaitu harus tetap fokus dan kosentrasi dalam mendengarkan
pembelajaran yang diberikan.
P : Apa pemahaman yang didapatkan dalam pelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Pemahaman yang didapatkan itu membuat saya yang dulunya kurang
LAMPIRAN 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
mengerti dan menjadi lebih mengerti. Dan wawasan saya juga semakin
menambah.
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Kesannya saya sangat senang sekali dengan pembelajaran sejarah yang
memanfaatkan pembelajaran literasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
CATATAN LAPANGAN 6
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran Sejarah
Indonesia di SMA Negeri 1 Kasihan
Peneliti : Emilda Eva Ariani
Responden : Hannan RizkyBudi
Kelas : X IPS 2
Waktu : Jumat, 25 Mei 2018
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Menurut saya kelebihannya itu lebih efektif dan materinya itu
tersampaikan dengan baik melalui pembelajaran literasi ini.
P : Apa kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Kesulitannya itu saya merasa bosan karena saya kurang suka membaca.
P : Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dihadapi?
I : Saya mengatasinya itu saya mencari sumber-sumber belajar lain yang
membuat saya lebih mudah mengerti dengan materi yang didapatkan oleh
kelompok saya.
P : Apa pemahaman yang didapatkan dalam pelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Saya jauh lebih paham dari sebelumnya. Karena menurut saya ini lebih
efektif dan menghemat waktu.
LAMPIRAN 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Kesan saya sangat menyenangkan dan juga mengasyikkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
CATATAN LAPANGAN 7
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran Sejarah
Indonesia di SMA Negeri 1 Kasihan
Peneliti : Emilda Eva Ariani
Responden : Bilal Gifarly D
Kelas : X IPS 2
Waktu : Jumat, 25 Mei 2018
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Kalau menurut saya dengan literasi itu berarti kita membaca sendiri.
Melalui materi yang dibagikan kemarin itu, saya lebih memahami materi
disampaikan melalui membaca sendiri dari pada mendengarkan.
P : Apa kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Kesulitannya itu saya kurang memiliki minat baca untuk mempelajari
materi yang dibagikan.
P : Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dihadapi?
I : Caranya itu mencari sumber-sumber lain di internet yang berkaitan
dengan materi saya atau dari sumber lain yang mendukung untuk materi
saya.
P : Apa pemahaman yang didapatkan dalam pelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
LAMPIRAN 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
I : Saya lebih paham mengenai sejarah dan lainya yang berkaitan dengan
kerajaan Goa-Tallo dan kerajaan lainnya.
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi itu mengasyikan dan
sedikit monoton.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
CATATAN LAPANGAN 8
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran Sejarah
Indonesia di SMA Negeri 1 Kasihan
Peneliti : Emilda Eva Ariani
Responden : Mutiara Ghaitsa Zahira Shofa
Kelas : X IPS 2
Waktu : Jumat, 25 Mei 2018
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Melalui pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi pengetahuan
saya semakin bertambah.
P : Apa kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Kelasnya engga kondusif karena ketika disuruh membaca oleh guru
masing-masing kelompok membaca dengan suara yang lumayan keras
sehingga membacanya menjadi tidak fokus.
P : Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dihadapi?
I : Caranya itu kelompok kami mencari sumber-sumber lain dulu di internet
yang berkaitan dengan materi kemudian ketikamasing-masing kelompok
sudah selesai membaca dan kelas sudah lebih kondusif baru saya
membaca teks narasi yang dibagikan guru.
P : Apa pemahaman yang didapatkan dalam pelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
LAMPIRAN 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
I : Melalui puisi-puisi yang ditampilkan saya dapat memahami materi-materi
yang berkaitan dengan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan membuat
saya lebih mudah diingat materinya.
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Kesan saya menarik, menyenangkan dan tidak membosankan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
CATATAN LAPANGAN 9
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran Sejarah
Indonesia di SMA Negeri 1 Kasihan
Peneliti : Emilda Eva Ariani
Responden : Callista Nurul A
Kelas : X IPS 2
Waktu : Jumat, 25 Mei 2018
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Kelebihanya itu saya lebih paham apalagi melalui keterampilan-
keterampilan dalam berliterasi seperti membaca, menulis, menyimak dan
berbicara.
P : Apa kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Tidak fokus dalam pembelajaran karena mengantuk.
P : Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dihadapi?
I : Mencari sumber belajar lain yang mempermudah saya untuk memahami
materi yang didapatkan kelompok saya.
P : Apa pemahaman yang didapatkan dalam pelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Pemahamannya saya lebih mudah mengerti melalui puisi yang dibuat dan
LAMPIRAN 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
dan puisi yang dibacakan oleh kelompok lain.
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Awalnya agak bingung karena belum pernah ada motode pembelajaran
yang seperti itu. Ternyata ketika proses pembelajaran itu berjalan menjadi
menyenangkan dan ketagihan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
CATATAN LAPANGAN 10
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran Sejarah
Indonesia di SMA Negeri 1 Kasihan
Peneliti : Emilda Eva Ariani
Responden : Anindita Murti
Kelas : X IPS 2
Waktu : Jumat, 25 Mei 2018
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Saya bisa memahami dan memperdalam pengetahuan yang diberikan.
P : Apa kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Cepat bosan dan ada bebapa poin dalam materi yang didapatkan
kelompok saya kurang dimengerti.
P : Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dihadapi?
I : Saya akan mencari poin dalam materi saya itu melalui sumber lain seperti
internet.
P : Apa pemahaman yang didapatkan dalam pelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Saya jadi lebih mengerti tentang kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
LAMPIRAN 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
I : Kesan saya media pembelajaran harus lebih menarik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
CATATAN LAPANGAN 11
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran Sejarah
Indonesia di SMA Negeri 1 Kasihan
Peneliti : Emilda Eva Ariani
Responden : Sasha Putri N
Kelas : X IPS 2
Waktu : Jumat, 25 Mei 2018
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Kelebihannya saya dapat mengetahui lebih detail tentang materi yang
didapatkan kelompok saya.
P : Apa kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Cepat bosan dan mengantuk.
P : Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dihadapi?
I : Mencari sumber-sumber materi yang lebih mudah saya pahami.
P : Apa pemahaman yang didapatkan dalam pelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Lebih membantu saya untuk memahami materi tentang kerajaan Pajang
lebih dalam dan kerajaan lainnya.
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan
LAMPIRAN 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Kesannya memiliki metode belajar yang baru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
CATATAN LAPANGAN 12
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran Sejarah
Indonesia di SMA Negeri 1 Kasihan
Peneliti : Emilda Eva Ariani
Responden : Yosi Diah P
Kelas : X IPS 2
Waktu : Jumat, 25 Mei 2018
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Menurut saya kelebihannya yaitu saya dapat lebih mudah menangkap
materi dengan memanfaatkan literasi.
P : Apa kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Kesulitannya cepat bosan dan kurang suka membaca.
P : Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dihadapi?
I : Saya membaca materi yang didapatkan kelompok saya tersebut dengan
tidak terpaksa. Kalau saya sudah mulai bosan biasanya saya istirahat atau
refresing dulu biar nanti bisa membaca lagi.
P : Apa pemahaman yang didapatkan dalam pelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Saya menjadi lebih paham salam pembelajaran sejarah.
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan
LAMPIRAN 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
memanfaatkan pembelajaran literasi?
I : Saya merasa senang sekali. Karena saya menemukan metode belajar yang
menurut saya sangat efektif untuk saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
CATATAN LAPANGAN 13
WAWANCARA GURU
Topik/Judul : Pemanfaatan Literasi dalam Pembelajaran Sejarah
Indonesia di SMA Negeri 1 Kasihan
Peneliti : Emilda Eva Ariani
Responden : Tavip Wahyudi R. M.Pd
Kelas : X IPS 2
Waktu : Senin, 4 Juni 2018
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Bagaimana menurut bapak tentang gerakan literasi yang dicanangkan oleh
pemerintah.
I : Gerakan literasi yang dicanangkan oleh pemerintah menurut saya sangat
baik dalam membantu menumbuhkan minat baca pada diri siswa. Selain
itu juga melalui gerakan literasi guru mempe
P : Apakah guru pernah memperoleh sosialisasi atau pelatihan mengenai
Gerakan Literasi Sekolah?
I : Sosialisasi mengenai gerakan literasi sudah pernah diikuti secara umum
oleh semua guru di SMA Negeri 1 Kasihan. Akan tetapi untuk
pengadministrasian yang dimulai dari penyusunan jadwal literasi dan
sebagian lainnya yang berkaitan dengan literasi merupakan tanggung
jawab guru bahasa.
P : Bagaimana pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah ( GLS) di SMA Negeri
1 Kasihan?
I : Pelaksanaan gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 1 Kasihan
sudah berjalan kurang lebih dua tahun. Ketika tahun awal-awal di
mulainya kegiatan literasi kebanyakan anak-anak masih bingung
LAMPIRAN 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
mengenai literasi. Ketika pelaksanaan pada tahap pembiasaan 15 menit
sebelum pembelajaran belum kondusif. Hanya 4-5 persen yang mengikuti
sedangkan yang lain sibuk sama kegiatan masing-masing seperti main
smart phone. Sedangkan ketikan tahun ajaran 2017/2018 kegiatan literasi
sudah mulai kondusif karena sekarang di setiap kelas sudah mempunyai
invetaris buku karena setiap siswa wajib membawa buku yang ditinggal di
kelas kemudian dikasih kode untuk bergantian membaca dengan siswa
lainnya. Buku yang diwajibkan di SMA Negeri 1 Kasihan harus buku yan
bukan buku mata pelajaran.
P : Bagaimana antusias atau tanggapan peserta didik mengenai Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) yang dilaksanakan 15 menit sebelum proses
pembelajaran dimulai ?
I : Tanggapan siswa terhadap literasi yang dilaksanakan 15 menit sebelum
pembelajaran awalnya masih belum berjalan dengan kondusif karena
mereka belum mengetahui mengenai literasi itu sendiri akan tetapi di
tahun kedua pelaksanaan kegiatan 15 menit itu sudah mulai berjalan
dengan cukup baik.
P : Bagaimana yang guru ketahui mengenai Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
pada tahap pembelajaran ?
I : Yang saya ketahui mengenai tahap pembelajaran itu guru sudah harus
menerapkan literasi dalam pembelajaran. kalau saya sudah diterapkan
dalam pelajaran sejarah biasanya saya menyuruh anak-anak untuk
berliterasi terlebih dahulu biasanya membaca buku yang berkaitan dengan
materi yang akan dibahas agar pembelajarannya dapat berjalan efektif dan
paling tidak anak-anak sudah mengetahui beberapa inti dari materi yang
akan dibahas.
P : Apakah guru pernah mencoba menerapkan literasi (media) pada
pembelajaran sejarah ?
I : Berkaitan dengan literasi media saya sering menerapkan dalam
pembelajaran sejarah. Karena sekarang anak-anak sudah mempunyai HP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
android jadi anak-anak saya suruh untuk mencari materi yang dibahas di
internet karena mungkin di buku kurang lengkap. Nanti dari meteri yang
mereka dapat saya menyuruh mereka untuk menyimpan dan nanti
ditayangkan atau dipresentasikan kepada teman-teman lainya. Materi
tersebut disimpan sebagai materi tambahan juga.
P : Apakah guru pernah memberikan tugas terkait dengan literasi ?
I : Saya sering memberikan tugas yang berkaitan dengan literasi. Biasanya
diakhir semester tugasnya individu siswa disuruh mengunjungi museum-
museum yang ada di Yogyakarta kemudian disuruh meringkas dan
melaporkan hasilnya. Kemudian tugas kelompok juga sama saya
memberikan materi kemudian mencari di Internet atau dibuku dan hasil
dipresentasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
SILABUS MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA KELAS X
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.1 Memahami konsep berpikir
kronologis, diakronik, sinkronik,
ruang, dan waktu dalam sejarah
4.1 Menyajikan hasil penerapan konsep
berpikir kronologis, diakronik,
sinkronik, ruang, dan waktu dalam
peristiwa sejarah dalam bentuk
tulisan atau bentuk lain
Cara Berpikir Sejarah
Cara berpikir kronologis
dalam mempelajari sejarah
Cara berpikir diakronik dalam
mempelajari sejarah
Cara berpikir sinkronik dalam
mempelajari sejarah
Membaca buku teks dan/melihat tayangan film
pendek tentang aktivitas manusia sehari-hari
Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanya
jawab/berdiskusi tentang informasi tambahan
yang belum dipahami/ingin diketahui sebagai
klarifikasi tentang konsep berpikir kronologis,
diakronik, sinkronik, ruang, dan waktu dalam
sejarah
Mengumpulkan informasi terkait dengan
konsep berpikir kronologis, diakronik,
sinkronik, ruang, dan waktu dalam sejarah dari
sumber tertulis, sumber lainnya dan/atau
internet.
Menganalisis hasil informasi mendapatkan
kesimpulan tentang konsep berpikir kronologis,
diakronik, sinkronik, ruang, dan waktu dalam
sejarah
Menyajikan secara tertulis kesimpulan tentang
konsep berpikir kronologis, diakronik,
sinkronik, ruang, dan waktu dalam sejarah
LAMPIRAN 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.2 Memahami konsep perubahan dan
keberlanjutan dalam sejarah
4.2 Menerapkan konsep perubahan dan
keberlanjutan dalam mengkaji
peristiwa sejarah
Konsep Perubahan dan
Keberlanjutan
Makna perubahan
Makna keberlanjutan
Membaca buku teks dan/melihat tayangan film
pendek tentang aktivitas manusia sehari-hari
Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanya
jawab/berdiskusi tentang informasi tambahan
yang belum dipahami/ingin diketahui sebagai
klarifikasi tentang konsep perubahan dan
keberlanjutan dalam sejarah
Mengumpulkan informasi terkait dengan
konsep perubahan dan berkelanjutan dalam
sejarah dari sumber tertulis, sumber lainnya
dan/atau internet
Menganalisis hasil informasi mendapatkan
kesimpulan tentang konsep perubahan dan
berkelanjutan dalam sejarah
Menyajikan secara tertulis kesimpulan tentang
konsep perubahan dan berkelanjutan dalam
sejarah
3.3 Menganalisis kehidupan manusia
purba dan asal-usul nenek moyang
bangsa Indonesia (Melanesoid, Proto,
dan Deutero Melayu)
3.4 Memahami hasil-hasil dan nilai-nilai
budaya masyarakat praaksara
Indonesia Zaman Praaksara: Awal
Kehidupan Manusia Indonesia
Manusia purba
Asal-usul nenek moyang
bangsa Indonesia
Corak kehidupan masyarakat
Hasil-hasil budaya masyarakat
Membaca buku teks dan/atau melihat gambar-
gambar tentang aktifitas kehidupan masyarakat
zaman praaksara, peta persebaran asal-usul
nenek moyang bangsa Indonesia dan
peninggalan hasil kebudayaan pada zaman
praaksara.
Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Indonesia dan pengaruhnya dalam
kehidupan lingkungan terdekat
4.3. Menyajikan informasi mengenai
kehidupan manusia purba dan asal-
usul nenek moyang bangsa
Indonesia (Melanesoid, Proto, dan
Deutero Melayu) dalam bentuk
tulisan
4.4. Menyajikan hasil-hasil dan nilai-
nilai budaya masyarakat praaksara
Indonesia dan pengaruhnya dalam
kehidupan lingkungan terdekat
dalam bentuk tulisan
Nilai-nilai budaya masyarakat
jawab/berdiskusi tentang informasi tambahan
yang belum dipahami/ingin diketahui sebagai
klarifikasi tentang kehidupan manusia purba,
asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia,
hasil-hasil budaya dan nilai-nilai budaya zaman
praaksara
Mengumpulkan informasi terkait dengan
pertanyaan mengenai kehidupan manusia
purba, asal-usul nenek moyang bangsa
Indonesia, hasil-hasil dan nilai-nilai budaya
masyarakat praaksara melalui bacaan sumber-
sumber yang ada di museum atau peninggalan-
peninggalan yang ada di lingkungan terdekat
Menganalisis informasi dan data-data yang
didapat baik dari bacaan maupun dari sumber-
sumber lain yang terkait untuk mendapatkan
kesimpulan tentang kehidupan manusia purba,
asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia,
hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat
praaksara Indonesia
Menyajikan informasi dalam bentuk laporan
tertulis mengenai ; kehidupan manusia purba,
asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia,
hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat
praaksara Indonesia dan pengaruhnya dalam
kehidupan lingkungan terdekat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.5 Menganalisis berbagai teori tentang
proses masuknya agama dan
kebudayaan Hindu dan Buddha ke
Indonesia
3.6 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,
pemerintahan, dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Hindu dan
Buddha di Indonesia serta
menunjukkan contoh bukti-bukti
yang masih berlaku pada kehidupan
masyarakat Indonesia masa kini
4.5. Mengolah informasi tentang proses
masuknya agama dan kebudayaan
Hindu dan Buddha ke Indonesia
serta pengaruhnya pada kehidupan
masyarakat Indonesia masa kini serta
mengemukakannya dalam bentuk
tulisan
4.6. Menyajikan hasil penalaran dalam
bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan
unsur budaya yang berkembang pada
masa kerajaan Hindu dan Buddha
Indonesia Zaman Hindu dan
Buddha: Silang Budaya Lokal dan
Global Tahap Awal
Teori-teori masuknya agama
dan kebudayaan Hindu dan
Buddha
Kerajaan-kerajaan Hindu dan
Buddha
Bukti-bukti kehidupan
pengaruh Hindu dan Buddha
yang masih ada sampai masa
kini
Membaca buku teks dan/atau melihat gambar-
gambar peninggalan zaman Hindu dan Buddha
di Indonesia
Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanya
jawab/berdiskusi tentang informasi tambahan
yang belum dipahami/ingin diketahui sebagai
klarifikasi tentang teori masuknya agama dan
kebudayaan Hindu dan Buddha, perkembangan
masyarakat, pemerintahan dan budaya kerajaan-
kerajaan Hindu dan Buddha, serta bukti-bukti
pengaruh Hindu dan Buddha yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini.
Mengumpulkan informasi terkait dengan
pertanyaan mengenai teori masuknya agama
dan kebudayaan Hindu dan Buddha,
perkembangan masyarakat, pemerintahan dan
budaya kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha,
serta bukti-bukti pengaruh Hindu dan Buddha
yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini melalui bacaan,
pengamatan terhadap sumber-sumber zaman
Hindu dan Budha yang ada di museum atau
peninggalan-peninggalan yang ada di
lingkungan terdekat
Menganalisis informasi dan data-data yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
yang masih berkelanjutan dalam
kehidupan bangsa Indonesia pada
masa kini
didapat dari bacaan maupun sumber-sumber
lain yang terkait untuk mendapatkan
kesimpulan tentang teori masuknya agama dan
kebudayaan Hindu dan Buddha, perkembangan
masyarakat, pemerintahan dan budaya kerajaan-
kerajaan Hindu dan Buddha, serta bukti-bukti
pengaruh Hindu dan Buddha yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini
Menyajikan informasi dalam bentuk laporan
tertulis mengenai teori masuknya agama dan
kebudayaan Hindu dan Buddha, perkembangan
masyarakat, pemerintahan dan budaya kerajaan-
kerajaan Hindu dan Buddha, serta bukti-bukti
pengaruh Hindu dan Buddha yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini
3.7 Menganalisis berbagai teori tentang
proses masuknya agama dan
kebudayaan Islam ke Indonesia
3.8 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat, pemerintahan
dan budaya pada masa kerajaan-
kerajaan Islam di Indonesia serta
Zaman Kerajaan-Kerajaan Islam
di Indonesia
Teori-teori masuknya agama
dan kebudayaan Islam
Kerajaan-kerajaan Islam
Bukti-bukti kehidupan
pengaruh Islam yang masih ada
Membaca buku teks dan melihat gambar-
gambar peninggalan zaman kerajaan Islam di
Indonesia
Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanya
jawab/berdiskusi tentang informasi tambahan
yang belum dipahami/ingin diketahui sebagai
klarifikasi tentang teori masuknya agama dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
menunjukkan contoh bukti-bukti
yang masih berlaku pada kehidupan
masyarakat Indonesia masa kini
4.7. Mengolah informasi teori tentang
proses masuknya agama dan
kebudayaan Islam ke Indonesia
dengan menerapkan cara berpikir
sejarah, serta mengemukakannya
dalam bentuk tulisan
4.8. Menyajikan hasil penalaran dalam
bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan
unsur budaya yang berkembang pada
masa kerajaan Islam dan masih
berkelanjutan dalam kehidupan
bangsa Indonesia pada masa kini
sampai masa kini kebudayaan Islam, perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta
menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini
Mengumpulkan informasi terkait dengan
pertanyaan tentang teori masuknya agama dan
kebudayaan Islam, perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta
menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini melalui bacaan, pengamatan terhadap
sumber-sumber zaman kerajaan-kerajaan Islam
yang ada di museum atau peninggalan-
peninggalan yang ada di lingkungan terdekat
Menganalisis informasi dan data-data yang
didapat baik dari bacaan maupun dari sumber-
sumber lain yang terkait untuk mendapatkan
kesimpulan tentang teori masuknya agama dan
kebudayaan Islam, perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang
masih berlaku pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Menyajikan informasi dalam bentuk laporan
tertulis tentang teori masuknya agama dan
kebudayaan Islam, perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta
menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMA NEGERI 1 KASIHAN
Kelas/Semester : X/2
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Materi Pokok : Pengaruh Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
Alokasi Waktu : 4X45 menit
Jumlah Pertemuan : 2
A. Kompetensi Inti
Kompetensi sikap spiritual yaitu “Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya”. Adapun rumusan kompetensi sikap sosial yaitu “Memiliki sikap
jujur, disiplin, kerjasama, responsif, dan proaktif dalam mencari solusi
permasalahan, sehingga dapat menyadari dirinya sebagai mahkluk ciptaan yang
Maha Kuasa serta menjalankan kewajibannya sesuai dengan agama yang
dianutnya”.
KI.3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
procedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
LAMPIRAN 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
KI.4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar
Pengetahuan Keterampilan
No Uraian No Uraian
3.8 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,
pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia serta menunjukkan
contoh bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan
masyarakat Indonesia masa kini
4.8 Menyajikan hasil penalaran
dalam bentuk tulisan tentang
nilai-nilai dan unsur budaya
yang berkembang pada masa
kerajaan Islam dan masih
berkelanjutan dalam
kehidupan bangsa Indonesia
pada masa kini
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.8.1 Mengidentifikasi sumber-
sumber sejarah perkembangan
kehidupan masyakarat,
pemerintah dan budaya pada
masa kerajaaan-kerajaan Islam
di Indonesia.
4.8.1 Menyajikan nilai-nilai dan
unsur budaya yang
berkembang pada masa
kerajaan Islam dan masih
berkelanjutan dalam
kehidupan bangsa Indonesia
pada masa kini dalam bentuk
tulisan berupa puisi 3.8.2 Mengidentifikasi bukti-bukti
sejarah perkembangan
kehidupan masyarakat,
pemerintah dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Islam
di Indonesia.
3.8.3 Menunjukan letak kerajaan-
kerajaan Islam di Indonesia
3.8.4 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,
pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan Samudra Pasai
di Indonesia
3.8.5 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,
pemerintahan dan budaya pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Kompetensi Dasar
Pengetahuan Keterampilan
No Uraian No Uraian
masa kerajaan Malaka di
Indonesia
3.8.6 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,
pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan Aceh
3.8.7 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,
pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan Demak
3.8.8 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,
pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan Pajang
3.8.9 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,
pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan Mataram
3.8.10 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,
pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan Gowa-Tallo
3.8.11 Menganalisis karakteristik
kehidupan masyarakat,
pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan Ternate Dan
Tidore
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui model Cooperative learning berbasis literasi, peserta didik
diharapkan dapat menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat,
pemerintahan dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta
menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini sekaligus mampu menyajikan hasil penalaran dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan
Islam dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.
Selain itu dengan menggunakan pembelajaran aktif dan bermakna yang berbasis
literasi, peserta didik juga dapat memiliki ketertarikan terhadap literasi dalam
pembelajaran sejarah.
D. Materi Pembelajaran
Zaman Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
Bukti-bukti kehidupan pengaruh Islam yang masih ada sampai masa kini.
E. Pendekatan/ Model/ Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran : Student Center Learning
2. Model Pembelajaran : Cooperative Learning Tipe Number Heads
Together
3. Metode Pembelajaran : Ceramah, tanyajawab, diskusi, dan
penugasan.
F. Media Pembelajaran
1. Alat : LCD proyektor, speaker dan leptop
2. Bahan : Video mengenai zaman Kerajaan-Kerajaan Islam
di Indonesia
Power point mengenai Zaman Kerajaan-Kerajaan
Islam di Indonesia
Gambar-gambar mengenai bukti-bukti kehidupan
pengaruh Islam yang masih ada sampai masa kini
khususnya di Yogyakarta
Teks narasi yang berkaitan dengan delapan
kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia yaitu
Samudra Pasai, Kerajaan Aceh, Kesultanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram
Islam, Kerajaan Gowa-Tallo, Kerajaan Ternate-
Tidore, dan Kerajaan Malaka.
G. Sumber Belajar
Hapsari Ratna dan M. Adil. 2012. Sejarah Indonesia Jilid 1 untuk SMA/MA Kelas
X Kelompok Wajib. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sumber Internet
https://www.google.com/search?q=gambar+demak&tbm=isch&source=iu&ictx=1
&fir=EU_Vo__5zQD3FM%253A%252CbV7ZBf-
eJ9xtGM%252C_&usg=__tkfCx5EoILUyWth24tZtEK1jZK8%3D&sa=X&ved=
0ahUKEwiNhLKHn-
TaAhUCybwKHQr3CjgQ9QEINTAG#imgrc=EU_Vo__5zQD3FM:
http://wawasansejarah.com/sejarah-kesultanan-indonesia/ dan alamat lainnya
terkait.
Lingkungan:
Hasil kebudayaan Islam di DIY, misalnya Keraton Kesultanan Yogyakarta,
H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
IPK: 3.8.1,3.8.2,3.8.3
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan
salam.
Guru mengajak peserta didik
berdoa
Guru memeriksa kehadiran peserta
didik
Guru melakukan apresepsi dengan
menanyakan materi minggu lalu
pada peserta didik
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran kepada peserta didik.
Guru menyampaikan garis besar
cakupan materi dan kegiatan yang
akan dilakukan.
10 menit
Kegiatan Inti a. Orientasi masalah (mengamati) 70 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Guru menayangkan video yang
berkaitan sumber-sumber sejarah,
bukti-bukti sejarah kehidupan
masyarakat, pemerintah dan
budaya pada masa kerajaan Islam
dan menunjukan letak kerajaan-
kerajaan Islam melalui peta dalam
video tersebut guna memberikan
stimulus kepada siswa untuk
masuk ke dalam materi yang akan
dibahas.
Peserta didik menyimak dan
memperhatikan video yang
diberikan oleh guru.
Guru menampilkan PPT:
Kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia. Peserta didik diminta
untuk mengamati.
b. Menanya
Guru memberi beberapa
pertanyaan berdasarkan power
point dan video yang telah
ditayangkan dan siswa diminta
menjawab.
Guru kemudian memberi
kesempatan pada siswa untuk
bertanya.
c. Mengumpulkan Informasi
Guru membagi para peserta didik
menjadi beberapa kelompok besar
yang beranggotakan 4-5 peserta
didik yang heterogen.
Guru membagikan teks narasi
kepada masing-masing kelompok
yang terdiri dari delapan kerajaan
Islam yaitu Samudra Pasai,
Kerajaan Aceh, Kesultanan
Demak, Kerajaan Pajang,
Kerajaan Mataram Islam, Kerajaan
Gowa-Tallo, Kerajaan Ternate-
Tidore, dan Kerajaan Malaka.
Peserta didik membaca teks narasi
yang telah dibagikan guru dan
masing-masing anggota kelompok
membuat puisi menarik yang
berkaitan dengan tema yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
didapat dari teks narasi masing-
masing kerajaan
Peserta didik dalam kelompok
mendiskusikan untuk menyepakati
tema apa yang akan dibahas dalam
puisi yang akan dihasilkan dan
melakukan penelusuran informasi
untuk menemukan tema yang
menarik dan isi puisi yang layak
untuk dibuat. Peserta didik wajib
memanfaatkan berbagai sumber
belajar selain dari teks narasi dapat
diperoleh juga dari buku dan
internet.
Dalam teks narasi yang dibagikan
berkaitan dengan sumber-sumber,
bukti-bukti serta letak dari
kerajaan-kerajaan Islam tersebut.
d. Mengasosiasikan
Peserta didik dalam kelompok
mengorganisasikan seluruh
informasi yang didapatkan melalui
komparasi, mencari konsep kunci
dan sebagainya.
Peserta didik dalam kelompok
merencanakan produk literasi
yaitu puisi untuk mulai disusun
berdasarkan kesepakatan tema
yang telah didiskusikan.
Penutup 1. Guru menfasilitasi peserta didik untuk
menyimpulkan materi yang akan
dibahas dalam pertemuan ini.
2. Guru mengajak peserta didik
berefleksi untuk menemukan hal-hal
penting dan bermakna dari
pengalaman belajar yang dapat
diterapkan dalam kehidupan bersama.
3. Guru memberi penugasan pada peserta
didik untuk mempersiapkan puisi
sebagai produk literasi yang sesuai
dengan yang direncanakan dalam
diskusi kelompok sebagai bahan
dipertemuan berikutnya
4. Guru menutup pelajaran dengan
salam.
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Pertemuan 2
IPK: 4.8.1
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Peserta didik menjawab sapaan salam
dari guru dan menyampaikan
informasi kehadiran peserta didik
ketika guru menanyakan kehadiran
peserta didik.
2. Guru melakukan kegiatan apersepsi
dengan menanyakan materi minggu
lalu pada peserta didik
3. Guru menanyakan kesiapan untuk
penampilan puisi pada masing-masing
kelompok
5 Menit
Kegiatan Inti
a. Mengkomunikasikan
Secara berkelompok peserta didik
mengecek, membandingkan
kebenaran data dari berbagai
sumber tentang sumber-sumber,
bukti-bukti kehidupan masyarakat,
pemerintah dan budaya pada masa
kerajaan-kerajaan Islam tersebut
serta menunjukan letak kerajaan-
kerajaan tersebut.
Guru membagikan nomor kepada
setiap anggota kelompok.
Kemudian guru menyebutkan satu
nomor dan para peserta didik dari
tiap kelompok dengan nomor yang
sama mengangkat tangan dan
menyiapkan puisi yang akan
dibacakan di depan kelas.
Secara bergantian masing-masing
kelompok menampilkan puisinya.
Guru dan siswa menyimpulkan
materi yang telah disampaikan
dari pertemuan pertama sampai
pertemuan kedua ini.
50 Menit
Penutup Guru melakukan evaluasi
pembelajaran dengan membagikan
soal berbentuk pilihan ganda sebanyak
35 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
20 nomor. Sembari siswa mengerjakan
soal guru menampilkan video refleksi
tentang permasalahan yang terjadi di
Yogyakarta yaitu persoalan tidak
menghargai peninggalan sejarah.
Melalui video yang ditampilkan
peserta didik dapat menemukan nilai
bagaimana menghargai peninggalan-
peninggalan sejarah dan bertanggung
jawab untuk tetap menjaga keutuhan
dari peninggalan sejarah kerajaan
Islam yang masih ada saat ini.
I. Instrumen Penilaian Hasil Belajar
Teknik Penilaian
1. Penilaian Sikap : kuesioner minat
2. Penilaian Pengetahuan : tes tertulis
3. Penilaian Keterampilan : penugasan menghasilkan produk literasi yaitu puisi
Bentuk Penilaian
1. Penilaian Sikap : kuesioner minat
2. Penilaian Pengetahuan : pilihan ganda
3. Penilaian Keterampilan : rubrik puisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kasihan
Subarino, Ph. D
NIP. 197101281994031001
Yogyakarta, 22 April 2018
Guru Mata Pelajaran Sejarah Indonesia
Tavip Wahyudi,R. M.Pd
NIP.19640915198703103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
MATERI PEMBELAJARAN
A. Sumber dan Bukti Awal Agama serta Kebudayaan Islam di Nusantara
1. Batu nisan Islam yang tertua ditemukan di Leran, Gresik, Jawa Timur. Nisan
itu milik seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun. Nisan tersebut
berangka tahun 475 H atau 1802 M. Dilihat dari hiasannya, nisan tersebut
dibuat di luar Indonesia. Penemuan bukti ini memunculkan pendapat bahwa
masuknya Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke-11 Masehi.
2. Batu nisan sultan Kerajaan Samudera Pasai yang pertama, Sultan Malik As
Saleh. Nisan tersebut bertarikh 696 H (1297 M).
3. Dua batu nisan bertarikh 781 H (1380) dan 789 H (1389 M) di Munje Tujoh,
Aceh Utara. Kedua nisan ini menunjukkan tahun meninggalnya putra sultan
Samudera Pasai ketiga, yaitu Sultan Malik Az Zahir.
4. Beberapa batu nisan yang memuat kutipan dari Alquran ditemukan di kuburan
Trowulan dan Troloyo, Jawa Timur. Tempat tersebut berdekatan dengan bekas
istana Kerajaan Majapahit. Ciri dari batu nisan ini adalah bertuliskan huruf
Arab, tetapi menggunakan tarikh Saka dan angka-angka Jawa Kuno. Nisan di
Trowulan bertarikh 1920 Saka (1268-1369 M) dan beberapa nisan di Troloyo
bertarikh 1293-1533 Saka (1371-1611 M). Makam ini dimungkinkan milik
keluarga raja dari Kerajaan Majapahit.
5. Batu nisan milik Maulana Malik Ibrahim ditemukan di Gresik. Ia adalah salah
seorang dari walisongo. Nisan ini bertarikh 822 H (1419 M). Hal ini
menunjukkan bahwa pada tahun itu agama Islam sudah masuk di pesisir utara
Jawa. Masuk dan berkembangnya pengaruh agama dan kebudayaan Islam di
Indonesia juga diperkuat dengan beberapa sumber yang berasal dari luar
negeri. Sumber-sumber tersebut di antaranya:
a. Berita Arab
Diketahui melalui para pedagang Arab yang melakukan aktivitas
perdagangan dengan bangsa Indonesia. Para pedagang Arab telah datang ke
Indonesia sejak masa Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 M) yang menguasai jalur
pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Selat
Malaka. Hubungan para pedagang Arab dengan Kerajaan Sriwijaya terbukti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
dengan adanya sebuah sebutan para pedagang Arab untuk Kerajaan Sriwijaya,
yaitu Zabaq, Zabay, atau Sribusa.
b. Berita Eropa
Berasal dari Marcopolo dan Tome Pires. Marcopolo adalah orang
Eropa yang pertama kali menginjakkan kakinya di Indonesia, ketika ia kembali
dari Cina menuju Eropa melalui jalur laut. Ia mendapatkan tugas dari kaisar
Cina untuk mengantarkan putrinya yang dipersembahkan kepada kaisar
Romawi. Dalam perjalanannya ia singgah di Pulau Jawa bagian utara. Di
daerah tersebut ia menemukan adanya kerajaan Islam yaitu Kerajaan Samudera
dengan ibukotanya di Pasai. Tome Pires dalam bukunya Suma Oriental
menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 daerah bagian pesisir timur
Sumatra dari Aceh sampai Palembang, telah banyak masyarakat yang
beragama Islam. Namun, di daerah pedalaman masyarakat setempat pada
umumnya masih menganut keyakinan lama. Proses Islamisasi ke daerah
pedalaman Aceh dan Sumatra Barat terjadi sejak Aceh melakukan ekspansi
politik ke daerah pedalaman pada abad ke-16 sampai 17.
c. Berita India
Disebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat memiliki peranan
penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Di
samping berdagang mereka juga aktif mengajarkan agama dan kebudayaan
Islam kepada masyarakat Indonesia, terutama masyarakat yang berada di
daerah pesisir pantai.
d. Berita Cina
Diketahui melalui catatan dari Ma-Huan, seorang penulis yang
mengikuti perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Dalam tulisannya, ia menyatakan
bahwa sejak sekitar tahun 1400 M telah ada saudagar-saudagar Islam yang
bertempat tinggal di pantai utara Pulau Jawa.
B. Islam Nusantara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Sejarah telah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari
India & Tiongkok sudah mempunyai hubungan dengan bangsa
Indonesia/penduduk Indonesia. Tetapi, kapan tepatnya Islam datang ke
Nusantara? Telah menimbulkan berbagai teori. Walaupun ada beberapa pendapat
tentang kedatangan agama Islam ke Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung
percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan berita
Tiongkok zaman Dinasti Tang. Berita tersebut telah mencatat bahwa awad ke-7,
ada permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, yakni daerah pantai
barat Sumatera Utara. Kemudian pada abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada
perkembangan Islam bersamaan dengan mulai tumbuhnya kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara. Dari pendapat ini, berdasarkan catatan perjalanan yang
pernah dilakukan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di
Perlak pada 1292 & berjumpa dengan orang-orang yang sudah menganut agama
Islam. Bukti lain yang memperkuat pendapat tersebut ialah ditemukannya nisan
makam Raja Samudera Pasai, Sultan Malik Al-Saleh yang berangka tahun 1297.
Agama Islam masuk & berkembang di Nusantara dibawa oleh para
pedagang dari Gujarat, Arab, & Persia. Agama Islam yang dibawa oleh para
pedagang itu untuk pertama kalinya melewati Selat Malaka & daerah yang
terpengaruh Islam adalah Barus & Perlak. Kemudian setelah itu muncul kerajaan
Samudera Pasai, yang mempercepat tersebarnya agama Islam ke pedalaman Pulau
Sumatera, serta menyebar ke arah selatan melewati Siak & Palembang. Dari Pulau
Sumatera, agama Islam selanjutnya menyebar ke wilayah Jawa, yakni kerajaan
Demak yang berperan dalam proses menyebarkan agama Islam ke Banten,
Cirebon, Gresik, & daerah-daerah di pesisir utara Pulau Jawa. Kerajaan Demak
mengembangkan Islam ke Kalimantan Selatan (Banjar), Sulawesi Selatan (Gowa-
Tallo) & Maluku (Ternate-Tidore). Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) di Sulawesi
Selatan ternyata berperan juga menyebarkan agama Islam ke Kalimantan Timur,
Bali, Lombok Sumba, Sumbawa & Timor.
C. Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Terdapat banyak kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia. Beberapa
kerajaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kesultanan Samudra Pasai (1267-1521)
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Samudra Pasai adalah kerajaan pertama di Indonesia yang menganut
agama Islam. Letaknya di pantai utara Sumatera (Aceh), dekat Perlak (Malaysia).
Kesultanan ini didirikan oleh Meurah Silu, yang bergelar Sultan Malik al-Saleh,
sekitar tahun 1267. Sumber sejarah yang menyebutkan tentang keberadaan
kerajaan ini adalah berita Marco Polo, berita Ibnu Batutah, hikayat Raja-raja
Pasai.
b. Bidang Politik
Setelah resmi menjadi kerajaan Islam (kerajaan bercorak Islam pertama di
Indonesia), Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan
pusat studi Islam yang ramai. Pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina
serta daerah di sekitarnya banyak berdatangan di Samudera Pasai. Samudera Pasai
setelah pertahanannya kuat segera meluaskan kekuasaan ke daerah pedalaman,
meliputi Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang,
Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai.
Dalam rangka islamisasi, Sultan Malik al Saleh menikah dengan putri Raja
Perlak.
Sultan Malik al Saleh meninggal pada tahun 1297 dan dimakamkan di
Kampung Samudera Mukim Blang Me dengan nisan makam berciri Islam.
Jabatan Sultan Pasai kemudian diteruskan oleh putranya, Sultan Malik al Thahir.
Sultan ini memiliki dua orang putra, yaitu Malik al Mahmud dan Malik al
Mansur. Ketika masih kecil, keduanya diasuh oleh Sayid Ali Ghiatuddin dan
Sayid Asmayuddin. Kedua orang putranya itulah yang kemudian mewarisi takhta
kerajaan. Sementara itu, kedua pengasuhnya itu diangkat menjadi perdana
menteri. Ibu kota kerajaan pernah dipindahkan ke Lhok Seumawe. Pemegang
kekuasaan Samudera Pasai selanjutnya adalah Sultan Ahmad Perumadal Perumal.
Pada masa pemerintahannya, Samudera Pasai sudah menjalin hubungan dengan
Kesultanan Delhi (India). Buktinya, ketika Muhammad Tughluq dari India pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
tahun 1345 mengirimkan utusan yang bernama Ibn Battuta ke Cina, utusan
tersebut sempat singgah dahulu di Samudera Pasai. Sekembalinya dari Cina
(1346), Ibn Battuta singgah lagi dan diterima baik oleh Sultan Ahmad Perumadal
Perumal.
c. Aspek Kehidupan Sosial budaya dan Ekonomi
Para pedagang asing yang singgah di Malaka untuk sementara menetap
beberapa lama untuk mengurusi perdagangan mereka. Dengan demikian, para
pedagang dari berbagai bangsa itu bergaul selama beberapa lama dengan
penduduk setempat. Kesempatan itu digunakan oleh pedagang Islam dari Gujarat,
Persia, dan Arab untuk menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, kehidupan
sosial masyarakat dapat lebih maju, bidang perdagangan dan pelayaran juga
bertambah maju. Kerajaan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh Islam. Hal itu
terbukti terjadinya perubahan aliran Syiah menjadi aliran Syafi’i di Samudera
Pasai ternyata mengikuti perubahan di Mesir. Pada saat itu di Mesir sedang terjadi
pergantian kekuasaan dari Dinasti Fatimah yang beraliran Syiah kepada Dinasti
Mameluk yang beraliran Syafi’i. Aliran syafi’i dalam perkembangannya di Pasai
menyesuaikan dengan adat istiadat setempat sehingga kehidupan sosial
masyarakatnya merupakan campuran Islam dengan adat istiadat setempat.
2. Kesultanan Malaka (1396-1511)
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Kesultanan Malaka merupakan kesultanan Islam kedua setelah Samudra
Pasai. Berdiri di akhir abad ke- 14, pusatnya adalah di daerah Malaka. Suatu
wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Malaysia. Wilayah kekuasaannya dan
pengaruhnya meliputi tidak saja Semenanjung Malaya, melainkan juga sampai ke
Riau (Indonesia). Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui melalui beberapa
sumber yaitu Sulalatus Salatin, berita Cina/ Tiongkok, Laporan kunjungan
Laksamana Cheng ho dari Dinasti Ming.
