pemberitaan harian kompas tentang status keistimewaan ... · bapak dan ibu dosen ilmu komunikasi...
TRANSCRIPT
PEMBERITAAN HARIAN KOMPASTENTANG STATUS KEISTIMEWAANDAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
(ANALISIS FRAMING)
OLEH :
QORI MASITAE 311 07 604
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SarjanaPada Jurusan Ilmu Komunikasi
JURUSAN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2012
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : KONSTRUKSI PEMBERITAAN HARIAN KOMPASTENTANG STATUS KEISTIMEWAANYOGYAKARTA (ANALISIS FRAMING).
Nama Mahasiswa : QORI MASITA
NIM : E 311 07 604
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing.
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Abdul Gafar. MS Muliadi Mau, S.Sos, M.SiNIP. 195702271985031003 NIP. 197012311998021002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu KomunikasiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dr. H. Muh. Farid, M.SiNIP. 196107161919870 21001
iii
HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI
Telah diterima oleh Tim Evaluasi Skripsi Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Hasanuddin untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna
memperoleh gelar kesarjanaan dalam Jurusan Ilmu Komunikasi Program Studi
Jurnalistik pada hari Senin, 4 Juni 2012
Makassar, 4 Juni 2012
Ketua : Dr. M. Iqbal Sultan, M.Si. (…………………………....)
Sekretaris : Alem Febri Sonni, S.Sos.,M.Si. (……………………………)
Anggota : Drs. Abdul Gafar, M.Si.
: Drs. Mursalim, M.Si.
: Muliadi Mau, S.Sos.,M.Si.
(.…………………………...)
(.…………………………...)
(.…………………………...)
iv
ABSTRAK
Qori Masita P. “Pemberitaan Harian Kompas Tentang Status KeistimewaanYogyakarta (Analisis Framing)” Dibimbing oleh Drs. Abdul Gafar. M.Si danMuliadi Mau, S.Sos, M.Si.
Penelitian Ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui/memahami cara HarianKompas dalam mengkonstruksi pemberitaan tentang status keistimewaan DaerahIstimewa Yogyakarta. 2. Mengetahui posisi Harian Kompas dalammengkonstruksi pemberitaan tentang status keistimewaan Daerah IstimewaYogyakarta.
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar pada Harian Kompas yangterbit di bulan November 2010 hingga Desember 2010. Tipe penelitian yangdigunakan pada penelitian ini adalah Kualitatif Deskriptif yang bertujuan untukmenggambarkan dan meringkas suatu fenomena yang terjadi dalam masyarakatsecara faktual. Tehnik Pengumpulan data dilakukan dengan cara Observasi yaitumengumpulkan berita-berita yang terkait erat dengan permasalahan yang ditelitipada Harian Kompas dan Kajian Pustaka dengan mengumpulkan data-data tertulisyang terkait dengan penelitian. Penelitian ini diuraikan dengan menggunakananalisis Framing sesuai dengan teori framing yang digambarkan oleh Robert N.Entman. Teori ini menekankan bahwa proses framing pada berita terdiri atas 4tahap yaitu Problem Identification,Diagnose Causes,Make Moral Judgment/Evaluation,dan Treatment Recommendation.
v
ABSTRACT
Qori Masita P. “Pemberitaan Harian Kompas Tentang Status KeistimewaanYogyakarta (Analisis Framing)”
Is guided by Drs. Abdul Gafar. M.Si and Muliadi Mau, S.Sos, M.Si. Thisresearch aims to: 1. Knowing/understanding how to construct in the Kompas dailynews coverage about the status of privilege Daerah Istimewa Yogyakarta .2.knowing the position of Kompas daily construct the news about the status of theprivilege Daerah Istimewa Yogyakarta.
This research is conducted in the city of Makassar on the Kompas dailypublished in the month of November 2010 until December 2010. The type ofresearch used in this research is Qualitative Descriptive aims to describe andsummarize a phenomenon that occurs in society as factual. The method of datacollection is carried out by means of Observation which collects news items thatare closely related to the issues canvassed in the Kompas daily and ResearchLibraries by collecting written data associated with research. The research waselaborated by using Framing analysis in accordance with the theory of framingwhich is described by Robert n. Entman. This theory emphasizes that the processof framing in the news consists of 4 stages: Problem Identification, DiagnoseCauses,Make Moral Judgment/Evaluation, and Treatment Recommendation.
vi
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-NYA kepada kita semua,dan terutama atas Anugrah yang
telah diberikan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan Skripsi
ini untuk melengkapi syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar.
Dalam penulisan Skripsi ini Penulis menyadari banyaknya dukungan doa
dan bantual moril dan material dari berbagai pihak,khususnya buat kedua orang
tua tersayang, M. Arsyad A dan Hosiah Sudjak atas doa,nasihat,didikan,perhatian,
serta semangat yang terus diberikan sehingga Penulis tidak menyerah untuk
menyelesaikan skripsi ini,dan juga kepada kakakku tersayang : Nomi Huriyati
Ardah P, Faisal Akbar P, dan Adikku tercinta : Juniar Syafitri P, Ragil Wicaksono
P, skripsi ini kupersembahkan kepada kalian. Dalam kesempatan ini Penulis juga
tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kepada Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi UNHAS,
Bapak Dr. H. Muh. Farid. M.Si dan Bapak Drs. Sudirman Karnay. M. Si atas
segala bimbingan dan motivasinya selama kuliah.
2. Bapak Drs. Abdul Gafar. M.Si dan Bapak Muliadi Mau, S.Sos, M.Si. atas
segala bimbingan,nasihat, dan masukan terhadap penyempurnaan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan bekal
pengetahuan selama masa perkuliahan
vii
4. Bapak dan Ibu staff di Jurusan Ilmu Komunikasi dan staff di Akademik
Fakultas yang dengan sabar memeriksa dan membantu dalam persiapan berkas-
berkas Ujian skripsi.
5. Teman-teman seperjuangan Siti Riska Megauleng,Suci Astuty,dan lainnya.
Serta teman-teman angkatan 2007 yang namanya tidak dapat disebutkan satu-
satu. Terima kasih untuk semangat,motivasi,dan kerjasamanya.
6. Sahabat-sahabatku Andi Rugayyah Ahmad Aljufry,Zusanti,dan Salbiani, yang
turut mendukung dengan doa dan motivasi selama penulisan skripsi ini.
7. Semua pihak yang turut membantu kelancaran skripsi ini baik disadari maupun
tidak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini belum mencapai
kesempurnaan, namun Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelesaikannya dengan baik. Dengan segala kerendahan hati,Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam meyempurnakan skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat memberi mamfaat kepada bagi pembaca.
PENULIS
QORI MASITA
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………..ii
HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI ………………………………iii
ABSTRAK ………………………………………………………………………iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...viii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……..……..……………………………………………1
B. Rumusan Masalah. ……………………..…………………………….. 6
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian…………..………………………........6
D. Kerangka Konseptual…………………………..……………………...7
E. Definisi Operasional ………………………………………………… 21
F. Metode Penelitian ………………………………………………….....22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi Dan Komunikasi Massa ………………………………...25
B. Jurnalistik,Pers, dan Surat Kabar ……………………………………..32
C. Konstruksi Realitas Sosial Media Massa ……………………………..37
D. Studi Tentang Polemik Status Keistimewaan Yogyakarta ………….. 40
E. Studi Analisis Framing ……………………………………………….42
ix
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Berdirinya Harian Kompas ………………………….48
B. Visi,Misi dan Motto Harian Kompas ………………………………...49
C. Struktur Organisasi Harian Kompas ………………………………... .50
D. Metode Penelitian …………………………………………………… 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1. HASIL PENELITIAN …………………………………………... 55
IV.2. PEMBAHASAN………………………………………………….. 73
BAB V PENUTUP
V.1. SIMPULAN …. ……………………………………………………86
V.2. SARAN …………………………………………………………… 87
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...89
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan sejarah,Yogyakarta yang semula merupakan wilayah
Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Adikarto (Pakualaman) menjadi
daerah istimewa bukan karena hadiah dari pemerintah RI melainkan
berdasarkan dalam sejarah status istimewa itu merupakan hasil dari
perjuangan masyarakat Yogyakarta sendiri dibawah kepemimpinan yang
digariskan oleh kebijaksanaan Sultan Hamengku Buwono IX dan Kanjeng
Gusti Adipati Aryo Paku Alam VIII,hal ini tercantum dalam amanat yang
tertanggal 5 september 1945 yang menyatakan daerahnya sebagai bagian dari
RI.
Daerah istimewa Yogyakarta terlahir dari sebuah suasana kebathinan
Bangsa Indonesia yang bukan hanya diliputi semangat persatuan
Bangsa,tetapi juga penghargaan tinggi terhadap sejarah. Pasal 18 UUD 1945
menegaskan pentingnya NKRI,tidak boleh ada Negara dalam Negara. Namun
pasal itu juga mengakui dan menghormati kenyataan historis dari setiap
daerah yang bersifat istimewa karena memiliki “susunan asli” sejak sebelum
RI ada (Haryadi dan sudomo, 2010 : 26).
Namun dimasa kini bahkan pengesahan Undang-Undang tentang
keistimewaan Yogyakarta yang antara lain isinya mengenai pemerintahan
DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta ) terkesan ditarik-ulur dan digantung
pembicaraannya,walaupun Sembilan Fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat
2
sudah sepakat menggolkannya (Monarki Yogya Inkonstitusional?, Fandri
Yuniarti : 194).
Sejarawan DR. P.J. Soewarno menyatakan selama UU 3/1950 belum
dicabut,maka yang harus diberlakukan adalah kepala daerah Yogyakarta
harus merupakan keturunan penguasa wilayah itu sebelum bergabung dengan
Indonesia. Ini sejalan dengan bunyi pasal 18 UU Nomor 22 Tahun 1948
tentang pembagian Negara dalam daerah-daerah yang dapat mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri,yang menyebutkan Kepala Daerah
Istimewa diangkat oleh keturunan keluarga yang berkuasa di daerah itu di
zamannya sebelum RI dan yang masih menguasai daerahnya,dengan syarat-
syarat kecakapan, kejujuran,dan kesetiaan,dan dengan mengingat adat istiadat
di daerah tersebut (Monarki Yogya Inkonstitusional? : 10).
Usaha Sultan Hamengku Buwono IX dalam mempertahankan
kerajaan Yogyakarta merupakan bukti nyata kemampuan beliau dalam
melakukan komunikasi politik yang cerdas sehingga ia bisa mendapatkan
sesuai dengan keinginannya untuk tetap mempertahankan status dan
kekuasaan sekaligus menjauhkan kecurigaan penjajah akan keinginan Beliau
untuk menjadi bangsa yang merdeka.
Walaupun di tahun 1812 dimasa pergantian kekuasaan dari Sultan
Hamengku Buwono II kepada putranya Sultan Hamengku Buwono III,
asistensi militer Keraton Yogyakarta mengalami kemerosotan akibat
intervensi Kolonial Inggris. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan Pemerintah
Kolonial sebagai kekuatan penentu. Pada akhirnya militer hanya menjadi
3
lambang kebesaran tanpa dapat digunakan untuk mempertahankan kebesaran
itu sendiri (http:pakdetulus.blogspot.com/2011/04/buku-sejarah.html)
Yogyakarta di masa awal kemerdekaan juga menjadi percontohan bagi
daerah-daerah lain baik dalam tata cara pemerintahan daerah maupun susunan
organisasi dalam masyarakat semua diawali di Yogyakarta,hal ini semakin
memperkukuh keistimewaan Yogyakarta sebagai sebuah kerajaan sekaligus
sebagai bagian dari wilayah kekuasaan Indonesia.
Konflik yang muncul mengenai status keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta kembali dipicu oleh pernyataan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) yang pada tanggal 26 November 2010 ketika membuka
rapat terbatas kabinet di Jakarta yang agendanya antara lain membahas RUU
keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. “Tidak boleh ada sistem monarki
yang bertabrakan dengan konstitusi dan nilai-nilai Demokrasi.” Pernyataan
ini telah mengundang sejumlah reaksi baik dari penguasa Yogyakarta,
masyarakat, hingga sejumlah pakar dan pengamat angkat bicara.
Kesan yang kuat akan keinginan Pemerintah pusat untuk mengakhiri
sistem pengangkatan Gubernur dan Wakil Gubernur Di Daerah Istimewa
Yogyakarta karena dianggap monarki menjadi jelas bahwa Pemerintah
menginginkan adalnya pemilihan dan tidak menyetujuai Penetapan secara
langsung karena dianggap tidak demokratis. Salah satu yang tersisa dari
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kepemimpinan daerah
ditetapkan secara langsung tanpa pemilihan yaitu Hamengku Buwono dan
4
Paku Alam berhak atas kedudukan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur
yang bertanggungjawab secara langsung kepada Presiden.
Mempertanyakan mengenai status keistimewaan Yogyakarta
sebenarnya tidak perlu lagi,selain faktor historis bergabungnya kerajaan
Yogyakarta sebagai bagian dari wilayah Indonesia dimana pemimpinnya
bertanggungjawab langsung kepada Presiden,hal lainnya adalah aspirasi
rakyat yang memang setuju pada penetapan secara langsung Gubernur dan
Wakil Gubernur dan rakyat menginginkan agar pemerintah segera
mensyahkan RUU penetapan status keistimewaan Yogyakarta tersebut.
Berita mengenai Konflik tersebut memperoleh perhatian dari khalayak
luas termasuk media cetak baik yang berskala nasional maupun daerah. Salah
satunya adalah media cetak berskala Nasional Harian Kompas. Harian
Kompas memiliki motto “Amanat Hati Nurani Rakyat” dibawah
logonya,merupakan gambaran dari visi dan misi yang menyerukan isi hati
nurani rakyat dan dinilai sebagai surat kabar nasional yang menuliskan berita
dari 2 sisi berbeda yang artinya netral dalam menuliskan berita.
Pemilihan Harian Kompas juga didasari pada keingintahuan peneliti
untuk menganalisa bagaimana media membingkainya menjadi berita,peneliti
juga mencoba melihat bagaimana suatu media menampilkan para
narasumbernya,serta latar belakang media memilih narasumber yang
merupakan bagian dari pembingkaian opini masyarakat,selain itu untuk
melihat arah objektivitas dan pemberitaan yang dibingkai.
5
Menurut annehira.com, mempertahankan sisi kenetralan dengan gaya
semacam itu,merupakan esensi sense of crisis yang punya dimensi tersendiri.
Bukan menjadi penjilat tapi lebih kepada melayani para ratusan ribu pembaca
setia,untuk apa menjadi idealis bila tidak bisa lagi melayani. segmentasi
harian Kompas sebenarnya untuk semua kalangan yang memiliki uang Rp
3.500 saja. Bila dibandingkan Koran Nasional lain,harganya bersaing.
Dengan range eksemplar sebanyak 500.000, dan mencapai 600.000 eksemplar
diakhir Minggu,dengan pembaca sebanyak 2,5 juta orang. Harian Kompas
bisa disebut sebagai Koran terbesar di Asia Tenggara.
Atas pengamatan peneliti bingkai pemberitaan tersebut tampak pada
beberapa berita di Harian Kompas terkait dengan pernyataan SBY, seperti
pada edisi 28 november 2010 dengan judul berita, Sultan : Pemerintahan DIY
bukan Monarki,terdapat pernyataan Sultan Hamengku Buwono X,” Saya
tidak tahu yang dimaksud dengan sistem monarki yang disampaikan
pemerintahan pusat. Pemda DIY ini sama sistem dan manajemen
organisasinya dengan provinsi-provinsi yang lain,sesuai dengan Undang-
Undang Dasar,UU, dan peraturan pelaksanaannya.”
Sedangkan pada edisi 1 Desember 2010 dengan judul berita Salah
paham soal Yogyakarta,Presiden akan jelaskan sikapnya. Terdapat pernyataan
dari juru bicara kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengakui adanya
kesalapahaman pengertian para pihak yang mendengar pernyataan presiden
SBY tentang keistimewaan Yogyakarta karena itu Presiden akan menjelaskan
pernyataan tersebut.
6
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merasa
tertarik untuk meneliti “Bagaimanakah pemberitaan Harian Kompas tentang
status keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta ?”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Harian Kompas membingkai (frame) pemberitaan tentang
status keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Bagaimana posisi Harian Kompas dalam pemberitaan tentang status
keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
C.1. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini untuk mengetahui/memahami cara Harian Kompas
dalam membingkai pemberitaan tentang status keistimewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui posisi Harian Kompas
dalam frame pemberitaan tentang status keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta.
C.2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
7
1. Secara teorytis penelitian ini diharapkan dapat berguna memperkaya
penelitian tentang realitas dan framing Media cetak dalam
pemberitaan.
2. Secara akademis diharapkan mampu memperluas dan memperkaya
penelitian khususnya di bidang Ilmu Komunikasi.
3. Secara Praktis diharapkan penelitian ini bisa memberikan masukan
pemikiran kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
D. Kerangka Konseptual
Mengkonstruksi berdasarkan sebuah peristiwa disekitarnya
merupakan hasil pemikiran yang terkonsep dan bukanlah tugas yang mudah
bagi seseorang. Mengingat arti dunia dibalik sebuah peristiwa perlu lebih
dipahami,dicerna dengan seksama dan menyeluruh, lalu diinterpretasikan
sampai lahir sebuah makna.
Konsep adalah seperangkap atau sekumpulan Objek,orang atau
peristiwa yang memiliki atribut atau ciri-ciri umum. Kerlinger (1973)
mendefinisikan konsep sebagai abstraksi yang dibentuk melalui generalisasi
dari segala sesuatu yang bersifat khusus (Nina W. Syam, 2010 : 116).
Konsep merupakan awal dari sesuatu yang ada dalam pemikiran
manusia yang diniatkan dan hendak direalisasikan dalam kehidupannya
dalam suatu bentuk nyata,dimana dalam sebuah konsep itu sendiri sudah
syarat dengan makna. Kemampuan Sultan Hamengku Buwono IX sendiri
dalam mengkomunikasikan konsep yang ada dalam pikirannya sejak ia kecil
dimana beliau sudah diperkenalkan pada kejawaannya bahkan sifat dan
8
didikannya sebagai orang Jawa tidak mampu dihilangkan ketika Ayahnya
mengirimkan ia pada salah satu keluarga Belanda semasa menempuh
pendidikan sekolah. Dalam keluarga barunya beliau harus melakukan
berbagai penyesuaian baik dalam hal berprilaku maupun dalam penggunaan
bahasa sebagai alat komunikasi yang lebih mudah dipahami dalam
lingkungannya saat itu.
Dalam Keluarga Mulder (beliau tinggal dikeluarga ini semasa kecil) ia
langsung diajak berkomunikasi dalam bahan Belanda,suatu cara belajar
bahasa untuk anak-anak yang paling cepat. Disamping bahasa Jawa sebagai
bahasa Ibu,untuk selanjutnya bahasa Belanda adalah bahasa utama bagi
Dorodjatun,dan ia pun tampaknya berpikir dalam bahasa Belanda. Begitu
fasihnya ia kemudian menggunakan bahasa Belanda sehingga Gubernur
Jenderal Tjanrda Van Starkenborgh stachouwer pernah berkomentar,
“bagaimana mungkin anda bicara dalam bahasa Belanda tanpa aksen asing
sedikitpun?” (Mohamad roem,dkk. 2011 : 13)
(Dan Nimmo, 2005 : 6-7) Beberapa makna yang tersirat dari
pandangan ini patut diperhatikan. Paling penting ialah bahwa perbuatan
manusia yang dianggap sebagai proses komunikasi itu kreatif. Melalui
pergaulan sosial,orang menurunkan dan bertindak menurut makna yang
membuat mereka mampu menciptakan kembali dunia subjektif mereka. Dean
Barnlund menyarankan sifat-sifat komunikasi yaitu :
9
1. Dinamis, suatu proses prilaku yang dipikirkan dari seorang penafsir dan
bukan sesuatu yang tersendiri dan tidak dipikirkan,yang digerakkan oleh
mekanisme internal.
2. Sinambung, tidak ada sesuatu,bahkan tindakan yang tersendiripun selain
kondisi kehidupan yang sinambung tanpa awal dan akhir.
3. Sirkular, dalam arti tidak ada urutan yang linier dalam arus makna dari
seseorang kepada yang lain,orang terlibat dalam komunikasi secara
simultan dengan,bukan kepada,satu sama lain.
4. Tak dapat diulang, karena penciptaan kembali makna yang sinambung itu
melibatkan perubahan citra personal terhadap masa lalu,masa kini,dan
masa yang akan datang sehingga mustahil orang akan memberikan pesan
yang identik yang artinya tepat sama dengan yang diberikan pada waktu
yang berbeda.
5. Tak dapat dibalikkan, karena ia berkembang dengan cara yang membuat
pesan yang telah diucapkan dan diinterpretasikan tidak dapat diambil
kembali dari ingatan penerimanya.
6. Kompleks, dalam arti berlangsung dalam banyak konteks yang berlainan
dan pada banyak tingkatan, interpersonal,intrapersonal,organisasional,
social, dan cultural.
Pengertian komunikasi menurut Shannon dan weaver (1984),
Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu
sama lainnya,sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk
10
komunikasi menggunakan bahasa verbal,tetapi juga dalam hal ekspresi
muka,lukisan,seni dan teknologi (Cangara,Hafied. 2005 : 20).
Dalam banyak proses semasa pertumbuhannya Sultan Hamengku
Buwono IX dijauhkan dari budaya dan bahasanya,namun konsep kejawaan
yang sudah menurun dalam darahnya ternyata tidak bisa dirubah, beliau tetap
merasa sebagai bangsa yang dijajah dan ia telah dibesarkan dalam lingkungan
sosial yang sebenarnya telah menjajah negerinya sendiri, kelak setelah
dewasa dan menjadi Sultan maka apa yang telah diperolehnya dari luar
(pendidikannya) diterapkan untuk memperjuangkan kemerdekaan melepaskan
diri dari penjajah sekaligus memperjuangkan hak Yogyakarta sebagai wilayah
istimewa.
Menurut Selo Soemarjan Kejawen (ke-Jawa-an,bila diIndonesiakan)
adalah sistem nilai yang menjadi kepercayaan atau panutan orang Jawa,
pengertiannya meliputi filsafat,pandangan hidup, kebathinan, tatakrama,
harmoni,dan pola pikir (Abrar Yusra, 1995 : 35).
Berdasarkan hasil pembelajarannya disekolah Belanda Sultan
Hamengku Buwono IX menerapkan dan menginterpretasikan pengalamannya
untuk tujuannya sendiri yang lebih besar. Beliau mulai mengkonstruksi
berbagai kegiatan dan mengkontruksi pikiran orang-orang disekitarnya untuk
mencapai tujuan yang sudah beliau konsepkan. Sebagai seorang Raja beliau
memiliki keuntungan dalam menerapkan perintah kepada bawahannya dan
kemungkinan untuk tidak menuruti perintah beliau sangat kecil.
11
Walaupun kekuasaan Raja adalah mutlak,tetapi ia dituntut untuk
bersikap adil dan penuh kasih sayang terhadap rakyatnya,hal ini terlihat dari
sikapnya yang bijaksana dalam memutuskan masalah kenegaraan. Hal ini
dilakukan untuk menjaga keteraturan dan ketentraman dalam wilayah
kekuasaan yang merupakan tanggungjawabnya (Basrowi, 2005 : 126).
Di mata orang Jawa Tradisional, Keluarga keraton adalah yang paling
terhormat di muka bumi. Keraton adalah kedudukan Raja sebagai kepala
Pemerintahan,yang didukung oleh status,kewibawaan dan tenaga-tenaga
mistik yang bersifat religius (Abrar Yusra,1995 : 13 ).
Dalam hal ini Humengkubuwono IX telah matang dalam menjalankan
birokrasi seperti yang beliau inginkan, sebuah rencana birokrasi yang
menjadikan Yogyakarta bisa bertahan sebagai sebuah kerajaan dan memiliki
kemampuan untuk mendominasi pengambilan keputusan tidak sepenuhnya
berada di bawah kendali penjajah namun tetap mempertahankan kepentingan-
kepentingan kerajaannya demi kesejahteraan rakyat secara umum.
Sultan mampu mengarahkan bentuk birokrasi pemerintahan sesuai
dengan perubahan sosial,politik,ekonomi,dan budaya masyarakatnya
disebabkan karena sutan Hamengku Buwono IX adalah satu-satunya Sultan
Mataram yang mengenyam pendidikan barat sejak usia 4 tahun sampai naik
tahta. Pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya telah menumbuhkan
rasa malu terhadap kaum cendikiawan dan tokoh politik Indonesia pada
waktu itu sudah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia (Suwarno,1994 :
394).
12
Dapat kita pelajari dan cermati bagaimana Sultan Hamengku Buwono
IX mengkombinasikan paham dan keinginan politiknya yang bertujuan untuk
membela kepentingan rakyat dan kerajaannya dalam birokrasi yang rumit dan
berbelit-belit mengingat beliau dibawah tekanan penjajah dan bagaimana
usaha beliau setelah masa awal kemerdekaan Indonesia memadukan birokrasi
yang sesuai untuk diterapkan dalam wilayah kekuasannya (Yogyakarta yang
merupakan bagian dari wilayah Indonesia) yang tidak bertentangan dengan
birokrasi di pemerintahan pusat (Indonesia) yang baru terbentuk.
Sebagaimana dikemukakan banyak ahli,restrukturasi pemerintahan
yang dijalankan Sultan Hamengku Buwono IX mempunyai arti yang
mendalam, yang kemudian terbukti pada zaman revolusi kemerdekaan. Jika
Sistem Pemerintahan di kerajaan-kerajaan lain yang ada di Indonesia sebelum
proklamasi kemerdekaan pada hancur di zaman revolusi kemerdekaan,sistem
pemerintahan yang didukung oleh aparat-aparat pamongpraja Kesultanan
Yogyakarta tidak saja utuh dan fungsional,melainkan juga mampu
menyanggah pusat pemerintahan RI ketika pindah ke Yogyakarta sejak bulan
januari 1946 (Abrar Yusra, 1995 : 138 ).
Konstruksivisme percaya bahwa orang menciptakan pengetahuan
agar dapat berjalan secara pragmatis di dunia bahwa fenomena dapat
dipahami dalam cara yang berbeda dengan sempurna dan bahwa pengetahuan
adalah apa yang telah dihasilkan oleh seseorang dari dunia (“mereka bukan
apa-apa hingga saya menyebutkannya”). Akhirnya membawa konstruktivisme
selangkah lebih jauh,konstruktivisme sosial mengajarkan bahwa pengetahuan
13
merupakan produk interaksi simbolis dalam kelompok-kelompok sosial.
(LittleJohn, 2009 : 25).
Konstruk terdiri dari konsep-konsep Ilmiah. Konsruk dibuat secara
sengaja atau diadopsi oleh Ilmuwan untuk tujuan ilmiah tertentu. Konstruk
adalah konsep yang menyatakan hubungan antara berbagai
peristiwa,aspek,atau konstruk-konstruk lainnya (Kibler,1970). Beberapa
konstruk seperti waktu bicara,jumlah sentuhan,dan kecepatan bicara
merupakan konsep-konsep yang relative jelas,dan mudah diukur secara
behavioral (Nina W. Syam, 2010 : 118).
konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk
menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara
individu dengan lingkungan atau orang disekitarnya. Individu kemudian
membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat itu berdasarkan
pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya, inilah yang oleh
Berger dan Luckmann disebut dengan konstruksi sosial.
Jika kita telaah terdapat beberapa asumsi dasar dari Teori Konstruksi
Sosial Berger dan Luckmann. Adapun asumsi-asumsinya tersebut adalah:
a. Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuataan
konstruksi sosial terhadap dunia sosial disekelilingnya.
b. Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat pemikiran
itu timbul, bersifat berkembang dan dilembagakan.
c. Kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus.
14
d. Membedakan antara realitas dengan pengetahuan. Realitas diartikan
sebagai kualitas yang terdapat didalam kenyataan yang diakui sebagai
memiliki keberadaan (being) yang tidak bergantung kepada kehendak kita
sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa
realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.
Kenyataan akan sejarah yang panjang terbentuknya Yogyakarta
sebagai daerah istimewa telah menjadi tolak ukur bahwa bagaimanapun
keadaannya keistimewaan Yogyakarta seharusnya tidak perlu lagi
dipermasalahkan ataupun dipertanyakan. Pada saat membuka rapat kabinet
terbatas di Istana kepresidenan Jakarta,tepatnya pada hari jumat 26 November
2010,Presiden susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan nilai-nilai
demokrasi tidak boleh diabaikan begitu saja,karena itu tidak boleh ada sistem
monarki yang bertabrakan baik dengan konstitusi maupun dengan nilai-nilai
demokrasi.
Persoalan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berpotensi
memunculkan pandangan yang mempertentangkan antara demokrasi dan
monarki yang mengarahkan kita untuk memilih salah satu diantaranya yang
dianggap relevan untuk konteks kekinian. DIY berasal dari dua Kerajaan
Jawa (projo kejawen), Kesultanan dan Kadipaten Pakualaman dengan
Rajanya masing-masing yang bergabung dengan Republik Indonesia. Itulah
sebabnya Kepala daerah dan wakil Kepala daerah adalah Sultan dan Paku
Alam yang sedang bertahta. Dengan demikian DIY merupakan kelanjutan
15
dari kekuasaan monarki Jawa di masa silam (Haryadi dan sudomo, 2010 :
162).
Pernyataan Presiden SBY telah mengundang reaksi dari berbagai
media termasuk media cetak Harian Kompas hampir setiap terbitannya
memberikan porsi pemberitaan yang cukup banyak, terkait pernyataan
Presiden SBY yang dianggap telah menyinggung keberadaan Yogyakarta
sebagai daerah yang memiliki keistimewaan.
Dalam pandangan konstruksional,keberadaan media massa tidak bisa
lepas begitu saja dari pemaknaan terhadap realitas yang ada di sekitarnya.
Teks berita yang terkait dengan pernyataan Presiden SBY yang dianggap
menyinggung keistimewaan Yogyakarta dipandang sebagai konstruksi atas
realitas. Dalam pandangan konstruksi sosial,berita bukan merupakan
peristiwa atau fakta dalam arti yang sebenarnya tetapi merupakan hasil dari
konstruksi wartawan yang menulis pemberitaan terkait permasalahan yang
terjadi.
Wartawan secara aktif terlibat dalam mengkonstruksi realitas yang
sangat dipengaruhi oleh subjektifitas dan kebijaksanaan perusahaan media
dimana wartawan bernaung. Dalam pandangan Konstruksionis wartawan
tidak bisa menyembunyikan pilihan moral dan keberpihakannya,karena ia
merupakan bagian dari intrinsik pembentukan berita itu sendiri. Dalam
banyak kasus topik apa yang diangkat dan siapa yang diwawancarai
disediakan oleh kebijaksanaan redaksional tempat wartawan bekerja
(Eriyanto,2008 : 28).
16
Berita memang milik publik namun media cetak memiliki gatekeeper
yaitu sebagai penyeleksi informasi,sebagaimana diketahui bahwa komunikasi
massa (media cetak) dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media
massa (redaksi) mereka ini adalah yang menyeleksi setiap informasi yang
akan disiarkan atau tidak disiarkan bahkan mereka memiliki wewenang untuk
memperluas,membatasi informasi yang akan disiarkan (Bungin,Burhan. 2007
: 72).
Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change
yaitu sebagai pelopor perubahan. Dalam menjalankan paradigmanya media
massa berperan :
a) Sebagai institusi pencerahan masyarakat,yaitu perannya sebagai media
edukasi yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas dan menjadi
mesyarakat yang maju.
b) Media massa menjadi media informasi yaitu perannya yang setiap saat
terbuka dan jujur menyampaikan informasi kepada masyarakat.
c) Media massa sebagai media hiburan yaitu selain informatif juga menjadi
institusi budaya atau katalisator dalam perkembangan budaya.
Media massa adalah suatu entetis yang pekerjaannya berhubungan
dengan informasi dalam berbagai aspek. Dalam konteks era sekarang
ini,informasi sudah menjadi komoditi yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
dan media massa sebagai salah satu lembaga yang mencari,mengolah,dan
menjual informasi yang tumbuh menjadi industri (Sunarto, adnan Hussein,
dkk. 2011 : 77-78).
17
Media massa menjalankan funsinya sebagai penyebar
informasi,melalui media maka masyarakat bisa dipengaruhi opininya,apakah
masyarakat mau menerima atau menolak suatu kebijaksanaan semuanya
seringkali merupakan efek dari media,dimana pers berperan penting dalam
penyajian berita di media massa. Namun demikian setiap Negara memiliki
sistem persnya sendiri-sendiri dikarenakan perbedaan dalam
tujuan,fungsi,dan latar belakang sosial politik yang menyertainya,selain itu
nilai,filsafat hidup dan ideology suatu Negara juga telah berperan besar dalam
mempengaruhi sebuah pers (Nurudin, 2011 : 69-71).
Frame (bingkai) opini sendiri dibentuk melalui dua dimensi yaitu
seleksi isu dan pemilihan bagian dari isu yang ingin ditonjolkan. Seleksi ini
berdasarkan pada isi opini yakni,opini yang menganggap publik telah salah
menafsirkan pernyataan Presiden SBY ataukah publik menganggap
pernyataan Presiden SBY dianggap sebagai kurangnya pengetahuan akan
sejarah bangsa sendiri. Opini mana yang diunggulkan oleh Harian Kompas
akan menunjukkan bingkai seperti apa yang dipasang terhadap isu polemik
keistimewaan Yogyakarta. Tentunya hal tersebut akan terbaca setelah proses
analisis berita dilakukan.
Melalui analisis Framing bisa dilihat bagaimana Harian Kompas
mengemas pemberitaannya dan membangun sebuah realitas berdasarkan
Fakta. Analisis Framing adalah sebuah metode yang digunakan untuk melihat
cara media dalam mengkontruksi sebuah wacana berita,dengan menonjolkan
18
hal-hal tertentu sehingga sangat tepat untuk melihat arah dan kecenderungan
sikap politik sebuah media dalam pemberitaan.
Ada 3 kategori dalam analisis framing yaitu pertama,level
makrostruktural yakni pembingkaian dalam tingkatan wacana atau
discourse,dalam hal ini dilihat seperti apa pemberitaan yang terkait
pernyataan Presiden SBY dapat dipahami oleh media Harian Kompas.
Kedua,level mikrostruktural dalam elemen ini lebih menekankan pada bagian
mana dari peristiwa tersebut yang ditonjolkan atau bagian mana yang
dibiarkan tidak mendapat perhatian. Hal ini dapat dilihat pada pemilihan isu
atau fakta,sudut pandang yang digunakan oleh narasumber. Ketiga,elemen
retoris yaitu lebih memusatkan perhatian pada bagaimana fakta yang
dimunculkan dalam peristiwa tertentu dan bagaimana penekanan terntentu
yang dilakukan pada peristiwa.
Analisis framing merupakan suatu ranah studi komunikasi yang
menonjolkan pendekatan multidisipliner dalam menganalisis pesan-pesan
tertulis maupun lisan. Konsep framing atau frame sendiri bukan berasal dari
ilmu komunikasi, melainkan dari ilmu kognitif (psikologis). Dalam
prakteknya, analisis framing juga memungkinkan disertakannya konsep-
konsep sosiologis, politik dan kultural untuk menganalisis fenomena-
fenomena komunikasi, sehingga suatu fenomena dapat benar-benar dipahami
dan diapresiasi berdasarkan konteks sosiologis, politis atau kultural yang
melingkupinya.
19
Menurut Robert Entman,Framing merupakan Proses seleksi dari
berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih
menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan
informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu
mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain. Lebih lanjut
didefinisikan framing sebagai seleksi dari berbagai aspek realitas yang
diterima dan membuat peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks
komunikasi. Dalam banyak hal itu berarti menyajikan secara khusus definisi
terhadap masalah,interpretasi sebab akibat,evaluasi moral,dan tawaran
penyelesaian sebagaimana masalah itu digambarkan.
Penonjolan aspek tertentu dari isu berhubungan dengan penulisan
fakta. Ketika aspek tertentu dari peristiwa atau isu telah dipilih,aspek tersebut
ditulis sangat berkaitan dengan pemakaian kata,kalimat,gambar,dan citra
tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.
Selanjutnya Entman membuat konsep dua dimensi besar tersebut
dalam sebuah perangkat framing,yaitu :
1. Definisi masalah (Defining problems) yaitu mengartikan atau menjelaskan
masalah apa yang akan diberitakan.
2. Memperkirakan sumber masalah (Diagnose Causes) yaitu melihat
penyebab masalah yang diberitakan.
3. Membuat keputusan moral (Make moral judgement/evaluation) yaitu
penyelesaian apa yang disajikan untuk mejelaskan masalah atau nilai
moral apa yang dipakai untuk melegitimasi tindakan.
20
4. Menekankan penyelesaian (Treatment Recommendation) yaitu
penyelesaian apa yang ditawarkan utnuk mengatasi masalah. Elemen apa
yang yang dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki wartawan untuk
penyelesaian masalah.
Dari Pemaparan kerangka teori di atas maka digambarkan kerangka
konseptual dari penelitian ini berdasarkan teori Robert Entmen.
Kerangka Konseptual
Gambar 1. Skema Framing menurut Robert N. Entman
Framing
Seleksi isu
Penonjolan aspek tententu dariisu/berita
Problem IdentificationPeristiwa dilihatsebagai apa
(Diagnose Causes )Memperkirakansumber masalah
Moral EvaluationPenilaian atasPenyebab Masalah
Treatment RecommendationSaran PenanggulanganMasalah
BERITA
21
E. Definisi Operasional
Untuk memberikan batasan yang jelas terhadap penelitian ini maka
penulis membuat definisi operasional guna memahami cakupan atau ruang
lingkup penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini menggunakan definisi
operasional yang dijelaskan seperti berikut ini, yaitu :
1. Framing pada berita menurut Robert Entman mencakup pada seleksi isu
dan penonjolan pada aspek tertentu pada isu berita yang ada.
2. Problem Identification atau identifikasi masalah adalah elemen pertama
yang ditemukan dalam analisis framing. Ditahap ini awal sebuah berita
dikonstruksi sehingga dapat diteliti apa yang menjadi pokok masalah
terhadap sebuah isu,wacana,atau peristiwa yang diliput dapat diberitakan
dan dipahami oleh wartawan.
3. Diagnose Causes atau memperkirakan sumber permasalahan yaitu
bagaimana media cetak membingkai siapakah pelaku/actor yang
menyebabkan sebuah masalah timbul. Disini penyebab bisa berarti apa
(what) tetapi juga bisa menjadi aspek siapa (who).
4. Make Moral Judgment/evaluation atau keputusan moral yaitu elemen
framing yang digunakan untuk memberikan argument atas pendefinisian
yang telah dibuat,ketika ditemukan masalah dan penyebab masalah telah
ditentukan maka dibutuhkan argument yang kuat untuk mendukung
gagasan tersebut.
22
5. Treatment Recommendation atau menekankan penyelesaian yaitu
bagaimana seharusnya sebuah pesan moral bisa ditawarkan untuk
mengatasi masalah.
F. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah kualitatif
deskriptif,pendekatan kualitatif yang berasal dari pendekatan interpretative
(subjektif). Penelitian sosial menggunakan format deskriftif kualitatif
bertujuan untuk menggambarkan,meringkas berbagai kondisi,berbagai
situasi,atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada dalam masyarakat
yang menjadi objek penelitian,dan berupaya menarik realitas itu
kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter,model,tanda,atau gambaran
tentang situasi dan kondisi atau fenomena tertentu (Bungin, Burhan. 2011 :
68).
Dengan menggunakan analisis framing berdasarkan pada teori
Robert Entman,analisis framing merupakan bagian dari analisis teks media
yang termasuk juga dalam analisis wacana. Dalam Analisis ini dapat
diungkap apa yang ada dibalik sebuah teks berita melalui beberapa tahap
framing yang dilakukan oleh media massa dengan mengkaji konteks
peristiwa secara seksama.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilakukan dalam
dua tahap besar yaitu yang pertama pada tahap tekstual dengan melihat
bagaimana wartawan menuliskan pemberitaan dan yang kedua tahap
23
framing yaitu bagaimana sebuah berita diframing sedemikian rupa
sehingga bisa menghasilkan opini publik seperti yang diharapkan oleh
media massa.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan April 2012 sampai dengan
Bulan Mei 2012 dengan mengumpulkan data-data berita terkait yang telah
diterbitkan pada Harian Kompas mulai 27 November 2010 sampai dengan
18 Desember 2010. Penelitian dilakukan di Kota Makassar.
3. Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk menunjang penelitian ini maka perlu dilakukan pengkajian dan
analisis terhadap fakta,peristiwa,dan data yang valid. Untuk itu peneliti
merasa perlu melakukan pengumpulan data yang dibagi atas data primer
dan data sekunder.
Data Primer yaitu melalui berita yang terkait satus keistimewaan
Yogyakarta yang dimuat pada Harian Kompas edisi 27 November
2010-18 Desember 2010.
Data sekunder yaitu data diluar berita/teks yang memiliki kaitan erat
dengan wacana yang diangkat, misalnya : Buku-buku,Hasil penelitian,
Opini,dan lain-lain.
4. Tekhnik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian akan dianalisis
berdasarkan teori analisis Framing yang sesuai dengan teori Robert
Entman. Teori ini menekankan bahwa proses framing pada berita terdiri
24
atas 4 tahap yaitu Problem Identification,Diagnose Causes,Make Moral
Judgment/Evaluation, dan Treatment Recommendation.
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi Dan Komunikasi Massa
Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa latin
”Comunicatio”,istilah ini bersumber dari perkataan “Communis” yang berarti
sama. Komunikasi adalah pernyataan pesan antara orang yang menyampaikan
pesan yang disebut komunikator kepada orang lain yang menerima pesan
yang disebut komunikan. Komunikasi berarti proses penyampaian pesan atau
informasi oleh komunikator kepada komunikan (Effendy, Onong Uchjana.
2008 : 27).
Menurut Harold Lasswell,cara terbaik untuk menggambarkan
peristiwa komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan Who
Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Berdasarkan
definisi Lasswell ini dapat dijabarkan lima unsur komunikasi yang saling
berhubungan satu sama lain yaitu :
1. Komunikator/Sumber Pesan
Sumber adalah pihak yang memiliki inisiatif atau memiliki kebutuhan
untuk berkomunikasi. Sumber pesan dapat berupa individu,
kelompok,organisasi,perusahaan,atau bahkan suatu Negara. Kebutuhan
mengirim pesan itu bervariasi mulai dari memelihara hubungan yang
sudah dibangun,menyampaikan informasi hingga kebutuhan untuk
mengubah ideologi dan perilaku orang lain. Pengalaman pada masa lalu,
26
rujukan nilai, pengetahuan,persepsi.pola pikir,dan perasaan sumber pesan
akan mempengaruhi dalam merumuskan pesan tersebut.
2. Pesan
Pesan merupakan hal-hal apa yang dikomunikasikan oleh sumber
penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan nonverbal
yang mewakili perasaan,nilai,gagasan,atau maksud dari sumber tadi. Pesan
memiliki tiga komponen yaitu makna,simbol yang digunakan untuk
menyampaikan makna,dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol
terpenting adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan objek
(benda),gagasan dan perasaan lisan maupun tulisan. Bahasa
memungkinkan kita berbagi pikiran dengan orang lain. Pesan juga dapat
dirumuskan secara nonverbal,misalnya melalui tindakan atau isyarat
anggota tubuh (acungan jempol,anggukan kepala,senyuman,tatapan mata,
dan lain-lain).
3. Saluran/Media
Alat yang digunakan sumber pesan untuk menyampaikan pesannya
kepada penerima. Saluran dapat merujuk pada bentuk pesan yang
disampaikan kepada penerima,apakah saluran verbal ataukah saluran
nonverbal. Saluran juga merujuk pada panyajian pesan,apakah secara
langsung (tatp muka),lewat media cetak atau elektronik.
4. Penerima/Receiver
Orang yang menerima pesan dari sumber pesan. Berdasarkan
pengalaman masa lalu,rujukan nilai,pengatahuan,persepsi,pola pikir dan
27
perasaan penerima pesan ini menerjemahkan/ menafsirkan seperangkat
simol verbal dan nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang ia dapat
pahami. Proses ini disebut decoding atau penyandian balik.
5. Efek/feed back
Merupakan apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan
tersebut,misalnya penambahan pengetahuan, terhibur, perubahan
sikap/perilaku, perubahan keyakinan, dan lainnya.
Manusia sebagai mahkluk sosial tidak akan terlepas dari aktivitas
yang disebut dengan komunikasi. Proses yang terjadi selama komunikasi
itulah yang menjadi sumber pengetahuan akan informasi antar masyarakat
dalam suatu komunitas. Manusia yang aktif dalam berkomunikasi memiliki
perkembangan lebih cepat dibanding manusia yang tidak berkomunikasi satu
sama lainnya/berdiam diri saja. Disadari atau tidak segala aktifitas manusia
sebenarnya tidak pernah terlepas dari kegiatan komunikasi,baik komunikasi
dengan diri sendiri maupun komunikasi antar pribadi.
(Nurudin,2011 : 15) Fungsi utama dari komunikasi yang dikemukakan
Harold D. Laswell (1948) adalah sebagai berikut :
1. Penjagaan/pengawasan lingkungan (surveillance of the environment).
2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk
menaggapi lingkungannya (correlation of the part of society in responding
to the environment).
3. Menurunkan warisan sosial dari generasi sebelumnya ke genarasi
berikutnya (transmission of the social heritage).
28
(Effendy, Onong Uchjana. 2008 : 81-83) Komunikasi massa dapat
didefinisikan sebagai proses komunikasi yang ditujukan kepada khalayak
yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektronik
sehingga informasi yang sama dapat diterima secara serentak. Berikut adalah
karakteristik komunikasi massa,antara lain :
1. Komunikasi massa bersifat umum.
Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa terbuka
bagi publik (umum),meskipun sifatnya terbuka dan umum tetap memiliki
batasan atau harus melewati proses penyaringan yang dilakukan oleh
sebuah lembaga yang terstruktur misalnya redaksi media cetak. Adanya
perkembangan dalam bidang teknik komunikasi memungkinkan jangkauan
yang lebih meluas pada masyarakat sehingga proses penyaringan berita
atau isu semakin diperketat,hal ini karena pada dasarnya masyarakat harus
dicerdaskan dengan informasi yang sesuai dengan fakta.
2. Komunikan bersifat heterogen.
Massa/khalayak yang terlibat dalam komunikasi massa terjadi diantara
orang-orang heterogen yang memiliki latar belakang budaya
berbeda,berasal dari wilayah yang berbeda,strata soaial yang
berbeda,pekerjaan dan kepentingan yang berbeda,standar pemikiran dan
pemikiran yang berbeda,serta hal-hal lainnya. Mereka disatukan oleh
minat dan kemungkinan kesamaan akan kebutuhan informasi,namun
kesamaan ini tidak serta merta menjadikan mereka terorganisasi pada
29
akhirnya,mereka akan tetap heterogen namun memiliki akses yang sama
pada informasi.
3. Media massa menimbulkan keserempakan.
Serempak yang dimaksud adalah keserempakan pada perolehan
informasi yang ada,misalkan pada berita yang beredar di media cetak,
secara serempak dan diwaktu yang sama mereka memperoleh informasi
atas isu/berita yang menjadi topik hangat dalam masyarakat/pemerintah.
Walaupun lokasinya tidak sama namun informasi yang mereka terima
adalaha sama bila didasarkan pada pemilihan akses untuk memperoleh
informasi tersebut.
4. Hubungan Komunikator –komunikan bersifat nonpribadi.
Dalam komunikasi massa hubungan antara komunikator dan
komunikan bersifat nonpribadi karena komunikan yang anonym dicapai
oleh orang-orang yang dikenal dalam peranannya yang bersifat umum
sebagai komunikator. Sifat nonpribadi ini timbul disebabkan teknologi dari
penyebaran massal dan sebagian lagi dikarenakan syarat-syarat bagi
peranan komunikator yang bersifat umum. Komunikasi dengan
menggunakan media massa berlangsung satu arah/one way
communication.
Dengan demikian maka unsur-unsur penting dalam komunikasi massa
itu sendiri adalah :
30
a). Komunikator
Komunikator dalam media massa bukanlah individu melainkan
sekelompok orang yang saling bekerjasama,walaupun ada yang dominan
namun perannya akan terbatasi oleh yang lainnya. Sekelompok orang ini
disebut organisasi, institusi, atau jaringan. Jadi apa yang disebut
komunikator dalam media massa itu adalah atas nama lembaga dan bukan
secara individu.
b). Media massa.
Media yang merupakan saluran yang menjadi jalur penyampaian informasi
dari sumber berita ke khalayak yang sudah melewati tahap-tahap penting
sehingga informasi yang sampai pada masyarakat tersebut benar-benar
berkualitas dan pantas untuk dipilih sebagai sumber yang tepat sebagai
informasi sebenarnya. Isi dari media massa bisa saja mempengaruhi atau
mengarahkan khalayak pembacanya untuk berpikir dan beropini sesuai
yang diharapkan media.
c). Informasi (pesan) massa
Tiap-tiap media massa memiliki kebijakan dalam mengatur informasi apa
yang layak dan tidak layak untuk disajikan. Karena keberagaman khalayak
yang menjadi konsumen berita maka media massa harus menjadi pelopor
dan bijaksana dalam memilih dan menyajikan informasi kepada
masyarakat demi membangun masyarakat yang cerdas. Media massa tidak
hanya menyajikan informasi begitu saja tetapi juga melakukan evaluasi
dan investigasi lanjutan.
31
d). Gatekeeper
John R. Bitthner mengistilahkan gatekeeper sebagai individu-individu atau
kelompok orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran
informasi (massa). Jika diperluas maknanya, gatekeeper diartikan sebagai
orang yang berperan penting dalam media massa sebagai pengendali
sumber informasi yang akan disebarkan pada khalayak (Nurudin, 2011 :
119).
e). Khalayak (publik)
Khalayak dalam media massa merupakan individu yang berbeda satu sama
lain baik dalam hal pemikiran maupun gaya hidup ,namun bisa saja
bereaksi pada pesan atau informasi yang sama.
(Nurudin, 2011 : 105) Menurut Hibeurt dan kawan-kawan,
khalayak/audience dalam komunikasi massa setidak-tidaknya ada lima
karakteristik sebagai berikut :
1. Khalayak/audience cenderung berisi individu-individu yang condong
untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan social
diantara mereka.
2. Khalayak/audience cenderung besar artinya tersebar secara luas dan
mendapat jangkauan dari media.
3. Khalayak/audience cenderung bersifat heterogen yaitu terdiri individu
yang berbeda.
4. Khalayak/audience cenderung anonym yaitu tidak saling mengenal satu
sama lainnya.
32
5. Khalayak/audience cenderung dipisahkan oleh jarak dan waktu,
dipisahkan oleh komunikator.
f). Umpan balik (feed back)
Dalam media massa umpan balik bersifat satu arah,artinya tidak terjadi
secara langsung satu sama lain dari komunikator kepada komunikan.
Umpan balik pada media cetak umumnya terjadi pada rubrik opini,surat
pembaca,dan lain-lainnya dimana umpan balik tersebut dapat berupa
kritikan dan saran yang tertulis menyangkut berita yang pernah di muat
media tersebut.
B. Jurnalistik,Pers,dan Surat Kabar
Jurnalistik secara etimologis berasal dari kata Journ, yang berasal dari
bahasa Latin “diurnal” yang berarti harian atau setiap hari,yang dalam istilah
bahasa Belanda menjadi “Journalistiek” atau bahasa Inggris “Journalism”.
Secara sederhana jurnalistik didefinisikan sebagai tehknik mengelola
berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya
kepada khalayak. Apa saja yang terjadi didunia apakah itu fakta peristiwa
atau pendapat yang diucapkan seseorang,jika diperkirakan akan menarik
perhatian khalayak,akan merupakan bahan dasar bagi jurnalistik untuk
disebarluaskan kepada masyarakat (Effendy, Onong Uchjana. 2008 : 95).
Dilihat dari bentuk dan pengelolannya,jurnalistik dibagi dalam tiga
bagian besar yaitu :
1. Jurnalistik media cetak (Newspaper dan Magazines jounalism).
2. Jurnalistik media elektronik audiktif (Radio broadcast journalism).
33
3. Jurnalistik media audiovisual (Television journalism).
Tujuan utama dari jurnalisme adalah menyajikan informasi yang
akurat dan terpercaya agar dengan informasi tersebut mereka dapat berperan
dalam membangun sebuah masyarakat yang bebas (Ishwara,Luwi. 2005 : 9).
Sekurang-kurangnya ada Sembilan prinsip jurnalisme yang harus
dikembangkan yaitu :
1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran.
Jurnalisme bukan mengejar kebenaran dalam pengertian yang absolute
atau filosofis,tetapi bias mengejar kebenaran dalam pengertian yang
prakstis. Wartawan harus bersikap transparan mengenai sumber-sumber
dan metode yang dipakai sehingga audience dapat menilai sendiri
informasi yang disajikan.
2. Loyalitas utama jurnalisme adalah kepada warga masyarakat.
Bila wartawan harus menyediakan berita tanpa rasa takut atau
memihak,maka mereka harus memelihara kesetiaan pada masyarakat dan
publik yang lebih luas.
3. Inti jurnalisme adalah disiplin untuk melakukan verifikasi.
Wartawan mengandalkan diri pada disiplin professional untuk
memverifikasikan informasi sehingga sifatnya memang benar apa yang
diberitakan sesuai dengan fakta yang terjadi.
4. Para wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput.
34
Kebebasan adalah syarat utama dalam jurnalisme yang merupakan
landasan kepercayaan sehingga tidak terjadi keberpihakan pada elemen
tertentu.
5. Wartawan harus mengemban tugas sebagai pemantau yang bebas kepada
kekuasaan.
Prinsip ini menekankan pada pentingnya sebagai penjaga (watchdog),
sebagai wartawan wajib melindungi kebebasan sehingga tidak terjadi
pemamfaatan oleh pihak tertentu.
6. Jurnalisme harus menyediakan forum untuk kritik dan komentar publik.
Diskusi publik ini harus dapat melayani masyarakat dengan baik jika
mereka mendapatkan fakta dan bukan atas dasar prasangka.
7. Jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan
relevan.
Jurnalisme adalah bercerita dengan suatu tujuan ,bukan hanya sekedar
mengumpulkan audience tetapi lebih pada penyajian informasi yang sesuai
dengan apa yang diinginkan khalayak tanpa mengabaikan etika jurnalistik.
8. Wartawan harus menjaga agar berita itu proporsional dan komprehensif.
Menjaga berita agar tetap proporsional dan tidak menghilangkan hal-hal
mendasar yang merupakan kebenaran. Tidak menggelembungkan suatu
berita hanya sebagai sensasi tetapi benar-benar berita tersebut merupakan
peta bagi masyarakat untuk menentukan arah pemikirannya.
9. Wartawan itu memiliki kewajiban utama terhadap suara hatinya.
35
Setiap wartawan harus memiliki etika dan tanggungjawab moral terhadap
berita yang ditulisnya.
Pers merupakan perpanjangan alat untuk memenuhi kebutuhan
anggota masyarakat akan penerangan,hiburan,dan keingintahuan terhadap
peristiwa yang telah dan akan terjadi disekitar mereka,karena itu pers harus
mengikuti perkembangan teknologi yang dicapai oleh dunia ilmu
pengetahuan dan teknologi (Abrar, Ana Nadhya,2011 : 8-9).
Pers memiliki fungsi-fungsi dalam masyarakat yang dijelaskan
sebagai berikut :
1. Sebagai media komunikasi, pers merupakan perpanjangan tangan dari
media dalam menyampaikan informasi yang akurat kepada masyarakat
secara luas.
2. Sebagai lembaga sosial, pers merupakan bagian integral dari masyarakat
artinya pers merupakan bagain dari kehidupan masyarakat yang tidak
terpisah secara lembaga sehingga dapat terpengaruh oleh lembaga social
lainnya yang ada dalam masyarakat.
3. Sebagai prosuk informatika, pers merupakan tempat bagi khalayak atau
publik untuk memperoleh pengatahuan dan informasi serta menyediakan
ruang publik bagi masyarakat untuk mengutarakan pendapatnya,pers
berfungsi untuk menyajikan informasi dan berupaya mengurangi
kecemasan masyarakat dengan informasi yang disajikan.
36
4. Sebagai lembaga ekonomi, pers berhak untuk memperoleh keuntungan
melalui penjualan dan hasil iklan,pers diperbolehkan memperoleh
keuntungan untuk pemilik modal.
Surat Kabar (Koran) adalah media komunikasi massa yang diterbitkan
secara berkala dan selalu berubah seiring dengan perkembangan teknologi
dalam menyajikan tulisan berupa berita,feature,opini,tajuk rencana,dan
bentuk tulisan lainnya. Tujuan dari surat kabar adalah menyampaikan
sebanyak dan seakurat mungkin informasi-informasi penting serta terbaru
yang terjadi di sekitar masyarakat.
Topik yang menjadi berita bisa berupa masalah politik,kriminalitas,
olahraga,tajuk rencana,opini,dan lainnya. Surat kabar bisanya dicetak diatas
kertas yang berbiaya rendah sehingga ringan dan bisa dibuang dengan mudah.
Berdasarkan jenisnya berita dapat dibagi atas 2 yaitu :
1. Berita yang terpusat pada peristiwa (Event-centered News) yang khas
menyajikan peristiwa hangat yang baru saja terjadi. Gagasan utama adalah
bahwa sebuah topik belum tentu layak menjadi berita sebelum “terjadi”
sesuatu.
2. Berita yang berdasarkan pada proses (process-centered News) yang
disajikan adalah interpretasi tentang kondisi dan situasi dalam masyarakat
yang dihubungkan dengan konteks yang luas dan melampaui waktu. Berita
ini kerap muncul dihalaman opini berupa editorial,artikel,surat pembaca,
dan lain-lain.
37
Secara umum isi dalam surat kabar terbagi tiga yaitu berita (News),
Opini (Views),dan Iklan (Advertising), namun hanya berita dan opini yang
dikelompokkan sebagai hasil produk jurnalistik.
C. Konstruksi Realitas Sosial Media Massa
Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality)
pertama kali diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann.
Kedua pemikir ini menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan
interaksinya,yang mana individu menciptakan secara terus menerus suatu
realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif (Bungin, Burhan :
2007 : 189).
Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas secara simultan
melalui tiga proses sosial yaitu :
1. Eksternalisasi (penyesuaian diri) dengan dunia sosiokultural sebagai hasil
produk manusia.
Eksternalisasi menurut Berger dan Luckmann yaitu bahwa produk-produk
sosial dari ekternalisasi manusia memiliki sifat yang sui generis
dibandingkan dengan konteks organism dan konteks lingkungan,manusia
harus terus menerus mengeksternalisasikan dirinya dalam aktivitas
(Bungin, Burhan. 2011 : 84).
2. Objektivasi yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam intersubjektif yang
dilembagakan.
Objektivasi adalah kondisi yang berlangsung tanpa harus bertemu
muka,bias terjadi melalui penyebaran opini sebuah produk sosial yang
38
berkembang di masyarakat tanpa harus bertatap muka antar individu dan
pencipta produk sosial lainnya (Bungin, Burhan. 2011 : 84).
3. Internalisasi yaitu proses dimana individu mengidentifikasikan dirinya
dengan lembaga sosial atau oraganisasi sosial tempat individu itu menjadi
anggota didalamnya.
Realitas sosial media yang dikonstruksi oleh media dibagi atas dua
model yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Model Peta Analog yaitu model dimana realita sosial dikonstruksi oleh
media berdasarkan sebuah model analog sebagaimana suatu realitas itu
terjadi secara rasional. Realitas peta analog adalah suatu konstruksi realitas
yang dibangun berdasarkan konstruksi yang dilakukan oleh media
massa,misalnya analogi sebuah kejadian yang seharusnya terjadi,bersifat
rasional,dan dramatis akan cepat tersebar dan jangkauannya yang luas
akan memebentuk berbagai opini masyarakat.
2. Model Refleksi Realitas yaitu model yang merefleksikan suatu kehidupan
yang terjadi dengan merefleksikan kehidupan yang pernah terjadi di dalam
masyarakat. Menggambarkan pemandangan yang sedang terjadi
didepannya secara langsung dalam sebuah cerita,mengkonstruksi
pemikiran masyarakat dengan penggambaran yang terjadi disekitarnya.
Posisi konstruksi sosial media massa adalah mengoreksi substansi
kelemahan dan melengkapi konstruksi soaial atas realitas yang terjadi
disekelilingnya,dengan menempatkan seluruh kelebihan media massa dan
efek media. Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi media
39
massa,konsep sebaran media massa masing-masing media berbeda namun
pada dasarnya bersifat real-time.
Pada media cetak konsep real-time oleh media terdiri dari beberapa
konsep hari,minggu atau bulan,seperti terbitan harian,terbitan mingguan,dan
terbitan bulanan. Walaupun tertunda namun konsep aktualitas menjadi
pertimbangan utama sehingga pembaca merasa tepat waktu memperoleh
berita tersebut (Bungin, Burhan. 2011 : 186).
Pada umumnya sebaran konstruksi media massa menggunakan model
satu arah (tidak terjadi feed back secara langsung) dimana media
menyodorkan informasi sementara konsumen/pembaca media tidak
mempunyai pilihan lain selain menerima informasi tersebut terutama pada
media cetak (Koran,majalah dan lainnya). Sedangkan pada media elektronik
misalnya radio bisa berlangsung dua arah,walaupun agenda setting konstruksi
masih didominasi oleh mediacetak.
Asumsi dasar dari Teori agenda setting adalah bahwa jika media
memberi tekanan pada suatu peristiwa maka media akan mempengaruhi
khalayak untuk menganggapnya penting jadi apa yang dinggap penting oleh
media maka penting juga bagi masyarakat.
Oleh karena itu apabila media massa memberi perhatian pada isu
tertentu dan mengabaikan yang lainnya akan memiliki pengaruh terhadap
pendapat umum. Asumsi ini merupakan hasil dari asumsi lain yang
menyatakan bahwa media massa memiliki efek yang sangat kuat terutama
40
karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar dan bukan dengan
perubahan sikap atau pendapat (Bungin, Burhan. 2007 : 281).
D. Studi Tentang Polemik Status Keistimewaan Yogyakarta
Aceh menjadi salah satu daerah istimewa awalnya pada tahun 1965
ketika pemerintah pusat kewalahan menghadapi pemberontakan Aceh yang
dipimpin Teungku Daud Beureuh karena digabung sebagai satu provinsi
dengan Sumatera Utara hingga akhirnya untuk meredam pemberontakan
akhirnya Aceh dilepaskan lalu dijadikan sebagai Provinsi Daerah Istimewa
Aceh. Keistimewaannya terletak pada agama penduduk Aceh yaitu
Islam,pendidikan dan hukum yang berlaku mengutamakan syariat Islam.
Berbeda dengan Daerah Istimewa Yogyakarta yang menjadi istimewa
setelah Sultan Hamengku Buwono IX dan Rakyat Yogyakarta menyatakan
setia dan mendukung Kemerdekaan Indonesia. Melalui amanat pada tanggal 5
September 1945,baik Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alaman
VIII menyatakan untuk mendukung Indonesia dan bersedia bergabung
sebagai bagian dari wilayah Indonesia namun dengan kedudukan istimewa
tentunya.
Mereka menuangkan kesepakatan bersama pada 30 Oktober 1945
yang menegaskan wilayah Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Adikarto
bagian dari RI,bersifat istimewa dan keduanya menjadi kepala daerah wilayah
Yogyakarta dalam arti sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur,serta
bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Karena itu keduanya sepakat
41
tidak perlu ada perantara pada waktu itu antara pemerintahan Yogyakarta
dengan pemerintahan pusat (Monarki Yogya Inkonstitusional?, 2011 : 6).
Sejak awal perjuangannya Kedua pemimpin wilayah yang menyatu
menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini tetap ingin mempertahankan
status keistimewaan Yogyakarta,proses pembentukan daerah istimewa bagi
Yogyakarta sempat berubah arah ketika KNI-Yogyakarta membuat konsep
maklumat dengan hanya menyebutkan Daerah Yogyakarta,namun konsep ini
disimpan Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alaman VIII selama 5 hari
sebelum akhirnya ditandatangani setelah diubah kembali menjadi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta sebagai daerah istimewa juga sejalan dengan Undang-
Undang Dasar 1945 sebab itu proses ini tidak diabaikan begitu saja dalam
mempertimbangkan penetapan dalam RUU keistimewaan Yogyakarta. Dalam
Undang-Undang No.3 tahun 1950 tentang pembentukan Daerah Istimewa
Yogyakarta hingga saat ini belum dicabut selain itu terkait historisnya
keistimewaan Yogyakarta terletak pada status kepala Daerahnya yang terkait
dengan penguasa wilayah itu sejak dimasa lalu.
Secara Konstitusional Yogyakarta sebagai daerah istimewa dijamin
pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 yang dikutip (Monarki Yogya
Inkonstitusional?, 2011 : 14) sebagai berikut :
“ Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil denganbentuk susunan pemerintahan yang ditetapkan dengan Undang-Undang,dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistempemerintahannya Negara dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yangbersifat Istimewa.”
42
Namun dalam Undang-Undang tersebut tidak menjelaskan bagaimana
sebenarnya status keistimewaan yang dimaksud. Draf RUU tentang
keistimewaan DIY sudah diserahkan ke DPRD dan masyarakat Yogyakarta.
Diharapkan segera disahkan namun justru menjadi polemik yang
berkepanjangan,ditambah lagi dengan pernyataan Presiden SBY pada saat
membuka Rapat terbatas di Istana Merdeka di Jakarta pada tanggal 26
November 2010 yang antaralain akan membahas RUU keistimewaan
Yogyakarta,seperti yang dikutip berikut ini (Monarki Yogya
Inkonstitusional? 2011 : 146) :
“Namun,Negara kita adalah Negara hukum dan demokrasisesungguhnya. Oleh karena itu nilai-nilai demokrasi tidak boleh diabaikankarena tentu tidak mungkin ada sistem monarki yang bertabrakan,baikdengan Konstitusi maupun nilai-nilai demokrasi.”
Istilah demokrasi dan monarki yang dimaksudkan Presiden SBY telah
melukai hati rakyat Yogyakarta dan pernyataan tersebut sangat tidak
beralasan pada fakta dan pengalaman sejarah yang ada. Hal ini menjadi kesan
yang kuat bahwa politik telah menjadikan RUU keistimewaan Yogyakarta
sebagai ajang kealpaan pada aktualitas sejarah yang panjang,sikap yang sulit
dalam menentukan RUU ini menunjukkan bagaimana pemerintah kita dalam
menghargai sebuah aspirasi rakyat yang jelas setuju pada penetapan namun
tetap melakukan tarik ulur dalam mengambil keputusan. Polemik
keistimewaan Yogyakarta masih berlanjut hingga saat ini.
E. Studi Analisis Framing
Pada dasarnya analisis framing merupakan versi terbaru dari
pendekatan analisis wacana khususnya untuk menganalisis teks. Akhir-akhir
43
ini konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu
komunikasi untuk menggambarkan proses seleksi aspek-aspek khusus sebuah
realita dalam media.
Analisis frame (bingkai) yaitu suatu tehnik analisis data dengan
melihat dan menemukan frame atau media package yaitu untuk melihat
sebuah persfektif yang digunakan untuk melakukan pengamatan,analisis,dan
interpretasi terhadap sebuah realitas sosial di masyarakat (Bungin, Burhan :
2011 : 167).
Penelitian dengan menggunakan analisis Framing sebelumnya sudah
pernah dilakukan dan beberapa penelitian dianggap relevan salah satunya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Okto Harmansyah pada tahun 2010
yang berjudul Konstruksi Pemberitaan Program Nuklir Iran Pada Situs
Pemberitaan VOA Indonesia.com (Studi Analisis Framing). Penelitian ini
dilakukan untuk melihat bagaimana kemasan Situs VOA Indonesia.com
dalam krisis program Nuklir Iran, penelitian ini bersifat deskriptif analisis
dengan menggambarkan masalah yang sedang dihadapi dan selanjutnya
dijawab masalah tersebut yang diikuti penyajian data,data yang dianalisis
tersebut dengan menggunakan model framing yang sesuai dengan yang
dikembangkan Wiliam A.Gamson dan Andre Modigliani.
Penelitian lainnya yang juga dianggap relevan adalah penelitian yang
dilakukan oleh Anas Saparigau (E 31103008) pada tahun 2009 yang berjudul
Perbandingan Konstruksi Pemberitaan Kenaikan Harga BBM pada Media
Fajar dan Tribun TImur (Tinjauan Analisis Framing). Penelitian ini dilakukan
44
untuk melihat perbedaan bentuk pemberitaan yang dilakukan Harian Fajar
dan Tribun Timur dalam mengemas sebuah berita dan isu tentang peristiwa
naiknya harga BBM berdasarkan cara dan Ideology masing-masing
media,penelitian ini bersifat deskriptif analisis untuk mengkaji konsep berita
secara seksama.
Pengertian analisis framing Menurut Robert Entman seperti yang
dikutip (Eriyanto, 2008 : 67) adalah sebagai berikut :
“Proses seleksi dari berbagai aspek sosial realitas sehingga bagiantertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain.”
Rober Entman juga menyertakan penempatan informasi-informasi
dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih
besar dibandingkan sisi lainnya. Framing adalah cara bagaimana sebuah
peristiwa disajikan oleh media kepada publik,dengan menonjolkan pada
aspek terntentu maka khalayak akan terfokus pada hal tersebut dan tidak
mmperhatikan hal lainnya yang tidak di sorot oleh media.
Aspek terpenting dalam proses framing yang dilakukan oleh media
terutama wartawan yang menuliskan pemberitaan diabgia atas dua aspek
yaitu :
1. Memilih fakta atau realitas yang berdasarkan pada asumsi. Artinya
wartawan dalam memilih topik yang akan diberitakan tidak melihat
peristiwa secara perfektif,dalam fakta selalu mengandung dua
kemungkinan yaitu apa yang bias dipilih dan dianggap menarik dan apa
yang bias dibuang karena dianggap kurang menarik.
45
2. Menuliskan fakta yaitu berkaitan dengan bagaimana sebuah fakta atau
peristiwa dituliskan dalam bentuk berita yang akan disajikan kepada
masyarakat. Realitas yang disajikan secara menonjol atau lebih mencolok
memiliki kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan oleh khalayak
dalam memahami suatu realitas. Masyarakat cenderung memperhatikan
sebuah berita karena judul atau topik yang diberitakan sesuai dengan
keingintahuan mereka akan informasi tertentu.
Proses pemilihan fakta,bukan semata-mata sebagai bagian dari teknis
jurnalistik,tetapi juga politik pemberitaan. Yakni bagaimana dengan cara dan
strategi tertentu media secara tidak langsung telah mendefinisikan realitas
(Eriyanto. 2008 : 199).
TABEL 1. PERANGKAT FRAMING MODEL ROBERT N. ENTMAN
Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan
pemilihan fakta. Dari realitas yang
kompleks dan beragam, aspek mana
yang diseleksi untuk ditampilkan?
Dari proses ini selalu terkandung di
dalamnya ada bagian berita yang
dimasukkan (included), tetapi ada
juga berita yang dikeluarkan
(excluded). Tidak semua aspek atau
bagian isu ditampilkan, wartawan
memilih aspek tertentu dari suatu isu.
46
Penonjolan aspek
Tertentu dari isu
Aspek ini berhubungan dengan
penulisan fakta. Ketika aspek tertentu
dari suatu peristiwa/isu tersebut telah
dipilih, bagaimana aspek tersebut
ditulis? Hal ini sangat berkaitan
dengan pemakaian kata, kalimat,
gambar, dan citra tertentu untuk
ditampilkan kepada khalayak.
Framing secara esensial menurut Robert N. Entman meliputi
penyeleksian dan penonjolan. Membuat frame adalah menyeleksi beberapa
aspek dari suatu pemahaman atas realitas, dan membuatnya lebih menonjol di
dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga
mempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi
kausal, evaluasi moral, dan atau merekomendasikan penyelesaian secara
bijaksana. Seperti yang dijelaskan dalam tabel konsepsi Robert N. Entman
(Eriyanto. 2008 : 188-189).
47
TABEL 2. TABEL KONSEPSI ROBERT N. ENTMAN
Define problems
(Pendefinisian masalah)
Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat?
Sebagai apa? Atau masalah apa?
Diagnose causes
(Memperkirakan masalah atau
sumber masalah)
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa?
Apa yang dianggap sebagai penyebab
dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang
dianggap sebagai penyebab masalah?
Make moral judgement
(Membuat keputusan moral)
Nilai moral apa yang disajikan untuk
menjelaskan masalah? Nilai moral apa
yang dipakai untuk melegitimasi atau
mendelegitimasi suatu tindakan?
Treatment recommendation
(Menekankan penyelesaian)
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk
mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang
ditawarkan dan harus ditempuh untuk
mengatasi masalah?
48
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah singkat berdirinya Harian Kompas
Ide awal penerbitan harian ini datang dari Jenderal Ahmad Yani,
beliau mengutarakan keinginannya kepada Frans Seda untuk menerbitkan
surat kabar yang berimbang, kredibel, dan independen. Frans kemudian
mengemukakan keinginan itu kepada dua teman baiknya, P.K. Ojong (1920-
1980) dan Jakob Oetama yang pada waktu itu sudah mengelola majalah
Intisari yang terbit tahun 1963. Ojong langsung menyetujui ide itu dan
menjadikan Jakob Oetama sebagai editor in-chief pertamanya.
Sekitar dua tahun umur Intisari, Ojong dan Jacob menerbitkan
Kompas. Hubungan antara Intisari dan Kompas adalah saling
membantu,memiliki kantor yang sama dan wartawanpun merangkap.
Awalnya harian ini diterbitkan dengan nama Bentara Rakyat.Salah
satu alasannya, kata Frans Seda, nama Bentara sesuai dengan selera orang
Flores. Majalah Bentara, katanya, juga sangat populer di sana. Atas usul
Presiden Sukarno, namanya diubah menjadi Kompas, yang artinya pemberi
arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba.
Setelah mengumpulkan tanda bukti 3000 calon pelanggan sebagai
syarat izin penerbitan, akhirnya Kompas terbit pertama kali pada tanggal 28
Juni 1965. Pada mulanya kantor redaksi Kompas masih menumpang di rumah
Jakob Oetama, kemudian berpindah menumpang di kantor redaksi Majalah
49
Intisari. Pada terbitan perdananya, Kompas hanya terbit dengan empat
halaman dengan iklan yang hanya berjumlah enam buah. Seiring dengan
pertumbuhannya, seperti kebanyakan surat kabar yang lain, Harian Kompas
saat ini dibagi menjadi tiga bagian (section), yaitu bagian depan yang memuat
berita nasional dan internasional, bagian berita bisnis dan keuangan, serta
bagian berita olahraga. Harian Kompas diterbitkan oleh PT.Kompas Media
Nusantara.
B. Visi,Misi dan Motto Harian Kompas
Visi Harian Kompas
Kompas memiliki visi yang merupakan hal yang ingin dicapai oleh
Kompas dalam keberadaannya sebagai media cetak. Adapun visi harian
Kompas yaitu “Menjadi institusi yang memberikan pencerahan bagi
perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis dan bermartabat serta
menjunjung tinggi asas dan nilai kemanusiaan”.
Misi Harian Kompas
Misi merupakan tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai dan
diwujudkan. Misi Harian Kompas adalah “mengantisipasi dan merespon
dinamika masyarakat secara profesional sekaligus member arah pada
perubahan (trendsetter) dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi
yang berbobot dan terpercaya”.
Motto harian Kompas
Harian Kompas mengemban motto “Amanat Hati Nurani Rakyat”.
Motto ini merupakan hasil pilihan dan perenungan yang matang,timbul dari
50
keprihatinan dan penghargaan atas nasib hati nurani rakyat yang pada saat itu
tersumbat akibat dimanipulasi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).
Harian Kompas menganut falsafah bahwa seluruh kegiatan yang akan
diambil harus didasarkan pada nilai-nilai,dan dengan mengikuti nilai-nilai
dasar tersebut fungsinya adalah memuaskan keinginan pembaca untuk
memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Adapun nilai-nilai yang dianut Harian Kompas adalah :
Mengutamakan watak baik
Profesionalisme
Semangat kerja Tim
Berorientasi kepada kepuasan pelanggan/Konsumen (Pembaca,pengiklan,
Mitra kerja,dan penerima proses berikutnya)
Tanggungjawab sosial
C. Struktur Organisasi Harian Kompas
Pemimpin Umum
Wakil pemimpin Umum
Pemimpin Redaksi / Penanggungjawab
Wakil Pemimpin Redaksi
Redaktur senior
Redaktur Pelaksana
Wakil Redaktur pelaksana
Sekretaris redaksi
: Jacob Oetama
: Agung Adiprasetyo, St. Sularto
: Ricand Bagun
: Trias Kuncahyono,Taufik M.
Mihardja.
: Ninok Leksono
: Budiman Tarunedjo
: Andi Suruji,James Luhulima
: Retno Bintarti, M. Natsir
51
(Sumber : Harian Kompas edisi Sabtu,28 November 2010).
D. Metode Penelitian.
Metode dalam penelitian ini merupakan cara untuk melihat bagaimana
peneliti dalam menggambarkan teknik pengumpulan data yang dibutuhkan
secara analisis data. Metode penelitian yang digunakan adalah melalui
pendekatan kualitatif dengan data yang terdiri atas data primer dan data
sekunder.
Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif bertujuan untuk
menjelaskan fenomena yang terjadi disekitarnya. Pendekatan kualitatif juga
menggunakan semua pandangan filsafat yang digunakan pada penelitian
Kuantitatif,tentu saja dengan bentuk penafsiran yang sesuai dengan
kepentingan fenomologi,hal mana juga dilakukan oleh positivisme terhadap
paradigma kuantitatif ketika menafsirkan filsafat yang mendasarinya (bungin,
Burhan. 2011 : 5).
Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
metode analisis framing berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Robert N.
Entman,dimana metode penelitian ini lebih menitikberatkan pada penelitian
pada struktur isi sebuah berita. Pada dasarnya framing (pembingkaian) adalah
sebuah intrumen metode penelitian yang dipakai untuk melihat bagaimana
sebuah media mengkonstruksi wacana/realita social menjadi berita.
Melalui framing,publik/khalayak diarahkan untuk melihat hanya dari
satu sisi berita saja tanpa kesempatan untuk melihat sisi lainnya,
publik/khalayak terpengaruh untuk mengabaikan begitu saja hal lainnya
52
karena media mempengaruhi mereka hanya melihat topik yang sering
dimunculkan dalam berita.
Anggapan dasarnya adalah isu yang ditonjolkan dalam berita oleh
media mendapatkan ruang yang lebih luas dan lebih layak dipertimbangkan
oleh publik pembaca. Dengan kata lain publik/khalayak digiring perhatiannya
pada titik tertentu untuk menciptakan persepsi hanya pada isu yang menonjol
dengan mengabaikan sisi lainnya.
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah kumpulan berita
menyangkut tentang polemik status keistimewaan Yogyakarta yang
kembali menjadi perbincangan setelah dipicu oleh pernyataan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada rapat terbuka di Istana Negara
pada tanggal 26 November yang dianggap menyinggung status
keistimewaan Yogyakarta yang terbit pada Harian Kompas selama bulan
November 2010 hingga 18 Desember 2010.
B. Tehnik Pengumpulan Data
Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah :
1. Studi dokumenter yaitu data unit analisis dengan cara mengumpulkan
data dari bahan-bahan tertulis pada Harian Kompas yang memuat
tentang pemberitaan polemik yang kembali banyak diperbincangkan
setelah pernyataan Presiden SBY yang dianggap menyinggung status
keistimewaan Yogyakarta.
53
2. Studi kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan
sumber bacaan lainnya yang berhubungan dan relevan dalam
mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan
dengan membaca buku-buku,literatur,serta tulisan yang berkaitan
dengan masalah yang dibahas.
C. Tehnik Analisis Data
Penelitian ini memusatkan pada penelitian Kualitatif deskriptif dengan
menggunakan perangkat analisis isi memakai metode analisis framing.
Dalam penelitian ini, setiap unit berita yang terkait diuraikan sesuai
dengan analisis framing menurut gambaran Robert N.Entman yaitu terdiri
atas Defining Froblem (menjelaskan masalah yang sedang
terjadi),Diagnose Causes (siapa yang menjadi penyebab masalah yang
terjadi), Make Moral Judgment (pesan moral apa yang diperoleh dari
peristiwa yang terjadi) dan Treatment Recommendation (Jalan keluar yang
disajikan atau bisa diperoleh dari masalah yang terjadi) setelah diuraikan
lalu dilanjutkan dengan pembahasan berita secara keseluruhan dengan
kutipan-kutipan berita yang terkait masalah yang sedang terjadi. Setelah
itu hasil pembahasan dibuat kesimpulan dalam tabel 3 yang merupakan
hasil frame dari isi pemberitaan.
54
TABEL 3. Frame Isi Pemberitaan
Defining Problem ???
Diagnose Causes ???
Make Moral Jadgment/Evaluation ???
Treatment Recomendation ???
55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Penelitian
Edisi : Minggu, 28 November 2010
Judul : Sultan : Pemerintahan DIY Bukan Monarki
Rubrik : Umum
Define Problem. Pernyataan Presiden SBY tentang sistem monarki dan
demokrasi dianggap telah menyinggung keistimewaan Yogyakarta, Sultan
dengan jelas menyatakan bahwa Pemerintahan Yogyakarta bukanlah monarki
karena telah sesuai dengan aturan yang berlaku,sesuai dengan kutipan teks
berita berikut ini :
“Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X menyatakan,sistempemerintahan di Provinsi DIY tidak berdasarkan sistem monarki. Meski SultanHB X juga menjabat Gubernur,hal ini ditempuh sesuai acuan yang berlaku.”
Diagnose Causes. Sultan Hamengku Buwono X menyatakan
Pemerintahan DIY bukan Monarki hal ini untuk menanggapi pernyataan
Presiden SBY pada saat membuka rapat kabinet terbatas di Istana kepresidenan
Jakarta. Seperti kutipan teks berita dibawah ini :
“Saya tidak tahu dengan sistem Monarki yang dimaksud pemerintahpusat. Pemda DIY ini sama sistem dan manajemen organisasinya denganprovinsi-provinsi yang lain,sesuai dengan Undang-Undang Dasar,UU,danperaturan pelaksanaannya.”
“Didalam draf RUUK pemerintah,Sultan dan Paku Alaman ada dalaminstitusi Parardyha yang mendapatkan hak imunitas,ini berarti tidak bisadijangkau hukum,apakah itu tidak bertentangan dengan konstitusi? Apakah ituDemokratis atau malah Monarki?”
56
Make Moral Judgement. Dalam pernyataan Sultan Hamengku
Buwono X bahwa dalam demokratisasi harus ada dialog dengan masyarakat
yang didasari kejujuran dan ketulusan,berikut kutipan isi teks beritanya :
“Sultan HB X menyatakan,dalam proses demokratisasi,harus adadialog dengan masyarakat yang didasari ketulusan dan kejujuran. Dengandemikian,masyarakat menjadi objek dalam proses demokratisasi.”
Treatment Recommendation. Terkait dengan pengisian jabatan
Gubernur dan Wakil Gubernur Kompas merekomendasikan berdasarkan
pernyataan Sultan Hamengku Buwono X,agar hal itu harus ditanyakan kepada
rakyat karena rakyatlah pemegang kedaulatan. Berikut kutipan teks beritanya :
“Jangan sekedar melihat demokratis atau tidak demokratis hanya padaaspek prosedural. Karena bicara aspek penetapan atau pemilihan,haksepenuhnya menentukan itu adalah pada masyarakat bukan saya.”
Edisi : Selasa, 30 November 2010
Judul : Penduduk DIY Akan Melawan
Rubrik : Headline
Define Problem. Penduduk DIY yang mendukung keistimewaan
Yogyakarta pro-penetapan merasa marah dan akhirnya memutuskan
melakukan perlawanan,berikut kutipan teks beritanya :
“Pendukung keistimewaan Yogyakarta pro-penetapan marah danbertekad melakukan perlawanan politik secara massif terhadap pemerintahpusat jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersikukuh memaksakankonsep pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DI Yogyakarta dalamrancangan Undang-Undang Keistimewaan DIY.”
Diagnose Causes. Pendukung keistimewaan Yogyakarta yang pro pada
penetapan bertekad untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintah pusat
57
jika Presiden SBY tetap memaksakan konsep pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur dalam RUUK DIY, seperti kutipan teks berita berikut :
“Pendukung pro penetapan siap menggelar sidang rakyat untukmenetapkan sendiri Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam sebagaigubernur dan Wakil Gubernur DIY.”
Make Moral Judgement. Pernyataan Ketua Duta Sawala Dewan
Musyawarah Adat Tatar Sunda Eka Santosa bahwa proses pengangkatan
Sultan HB X menjadi Gubernur merupakan kearifan lokal,berikut kutipan
beritanya :
“Ketua Duta Sawala Dewan Musyawarah Kesepuhan Masyarakat AdatTatar Sunda Eka santosa mengatakan proses pengangkatan Sultan HamengkuBuwono X menjadi Gubernur oleh rakyatnya merupakan kearifan lokal.”
Treatment Recommendation. Kompas merekomendasikan untuk
menyepakati penetapan Sultan Hamengku Buwono X sebagai Gubernur dan
Paku Alam sebagai Wakil Gubernur karena mayoritas fraksi di DPR juga
sepakat,berikut kutipan teks beritanya :
“Mayoritas fraksi di DPR pun menyepakati penetapan SultanHamengku Buwono X dan Paku Alam sebagai Gubernur dan Wakil GubernurProvinsi DIY. Selain diinginkan rakyat,konstitusi juga telah menjaminkeistimewaan sebuah daerah sehingga penetapan Sultan dan Paku Alamsebagai kepala daerah bukanlah bentuk monarki politik.”
Edisi : Rabu, 1 Desember 2010
Judul : Salah Paham Soal Yogyakarta
Rubrik : Headline
Define Problem. Pernyataan Presiden SBY dianggap sebagai
kesalapahaman pengertian para pihak yang mendengarnya karena itu Presiden
akan menjelaskan mengenai pernyataannya tersebut,seperti yang diungkapkan
58
oleh Juru bicara kepresidenan,Julian Aldrian Pasha. Berikut kutipan teks
beritanya :
“Juru Bicara kepresidenan Julian Aldrian Pasha mengakui,adakesalapahaman pengertian para pihak yang mendengarkan pernyataanPresiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang keistimewaan Daerah IstimewaYogyakarta. Karena itu,Presiden akan menjelaskan pernyataannya itu.”
Diagnose Causes. Juru bicara kepresidenan, Julian Aldrian Pasha
mengakui adanya kesalapahaman pengertian dari pihak-pihak yang
mendengarkan pernyataan presiden SBY tentang keistimewaan Yogyakarta,
seperti dalam kutipan teks berita berikut :
“Presiden berkehendak dalam proses pembentukan RancanganUndang-Undang tentang Keistimewaan DIY memaksimalkan keistimewaandaerah itu,yakni dalam bidang adat dan budaya. Namun,banyak pihak yangmenanggapi secara keliru pernyataan Presiden itu. Julian menilai banyakpersepsi dan penerjemahan pernyataan Presiden yang tak tepat oleh berbagaikalangan,beberapa hari ini. Oleh karena itu Presiden akan memberikanpenjelasan mengenai hal itu.”
Make Moral Judgement. Menurut Ketua Mahkamah Konstitusi (MK)
Mahfud MD di Jakarta, untuk menyelesaikan perbedaan pandangan
menyangkut keistimewaan Yogyakarta adalah membicarakannya antara
pemerintah dan pemangku kepentingan di Yogyakarta karena keduanya
memiliki pandangan Konstitusional yang harus dihormati,berikut kutipan teks
beritanya :
“Saya hanya ingin mengatakan,dua-duanya memiliki pandangankonstitusional yang harus dihormati, Silahkan diperdebatkan di parlemen.”
Treatment Recommendation. Kompas menyarankan agar pemerintah
tidak lagi membuat persoalan baru yang tidak perlu terkait dengan
59
keistimewaan Yogyakarta seperti pernyataan Wakil Ketua MPR Lukman
Hakim Saifudin yang dikutip dalam teks berita berikut ini :
“Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifudin berharap pemerintah takmembuat persoalan baru yang tidak perlu terkait keistimewaan Yogyakarta.Pemerintah sudah memiliki banyak persoalan yang harus segeradiselesaikan.”
Edisi : Kamis, 2 Desember 2010
Judul : Dengarkan Aspirasi Rakyat
Rubrik : Headline
Define Problem. Rakyat ingin aspirasinya didengarkan oleh Presiden
SBY dan Pemerintah pusat karena Undang-Undang Keistimewaan DIY adalah
untuk kepentingan rakyat,berikut kutipan teks beritanya :
“Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan pemerintah pusat dimintamendengarkan aspirasi penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta. Undang-Undang tentang keistimewaan DIY adalah untuk kepentingan rakyatYogyakarta dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
Diagnose Causes. Ratusan pendukung penetapan Gubernur dan Wakil
Gubernur DIY yang tergabung dalam berbagai elemen akhirnya melakukan
unjuk rasa didepan Gedung DPRD DIY agar aspirasinya didengarkan, selain
itu mereka menolak konsep Parardhya karena dianggap tidak cocok dan tidak
bisa diterima,berikut kutipan teks beritanya :
“Ratusan pendukung penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur DIYsebagai bagian dari keistimewaan DIY,yang tergabung dalam berbagai elemenseperti Paguyuban Dukuh DIY Semarsemboga,Paguyuban Kepala Desa danPerangkat Desa Se-DIY Ismaya,Gerakan Semesta Rakyat Yogya,KawuloNgayogyakarta Hadininggrat,dan warga lainnya berunjuk rasa di gedungDPRD DIY.”
“Mereka menolak konsep Parardhya dan Pemilihan Gubernur danWakil Gubernur DIY dalam Rancangan Undang-Undang Keistimewaan
60
Yogyakarta versi Pemerintah. “Konsep itu tidak cocok dan tidak bisa diterima“,kata Sukiman.”
Make Moral Judgement. Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifudin
di Jakarta menyatakan perlu kearifan dari pemerintah agar tidak terjadi iritasi
persoalan yang tidak perlu,berikut kutipan teks beritanya :
“Perlu kearifan dari Pemerintah agar tak ada iritasi persoalan yangtak perlu. Waktunya tidak tepat jika Gubernur dan Wakil Gubernur DIY dipilihlangsung oleh rakyat.”
Treatment Recommendation. Kompas menyarankan agar Pemerintah
perlu mendengarkan aspirasi rakyat secara jernih karena itu perlu dilakukan
dialog secara langsung antara pemerintah pusat dengan tokoh masyarakat dan
masyarakat di Yogyakarta sebagai bagian dari rakyat Indonesia,hal ini sesuai
dengan pernyataan Achiel dalam kutipan teks berita berikut ini :
“Untuk bisa mendengarkan secara jernih aspirasi rakyat DIY,Presidenbisa berdialog langsung dengan rakyat dan tokoh masyarakat di DIY. DPRdan Menteri Dalam Negeri juga bisa bertemu dengan rakyat DIY. Jika masihmeragukannya,referendum untuk mengetahui kemauan rakyat DIY bisa sajadilakukan.”
Kompas merekomendasikan agar pemerintah menyepakati penetapan
karena mekanisme penetapan tidak bertentangan dengan demokrasi sesuai
dengan pernyataan dari Mantan Ketua Tim Kerja DPD yang membahas
penyusunan RUU Keistimewaan DIY Paulus Yohanes Sumino,berikut kutipan
teks beritanya :
“Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur melalui mekanismepenetapan tidak bertentangan dengan demokrasi. Karena itu,seharusnyapemerintah menyepakati penetapan kepala daerah sebagai salah satukeistimewaan Yogyakarta.”
61
Edisi : Sabtu, 4 Desember 2010
Judul : Sikap Pemerintah disesalkan
Rubrik : Headline
Define Problem. Masyarakat menyesalkan sikap pemerintah yang tetap
mengusulkan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dalam RUUK
DIY,berikut kutipan teks beritanya :
“Berbagai elemen masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta,menyesalkan sikap pemerintah yang tetap mengusulkan pemilihan Gubernurdan Wakil Gubernur dalam Rancangan Undang-Undang Keistimewaan DIY.”
Diagnose Causes. Berbagai elemen masyarakat merasa kecewa dan
menyesalkan sikap pemerintah yang tetap pada keputusan untuk mengajukan
dalam draf RUUK DIY tentang pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
seperti ungkapan Ketua DPRD DIY Yoeke Agung Laksana dalam kutipan teks
berita berikut ini :
“Kami menyesalkan sikap pemerintah yang berbeda dengan aspirasirakyat DIY. Akan tetapi,kami menghormati pilihan yang diambil pemerintahitu.”
Make Moral Judgement. Kompas menjelaskan hubungan antara
antara Presiden dan Sultan Hamengku Buwono X dalam keadaan yang baik-
baik saja. Media terkesan mengadu domba terkait perdebatan seputar posisi
Gubernur dan Wakil Gubernur DIY yang semakin memanas,dalam pernyataan
Presiden SBY seperti kutipan dari teks berita berikut :
“Saya dengan Pak Sultan enggak ada apa-apa,diadu-adu ,senengan-nya media. Saya menghormati Pak Sultan. Beliau juga menghormati saya.Itulah,tetapi jadi berita terus. Ya, kita harus sabar Pak Sultan.”
62
Treatment Recommendation. Kompas merekomendasikan agar Sultan
HB dan Paku Alam tetap menjadi orang nomor satu dan dua di DIY yang lebih
tinggi dari Gubernur,hal ini sesuai dengan pernyataan Menteri Dalam Negeri
Gamawan Fauzi,berikut kutipan teks beritanya :
“Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzy seusai penganugrahanpenghargaan menegaskan lagi, Pemerintah mengusulkan Sultan HB dan PakuAlam tetap menjadi orang nomor satu dan dua di DIY. Mereka lebih tinggidaripada Gubernur.”
Edisi : Senin, 6 Desember 2010
Judul : Negara Akui Keistimewaan
Rubrik : Headline
Define Problem. Sebagai Negara kesatuan Republik Indonesia
terbentuk oleh sekumpulan daerah dengan beragam latar belakang oleh kerena
itu sejak awal Negara mengakui keistimewaan daerah-daerah yang diakui
konstitusi,berikut kutipan teks beritanya :
“Sebagai Negara Kesatuan. Republik Indonesia terbentuk olehsekumpulan daerah dengan beragam latar belakang pembentukannya. Olehkarena itu sejak awal pendiri negeri ini mengakui adanya kekhususan ataukeistimewaan daerah-daerah yang diakui konstitusi. Sampai saat inikeistimewaan itu tetap berlangsung.”
Diagnose Causes. Pendiri Negeri ini mengakui adanya keistimewaan
daerah-daerah yang diakui secara konstitusi dan tidak menutup kemungkinan
akan ada daerah istimewa yang baru lagi dengan memperhatikan berbagai
faktor sejarah dan asal-usul,dan kepentingan rakyat . Seperti dalam kutipan
teks berita berikut ini :
“Bahkan,diingatkan dengan memperhatikan berbagai faktor sejarah,asal-usul,dan kepentingan kesejahteraan rakyat,bisa saja ada daerah khususatau istimewa baru di Indonesia,melengkapi daerah yang ada saat ini.”
63
Make Moral Judgement. Menurut Ketua Fraksi Partai Keadilan
Sejahtera DIY Ahmad Sumiyanto menganggap wajar jika Sultan dan Paku
Alam yang bertahta ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY
karena mereka dicintai oleh masyarakat Yogyakarta,berikut kutipan teks
beritanya :
“Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DIY Ahmad Sumiyantomenuturkan,apabila dirunut dari sejarah,wajar jika Sultan dan Paku alamyang bertahta ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Itu bestvalue menurut kultur DIY. Masyarakat DIY menginginkan itu. Sultan dicintairakyat Yogya. Di situlah arti demokrasi.”
Treatment Recommendation. Kompas merekomendasikan agar
menyetujui penetapan karena hal itu merupakan aspek yang tersisa dalam
kaitan keistimewaan Yogyakarta sesuai dengan pernyataan Fajrul Faalaq,
berikut kutipan teks beritanya:
“Satu-satunya aspek dari DIY yang tersisa terkait dengankeistimewaannya ialah jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur yang bersifatturun-temurun.”
Edisi : Kamis, 9 Desember 2010
Judul : Warga Dukung Penetapan
Rubrik : Headline
Define Problem. Sebagian besar warga setuju pada penetapan dan
menolak pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,hal ini seperti kutipan teks
berita berikut ini :
“Sejumlah elemen masyarakat,parlemen,dan tokoh partai politik diDaerah Istimewa Yogyakarta,secara serentak menyatakan sikap,bahkan turunkejalan. Mereka menyerukan dukungan terhadap penetapan Sultan HamengkuBuwono X dan Paku Alam IX sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur.”
64
Diagnose Causes. Demi ikut memperjuangkan dan menyatakan
dukungan terhadap penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur maka Ketua
Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat di Yogyakarta Gusti Bendoro
Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumo memutuskan mundur dari
jabatannya,berikut kutipan teks beritanya :
“Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat di Yogyakarta GustiBendoro Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumokan mundur dari jabatannya.Putra Sultan Hamnegku Buwono IX ini menegaskan dirinya ikutmemperjuangkan penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY dalam RUUKeistimewaan DIY.”
Make Moral Judgement. Keputusan mundur yang disampaikan Gusti
Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumo dilakukan karena ia turut
memperjuangkan penetapan dan demi membela harga diri dan martabat Sultan
Hamengku Buwono IX,berikut kutipan teks beritanya :
“Saya memperjuangkan penetapan karena saya membela harga diridan martabat Bapak (Sultan Hamengku Buwono IX).”
Treatment Recommendation. Kompas merekomendasikan agar
pemerintah menerima aspirasi rakyat untuk tidak melakukan pemilihan kepala
daerah di Yogyakarta,karena berdasarkan sejarahnya maka pemerintah tidak
perlu ragu untuk memasukkan pasal penetapan Gubernur dan Wakil
gubernur,berikut kutipan teks beritanya yang sesuai dengan pernyataan Sri
Suryani :
“Berdasarkan kesejarahan DIY,tidak perlu ragu memasukkan pasalpenetapan Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam dalam RUUKeistimewaan Yogyakarta.”
65
Edisi : Sabtu, 11 Desember 2010
Judul : Setgab Terpecah Soal Yogyakarta
Rubrik : Headline
Define Problem. Setgab ternyata terpesah dalam menyikapi Rancangan
Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta,berikut kutipan teks beritanya :
“Enam partai politik anggota sekretariat gabungan partai politik
Pendukung Presiden SBY dan Wakil Presiden Boediono ternyata terpecah
mengikapi Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta.”
Diagnose Causes. Perpecahan Setgab soal Yogyakarta terungkap dalam
pernyataan yang dikemukakan para pemimpin secara terpisah, ada yang setuju
dan mendukung penetapan sesuai dengan keinginan warga Yogyakarta dan ada
yang memilih untuk menunggu RUU keistimewaan diserahkan kepada
DPR,berikut kutipan teks beritanya :
“Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Saan Mustofa,Partai Demokrat akan mendukung keputusan pemerintah terkait RUUKeistimewaan Yogyakarta,termasuk jika diputuskan pengisian posisi Gubernurdan Wakil Gubernur Yogyakarta dengan mekanisme pemilihan langsung.”
“Namun anggota setgab yang lain bersikap berbeda. Mahfud Siddiq,Wakil Sekjen PKS,mengatakan partainya menyesuaikan diri dengan keinginanwarga Yogyakarta yang menginginkan Penetapan. Sekretaris Fraksi PPPM Romahurmuziy menyatakan PPP mendukung penetapan. Golkar menurutketua DPP Partai Golkar Proyo Budi Santoso,akan mempertahankankeistimewaan Yogyakarta.”
“Dua Parpol,PAN dan PKB masih menunggu RUU KeistimewaanYogyakarta diserahkan kepada DPR.”
Make Moral Judgement. Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat
Syarifuddin Hasan menyatakan ada tiga hal yang dibahas dalam pertemuan
66
termasuk yaitu menghormati keistimewaan Yogyakarta dan aspirasi warga
Yogyakarta,berikut kutipan teks beritanya :
“Seusai pertemuan kamis malam,anggota Dewan Pembina PartaiDemokrat yang juga Menteri koperasi dan Usaha Kecil menengah SyarifuddinHasan menyatakan,ada tiga hal yang dibahas dalam pertemuan itu.Pertama,Setgab menghormati keistimewaan Yogyakarta. Kedua,sesuaikonstitusi,setiap kepala daerah dan kepala Pemerintahan dipilih secarademokratis. Ketiga,Komunikasi dengan rakyat Yogyakarta harusditingkatkan.”
Treatment Recommendation. Kompas merekomendasikan untuk
menolak konsep Gubernur utama karena Gubernur DIY harus cuma satu saja
sesuai dengan aspirasi rakyat Yogyakarta selama ini,berikut kutipan teks
beritanya :
“Namun sejumlah elemen masyarakat DIY menolak konsep Gubernurutama. Gubernur DIY cukup satu saja yang dingkat dari mekanisme penetapansesuai aspirasi rakyat.”
Edisi : Minggu 12 Desember 2010
Judul : Kalla : Pemerintah Yogyakarta Demokratis
Rubrik : Umum
Define Problem. Pemerintahan Yogyakarta dianggap tidak sesuai
dengan sistem pemerintahan yang demokratis,padahal selama ini sistem
pemerintahan di Yogyakarta sudah berjalan dengan baik,seperti pernyataan
Yusuf Kalla yang dikutip dalam teks berita berikut ini :
“Keistimewaan DIY harus dijaga. Apalagi,selama ini pemerintah DIYsudah berjalan demokratis.”
Diagnose Causes. Pemerintahan Provinsi DIY dibawah kepemimpinan
Sultan Hamengku Buwono X amat merakyat dan itulah
keistimewaannya,berikut kutipan teks beritanya :
67
“Menurut Kalla,Pemerintahan Provinsi DIY dibawah kepemimpinan
Sultan Hamengku Buwono X amat merakyat,itulah keistimewaan Yogyakarta.”
Make Moral Judgement. Warga Papua terkejut karena ternyata DIY
diperlakukan tidak adil oleh pemerintah pusat,berikut kutipan teks beritanya :
“Menurut Yopi warga Papua terkejut karena ternya DIY sebagai“Anak Sulung” Negara Kesatuan Republik Indonesia pun diperlakukan tidakadil oleh pemerintah pusat. Apabila hal itu dibiarkan,daerah lain juga bisatidak dihargai pusat.”
Treatment Recommendation. Kompas merekomendasikan agar
elemen pendukung keistimewaan Yogyakarta bersikap tegas dalam perjuangan
mereka,seperti yang dikutip dalam teks berita berikut ini :
“Prabukusumo minta seluruh elemen masyarakat pendukungkeistimewaan tegas bersikap terkait penetapan Gubernur dan Wakil gubernur .Ketua Paguyuban Dukuh DIY Semar Sembogo Sukirman menegaskanperjuangan keistimewaan DIY tidak akan pernah berhenti.”
Edisi : Senin, 13 Desember 2010
Judul : Ribuan Orang Akan Hadiri Sidang Paripurna
Rubrik : Headline
Define Problem. Masyarakat menunjukkan dukungannya akan
penetapan sebagai keistimewaan Yogyakarta akan menghadiri sidang
Paripurna di kantor DPRD DIY. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah pusat
perlu mendengarkan aspirasi rakyat. Seperti dalam kutipan teks berita berikut
ini :
“Ribuan warga Yogyakarta diperkirakan akan menghadiri SidangParipurna DPRD DIY yang akan menetapkan Sultan Hamengku Buwono Xdan Paku Alam IX sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY.”
68
Diagnose Causes. Ribuan orang yang meghadiri rapat paripurna
kemungkinan mencapai 10.000 orang sesuai dengan pernyataan Pemimpin
Gerakan Rakyat Mataram (GERAM) Widihasto Wasana ,berikut kutipan teks
beritanya :
“Berbagai elemen warga akan menghadiri rapat paripurna itu.Jumlahnya kemungkinan bisa mencapai 10.000 orang.”
“Widihasto menambahkan bukan hanya warga DIY yang akan turutdalam aksi itu,melainkan juga warga luar Yogyakarta yang berdomisili di DIY.Mereka sudah menyatakan akan ikut serta.”
Make Moral Judgement. Walikota Yogyakarta Herry Zudianto
mengibarkan berdera Merah Putih setengah tiang sebagai wujud
keprihatinan,berikut kutipan teks beritanya :
“Walikota Yogyakarta Herry Zudianto dikediaman pribadinyamengibarkan Bendera Merah Putih setengah tiang sebagai wujud keprihatinanbahwa masalah RUU Keistimewaan DIY ini telah menimbulkan gejalaperpecahan bangsa Indonesia.”
Treatment Recommendation. Kompas menganjurkan agar Polemik
segera dihentikan dengan memilih persatuan,seperti dalam pernyataan Surya
Paloh yang dikutip dalam teks berita berikut ini:
“Agar Polemik bisa dihentikan, kalau memang daerah istimewa lebihmenjamin persatuan, ya sebaiknya dipilih persatuan.”
Edisi : Selasa, 14 Desember 2010
Judul : Yogyakarta Tentukan Sikap
Rubrik : Headline
Define Problem. Sikap pemerintah yang tidak juga mengesahkan
RUUK DIY yang berdasarkan aspirasi rakyat adalah memilih penetapan dan
menentang pemilihan membuat rakyat Yogyakarta menetapkan sikap dengan
69
datang ke DPRD untuk menyaksikan rapat Paripurna,seperti kutipan dalam
teks berita berikut :
“Puluhan ribu warga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tumpahruah di halaman Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DIY. Massa tidaktertampung dihalaman DPRD sehingga memadati sepanjang Jalan Malioboro,Yogyakarta.”
Diagnose Causes. Rakyat Yogyakarta menetapkan sikap dengan datang
ke DPRD untuk menyaksikan rapat Paripurna,dimana dalam rapat tersebut
dihasilkan keputusan untuk mendukung dan mengusulkan penetapan,berikut
kutipan teks beritanya :
“Warga menyaksikan rapat paripurna DPRD Provinsi DIY yangmenghasilkan keputusan mendukung dan mengusulkan Sultan HamengkuBuwono dan Paku Alam yang bertahta ditetapkan sebagai Gubernur dan WakilGubernur DIY.”
Make Moral Judgement. Menurut Menteri Koordinator Politik,
Hukum,dan Keamanan Djoko Suyatno bahwa proses demokrasi harus
dihormati,berikut kutipan teks beritanya :
“Pembahasan RUU Keistimewaan DIY tak mengabaikan keutuhanNKRI,UUD 1945 ,dan tidak boleh mengingkari keistimewaan DIY. “Kitahormati proses demokrasi dengan baik,” katanya. Aspirasi dimasyarakat pastiakan ditangkap dengan baik oleh Pemerintah.”
Treatment Recommendation. Kompas merekomendasikan agar
pengisian Gubernur dan Wakil Gubernur DIY melalui mekanisme pemilihan
oleh DPRD bukan pemilihan langsung,sesuai dengan pernyataan Menteri
Dalam Negeri Gamawan Fauzi yang dikutip dalam teks berita berikut ini :
“Pemerintah mengusulkan pengisian Gubernur dan Wakil GubernurDIY melalui mekanisme pemilihan oleh DPRD bukan pemilihan langsung.Pengisian jabatan itu diatur dalam draf RUU Keistimewaan DIY yang disusunpemerintah.”
70
Edisi : Rabu, 15 Desember 2010
Judul : Warga Kecewa Tanggapan Pusat
Rubrik : Headline
Define Problem. Warga merasa kecewa dengan tanggapan pemerintah
pusat yang mengabaikan aspirasi warga Yogyakarta dalam pengambilan
keputusan dalam RUUK DIY,seperti kutipan teks berita berikut ini :
“Warga pendukung penetapan Gubernur dan Wakil GubernurDIY,sebagai wujud keistimewaan DIY,kecewa dengan sikap pemerintah pusatyang dinilai mengabaikan aspirasi rakyat DIY. Mereka kecewa karena aksiwarga DIY mendukung penetapan itu tidak dianggap cukup oleh pemerintahterutama Menteri Dalam Negeri.”
Diagnose Causes. Komentar Mendagri telah menimbulkan kekecewaan
yang besar bagi warga DIY,hal ini seakan memperjelas bahwa pemerintah
pusat memang akan mengabaikan aspirasi warga Yogyakarta. Berikut ini
pernyataan Mendagri Gamawan Fauzi dalam kutipan teks berita berikut ini :
“Unjuk rasa senin lalu tidak mewakili aspirasi rakyat DIY secarakeseluruhan. Ia yakin tidak seluruh penduduk DIy,yang berjumlah 3,5juta,sepakat dengan penetapan itu.”
Make Moral Judgement. Ketua Gerakan Semesta Rakyat Jogja
Sunyoto menyatakan jika aspirasi warga diabaikan maka akan memancing
kemarahan rakyat,berikut kutipan teks beritanya :
“Pemerintah pusat keterlaluan jika mengabaikan aspirasi warga DIYyang sudah jelas diusung dan disampaikan dalam aksi besar-besaran padarapat paripurna DPRD DIY. Jika aspirasi warga diabaikan,hal itu akanmemancing kemarahan rakyat.”
Treatment Recommendation. Kompas merekomendasikan agar
mendengarkan aspirasi rakyat secara keseluruhan tidak hanya mendengarkan
71
aspirasi warga Yogyakarta seperti yang dinyatakan oleh Gamawan Fauzi,
berikut ini kutipan teks beritanya:
“Keistimewaan Yogyakarta adalah keputusan Rakyat Indonesia.Keputusan mengenai hal khusus atau istimewa mesti ditanyakan kepada rakyatIndonesia,yang diwakili DPR. Tak semata-mata berdasarkan pada pendapatwarga Yogyakarta,dalam hal ini diwakili DPRD.”
Edisi : Kamis, 16 Desember 2010
Judul : Presiden Yodhoyono Ajak Cari Titik Temu
Rubrik : Headline
Define Problem. Perbedaan pendapat pemerintah pusat dan warga DIY
maka perlu dilakukan titik temu untuk penyelesaian polemik keistimewaan
Yogyakarta,seperti yang dikutip dalam teks berita berikut ini :
“Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui staf Khusus PresidenBidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah Velix Vernando Wanggai,Mengajak semua pihak mencari titik temu atas model kepemimpinan di DerahIstimewa Yogyakarta. Soal kepemimpinan ini di DIY dinilai kini terbagi dua.”
Diagnose Causes. Titik temu diharapkan mencapai tatanan
demokrasi,hal ini diungkapkan oleh Velix disela-sela kunjungan mendampingi
Presiden SBY,berikut kutipan teks beritanya :
“Kedua pandangan itu didasarkan pada pasal 1 B Ayat (1) atau Pasal18 Ayat (4) UUD 1945. Titik temu diharapkan mencapai tatanan yangdemokratis ,bersifat istimewa ,serta tetap memberikan hak,peran, dan peluangbesar kepada ahli waris Kesultanan Yogyakarta dan Puro Paku alaman. UUD1945 menyatakan,Negara mengakui dan menghormati daerah yang bersifatkhusus atau istimewa. Namun, UUD 1945 juga menyatakanGubernur,Bupati,dan Wali Kota dipilih secara demokratis.”
Make Moral Judgement. Menurut Rektor Universitas Gadjah Mada
(UGM) Sudjarwad kebijaksanaan kedua pemimpin dinilai penting dalam
penyelesaian masalah,berikut kutipan teks beritanya :
72
“UGM siap memediasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono danSultan Hamengku Buwono X terkait penyelesaian RUU Keistimewaan DIY.Kebijaksanaan kedua pemimpin ini dinilai penting untuk menyelesaikanpermasalahan ini tanpa buang banyak energi.”
Treatment Recommendation. Kompas merekomendasikan agar
dirajut keseragaman dengan daerah lain dalam mencapai sebuah kesepakatan,
seperti yang dikutip dalam teks berita berikut ini :
“Keistimewaan Yogyakarta perlu dirajut dengan keseragaman didaerah lain sehingga menjadi hal yang positif untuk bangsa.”
Edisi : Jumat, 17 Desember 2010
Judul : Dewan Bahas RUU DIY pada Awal 2011
Rubrik : Headline
Define Problem. Rancangan Undang-Undang tentang keistimewaan
Yogyakarta akan menjadi prioritas dalam pembahasan DPR,seperti kutipan
dalam teks berita berikut ini :
“Rancangan Undang-Undang tentang keistimewaan Daerah IstimewaYogyakarta mulai dibahas DPR dan Pemerintah awal tahun 2011. DPRmemastikan RUU Keistimewaan Yogyakarta ini akan menjadi proritaspembahasan.”
Diagnose Causes. Penetapan awal 2011 untuk membahas RUUK DIY
terjadi karena DPR besok mulai reses karena itu pembahasan diagendakan pada
sidang depan,berikut kutipan teks beritanya :
“Kepastian jadwal pembahasan itu dikatakan Wakil ketua DPRPramono Anung W,Besok DPR mulai reses, karena itu pembahasandiagendakan pada sidang depan.”
Make Moral Judgement. Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi
menyatakan pemerintah seperti mengadu Sultan dan Paku Alam dengan
kerabatnya dalam pemilihan Gubernur/Wagub,berikut kutipan teks beritanya :
73
“Pemerintah tidak ingin seperti mengadu Sultan dan Paku Alamdengan kerabatnya dalam pemilihan Gubernur/Wagub,karena itu jikakeduanya mencalonkan diri kerabat keraton atau Puro PakuAlaman tak bisamencalonkan diri.”
Treatment Recommendation. Kompas merekomendasikan untuk
mendukung penetapan Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam yang
bertahta sebagai Gubernur dan Wagub,berikut kutipan teks beritanya :
“DPRD DIY memutuskan mendukung penetapan Sultan HB dan PakuAlam yang bertahta sebagai Gubernur dan Wagub DIY. Keputusan ini bukankarena tekana publik melainkan murni berangkat dari sikap fraksi yangmenyerap aspirasi konstituennya.”
B. PEMBAHASAN
Setelah diuraikan pada frame masing-masing dari tiap edisi berita Harian
Kompas,selanjutnya yaitu membuat sebuah ruang khusus guna melihat bagaimana
pola-pola framing yang digunakan media cetak ini dalam proses mengkontruksi
berita seputar polemik keistimewaan Yogyakarta. Pada bagian pembahasan ini
seluruh berita dianalisis dengan menggunakan perangkat model framing Robert
Entmen,dimana dalam memframing berita dibagi atas dua aspek yaitu seleksi isu
dan penonjolan hanya pada aspek tertentu sebagai bahan berita. Selanjutnya
Robert Entman mengonsepsikan dua aspek utama tersebut dalam perangkat
framing sebagai berikut :
1. Definisi masalah (Defining Problems) yaitu menjelaskan masalah apa yang
menjadi topik berita.
2. Memperkirakan sumber masalah (Diagnose Causes) yaitu melihat penyebab
masalah yang menjadi berita.
74
3. Membuat keputusan moral (Make Moral Judjement/Evaluation) yaitu menilai
moral apa disajikan dalam berita untuk menjelaskan masalah atau nilai moral
apa yang dipakai untuk melegitimasikan masalah.
4. Menekankan penyelesaian (Treatment Recommendation) yaitu penyelesaian
apa yang ditawarkan utnuk menyelasaikan masalah. Elemen apa yang dipakai
wartawan/media yaitu jalan yang dipilih wartawan untuk menyelesaikan
masalah.
Berikut ini merupakan pembahasan dari frame pemberitaan mengenai
polemik keistimewaan Yogyakarta yang dipicu kembali oleh pernyataan Presiden
SBY pada bulan November 2010 – Desember 2010 di Harian Kompas.
1. Frame Kompas Terkait Pemberitaan Tentang Status Keistimewaan
Yogyakarta.
Harian Kompas mengidentifikasikan pernyataan Presiden SBY
sebagai masalah yang memicu perdebatan dari berbagai pihak dan telah
dianggap menyinggung secara langsung status keistimewaan Yogyakarta
yang memiliki status sejarah yang kuat dimana keistimewaan itu sendiri
merupakan penetapan secara langsung Sultan Hamengku Buwono X sebagai
Gubernur dan Paku Alam sebagai Wakil Gubernur,hal ini sama sekali tidak
bertentangan dengan Konstitusi.
Pada pemberitaan Harian Kompas Minggu 28 November 2010 dengan
judul “Sultan : Pemerintahan DIY Bukan Monarki” dimana dalam hal ini
Harian Kompas dengan jelas menonjolkan pernyataan Sultan Hamengku
75
Buwono yang menolak pemerintahannya disebut sebagai Monarki,seperti
dalam kutipan berita berikut in :
“Saya tidak tahu dengan sistem Monarki yang dimaksud pemerintahpusat. Pemda DIY ini sama sistem dan manajemen organisasinya denganprovinsi-provinsi yang lain,sesuai dengan Undang-Undang Dasar,UU,danperaturan pelaksanaannya.”
Pada Pemberitaan Selasa,20 November 2010 harian Kompas
menonjolkan bagaimana masyarakat merasa marah dan bertekad melakukan
perlawanan jika Presiden dan Pemerintah pusat tetap memaksakan Konsep
pemilihan Gubernur dan Wagub,para pendukung ketetapan akhirnya
kembali bereaksi keras setelah Presiden SBY menyinggung tentang status
Keistimewaan Yogyakarta.
Tidak hanya menyoroti tanggapan dari Sultan namun Harian Kompas
juga menunjukkan bagaimana Presiden SBY berusaha meralat ucapannya
seperti yang disampaikan Juru bicara kepresidenan Julian Aldrian Pasha
bahwa Presiden akan menjelaskan tentang pernyataannya tersebut karena
banyak pihak yang telah salah mengartikannya. Ini adalah upaya Pemerintah
untuk meredam reaksi rakyat Yogyakarta. Pada Pemberitaan Rabu,1
Desember 2010 dengan judul “Salah Paham Soal Yogyakarta” Kompas
menunjukkan dengan jelas seperti dalam kutipan berita berikut ini :
“Presiden berkehendak dalam proses pembentukan RancanganUndang-Undang tentang Keistimewaan DIY memaksimalkan keistimewaandaerah itu,yakni dalam bidang adat dan budaya. Namun,banyak pihak yangmenanggapi secara keliru pernyataan Presiden itu. Julian menilai banyakpersepsi dan penerjemahan pernyataan Presiden yang tak tepat olehberbagai kalangan,beberapa hari ini. Oleh karena itu Presiden akanmemberikan penjelasan mengenai hal itu.”
76
Pada pemberitaan kamis 2 Desember 2010 dengan judul “Dengarkan
aspirasi Rakyat” Kompas dengan tegas menonjolkan agar pemerintah mau
mendengarkan aspirasi rakyat bukannya memaksakan kehendak. Ratusan
pendukung penetapan dengan jelas mengambil sikap. Kompas menonjolkan
bagaimana upaya masyarakat Yogyakarta mendukung Penetapan dan tidak
setuju dengan keputusan pemerintah pusat.
Pada Pemberitaan Sabtu, 4 Desember 2010 dengan judul berita “
Sikap Pemerintah Disesalkan” Kompas menonjolkan bagaimana tanggapan
masyarakat terhadap pemerintah pusat yang terkesan mengabaikan aspirasi
sebagian besar warga Yogyakarta yang mendukung penetapan. Warga
akhirnya kembali berunjuk rasa di depan Gedung DPRD DIY agar
aspirasinya didengarkan oleh Pemerintah. Berdasarkan faktor sejarah
Yogyakarta sebagai daerah istimewa menjadi pembicaraan penting dalam
RUU keistimewaan Yogyakarta dimana aspirasi rakyat adalah pro terhadap
penetapan Sultan Hamengku Buwono sebagai Gubernur dan Paku Alam
sebagai Wakil Gubernur.
Pemberitaan Senin, 6 Desember 2010 dengan judul “ Negara Akui
Keistimewaan” Harian Kompas dengan tegasa menonjolkan bahwa Negara
memang harusnya mengakui keitimewaan tiap-tiap daerah begitupun
dengan Yogyakarta. Berdasarkan sejarah keistimewaan Yogyakarta
bukanlah pemberian dari bangsa Indonesia namun merupakan hasil
perjuangan dari rakyat Yogyakarta sendiri dibawah kepemimpinan Sultan
Hamengku Buwono IX di masa sebelum kemerdekaan hingga di awal
77
kemerdekaan dukungan masyarakat Yogyakarta terhadap Indonesia terus
berlangsung. Seperti pernyataan Sosiolog Hotman Siaahandari Unair
Surabaya menyebutkan Keistimewaan Yogyakarta tidak patut dipertanyakan
lagi. Pemerintah pusat juga tidak sepatutnya menyebut Keraton Yogyakarta
sebagai bagian dari Monarki.
“Mereka yang mempertanyakan keistimewaan Yogyakarta tidakmegerti sejarah dan sumbangan Yogyakarta”.
Pemberitaan Kamis,9 Desember 2010 dengan judul “Warga Dukung
Penetapan” kembali Harian Kompas menonjolkan bahwa Warga memang
menginginkan penetapan diakui dalam RUU Keistimewaan DIY,hal ini
merupakan aspirasi rakyat yang terus diabaikan Pemerintah Pusat dan
Presiden SBY. Walaupun sebenarnya pada kenyataan yang terjadi Setgab
sendiri terpecah pendapatnya soal Yogyakarta ini ditonjolkan pada
pemberitaan Sabtu,11 Desember 2010 dengan judul “Setgab terpecah Soal
Yogyakarta” ada yang mendukung penetapan,dan ada juga yang memilih
menunggu keputusan setelah RUU Keistimewaan itu diserahkan kepada
DPR untuk dibicarakan dan dibahas.
Pada Pemberitaan Minggu, 12 Desember 2010 kembali Kompas
menonjolkan bahwa Yogyakarta dan Pemerintahannya memang demokratis
dan tidak sesuai dengan Tuduhan Presiden SBY yang menganggap
Pemerintahan yang dianut Yogyakarta bersikap monarki.
Pada pemberitaan Senin, 13 Desember 2010dengan judul berita
“Ribuan Orang akan Hadiri Sidang Paripurna” Kompas kembali
menonjolkan mengenai dukungan terhadap penetapan dalam RUU
78
Keistimewaan DIY dan dukungan itu bukan hanya berasal dari warga
Yogyakarta namun juga ada dari Warga Luar yang berdomisili di
Yogyakarta. Pemeberitaan Selasa, 14 Desember 2010 dengan judul
“Yogyakarta Tentukan sikap”,Kompas kembali menonjolkan tentang warga
Yogyakarta yang terus menunjukkan dukungannya terhadap status
keistimewaan Yogyakarta,inilah aspirasi rakyat dan harusnya pemerintah
mau mendengarkan,bila rakyat menginginkan penetapan lalu apa lagi yang
ditunggu pemerintah untuk segera memutuskannya.
Pemberitaan Rabu,15 Desember 2010 dengan judul “Warga Kecewa
Tanggapan Pusat” harian Kompas menunjukkan bagaimana sebenarnya
tanggapan pusat terhadap aspirasi rakyat,dengan jelas ditonjolkan
bagaimana aspirasi rakyat begitu saja diabikan dan tidak dianggap oleh
pemerinta pusat.
Pada pemberitaan Kamis,16 Desember 2010 dengan judul “ Presiden
Yudhoyono Ajak Cari Titik temu” Kompas menonjolkan bahwa pemerintah
berupaya mencari jalan dan formula yang tepat untuk mempertemukan
keinginan rakyat dan pemerintah. Pada Pemberitaan Jumat,17 desember
2010 dengan Judul “Dewan Bahas RUU DIY pada Awal 2011” Kompas
menunjukkan bagaimana kelanjutan dari RUU Keistimewaan DIY dan
Masyarakat Yogyakarta hanya bisa menunggu kepastian akan disetujui atau
tidaknya penetapan Sultan Hamengku Buwono sebagai Gubernur dan Paku
Alam sebagai Wakil Gubernur.
79
Sikap pemerintah pusat terkesan menarik ulur RUU keistimewaan
Yogyakarta untuk segera disahkan. Aspirasi rakyat adalah setuju pada
penetapan dengan munculnya berbagai dukungan dari elemen masyarakat
dan pendapat para ahli yang turut memperkuat kenapa status Yogyakarta
seharusnya tetap menjadi Istimewa. Seperti pernyataan seniman Yogyakarta
Nano Asmorodono,seniman ketoprak.
“Kalau ada survey yang mengatakan 71 persen warga DIY setujupemilihan ,itu survey meragukan,warga DIY mendukung penetapan”.
Lalu pada pemberitaan lainnya dukungan masyarakat Yogyakarta
diwujudkan dalam bentuk menghadiri sidang Paripurna. Seperti dalam
pernyataan pemimpin gerakan rakyat Mataram Widihasto Wasan Putra.
“Berbagai elemen warga akan menghadiri rapat paripurna itu.Kemungkinan mencapai 10.000 orang”.
Makna wacana Presiden SBY terhadap keistimewaan Yogyakarta
sudah jelas yaitu menolak mekanisme penetapan Gubernur dan Wakil
Gubernur dan menstigma prose tersebut sebagai Monarki. Perasaan Publik
yang terluka dan menganggap tafsiran Demokrasi Presiden SBY terhadap
Yogyakarta hendak merubah sistem yang mengayomi dan selama ini
dipegang masyarakat Yogya menjadi terusik dan memicu terjadinya
mobilisasi massa sebagai symbol perlawanan politik. Seperti Kutipan
berikut :
“Pendukung Penetapan Gubernur-Wagub kembali berunjuk rasamengecam Presiden SBY yang tetap mengusulkan Pemilu Kepala Daerahdalam Rancangan Undang-Undang Keistimewaan DIY. Ratusan wargayang tergabung dalam gerakan gerakan rakyat Mataramberunjuk rasa didepan Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta”.
80
Penilaian atas pernyataan Presiden SBY yang semakin memperkeruh
suasana dengan menyinggung keistimewaan Yogyakarta sebagai Monarki
dan tidak sesuai dengan demokrasi jelas tidak mendasar,ditambah lagi
dengan tidak tegasnya pemerintah pusat dalam mengambil keputusan untuk
menyelesaikan polemik RUU keistimewaan Yogyakarta membuat rakyat
terutama warga Yogyakarta menjadi bingung,bahkan aspirasi mereka seakan
tidak didengarkan.
Dengan pertimbangan faktor histories yang panjang dari Yogyakarta
serta adanya dasar hukum dalam Undang-Undang Dasar yang mengatur
mengenai keistimewaan daerah-daerah tertentu yang ada di Indonesia.
Dalam konstitusi hasil perubahan,daerah khusus/istimewa itu tetap diakui
dan disebutkan meskipun dalam pasal yang berbeda. Pasal 18B ayat 1
(UUD 1945).
“Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahandaerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur denganUndang-Undang”.
Pasal 18 ayat 2 juga menegaskan :
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukumadat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup,sesuai denganperkembangan masyarakat dan sesuai dengan prisip Negara KesatuanRepublik Indonesia”.
Walaupun demikian pasal 18 ayat 4 UUD 1945,hasil perubahan tahun
2000 menyebutkan :
“Gubernur,Bupati,dan Walikota masing-masing kepala daerahpemerintahan daerah Provinsi,Kabupaten,dan Kota dipilih secaraDemokrasi”.
81
Dan Ayat 7 menyatakan :
“Susunan dan tata cara penyelenggara pemerintahan diatur denganUndang-Undang”.
Menurut Fajrul Faalaq provinsi lain yang mendapatkan status
istimewa telah memiliki Undang-Undang yang mengatur keistimewaan
tersebut,hanya Daerah Istimewa Yogyakarta yang belum memiliki Undang-
Undang tersebut. Karena itu perlu segera adanya Undang-Undang yang
mengatur keistimewaan Yogyakarta demi menyelesaikan polemik yang
sudah berlangsung bertahu-tahun tanpa keputusan yang jelas.
Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi satu-satunya provinsi yang
masih mempertahankan kata “istimewa” dalam Undang-Undangnya yaitu
Undang-Undang No.3 tahun 1950. Draf Rancangan Undang-Undang yang
diusulkan Rakyat Yogyakarta,Dewan Pertimbangan Daerah (DPD),dan
Pemerintah tetap mempertahankan kata Istimewa tersebut.
Ketua DPRD DIY Yoeke Indra Agung Laksana menyayangkan jika
RUU keistimewaan DIY yang diserahkan kepada DPR masih berisi
mekanisme pemilihan untuk mengisi jabatan Gubernur dan Wagub itu
berarti pemerintah tidak mengakomodasi aspirasi rakyat Yogyakarta.
Dalam berita-berita yang ditampilkan, maka Harian Kompas
merekomendasikan untuk mendengarkan Aspirasi rakyat dalam penetapan
Rancangan Undang-Undang (RUU) keistimewaan Yogyakarta, Presiden
SBY dan pemerintah pusat perlu melakukan dialog dengan rakyat untuk
mendapatkan penyelesaian yang baik dari polemik keitimewaan ini.
Masyarakat perlu segera mengetahui keputusan akhir dari draf RUU
82
keistimewaan Yogyakarta untuk mencegah terjadinya Polemik
berkepanjangan.
Keistimewaan Yogyakarta tidak terjadi begitu saja dan bukan
persembahan dari Indonesia,maka Pemerintah pusat perlu melakukan
pertimbangan lebih lanjut mengenai status Yogyakarta dengan
mempertimbangkan dasar sejarah pembentukan Daerah Yogyakarta sebagai
wilayah Istimewa di Indonesia.
Sejak awal pemerintah memang bersikukuh bahwa Gubernur dan
Wagub harus dipilih. Pada tahun 2009 pembahasan RUU keistimewaan
Yogyakarta mentok karena pemerintah dan DPR belum juga menyepakati
mengenai pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur Yogyakarta.
Pemerintah menginginkan pemilihan sedangkan DPR tetap menginginkan
penetapan.
Bagi Pemerintah penyusunan RUU keistimewaan Yogyakarta tidaklah
mudah ,sepertinya draf ini memang istimewa,berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah unuk penyusunan draf Undang-Undang keistimewaan
ini namun belum juga ditemui jalan untuk bisa menyusunnya tanpa
melanggar peraturan diatasnya.
“Untuk kepentingan penyusunan draf Rancangan Undang-Undang,Kementrian Dalam Negeri juga meminta lembaga survey untuk melakukansurvey mengenai apa yang diinginkan masyarakat Yogyakarta”.
Dari segi moralnya Penetapan Sultan Hamengku Buwono dan Paku
alam sebagai Gubernur dan Wagub merupakan kearifan local dan
83
merupakan keinginan warga Yogyakarta sendiri jadi hal ini sama sekali
tidak bertentangan dengan konstitusi dan ini demokrasi.
Menurut Velix Presiden Ingin rumusan model pemerintahan DIY
tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945,dilanjutkan dalam
kutipan sebagai berikut :
“Presiden menaruh hormat kepada rakyat DIY,Penyelesaian drafRancangan Undang-Undang keistimewaan Yogyakarta adalah amanatkonstitusi. Pemerintah juga ingin memberikan payung hukum yang jelasperihal otonomi asimetris bagi Yogyakarta”.
Dalam berita-berita yang ditampilkan, maka Harian Kompas
merekomendasikan untuk mendengarkan Aspirasi rakyat dalam penetapan
Rancangan Undang-Undang (RUU) keistimewaan Yogyakarta, Presiden
SBY dan pemerintah pusat perlu melakukan dialog dengan rakyat untuk
mendapatkan penyelesaian yang baik dari polemik keitimewaan ini.
Masyarakat perlu segera mengetahui keputusan akhir dari draf RUU
keistimewaan Yogyakarta untuk mencegah terjadinya Polemik
berkepanjangan.
Sikap pemerintah pusat yang seakan tidak mendengarkan aspirasi
rakyat dalam proses sah RUU keistimewaan Yogyakarta dengan melakukan
tarik ulur dan tidak segera menyelesaikan Polemik ini adalah sikap arogansi
pemerintah pusat yang membingungkan rakyat khususnya warga
Yogyakarta yang setuju pada penetapan. Seperti dalam kutipan berikut ini :
“Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan pemerintah pusat dimintamendengarkan aspirasi penduduk daerah istimewa Yogyakarta. Undang-Undang tentang keistimewaan Yogyakarta adalah untuk kepentingan rakyatYogyakarta dalam Negara kesatuan Republik Indonesia”.
84
Pada tanggal 1 Desember 2010 ratusan pendukung penetapan
Gubernur dan Wakil Gubernur DIY sebagai bagian dari keistimewaan yang
tergabung dalam berbagai elemen seperti Paguyuban Kepala Desa dan
Perangkat Desa se-DIY Ismaya,Gerakan Semesta Rakyat Yogya,Kawulo
Ngayogyakarta Hadininggrat, dan warga lainnya berunjuk rasa di depan
gedung DPRD Yogyakarta. Mereka menolak konsep Parardya dan
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY dalam RUU keistimewaan
Yogyakarta,seperti pernyataan Archiel yang mendalami hukum
keistimewaan Yogyakarta berikut ini :
“Untuk bisa mendengarkan secara jernih aspirasi rakyat DIY,Presiden bisa saja berdialog dengan rakyat dan para tokoh masyarakat diDIY,DPR dan Menteri Dalam Negeri bisa juga bertemu rakyat Yogyakarta.Jika masih meragukannya referendum untuk mengetahui kemauan rakyatYogyakarta bisa saja dilakukan”.
Tabel 3.
Polemik keistimewaan Yogyakarta adalah masalah perbedaan
pendapat antara Pemerintah Pusat dengan Keinginan Warga
Yogyakarta (aspirasi Rakyat Yogyakarta).
Define Problem Masalah perbedaan pendapat antara
Pemerintah Pusat dengan Keinginan
Warga Yogyakarta (aspirasi Rakyat
Yogyakarta) mengenai RUUK DIY.
Diagnose Causes Presiden SBY dan Pemerintah Pusat
Make Moral Judgement/
Evaluation
Penetapan sebagai bagian dari
Keistimewaan Yogyakarta merupakan
85
kearifan lokal dan pemerintah perlu
menghormati keinginan rakyat yang
menginginkan penetapan.
Treatment Recommendation Presiden SBY dan Pemerintah Pusat
diharapkan dapat melakukan dialog
untuk mendapatkan kesepakatan hingga
RUU bisa segera diputuskan, Pemerintah
harus mendengarkan aspirasi rakyat
untuk menyelesaikan polemik ini.
2. Posisi Harian Kompas dalam Pemberitaan Tentang Status Keistimewaan
Yogyakarta.
Dalam pemberitaan terkait Status keistimewaan Yogyakarta Harian Kompas
dengan jelas memunculkan kecendrungannya untuk memposisikan dirinya sebagai
media yang mendukung status keistimewaan Yogyakarta hal ini didasarkan pada
faktor sejarah terbentuknya Yogyakarta menjadi bagain dari wilayah Indonesia,
selain itu Pemberitaan Harian Kompas cenderung menunjukkan bahwa
pemerintah pusat memang arogansi dalam memutuskan polemik penetapan dalam
RUU Keistimewaan DIY,pemerintah terus mengabaikan aspirasi rakyat yang jelas
menginginkan penetapan Hamengku Buwono dan Paku Alam sebagai Gubernur
dan Wakil Gubernur di DIY. Pemerintah terkesan menarik ulur proses RUU
Keistimewaan DIY yang tidak segera memutuskan untuk menyelesaikan polemik
tentang status keistimewaan Yogyakarta.
86
BAB V
PENUTUP
V.1. SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan Penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Harian Kompas membingkai berita tentang status keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta yaitu :
Harian Kompas memaknai,membingkai,dan berita polemik
mengenai status keistimewaan Yogyakarta sebagai masalah yang
sebenarnya bisa segera dituntaskan tanpa proses tarik ulur tentang RUU
keistimewaan Yogyakarta yang sudah secara status dan sejarahnya
sebenarnya tidak perlu lagi dipertanyakan mengenai keistimewaan,selain
di dukung oleh Undang-Undang Dasar juga sama sekali tidak melanggar
konstitusi. Harian Kompas membingkai pemberitaan dimana
publik/khalayak diarahkan untuk menyetujui dan mendukung Penetapan
Hamengku Buwono dan Paku Alam sebagai Gubernur dan Wakil
Gubernur karena tidak melanggar konstitusi serta sesuai dengan aspirasi
rakyat.
2. Posisi Harian Kompas dalam Pemberitaan tentang Status Keistimewaan
daerah Istimewa Yogyakarta yaitu :
Harian Kompas menuliskan mengenai bagaimana pemerintah pusat
telah begitu saja mengabaikan aspirasi rakyat yang pro pada penetapan
Gubernur dan Wakil Gubernur yaitu pada penguasa yang sedang
87
berkuasa di Daerah Istimewa Yogyakarta,karena hal inilah letak
kestimewaan Yogyakarta sebagai sebuah Kerajaan dan sebagai bagian
dari wilayah Indonesia. Harian Kompas memposisikan dirinya sebagai
Pendukung atas aspirasi rakyat yang pro pada penetapan dan
menganggap Pemerintah sebagai pangkal permasalahan yang tidak
segera menyelesaikan polemic mengenai Status keitimewaan DIY.
V.2. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian maka Penulis memberi saran sebagai
berikut :
Harian Kompas sebagai institusi penghasil berita jurnalistik dalam hal ini
sebagai surat kabar harian yang melayani publik secara luas dan nasional
harus dapat memberikan pemberitaan yang berimbang dan aktual,tidak
terpengaruh atau berpihak dalam hal pemberitaan karena bisa
mempengaruhi opini masyarakat secara luas. Namun pemberitaan Harian
Kompas tentang Status Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang
didasari pada Objektif yang dilandasi pada kebenaran yaitu sesuai dengan
Undang-Undang dan sesuai aspirasi rakyat maka akan menjadikan
masyarakat memberi penilaian yang benar.
Harian Kompas hendaknya bisa memberikan pemberitaan yang
mempersatukan bangsa Indonesia,tidak sekedar memberi informasi
secukupnya namun mengupas tuntas tentang suatu peristiwa secara lebih
mendalam dan menyediakan ruang publik untuk beropini secara bebas.
Selain itu informasi yang mencerdaskan masyarakat harusnya bisa
88
menjadi sarana bagi masyarakat untuk lebih memahami hakikat
bangsanya sendiri.
89
Daftar Pustaka
A. Buku Teks :
Abrar, Ana Nadya. 2011. Analisis Pers : Teori dan Praktik. Yogyakarta :Cahaya Atma Pustaka.
Basrowi. 2005. Pengantar sosiologi. Bogor : Ghalia Indonesia.
Baskoro,Haryadi,dan Sudomo sunaryo. 2010. Catatan perjalananKeistimewaan Yogya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi : Teori,Paradigma, dandiskursus Teknologi Komunikasi Dalam Masyarakat. Jakarta : KencanaPrenada Media Group.
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif : komunikasi,Ekonomi,Kebijakanpublik,dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada MediaGroup.
Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT RajaGarfindo Persada.
Eriyanto. 2008. Analisis Framing ; Konstruksi,Ideologi,dan Politik Media.Yogyakarta : LKiS Yogyakarta.
Effendy, Onong Uchjana. 2008., Ilmu,Teori dan Filsafat Komunikasi.Bandung : Citra Aditya Bakti.
Iswara, Luwi. 2005. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta : PT KompasMedia Nusantara.
LittleJohn, Foss. 2009. Teori Komunikasi ; Edisi 9. Jakarta : SalembaHumanika.
Mohamad roem,dkk. 2011. Takhta Untuk Rakyat ; Celah-celah Kehidupansultan Hamengku Buwono IX. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
………….“Monarki Yogya” Inkonstitusional ? . 2011. Jakarta : PT KompasMedia Nusantara.
Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik ; Komunikator, Pesan, dan Media.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
90
Nurudin, 2011. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta : PT RajaGrafindoPersada.
Nurudin. 2011. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT RajaGrapindoPersada.
Suwarno, P.J. 1994. Hamengku Buwono IX Dan Sistem BirokrasiPemerintahan Yogyakarta 1942-1974 ; Sebuah Tinjauan Historis.Yogyakarta : Kanisius.
Sunarto, adnan Hussein, dkk. 2011. Mix Methodologi Dalam PenelitianKomunikasi. Mata Padi Pressindo.
Syam, Nina W. 2010. Filsafat sebagai akar Ilmu Komunikasi. Bandung :Simbiosa Rekatama Media.
Yusra, Abrar. 2005. Biografi Komat-Kamit Selo Soemardjan. Jakarta : PTGramedia Pustaka Utama.
B. Internet :
http://www.anneahira.com/harian-kompas.htm
http://www.kerajaannusantara.com/id/yogyakarta-hadiningrat/sejarah-umum/.
http://pikiranpemuda.wordpress.com/2011/02/05/birokrasi-dalam-konstruksi-sosial-budaya-dan-mental-priyayi/.
http://pakdetulus.blogspot.com/2011/04/buku-sejarah.html.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kompas_%28surat_kabar%29