pendidikan agama kristen dan dampaknya bagi peserta didik ...€¦ · , tuhan yesus yang menjadi...
TRANSCRIPT
-
1
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN DAMPAKNYA BAGI PESERTA DIDIK
BERAGAMA SUKU MARAPU
ANDRIARTO KAPU ENDA
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangat penting bagi setiap warga negara karena “pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” (Pasal 3, UU Sisdiknas No
20/2003).
Di Indonesia, ada tiga lembaga yang melaksanakan pendidikan agama Kristen (PAK),
yaitu lembaga keluarga, gereja dan sekolah. Penulisan ini akan difokuskan pada PAK di
sekolah. Pertama-tama perlu dijelaskan sejarah singkat PAK, PAK dalam Perjanjian Lama
dimulai ketika Abraham, Ishak dan Yakub menjadi guru/pendidik bagi seluruh keluarganya1.
PAK yang dimulai dari ruang lingkup keluarga, kemudian berkembang ke Bait Allah yang
diselenggarakan oleh imam-imam dalam Bait Suci, merekalah yang menerangkan serta
memelihara undang-undang mengenai kebaktian, mereka juga yang mengajarkan hukum
tentang kebersihan dan kesehatan, makanan pantangan dan perhubungan kelamin, dan banyak
hukum lagi yang harus diketahui dan dituruti oleh umat Israel2. PAK dalam Perjanjian Baru
diteladankan oleh :Pertama, Tuhan Yesus yang menjadi seorang guru yang agung. Orang-
orang menyebut Yesus dengan sebutan “rabbi”.Kedua, Rasul Paulus juga seorang guru yang
ulung. Paulus sendiri dididik untuk menjadi seorang rabbi bagi bangsanya, ia mahir dalam
pengetahuan akan Taurat, dan ia dilatih untuk mengajar orang lain tentang agama kaum
Yahudi. Selain itu, sejak mulai berdirinya jemaat mula-mula, jemaat Kristen menjujung
pengajaran agama, dan di dalam perkumpulan-perkumpulan yang dilakukan, jemaat Kristen
berdoa, belajar dan mengajar tentang perbuatan-perbuatan Tuhan Yesus Kristus, makan
bersama dan merayakan perjamuan kudus3.
Di Indonesia PAK tidak saja menjadi tugas gereja, tetapi juga menjadi tanggungjawab
dari sekolah formal, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. PAK di sekolah mempunyai
1E.G. Homrighausen, I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984),
13 2Ibid.,14-15
3Ibid., 16-19
-
2
peranan yang khas karena proses belajar mengajar dalam arti formal terjadi secara sistematis
dan dalam waktu yang cukup lama (berkesinambungan) dengan kurikulum yang jelas dan ini
sangat membantu perkembangan pengertian, pemahaman dan pengetahuan mengenai
religiusitas dan iman Kristen4.
Pemberian mata pelajaran PAK bagi peserta didik di sekolah disesuaikan dengan
latar belakang sekolah negeri dan sekolah swasta. Bagi sekolah negeri PAK diberikan hanya
bagi peserta didik yang beragama Kristen Protestan, sedangkan yang beragama lain
menyesuaikan dengan agama yang dianutnya. Hal ini berbeda dengan sekolah swasta Kristen,
PAK wajib diikuti oleh setiap peserta didik tanpa memandang peserta didik menganut agama
lain. Visi dari pendirian sekolah swasta Kristen adalah sebagai sarana kesaksian dan
pelayanan agar peserta didik diberi kesempatan untuk mendengarkan kabar baik dan terbuka
untuk menerima nilai-nilai Kristiani.Dalam kenyataannya, seringkali terjadi kesenjangan
dalam pencapaian visi ini karena kurangnya pembinaan bagi pendidik PAK dalam merancang
kurikulum, membuat rencana pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta
metode pengajaran yang relevan bagi peserta didik. Selama ini pengajaran PAK hanya
direduksi sebatas pemahaman kognitif saja, kurang mengembangkan aspek afektif dan
psikomotorik.
PAK di sekolah seharusnya memiliki peran yang sangat penting. Pertumbuhan iman
peserta didik kepada Tuhan merupakan dambaan dari setiap proses penyelenggaraan belajar
mengajar. Pendidik memiliki peranan yang sangat besar untuk membantu peserta didik
mencapai iman yang bertumbuh, karena itu pendidik harus menggunakan berbagai metode
dan media dalam pengajaran iman dan bertanggungjawab menyesuaikan rencana pengajaran.
Selain itu, pendidik perlu mengajar PAK sesuai dengan taksonomi Bloom yang menekankan
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, sehingga hasil pengajarannya akan lebih optimal.
Bloom (dalam Degeng)5telah mengklasifikasikan hasil dari proses belajar-mengajar
menjadi tiga, yaitu :Pertama, kognitif adalah ranah yang menaruh perhatian pada
pengembangan kapabilitias dan keterampilan intelektual. Kedua, afektif adalah ranah yang
berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai, dan emosi.Ketiga, psikomotorik
adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif atau keterampilan
motorik.
4Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, (Bandung : Jurnal Info Media, 2007), 105
5I Nyoman Sudana Degeng, Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variable, (Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1989), 176
-
3
Taksonomi Bloom sudah tercantum di dalam kurikulum pendidikan nasional yang
berlaku di sekolah-sekolah termasuk di Sekolah Dasar Masehi (SDM) Mbatakapidu.SDM
Mbatakapidu merupakan sekolah swasta Kristen dibawah Yayasan Persekolahan Masehi
Sumba (YAPMAS).SDM Mbatakapidu berdiri pada tahun 1967 dan diselenggarakan
berdasarkan azas agama Kristen. Salah satu cara yang dilakukan dalam menerapkan nilai dan
dasar Kekristenan di sekolah ialah dengan pemberian mata pelajaran PAK yang wajib diikuti
oleh seluruh peserta didik, baik yang beragama Kristen Protestan maupun yang tidak
beragama Kristen Protestan dalam hal ini agama suku Marapu.
Agama suku Marapu merupakan kepercayaan kepada arwah para leluhur yang
terdapat dalam masyarakat asli suku Sumba 6 .Permohonan atas pertolongan Marapu
disampaikan melalui ritual atau hamayangu yang dilaksanakan diberbagai tempat, sesuai
dengan maksud dan tujuan dari ritual7.Dalam realita, ternyata dijumpai peserta didik kelas 4-6
yang berasal dari latar belakang agama suku Marapu, menghafal cerita-cerita Alkitab, rajin ke
sekolah minggu, membaca Alkitab, rajin berdoa karena mengikuti proses belajar mengajar
PAK di sekolah tersebut. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti mengenai
cara pengajaran PAK dan dampaknya bagi peserta didik beragama suku Marapu. Penulisan
ini diberi judul :
Pendidikan Agama Kristen dan Dampaknya bagi Peserta Didik Beragama Suku
Marapu
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara pendidik PAK mengajarkan PAK ditinjau dari perspektif taksonomi
Bloom di SDM Mbatakapidu ?
Bagaimana dampak pengajaran PAK bagi peserta didik beragama suku Marapu ?
1.3 Tujuan Penelitian
Mendeskripsikan cara Pendidik PAK mengajarkan PAK ditinjau dari perspektif
taksonomi Bloom di SDM Mbatakapidu.
Mendeskripsikan dampak pengajaran PAK bagi peserta didik beragama suku Marapu.
6 F.D.Wellem, Injil dan Marapu, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 41-45
7 Dharmaputra Palekahelu, Marapu, Kekuatan di Balik Kekeringan, (Salatiga: FTI UKSW, 2010), 113-
116
-
4
1.4 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan jenis penelitian
kualitatif.Metode deskriptif yaitu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu
obyek, suatu kondisi, suatu sistim pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang8.Jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang mengembangkan perspektif yang
digunakan untuk memahami dan mengggambarkan realitas, yang bertujuan untuk
menampilkan data bukan dalam bentuk hitungan angka-angka melainkan dalam bentuk
kalimat-kalimat untuk memperjelas maksud 9 . Dalam penelitian ini penulis akan
mendeskripsikan bagaimana cara pendidik PAK mengajarkan PAK dan mendeskripsikan
bagaimana dampak pengajaran PAK bagi peserta didik beragama suku Marapu. Data
penelitian dikumpulkan melalui beberapa teknik dan sumber data sebagai berikut :
a. Wawancara
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
wawancara mendalam kepada informan kunci dan responden.Teknik ini digunakan
untuk mendapatkan keterangan – keterangan secara lisan dan tertulis dari informan10.
Yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah pendidik PAK, kepala sekolah
dan pengurus yayasan.
b. Focus Group Discusion/ FGD
FGD merupakan suatu metode pengumpulan data dengan memusatkan teknik
pengambilan data melalui diskusi kelompok dan terarah 11 . Dalam diskusi FGD,
penulis akan dibantu satu orang teman sebagai pecatat proses dan pengatur logistik,
sedangkan penulis sendiri sebagai penghubung dengan peserta merangkap blocker.
Yang akan diwawancarai dalam FGD ini terdiri dari peserta didik dan orang tua
peserta didik beragama suku Marapu
c. Observasi
Observasi partisipan merupakan suatu bentuk observasi khusus dimana
peneliti tidak hanya menjadi pengamat yang pasif, melainkan juga mengambil
8 Mo. Natsir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988),63
9 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya,1989),2
10 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia,1991), 130
11 Richard A. Krueger, Focus Groups : A Practical Guide For Applied Research, (Newburg Park, Calif
: Sage Publications, 1998)
-
5
perenan penuh (aktif) dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-
peristiwa yang akan diteliti sehingga mempermudah peneliti untuk menghasilkan
gambaran yang akurat dari penelitian tersebut. Yang akan diobservasi dalam
penelitian ini adalah pendidik yang mengajar PAK di sekolah.
d. Kepustakaan
Studi kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan bahan atau data dari
berbagai buku dan dokumen lainnya yang sebagai tolak ukur dalam menganalisa
data penelitian lapangan.
1.5 Signifikansi penelitian
Akademis, penulisan ini dapat menjadi masukan bagi Fakultas Teologi UKSW untuk
memahami secara khusus mengenai mendidik anak berdasarkan nilai-nilai Kristiani.
Praktis, penulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pendidik PAK di
Sumba yang mendidik peserta didik bergama suku Marapu, dalam mengevaluasi
maupun upaya pendidikan iman/rohani secara optimal.
II. TEORI RUJUKAN
Pada bagian ini akan dirujuk teori yang berkaitan dengan PAK di sekolah yaitu : PAK,
PAK di sekolah swasta Kristen, metode dan media pembelajaran PAK serta taksonomi
Bloom.
2.1. Pendidkan Agama Kristen
Istilah Pendidikan merupakan terjemahan dari “education” dalam bahasa Inggris. Kata
“education” berasal dari bahasa latinducere yang berarti membimbing (to lead). Tambahan
awalan “e” berarti keluar (out).Jadi arti dasar dari pendidikan adalah suatu tindakan untuk
membimbing keluar12. Pendidikan merupakan sebuah proses yang membantu menumbuhkan,
mengembangkan mendewasakan, membuat yang tidak tertata dan liar menjadi semakin
tertata. Selain itu pendidikan juga berarti proses pengembangan berbagai macam potensi yang
ada dalam diri manusia, seperti kemampuan akademis, spiritualitas, relasional, bakat-bakat,
kemampuan fisik, daya-daya seni13.
12
Daniel Nuhamara. Pembimbing PAK , (Bandung : Jurnal Info Media, 2007),8 13
Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT Grasindo, 2007 ), 53
-
6
Pendidikan Agama Kristen adalah Pendidikan agamawi yang dilakukan oleh
persekutuan iman Krtisten (orang Kristen) dari perspektif agama Kristen 14 . Nuhamara
menguraikan elemen-elemen inti yang bisa menjelaskan hakikat Pendidikan Agama Kristen
sebagai berikut15:Pertama, PAK itu adalah suatu usaha pendidikan. Oleh karena itu, PAK
merupakan usaha yang sadar, sistematis, dan berkesinambungan, apapun bentuknya.Ini tak
berarti bahwa pendidikan hanya terbatas pada pendidikan yang formal baik di sekolah atau di
dalam gereja, melainkan juga pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan sosialisasi
asalkan sosialisasi tersebut sengaja.Kedua, PAK juga merupakan pendidikan yang khusus
yakni dalam dimensi religius manusia. Ini berarti usaha tersebut dikhususkan pada bagaimana
pencarian akan yang transenden serta pemberian ekspresi dari seseorang terhadap yang
transenden tadi dikembangkan, serta dimungkinkan tetap terjadi pada manusia masa kini.
Ketiga, secara khusus PAK menunjuk kepada persekutuan iman yang melakukan tugas
pendidikan agamawi, yakni persekutuan iman Kristen. Karenanya pencarian manusia
terhadap yang transenden serta ekspresi dari hubungan itu diwarnai oleh ajaran Kristen
sebagaimana dinyatakan kepada kita dalam Alkitab sebagai warisan usaha ini, tidak hanya
untuk transmisi warisan Kristen tetapi bagaimana membentuk masa depan sesuai dengan visi
Allah berdasarkan warisan masa lampau dan tindakan kreatif masa kini. Keempat, PAK
sebagai usaha pendidikan bagaimana pun juga mempunyai hakikat politis.Karena itu, PAK
juga turut berpartisipasi dalam hakikat politis secara umum. Artinya dalam PAK tidak hanya
ada intervensi dalam dalam kehidupan individual seseorang di bidang kerohanian saja, tetapi
juga mempengaruhi cara dan sikap mererka ketika menjalani kehidupan dalam konteks
masyarakat.