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Secara geografis, posisi Malaka sangat strategis, yaitu berada di jalur
pelayaran dan perdagangan internasional. Kapal-kapal dapat merapat di segala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
musim. Bersekutu dengan Orang Laut, yaitu para perompak pengembara yang
senang berlalu lalang di Selat Malaka. Karena fasilitas dan pelayanan yang cukup
baik, kapal-kapal dagang tersebut lama-kelamaan singgah dengan sendirinya
tanpa harus di paksa. Kesultanan Malaka dalam urusan kenegaraan telah memiliki
susunan tata pemerintahan yang rapi. Kekuasaan sultan bersifat absolut. Dalam
administrasi pemerintahan sultan dibantu beberapa pembesar seperti bendahara,
tumenggung, penghulu bendahari, dan syahbandar. Terdapat pula beberapa
menteri yang bertanggung jawab atasan beberapa urusan Negara. Selain itu
terdapat jabatan Laksamana yang pada awalnya diberikan kepada kelompok
masyarakat Orang Laut.
c. Sistem Ekonomi Kehidupan Sosial-Budaya
- Perdagangan
- Pelayaran/ Nelayan
Pada kehidupan budaya, Perkembangan seni sastra Melayu mangalami
perkembangan yang sangat pesat seperti munculnya karya-karya sastra yang
menggambarkan tokoh-tokoh kepahlawanan dari kerajaan Malaka seperti Hikayat
Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat Hang Jebat. Sedangkan Kehidupan
Sosial Kerjaan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam dan
lingkungan wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim,
hubungan sosial masyarakat sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung
mengarah ke sifat sifat individualisme. Kelompok masyarakatpun bermunculan,
seperti adanya golongan buruh dan majikan.
3. Kesultanan Aceh (1507-1903)
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Kesultanan Aceh (1507-1903), yang terletak di Aceh Rayeuk didirikan
oleh Ali Mughayat Syah pada tahun 1496 di atas bekas wilayah Kesultanan
Lamuri yang ditaklukkan oleh Mughayat Syah. Sumber sejarah tentang kesultanan
ini adalah Kitab Bustanul’salatin karya Nuruddin ar-Raniri tahun 1637 yang berisi
tentang silsilah sultan-sultan Aceh; batu nisan makam Sultan Ali Mughayat Syah.
Di batu nisan ini disebutkan Sultan Ali Mughayat Syah wafat pada 12 Zulhijah
tahun 936 H atau 7 Agustus 1530 M.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Meskipun Kesultanan Aceh merupakan Negara Islam, kehidupan
masyarakatnya tetap feodal. Dalam tatanan masyarakatnya Aceh memiliki
golongan bangsawan yang memiliki gelar teuku, dan golongan ulama yang
bergelar tengku; kedua golongan ini sering bersaing untuk berebut pengaruh
dalam masyarakat. Dalam bidang politik yang jelas terlihat adalah adanya
perebutan kekuasaan, terutama antara golongan bangsawan (teuku) dengan
golongan ulama (tengku). Diantara para ulama sendiri juga sering terjadi
pertikaian karena perbedaan aliran dalam agama. Aliran-aliran tersebut
diantaranya adalah aliran Syi’ah dan Ahlussunnah wal Jama’ah.
c. Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya
Letak Aceh yang strategis menyebabkan perdagangannya maju pesat.
Dengan demikian, kebudayaan masyarakatnya juga makin bertambah maju karena
sering berhubungan dengan bangsa lain. Contoh dari hal tersebut adalah
tersusunnya hukum adat yang dilandasi ajaran Islam yang disebut Hukum Adat
Makuta Alam. Menurut Hukum Adat Makuta Alam pengangkatan sultan haruslah
semufakat hukum dengan adat. Oleh karena itu, ketika seorang sultan dinobatkan,
ia berdiri di atas tabal, ulama yang memegang Al-Qur’an berdiri di kanan,
sedangkan perdana menteri yang memegang pedang berdiri di kiri. Pada
umumnya, di Aceh pangkat sultan turun kepada anak. Sultan diangkat oleh rakyat
atas mufakat dan persetujuan ulama serta orang-orang cerdik pandai.
Jika sultan meninggal sebelum ada pengganti oleh karena beberapa sebab
lain, Panglima Sagi XXII Mukim yang menjadi wakil raja. Ia bertugas
menjalankan pemerintahan dan menerima hasil yang didapat dari Aceh sendiri
dan daerah taklukkan. Jika sudah ada yang patut diangkat menjadi sultan,
perbendaharaan itu pun dengan sendirinya berpindah kepada yang berhak. Dalam
menjalankan kekuasaan, sultan mendapat pengawasan dari alim ulama, kadi, dan
Dewan Kehakiman. Mereka terutama bertugas memberi peringatan kepada sultan
terhadap pelanggaran adat dan syara’ yang dilakukan. Sultan Iskandar Muda
berhasil menanamkan jiwa keagamaan pada masyarakat Aceh yang mengandung
jiwa merdeka, semangat membangun, rasa persatuan dan kesatuan, serta semangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
berjuang anti penjajahan yang tinggi. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika
Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah. Itulah sebabnya, bangsa-bangsa Barat
tidak mampu menembus pertahanan Aceh.
Bidang perdagangan yang maju menjadikan Aceh makin makmur. Setelah
Sultan Ibrahim dapat menaklukkan Pedir yang kaya akan lada putih, Aceh makin
bertambah makmur. Dengan kekayaan melimpah, Aceh mampu membangun
angkatan bersenjata yang kuat. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda,
Aceh mencapai puncak kejayaan. Dari daerah yang ditaklukkan didatangkan lada
dan emas sehingga Aceh merupakan sumber komoditas lada dan emas. Pada masa
pemerintahan Iskandar Muda muncul ahli tasawuf yang terkenal, yaitu Hamzah
Fansyuri dan muridnya Syamsudin as Sumatrani. Sultan Iskandar Muda mangkat
pada tahun 1636 dan digantikan oleh menantunya, Iskandar Thani (1636–1641).
Masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani tidak lama karena ia tidak memiliki
kepribadian dan kecakapan yang kuat seperti Sultan Iskandar Muda. Pengawasan
kepada para panglima yang mengurusi perdagangan mengendur sehingga mereka
dapat berbuat semaunya. Daerah-daerah yang jauh dari pemerintah pusat mulai
kurang loyal terhadap sultan. Terlebih lagi setelah Nur ar Din al Raniri (Nurrudin
ar Raniri) ahli tasawuf yang beraliran ortodoks dari Gujarat datang ke Aceh. Sejak
Sultan Iskandar Muda meninggal, Aceh terus-menerus mengalami kemunduran
dan akhirnya pada permulaan abad ke-20 (1935) dapat dikuasai oleh Belanda
walaupun dengan susah payah.
4. Kesultanan Demak (1500-1568)
a. Lokasi dan Sumber sejarah
Kesultanan Demak (1500-1568) berlokasi di Demak, Jawa Tengah, adalah
merupakan kesultanan Islam pertama terbesar di Pantai Utara Jawa. Sebelum
menjadi kesultanan, Demak merupakan kadipaten dari Kerajaan Majapahit,
dengan Raden Patah sebagai adipatinya sejak 1478. Raden Patah jugalah perintis
sekaligus peletak dasar kesultanan Demak sejak tahun 1478. Kesultanan ini
merupakan pelopor penyebaran agama Islam di Jawa dan Indonesia umumnya.
Kesultanan Demak tidak berumur lama karena adanya perebutan kekuasaan di
antara kerabat kerajaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Dalam bidang politik, terjadi konflik perebutan takhta di antara anggota
keluarga kesultanan. Akibat konflik yang terus berlanjut, kemudian berkembang
menjadi perang saudara.
c. Bidang Ekonomi, sosial, dan budaya
Demak dalam bidang ekonomi, berperan penting karena mempunyai
daerah pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama
beras. Selain itu, perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara
lain beras, madu, dan lilin. Barang tersebut diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan
Jepara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat berkembang lebih baik.
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur.
Pemerintahan diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma-norma atau tradisi-
tradisi lama tidak ditinggalkan begitu saja. Hasil kebudayaan Kerajaan Demak
merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Hasil kebudayaannya yang
cukup terkenal dan sampai sekarang masih tetap berdiri adalah Masjid Agung
Demak. Masjid itu merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam.
Masjid Agung Demak selain kaya dengan ukir-ukiran bercirikan Islam juga
memiliki keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya dibuat dari kumpulan sisa-sisa
kayu bekas pembangunan masjid itu sendiri yang disatukan (tatal). Selain Masjid
Agung Demak, Sunan Kalijaga salah seorang dari Walisongo juga meletakkan
dasar-dasar perayaan Sekaten pada masa Kerajaan Demak. Perayaan itu
digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat masyarakat agar masuk
Islam. Sekaten ini kemudian menjadi tradisi atau kebudayaan yang terus
dipelihara sampai sekarang.
5. Kerajaan Pajang
a. Letak dan Sumber Sejarah Kerajaan Pajang
Kesultanan Pajang pada awal terbentuknya dipimpin oleh Joko Tingkir.
Sebelum menjadi Kesultanan Islam Utama di kawasan Jawa Tengah dan Jawa
Timur, Pajang menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit dan Kesulatanan
Demak. Pada masa Kerajaan Majapahit, Pajang lebih dikenal dengan nama
Pengging. Pengging pada saat itu tidak memiliki andil besar dalam kekuasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Majapahit. Hayam Wuruk pernah melewati daerah Pengging hanya satu kali
dalam setahun untuk menuju Sungai Bengawan Solo. Pengging pada massa
Majapahit dipimpin oleh seorang adipati bernama Jayadiningrat. Ketika awal
berdirinya Kesultanan Demak, Pengging masih menganut agama Budha yang
dianut Kerajaan Majapahit. Ketika keturunan Adipati Jayadiningrat memimpin
daerah Pengging, maka Pengging memeluk agama Islam.
Pada masa Kesultanan Demak, pemimpin daerah Pengging, yaitu Ki Kebo
Kenanga melakukan tindakan tidak menyenangkan terhadap Kesultanan Demak.
Pengging tidak memberi Demak upeti tahunan. Sultan Demak melihat hal itu
mengambil kesimpulan bahwa Pengging akan melakukan pemberontakan. Maka
Sultan Demak mengutus Sunan Kudus untuk menemui pemimpin Pengging.
Pemimpin Pengging menolak untuk menghadap ke Demak, maka Sunan Kudus
dan pemimpin Pengging mengadu ilmu. Dalam pertarungan tersebut Ki Kebo
Kenanga terbunuh oleh Sunan Kudus, kemudian Pengging tunduk menjadi daerah
kekuasaan Demak. Setelah kejadian tersebut daerah Pengging lebih dikenal
dengan nama Pajang. Pajang baru memiliki andil yang cukup berpengaruh dalam
kekuasaan Demak. Daerah Pajang memiliki daerah yang subur, beras merupakan
komoditas utama yang diperjual belikan. Batu bata merah juga komoditas yang
penting dalam membangun ekonomi Pajang, karena terdapat pusat pembuatan
batu bata merah. Sebagian besar rumah penduduk Pajang dibangun menggunakan
batu bata merah. Keraton Pajang hampir seluruh bangunannya terdiri dari batu
bata merah. Hal ini membantu ekonomi Kesultanan Demak dalam hal pangan dan
pembangunan. Hal tersebut semakin maju pada masa kepepimpinan Jaka Tingkir.
b. Bidang ekonomi, sosial, dan Budaya Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang ini bisa dikatakan sebagai kerajaan bekas dari Demak.
