pemeriksaan dan diagnosis

8
Sudoyo, Aru W.. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing. Tanda dan gejala Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita. (PERKENI 2011, hal:6) Pemeriksaan dan diagnosis Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan konsentrasi glukosa darah. Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan yang idanjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengna cara enzimatik dengna bahan darah plasma vena. Untuk memastikan DM, pemeriksaan glukosa darah seyogyanya

Upload: deds

Post on 13-Apr-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

book and motiv

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan Dan Diagnosis

Sudoyo, Aru W.. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna

Publishing.

Tanda dan gejala

Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan

berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.

(PERKENI 2011, hal:6)

Pemeriksaan dan diagnosis

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan konsentrasi glukosa

darah. Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah

diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan yang

idanjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengna cara enzimatik dengna bahan

darah plasma vena. Untuk memastikan DM, pemeriksaan glukosa darah

seyogyanya dilakukan di laboratorium klinik yang terpercaya (yang melakukan

program pemantauan kendali mutu secara teratur). Walaupun demikian sesuai

dengna kondisi setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh (whole blood), ven

aataupun kapiler dengna memperlihatkan angka-angka kriteria diagnostik yang

berbeda sesuai pembakuan oelh WHO. Untuk pemantaun hasil pengobatan dapat

diperiksa glukosa darah kapiler. (W.Sudoyo, hal:1880)

Ada perbedaan antara uji diagnositik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji

diagnostik DM dilakukan pada mereka yang menunjukan gejala/tanda DM,

sedangkan pemeriksaan penyaring betujuan untuk mengidentifikasi mereka yang

Page 2: Pemeriksaan Dan Diagnosis

tidak bergejala, yang mempunyai risiko DM. (serangkaian uji diagnostik akan

dilakukan kemudian pada mereka yagn hasil pemeriksaan penyaringnya positif,

untuk memastikan diagnosis definitif). (W.Sudoyo, hal:1880-1881)

PERKENI membagi alur diagnosis DM menjadi dua bagian besar

berdasarkan ada tidaknya gejala khas DM. Gejala kahas DM terdiri dari poliuria,

polidipsia, polifagia dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan

gejalatidka khas Dmdiantaranya lemas, kesemutan, luka yag sulit sembuh, gatal,

mata kabur, disfungsi ekreksi (pria dan pruritus vulva (wanita). Apabila

ditemukan gejala khas DM, pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali saja

sudah cukup untuk menegakkan diagnosis, namun apabila tidak ditemukan gejala

khas DM, maka diperlukan dua kali pemeriksaan glukosa darah abnormal.

Diagnosis DM juga dapat ditegakkan melalui cara di bawah ini. (W.Sudoyo,

hal:1881)

Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994):

3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasasan sehari-hari

(dengan) karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiantan jasmani

seperti biasa.

Page 3: Pemeriksaan Dan Diagnosis

Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,

minum air putih tanpa hula tetap diperbolehkan.

Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa.

Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/kgBB (anak-

anak), dialarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit.

Berpuasa kembali samapi pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2

jam setela minum larutan glukosa selesai.

Diperiksa glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa

Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak

merokok

(W.Sudoyo, hal:1881)

Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembebanan dibagi menjadi 3

yaitu:

< 140 mg/dL : normal

140 140 mg/dL : toleransi glukosa terganggu

≥200 mg/dL : diabetes

Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada semua individu dewasa dengan

Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 25 kg/m2 dengan faktor risiko lain sebagai berikut:

1) aktivitas fisik kurang, 2) riwayat keluarga mengidap DM pada turunan pertama

(first degree relative), 3) masuk kelompok etnik risiko tinggi (African American,

Latino, Native American, Asian American, Pacific Islander), 4) wanita dengan

riwayat melahirkan bayi dengna berat ≥4000 gram atau riwayat Diabetes Melitus

Gestasional (DMG), 5) hipertensi (tekanan darah ≥250 mg/dL, 7) waita dengna

sindrom polikistik ovarium, 8) riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau

Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT), 9) keadaan lain yang berhubungan

dengan resistansi insulin (obesitas, akantosis nigrikans) dan 10) riwayat penyakit

kardiovaskular. (W.Sudoyo, hal:1881)

Page 4: Pemeriksaan Dan Diagnosis

Pada penapisan dapat dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa atau

sewaktu atau TTGO. Untuk kelompok risiko tinggi yang hasil pemeriksaan

penyaringnya negatif, pemeriksaan penyaring ulangan dilakukna tiap tahun;

sedangkan bagi mereka yang berusia > 45 tahun tanpa faktor risiko, pemeriksaan

penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun atau lebih cepat tergantun dari klinis

masing-masing pasien. (W.Sudoyo, hal:1881)

Pemerisaan penyaring yang khusus ditujukan untuk DM pada penduduk

umumnya (mass screening) tidka dianjurkan karena di samping biaya yang mahal,

rencana tindak lanjut bagi mereka yang positif belum ada. Bagi mereka yang

mendapat kesempatan untuk pemeriksaan penyaring bersama penyakit lain

(general check-up) adanya pemeriksaan penyaring untuk DM dalam rangkaian

pemeriksaan tersebut sangat dianjurkan. (W.Sudoyo, hal:1881)

Pemeriksaan penyaring berguna untuk menjaring pasien DM, Toleransi

Glukosa Terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT), sehingga

dapat ditentukan langakh yang tepat untuk mereka. Pasien denga TGT dan GDPT

merupakan tahapan sementara menuju DM. Setelah 5-10 tahun kemudian 1/3

kelompok TGT akan berkembang menjaid DM, 1/3 tetap TGT, 1/3 lainnya

kembali normal. Adanya TGT sering berkaitan dengan reistensi insulin. Pada

kelompok TGT ini risiko terjadinya aterosklerosis lebih tinggi dibandingkan

kelompok normal. TGT sering berkaitan dengan penyakit kardiovaskular,

hipertensi dan dislipidemia. Peran aktif para pengelola kesehatan sangat

diperlikan agar deteksi DM dapat ditegakkan sedini mungkin danpencegahan

primer dan sekunder dapt segera diterapkan. (W.Sudoyo, hal:1881-1882)

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan konsentrasi

glukosa darah sewaktu atua konsentrasi glukos adarh puasa, kemudian dapt diikuti

denga tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar. (W.Sudoyo, hal:1882)

Nilai atau Indeks Diagnostik Lainnya.

Definisi keadaan diabetes atua gangguan toleransi glukosa tergantung pada

pemeriksaan konsentrasi glukos darah. Beberapa tes tertentu yang nonglikemik

Page 5: Pemeriksaan Dan Diagnosis

dapat berguna dalam emnentukan subklas, penelitian epidemiologi, dlam

menentukan mekanisme dan perjalanan alamiah diabetes. (W.Sudoyo, hal:1882)

Untuk diagnosis dan klasifikasi ada indeks tambahan yang dapat dibagi

atas 2 bagian:

Indeks penentuan derajat kerusakan sel beta. Hal ini dapat dinilai dengna

pemeriksaan konsentrasi insulin, pro-insulin, dan sekresi peptida penghubung (C-

peptid). Nilai-nilai “glycosilated hemoglobin” (WHO memakai istilah “glyclated

hemoglobin”), nilai derajat glikosilasi dari protein laindan tingkat ganguan

toleransi glukosa juga bermanfaat untuk penilaian kerusakan ini. (W.Sudoyo,

hal:1882)

Indeks proses diabetogenik. Untuk penilaian proses diabetogenik pada saat ini

telah dapat dilakukan pennetuan tipe dan sub-tipe HLA; adanya tipe dan titer

antibodi dalam sirkulasi yang ditujukan pada pulau-pulau Langergans (islet cell

antibodies), anti Gad (glutamic acid decarbocylase) dan sel endokrin lainnya

adanya cell-mediated immunity terhadap pankreas; ditemukannya susunan DNA

spesifik pada genoma manusia dan ditemukannya penyakit lain pada pankreas dan

penyakit. (W.Sudoyo, hal:1882)

Page 6: Pemeriksaan Dan Diagnosis

Langkah-langkah diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa