penapisan senyawa-senyawa yang terjerap pada …

74
i i PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA GLI-DYNABEADS SECARA ULTRA FAST LIQUID CHROMATOGRAPHY (UFLC) DARI EKSTRAK METANOL BEBERAPA TANAMAN SUKU LAMIACEAE DAN PIPERACEAE DEFI LIESTIAWATI PHINHAER N111 08 305 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

i

i

PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP

PADA GLI-DYNABEADS SECARA ULTRA FAST LIQUID

CHROMATOGRAPHY (UFLC) DARI EKSTRAK METANOL

BEBERAPA TANAMAN SUKU LAMIACEAE DAN

PIPERACEAE

DEFI LIESTIAWATI PHINHAER N111 08 305

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2013

Page 2: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

ii

ii

PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA GLI-

DYNABEADS SECARA ULTRA FAST LIQUID CHROMATOGRAPHY

(UFLC) DARI EKSTRAK METANOL BEBERAPA TANAMAN SUKU

LAMIACEAE DAN PIPERACEAE

SKRIPSI

Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana

DEFI LIESTIAWATI PHINHAER

N111 08 305

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Page 3: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

iii

iii

PERSETUJUAN

PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA GLI-

DYNABEADS SECARA ULTRA FAST LIQUID CHROMATOGRAPHY

(UFLC) DARI EKSTRAK METANOL BEBERAPA TANAMAN SUKU

LAMIACEAE DAN PIPERACEAE

DEFI LIESTIAWATI PHINHAER

N111 08 305

Disetujui oleh :

Pembimbing Utama,

Yusnita Rifai, S.Si., M.Pharm., Ph.D.,Apt. NIP. 19751117 200012 2 001

Pembimbing Pertama,

Subehan, S.Si.,M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt. NIP. 19750925 200112 1 002

Pada tanggal, 2013

Page 4: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

iv

iv

PENGESAHAN

PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA GLI-

DYNABEADS SECARA ULTRA FAST LIQUID CHROMATOGRAPHY

(UFLC) DARI EKSTRAK METANOL BEBERAPA TANAMAN SUKU

LAMIACEAE DAN PIPERACEAE

Oleh :

DEFI LIESTIAWATI PHINHAER

N111 08 305

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Pada Tanggal 2013

Panitia Penguji Skripsi

1. Ketua

Prof.Dr.Hj.Asnah Marzuki, M.Si., Apt. :………………..

2. Sekretaris

Dr.Hj.Latifah Rahman, DESS., Apt. : ……………….

3. Ex Officio

Yusnita Rifai, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt. : ……………….

4. Ex Officio

Subehan, S.Si.,M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt. : ……………….

5. Anggota

Abdul Rahim, S.Si., M.Si., Apt. : ……………….

Mengetahui :

Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt. NIP. 19560114 198601 2 001

Page 5: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

v

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya

sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh

gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan

saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak

benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.

Makassar, 2013

Penyusun,

DEFI LIESTIAWATI P.

Page 6: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

vi

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Subhanallahu Wal Hamdulillahu Wa Laa Ilaaha Illallahu Wallahu

Akbar. Tiada kata terindah yang patut keluar dari lisan penulis, selain kata

“syukur” ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang telah melimpahkan rahmat

dan inayah-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Shalawat

serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabiyullah Muhammad

Shallallahu „alaihi Wasallam, khataamul ‘anbiyaa dan Rasul pembawa panji-panji

Islam yang selalu menjadi semangat perjuangan kita dalam setiap langkah kita

menuju ke kehidupan yang lebih bermakna kedepannya.

Tulisan ini dipersembahkan special untuk keluarga tercinta dan Terima

kasihku terucap dari hati yang paling dalam, serta rasa sayang penulis haturkan

kepada ayahanda Drs.H.Darpin,M.Si dan ibunda Hj.Haeriah yang tidak pernah

bosan memberi semangat, motivasi dan senantiasa selalu berdoa yang terbaik

untuk anak tercinta. Hal ini sangat berarti kepada penulis karena dengan motivasi

dan doa yang diberikan, penulis bisa melewati kendala dalam penyelesaian

skripsi ini.

Kepada Saudara penulis Muh.Agus Phinhaer,S.Km dan kakak ipar

beserta ponakanku tercinta Khanza Azka Maulidina yang selalu membuat

penulis tersenyum manis serta seluruh keluarga yang telah memberiku

semangat untuk menggapai asa dan cita demi keberhasilanku di dunia, penulis

haturkan terima kasih. Tak luput pula penulis mengucapkan terimakasih yang

tulus kepada :

Page 7: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

vii

vii

1. Kepada Ibu Yusnita Rifai, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt dan Bapak

Subehan S.Si., M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt. sebagai pembimbing utama dan

sebagai pembimbing pertama penulis yang telah penulis anggap sebagai

orang tua kedua penulis yang telah begitu banyak memberikan bimbingan

serta motivasi dan pengalaman yang sangat berharga buat penulis

kedepannya serta telah meluangkan waktu dalam memberi petunjuk

motivasi dan nasehat-nasehat dalam membimbing mulai saat

perencanaan penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Penulis

menyadari karya kecil ini mungkin tidak terselesaikan secepat ini tanpa

bantuan beliau.

2. Kepada Dekan Fakultas Farmasi, Prof. Dr. Elly Wahyuddin, DEA., Apt.,

dan Dra. Ermina Pakki., M.Si.,Apt selaku penasehat akademik penulis

yang telah memberikan masukan dan arahan selama proses perkuliahan

hingga memperoleh gelar sarjana.

3. Kepada Ibu Prof.Hj. Asnah Marzuki, M.Si, Apt., Dr.Hj. Latifah Rahman,

DESS, Apt., dan Bapak Abdul Rahim, S.Si, M.Si, Apt. selaku dosen

penguji yang telah memberikan kritk dan saran kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan I, Prof. Dr.

rer-nat. Marianti A. Manggau, Apt. selaku Wakil Dekan II, dan Drs. Abd.

Muzakkir Rewa, M.Si., Apt selaku Wakil Dekan III, serta seluruh Pegawai

Akademik dan staff pegawai Fakultas Farmasi UNHAS serta para laboran

disetiap laboratorium yang telah banyak membantu penulis dalam dunia

kampus ini.

Page 8: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

viii

viii

5. Kepada Arie Rhoedyat Swardhani,S.Ked terimakasih untuk kesabaran

dan kesetian dalam memahami penulis selama ini.

6. Kepada sahabat-sahabatku ”EP” Nur Hasanah, Ramdhayani, Hartanti

Probo Rini, S.Si, Fitri R.amelia, S.Si, Amirah Pratiwi, S.Si, Sri

Wahyuningsih, S.Si terima kasih telah menjadi sahabat yang setia

membantu dan kompak didalam masa perkuliahan dan terkhusus kepada

Sazidha F.Abay, S.Si terimakasih telah menjadi partner yang setia

menemani penulis dalam suka dan duka selama penelitian mulai dari

awal hingga terlaksananya penelitian.

7. Kepada sahabat sepanjang masa Defan‟s; Ade Rahmayani,S.ked, Fitri

Oktovina,S.Ked, Nurul Vidya, S.Km, Pransiska Archivianti, S.T,

Hermalasary,S.P, Secilia Wahyuni terima kasih telah memberi dukungan

didalam penyelesaian skripsi ini.

8. Untuk teman-teman steroid angkatan 2008 terima kasih telah

memberikan banyak kecerian, dukungan dan kebersamaan kalian selama

penulis menempuh masa perkuliahan di Fakultas Farmasi

Unhas,terkhusus kepada Ferliem, S.Si terima kasih atas bantuan dan

bimbingannya pada proses pengerjaan penelitian.

9. Jajaran Laboratorium Biofarmaka. Terimakasih untuk Kanda Ismail, S.Si.,

Apt., Ibu Beti Sapada, Kak Eci yang berperan dalam membantu penulis

hingga memperoleh hasil yang sesuai dalam pelaksanaan penelitian.

10. Kepada pihak yang tidak sempat disebut namanya, penulis mohon maaf

dan semoga Allah membalas semua kebaikan kalian selama ini.

Penulis sangat menyadari, dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari bentuk kesempurnaan, sehingga saran, dan kritik yang

Page 9: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

ix

ix

membangun sangat diharapkan oleh penulis kedepannya. Akhir kata semoga

apa yang penulis persembahkan ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu

pengetahuan kedepannya. Amin

Makassar, 2013

Penulis,

DEFI LIESTIAWATI P.

Page 10: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

x

x

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang penapisan senyawa-senyawa

yang terjerap pada gli-dynabeads secara ultra fast liquid chromatography

(UFLC) dari ekstrak metanol beberapa tanaman suku lamiaceae dan

piperaceae. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penapisan tanaman

suku Lamiaceae dan Piperaceae yang aktif pada protein GLI. Penelitian ini

diawali dengan penyiapan dan pangaktifan GLI-Dynabeads. Sampel yang

aktif terhadap protein GLI di analisis menggunakan alat UFLC. Sampel

sebanyak 20 µL diambil diinjeksikan pada alat UFLC dengan kolom Shim-

pack VP-ODS 150x4,6 mml.D, detektor UV-Diode Array (PDA), fase

gerak metanol, kecepatan alir 1,000 mL/ menit, suhu kolom 30ºC, waktu

pengoperasian 5 menit tiap sampel. Parameter yang digunakan dalam

penelitian ini adalah adanya endapan ketika suspensi GLI-dynabeads

dicampurkan dengan ekstrak tanaman Lamiaceae dan Piperaceae dan

kesamaan waktu retensi (tR). Hasil analisis menunjukkan ada satu

tanaman suku Lamiaceae yaitu Selasih (Ocinum basillicum L.) dan dua

tanaman suku Piperaceae yaitu Lada (Piper nigrum L) dan Cabe Jawa

(Piper retrofractum Vahl) yang positif aktif pada protein GLI. Masing-

masing kromatogram pada UV 254 dan UV 366 dari ketiga sampel

terdapat 6 puncak yang memiliki kemiripan dilihat dari waktu retensi.

Page 11: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

xi

xi

ABSTRACT

The experimental study to screen Lamiaceae and Piperaceae methanol extracts on GLI-Dynabeads has been done. The aim of study was to screen plant of Lamiaceae and Piperaceae that active to GLI protein. The first step in this study was the preparation and activation GLI-Dynabeads. The active sample to GLI-dynabaeds was analyzed by UFLC. Sample of 20 µL was injected into UFLC by colom Shim-pack VP-ODS 150x4,6 mml.D, detector by UV-Diode Array (PDA), mobile phase of methanol, flow rate of 1,000 mL/minute, column temperature of 30°C, operational duration of 5 minute per sample. The parameters used in this study were precipitated when GLI-Dynabeads suspension was mixed with Lamiaceae and Piperaceae extract and identical retention time (tR). The result of present study indicated that one plants of Lamiaceae Selasih (Ocinum basillicum L.) and two plants of Piperaceae Lada (Piper nigrum L) and Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) active to GLI protein. Both the chromatogram UV 254 and UV 366 had six identical peaks by retention time (tR).

Page 12: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

xii

xii

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ v

UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................... x

ABSTRACT ................................................................................................ xi

DAFTAR ISI .............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xviii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5

II.1 Uraian Tanaman .................................................................................. 5

II.1.1 Kemangi ........................................................................................... 5

II.1.1.1 Klasifikasi ....................................................................................... 5

II.1.1.2 Nama daerah ................................................................................. 5

II.1.1.3 Morfologi ....................................................................................... 5

II.1.1.4 Kandungan ................................................................................... 6

II.1.2 Lavender ........................................................................................... 6

II.1.2.1 Klasifikasi ....................................................................................... 6

Page 13: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

xiii

xiii

II.1.2.2 Nama daerah ............................................................................... 6

II.1.2.3 Morfologi ....................................................................................... 6

II.1.2.4 Kandungan ..................................................................................... 7

II.1.3 Daun Selasih ..................................................................................... 7

II.1.3.1 Klasifikasi ....................................................................................... 7

II.1.3.2 Nama daerah ................................................................................. 7

II.1.3.3 Morfologi ........................................................................................ 7

II.1.3.4 Kandungan ..................................................................................... 8

II.1.4 Lada .................................................................................................. 8

II.1.4.1 Klasifikasi ....................................................................................... 8

II.1.4.2 Nama daerah ................................................................................. 9

II.1.4.3 Morfologi ....................................................................................... 9

II.1.4.4 Kandungan ..................................................................................... 9

II.1.5 Sirih ................................................................................................. 10

II.1.5.1 Klasifikasi ..................................................................................... 10

II.1.5.2 Nama daerah .............................................................................. 10

II.1.5.3 Morfologi ..................................................................................... 10

II.1.5.4 Kandungan ................................................................................... 11

II.1.6 Cabe Jawa ...................................................................................... 11

II.1.6.1 Klasifikasi ..................................................................................... 11

II.1.6.2 Morfologi ..................................................................................... 11

II.1.6.3 Kandungan ................................................................................... 12

II.1.7 Kemukus ......................................................................................... 12

Page 14: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

xiv

xiv

II.1.7.1 Klasifikasi ..................................................................................... 12

II.1.7.2 Morfologi ..................................................................................... 13

II.1.7.3 Kandungan ................................................................................... 13

II.2 Metode Ekstraksi Bahan Alam ........................................................... 13

II.2.1 Definisi Ekstrak ............................................................................... 13

II.2.2 Definisi Ekstaksi .............................................................................. 14

II.2.3 Tujuan Ekstraksi ............................................................................. 14

II.2.4 Metode Ekstraksi Secara Maserasi ................................................. 15

II.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ........................................... 16

II.3.1 Pengertian KCKT/UFLC .................................................................. 16

II.3.2 Prinsip Kerja KCKT ......................................................................... 17

II.3.3 Penggunaan Metode KCKT ........................................................... 18

II.3.4 Fase Gerak ..................................................................................... 25

II.4 Kanker................................................................................................ 26

II.5 Signal Hedgehog ............................................................................... 26

II.6 Dynabeads®

...................................................................................... 27

II.7 Penapisan/Skrining………………………………………………………. 28

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN .................................................... 30

III.1 Alat dan Bahan ................................................................................. 30

III.2 Penyiapan Sampel ........................................................................... 30

III.2.1 Pengambilan Sampel .................................................................... 30

III.3 Penyiapan dan Pengaktifan GLI-Dynabeads .................................... 31

III.4 Penapisan Ekstrak Menggunakan UFLC .......................................... 31

Page 15: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

xv

xv

III.5 Analisis Data,Pembahasan dan Kesimpulan .................................... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 33

BAB IV.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 33

BAB IV.2 Pembahasan ............................................................................ 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 38

BAB V.1 Kesimpulan ................................................................................ 38

BAB V.2 Saran ......................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 39

LAMPIRAN............................................................................................... 43

Page 16: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

xvi

xvi

DAFTAR TABEL

TABEL halaman

1. Jenis kolom kromatografi cair kinerja tinggi berdasarkan

ukurannya ..................................................................................... 23

2. Data hasil sampel yang aktif terhadap GLI-Dynabeads ................ 35

3. Data kromatogram UFLC Lada Hitam pada UV 254 ..................... 45

4. Data kromatogram UFLC Lada Hitam pada UV 366 ..................... 46

5. Data kromatogram UFLC Cabe Jawa pada UV 254 ..................... 47

6. Data kromatogram UFLC Cabe Jawa pada UV 366 ..................... 48

7. Data kromatogram UFLC Selasih pada UV 254 ............................ 48

8. Data kromatogram UFLC Selasih pada UV 366 ............................ 49

Page 17: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

xvii

xvii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR halaman

1. Diagram blok sistem KCKT secara umum ..................................... 20

2. Kromatogram UFLC Lada Hitam pada UV 254 ............................. 45

3. Kromatogram UFLC Lada Hitam pada UV 366 ............................. 46

4. Kromatogram UFLC Cabe Jawa pada UV 254 ............................. 46

5. Kromatogram UFLC Cabe Jawa pada UV 366 ............................. 47

6. Kromatogram UFLC Selasih pada UV 254 .................................... 48

7. Kromatogram UFLC Selasih pada UV 366 .................................... 49

8. Sampel yang aktif pada GLI-Dynabeads ...................................... 50

9. Sampel yang tidak aktif pada GLI-Dynabeads .............................. 50

10. KLT pada UV 255 nm ................................................................... 51

11. KLT pada UV 366 nm .................................................................... 51

12. Penyemprotan H2SO4 ................................................................... 51

13. Alat KCKT jenis UFLC .................................................................. 52

14. Methanol Pro-UFLC dan syringe .................................................. 52

15. Gambar tanaman Lada Hitam ...................................................... 53

16. Gambar tanaman Cabe Jawa ....................................................... 53

17. Gambar tanaman Sirih .................................................................. 54

18. Gambar tanaman Kemukus .......................................................... 54

Page 18: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

xviii

xviii

19. Gambar tanaman Selasih .............................................................. 54

20. Gambar tanaman Kemangi ........................................................... 55

21. Gambar tanaman Lavender .......................................................... 55

Page 19: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

xix

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman I. SKEMA KERJA ............................................................................ 43

II. ISI TIAP BUFFER UNTUK PENYIAPAN GLI-Dynabeads ............ 44

III. HASIL KROMATOGRAM KCKT.................................................... 45

IV. FOTO PELAKSANAAN PENELITIAN .......................................... 50

Page 20: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

BAB I

PENDAHULUAN

Keanekaragaman hayati Indonesia sangat berpotensi dalam

penemuan senyawa baru yang berkhasiat sebagai antikanker. Salah

satunya tanaman yang digunakan adalah genus Piper. Spesies tanaman

piper banyak digunakan pada pengobatan seperti Piper nigrum L., Piper

cubeba L., Piper retrofraktum Vahl., dan Piper bettle L.(1).

Komponen yang menimbulkan efek toksik pada tanaman piper

adalah piperin. Piperin digunakan dalam pengobatan colic, diarroea,

cholera, scarlatina, chronic gonorrhea dan tinea capitis (1). Piperin juga

digunakan dalam pengobatan tradisional dan sebagai insektisida (2).

Piperidin yang terdapat dalam piperin merupakan salah satu senyawa

yang memiliki aktivitas sebagai antikanker (3) dan pada saat ini, banyak

penelitian yang menunjukkan bahwa tanaman piper dapat digunakan

sebagai obat antikanker.

Suku Lamiaceae (Labiatae), yang terdiri dari 3500 spesies berpusat

terutama di daerah Mediterania, meskipun beberapa kelompok kecil

memiliki distribusi lokal di Australia, Selatan-Asia Barat dan Amerika

Selatan. Memiliki beberapa kandungan seperti alkaloid acridone,

caumarines, Minyak esensial, flavonoid, dan furoquinoline. Selain itu,

berfungsi sebagai fungisida, dani nsecticidal terhadap beberapa serangga

(4).

Page 21: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

2

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terhadap suku

Lamiaceae berkhasiat sebagai analgesik, anti-amnesik dan nootropic,

anthelmintik, antibakterial, anti katarak, anti fertilitas, anti hiperlipidemi,

anti inflamasi, anti lipidperosidatif, anti oksidan, anti stres, anti thyroid,

antitusif, anti ulkus, kemoprotektif imunomodulator, adioprotektif, aktivitas

hipoglikemik, aktivitas hipotensif, dan anti kanker (5).

Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan

diikuti proses invasi ke jaringan sekitar serta penyebarannya (metastasis)

ke bagian tubuh yang lain. Sifat utama sel kanker ditandai dengan

hilangnya kontrol pertumbuhan dan perkembangan sel kanker tersebut

(6).

Beberapa penyebab kanker adalah sel DNA dan beberapa signal,

diantaranya TNF-related apoptosis-inducing ligand (TRAIL), dan

hedgehog. Signal hedgehod ditemukan pada Drosophila pada ligan

polipeptidanya. Hh terlibat dalam membangun embrio dan sangat

berperan penting pada tahap akhir dari embriogenesis dan metamorfosis

(7).

Yang mengatur perkembangan embrio dan pemeliharaan jaringan

otot dewasa adalah signal dalam poliferase kanker hedgehog.

Kekurangan signal Hedgehog dapat menyebabkan cacat lahir

bawaan,dan jika kelebihan signal Hh maka akan menyebabkan kanker (8).

Ligan protein Hh diikat oleh signal pada membran reseptor patched

(PTCH), sehingga terjadi penekanan aktivitas proto-oncogen-smoothed

Page 22: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

3

(SMO) dan terjadi pelepasan gen GLI. Kelebihan GLI dapat memicu

terjadinya karsinoma, medula blasoma, kanker pankreas, kanker prostat

(9). Sehingga GLI dapat digunakan untuk penemuan obat anti kanker.

Penarikan senyawa aktif dari ekstrak metanol dari tanaman agar

terjerap pada target protein yang diinginkan, digunakan Magnetic beads

yang bermanfaat sebagai magnet yang akan menarik senyawa-senyawa

aktif dari ekstrak metanol dari beberapa suku tanaman untuk terjerap

pada target protein terimobilisasi yang diinginkan. Senyawa-senyawa aktif

yang telah terimobilisasi pada target protein GLI selanjutnya dianalisis

menggunakan alat kromatografi cair kinerja tinggi jenis UFLC (Ultra Fast

Liquid Chromatography). Isolasi ekstrak metanol yang aktif akan

menghasilkan bahan baku obat anti kanker yang bekerja spesifik pada

protein GLI (10).

Sudah ditemukan penanda Hedgehog (Hh) dari penelitian-

penelitian sebelumnya yaitu identifikasi 6 glikosida dan flavanoid dari

ekstrak metanol Excoeceria agallocha (11), Acoschimperoside P, 2‟-

acetate dari tanaman Vallaris glabra, dan mengidentifikasi terpenoid,

flavonoid, glycosida pada Acacia pennata (12,13).

Berdasarkan uraian diatas Penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui tanaman-tanaman dari suku Lamiaceae dan Piperaceae yang

aktif pada protein GLI. Tujuan penelitian ini adalah melakukan penapisan

dan melihat waktu retensi dari ekstrak metanol tanaman suku Lamiaceae

Page 23: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

4

dan Piperaceae pada GLI-Dynabeads secara UFLC (Ultra Fast Liquid

Chromatography).

Page 24: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tanaman

II.1.1 Kemangi (Ocimum citriodorum)

II.1.1.1 Klasifikasi (14)

Dunia : Plantae

Anak dunia : Tracheobionta

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Magnoliophyta

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Lamiales

Suku : Lamiaceae

Marga : Ocimum

Jenis : Ocimum citriodorum

II.1.1.2 Nama daerah (14)

Sunda : surawung (sunda)

II.1.1.3 Morfologi (14)

Terna, tinggi 60-70 cm, batang halus dengan daun pada setiap

ruas, daun berwarna hijau muda, bentuk oval. 3-4 cm panjang, berambut

halus di permukaan bagian bawah, bunganya berwarna putih, kurang

menarik, tersusun dalam tandan, bila dibiarkan berbunga, maka

pertumbuhan daun lebih sedikit dan tanaman cenderung cepat menua

Page 25: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

6

dan mati. Aroma daunnya khas, kuat namun lembut dengan sentuhan

aroma limau.

II.1.1.4 Kandungan (14)

Daun minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, kalsium, magnesium, fosfor,

besi, sulfur, betakaroten, arginin. Biji saponin, flavonoid, polifenol. Bunga

mengandung minyak atsiri sitral yang aromatic.

II.1.2 Lavender (Lavandula angustifolia Mill)

II.1.2.1 Klasifikasi Tumbuhan (14)

Dunia : Plantae

Anak dunia : Tracheobionta

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Lamiales

Suku : Lamiaceae

Marga : Lavandula

Jenis : Lavandula angustifolia Mill

II.1.2.2 Nama Daerah (14)

Jawa : Lavender

II.1.2.3 Morfologi Tumbuhan (14)

Berbentuk semak, Daun bertulang sejajar, Bunga berwarna ungu

kebiruan, Daun berwarna hijau dan tumbuh diujung batang bunga.

Page 26: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

7

II.1.2.4 Kandungan Kimia (14)

Minyak atsiri yang mengandung linalool dan linaool asetat

II.1.3 Selasih (Ocimum basillicum L.)

II.1.3.1 Klasifikasi Tumbuhan (14)

Dunia : Plantae

Anak dunia : Tracheobionta

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Lamiales

Suku : Lamiaceae

Marga : Ocimum

Jenis : Ocimum basillicum L

II.1.3.2 Nama Daerah (14)

Melayu : Selasen

Sunda : Solanis

Jawa Tengah : Selasih

Minahasa : Amping

II.1.3.3 Morfologi (14)

Merupakan herba tegak, sangat harum, tinggi 0,6–1,6m. Batang

cokelat, segi empat. Daun tunggal berhadapan, bertangkai, panjang 0,5–2

cm, bulat telur, ujung dan pangkal agak meruncing, permukaan daun agak

halus dan bintik-bintik kelenjar tulang daun menyirip, 3,5-7,5 cm, lebar 1,5-

Page 27: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

8

2,5 cm, warna hijaun tua. Bunga berwarna putih atau lembayung, kelopak

sisi luar berambut, bulat telur terbalik dengan tepi mengecil sepanjang

tabung. Biji keras, cokelat tua, bila dimasukkan dalam air akan

mengembung.

II.1.3.4 Kandungan Kimia (14)

Bagian daun, bunga dan biji mengandung eugenol, metal eugenol,

geraniol dan linalool. Rendamen minyak pada daun masih sangat sedikit

yaitu, 0,5-1%. Daun selasih juga mengandung saponin, flavanoid dan

tannin, sedangkan bijinya mengandung zat lain yaitu saponin, flavonoid

dan polifenol.

II.1.4 Lada (Piper nigrum L.)

II.1.4.1 Klasifikasi (14)

Dunia : Plantae

Anak dunia : Tracheobionta

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Piperales

Suku : Piperaceae

Marga : Piper

Jenis : Piper nigrum L

Page 28: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

9

II.1.4.2 Nama Daerah (14)

Sumatera : Koro-koro

Aceh : Lada

Sunda : Pedes

Jawa : Merica

Bengkulu : Lada kecik

Madura : Sakang

Makassar : Marica

II.1.4.3 Morfologi Tumbuhan (14)

Herba, tahunan, memanjat. Batang : Bulat, beruas, bercabang,

mempunyai akar pelekat, hijau kotor. Daun : Tunggal, bulat telur, pangkal

bentuk jantung, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm,

bertangkai, duduk berseling atau tersebar, bekas dudukan daun nampak

jelas, pertulangan menyirip, hijau. Bunga : Majemuk, bentuk bulir,

menggantung, panjang bulir 3,5-22 cm, kepala putik 2-5, tangkai sari 0,5-1

mm, putih, hijau. Buah : Buni, bulat, masih muda hijau setelah tua merah.

Biji : Bulat, putih kehitaman. Akar : tunggang, putih kotor.

II.1.4.4 Kandungan kimia (14)

Minyak atsiri, pipena, kariofilena, limonene, filandrena, alkaloid

piperina, kavisina, piperitina, piperidina, dan minyak lemak. Buah

mengandung saponin dan flavonoida, disamping minyak atsiri.

Page 29: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

10

II.1.5 Sirih (Piper bettle L.)

II.1.5.1 Klasifikasi (14)

Dunia : Plantae

Anak dunia : Tracheobionta

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Piperales

Suku : Piperaceae

Marga : Piper

Jenis : Piper bettle L

II.1.5.2 Nama Daerah (14)

Sunda : Seureuh

Jawa tengah : Suruh

Gorontalo : Donile

Makassar : Gamanjeng

II.1.5.3 Morfologi (14)

Habitus : Perdu, merambat. Batang : Berkayu, bulat, berbuku-

buku,beralur,hijau.Daun : Tunggal, bulat panjang, pangkalbentuk jantung,

ujung meruncing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm,bertangkai,

permukaan halus, pertuangan menyirip,hijau.Bunga : Majemuk, bentuk

bulir, daun pelindung ± 1 mm, bentuk bulat panjang, bulir jantang panjang

1,5-3 cm, benang saridua, pendek, bulir betina 1,5-6 cm, keiapa pulik tiga

Page 30: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

11

sampai lima, putih,hijau kekuningan. Buah : Buni, bulat, hiaju keabu-

abuan. Akar : tunggang,bulat,coklat kekuningan.

II.1.5.4 Kandungan (14)

Daun mengandung senyawa yang mudah menguap diantaranya,

katekol, kavikol, kadinen, karvakrol, kariofilen, kavibetol, kavikol, 1,8-

sineol, estragol , eugenol, pirokatekin, terpinil asetat, alkaloid, piperin,

saponin, flavonoida, polifenol, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat,

vitamin C, tanin gula, pati, dan asam amino.

II.1.6 Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.)

II.1.6.1 Klasifikasi (14)

Dunia : Plantae

Anak dunia : Tracheobionta

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Piperales

Suku : Piperaceae

Marga : Piper

Jenis : Piper retrofractum Vahl

II.1.6.2 Morfologi (14)

Habitus : Semak, menjalar, panjang 12 m. Batang bulat, berkayu,

membelit, beratur, beruas, hijau. Daun tunggal, lonjong, pangkal tumpul,

ujung runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin,

Page 31: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

12

permukaan bawah berbintik-bintik, panjang 8,5-20 cm, lebar 3-7 cm,

hijau. Bunga majemuk, bentuk bulir, tangkai panjang 0,5-2 cm, benang

sari dua kadang tiga, pendek, kuning, putih 2-3 buah, hijau kekuningan.

Buah lonjong, masih muda hijau setelah tua merah. Biji bulat pipih,

cokelat keputih-putihan. Akar tunggang, putih pucat.

II.1.6.3 Kandungan kimia (14)

Buah mengandung zat pedas piperine, chavicine, palmtic acids,

tetrahydropiperic acids, 1-undecylenyl-3,4-methylenedioxy benzene,

piperidin, minyak atsiri, isobutyideka-trans-2-trans-4-dienamida, dan

sesamin. Akar mengandung piperine, piplartine, dan piperlonguniinine.

Senyawa lain protein, karbohidrat, gliserida, tannin, dan minyak atsiri,

dammar. Buah, daun dan batang : alkaloida, saponin dan polifenol,

buahnya juga mengandung minyak atsiri.

II.1.7 Kemukus (Piper cubeba L.)

II.1.7.1 Klasifikasi (14)

Dunia : Plantae

Anak Dunia : Tracheobionta

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Piperales

Suku : Piperaceae

Marga : Piper

Page 32: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

13

Jenis : Piper cubeba L.

II.1.7.2 Morfologi (14)

Habitus Herba, tahunan, membelit. Batang tidak berkayu, lunak,

beruas, pecabangan simpodial, permukaan licin, diameter 5-15 mm,

mempunyai akar rata, berseling atau tersebar, bekas dudukan daun

Nampak jelas, panjang 8,5-15,5 cm, lebar 3-9,5 cm, hijau. Bunga

Majemuk, bentuk bulir, panjang 3-10 cm, tangkai 6-2-mm, hijau. Daun

pelindung elips, melekat pada tangkai bulir, benang sari tiga, putik tiga

sampai lima, putih, kuning kehijauan. Buah bulat, bertangkai, diameter 6-

8 mm, tangkai panjang 2-5 mm, coklat kehitaman. Biji Kecil, lanset, putih

kecoklatan. Akar : Serabut, Kuning, kecoklatan

II.1.7.3 Kandungan kimia (14)

Buah dan bunga mengandung saponin dan flovonoida, disamping

minyak atrisi, Terena, d-sabinena, dipentena, sineol, dterpeneol,

kadinena, kadinol, derivate seskuiterpena, sesqcuiterpena, asam kubebat,

zat pahit kubebin, piperina, pipenidina, za pati, gom, resina.

II.2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II.2.1 Definisi Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan

mengekstraksi simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok,

diluar pengaruh cahaya matahari langsung (15).

Page 33: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

14

II.2.2 Definisi Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari

bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan dan termasuk biota

laut. Zat-zat aktif tersebut berada di dalam sel, namun sel tanaman dan

hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode

ekstraksi dan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.

Umumnya, zat aktif yang terkandung dalam tanaman maupun hewan

lebih larut dalan pelarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif dalam

tanaman adalah pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk

ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut

sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam

sel dan pelarut organik diluar sel. Maka larutan terpekat akan berdifusi ke

luar sel, dan proses ini berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara

konsentrasi zat aktif di dalam sel dan di luar sel (15,16).

II.2.3 Tujuan Ekstraksi

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat dalam bahan alam baik dari tumbuhan, hewan dan biota laut

dengan pelarut organik tertentu. Proses ekstraksi ini berdasarkan pada

kemampuan pelarut organik untuk menembus dinding sel dan masuk

dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam

pelarut organik dan karena adanya perbedaan antara konsentrasi di

dalam dan konsentrasi diluar sel, mengakibatkan terjadinya difusi pelarut

organik yang mengandung zat aktif keluar sel. Proses ini berlangsung

Page 34: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

15

terus menerus sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif di dalam

dan di luar sel (15).

II.2.4 Metode Ekstraksi secara Maserasi

Proses ekstraksi dapat dilakukan secara panas dan secara kering.

Ekstraksi secara panas yaitu dengan metode refluks, infusa dektrosa dan

destilasi uap air, sedangkan ekstraksi dingin yaitu dengan maserasi,

perkolasi dan soxhletasi (15).

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga

sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang

di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut

berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar

sel dan di dalam sel.

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat

aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang

mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,

stirak dan lain-lain.

Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol

atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah

timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan

pada awal penyarian.

Page 35: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

16

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah di

usahakan. Kerugian cara maserasi adalah pengerjaanya lama dan

penyariannya kurang sempurna.

Pada penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan pengadukan.

Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir

serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga

adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara

larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel. Hasil penyarian dengan

cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Waktu tersebut

diperlukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut

terlarut dalam cairan penyari seperti malam dan lain-lain (15).

II.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

II.3.1 Pengertian KCKT/UFLC

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) jenis Ultra Fast Liquid

Chromatography (UFLC) merupakan metode yang tidak destruktif dan

dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. KCKT paling

sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu

seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein dalam

cairan fisiologis, menetukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk

hasil samping proses sintesis, atau produk-produk degradasi dalam

sediaan farmasi (17).

Page 36: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

17

Kromatografi cair kinerja tinggi modern merupakan jenis

kromatografi yang khusus dari kromatografi kolom (18).

Kalau ditinjau dari sistem peralatannya, maka KCKT termasuk

kromatografi kolom, karena fase diamnya diisikan atau ter ”packing” di

dalam kolom (17).

II.3.2 Prinsip Kerja KCKT

Prinsip kerja KCKT sebenarnya tidak berbeda dengan prinsip-

prinsip kromatografi yang lain, yaitu pemisahan komponen-komponen

sampel dengan cara melewatkan sampel pada suatu kolom, yang

selanjutnya dilakukan pengukuran kadar masing-masing komponen-

komponen tersebut dengan suatu detektor. Kerja detektor bermacam-

macam, tetapi pada dasarnya membandingkan respon dari komponen

sampel dengan respon dari larutan standar (19).

Dengan kata lain, penentuan kadar pada dasarnya adalah

membandingkan respon sampel dengan respon standar. Untuk analisis

dengan KCKT diperlukan standar yang betul-betul murni, biasanya disebut

KCKT grade. Untuk mendapatkan hasil analisis yang tepat, juga

diperlukan fase gerak dengan kemurnian tinggi (19).

Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat

terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut

ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur

oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan

kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah yang dihadapi

Page 37: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

18

membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi

operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom,

kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel. Untuk tujuan

memilih kombinasi kondisi kromatografi yang terbaik, maka dibutuhkan

pemahaman yang mendasar tentang berbagai macam faktor yang

mempengaruhi pemisahan pada kromatografi cair (20).

II.3.3 Penggunaan Metode KCKT

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan suatu metode

pemisahan canggih dalam analisis farmasi yang dapat digunakan sebagai

uji identitas, uji kemumian dan penetapan kadar. Banyak senyawa yang

dapat dianalisis dengan KCKT, mulai dari senyawa ion anorganik sampai

senyawa organik makromolekul. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dapat

digunakan untuk analisis sebagian besar senyawa yang bersifat tidak

atsiri dan senyawa berbobot molekul tinggi, juga untuk senyawa

anorganik, yang sebagian besar tidak atsiri (tidak mudah menguap) (17).

Beberapa keunggulan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

seperti (19,21) :

1. KCKT dapat menangani senyawa-senyawa yang stabilitasnya

terhadap suhu terbatas, begitu juga volatilitasnya bila tanpa

menggunakan derivatisasi. Sebagai contoh misalnya analisis

beberapa jenis gula dapat dikerjakan dengan KCKT tanpa proses

derivatisasi dulu.

Page 38: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

19

2. KCKT mampu memisahkan senyawa yang sangat serupa dengan

resolusi yang baik.

3. Waktu pemisahan dengan KCKT biasanya singkat, sering hanya

dalam waktu 5-10 menit, bahkan kadang-kadang kurang dari 5

menit untuk senyawa yang sederhana.

4. KCKT dapat digunakan untuk analisis kuantitatif dengan presisi

yang tinggi dengan koefisien variasi dapat kurang dari 1%.

5. KCKT juga merupakan teknik analisis yang peka.

6. Kolom dapat dipakai kembali. Berbeda dengan kromatografi cair

klasik, kolom KCKT dapat dipakai kembali. Banyak analisis dapat

dilakukan pada kolom yang sama sebelum kolom itu harus diganti.

7. Ideal untuk molekul besar dan ion. Secara khusus senyawa jenis ini

tidak dapat dipisahkan dengan kromatografi gas, karena

keatsiriannya rendah.

8. Mudah memperoleh cuplikan kembali. Sebagian besar detektor

yang dipakai pada KCKT tidak merusak, sehingga komponen

cuplikan dapat dikumpulkan dengan mudah ketika melewati

detektor.

Kelebihan KCKT dibandingkan kromatografi gas cair adalah

keleluasaan pemilihan pelarut pengembang atau pelarut pengembang

campuran. Namun demikian, pelaksanaan pemakaian pelarut

pengembang atau pelarut campur harus memperhatikan beberapa

kendala yang meliputi (19):

Page 39: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

20

- Tetapan fisika dan kimia

- Pernyataan serta peringatan badan-badan resmi

Keterbatasan metode KCKT adalah tidak dapat

mengidentifikasi senyawa, kecuali jika KCKT dihubungkan dengan

spektrometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya

sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh (22).

Diagram blok untuk sistem KCKT ditunjukkan oleh gambar berikut (20):

Gambar 1. Diagram blok sistem KCKT secara umum (Sumber : Settle F. Handbook of instrumantal Techniques for Analytical Chemistry. Prentice Hall PTR. New Jersey. 1997)

1. Tandon (reservoir)

Reservoir terbuat dari gelas atau stainless steel. Jumlahnya bisa satu,

dua atau lebih. Reservoir yang baik disertai degassing system yang

berfungsi untuk mengusir gas-gas terlarut dalam solvent (pelarut). Gas

terlarut tersebut antara lain oksigen. Degassing dilakukan dengan

Page 40: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

21

mengalirkan gas inert degan kelarutan yang sangat kecil, misalnya

Helium. Sistem yang lebih lengkap disertai penyaring debu (19).

Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah ini

biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut.

Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing

(penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, sebab adanya gas

akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan

detektor, sehingga akan mengacaukan analisis. Pada saat membuat

pelarut untuk fase gerak, maka sangat dianjurkan untuk menggunakan

pelarut, bufer, dan reagen dengan kemurnian yang tinggi, dan lebih

terpilih lagi jika pelarut-pelarut yang akan digunakan untuk KCKT

berderajat KCKT. Adanya pengotor dalam reagen dapat menyebabkan

gangguan pada sistem kromatografi. Karenanya, fase gerak sebelum

digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel-

partikel kecil ini (22).

2. Pompa

Pompa diperlukan untuk mengalirkan pelarut sebagai fase gerak

dengan kecepatan dan tekanan yang tetap. Fungsi pompa adalah

untuk memompa fase gerak (solvent) ke dalam kolom dengan aliran

yang konstan dan reproduksibel. Pompa harus memenuhi persyaratan

(23):

a. Dapat memberikan tekanan sampai 6000 psi (360 atm)

b. Tekanan yang dihasilkan bebas pulsa

Page 41: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

22

c. Dapat mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 0,1 sampai 10

ml/menit

d. Dapat mengalirkan fase gerak dengan reproduksibiltas yang tinggi

e. Tahan terhadap korosi (biasanya terbuat dari baja atau teflon).

Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak

adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung

secara tepat, reproduksibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2

jenis pompa dalam KCKT yaitu pompa dengan tekanan konstan, dan

pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum

dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan (22).

3. Katup injektor

Bagian ini merupakan tempat dimana sampel diinjeksikan untuk

selanjutnya dibawa oleh fase gerak ke dalam kolom. Ada tiga jenis

dasar injektor, yaitu :

a) Aliran-henti : aliran dihentikan, penyuntikan dilakukan pada

tekanan atmosfer, sistem ditutup dan aliran dilanjutkan lagi. Cara

ini dapat dipakai karena difusi di dalam zat cair kecil.

b) Septum : ini adalah injektor langsung pada aliran, yang sama

dengan injector yang lazim dipakai pada kromatografi gas. Injektor

tersebut dapat dipakai pada tekanan sampai 60-70 atmosfer.

c) Katup jalan-kitar : jenis injektor ini biasanya dipakai untuk

menyuntikkan volume yang lebih besar dari 10 µl dan sekarang

dipakai dalam system yang diotomatiskan (21).

Page 42: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

23

4. Kolom

Kolom merupakan jantung KCKT. Keberhasilan atau kegagalan

analisis bergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat

(22). Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok :

a. Kolom analitik : garis tengah dalam 2-6 mm. Panjang bergantung

pada jenis kemasan, untuk kemasan felikel biasanya panjang

kolom 50-100 cm, sedangkan untuk kemasan mikropartikel berpori

biasanya 10-30 cm.

b. Kolom preparatif : umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih

besar dan panjang 25 - 100 cm.

Kolom pada Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dibuat lurus (tidak

melingkar sebagaimana kolom pada kromatografi, gas ataupun bentuk U).

Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi kolom (24).

Kolom kromatografi cair kinerja tinggi terbuat dari:

- bahan metal anti korosif dan tahan zat kimia

- bahan gelas tahan zat kimia

- bahan gelas yang dilapisi bahan metal

Ditinjau dari ukurannya (panjang dan diameternya), kolom kromatografi

cair kinerja tinggi terbagi atas:

Tabel 1. Jenis kolom Kromatografi Cair Kinerja Tinggi berdasarkan ukurannya.

Jenis Kolom Panjang (cm) Diameter (mm) dp (µm)

Konvensional 10-20 4,5 10

Microbone 10 2,4 5

High Speed 6 4,6 3

Page 43: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

24

Keterangan : dp = diameter rata-rata partikel fase diam

Diameter dibuat sangat kecil (kolom mikro) dengan tujuan agar:

- Kepekaan menjadi lebih teliti

- Menghemat larutan pengembang

- Memperluas kemampuan detektor

- Sampel yang dianalisis sedikit

Kolom dibuat pendek agar :

- Menghasilkan resolusi yang baik

- Memperkecil harga diameter rata-rata partikel fase diam

- Waktu retensi (tR) singkat (mengurangi pengaruh bagian

instrumentasi kromatografi cair kinerja tinggi terhadap hasil

pemisahan)

Dilihat dari jenis fase diam dan fase gerak, maka kromatografi cair

kinerja tinggi (kolomnya) dibedakan atas (24) :

a. Kolom fase normal

Kromatografi dengan kolom konvensional, dimana fase diamnya

normal, bersifat polar, misalnya silica gel, sedangkan fase geraknya

bersifat non polar.

b. Kolom fase terbalik

Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat non polar,

sedangkan fase geraknya bersifat polar, kebalikan fase normal.

Page 44: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

25

5. Detektor

Detektor diperlukan untuk mengindera adanya komponen cuplikan di

dalam eluen kolom dan mengukur jumlahnya. Detektor yang baik

sangat peka, tidak banyak berderau, rentang tanggapan linearnya

lebar, dan menanggapi semua jenis senyawa. Detektor yang

merupakan tulang punggung kromatografi cair kecepatan tinggi

modern (KCKT) ialah detektor UV 254 nm. Detektor UV-VIS dengan

panjang gelombang yang berubah-ubah sekarang mejadi popular

karena dapat dipakai untuk mendeteksi senyawa dalam lingkup lebih

luas (25).

II.3.4 Fase Gerak

Pada kromatografi cair, susunan pelarut atau fase gerak

merupakan salah satu yang mempengaruhi pemisahan. Berbagai pelarut

dipakai dalam semua ragam KCKT, tetapi ada beberapa sifat yang

diinginkan yang berlaku umum. Fase gerak haruslah (21):

a. Murni, tanpa cemaran

b. Tidak beraksi dengan kemasan

c. Sesuai dengan detektor

d. Dapat melarutkan cuplikan

e. Mempunyai viskositas yang rendah

f. Memungkinkan memperoleh kembali cuplikan dengan mudah jika

diperlukan.

g. Harganya wajar

Page 45: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

26

II.4 Kanker

Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan

diikuti proses invasi ke jaringan sekitar serta penyebarannya (metastasis)

ke bagian tubuh yang lain. Sifat utama sel kanker ditandai dengan

hilangnya kontrol pertumbuhan dan perkembangan sel kanker tersebut

(6).

Kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai

dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk

tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal),

menyerang jaringan biologis di dekatnya, bermigrasi kejaringan tubuh

yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metastasis.

(26)

II.5 Signal Hedgehog

Jalur signal Hedgehog (Hh) adalah salah satu signal yang

berperan dalam mekanisme penyebab kanker. Penelitian terbaru

mengarah keperan signal Hh dalam mengatur sel induk dewasa yang

terlibat dalam pemeliharaan dan regenerasi jaringan. Obat yang secara

khusus menggunakan target Hh sebagai antikanker sedang aktif

dikembangkan oleh sejumlah perusahaan farmasi (7).

Jalur signal Hedgehog (Hh) sangat penting untuk pertumbuhan sel

dan pemeliharaan sel induk. kerusakan pada komponen inti yang penting

dari jalur Hh sering mengakibatkan cacat lahir bawaan sedangkan jalur

yang menyimpang Hh akan menyebabkan kanker. Dalam sel kancer,

Page 46: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

27

Signal mula-mula mengikat ligan protein Hh pada membran reseptor

patched (PTCH). Ikatan ini akan menekan aktivitas proto-oncogen-

smoothed (SMO) dan memicu pelepasan gen glioma (GLI). Kelebihan

GLI mengakibatkan terjadinya karsinoma, medula blasoma, kanker

pankreas, kanker prostat. Jadi penting menggunakan protein GLI sebagai

target untuk penemuan obat anti kanker (8,9).

Dalam laporan terbaru, tiga situs telah ditujukan untuk

mengidentifikasi Jalur signal Hedgehog (Hh) yaitu : Elective protein,

protein Gli dan ligan Hh. Beberapa studi telah menyarankan bahwa GLI

adalah salah satu efektor transkripsi kritis terkait dengan pembentukan

tumor dengan pengikatan spesifik di wilayah promotor dari gen target (11).

II.6 Dynabeads®

Magnetic beads sangat berguna untuk imobilisasi protein sebagai

senyawa-senyawa dapat dengan mudah dipisahkan dari komponen larut

lainnya dengan menggunakan magnet, dan sangat kompatibel dengan

aplikasi penyaringan yang tinggi.

Magnetic beads bermanfaat sebagai magnet yang akan menarik

senyawa-senyawa aktif dari ekstrak metanol tanaman untuk terjerap pada

target protein terimobilisasi yang diinginkan. Immobalisasi target protein

GLI pada magnetic beads selanjutnya digunakan menjerap cepat

senyawa-senyawa murni.

Page 47: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

28

Magnetic beads yang dipakai adalah jenis Dynabeads®

M-270

Carboxylic Acid (Asam karboksilat) mengandung polistrene yang bersifat

superparamagnet, dimana setiap pori-porinya terdapat partikel dengan

kekuatan magnet yang sangat besar. Partikel-partikel tersebut disalut oleh

lapisan hidrofilik glisidil eter, dan asam karboksilat berada pada lapisa luar

atau pada permukaan dynabeads (10).

GLI-dynabeads diaktifkan karena asam karboksilat yang dikandung

oleh dynabeads bersifat labil dan sangat mudah terhidrolisis. Fungsi dari

buffer dalam pengaktifan GLI-dynabeads antara lain :

- Buffer MES : melekatkan dan memudahkan pelekatan

dynabeads dan rekombinan protein GLI

- Buffer PBS : untuk mencuci GLI-dynabeads dari zat-zat

pengotor dan logam-logam yang bersifat spesifik.

- Buffer HCL : untuk mencegah aktivasi non reaktif dari

asam karboksilat dynabeads.

- Buffer Net N : sebagai buffer penstabil,dapat digantikan

dengan tween 20 atau triton X-100. Buffer ini juga

menyebabakan GLI-dynabeads dapat disimpan beberapa bulan

jika suhu penyimpanan berkisar pada 2-8°C.

II.7 Penapisan/Skrining

Skrining atau sering disebut juga dengan istilah penapisan adalah

penggunaan tes atau metode diagnosis lain untuk mengidentifikasi obat

maupun tanaman dengan fungsi tertentu.

Page 48: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

29

Beberapa pendekatan yang dilakukan pada penapisan bahan alam

yaitu :

1. Pemilihan secara acak yang diikuti skrining kimia

2. Pemilihan secara acak yang diikuti dengan satu atau lebih uji biologi

3. Menindaklanjuti berbagai aktivitas biologi yang telah diketahui

4. Menindaklanjuti pemanfaatan tumbuhan secara etnomedisin

(pengobatan tradisional) .

Dalam penelitian dan pengembangan bahan baku obat, beberapa

tahap biasanya dilakukan. Mulai dari tahap kegiatan awal (primary stage),

pre-klinis, dan klinis. Dalam tahap kegiatan awal (primary stage), dimulai

dengan kajian pustaka mengenai apa yang akan dikembangkan, pasar

dan sebagainya, penentuan target yang dituju, pengembangan senyawa

pengarah melalui desain obat baru dan sintesa serta penapisan bahan

alam bioaktif, evaluasi aktivitas biologi dan farmakologi dasar, penentuan

metode evaluasi, dan pemilihan kandidat obat baru (27).

Page 49: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

30

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

III.1 Penyiapan Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat

alat KCKT jenis UFLC, alat sentrifuge, komputer, timbangan analitik,

kamera, alat maserasi dan alat-alat gelas yang biasa digunakan di

laboratorium.

Bahan yang digunakan adalah air suling, ekstrak methanol

tanaman suku Lamiaceae yaitu Kemangi (Ocinum citriodorum), Lavender

(Lavandula afficinalis), Selasih (Ocinum basillicum L) dan suku Piperaceae

yaitu Lada (Piper nigrum L), Sirih (Piper betle L), Cabe jawa (Piper

retrofractum Vahl), Kemukus (Piper cubeba), metanol, Dynabeads®

M-270

Carboxylic Acid.

III.2 Penyiapan Sampel Penelitian

III.2.1 Pengambilan Sampel

Koleksi serbuk simplisia tanaman suku Lamiaceae dan Piperaceae

diambil dan dideterminasi oleh UPT Materia Medica, kota Batu, Jawa

Timur. Proses pengerjaan koleksi simplisia dan ekstraksinya dilakukan

oleh tenaga Laboratorium pada Balai UPT Materia Medica (November

2012).

Page 50: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

31

III.3 Penyiapan dan Pengaktifan Gli-Dynabeads

Rekombinan GLI-Gluthatione Sepharose (GST) bersama dari kultur

sel E.colli diperoleh dari H.sasaki (Riken japan). Dynabeads M-270 asam

kaboksilat dicuci berturut-turut 150 ml N-hydroxy succinimide; 150 ml 1

ethyl-3-(3 dimethyl aminopropyl) carbodiimide hydroclorida, dan dalam 33

ml buffer MES selama 30 menit pada suhu kamar. Rekombinan GLI GST

dalam 400 ml larutan PBS (Phosphate Buffer Saline) ditambahkan untuk

mengaktifkan magnetic beads. Pencampuran dilakukan pada suhu 40°C

dan diamkan 30 menit. Bead direndam dalam 400 ml buffer HCL

sebanyak empat kali sebelum beads disuspensikan 225 ml buffer Net N.

Larutan suspensi ini selanjutnya menjadi GLI magnetic beads. Penyiapan

dan pengaktifan GLI ini dilakukan oleh Rifai,Y, et al.

III.4 Penapisan ekstrak menggunakan UFLC (Ultra Fast Liquid

Chromatography)

Sebanyak 1 gram dari masing-masing ekstrak suku Lamiaceae dan

Piperaceae, ditambahkan dengan 2 mL suspensi GLI-dynabeads. Larutan

disentrifugasi dengan kecepatan 5000rpm pada suhu -4°C selama 10

menit. Terdapat satu sampel dari suku Lamiaceae dan dua sampel dari

suku Piperaceae yang aktif berikatan dengan GLI-dynabeads, ditandai

dengan adanya endapan yaitu pada sampel Selasih (Ocinum basillicum L)

Lada Hitam (Piper nigrum L), dan Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl).

Selanjutnya hasil yang diperoleh diambil sebanyak 20 µl dengan spoit

khusus KCKT, lalu diinjeksikan pada alat KCKT menggunakan kolom

Page 51: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

32

Shim-pack VP-ODS 150x4,6 mml.D, dengan fase gerak metanol,

kecepatan alir 1,000 ml/ menit, suhu kolom 300C, waktu pengoperasian

diatur selama 5 menit tiap sampel dan kecepatan mencatat alat

kromatopac 3 cm/ menit.

III.5 Analisa Data, Pembahasan, dan Kesimpulan

Data berupa waktu peak (puncak), retensi (tR) dan luas area dari

kromatogram masing-masing sampel yang dihasilkan oleh alat KCKT

dikumpulkan, kemudian dianalisis.

Page 52: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

Data hasil analisis kromatogram menggunakan alat KCKT jenis

UFLC (Ultra Fast Liquid Chromatography) pada panjang gelombang 254

terhadap suku Piperaceae yaitu pada Lada Hitam (Piper nigrum L),

terdapat 11 puncak dengan waktu retensi 1,062, 1,639, 1,785, 2,160,

2,720, 3,248, 3,581, 3,962, 4,333, 4,921, 5,393 menit. Pada Cabe jawa

(Piper retrofractum Vahl), terdapat 15 puncak dengan waktu retensi 1,771,

2,166, 2,385, 2,470, 2,720, 3,040, 3,162, 3,589, 4,222, 4,409, 4,840,

5,312, 5,882, 6,144, 6,716 menit dan suku Lamiaceae yaitu pada Selasih

(Ocinum basillicum L) terdapat 7 puncak dengan waktu retensi 1,059,

1,620, 1,963, 2,152, 2,746, 4,197, 6,562 menit.

Untuk panjang gelombang 366 terhadap suku Piperaceae yaitu

pada Lada Hitam (Piper nigrum L),terdapat 6 puncak dengan waktu

retensi 1,059, 1,617, 1,954, 2,160, 3,268, 6,649 menit. Pada Cabe jawa

(Piper retrofractum Vahl), terdapat 2 puncak dengan waktu retensi 1,718,

2,166 menit dan suku Lamiaceae yaitu pada Selasih (Ocinum basillicum L)

terdapat 6 puncak dengan waktu retensi 1,622, 1,717, 2,150, 3,260,

3,979, 4,143 menit.

Page 53: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

34

IV.2 Pembahasan Pada penelitian ini di gunakan kolom Shim-pack VP-ODS 150x4,6

mml.D. dan detektor yang digunakan adalah UV-DIODE Array (PDA).

Detektor ini merupakan jenis detektor yang paling sering digunakan dalam

KCKT, karena mempunyai kepekaan yang cukup tinggi dan hampir semua

senyawa organik mempunyai serapan pada daerah UV atau visibel.

Parameter atau pendekatan yang diigunakan adalah waktu retensi (tR) dan

luas area dalam kondisi alat yang sama atau stabil, tetapi dalam penelitian

ini parameter yang digunakan hanya sebatas melihat jumlah peak atau

puncak maupun kemiripan senyawa yang terkandung di dalam satu

tanaman suku Lamiaceae yaitu Selasih (Ocinum basillicum L.) dan dua

tanaman suku Piperaceae yaitu Lada (Piper nigrum L) dan Cabe Jawa

(Piper retrofractum Vahl) tersebut.

Sampel penelitian ini terdiri dari tiga tanaman suku Lamiaceae yaitu

Kemangi (Ocinum citriodorum), Lavender (Lavandula afficinalis), selasih

(Ocinum basillicum L.) dan empat tanaman suku Piperaceae yaitu Lada

(Piper nigrum L), Sirih (Piper betle L), Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl),

Kemukus (Piper cubeba). Sebelum pengerjaan sampel, dilakukan

penyiapan dan pengaktifan GLI-dynabeads. Terlebih dahulu dilakukan

pencampuran GLI dan GST sehingga menjadi GLI-GST karena jika GLI

tdk dicampur dengan GST maka akan susah untuk berikatan dengan

magnetic beads, membentuk suspensi Gli-dynabeads. Hanya terdapat

Page 54: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

35

satu tanaman suku Lamiaceae dan dua tanaman suku Piperaceae yang

terjerap terhadap GLI-dynabeads yaitu selasih (Ocinum basillicum L),

Lada (Piper nigrum L), Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl), karena hanya

ketiga tanaman ini menunjukkan adanya endapan. Hasil skirining /

penapisan tersebut selanjutnya di analisis menggunakan alat KCKT jenis

UFLC. Tiga sampel yang di analisis di encerkan dengan metanol pro

UFLC sehingga dapat dengan mudah melalui kolom KCKT.

Sebelum dilakukan penginjeksian pada alat KCKT, Ketiga tanaman

tersebut dilakukan KLT (Kromatografi Lapis Tipis) identifikasi masing-

masing sampel tanaman Lada hitam (Piper nigrum L), Cabe jawa (Piper

retrofractum Vahl), dan selasih (Ocinum basillicum L), menunjukkan noda

dengan nilai Rf yang tidak berbeda jauh. Dimana tiap sampel ditotolkan

masing - masing pada lempeng KLT dan sebagai fase gerak digunakan

n-heksan : etil asetat (2:1), dengan penampak bercak sinar UV dengan

panjang gelombang 254 dan 366 nm.

Tabel 2. Data hasil tanaman yang aktif pada GLI-Dynabeads

No Simplisia Endapan Warna supernatant

Warna endapan

1 Lada Hitam (+) Kuning muda Coklat

2 Selasih (+) Hijau Coklat

3 Cabe Jawa (+) Bening Coklat

+ rekombinan GLI

Page 55: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

36

Mekanisme terjadinya endapan terhadap tanaman yang aktif pada

suspensi GLI-dynabeads yaitu gula basa pada GLI-GST ketika

ditambahkan dengan dynabeads yang mengandung asam karboksilat

akan menghasilkan garam yang berbentuk endapan. Jika endapannya

dicuci dengan buffer MES, buffer PBS, buffer HCl dan buffer Net N, GLI

akan keluar sehingga yang tersisa hanyalah endapan ekstrak (10).

Berdasarkan hasil penelitian atau hasil analisis kromatogram pada

tanaman Lada Hitam (Piper nigrum L) pendeteksian pada panjang

gelombang UV-254 terdapat 11 puncak dan pada UV-366 terdapat 6

puncak dan ada 1 puncak yang khas yaitu pada waktu retensi 2 menit 16

detik. Puncak ini dikatakan khas karena waktu retensi pada puncak

tersebut identik dengan waktu retensi yang dimiliki oleh tanaman Cabe

Jawa (Piper retrofractum Vahl) 2 menit 16 detik dan selasih (Ocinum

basillicum L) 2 menit 15 detik.

Pada tanaman Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) pendeteksian

pada panjang gelombang UV-254 terdapat 15 puncak dan pada UV-366

terdapat 2 puncak dan memiliki 1 puncak yang khas yaitu terdapat pada

waktu retensi 2 menit 16 detik. Dimana puncak ini identik dengan puncak

tanaman Lada hitam (Piper nigrum L) 2 menit 16 detik dan selasih

(Ocinum basillicum L) 2 menit 15 detik.

Pada tanaman Selasih (Ocinum basillicum L). pendeteksian pada

panjang gelombang UV-254 terdapat 7 puncak dan pada UV-366 terdapat

6 puncak dan memiliki 1 puncak yang khas yaitu terdapat pada waktu

Page 56: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

37

retensi 2 menit 15 detik. Dimana puncak ini identik dengan puncak

tanaman Lada hitam (Piper nigrum L) 2 menit 16 detik, dan cabe jawa

(Piper retrofractum Vahl) 2 menit 16 detik.

Berdasarkan hasil, terlihat bahwa dari ketiga tanaman diatas

diantaranya Lada hitam (Piper nigrum L), Cabe jawa (Piper retrofractum

Vahl), dan selasih (Ocinum basillicum L), terdapat komponen senyawa

yang identik dimana dilihat dari kedekatan waktu retensinya (5-10%).

Page 57: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan :

1. Terdapat dua tanaman dari Suku Piperaceae yaitu Lada Hitam

(Piper nigrum L), Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl), dan satu

tanaman dari Suku Lamiaceae yaitu selasih (Ocinum basillicum L)

yang aktif pada GLI-dynabeads yang ditandai dengan terbentuknya

endapan.

2. Terdapat satu puncak yang identik dari masing-masing Suku

tanaman dilihat dari waktu retensi yaitu Piperaceae pada Lada

Hitam (Piper nigrum L) 2 menit 16 detik, dan Cabe Jawa (Piper

retrofractum Vahl) 2 menit 16 detik. Lamiaceae pada Selasih

(Ocinum basillicum L) 2 menit 15 detik.

3. V.2 Saran

Disarankan untuk melakukan analisis menggunakan Sepacore®

dan NMR, untuk pemisahan dan pengumpulan fraksi sehingga

didapatkan senyawa murni.

Page 58: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Harvey Wickes Felter, M.D.,dan John Uri Lloyd, Phr.M.,Ph.D. King‟s

American Dispensatory, 1898.

2. Manoharan S, Balakrishnan S, Menon VP. Alias LM, Reena AR.

Chemopreventive efficacy of curcumin and piperin. Singapore Med

J. 2009.

3. Kintzios S.,Barberaki M., Drossopoulos JB, Turgelis P, Konstas J,

Makri O (2003) Effect of medium composition and axplant type on

the distributiin profiles of selected micronutrients in mistletoe tissue

cultures. J. Plant Nutrition 26 hal 369-397.

4. Karousou R.,Kokkini S. 2003. The genus origanum L. (Labiatae) in

crete : distribution and essential oils-Bocconea 16:717-721

5. Cantino, P.D, Harley, R.M dan Wagstaff, S.S. 1992.Genera of

Lamiaceae : status and classification. In R.M Harley & T.Reynolds,

Advances in Labiate Science : 511-522. Royal Botanic Gardens,

Kew.

6. Bustan, M.N. “Epidemologi Penyakit Tidak Menular”. Rikena Cipta.

Jakarta. 1999.hal 234

7. Ingham, Philip W, Nakano, Yoshiro, Seger, Claudia. "Mekanisme

dan fungsi signaling Hedgehog di metazoa" alam Ulasan Genetika.

2011. hal 393-406.

8. McMahon, A.P, Ingham, P.W, Tabin, C. “Developmental Roles and

Clinical Significance of Headgehoh Signaling”. J. Curr. Top. Dev.

Biol. 2003;vol.53 hal 1.

Page 59: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

40

9. Rubin L.L, de Sauvage, F. “Novel Headgehog Pathway Targets

Agains Basal Cell Carcinoma”. J. Nat. Rev. Drug Disc. 2006;Vol.5:

hal 1026.

10. Arai, M.A, E. Kobatake, T. Koyano, T. Kowithayakorn, S. Kato, M.

Ishibashi. Development of Novel Magnetic nano-carriers for High

Performance Affinity Purification. Chemistry an Asian Journal. Vol

4. 2009..hal 1802-1808.

11. Rifai Y, Midori A. Arai, Samir K. Sadhu, Firoj A, Masami I. “New

hedgehog/GLI signaling inhibitor from Excoecaria agallocha”.

Bioorganic & Medical Chemistry Letters.2010; hal 718-722.

12. Rifai Y., Midori A, Takashi K, Thaworn K, Masami I.

“Acoschimperoside P,2‟-acetate: a headgehog signaling inhibitory

constituent from Vallaris glabra”. J.Nat med 2011;vol.65 hal 629-

632.

13. Rifai Y., Midori A, Takashi K, Thaworn K, Masami I. “Terpenoid and

a Flavanoid Glycoside from Acacia pennata Leaves as

Headgehog/GLI-Mediated transpcriptional Inhibitors”. J. Nat.Prod

2010; hal 995-997.

14. Anonim. Determinasi Tanaman. Kota batu. UPT Materia Medica

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2012

15. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan., Farmakope

Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Jakarta. 1979, 9.

Page 60: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

41

16. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Sediaan

Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. jakarta.

1986, 2,7, 10, 32.

17. Gritter RJ et al. Pengantar kromatografi. Terjemahan oleh Kosasih

PK. Penerbit ITB. Bandung. 1991. hal 64.

18. Rooth H & Blaskchke G. Analisis Farmasi. Terjemahan oleh Kisman

S & Ibrahim S. Airlangga University Press.Yogyakarta.1988. hal.

431.

19. Adnan M. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.

Penerbit ANDI. Yogyakarta 1997. hal. 36, 38.

20. Settle F. Handbook of instrumantal Techniques for Analytical

Chemistry. Prentice Hall PTR. New Jersey. 1997. Available as PDF

file.

21. Jhonson L & Stevenson R. Dasar Kromatografi Cair. Terjemahan

oleh Padmawinata S 1991. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

1978. hal.8, 9, 213.

22. Gandjar IB & Rohman A. Kimia Analisis Farmasi. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta. 2008. hal.378-394.

23. Kimia Laboratorium Pusat MIPA UNS. Majalah info Lab. Modul

Instrumen Sub Lab. [accessed januari 2007]. Available from:

http://www.iptek.net.id/majalah Info Lab/index.

24. Mulja M & Suharman. Analisis Instrumental. Airlangga University

Press. Surabaya. 1995. hal. 236-241.

Page 61: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

42

25. Wahyuni T. HPLC Prinsip Dasar dan Peralatan. Puslitkimia. LIPI.

2003.

26. Kufe, Donald W.; Pollock, Raphael E.; Weichselbaum, Ralph R.;

Bast, Robert C., Jr.; Gansler, Ted S.; Holland, James F.; Frei III,

Emil. (2003). Holland-Frei Cancer medicine - What Makes a Cancer

Cell a Cancer Cell (edisi ke-6). Hamilton on BC Decker

Inc.,. ISBN 1-55009-213-8. Diakses pada 20 desember 2012

27. Kardono, L.B.S. 2004. Developing Drugs and Pharmaceutical Small

and Medium Scale Enterprises. An Indonesian Case Study, 2nd

International Symposium on Current Trend on Drug Discovery

Research, Lucknow, India, 17-20 February.

Page 62: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

43

LAMPIRAN I

Skema Kerja Skrining Suku Lamiaceae dan Piperaceae

Dibersihkan, dipotong kecil-kecil, dan dikeringkan

Sentrifuge selama 10 menit

Sampel Suku Lamiaceae dan Piperaceae

Simplisia

Koleksi Serbuk yang telah diekstraksi

Penyiapan dan pengaktifan GLI- dynabeads

ekstrak metanol+ suspensi GLI-dynabeds

Skrining menggunakan UFLC

Hasil

Kesimpulan

Filtrat + metanol

Analisis data

Page 63: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

44

LAMPIRAN II

1. PBS ( 0,1 m PBS, PH 7,4 )

Na2HPO4 10,9 gram

NaH2PO4 3,2 gram

NaCl 90 gram

Aquadest 1000 ml

Diukur PH sampai 7,4 dan disimpan pada suhu -20°C

2. MES (2- (N-morpholino) ethanesulfonic asam)

Dibuat dalam 1 L dari 100 ml, PH 6 :

195,2 MES dilarutkan dalam 500 ml air, diukur PH sampai 4 dan

ditambahkan 10 N NaOH pada PH 6

3. Net N ( Nonidet P40)

100 mM NaCl

20 mM Tris.Cl Ph 80

0,5 EDTA

0,5 % ( v/v ) nonidet P-40 (NP-40)

Page 64: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

45

LAMPIRAN III

KROMATOGRAM HASIL UFLC

Gambar 2 : Kromatogram UFLC Lada Hitam (Piper nigrum L) pada UV 254

Tabel 3. Data kromatogram UFLC Lada Hitam (Piper nigrum L) pada UV-254

Page 65: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

46

Gambar 3 : Kromatogram UFLC Lada Hitam (Piper nigrum L) pada UV 366

Tabel 4. Data kromatogram UFLC Lada Hitam (Piper nigrum L) pada UV-366

Gambar 4 : Kromatogram UFLC Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) pada UV-254

Page 66: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

47

Tabel 5. Data kromatogram UFLC Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) pada UV-254

Gambar 5 : Kromatogram UFLC Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) pada UV-366

Page 67: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

48

Tabel 6. Data kromatogram UFLC Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) pada UV-366

Gambar 6 : Kromatogram UFLC Selasih (Ocimum bassilicum L) pada UV-254

Tabel 7. Data kromatogram UFLC Selasih (Ocimum basillicum L) pada UV-254

Page 68: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

49

Gambar 7 : Kromatogram UFLC Selasih (Ocimum bassilicum L) pada UV-366

Tabel 8. Data kromatogram UFLC Selasih (Ocimum basillicum L) pada UV-366

Page 69: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

50

LAMPIRAN IV

FOTO PELAKSANAAN PENELITIAN

Gambar 8. Sampel yang terjerap pada GLI-dynabeads Keterangan : 1. FU-DS = Daun Selasih 3. FU-LH = Lada Hitam 2. FU-CJ = Cabe Jawa FU = Farmasi Unhas A. Supernatan B. Endapan

Gambar 9. Sampel yang tidak terjerap pada GLI-dynabeads Keterangan : 1. FU-SH = Sirih, 3. FU-KG = Kemangi 2. FU-KS = Kemukus, 4. FU-LV = Lavender A. Supernatan

A

B

1 2

1 2 3

3

4

A

Page 70: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

51

2

Gambar 10. KLT UV 254 nm Gambar 11. KLT UV 366nm

Keterangan : Keterangan :

1. PR : Piper retrofractum Vahl 1. PR : Piper retrofractum Vahl

2. PN : Piper nigrum 2. PN : Piper nigrum

3. OCB : Ocinum basillicum 3. OCB : Ocinum basillicum

Gambar 12. Penyemprotan H2SO4

Keterangan :

1. PR : Piper retrofractum Vahl 2. PN : Piper nigrum 3. OCB : Ocinum basillicum

1

1

1

3 1 2 3

1 2 3

Page 71: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

52

Gambar 13. Alat UFLC

Gambar 14. Metanol Pro-UFLC dan Syringe

Page 72: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

53

Gambar 15. Gambar tanaman Lada Hitam

( Sumber : Koleksi Pribadi Kebun Lada Hitam di Sulawesi Tenggara)

Gambar 16. Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.)

(Sumber Uruyakorn, Chansang. Journal of Vector Ecology. Thailand)

Page 73: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

54

Gambar 17. Gambar tanaman Sirih ( Sumber : koleksi tanaman Herbal di Panaikang)

Gambar 18. Gambar tanaman Kemukus ( Sumber : www.Plantamor.com)

Gambar 19. Gambar tanaman Selasih

( Sumber : www.Plantamor.com)

Page 74: PENAPISAN SENYAWA-SENYAWA YANG TERJERAP PADA …

55

Gambar 20. Gambar tanaman Kemangi

( Sumber : Koleksi tanaman Herbal di Panaikang)

Gambar 21. Gambar tanaman Lavender

( Sumber : www.Plantamor.com)