Tujuan Pendidikan Agama Kristen di Indonesia, komisi PAK dari Dewan Gereja di
Indonesia pernah merumuskan tujuan akhir dari PAK dengan kata-kata sebagai berikut:
“Mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih Allah yang nyata dalam
Yesus Kristus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia datang kedalam suatu persekutuan
yang hidup dengan Tuhan.
Sekolah adalah salah satu partner dalam pendidikan disamping keluarga dan
masyarakat.PAK di sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan
14
Daniel Nuhamara. Pembimbing PAK , (Bandung : Jurnal Info Media, 2007), 23 15
Ibid.,25-26
-
7
Nasional16.Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, bab 1 pasal 1 disebutkan:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara”17.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, bab 1 pasal 1, dimensi spiritual manusia mendapat tempat yang
penting. Pentingnya peranan pendidikan dalam pembangunan nasional seperti yang
dirumuskan oleh wakil-wakil rakyat bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,
tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil, sehat jasmani dan rohani, cinta pada
tanah air dan tebal semangat kebangsaan, dan tebal rasa kesetiakawanan sosialnya18.
2.2 Pendidikan Agama Kristen di Sekolah Swasta Kristen
Landasan pendirian sekolah-sekolah Kristen berbeda dari satu zaman ke zaman, dari
satu tempat ke tempat lain, bahkan dari satu lembaga ke lembaga lain. Banyak pakar dalam
bidang ini berpendapat bahwa pendirian sekolah Kristen dilandasi oleh suatu filsafat
pendidikan Kristen yang hendak menyelenggarakan suatu pendidikan umum dengan dasar
atau perspektfi Kristen.Ada juga yang mendirikan sekolah Kristen sebagai sarana penginjilan
atau kesaksian.Artinya, sekolah-sekolah Kristen didirikan agar melalui sekolah itu anak-anak
diberi kesempatan untuk mendengarkan injil lalu menjadi Kristen. Kemungkinan lain adalah
bahwa sekolah sekolah Kristen didirikan demi pelayanan terhadap sesama manusia. Dalam
hal ini, pendidikan di anggap sebagai kebutuhan manusia untuk bisa hidup lebih manusiawi,
dibebaskan dari kebodohan, keterbelakangan, dan lain-lain. Dengan pendidikan yang
ditawarkan ini, maka pelayanan Kristen dilakukan tanpa perlu menobatkan para pelajar19.
Secara historis sekolah-sekolah Kristen di Indonesia telah hadir sebelum
kemerdekaan.Para utusan zending pada waktu itu dalam usaha penginjilannya menggunakan
pendekatan sekolah.Ini tidak berarti bahwa didalamnya tidak ada motivasi dan unsur
16
B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen (Yogyakarta: ANDI, 1994) 49 17
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional (Jakarta, 2003) 5 18
B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen (Yogyakarta: ANDI, 1994) 52-53 19
Nuhamara.Pembimbing PAK , (Bandung : Jurnal Info Media, 2007), 106
-
8
pelayanan, sudah pasti dengan hadirnya sekolah-sekolah Kristen tersebut banyak orang-orang
muda yang dibebaskan dari kebodohan dan keterbelakangan.Sebagai badan penginjilan,
logislah kalau tekanan yang utama adalah kesaksian dan penginjilan, oleh karena itu
pendidikan agama mendapat tempat yang sangat penting, ini membuktikan bahwa tujuan
kesaksian dan penginjilan sangatlah dominan.Setelah kemerdekaan, sekolah Kristen dilihat
sebagai alat pelayanan kepada masyarakat dan juga sebagai alat komunikasi antara gereja dan
masyarakat20.
Pada tahun 1970 konferensi Nasional Pendidikan Kristen merumuskan fungsi-fungsi
sekolah Kristen sebagai berikut 21 : Pertama, sebagai alat kesaksian Tuhan dan alat yang
mendemonstrasikan Injil pemasyuran Kerajaan Allah. Kedua, sebagai alat pelayanan yang
terpanggil untuk berpartisipasi dalam meningkatkan pendidikan rakyat baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.Ketiga, sebagai alat komunikasi antara gereja dan masyarakat, yakni
menumbuhkan pengertian tentang keberadaan, sifat dan maksud gereja dan umat Kristen
dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat.
Ada beberapa hal tertentu yang membedakan setting sekolah negeri dan sekolah Kristen
dalam kaitannya dengan pendidikan agama pada umumnya atau PAK pada khususnya
sebagai berikut22: Pertama, sekolah Kristen diselenggarakan berdasarkan pandangan filsafat
yang Kristen, maka dasar ini sejalan dengan PAK, dalam arti keduanya harus saling
menunjang. Kedua, karena sekolah Kristen diharapkan dapat mempraktikkan nilai-nilai
Kristiani baik itu dalam suasana kerja serta hubungan antar pendidik maupun dalam
hubungan antar pendidik dan peserta didik.Ketiga, dalam setting sekolah-sekolah Kristen
tersedia kemungkinan-kemungkinan untuk kegiatan-kegiatan religius seperti kebaktian
bersama, perayaan hari raya gerejani.Keempat, menyangkut guru, dalam semua pendidikan,
guru atau pendidik memiliki peran yang sangat penting. Pada umumnya dalam sekolah
Kristen tidak ada kontradiksi dalam setiap mata pelajaran karena diberikan dari perspektif
yang kurang lebih sama yakni perspektif Kristen.
2.3 Metode dan Media Pengajaran PAK di Sekolah
Dalam PAK, metode adalah suatu pelayanan, suatu pekerjaan yang aktif yang
dilakukan bagi Firman Tuhan dan bagi sesama manusia supaya kedua pihak itu bertemu satu
20
Ibid. 21
N.K. Atmadja Hadinoto, Dialog dan Edukasi,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 158 22
Nuhamara.Pembimbing PAK , (Bandung : Jurnal Info Media, 2007), 108-109
-
9
sama lain. Metode senantiasa hanya jalan dan alat saja bukan tujuan.Ada dua teori mengenai
metode ini.Pertama, metode otoriter yaitu metode yang memakai kuasa (otoritas) dari pihak
yang di atas (pendidik sendiri).Kedua, metode kreatif ialah metode yang hendak menciptakan
sesuatu23.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi
pembelajaran. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan
tidak kaku, serta perlu menekankan pada kreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan
pengarahan kearah kedewasaan. Metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk
meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik24, seperti Tuhan Yesus sewaktu berada di
dunia Ia di sebut sebagai seorang rabbi, di dalam pengajaranNya selalu menggunakan
berbagai cara atau metode agar pengajaranNya dapat dipahami 25 . Pendidik sebaiknya
memperhatikan hal-hal berikut 26 : mengurangi metode ceramah, memberikan tugas yang
berbeda-beda atau beberapa alternatif tugas bagi peserta didik, selalu menyiapkan proses
pembelajaran dan mengikuti perkembangan pengetahuan muktahir, memodifikasi dan
memperkaya bahan pengajaran atau buku ajar, tidak ragu-ragu untuk berkonsultasi dengan
tenaga ahli apabila menjumpai peserta didik yang bermasalah atau mempunyai kelainan,
memakai prosedur yang bervariasi saat membuat penilaian atau laporan, mengingat bahwa
tingkat atau kecepatan perkembangan peserta didik tidak sama, mengupayakan adanya
pengembangan situasi belajar secara berkala agar peserta didik dapat bekerja sesuai dengan
kemampuannya dan mendorong mereka memperoleh hasil yang baik.
Kata Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium
yang secara harafiah berarti dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar27. Briggs (dalam
Sanjaya) 28 mengatakan media adalah alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik
23
E.G Homrighausen dan I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen,( Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1985), 90-91 24
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),107 25
Paulus Daun, Pengantar Ke dalam Sekolah Minggu anak-anak, (Manado: Yayasan Daun Family,
1989), 64 26
Dien Sumiyatingsih, Mengajar dengan kreatif dan menarik, (Yogyakarta: Andi, 2006),24 27
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), 204 28
Ibid.
-
10
supaya terjadi proses belajar. Media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-
hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan29.
Berbagai metode dan media pengajaran yang juga dapat dipaparkan dalam pengajaran
PAK adalah : bercerita/mendongeng, diskusi, proyek, lakon/sandiwara, audovisual, inquiry,
synectic, demosntrasi, pemecahan masalah, karyawisata.
2.4 Taksonomi Bloom
Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya berpendapat bahwa taksonomi atau
pengelompokan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain
yang melekat pada diri peserta didik, yaitu ranah proses berpikir (cognitive domain), ranah
nilai atau sikap (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotor domain)30.
Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata
ajar selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu berbeda.Mata ajar
praktek lebih menekankan pada ranah psikomotorik, sedangkan mata ajar pemahaman konsep
lebih menekankan pada ranah kognitif.Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah
afektif31.
Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan
perkembangannya dari persepsi, intropeksi, atau memori peserta didik atau ranah yang
menekankan aspek intelektual 32 . Dalam ranah kognitif ini terdapat enam jenjang proses
berpikir, mulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yakni 33 :pertama,
pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut peserta didik untuk mampu mengingat
berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya. Kedua, pemahaman (comprehension),
pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.Ketiga, penerapan
(application), merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang
telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul
29
http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/pengertian-pendekatan-metode-teknik.html, diunduh pada
tanggal 05 Juni 2013, Pukul 10.06 30
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), 48 31
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2007), 22 32
H.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasional, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 75 33
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2007), 23-24
http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/pengertian-pendekatan-metode-teknik.html
-
11
dalam kehidupan sehari-hari.Keempat, analisis (analisys), merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu
fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan dan memeriksa setiap komponen
tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi.Kelima, sintesis (synthesis), merupakan
kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur
pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Keenam,
penilaian (evaluation), merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu
membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda
dengan menggunakan kriteria tertentu.
Ranah Afektif
Ranah afektif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan pada
pengembangan aspek-aspek perasaan dan emosi. Namun dalam pengembangannya telah
berkembang menjadi luas, yaitu juga menyangkut moral, nilai-nila, budaya dan
keagamaan34.Ranah ini dikelompokan ke dalam lima jenjang, yakni35: pertama, receiving atau
attending (menerima atau memperhatikan), peserta didik memiliki keinginan, kesediaan atau
kemauan untuk memperhatikan suatu fenomena atau stimulus. Misalnya, kegiatan kelas,
kegiatan musik, ekstrakurikuler, baca buku dan sebagainya.Kedua, responding (menanggapi),
merupakan partisipasi aktif peserta didik.Pada tingkatan ini peserta didik tidak hanya
memperhatikan fenomena khusus tetapi juga beraksi terhadap fenomena yang ada.Misalnya,
senang bertanya, senang membaca buku, senang membantu sesama, senang dengan
kebersihan, dan lain sebagainya.Ketiga, valuing (menilai), tingkat ini berhubungan dengan
niai yang dikenakan peserta didik terhadap suatu objek, fenomena atau tingkah laku
tertentu.Keempat,organization(mengatur), menyatukan nilai-nilai yang berbeda,
menyelesaikan atau memecahkan konflik diantara nilai-nilai itu, dan mulai membentuk suatu
sistem nilai yang konsisten secara internal. Kelima, Characterization by Value or Value
Complex (Karakterisasi atas dasar nilai kompleks), peserta didik memiliki sistem nilai yang
mengontrol tingkah lakunya sampai pada suatu waktu tertentu sehingga membentuk
karakteristik “pola hidup”.
34
H.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasional, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 75 35
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2007), 23-24
-
12
Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.Hasil belajar
psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu, dan
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif serta hasil belajar afektif. Hasil belajar
kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor bila peserta didik telah
menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam
ranah kognitif dan ranah afektifnya. Hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk
keterampilan dan kemampuan individu, dan merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
serta hasil belajar afektif. Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar
psikomotor bila peserta didik telah menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai
dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya 36 . Ranah
Psikomotorik dikelompokkan dalam tujuh jenjang yakni37 : pertama, perception (persepsi),
berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan. Misalnya, membedakan,
mengidentifikasi, memilih.Kedua, kesiapan, berkenaan dengan kegiatan melakukan suatu
kegiatan (set). Ketiga,guided response (reaksi atas dasar arahan), respon terbimbing seperti
meniru (imitasi) atau mengikuti, mengulangi perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan
oleh orang lain. Keempat,mechanism (mekanisme), berkenaan dengan penampilan respon
yang sudah dipelajari dan menjadi kebiasaan, sehingga gerakan yang ditampilkan
menunjukkan kepada suatu kemahiran.Kelima,complex overt response (reaksi terbuka dengan
kesulitan kompleks), merupakan penampilan gerakan motorik dengan keterampilan
penuh.Yang dipertunjukkan biasanya cepat, dengan hasil yang baik, namun menggunakan
sedikit tenaga.Keenam, adaptation (adaptasi), berkenaan dengan keterampilan yang sudah
berkembang pada diri individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi (membuat
perubahan) pada pola gerakan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Ketujuh, origination
(asli), menunjukkan kepada penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi
atau masalah tertentu.Biasanya hal ini dapat dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai
keterampilan tinggi seperti menciptakan mode pakaian, komposisi musik, atau menicptakan
tarian.
36
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), 57-58 37
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2008), 38-39
-
13
III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA
Pada bagian ini, penulis akan menguraikan tentang gambaran umum wilayah
penelitian, hasil penelitian dan analisa dari rumusan masalah yang pertama, serta hasil
penelitian dan analisa dari rumusan masalah yang kedua.
3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Desa Mbatakapidu terletak di pulau Sumba, kecamatan kota Waingapu, kabupaten
Sumba Timur, provinsi Nusa Tenggara Timur. Luas desa Mbatakapidu 28,2 atau 2820
hektar dengan letak yang umumya berbukit dan curah hujan yang sangat rendah dan tidak
merata setiap tahunnya, dimana musim hujan relatif pendek bila di bandingkan musim
kemarau. Desa Mbatakapidu terdiri dari lima dusun yakni : dusun Kambata Maunjara,
Kambata Waingapu, Kambata Wundut, Kambata Laimborak, Kambata Tanalingu38.
Penduduk desa Mbatakapidu dikatakan memiliki tingkat pendidikan yang sangat
rendah. Hal ini dilihat dari data tingkat pendidikan penduduk desa Mbatakapidu yang
menyatakan bahwa sekitar 50% dari jumlah penduduk desa Mbatakapidu yang tidak
bersekolah dan tidak menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (SD), 45 % penduduk desa
Mbatakapidu menyelesaikan pendidikan hingga ke tingkat SD dan lainnya adalah 3 % untuk
tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA), 2 % untuk
tingkat perguruan tinggi, baik S1, D3 dan lain sebagainya. Berdasarkan tingkat pendidikan
penduduk desa Mbatakapidu yang sangat rendah, membawa pengaruh terhadap mata
pencaharian penduduk.Sebagian besar penduduk desa Mbatakapidu memiliki mata
pencaharian sebagai petani, peternak, pengangguran (kebanyakan pemuda). Dari segi
kepercayaan dan keagamaan, sebagian besar penduduk desa Mbatakapidu 61 % menganut
agama Kristen Protestan, yang terdiri dari Gereja Kristen Sumba (GKS) dan Gereja Bethel
Indonesia (GBI). Selain itu masyarakat desa Mbatakapidu masih tetap menganut kepercayaan
asli suku Sumba yaitu Marapu.
Sekolah Dasar Masehi (SDM) Mbatakpidu merupakan satu-satunya sekolah dasar
dalam wilayah desa Mbatakapidu.Berdirinya SDM Mbatakapidu tidak terlepas dari usaha
para Zending.Para Zending di dalam melaksanakan misi Pekabaran Injil tidak saja kepada
38
Data didapat dari hasil wawancara bersama sekretaris desa Mbatakapidu pada hari Selasa 20 Agustus
2013, pukul 10.00 WITA
-
14
orang dewasa tetapi juga bagi anak-anak.Untuk usaha mencerdaskan masyarakat dan
mencapai tujuan dari Pekabaran Injil, para Zending mendirikan sekolah-sekolah formal. Agar
sekolah-sekolah yang didirikan oleh Zending dapat berkembang, berkualitas dan dapat
menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki iman yang kuat terhadap Tuhan sesuai
misi Pekabaran Injil, maka dibentuklah Yayasan Persekolahan Masehi Sumba (YAPMAS)
pada tanggal 1 Maret 195139. Tugas dari YAPMAS bukan untuk mendirikan sekolah tetapi
hanya meneruskan atau mengawasi sekolah-sekolah yang di bangun oleh para Zending dan
mengadakan kerja sama dengan pemerintah daerah Sumba, sehingga sekolah-sekolah tersebut
tetap berkembang sampai sekarang40.
Masyarakat desa Mbatakapidu sudah lama mendambakan kehadiran sebuah sekolah
dasar, sehingga pada tanggal 25 Juni 1966 beberapa tokoh masyarakat Desa Mbatakapidu
mengadakan musyawarah untuk membahas rencana mendirikan sekolah dasar. Adapun yang
menjadi dasar pertimbangan dari para tokoh masyarakat pada saat itu adalah jarak yang
sangat jauh untuk bersekolah di Waingapu, dimana anak-anak harus berjalan sejauh kurang
lebih 20 km41.Melihat hal itu, pemerintah daerah Sumba yang bekerjasama dengan YAPMAS
merespon keinginan dari para penduduk desa Mbatakapidu.Tujuannya agar anak-anak
Mbatakapidu bisa mengenyam pendidikan dan juga melaksanakan misi yaitu mewartakan
Injil lewat anak-anak seperti misi para Zending. Pada tanggal 1 Januari 1967 para tokoh
masyarakat Mbatakapidu bekerjasama dengan pemerintah daerah Sumba dan YAPMAS
merealisasikan hasil musyawarah, yaitu mendirikan sebuah sekolah dasar yang diberi nama
Sekolah Dasar Masehi (SDM) Mbatakapidu42.
Foto : Sekolah Dasar Masehi (SDM) Mbatakapidu
39
Hasil wawancara dengan pengurus YAPMAS pada hari Senin tanggal 12 Agustus 2013, pukul 10.00
WITA 40
Ibid 41
Hasil wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat desa Mbatakapidu pada hari Senin tanggal 12
Agustus 2013, pukul 16.00 WITA 42
Hasil wawancara dengan kepala sekolah SDM Mbatakapidu pada hari Selasa tanggal 13 Agustus
2013, pukul 10.00 WITA
-
15
Profil SDM Mbatakapidu43
Nama Sekolah : SDM Mbatakapidu
Nomor Statistik : 102.241.201.034
Provinsi : Nusa Tenggara Timur
Otonomi Daerah : Kabupaten Sumba Timur
Kecamatan : Kota Waingapu
Desa : Mbatakapidu
Jalan Dan Nomor : Jl. Aquamor, Mbatakapidu
Kode Pos : 87112
Telephone / HP : 085253227558
Daerah : Pedesaan
Sertifikat Sekolah : Swasta
Akreditasi : B
Penerbit SK : Sekum YAPMAS
Tahun Berdiri : 01 – 01 – 1967
Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi
Lokasi Sekolah : Mbatakapidu / Kalihi
Jarak Sekolah Ke Pusat Kec. : 20 Km
Jarak ke pusat Otoda : 20 Km
Organisasi Penyelenggara : Yayasan
Visi SDM Mbatakapidu :
Meletakkan dasar keyakinan yang kokoh terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berprestasi
dalam bidang akademik dan non akademik serta berwawasan luas yang dilandasi
kearifan budaya lokal.
Misi SDM Mbatakapidu :
Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa melalui ajaran agama
Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan yang bernuansa PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan)
Membangun Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang cerdas dan terampil serta
berdisiplin
43
Data didapat dari hasil wawancara bersama kepala sekolah SDM Mbatakapidu, pada hari Selasa tanggal 13
Agustus 2013, pukul 10.00 WITA
-
16
Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan masyarakat, demi
terciptanya lingkungan yang aman dan kondusif
Membangun kerjasama dengan semua stakeholder (penentu kebijakan ) demi
terciptanya sekolah ramah anak.
3.2 Cara Pengajaran PAK di SDM Mbatakapidu Ditinjau Dari Perspektif
Taksonomi Bloom
Laporan hasil penelitian ini dilakukan selama 27 hari, mulai tanggal 5-31 Agustus
2013.Dalam realita, pelajaran PAK di SDM Mbatakapidu merupakan mata pelajaran yang
wajib diikuti oleh setiap peserta didik baik yang beragama Kristen maupun non Kristen
dalam hal ini beragama suku Marapu.Menurut wawancara dengan kepala sekolah ditemukan
bahwa tujuan PAK dilaksanakan di SDM Mbatakapidu agar peserta didik baik yang
beragama Kristen maupun non Kristen dapat bertumbuh lewat nilai-nilai Kristiani, dan dapat
memahami bahwa keselamatan yang sejati hanya terdapat dalam pribadi Yesus Kristus44.
Menurut wawancara dengan pendidik PAK, PAK di SDM Mbatakapidu dilaksanakan 1 kali
pertemuan dalam seminggu pada setiap kelas, dari kelas I-VI, setiap pertemuan berdurasi 120
menit. Materi pembelajaran PAK ditetapkan dan dikembangkan berdasarkan kurikulum yang
telah ada seperti penciptaan, dosa, kasih Allah, keselamatan, doa, ibadah. Sumber
pembelajaran yang dipakai untuk membantu peserta didik memahami materi pembelajaran
adalah buku aku laskar Kristus yang diterbitkan oleh CV. Karya Putra Indonesia, Solo tahun
201045.
Adapun proses belajar mengajar PAK di SDM Mbtakapidu, dapat dirinci sebagai
berikut46: (1) Kegiatan awal yaitu kelas dimulai dengan doa yang dipimpin oleh salah seorang
peserta didik kemudian menyanyikan sebuah lagu, membaca Alkitab dan membuat
permainan yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. (2) Kegiatan inti
yaitu melakukan tanya jawab mengenai bahan Alkitab dan pendidik menyampaikan uraian
materi dengan metode ceramah dan mendongeng. Sesudah itu, peserta didik menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh pendidik. (3) Kegiatan penutup yaitu pendidik
memberikan tugas diskusi, pekerjaan rumah dan ayat hafalan Alkitab. Kemudian kelas
diakhiri dengan nyanyian dan doa bersama. Pembelajaran PAK di SDM Mbatakapidu
44
Hasil Wawancara dengan kepala sekolah SDM Mbatakapidu pada hari Selasa tanggal 13 Agustus
2013, pukul 10.00 WITA 45
Hasil wawancara dengan pendidik PAK SDM Mbatakapidu pada hari Rabu tanggal 14 Agustus 2013,
pukul 10.00 WITA 46
Ibid.
-
17
dikembangkan oleh pendidik berdasarkan Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar yang dapat
dilihat dari beberapa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mencakup taksonomi
Bloom yaitu : ranah kognitif, afektif, psikomotorik.
a. Ranah Kognitif
Lawrence Cremin (dalam Groome) 47 mendefenisikan pendidikan sebagai usaha
sengaja, sistematis, dan terus-menerus untuk menyampaikan, menimbulkan, atau memperoleh
pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keahlian-keahlian, atau kepekaan-kepekaan, juga setiap
akibat dari usaha itu.Pembelajaran PAK berkaitan dengan ranah kognitif diharapkan dapat
membantu peserta didik memiliki wawasan keagamaan secara khusus mengenai agama
Kristen.
Melalui teknik observasi yang dilakukan oleh penulis, pada tanggal 12 Agustus 2013
di kelas dapat dilihat proses belajar mengajar PAK di SDM Mbatakapidu sesuai dengan ranah
kognitif. Dalam proses belajar mengajar yang dilakukan, pendidik menggunakan metode
ceramah, kemudian pendidik memberikan kesempatan bagi peserta didik baik secara
perorangan maupun kelompok, untuk menceritakan atau menjelaskan kembali pelajaran yang
telah disampaikan, dan pendidik juga memberikan kuis bagi peserta didik, seperti kuis
cerdas-cermat Alkitab, tanya-jawab, diskusi kelompok, test tertulis dan ayat hafalan. Cara
mengajar seperti ini sering dilakukan oleh pendidik PAK.
Selanjutnya, penulis melakukan wawancara kepada pendidik PAK mengenai RPP
yang akan dilaksanakan selama 1 semester. Dimana dalam RPP yang dibuat oleh pendidik
dapat diidentifikasi tujuan pembelajaran yang diarahkan pada ranah kognitif, misalnya tujuan
pembelajaran kelas IV semester 1 “peserta didik dapat menjelaskan peristiwa yang terjadi
pada pesta perkawinan di Kana”; tujuan pembelajaran kelas V semester 1 “peserta didik
dapat menjelaskan pengertian mengampuni”; tujuan pembelajaran kelas VI semester 1
“peserta didik dapat menjelaskan cara manusia memuji Tuhan dan berdoa kepada Tuhan”.
Dari ketiga tujuan pembelajaran ini menggunakan kata menjelaskan yang termasuk pada
ranah kognitif tingkatan kedua yaitu pemahaman. Menurut pendidik yang mengajar,
pembelajaran PAK pada ranah kognitif membawa peserta didik semakin memiliki wawasan
yang luas mengenai agama Kristen Protestan.
47
Thomas H.Groome, Pendidikan Agama Kristen: Berbagi cerita dan visi kita, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2010), 29
-
18
Penulis juga melakukan diskusi dengan beberapa orang peserta didik.Hasil diskusi
bersama dengan peserta didik ini merupakan validasi dari teknik wawancara dan observasi,
dijelaskan oleh peserta didik bahwa pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran
menggunakan metode ceramah. Menurut beberapa orang peserta didik, metode ceramah yang
dilakukan oleh pendidik PAK selama ini hanya beruapa komunikasi satu arah yaitu pendidik
PAK berdiri di depan kelas sambil mejelaskan atau menceritakan materi pembelajaran dan
peserta didik hanya duduk dan mendengarkan saja, peserta didik kurang dilibatkan dalam
metode ceramah ini. Bagi peserta didik, metode ceramah ini kurang disukai karena metode
ini terlalu monoton dan cenderung membosankan.Para peserta didik lebih menyukai metode
dimana mereka dapat terlibat secara langsung dan metode berbasis audiovisual, misalnya
mendengarkan lagu rohani, menonton film rohani dan permainan.
Berdasarkan data yang ditemukan di atas dapat dianalisa bahwa pembelajaran PAK
selama ini menurut Sumiyatiningsih48 telah diidentifikasikan sarat dengan muatan kognitif, ia
berpedapat bahwa pembelajaran PAK pada ranah kognitif selama ini menggunakan
pendekatan pada biblical approach atau pendekatan alkitabiah yang mengutamakan
pengetahuan Alkitab, dimana peserta didik banyak menghafal ayat Alkitab, perikop tertentu,
peserta didik mengetahui banyak fakta, kutipan, cerita dan sejarah Alkitab. Menurut penulis
agar peserta didik memiliki wawasan serta pengetahuan mengenai Kekristenan seharusnya
pendidik mengusahakan setiap materi pembelajaran dibawakan dengan berbagai metode yang
berbeda sehingga peserta didik tidak merasa bosan dengan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Mulyasa49 penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan
efisiensi pembelajaran. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penulis setuju dengan pendapat Mulyasa, karena
penulis melihat metode ceramah tidaklah efektif sehingga peserta didik kurang dilibatkan
didalamnya dan media yang digunakan tidak ada, hal ini mengakibatkan kurangnya minat
serta perhatian dari peserta didik. Untuk itu pendidik sebaiknya mengurangi metode ceramah,
namun disisi lain pendidik harus meningkatkan pemberian tugas-tugas yang variatif, serta
selalu menyiapkan proses pembelajaran yang kreatif, contohnya pendidik membawa alat
peraga ketika mengajar, seperti boneka tangan, gambar-gambar berwarna, memodifikasi dan
memperkaya bahan pengajaran atau buku ajar (jangan terpaku pada satu buku ajar saja),
memakai prosedur yang bervariasi saat membuat penilaian atau laporan, mengingat bahwa
48
Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik (Yogyakarta:Andi,2009), 17 49
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),107
-
19
tingkat atau kecepatan perkembangan peserta didik tidak sama, mengupayakan adanya
pengembangan situasi belajar secara berkala agar peserta didik dapat belajar dengan baik.
b. Ranah Afektif
Dalam lampiran Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dikatakan
bahwa 70% lebih kompetensi dasar (KD) mata pelajaran PAK, pada tingkat satuan
pendidikan dasar dan menengah ditetapkan untuk mengembangkan sikap peserta didik50.
Melalui teknik observasi yang dilakukan penulis, pada tanggal 15 Agustus 2013 di
kelas, dapat dilihat proses belajar-mengajar PAK di SDM Mbatakapidu berdasarkan dengan
ranah afektif. Dalam proses belajar mengajar selain menyampaikan materi pembelajaran
melalui metode ceramah, pendidik juga sering mengajak peserta didik untuk belajar berdoa
pada saat sebelum memulai kelas dan sesudah kelas berakhir dengan membuat jadwal doa
bagi peserta didik, jadwal doa ini tidak hanya berlaku di kelas PAK saja tetapi juga berlaku
untuk semua mata pelajaran. Pendidik juga mengajarkan peserta didik untuk bernyanyi lagu-
lagu kidung jemaat, membaca Alkitab dan pendidik membimbing serta mengarahkan peserta
didik untuk membuat puisi yang berhubungan dengan materi pembelajaran51.
Penulis juga melakukan wawancara kepada pendidik PAK, mengenai RPP yang akan
dilaksanakan selama 1 semester. Di dalam RPP yang dibuat oleh pendidik dapat
diidentifikasi tujuan pembelajaran yang diarahkan pada ranah afektif, misalnya tujuan
pebelajaran kelas IV semester 1“peserta didik dapat menunjukkan sikap baik ketika
menghadapi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari”; tujuan pebelajaran kelas V semester 1“
peserta didik dapat menunjukkan sikap mengampuni sesama”; tujuan pembelajaran kelas VI
semester 1 “ peserta didik dapar menunjukkan sikap sebagai orang yang sudah melakukan
Firman Tuhan melalui taat kepada orang tua”. Dari ketiga tujuan pebelajaran tersebut
menggunakan kata menunjukkan yang termasuk pada ranah afektif tingkatan ketiga yaitu
nilai yang dianut (nilai diri). Menurut pendidik pembelajaran PAK pada ranah afektif
membawa peserta didik semakin bertumbuh dalam nilai-nilai Kristiani dan memiliki sikap
dan karakter yang baik seperti yang diteladankan oleh Tuhan Yesus dalam kehidupan
mereka sehari-hari, misalnya anak-anak diajarkan untuk tidak berbohong kepada pendidik,
50
Sariaman Sitanggang, Konsep, Strategi Pembelajaran & Penilaian Sikap Peserta Didik (Hal
Mendasar dalam Pendidikan Agama Kristen), (Jakarta: CV. Engkrateia Putra Jaya, 2007),1 51
Hasil wawancara dengan pendidik PAK SDM Mbatakapidu pada hari Rabu tanggal 14 Agustus 2013,
pukul 10.00 WITA
-
20
orang tua, bahkan terhadap teman sebaya, anak-anak juga diajarkan untuk tepat waktu ke
sekolah atau tidak boleh terlambat, mengikuti atau melakukan apa yang diperintahkan oleh
pendidik dan orang tua, peserta didik diajarkan untuk tidak berkelahi, tidak menggangu orang
lain, menolong dan membantu teman yang kesusahan52.
Penulis juga melakukan diskusi bersama peserta didik. Hasil diskusi bersama peserta
didik sebagai validasi dari teknik wawancara dan observasi, dijelaskan oleh mereka bahwa
pendidik menjelaskan materi melalui metode ceramah dimana pendidik berdiri di depan kelas
dan menjelaskan materi pembelajaran PAK, selain itu pendidik mengajak peserta didik untuk
berdoa pada saat memulai dan mengakhiri kelas, bernyanyi lagu-lagu kidung jemaat,
mendengar cerita tokoh Alkitab seperti kisah Yakub yang menipu Ishak ayahnya, kisah Musa
yang dibuang di suangai Nil, kisah Kain yang membunuh Habel, kisah Nuh yang
diselamatkan dari peristiwa air bah. Peserta didik mengatakan, bahwa pendidik PAK juga
membimbing mereka untuk membuat puisi yang berhubungan dengan materi yang telah
dijelaskan oleh pendidik53.
Berdasarkan data yang ditemukan di atas, dapat dianalisa bahwa pembelajaran PAK
pada ranah afektif yang merupakan penanaman sikap dan nilai-nilai Kristiani yang sesuai
dengan teladan Yesus Kristus kepada peserta didik belum dilakukan secara maksimal oleh
pendidik PAK, karena menurut penulis dalam pembelajaran pada ranah afektif pendidik PAK
masih menggunakan metode ceramah yang menurut penulis kurang efektif. Menurut
pendapat Sidjabat54, PAK bertujuan meningkatkan kesetiaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung
jawab, mandiri, cerdas, cinta tanah air, dan tebal rasa kesetiakawanan. Penulis berpendapat
seharusnya, pendidik PAK menggunakan metode pengajaran perjumpaan tidak langsung
dalam pembelajaran pada ranah afektif dalam hal ini meditasi.Peserta didik diajak untuk
bermeditasi dengan memperdengarkan instrument lagu-lagu rohani populer, kemudian
mengajak peserta didik untuk berefleksi atau merenung.Pada saat peserta didik berefleksi
pendidik membacakan sebuah narasi yang berhubungan dengan materi pembelajaran,
misalnya tentang mengasihi sesama dan orang lain, mengampuni orang yang berbuat jahat
kepada kita, cinta tanah air yang diberikan Tuhan, kejujuran, kedisiplinan, dan semangat
52
Data didapat dari hasil diskusi bersama nara didik pada hari Kamis tanggal 16 Agustus 2013, pukul
10.00 WITA 53
Data didapat dari hasil diskusi bersama nara didik pada hari Kamis tanggal 16 Agustus 2013, pukul
10.00 WITA 54
B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen (Yogyakarta: ANDI, ) 52-53
-
21
berbagi.Setelah selesai bermeditasi pendidik membimbing peserta didik untuk membuat puisi
dari hasil refleksi mereka.Selain bermeditasi, pendidik juga seharusnya merancang atau
membuat ibadah kreatif agar peserta didik dibantu dalam pemberian ekspresi kepada Tuhan,
karena menurut Nuhamara55, PAK juga merupakan pendidikan yang khusus yakni dalam
dimensi religius manusia. Ini berarti usaha tersebut dikhususkan pada bagaimana pencarian
akan yang transenden serta pemberian ekspresi dari seseorang terhadap yang transenden tadi
dikembangkan
c. Ranah Psikomotorik
Pembelajaran PAK di sekolah tidak hanya dikembangkan pada kedua ranah diatas
tetapi juga pada ranah psikomotorik. Proses belajar mengajar PAK di sekolah dilihat dari
ranah psikomotorik dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dan
kreativitas yang mengacu pada nilai-nilai Kristiani.
