pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara selalu …repository.utu.ac.id/1686/1/bab 1...
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara selalu diarahkan
untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan
ekonomi suatu daerah atau suatu negara pada dasarnya merupakan interaksi dari
berbagai kelompok variable, antara lain sumber daya manusia, sumber daya alam,
modal, teknologi dan lain-lain. Indonesia sebagai sebuah negara dimana
pembangunan nasionalnya pada hakikatnya memiliki salah satu tujuan yaitu
memajukan kesejahteraan umum.
Keadaan atau kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi
dinamika pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Jumlah
penduduk yang besar, jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai, akan
menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jumlah penduduk
yang besar jika diikuti dengan kualitas yang rendah, menjadikan penduduk
tersebut sebagai beban bagi pertumbuhan nasional. Sumber daya manusia
mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia (SDM) mengadung
pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat di berikan dalam proses produksi.
Pengertian kedua dari sumber daya manusia (SDM) menyangkut manusia yang
mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Kedua
pengertian SDM tersebut mengandung aspek kualitas dalam arti jumlah penduduk
yang mampu bekerja dan aspek kualitas dalam arti jasa kerja yang tersedia dan
diberikan untuk diproduksi. Meningkatnya angka pengangguran disebakan karena
ketidakseimbangan pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan kesempatan
kerja. Adanya kesejahteraan antara angka angkatan kerja dan lapangan kerja
xiii
tersebut berdampak terhadap perpindahan tenaga kerja (migrasi) baik secara
spasial antara desa-kota maupun secara sektoral. Terjadinya perpindahan
penduduk disebabkan oleh tingginya upah atau pendapatan yang dapat diperoleh
di daerah tujuan. Kesenjangan upah/pendapatan yang besar antara desa atau
daerah dan kota mendorong penduduk desa atau daerah untuk datang dan mencari
pekerjaan di kota.
Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi
yang membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per kapita mengakibatkan
semakin cepat perubahan struktur ekonomi dengan asumsi bahwa faktor-faktor
penentu lainnya yang mendukung proses tersebut seperti manusia (tenaga kerja),
bahan baku, dan teknologi tersedia. (Oloan 2009,h.3).
Kesempatan kerja timbul karena adanya investasi dan usaha untuk
memperluas kesempatan kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan investasi, laju
pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Srategi pembangunan yang
diterapkan juga akan mempengaruhi usaha perluasan kesempatan kerja. Strategi
pembangunan dan sasaran tujuan nasional harus benar-benar memperhatikan
aspek sumber daya manusia dalam memasuki lapangan kerja, orientasi untuk
peningkatan GDP (gross Domestik product) harus terlebih dahulu diikuti oleh
peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan keterampilan yang memadai agar
dalam pembangunan tersebut peningkatan GDP (gross Domestik product) juga
diikuti dengan peningkatan produktivitas kerja.
Di Kabupaten Aceh Barat kesempatan kerja sedikit bila dibandingkan
dengan Kabupaten Naga Raya, hal ini dikarenakan Kabupaten Naga Raya yang
masih baru terbentuk sehingga memerlukan SDM yang lebih banyak. Sedangkan
xiii
di Kabupaten Aceh Barat sudah banyak terisi lowongan pekerjaan sehingga tidak
ada lagi lapangan kerja terutama di bidang pemerintahan. Banyak angkatan kerja
di Kabupaten Aceh Barat yang belum mendapat pekerjaan yang sesuai dengan
bidangnya.
Angkatan kerja yang telah bekerja tersebar di sektor-sektor ekonomi yang
ada dan sebagian besar berada di sektor industri, perdagangan, jasa dan keuangan.
Kondisi ini sejalan dengan kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten
Aceh Barat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan PDRB menurut lapangan
usaha atas dasar harga Berlaku. Data diambil dari tahun 2002 sampai dengan
tahun 2011 atau selama 10 tahun. Hal ini dikarenakan PDRB atas dasar harga
Berlaku digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi. Dengan demikian,
PDRB merupakan indikator untuk mengatur sampai sejauh mana keberhasilan
pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dan dapat digunakan
sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikembangkan diatas, penulis ingin
meninjau kembali tentang pengaruh produk domestik regional bruto, penulis
tertarik untuk menulis dalam penelitian ini dengan judul “Pengaruh Produk
Domestik Regional Bruto Terhadap Kesempatan Kerja di Kabupaten Aceh
Barat”.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap pertumbuhan
kesempatan kerja di Kabupaten Aceh Barat ?
2. Berapa besarkah pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Aceh Barat ?
xiii
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap
pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Aceh Barat.
2. Untuk mengetahui pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Aceh Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini dapat memberikan
manfaat antara lain :
1. Penulis
Sebagai wacana dalam mengembangkan teori-teori yang pernah di peroleh
selama perkuliahan.
2. Lingkungan Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi bagi
peneliti-peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian dengan masalah yang
sama.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Pemerintah Daerah atau pihak lain
Hasil penelitian dan analisa yang dapat, diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan masukan tentang perkembangan pertumbuhan kesempatan kerja di
Kabupaten Aceh Barat.
xiii
1.5 Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penyusunan dalam penelitian ini maka sistematika
yang dipergunakan terdiri dari 5 (lima) bab yaitu :
Bagian pertama pendahuluan, pada bagian ini penulis mengemukakan
pokok bahasan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bagian kedua menguraikan tentang pengertian ketenagakerjaan,
kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, faktor yang mempengaruhi tingkat
kesempatan kerja, kerangka pemikiran dan hipotesis.
Bagian ketiga menguraikan tentang populasi dan sampel, data penelitian,
jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, model analisis data dan defenisi
operasional variabel dan pengujian hipotesis.
Bagian keempat menguraikan tentang, Produk Domestik Regional Bruto
di Kabupaten Aceh Barat, perekonomian Aceh Barat bertumpu pada sektor
pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa, angka
pengangguran terus bertambah sehingga kesempatan kerja di tahun 2011 menjadi
menurun, hasil pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.
Bagian kelima menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran.
xiii
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dihitung untuk mengetahui total
produksi barang dan jasa suatu daerah pada suatu periode tertentu. Yang
dimaksud dengan produksi adalah aktifitas suatu usaha menggunakan ‘input’
untuk memproduksi ‘output’. PDRB merupakan neraca makro ekonomi yang
dihitung secara konsisten dan terintegrasi dengan berdasar pada konsep, definisi,
klasifikasi dan cara penghitungan yang telah disepakati secara internasional.
Perubahan nilai PDRB dari waktu kewaktu terjadi karena dua hal, yaitu
terjadinya perubahan harga barang dan jasa atau karena terjadinya perubahan
volume. Penggunaan harga yang berlaku pada periode yang telah lalu
menghasilkan PDRB atas harga konstan. PDRB atas harga konstan disebut
sebagai PDRB volume atau PDRB real.
Sektor-sektor produksi dikelompokkan kedalam sembilan sektor yaitu :
1. Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, perkebunan.
2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri pengolahan
4. Listrik, Gas, dan air bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7. Pengankutan dan Komunikasi
8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
9. Jasa-jasa.Sumber : BPS. Aceh Barat dalam angka. 2010.
xiii
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
pertumbuhan ekonomi suatu negara/ wilayah/ daerah. Pertumbuhan tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya infrastruktur ekonomi. PDRB
adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam
wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan
menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan
menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada
satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya.
PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran
struktur ekonomi, sedangkan harga konstan dapat digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Dengan demikian. PDRB merupakan
indikator untuk mengatur sampai sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam
memanfaatkan sumber daya yang ada, dan dapat digunakan sebagai perencanaan
dan pengambilan keputusan.
Ada beberapa konsep definisi yang perlu diketahui :
1. Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Pasar
PDRB atas dasar harga pasar merupakan penjumlahan nilai tambah bruto dari
seluruh sektor perekonomian didalam suatu wilayah dalam periode tertentu,
biasanya satu tahun, yang dimaksud dengan nilai tambah adalah selisih nilai
produksi dengan biaya.
Sedangkan menurut Taringan (2005, h. 18) PDRB atas harga pasar adalah
jumlah nilai tambah bruto (Gross Value added) yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah bruto adalah
xiii
nilai produksi (Output) dikurangi dengan biaya antara (Intermediate cost). Nilai
tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (Upah, Gaji,
Bunga, sewa tanah, dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
Jadi, dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan
menjumlahkannya, akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto atas
dasar harga pasar.
2. Produk Domestik Regional Neto atas Dasar harga pasar
PDRN atas dasar harga pasar merupakan PDRB yang dikurangi dengan
penyusutan. Penyusutan dikeluarkan dari PDRB oleh karena susutnya barang
modal selama berproduksi.
3. Produk Domestik Regional Neto atas Dasar Biaya Faktor
PDRN atas dasar biaya faktor adalah PDRN atas dasar harga pasar dikurangi
dengan penyusutan. Penyusutan dikeluarkan dari PDRB oleh karena susutnya
barang modal selama produksi.
4. Pendapatan Regional
PDRN atas dasar biaya faktor merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor
produksi dalam proses produksi, dan tidak seluruhnya menjadi milik suatu
daerah/wilayah karena termasuk pula didalamnya pendapatan penduduk
wilayah lain. Demikian sebaliknya, PDRN tersebut harus pula ditambah
dengan pendapatan yang diperoleh daerah lain. Bila pendapatan penduduk
yang masuk dan keluar dapat dicatat dengan pendapatan neto antar
wilayah/daerah didapatkan pendapatan regional (Produk Regional Bruto).
Karena sulitnya memperoleh data pendapatan masuk dan keluar suatu wilayah
maka PDRN atas dasar biaya factor diasumsikan sama dengan pendapatan
regional atau pendapatan neto.
xiii
5. Pendapatan Regional Perkapita
Pendapatan perkapita merupakan pendapatan yang diterima oleh masing-
masing perkepala penduduk. Pendapatan perkapita tersebut dihasilkan dengan
membagi pendapatan regional/produk regional neto dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun.
6. Produk Domestik dan Produk Regional
Ada perbedaan pengertian dalam literature ekonomi mengenai produk
domestic dengan produk regional. Kenyataan menunjukan bahwa sebagian
kegiatan produksi yang dilakukan disuatu daerah, beberapa factor produksinya
berasal dari wilayah/daerah lain seperti tenaga kerja, mesin dan modal.
Sehingga nilai produksi di wilayah atau domestic tidak sama dengan
pendapatan yang diterima oleh penduduk tersebut, yang pada akhirnya
menimbulkan perbedaan antara produk domestic dan produk regional. Peroduk
regional merupakan produk domestic yang ditambahkan pendapatan yang
mengalir kedalam wilayah tersebut, kemudian dikurangi pendapatan yang
mengalir keluar wilayah. Sehingga dapat dikatakan produk regional pada
dasarnya merupakan produk yang betul-betul dihasilkan oleh faktor-faktor
produksi yang dimiliki penduduk dalam wilayah yang bersangkutan.
7. Pendapatan Regional Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
Pendapatan regional atas dasar harga konstan didapat melalui operasi
pengurangan pendapatan regional atas dasar harga berlaku dengan
perkembangan inflasi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap
tahun. (http://www.scribd.com/doc/25114724/Definisi-PDRB).
Menurut Jhingan (2007, h. 16) PDRB atas dasar harga pasar adalah jumlah
nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor
xiii
perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud nilai tambah bruto adalah nilai
produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Nilai
tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan
gaji, bunga, sewa, tanah dan keuntungan), penyusutan, dan pajak tidak
langsung neto. Jadi, menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor
dan menjumlahkannya, akan menghasilkan produk domestik regional bruto
atas dasar.
2.2 Pengertian Ketenagakerjaan
Untuk membahas masalah kesempatan kerja berarti harus memahami
tentang konsep ketenagakerjaan yang umum berlaku, menurut Todaro (2000,h.25)
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tenaga kerja (manpower) atau penduduk usia kerja (UK), adalah penduduk
dalam usia kerja (berusia 15 tahun keatas) atau jumlah seluruh penduduk
dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap tenaga mereka. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I
pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar
penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja
dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk
tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia
adalah berumur 15 tahun - 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang
mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai
usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula
yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7
xiii
tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja dan jika mereka
mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Penerapan penduduk usia kerja di
atas 15 tahun adalah setelah ILO (International Labor Organitation)
menginstruksi agar batas awal usia kerja adalah setelah 15 tahun. Sedangkan
pada statistic Indonesia sejak tahun 1971 batas usia kerja adalah bilamana
seseorang sudah berumur 10 tahun atau lebih. Semenjak dilaksanakan
SAKERNAS (Survei Angkatan Kerja Nasional) 2001, batas usia kerja yang
semula 10 tahun atau lebih dirubah menjadi 15 tahun atau lebih mengikuti
defenisi yang dianjurkan ILO.
2. Angkatan kerja (labor force), adalah bagian dari tenaga kerja yang
sesungguhnya terlibat, atau berusaha terlibat dalam kegiatan produksi barang
dan jasa. Dalam hal ini adalah penduduk yang kegiatan utamanya selama
seminggu yang lalu bekerja, atau sedang mencari pekerjaan. Untuk kategori
bekerja apabila minimum bekerja selama 1 jam selama seminggu yang lalu
untuk kegiatan produktif sebelum pencacahan dilakukan. Mencari pekerjaan
adalah seseorang yang kegiatan utamanya sedang mencari pekerjaan, atau
sementara sedang mencari pekerjaan dan belum bekerja minimal 1 jam selama
seminggu yang lalu. Penjumlahan angka-angka angkatan kerja dalam bahasa
ekonomi disebut sebagai penawaran angkatan kerja (labour supply).
Sedangkan penduduk yang berstatus sebagai pekerja atau tenaga kerja
termasuk ke dalam sisi permintaan (labour demand).
3. Bukan angkatan kerja (unlabour force), adalah penduduk yang berusia kerja
(15 tahun ke atas), namun kegiatan utama selama seminggu yang lalu adalah
sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Apabila seseorang yang sedang
sekolah, mereka bekerja minimal 1 jam selama seminggu yang lalu, tetapi
kegiatan utamanya adalah sekolah, maka individu tersebut tetap masuk
xiii
kedalam kelompok bukan angkatan kerja. Mereka yang tercatat lainnya
jumlahnya tidak sedikit dan mungkin sebagian besar masuk kedalam transisi
antara sekolah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau
tidak dalam kategori bukan angkatan kerja.
4. Tingkat partisipasi angkatan kerja (labour force participation), adalah
menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umur sebagai
persentase penduduk dalam kelompok umur tersebut, yaitu membandingkan
angkatan kerja dengan tenaga kerja.
5. Tingkat pengangguran (unployment rate), adalah angka yang menunjukan
berapa banyak dari jumlah angkatan kerja sedang aktif mencari pekerjaan,
dengan jumlah angkatan kerja.
Sedangkan menurut pendapat penulis dapat menyimpulkan yang dimaksud
ketenagakerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan jasa, untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk
masyarakat.
Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan atau
demand dalam masyarakat. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan
ekonomi dan tingkat upah. Proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja
melalui penyediaan dan permintaan tenaga kerja dinamakan pasar kerja. Besar
penempatan (jumlah orang yang bekerja atau tingkat employment) dipengaruhi
oleh factor kekuatan penyediaan dan permintaan tersebut. Selanjutnya, besarnya
penyediaan dan permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat upah
(Suparmoko 2002, h. 156).
Dalam ekonomi Neoklasik bahwa penyediaan atau penawaran tenaga kerja
akan bertambah bila tingkat upah bertambah. Sebaliknya permintaan terhadap
xiii
tenaga kerja akan berkurang bila tingkat upah meningkat. Ini dilukiskan dengan
garis DD pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Penyediaan dan Permintaan tenaga kerjaSumber : Suparmoko, 2002.
Dengan asumsi bahwa semua pihak mempunyai informasi yang lengkap
mengenai pasar kerja, maka teori neoklasik beranggapan bahwa jumlah
penyediaan tenaga kerja selalu sama dengan permintaan. Keadaan pada saat
penyediaan tenaga kerja sama dengan permintaan dinamakan titik ekuilibrium
(titik E). Dalam hal penyediaan tenaga kerja sama dengan permintaan, tidak
terjadi pangangguran.
Dalam kenyataan, titik ekuilibrium itu tidak pernah tercapai karena
informasi tidak pernah sempurna dan hambatan-hambatan institusional selalu ada.
Upaya yang berlaku (W) pada umumnya lebih besar dari pada upak ekuilibrium
(We). Pada tingkat upah Wi, jumlah penyediaan tenaga adalah Ls sedang
permintaan hanya sebesar Ld. Selisih antara Ls dan Ld merupakan jumlah
pengangguran. Tiap Negara memberikan pengertian yang berbeda mengenai
definisi bekerja dan menganggur, dan definisi itu dapat berubah menurut waktu.
2.3 Kesempatan Kerja
Ld Le Ls Tenaga kerja,Penempatan,Penganggur.
xiii
Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam proses produksi yang
lain seperti tanah, modal dan lain-lain. Maka manusia merupakan penggerak bagi
seluruh faktor-faktor produksi tersebut. Istilah kesempatan kerja mengandung
pengertian lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja
akibat dari suatu kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian pengertian
kesempatan kerja adalah mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan
semua lapangan pekerjaan yang masih kosong. Dari lapangan pekerjaan yang
masih kosong tersebut (mengandung arti adanya kesempatan, kemudian timbul
kebutuhan akan tenaga kerja). Kebutuhan tenaga kerja pada tingkat upah, posisi,
dan syarat kerja tertentu. Data kesempatan kerja secara nyata sulit diperoleh,
maka untuk keperluan praktis digunakan pendekatan bahan jumlah kesempatan
kerja didekati melalui banyaknya lapangan kerja yang terisi yang tercermin dari
jumlah penduduk yang bekerja.
Kebutuhan tenaga kerja didasarkan pada pemikiran bahwa tenaga kerja
dalam masyarakat merupakan salah satu faktor yang potensial untuk
pembangunan ekonomi secara keseluruhan, dengan demikian jumlah penduduk
Aceh Barat yang cukup besar dapat menentukan percepatan laju pertumbuhan
ekonomi. Kesempatan kerja yang tersedia dan kualitas tenaga kerja yang
digunakan akan menentukan proses pembangunan ekonomi untuk menjalankan
proses produksi dan juga sebagai pasar barang dan jasa.
(http://edukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Modul%20On
line/view&id=54&uniq=1504). Secara teoritik, tenaga kerja terbagi dua, yakni
angkutan kerja dan bukan angkatan kerja. Kemudian angkatan kerja terdiri dari
golongan pekerja dan menganggur, sedangkan bukan angkatan kerja terdiri dari
golongan bersekolah, mengurus rumah tangga dan penerima pendapatan
(Panyaman, 2001:3). Pada kajian ini adalah golongan angkatan kerja yang
xiii
terserap dan merupakan kesempatan kerja atau golongan pekerja pada sektor
lapangan usaha di Kabupaten Aceh Barat.
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesempatan Kerja
Pada suatu daerah dimana tingkat kesempatan kerjanya tinggi, hal tersebut
akan mempengaruhi tingkat pengangguran dan sebaliknya jika kesempatan kerja
itu rendah maka pengangguran akan meningkat. Tinggi rendahnya tingkat
kesempatan kerja dipengaruhi oleh komponen pokok, komponen tersebut di suatu
Negara jenisnya berbeda-beda. Menurut Simanjuntak dalam (Oloan 2009, h. 43 )
faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja, yaitu :
a. Kondisi perekonomian
b. Pertumbuhan penduduk
c. Produktivitas/kualitas sumber daya manusia
d. Tingkat upah
e. Struktur umur penduduk
Kutipan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kondisi perekonomian
Pesatnya roda perekonomian suatu daerah mencerminkan aktivitas produksi
yang tinggi, kapasitas produksi yang tinggi membutuhkan tingginya faktor
produksi diantaranya adalah tenaga kerja. Jadi banyak perusahaan yang
menambah tenaga kerja baru, hal ini membuat para pencari kerja memperoleh
pekerjaan.
b. Pertumbuhan penduduk
Kualitas pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh tingginya angka
pertumbuhan penduduk. Oleh sebab itu semakin tinggi jumlah penduduk akan
mengurangi kesempatan orang untuk bekerja. Karena tidak semua penduduk
xiii
dapat bekerja, atau tidak semua penduduk dalam usia produktif untuk bekerja
contohnya lansia.
c. Produktivitas/kualitas sumber daya manusia
Tingginya produktivitas dan kualitas sumber daya seseorang akan mendorong
tingginya tingkat kesempatan kerja, dan sebaliknya kualitas sumber daya
manusia yang rendah akan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang
diinginkannya. Contohnya di Kabupaten Aceh Barat banyak yang
berpendidikan terakhir SMU tidak dapat bekerja di perkantoran/Dinas. Karena
setiap tahun pendidikan yang tinggi diperhitungkan untuk memperoleh
pekerjaan yang layak/sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
d. Tingkat upah
Kenaikan upah yang tidak dibarengi dengan kenaikan kapasitas produksi akan
menyebabkan pihak perusahaan akan mengurangi jumlah karyawannya, hal
tersebut akan menurunkan tingkat kesempatan kerja.
e. Struktur umur penduduk
Semakin besar struktur umur penduduk yang digolongkan muda, maka
kesempatan kerja akan menurun dan sebaliknya.
2.5 Pertumbuhan Ekonomi
Seorang ahli ekonomi, Okun yang memperkenalkan Hukum Okun
Mankiw (2000, h.194) menyatakan bahwa terdapat kaitan erat antara tingkat
pengangguran dengan GDP (gross Domestik Product) rill, di mana terdapat
hubungan yang negatif antara tingkat pengangguran dengan GDP rill. Pernyataan
ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kesempatan kerja
dengan GDP riil. Okun menggunakan data tahunan dari Amerika Serikat untuk
menunjukan hukum Okun ini seperti terlihat pada gambar 2.2
xiii
Gambar 2.2 Kurva Hukum OkunSumber : Mankiw, 2000.
Gambar 2.2 diatas ini merupakan titik sebar dari perubahan dalam tingkat
pengangguran pada sumbu horizontal dan perubahan persentase dalam GDP riil
pada sumbu vertikal. Gambar ini menunjukan dengan jelas bahwa perubahan
dalam tingkat pengangguran tahun ke tahun sangat erat kaitannya dengan
perubahan dalam GDP riil tahun ke tahun, seperti terlihat pada garis titik sebar
pengamatan yang berslope negatif.
Salah satu masalah yang biasa muncul dalam ketenagakerjaan adalah
ketidak seimbangan antara permintaan akan tenaga kerja (demand for labour) dan
penawaran tenaga kerja (supply of labour) pada suatu tingkat upah. Ketidak
seimbangan tersebut dapat berupa :
Perubahan persentasedalam GDP riil
Garis titik sebaransetiap pengamatan
Perubahan dalam tingkatPengangguran
xiii
1. Lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja
(adanya excess supply of labour).
2. Lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (adanya excess
demand for labour).
Apabila jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah
sama dengan jumlah tenaga kerja yang diminta, maka tidak akan ada excess
supply for labour maupun excess demand for labour. Pada kondisi seperti ini
berarti terjadi tingkat upah keseimbangan di mana semua orang yang ingin
bekerja telah dapat bekerja, berarti ada orang yang menganggur. Apabila terjadi
excess supply for labour berarti ada orang yang menganggur pada tingkat upah
tertentu, sedangkan apabila terjadi excess demand for labour berarti masih ada
kemungkinan tenaga kerja dapat melakukan negoisasi upah sesuai keinginannya
di atas upah keseimbangan. Seperti di Kabupaten Aceh Barat tingkat upahnya
berbeda dengan Kabupaten Nagan Raya, hal ini dikarenakan kebutuhan SDM di
Kabupaten Nagan Raya masih banyak dibutuhkan karena mengingat Kabupaten
Nagan Raya yang baru terbentuk dan untuk mengisi anggota pemerintahannya
diperlukan banyak tenaga kerja, sehingga tingkat upah lebih dominan
mempengaruhi kesempatan kerja di daerah tersebut.
Dengan menggunakan teori Harrod-Domar, pertumbuhan ekonomi dapat
menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya dengan lebih mengutamakan
perkembangan sektor-sektor ekonomi yang padat karya seperti sektor pertanian
dan industri-industri berskala kecil.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tolak ukur dari
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah diantaranya adalah PDRB
daerah tersebut dan pertumbuhan penduduk yang bermuara pada tingkat
kesempatan kerja. PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam
xiii
mengelola sumber daya alam dan faktor-faktor produksi. PDRB juga merupakan
jumlah dari nilai tambah yang diciptakan dari seluruh aktifitas ekonomi suatu
daerah atau sebagai nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
daerah. Mengambil analisis makro Produk Domestik Regional Bruto, (Mankiw
2000, h.287) menjelaskan bahwa secara umum PDRB dapat dihitung berdasarkan
harga konstan atu berdasarkan harga berlaku. PDRB menurut harga konstan
adalah merupakan ukuran kemakmuran ekonomi yang dihasilkan tidak
dipengaruhi oleh perubahan harga.
2.6 Perumusan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang penelitian, berlandaskan teoritis maka penulis
mencoba mengemukakan hipotesa, diduga bahwa Produk Domestik Regional
Bruto berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja sektoral di Kabupaten
Aceh Barat.
xiii
III. METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak dituntut
menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data
tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Ruang lingkup penelitian ini adalah
seluruh jumlah kesempatan kerja sektoral di Kabupaten Aceh Barat dan PDRB di
Kabupaten Aceh Barat.
Mengingat luasnya aspek penelitian dari tahun 2007 sampai 2011 dan
keterbatasan dokumen terhadap informasi mengenai kesempatan kerja dan PDRB
di Kabupaten Aceh Barat maka penulis mengambil sampel penelitian selama
kurun waktu 5 tahun.
3.2 Data Penelitian
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan data sekunder yang bersifat time series dari tahun 2007 sampai
dengan tahun 2011 yang dipublikasikan oleh instansi : Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Aceh Barat.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Studi Pustaka ( Library Research )
xiii
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara
membaca buku-buku, situs web, dan literatur lainnya baik yang diwajibkan
maupun yang dianjurkan yang berhubungan dan ada kaitannya dengan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi akan
digunakan untuk mencari data kuantitatif yang berupa jumlah pertumbuhan
kesempatan kerja dan PDRB Kabupaten Aceh Barat.
3.3 Model Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linear sederhana, analisis korelasi, koefisiensi determinasi, yang dihitung
menggunakan cara manual sedangkan uji t yang diolah menggunakan SPSS.
1. Analisis Regresi Linear Sederhana
Y = a + bX ..................................................................(1)
Keterangan :
Y = Kesempatan Kerja Sektoral
X = PDRB
a = Intersep
b = koefisien regresi (slop)
= ∑ −(∑ )(∑ )∑ − (∑ )= ∑ −b∑x
xiii
2. Koefisien korelasi pearson (r)
Untuk melihat bentuk korelasi antar variabel dengan persamaan regresi
tersebut maka nilai a dan b harus ditentukan terlebih dahulu. Menurut Hasan
(2009, h.61) rumus mencari korelasi pearson adalah :
a. Koefisien korelasi pearson= ∑ (∑ )(∑ )[ ∑ (∑ )][ ∑ (∑ )] .............................................................(2)
b. Koefisien Penentu (KP)
Analisa ini digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Koefisien penentu (KP)
merupakan kuadrat dari nilai koefisien korelasi.
Rumus koefisien korelasi determinasi menurut Ridwan (2000) dalam
Arafah (2008, h. 11)
Kp = x 100 % ........................................................(3)
Dimana :
Kp = Besarnya koefisien penentu (determinasi)
r = koefisien korelasi
c. Uji-t
= √√ ......................................................................................................(4)
Keterangan :
n = jumlah sampel
r = koefisien korelasi
xiii
3.4 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel merupakan batasan yang diberikan pada
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 2 variabel yang terdiri dari 1 variabel independen dan
variabel dependen Y. Masing-masing variabel tersebut didefinisikan dan
dioperasionalkan Definisi variabel yang digunakan dalam model analisis adalah
sebagai berikut :
1. Produk Domestik Regional Bruto (X) adalah merupakan nilai dari seluruh
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat di suatu wilayah (region)
pada kurun waktu tertentu.
2. Kesempatan Kerja (Y) dapat diartikan sebagai partisipasi dalam
pembangunan, baik dalam arti memikul beban pembangunan maupun dalam
tanggung jawab atas pelaksanaan pembangunan ataupun di dalam menerima
kembali hasil pembangunan tersebut.
3.5 Pengujian hipotesis
Uji t digunakan untuk menguji hipotesis parameter rata-rata bila sampel
berukuran kecil (n≤30) dan ragam populasi tidak diketahui menurut (Duwi
2010,h.68)
= √√ ....................................................................................................(5)
Keterangan :
n = jumlah sampel
r = koefisien korelasi
Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Ho ; β = 0, PDRB tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan
kesempatan kerja di Kabupaten Aceh Barat.
xiii
b. H ; β ≠ 0, PDRB berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap
pertumbuhan kesempatan kerja sektoral di Kabupaten Aceh Barat.
Kriteria uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Apabila t > t maka Ho ditolak H diterima, artinya terdapat pengaruh yang
signifikan antara PDRB terhadap pertumbuhan kesempatan kerja sektoral di
Kabupaten Aceh Barat.
b. Apabila t < t maka Ho diterima H ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara PDRB terhadap pertumbuhan kesempatan kerja
sektoral di Kabupaten Aceh Barat.
xiii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di KabupatenAceh Barat
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan seluruh nilai
barang dan jasa yang dihasilkan suatu wilayah dalam kurun waktu satu Tahun.
PDRB didapat dengan cara mengalikan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
tersebut dengan harganya. Apabila harga yang dipakai merupakan harga berlaku
pada tahun tersebut maka didapatlah PDRB atas dasar harga berlaku. Akan tetapi
apabila harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2000 maka didapatlah
PDRB atas dasar Harga konstan tahun 2000.
PDRB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan
menunjukkan kenaikan yang signifikan. Pada tahun 2009, PDRB Aceh Barat atas
dasar harga berlaku adalah senilai 2,70 triliun rupiah. Sedangkan pada tahun 2010,
nilai produksi ini mencapai 3,00 triliun rupiah. Bahkan sepanjang tahun 2011,
nilai tambah Aceh Barat mencapai 3,26 triliun rupiah.
PDRB tersebut masih dipengaruhi oleh kenaikan harga (inflasi). Untuk
melihat kenaikan produksi suatu wilayah digunakanlah PDRB harga konstan.
Kenaikan produksi tersebut disebut pertumbuhan ekonomi. Kenaikan nilai PDRB
atas dasar harga konstan akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi bernilai positif
(meningkat). Demikian pula sebaiknya, jauhnya perbedaan antara PDRB harga
berlaku dan harga konstan tahun 2000 mengindifikasikan bahwa kenaikan harga
dalam kabupaten Aceh Barat tergolong tinggi. BPS.Sumber : PDRB Kabupaten
Aceh Barat 2008-2011.
Tabel 1Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Barat tahun 2002-2011 (Persen)
Atas Harga Berlaku
No Sektor
PDRB (Juta Rupiah)
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertanian
Pertambangan &
Penggalian
Industri pengolahan
Listrik, Gas & air
Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel, &
Restoran
Pengangkutan &
Komunikasi
Keuangan, Persewaan
& Jasa Perusahaan
Jasa - jasa
365.898
5.442
20.788
2.354
137.250
232.366
85.767
16.532
194.829
404.158
6.042
23.416
2.738
152.027
250.949
95.869
22.317
223.720
538.907
7.004
26.083
3.019
170.325
272.843
106.472
21.463
252.307
478.462
7.098
18.964
4.441
105.289
330.660
116.823
24.930
230.595
584.509
10.843
20.998
5.134
206.089
400.187
142.824
31.002
308.805
664.714
12.382
23.967
6.788
276.101
486.873
142.869
34.808
371.517
716.372
15.179
27.293
8.506
377.155
569.047
241.206
39.769
420.874
882.593
16.525
33.234
11.965
378.039
579.654
262.751
45.537
489.932
1.078.420
17.244
39.990
13.355
389.716
603.249
278.811
51.384
534.037
1.220.305
18.023
48.058
14.990
409.213
624.268
288.182
59.770
586.971
Jumlah 1.061.231 1.181.240 1.398.427 1.317.267 1.710.393 2.060.024 2.415.404 2.700.234 3.006.210 3.269.784Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Aceh Barat 2012
xiii
Sektor Pertanian merupakan sektor ekonomi yang mayoritas dikelola oleh
masyarakat Aceh khususnya di perdesaan. Di Kabupaten Aceh Barat Sektor
Pertanian memberikan masukan terbesar dari sektor-sektor ekonomi lainnya dari
Tahun ke Tahun seperti tercantum pada Tabel di atas. Sektor Pertambangan &
Penggalian dari kurun waktu 10 Tahun yaitu dari Tahun 2002-2011 hanya
memberikan masukan PDRB relatif kecil. Listrik, Gas da Air Bersih, seperti yang
kita tau sektor ini memang merupakan sektor kebutuhan sehari-hari masyarakat
jadi kontribusi yang di berikan seimbang dari Tahun ke Tahun. Pada Tahun 2009-
2011 sektor ini memberikan nilai plus terhadap PDRB dikarenakan sudah mulai
berkembangnya Kabupaten Aceh Barat dengan dibangunnya bangunan-bangunan
baru, dan banyaknya para imigran yang menetap di Kabupaten Aceh Barat
sehingga makin banyak tuntutan lahan tempat tinggal. Sektor ekonomi yang juga
memberikan kontribusi relatif besar terhadap pembentukan nilai PDRB
Kabupaten Aceh Barat adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang
mayoritas berpusat di bagian perkotaan, pada Tahun 2006-2011 sektor ini
memberikan nilai tambah yang terus meningkat setiap Tahunnya terhadap PDRB.
Sektor Bangunan/konstruksi, kontribusi yang diberikan sektor ini naik turun
sepanjang Tahun 2002-2005 dan mulai bangkit lagi sepanjang Tahun 2006- 2011
dikarenakan proses rekontruksi dari Pemerintah Pusat, Daerah dan juga dibantu
oleh pihak Non Goverment Organitation (NGO) Lokal maupun Internasional. Hal
ini dapat dimaklumi karena kegiatan yang bersifat pembangunan secara fisik ini
terus dipacu oleh kabupaten Aceh Barat. Pada tahun 2009 dan 2010 pembenahan
sarana dan prasarana rusak pasca bencana alam tsunami pada akhir tahun 2004
sudah rampung dikerjakan. Sektor ekonomi lainnya yang ikut memberikan
kontribusi relatif besar terhadap PDRB Kabupaten Aceh Barat periode 2002-2011
adalah sektor transportasi dan komunikasi. Sektor Keuangan dan Persewaan
xiii
masih memberikan kontribusi yang tidak jauh berbeda sepanjang Tahun 2002-
2011. Sektor Jasa-jasa seperti terlihat dalam tabel sector ini terus mengalami
lonjakan sepanjang Tahun 2002-2011.
4.2 Perkembangan Kesempatan Kerja Kabupaten Aceh Barat
Selanjutnya pasar tenaga kerja Aceh Barat juga menyediakan kesempatan
kerja yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingginya Tingkat Kesempatan
kerja (TKK). TKK dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini masih terbilang
tinggi yaitu berkisar antara 93-96 persen. Artinya sepanjang tahun 2009-2011,
terdapat sekitar 93-96 persen penduduk yang berhasil mendapatkan pekerjaan dari
100 persen penduduk yang bersedia bekerja. Pada tahun 2011 TKK Aceh Barat
mengalami sedikit penurunan menjadi 93 persen dikarenakan kurangnya lapangan
kerja yang tersedia. Angka ini merupakan penjumlahan dari TKK penduduk laki-
laki dan perempuan. Hal yang sama juga terjadi pada TKK penduduk laki-laki dan
perempuan.
Tingginya kesempatan kerja tersebut otomatis akan mempengaruhi jumlah
pengangguran yang dapat diukur dari indikator Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT). Indikator ini berguna sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan
kerja baru. Penjumlahan nilai TKK dan TPT bernilai 100 persen.
Indikator pengangguran ini lebih besar nilainya pada penduduk Perempuan
daripada Laki-laki. Ini dikarenakan pasar kerja lebih mengutamakan kaum lelaki,
terutama pekerjaan kasar yang lebih banyak membutuhkan tenaga. Sedangkan
pada kaum Perempuan, hanya lapangan usaha tertentu yang dapat dimasuki.
Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Aceh Barat, 2012, h. 8.
xiii
Tabel 2
TPT (Penduduk angkatan kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaandibandingkan dengan jumlah penduduk angkatan kerja)
Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Aceh Barat 2012.
TPT tahun 2002 yang sebesar 2,33 persen berarti dari 100 persen
penduduk angkatan kerja, hanya 2,33 persen saja yang menganggur. Pada tahun
2005 terjadi peningkatan TPT di akibatkan banyaknya masyarakat yang
kehilangan aset dan lapangan usaha sehingga mereka tidak mampu membangun
atau bekerja seperti biasanya di akibatkan bencana Tsunami. Di Tahun 2006 TPT
mulai berkurang dikarenakan mulainya Pembangunan kembali oleh Pemerintah
Daerah yang terkena Tsunami termasuk Kabupaten Aceh Barat. Naik turunnya
angka TPT dari Tahun 2007-2009, Pada tahun 2009 , 4,63 yang menganggur
meningkat dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2010 pengangguran
yang tersisa di Aceh Barat hanya 3,52 persen saja. Pada tahun 2011 tingkat
pengangguran kembali membesar dikarenakan peningkatan jumlah tenaga kerja
yang tidak sebanding dengan penambahan lapangan usaha.
No Tahun TPT Persen (%)1 2002 2,33
2 2003 2,21
3 2004 2,04
4 2005 5,05
5 2006 2,98
6 2007 3,37
7 2008 2,14
8 2009 4,63
9 2010 3,52
10 2011 6,82
Tabel 3Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut lapangan Usaha Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2002-2011
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat Aceh In Invigures 2002-2011
No Lapangan UsahaJumlah Tenaga kerja (orang)
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pertanian
Pertambangan & penggalian
Industri pengolahan
Listrik, Gas & air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel, &
Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan &
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
15.038
115
1.536
410
4.152
8.560
3.235
205
8.659
17.253
135
1.858
415
4.530
8.905
3.215
216
8.923
18.336
168
2.562
435
4.020
8.210
3.985
263
9.263
20.254
204
2.8214
400
4.562
7.259
2.546
195
9.275
23.545
215
2.965
425
5.950
10.542
3.123
240
9.300
25.614
308
3.230
420
6.020
10.031
3.975
232
9.376
28.804
336
2.070
470
5.253
10.123
3.636
226
9.551
29.959
364
3.248
310
5.571
9.589
3.323
252
13.564
30.974
678
2.559
431
5.400
12.649
1.888
416
15.264
38.711
1.578
1.300
363
3.633
12.536
2.052
610
15.062
Total 34.206 41.373 36.235 72.909 56.305 58.898 60.133 66.180 70.259 75.845
Untuk mencegah ketimpangan sosial, peningkatan jumlah penduduk harus
diimbangi dengan kemajuan dibidang ketenagakerjaan. Seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk Aceh Barat, jumlah penduduk usia kerja yaitu 15
Tahun keatas juga semakin meningkat. Pada tabel diatas terlihat bahwa jumlah
angkatan kerja merupakan penduduk usia 15 tahun ke atas yang berpartisipasi
aktif dalam pasar kerja, baik yang mempunyai pekerjaan maupun penduduk yang
mencari pekerjaan (pengangguran). Walaupun jumlah penduduk Kabupaten Aceh
Barat yang bekerja terus bertambah tiap tahunnya. Akan tetapi lonjakan angkatan
kerja di tahun 2011 yang tidak dibarengi dengan lonjakan lapangan kerja
menyebabkan jumlah pengangguran pada tahun tersebut menjadi meningkat.
