pendahuluan latar belakang masalah -...

26
2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Makanan yang kita konsumsi di masa sekarang sudah banyak mengandung bahan- bahan tambahan yang apabila dikonsumsi dengan kadar yang berlebihan akan berdampak buruk bagi tubuh. Akibatnya berbagai penyakit bermunculan menyerang tubuh kita. Hal itu semua tidak luput dari adanya radikal bebas. Tubuh manusia memerlukan substansi penting yaitu antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dengan meredam dampak negatif senyawa ini. Namun, hal ini tergantung terhadap pola hidup dan pola makan kita yang harus benar. Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan mampu melindungi tubuh terhadap radikal bebas dan menghambat terjadinya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya (Kumalaningsih, 2007). Senyawa antioksidan diantaranya adalah asam fenolik, flavonoid, vitamin C, vitamin E, asam urat, bilirubin, albumin dan β-karoten (Gheldof dkk., 2002). Tanpa disadari dalam tubuh manusia secara terus-menerus terbentuk radikal bebas melalui peristiwa metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan zat gizi dan akibat respon terhadap pengaruh dari luar tubuh seperti polusi lingkungan, sinar ultraviolet, dan asam rokok. Akibat yang ditimbulkan oleh lingkungan tercemar tersebut, justru merangsang tumbuhnya radikal bebas (free radical) yang dapat merusak tubuh kita (Parwata dkk., 2010). Labu kuning (Curcubita moschata Durch.) banyak disukai masyarakat karena rasanya manis, aroma, dan warnanya menarik serta murah harganya. Disamping itu, juga mengandung zat gizi yang bermanfaat bagi kesehatan seperti β-karoten (provitamin A) yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan sehingga dapat mencegah penyakit degeneratif (Vega dkk., 1996). Tempe merupakan salah satu makanan fermentasi dan banyak diminati oleh masyarakat masyarakat Indonesia karena harganya yang relatif murah, banyak mengandung gizi, dan senyawa berkhasiat salah satunya adalah isoflavon yang berkhasiat sebagai antioksidan. Tempe kaya akan komponen gizi diantaranya protein nabati, asam lemak, vitamin, mineral dan antioksidan yang baik sekali untuk tubuh manusia. Kebutuhan masyarakat akan makanan yang sehat dan alami membuat banyak peneliti memunculkan inovasi-inovasi baru dalam meningkatkan komponen yang

Upload: doankhanh

Post on 03-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

2

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Makanan yang kita konsumsi di masa sekarang sudah banyak mengandung bahan-

bahan tambahan yang apabila dikonsumsi dengan kadar yang berlebihan akan

berdampak buruk bagi tubuh. Akibatnya berbagai penyakit bermunculan menyerang

tubuh kita. Hal itu semua tidak luput dari adanya radikal bebas. Tubuh manusia

memerlukan substansi penting yaitu antioksidan yang dapat membantu melindungi

tubuh dari serangan radikal bebas dengan meredam dampak negatif senyawa ini.

Namun, hal ini tergantung terhadap pola hidup dan pola makan kita yang harus benar.

Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan mampu melindungi tubuh

terhadap radikal bebas dan menghambat terjadinya kanker, kardiovaskuler, katarak,

serta penyakit degeneratif lainnya (Kumalaningsih, 2007). Senyawa antioksidan

diantaranya adalah asam fenolik, flavonoid, vitamin C, vitamin E, asam urat, bilirubin,

albumin dan β-karoten (Gheldof dkk., 2002). Tanpa disadari dalam tubuh manusia

secara terus-menerus terbentuk radikal bebas melalui peristiwa metabolisme sel normal,

peradangan, kekurangan zat gizi dan akibat respon terhadap pengaruh dari luar tubuh

seperti polusi lingkungan, sinar ultraviolet, dan asam rokok. Akibat yang ditimbulkan

oleh lingkungan tercemar tersebut, justru merangsang tumbuhnya radikal bebas (free

radical) yang dapat merusak tubuh kita (Parwata dkk., 2010).

Labu kuning (Curcubita moschata Durch.) banyak disukai masyarakat karena

rasanya manis, aroma, dan warnanya menarik serta murah harganya. Disamping itu,

juga mengandung zat gizi yang bermanfaat bagi kesehatan seperti β-karoten (provitamin

A) yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan sehingga dapat mencegah penyakit

degeneratif (Vega dkk., 1996).

Tempe merupakan salah satu makanan fermentasi dan banyak diminati oleh

masyarakat masyarakat Indonesia karena harganya yang relatif murah, banyak

mengandung gizi, dan senyawa berkhasiat salah satunya adalah isoflavon yang

berkhasiat sebagai antioksidan. Tempe kaya akan komponen gizi diantaranya protein

nabati, asam lemak, vitamin, mineral dan antioksidan yang baik sekali untuk tubuh

manusia. Kebutuhan masyarakat akan makanan yang sehat dan alami membuat banyak

peneliti memunculkan inovasi-inovasi baru dalam meningkatkan komponen yang

Page 2: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

3

berguna pada pangan salah satunya memanfaatkan potensi dari tempe. Hal ini telah

dilakukan oleh Kusumastuti dan Ayustaningwarno (2013) yang meneliti penambahan

bekatul beras merah terhadap tempe dan menguji aktivitas antioksidannya. Untuk itu,

dengan adanya penambahan tepung labu kuning pada fermentasi tempe diharapkan

meningkatkan nilai gizi, aktivitas antioksidan serta memberikan warna alami pada

tempe karena adanya karoten di dalamnya.

Perumusan Masalah

Dewasa ini adanya tren masyarakat terhadap minat pada makanan fungsional

meningkat. Tempe merupakan salah satu makanan sehat asli Indonesia. Untuk

meningkatkan nilai jual tempe, maka dapat ditambahkan bahan alami yang dapat

meningkatkan fungsi biologi dan daya tarik terhadap tempe. Labu kuning merupakan

salah satu bahan alami yang diketahui mengandung antioksidan dan dapat berfungsi

sebagai pewarna alami. Oleh karena itu, aplikasi labu kuning dalam tempe diharapkan

dapat meningkatkan nilai tambah peranan tempe (peningkatan antioksidan, total

karoten, dan organoleptik) serta labu kuning dapat difungsikan sebagai pewarna alami

sehingga kenampakan tempe akan semakin menarik.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menentukan aktivitas antioksidan pada tempe dengan penambahan tepung labu

kuning (Curcubita moschata Durch.) sebesar 0%; 2,5%; 5%; 7,5%; dan 10%

serta menentukan nilai IC50 tepung labu kuning (Curcubita moschata Durch.).

2. Menentukan kadar total karoten pada tempe dengan penambahan tepung labu

kuning (Curcubita moschata Durch.) sebesar 0%; 2,5%; 5%; 7,5%; dan 10%

(b/b).

3. Menentukan konsentrasi penambahan tepung labu kuning (Curcubita moschata

Durch.) yang paling disukai konsumen dari segi kenampakan, bau atau aroma,

rasa, tekstur, dan kesukaan secara keseluruhan dari tempe melalui uji

organoleptik dengan 30 orang panelis.

Page 3: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

4

Penelitian ini dituangkan dua makalah dengan judul sebagai berikut:

1. Penghambatan Oksidasi dan Kandungan Fenolik Total dalam Fermentasi Tempe

Kedelai dengan Penambahan Tepung Labu Kuning (Curcubita moschata D.).

Dipublikasikan pada Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik

Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta , 19 Oktober 2013 ,dengan tema

“Current Biological Research & Education In Life Supporting System

Conservation

2. Aktivitas Antioksidan, Kandungan Karoten Total, dan Uji Organoleptik pada

Tempe dengan Penambahan Tepung Labu Kuning (Curcubita moschata Durch.).

Dipublikasikan dalam Seminar Nasional Bioteknologi , 27-28 Februari 2014

dengan tema “Biotecnological Approaches to Blue Economy Implementation”

yang diselenggarakan oleh Program Studi Biologi, Fakultas Teknobiologi,

Universitas Surabaya.

Page 4: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

5

MAKALAH I

Page 5: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

6

Page 6: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19November 2013

ISBN: 978-602-95166-2-3

Penghambatan Oksidasi dan Kandungan Fenolik Total dalam Fermentasi

Tempe Kedelai dengan Penambahan

Tepung Labu Kuning (Curcubita moschata D.)

Arif Lutfi Ahzani, Lusiawati Dewi, Lydia Ninan Lestario

Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711

Email : [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung labu

kuning dengan berbagai konsentrasi (0%; 5%; 10%; 15% dan 20%) terhadap

penghambatan oksidasi dan kandungan fenolik total pada fermentasi tempe

kedelai.Labu kuning mengandung senyawa aktif β-karoten. Senyawa ini merupakan

salah satu jenis karotenoid, disamping mempunyai aktivitas biologis sebagai provitamin

A, juga berperan sebagai antioksidan.Oleh karena itu, labu kuning dipergunakan dalam

penelitian ini yang diharapkan dapat mempunyai daya hambat oksidasi dan

meningkatkan kandungan fenolik total pada tempe kedelai. Kedelai yang telah siap

untuk dibuat tempe ditambahkan dengan tepung labu kuning dengan beberapa

konsentrasi. Kemudian tempe labu kuning dianalisis terhadap aktivitas antioksidan

dengan metode DPPH dan kadar fenolik total dilakukan dengan metode Folin

Ciocalteau. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa daya

hambat oksidasi tertinggi diperoleh pada tempe kedelai dengan penambahan tepung

labu kuning 15% yaitu 26,74% ± 0,15 sedangkan daya hambat oksidasi tempe kedelai

pada kontrol hanya 16,15% ± 0,03. Kadar fenolik total tertinggi diperoleh pada kadar

15% yaitu 0,8190 mg/g berat kering ± 0,0000 sedangkan kadar pada kontrol hanya

0,2755 mg/g berat kering ± 0,0000. Kata kunci : tempe kedelai, labu kuning (Curcubita moschataD.), antioksidan, fenolik

total

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan telah menyadarkan masyarakat mengenai

pentingnya pola makan yang sehat serta peran antioksidan untuk menangkal senyawa radikal bebas

dalam tubuh serta mencegah berbagai penyakit degeneratif misalnya penyakit jantung, kanker,

hipertensi, stroke, kencing manis, dan lain-lain. Tubuh manusia membutuhkan antioksidan karena

manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih dalam tubuhnya. Oleh

sebab itu, tubuh membutuhkan asupan antioksidan jika terjadi paparan radikal bebas berlebihan.

Adanya kekhawatiran terhadap efek samping yang sejauh ini belum diketahui dari antioksidan

sintetik menyebabkan antioksidan alami yang dianggap lebih aman menjadi alternatif yang sangat

dibutuhkan. Antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap radikal bebas dan menghambat

terjadinya penyakit degeneratif (Rohdiana, 2001; Sunarni, 2005 dalam Kuncahyo dan Sunardi,

2007).

B-41

Page 7: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

Arif Lutfi Ahzani, Lusiawati Dewi, dan Lydia Ninan Lestario/ Penghambatan Oksidasi dan

Labu kuning juga dikenal kaya akan karotenoid yang berfungsi sebagai antioksidan.

β-karoten adalah merupakan salah satu jenis karotenoid, disamping mempunyai aktivitas

biologis sebagai provitamin A, juga berperan sebagai antioksidan sehingga dapat

mencegah penyakit degeneratif (Vega dkk., 1996). Tepung labu kuning yang dihasilkan

mengandung karbohidrat 78,77%; protein3,74%; lemak 1,34%; serat kasar 2,90%;betakaroten

7,29 mg/100 g. Labu kuning juga memiliki berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh,

mengandung kalori sebesar 29 kkal per 100 gram bahan, protein (1,1 g/100 g), lemak (0,3

g/100 g), karbohidrat (6,6 g/100 g), kalsium (45 mg/100 g), fosfor (64 mg/100 g), besi (1,4

mg/100 g), A (180 SI/100 g), vitamin B (0,08 mg/100 g), vitamin C (52 mg/100 g), dan β-

karoten sehingga sangat baik untuk menjaga kesehatan mata serta untuk meningkatkan daya

tahan tubuh. Kadar air dan serat yang tinggi dalam labu kuning juga memiliki manfaat

untuk pencernaan, demam, diare dan mengatasi peradangan (Anonim, 2013).

Tempe merupakan salah satu makanan fermentasi dan banyak diminati oleh

masyarakat masyarakat Indonesia karena harganya yang relatif murah, banyak mengandung

gizi, dan senyawa berkhasiat salah satunya adalah isoflavon yang berkhasiat sebagai

antioksidan. Tempe kaya akan komponen gizi diantaranya protein nabati, asam lemak, vitamin,

mineral dan antioksidan yang baik sekali untuk tubuh manusia.Kebutuhan masyarakat akan

makanan yang sehat dan alami membuat banyak peneliti memunculkan inovasi-inovasi baru

dalam meningkatkan komponen yang berguna pada pangan salah satunya memanfaatkan

potensi dari tempe. Hal ini telah dilakukan oleh Kusumastuti dan Ayustaningwarno (2013)

yang meneliti penambahan bekatul beras merah terhadap tempe dan menguji aktivitas

antioksidannya.Untuk itu, dengan adanya penambahan tepung labu kuning pada fermentasi

tempe diharapkan meningkatkan nilai gizi ,antioksidan dan daya tarik terhadap tempe

karena labu kuning dapat juga berfungsi sebagai pewarna alami.

Perumusan Masalah

Dewasa ini adanya tren masyarakat terhadap minat pada makanan fungsional

meningkat. Tempe merupakan salah makanan sehat asli Indonesia , untuk meningkatkan nilai

jual tempe, maka dapat ditambahkan bahan alami yang dapat meningkatkan fungsi biologi dan

daya tarik terhadapt tempe. Labu kuning merupakan salah satu bahan alami yang diketahui

mengandung antioksidan dan dapat berfungsi sebagai pewarna alami, oleh karena itu

aplikasi labu kuning dalam tempe diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah peranan

tempe (penambahan antioksidan) dan labu kuning dapat digungsikan sebagai pewarna alami

sehingga kenampakan tempe akan semakin menarik.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menentukan aktivitas antioksidan dan kandungan fenolik total pada tempe dengan

penambahana tepung labu kuning (Curcubita moschata D.) dalam rangka meningkatkan

antioksidan pada tempe.

2. Menentukan IC50 pada tepung labu kuning (Curcubita moschata D.).

Manfaat Penelitian Memberikan tambahan produk tempe yang lebih kaya akan antioksidan dan lebih menarik

karena terwarnai kuning.

B-42

Page 8: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi,

Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19November 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3

METODE PENELITIAN

Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Kedelai yang dibelidariPasarBringin, Kabupaten Semarang Buahlabukuning yang dibelidariDusunKopeng, Salatiga Ragi, merkRaprima (buatan LIPI

Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tempe kedelai yang telah

difermentasi dengan inokulum bubuk ragi tempe merk Raprima, buatan LIPI dengan

penambahan tepung labu kuning 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%.

Bahan Kimia

Etanol (PA, E-Merck, Germany); aseton (PA, E-Merck, Germany); DPPH (2,2-

difenil-1-pikrilhidrazil) (Sigma, USA); asam galat (Sigma, USA); reagen Follin

Ciocalteau (E-Merck, Germany); Na2CO3 (PA, E-Merck, Germany); dan akuades.

Piranti

Alat yang digunakan antara lain: neraca analitis (Acis AD 300), neraca analitis (Mettler

H-80), drying cabinet, Spektrofotometer UV-Vis (Optizen, 3220 UV), enkas, piranti gelas,

phillius, grinder dan kertas saring.

Diagram alir proses pembuatan tepung labu kuning (Haryadi, 1993)

Labu kuning dikupas kulitnya dan dilakukan pembersihan dari lendir dan bijinya.

Daging buah kemudian dicuci dengan air bersih kemudian dipotong-potong dengan ketebalan

± 0,3 cm. Selanjutnya daging buah dilakukan pengeringan dalam drying cabinet dengan suhu

50˚C selama 72 jam. Labu kuning yang sudah kering kemudian dilakukan penghalusan

menggunakan grinder dan dilakukan pengayakan 80 mesh. Tepung labu kuning disimpan

dalam wadah tertutu, kering serta kedap terhadap udara.

Pembuatan Tempe dengan Penambahan Tepung Labu Kuning (Santoso, 1993

termodifikasi) Sebanyak 100 gram kedelai dibersihkan kemudian direbus selama 30

menit. Setelah itu

kedelai direndam dalam air perebus selama 24 jam, kemudian dikuliti hingga bersih. Kedelai

yang sudah dikuliti tersebut dikukus selama 60 menit, kemudian ditiriskan dan

didinginkan. Setelah dingin, kedelai dicampur dengan bubuk ragi tempe buatan LIPI (merek

Raprima) sebanyak 5 gram. Masing-masing konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% (b/b)

tepung labu kuning ditambahkan ke dalam kedelai. Kedelai dibungkus dalam plastik yang telah

diberi lubang kecil-kecil dan dilakukan pemeraman pada suhu kamar ruang selama 36-48 jam.

Preparasi Sampel

Tempe kedelai dengan penambahan tepung labu kuning yang sudah jadi dihaluskan

dengan menggunakan mortar dan alu. Tempe yang sudah halus tersebut akan menjadi sampel

yang akan diujiaktivitas antioksidan dan kandungan fenolik totalnya.

Pengukuran Aktivitas Antioksidan metode DPPH (Burda dan Oleszek, 2001)

Sampel yang akan diukur ditimbang 5 gram, dimaserasi dalam erlenmeyer dengan

etanol 90% selama 2 jam dibantu menggunakan shaker, selanjutnya disaring ke dalam labu

ukur 50 mL,

B-43

Page 9: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

Arif Lutfi Ahzani, Lusiawati Dewi, dan Lydia Ninan Lestario/ Penghambatan Oksidasi dan

ampas dibilas dengan pelarut yang sama sampai didapatkan warna larutan bening, volume

filtrat di labu ukur ditepatkan dengan pelarut yang sama. 1 mL filtrat dimasukkan ke dalam

tabung reaksi ditambah dengan 2 mL DPPH 0,2 mM. Dibuat juga kontrol, yaitu sampel

diganti dengan pelarut sampel. Larutan tersebut diinkubasi selama 30 menit, serta

absorbansinya diukur pada λ= 517 nm.

Aktifitas Antioksidan dihitung berdasarkan rumus:

Pengukuran IC50 aktivitas antioksidan ekstrak tepung labu kuning metode DPPH

Tepung labu kuning ditimbang 5 gram, dimaserasi dalam etanol selama 120

menit, selanjutnya disaring dan ditepatkan dengan pelarut yang sama dalam labu ukur 50 mL,

kemudian dilakukan pengenceran dari larutan induk 0,1 g/mL berturut-turut dengan

konsentrasi 5; 6; 7; 8; 9 dan 10 x10-3 dari larutan induk, selanjutnya 1 mL filtrat

dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah 2 mL DPPH 0,2mM.Larutan diinkubasi selama

30 menit, dan diukur absorbansinya pada λ = 517 nm. Aktivitas Antioksidan dihitung dengan rumus :

Dari % penghambatan yang didapat dari masing – masing konsentrasi pengenceran, dapat

dihitung IC50 = xdengan memasukkan y= 50 pada persamaan y= ax+b.

Penentuan Kadar Fenolik Total (Povilaityte dan Venskutonis, 2000)

Sampel yang akan diukur ditimbang sebanyak 5 gram, dimasukkan ke dalam labu

ukur 50mL yang telah berisi aseton:air (7:3), kocok sampai homogen dan disaring. 1 mL filtrat

ditambah 2 mL larutan Folin Ciocalteu 10% ditambah 2,5 mL Na2CO3 7,5% dalam akuades

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Larutan diinkubasi selama 30 menit, kemudian diukur

absorbansinya pada λ = 765 nm. Digunakan asam galat sebagai standar.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi Metode ekstraksi tepung labu kuning yang digunakan adalah metode maserasi, karena

cara ini merupakan metode yang mudah dilakukan dan menggunakan alat-alat sederhana, cukup

dengan merendam sampel dalam pelarut. Pelarut yang digunakan adalah etanol.

Aktivitas Antioksidan

Tabel 1. Hasil Pengukuran Aktivitas Antioksidan Tempe

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

0%

X ±SE 16,15±0,03

(%)

5%

18,41±0,00

10%

22,73±0,12

15%

26,74±0,15

20%

25,41±0,12

B-44

Page 10: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi,

Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19November 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3

30

25

20

15 10

Kurva Penghambatan Oksidasi

y = 0,537x + 16,518

R² = 0,8827

0 5 10 15 20 25

Konsentrasi Tepumg Labu Kuning (%)

Gambar 1. Kurva Penghambatan Oksidasi

Hasil pengukuran aktivitas antioksidan, terlihat bahwa tempe dengan penambahan

tepung labu kuning 0% (kontrol); 5%; 10%; 15% dan 20% mengalami peningkatan berturut –

turut yaitu 16,15±0,03; 18,41±0,00; 22,73±0,12; 26,74±0,15 dan 25,41±0,12. Secara umum %

penghambatan pada penambahan tepung labu kuning dari 0 sampai 15% semakin meningkat.

Hal ini disebabkan karena peningkatan fenol pada tempe dan β-karoten pada tepung labu

kuning dapat mempengaruhi peningkatan aktivitas antioksidan pada tempe. Susanto dkk.

(1998 dalam Rosida dkk., 2013) mengatakan kenaikan aktivitas antioksidan yang terjadi

selama fermentasi tempe disebabkan karena terhidrolisisnya senyawa isoflavon glikosida

biji kedelai berubah menjadi senyawa isoflavon bebas yang disebut aglikon oleh enzim

glukosidase saat proses perendaman biji kedelai. Selama fermentasi mikroorganisme Rhizopus

oligosporus juga menghasilkan enzim yang sama. Namun pada konsentrasi 20%

mengalami penurunan daya penghambatan oksidasi yaitu 25,41±0,12. Hal ini

menunjukkan bahwa penambahan tepung labu kuning pada proses pembuatan tempe

berpengaruh dalam meningkatkan daya aktivitas antioksidannya namun belum tentu semakin

banyak tepung labu kuning, daya antioksidan akan makin terus meningkat tetapi dapat

menurun karena bisa menjadi prooksidan.

IC50 Ekstrak Tepung Labu Kuning

Tabel 2. Hasil Pengukuran IC50 Tepung Labu Kuning

Konsentrasi (g/mL)

0,005

0,006

0,007

0,008

0,009

0,010

% Penghambatan

32,72

40,59

49,00

49,80

55,41

59,52

B-45

% P

en

gh

am

bata

n

Page 11: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

Arif Lutfi Ahzani, Lusiawati Dewi, dan Lydia Ninan Lestario/ Penghambatan Oksidasi dan

65

55

45

35

25

0,004

Kurva IC50

y = 5121,7x + 9,4271

R² = 0,9562

IC50 Y =

5121,7x + 9,4271 50 = 5121,7x

+ 9,4271 50 9,4271 =5121,7x

0,01

Gambar 2. Kurva IC50 Tepung Labu Kuning

Kandungan Fenolik Total

Purata kadar fenolik total hasil dari berbagai prosentase penambahan tepung labu kuning

pada tempe berkisar antara 0,2755 ± 0,0000 – 0,5338 ± 0,0000

mg asam galat/g sampel (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kadar Fenolik Total Tempe

FENOLIK TOTAL

0%

± SE

(mg/g) 0,2755±0,0000

5%

0,2826±0,0001

10%

0,6876±0,0023

15%

0,8190±0,0000

20%

0,5338±0,0000

Kurva Kadar Fenolik Total

1 0,819

0,5 0,6876

0,5338

0 0,2755 0,2826

0 5 10 15 20 25

Konsentrasi Tepung Labu Kuning (%)

Gambar 3. Kurva Kandungan Fenolik Total Tempe.

Hasil pengukuran kandungan fenolik total, terlihat bahwa tempe dengan konsentrasi

tepung labu kuning 0% (kontrol); 5%; 10% ; 15% dan 20% selalu mengalami

peningkatan yaitu 0,2755±0,0000; 0,2826±0,0001; 0,6876±0,0023; 0,8190±0,0000 dan

0,5338±0,0000 mg/g berat kering. Dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa

penambahan tepung labu kuning dalam proses fermentasi kedelai terbukti meningkatkan kadar

fenolik total pada tempe.

B-46

% P

en

gh

am

bata

n

Kon 0,006

Ka

da

r F

en

oli

k T

ota

l (m

g/g

b

.k)

Page 12: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi,

Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19November 2013

ISBN: 978-602-95166-2-3

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 1. Nilai aktivitas antioksidan tertinggi pada penelitian ini ditunjukkan pada tempe

dengan penambahan tepung labu kuning (Curcubitamoschata D.) 15% yaitu 26,74%

± 0,15 dan kandungan fenolik total tertinggi pada penambahan labu kuning 15% yaitu

0,8190±0,0000 mg asam galat/g berat kering.

2. serta IC50dariekstraktepunglabukuningadalah 0,0079 g/mL.

Saran Perlu dilakukannya penelitian lanjutan mengenai senyawa aktif dalam tempe labu

kuning yang berfungsi sebagai peningkat aktivitas antioksidan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Khasiat Labu Kuning Untuk Kesehatan. http://kasehat.com/berita-433-

khasiat-labu-kuning-untuk-kesehatan.html. [16 Agustus 2013]. Burda, S. And W. Oleszek. 2001. Antioxidants and Antiradical Activities of

Flavonoids. J. Agric. Food Chem. 49 : 2774-2779. Haryadi. 1993. Teknologi Pengolahan Beras. PAU Pangan dan Gizi. Universitas

Gajah Mada : Yogyakarta. Kuncahyo I dan Sunardi. 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing

Wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl

(DPPH). Seminar Nasional Teknologi 2007. ISSN : 1978 – 9777, E-2. Kusumastuti K dan F. Ayustaningwarno. 2013. Pengaruh Penambahan Bekatul

Beras Merah Terhadap Kandungan Gizi, Aktivitas Antioksidan dan

Kesukaan Sosis Tempe. Journal of Nutrition College, Vol 2, No 1 (2013). Povilaityte and Venskutonis. 2000. Antioxidative Activity of Purple Peril (Perilla

frutescens L.), Moldavian Dragonhead (Dracocephalum moldavica L.), and

Roman Chamomile (Anthemis nobilis L.) Extracts in Rapeseed Oil.

Department of Food Technology, Kaunas University of Technology, Kaunas :

Lithuania, LT-3028. Rosida, D. F., Sudaryati H. P., dan F. Costantia. (2013). Kajian Peran Angkak pada

Kualitas Tempe Kedelai-Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala). Teknologi

Pangan, FTI UPN “Veteran” Jatim. REKAPANGAN 2013. Santoso, H.B. 1993. Pembuatan Tempe dan Tahu Kedelai : Bahan Makanan

Bergizi Tinggi. Yogyakarta : Kanisius. Vega, P.J., M. O. Balaban, C.A. Sims, S.F. O’Keefe dan J.A. Cornell. 1996.

Supercritical Carbon Dioxide Extraction Effisiensi for Carotenes from

Carrots by RCM. J. Food Sci. 61 (4) : 757-759 .

B-47

Page 13: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

7

MAKALAH II

Page 14: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

8

“SEMINAR NASIONAL BIOTEKNOLOGI 2014”

Biotechnological Approaches to Blue Economy Implementation

PROSIDING

Ketua: Theresia Desy Askitosari, S.Si., M.Biotech

Editor: Dr.rer.nat. Maria Goretti M. Purwanto

Dr. Tjandra Pantjajani

Theresia Desy Askitosari, S.Si., M.Biotech

Ruth Chrisnasari, S.TP., M.P.

Nurul Azizah, S.Si.

Diselenggarakan oleh:

Program Studi Biologi - Fakultas Teknobiologi

Universitas Surabaya

27 - 28 Febuari 2014

Page 15: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

9

“SEMINAR NASIONAL BIOTEKNOLOGI 2014”

Biotechnological Approaches to Blue Economy Implementation

PROSIDING

ISBN : 978-602-14714-2-5

Editor : Dr.rer.nat. Maria Goretti M. Purwanto

Dr. Tjandra Pantjajani

Theresia Desy Askitosari, S.Si., M.Biotech

Ruth Chrisnasari, S.TP., M.P.

Nurul Azizah, S.Si.

Diterbitkan oleh : UBAYA Press

Page 16: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

10

Page 17: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

11

Page 18: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

113

Aktivitas Antioksidan, Kandungan Karoten Total, dan Uji Organoleptik pada Tempe

dengan Penambahan Tepung Labu Kuning

(Curcubita moschata Durch.)

Arif Lutfi Ahzani*)

, Lusiawati Dewi, Lydia Ninan Lestario Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga, 50711, Indonesia

*Email: [email protected]

ABSTRAK

Tepung labu kuning mengandung β-karoten yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Penelitian

tentang aktivitas antioksidan, kandungan karoten total pada tempe dengan penambahan tepung labu kuning

bertujuan untuk menentukan aktivitas antioksidan, kadar karoten total, nilai IC50 tepung labu kuning serta

penentuan tempe labu kuning yang paling disukai melalui uji organoleptik dan penambahan tepung labu kuning

(Curcubita moschata Durch.) pada berbagai konsentrasi 0%; 2,5%; 5%; 7,5%; dan 10%. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan dan kadar karoten total tertinggi diperoleh pada tempe dengan 10%

penambahan tepung labu kuning yaitu (80,20 ± 2,71%) dan (827,67 ± 1,72 µg/100 g), nilai IC50 tepung labu

kuning sebesar (0,0079 g/mL), serta tempe dengan konsentrasi 7,5% penambahan tepung labu kuning adalah

yang paling disukai dengan skor (3,75 ± 0,16 dari skala 5).

Kata kunci: tepung labu kuning (Curcubita moschata Durch.), β-karoten, aktivitas antioksidan, karoten total,

IC50

Pendahuluan Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan mampu melindungi tubuh terhadap radikal bebas

dan menghambat terjadinya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya [1]

. Senyawa antioksidan diantaranya adalah asam fenolik, flavonoid, vitamin C, vitamin E, asam urat, bilirubin, albumin dan

β-karoten [2]

. Labu kuning (Curcubita moschata Durch.) banyak disukai masyarakat karena rasanya manis, aroma, dan warnanya menarik serta murah harganya. Disamping itu, juga mengandung zat gizi yang

bermanfaat bagi kesehatan seperti β-karoten (provitamin A) yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan

sehingga dapat mencegah penyakit degeneratif [3]

.

Gambar 1. Labu kuning Gambar 2. Struktur kimia β-karoten

Tempe merupakan salah satu makanan fermentasi dan banyak diminati oleh masyarakat masyarakat

Indonesia karena harganya yang relatif murah, banyak mengandung gizi, dan senyawa berkhasiat salah satunya adalah isoflavon yang berkhasiat sebagai antioksidan. Tempe kaya akan komponen gizi diantaranya protein

nabati, asam lemak, vitamin, mineral dan antioksidan yang baik sekali untuk tubuh manusia.Kebutuhan

masyarakat akan makanan yang sehat dan alami membuat banyak peneliti memunculkan inovasi-inovasi baru

dalam meningkatkan komponen yang berguna pada pangan salah satunya memanfaatkan potensi dari tempe.

Untuk itu, dengan adanya penambahan tepung labu kuning pada fermentasi tempe diharapkan meningkatkan

nilai gizi, antioksidan serta memberikan warna alami pada tempe karena adanya karoten di dalamnya.

Berdasarkan latar belakang dan teori di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menentukan aktivitas antioksidan dan kadar karoten total pada tempe dengan penambahan tepung labu

kuning (Curcubita moschata Durch.) sebesar 0%; 2,5%; 5%; 7,5%; dan 10%.

2. Menentukan nilai IC50 tepung labu kuning (Curcubita moschata Durch.).

Bidang Kajian:

Bioteknologi Pangan

Page 19: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

114

3. Menentukan konsentrasi penambahan tepung labu kuning (Curcubita moschata Durch.) yang paling

disukai konsumen secara keseluruhan dari tempe melalui uji organoleptik dengan 30 orang panelis.

Metodologi

Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Kedelai impor yang dibeli dari Pasar Bringin, Kabupaten Semarang.

Labu kuning yang dibeli dari Dusun Kopeng, Salatiga. Ragi tempe (merk Raprima, buatan LIPI).

Bahan Kimia Etanol (PA, E-Merck, Germany); aseton (PA, E-Merck, Germany); petroleum eter (PA, E-Merck, Germany);

Na2SO4 (PA, E-Merck, Germany); DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) (Sigma, USA) dan akuades.

Alat Alat yang digunakan adalah kuvet plastik dan kuvet kuarsa (Brand, Germany), neraca analitis (ACIS AD-300),

neraca analitis (Mettler, H-80), Spektrofotometer UV-Vis (Optizen, 3220 UV), drying cabinet, Grinder

(Airlux Electronic Japan, HA-3041), Shaker (Ika Labortechnik, KS 501), enkas, phillius, mortar, alu, dan

alat gelas.

Prosedur

Pembuatan Tepung Labu Kuning [4]

Buah labu kuning dikupas kulitnya dan dibuang bijinya. Setelah bersih, buah labu kuning direndam ke dalam

larutan garam 1%. Selanjutnya buah labu kuning dirajang dengan ketebalan 0,1-0,3 cm dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 50ºC selama 72 jam. Proses berikutnya adalah penghalusan menggunakan grinder

dan pengayakan lolos 80 mesh hingga diperoleh tepung labu kuning.

Pembuatan Tempe dengan Penambahan Tepung Labu Kuning [5]

Sebanyak 100 gram kedelai dibersihkan kemudian direbus selama 30 menit. Setelah itu kedelai direndam

dalam air perebus selama 24 jam, kemudian dikuliti hingga bersih. Kedelai yang sudah dikuliti tersebut dikukus

selama 60 menit, kemudian ditiriskan dan didinginkan. Setelah dingin, kedelai dicampur dengan bubuk ragi

tempe (merk Paprima, buatan LIPI) sebanyak 5 gram. Masing- masing konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%

(b/b) tepung labu kuning ditambahkan ke dalam kedelai. Kedelai dibungkus dalam plastik yang telah diberi

lubang kecil-kecil dan dilakukan proses pemeraman pada suhu 37ºC selama 36-48 jam.

Preparasi Sampel Tempe yang sudah jadi ditumbuk dengan mortar hingga halus. Tempe yang telah halus dijadikan sampel

yang akan diuji aktivitas antioksidan serta kadar karoten totalnya.

Pengukuran Aktivitas Antioksidan Metode DPPH [6]

Sampel yang akan diukur ditimbang 5 gram, dimaserasi dalam erlenmeyer dengan etanol 90% selama 6 jam

dibantu menggunakan shaker, selanjutnya disaring ke dalam labu ukur 50 mL, ampas dibilas dengan pelarut

yang sama sampai didapatkan warna larutan bening, volume filtrat di labu ukur ditepatkan dengan

pelarut yang sama. 1 mL filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambah dengan 2 mL DPPH 0,2

mM. Dibuat juga kontrol, yaitu sampel diganti dengan pelarut sampel. Larutan tersebut diinkubasi selama

30 menit, serta absorbansinya diukur pada λ= 517 nm. Aktifitas Antioksidan dihitung berdasarkan rumus:

Page 20: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

115

Pengukuran Kadar Karoten Total Metode Corong Pisah [7]

Sebanyak 0,5 g sampel ditimbang, dimasukkan ke dalam tabung centrifuge, ditambahkan aseton dan petroleum

eter murni masing-masing sebanyak 5 ml. Sampel dicentrifugeselama 5 menit dengan kecepatan tidak lebih dari

3000 rpm. Setelah memisah jelas kemudian diambil dengan pipet tetes bagian yang bening saja untuk dianalisa

dan ditampung pada tabung reaksi.Endapannya kemudian ditambahkan aseton dan petroleum eter murni masing-

masing sebanyak 5 ml dan ditampung pada tabung reaksi yang sama. Langkah ini dilakukan sebanyak tiga kali.

Bagian bening yang telah tertampung dimasukkan ke dalam labu pemisah. Supernatan dibilas sebanyak

tiga kali dengan akuades 45 ml (masing-masing 15 ml).Air pembilas dibuang dan bagian atas ditampung lagi

pada tabung centrifuge dan ditambahkan 1 gram Na2SO4 kemudian divortex / centrifuge kembali selama 5

menit.Bagian yang bening diambil dengan pipet tetes, endapan yang ada dibuang dan ditambahkan petroleum

eter sampai volume akhir 10 mL. Absorbansi dibaca pada panjang gelombang 450 nm dengan petroleum eter sebagai blanko.

Absorbansi dicatat dan hitung dengan rumus :

Kadar total karoten (µg/100g) = (Total volume x absorbansi x 100)

( 0,2 x berat sampel)

Penentuan IC50 Pada Tepung Labu Kuning Metode DPPH [6]

Tepung labu kuning ditimbang 5 gram, dimaserasi dalam etanol selama 6 jam, selanjutnya disaring dan

ditepatkan dengan pelarut yang sama dalam labu ukur 50 mL, sehingga diperoleh larutan induk dengan

konsentrasi 0,1 g/mL. Kemudian larutan induk ini dibuat beberapa perlakuan. Kemudian ditambahkan 2 mL

larutan DPPH 0,2 mM. Larutan diinkubasi selama 30 menit kemudian diukur absorbansinya pada λ = 517 nm.

Nilai IC50 nya dihitung dengan cara mengukur % penghambatan larutan ekstrak pada beberapa konsentrasi

sehingga dapat dihitung konsentrasi ekstrak pada saat % penghambatan sebesar 50%.

Analisis Data[14]

Data pada uji aktivitas antioksidan dan kandungan karoten total dianalisis dengan menggunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Sebagai perlakuan adalah tempe dengan

prosentase penambahan tepung labu kuning 0% (kontrol); 2,5% ; 5% ; 7,5% ; dan 10% (b/b). Sebagai kelompok

adalah waktu analisis. Untuk membandingkan purata antar perlakuan digunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ)

dengan tingkat kebermaknaan sebesar 5%.

Hasil dan Pembahasan

Aktivitas Antioksidan Aktivitas antioksidan pada tempe kedelai dengan penambahan tepung labu kuning dengan berbagai

konsentrasi dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Data Aktivitas Antioksidan pada Tempe Kedelai dengan Berbagai Prosentase Penambahan Tepung

Labu Kuning.

Aktivitas Antioksidan (%)

0% (kontrol) 2,5% 5% 7,5% 10%

X ± SE(%) 55,70 ± 0,02 66,70 ± 0,01 67,93 ± 0,01 65,56 ± 0,01 80,20 ± 2,71

W=2,19 (a) (b) (b) (b) (c)

Keterangan:

*Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menandakan tidak ada perbedaan yang nyata

**Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menandakan ada perbedaan yang nyata

Terlihat pada hasil pengukuran % penghambatan, tempe dengan penambahan tepung labu kuning 0%

(kontrol); 2,5%; 5%; 7,5%; dan 10% secara umum mengalami peningkatan berturut-turut yaitu 55,70 ± 0,02%;

66,70 ± 0,01%; 67,93 ± 0,01%; 65,56 ± 0,01%; dan terus meningkat pada konsentrasi 10% yaitu sebesar 80,20 ±

2,71%. Aktivitas antioksidan mengalami peningkatan (p≤0,05) pada perlakuan penambahan tepung labu kuning

2,5% atau lebih tinggi dari 2,5% dibandingkan

Page 21: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

116

dengan 0% (kontrol). Perlakuan peningkatan penambahan tepung labu kuning dari 2,5% hingga 7,5% tidak ada

perbedaan yang nyata (p>0,05) terhadap peningkatan aktivitas antioksidan pada tempe. Perlakuan penambahan

tepung labu kuning sebesar 10% memberikan pengaruh tertinggi pada aktivitas antioksidan dibandingkan

dengan perlakuan 2,5% hingga 7,5%.

Peningkatan aktivitas antioksidan ini disebabkan karena peningkatan senyawa fenol pada tempe. Selain

itu β-karoten pada tepung labu kuning yang berperan sebagai pro-vitamin A, juga mempunyai aktivitas sebagai

antioksidan [3]

. Kenaikan aktivitas antioksidan yang terjadi selama fermentasi tempe disebabkan karena terhidrolisisnya senyawa isoflavon glikosida biji kedelai berubah menjadi senyawa isoflavon bebas yang

disebut aglikon oleh enzim glukosidase saat proses perendaman biji kedelai [8]

. Selama fermentasi mikroorganisme Rhizopus oligosporus juga menghasilkan enzim yang sama. Faktor lain yang menyebabkan

meningkatnya aktivitas antioksidan pada tempe tersebut adalah adanya senyawa karoten yang terkandung dalam

tepung labu kuning. Antioksidan berfungsi membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas serta meredam dampak negatifnya. Dengan adanya antioksidan, kerusakan jaringan organ tubuh dan resiko terserang

berbagai penyakit di usia senja dapat dicegah [1]

. Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin

C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan

reaksi pembentukan radikal bebas. Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan

genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-

trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam

kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri

Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.

Kandungan Karoten Total Kandungan karoten total pada tempe kedelai dengan penambahan tepung labu kuning dengan berbagai

konsentrasi dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Kandungan Karoten Total Tempe Karoten Total (µg/100g)

0% (kontrol) 2,5% 5% 7,5% 10%

X ± SE

(µg/100g)

36,60 ± 10,47 239,00 ± 4,29 321,33 ± 3,27 749,50 ± 2,28 827,67 ± 1,72

W=9,87 (a) (b) (c) (d) (e)

Keterangan:

*Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menandakan tidak ada perbedaan yang nyata.

**Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menandakan ada perbedaan yang nyata.

Kadar karoten total pada tempe semakin meningkat dengan semakin meningkatnya

penambahan tepung labu kuning dalam tempe (berkisar antara 36,60 µg/100g hingga 827,67

µg/100g). Kadar karoten total meningkat signifikan (p≤0,05) dibandingkan dengan kontrol (0%) pada

perlakuan penambahan 2,5% tepung labu kuning dan lebih tinggi pada perlakuan 5% dan 7,5% tepung labu kuning pada tempe. Kandungan karoten total tertinggi (p≤0,05) terdapat pada konsentrasi 10%

penambahan tepung labu kuning pada tempe.

Karotenoid memiliki fungsi biologis yang sangat penting sebagai antioksidan dan imunostimulator yang dapat mencegah penyakit, anti-inflamasi, anti-stress, anti penuaan dini, dan

pelindung kulit dari pengaruh radiasi ultraviolet [9-10]

. Karotenoid seperti lycopen dan β-karoten

merupakan senyawa biologis yang penting karena dapat mengaktivasi molekul excited, seperti singlet

oxygen. Proses ini dinamakan quenching (pemadaman) [11-12]

. Sistem pertahanan tubuh terhadap

radikal bebas sangat tergantung pada antioksidan dan karotenoid [13]

.

β-karoten merupakan antioksidan yang cukup kuat yang secara teoritis juga dapat melindungi

oksidasi LDL (Low Density Lipoprotein serum) [13]

. Karotenoid juga merupakan antioksidan yang

sangat potensial dalam melindungi membran lipid terhadap senyawa peroksida. Konsumsi bahan

makanan yang mengandung banyak karotenoid, seperti halnya tempe dengan penambahan tepung

Page 22: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

117

labu kuning tersebut lebih efektif dapat mencegah kerusakan kolesterol serum dibandingkan dengan

vitamin E. Di samping itu juga, karotenoid yang berasal dari sumber alam (misal dalam penelitian ini

adalah dari labu kuning) lebih aman dibandingkan dengan karotenoid sintetik.

Nilai IC50 Tepung Labu Kuning (Curcubita moschata Durch.)

Larutan induk tepung labu kuning dengan konsentrasi 0,1 g/mL dibuat dengan beberapa seri

konsentrasi serta diuji aktivitas antioksidannya hingga diperoleh absorbansi sampel serta %

penghambatannya didapatkan dari perhitungan

Tabel 3. % Penghambatan pada Beberapa Konsentrasi

Konsentrasi (g/mL) Purata ± SE(% Penghambatan) 0,005 32,74 ± 0,03

0,006 40,61 ± 0,02

0,007 49,02 ± 0,01 0,008 49,82 ± 0,02

0,009 55,43 ± 0,01

0,010 59,53 ± 0,01

IC

50

Y = 5121,7x + 9,4271

50 = 5121,7x + 9,4271

Gambar 3. Grafik IC50 Tepung Labu Kuning

Jika dibandingkan dengan penelitian Pabesak (2013) yang menyatakan bahwa nilai IC50 dari serbuk

biji labu kuning sebesar 0,1140 g/mL, maka IC50 tepung labu kuning lebih kecil yaitu 0,0079 g/mL

(7900 ppm). Hal ini menunjukkan aktivitas antioksidan ekstrak tepung labu kuning cukup tinggi,

sebab semakin kecil nilai IC50 semakin besar aktivitas antioksidan yang dikandung oleh ekstrak

tersebut.

Uji Organoleptik

Kesukaan Secara Keseluruhan (Overall)

Tabel 4. Data Hasil Uji Organoleptik Kesukaan Secara Keseluruhan Pada Tempe dengan

Penambahan Berbagai Konsentrasi Tepung Labu Kuning

Kesukaan Secara Keseluruhan

0% (kontrol) 2,5% 5% 7,5% 10%

X ± SE

(Skala 5)

2,83 ± 0,17

2,77 ± 0,16

3,30 ± 0,12

3,70 ± 0,19

3,70 ± 0,17

W=0,513 (a) (a) (ab) (b) (b)

Keterangan: *Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menandakan tidak ada perbedaan yang nyata.

**Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menandakan ada perbedaan yang nyata.

Page 23: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

118

Penilaian keseluruhan parameter yang meliputi kenampakan, aroma, tekstur, dan rasa tergabung

dalam paramter overall. Dari hasil uji statistik terlihat bahwa pada konsentrasi penambahan tepung

labu kuning pada 0% (kontrol) dan 2,5% serta 7,5% dan 10% tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p> 0,05). Pada konsentrasi penambahan tepung labu kuning (0% (kontrol); 2,5%)

terhadap 5% dan (7,5%; 10%) memberikan perbedaan yang nyata (p≤ 0,05). Panelis cenderung

memilih tempe pada konsentrasi penambahan tepung labu kuning sebesar 7,5% dan 10% karena dilihat dari warna (kenampakan), rasa, dan aromanya lebih wangi dari pada tempe tanpa penambahan

tepung labu kuning di dalamnya (0% atau kontrol).

Kesimpulan Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aktivitas antioksidan dan kadar karoten total tertinggi ditunjukkan pada tempe dengan konsentrasi 10% penambahan tepung labu kuning (Curcubita moschata Durch.) yaitu 80,20 ±

2,71% dan 827,67 ± 1,72 µg/100 g.

2. Nilai IC50 tepung labu kuning (Curcubita moschata Durch.) adalah 0,0079 g/mL.

3. Tempe dengan konsentrasi 7,5% penambahan tepung labu kuning adalah yang paling disukai

konsumen dengan skor 3,75 ± 0,16 dari skala 5.

Ucapan Terima Kasih

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini yang berjudul “Aktivitas Antioksidan, Kandungan Karoten Total, dan Uji Organoleptik Pada Tempe dengan Penambahan

Tepung Labu Kuning (Curcubita moschata Durch.)” yang ditulis sebagai syarat peserta pemakalah

(oral) dalam Seminar Nasional Bioteknologi 2014, Universitas Surabaya.

Dalam penulisan laporan penelitian ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Lusiawati Dewi, M.Sc, selaku pembimbing utama dalam penulisan laporan penelitian ini.

2. Dr. Lydia Ninan Lestario, M.S., selaku pembimbing pendamping dalam penulisan laporan penelitian ini.

3. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat,

khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Daftar Pustaka 1. Kumalaningsih. S. 2007. Antioksidan, Jenis dan Sumbernya. http://ww5.antioxidantcentre.com/.

[30 September 2012] 2. Gheldof, N., Wang Xiao-Hong, and Engeseth, N.J. 2002. Identification and Quantifications of

Antioxidant Components of Honeys from Various Floral Sources. Journal of Agricultural and

Food Chemistry, 50, 5870-5877. 3. Vega, P.J., M. O. Balaban, C.A. Sims, S.F. O’Keefe dan J.A. Cornell. 1996. Supercritical Carbon

Dioxide Extraction Effisiensi for Carotenes from Carrots by RCM. J. Food Sci. 61 (4) : 757-759.

4. Rahmi, Silvi L., Indriyani dan Surhaini. 2011. Penggunaan Buah Labu Kuning Sebagai Sumber Antioksidan dan Pewarna Alami Pada Produk Mie Basah. Prosiding Seminar Nasional Pertanian.

ISSN: 0852-8349, Vol. 13, No. 2, Hal. 29-36. Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Jambi

36361.

5. Santoso, H.B. 1993. Pembuatan Tempe dan Tahu Kedelai : Bahan Makanan Bergizi Tinggi. Yogyakarta : Kanisius

6. Burda, S. and W. Oleszek. 2001. Antioxidants and Antiradical Activities of Flavanoids. J.

Agric.Food Chem. 49: 2774-2779. 7. Julyasih, K. Sri Marhaeni, Wiwik Sri Harijani dan W. Widajati. 2009. Aktivitas Antioksidan

Beberapa Jenis Rumput Laut (Seaweeds) Komersial Di Bali. Prosiding Seminar Nasional

“Akselerasi Pengembangan Teknologi dalam Mendukung Revitalisasi Pertanian”, Surabaya 2

Desember 2009. Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur, hlm. 3. 8. Pabesak, Rivy Valen. 2013. Biji Labu Kuning (Curcubita moschata ex Poir) sebagai Peningkat

Antioksidan Pada Tempe. Skripsi: Fakultas Sains dan Matematika UKSW, Salatiga.

Page 24: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

119

9. Kato, M., Ikona, Y., Matsumoto, H., Sugiura, M., Hyodo, H., and Yano, M. 2004.

Accumulations of Carotenoids and Expression of Carotenoids Biosynthetic Genes During

Maturation in Citrus Fruit. Plant Physiol February; 134 (2): 824-837. 10. El-Baky, H.H., El-Baz, F.K., dan El-Baroty, G.S. 2007. Productions of Carotenoids from Marine

Microalgae and Its Evaluations as Safe Food Colorant and Lowering Cholesterol Agents.

American Eurasian J.Agric.&Sci.2(6): 792-800. 11. Trilaksani, W. 2003. Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanis Kerja dan Peran Terhadap Kesehatan.

Graduate Program/S3. Institut Pertanian Bogor.

12. Sauriasari, R. 2006. Mengenal dan Menangkal Radikal Bebas. Artikel Iptek Bidang Biologi

Pangan dan Kesehatan. 13. Ardiansyah. 2007. Antioksidan dan Peranannya Bagi Kesehatan. Artikel Iptek.

http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2007-01-23-Antioksidan-dan-Peranannya-Bagi-

Kesehatan.shtml. [6 Desember 2013] 14. Steel G.D. and James H.T.H. 1980. Principle and Procedure of Statistic a Biometrical Approach.

2nd

Ed. Kagokusha Book co: Mc Graw – Hill International, 633p.

Page 25: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

12

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aktivitas antioksidan tertinggi ditunjukkan pada tempe dengan konsentrasi 10%

penambahan tepung labu kuning yaitu 80,20 ± 2,71% dan nilai IC50 tepung labu

kuning adalah 0,0079 g/mL.

2. Kadar total karoten tertinggi ditunjukkan pada tempe dengan konsentrasi 10%

penambahan tepung labu kuning yaitu masing-masing sebesar 827,67 ± 1,72

µg/100 g.

3. Berdasarkan rata-rata uji organoleptik secara keseluruhan yang dapat mewakili

parameter kenampakan, aroma, tekstur, rasa dan kesukaan secara keseluruhan

menunjukkan bahwa penambahan tepung labu kuning pada tempe dengan

konsentrasi 7,5% merupakan prosentase yang paling tepat untuk ditambahkan pada

tempe yaitu sebesar 3,75 ± 0,16 dari skala 5.

Saran

Penelitian dapat dikembangkan untuk memberikan perlakukan pada keragaman

pengemas tempe yang ditambahkan tepung labu kuning untuk mengetahui ada atau

tidaknya pengaruh terhadap peningkatan aktivitas antioksidan, kandungan total karoten

serta organoleptik pada tempe.

Page 26: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6118/2/T1_652010008_Full... · nya kanker, kardiovaskuler, katarak, serta penyakit degeneratif lainnya

13

DAFTAR PUSTAKA

Ahzani, A.L., Lusiawati Dewi, L. Ninan Lestario. 2013. Penghambatan Oksidasi dan

Kandungan Fenolik Total dalam Fermentasi Tempe Kedelai dengan Penambahan

Tepung Labu Kuning (Curcubita moschata D.). Prosiding Seminar Nasional

Pendidikan Biologi dan Biologi. ISBN: 978-602-95166-2-3. Jurdik Biologi

FMIPA UNY, Yogyakarta.

Ahzani, A.L., Lusiawati Dewi, L. Ninan Lestario. 2014. Aktivitas Antioksidan,

Kandungan Karoten Total, dan Uji Organoleptik pada Tempe dengan

Penambahan Tepung Labu Kuning (Curcubita moschata Durch.). Prosiding

Seminar Nasional Bioteknologi. ISBN: 978-602-14714-2-5. Program Studi

Biologi Fakultas Teknobiologi, Ubaya, Surabaya.

Gheldof, N., Wang Xiao-Hong, and Engeseth, N.J. 2002. Identification and

Quantifications of Antioxidant Components of Honeys from Various Floral

Sources. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 50, 5870-5877.

Kumalaningsih. S. 2007. Antioksidan, Jenis dan Sumbernya.

http://ww5.antioxidantcentre.com/. [30 September 2012]

Kusumastuti K dan F. Ayustaningwarno. 2013. Pengaruh Penambahan Bekatul Beras

Merah Terhadap Kandungan Gizi, Aktivitas Antioksidan dan Kesukaan Sosis

Tempe. Journal of Nutrition College, Vol 2, No 1 (2013).

Parwata, I M. Adi, K. Ratnayani dan Ana Listya. 2010. Aktivitas Antiradikal Bebas

serta Kadar Beta Karoten Pada Madu Randu (Ceiba pentandra) dan Madu

Kelengkeng (Nephelium longata L.). Jurnal Kimia 4 (1), Januari 2010 : 54-62.

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana Bukit Jimbaran, Bali.

Vega, P.J., M. O. Balaban, C.A. Sims, S.F. O’Keefe dan J.A. Cornell. 1996.

Supercritical Carbon Dioxide Extraction Effisiensi for Carotenes from Carrots by

RCM. J. Food Sci. 61 (4) : 757-759.