Hal ini karena sejarah berdirinya Kerajaan Pajang tidak bisa dipisahkan dari
Kerajaan Demak. Pendiri Kerajaan Pajang adalah Joko Tingkir yang kala itu
berhasil menumpas Aryo Penangsang. Aryo Penangsang sendiri adalah raja di
Demak yang tidak diinginkan oleh peihak keluarga besar Demak. Dari sini
kemudian keluarga meminta bantuan Joko Tingkir untuk menyingkirkan Aryo
Penangsang. Setelah berjalannya waktu, Kerajaan Demak runtuh maka Joko
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Tingkir kemudian menggeser pusat pemerintahan di Demak ke Pajang yang
sekaligus menjadi penanda berdirinya Kerajaan Islam Pajang. Kehidupan politik
Kerajaan Pajang ini sebenarnya mulai mapan dan stabil. Namun disayangkan
perjalanan Kerajaan Islam Pajang tidak cukup lama karena beberapa konflik yang
terjadi. Kerajaan Pajang sendiri berpusat di Jawa Tengah bekas Kerajaan Demak
lebih tepatnya yaitu di daerah Kartasura dekat Surakarta atau Solo. Kerajaan
Pajang ini sebenarnya meski muncul belakangan, pernah juga disebut oleh Hayam
Wuruk dalam kitab Negarakertagama. Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit,
kerajaan Pajang dan kerajaan Demak sudah disinggung di dalam kitab tersebut.
Meski merupakan kerajaan baru jika dibanding dengan Kerajaan Demak,
namun secara ekonomi Kerajaan Pajang sangatlah baik. Kesejahteraan rakyatnya
cukup terjamin dengan berbagai hasil bumi yang dihasilkan. Ketika Kerajaan
Demak masih berkuasa, bahkan Kerajaan Pajang ini sudah berhasil mengekspor
beras ke beberapa daerah melalui perniagaan dengan memanfaatkan Bengawan
Solo sebagai jalur transportasi. Pada umumnya, masyarakat Pajang mengandalkan
hasil kebun dan pertanian untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Bahkan Pajang
berhasil menjadi lumbung beras pada sekitar abad ke 16 dan ke 17. Hal ini karena
irigasi di daerah Pajang sangat bagus dengan adanya Bengawan Solo sehingga
irigasi lancar yang kemudian membuat hasil pertanian melimpah. Kelemahan
masyarakat Pajang pada saat itu adalah ketidakmampuan dalam bidang
perniagaan. Sehingga meski memiliki hasil agraris yang sangat melimpah,
kedigdayaan ekonomi Kerajaan Pajang ini tidak berlangsung lama. Terlebih lagi
perniagaan dengan basis laut atau maritim yang sedang terkenal pada saat itu,
semakin membuat Kerajaan Pajang tertinggal dengan kerajaan lain di bidang
ekonomi perniagaan. Karena masyarakat pajang kurang ahli dalam masalah
kelautan, padahal pada saat itu semua perdagangan hampir dilakukan di lautan.
Meski kerajaan Pajang merupakan salah satu Kerajaan Islam di Jawa,
namun pengaruh tradisi Hindu masih kentara. Sehingga beberapa kebudayaan pun
masih ada yang menggunakan tradisi-tradisi Hindu. Masyarakat di Pajang juga
masih banyak yang menjalankan beberapa tradisi yang sudah turun temurun dari
nenek moyang mereka. Pada masa kejayaan Kerajaan Pajang, terjadi akulturasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
budaya antara Hindu dan Islam yang kuat. Bahkan, kemunculan Kerajaan Pajang
ini juga banyak yang menafsirkan kembalinya kekuasaan Islam kejawen dari
Islam ortodok.
6. Kesultanan Mataram (1586-1755)
a. Lokasi dan sumber sejarah
Kesultanan Mataram (Islam) tidak ada hubungannya dengan kerajaan
Mataram Hindu; kebetulan saja memakai nama yang sama. Kemungkinan juga
pemakaian nama yang sama ini di dorong keinginan untuk menjadi besar seperti
kerajaan Mataram Kuno. Pemindahan pusat pemerintahan dari Pajang ke Mataram
pada tahun 1586 oleh Senopati menandai berdirinya Kesultanan Mataram.
Pusatnya adalah di kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Pada awalnya
pemerintahan Senopati mendapat banyak tantangan dari para bupati di sepanjang
Pantai Utara Jawa yaitu di Demak, Jepara, Kudus, Gresik, dan Surabaya.
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Sultan Agung membagi sistem pemerintahan Kesultanan Mataram seperti:
1) Kutanegara, daerah pusat keratin, pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh
patih lebet yang dibantu oleh wedana lebet.
2) Negara Agung, daerah sekitar Kutanegara, pelaksanaan pemerintahan
dipegang patih jawi (patih luar) yang dibantu wedana jawi.
3) Mancanegara, daerah luar Negara Agung, pelaksanaan pemerintahannya
dipegang oleh para bupati.
4) Pesisir, daerah pesisir. Pemerintahan dipegang oleh bupati atau syahbandar.
Selain tangguh, Sultan Agung juga dikenal sebagai seorang yang ahli
politik, sastra, filsafat (Jawa), serta Agama. Pada masa ini tumbuh Kebudayaan
Kejawen, yaitu akulturasi antara kebudayaan Jawa asli, Hindu, Buddha, dan
Islam.
d. Bidang Sosial, ekonomi dan budaya
Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, raja merupakan pemegang
kekuatan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan yang diserahi
tugas-tugas tertentu. Kebesaran kerajaan dan kewibawaan raja lazim dicerminkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
dalam keraton sebagai kompleks bangunan kediaman raja, seperti sitinggil dan
masjid besar. Kesenian yang ada di kerajaan mempunyai fungsi untuk
melambangkan status raja. Segala benda di sekeliling raja, upacara, dan perayaan-
perayaan, selain mempunyai fungsi sakral-magis juga dapat menambah semarak
suasana kerajaan dengan segala keagungannya. Di bidang keagamaan terdapat
jabatan penghulu, ketib, naib, dan suranata. Pejabat-pejabat keagamaan ini disebut
abdi dalam pametakan atau abdi dalem pemutihan. Penghulu istana merupakan
jabatan tertinggi dalam bidang keagamaan. Tugas penghulu istana adalah
memimpin upacara-upacara keagamaan.
Di bidang pengadilan, dalam istana terdapat jabatan jaksa. Jabatan ini
merupakan wewenang wedana-wedana keparak. Di dalam sidang pengadilan
istana, jaksa berhak mengemukakan bukti dan mengajukan tuntutan, sedangkan
yang berhak mengadili adalah raja. Pejabat-pejabat kerajaan, seperti wedana dan
bupati tidak mendapat imbalan berupa gaji, tetapi mendapat hak tanah gaduhan
sebagai tanah lungguh. Dari hasil tanah tersebut para pejabat menggunakan
sebagai biaya keperluan hidupnya, sedangkan sebagian hasilnya harus diserahkan
kepada kas kerajaan. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan diciptakan
peraturan yang dinamakan angger-angger yang harus ditaati oleh seluruh
penduduk.
Letak geografisnya yang berada di pedalaman didukung tanah yang subur,
menjadikan kerajaan Mataram sebagai daerah pertanian (agraris) yang cukup
berkembang, bahkan menjadi daerah pengekspor beras terbesar pada masa itu.
rakyat Mataram juga banyak melakukan aktivitas perdagangan laut. Hal ini dapat
terlihat dari dikuasainya daerah-daerah pelabuhan di sepanjang pantai Utara Jawa.
Perpaduan dua unsur ekonomi, yaitu agraris dan maritim mampu menjadikan
kerajaan Mataram kuat dalam percaturan politik di nusantara.
7. Kesultanan Gowa-Tallo (1528-1670-an)
a. Lokasi dan sumber sejarah
Kesultanan Gowa-Tallo (1528-1670-an) letaknya sangat strategis yaitu di
antara wilayah barat (Malaka) dan Timur Nusantara (Maluku). Makasar menjadi
Bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya akan rempah-rempah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Kerajaan ini memiliki pelaut-pelaut yang tangguh, yang dapat memperkuat
barisan pertahanan laut Makasar. Sumber asing tertulis pertama dari catatan Tome
Pires. Dalam catatannya, ia melukiskan kemampuan pelayaran dan perdagangan
orang-orang Makasar. Tome Pires menulis bahwa orang-orang Makassar telah
berdagang sampai ke Malaka, Jawa, Kalimantan, Negeri Siam, dan juga semua
tempat yang yang terdapat antara Pahang dan Siam.
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Kesultanan ini di sebut-sebut kaya akan beras, bahan-bahan makanan
lainnya, daging, dan kapur barus hitam. Mereka memasok barang-barang
dagangan dari luar, antara lain jenis pakaian dari Cambay, Bengal, dan Keling.
Penemuan banyak jenis keramik dari masa Dinasti Sung dan Ming di daerah
Sulawesi Selatan juga membuktikan kerajaan ini telah menjalin hubungan baik
dengan Cina. Meski memiliki kebebasan dalam mencapai kesejahteraan hidup,
dalam kehidupan sosial sehari-hari mereka sangat terikat dengan norma adat yang
mereka anggap sakral. Norma kehidupan sosial Makasar diatur berdasarkan adat
dan agama Islam yang disebut Pangadakkang. Selain norma tersebut, masyarakat
Makassar juga mengenal sistem pelapisan sosial: lapisan yang merupakan
golongan bangsawan disebut ”anakarung/ karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan
disebut “to maradeka”, dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya
disebut golongan “ata”.
c. Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya
Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan
internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti
Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di
Makasar. Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga
yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE
sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar
menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang pesat. Selain perdagangan,
Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga
menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah
nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf
kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah
kemakmuran hidupnya. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut,
kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam dari
Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk
Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan
Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini. Setahun kemudian hampir
seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa
menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal yang berasal dari
Minangkabau. Raja Gowa Tallo sangat besar perannya dalam menyebarkan Islam,
sehingga bukan rakyat saja yang memeluk Islam tapi kerajaan-kerajaan
disekitarnya juga menerima Islam, seperti Luwu, Wajo, Soppeg, dan Bone. Wajo
menerima Islam tahun 1610 M. Raja Bone pertama yang menerima Islam bergelar
Sultan Adam. Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha
dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka
sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan
masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut
PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-
norma tersebut.
Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan
sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan
keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan
disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya
disebut dengan golongan “Ata”. Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar
banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia
pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh
orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal Pinisi dan Lombo
merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.
8. Kesultanan Ternate (1257-sekarang) dan
Kesultanan Tidore (1322-akhir abad ke-18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
a. Lokasi dan sumber sejarah
Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore adalah dua dari empat
kesultanan Islam di Maluku. Secara geografis letak kedua kesultanan ini di
Kepulauan Maluku, antara lain Sulawesi dan Papua. Kesultanan Ternate didirikan
oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Sumber berita yang menyatakan
tentang keberadaan kesultanan Ternate dan Tidore adalah sejarawan Belanda
F.S.A. de Clercq yang mencatat pada tahun 1334 Tidore dipimpin oleh seorang
yang bernama Hasan Syah.
