pemikiran politik. dato’ dr. haron · pdf filewarga kudqi yang telah memberikan tempat...
TRANSCRIPT
PEMIKIRAN POLITIK. DATO’ DR. HARON DIN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
NAJMI AIMAN BIN IDRIS
NIM: 109045200018
KONSENTR ASI SI YAS AH S YAR’ IYYAH
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J AKARTA
1432 H / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta: 20 Juni 2011 M
18 Rejab 1432 H
Najmi Aiman Bin Hj Idris
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya, dan
semua yang telah dianugerahkan-Nya kepada penulis. Salawat dan salam semoga
senantiasa dilimpahkan kepada pembawa risalah Allah SWT, Nabi Muhammad
SAW., rasul yang berjasa besar kepada kita semua dalam membuka gerbang ilmu
pengetahuan.
Skripsi yang berjudul “PEMIKIRAN POLITIK. DATO’ DR. HARON DIN”
penulissusun dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan untuk mencapai
gelarSarjana Hukum Islam (SHI) pada Jurusan S iyasah Syar‟iyyah Program Studi
Jinayah Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan yang sangat berharga ini penulis ingin mengucapkan
mempersembahkan ucapan terima kasih dan rasa hormat yang mendalam kepada yth:
1. Pihak Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan kesempatan pada kami untuk menimba ilmu.
2. Kepada Negara Indonesia yang telah memberikan izin tinggal untuk mencari
dan mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat untuk kami.
3. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum,
5. Terima kasih kepada dosen bimbing saya yaitu prof. Dr. HJ. Amany
Burhanuddin Lubis, MA
6. Asmawi, M.Ag dan Sri Hidayati, M. Ag, Ketua dan Sekretaris Program Studi
Jinayah Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum.
7. Kepada seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum.
8. Segenap pengelola Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas
kepada penulis dalam mencari data-data pustaka.
9. Ayahanda Haji Idris Bin Haji Ali dan Ibunda Hajjah Habibah Bte Haji
Ramli@Rami yang telah mendidik dan membimbing penulis sampai dewasa
dan dapat manjali samapai ke pangajian tinggi.
10. Warga Kudqi yang telah memberikan tempat belajar terutama Dato Tuan Guru
Haji Harun Taib, Rektor Ust. Mahmood Sulaiman, Ust Soud Said, Ust. Nik
Mohd Nor, YB. Ust. Mohd Nor Hamzah, Ust. Rizki Ilyas, Ustadzah Zaitun,
Ustadzah Nabilah, Ustadzah Yazidah, Ust. Kamaruzaman, Ust. Shahari
Zulkirnain, Ust. Asmadi, Ust. Wan Zul, dan seluruh Ust-ust dan Ustadzah, juga
pelajar Kudqi yang tidak dapat penulis sebutkan disini.
11. Kepada keluarga di Malaysia yang telah memberikan dorongan dan motivasi
terutama untuk pak teh mantaza ateh kasmah.cik nor yang berada di Jiddah
suadi Arabia,saudara ku Siti Nur Atiqah dan Nur Diana dan tak lupa juga seppu
ku semua nya yang menberi ku dorongan motovasi yang semangat dan yang
membena.
12. Teman-teman dari Malaysia yang sama-sama dalam perjuangan yaitu
syammil,nasrullah,ayed.madan.wan hamid,hanzalah,ustazazahari,khalil,munir,
syuk,sabrie,muaz,kacah,zailani,duan,pudin hadi dan tak lupa juga teman dari
universitas trisakti,mostopoTeman-teman Indonesia yang telah banyak
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini khususnya saudara Aden, SS.,
Lukman, Arif, dan teman-teman yang lainnya, serta yang membantu penulis
untuk memahami dan sharing lebih dalam mengenai ketatanegaraan Islam.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan
yang lebih baik dari semua yang telah mereka berikan dan lakukan untuk penulis.
Penulis menyampaikan harapan yang begitu besar agar skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan pembaca sekalian. Dan semoga Allah
menjadikan penulisan skripsi ini sebagai suatu amalan yang baik di sisi-Nya
Jakarta: 13 Juni 2011 M
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….
i
DAFTARISI…………………………………………………………………………
…iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah…………………………………………………………
1
B. Pembatasan
Masalah…………………………………………………….……
4
C. Manfaat danTujuan
Penelitian………………………………………………….…….
4
D. Review Studi
Terdahulu……………………………………………...……….……
6
E. Metode
Penelitian……………………………………………..…….…...
7
F. Sistematika
Penulisan…………………………………………………..….....
9
BAB II BIOGRAFI PROF. DATO’ DR. HARON DIN
A. Masa Muda dan Riwayat
Pendidikan…………………………………………..……..……
11
B. Karir Politik Dato,‟ Dr. Haron
Din………………………………………………...……….……
17
C. Hubungan Pemikiran Dato,‟ Dr. Haron Din dengan Tokoh
Lainnya…………………………………………..…………...…
20
BAB II KONSEP POLITIK ISLAM DI MALAYSIA
A. Pola Sistem Politik dalam Pemerintahan
Islam…………………………………………………….…...…..
23
B. Penerapan Multipartai di
Malaysia……………………………………………….………...
28
BAB IV PERJUANGAN POLITIK PROF, DATO’ DR. HARON DIN
A. Ideologi yang di
kembangkan…………………………………………….……….
37
B. Kiprahnya dalam Penyebaran Politik Modern Islam di
Malaysia…………………………………………………..……..
49
C. Penanganan Krisis Ekonomi dan Masalah Sosial di
Malaysia…………………………………………………………
52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………..………….
59
B. Saran………………………………………………….…………
61
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………...…………...
63
LAMPIRAN………………………………………………………….……………......
65
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah lebih mefokuskan
terhadap Kedudukan pemikiran Islam di Malaysia. Dalam hal ini, pemikiran
Islam yang dibahas terfokus pada pemikiran politik, yang berdampak pada
munculnya berbagai tahapan pemikiran politik Islam di Malaysia. Sebagai contoh,
terdapat tiga tahapan terbesar pemikiran politik Islam pada masa kini, yaitu
tradisionalisme, modernisme dan reformisme.1 Tokoh politik Malaysia, Dato‟
Dr. haron Din misalnya. Beliau merupakan seorang tokoh pemikir politik Islam
dari kelompok modernisme. Beliau lahir pada tanggal 18 agustus 1940 di Bohor
Mali, Kangar, Perlis . Karirnya dimulai dalam bidang akademik, sehingga
menjabat jabatan sebagai wakil dekan Fakultas Pengajian Islam, Universitas
Kebangsaan Malaysia (1977-1985)2. Pada tahun 1986 beliau memperoleh gelar
Professor dari Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM).Dengan status akademik
sebagai professor, beliau banyak terlibat di dalam dunia perbankan sebagai
penasihat Syariah. Di antara banyak bank yang menggunakan keahlian beliau
ialah, CIMB, Bank Negara Malaysia, Bank Pembangunan, RHB Bank, Publik
Bank Bhd.3 Seterusnnya, beliau juga terlibat di dalam Majelis Fatwa. Selain itu ,
banyak juga provensi di Malaysia, yang menggunakan keahlian beliau
diantaranya adalah, Negeri Selangor dan Perlis.
Keterlibatan beliau dalam bidang politik dimulai dari jabatan beliau sebagai
anggota pengurus dan Ketua Penerangan PAS Pusat. Seterusnya, beliau menjabat
1 Abdul Rahman, Pemikiran Islam di Malaysia, (Jakarta: Gema Insani: 2008), h lm 20,
Cet .I 2 http://ms.wikipedia.org/wiki/Haron_Din, Diunduh pada 12.05.2011, pukul 12:56 WIB. 3http://ms.wikipedia.org/wiki/Haron_Din, Diunduh pada 12.05.2011, pukul 13:19 WIB.
anggota pengurus Majlis Syura Ulama‟ PAS4, dan sekarang menjabat jabatan
sebagai Timbalan Mursyidul Am PAS.
Walaupun di Malaysia terdapat berbagai aliran pemikiran Islam, tetapi
ada semacam kesatuan dan perpaduan aspek-aspek tertentu dikalangan umat
Islam. Sehubungan dengan itu, kajian ini mencoba mendokumentasikan suatu
aspek sejarah Malaysia yang kurang mendapatkan perhatian. Bahkan tidak hanya
sekedar pendokumentasian, kajian ini berusaha merekonstruksi kerangka
konseptual mengenai golongan atau aliran pemikiran Islam yang selama ini
ditafsirkan dan diletakkan secara keliru. Misalnya, penggolongan secara
dikotomis antara kaum muda dan kaum tua, atau antara modernis atau
tradisionalis dengan konsep konotasi tertentu. Semua itu harus di nilai kembali
kesahihan kebenaran,dan kewajarannya.
Secara umumnya ditinjau dari sudut sejarah, pemikiran Islam sudah
berlaku sejak zaman Rasulullah SAW, yaitu pada saat para sahabat berada dalam
situasi perbedaan pendapat dalam hal-hal tertentu terutamanya dalam masalah
fiqih, tetapi ruang lingkup ijtihad masih berada di bawah naungan atau kawalan
4 Majlis Syura Ulama‟ merupakan jabatan tingkat tertingi d i dalam partai PAS. menurut
perlembagaan partai PAS bidang tugas Majlis Syura Ulama‟ adalah seperti terkandung di dalam
pasal 7 (3) (a), menyatakan, “ Menjelaskan dan menafsirkan dasar PAS dan apa jua aturan di
dalam perlembagaan ini yang menimbulkan kesamaran mengenai maksud dan tujuannya; (b)
Mengenluarkan arahan dan perintah agar dasar dan aturan dipatuhi dan dilaksanakan oleh
semua pihak di dalam PAS, serta mengawasi dasar perlembagaan dipatuhi; (c) Memelihara dan
menjaga tatatertib anggota PAS serta melantik anggota pengurus tertinggi di dalam partai PAS.”
Lihat lanjut, Kantor PAS Pusat, Perlembagaan Partai Islam Semalaysia (PAS) (Pindaan 2001),
(Selangor: Kantor PAS Pusat, 2002) Cet 1, h lm. 4.
wahyu. Secara formalnya pintu ijtihad itu berakhir dengan keluarnya keputusan
wahyu, yaitu saat pertemuan para sahabat dengan Rasulullah SAW untuk
menanyakan beberapa masalah dalam hal-hal masalah tertentu, maka Rasulullah
memberi penjelasan atau jawaban berdasarkan pada wahyu.
Selanjutnya saat wafatnya Rasulullah SAW, secara umum pintu ijtihad
sudah mulai terbuka, yaitu terjadi dikalangan para sahabat besar seperti pemikiran
kufah terpengaruh dengan pemikiran Umar bin al-Khattab, Ali bin Abi Thalib,
dan sebagainya, sementara di kawasan Hijaz seperti mekkah dan madinah,
antara pemikiran dari tokoh terkemuka seperti Ibnu Abbas, Aisyah r.a, dan
banyak lagi yang tidak tercatat. Seterusnya setelah berlalu abad demi abad lain,
perjalanan sejarah Islam menunjukkan bahwa di dalam peradaban Islam terdapat
banyak pemikiran-pemikiran Islam yang muncul sehingga terbentuklah berbagai
cabang keilmuan di dalam pemikiran Islam seperti ilmu teologi (kalam), ilmu
fikih, ilmu filsafat dan ilmu tasawuf.5
Di Malaysia, seorang mujahid dan seorang tokoh Islam yang begitu aktif
dalam kehidupan berpolitik di Malaysia, yaitu Dato‟ Dr. Haron Din yang
merupakan tokoh politik yang sangat disegani oleh masyarakat dan di takuti oleh
lawan-lawannya dalam kancah politik di Malaysia. Beliau adalah seorang tokoh
politik yang memiliki kualitas kepimpinan yang tinggi, reputasinya ketika
memimpin perjuangan Partai Islam Se Malaysia (PAS) telah membuktikan bahwa
5 Aden Wijdan Sz. Dkk, Pemikiran & Peradaban Islam, ( Jakarta, Safiia Insania Press:
2007) Cet I, hlm. 20
ketokohan dan kewibawaan beliau sebagai seorang orator, pemimpin dan juga
ahli politik yang berpendirian dan istimewa. Idealisme yang beliau cetuskan
menggambarkan kepada kita betapa jelasnya ketajaman pemikiran beliau
terutamanya ketika menjabat sebagai Timbalan Mursyidul Am PAS, sehingga
dapat menjadikan PAS sebagai sebuah partai pembangkang yang oposisi.
Pemikiran Dato‟ Dr. Haron Din jika dilihat dari latar belakang pendidikan
dan kedudukan di dalam gerakan politik atau sosial, fondasinya lebih mengarah
ke neo-tradisionalisme, kerena menurut Abdur Rahman bin Abdullah pemikiran
tradisionalisme adalah melibatkan masalah fikih dan rujukan utamanya yang
terjadi di Malaysia seperti berpedoman pada kitab-kitab kuning atau kitab jawi
lama. Sementara konsep neo-tradisionalisme dalam masalah fikih melibatkan
konsep tajdid wal ishlah, pemikiran Dato‟ Dr. Haron Din dalam hal masalah
politik lebih mengarah pada pemikiran relatif dan juga absolut.6
Penulis akan melakukan dan menganalisa lebih dalam melalui penelusuran
dan penelitian pemikiran Dato‟ Dr. Haron Din mengenai politik modern saat ini.
Oleh karena itu, penulis mengangkat judul skripsi “Pemikiran Politik Dato’ Dr.
Haron Din”.
A. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka penulis akan
6 Ibid,. hlm 20, Cet I
membatasi pembahasan ini kepada pemikiran politik seorang tokoh yaitu Dato‟
Dr. Haron Din. Pemikiran beliau yang akan dibahas hanyalah tentang politik
modern.
2. Perumusan Masalah
Adapun dalam perumusan masalah, penulis mencoba membentuk
pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana sejarah hidup dan karir politik Dato‟ Dr. Haron Din?
b. Bagaimana politik modern yang berlaku di Malaysia?
c. Bagaimana sejarah hidup berpolitik Dato‟ Dr. Haron Din?
B. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Selama ini belum banyak penulis yang mengangkat sosok Dato‟ Dr. Haron
Din dalam kancah politik di Malaysia. Padahal tokoh yang akan dikaji ini
termasuk banyak memberikan pengaruh dalam dunia politik nasional Malaysia.
Terutama pemikiran-pemikiran dan kebijakannya dalam menjalankan ideologi
Islam terhadap partai politik nomor dua terbesar di negeri jiran tersebut.
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui riwayat hidup dan karir politik modern Islam Dato‟ Dr.
Haron Din.
b. Untuk mengetahui politik yang berlaku di Malaysia.
c. Untuk mengetahui Pemikiran Dato‟ Dr. Haron Din dalam politik.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
a. Dapat mengetahui pemikiran dan perkembangan hazanah keilmuan dibidang
fiqih siyasah dalam konteks ketatanegaraan di Malaysia secara khusus dan di
seluruh dunia secara umum.
b. Untuk menjadi kajian dan rujukan terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan dan tokoh-tokoh politik modern Islam dalam Malaysia.
c. Untuk memberi pengetahuan dan pemahaman terhadap masyarakat yang
luas tentang politik modern Islam.
d. Untuk mendapatkan pemahaman tentang sejarah dan politik modern dalam
pembentukan politik dalam Islam yang sebenarnya.
C. Kajian Pustaka
Sebenarnya telah banyak penulis yang menulis dan membahas mengenai
pemikiran politik terutamanya di Indonesia. Namun, penulis belum menemukan
tulisan yang khusus tentang pemikiran politik Dato‟ Dr. Haron Din dalam
sistem politik.
