pendahluan fix

Upload: syaiful-nizar

Post on 06-Mar-2016

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nk

TRANSCRIPT

PROPOSAL PENELITIANPENGARUH PENGUNGKAPAN KOMPONEN INTELLECTUAL CAPITALTERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

Disusun oleh :Nia Kurniawati (17939)

FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA2012I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang MasalahDi era saat ini modal fisik dan modal finansial tidak lagi menjadi sumber keunggulan utama perusahaan. Seiring dengan perubahan era industri ke era pengetahuan modal fisik dan modal finansial telah tergantikan oleh modal pengetahuan. Perubahan tersebut memaksa perusahaan untuk mengubah pola bisnisnya yang dahulu didasarkan pada tenaga kerja kini didasarkan pada pengetahuan atau bisa disebut dengan intellectual capital. Intellectual capital sendiri merupakan materi intelektual yang termasuk di dalamnya adalah pengetahuan, informasi, hak kepemilikan intelektual, dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Stewart, 1997). Perusahaan yang mendasarkan bisnisnya pada intellectual capital akan dapat menciptakan nilai tambah dan meningkatkan kinerja perusahaannya. Penciptaan nilai (value creation) ini dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan dan keberhasilan bisnis (Ulum, 2007). Menurut Ulum (2007), penciptaan nilai intellectual capital harus mendapatkan perhatian yang cukup karena hal ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap kinerja perusahaan. Sering kali Intellectual capital juga menjadi faktor penentu utama perolehan laba suatu perusahaan dan dianggap sebagai kekuatan untuk mencapai kesuksesan bisnis (Partiwi, 2005). Seiring dengan hal tersebut, penggunaan kemampuan intellectual capital juga naik secara signifikan. Beberapa perusahaan di Indonesia telah banyak yang menyadari pentingnya intellectual capital. Berdasarkan studi Most Admire Knowledge Enterprise (MAKE) pada tahun 2012 yang diikuti oleh 76 perusahaan di Indonesia. Dari 76 perusahaan tersebut, PT Toyota Astra Motor, PT Anugrah Argon Medica, Universitas Bina Nusantara, PT Federal International Finance, PT Pertamina (Persero), PT Tigaraksa Satria Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan PT United Tractors Tbk terpilih sebagai delapan organisasi berbasis pengetahuan yang paling dikagumi di Indonesia. Organisasi tersebut terpilih dikarenakan membentuk budaya pengetahuan organisasi, menciptakan dan mempertahankan lingkungan untuk berbagi pengetahuan, serta mengelola pengetahuan pelanggan atau stakeholder untuk menciptakan nilai dan intellectual capital organisasi (Suryajaya, 2012). Namun, pengungkapan mengenai intellectual capital di Indonesia masih rendah meski kesadaran mengenai penerapan intellectual capital perusahaan di Indonesia semakin tinggi. Suhardjanto dan Wardhani (2010) meneliti mengenai pengungkapan intellectual capital yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pengungkapan intellectual capital adalah sebesar 34,5% yang menunjukkan masih rendahnya kesadaran perusahaan Indonesia untuk mengungkapkan informasi mengenai intellectual capital. Perusahaan yang paling banyak mengungkapkan intellectual capital adalah PT. Astra International Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), yaitu sebesar 68%. Informasi yang tidak diungkapkan dalam laporan keuangan akan menimbulkan asimetri informasi serta biaya modal akan menjadi tinggi, sehingga informasi akuntansi tidak dapat digunakan untuk keputusan kredit dan investasi (Yudha dan Nasir, 2012). Selain karena kurangnya pengungkapan intellectual capital dalam perusahaan, model akuntansi sekarang juga memiliki keterbatasan dalam mengukur intellectual capital dan laporan keuangan akhirnya juga akan memiliki keterbatasan menjelaskan intellectual capital (Suhardjanto dan Wardhani, 2010). Oleh sebab itu, laporan keuangan menjadi bias dan berkurang relevansinya. Kurangnya informasi mengenai investasi pada IC dapat menyebabkan under estimasi laba di masa yang akan datang (Roslender dan Fincham, 2004). Akibatnya investor dan kreditor tidak dapat menilai perusahaan untuk membuat alokasi sumber daya yang efisien di pasar modal karena bias estimasi nilai saat ini dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan kekayaan di masa depan. Hal tersebut menyebabkan laporan keuangan berkurang kualitasnya.Agar pengguna dapat memprediksi pengembalian atas investasi di masa depan dengan lebih baik, maka perusahaan perlu lebih mengungkapkan informasi mengenai intellectual capital. Menurut Goh dan Lim (2004) informasi mengenai intellectual capital adalah salah satu informasi yang dibutuhkan oleh investor dikarenakan informasi mengenai intellectual capital menyebabkan investor dapat lebih baik menilai kemampuan perusahaan dalam menciptakan kekayaan di masa datang. Canibano et al., (2000) menyebutkan bahwa untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan adalah dengan mendorong peningkatan informasi intellectual capital.Peningkatan akan kualitas laporan keuangan menjadi penting karena laba yang akan dihasilkan perusahaan di masa depan akan menjadi perhatian investor karena investor berharap akan mendapat pengembalian atas investasi di masa depan (Hartono, 2009). Laporan keuangan yang berkualitas akan membuat pengguna laporan keuangan dapat membuat keputusan yang tepat atas investasi mereka. Metode yang digunakan untuk pengukuran nilai tambah dari intellectual capital yang dihasilkan perusahaan dapat menggunakan metode yang dikembangkan oleh Ante Pulic (Darabi et al., 2012). Metode tersebut adalah VAIC yang merupakan singkatan dari Value added Intellectual coefficient. VAIC memiliki tiga komponen yaitu human capital efficiency, capital employed efficiency, dan structural capital efficiency. Disebutkan bahwa jika perusahaan memiliki intellectual capital dengan efisiensi pada tiga komponennya maka perusahaan tersebut dapat dikatakan memiliki nilai pasar dan kinerja keuangan yang meningkat dari tahun ke tahun. Maka dari penjelasan tersebut intellectual capital memiliki tiga komponen yang menentukan besarnya intellectual capital itu sendiri (Margaretha dan Rahman, 2006).Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darabi et al., (2012) mengenai pengaruh intellectual capital terhadap kualitas laporan keuangan. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah (1) penelitian sebelumnya dilakukan di Iran yaitu di Bursa Efek Tehran sedangkan penelitian ini dilakukan di Indonesia pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). (2) periode pengambilan data dalam penelitian sebelumnya adalah tahun 2004-2009 dan dalam penelitian ini, periode pengambilan data yaitu tahun 2007-2011.