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Awalnya Ternate dan Tidore hidup berdampingan dengan damai. Konflik
terjadi ketika para pedagang Eropa mulai datang. Bangsa Portugis memilih untuk
berhubungan dengan Ternate, sedangkan Spanyol sama-sama ingin menguasai
wilayah-wilayah yang ada dalam persekutuan kedua kesultanan. Sehingga,
mereka sengaja melancarkan taktik dengan cara membina hubungan baik dengan
penguasa setempat.
c. Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi
Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat
sehingga pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para
pedagang asing datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras
untuk ditukarkan dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan
keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat
membangun armada laut yang cukup kuat.
Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Nuku (1780–1805). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore
untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta
terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapatkan apa-apa
kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan
waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis,
Spanyol, Belanda, maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus
meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Pulau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Halmahera, Kepulauan Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya,
Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
KISI-KISI SOAL KOGNITIF
KISI-KISI ULANGAN PEMBELAJARAN SEJARAH
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Kasihan Hari, tanggal : Rabu, 8 Mei 2018
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Waktu : 2 x 45 Menit
Kelas : X IPS 2 Tahun Pelajaran : 2017/2018
No Kompetensi
Dasar
Materi Pokok Indikator Tingkat
Kesulitan
Bentuk
Soal
No
Soal
Kunci
Jawaban
1
.
.
2 3 4 5 6 7 8
3.8 Menganalisis
perkembangan
kehidupan
masyarakat,
pemerintahan
dan budaya pada
masa kerajaan-
kerajaan Islam
di Indonesia
Mengidentifikasi kerajaan Islam pertama
di Indonesia
C4 PG 1 D
Mengidentifikasi pedagang Islam yang
pertama kali masuk ke Indonesia
C1 PG 2 A
Mengklasifikasikan faktor-faktor
pendukung utama perkembangan kerajaan
Samudera Pasai.
C3 PG 3
A
LAMPIRAN 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
serta
menunjukkan
contoh bukti-
bukti yang
masih berlaku
pada kehidupan
masyarakat
Indonesia masa
kini
Mengidentifikasi cara kerajaan Banjar
memperluas daerah kekuasaannya.
C1 PG 4 D
Mengidentifikasikan raja pertama dari
kerajaan Samudera Pasai
C1 PG 5 D
Menentukan pusat masuknya Islam di
Maluku
C3 PG 6 A
Mengidentifikasi tokoh di kerajaan Gowa-
Tallo
C1 PG 7 A
Menemukan penyebab raja Ternate
memeluk agama Islam
C4 PG 8 A
Mengidentifikasi tujuan kedatangan
bangsa Portugis ke kepulauan Maluku
C4 PG 9 B
Menunjukkan peletak dasar kerajaan
Demak
C1 PG 10 E
Menunjukkan pendiri kerajaan Demak C1 PG 11 E
Menggali informasi mengenai pemindahan
ibukota kesultanan dari Demak ke Pajang
C3 PG 12 C
Menunjukkan pendiri kerajaan Pajang C1 PG 13 C
Menggali informasi mengenai masa
pemerintahan Sultan Agung
C3 PG 14 A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Menggali informasi mengenai masa
pemerintahan Amangkurat II
C3 PG 15 A
Mengidentifikasi berbagai informasi
mengenai Kesultanan Malaka yang
dipimpin oleh Parameswara.
C4 PG 16
E
Menunjukkan letak kerajaan Banjar C1 PG 17 A
Menunjukkan bukti spesifik Kerajaan
Mataram Islam di Pulau Jawa
C1 PG 18 D
Mengidentifikasi peninggalan Kerajaan
Demak
C4 PG 19 E
Mengidentifikasi peninggalan dari
Kerajaan Gowa-Tallo
C4 PG 20 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
SOAL KOGNITIF
ULANGAN SEJARAH INDONESIA
SMA NEGERI 1 KASIHAN
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Program : X (Sepuluh) / IPS 2
Hari/Tanggal : Rabu,8 Mei 2018
PETUNJUK KHUSUS:
Pililah salah satu jawaban yang paling tepat, denga nmemberikan
tanda silang pada huruf A,B,C,D atau E pada lembar soal pilihan
ganda nomor 1-20!
1. Pernyataan yang paling tepat di bawah ini adalah ….
A. Kerajaan Mataram merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara
B. Kerajaan Malaka merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara
C. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara
D. Kerajaan samudera pasai merupakan kerajaan pertama di Nusantara
E. Kerajaan Aceh merupakan kerajaan Islam di Nusantara
2. Pertama kali para pedagang Islam datang di Nusantara adalah pada zaman
kerajaan….
A. Samudra Pasai
B. Majapahit
C. Sriwijaya
D. Demak
E. Aceh
LAMPIRAN 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
3. Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa faktor - faktor pendukung utama
perkembangan Kerajaan Samudera Pasai di dunia maritim adalah….
A. Letaknya strategis yaitu di jalur perdagangan
B. Armada lautnya yang kuat
C. Bandar-bandar dagang yang aman
D. Terdapat sumber-sumber perdagangan
E. Tidak pernah terjadi perebutan kekuasaan
4. Tokoh di bawah ini yang merupakan pendiri kerajaan Aceh adalah….
A. Sultan Hasanuddin
B. Sultan Ageng Tirtayasa
C. Sultan Trenggono
D. Sultan Ali Mughayat Syah
E. Sultan Agung
5. Berikut ini pernyataan yang tepat dari Kerajaan Samudra Pasai adalah….
A. Zainal Abidin merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai
B. Sultan Ahmad merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai
C. Malik Al Tahir merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai
D. Malik Al Saleh merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai
E. Al Kamil merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai
6. Pusat masuknya agama Islam di Maluku yaitu….
A. Ternate
B. Halmahera
C. Tidore
D. Wetar
E. Ambon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
7. Tokoh yang mendapat julukan “Ayam Jantan dari Timur” adalah….
A. Sultan Hasanudin
B. Amanna Gappa
C. Sultan Baabullah
D. Sultan Alaudin
E. Sultan Zainal Abidin
8. Penyebab raja Ternate tertarik untuk mengikuti ajaran agama Islam yaitu ....
A. Ada seseorang dari jawa yang namanya Maulana Husayu yang
menunjukkan kemahirannya dalam menulis dan membaca huruf arab
dalam Al-Qur’an sehingga raja Ternate tertarik untuk mempelajarinya
B. Karena Islam tidak membedakan kedudukan dalam masyarakat
C. Berbagai upacara dalam islam dilakukan secara sederhana
D. Ajaran Islam berupaya untuk dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat
dengan adanya kewajiban zakat
E. Islam dilakukan dengan damai
9. Tujuan kedatangan bangsa Portugis di kepulauan Maluku adalah ....
A. Berwisata dan menikmati keindahan pulau Maluku
B. Menjalin perdagangan dan memperoleh rempah-rempah
C. Menanamkan semua bidang kehidupan di Maluku
D. Menjalin hubungan perdagangan dan mendirikan persekutuan dagang
E. Menyebarkan agama Protestan kepada penduduk Maluku
10. Berikut ini tokoh yang menjadi peletak dasar Kerajaan Demak adalah….
A. Pati Unus
B. Abdul Mufakir
C. Maulana Yusuf
D. Sultan Haji
E. Raden Patah
11. Pernyataan di bawah ini yang paling tepat mengenai Raden Patah adalah ….
A. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan Pajang
B. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan Aceh
C. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan malaka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
D. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan Mataram
E. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan Demak
12. Berikut ini perubahan besar yang dilakukan oleh Sultan Hadiwijaya adalah….
A. Membangun Masjid Demak
B. Kerajaan Mataram Islam terpecah menjadi dua
C. Pemindahan ibu kota kesultanan dari Demak ke Pajang
D. Peletak dasar kerajaan Demak
E. Menyejahterakan kehidupan rakyatnya
13. Tokoh yang merupakan pendiri Kerajaan Pajang adalah ….
A. Raden Patah
B. Sultan Malik Al Saleh
C. Sultan Hadiwijaya
D. Sultan Iskandar Muda
E. Sunan Kalijaga
14. Perhatikan data berikut ini
(1) Menyatukan pulau jawa di bawah kekuasaan Mataram.
(2) Menyusun Karya sastra yang berjudul Gending.
(3) Menyerang Belanda ke Batavia.
(4) Menulis cerita wayang dengan lakon yang bernapaskan Islam.
(5) Menyerang karajaan-kerajaan kecil di Bali.
Dari data tersebut hal mana sajakah yang telah dilakukan Sultan Agungpada
masa Pemerintahannya di Mataram?
A. (1), (2), (3)
B. (1), (2), (4)
C. (2), (3), (4)
D. (2), (3), (5)
E. (3), (4), (5)
15. Pada masa pemerintahan Amangkurat II, wilayah Kerajaan Mataram semakin
sempit karena sebagian besar dikuasai oleh Belanda. Hal ini dibuktikan
dengan adanya perjanjian pada 1755 M, yaitu….
A. Perjanjian Giyanti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
B. Perjanjian Tuntang.
C. Perjanjian Bongaya.
D. Perjanjian Salatiga.
E. Perjanjian Saragosa
16. Penguasa pertama Kesultanan Malaka disebutkan bernama Parameswara.
Setelah memeluk agama Islam ia kemudian mengganti nama menjadi
sultan….
A. Mahmud Syah
B. Mudzafat Syah
C. Allauddin Syah
D. Baharuddin
E. Iskandar Syah
17. Kehidupan ekonomi masyarakat Aceh bergerak dalam bidang ….
A. Pelayaran dan perdagangan
B. Peternakan dan perkebunan
C. Pertanian dan perkebunan
D. Pertanian dan peternakan
E. Perikanan dan peternakan
18. Bukti spesifik Kerajaan Mataram Islam di Pulau Jawa adalah….
A. Candi
B. Pendopo Agung
C. Masjid istiqlal
D. Keraton
E. Masjid Gede
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
19. Keempat tiang ini merupakan salah satu kekhasan yang ada di masjid Demak.
Tiang ini dibuat sebagai penopang masjid yang terinspirasi dari konstruksi
tiang kapal jung Tiongkok. Salah satu tiang yang dibuat dari potongan-
potongan kayu yaitu….
A. Saka Bledeg yang dibuat oleh Sunan Gunung Jati
B. Saka Guru yang dibuat oleh Sunan Kalijaga
C. Saka Serambi yang dibuat oleh Sunan Ampel
D. Saka Tiang yang dibuat oleh Sunan Bonang
E. Saka tatal yang dibuat oleh Sunan Kalijaga
20. Salah satu peninggalan dari kerajaan Gowa-Tallo adalah….
A. Benteng Marborough
B. Benteng Vredeburgh
C. Benteng ford Ratterdam
D. Masjid Agung Banten
E. Keraton
Nilai = X 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
DATA NILAI KOGNITIF SISWA
No
Nama
KKM
Nilai
Keterangan
T TT
1 Adnan Hidayat Purnama 70 95 √
2 Alfan Hafaz 70 90 √
3 AlifiaTorita Dewanti 70 85 √
4 Anandito Putra Setiadi 70 90 √
5 Anindita Murti 70 80 √
6 Asyraf Syafiq Adhika 70 80 √
7 Aulianisa Galuh PutriRamadila 70 85 √
8 Bilal Gifari Daulia 70 80 √
9 Bryan Arizky 70 75 √
10 Callista Nurul Amanda 70 90 √
11 Fajar Oktavia Rahma 70 85 √
12 Fathoni Zufarendra Purnama 70 75 √
13 Fiony Widya Astuti 70 85 √
14 Hannan Riskybudi 70 80 √
15 Muhammad Safli Rusyandana 70 70 √
16 Mutiara Ghaitsa Zahira Shofa 70 80 √
17 Nadhifa Putri Natiwi 70 90 √
18 Nerisa Putri Yasshinta 70 75 √
19 Nur Amelia Azzahra 70 80 √
20 Prasasti Prima Anggita 70 85 √
21 Prizan deva OkturaRizqy 70 85 √
22 Raden Rara Nareswari 70 80 √
23 Ratma Devi Anggraini 70 90 √
24 Restu Anggi Prawesti 70 70 √
25 Rima Oktaviani 70 70 √
26 Rizania Nur Andini 70 90 √
27 Salsabila Fadia Rahmi 70 85 √
28 Sasha Putri Nareswari 70 90 √
29 SentyaRikmaRatri 70 80 √
30 SyafiqriAestroRisangaji 70 60 √
31 Yosi Diah Pramesthi 70 85 √
32 Yudha Heriawan 70 65 √
Jumlah 2605 30 siswa 2 siswa
Rata-rata 81.40
Persentase 93,75% 6,25%
Tertinggi 95
Terendah 60
LAMPIRAN 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian
Ketertarikan Peserta Didik dalam Pelaksanaan Pembelajaran Literasi
Variabel DefinisiVariabel Indikator
Pembelajaran
literasi
Pembelajaran literasi adalah
pembelajaran yang memuat
empat keterampilan yaitu
membaca, menyimak, menulis,
dan berbicara yang bertujuan
untuk mengenalkan siswa
tentang dasar-dasar membaca,
menulis, memelihara kesadaran
bahasa, dan memotivasi untuk
belajar.
Penerapan literasi dalam
proses pembelajaran
sejarah
LAMPIRAN 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
INSTRUMEN KUESIONER MINAT
KUESIONER
PEMANFAATAN LITERASI
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA
DI SMA NEGERI 1 KASIHAN
TAHUN AJARAN 2017/2018
A. Pengantar
Kuesioner ini bertujuan sebagai alat pengumpul data peneliti. Dalam
kuesioner ini anda diminta untuk dapat memberikan jawaban secara jujur dan
benar sesuai dengan apa yang dialami dan telah Anda lakukan dengan
sebenarnya. Adapun jawaban Anda tidak akan berpengaruh terhadap nilai
apapun dan kerahasiaannya terjamin. Kesediaan Anda dalam mengisi
kuesioner ini merupakan jasa yang sangat berharga bagi penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini. Atas ketersediaanya penulis mengucapkan
terimakasih.
B. Petunjuk Pengisian
1. Tulislah data identitas Anda secara lengkap.
2. Bacalah semua pernyataan dan pilih salah satu jawaban sesuai dengan
penilaian Anda sendiri.
3. Berilah tanda check list (√) pada butir-butir pernyataan berikut ini sesuai
dengan kriteria sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang
Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
4. Sebelum Anda kembalikan kepada peneliti, periksalah kembali kuesioner
Anda apakah semua pertanyaan telah dijawab.
5. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, jawaban yang jujur sangat
diharapkan.
LAMPIRAN 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
C. Data Responden
1. Nama :
2. Kelas :
PEMANFAATAN LITERASI
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA
DI SMA NEGERI 1 KASIHAN TAHUN AJARAN 2017/2018
NO PERNYATAAN SKOR
SS S KS TS STS
1 Saya senang belajar sejarah dengan
pembelajaran literasi
2 Minat belajar sejarah saya meningkat
setelah menggunakan pembelajaran literasi
3 Pembelajaran literasi pada mata pelajaran
sejarah sangat membosankan
4 Saya mudah memahami materi sejarah
dengan menggunakan pembelajaran literasi
5 Sayadapat memaknai sejara hmelalui
pembelajaran literasi
6
Pembelajaran literasi memudahkan saya
untuk mendapatkan informasi dalam
pelajaran sejarah
7
Pembelajaran literasi dapat menumbuhkan
empat keterampilan membaca, menyimak,
menulis, dan berbicara padadiri saya
8 Saya lebih senang belajar sejarah tanpa
menggunakan pembelajaran literasi
9 Pembelajaran literasi tidak cocok digunaka
ndalam proses pembelajaran sejarah
10 Sayasangat tertarik belajar sejarah dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
menggunakan pembelajaran literasi
11
Dalam menerapkan empat aktivitas yang
ada dalam literasi, Saya menjadi lebih aktif
dalam proses pembelajaran sejarah
12
Melalui pembelajaran literasi saya mudah
mengingat dan berpikir kritis tentang
materi sejarah
13
Pembelajaran literasi dapat
mengembangkan pengetahuan dalam diri
saya
14 Pembelajaran literasi membuat saya
terbiasa untuk membaca buku
15 Pembelajaran literasi membuat saya
semangat dalam belajar sejarah
16 Saya sangat nyaman belajar sejarah dengan
menerapkan pembelajaran literasi
17 Saya tidak tertarik belajar sejarah dengan
menggunaka npembelajaran literasi
18
Pelajaran sejarah dengan menggunakan
pembelajaran literasi membuat saya
kesulitan dalam memahami materi
pemlajaran
19 Saya sangat antusias mengikuti pelajaran
sejarah dengan pembelajaran literasi
20
Saya senang belajar sejarah menggunakan
pembelajaran literasi dengan desain
pembelajaran yang menarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
DATA HASIL MINAT SISWA
No Nama Siswa Skor Pernyataan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Adnan Hidayat Purnama 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 83
2 Alfan Hafaz 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 72
3 Alifia Torita Dewantri 3 3 3 3 4 5 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 72
4 Anandito Putra Setiadi 4 4 2 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 74
5 Anindita Murti 4 4 4 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 79
6 Asyraf Syafiq Adhika 3 4 2 3 5 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 5 4 3 4 5 75
7 Aulianisa Galuh Putri .R 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 77
8 Bilal Gifari Daulia 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 5 4 74
9 Bryan Arizky 4 4 3 5 4 4 5 3 3 4 4 5 4 4 5 4 4 3 4 5 81
10 Callista Nurul Amanda 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 5 3 4 5 80
11 Fajar Oktavia Rahma 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 73
12 Fathoni Zufarendra .P 4 3 4 5 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 68
13 Fiony Widya Astuti 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 4 3 4 58
14 Hannan Rizkybudi 2 2 3 2 3 4 3 1 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 56
15 M. Safli Rusyandana 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 73
16 Mutiara .G Zahira .S 4 5 4 4 4 5 5 3 3 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 82
17 Nadhifa Putri Natiwi 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 76
18 Nerisa Putri Yasshinta 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 73
19 Nur Amelia Azzahra 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 76
LAMPIRAN 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
20 Prasasti Prima Anggita 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 68
21 Prizandeva Oktura R 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 75
22 Raden Rara .N .W 3 4 3 3 4 4 4 3 3 5 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 70
23 Ratma Devi Anggraini 4 5 4 4 4 5 4 3 3 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 80
24 Restu Anggi Prwesti 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 5 77
25 Rima Oktaviani 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 73
26 Rizania Nur Andini 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 72
27 Salsabila Fadia Rahmi 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 74
28 Sasha Putri Nareswari 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 68
29 Sentya Rikma Ratri 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 78
30 Syafiqri Aestro .R 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 70
31 Yosi Diah Pramesthi 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 70
32 Yudha Heriawan 4 4 4 4 3 5 3 3 4 4 3 4 5 4 3 4 4 3 4 4 76
1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 -0 1 0
V V V V V V V V T V V V V V V V V T V V
Jumlah 2353
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN
Rubrik Penilaian Keterampilan
Mengkomunikasikan informasi mengenai kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam di Indonesia melalui puisi.
Rubrik penilaian Keterampilan:
Anggota Kelompok:
1. ……………………………………
2. ……………………………………
3. ……………………………………
4. ……………………………………
dst.
Keterangan:
4 = sangat baik
3 = baik
2 = cukup baik
1 = kurang baik
Nilai =
X 100
No. Kriteria Skor
4 3 2 1
1 Kelayakan isi
2 Vokal
3 Penghayatan
4 Intonasi
5 Gerak
Jumlah skor
LAMPIRAN 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
DATA NILAI PSIKOMOTORIK
NO Nama Kelompok Kerajaan KKM NILAI
1. Samudra Pasai 70 85
2. Kerajaan Aceh 70 80
3. Kesultanan Demak 70 95
4. Kerajaan Pajang 70 75
5. Kerajaan Mataram Islam 70 80
6. Kerajaan Gowa-Tallo 70 90
7. Kerajaan Ternate-Tidore 70 80
8. Kerajaan Malaka 70 75
Jumlah 660
Rata-rata 82,5
LAMPIRAN 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
DOKUMENTASI PENELITIAN
Foto kegiatan pembelajaran di kelas X IPS 2 yang dilaksanakan tanggal 2 Mei
2018
(sumber: Dokumentasi Pribadi)
Foto kegiatan pembelajaran di kelas X IPS 2 yang dilaksanakan tanggal 2 Mei
2018
(sumber: Dokumentasi Pribadi)
LAMPIRAN 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
Wawancara dengan Bilal Gifari Daulia pada tanggal 25 Mei 2018
(sumber: Dokumentasi Pribadi)
Wawancara dengan Fiony Widya A pada tanggal 25 Mei 2018
(sumber: Dokumentasi Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
Wawancara dengan Callista Nurul Amanda pada tanggal 25 Mei 2018
(sumber: Dokumentasi Pribadi)
Wawancara dengan Ratma Devi Anggraini pada tanggal 25 Mei 2018
(sumber: Dokumentasi Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
Wawancara dengan Tavip Wahyudi R. M.Pd pada tanggal 4 Juni 2018
(sumber: Dokumentasi Pribadi)
Wawancara dengan Tavip Wahyudi R. M.Pd pada tanggal 4 Juni 2018
(sumber: Dokumentasi Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
HASIL PUISI SEBAGAI PRODUK LITERASI
LAMPIRAN 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
Surat Ijin
LAMPIRAN 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI