pembahasan klasifikasi kennedy klas i dan ii

3
BAB IV PEMBAHASAN Pada kasus 3 ini diperoleh data antara lain yaitu: pasien wanita berusia 35 tahun, bekerja sebagai pedagang pakaian. Pasien ingin membuat gigi tiruan atas kemauan sendiri karena pasien mangalami kesulitan mengunyah saat makan. Gigi pasien banyak dicabut karena keropos dan pencabutan terakhir dilakukan 2 minggu yang lalu. Pasien belum pernah memakai gigi tiruan dan biaya pembuatan gigi tiruan ini 100% ditanggung oleh pasien. Pada pasien ini diperlukan perawatan pendahuluan berupa pencabutan sisa akar pada gigi 24 dan 37. Perawatan pendahuluan dilakukan pada penderita yang akan menerima perawatan prostodonsia untuk mendapatkan lingkungan rongga mulut yang sehat (Harianto, 1995). Dilihat dari kondisi gigi rahang atas pasien, diketahui bahwa klasifikasi Kennedy pada rahang atas yaitu kelas II modifikasi 2. Dengan demikian desain GTSL untuk rahang atas adalah tooth-mucosal borne. Pada rahang atas, digunakan basis GTSL yang berbahan dasar resin akrilik karena cukup kuat sebagai basis GTSL, mudah direparasi, dan harganya pun cukup terjangkau, serta jarang menimbulkan reaksi alergi. Basis plat diperluas hingga tuber maksilaris sebab dapat menambah kesetabilan plat untuk menghindari pergerakan antero-

Upload: jurnalrofi

Post on 18-Jun-2015

1.294 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan Klasifikasi Kennedy Klas I dan II

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus 3 ini diperoleh data antara lain yaitu: pasien wanita berusia 35

tahun, bekerja sebagai pedagang pakaian. Pasien ingin membuat gigi tiruan atas

kemauan sendiri karena pasien mangalami kesulitan mengunyah saat makan. Gigi

pasien banyak dicabut karena keropos dan pencabutan terakhir dilakukan 2

minggu yang lalu. Pasien belum pernah memakai gigi tiruan dan biaya pembuatan

gigi tiruan ini 100% ditanggung oleh pasien.

Pada pasien ini diperlukan perawatan pendahuluan berupa pencabutan

sisa akar pada gigi 24 dan 37. Perawatan pendahuluan dilakukan pada penderita

yang akan menerima perawatan prostodonsia untuk mendapatkan lingkungan

rongga mulut yang sehat (Harianto, 1995).

Dilihat dari kondisi gigi rahang atas pasien, diketahui bahwa klasifikasi

Kennedy pada rahang atas yaitu kelas II modifikasi 2. Dengan demikian desain

GTSL untuk rahang atas adalah tooth-mucosal borne. Pada rahang atas,

digunakan basis GTSL yang berbahan dasar resin akrilik karena cukup kuat

sebagai basis GTSL, mudah direparasi, dan harganya pun cukup terjangkau, serta

jarang menimbulkan reaksi alergi. Basis plat diperluas hingga tuber maksilaris

sebab dapat menambah kesetabilan plat untuk menghindari pergerakan antero-

posterior. Tepi plat akrilik anterior berjarak 2 mm dari tepi servikal gigi. Pada

rahang atas dibuat saddle pada bagian distal gigi 25. Pembuatan saddle berupa

free end saddle. Fungsi saddle selain untuk menyangga gigi tiruan, juga dapat

berfungsi sebagai retensi dan untuk meneruskan beban oklusal, selain itu juga

dapat menutup defek jaringan di bawahnya.

Pada rahang atas digunakan klamer dua jari dan mesial rest pada gigi 25.

Selain itu juga digunakan klamer 3 jari pada gigi 17 dan distal rest pada gigi 15.

Penggunaan direct retainer pada rahang atas bertujuan untuk memberikan retensi

dan mencegah terlepasnya GTSL. Sedangkan penggunaan oklusal rest (mesial rest

pada gigi 25 dan distal rest pada gigi 15) bertujuan untuk meneruskan beban

Page 2: Pembahasan Klasifikasi Kennedy Klas I dan II

kunyah vertical dan sebagian beban lateral pada gigi abutment, selain itu

pemberian oklusal rest juga dapat sebagai indirect retainer.

Gigi rahang atas yang diganti dengan gigi tiruan adalah gigi 14, 16, 24,

26 dan 27. Anasir gigi yang dipilih berbahan akrilik agar dapat menyatu dengan

baik dengan saddle gigi tiruan, karena dengan bahan yang sama anasir gigi akan

melekat secara kimiawi pada basis gigi tiruan.

Rahang bawah merupakan kasus klasifikasi Kennedy kelas I karena

edentulous area terletak bilateral pada posterior gigi-gigi asli. Prinsip desain

Kennedy kelas I salah satunya adalah membagi beban antara gigi dan ridge. Pada

kasus ini digunakan klamer 2 jari dan mesial rest pada gigi 35 dan 44.

Penggunaan klamer 2 jari dan mesial rest ini berfungsi untuk sebagai retensi untuk

mencegah terlepasnya GTSL dan juga untuk meneruskan beban kunyah ke

mukosa (Mc Givney, 1994).

Desain utama basis GTSL yang digunakan pada rahang bawah adalah

GTSL tooth and mucosal borne dengan basis resin akrilik. Pada basis GTSL

rahang bawah ini dibuat tambahan bilateral saddle pada bagian posterior gigi 35

dan 44. Fungsi saddle adalah untuk retensi dan untuk meneruskan beban oklusal,

selain itu juga untuk menutup defek jaringan di bawahnya. Saddle juga mencegah

terungkitnya GTSL saat menerima beban kunyah. Selain saddle pada bagian

posterior, juga dibuat peninggian plat akrilik sampai setinggi cingulum pada gigi

anterior. Peninggian plat akrilik pada bagian anterior berfungsi untuk meratakan

beban kunyah ke mukosa dibawahnya.

Anasir gigi tiruan yang digunakan yaitu pada gigi 36, 37, 45, 46, dan 47.

Anasir gigi yang dipilih berbahan akrilik agar dapat melekat secara kimia pada

saddle yang juga berbahan akrilik.

Perawatan alternatifnya belum tau…