penatalaksanaan fisioterapi pada kasuseprints.ums.ac.id/64323/11/naspub.pdftinggi dan sepanjang...

14
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS ISCHIALGIA et causa SCOLIOSIS DI RSUD IR. SOEKARNO SUKOHARJO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : SITI HARDIYANTI NURPRATAMA J100150078 PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: doanhuong

Post on 19-May-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSeprints.ums.ac.id/64323/11/NASPUB.pdftinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

ISCHIALGIA et causa SCOLIOSIS

DI RSUD IR. SOEKARNO SUKOHARJO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma

III pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

SITI HARDIYANTI NURPRATAMA

J100150078

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Page 2: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSeprints.ums.ac.id/64323/11/NASPUB.pdftinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

ISCHIALGIA et causa SCOLIOSIS

DI RSUD IR. SOEKARNO SUKOHARJO

PUBLIKASI ILMIAH

oleh :

SITI HARDIYANTI NURPRATAMA

J100 150 078

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Dosen

Pembimbing,

Farid Rahman , SST.FT., M.OR

NIDN. 0610019101

Page 3: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSeprints.ums.ac.id/64323/11/NASPUB.pdftinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

ISCHIALGIA et causa SCOLIOSIS

DI RSUD IR. SOEKARNO SUKOHARJO

OLEH

SITI HARDIYANTI NURPRATAMA

J100 150 078

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammdiyah Surakarta

Pada hari Senin, 2JuLi 2018

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji

1. Farid Rahman SST.FT., M.OR ( )

(Ketua Dewan Penguji)

2. Maskun Pujianto, M.Kes ( )

(Anggota 1 Dewan Penguji)

3. Dwi Rosela Komala Sari SST., S.Fis., M.Fis ( )

(Anggota 2 Dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes

NIK/NIDN : 786/06-1711-7301

Page 4: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSeprints.ums.ac.id/64323/11/NASPUB.pdftinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar ahli madya di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, Juli 2018

Penulis

SITI HARDIYNATI NURPRATAMA

J100 150 078

Page 5: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSeprints.ums.ac.id/64323/11/NASPUB.pdftinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

1

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

ISCHIALGIA et causa SCOLIOSIS

DI RSUD IR. SOEKARNO SUKOHARJO

Abstrak

Low Back Pain merupakan salah satu kondisi yang umum ditemukan di masyarakat.

90% masyarakat yang tinggal di negara maju setidaknya pernah mengalami keluhan

nyeri punggung selama hidupnya. Istilah Low Back Pain sendiri mengacu pada rasa

sakit yang terjadi pada punggung bawah secara umum. Untuk mengetahui manfaat

pemberian Infra red, TENS, dan William’s Flexion Exercises dalam mengurangi

nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi dan meningkatkan aktivitas fungsional

pasien dengan kondisi Ischialgia et causa Scoliosis.Setelah dilakukan terapi sebanyak

6 kali, didapatkan adanya penurunan derajat nyeri, program yang diberikan

memberikan peningkatan lingkup gerak sendi sebanyak 85o, Dalam hal kemampuan

fungsional pasien mengalami banyak peningkatan yang sebelumnya memerlukan

banyak bantuan hingga pasien mandiri penuh dalam melakukan aktivitas

fungsionalnya. Pemberian Infra red, TENS, dan Williams’s Flexion Exercises dapat

mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi dan meningkatkan aktivitas

fungsional pasien.

Kata Kunci: Ischialgia, Scoliosis, Infra red, TENS, dan William’s Flexion Exercises.

Abstract Low Back Pain is one of the common conditions found in the community. 90% of

people living in developed countries have at least experienced back pain complaints

during their lifetime. The term Low Back Pain itself refers to the pain that occurs in

the lower back in general. To know the benefits of Infra Red, TENS, and William's

Flexion Exercises in reducing pain, increasing the scope of joint motion and

improving the functional activity of patients with Ischialgia et causa Scoliosis.After 6

sessions of therapy, there was a decrease in the degree of pain, the program provided

an increase in the scope of joint motion as much as 85o. In terms of the functional

ability of the patient experienced many improvements that previously require a lot of

help until the patient is fully independent in performing its functional activities Infra

Red, TENS, and Williams's Flexion Exercises can reduce pain, increase joint scope

and improve patient functional activity.

Keywords: Low Back Pain, Ischialgia, Infra red, TENS, and William’s Flexion

Exercises.

1. PENDAHULUAN

Ischialgia merupakan salah satu kondisi yang umum ditemukan di masyarakat.

Gejala yang sering ditemui adalah kondisi nyeri punggung bawah yang sangat

Page 6: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSeprints.ums.ac.id/64323/11/NASPUB.pdftinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

2

mengganggu. 90% masyarakat yang tinggal di negara maju setidaknya pernah

mengalami keluhan nyeri punggung selama hidupnya (Moga & Harstall, 2010).

Low Back Pain atau nyeri pada punggung bawah akibat ischialgia merupakan

kondisi yang umum ditemukan di Indonesia. Berdasarkan data Rumah Sakit

Umum Daerah Ir. Soekarno Sukoharjo tercatat kunjungan pasien dengan

diagnosa ischialgia adalah sebanyak 85 kasus pada Januari 2018 yang mana

menduduki peringkat kedua setelah keluhan penyakit degeneratif osteoarthritis

genu. (Data Primer).

Scoliosis atau skoliosis adalah kondisi deformitas atau perubahan pada

struktur tulang belakang yang ditandai dengan adanya lengkung vertebra ke

lateral baik yang disertai rotasi vertebra maupun tidak. Ada dua jenis skoliosis

yakni skoliosis fungsional yang dapat diperbaiki dan skoliosis struktural yang

cenderung bersifat menetap (Cuccurullo, 2014). 15-20% dari kasus skoliosis

tidak diketahui penyebabnya dan 80% skoliosis struktura memiliki etiologi

ediopatik dan biasanya ditemukan pada anak-anak dan remaja. Etiologi yang

tepat skoliosis pada remaja tidak dikatahui, tetapi dianggap sebagai multi-

faktorial dan termasuk predisposisi genetik, ketidakseimbangan pertumbuhan

tulang belakang dan muscle imbalance (Mordecai & Dabke, 2012).

2. METODE

Penatalaksanaan Fisioterapi yang diberikan kepada pasien atas nama Ny. H usia

31 tahun dengan diagnose medis Ischialgia dilakukan sebanyak 6 kali terapi di

RSUD IR. Soekarno Sukoharjo. Modalitas Fisioterapi yang diberikan berupa

Infra Red, Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation dan William’s Flexion

Exercise. Modalitas tersebut digunakan untuk mengurangi nyeri, meningkatkan

lingkup gerak sendi, dan meningkatkan aktivitas fungsional pasien. Selain terapi

diatas, pasien juga diedukasi untuk melakukan home program seperti pelvic

tilting, single knee to chest, double knee to chest, partial sit up, flexor hip stretch,

hamstring stretch dan wall squat.

Page 7: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSeprints.ums.ac.id/64323/11/NASPUB.pdftinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

3

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan atas nama Ny. H, usia 32

tahun, dengan keluhan nyeri pada punggung bawah hingga betis tungkai

kanan. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan ditemukan bahwa

masalah utama pasien tersebut adalah: (1) adanya nyeri pada punggung bawah

hingga betis tungkai kanan (2) adanya keterbatasan lingkup gerak sendi pada

trunk (3) adanya penurunan kemampuan fungsional seperti bangun dari posisi

berbaring, membungkuk, berjongkok, berdiri, dan berjalan (5) pasien tidak

dapat bekerja dan mengikuti aktivitas bermasyarakat serta rekreasi akibat

adanya masalah tersebut. Seterlah diberikan modalitas fisioterapi berupa infra

red, TENS, dan william’s flexion sebanyak 6 kali. Didapatkan hasil sebagai

berikut:

3.1.1 Evaluasi Nyeri

Gambar 1. Evaluasi Nyeri

Setelah dilakukan 6 kali tindakan fisioterapi, pasien menunjukkan

adanya penurunan nyeri. Nyeri diam sebelum terapi atau T0

menunjukkan angka 5 cm yang berati nyeri sedang, setelah dilakukan

terapi nilai nyeri diam pada terapi ke-enam adalah 0 cm yang artinya

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

NYERI DIAM

NYERI TEKAN

NYERI GERAK

Page 8: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSeprints.ums.ac.id/64323/11/NASPUB.pdftinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

4

pasien tidak merasakan nyeri pada saat tidak melakukan aktivitas atau

gerakan apapun. Pada nyeri tekan, sebelum terapi atau T0 pasien

menunjukkan angka 6,3 cm dan setelah dilaksanakan 6 kali tindakan

fisioterapi disertai dengan home program pasien menunjukkan angka 2,4

cm. Nyeri gerak yang dirasakan pasien sebelum mendapat intervensi

fisioterapi adalah 9,1cm , angka tersebut menunjukkan bahwa nyeri yang

dirasakan merupakan nyeri tidak tertahankan, dan setelah dilakukan

tindakan fisioterapi nyeri yang dirasakan pasien berada pada nilai 3,3 cm

yang artinya tindakan fisioterapi yang diberikan berhasil mengatasi nyeri

pada pasien tersebut. Pada terapi ke lima didapatkan derajat nyeri

meningkat dimana sebelumnya nyeri diam sudah tidak dirasakan muncul

kembali nyeri diam dengan nilai 2,9, nyeri tekan 5,1 dan nyeri gerak 6,8

karena sehari sebelumnya pasien mengangkat ember dengan posisi yang

salah dan nyeri dirasakan meningkat.

3.1.2 Evaluasi Range Of Motion

Gambar 2. Evaluasi Range Of Motion

Setelah dilakukan 6 kali terapi, pasien menunjukkan peningkatan

lingkup gerak sendi fleksi trunk yang sangat signifikan, yakni sebanyak

85o, sebelum mendapatkan tindakan fisioterapi pasien hanya mampu

melakukan gerakan fleksi sebanyak 10o dan pada terapi keenam, pasien

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

T1 T2 T3 T4 T5 T6

FLEKSI TRUNK

EKSTENSI TRUNK

SIDE FLEXI

SINISTRA

SIDE FLEXI

DEXTRA

Page 9: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSeprints.ums.ac.id/64323/11/NASPUB.pdftinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

5

telah mampu melakukan gerakan tersebut sebanyak 95o

. Pada gerak

ekstensi trunk, sebelum terapi pasien hanya mampu bergerak sebanyak 5o,

dan untuk terapi selanjutnya hingga terapi keenam, pasien hanya mampu

bergerak sebanyak 10o. Untuk gerakan side fleksi sinistra dan dextra

terjadi peningkatan lingkup gerak sendi setelah terapi ketiga yang mula

nya pasien hanya mampu melakukan gerakan sebesar 15o

pada terapi

ketiga hingga ke enam pasien mampu melakukan gerakan sebesar 20o.

3.1.3 Evaluasi Aktivitas Fungsional

Gambar 3. Evaluasi Aktivitas Fungsional

Kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas fungsional diukur

menggunakan Kenny Self Care Index . Pada aspek aktivitas ditempat

tidur, sebelum terapi pasien memiliki nilai 2 yang artinya perlu bantuan

sedang, dan setelah dilakukan 6 kali terapi pasien menunjukkan nilai 4

yang artinya mandiri penuh. Dari sisi transfer sebelum terapi pasien

memerlukan banyak bantuan atau nilai 1 dan setelah dilakukan terapi

sebanyak 6 kali pasien dapat melakukan kegiatan transfer secara mandiri

penuh atau nilai 4. Dari segi ambulasi sebelum terapi pasien memiliki

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Aktivitas di tempat

tidur

Transfer

Ambulasi

Berpakaian

Makan

Higine

Page 10: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSeprints.ums.ac.id/64323/11/NASPUB.pdftinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

6

nilai 0 yang artinya adanya ketergantungan penuh pada orang lain, setelah

dilakukan terapi pasien dapat melakukan aktivitas ambulasi secara

mandiri penuh atau nilai 4. Dalam aspek kemampuan berpakaian dan

higine sebelum terapi pasien mendapatkan nilai 2 atau perlu bantuan

sedang dan ketika dilakukan terapi pasien dapat melakukannya secara

mandiri. Untuk kemampuan makan sebelum terapi, pasien dinilai

memerlukan bantuan minimal dalam melakukannya dan setelah dilakukan

terapi pasien dapat melakukan nya secara mandiri.

3.2 Pembahasan

Setelah dilakukan tindakan fisioterapi sebanyak 6 kali terlihat pada penyajian

grafik 1 bahwa terjadi penurunan rasa nyeri. Nyeri diam yang mulanya 5

menjadi 0 pada terapi keenam, nyeri tekan yang menurun dari 6,3 menjadi 2,4

dan nyeri gerak yang sebelumnya 9,1 menjadi 3,3. Beberapa modalitas yang

digunakan dalam mengurangi nyeri diantaranya adalah infra red, TENS

(Trancutaneous Electrical Nerve Stimulation) dan juga William’s Flexion

Exercises. Menurut Hsieh, dan Liao (2012), sinar infra red yang terkena

langsung pada kulit pasien memberikan rangsangan yang diterima oleh korpus

rufini, sehingga tubuh dapat merasakan efek hangat dari infra red.

Peningkatan suhu lokal oleh infra red ini dapat merangsang produksi nitric

oxide. Sintesis nitric oxide dihasilkan dari L-Arginine atau yang sering disebut

dengan asam amino di semua sel tubuh manusia. Nitric oxide dalam tubuh

dihasilkan dengan cara sintetis non induksi yang disebabkan oleh trauma,

luka, atau infeksi dan sistesis konstitutif yang terus diproduksi oleh sel-sel

tubuh seperti endotel dan neuronal. Nitric oxide meningkatkan sirkulasi,

oksigenasi jaringan dan proses pengiriman nutrisi jaringan, menghilangkan

produk limbah metabolik dan merileksasi otot. Melalui sintesi konstitutif

maka rasa sakit akan dirasakan berkurang dan tidak menimbulkan efek

samping yang merugikan bagi tubuh.

Page 11: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSeprints.ums.ac.id/64323/11/NASPUB.pdftinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

7

Selain infra red modalitas lain yang dapat digunakan untuk mengurangi

nyeri adalah TENS (Trancutaneous Electrical Nerve Stimulation). Dalam

penerapannya elektroda TENS yang dipasang memberikan stimulasi listrik

melalui kulit untuk mengontrol rasa nyeri. Dalam sebuah penelitian terbukti

bahwa adanya impuls antidormik mengakibatkan terlepasnya materi P dari

neuron sensoris yang berujung pada terjadinya vasodilatasi arteriole dan ini

merupakan dasar bagi proses triple responses. Adanya triple responses dan

penekanan aktivasi simpatis akan meningkatkan aliran darah sehinga

pengangkutan materi yang berpengaruh terhadap nyeri seperti bradikinin,

histamin atau materi P juga akan meningkat (Parjoto, 2006). Pemberian TENS

mengakibatkan aktifnya serabut aferen berdiameter besar, aferen ini

kemudian masuk dan selanjutnya dikirim ke sistem saraf pusat untuk aktifasi

sistem penghambat nyeri. Secara khusus, aktifasi blokade neural dalam

periaqueductal gray (PAG), Rostral Ventromedial Medulla (RVM) serta

spinal cord. Efek inhibisi nyeri dengan TENS dipertahankan melalui jalur

diatas. Dalam sebuah studi pada kondisi fibromyalgia menunjukkan bahwa

TENS dapat mengembalikan modulasi nyeri sentral, oleh karena itu TENS

dapat mengurangi nyeri melalui mekanisme perifer dan sentral (Vance et al.,

2014).

Pada grafik 2 terlihat bahwa terjadi peningkatan lingkup gerak sendi

fleksi trunk sebanyak 85o dan ekstensi trunk sebanyak 5

o. Pada kondisi pasien

ini terlihat jelas bahwa keterbatasan gerak yang dialami merupakan akibat dari

rasa nyeri yang berlebih, ketika rasa nyeri telah dirasakan berkurang pasien

mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi trunk dengan mudah walaupun

masih belum mencapai nilai maksimal. Modalitas yang dapat diberikan dalam

meningkatkan lingkup gerak sendi trunk pasien adalah William’s Flexion

Exercises. Pada saat dilakukan latihan dengan William’s Flexion terdapat

perubahan pada sarcomer yang merupakan unit kontraksi dasar pada serabut

otot. Saat sarkomer berkontraksi area yang tumpang tindih antara komponen

Page 12: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSeprints.ums.ac.id/64323/11/NASPUB.pdftinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

8

myofilamen tebal dan komponen myofilamen tipis akan meningkat. Apabila

stretching dilakukan pada area yang tumpang tindih atau spasme ini akan

terjadi penguluran sehingga menyebabkan serabut otot memanjang dan

spasme berkurang. Ketika serabut otot berada pada posisi terulur maksimum,

kekuatan peregangan ditransmisikan ke serabut otot melalui jaringan ikat

(endomysium dan perymisium) disekitas serabut otot (Bernhart, 2013).

Grafik 3 menyajikan hasil evaluasi kemampuan aktivitas fungsional

pasien yang mengalami peningkatan menjadi mandiri penuh setelah

mendapatkan tindakan fisioterapi sebanyak 6 kali. Adanya rasa nyeri menjadi

penghambat pasien dalam melakukan aktivitas seperti aktivitas ditempat tidur,

transfer, ambulasi, makan, berpakaian serta aktivitas perawatan diri yang

meliputi membersihkan muka, rambut, trunk, lengan, anggota gerak bawah,

bladder dan bowel. Setelah rasa nyeri diatasi dengan pemberian infra red dan

TENS, William’s Flexion Exercise memberikan manfaat untuk mengurangi

tekanan pada tulang belakang, mengembalikan lingkup gerak sendi lumbal,

meningkatkan kekuatan otot otot perut, mengurangi rasa sakit dan juga sangat

efektif digunakan pada pasien dengan kondisi lordosis lumbal. Latihan dengan

metode ini memiliki prinsip stretching otot-otot paravertebra yang berfungsi

sebagai ekstensor trunk, dan juga penguat otot-otot abdominal yang

merupakan fleksor trunk. Efek stretching yang diberikan pada otot-otot

paravertebra dan juga hamstring yang mengalami spasme memberikan efek

rileks sehingga meningkatkan mobilitas trunk dan aktivitas fungsional.

Gerakan yang dilakukan dapat mengurangi kompresi pada saraf sehingga rasa

nyeri yang dirasakan dapat berkurang (Kumar & Educational, 2016).

4.PENUTUP

4.1 Simpulan

Page 13: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSeprints.ums.ac.id/64323/11/NASPUB.pdftinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

9

Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali (T1-T6) dengan modalitas Infra red,

TENS, dan terapi latihan dengan metode William’s Flexion Exercises, penulis

dapat menyimpulkan bahwa :

1. Pemberian Infra red, TENS dan William’s Flexion Exercises

bermanfaat dalam mengurangi nyeri.

2. Pemberian Infra red, TENS dan William’s Flexion Exercises

bermanfaat dalam meningkatkan Lingkup Gerak Sendi.

3. Pemberian Infra red, TENS dan William’s Flexion Exercises

bermanfaat dalam meningkatkan kapasitas fungsional pasien.

4.2 Saran

Pada akhir penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis akan menyampaikan

beberapa saran demi tercapainya tujuan terapi secara optimal, terutama pada

fisioterapi sebagai penyedia jasa kesehatan, pasien dan juga keluarga pasien.

1. Bagi Fisioterapi

Dengan ditulisnya karya tulis ilmiah ini, kami berharap agar

pemberian infra red, TENS dan terapi latihan dengan metode William’s

Flexion Exercises dengan ketentuan setiap gerakan dilakukan dalam

waktu 5 sampai 10 detik, dan dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari.

Modalitas tersebut dapat diberikan pada pasien dengan kasus

Ischialgia e.c Scoliosis. Khusus untuk William’s Flexion Exercises

fisioterapis dapat menjadikannya sebagai home program pasien

karena gerakan yang mudah dilakukan dengan resiko cidera yang

hampir tidak ada.

2. Bagi Pasien

Pasien diharapkan mampu memahami dan dapat melaksanakan

program terapi yang telah diberikan dengan rutin dan melakukan home

program yang telah diberikan guna mengoptimalkan proses terapi

pasien.

Page 14: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSeprints.ums.ac.id/64323/11/NASPUB.pdftinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

10

DAFTAR PUSTAKA

Bernhart, C. M. (2013). A Review of Stretching Techniques and Effects on Exercise.

A Review of Stretching Techniques Adn Effects on Exercise, 47.

Cuccurullo, S. J. (2014). Physical Medicine and Rehabilitation Board Review, Third

Edition. Retrieved from https://books.google.cl/books?id=NCzRBQAAQBAJ

Hsieh, R.-L., Lo, M.-T., Lee, W.-C., & Liao, W.-C. (2012). Therapeutic Effects of

Short-Term Monochromatic Infrared Energy Therapy on Patients With Knee

Osteoarthritis: A Double-Blind, Randomized, Placebo-Controlled Study.

Journal of Orthopaedic & Sports Physical Therapy, 42(11), 947–956.

https://doi.org/10.2519/jospt.2012.3881

Kumar, M., & Educational, M. G. R. (2016). Effectiveness of William ’ S Flexion

Exercise in the Management of Low, (February).

Mordecai, S. C., & Dabke, H. V. (2012). Efficacy of exercise therapy for the

treatment of adolescent idiopathic scoliosis: A review of the literature. European

Spine Journal, 21(3), 382–389. https://doi.org/10.1007/s00586-011-2063-4

Parjoto, S. (2006). Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri. Semarang: Ikatan Fisioterapi

Indonesia Cabang Semarang.

Vance, C. G. T., Dailey, D. L., Rakel, B. A., & Sluka, K. A. (2014). Using TENS for

pain control: the state of the evidence. Pain Management, 4(3), 197–209.

https://doi.org/10.2217/pmt.14.13