Di antara karya-karya yang pernah ditulis dalam bentuk karya yang
penulis temukan antara lain:
1. “Konsep Negara Islam Menurut Muhammad Husein Haikal” karya Luli
Huliyah. Sesuai judulnya, tulisan ini menampilkan prinsip-prinsip Negara
Islam dalam pandangan Husein Haikal yang dituangkannya dalam buku al
Hukumat al-Islamiyah. Disebutkan bahwa pokok-pokok pikiran Haikal tentang
kenegaraan antara lain: prinsip-prinsip dasar kehidupan bermasyarakat yang
diberikan al-Quran dan Sunnah tidak ada yang langsung berkaitan dengan
ketatanegaraan.
2. Buku yang berjudul “Argumen Politik Agama Membangun Toleransi
Berbasis Al-Quran” oleh Abd. Moqsith Ghazali. Buku ini membicarakan
tentang sistem politik sesuai agama yang berlaku di Indonesia serta membahas
tentang Al-Quran dan kemajemukan agama serta pandangan Al-Quran tentang
Umat agama lain.
3. Buku yang berjudul “Jihad Sebagai Survival Insane” dan “Keadilan
Membebaskan Manusia” oleh Dato‟ Dr. Haron Din , yang ditulis oleh beliau
sendiri. Buku ini menjelaskan tentang keadilan politik, undang-undang,
ekonomi menurut Islam, serta membicarakan tentang pendidikan dan sosial.
Secara umum dan komprehensif tinjauan review dan pustaka di atas telah
banyak menyinggung mengenai cara sistem politik, tetapi penelitian oleh Edy
Sofyan hanya membahas seputar tentang hak-hak berpolitik dalm Islam, dan
penelitian kedua dan ketiga hanya membahas seputar masalah politik yang
berlaku di Indonesia, dan belum terdapat suatu kajian mengenai pemikiran
Dato‟ Dr. Haron Din tentang masalah politik uang khususnya di Malaysia.
Atas dasar itu, penulis berinisiatif untuk meninjau lebih dalam mengenai
pemikiran Dato‟ Dr. Haron Din tentang politik uang yang berlaku di
Malaysia.7
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penyelidikan pustaka, wawancara, (library
research) pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang membutuhkan kajian
dan bertujuan untuk memahami fenomena politik di Malaysia, alasan
tindakan untuk mengkaji, serta memiliki etika dan peraturan politik dan
pemikiran tokoh ini.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini ialah pemikiran politik Dato‟ Dr. Haron Din
terhadap Politik uang, Dan pembentukan politik modern di Malaysia
3. Teknik Pengumpulan Data
7 Mohammad Nazir, MetodePenelitian, (Jakarta; Ghalia Indonesia, 1983), Cet. Ke-
3, h lm
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah dokumentasi, riset
pustaka yang dilakukan dengan cara interview, wawancara, dan menghimpun
data-data kepustakaan yang ada relevansinya dengan tema ini.
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan antara lain ialah, melalui wawancara beliu
yaitu ” Dato‟ Dr. Haron Din” seperti ucapan-ucapan dasar beliau ketika menjabat
sebagai seorang wakil Mursyidul Am serta literatur- literatur dan website yang
ada keterlibatan dengan penelitian ini.
5. Teknik Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini berpedoman penuh pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Karya Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”.
E. Sistematika Penulisan
Adapun untuk menjaga sitematika penulisan sehingga terfokus pada kajian yang
dimaksudkan, maka penulisan ini disusun berdasarkan sistematika berikut ini:
Bab i Berupa pendahuluan yang mencakup Latar belakang masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Teknik Penulisan, dan Sistematika
Penulisan.
Bab ii Membahas tentang biografi Dato‟ Dr. Haron Din yang
terkait dengan sejarah kelahiran dan pendidikan beliau, aktivitas beliau
dengan masyarakat dan keterlibatan dalam politik di Malaysia serta
perjuangan beliau terhadap pembelaan umat Islam di tingkat internasional.
Bab iii Menjelaskan tentang pemikiran Dato‟ Dr. Haron Din, bab ini
akan membahas tentang kebebasan berpolitik di Malaysia, keadilan sosial
dalam masyarakat di Malaysia serta kerjasama politik yang dilakukan oleh
Dato‟ Dr. Haron Din di Malaysia.
Bab iv Menjelaskan pemikiran politik terhadap faham sekularisme,
memperjuangkan dasar pemerintahan politik modern Islam,
memperjuangkan penanganan krisis dan politik di Malaysia, dan
menghubungkan Islam dan perlembagaan Malaysia.
Bab v Berupa penutup dan saran.
BAB II
KONSEP POLITIK ISLAM DI MALAYSIA
Sistem pemerintahan Islam adalah sebuah sistem berbeda dengan
sistem-sistem pemerintahan lain yang ada di dunia. Umat Islam tidak akan pernah
memperoleh kebahagiaan yang hakiki, kesenangan dan keamanan, juga tidak akan
pernah merasakan kemuliaan dan kepimpinan yang sempurna kecuali di bawah
naungan hukum Islam baik dari aspek umum yang menjadi landasan berdirinya
pemikiran, konsep, standar serta hukum-hukum yang digunakan untuk melayani
kepentingan umat, maupun dari aspek undang-undang dasar serta undang-undang
yang diberlakukannya, ataupun dari aspek bentuk yang menggambarkan wujud
negara. Maupun hal-hal yang menjadikannya berbeda sekali dari seluruh bentuk
pemerintahan yang ada di dunia seperti; 1) Sistem pemerintahan republik, 2)
Sistem pemerintahan kekaisaran, 3) Sistem pemerintahan federasi 4) Sistem
pemerintahan monarki.8
Berbicara tentang ketatanegaraan Islam berarti berbicara tentang negara
Islam. Menurut Imam al-Mawardi9 negara Islam adalah negara yang
melaksanakan konsep pemerintahan Nubuwwah dalam menjaga agama dan
8 Abdul Aziz A l-Badri, Politik Ulama dalam Penguasa Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2005), Cet 1, h lm. 25. 9 Mawardi adalah Abu hasan Ali bin Habib al-Mawardi.hidup nya antara tahun 364 h
atau 975 M dan H atau 1059 M.Dia adalah tokoh terkemuka mazhab syafi‟,dan ia merupakan
pemikir Islam yang terkenal.dan juga berpengaruh pemerintahanabbasyiah.dia berpindah -
pindah.akhirnya beliau ke,bali menetap di bghdad. Dan menetap di baghdad,dan dapat tempat yang
terhormat pada pemerintahan khalifah qadir.karya beliau dalam po lit ik antaranya:(1) Al-ahkam al-
sultaniyah(peraturan-peraturan kerajaan/permerintahan; (2 ) Qawanin al-Wazurah,Siyasah al-
Malik(Ketentuan-ketentuan Kawaziran,Politik Raja. Lihat lanjut H. Munawir Sjadzali, ISLAM
DAN TATA NEGARA , ajaran, sejarah dan pemikiran, ( Jakarta universitas indonesia,2003), cet 5,
hlm. 58.
mengurus urusan dunia dengan agama.10 Menurut Abdul Qadir Audah yang
termasuk dalam negara Islam (Dar al-Islam) negara di mana hukum-hukum
agama Islam nampak di dalamnya atau negeri-negeri di mana penduduknya
beragama Islam dan menjalankan hukum-hukum Islam.
Kemudian menurut Yusuf Al-Qaradhawi negara Islam adalah negara
madani (civil society) yang berdasarkan Islam.11 Negara bukan Islam adalah
negeri-negeri yang tidak termasuk dalam kekuasaan kaum Muslimin, atau negeri-
negeri di mana hukum Islam tidak nampak, baik negeri-negeri tersebut dikuasai
oleh satu pemerintahan atau beberapa pemerintahan, baik penduduknya yang
tetap terdiri dari kaum Muslimin atau bukan.12
C. Pola Sistem Politik dalam Pemerintahan Islam
Pola Sistem politik dalam pemerintahan Islam khususnya di Malaysia
diartikan sebagai negara yang menganut sistem demokrasi yaitu bukan
merupakan negara Islam (murni) walaupun agama Islam sebagai agama resmi,
terdapat perbedaan dengan konsep ketatanegaraan Islam dalam hal hak-hak
politik, yaitu dalam Perlembagaan Malaysia tidak disebutkan syarat-syarat
seorang Perdana Menteri (kepala pemerintahan) harus orang Melayu (Islam),
artinya non Melayu dibolehkan untuk menjadi Perdana Menteri jika
memungkinkan. Hal ini sangat berbeda dengan konsep ketatanegaraan dalam
10 al-Maward i, al-Ahkam al-Sulthâniyah, (T.tp: Dar al-Fikr, 1960), cet. I, h lm. 5
11 Yusuf al-Qaradhawi, al-Dîn wa al-Siyâsah, diterjemahkan oleh Khoiru l Amru
Harahap dengan judul Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik , (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008),
cet. I, h lm. 169 12
Abdul Qadir Audah, al-Tasyrî‟ al-Jinâ‟i al-Islâmi: Muqâranan bi al-Qânŭn al-
Wadhi‟i, hlm. 277
Islam yang mensyaratkan seorang kepala negara harus orang Islam.
Adapun di dalam pembahasan ini lebih menekankan kepada sistem
Pemerintahan Raja atau dikenal dengan sistem Pemerintahan Monarki. Sistem
pemerintahan Islam tidak berbentuk monarki, maupun yang sejenis dengan sistem
monarki. Pemerintahan Monarki menerapkan sistem waris (putera mahkota),
dimana singgasana kerajaan akan diwarisi oleh seorang putera mahkota, dari
orang tuanya, seperti mewariskan harta warisan. Sistem Pemerintahan Islam
tidak mengenal akan sistem warisan.
Sistem monarki telah memberikan hak-hak tertentu serta hak-hak
istimewa khusus untuk raja saja, yang tidak akan bisa dimiliki oleh orang lain.
Sistem ini juga telah menjadikan raja di atas undang-undang, di mana secara
peribadi memiliki kekebalan hukum. Raja kadang kala hanya merupakan simbol
bagi umat dan tidak memiliki kekuasaan apa-apa, seperti raja-raja di Eropa. Atau
kadang kala menjadi raja yang berkuasa penuh, bahkan menjadi sumber hukum. 13
Mengenai hal ini, al-„Allahamah Siddiq Hasan Khan berkata” Seseorang
pemerintah tidak patut dipersalahkan, walaupun dia melantik bapak a taupun
anaknya sebagai pengganti, karena dia telah diberi jaminan semasa hidupnya
untuk memperhatikan perbuatan mereka. Sebagus-bagusnya dia tidak dianggap
sebagai seorang yang ingin meninggalkan pengaruh setelah kematiannya, berbeda
dengan pendapat yang menuduh mereka yang melantik anak atau bapaknya
13
Abdul Rahman, Pemikiran Islam di Malaysia, ( Jakarta: Gema Insani: 2008), h lm 21,
Cet .I
sebagai pengganti maupun mereka yang menganggap pelantikan anak saja
sebagai satu kesalahan, bukan bapak. Semua ini amat jauh dari anggapan yang
baik, terutama jika terdapat faktor yang boleh membawa kepada perkara tersebut
seperti mengutamakan kepentingan umum ataupun memperkirakan akan berlaku
suatu kemusnahan, ketika itu tertolaklah segala sangkaan sebagaimana yang
berlaku pada peristiwa pelantikan Yazid oleh bapaknya Mua‟wiyah tersebut yang
disetujui oleh masyarakat umum merupakan dalil yang nyata dalam hal ini.14
Meskipun cara pelaksanaan pemerintahan yang menitikberatkan putera
mahkota banyak mendapatkan pertentangan, namun para fuqaha‟ telah
menetapkan bahwa dibolehkannya sistem keimamahan dengan cara menentukan
putera mahkota dari kesepakatan ijma ulama dapat diterima. Namun Islam tidak
memandang sistem raja itu adalah suatu sistem yang salah. Karena sistem itu
tidak melanggar batas syara‟ hukum selagi dalam suatu sistem pemerintahan itu
masih menjalankan hukum-hukum Islam.
Sementara kedudukan sistem monarki di Malaysia adalah Yang di-
Pertuan Agung sebagai kepala negara. Baginda mempunyai keutamaan yang
lebih daripada orang lain di Malaysia dan tidak bisa didakwa dalam putusan
mahkamah apapun kecuali dalam mahkamah khusus.
Yang di-Pertuan Agung ialah seorang raja melayu yang dipilih oleh majelis
raja-raja yang mengikuti peraturan yang terkandung dalam jadwal III
perlembagaan malaysia. Setiap raja melayu mempunyai kelayakan untuk dip ilih
14
An-Nabhani, Sistem Pemerintahan Islam (Doktrin Sejarah Empirik ), hlm. 110.
menjadi yang di-Pertuan Agung, kecuali ia tidak cukup umur, atau tidak mau
dipilih, atau ia dikira oleh majlis raja-raja tidak layak menjadi Yang di-Pertuan
Agung disebabkan keuzuran akal dan badan atau sebab-sebab yang lain. Untuk
pilihan ini hendaklah diadakan satu daftar pilihan yang terdapat di dalamnya
negeri-negeri beraja, dan negeri-negeri itu diatur mengikut susunan keutamaan
yang disahkan oleh raja-raja itu sendiri. Dengan menggunakan daftar itu majelis
raja-raja akan menawarkan jabatan Yang di-Pertuan Agung kepada raja yang
layak yang negerinya terletak pada barisan paling atas dalam daftar itu. Apabila
menerima tawaran tersebut, maka majelis raja-raja akan mengumumkan bahwa
Yang di-Pertuan Agung sudah dipilih dan penyimpan mohor besar raja-raja akan
memberitahukan keputusan pemilihan itu dengan suratan kepada kedua majelis
parlemen, yaitu (MPR dan DPR).15
Yang di-Pertuan Agung yang telah dipilih akan memegang jabatan selama
lima tahun. Baginda bisa meletakan jabatan sebelum jatuh tempo dengan menulis
surat kepada majelis raja-raja, atau bisa diberhentikan dari jabatan majelis itu.
Baginda akan berhenti dari jabatan itu jika baginda sudah tidak lagi menjadi raja.
Isteri Yang di-Pertuan Agung diberi gelar Raja Permaisuri Agung dan
mempunyai keutamaan setelah Yang di-Pertuan Agung.16
Sebagai seorang kepala negara, Yang di-Pertuang Agung adalah puncak
segala kekuasaan di Malaysia, baik kekuasaan dalam membuat undang-undang,
15
Tun Salleh Abas, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia , (Ampang/Hulu
Klang Selangor Darul Ehsan: Dawanan Sdn Bhd, 2006), cet. III, h lm. 169 16
Ibid,. h lm 20, Cet .I
kekuasaan pemerintahan dan kekkuasaan kehakiman. Baginda sebagai salah satu
daripada tiga unsur unsur parlemen, karena parlemen itu memiliki Yang di-
Pertuan Agung sebagai pemimpin dan dua buah majelis, yaitu Dewan Negara dan
Dewan Rakyat. Yang di-Pertuan Agung yang memanggil parlemen supaya
bersidang dan baginda berkuasa memberhentikan dan membubarkan parlemen.
Semua rancangan undang-undang (RUU) yang diluluskan oleh kedua-dua majelis
parlemen hendaklah mendapat persetujuan dari Yang di-Pertuan Agung sebelum
menjadi undang-undang. Baginda berhak berpidato kepada kedua majlis
parlemen secara berbarengan atau berpisah. Sebagai ketua pemerintah, Yang di-
Pertuan Agung berhak untuk memerintah untuk negara walaupun hak ini
dijalankan oleh jemaah menteri itu. Jika hak itu dijalankan oleh Yang di-Pertuan
Agung sendiri, hendaklah dijalankan dengan mengikut nasihat kementrian negara.
Sekiranya hak tersebut dijalankan oleh jemaah menteri atau seorang menteri yang
sah, Yang di-Pertuan Agung berhak mendapat segala pemberitahuan tentang
perjalanan kuasa itu. Yang di-Pertuan Agung menyimpan mohor persekutuan.
Sebagai kepala negara, Yang di-Pertuan Agung diberi kekuasaan oleh konstitusi
untuk melantik hakim-hakim mahkamah persekutuan dan mahkamah tinggi,
perdana menteri, menteri-menteri dan beberapa jabatan lain.17
Setiap negeri bersekutu biasanya mempunyai badan perudangan yang terdiri
dari dua majelis, yaitu Dewan Rendah dan Dewan Tinggi. Dewan Negara di
Malaysia adalah Dewan Tinggi. Pentingnya Dewan Tinggi itu dibentuk untuk
17
Ibid, hlm 175
membahas rancangan undang-undang (RUU) dengan lebih terperinci dan teliti
daripada Dewan Rendah yang membahas perkara-perkara kepentingan umum.
Oleh karena itu anggota Dewan Rendah biasanya dipilih untuk mewakili
masyarakat, maka Dewan Tinggi dibentuk supaya mewakili negeri-negeri dalam
persekutuan dan pihak-pihak tertentu yang berkepentingan. Dengan demikian
dianggap bahwa pembentukan parlemen itu benar-benar mewakili semua orang.
Dewan Rakyat yaitu sebuah parlemen yang amat penting karena anggota-anggota
dewan rakyat dipilih oleh masyarakat melalui pemilu. Anggotanya terdiri dari
empat belas provinsi di Malaysia termasuk sabah dan sarawak. Ketika menjadi
ahli dewan rakyat Yang di-Pertuan Agung membubarkan parlemen serta
mengadakan pemilu18.
Konstitusi persekutuan hanya mensyaratkan seseorang itu layak untuk dilantik
menjadi Perdana Menteri apabila ia seorang warga negara Malaysia, menjadi ahli
dewan rakyat dan mendapat kepercayaan lebih daripada separuh ahli dewan
tersebut. Ini bermakna perlembagaan persekutuan memberi kelayakan kepada
semua orang tanpa membeda-bedakan agama yang dianutnya asalkan memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan. Oleh karena itu orang Islam dan non-muslim sama-
sama layak menjadi Perdana Menteri.
A. Penerapan Multipartai di Malaysia
18
Ibid, hlm 180
Partai politik merupakan sekumpulan orang yang secara terorganisir mem-
bentuk sebuah lembaga yang bertujuan merebut kekuasaan politik secara sah
untuk menjalankan program-programnya. Partai politik biasanya mempunyai
asas, tujuan, ideolog, visi dan misi tertentu yang diterjemahkan ke dalam
program-programnya. Partai politik juga mempunyai pengurus dan massa.19
Adapun Roger F Saltou mendefinisikan partai politik sebagai kelompok
warga negara yang sedikit banyak terorganisasikan, yang bertindak sebagai suatu
kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih,
bertujuan untuk menguasai pemerintahan dan menjalankan kebijakan umum yang
mereka buat.20Dengan Mengacu pada dua definisi di atas maka dapat
disimpulkan bahwa partai politik merupakan hasil pengorganisasian dari
sekelompok orang agar memperoleh kekuasaan untuk menjalankan program yang
telah direncanakan.
Sistem multi partai adalah salah satu varian dari beberapa sistem
kepartaian yang berkembang di dunia modern saat ini. Andrew Heywood (2002)
berpendapat bahwa sistem partai politik adalah sebuah jaringan dari hubungan
dan interaksi antara partai politik di dalam sebuah sistem politik yang berjalan.
Untuk mempermudah dalam memahami sistem partai politik Heywood kemudian
memberikan kata kunci untuk membedakan tipe-tipe sistem kepartaian. Kata
19
http://www.djpp.depkumham.go.id/htn-dan-puu/438-sistem-multi-partai-presidensial-dan-
persoalan-efektivitas-pemerintah.html diakses pada 31 maret 2011 pukul 12:45 WIB 20
http://beritasore.com/2008/07/11/multi-partai-cerminkan-asas-politik-homo-homin i-lupus/ diakses pada 31 maret 2011 pukul 12:57WIB
kunci tersebut adalah jumlah partai politik yang tumbuh atau eksis yang
mengikuti kompetisi untuk mendapatkan kekuasaan melalui pemilu. Parameter
“jumlah partai politik” untuk menentukan tipe sistem partai politik, pertama kali
diperkenalkan dan dipopulerkan oleh Duverger pada tahun 1954 dimana
Duverger membedakan tipe sistem politik menjadi 3 sistem, yaitu sistem partai
tunggal, sistem dua partai, dan sistem multi partai.21
Dari definisi yang diperkenalkan oleh Duverger tersebut kita dengan
mudah menentukan sistem partai politik di sebuah negara. Jika di negara tersebut
hanya terdapat satu partai politik yang tumbuh atau satu partai politik yang
dominan dalam kekuasaan maka dapat dipastikan bahwa sistem tersebut adalah
sistem partai tunggal. Namun jika terdapat dua partai politik maka sistem
partainya adalah sistem dua partai. Sebaliknya, jika di dalam negara tersebut
tumbuh lebih dari dua partai politik maka dikatakan sebagai sistem multi partai.
Sartori menyatakan bahwa hal terpenting dari sebuah sistem kepartaian
adalah sebuah pengaturan mengenai hubungan partai politik yang berkaitan
dengan pembentukan pemerintahan, dan secara lebih spesifik apakah kekuatan
mereka memberikan prospek untuk memenangkan atau berbagi (sharing)
kekuasaan pemerintahan.
21 http://www.djpp.depkumham.go.id/htn-dan-puu/438-sistem-multi-partai-presidensial-
dan-persoalan-efektivitas-pemerintah.html diakses pada 31 maret 2011 pukul 12:45 WIB
Meski demikian, pada perkembangan selanjutnya pendekatan yang hanya
berdasarkan jumlah dan interaksi antar partai politik tersebut mendapat kritikan
dan ketidaksetujuan dari beberapa ahli misalnya Bardi and Mair dan Blau . Bardi
dan Mair berpendapat bahwa sistem kepartaian tidak bisa ditentukan semata-mata
oleh jumlah partai yang ikut dalam pemilu akan tetapi sebagai fenomena yang
multi dimensi. Selanjutnya Bardi dan Mair menjelaskan bahwa tipe partai po litik
dipengaruhi oleh 3 dimensi, yaitu vertikal, horisontal dan fungsional. Dimensi
veritikal yang mempengaruhi sistem partai politik dicontohkan dengan adanya
polarisasi dan segmentasi di dalam masyarakat pemilih (bahasa, etnisitas, agama
dan lain- lain). Sedangkan dimensi horisontal ditentukan oleh pembedaan level
pemerintahan dan level pemilu. Dimensi fungsional disebabkan oleh karena
pembedaan arena kompetisi (nasional, regional, dan lokal). 22
Adapun penerapan sistem multi partai, misalnya Janos Simon
menyebutnya adalah sebagai fungsi sosialisasi politik, fungsi mobilisasi politik,
fungsi representasi politik, fungsi partisipasi politik, fungsi legitimasi sistem
politik.
22
http ://setabasri01.blogspot.com/2009/02/sistem-kepartaian-dan-partai-politik.html
diakses pada 31 maret 2011 pukul 12:45 WIB
Sementara penjelasan apa yang disebut oleh Janos simon adalah seperti
berikut;23 pertama, Fungsi sosialisasi politik mulai signifikan ketika seseorang
sudah mampu menilai keputusan dan tindakannya. Orang tersebut kemudia
mencari “figur” yang dianggap mewakili norma-norma dan nilai-nilai yang
dianutnya.
Kedua, Fungsi mobilisasi adalah fungsi partai politik untuk membawa
warganegara ke dalam kehidupan publik. Tujuan dari mobilisasi ini adalah :
Mengurangi ketegangan sosial yang ditampakkan oleh kelompok-kelompok yang
termobilisasi; Mengelaborasi program-program untuk menurunkan ketegangan
tersebut, dan sebagai hasilnya kelompok-kelompok tersebut mengalihkan
dukungannya kepada partai politik.
ketiga, Fungsi partisipasi adalah fungsi partai politik untuk membawa
warganegara agar aktif dalam kegiatan politik. Jenis partisipasi politik yang
ditawarkan partai politik kepada warga negara adalah kegiatan kempenye,
mencari dana bagi partai, memilih pemimpin, dan demonstrasi.
Keempat, Fungsi legitimasi mengacu pada kebijakan partai politik
mendukung dan mempercayai kebijakan pemerintah maupun eksistensi sistem
politik.
23
John L. Posito dan John O. Voll, Islam and Democracy, edisi Bahasa Indonesia
diterjemahkan oleh Rahmani Astuti, Demokrasi di Negara-negara Muslim: Problem dan Prospek,
(Bandung: Mizan, 1999), cet. I, hlm. 180
Kelima, Fungsi representasi adalah fungsi klasik partai politik. Partai
politik yang ikut pemilihan umum dan memenangkan sejumlah suara, akan
menempatkan wakilnya di dalam parlemen. Anggota partai yang masuk ke dalam
parlemen ini membawa fungsi representasi dari warga negara yang memilih partai
tersebut.
Sementara penerapan multi partai di Malaysia, pertama-tama mengikuti
sejarah pembentukan partai-partai yang di sana telah muncul sejak zaman
sebelum kemerdekaan Malaysia. Pada awalnya antara partai yang terbentuk
adalah partai yang mendukung semangat penjajahan Inggris, sebagai contoh,
partai politik yang menyokong semangat nasionalisme seperti partai umno yang
berdiri sejak mulai tahun 1948, sementara partai Islam se-Malaysia (PAS)
terbentuk pertama kali pada tahun 1951. Jadi semua partai-partai memiliki
semangat kebangsaan atau Islam sudah muncul sebelum kemerdekaan Malaysia
pada tahun 1957.24 Pada mulanya, kedudukan masyarakat Melayu terhadap partai
politik banyak tercurahkan dalam pemilihan partai, maka saat itu secara umum
munculnya sistem multi partai bukanlah desakan dari pihak Inggris semata-mata
melainkan fakfor sosiolisasi mendorong kearah terbentuknya sistem multi partai
di sana. Dalam hal ini, kebijakan pemerintah pada saat itu yaitu pihak Inggris
mengesahkan agar sistem multi partai berlaku di Malaysia dan sesuai di letakan di
dalam konstitusi atau perlembagaan persekutuan.
24
Logman, Sejarah Malaysia, (Selangor Darul Ehsan: Pearson Malaysia Sdn Bhd, 2009),
cet. I, h. 55
Kedua filsofis penerapan sistem multi partai di Malaysia adalah, melihat
dari sudut geografis dan penduduknya sangat sesuai diterapakan kerena negaranya
tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil yaitu sekitar 28 juta jiwa penduduk di
sana dan luasnya sekitar 2.257 km, sementara luas kawasan yang perbatasan
dengan kalimatan sekitar 565 km, sementara agama, ideologi dan pemikiran di
sana melihat bahasa politik adalah pluralisme moderat dan bukan pluralisme
terpolarisasi. Adapun apa yang dimaksudkan pluralisme moderat adalah setiap
pendukung partai politik tidak banyak prilaku permusuhan atau pertikaian di
sebabkan perbedaan ideologi kepartaian. Jadi apa yang berlaku di Malaysia, setiap
partai yang menang di dalam pemilihan umum maka dijadikan sebagai partai
pemerintah, sementara partai yang kalah menjadi partai oposisi. Ini sesuai dengan
sistem pemerintahan di sana yang mengamalkan sistem monarki konstitusional
atau konsep pemerintahan parlementer. Maka hal ini setiap partai yang berlaku di
Malaysia tidak banyak berlaku perpecahan dikalangan ormas atau organisasi
masyarakat yang terlibat secara langsung dalam politik atau tidak disebabkan
penerapan multi partai di sana.25
Kesimpulan yang dapat dijelaskan adalah, penerapan multi partai di
dalam sesebuah negara bukanlah suatu perkara mudah, karena hal ini ditinjau dari
banyak aspek, diantaranya kedudukan sosial, politik dan sebagainya. Keduanya
melihat doktrin, pemikiran di dalam sejarah masyarakat sesebuah negara. Maka
25
Ibid, hlm 60
apa yang terkait permasalahan ini di Malaysia adalah sama dengan yang
disebutkan dalam pokok-pokok perkara di atas.
Agar pembahasan ini lebih terperinci, maka pada bab berikutanya akan
dijelaskan konsep pemikiran Dato‟ Dr. Haron Din terhadap hal yang terkait
dengan sistem pemerintahan di Malaysia seperti hubungan kepartaian dengan
hukum Islam dan sebagainya.
BAB III
BIOGRAFI PROF. DATO’ DR. HARON DIN
D. Masa Muda dan Riwayat Pendidikan
Masa muda dan riwayatnya bermula ketika Ustazd Haron Din menerima
pendidikan dasar dari ayah dan ibunya sendiri. Kemudian ia dimasukkan ke
Madrasah al-Islahiyah al-Wataniyah Bohor Mali. Seterusnya ke Madrasah al-
„Alawiyah al-Diniah dan al-Kuliah al-Islamiah, Kelang Selangor. Kemudian
melanjutkan pelajaran di kolej Islam Malaya (1962-1965). Di universitas ini beliau
memperoleh gelar Tertinggi Kolej dengan cermerlang kemudian telah mendapat
hadiah Beasiswa negara untuk melanjutkan pelajaran ke peringkat “Master Degree”
di Universitas Al-Azhar, Cairo (1966-1968). Dalam waktu tidak sampai dua tahun
beliau telah berhasil memperolehi double degree secara bersamaan yaitu M.A (Ijazah
Sarjana) Syariah dari Universitas Al-Azhar dan Diploma Pendid ikan dari „Ain
Syams, Universitas Cairo.
Setelah memperoleh Ijazah Sarjana Syariah, beliau kembali ke tanah air dan
mengabdi sebagai guru agama di Kementerian Pelajaran. Beberapa tahun kemudian
beliau kembali lagi ke Mesir untuk melanjutkan pelajaran dalam bidang Doktor
Falsafah. Beliau memperoleh Ph.D Syariah dengan cermerlang daripada Universitas
Darul-Ulum Qahirah (1972-1974).26
Pulang ke tanah air dan mengabdi sebagai dosen di Fakultas Pengajian Islam,
Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM). Akademik adalah bidang kerjanya.
Kekeluargaan Islam adalah jurusannya. Sebagai satu bukti terhadap kecemerlangan
akademiknya, UKM menganugerahkan pangkat “Profesor” kepadanya sejak tahun
1986.27
Seterusnya karir Dato‟ DR. Haron Din juga terlibat dalam pengobatan Islam
di Malaysia, Ketika di Mesir pada awal 70-an, Ustadz Haron Din sempat berkenalan
dengan Bapak Mokhtar Lintang. Pak Mokhtar adalah pasien yang menggunakan
kaedah Islam (pengobatan ala islam). Kesempatan tersebut telah digunakan oleh
beliau untuk menimba ilmu pengobatan sebanyak mungkin. Sekembalinya ke
1.http://www.alahkam.net/home/index.php?option=com_content&view=article&id=6147%3
Adatuk-dr-haron-din-tokoh-maal-hijrah-selangor-1432 Diakses pada 31/4/2011 pukul 12:53 WIB
Op,cit,.Haron Din, cet, I h lm. 5 27
Ibid. Diakses pada 31/4/2011 jam 12:50 WIB
Malaysia, ketika tinggal di Taman Bangi Kajang, Ustaz Haron Din dikunjungi oleh
seorang lelaki yang dikenali sebagai Pak Leh. Beliau mengaku sebagai seorang
pasien yang terkenal di Langkawi. Beliau telah mengajar beberapa metode peyembuh
kepada Ustaz Haron Din. Diantaranya ilmu yang berkaitan dengan penyakit kanker,
tumor, kulit, demam panas, penyakit kulit dan sebagainya. Beliau telah tinggal
bersama dengan Ustaz Haron Din beberapa waktu.