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis
Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kesempatan
Kerja di Kabupaten Aceh Barat. Analisis ini digunakan untuk mengetahui
pengaruh Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Kesempatan Kerja di
Kabupaten Aceh Barat, analisis ini akan diwujudkan dengan pengolahan data
secara sederhana (manual).
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
1. Analisis Koefisien Korelasi
Untuk mengetahui tingkat keeratan, arah hubungan antara PDRB terhadap
Kesempatan Kerja, maka dapat menggunakan koefisien korelasi. Koefisien
korelasi ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel
xiii
independen (X) secara serempak terhadap variabel dependen (Y). Nilai (R)
berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang
terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang
terjadi semakin lemah.
Menurut Sugiono (2007), dalam Duwi, h. 65 pedoman untuk memberikan
interprestasi koefisien korelasi (R) adalah sebagai berikut :
0,00 - 0,199 = Sangat rendah
0,20 - 0,399 = Rendah
0,40 - 0,599 = Sedang
0,60 - 0,799 = Kuat
0,80 - 1,000 = Sangat kuat
Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS versi
18.0 pada tabel output SPSS model summari diperoleh nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,742. Disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4Hasil Perhitungan koefisien korelasi (R)
No Variabel R R²
1 Produk Domestik RegionalBruto, dan TKK
0,742 0,551
Sumber : Hasil SPSS (Diolah September 2012)
2. Analisa Koefesien Determinasi
Pengaruh PDRB terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Aceh Barat,
dengan menggunakan analisis ini secara kongkret dilakukan terhadap koefisien
determinasi. Koefisien determinasi adalah Analisa ini digunakan untuk
menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel bebas (X) terhadap variabel
xiii
terikat (Y). koefisien determinasi (r2) merupakan kuadrat dari nilai koefisien
korelasi.
Adapun koefesien determinasi dalam penelitian ini dapat diketahui dengan
penggunaan rumus perhitungan sebagai berikut :
Koefesien determinasi = r2 × 100%
Koefesien determinasi = (0,742)2 × 100%
Koefesien determinasi = 55,06 %
Dari perhitungan diatas diperoleh koefesien determinasi (R2) sebesar
55,06% yang berarti bahwa variabel kesempatan kerja sektoral ikut berpengaruh
terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat sedangkan sisanya 44,94% dipengaruhi
oleh variabel lainnya diluar model penelitian ini.
3. Uji Regresi linear Sederhana dan Uji Signifikan Parsial (Uji t).
Uji regresi merupakan prosedur yang kuat dan fleksibel dalam
menganalisis pengaruh asosiatif antara variabel independen (X) dan variabel
dependen (Y). Sedangkan secara partial Variabel PDRB ikut berpengaruh
terhadap Variabel Kesempatan Kerja di Kabupaten Aceh Barat.
Tabel 5Variabel PDRB dan Tingkat Kesempatan Kerja
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficientst Sig.
95.0% Confidence
Interval for B
B Std. Error BetaLower
Bound
Upper
Bound
1
(Constant) 28867.515 9682.154 2.982 .018 6540.428 51194.603
PDRB .014 .005 .742 3.131 .014 .004 .024
xiii
Sumber: Hasil SPSS (Diolah Agustus 2013)
Dari hasil perhitungan regresi linear sederhana maka persamaannya
sebagai berikut : Y = 28867.515 + 0.14 X
Konstanta dari persamaan diatas sebesar 28867.515, nilai konstanta ini
menyatakan apabila variabel PDRB sama dengan nol maka Kesempatan Kerja
Sektoral sebesar 0.14. Koefesien regresi PDRB dari persamaan diatas dapat dilihat
bahwa Kesempatan Kerja Sektoral sebesar 1 hal ini akan menyebabkan PDRB
naik sebesar Rp 14,- .menyatakan setiap kenaikan Kesempatan Kerja Sektoral 1
maka PDRB meningkat sebesar Rp 14,-.
Pembuktian bahwa variabel Kesempatan Kerja berpengaruh terhadap
Variabel PDRB di Kabupaten Aceh Barat dilakukan pengujian tersendiri secara
partial dengan uji t pada jumlah kepercayan (level of confidence 95%) yaitu :
Variabel PDRB thitung sebesar 3,131 lebih besar dari ttabel 2,306 artinya signifikan
terhadap Variabel Kesempatan Kerja di Kabupaten Aceh Barat. Berdasarkan hasil
olahan SPSS (Statistical Package For the Social sciences) 18.0 didapatkan 3,131,
tetapi kalau dilihat secara langsung bahwa Kesempatan Kerja juga ikut
menyumbang untuk peningkatan PDRB Kabupaten Aceh Barat, walaupun dalam
lingkup kecil, disebabkan masih ada faktor lain yang lebih besar yang
mempengaruhi PDRB.
a. Dependent Variable: TKK
xiii
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Penelitian ini telah dilakukan di Kabupaten Aceh Barat selama 10 Tahun,
yakni tahun 2002-2011. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS versi 18.0
pada tabel output SPSS model summary diperoleh nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,742.
2. Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar
55,06 % yang berarti bahwa variabel Kesempatan Kerja ikut berpengaruh
terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat sedangkan sisanya 44,94 %
dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar model penelitian ini.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut Guna meningkatkan Kesempatan Kerja dari sektor
PDRB yakni :
xiii
1. Pemerintah mampu meningkatkan jumlah lapangan kerja di segala sektor
guna meningkatkan minimnya angka pengangguran di Kabupaten Aceh Barat
yang nantinya juga akan menambah pendapatan PDRB dengan semakin
banyaknya masyarakat yang mengaggur yang mendapatkan pekerjaan.
2. Tersedianya kesempatan kerja bagi kaum laki-laki dan perempuan secara
merata agar tidak hanya kaum Laki-laki saja yang berusaha mencari
pekerjaan tetapi bagaimana cara kaum Perempuan juga dapat diperdayakan
tenaganya agar tidak hanya mengurus keluarga dirumah. Dan dengan
keseimbangan ini perekonomian masyarakat itu tersebut pun menjadi
semakin meningkat jika sudah adanya pemerataan ketenaga kerjaan antara
kaum Laki-laki dan Perempuan.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Arafah. 2008. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pegawai diPT. BPR Syari’ah Amanah Ummah Leuwiliang Bogor. Karya Ilmiah(Tidak dipublikasikan) LPPM UTU. Meulaboh
Badan Pusat Statistik. 2005-2010 PDRB Kabupaten Aceh Barat.
2012. Statistik Daerah Kabupaten Aceh Barat.
Duwi, Priyatno. 2010. Paham Analisa Statistis Data dengan SPSS Cetakan I.Mediakom. Yogyakarta.
Hasan, Iqbal. 2009. Analisis data penelitian dengan statistik. PT. Bumi Aksara.Jakarta.
Mankiw. 2000. Pengantar Ekonomi Jilid 1 edisi 1. Erlangga. Jakarta
Oloan, Indra Nainggolan. 2000. Analisis Faktor-faktor yang MempengaruhiKesempatan Kerja Pada Kabupaten/Kota Sumatra Utara. Skripsi(dipublikasikan). Fakultas ekonomi. USU. Medan. Didownload 02 Januari2012.
Payaman, S. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga PreteritFakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah.Andi. Yogyakarta.
Sukirno, Sadono. 2006. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi ketiga. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Targian, Robinson. 2005. Ekonomi Regional teori dan aplikasi edisi Revisi. BumiAksara. Jakarta.
xiii
Todaro, MP. 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ke Tiga. Erlangga. Jakarta.
http:www.scribd.com/doc/25114724/Definisi-PDRB diakses 02 Februari 2012.
http:edukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Modul%20Online/viem&id=54&uniq=1504 diakses 09 Februari 2012.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL…..…………………………………………………… iHALAMAN JUDUL …..…………………………………………………… iiHALAMAN TUJUAN ……………………………………………………… iiiABSTRAK ………………………………………………………………...... ivHALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vRIWAYAT HIDUP…………………………………………………………. viiMOTO / PERUNTUKAN………………………………………………....... viiiKATA PENGANTAR ……………………………………………………... ixDAFTAR ISI ………………………………………………………………... xiDAFTAR TABEL …………………………………………………………... xiiiDAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. xivDAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ...............………………………………… 11.2. Rumusan Masalah ............………………………………………… 31.3. Tujuan Penelitian............………………………………………….. 41.4. Manfaat Penelitian ...........………………………………………… 4
1.4.1. Manfaat Teoritis ...........…………………………………… 41.4.2. Manfaat Praktis ...........……………………………………. 4
1.5. Sistematika Pembahasan ..........…………………………………… 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto ............…………….. 6
xiii
2.2. Pengertian Ketenagakerjaan .............……………………………… 102.3 Kesempatan Kerja …………………………………………........... 142.4 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesempatan Kerja …............ 152.5 Pertumbuhan Ekonomi ……………………………………............ 162.6 Perumusan Hipotesis ...........………………………………………. 19
III. METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ............………………………………… 203.2. Data Penelitian ............……………………………………………. 20
3.2.1. Jenis dan Sumber Data…………………………..............… 203.2.2. Tehnik Pengumpulan Data ...........………………………… 20
3.3. Model Analisis Data ..........……………………………………….. 213.4. Definisi Operasional Variabel ...........……………………………... 233.5. Pengujian Hipotesis ...........……………………………………….. 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Perkembangan PDRB di Kabupaten Aceh Barat ...........…………. 254.2. Perkembangan Kesempatan Kerja Kabupaten Aceh Barat .............. 284.3. Hasil Pengujian Hipotesis ...........…………………………………. 314.4. Pembahasan Hasil Penelitian ...........…………………………….... 31
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ..............………………………………………………… 355.2. Saran................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 37
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 38
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. PDRB Kabupaten Aceh BaratTahun 2002-2011 (Juta Rupiah) atas Harga Berlaku……………………… 26
2. TPT ( Penduduk angkatan kerja yang tidak bekerja dansedang mencari pekerjaan dibandingkan dengan jumlahpenduduk angkatan kerja ) Laju Indeks Implisit di Aceh Barat …………. 29
3. Jumlah Tenaga Kerja yang bekerja menurut lapangan usahadi Kabupaten Aceh Barat Tahun 2002-2011 ……………………………. 30
4. Hasil Perhitungan koefisien korelasi (R) ………………………………… 32
5. Variabel PDRB dan Tingkat Kesempatan Kerja…………………….…… 33
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar Penyediaan dan Permintaan Tenaga Kerja……………………… 13
2. Gambar Kurva Hukum Okun…………………………………………….. 17
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil Olahan ................………………………………………………….. 38
2. Data Input …………………………………………………..................... 40
3. Tabel Uji t .................……………………………………………………. 41
4. Izin Penelitian Skripsi ................………………………………………… 42
5. Surat Keterangan Penelitian ................………………………………….. 43
xiii
Lampiran I : Hasil Olahan
Model Summary
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 .742a .551 .494 10,800.540
a. Predictors: (Constant), PDRB
b. Dependent Variable: TKK
Variables Entered/Removedb
Model Variables
Entered
Variables
Removed Method
xiii
d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 PDRBa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: TKK
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.144E9 1 1.144E9 9.803 .014a
Residual 9.332E8 8 1.167E8
Total 2.077E9 9
a. Predictors: (Constant), PDRB
b. Dependent Variable: TKK
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 28867.515 9682.154 2.982 .018
PDRB .014 .005 .742 3.131 .014
a. Dependent Variable: TKK
xiii
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 43,829.23 74,966.41 57,233.90 11,272.295 10
Residual -12,348.170 25,470.061 -1.012E-12 10,182.847 10
Std. Predicted Value -1.189 1.573 .000 1.000 10
Std. Residual -1.143 2.358 .000 .943 10
a. Dependent Variable: TKK
xiii
Lampiran III : Tabel Uji T
xiii
xiii
xiii
Lampiran II : Data Input
No. Tahun PDRB TKK
1 2002 1.061.231 34.202
2 2003 1.181.240 41.373
3 2004 1.398.427 36.235
4 2005 1.317.267 72.909
5 2006 1.710.393 56.305
6 2007 2.060.024 58.898
7 2008 2.415.404 60.133
8 2009 2.700.234 66.180
9 2010 3.006.210 70.259
10 2011 3.269.784 75.845