pemberdayaan masyarakat berbasis literasi: studi kasus

13
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2021 45 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LITERASI: STUDI KASUS TAMAN BACA MASYARAKAT MATAHARI INDONESIA KEDIRI Dilla Hardina Agustiani 1 , M. Fikriansyah Wicaksono 2 1,2 Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam, Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Tulungagung, Tulungagung, 66221, Indonesia [email protected] [email protected] Abstrak Taman Baca Masyarakat (TBM) merupakan layanan pendidikan non formal yang hadir di tengah-tengah masyarakat untuk memberikan manfaat dan pengaruh positif untuk masyarakat. Lembaga yang berorientasi non profit tersebut memiliki andil besar dalam proses pemberdayaan masyarakat di sekitarnya. TBM Matahari Indonesia adalah salah satu TBM yang berdiri untuk memberikan layanan baca buku gratis yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Kediri untuk keperluan pendidikan. TBM ini juga berupaya meningkatkan kapabilitas masyarakat melalui berbagai kegiatan literasi. Berdasarkan hal tersebut, penulis berusaha untuk mengungkapkan proses pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan- kegiatan berbasis literasi di TBM Matahari Indonesia Kediri. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui peran dan hambatan yang dirasakan TBM Matahari Indonesia dalam memberdayakan masyarakat melalui literasi. Dalam proses penyusunannya, penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan langkah- langkah dalam menganalisis data penelitian ini yaitu melalui tahap analisis, tahap penyajian data, dan tahap penarikan kesimpulan. Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini yaitu TBM Matahari Indonesia berperan penting dalam memberi wadah kreatifitas dan menggali bakat terpendam yang dimiliki oleh anak-anak yang bermukim di sekitar TBM. Sedangkan hambatan yang dialami oleh TBM Matahari dalam memberdayakan masyarakat yaitu keterbatasan koleksi, kurangnya tenaga SDM serta minimnya dana pengembangan TBM. Kata Kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Literasi, Studi Kasus, Taman Baca Masyarakat, TBM Matahari Indonesia. Abstract Taman Baca Masyarakat (TBM) is a non-formal education service that is present in the midst of society to provide benefits and positive influence for the community. This non-profit-oriented institution has a big role in the empowerment process of the surrounding community. TBM Matahari Indonesia is one of the TBM established to provide free book reading services that can be used by the Kediri community for educational purposes. TBM also seeks to improve community welfare through various literacy activities. Based on this, this study seeks to reveal the community empowerment process through literacy-based activities at TBM Matahari Indonesia Kediri. This research needs to be done to determine the roles and obstacles felt by TBM Matahari Indonesia in empowering the community through literacy. In the compilation process, this research uses a case study method with a qualitative approach. While the steps in analyzing the research data are through the analysis stage, the data presentation stage, and the conclusion stage. The results and discussion in this study is TBM Matahari Indonesia plays an important role in providing a forum for creativity and exploring the hidden talents possessed by children who live around TBM. Meanwhile, the obstacles experienced by TBM Matahari in empowering the community are limited collections, lack of human resources and the lack of funding for TBM development. Keywords: Community Empowerment, Literacy, Case Studies, Community Reading Gardens, TBM Matahari Indonesia Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan. Volume 23 Nomor 1, April 2021. Halaman 45-57. "Pemberdayaan Masyarakat berbasis Literasi: Studi Kasus Taman Baca Masyarakat Matahari Indonesia Kediri / Dilla Hardina Agustiani; M. Fikriansyah Wicaksono " ISSN 1411-0253 / E-ISSN 2502-7409. Tersedia online pada http://jipk.ui.ac.id

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LITERASI: STUDI KASUS

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2021

45

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LITERASI: STUDI KASUS TAMAN BACA MASYARAKAT MATAHARI INDONESIA

KEDIRI

Dilla Hardina Agustiani1, M. Fikriansyah Wicaksono2

1,2 Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam, Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Tulungagung, Tulungagung, 66221, Indonesia

[email protected]

[email protected]

Abstrak

Taman Baca Masyarakat (TBM) merupakan layanan pendidikan non formal yang hadir di tengah-tengah masyarakat untuk memberikan manfaat dan pengaruh positif untuk masyarakat. Lembaga yang berorientasi non profit tersebut memiliki andil besar dalam proses pemberdayaan masyarakat di sekitarnya. TBM Matahari Indonesia adalah salah satu TBM yang berdiri untuk memberikan layanan baca buku gratis yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Kediri untuk keperluan pendidikan. TBM ini juga berupaya meningkatkan kapabilitas masyarakat melalui berbagai kegiatan literasi. Berdasarkan hal tersebut, penulis berusaha untuk mengungkapkan proses pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan berbasis literasi di TBM Matahari Indonesia Kediri. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui peran dan hambatan yang dirasakan TBM Matahari Indonesia dalam memberdayakan masyarakat melalui literasi. Dalam proses penyusunannya, penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan langkah-langkah dalam menganalisis data penelitian ini yaitu melalui tahap analisis, tahap penyajian data, dan tahap penarikan kesimpulan. Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini yaitu TBM Matahari Indonesia berperan penting dalam memberi wadah kreatifitas dan menggali bakat terpendam yang dimiliki oleh anak-anak yang bermukim di sekitar TBM. Sedangkan hambatan yang dialami oleh TBM Matahari dalam memberdayakan masyarakat yaitu keterbatasan koleksi, kurangnya tenaga SDM serta minimnya dana pengembangan TBM. Kata Kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Literasi, Studi Kasus, Taman Baca Masyarakat, TBM Matahari Indonesia.

Abstract

Taman Baca Masyarakat (TBM) is a non-formal education service that is present in the midst of society to provide benefits and positive influence for the community. This non-profit-oriented institution has a big role in the empowerment process of the surrounding community. TBM Matahari Indonesia is one of the TBM established to provide free book reading services that can be used by the Kediri community for educational purposes. TBM also seeks to improve community welfare through various literacy activities. Based on this, this study seeks to reveal the community empowerment process through literacy-based activities at TBM Matahari Indonesia Kediri. This research needs to be done to determine the roles and obstacles felt by TBM Matahari Indonesia in empowering the community through literacy. In the compilation process, this research uses a case study method with a qualitative approach. While the steps in analyzing the research data are through the analysis stage, the data presentation stage, and the conclusion stage. The results and discussion in this study is TBM Matahari Indonesia plays an important role in providing a forum for creativity and exploring the hidden talents possessed by children who live around TBM. Meanwhile, the obstacles experienced by TBM Matahari in empowering the community are limited collections, lack of human resources and the lack of funding for TBM development. Keywords: Community Empowerment, Literacy, Case Studies, Community Reading Gardens, TBM Matahari Indonesia

Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan. Volume 23 Nomor 1, April 2021. Halaman 45-57. "Pemberdayaan Masyarakat berbasis Literasi: Studi Kasus Taman Baca Masyarakat Matahari Indonesia Kediri / Dilla Hardina Agustiani; M. Fikriansyah Wicaksono " ISSN 1411-0253 / E-ISSN 2502-7409. Tersedia online pada http://jipk.ui.ac.id

Page 2: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LITERASI: STUDI KASUS

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2021

46

I. PENDAHULUAN Literasi menjadi suatu acuan penting dalam

melakukan berbagai aktivitas, termasuk dalam mencari informasi. Pasalnya, informasi sudah dianggap sebagai kebutuhan vital yang diperlukan untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan segala aktivitas. Tanpa berliterasi, seseorang tidak akan mampu mencapai sesuatu secara lebih praktis dan efisien. Sebagaimana pernyataan Bahri yang mengungkapkan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya masalah-masalah sosial seperti keterbelakangan, kemiskinan dan kebodohan adalah karena masyarakat kurang mampu mengakses informasi dan tingkat pendidikannya masih terbilang rendah (Bahri, 2013). Hal ini berkaitan dengan kemampuan literasi yang minim, sehingga berdampak signifikan dalam proses pencernaan informasi. Sebaliknya, jika masyarakat memiliki kemampuan literasi yang baik, maka mereka akan mampu mengakses informasi secara tepat, dan informasi tersebut akan menuntun masyarakat agar bertindak secara mudah dan ringkas untuk mencapai tujuan dengan cepat (Hastari, 2015).

Namun, sayangnya tidak semua orang mampu memperoleh informasi yang dibutuhkannya secara mudah. Beberapa kalangan masih memiliki keterbatasan dalam mengakses informasi, sehingga hal tersebut menghambat kemajuan dirinya untuk mencapai sesuatu. Memang harus diakui saat ini bahwa masyarakat menghadapi beberapa tantangan, di antaranya seperti keterlambatan dalam merespon dan menyikapi perkembangan IPTEK, tidak siap menerima hal- hal baru, hingga minimnya keinginan untuk berproses menjadi manusia yang lebih baik (Agustino, 2019).

Di satu sisi, informasi memang dapat didapatkan dengan mudah, cepat dan praktis dengan cara memanfaatkan teknologi canggih. Misalnya dengan berbekal gawai dan akses internet, seseorang bisa memperoleh informasi apapun tanpa perlu bersusah payah. Namun, yang disayangkan adalah tidak semua informasi yang ada di internet mengandung kebenaran atau kenyataan. Sebab, seperti yang kita tahu bahwa saat ini marak informasi yang berbau ujaran kebencian, menyinggung SARA dan bahkan mengandung hoaks. Berbagai informasi yang tidak valid bebas beredar di internet, sehingga seringkali kita kesulitan untuk membedakan mana informasi yang valid atau tidak.

Oleh karena itu, diperlukan suatu wadah yang mampu menjawab segala kebutuhan informasi yang

dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu wadah yang menampung informasi dan bisa dijadikan sebagai rujukan adalah Taman Baca Masyarakat (TBM). Taman Baca Masyarakat atau TBM merupakan suatu tempat atau wadah pembelajaran nonformal, dimana masyarakat dapat belajar dan memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhannya (Hastari, 2015). Dapat dikatakan bahwa TBM hampir sama dengan perpustakaan umum karena menyajikan informasi berupa koleksi tercetak atau buku.

Berdasarkan pendapat Solihin et al (2019), persebaran perpustakaan umum di tingkat provinsi dan kabupaten/kota memang sudah mencapai lebih dari 90 persen target, akan tetapi hal tersebut belum menjamin telah memenuhi kebutuhan bacaan masyarakat di pedesaan, mengingat lokasi perpustakaan kabupaten/kota dan perpustakaan provinsi umumnya terletak di pusat kota (Solihin et al., 2019). Hal ini senada dengan pernyataan Retno et al (2015) yang mengungkapkan bahwa penyebaran akses informasi bagi golongan masyarakat kelas menengah ke bawah masih kurang maksimal lantaran perkembangan pembangunan di setiap wilayah di Indonesia yang tidak merata (Retno et al., 2015).

Lalu, jika berbicara mengenai perbedaan antara TBM dan perpustakaan, biasanya perpustakaan memiliki peraturan dan keterikatan tertentu yang harus dipatuhi oleh pengunjung maupun staf perpustakaan. Misalnya, harus berpakaian rapi, bersepatu, tidak boleh makan, dilarang berisik dan lain sebagainya. Bahkan, Septiana berpendapat bahwa keberadaan perpustakaan umum di Indonesia masih mengecewakan (Septiana, 2007) Hal ini karena pelayanan perpustakaan umum dinilai masih kurang maksimal, program pemberdayaan belum dilakukan secara masif, serta fungsi perpustakaan belum berjalan optimal. Lain halnya dengan TBM yang dinilai lebih fleksibel dan tidak terlalu terpaku pada aturan yang ketat. Sebab, umumnya TBM dikelola oleh individu, komunitas atau masyarakat itu sendiri. Jadi, proses pengelolaannya pun terbilang lebih sederhana dan tidak terlalu baku.

Seringkali, orang merasa enggan datang ke perpustakaan karena munculnya suatu pemikiran bahwa perpustakaan hanya dikhususkan untuk pelajar atau orang-orang yang berada dalam lingkungan akademisi saja. Sehingga, masyarakat yang memiliki keterbatasan ekonomi maupun pendidikan pun menganggap bahwa perpustakaan bukanlah suatu tempat yang harus mereka kunjungi. Selain itu, pandangan orang terhadap kegiatan membaca buku

Page 3: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LITERASI: STUDI KASUS

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2021

47

pun masih terkesan asing. Buku dinilai sebagai barang mewah karena hanya pantas digunakan oleh mereka yang mengenyam pendidikan saja.

Namun, hal tersebut tidak akan berlaku jika masyarakat dari kelas menengah bersedia mengunjungi TBM. Sebab, tempat tersebut didirikan untuk memberikan sumber bacaan yang berkualitas dan menghadirkan konsep perpustakaan yang sederhana dengan maksud untuk meningkatkan minat baca masyarakat (Septiana, 2007). Siapapun, tanpa peduli latar belakangnya dapat membaca buku di TBM. Sebab, tempat tersebut memang diciptakan untuk dimanfaatkan masyarakat dari berbagai kalangan tanpa terkecuali.

Dengan adanya TBM di tengah-tengah masyarakat, maka kesenjangan informasi antara masyarakat desa dan kota pun bisa sedikit diminimalisir. Masyarakat desa dapat mengais berbagai informasi yang dibutuhkannya. Apalagi, hal ini juga bisa dijadikan sebagai pupuk untuk menanam benih-benih literasi di tengah-tengah masyarakat. Jika masyarakat sejak kecil dikenalkan dengan TBM dan buku, maka bukan tidak mungkin jika masyarakat desa dapat tumbuh menjadi orang-orang yang literat di kemudian hari.

Setiap orang berhak memperoleh akses informasi yang mudah dan praktis guna memenuhi kebutuhan dan kepentingannya. Dengan memanfaatkan TBM, masyarakat dapat memperoleh informasi dari buku yang notabene informasinya bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Berdasarkan informasi di halaman website (https://donasikemendikbud.go.id/), TBM yang telah terdata berjumlah 4416 buah. Jumlah TBM tertinggi dipegang oleh Provinsi Jawa Timur dengan total 754 TBM (Daftar TBM Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016). Sebuah angka yang cukup menggembirakan, mengingat literasi di Jawa Timur memang sangat menggeliat. Apalagi, saat ini TBM dikenal bukan hanya sebagai tempat membaca buku, melainkan juga sebagai tempat yang mampu memberdayakan masyarakat.

Friedmann (1992) menyatakan bahwa pemberdayaan merupakan sebuah konsep alternatif pembangunan yang menekankan otonomi pengambilan keputusan kelompok masyarakat tertentu yang landasannya berupa partisipasi, demokrasi, sumber daya pribadi, dan pemberdayaan sosial melalui pengalaman langsung (Maani, 2011). Dari pendapat tersebut, penulis menafsirkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu solusi yang

dapat digunakan sebagai konsepsi pembangunan di sebuah negara, namun sasarannya adalah masyarakat kelompok kecil. Lebih lanjut lagi, Karjuni berkata bahwa fokus dari pemberdayaan adalah lokalitas. Dari sini kita bisa semakin memantapkan argumen bahwa pemberdayaan masyarakat memang tepat sasaran jika ditujukan untuk masyarakat lokal atau pedesaan.

Bahri (2013) mengatakan bahwa pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk membangun kemandirian masyarakat melalui pendidikan dan keterampilan untuk menumbuhkan kemandirian (Hastari, 2015). Jika dihubungkan dengan konsep TBM, maka pemberdayaan sangat patut diterapkan dalam tempat tersebut. Apalagi, saat ini sudah banyak TBM yang mampu mengadakan berbagai kegiatan edukatif, rekreatif dan informatif yang mampu memberikan manfaat bagi para kontributornya. Kemudian, Sulistiyani berpendapat bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu program yang berasal dari masyarakat dan ditujukan untuk masyarakat untuk memberikan suatu daya atau kemampuan agar kualitas kehidupan masyarakat dapat lebih meningkat (Yuliyanto & Irhandayaningsih, 2019). Dari kedua pendapat peneliti terdahulu, dapat disimpulkan bahwa TBM dapat menjadi tempat untuk pemberdayaan dalam rangka memupuk keterampil dan kemandirian masyarakat.

Tidak jarang, kegiatan yang diadakan di TBM sering berkaitan dengan dunia literasi. Literasi merupakan suatu kemampuan dalam memaknai informasi secara kritis untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Literasi juga dimaknai dalam perspektif yang sederhana, bahwa literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis. Secara konvensional, literasi adalah kemampuan untuk mengenal angka dan abjad yang terealisasi melalui kegiatan membaca, menulis dan berhitung (Hastari, 2015).

Umumnya, kegiatan literasi yang dilaksanakan di TBM yaitu menulis, membaca buku, membuat karya seni, dan masih banyak lagi. Kegiatan literasi telah berkembang dan di masa sekarang, literasi bukan hanya sekadar membaca dan menulis. Hal ini juga tergantung dengan kreativitas para pengelola TBM atau komunitas dalam menggaungkan literasi di tengah-tengah masyarakat.

Beberapa penulis yang berasal dari berbagai institusi telah berhasil melakukan penelitian terkait pemberdayaan masyarakat dengan pemilihan lokasi

Page 4: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LITERASI: STUDI KASUS

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2021

48

di perpustakaan desa, perpustakaan umum, lembaga masyarakat dan lain-lain. Selain itu, subjek dan objek penelitian terdahulu pun lebih bervariasi, sehingga hal ini semakin menambah keragaman penelitian terkait pemberdayaan masyarakat. Contohnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Yaris Yulianto dan Ana Irhandayaningsih di TBM Rumah Uplik yang berada di Desa Pledokan Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang (Yuliyanto & Irhandayaningsih, 2019). Penelitian tersebut lebih berfokus mengkaji peranan TBM Rumah Uplik dalam pemberdayaan masyarakat. Lalu, penelitian yang dilakukan oleh Hutri Agustino yang bertempat di TBM Pondok Sinau Lentera Anak Nusantara lebih berfokus untuk meneliti hubungan antara pemberdayaan masyarakat berbasis literasi terhadap perubahan sosial-ekonomi masyarakat di sekitar TBM (Agustino, 2019). Sementara, penelitian yang dilakukan oleh G.R Hastari di TBM Rumah Dunia lebih mengarah pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai kesuksesan dalam pemberdayaan masyarakat. Walaupun memiliki topik penelitian yang hampir sama, akan tetapi semua penelitian tersebut tetap memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya (Hastari, 2015).

Apabila mengacu pada penelitian terdahulu, penulis menemukan fakta bahwa belum ada penelitian yang membahas lebih lanjut mengenai pemberdayaan masyarakat berbasis literasi di TBM Matahari Indonesia Kediri. Padahal, jika dikaji lebih lanjut, penelitian ini mampu memperkaya khasanah intelektual dan persepktif dalam keragaman sudut pandang. Dengan menerapkan pendekatan studi kasus pada penelitian di TBM Matahari, maka hal ini akan menjadi suatu penelitian yang mendalam sekaligus menarik.

TBM Matahari Indonesia merupakan TBM yang berdiri di Desa Putih Kecamatan Gampeng Rejo Kabupaten Kediri Jawa Timur. TBM ini dikelola secara mandiri oleh satu orang pengurus di kediaman rumahnya. TBM Matahari juga memiliki moto yang menjadi pedomannya, yaitu “berjejaring dan kolaborasi”. Dengan memegang kuat moto tersebut, maka TBM tersebut mampu bertahan hingga sekarang sebagai TBM yang terdepan dalam memberikan layanan pustaka bagi masyarakat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti tentang Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Literasi: Studi Kasus Taman Baca Masyarakat Matahari Indonesia. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran

TBM Matahari Indonesia dalam memberdayakan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan berbasis literasi.

Sedangkan manfaat penelitian ini yaitu terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis penelitian ini yaitu diharapkan mampu menjadi sumber referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan Ilmu Perpustakaan. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini yaitu untuk memberi wawasan yang berguna bagi kalangan akademisi, pegiat literasi maupun masyarakat umum agar dapat meningkatkan motivasi dalam pemberdayaan masyarakat melalui literasi.

II. TINJAUAN LITERATUR A. Hakikat Pemberdayaan Masyarakat Menurut Edi Suharto, pemberdayaan merupakan rangkaian aktivitas untuk memperkuat daya dan kuasa suatu kelompok masyarakat yang masih lemah, termasuk yang masih mengalami permasalahan ekonomi. Pemberdayaan lebih difokuskan untuk menanamkan pengetahuan, keterampilan, dan kekuasaan pada orang yang memerlukan, dalam hal ini adalah masyarakat kelas menengah ke bawah (Bahri, 2013). Sedangkan menurut Retno et al. (2015) pemberdayaan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup sumber daya manusia. Caranya yakni dengan membimbing masyarakat agar senantiasa berdaya dan memiliki etos kerja untuk mengatasi kekurangan dan keterbelakangan menuju kehidupan yang lebih maju dan sejahtera (Retno et al., 2015). Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya pemberian kepercayaan dan wewenang kepada setiap individu dan mendorong mereka untuk berkarya dan mengembangkan kreativitas agar mampu menyelesaikan tugas atau kewajiban mereka dengan baik (Hastari, 2015). Lebih lanjut lagi, Hastari mengungkapkan bahwa konsep pemberdayaan masyarakat lebih mengarah pada afeksi seseorang atau lembaga dalam memberantas kedunguan, kemelaratan, dan keterbelakangan masyarakat. Adapun menurut Maskurotunitsa & Rohmiyati (2016), pemberdayaan masyarakat merupakan suatu bentuk usaha pemberian bantuan berupa modal bagi masyarakat kurang mampu untuk meningkatkan kondisi ekonomi hingga mereka dapat hidup lebih mandiri (Maskurotunitsa & Rohmiyati, 2016) Jika mengacu pada pemberdayaan di perpustakaan desa, maka pola-pola pemberdayaan lebih mengacu pada

Page 5: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LITERASI: STUDI KASUS

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2021

49

aktivitas literasi seperti membaca bahan pustaka dan hasilnya nanti bisa dipraktikkan dalam kehidupan. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh individu, kelompok atau lembaga dalam memberikan bekal berupa informasi, keterampilan, dan kecakapan tertentu kepada masyarakat demi menunjang kehidupan yang lebih bermartabat dan sejahtera. Terdapat tiga strategi yang perlu diterapkan untuk pemberdayaan (Nugroho, 2005). Strategi pemberdayaan tersebut yaitu sebagai berikut:

1) Mengkondisikan terciptanya suatu kondisi di mana potensi masyarakat bisa berkembang.

2) Membuat daya atau potensi yang dimiliki masyarakat bisa semakin terlihat.

3) Memberikan perlindungan melalui pemberdayaan.

Pemberdayaan masyarakat tidak selayaknya dilakukan secara asal-asalan tanpa pertimbangan yang matang. Perlu ada strategi yang digunakan sebagai pedoman untuk mempersiapkan segala sesuatu demi kelancaran proses pemberdayaan tersebut. Ibaratnya, pelaku pemberdaya tidak hanya berlayar tanpa, namun sudah memiliki peta yang jelas untuk dibaca dan dimengerti. Sehingga, pelaku pemberdaya berpedoman pada peta tersebut agar bisa menuju tempat tujuannnya. Sementara dalam konsep empowerment (pemberdayaan), Maani (2011) mengemukakan bahwa teori-teori yang membela peran masyarakatlah yang lebih sukses dalam pembangunan di negara-negara berkembang (Maani, 2011). Teori yang berkiblat pada manusia (masyarakat) justru semakin unggul dan terus mengalami perkembangan, dan salah satu teori tersebut adalah teori yang dicetuskan oleh Sarah Cook dan Steve Macaulay (1997), yakni teori ACTORS. Teori ACTORS adalah teori yang memandang bahwa masyarakat merupakan subjek yang mampu melakukan perubahan dengan cara membebaskan seseorang dari kendali tertentu dan memberikan orang tersebut kebebasan untuk bertanggungjawab terhadap ide-ide, keputusan-keputusan, dan tindakan-tindakannya (Maani, 2011). Karjuni (2011) menjelaskan lebih lanjut tentang tiga hal yang perlu dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat melalui teori ACTORS, di antaranya sebagai berikut:

1) Pembangunan perlu diarahkan pada perubahan struktur.

2) Pembangunan diarahkan pada pemberdayaan masyarakat sebagai upaya dalam mengentaskan kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan dengan cara memberikan ruang dan kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan.

3) Pembangunan perlu berorientasi pada koordinasi lintas sektor yang mencakup program pembangunan antarsektor, antardaerah dan pembangunan khusus.

Kerangka kerja pemberdayaan atau empowerment dapat dilihat melalui akronim dari “ACTORS” yakni sebagai berikut: A: Authority (wewenang)

C: Confidence and competence (percaya diri dan kemampuan)

T: Trust (keyakinan) O: Oppurtinities (kesempatan) R: Responsibilities (tanggung jawab) S: Suport (dukungan) Dengan menerapkan kerangka teori ACTORS, maka pemberdayaan masyarakat dapat tumbuh dengan baik. Hal ini mengacu pada pemberdayaan yang berasal dari dalam maupun luar masyarakat, di mana pemerintah maupun non pemerintah berperan besar sebagai aktor dalam pembangunan sumber daya manusia. B. Konsep Literasi Secara sederhana, literasi diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis. Menurut Nasiruddin, literasi merupakan suatu esensi pembangunan masyarakat untuk bisa melakukan perubahan hidup ke arah yang lebih baik (Nasiruddin et al., 2018). Literasi merupakan suatu kemampuan dalam mencari, menemukan, menganalisis, mengevaluasi, menciptakan dan menyebarluaskan informasi secara efektif, sehingga informasi yang ada bisa terserap dengan baik dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Lebih lanjut lagi, Nasiruddin (2018) juga mengungkapkan bahwa literasi sudah menjadi praktik politik, sosial dan kultural di masyarakat. maka dari itu, literasi di zaman sekarang bukan hanya mencakup soal baca-tulis saja, melainkan juga merambah ke berbagai aspek kehidupan lainnya. Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa literasi merupakan suatu

Page 6: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LITERASI: STUDI KASUS

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2021

50

aktivitas mencari, menemukan, mengumpulkan, menyaring, menggunakan, dan menyebarluaskan informasi secara kritis dan analitis. Literasi perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk memudahkan dalam menghadapi persoalan. Mengacu pada pendapat Hastari, masyarakat yang literat umumnya memiliki kemampuan memecahkan masalah dan mampu menyampaikan permasalahannya dengan baik. Selain itu, orang yang literat juga akan mudah mempelajari hal-hal baru dan tidak mudah terpengaruh isu-isu tidak valid (Hastari, 2015). Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa konsep literasi mampu menjadikan masyarakat lebih kritis dan analitis dalam menyikapi suatu fenomena atau persoalan yang terjadi di berbagai kondisi. hal ini menjadikan masyarakat untuk cepat tanggap dan mampu mencari jawaban di setiap persoalan. C. Taman Baca Masyarakat Taman Baca Masyarakat (TBM) adalah suatu lembaga yang didirikan secara swadaya oleh masyarakat dan ditujukan untuk masyarakat. TBM memiliki peran yang besar dalam membantu masyarakat agar mampu mengakses informasi dengan cara menyediakan sumber-sumber informasi berupa buku, koran, majalah, tabloid, dan lain-lain (Yuliyanto & Irhandayaningsih, 2019). Menurut (Hastari, 2015) TBM merupakan suatu lembaga pendidikan non-formal yang dibangun oleh masyarakat guna menyuguhkan kebutuhan informasi dan bahan bacaan masyarakat di sekitar TBM. TBM juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti ruang untuk menulis, membaca, berdiskusi, bincang buku dan lain sebagainya. Menurut Kalida (2014), TBM merupakan suatu lembaga yang melayani kebutuhan informasi masyarakat terkait ilmu pengetahuan dalam bentuk bahan pustaka ataupun bahan bacaan lainnya. Sedangkan pengelola TBM yaitu masyarakat yang memiliki niat dan minat dalam memberikan layanan ilmu pengetahuan dan informasi bagi masyarakat yang membutuhkan serta mempunyai kemampuan dan keterampilan teknis dalam proses penyelenggaraan (Kalida, 2014). Lebih lanjut lagi, pengertian TBM (Bahri, 2013) adalah sarana atau tempat yang berisi berbagai bahan bacaan yang diperlukan oleh masyarakat umum, baik itu anak-anak, remaja ataupun orang dewasa. TBM juga berdiri dan dikelola secara mandiri oleh masyarakat untuk mewadahi kegiatab literasi di

kalangan masyarakat. kehadiran TBM tengah-tengah masyarakat bertujuan untuk mempercepat budaya belajar di kalangan masyarakat. dengan adanya TBM, maka masyarakat dapat mengembangkan apa yang menjadi potensi, minat dan bakatnya. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Taman Baca Masyarakat merupakan suatu lembaga pendidikan nonformal yang dapat diakses oleh masyarakat umum dan bertujuan untuk meningkatkan berbagai aspek keterampilan dalam masyarakat. Kamil ( Kalida, 2014) menyebutkan bahwa TBM merupakan salah satu program pendidikan nonformal yang menjadi modes of learning. Maka dari itu, masyarakat yang memanfaatkan TBM berpeluang memperoleh kesempatan untuk; 1) Belajar berakhlak mulia, 2) Belajar untuk memahami, 3) Belajar untuk berbuat, 4) Belajar hidup dalam kebersamaan, dan 5) Belajar mewujudkan jati dirinya. Pendidikan nonformal merupakan bagian dari sistem pendidikan yang memiliki peran yang sama dengan pendidikan formal yakni memberikan layanan maksimal bagi masyarakat luas. Menurut (Kalida, 2014), kontribusi TBM dalam pemberdayaan masyarakat dapat dilihat melalui hakikat pendidikan nonformal, yakni: 1) Memberi fasilitas belajar masyarakat di luar sistem pendidikan formal, 2) Kegiatan pembelajaran didesain secara sistematis guna mencapai suatu tujuan tertentu, 3) Sasaran pendidikan nonformal adalah seluruh kalangan masyarakat, 4) Bertujuan untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan, dan keterampilan guna meningkatkan taraf hidup dan pengembangan sumber daya manusia dalam rangka melengkapi pembangunan nasional.

III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

dengan metode berupa studi kasus. Studi Kasus merupakan suatu metode yang berupaya untuk mengungkapkan kekhasan atau keunikan karakteristik suatu subjek yang diteliti (Hamzah, 2020) Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi literatur. Tempat penelitian dilakukan di TBM Matahari Indonesia Kediri, sedangkan waktu penelitian dilakukan pada Oktober 2020.

Teknik analisis data pada penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu 1) tahap reduksi data (penyederhanaan dan pengabstrakan data), 2) tahap

Page 7: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LITERASI: STUDI KASUS

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2021

51

penyajian data (menyusun informasi dalam bentuk teks naratif) dan penarikan kesimpulan.

Prosedur pengujian keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi sumber data. triangulasi sumber data yaitu suatu upaya mencari kebenaran informasi melalui berbagai sumber data seperti arsip, hasil wawancara dan hasil observasi. tujuan melakukan teknik uji keabsahan data ini untuk membandingkan dan memastikan kebenaran data yang didapatkan dalam penelitian.

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah pengelola TBM Matahari Indonesia dan masyarakat yang mengikuti kegiatan di TBM tersebut. Sedangkan objek penelitian ini adalah pemberdayaan masyarakat berbasis literasi.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan suatu teknik pemilihan informan yang menetapkan indikator-indikator tertentu. Adapun indikator pemilihan informan yang ditetapkan oleh peneliti yaitu pemilihan informan yaitu: 1) pengelola TBM Matahari Indonesia, 2) masyarakat yang pernah mengikuti kegiatan di TBM Matahari Indonesia, 3) bersedia di wawancara. Nama-nama informan yang terlibat dalam penelitian ini tersaji dalam bentuk inisial, di antaranya sebagai berikut:

TABEL 1. DATA INFORMAN No. Nama Identitas 1 L Pengelola TBM 2 A Partisipan TBM 3 N Partisipan TBM 4 K Partisipan TBM

Sumber data yang penulis dapatkan adalah berasal dari wawancara kepada 1 pengelola TBM dan 3 orang masyarakat di sekitar TBM. Selain itu, dilakukan pula studi literatur menggunakan jurnal online, e-book maupun buku.

IV. PEMBAHASAN Latar Belakang Berdirinya TBM Matahari Indonesia Tahap perencanaan merupakan tahap yang paling

penting untuk menentukan keberhasilan atau kegagagalan kegiatan audit informasi. Melalui tahapan ini akan diketahui bagaimana proses audit akan dilakukan, dukungan informasi apa yang diperlukan, dan isu-isu apa yang perlu dikomunikasikan.

TBM Matahari Indonesia didirikan oleh Lailatul Muharromah di kediaman rumahnya yang berada di kawasan Gampeng Rejo, Kediri. Pengelola yang memiliki perhatian lebih terhadap dunia literasi berinisiatif untuk meningkatkan minat baca masyarakat di sekitarnya melalui TBM tersebut. Gagasannya dalam mendirikan TBM bermula karena kepeduliannya untuk menumbuhkan dan mengembangkan budaya minat baca di kalangan masyarakat. Selain itu, Lailatul selaku pengelola TBM juga ingin berkontribusi mengamalkan UUD 1945 dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara.

Pengelola berpendapat bahwa dengan menghadirkan pengetahuan melalui TBM, setidaknya masyarakat akan mampu memahami dan mengerti hal-hal yang selama ini terabaikan atau dianggap tidak penting. Singkatnya, melalui aktivitas membaca buku di TBM, maka hal tersebut dapat mengasah kepekaan dalam membaca setiap peluang. Sehingga, masyarakat dapat memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk meningkatkan taraf hidupnya. Dengan hadirnya TBM Matahari Indonesia di tengah-tengah masyarakat, pengelola berharap agar dapat memberikan warna pengetahuan baru. Dengan begitu, kehadiran TBM dapat mendukung gerakan Literasi Nasional di Indonesia.

GAMBAR 1. TBM MATAHARI INDONESIA KEDIRI

(SUMBER GAMBAR: DOKUMENTASI PRIBADI)

Peran TBM Matahari Indonesia dalam Memberdayakan Masyarakat TBM Matahari Indonesia memiliki beberapa

tujuan dalam menggaungkan kegiatan literasi. Beberapa tujuan tersebut di antaranya sebagai berikut:

1) Mempermudah anak-anak, remaja dan orang tua dalam memperoleh akses bahan bacaan.

2) Mendekatkan masyarakat dengan buku. 3) Memberikan kegiatan-kegiatan yang bermutu

kepada masyarakat melalui aktivitas membaca.

Page 8: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LITERASI: STUDI KASUS

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2021

52

4) Meningkatkan kualitas TBM Matahari Indonesia, sehingga dapat semakin bermanfaat bagi masyarakat.

Seiring dengan berkembangnya TBM, Lailatul selaku pengelola TBM Matahari Indonesia menghadirkan kegiatan-kegiatan literasi yang edukatif, inovatif, dan kreatif. Kegiatan tersebut diikuti oleh anak-anak yang bermukim di sekitar TBM, sehingga TBM Matahari Indonesia nampak “lebih hidup” karena menyelenggarakan berbagai kegiatan literasi tersebut. Jadi, aktivitas yang bisa dilakukan di TBM Matahari bukan hanya membaca buku saja, melainkan juga aktivitas-aktivitas bermanfaat lainnya.

Beberapa kegiatan tersebut di antaranya yaitu membaca buku di luar materi pembelajaran di sekolah, menulis puisi, membuat komik, dan lain-lain. Dalam melaksanakan berbagai kegiatan tersebut, pengelola TBM juga mengajak partisipan untuk menerapkan literasi. contohnya yaitu ketika berlangsung kegiatan pembuatan komik, partisipan diarahkan untuk mencari buku yang terdapat gambar/ilustrasi di dalamnya. lalu, partisipan diminta untuk menjadikan gambar/ilustrasi tersebut sebagai contoh atau inspirasi dalam pembuatan komik. Melalui kegiatan tersebut, penulis menangkap bahwa telah terjadi proses mencari, menemukan, hingga memanfaatkan informasi secara baik oleh para partisipan. sehingga, dapat dikatakan bahwa proses tersebut termasuk ke dalam bentuk penerapan literasi dalam pemberdayaan masyarakat.

Sejauh ini, TBM Matahari Indonesia memiliki peran yang stategis dalam memberi wadah kreativitas dan menggali bakat terpendam yang dimiliki oleh anak-anak yang bermukim di sekitar TBM. Meskipun demikian, TBM Matahari Indonesia tidak bertanggungjawab secara penuh dalam memberi jaminan tentang keberhasilan masyarakat khususnya anak-anak yang mengikuti kegiatan di TBM. Semua kemajuan dan keberhasilan tetap berasal dari usaha masing-masing individu karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa TBM Matahari Indonesia hanya memfasilitasi dan mewadahi kreatifitas dan bakat dari anak-anak.

Jika dipandang melalui teori ACTORS, pemberdayaan masyarakat berbasis literasi di TBM Matahari menghasilkan beberapa output. Beberapa output yang berhasil dicapai yaitu sebagai berikut:

1) Self Respect (Pengakuan Diri) Munculnya pengakuan diri pada sasaran

pemberdayaan yaitu dirasakannya perubahan positif

setelah mengikuti kegiatan pemberdayaan. salah satu contohnya yaitu perubahan sikap yang positif. Dalam hal ini, penulis menggali informasi lebih lanjut kepada masyarakat yang mengikuti kegiatan pemberdayaan literasi di TBM Matahari Indonesia. bahwa para partisipan mengaku memperoleh sejumlah energi yang membangun bagi kapabilitas diri mereka.

Perubahan yang dirasakan yaitu yang awalnya tidak memiliki minat membaca menjadi gemar membaca, yang semula sama sekali tidak akrab dengan buku menjadi dekat dengan buku, yang semula tidak suka belajar menjadi sering belajar, yang semula tidak bisa menulis menjadi bisa menulis dan masih banyak lagi perubahan-perubahan positif yang dirasakan oleh masyarakat.

2) Self Confidence (Percaya Diri) Output kedua yang dirasakan oleh masyarakat

setelah mengikuti pemberdayaan berbasis literasi adalah timbulnya rasa percaya diri pada diri mereka. Dalam hal ini, masyarakat menjadi memiliki sikap yang optimis dan semangat karena memiliki suatu kemampuan atau keterampilan.

keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat setelah memanfaatkan layanan dan mengikuti kegiatan di TBM Matahari yaitu kemampuan membaca, kemampuan mengenali jenis-jenis tulisan atau bahan bacaan, kemampuan mencari informasi dari buku, keterampilan menulis, keterampilan membuat karya seni, keterampilan dalam membuat obat alami dan lain-lain.

Selain itu, rasa percaya diri masyarakat muncul karena terlatihnya mental dan keberanian dalam menghadapi tantangan-tantangan selama mengikuti kegiatan atau bimbingan yang dilakukan oleh TBM Matahari Indonesia. Salah satu kegiatan yang mampu mendorong rasa percaya diri tersebut adalah Lomba Hari Santri 2019, di mana saat itu TBM Matahari Indonesia mengarahkan anak-anak yang bermukim di sekitar TBM untuk mengikuti lomba tersebut. Saat itu, beberapa anak sangat antusias mengikuti lomba mewarnai pada acara yang diadakan oleh Kabupaten Kediri tersebut. Walaupun belum beruntung karena tidak menang, akan tetapi anak-anak memperoleh keuntungan lain. Keuntungan tersebut yaitu ketika panitia mengadakan kuis dan memberikan pertanyaan kepada peserta lomba, beberapa anak yang berada dalam naungan TBM Matahari Indonesia memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan tersebut. Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut, tentu dibutuhkan keberanian serta mental yang kuat

Page 9: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LITERASI: STUDI KASUS

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2021

53

karena acara tersebut dihadiri oleh banyak orang dan peserta yang mengikuti kuis harus bersedia naik ke panggung. Dari sini, masyarakat termasuk anak-anak yang sering mengikuti kegiatan literasi di TBM menjadi lebih percaya diri ketika berada di depan umum.

3) Self Relience (Kemandirian) Menurut Tesaurus Indonesia, mandiri memiliki

padan kata yaitu bebas, independen, merdeka, otonom, sendiri, swapraja, swasembada, dan tidak bergantung. Menurut Riawan (2016) kemandirian merupakan suatu usaha untuk melepaskan diri dari bantuan orang tua atau orang dewasa dalam melakukan sesuatu (Riawan, 2016). Hal ini didasari dari dorongan pribadi atau kepercayaan diri sendiri. Sedangkan menurut penulis, kemandirian yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah suatu upaya untuk bebas dan tidak bergantung kepada orang dewasa dalam mengerjakan segala sesuatu yang dianggap mampu dilakukan sendiri. Hal ini mengacu pada kegiatan-kegiatan literasi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga masing-masing individu mampu memiliki daya dan upaya sendiri dalam memenuhi kebutuhan atau aktivitasnya sehari-hari.

Setelah mengikuti kegiatan pemberdayaan, penulis menangkap makna bahwa masyarakat menjadi tergerak untuk meningkatkan kemandirian diri mereka. Misalnya seperti mandiri untuk berpikir, mandiri dalam mengerjakan sesuatu, mandiri memecahkan suatu persoalan, dan masih banyak kemandirian-kemandirian lain yang berhasil terbangun melalui aktivitas literasi di TBM Matahari Indonesia.

Contohnya ketika anak-anak memperoleh tugas dari sekolah untuk menghafal doa-doa atau surat pendek dari Alquran. Maka, anak-anak tidak perlu repot-repot atau bingung lagi mencari doa atau surat pendek tersebut karena bacaan-bacaan tersebut sudah tersedia di TBM. Sehingga, anak-anak hanya perlu membacanya dan menghafalnya tanpa harus meminta orang tua untuk membelikan buku bacaan doa atau surat pendek tersebut.

Contoh lain menyangkut kemandirian yaitu ketika anak-anak di sekitar TBM memperoleh pelatihan membuat hand sanitizer, maka anak-anak tidak perlu meminta orang tua untuk membelikannya lagi ke toko atau apotek. Sebab, anak-anak sudah terampil dan mandiri dalam membuat hand sanitizer dengan memanfaatkan bahan-bahan alami di sekitar rumahnya seperti lidah buaya, dan lain-lain. Dengan begitu, anak-anak di sekitar TBM telah

mempraktikkan literasi kesehatan dalam kegiatan tersebut.

Bentuk-Bentuk Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat di TBM Matahari

Indonesia bertumpu pada kegiatan literasi, di mana pengelola berusaha untuk memberikan wadah bagi masyarakat dalam menggali potensi, utamanya bagi anak-anak. Walaupun TBM ini ditujukan untuk masyarakat umum, akan tetapi dalam prosesnya, TBM ini lebih banyak dikunjungi oleh anak-anak. sehingga, pengelola lebih banyak mengadakan kegiatan yang bisa diikuti dan dimanfaatkan oleh anak-anak. TBM Matahari mengadakan beberapa aktivitas yang dikelompokkan dalam beberapa bidang. Adapun kegiatan literasi yang dilakukan di TBM Matahari Indonesia yakni sebagai berikut:

1) Bidang Pendidikan Pemberdayaan di bidang pendidikan yang

diadakan di TBM Matahari yaitu penyediaan sumber bacaan bagi masyarakat. Dalam prosesnya, pemanfaatan koleksi bacaan di TBM Matahari berjalan cukup lancar karena banyak masyarakat yang tertarik untuk membaca buku di sini. Masyarakat di sekitar TBM memanfaatkan sumber bacaan yang ada di TBM Matahari Indonesia untuk berbagai alasan maupun kebutuhan, di antaranya seperti untuk mencari referensi, untuk menambah pengetahuan, untuk mengisi waktu luang dan lain sebagainya.

GAMBAR 2. KEGIATAN PEMINJAMAN BUKU DI TBM MATAHARI

INDONESIA (SUMBER GAMBAR: DOKUMENTASI TBM MATAHARI INDONESIA)

Namun, jika dilihat dari rentang usia pengunjung, mayoritas pengunjung TBM duduk di bangku SD-SMP. sehingga, tidak heran bila kebanyakan koleksi buku yang tersedia di TBM ditujukan untuk anak-anak. Meskipun demikian, TBM Matahari juga menyediakan koleksi bacaan yang bisa dibaca orang dewasa, di antaranya seperti buku agama, buku sastra, dan lain-lain.

Page 10: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LITERASI: STUDI KASUS

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2021

54

1) Bidang Lingkungan Selain pemberdayaan di bidang pendidikan, TBM

Matahari juga memberikan daya dan kemampuan bagi masyarakat di bidang lingkungan. Hal ini juga disesuaikan dengan kondisi dunia pada hari ini, yaitu mewabahnya covid-19 yang perlu diwaspadai dan tidak sepatutnya dianggap remeh. Di sini, TBM Matahari Indonesia memberikan bimbingan kepada masyarakat untuk membuat hand sanitizer dari bahan-bahan alami yang ada di sekitar rumah. Seperti yang kita tahu, bahwa hand sanitizer dapat digunakan untuk membunuh kuman dan penyakit yang bersarang di tubuh. Selepas menyentuh sesuatu atau berkontak dengan seseorang, masyarakat diimbau untuk mencuci tangan menggunakan sabun ataupun memakai hand sanitizer.

Dengan membuat hand sanitizer secara alami, masyarakat dapat menghemat uang untuk membeli hand sanitizer di apotek atau supermarket. Apalagi, dengan kondisi yang demikian, banyak masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi, tapi di satu sisi tetap harus menjaga kesehatan dan keselamatannya dengan menggunakan atribut perlindungan seperti masker ataupun hand sanitizer. Dengan memiliki kemampuan untuk menciptakan hand sanitizer alami, maka masyarakat dapat memperoleh dua manfaat sekaligus, yakni menghemat uang dan dapat melindungi diri dari berbagai virus atau penyakit.

2) Bidang Seni Bidang seni yang dimaksud pada pembahasan kali

ini bukan seni tari atau seni musik, melainkan seni menggambar. TBM matahari mengadakan kegiatan pelatihan pembuatan komik bagi anak-anak di sekitar TBM. Seperti yang kita tahu, bahwa banyak anak-anak yang memiliki ketertarikan yang lebih terhadap dunia seni 2D. Namun, banyak pula anak-anak yang belum mengerti bagaimana cara menyalurkan minatnya tersebut dengan tepat dan bermanfaat.

Di sini, TBM matahari memberikan wadah bagi anak-anak untuk mengasah keterampilannya dalam membuat komik. Anak-anak yang ikut serta dalam kegiatan ini memiliki acuan berupa komik asli. Sehingga, nantinya anak dapat membaca, meniru atau memodifikasi gambar komik tersebut menjadi sebuah karya yang apik. Dampaknya, anak-anak yang mengikuti kegiatan ini menjadi tahu atau setidaknya memiliki gambaran bagaimana cara membuat komik yang tepat seperti yang ada di buku-buku.

Selain membuat komik, kegiatan di bidang seni yang sering dilakukan di TBM Matahari Indonesia yaitu membuat karya seni tulis berupa puisi. Hal ini

tidak bisa dipungkiri lantaran pengelola TBM sendiri merupakan seorang penulis sekaligus penyair yang sangat aktif dalam membuat karya tulis. Sehingga, pengelola TBM sering mengajak atau menggerakkan anak-anak agar senantiasa terbiasa membuat karya berupa puisi. Dampaknya, anak-anak menjadi tidak asing lagi dengan karya sastra, sehingga kemampuan, kepekaan dan keterampilan menulis dapat terasah dengan baik karena mudahnya menemukan inspirasi dan kreatifitas.

selain membuat komik dan menulis puisi, salah satu kegiatan yang sering dilakukan di TBM Matahari Indonesia yaitu menggambar dan mewarnai. TBM ini juga sering mengadakan lomba mewarnai, misalnya di berbagai momen tertentu seperti untuk memperingati hari kemerdakaan.

GAMBAR 3. LOMBA MENGGAMBAR DAN MEWARNAI UNTUK

PERINGATAN 17 AGUSTUS 2020 (SUMBER GAMBAR: DOKUMENTASI TBM MATAHARI INDONESIA)

Hambatan dan Tantangan dalam Memberdayakan Masyarakat Mengelola TBM secara mandiri pastinya tidak

mudah. pengelola TBM Matahari selaku pengelola tunggal TBM Matahari tentunya juga sering menemukan hambatan maupun tantangan dalam perjalanannya selama menjadi pegiat literasi. Sejauh ini, hambatan yang dirasakan oleh pengelola TBM Matahari dalam memberdayakan masyarakat melalui TBM di antaranya sebagai berikut:

1) Keterbatasan Koleksi

GAMBAR 4. TERLIHAT KOLEKSI BUKU YANG MASIH TERBATAS

(SUMBER GAMBAR: DOKUMENTASI TBM MATAHARI

INDONESIA)

Page 11: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LITERASI: STUDI KASUS

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2021

55

Awal pendirian TBM Matahari Indonesia tidak berjalan secara mudah. Sebab, pengelola TBM hanya mengandalkan dana pribadi untuk membangun sebuah TBM di kediaman rumahnya. Pastinya, keterbatasan koleksi merupakan hambatan yang tidak terhindarkan bagi sebuah TBM yang baru merintis.

2) Kurangnya Tenaga SDM Sebagai pengelola tunggal, tidak jarang Lailatul

merasa kewalahan dalam menjalankan kegiatan pemberdayaan di TBM. Hal ini karena Lailatul harus membagi waktunya untuk mengurus keluarga, bekerja dan menulis buku. Sehingga, pada dasarnya yang diperlukan pengelola TBM Matahari dalam menjalankan kegiatan di TBM adalah relawan. Namun, sayangnya dari masyarakat di sekitar TBM kurang memiliki minat untuk ikut serta dalam melakukan pengelolaan. sedangkan apabila harus menyewa tenaga kerja atau pekerja lepas, maka Lailatul merasa tidak sanggup karena memiliki keterbatasan dalam hal dana. Maka dari itu, mengelola TBM ssecara mandiri dianggap sebagai solusi terbaik bagi Lailatul.

3) Minimnya Dana Pengembangan Dan Pengadaan Acara di TBM

Dana atau anggaran merupakan suatu hal yang Dana atau anggaran merupakan suatu hal yang tidak kalah penting dalam pengelolaan suatu jasa, baik yang berorientasi profit atau non profit. Dalam hal ini, tentu TBM Matahari Indonesia juga membutuhkan dana untuk menjalankan roda kegiatannya. Namun, nyatanya dana yang minim masih menjadi suatu hambatan bagi kegiatan pemberdayaan di TBM Matahari Indonesia. Hal ini karena pemasukan utama yang dimiliki oleh TBM Matahari Indonesia berasal dari dana pribadi. sedangkan kondisi ekonomi Lailatul bisa dikatakan kurang stabil. Apalagi, TBM Matahari Indonesia merupakan TBM yang berbasis komunitas dan belum memiliki akta notaris. Sehingga, hal ini menuntut pengelola TBM Matahari untuk senantiasa bergerak lebih aktif dalam mencari donatur.

Pengelola TBM Matahari memang seorang pegiat literasi yang aktif. Ia menjalankan kegiatan literasi secara masif baik online maupun offline. Oleh karena itu, tidak heran jika TBM Matahari memiliki banyak jaringan dan relasi baik di Kediri maupun di luar Kediri yang mampu menopang atau membantunya dalam menggaungkan semangat literasi bagi masyarakat. Hal ini memang wajar, mengingat moto yang dipegang kuat oleh TBM Matahari adalah “Berjejaring dan Berkolaborasi”. Sehingga, TBM ini

berusaha menjaring relasi sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya. Dari sini, kegiatan literasi yang sering diadakan di TBM tersebut mengalami kemudahan berkat adanya bantuan atau sokongan dari pegiat literasi yang lain.

Jika dihubungkan dengan teori ACTORS yang dicetuskan oleh Sarah Cook dan Steve Macaulay, bahwa masyarakat adalah subjek yang mampu melakukan berbagai perubahan terlepas dari segala kesulitan atau hambatan yang ditemukan. Masyarakat melakukan perubahan dengan cara membebaskan individu atau kelompok dari pengendalian yang kaku dan memberi ruang kebebasan untuk bertanggung jawab pada berbagai ide, keputusan serta tindakannya.

Hambatan pemberdayaan yang dimaksud oleh Sarah Cook dan Steve Macaulay di sini adalah penyerahan wewenang secara sosial dan moral, meliputi:

a) Mendorong Adanya Ketabahan Ketika dihadapkan pada suatu masalah, tidak

seharusnya manusia menyerah pada keadaan. Seperti yang dilakukan oleh pengelola TBM Matahari selaku pengelola tbm matahari indonesia yang senantiasa tabah ketika menghadapi suatu hambatan. Dengan bersikap tabah, maka Lailatul dapat lebih tenang untuk menyelesaikan berbagai masalah dan dapat mencari solusi yang tepat untuk permasalahannya.

b) Mendelegasikan Wewenang Sosial Sebagai pendiri TBM Matahari Indonesia, Lailatul

memiliki wewenang untuk mendistribusikan bahan bacaan serta mengedukasi masyarakat lewat berbagai kegiatan pemberdayaan yang dilakukannya. Dalam hal ini, Lailatul menempati posisi yang strategis dalam lingkungan sosial, sehingga lebih bisa menyatu dengan masyarakat di sekitar TBM.

c) Mengatur Kinerja Dalam menjalankan kegiatan di TBM, pengelola

TBM Matahari perlu mengatur kinerja agar dapat seimbang dan tidak tumpang tindih dengan aktivitas harian lainnya. Misalnya, mengatur jadwal bekerja, mengurus keluarga, dan menjalankan TBM. Akan tetapi, pengelola TBM Matahari punya caranya sendiri untuk mengelola TBM, yakni dengan menerapkan fleksibiltas pada jam buka TBM. Lailatul membuka TBM secara kondisional dan disesuaikan dengan ritme aktivitas hariannya.

Page 12: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LITERASI: STUDI KASUS

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2021

56

Jika menilik dari segi pemberdayaan yang dilakukannya, pengelola TBM Matahari mengadakan berbagai acara, pelatihan atau lomba pada peringatan hari-hari tertentu, sehingga ketika hari itu telah tiba, maka Lailatul memaksimalkan kinerjanya untuk benar-benar fokus menjalankan acara.

d) Mengembangkan Organisasi Walaupun bukan sebuah organisasi yang memiliki

banyak anggota, akan tetapi TBM Matahari Indonesia telah tergabung ke dalam Forum TBM Kabupaten Kediri dan berbagai organisasi lainnya. Hal ini mendorong TBM Matahari Indonesia untuk senantiasa berjejaring dan lebih mengembangkan mutu dan kualitas dari TBM, baik dari segi koleksi bacaan maupun kegiatan pemberdayaannya.

e) Menawarkan Kerjasama Sebagai komunitas yang independen, TBM

Matahari Indonesia menawarkan dan diberi tawaran untuk berkolaborasi menjalankan berbagai macam kegiatan literasi tertentu. Dengan terbentuknya kerja sama dengan komunitas, organisasi atau lembaga lainnya, maka akan terjadi simbiosis mutualisme antar kedua belah pihak.

Seperti halnya ketika mengadakan lomba peringatan hari kemerdekaan tahun 2020, TBM Matahari mengadakan lomba tartil Alqur’an dan lomba mewarnai. Dalam menyediakan hadiah bagi para pemenang, Lailatul disokong oleh beberapa organisasi atau komunitas seperti, Komunitas IBC Jakarta, Yayasan Peduli Pendidikan Anak Nusantara dan FTBM Kabupaten Kediri. Selain itu, pihak yang bekerja sama dengan TBM Matahari Indonesia bukan hanya dari golongan organisasi, namun juga dari kalangan individu atau perorangan, seperti mahasiswa atau pegiat literasi. Dengan begitu, hambatan yang dialami oleh pengelola TBM, khususnya dari segi pengadaan biaya dapat lebih diminimalisir.

f) Berkomunikasi Secara Efisien Sebagai pengelola TBM, Lailatul berkomunikasi

secara efisien untuk mengutarakan maksud dan tujuannya. Misalnya, dalam mencari donatur buku, Lailatul perlu mengomunikan tujuannya kepada donatur terkait perlunya melakukan donasi buku ke TBMnya. Bukan hanya itu, dalam berjejaring dan berkolaborasi, Lailatul juga perlu menerapkan komunikasi yang efisien agar tujuannya dalam melaksanakan berbagai acara dapat lebih terbantu dengan adanya kolaborasi tersebut. Dengan

berkomunikasi secara efisien, donatur ataupun pihak sponsor dapat lebih yakin untuk memberikan bantuan kepada TBM Matahari Indonesia.

g) Mendorong Adanya Inovasi Tanpa adanya inovasi, tentu seseorang dapat

mengalami ketertinggalan karena tidak dapat mengikuti perkembangan zaman. Hal ini selaras dengan TBM Matahari Indonesia yang didesain lebih dinamis dan fleksibel, sehingga siapapun dapat singgah dan memanfaatkan koleksi bacaan di sana. Perlu diketahui bahwa TBM Matahari Indonesia tidak hanya terdiri dari buku-buku pelajaran sekolah, namun juga memiliki banyak koleksi fiksi atau nonfiksi yang dapat memperkaya khasanah intelektual masyarakat.

Selain itu, Lailatul juga aktif menciptakan kegiatan yang atraktif dan inovatif untuk mendukung gerakan literasi di lingkungannya. Dengan begitu, maka masyarakat di sekitar TBM Matahari Indonesia dapat lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan bermanfaat di TBM.

h) Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Terjadi.

Setiap komunitas atau organisasi tentu tidak bisa lepas dari yang namanya permasalahan. Oleh karena itu, tidak sepatutnya lekas menyerah dan pasrah dengan keadaan. Begitu juga dengan Lailatul yang tidak pernah menyerah dengan keadaan yang terkadang membuanya kesulitan dalam menjalankan kegiatan pemberdayaan di TBM. Dengan sikapnya yang aktif dan pandai melakukan riset, Lailatul mampu memperoleh kemudahan dalam menjalankan kegiatan di TBM. Misalnya untuk mengadakan lomba atau pelatihan, Lailatul dapat mencari donatur yang berasal dari penerbit, organisasi atau perorangan yang memiliki baground yang sama di bidang literasi.

Bukan hanya itu, ketika merasa kewalahan dalam mengelola TBM, Lailatul terkadang meminta rekannya untuk membantunya menjalankan kegiatan. Jika dilakukan bersama rekan atau sahabat yang memiliki minat yang sama, setidaknya Lailatul bisa sedikit menghemat tenaga untuk menjalankan TBM. Intinya, dengan menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi, maka TBM Matahari Indonesia dapat tumbuh menjadi lebih baik lagi dari waktu ke waktu.

V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang

Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Literasi di TBM

Page 13: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS LITERASI: STUDI KASUS

JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2021

57

Matahari Indonesia, penulis memperoleh kesimpulan, di antaranya sebagai berikut:

TBM Matahari Indonesia memiliki beberapa peran dalam kehidupan bermasyarakat. beberapa peran yang diambil oleh TBM Matahari Indonesia di antaranya; 1) Mempermudah masyarakat dalam memperoleh akses bahan bacaan, 2) Mendekatkan masyarakat dengan buku 3), Memberikan kegiatan-kegiatan yang bermutu kepada masyarakat melalui aktivitas membaca. dan 4) Meningkatkan kualitas TBM Matahari Indonesia. TBM Matahari Indonesia memiliki peran yang stategis dalam memberi wadah kreatifitas dan menggali bakat terpendam yang dimiliki oleh anak-anak yang bermukim di sekitar TBM.

Bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat di TBM Matahari Indonesia terdiri dari tiga jenis, yakni: 1) bidang pendidikan, 2) bidang lingkungan dan 3) bidang seni. praktik pemberdayaan masyarakat yang sudah pernah dijalankan oleh TBM Matahari Indonesia yaitu seperti penyediaan akses bahan bacaan, pelatihan membuat hand sanitizer, pelatihan menulis puisi, dan pelatihan menggambar.

Hambatan yang dialami oleh pengelola TBM selama menjalankan kegiatan pemberdayaan yaitu keterbatasan koleksi, kurangnya tenaga SDM serta minimnya dana pengembangan TBM. Agar bisa melalui hambatan tersebut, pengelola TBM mengatasinya dengan cara menjaring relasi seluas-luasnya untuk bisa tetap aktif dalam berkegiatan literasi.

DAFTAR PUSTAKA Agustino, H. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Berbasis

Gerakan Literasi di Taman Baca Masyarakat Pondok Sinau Lentera Anak Nusantara. Jurnal Sosial Politik, 5(1), 142. https://doi.org/10.22219/sospol.v5i1.7890

Bahri, S. (2013). Peran TBM Cakruk Pintar dalam Pemberdayaan Masyarakat Nologaten Sleman Yogyakarta. skripsi Sunan Kalijaga.

Hastari, G. R. (2015). Kesuksesaan taman bacaan masyarakat Rumah Dunia dalam pemberdayaan masyarakat melalui Program Literasi Informasi. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/29114

Hamzah, A. (2020). Metode Penelitian Studi Kasus Single Case, Instrumental Case, Multicase & Multisite. Malang: Penerbit Literasi Nusantara.

Indonesia. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Daftar TBM. (2016, September 8). Retrieved Agustus 22, 2020, from Donasi Buku: https://donasibuku.kemdikbud.go.id/tbm

Kalida, M. dan M. M. (2014). Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri. Cakruk Publishing.

Maani, K. D. (2011). Teori ACTORS dalam pemberdayaan Masyarakat. demokrasi, 10 no.1.

Maskurotunitsa, R. S., & Rohmiyati, Y. (2016). Peran Perpustakaan Desa “Mutiara” Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Kalisidi Kecamatan Ungaran Barat.

Nasiruddin, S. (2018). Membangun Budaya Literasi dalam Industri Kreatif. Prosiding SeminarNasional Dies Natalis UNM ke 57. Makassar

Retno, S. S., Rohmiyati, Y., & Husna, J. (2015). Pemberdayaan Masyarakat melalui Perpustakaan: Studi Kasus di Rumah Pintar “Sasana Ngudi Kawruh” Kelurahan Bandarharjo-Semarang. Jurnal Ilmu Perpustakaan, 4(2), 157–166. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jip/article/view/9518/0

Riawan, Y. (2016). Perbedaan Kemandirian Remaja Ditinjau Dari Data Demografi (Urutan Kelahiran Dan Jenis Kelamin). UIN Suska Riau. http://repository.uin-suska.ac.id/2500/

Rohmiyati, R. S. M. dan Y. (2016). Peran Perpustakaan Desa “MUTIARA” dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Kalisidi Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang. 5 no. 4.

Septiana, R. I. (2007). Perkembangan Perpustakaan berbasis Komunitas: Studi Kasus pada Rumah Cahaya, Melati Taman Baca dan Kedai Baca Sanggar Barudak. Skripsi Universitas Indonesia.

Solihin, dkk (2019). Indeks Aktivitas Literasi Membaca 34 Provinsi. Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan Dan Kebudayaan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan 2019.

Yuliyanto, Y., & Irhandayaningsih, A. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Taman Baca Masyarakat (TBM): Studi Kasus di Desa Pledokan Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. 3(4), 377–386.