Ayahanda Ustaz Haron Din berasal dari Patani dan menetap di Kampung
Bohor Mali Perlis. Dia merupakan seorang pasien yang melibatkan diri dalam dunia
pengobatan dengan menggunakan ayat-ayat suci Al-Qur‟an, hadits dan doa-doa. Dari
10 orang bersaudara, hanya Ustaz Haron Din yang menunjukkan bakat dalam bidang
pengobatan Islam ini, yang menyebabkan ayahandanya sering membawanya ketika
merawat.28
Tempat kelahiran (Perlis) Ustaz Haron Din memang mempunyai banyak
orang yang faham tentang ilmu pengobatan. Terdapat seorang pasien bernama Tok
Omar yang banyak menggunakan bahan-bahan dari tumbuh-tumbuhan di samping
ayat-ayat Al-Qur‟an. Ustaz Haron Din berkesempatan mempelajari ilmu yang
berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan dari beliau. Selain itu Ustaz Haron Din juga
berkesempatan untuk belajar dengan Tahir Abdullah. Beliau yang di gelari dengan
nama Tok Lang Kiang di antaranya telah mengajar Ustaz Haron Din dengan cara
mengeluarkan sampah dari mata.
28
.http://www.alahkam.net/home/index.php?option=com_content&view=article&id=6147%3
A datuk-dr-haron-din-tokoh-maal-hijrah-selangor-1432 Diakses pada 31/4/2011 pukul 12:46 WIB
Murid lain yang pernah mengajar Ustaz Haron Din alah Pak Andak Noh dan
Haji Husin atau dikenal sebagai Tuk Chin. Pak Andak Noh telah menurunkan ilmu
mengeluarkan benda tajam dari badan manusia seperti besi, serpihan kaca, terkena
racun dan sebagainya. Ilmu yang diamalkan oleh Tuk Chin pula adalah ilmu yang
dinamakan Laduni yaitu ilmu yang dianugerahkan oleh Allah swt khusus kepada
orang-orang tertentu.
Pengobatan Islam adalah berdasarkan syariat. Ilmu ini mempunyai dua
cabang yaitu fisik dan spritual. Penekanan yang menjadi keutamaan Ustaz Haron Din
ialah perawatan dengan menggunakan doa-doa yang berdasarkan Al-Qur‟an, hadits
Rasulullah s.a.w. dan doa-doa' lain yang jelas maknanya yang tidak menyimpang
dengan syariat Islam. Walaupun telah lama berkecimpung dalam bidang pengobatan
tradisional Islam, namun Ustaz Haron Din masih terus mencari ilmu baru dalam
merawat pasien. Beliau senantiasa bertanya mereka yang faham dalam bidang ini di
samping membaca berbagai buku untuk menambahkan pengetahuan. Tidak semua
kaidah yang dipelajari itu dipraktekkan, hanya yang bertepatan dengan syariat saja
yang diamalkan.
E. Karir Politik Dato,’ Dr. Haron Din
Keterlibatan Dato‟ DR. Haron Din di dalam dunia politik adalah berawal dari
jabatan terendah sehingga sampai kedudukan teratas, seperti berikut ; pada tahun
1975 ia menjadi anggota pengurus sebagai ahli jawatan kuasa kerja PAS Pusat
sampai pada tahun 1983, seterusnya pada tahun yang sama ia menjabat sebagai Ketua
Bidang Penerangan PAS Pusat dan manjadi Anggota Majelis Syura Ulama PAS
Sebagai Timbalan Mursyidur Am PAS.29
1. Kedudukan Dato‟ Dr. Haron Din di dalam Partai Islam Se-Malaysia (PAS)
Jabatan bidang kerohanian di PAS dipegang oleh Nik Abdul Aziz Nik Mat.
Nik Aziz menyandang jabatan itu sejak 1987 dan merupakan pejabat yang kedua
sedangkan pejabat pertamanya adalah Yusuf Al Rawa. Dalam hierarki PAS jabatan
bukan ekskutif tetapi sebagai pengurus dan dasar perjuangan PAS dan termasuk
memutskan soal bekerjasama dengan berbagai pihak. Bidangnya juga menjadi
tempat rujukan dan pengambilan keputusan jika timbul suatu masalah dalam PAS.
Sementara Dr. Haron Din dilihat sebagai tokoh yang sesuai dan layak untuk
memegang timbalan (wakil ketua). Orang yang memegang jabatan itu haruslah
seorang yang faham tentang seluk beluk Islam, Dr Haron Din adalah diantara tokoh
PAS yang paling lama berada di sana. Seorang yang cukup memahami seluk beluk
perjuangan Pas dan juga perubahan-perubahan yang berlaku dalam PAS baik, dasar
dan juga prinsipnya. Beliau juga orang yang mengenali dan menghayati regulasi
perjuangan.
Apa yang paling penting dalam masalah ini ialah kemampuan beliau sebagai
seorang tokoh agama dan ulama‟ yang istiqamah dengan prinsip dan dasar Islam yang
menjadi landasan PAS. Beliau juga dilihat seorang ulama yang terbuka, liberal dan
29
Haron Din, Islam Jihad Sebagai Survival Insan, Selangor, PTS Distribustors Sdn Bhd:
2007) cet, I h lm. 5
tidak ekstrem berpegang kepada suatu aliran faham dan yang konsevertif.
Ulama seperti inilah yang layak diangkat untuk mengetuai dewan terkait yang
bertindak sebagai badan pengawal, pemantau, penegur dan tempat rujukkan partai.
Haron Din bias dapat memainkan peranannya terutama dalam menjamin PAS
senantiasa berdiri atas landasan dasarnya. Sudah pasti aliran-aliran baru ataupun
pemahaman baru siyasah yang coba dituangkan ke dalam PAS akan dipantau dan
dinilai oleh beliau berdasarkan cermin keislaman seperti mana diaspirasikan oleh
PAS sebagai sebuah wadah yang bukan saja mencapai tujuan politik tetapi mencapai
keridhoan Allah.
Seterunya, Dato‟Dr. Haron Din memulai karirnya dalam politik Malaysia dengan
mencalonkan dirinya mewakili PAS dalam pemilu umum pada tahun 2004.
Selanjutnya Dato‟Dr. Haron Din mencalonkan diri pada pemilu dari PAS
pada tahun 2004. Ustaz Haron Din yang mewakili Partai Islam Se-Malaysia
mendapat suara pemilih 14,124 di kawasan Parlemen Arau. pesaingnya , Datuk Seri
Diraja Syed Razlan Syed Putra Jamalullail yang mewakili Barisan Nasional mendapat
kertas pemilih sebanyak 17,367 . Syed Razlan telah dinobatkan sebagai pemenang
pada pilihan raya tahun tersebut. Selisih suaranya sebanyak 3,243, kertas suara yang
rusak sebanyak 32.024 , Jumlah Kertas pemilih sebanyak 32,024, sementara kertas
pemilih Rosak : 5,33 , %.
2. Kedudukan Dato‟ DR. Haron Din dalam bidang profisi akedemik;
Profisinya selain dalam bidang politik, ia juga terlibat dalam jabatan
akademik, yaitu pada tahun 1975 ia menjabat sebagai pengajar atau dosen di fakultas
pengajian Islam di Universitas Kebangsaan Malaysia sampai pada tahun 1976,
sementara itu beliu juga menjabat sebagai wakil Dekan, sehingga pada tahun 1985,
semenjak menjabat sebagai professor di UKM sejak tahun 1986 hingga pension
sebagai ahli majlis penasihat syariah, dalam hal ini juga ia juga terlibat dengan CIMB
sebagai ahli majlis penasehat, tidak cukup sampai disini beliau juga menjabat sebagai
majlis penasihat syariah di Bank Negara Malaysia30, seterusnya beliau menjabat
sebagai penasihat keamanan atau panitera sketerias ahli Majlis Fatwa Negeri
Selangor.
Seterusnya beliau juga menjabat sebagai wakil pengurus majelis Majlis
Penasihat Syariah, dan pengurus Majlis Penasihat Syariah di Bank Pembagunan,
sementara di dalam RHB Bank beliau juga menjabat sebagai wakil Pengurus Majelis
Penasihat Syariah, dan terakhir dalam jabatan beliau ini, beliau juga menjabat sebagai
Public Bank Bhd, sebagai ahli Majelis Fatwa Negeri Perlis dan juga Ahli Majlis
Penasihat Syariah di Muamalah Financial Consulting.
Dengan karir yang telah dicapai oleh beliau, penghargaan yang beliau dapat
sebagai tokoh ma‟a Al-hijrah pada tahun 2011 M/1432 H di Shah Alam Negeri
Selangor, ini adalah sebagai penghargaan pada keterlibatan beliau dalam bidang
dakwah sejak sekian lama. Anugerah ini juga disampaikan oleh Tengku Panglima
30
http://www.alahkam.net/home/index.php?option=com_content&view=article&id=6147%3Adatuk-
dr-haron-din-tokoh-maal-hijrah-selangor-1432 Diakses pada 31/4/2011 pukul 12:46 WIB
Diraja Selangor yaitu Tengku Sulaiman Shah Al-Haj yang mewakili Sultan Selangor
yaitu Sultan Shirafudin Idris Shah, karena Sultan Shirafudin Idris Shah sedang
menyampaikan sambutan pada perayaan awal tahun Islam serta meluncurkan sebuah
buku bertajuk solat rasul terbitan Majlis Agama Islam Selangor (MAIS). 31
Sebagai kesimpulanya, Dato‟ Dr. Haron Din adalah ikon atau idola agama
Islam di Malaysia, dalam hal yang sama beliau juga dikenal sebagai tokoh agama
yang memperkenalkan cara atau metode perawatan Islam di Malaysia melalui
organisasi binaannya, yaitu Darul Syifa‟. Selain itu beliau terkenal sebagai tokoh
agama yang produktif dalam bidang penulisan. Pada saat ini, beliau juga berhasil
menghasilkan puluhan karya dalam hal yang sama, karya-karya tersebut masih
menjadi rujukan masyarakat Islam di Malaysia. Disamping itu, profesi beliau dalam
politik amat penting bagi masyarakat untuk mendukung dan juga meminta pendapat
tentang hukum Islam yaitu hal-hal yang terkait dengan permaslahan politik, dan
pernah beliau mengeluarkan pendapat bahwa pemerintahan Malaysia wajib
menjalankan hukum hudud dan menjadikannya sebagai hukum positif di sana,
Dalam hal ini juga, keterlibatan dalam politik memberi kekuatan dalam gerakan
partai oposisi di sana.
F. Hubungan Pemikiran Dato, Dr. Haron Din dengan Tokoh Lainnya
Secara umum ditinjau dari sudut sejarah, pemikiran Islam sudah berlaku sejak
zaman Rasulullah saw, yaitu pada saat para sahabat berbeda pendapat dalam hal-hal
31
Ibid, internet
tertentu terutamanya dalam masalah fiqh, tetapi ruang lingkup ijtihad masih berada di
bawah naungan atau kawalan wahyu, maka secara formalnya pintu ijtihad itu berakhir
dengan keluarnya keputusan wahyu, yaitu saat pertemuan para sahabat dengan
Rasulullah saw untuk bertanya beberapa masalah dalam hal-hal masalah tertentu
maka Rasulullah memberi penjelasan atau jawaban dengan berpedoman pada wahyu.
Saat wafatnya Rasulullah, secara umum pintu ijtihad sudah mulai terbuka
yang terjadi dikalangan para sahabat besar seperti pemikiran kufah terpengaruh
dengan pemikiran Umar bin al-khattab, Ali bin Abi Thalib, dan sebagainya,
sementara di kawasan hijaz seperti mekkah dan madinah, antara pemikiran yang
terkemukakan seperti Ibnu Abbas, Aisyah r.a dan banyak lagi tidak tercatat. Setelah
berabad-abad berlalu, sejarah Islam menunjukkan peradaban Islam banyak
pemikiran-pemikiran Islam yang muncul sehingga terbentuklah pelbagai cabang
keilmuan di dalam pemikiran Islam seperti pemikiran teologi (kalam), pemikiran
fikih, pemikiran filsafat dan pemikiran tasawuf.32
Maka kesimpulan ini, pemikiran Islam tidak terlepas di dunia Islam
khususnya pada saat ini di Malaysia, menurut Abdur Rahman bin Abdullah di dalam
bukunya „pemikiran Islam di Malaysia Sejarah dan Aliranya‟ menjelaskan bahawa di
Malaysia, pemikiran yang terdapat di sana sama dengan dunia Islam yang lain, yaitu
seperti pikiran Islam tradisional, neo-tradisional, modern, neo-modern, reformis,
idealis, sekular, liberal, puritanisme, progresif, fundamentalis, konservatif dan
32
Aden Wijdan Sz. Dkk, Pemikiran & Peradaban Islam, ( Jakarta, Safiia Insania Press: 2007)
cet I, hlm. 20
ortodoks. Maka kesimpulanya, disini akan dijelaskan fondasi pemikiran Dato‟ Dr.
Haron Din dan perbandingan antara pemikiran Islam yang lain terutamanya hal-hal
yang terkait dengan masalah politik.33
Pertama, pemikiran Dato‟ Dr. Haron Din jika di dilihat dari latar belakang
pendidikan dan kedudukan didalam gerakan politik atau sosial, fondasinya lebih ke
arah neo-tradisionalisme, kerana menurut Abdur Rahman bin Abdullah pemikiran
tradisionalisme melibatkan masalah fikih dan rujukan utamanya yang terjadi di
Malaysia seperti berpedoman pada kitab-kitab kuning atau kitab jawi lama.
Sementara konsep neo-tradisionalisme dalam masalah fikih melibatkan konsep tajdid
wal ishlah,
Pemikiran Dato‟ Dr. Haron Din dalam hal masalah politik mengarah pada pemikiran
relatif dan juga absolut. Sebagai contoh dalam hal pemikiran relatif, pendapat dan
pandangan Dato‟ Dr. Haron Din banyak mengeluarkan hukum-hukam Islam melalui
tulisan dan berbagai karya dan juga ceramah-ceramah agama. Sementara hukum
yang dikeluarkan oleh Dato‟ Dr. Haron Din terkait dalam masalah politik seperti hak-
hak asasi manusia yang membahas mengenai masalah hak hidup, hak kebebasan, hak
ilmu pengetahuan dan pelajaran, hak kehormatan atau maruah, hak milik di dalam
Islam, pandangan Islam berkenaan harta benda, undang-undang Islam dan undang-
undang jinayah seperti hukum acara pidana, hukum hudud, qishash dan ta‟zir.34
33
Abdul Rahman Haji Abdullah, Pemikiran Islam di Malaysia Sejarah dan Alirannya”,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1997), cet. I, h lm. 13 34
Haron Din, Islam Keadilan Membebaskan Manusia , ( Selangor, Percetaka Zafar Sdn Bhd:
2007) cet I, h lm. 30
Sementara dalam hal pemikirannya yang melibatkan absolut adalah antara lain
karya dan karangannya yang membahas mengenai konsep keadilan di dalam Islam,
kebijakan mendirikan kerajaan Islam dan filsafat di dalam undang-undang Islam.
Kedua, perbandingan pemikiran politik Dato‟ Dr. Haron Din dengan
pemikiran tokoh-tokoh lain di Malaysia seperti pemikiran Abdul Hadi Awang di
sebut sebagai pemikiran reformis Islam di Malaysia, sementara lata belakang
pendidikan beliau mendapat S1 di Mesir dan Melanjutkan S2 di universitas Madinah
dalam jurusan siyasah syariyyah, semenjak pulang di Malaysia beliau aktif dalam
politik sehingga pernah menjabat Menteri Besar di Negeri Bagian Terengganu pada
tahun 2000-2004 dan saat ini beliau menjabat sebagai presiden partai Islam se-
Malaysia (PAS).
Sementara pemikiran Abdul Hadi Awang kearah refofmis dalam pembaruan
Islam, terutamanya pembaruan dalam sistem pemerintahan Islam. Diantara karya
beliau adalah seperti Islam dan demokrasi, teologi ummat Islam dulu dan sekarang,
tafsir surah Yasin, tafsir surah Luqman, dan banyak lagi buku-buku yang di
dihasilkan oleh beliu tidak tercatat di sini. Dilihat dasar pemikiran Abdul Hadi
Awang dalam masalah politik adalah terutamanya kedudukan agama dan politik,
beliau memberi pendapat bahawa agama dan politik tidak dapat dipisahkan yaitu di
sebut pemikiran Islam integralistik, sementara masalah lain yang terlibat hal-hal
politik adalah kedudukan sistem pemerintahan yang lahir dari barat sesuai di letakkan
di dalam pemerintahan Islam pada saat kontemporer ini? menrutnya, ummat Islam
pada saat ini mestilah berada di atas konsep muwajjahat silmiyyah yaitu pertengahan
atau pemikiran kerah moderat, maka segala konsep pemerintahan barat seperti
demokrasi, pemilihan umum, partai politik dan sebagainya dapat disesuaikan di
dalam sistem pemerintahan Islam sehingga tidak melanggar batas-batas syariat yang
di tetapkan oleh Allah saw.35
Kesimpulan yang dilihat antara dua pemikiran tokoh ini adalah, secara
umumnya, konsep dasar pemerintahan Islam tidak ada perbedaan, Hanya hal-hal
yang khilafiyyah dalam masalah furu‟ yaitu seperti pandangan Dato‟ Dr. Haron Din
terhadap pemerintahan yang terdapat unsur barat mestilah di jauhkan namun jika
terjadi suatu maslahah maka barulah di ambil dasar-dasarnya, sementara sudut
pandang Abdul Hadi Awang lebih memandang ringan dalam masalah ini.
Ketiga, perbandingan pemikiran politik Dato‟ Dr. Haron Din dengan
pemikiran tokoh-tokoh modern di Malaysia. Menurut Abdur Rahman bin Abdullah
pemikiran modern di sebut didalam bukunya adalah menurut Roger Garaudy
modernisme, tidak lain adalah westrenisme, yakni berasaskan kebudayaan dan
pemikiran barat modern yang timbul dari pengalaman sejarah mereka selama empat
abad terakhir. Dan ciri-cirinya ialah nasional, kapitalis, dan sistem perlemen.36
Menurut Prof. Hamid Algar menegaskan bahwa mereka telah mengabaikan
kontradiksi pokok antara mentalitas modern dan agama. Islam berada pada realitas
35
Abdul Hadi Awang Fahaman atau Ideologi Umat Islam (Selangor:PTS Publicat ions
&Distributors Sdn Bhd jln Industri Batu Caves, 2008), cet. II, hlm. 21 36
Muhamad Bahi, Penentang Islam terhadap Aliran Pemikiran Perosak , (Kuala Lumpur:
Penerbit Hizbi, 1985) cet. I, hlm. 52
imperatif dari Allah Yang Maha Kuasa, sedangkan dunia modern sebaliknya
cenderung untuk menyangkal realitas Ilahi secara aktif terhadap alam dan manusia. 37
Diantara tokoh pemikiran modern di Malaysia seperti Dr. Mahathir
Mohamad, Dr Candra Muzafar dan banyak lagi. Menurut Abdur Rahman, pemikiran
Dr Mahathir Mohamad adalah fondasinya kearah pemikiran relavitisme dan
memandang dinamis setiap hukum Islam sehingga batasnya berpadu dengan konsep
pemikiran idealisme. Jadi dalam hal politik, pemikiran Dr Mahathir Mohamad
banyak mengeluarkan pandangan kearah sekuler moderat, yaitu agama dengan politik
tidak berlaku perpisahan secara radikal seperti berlaku pemikiran politik barat,
sementara kedudukan Islam dalam pemerintahan Malaysia mestilah memandang
konsep idealisme yaitu ayat-ayat al-Quran tentang ketatanegaraan Islam mestilah di
interprensi sesuai pada saat zaman dan tempat khususnya di Malaysia.38
Kesimpulan yang dapat dilihat antara pemikiran Dato‟ Dr. Haron Din
dengan Dr Mahathir Mohamad secara jelasnya banyak perbedaan, mula i dasar-dasar
atau masalah pokok sehingga sampai masalah furu‟ atau cabang yang tekait masalah
politik, seperti menurut Dr Mahathir Mohamad undang-undang di dalam negara
Malaysia yang ralevan hanya menurut tafsiran barat di dalam sistem commom law
sementara padangan Dato‟ Dr. Haron Din secara jelas dan tegas menolaknya, adapun
masalah ketatanegaraan Islam di Malaysia sangat relevan jika di terapkan sistem
37
Hamid Algar, Islam dan Tantangan Intelektual daripada Kebudayaan Modern,
(Bandung: Penerbit Pustaka, 1983), cet. I, hlm. 25 38
Abdul Rahman Haji Abdullah, Pemikiran Islam di Malaysia Sejarah dan Alirannya”,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1997), cet. I, h lm. 175
pemerintahan barat, seperti sistem demokrasi, sistem partai politik dan sebagainya
sementara padangan Dato‟ Dr. Haron Din tidak sama pandanganya dengan pendapa t
yang di keluarkan oleh Dr Mahathir Mohamad.39
Kesimpulan yang terdapat dalam perbandingan ini adalah, munculnya
pelbagai dasar-dasar pemikiran Islam sehingga terwujudnya banyak kedudukan
hukum Islam dalam masalah ketatanegaraan Islam di Malaysia, seperti hukum sistem
pemerintahan barat seperti halal, haram atau harus sesuai syariat Islam. Seterusnya
agar perbahasan ini lebih mendalam maka pada bab berikutnya akan menjelaskan
kedudukan pemikiran Dato‟ Dr. Haron Din terhadap materi yang terkait masalah
politik terutamanya hubungan politik dengan hukum Islam.
BAB IV
PERJUANGAN POLITIK PROF, DATO’ DR. HARON DIN
Jika kita meneliti peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah
kemanusiaan, maka kita tidak dapat menafikan peran intelektualisme di
dalamnya. Termasuk juga di dalamnya peran tokoh pemikiran yang akan
memberikan sebuah progress terhadap kemajuan kebudayaan sebuah Negara. Hal
ini juga berlaku di negeri Jiran Malaysia, adalah Dato‟ Dr. Haron Din. Demikian
pentingnya peran pemikiran beliau dalam perjalanan perkembangan negeri Jiran
Malaysia itu sangatlah membanggakan untuk dapat menulis perjalanan hidup
39
Abdul Rahman Haji Abdullah, Pemikiran Islam di Malaysia Sejarah dan Alirannya”,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1997), cet. I, h lm. 175
dan karir politik beliau, satu hal yang membuat ketertarikan penulis untuk
mengangkat pemikiran Dato‟ Dr. Haron Din karena di Malaysia penelitian
mengenai pemikiran tokoh masih sangat minim.
D. Ideologi Yang di Kembangkan
1.Penafsiran dan Sejarah Ideologi
Sebelum mengkaji ideologi melalui pendekatan teoritis dan perjalanan sejarah
politik , ada baiknya kita memahami pengertian ideologi secara etimologi. Hal ini
penting setidaknya, akan memudahkan bagi kita agar pemahaman tidak semata
sebagai filsafat dan ilmu yang lahir dari ide seseorang berdasar sumber yang di
dapat dengan caranya sendiri, namum juga untuk memahami bahwa ideologi juga
suatu keyakinan diri, inspirasi dan guidance perjuangan politik manusia. Bagi
seseorang, ideolog free thinkers, memahami ideologi dalam perjuagan politik
adalah menhindari pelaku atau subyek politik dari sikap „petualang‟ (ovonturir)
yang bergaya oportunis yakni berorentasi kepada mencari keuntungan politik dan
keselamatan diri.
Pengertian ideologi, pada dasarnya ideologi berasal dari bahasa latin yang
terdiri atas dua kata, yakni idea artinya pemikiran; logos artinya logika ilmu,
pengetahuan. Dapatlah didefinasikan ideologi merupakan ilmu mengenai ilmu
dan cita-cita.40
40
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer Referensi Ilmiah Ideologi, Politik , Hukum,
Ekonomi, Budaya, dan Sains, (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), cet. I, h lm. 39
Ideologi merupakan kata ajaib yang menciptakan pemikiran dan semangat
hidup antara manusia terutama kaum muda, khususnya diantara cendekiawan atau
intelektual dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
ideologi merupakan rumusan dalam pikiran yang terdapat diberbagai subyek atau
kelompok masyarakat yang ada, dijadikan dasar untuk di realisasikanya. Dengan
demikian, ideologi tidak hanya dimiliki oleh negara dapat juga berupa keyakinan
yang dimiliki oleh suatu organisasi dalam negara, seperti partai politik dan
asosiasi politik, kadang hal ini sering disebut subideologi atau bagian dari
ideologi. Ideologi juga merupakan mythos yang meliputi political doctrin
(doktrin politik) dan political formula (formula politik).41
Sementara konsep perkembangan ideologi yang di sebut oleh Dr. Firdaus
Syam, M.A. di dalam bukunya, terbagi menjadi dua bagian, pertama ideologi
yang „memaksa‟ dan kedua ideologi yang „mengajak‟. Dari kedua konsep
tersebut, penjelasan konsep ideologi memaksa adalah free thinkers, atau filsuf
dalam mempelopori proses perubahan itu dengan cara memaksa, maka sejarah
yang dibagun di bagian kurun waktu yang di jalani melukiskan pertentangan,
banjir darah, kepedihan, ada harmoni yang manis tetapi terlalu singkat,
masyarakat manusia itu dibayangi oleh ketakutan, kesangsian dan
ketidakkepastian. Di saat penguasa dengan ideologi pemikiran dengan cara
memaksa telah membengkokkan masyarakat pada keinginan angan-angan hawa
41
Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat, Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya
Terhadap Dunia Ke-3,( Jakarta, PT Bumi Aksara: 2010) Cet, II, hlm. 231
nafsu. Di bangun keyakinan, pandangan hidup, pikiran sampai pada ideologi yang
memberikan impian hari esok pada bangsa dan masyarakat imperium
kekuasaannya.42
Ada pula ideologi yang digali dari nenek moyang tradisi yang penuh
mistis, mitos bahkan dongeng guna membangkitkan semangat sekaligus cara
ideologi untuk „menyihir‟ ada pula yang dikembangkan oleh pemikir,
cendekiwan, kaum intelek, maha guru, agamawan atas suruhan penguasa
merumuskan ideologi bangsanya. Lahirlah Chauvinisme, Zionisme, nasinalisme,
libralisme, kapitalisme, materalisme, paganisme, sosialisme, komunisme,
teokrasisime, pragmatism, tradisionalisme dan lainnya. Pada akhirnya terjadi
peperangan antarbangsa karena isme yang sempit sehingga pertumpahan darah,
saling menindas dan mengabadikan dendam. Rakyat tidak sadar bahwa ideologi
yang di pertahankan justru melahirkan konflik, ketakutan dan ketidakpastian dan
kehancuran. Sementara, raja, kaisar, sultan, paus, di tengah darah dan
kesengsaraan rakyat „hukum besi sejarah‟ hanya melahirkan „ hukum besi
sejarah‟ berikutnya.
Konsep ideologi mengajak adalah free thinkers, atau filsuf dalam
mempelopori proses perubahan itu dengan cara mengajak atau menyeru, maka
sejarah yang di bangun dalam kurun waktu yang dijalani dan apa yang dapat
disaksikan setelah berakhirnya peran dari mereka adalah keabdian, keharmonian
42
Firdaus Syam, Pemikiran Polit ik Barat, Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya
Terhadap Dunia Ke-3,( Jakarta, PT Bumi Aksara: 2010) Cet, II, hlm. 234
dari gagasan konstruksi sejarah yang dibangunya. Karya-karya dan keyakinan dan
inspirasi yang di kembangkan menebarkan cahaya serta pesona sejarah- sejarah
memberikan kebanggaan dan ketakjuban.43
Di sana ada dinamika perdebatan dan pembebasan terhadap hak yang
tertindas, terpasung dan terbunuh berbasis semangat dan kejujuran. Mereka
dikelilingi pengikutnya dengan kerelaan, meninggalkan sejarah putih (kesucian)
dan kuning (perdamaian). Para Rasul; Ibrahim as, Musa as, Isa as kemudian
Muhamad SAW atau para filsuf atau orang bijak yang teguh akan keyakinan
dengan tidak memaksa . Mereka awalnya seolah member kesangsian, tetapi
berakhir dengan kepastian, ketika sosok Rasul, fulsuf bijak, pemikir yang
dinamis dan bermoral lahir ditengah masyarakatnya dan memipin sejarah untuk
membangunkan serta menyadarkan manusia, kemudian memploklamirkan
semboyan tertentu membantu kemanusian, para pengikut kemudian berkumpul
mengelilingi Rasul dan bergabung bersama-sama berdasarkan kemauan bebas, ini
merupakan muculnya spirit nurani atau spirit agama sebagai ideologi. 44
Ideologi yang dilahirkan karena spirit agama ada yang universal dan ada
yang tidak universal. Ideologi yang didasari agama tetapi tidak universal
disebabkan sejumlah hal: pertama, orisinalitas ajaran agama itu telah hilang atau
diragukan; kedua, ideologi mengenal kelas atau kasta dalam hubungan sosial.
43
Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat, Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya
Terhadap Dunia Ke-3,( Jakarta, PT Bumi Aksara: 2010) Cet, II, hlm. 235
44
Op,cit,. Firdaus Syam, Cet, II, h lm. 235
Walaupun ideologi ini menjanjikan kebahgian manusia. Ajaran hindu, misalnya
mengenal batasan kelas sosial dengan sosial yang turun menurun. Ketika negara-
negara barat masih bertumpu kepada pandangan keagamaan, mereka menyebut
bangsa-bangsa lain sebagai biadab, kafir, sebab kekuasaan mereka mengangap
dapat diselamatkan dengan tugas memperbaiki dunia.
Dengan kesimpulan ini, memahami pemikiran politik, adalah juga penting
memahami ideologi, sebab ideologi lahir, tumbuh dan berkembang, karena
pemikiran politik bersumber dari gagasan manusia yang genuine dan smart untuk
melakukan perubahan masyarakat. Ideologi merupakan produk skaligus
inspirator bagi pendukung yang di lahirkan dari sang ideologi, pemikir politik di
dalamnya terkandung kekuatan keyakinan dan konsep yang mendasari cita-cita
yang menjadi pilihan perjuangan bagi yang menyakininya.
2. Ideologi Dato‟ Dr. Haron Din yang dikembangkan
Diantara ideologi yang penting dalam Pandangan Dato‟ Dr. Haron Din
adalah Tentang Hadharah Islamiyah Bukan Islam Hadhari. Dari segi istilah kata
“hadhari” berarti yang bertamadun (yang berbudaya) atau Islam yang
menekankan aspek tamadun. Dalam bahasa Inggris disebut dengan “civilational
Islam” dan dalam bahasa Arab disebut dengan “Al-Islam al-Hadhari”.45
Sedangkan defenisi Islam hadhari secara lengkap ialah “Suatu pendekatan
pembangunan manusia, masyarakat dan negara yang bersifat menyeluruh,
45
Abdul Hadi Awang, Hadharah Islamiyah bukan Islam Hadhari , (Selangor: Nufair St reet
Sdn Bhd, 2005), Cet. I, hlm.12
berdasarkan kepada perspektif budaya Islam”.46 Untuk memperkuat argumen dari
defenisi hadhari diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Pendekatan Islam Hadhari diperkenalan karena ia lebih lengkap dan
menyeluruh dibandingkan pendekatan Islam secara Juz‟i atau terpisah-pisah
seperti Islam bersifat politik (Islam al-Siyasi), Islam bersifat tasawuf (Islam
al-sufi), dll.
b. Islam Hadhari membawa misi ajaran Islam yang memfokuskan kepada
kehidupan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat bertamadun dan
mempunyai peradaban yang unggul untuk menghadapi permasalahan baru
seperti ledakan informasi, dunia tanpa batas, ekonomi global, budaya
materialisme, krisis identitas, jadi diri serta penjajahan pemikiran;
c. Pendekatan Islam Hadhari tidak menolak pentingnya aspek ritual dalam
pembinaan tamadun. Hal ini dikarenakan bahwa pandangan hidup, sistem
nilai, kestabilan jiwa dan kemajuan rohaniah merupakan tonggak kepada
pembinaan tamadun yang luhur;
d. Kriteria diatas diperkuat dengan pernyataan dari Perdana Menteri Malaysia
Abdullah Ahmad Badawi;
Islam Hadhari bukanlah agama baru, Islam Hadhari bukan ajaran baru. Islam Hadhari bukannya mazhab baru. Islam Hadhari adalah usaha untuk mengembalikan umat Islam kepada dasar yang asasi. Asas dan
fundamental yang berdasarkan Al-Qur‟an dan al-Hadits yang merupakan teras pembinaan tamadun Islam. Kita memerlukan keteguhan iman,
kekuatan mental dan kekuatan fisik. Pendekatan memperkenalkan Islam
46
Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Konsep Islam hadhari suatu Penjelasan (Kuala
Lumpur;Percetakan Nasional Malaysia; 2005), Cet. I, h lm.7
Hadhari adalah satu pendekatan yang dapat memperkuat perjuangan
bangsa yang lebih besar, di dunia dan akhirat.47 Konsep Islam Hadhari juga ialah Islam yang dinamis, yaitu sebuah sistem
yang meyadari akan perubahan-perubahan yang berlaku di sekelilingnya.
Mengetahui akan kebutuhan-kebutuhan umat bernegara. Sekiranya tidak
memberlakukan konsep Islam Hadhari ini, maka umat Islam akan terus
ketinggalan dari masyarakat serta bangsa-bangsa lain. Tantangan-tantangan dalam
bidang ekonomi, keuangan, teknologi, perdagangan antarbangsa serta berbabagi
permasalahan yang melibatkan hubungan politik dalam dan luar negara perlu di
hadapi dengan berani agar negara dapat mempertahankan serta menangapi segala
macam penindasan yang dilakukan oleh negara-negara maju yang lain.48
Kelahiran Islam Hadhari tidak dapat dipisahkan dari sebuah pandangan
yang mengatakan bahwa Islam itu berbudaya ekstermisme dan kekerasan,
sehingga Islam Hadhari itu bertujuan untuk memelihara agama Islam dari fitnah
yang melanda agama yang tercinta ini serta berusaha untuk membentuk kembali
suatu kepemimpinan Islam yang murni yang pernah ada sebelum dijatuhkan pada
tahun 1924 di Turki oleh Kamal Attartuk, pemimpin sekuler dan pembaharu
Turki.
Pemikiran dan konsep Islam Hadhari yang terbilang masih baru dan lebih
bersifat praktis ini ternyata banyak menarik perhatian para pemikir Muslim baik
47
Ucapan Dato‟ Seri Abdullah Ahmad Badawi, YAB Perdana Menteri Malaysia, Rapat
Agung UMNO ke-55, Pusat Dagangan Dunia Putra, Kuala Lumpur, 23 September 2004. 48
Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Konsep Islam hadhari suatu Penjelasan (Kuala
Lumpur;Percetakan Nasional Malaysia; 2005), Cet. I, h lm.7
di Malaysia sendiri maupun dari ulama luar negeri seperti halnya Imam Al-
Qardhawi, mereka semua bersinggungan pemikiran mengenai konsep Islam
Hadhari, di Malaysia sendiri tokoh pemikir muslim yang juga mengkritik konsep
Islam Hadhari adalah Dato‟ Dr. Haron Din.49
Menurut Dato‟ Dr. Haron Din perkataan Hadhari dinisbahkan kepada
perkataan Arab Hadharah yang berasal dari kalimat Hadhara. Perkataan
Hadhara ini apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu berarti hadir atau
datang. Perkataan ini dimaksudkan dengan kehadiran atau kedatangan penduduk
ke kota untuk bermukim dan menetap.
Perkataan Hadharah kemudian menjadi sebuah istilah ilmu sosiologi
setelah diperkenalkan oleh Ibn Khaldun yang meninggal dunia pada tahun 808
Hijriyah bertepatan dengan 1406 Masehi, di kitabnya yang berjudul Muqaddimah
beliau memberi penjelasan seperti berikut: “Bahwa kehadiran manusia berkumpul
di kota menjadi salah satu proses kemasyarakatan yang menjadi naluri manusia,
yang disebut dengan kalimat madani”. Istilah Hadharah untuk pertama kali di
kenal dalam penulisan Arab di suku pada abad kedua puluh, sebelumnya
perkataan Tamadun telah digunakan yang mempunyai pengertian yang sama,
namun demikian apabila disebut dengan tamadun artinya seringkali dikaitkan
dengan tamadun barat, yaitu tamadun yang lebih bersifat kebendaan dan sekuler
49
Abdul Hadi Awang, Hadharah Islamiyah bukan Islam Hadhari , (Selangor: Nufair
Street Sdn Bhd, 2005), Cet. I, hlm.12
yang memisahkan urusan duniawi dengan agama yang jelas berbeda dengan
ajaran Islam.50
Islam mempunyai penafsiran Hadharah atau Tamadun tersendiri yang
berbeda dengan pemikiran Eropa, untuk menjelaskan bahwa Islam mempunyai
tafsiran sendiri tentang Hadharah yang sangat berbeda dengan yang lain, maka
para ilmuwan Islam telah menggunakan perkataan Hadharah Islamiyah atau
Hadharatul Islam mereka tidak menggunakan perkataan Islam Hadhari karena
dikhawatirkan akan menjerumuskan Islam kepada permasalahan-permasalahan
yang berbeda dengan ajaran murninya.51
Pemikir Islam terkenal Malek bin Nabi menegaskan secara jelas bahwa
Hadharah Islamiyah hendaklah dikaitkan dengan wahyu yang diturunkan Allah
dari langit sebagai petunjuk kepada manusia yang berkelanjutan berawal dari
kehidupan di dunia sampai dibangkitkan di alam barzakh dan alam akhirat. Abul
„Aala Al-Maududi pendiri Jamaah Islamiyah India dan Pakistan dan pemimpin
yang utama menegaskan “bahwa Hadharah itu ialah sistem yang menyeluruh
bagi manusia yang meliputi pemikiran, pandangan, amalan, dan akhlak dalam
kehidupan individu, keluarga, masyarakat, politik, ekonomi dan lain- lain. Dengan
demikian menurutnya Hadharah Islamiyah itu ialah “Himpunan cara hidup dan
50
Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Konsep Islam hadhari suatu Penjelasan (Kuala
Lumpur;Percetakan Nasional Malaysia; 2005), Cet. I, h lm.7
51
Ahmadie Thoha,Terjemahan Muqaddamah Ibnu Khaldum, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2008), cet. IIV, h lm. 10
Undang-Undang yang ditentukan oleh Allah untuk semua perkara untuk
kehidupan yang disebut dinul Islam”.52
Mengapa Hadharah Islamiyah, Tidak Islam Hadhari? Untuk mereka yang
mendalami bahasa Arab yang merupakan bahasa Al-Qur‟an dapat memahami
hakikat mengapa para ilmuwan Islam menggunakan perkataan Hadharah
Islamiyah dan tidak menggunakan perkataan Islam Hadhari, meskipun sebuah
perkataan itu dapat dinisbahkan dengan apa saja, tanpa melihat baik dan buruk.
Apabila menisbahkan Islam kepada Hadharah dengan menyebut Islam Hadhari
tanpa mengambil dari hakikat ajaran Islam dan pengertian Hadharah maka akan
mengakibatkan kepada perbuatan yang sangat negatif termasuk resiko kesesatan.
Hadharah Islamiyah meletakkan Sibghah (memasukan) Islam kepada
Hadharah. Kalau disebut Islam Hadhari maka Islam pula yang disibghah
(dimasukan) dengan Hadharah. Kadang-kadang ada juga mereka yang
menisbahkan beberapa aspek ilmu Islam dengan Hadharah, seperti ilmu fiqih,
dimana mereka menyebut fiqih Hadhari. Itu hanya bebarapa aspek dalam ilmu
fiqih, karena di dalam ilmu fiqih terdapat nash-nash yang mengatasi Hadhari.
Dato‟ Dr. Haron Din menambahkan bahwa, perkataan Islam Hadhari akan
membawa kepada resiko kesesatan, ini disebabkan perkataan Islam Hadhari dapat
menggangap bahwa Islam bukan agama fitrah tetapi sebaliknya adalah mengikuti
pengaruh ajaran barat seperti teori Adalberto Kuhn dan orang yang berfikiran
52
Abu A‟la Maududi, Hak-hak Manusia dalam Islam, penterjemah Bambang Iriana
Djajaatmadja, cet. III, (Jakarta: Bumi aksara, 2005), hlm. 32
sama yang mengkaji asal usul agama. Agama menurut pendapatnya adalah salah
satu dari proses Hadharah yang berkembang bersama kejadian manusia seperti
sarana teori yang dibuat oleh Darwin yang sesat berkaitan asal dengan usul
manusia.53
Pembagian Hadharah menurut Dato‟ Dr. Haron Din terbagi menjadi dua
jenis, yaitu Hadharah Islamiyah dan Hadharah Jahiliyah. Dalam Islam terdapat
Hadharah yang lahir sendiri secara langsung dari ajaran Islam yang diturunkan
oleh mukjizat ilmu dari Al-Qur‟an. Hadharah ini telah dilaksanakan melalui
pembentukan negara Islam pertama kali di Madinah. Untuk Hadharah jahiliyah,
Islam dengan tegas menolak Hadharah jahiliyah, penolakan ini didasarkan dari
apa yang lahir di dalam masyarakat Arab, bangsa Nabi Muhammad SAW sendiri
seperti amalan-amalan penduduk Mekkah dan lain- lain yang bersifat syirik dan
zalim.
Dan perlu diingat bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan
kepada rasul-Nya, dengan kebenaran yang mutlak. Adapun Hadharah adalah
hasil dari proses yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Ada Hadharah yang
menepati ajaran Islam dan banyak pula yang berbeda dengan ajaran Islam. Maka
Islam tidak boleh sama sekali dinisbahkan dengan mudah kepada Hadharah.
Sepatutnya Hadharah yang dinisbahkan kepada Islam dan hendaklah disebut
53
Abdul Hadi Awang, Hadharah Islamiyah bukan Islam Hadhari , (Selangor: Nufair
Street Sdn Bhd, 2005), Cet. I, hlm.12
Hadharah Islamiyah, untuk tujuan menyatakan Hadharah yang berasal dari
Islam atau Hadharah kaum lain yang telah di Islamkan, kalau menisbahkan Islam
kepada Hadharah dengan menyebut Islam Hadhari maka Islam dapat disamakan
dengan Hadharah Jahiliyah yang menyesatkan akidah atau meruntuhkan akhlak.54
Kesimpulanya, Dengan melihat pemikiran Dato‟ Dr. Haron Din mengenai
konsep pemikiran di dalam Islam, hal ini akan sangat berguna sekali ketika di
terapkan di negara Malaysia, dikarenakan Malaysia merupakan negara yang
menjalankan ajaran agama Islam sehingga Islam menjadi agama resmi di dalam
negara. Lebih bermanfaat lagi ketika Dato‟ Dr. Haron Din diamanahkan menjadi
Wakil Ketua Dewan Pembena PAS, dan kesempatan ini tidak disia-siakan untuk
menerapkan konsep pemerintahan Islam di negeri yang dipimpinnya itu.
E. Kiprahnya dalam Penyebaran Politik Modern Islam di Malaysia
Langkah pertama yang dilakukan oleh Dato‟ Dr. Haron Din untuk
melakukan perubahan dalam bidang politik dan hukum yaitu menyatakan bahwa
corak pemerintahan dan pentadbiran (penyelenggaraan pemerintahan) serta
undang-undang di negeri Malaysia adalah Islam.55 Sehubungan dengan itu, ia
mengingatkan kepada semua anggota DPR atau Parlemen bahwa mereka
bukanlah sekelompok orang pemembuat undang-undang atau peraturan baru
yang belum ada. Tegasnya bahwa sebenarnya undang-undang dan peraturan
54
Abdul Hadi Awang, Hadharah Islamiyah bukan Islam Hadhari , (Selangor: Nufair
Street Sdn Bhd, 2005), Cet. I, hlm.12 55
Jamal Mohd Lokman Sulaiman, Biografi Tuan Guru Nik Abdul Aziz Bin Nik Mat Seorang Ulama‟ Serta Ahli Politik Malaysia di Abad Ke 20, (Selangor: Sulfa Human Resoucer & Development, 1999), cet. I, hlm. 127
untuk manusia telah ada, yaitu yang dibuat oleh Allah SWT sebagai Sang
Pencipta. MPR dan Parlemen sebenarnya tidak lebih sekedar tempat memproses
pemikiran yang bertujuan untuk mencari jalan untuk menyediakan tata cara
pelaksanaan undang-undang yang telah ada tersebut.56
Para ulama telah sepakat bahwa syari‟at Islam adalah lengkap dan syumul,
sesuai untuk dilaksanakan di dalam semua aspek kehidupan manusia di setiap
zaman dan tempat.57 Apabila sebuah negara itu diperintah oleh Islam, maka asas
penting pelaksanaan hukumnya juga hendaklah selaras dengan apa yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT, yaitu yang telah mewajibkan pemerintah
melaksanakan apa saja yang diturunkan kepada mereka, dan melarang mengambil
sumber lain sebagai sumber hukum.58
(45: 5/المائدة)
Artinya: “Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (Q.S: al-Maidah/5: 45)
Hukum Islam merupakan warisan yang ditinggalkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Dato‟ Dr. Haron Din juga menegaskan bahwa melaksanakan
hukum Islam itu merupakan suatu hal pokok dan penting untuk difahami. Perlu
diketahui juga bahwa tanpa adanya pemahaman dan upaya pelaksanaan hukum
56
Wawancara Pribadi dengan Setiausaha (Juru Bicara) Politik Menteri Besar Kelantan, Anual Bakhri Harun pada tanggal 8 Oktober 2008 d i Kelantan.
57 Abu Bakar Abdullah, Ke Arah Pelaksanaan Undang-undang Islam di Malaysia:
Masalah dan penyelesaiannya, (Kuala Terengganu: Pustaka Damai, 1986), cet. I, h lm. 164 58
Parti Islam se-Malaysia (PAS), Negara Islam, cet. IV, (Kuala Lumpur: Partai Islam se-
Malaysia (PAS) dan Nufair Street, 2004), h lm. 25
Islam tersebut maka dasar-dasar pemerintahan itu tidak selaras dengan landasan
Islam.59
Secara umum, kebijakan-kebijakan dilaksanakan di beberapa provensi
Malaysia seperti Kelantan yang diambil dari hasil pemikiran dari Dato‟ Dr. Haron
Din yang berkaitan dengan upaya-upaya penerapan hukum-hukum Islam adalah
sebagai berikut:
1. Pengharaman judi yang diberlakukan ;
2. Menutup klub-klub malam seperti diskotik dan lain- lain;
3. Menghapus kegiatan pelacuran (prostitusi);
4. Menggalakkan dan memberlakukan etika pakaian Islam (menutup aurat);
5. Pengaturan usaha jasa pangkas rambut (salon) dengan mengkhususkan wanita
bagi wanita dan pria bagi pria;
6. Mengatur penjualan arak, semua jenis arak tidak dibenarkan untuk dijual dan
diminum di tempat umum, termasuk di hotel-hotel, restoran-restoran ataupun
toko-toko makanan. Bagi non Muslim boleh minum di rumah-rumah
kediaman mereka ataupun di tempat-tempat yang bukan tempat umum;
7. Pemisahan tempat pembayaran (kasir) di semua pusat perbelanjaan antara
laki- laki dan perempuan
8. Menutup pusat hiburan, permainan snooker (billiard) diperbolehkan dengan
waktu yang terbatas dan diawasi dengan ketat;
59
Jamal Mohd Lokman Sulaiman, Biografi Tuan Guru Dato‟ Tuan Guru Nik Abdul Aziz
Bin Nik Mat Seorang Ulama‟ Serta Ahli Politik Malaysia di Abad Ke 20 , hlm. 128
9. Menggalakan papan tanda (plang, iklan atau reklame) berunsur dakwah, berisi
ayat al-Quran dan doa, melarang memperagakan gambar wanita yang
bertentangan dengan Islam (harus menutup aurat);
10. Membuat peraturan tentang pariwisata yang berprinsipkan Islam, misalnya
wisatawan asing tidak bebas berpakaian tidak sopan kecuali di tempat-tempat
tertentu saja.60
F. Penanganan Krisis Ekonomi dan Masalah Sosial di Malaysia
1. Masalah dalam Bidang Ekonomi
Setelah peristiwa 13 Mei 1969, kerajaan telah mencari solusi agar suku-suku
di Malaysia tidak lagi bertengkar karena hal yang tidak semestinya. Diantaranya
adalah dalam bidang ekonomi. Kerajaan telah mengadakan Dasar Ekonomi Baru
(DEB). DEB dirancang sebagai satu program jangka panjang yang akan berjalan
selama 20 tahun, bermula dari tahun 1970 hingga 1990. Pengurusan ekonomi
yang dijalankan di Malaysia adalah berdasarkan sistem ekonomi campuran
dimana pihak kerajaan dan swasta bergerak bersama untuk menyokong dasar dan
strategi pembangunan yang dirancang oleh kerajaan. Kerajaan melalui Unit
Perancangan Ekonomi (UPE) akan memantau keseluruhan termasuk pencapaian
sosioekonomi61.
60
http://members.tripod.com/tadahanWahyu/baru.html d iakses pada tanggal 15 Desember 2008, pukul 21.00 WIB
61 Penggerak Minda Rakyat INFO bil 4/2008, (Kuala Lumpur: Jabatan Penerangan Malaysia,
2008) h lm.8
Dengan struktur Rancangan Jangka Panjang, yang sederhana dan Pendek,
dasar pembangunan dan tujuan sosioekonomi ditetapkan. Sehingga hari ini,
kerajaan telah mengeluarkan 3 rancangan Jangka Panjang, 10 rancangan Lima
Tahun dan 10 Kajian ulang Rancangan Lima Tahun. tujuan utamanya adalah
penyusunan kembali masyarakat untuk mengurangi dan menghapuskan fanatik
kesukuan guna mengikuti fungsi- fungsi ekonomi dan menghapuskan
kemiskinan.62
Seterusnya dalam bidang ekonomi, ada beberapa kebijakan yang diambil
semenjak Dato‟ Dr. Haron Din menjabat dalam berbagai jabatan muamalat, yaitu
pengharaman riba. Menurutnya ekonomi tidak salah tetapi ahli ekonomi yang
telah membunuh ekonomi itu sendiri.
Dasar pengharaman riba tersebut adalah firman Allah SWT sebagai
berikut:
2275
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
62
Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Konsep Islam hadhari suatu Penjelasan (Kuala
Lumpur;Percetakan Nasional Malaysia; 2005), Cet. I, h lm.7
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.” (Q.S: al-Baqarah/2: 275)
Berkaitan dengan pengharaman riba ini, maka Dato‟ Dr. Haron Din juga
membuat kebijakan bahwa semua rekening milik kerajaan dialihkan atau
dipindahkan kepada bank Islam yang tidak berlandaskan riba.63 Kemudian bagi
pengusaha-pengusaha asing diperbolehkan membuka usaha perekonomian
misalnya dalam sektor perhotelan dan industri dengan syarat tidak melanggar
peraturan yang berlaku seperti mereka tidak boleh menyediakan tempat-tempat
perjudian, minuman beralkohol dan berbagai kegiatan maksiat.64
Ekonomi merupakan satu elemen terpenting yang menentukan jatuh
bangunnya sebuah negara. Sesuai dengan kehendak Islam, seterusnya
pengharaman judi ini bukan hanya dilihat dari sudut ajaran agama semata. Akan
tetapi juga dipandang dari sudut ekonomi dan sosial. Kegiatan perjudian
merupakan satu pembocoran aliran modal, suatu penyelewengan dalam
penggunaan sumber-sumber dan kegiatan kontrak produktif yang sia-sia. Sebelum
nasib pembeli tiket judi ini berubah, nasib pengusaha judi ini terlebih dahulu
dijamin. Kegiatan judi dapat menyebabkan seseorang akan menghabiskan
penghasilannya (uang) yang diperoleh dengan mengharapkan keuntungan berlipat
63
Harun Taib, Model Kerajaan Islam Membangun Bersama Islam, (Kuala Lumpur: Dewan Ulama‟ PAS Pusat, 2000), cet. I, hlm. 61
64 http://tranung2.tripod.com/b02/pas102.htm diakses pada tanggal 25 Desember 2008,
pukul 21.00 WIB
ganda dengan melupakan anak isteri yang mungkin kelaparan di rumah. 65 Dato‟
Dr. Haron Din menyeru kepada rakyatnya supaya menjadikan langkah peng-
haraman judi ini sebagai suatu perhatian bahwa kerajaan negeri bertekad
menjadikan rakyat yang berusaha mengubah nasib mereka sendiri dengan usaha
keras melalui kegiatan-kegiatan yang produktif dan bukannya mengharapkan
kepada nasib yang belum pasti untung ruginya.66
Secara umum langkah-langkah (kebijakan) yang dilakukan oleh Dato‟ Dr.
Haron Din dalam menyelesaikan masalah ekonomi meliputi:
a. Membedakan antara rekening halal dan haram;
b. Memindahkan rekening tabungan pegawai dari bank konvensional ke Bank
Islam atau Bank Muamalat;
c. Menerapkan sistem gadai Islam (al-Rahn) dan mengalihkan semua pajak
gadai konvensional kepada sistem Islam (al-Rahn).
d. Menganjurkan kepada perusahaan-perusahaan termasuk perusahaan kecil
yang memperoleh keuntungan agar membayar zakat;
2. Masalah dalam Bidang Sosial
65
Jamal Mohd Lokman Sulaiman, Biografi Tuan Guru Nik Abdul Aziz Bin Nik Mat Seorang Ulama‟ Serta Ahli Politik Malaysia di Abad Ke 20 , hlm. 131
66 Wawancara Pribadi dengan Setiausaha (Juru Bicara) Polit ik Menteri Besar Kelantan, Anual
Bakhri Harun pada tanggal 8 Oktober 2008 d i Kelantan.
Dalam artikel terdahulu ada di sebut bahawa gagasan 1 Malaysia adalah
berpedoman kepada prinsip-prinsip kenegaraan yang berasaskan lembaga
persatuan dan kekerukunanan Negara.
Kerukunanan Negara adalah sebagai satu ideolagi yang sudah sekian lama
diterima dan di fahami sebagai panduan, pedoman dan falsafah hidup rakyat
Malaysia. Kerukunan Negara diajarkan di sekolah dan terkandung dalam buku
sejarah dan pelajaran moral di Negara Malaysia. Generasi muda memahaminya
dengan jelas. Begitu juga rakyat Malaysia tidak peduli apa pun pemahaman
politiknya, menerima Kerukunan Negara sebagai ideologi Negara dan kerukunan
hidup bersama. Kerukunan Negara merupakan pengertian Islam yang tidak
tampak. Prinsip pertama kerukunan Negara yaitu „kepercayaan kepada tuhan‟
adalah umum untuk semua penganut agama di Negara ini. Sebagai Negara yang
mempunyai kepercayaan kepada tuhan menurut ajaran agama masing-masing.
Kerukunan Negara sebagai satu ideologi harus dilihat sebagai sesuatu yang
visioner yang melahirkan masyarakat yang bersatu-padu dan menciptakan
kehidupan yang lebih demokratik berasaskan kepada lima prinsip kerukunan
Negara.67
Kerukunan Negara sebagai ideolagi mesti juga dilihat sebagai etika dan
pegangan hidup bagi Negara, dasar kesatuan dan perpaduan bangsa serta
pedoman bagi kegiatan hidup masyarakat dari berbagai kaum dan budaya di
67
Mohd Ayop Abd Razid, Gagasan Satu Malaysia, (Kuala Lumpur,di terbit oleh
Kementeririan Penerangan Komuniksi dan Kebudayaan:2010)cet,II, hlm.47
Negara ini. Prinsip yang terkandung dalam kerukunan Negara harus dilihat dan
difahami sebagai nilai kenegaraan seperti Plato berpendirian bahwa nilai
kenegaraan adalah satu perkara yang sangat mendasarkan bagi setiap anggota
masyarakat atau Negara secara keseluruhan. Nilai kenegaraan ini merupakan
pedoman mengenai bagamana masyarakat atau rakyat sebuah Negara itu
disatukan dan sekaligus menunjukan warga Negara. Nilai kenagaraan ini boleh
dibentuk dalam bentuk ideologi. Kerukunan Negara sudah menjadi edeologi
rakyat Malaysia seperti pancasila menjadi ideologi rakyat Indonesia. Sekian lama
kerukunan Negara menjadi asas serta nilai dalam kehidupan yang diyakini dan
dipahami bersama oleh seluruh rakyat Malaysia tanpa mengira kaum dan agama.
Justeru, kerukunan Negara sudah menjadi semacam penyelenggaraan kehidupan
bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.68
Kerukunan Negara mengharuskan kelembagaan di bidang sosial. Di
antara usaha-usaha yang dilakukan untuk menerapkan Kerukunan Negara di
bidang sosial ialah membaca tentang Kerukunan Negara diwajibkan pada
kegiatan upacara disetiap sekolah dari tingkat rendah menengah hingga
perguruan tinggi. Begitu juga di kantor dan lembaga Kerajaan. Sehingga
sekarang, Kantor pengurus Negara masih mengamalkan tradisi membaca
Kerukunan Negara setiap kali upacara bulanan di kantor yang tersebut.69
Ibid, hlm 47 69
http://www.jasa.gov.my/index.php/bm/media/koleksi-artikel/1-politic/388-kerukunan-
negara-sebagai-etika-falsafah-dan-ideologi-.html/di akses pada tanggal 26/pabruari/ 2011
Malaysia adalah sebuah Negara yang mempunyai rakyat berbagai kaum,
agama, kebudayaan serta mengamalkan cara hidup yang berbeda. Perpaduan
Negara adalah tujuan penting dalam setiap dasar yang dilaksanakan oleh
Kerajaan seperti halnya dalam bidang ekonomi, sosial dan politik. Tanpa
perpaduan, negara akan terjerumus kepada berbagai ancaman dan kelemahan.
Ancaman dan kelemahan ini dapat mengakibatkan kedaulatan Negara terancam
dan terjadi huru-hara, kerusuhan kaum dan sebagainya .70
Di negara kita, kerajaan telah mengubah Kerukunan Negara sebagai
falsafah, etika dan ideologi (doktrin) negara. Sewajarnyalah setiap rakyat
memahami latar belakang, objektif dan prinsip Kerukunan Negara itu. Dari segi
latar belakangnya, Kerukunan Negara dirancang setelah berlakunya peristiwa
kerusuhan kaum pada 13 Mei 1969. Peristiwa tersebut telah mendorong
pemimpin negara dari pelbagai kaum memikirkan satu formula untuk
memulihkan perpaduan kaum yang lebih utuh dan kental. Tun Abdul Razak
Hussein yang mengetuai Majlis Gerakan Negara (MAGERAN) ketika itu telah
menubuhkan tiga lembaga yaitu Majlis Muhibah Negara, Jabatan Perpaduan
Negara dan Majlis Perundingan Negara. Hasil daripada perbincangan-
perbincangan yang diadakan oleh Majlis Perundingan Negara (MPN) maka
http://yds2u.com/perlembagaan-kelab/kerukunan-negara-1malaysia/di akses pada tanggal
26/pabruari/ 2011
op,cit hlm.47
lahirlah Kerukunan Negara. Kerukunan Negara disusun sebagai satu bentuk garis
panduan dalam membina masyarakat yang bersatu padu, adil dan harmoni.71
Kerukunan Negara harus dilihat sebagai „internal cohesion‟ atau kuasa
dalaman yang dapat mengikat perpaduan dan semangat patriotisme di kalangan
rakyat. Objek dan prinsip yang terkandung dalam Kerukunan Negara itu masih
releven untuk membentuk jati diri dan keperibadian rakyat. Apa yang perlu ialah
penghayatan terhadap Kerukunan Negara mesti diserukan kembali melalui
gagasan 1 Malaysia sebagaimana yang disarankan oleh kerajaan.
Seterusnya aspek sosial juga merupakan suatu sasaran utama transfomasi
Dato‟ Dr. Haron Din ketika memegang jabatan sebagai Wakil Ketua Mursyidul
Am PAS. Sebagai usaha mewujudkan penghasilan daya kerja yang produktif, ia
telah menginstruksikan semua pejabat PAS supaya bersikap amanah serta
bertanggungjawab dalam menjalankan tugas yang telah diberi mandat oleh rakyat.
Etika kerja menurut Islam bukanlah semata-mata menyempurnakan tugas dan
tanggungjawab itu saja.72 Sebaliknya yang lebih utama yaitu keikhlasan dalam
menjalankan sebuah tugas, karena segala pekerjaan tersebut akan diperhitungkan
oleh Allah SWT di akhirat kelak. Beban tugas yang diselesaikan dengan penuh
keikhlasan, tanggung jawab dan amanah itu akan membersihkan diri mereka dari
71
Op,cit hlm.47
72 http://yds2u.com/perlembagaan-kelab/kerukunan-negara-1malaysia/di akses pada tanggal
26/pabruari/ 2011
perbuatan-perbuatan kotor seperti risywah (korupsi), bolos kerja, pilih kasih
dalam pelayanan (kolusi dan nepotisme) dan lain- lain.
Dalam hal budaya misalnya, Dato‟ Dr. Haron Din menginstruksikan
supaya semua majlis-majlis pertemuan dimulai dengan membaca surah al-
Fatihah dan diakhiri dengan membaca surah al-„Ashri dan Tasbih Kifarat
Majlis.73 Tujuan utama dilakukan adab membuka dan menutup majlis-majlis
adalah untuk semua aktivitas yang dilaksanakan itu menjadi suatu ibadah. 74
Dato‟ Dr. Haron Din menyedari realitas kehidupan tetap tidak terpisah
dari unsur-unsur kebudayaan dan tradisi, warisan tradisi inilah yang
mencerminkan identitas suatu bangsa. Namun dia tidak mau tercemar dengan
unsur-unsur yang negetif seperti pemujaan (syirik) dan perjudian. Permainan
gasing contohnya, pada awalnya merupakan suatu yang baik dan tidak
bertentangan dengan kehendak dan tuntutan Islam serta banyak memberikan
pengaruh yang positif terutama sekali di dalam merapatkan hubungan silaturrahmi
antara pemain dengan masyarakat. Tetapi, lama-kelamaan dalam permainan
tersebut terdapat unsur-unsur perjudian dan pemujaan. Hal seperti inilah dianggap
bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam yang sebenarnya.75
Pada hakikatnya, Islam tidak mengharamkan permainan tradisi rakyat
seperti gasing, „wau‟ (layang- layang), „dikir barat‟, „wayang kulit‟, „mah yong‟
73
Bunyi do‟a tersebut adalah: سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان ال إله إاّل أنت استغفرك واتىب إليك 74
Jamal Mohd Lokman Sulaiman, Biografi Tuan Guru Nik Abdul Aziz Bin Nik Mat Seorang Ulama‟ Serta Ahli Politik Malaysia di Abad Ke 20 , hlm. 129
75 Jamal Mohd Lokman Sulaiman, Biografi Tuan Guru Nik Abdul Aziz Bin Nik Mat Seorang
Ulama‟ Serta Ahli Politik Malaysia di Abad Ke 20 , hlm. 140
(hiburan rakyat), dan sebagainya. Tetapi, pengharaman ini berlaku apabila
terdapat unsur-unsur yang melampaui batas atau bertentangan dengan ajaran
Islam seperti penampilan wanita dalam acara-acara hiburan rakyat tersebut dan
lainnya.
Kesimpulanya, inisiatif Dato‟ Dr. Haron Din terhadap masalah
masyarakat di Malaysia mencerminkan bahwa di sana terdapat gerak pengaruh
pemikiran Dato‟ Dr. Haron Din benar-benar ingin melahirkan insan yang
bermoral dan sejahtera sesuai dengan cita-cita Islam. Seterusnya, peneliti
membuat kajian tentang hal-hal terkait dasar-dasar pemikiran politik dan respon
dari masyarakat, yaitu Sumber data responsif masyarakat di daerah Negeri
Bagian Selangor pada tanggal 24/02/2011 terhadap paham „kedudukan politik
Islam di Malaysia‟, penelitian ini di lakukan studi lampangan dengan metode hak
angket, sementara hepotesa ini juga dilakukan dalam bentuk pendekatan induktif
analitis (meneliti paham atau pemikiran masyarakat Selangor) dan juga dengan
pendekatan kutitatif ( kraktistik dan jumlah penduduk Selangor).76
No Pokok Penelitian Responsif dari masyarakat
Jumlah
01 Adakah melihat sistem politik di
Malaysia mengaplikasikan sistem pemerintahan Islam?
setuju
tidak setuju
75%
25%
02 Adakah partai-partai politik di Malaysia mengamalkan konsep
demokrasi yang adil?
setuju tidak setuju
81% 19%
03 Adakah akan wujudnya/keuntungan seandainya
partai PAS dan UMNO
setuju tidak setuju
50% 50%
76
Kajian di lakukan pada tanggal 24/02/2011 di negeri Bagaian Selagor.
bergabung?
04 Adakah krisis politik akan menjejaskan ekonomi dan
seterusnya menyebabakan rakyat menderita?
setuju tidak setuju
76% 24%
05 Adakah berpolitik di Malaysia
dihalang atau dikawal oleh golongan tertentu?
setuju
tidak setuju
67%
43%
06 Adakah politik uang yang di amalkan sebagian pihak akan
memberi kesan negatif kepada masyarakat dan Negara?
setuju tidak setuju
50% 50%
07 Adakah ahli politik muda lebih
layak memegang jawatan pemerintahan dibanding dengan
ahli politik dewasa?
setuju
tidak setuju
88%
12%
08 Adakah politik dan agama boleh disatukan dalam pemerintahan sebuah negara?
setuju tidak setuju
90% 10%
09 Adakah Malaysia akan lebih
maju jika berada di bawah pemerintahan Islam?
setuju
tidak setuju
70%
30%
10 Bangsa apakah yang lebih
menguasai dalam bidang politik di Malaysia?
Melayu
Cina India
49%
36% 15%
BAB V
PENUTUP
Pada bab terakhir ini penulis memberikan beberapa kesimpulan dari apa yang
telah penulis paparkan pada bab-bab sebelumnya, kemudian penulis juga menyampai-
kan saran-saran kepada pihak-pihak yang terkait.
A. Kesimpulan
Dari penjelasan bab-bab terdahulu dan untuk mengakhiri pembahasan
dalam skripsi ini, penulis membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa seacara umum, pemerintahan dan hubungan politik Malaysia
dilindungi dan dijamin oleh Undang-undang Dasar (Perlembagaan) Malaysia,
yaitu tentang hak memilih dan dipilih, hak dan kebebasan berkumpul atau
berserikat serta hak atas kebebasan berpendapat. Namun, hal itu semua diatur
sedemikian rupa dan diberikan batasan-batasan tertentu dengan memberikan
syarat-syarat tertentu seperti ada persyaratan dalam hak memilih dan dipilih,
demikian juga ada syarat-syarat tertentu dalam membentuk suatu organisasi
atau pertubuhan dan mengeluarkan pendapat, sehingga hak atau kebebasan
tersebut tidak bebas tanpa batas.
Jaminan atau perlindungan hak-hak politik tersebut diberikan kepada
semua warga negara sama rata, tanpa membedakan golongan-golongan
tertentu maupun ras, status sosial ekonomi dan budaya. Akan tetapi dalam hal-
hal tertentu terutama yang menyangkut hal ihwal kepemimpinan dan
pengurusan agama Islam, terdapat jabatan-jabatan politik yang tidak diberikan
kepada non Melayu dan hal ini ditetapkan dalam undang-undang negara-
negara bagian yang bersultan, jabatan-jabatan itu antara lain jabatan Sultan
atau Raja, Menteri Besar, Mufti, Hakim di Mahkamah Syari‟ah dan jabatan
ketua angkatan bersenjata oleh Yang di-Pertuan Agung. Hal tersebut jika
dilihat dari konsep ketatanegaraan Islam terdapat kesesuaian atau persamaan,
yaitu dalam konsep ketatanegaraan Islam pun terdapat jabatan-jabatan yang
tidak boleh dipegang oleh ahl al-Dzimmi (non Muslim), seperti jabatan
Kepala Negara, Panglima Perang, ketua Majelis Syura, Hakim bagi orang
Islam dan jabatan-jabatan lain yang berkaitan langsung dengan urusan agama
Islam. Adanya ketentuan tersebut karena dalam politik Is lam bahwa
kepemimpinan harus di tangan orang Islam yang bertanggungjawab atas
urusan dunia dan menjalankan hukum-hukum Islam.
2. Bahwa kebijakan politik Islam yang diambil oleh seorang Dato‟ Dr. Haron
Din Malaysia, ia berupaya mengambil langkah-langkah dan upaya untuk
menerapkan hukum Islam secara menyeluruh. Kebijakan-kebijakan itu
meliputi dalam bidang politik dan hukum, bidang ekonomi, sosial budaya
dan pendidikan. Upaya untuk menerapkan hukum Islam melalui kebijakan-
kebijakan politik tersebut tidaklah mudah, tentunya selain adanya peluang
yang mendukung terlaksananya kebijakan tersebut, juga terdapat hambatan
dan tantangan yang dihadapi. Hambatan atau tantangan yang dihadapi oleh
Dato‟ Dr. Haron Din dan PAS di antaranya ada pembatasan kewenangan yang
diberikan oleh Perlembagaan Persekutuan (Undang-undang Dasar Negara
Malaysia) untuk membentuk perundang-undangan Islam, adanya hegemoni
partai yang berkuasa di Malaysia yaitu UMNO yang menguasai media massa
sehingga Dato‟ Dr. Haron Din dan PAS tidak begitu leluasa membuat opini
dan berdakwah, selain itu adanya kemajemukan masyarakat terutama
masyarakat non-Muslim yang melakukan kritikan bahkan penolakan terhadap
kebijakan-kebijakan tersebut.
3. Dato‟ Dr. Haron Din adalah seorang tokoh bahkan sekaligus Timbalan
Mursyidul Am PAS . Apa yang ia lakukan dalam Islamisasi Malaysia
dipengaruhi oleh pemikiran PAS atau dengan kata lain Islamisasi tersebut
merupakan upaya untuk mengimplementasikan pemikiran PAS.
B. Saran-saran
Dengan melihat pemikiran Dato‟ Dr. Haron Din mengenai konsep
pemerintahan di dalam Islam hal ini sangat berguna sekali ketika di terapkan di
negara Malaysia, dikarenakan Malaysia merupakan negara yang menjalankan
ajaran agama Islam sehingga Islam menjadi agama resmi di dalam negara. Lebih
bermanfaat lagi ketika Dato‟ Dr. Haron Din diamanahkan menjadi Timbalan
Mursyidul „Am PAS, dan kesempatan ini tidak disia-siakan untuk menerapkan
konsep pemerintahan Islam di Malaysia.
Dengan melihat masukan di atas mudah-mudahan pemerintahan yang ingin
diterapkan oleh Dato‟ Dr. Haron Din kesemuanya itu dapat dipenuhi. Namun
demikian penulis yakin akan kemampuan Dato‟ Dr. Haron Din untuk dapat
membentuk sebuah pemerintahan kearah yang lebih baik, hal itu sudah dibuktikan
oleh beliau sewaktu menjabat menjadi Wakil Ketua Dewan Pembena Am PAS
DAFTAR PUSTAKA
al-Quran al-Karim
Abdullah, Abdul Rahman. Pemikiran Islam di Malaysia, Jakarta: gema Insani,1997 Abd Razid, Mohd Ayop, Gagasan 1 Malaysia, (Kuala Lumpur: Kementerian
Penerangan Komunikasi dan Kebudayaaan, 2010), cet I.
Abu Bakar, Muhammad, Islam dan Nasionalisme pada Masyarakat Melayu Dewasa ini, dalam Taufiq Abdullah (ed), Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta:LP3ES, 1988), cet. I
Ahmed Vaezi, Agama Politik Nalar Politik Islam, (Jakarta, Penerbit Citra: 2006) Cet.
I Al-Badri, Abd Aziz, Politik Ulama dalam Menghadapi Penguasa Islam, (Bandung,
Pustaka Setia: 2005), cet. I
Al-Maududi, Abu A‟la, Khilafah dan Kerajaan (Konsep Pemerintahan Islam Serta Studi Kritis Kerajaan Bani Umayah dan Bani Abbas), Bandung; Mizan, Cet. I, 2007
Al-Qaradhawi,Yusuf, Agama dan Politik, edisi Malaysia terj: Ibnu Sham ( Kuala
Lumpur, Alam Raya Interprise: 2010), Cet. II Ali, Syed Husin, “Orang Melayu: Masalah dan Masa Depan”, (Kuala Lumpur :
Buku harakah, 2008), cet. I
Anwari Wmk, Demokrasi Suatu Keharusan, ( Jakarta, Cetakan Khanata: 2004), Cet. I Awang, Abdul Hadi. Sistem Pemerintahan Negara Islam, Pulau Pinang: Dewan
Muslimat, 1995
-----, Islam dan Demokrasi, Selangor: PTS Islamika, 2007 ------, Hadharah Islamiyyah bukan Islam Hadhari, Kuala Lumpur: Nufair Street,
2005
Awang, Mohd Faiz, “Nasionalisme Dalam Pandangan Partai Islam Se-Malaysia (Pas)”, ( Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009 )
A.W Widjaja, “ Tinjauan Undang-Undang Dasar Indonesia Malaysia Singapora,
Konstitusi Perbandingan”, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987), cet. I
Azhar, Muhammad, Filsafat Politik: Perbandingan Antara Islam dan Barat, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1997), cet. I Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, ( Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama:
2009), Cet. IV
Chamil Wariya, “Perjuangan Membela Melayu”, (Kuala Lumpur : Media Global Matrix, 2006), cet. I
Din, Haron, Islam Jihad Sebagai Survival Insan, ( Selangor, Pecetakan Zafar Sdn Bhd: 2007), Cet. I
------, Islam Keadilan Membebaskan Manusia, ( Selangor, Percetakan Zafar Sdn Bhd:
2007), Cet. I
Hakim, Masykur, Pemikiran Politik Islam Modern, ( Jakarta, Pelita Insani: 2002),
Cet. I Hadad, Ismid, Kebudyaan Politik dan Keadilan Sosial, ( Jakarta, Repro International:
1981), Cet. II
Imam Al-Mawardi, Al-Ahkam As-Sulthaniyyah, edisi Indonesia terj: Fadhli Bahri ( Jakarta, PT Darul Falah: 2007) Cet. III
------, Fiqih Daulah dalam Perspektif Al-Quran dan Sunnah, edisi Malaysia terj: Kathur Suhardi ( Kuala Lumpur, Pustaka Al-Kautsar: 2000), Cet. VII
Marwan, Iwan, Nasionalisme Ahmad Hassan, Studi Pemikiran Ahmad Hassan
Tentang Paham Kebangsaan”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddian dan Filsafat,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007 )
Malik Madaniy, Politik Berpayung Fiqh, ( Yogjakarta, PT LKiS Printing Cemerlang: 2010), Cet. I
Muhamad Al-Anbariy, Khalid, Sistem politik Islam, edisi Malaysia terj: Wan Hassan Wan Mat ( Kuala Lumpur, Telaga Biru: 2008), Cet. I
Muhammad Abdul Qadir, Fiqh Siasah Menurut Imam Syahid Hassan Al-Banna, edisi
Malaysia terj: Muhamaf Zaini Yahaya ( Kuala Lumpur, Pustaka Syuhada: 2000), Cet. I
Mutalib, Hussin, “Islam dan Etnisitas Perspektif Politik Melayu”, (Jakarta: PT
Pustaka LP3ES, 1996), cet. I Nazir, Mohammad, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983), cet.III
Pejabat Agung PAS. Perlembagaan Partai Islam se-Malaysia (Pindaan 2001),
Selangor: Selangor Darul Ihsan, 2002 Perlembagaan Persekutuan, (Selangor, Lembaga Penyelidikan Undang-Undang:
2009)
Perlembagaan Partai Islam Se-Malaysia (PAS), (Selangor: Pejabat Agung Pas, 2002), cet. I
Saadon, Roslan, “Gagasan Nasionalisme Melayu Raya : Pertumbuhan dan Perkembangannya”, (Selangor : Karisma Productions, 2008), cet. I
Sularto, H.Agus Salim (1884-1954) Tentang Perang, Jihad dan Pluralisme,
(Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2004)
Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik, ( Jakarta, PT Grasindo: 2007), Cet. VI
Tagore, Rabindranath, “Nasionalisme”, (Jakarta : Balai Pustaka, 1949)
Yahya, Mohammad Adnin , “Konsep Negara Islam Di Malaysia (Menurut UMNO dan PAS)”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006 )
Yusof, Mujahid, Wajah Baru Politik Malaysia, ( Selangor, Farhus Interprise: 2009)
Cet. I
Situs Internet dan Wawancara;
Wawancara Pribadi dengan Setiausaha (Juru Bicara) Politik Menteri Besar Kelantan, Anual Bakhri Harun pada tanggal 13/2/2011 di Kelantan.
Ucapan Dato‟ Seri Abdullah Ahmad Badawi, YAB Perdana Menteri Malaysia, Rapat Agung UMNO ke-55, Pusat Dagangan Dunia Putra, Kuala Lumpur, 23 September
2004.
http://www.djpp.depkumham.go.id/htn-dan-puu/438-sistem-multi-partai-presidensial-
dan-persoalan-efektivitas-pemerintah.html
http://beritasore.com/2008/07/11/multi-partai-cerminkan-asas-politik-homo-homini-lupus
http://www.djpp.depkumham.go.id/htn-dan-puu/438-sistem-multi-partai-presidensial-dan-persoalan-efektivitas-pemerintah.html
http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/sistem-kepartaian-dan-partai-politik.html
http://www.alahkam.net/home/index.php?option=com_content&view=article&id=6147%3Adatuk-dr-haron-din-tokoh-maal-hijrah-selangor-1432
http://www.alahkam.net/home/index.php?option=com_content&view=article&id=6147%3Adatuk-dr-haron-din-tokoh-maal-hijrah-selangor-1432