penanganan koinfeksi human immunodeficiency virus dan

3
PENANGANAN KOINFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN VIRUS HEPATITIS B Sostro Mulyo SMF Penyakit Dalam, RSUD Siwa, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan A. PENDAHULUAN Koinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan virus hepatitis B (VHB) menjadi masalah yang banyak dijumpai di dunia dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien HIV. Sebanyak 70% pasien HIV terbukti mengalami infeksi hepatitis B akut maupun kronik dan didapatkan 5-10% pasien HIV terbukti mengalami infeksi hepatitis B kronik yang dibuktikan dengan hasil pemeriksaan HBsAg positif lebih dari 6 bulan. Berbeda dengan pasien monoinfeksi VHB, hanya 50% pasien HIV dengan VHB yang mengalami klirens spontan sehingga kemungkinan untuk menjadi hepatitis B kronik 10 kali lebih tinggi dibandingkan populasi sehat. (Koinfeksi HIV-VHB,2014) Pada pasien koinfeksi HIV-VHB, B. EPIDEMIOLOGI Berdasarkan laporan global UNAIDS tahun 2013, Indonesia menjadi salah satu negara dengan peningkatan angka kejadian infeksi HIV tertinggi di Asia. Data Riskesdas tahun 2012 menunjukkan estimasi prevalensi HIV di Indonesia sebesar 591.823. Adanya kesamaan cara transmisi infeksi HIV dan VHB menyebabkan tingginya angka kejadian koinfeksi HIV-VHB. Data dari klinik UPT HIV RS Cipto Mangunkusumo tahun 2004-2009 menunjukkan angka kejadian koinfeksi VHB pada 3.613 pasien yang baru terdeteksi HIV sebesar 11.7%. C. PERAN KOINFEKSI HIV-VHB 1. Peran HIV pada perjalanan alamiah VHB Pada pasien hepatitis B kronik, adanya koinfeksi dengan HIV secara bermakna dapat mempengaruhi perjalanan alamiah VHB. Pasien dengan infeksi HIV dan hepatitis B kronik memiliki DNA VHB yang lebih tinggi dan kemungkinan klirens spontan VHB yang lebih rendah. Selain itu, adanya HIV juga meningkatkan risiko

Upload: sostro

Post on 14-Jul-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

referensi

TRANSCRIPT

Page 1: Penanganan Koinfeksi Human Immunodeficiency Virus Dan

PENANGANAN KOINFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DANVIRUS HEPATITIS B

Sostro Mulyo

SMF Penyakit Dalam, RSUD Siwa, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan

A. PENDAHULUANKoinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan virus hepatitis B (VHB)

menjadi masalah yang banyak dijumpai di dunia dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien HIV. Sebanyak 70% pasien HIV terbukti mengalami infeksi hepatitis B akut maupun kronik dan didapatkan 5-10% pasien HIV terbukti mengalami infeksi hepatitis B kronik yang dibuktikan dengan hasil pemeriksaan HBsAg positif lebih dari 6 bulan. Berbeda dengan pasien monoinfeksi VHB, hanya 50% pasien HIV dengan VHB yang mengalami klirens spontan sehingga kemungkinan untuk menjadi hepatitis B kronik 10 kali lebih tinggi dibandingkan populasi sehat.(Koinfeksi HIV-VHB,2014)

Pada pasien koinfeksi HIV-VHB,

B. EPIDEMIOLOGIBerdasarkan laporan global UNAIDS tahun 2013, Indonesia menjadi salah satu

negara dengan peningkatan angka kejadian infeksi HIV tertinggi di Asia. Data Riskesdas tahun 2012 menunjukkan estimasi prevalensi HIV di Indonesia sebesar 591.823. Adanya kesamaan cara transmisi infeksi HIV dan VHB menyebabkan tingginya angka kejadian koinfeksi HIV-VHB. Data dari klinik UPT HIV RS Cipto Mangunkusumo tahun 2004-2009 menunjukkan angka kejadian koinfeksi VHB pada 3.613 pasien yang baru terdeteksi HIV sebesar 11.7%.

C. PERAN KOINFEKSI HIV-VHB1. Peran HIV pada perjalanan alamiah VHB

Pada pasien hepatitis B kronik, adanya koinfeksi dengan HIV secara bermakna dapat mempengaruhi perjalanan alamiah VHB. Pasien dengan infeksi HIV dan hepatitis B kronik memiliki DNA VHB yang lebih tinggi dan kemungkinan klirens spontan VHB yang lebih rendah. Selain itu, adanya HIV juga meningkatkan risiko pasien mengalami sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler sehingga morbiditas dan mortalitas menjadi meningkat pula.

Beberapa penyebab tingginya morbiditas dan mortalitas terkait penyakit hati pada pasien koinfeksi HIV-HVB yakni sebagai berikut:

a. Peningkatan replikasi VHBb. Penurunan klirens spontan HBeAgc. Peningkatan risiko infeksi hepatitis B kronikd. Peningkatan progresi penyakit hati

2. Peran VHB pada perjalanan alamiah HIVHingga saat ini data yang terkait peran VHB dalam perjalanan alamiah HIV masih

kontroversial. Beberapa studi menunjukkan adanya peranan VHB dalam perjalanan alamiah HIV yaitu meningkatkan replikasi virus HIV sehingga mempercepat HIV menjadi AIDS, meningkatkan hepatotoksik akibat terapi antiretroviral (ARV), menurunkan CD4 pada pasien sirosis dan hipersplenisme. Namun studi terbaru menunjukkan tidak ada data yang kuat

Page 2: Penanganan Koinfeksi Human Immunodeficiency Virus Dan

bahwa VHB memiliki pengaruh dalam respons HIV terhadap ARV, perkembangan HIV menjadi AIDS, dan menurunkan CD4.

D. DIAGNOSIS HEPATITIS B PADA INFEKSI HIV

E. PENATALAKSANAAN HEPATITIS B KRONIK PADA PASIEN HIVTujuan penatalaksanaan pasien koinfeksi HIV-VHB adalah menurunkan progresifitas

berkembangnya sirosis hati serta mencegah dekompensasi hati dan karsinoma hepatoseluler. Target terapi koinfeksi HIV-VHB adalah menekan secara efisien dan persisten replikasi VHB dan menghentikan progresivitas penyakit baik komplikasi maupun kematian terkait penyakit hati.(Koinfeksi HIV-VHB,2014)

Langkah selanjutnya dalam penatalaksanaan koinfeksi HIV-VHB adalah mengevaluasi apakah pasien tersebut membutuhkan terapi anti-HIV. Pada pasien koinfeksi HIV-HVB yang belum membutuhkan terapi anti-HIV, indikasi terapi hepatitis B kronik sama dengan pasien hepatitis B kronik tanpa koinfeksi yakni: 1) HBeAg positif bila DNA VHB > 20.000 IU/mL dan ALT > 2 kali batas atas normal, 2) HBeAg negatif dan sirosis hati terkompensasi bila DNA HBV > 2.000 IU/mL dan ALT > 2 kali batas atas normal, dan 3) sirosis hati dekompensata.(Konsensus HB,2012)

Pada pasien koinfeksi HIV-VHB yang membutuhkan terapi anti-HIV, pilihan utama adalah kombinasi tenofovir dan emtricitabine atau lamivudin.

Gambar 1. (Soriano,2013)

F. xxxxx