1.2. Rumusan MasalahIntellectual capital memiliki tiga komponen yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Ketiga komponen tersebut adalah human capital efficiency, capital employed efficiency, dan structural capital efficiency. Pengungkapan informasi komponen intellectual capital dalam laporan keuangan akan membuat kualitas laporan keuangan meningkat karena informasi menjadi lebih relevan sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh pengguna laporan keuangan. Adanya infomasi yang dapat lebih mencerminkan kondisi perusahaan di masa depan juga akan mengurangi asmetri informasi sehingga membuat pasar modal menjadi lebih efisien. Oleh karena itu, maka dalam penilitian ini, yang ingin diteliti oleh penulis adalah 1. Apakah pengungkapan human capital efficiency berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan?2. Apakah pengungkapan capital employed efficiency berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan?3. Apakah pengungkapan structural capital efficiency berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian1.3.1. Tujuan penelitianPenelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Memberikan bukti empiris adanya pengaruh human capital efficiency dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan.2. Memberikan bukti empiris adanya pengaruh capital employed efficiency dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan.3. Memberikan bukti empiris adanya pengaruh structural capital efficiency dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan.

1.3.2. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :1. Bagi akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi, menambah wawasan serta pengetahuan dan menjadi referensi penelitian di masa yang akan datang bagi para akademisi yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai komponen IC dan kualitas laporan keuangan.2. Bagi investor dan calon investorHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.

II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Teori Stakeholders2.1.1. Pengertian StakeholdersTeori stakeholders lebih mempertimbangkan posisi para stakeholders yang dianggap power full. Kelompok stakeholders inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan atau tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan keuangan. Dalam pandangan teori stakeholder, perusahaan memiliki stakeholders, bukan sekedar shareholder (Belkaoui, 2003). Kelompok-kelompok stake tersebut, menurut Belkaoui (2003), meliputi pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, kreditor, pemerintah, dan masyarakat.Konsensus yang berkembang dalam konteks teori stakeholder adalah bahwa laba akuntansi hanyalah merupakan ukuran return bagi pemegang saham (shareholder), sementara value added adalah ukuran yang lebih akurat yang diciptakan oleh stakeholders dan kemudian didistribusikan kepada stakeholders yang sama (Meek dan Gray, 1988). Value added yang dianggap memiliki akurasi lebih tinggi dihubungkan dengan return yang dianggap sebagai ukuran bagi shareholder. Sehingga dengan demikian keduanya (value added dan return) dapat menjelaskan kekuatan teori stakeholders dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja organisasi.

2.2. Asimetri Informasi2.2.1. Pengertian Asimetri Informasi Asimetri informasi adalah suatu kondisi yang menunjukkan sebagian investor mempunyai informasi dan yang lainnya tidak memilikinya (Hartono, 2009). Selain itu asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana satu pihak yang terlibat dalam kesepakatan keuangan tidak memiliki informasi yang akurat. Asimetri informasi memiliki dua tipe, yaitu:1. Adverse SelectionAdverse Selection adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa pihak seperti manajer perusahaan dan orang dalam lainnya (insiders), mengetahui lebih banyak mengenai kondisi perusahaan dan prospek masa depan perusahaan dibandingkan dengan investor luar (Scott, 2009). 2. Moral HazardMoral hazard adalah jenis informasi dimana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi, sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikian dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar (Tanor, 2009).

2.2. Kinerja Keuangan2.2.1. Pengertian Kinerja KeuanganKinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Bagi pengguna laporan keuangan terutama investor dan kreditor, untuk menilai kinerja perusahaan dapat menggunakan laporan keuangan perusahaan. Pengukuran kinerja dilakukan untuk melihat seberapa jauh kemampuan perusahaan mengelola sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan laba bersih dan juga untuk mengevaluasi kinerja manajemen. Salah satu hal yang selalu diminati dalam pengukuran kinerja adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Kinerja keuangan perusahaan yang baik akan membuat investor tertarik dikarenakan adanya harapan akan memperoleh keuntungan di masa mendatang berupa capital gain dan dividen yield. Semakin baik kinerja suatu perusahaan maka semakin kecil kemungkinan resiko investasi yang ditanggung dan semakin besar kemungkinan return yang akan diperoleh. Pengukuran kinerja dapat diuji dari tiga dimensi yaitu profitabilitas atau tingkat pendapatan perusahaan yang melebihi beban, produktifitas atau pengolahan input menjadi output secara efisien, dan nilai pasar perusahaan yang melebihi nilai bukunya (Iswati, 2007).

2.3. Persistensi Laba2.3.1. Pengertian persistensi labaLaba menjadi indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur dan investor, serta merupakan bagian dalam proses penciptaan nilai perusahaan berkaitan dengan prospek perusahaan di masa depan (Suhendah, 2012). Sementara itu, Persistensi laba sendiri adalah laba yang dapat digunakan sebagai indikator future earnings. Laba dikatakan persisten, apabila laba saat ini dapat digunakan sebagai pengukur laba di masa yang akan datang. Beberapa konsep mengenai persistensi laba dipandang sebagai pengukur kualitas laba (Sunarto, 2010). Penman (2003) membedakan laba ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama yaitu sustainable earnings (earnings persistent) yang merupakan laba yang mempunyai kemampuan sebagai indikator laba di masa yang akan datang dan dihasilkan oleh perusahaan secara berulang-ulang dalam jangka panjang. Kelompok kedua adalah unusual earnings atau transitory earnings yang merupakan laba yang dihasilkan secara temporer dan tidak dapat dihasilkan secara berulang-ulang (Sunarto, 2010).Sementara itu, Persistensi yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) di masa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan kas serta dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Menurut Jang et al., (2007) laba akuntansi yang berkualitas adalah laba yang di dalamnya mempunyai sedikit gangguan persepsian dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya (Jang et al., 2007). Salah satu pendekatan dalam mengukur persistensi laba adalah kualitas akrual. Dechow dan Dichev (2002) mengukur persistensi laba dengan menggunakan kualitas akrual dimana kualitas akrual didefinisikan sebagai estimasi error dari hasil regresi modal kerja akrual. Kualitas akrual ini diukur dengan meregres arus kas tahun sebelumnya, arus kas tahun sekarang, dan arus kas tahun berikutnya. Di mana arus kas merupakan selisih antara laba dan akrual (Sunarto, 2010).

2.4. Kualitas Laporan Keuangan 2.4.1. Pengertian kualitas laporan keuangan Sampai saat ini pengertian kualitas laporan keungan masih beragam. Laporan keuangan dinilai berkualitas dalam dua sudut pandang. Pandangan pertama menilai kualitas laporan keuangan dengan kegunaan laba tahun berjalan untuk memprediksi laba di masa yang akan datang. Informasi yang dihasilkan dari pelaporan keuangan akan berbanding lurus dengan estimasi laba di masa yang akan datang (Lev dan Thiagarajan, 1993) atau dapat juga dengan arus kas operasi di masa yang akan datang. Semakin tinggi tingkat prediksi laba masa sekarang untuk memprediksi laba di masa yang akan datang maka akan semakin tinggi juga kualitas laporan keuangan (Fanani, 2009). Pandangan ini lebih berfokus pada pengukuran kualitas laporan keuangan dengan sifat-sifat laporan keuangan menurut Fanani (2009) yaitu 1. Relevance kemampuan informasi untuk membuat perbedaan dengan meningkatkan keputusan penguna dalam memprediksi atau memberi konfirmasi suatu keputusan yang diambil sebelumnya. Suatu informasi yang dapat mengurangi ketidakpastian adalah informasi yang relevan.2. ReliabilityInformasi akuntansi merupakan hasil dari pengukuran yang dapat dipercaya apabila pengukuran tersebut benar-benar menunjukkan jumlah yang ada dalam perusahaan. Reliability memiliki dua aspek yaitu disajikan secara jujur dan dapat diverifikasi. 3. Dapat dimengertiDapat dimengertinya suatu informasi adalah kombinasi karakteristik pemakai dan karakteristik yang inheren dalam informasi akuntansi. Dari sisi informasi akuntansi, informasi ini harus disajikan dengan menggunakan istilah dan format yang baku dan memiliki karakteristik kualitatif utama yaitu relevance dan reliability.4. Dapat diperbandingkanPengguna laporan keuangan dapat membandingkan antara satu laporan keuangan dengan laporan keuangan lainnya. Perbandingan ini adalah untuk mendeteksi perbedaan dan persamaan antar laporan keuangan.Pandangan yang kedua adalah dengan melihat dari kinerja perusahaan di pasar modal. Semakin baik tingkat hubungan laba dengan imbalan pasar menunjukkan informasi pelaporan keuangan tersebut semakin tinggi. Pandangan ini melihat bahwa kandungan informasi dalam pelaporan keuangan dapat dilihat dari respon dan keputusan investasi yang tercermin dari fluktuasi harga saham (Fanani, 2009).Sementara itu, atribut kualitas pelaporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah atribut kualitas pelaporan keuangan berdasarkan akuntansi, yaitu kualitas akrual, persistensi, prediktabilita, dan perataan laba. Kelompok kedua adalah atribut kualitas pelaporan keuangan berbasis pasar, terdiri dari relevansi nlai, ketepatwaktuan, dan konservatisme (Francis et al., 2004).

2.5. Intellectual Capital2.5.1. Definisi intellectual capital Definisi intellectual capital sangat beragam, Edvinsson dan Malone (1997) kemudian mendefinisikan modal intelektual sebagai knowledge that can be converted into value. Bontis (2000) menyatakan bahwa, intellectual capital means individual workers and organizational knowledge that contribute to sustainable competitive advantage. Menurut Johan Ross dan Goram Ross (1997), intellectual capital dideskripsikan sebagai perbedaan antara nilai pasar dari suatu perusahaan dengan nilai bukunya. Berikut adalah sifat-sifat dasar aktiva yang akan dijelaskan dalam hubungannya dengan intellectual capital menurut Koenig (2000) dalam Suwarjuwono dan Kadir (2003), yaitu:1. Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan sehubungan dengan pengembangan komponen utama modal intelektual berupa human capital, structural capital dan costumer capital, akan memberikan manfaat dimasa yang akan datang, yang selanjutnya akan menunjang going concern dan demi tercapainya tujuan (goal achievment) perusahaan.2. Modal intelektual tidak dimiliki oleh perusahaan sepenuhnya, karena apa yang dimiliki oleh perusahaan adalah potensi yang ada di dalam ketiga komponen utama modal intelektual.3. Human capital, structural capital, dan costumer capital merupakan hasil dari transaksi masa lalu yang dilakukan oleh perusahaan.

2.5.2. Pengukuran intellectual capitalKonsep pengukuran intellectual capital dibagi menjadi dua yaitu pengukuran non moneter dan moneter. Pengukuran intellectual capital yang bersifat non moneter, salah satunya adalah balance score card yang membagi pengukuran tersebut ke dalam empat fokus, yaitu fokus keuangan, pelanggan, proses, dan pembelajaran. Sementara itu, pengukuran intellectual capital dalam atribut moneter masih menekankan pada data akuntansi yang tersedia, di antaranya adalah nilai buku atau kapitalisasi pasar, nilai buku atau biaya pengganti dan nilai aset tak berwujud. Salah satu pengukuran intellectual capital dalam bentuk moneter adalah VAIC yang dikembangkan oleh Ante Pulic. VAIC merupakan metode untuk mengukur kinerja perusahaan. Metode ini menggunakan asumsi bahwa pengukuran dan pengembangan nilai tambah suatu perusahaan mempunyai dampak pada nilai suatu perusahaan. VAIC memiliki tiga elemen yang terdiri dari dua unsur utama yaitu capital employed efficiency dan intellectual capital. Kedua unsur tersebut merupakan kunci dari penciptaan nilai dan diperlakukan sebagai investasi. Capital employed efficiency meliputi ekuitas, akumulasi dari laba yang disesuaikan dan hutang dengan beban bunga. Human capital efficiency dan structural capital efficiency merupakan komponen dari intellectual capital sendiri (Margaretha dan Rahman, 2006). Berikut adalah definisi dari ketiga komponen intellectual capital dalam metode Pulic :1. Human capital efficiency Human capital adalah sumber inovasi dan tempat asal wawasan (Stewart, 1997). Karyawan yang kompeten, berkomitmen, termotivasi dalam bekerja, dan sangat setia pada perusahaan merupakan aset yang tak ternilai bagi perusahaan. Jika tujuan perusahaan untuk mengembangkan kemampuan intelektual ini berhasil maka dapat dikatakan investasi dalam human capital berarti efisien atau human capital efficiency.2. Capital employed efficiency Capital employed efficiency atau aset fisik adalah suatu indikator value added yang tercipta atas modal yang diusahakan perusahaan dengan efisien (Firer dan Williams, 2003). Aset berwujud seperti bangunan, tanah, peralatan dan teknologi yang digunakan untuk operasional perusahaan termasuk dalam capital employed efficiency. Dengan demikian, aset yang dimiliki oleh perusahaan dalam bentuk nyata perlu digunakan secara efisien guna memenuhi kebutuhan operasional perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dan menciptakan nilai bagi perusahaan.3. Structural capital efficiency Structural capital merupakan pengetahuan yang tetap berada dalam perusahaan (Starovic dan Marr, 2004) dan menjadi bagian dari keseluruhan organisasi. Perusahaan yang memiliki structural capital efficiency yang kuat akan memiliki budaya yang mendukung individu-individu di dalamnya untuk mencoba hal baru dan belajar lebih banyak. Bagian yang merupakan structural capital efficiency meliputi kemampuan organisasi menjangkau pasar, hardware, software, database, struktur organisasi, patent, trade mark, dan segala kemampuan organisasi untuk mendukung produktivitas karyawan. Structural capital efficiency akan memberi kemampuan perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja perusahaan secara keseluruhan (Bontis, 2000).

2.6. Hipotesis Penelitian2.6.1. Hipotesis Pengaruh Pengungkapan Human Capital Efficiency terhadap Kualitas Laporan KeuanganSuhendah (2012) menyatakan bahwa human capital efficiency yang produktif dengan tingkat keahlian, pengetahuan dan pengalaman dapat menguntungkan perusahaan dan menjadi unsur potensial dalam peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas ini akan memberikan value added bagi perusahaan. Pemberian value added yang dihasilkan oleh human capital dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya akan memberikan sustainable revenue di masa yang akan datang bagi organisasi. Dengan demikian, human capital efficiency dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan, human capital dapat memberikan nilai tambah sehingga dengan diungkapkannya human capital efficiency dalam laporan keuangan akan meningkatkan prediksi pengguna laporan keuangan terhadap kinerja perusahaan di masa yang akan datang dengan lebih baik. Peningkatan prediksi ini dikarenakan peningkatan persistensi laba yang mengukur laba di masa yang akan datang sehingga kualitas laba juga meningkat. Adanya peningkatan kualitas laba akan meningkatkan kualitas akrual sebagai ukuran dari kualitas laporan keuangan (Jang et al., 2007). Semakin baik kualitas akrual akan semakin baik kualitas laporan keuangan (Dechow dan Dichev, 2002). Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :H1 : Pengungkapan Human capital efficiency memiliki pengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.

2.6.2. Hipotesis Pengaruh Pengungkapan Capital Employed Efficiency Terhadap Kualitas Laporan KeuanganSuhendah (2012) menyatakan bahwa efisiensi penggunaan modal fisik (capital employed efficiency) merupakan indikator yang penting untuk mengetahui kinerja perusahaan. Perusahaan saat ini masih menitikberatkan pada penggunaan mesin dan peralatan untuk produksi khususnya perusahaan manufaktur. Hal ini menunjukan bahwa capital employed efficiency masih menjadi salah satu sumber daya utama perusahaan untuk menciptakan value added dalam menghasilkan kinerja perusahaan yang baik. Dengan diungkapkannya capital employed efficiency dalam laporan keuangan, nilai perusahaan dan kinerja perusahaan akan tercermin dengan benar dalam laporan keuangan. Sehingga laba berjalan perusahaan dapat digunakan untuk memprediksi laba di masa yang akan datang. Hal ini menunjukkan persistensi laba sebagai ukuran kualitas laba meningkat. Kualitas akrual sebagai indeks pengukuran kualitas laporan keuangan berhubungan secara positif dengan kualitas laba. Semakin tinggi kualitas laba maka akan semakin tinggi juga kualitas akrual (Jang et al., 2007). Semakin baik kualitas akrual maka akan semakin baik juga kualitas laporan keuangan (Dechow dan Dichev, 2002).H2 : Pengungkapan Capital employed efficiency memiliki pengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.

2.6.3. Hipotesis Pengaruh Pengungkapan Structural Capital Efficiency Terhadap Kualitas Laporan KeuanganJika suatu organisasi mampu mengembangkan pengetahuan perusahaan dan structural capital efficiency, misalnya menciptakan rutinitas yang baik seperti dalam memberikan dukungan pengembangan ide dan produk baru terhadap karyawan, maka perusahaan akan dapat meningkatkan kinerja perusahaannya. Hal tersebut sesuai dengan Partiwi (2004) yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara structural capital dengan kinerja perusahaan. Dengan begitu persistensi laba akan meningkat jika structural capital diungkapkan dalam laporan keuangan. Meningkatnya persistensi laba akan meningkatkan kualitas akrual yang dengan begitu juga akan meningkatkan kualitas laporan keuangan (Dechow dan Dichev, 2000; Jang et al., 2007)H3 : Pengungkapan Structural capital efficiency memiliki pengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.

III. METODE PENELITIAN

1. 2. 3. 3.1. Sampel dan Data Penelitian3.1.1. Sampel 3.1.1.1. Populasi dan Sampel PenelitianPopulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang ada di Indonesia. Kemudian untuk Sampel yang akan digunakan untuk diujikan ke hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya adalah seluruh perusahaan go public yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI). 3.1.1.2. Metode Proses Pengambilan SampelMetode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan sampel secara purposive sampling. Metode ini dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Adapun kriteria yang ditentukan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:1. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya selama periode 2004-2011.2. Data yang tersedia lengkap, baik data yang digunakan untuk komponen intellectual capital maupun data yang diperlukan untuk kualitas laporan keuangan.3. Laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember selama periode 2004-2011.4. Perusahaan yang tahun keuangannya tidak berubah.5. Laporan keuangan yang menggunakan mata uang dalam Rp

3.1.2. Data 3.1.2.1. Strategi Pengumpulan DataStrategi pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi arsip, yaitu data dikumpulkan dari catatan atau basis data yang sudah ada.3.1.2.2. Sumber DataSumber data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang diperoleh melalui Pojok Bursa & Galeri Valbury Asian Securities (VAST) Universitas Atma Jaya Yogyakarta, situs keuangan di internet seperti www.idx.co.id. 3.1.2.3. Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan strategi arsip. Oleh karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka teknik pengumpulan data yang dapat digunakan adalah teknik pengumpulan data dari basis data.

3.2. Variabel PenelitianVariabel dalam penelitian ini ada tiga, yaitu variabel independen, variabel dependen dan variabel kontrol. Variabel independen merupakan variabel yang dapat menyebabkan perubahan pada variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah komponen intellectual capital. Variabel dependen merupakan variabel yang terikat oleh variabel independen, artinya jika variabel independen mengalami perubahan, maka variabel dependennya juga akan berubah. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas laporan keuangan. Variabel kontrol merupakan variabel yang digunakan untuk mengurangi bias yang terjadi. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah perubahan penjualan serta property, plant dan equipment.

3.3. Operasionalisasi Variabel3.3.1. Variabel IndependenVariabel independen dalam penelitian ini adalah komponen intellectual capital yang diukur dengan menggunakan model value added intellectual coefficient (VAIC) yang dikembangkan oleh Ante Pulic (Darabi et al., 2012). Formulasi penghitungan VAIC adalah sebagai berikut:

Di mana: VAIC = Value added intellectual coefficient pada perusahaan iHCE = Human capital efficiency pada perusahaan iCEE= Capital employed efficiency pada perusahaan iSCE= Structural capital efficiency pada perusahaan i

Untuk mengetahui HCE, CEE, dan SCE yang digunakan dalam penelitian ini, diperlukan perhitungan value added terlebih dahulu. Adapun Langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut:1. Value added (VA)Nilai tambah yang diciptakan oleh perusahaan tidak hanya berasal dari modal fisik tetapi juga dari intellectual capital. Kekuatan intelektual perusahaan dalam efisiensi biaya, inovasi, jumlah stockholders equity yang positif dan kekuatan perusahaan dalam mempertahankan kinerja perusahaan semuanya adalah intellectual capital yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan kemampuan bersaing. Dalam model ini beban karyawan tidak dipandang sebagai sebuah beban melainkan sebagai sebuah investasi. VA dapat dihitung sebagai berikut:

Di mana:VA = Value added pada perusahaan iDP = Beban depresiasi pada perusahaan iW = Beban gaji pada perusahaan iD= Dividen pada perusahaan iT= Pajak penghasilan pada perusahaan iR = Laba ditahan pada perusahaan i2. HCEHCE menunjukkan berapa banyak VA yang dapat dihasilkan dengan dana yang dkeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan HC dalam membuat nilai pada sebuah perusahaan. HCE dapat dihitung sebagai berikut:

Di mana :HC= Total pengeluaran biaya gaji dan upah untuk karyawan pada perusahaan i

3. CEECEE adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh suatu unit dari physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap VA perusahaan. CEE dapat dihitung sebagai berikut:

Di mana :CE= Total aset aset tidak berwujud pada perusahaan i4. SCERasio ini mengukur jumlah structural capital (SC) yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SCE dapat dihitung sebagai berikut :

3.3.2 Variabel DependenVariabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas laporan keuangan. Untuk mengukur kualitas laporan keuangan menggunakan model yang dikembangkan oleh Dechow dan Dichev (2002). Penghitungan kualitas laporan keuangan dalam model ini adalah dengan menggunakan indeks kualitas akrual. Kualitas akrual diukur dengan kesalahan akrual yaitu nilai residual dari regresi jumlah akrual dengan realisasi arus kas pada tahun sebelumnya, saat ini dan satu tahun berikutnya. Residual ini menunjukkan ketidakterkaitan dengan realisasi arus kas, dan pengukuran kualitas akrual menggunakan deviasi standar residual perusahaan. Semakin tinggi deviasi standar, semakin rendah kualitasnya (Dechow dan Dichev, 2002). Semakin dekat hubungan antara arus kas dengan akrual menyebabkan laba lebih kuat dalam mencerminkan kenyataan yang artinya semakin tinggi kualitas akrual semakin tinggi juga kualitas laba (Jang et al., 2007). Berikut adalah model untuk mengukur kualitas laporan keuangan:

Di mana : = Current accruals pada perusahaan i di tahun t = Arus kas operasi pada perusahaan i di tahun t-1 = Arus kas operasi pada perusahaan i di tahun t = Arus kas operasi pada perusahaan i di tahun t+1 = Perubahan dari penjualan pada perusahaan i di tahun t = Nilai buku property, plant, dan equipment pada perusahaan i di tahun t = error

3.3.3 Variabel KontrolPerubahan akrual dapat berasal dari perubahan kondisi ekonomik perusahaan itu sendiri. Perubahan penjualan, misalnya, akan berpengaruh pada jumlah akrual terkait sehingga perlu pertimbangan terhadap perubahan kondisi ekonomik perusahaan. Oleh karena itu, variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu dan PPE. Perubahan penjualan menjadi variabel kontrol karena relatif objektif sebagai ukuran operasi perusahaan sebelum manipulasi (akrual) oleh manajer. Sementara itu, PPE digunakan sebagai variabel kontrol karena terkait dengan biaya depresiasi nondiskresioner.

3.4 Model EmpirisPengujian hipotesis tentang pengaruh pengungkapan komponen intellectual capital terhadap kualitas laporan keuangan menggunakan alat analisis regresi berganda, dengan mengestimasi persamaan berikut:

Di mana : = Financial reporting quality di perusahaan i pada tahun t= Human capital efficiency di perusahaan i pada tahun t= Capital employed efficiency di perusahaan i pada tahun t= Structural capital efficiency di perusahaan i pada tahun t

3.5 Analisis Data3.5.2 Uji Asumsi Klasik1. Uji NormalitasUji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak. Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan data terikat berdistribus mendekati normal atau tidak normal sama sekali (Sunyoto, 2007). Normal atau tidaknya sebaran data menentukan uji statistik yang akan digunakan dalam menguji hipotesis. Untuk membuktikan apakah data dalam penelitian ini terdistribusi normal atau tidak digunakan uji Kolmogorov Smirnov-Z. Suatu data dikatakan terdistribusi normal, jika nilai probabilitas (p) uji Kolmogorov Smirnov-Z > 0,05, dan sebaliknya jika nilai probabilitas (p) uji Kolmogorov Smirnov-Z < 0,05, maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal. Apabila data terdistribusi normal maka statistik parametrik dapat digunakan, sebaliknya apabila data terdistribusi tidak normal dapat digunakan statistik non parametrik. 2. Uji MultikolinearitasUji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Suatu model regresi yang baik mensyaratkan tidak terjadi (tidak terdapat) hubungan yang kuat antar variable independen. Suatu model regresi dikatakan bebas multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60. Melihat ada tidaknya multikolinieritas dapat digunakan dengan cara menentukan besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan secara statistik dan dengan nilai variance inflation factor (VIF). dan VIF dapat dicari dengan menggabungkan kedua nilai tersebut sebagai berikut: Besar nilai : = 1/VIF Besar nilai VIF :VIF = 1/Variabel bebas mengalami multikolinieritas jika : hitung < dan VIF hitung > VIF. Variabel bebas tidak mengalami multikolinieritas jika : hitung > dan VIF hitung < VIF (Sunyoto, 2007).3. Uji HeterokesdastisitasUji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi masalah heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskesdatisitas. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Gletsjer. Suatu model regresi dikatakan bebas heteroskedastisitas menurut uji Gletsjer jika masing-masing variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan (probabilitas (p) > 0,05) terhadap nilai absolut residual variabel dependen (Sunyoto, 2007).Rumus Uji gletsjer sebagai berikut:|e| = b1 + b2X2 + vKeterangan :|e| = nilai absolut dari residual yang dihasilkan dari regresi modelX2 = variabel penjelas4. Uji AutokorelasiAutokorelasi bertujuan untuk menguji apakah variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode lain. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokeralasi dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut: Jika nilai DW < -2, berarti ada autokorelasi positif. Jika nilai DW berada diantara -2 dan +2, tidak terjadi autokorelasi. Jika nilai DW > +2, berarti terjadi autokorelasi negatif.Rumus Uji Durbin Watson (Sunyoto, 2007): Keterangan :d = nilai Durbin-Watsone = residual

DAFTAR PUSTAKA

Aboody, D., dan Lev, Baruch. 2000. Information Asymmetry, R&D and Insider Gains. Journal of Finance, 4 (6) 27472766.Astuti, Partiwi Dwi. 2005. Hubungan Intellectual Capital dan Business Performance. Jurnal MAKSI, 5 : 34-58.Belkaoui, A.R. 2003. Intellectual Capital and Firm Performance of US Multinational Firms: A Study of The Resource-based and Stakeholder views. Journal of Intellectual Capital, 4 (2) : 215-226Bontis, N., Keow, W.C.C. dan Richardson, S. 2000. Intellectual Capital and Business Performance in Malaysian Industries. Journal of Intellectual Capital, 1 (1) : 85-100.Canibano, L., Gracia-Ayuso, M., dan Sanchez, P., (2000). Accounting for Intangibles: A Literature Review. Journal of Accounting Literature, 19 : 102-130.Dechow, P.M. dan I. Dichev. 2002. The Quality of Accruals and Earnings: The Role of Accrual Estimation Errors. The Accounting Review, 77 (4) : 35-59.Fanani, Z. 2009. Kualitas Pelaporan Keuangan : Berbagai Faktor Penentu dan Konsekuensi Ekonomis. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 6 (1) : 20-45.Firer, S., and S.M. Williams. 2003. Intellectual Capital and Traditional Measures of Corporate Performance. Journal of Intellectual Capital, 4 (3) : 348-360.Francis, J., R. LaFond, P. Olsson, dan K. Schipper. 2004. Costs of Equity and Earnings Attributes. The Accounting Review, 79 (4) : 967-1010.Iswati, Sri. 2007. Memprediksi Kinerja Keuangan dengan Modal Intelektual Pada Perusahaan Perbankan Terbuka di Bursa Efek Jakarta. Ekuitas, 11 (2) : 159-174.Jang, L., Sugiarto, B., dan Siagian, Dergibson. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba di BEJ. Akuntabilitas, 6 (2) : 142-149.Jogiyanto Hartono. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 6. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.Lev, B. dan R. Thiagarajan. 1993. Fundamental Information Analysis. Journal of Accounting Research, 31 : 190-215.Margaretha, Farah dan Rahman, Arief. 2006. Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Market Value dan Financial Performance Perusahaan dengan Metode Value Added Intellectual Coefficient. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 8 (2) : 199-217.Meek ,G.K., dan S.J.Gray. 1988. The Value Added Statement : An Innovation For The US Companies. Accounting Horizons, 12 (2) : 73-81.Penman, S. H. 2003. The Quality of Financial Statements: Perspectives from the Recent Stock Market Bubble. Accounting Horizon, 77-96.Roos, G., Roos, J., Edvinsson, L., dan Dragonetti, N.C. (1997). Intellectual Capital: Navigating in The New Bisiness Landscape. New York University Press, New York, NY.Scott, William R., (2009). Financial Accounting Theory. Fifth edition. Toronto Ontario : Pearson Education Canada Inc.Suhardjanto, Djoko dan Wardhani, Mari. 2010. Praktik Intellectual Capital Disclosure Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. JAAI, 14 (1) : 67-78.Suhendah, Rousilita. 2012. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap, Profitabilitas, Produktivitas, dan Penilaian Pasar Pada Perusahaan yang Go Public Di Indonesia Pada Tahun 2005-2007. Working Paper (Universitas Tarumanegara), (Juni).Sunarto. 2010. Peran Persistensi Laba Terhadap Hubungan Antara Keagresifan Laba dan Biaya Ekuitas. Kajian Akuntansi, 2 (1) : 22-38.Sunyoto, Danang. 2007. Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat. Yogyakarta : Penerbit Amara Books.Suryajaya, Asri L. 2012. Indonesia's Most Admired Knowledge Enterprises, (online), (www.knowledgebusiness.com, diakses 25 November 2012).Stewart, Thomas A. 1997. Modal Intelektual : Kekayaan Baru Organisasi. Jakarta : PT Elex Media komputindo.Starovic, D., and Marr, B. 2004. Understanding Corporate Value : Managing and Reporting Intellectual Capital. Chartered Institute of Management Accountants.Tanor, L. A. O. 2009. The Importance of Disclosure Financial Statement in Minimalizing Assymetric of Information". J. Formas, 2 (4) : 287-294.Ulum, Ihyaul. 2007. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Indonesia. Tesis. Universitas Diponegoro.Verdi, R. 2006. Financial Reporting Quality and Investment Efficiency. Working Paper (Massachusetts Institute of Technology (MIT), (September).Yudha, Satria D., dan Nasir, Mohamad. 2012. Analisis Pengaruh Komponen Intelectual Capital Terhadap Kepercayaan dan Reaksi Investor: Studi Kasus Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Dipenogoro Journal of Accounting, 1 (2) : 1-15.

16 | Page