Melalui teknik observasi yang dilakukan oleh penulis, pada tanggal 19 Agustus 2013
di kelas, dapat dilihat proses belajar-mengajar PAK pada ranah psikomotorik. Dalam proses
belajar mengajar, pendidik memberikan contoh dari kisah-kisah dalam Alkitab seperti kisah
Abraham yang mengikuti perintah Tuhan, kisah Ayub yang selalu setia kepada Tuhan dalam
keadaan apapun. Selain itu pendidik memberikan kisah tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-
hari yang menjadi teladan untuk ditiru seperti Mother Theresa. Kisah Alkitab dan tokoh
tersebut di sampaikan dengan cara mendongeng. Pendidik juga membiasakan peserta didik
untuk bercerita di depan kelas tentang pengalaman mereka ketika mengikuti sekolah minggu,
tentang kehidupan mereka atau pengalaman mereka di rumah. Selain itu peserta didik juga
diberikan kesempatan untuk mempraktekkan cerita Alkitab misalnya cerita kelahiran Tuhan
Yesus, yang sudah disiapkan oleh pendidik PAK melalui metode bermain peran. Diakhir
proses belajar mengajar, pendidik membuat kesimpulan tentang materi yang diajarkan.
Melalui teknik wawancara kepada pendidik PAK mengenai RPP yang akan
dilaksanakan selama 1 semester. Dalam RPP yang dibuat oleh pendidik dapat diidentifikasi
tujuan pembelajaran yang diarahkan pada ranah psikomotorik, misalnya tujuan pembelajaran
kelas V semester 1 “ peserta didik dapat melakukan disiplin spiritual sebagai wujud
ketergantungan pada Allah”; tujuan pembelajaran kelas VI semester 1 “ peserta dididk dapat
mengungkapkan ucapan syukurnya dengan berbagai cara” kata kerja melakukan dan
55
Daniel Nuhamara. Pembimbing PAK , (Bandung : Jurnal Info Media, 2007), 25-26
-
22
mengungkapkan merupakan kata kerja pada ranah psikomotorik. Menurut pendidik,
pembelajaran PAK pada ranah psikomotorik membawa peserta didik memiliki keterampilan
dan kreativitas dalam hal bermain drama kisah-kisah Alkitab, bernyanyi lagu-lagu kidung
jemaat, bercerita pengalaman di depan kelas.
Penulis juga melakukan diskusi dengan peserta didik.Hasil diskusi bersama peserta
didik sebagai validasi dari teknik wawancara dan observasi, Dari diskusi bersama peserta
didik dijelaskan oleh mereka bahwa, pendidik seringkali memberikan contoh cerita alkitab
seperti kisah Abraham yang mengikuti perintah Tuhan, kisah Ayub yang selalu setia kepada
Tuhan dalam keadaan apapun untuk diteladani oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-
hari.Peserta didik mengungkapkan bahwa pendidik menggunakan model mendongeng dalam
menyampaikan cerita-cerita Alkitab, misalnya cerita tentang kisah Penyaliban Tuhan Yesus,
atau kisah penciptaan bumi dan seluruh isinya.Selain itu peserta didik juga mengatakan
bahwa pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bermain drama tentang
cerita Alkitab seperti kisah kelahiran Tuhan Yesus atau kisah Ayub yang setia kepada Tuhan
dalam keadaan apapun. Peserta didik juga belajar bernyanyi lagu-lagu kidung jemaat dan
bercerita pengalaman mereka ketika mengikuti sekolah minggu di depan kelas.
Berdasarkan data yang ditemukan oleh penulis, dapat di analisa bahwa pembelajaran
PAK pada ranah psikomotorik disampaikan dengan cara pengajaran seperti pada ranah
kognitif, dimana pendidik membawa cerita tokoh Alkitab kepada peserta didik dengan model
pembelajaran mendongeng. Seharusnya pendidik bisa lebih kreatif dalam merancang
pengajaran PAK pada ranah psikomotorik yaitu dengan berbagai metode pengajaran yang
dapat digunakan dalam proses belajar mengajar PAK misalnya, lakon/sandiwara,
karyawisata, synectic, dan pendidik jangan hanya berpaku pada satu model pengajaran saja
karena menurut Gordon 56 , kreatifitas merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari,
berlangsung seumur hidup, dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas hidup. Oleh karena
itu perlu diciptakan suasana sedemikian rupa agar peserta didik dapat belajar secara aktif dan
kreatif.
56
Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik (Yogyakarta:Andi,2009), 97
-
23
3.3 Dampak Pengajaran PAK bagi Peserta Didik Beragama Suku Marapu
Pembelajaran PAK berdasarkan taksonomi Bloom berdampak bagi peserta didik
beragama suku Marapu, adapun dampak pengajaran PAK bagi peserta didik beragama suku
Marapu adalah sebagai berikut :
a. Peserta Didik Beragama Suku Marapu Bertumbuh Pada Ranah Kognitif
Dampak pengajaran PAK bagi peserta didik beragama suku Marapu dapat diketahui
melalui diskusi dan observasi dengan peserta didik beragama suku Marapu. Peserta didik
beragama suku Marapu mengungkapkan bahwa, setelah mengikuti pelajaran PAK mereka
memiliki wawasan yang luas mengenai agama Kristen. Peserta didik mengungkapkan bahwa
mereka banyak mengetahui cerita-cerita Alkitab, seperti cerita Abraham yang mengikuti
perintah Tuhan, cerita Nuh yang diselamatkan dari peristiwa air bah, cerita kelahiran Tuhan
Yesus Kristus, cerita Tuhan Yesus memberi makan 5000 orang , cerita tentang Allah yang
menciptakan dunia dan seluruh isinya, cerita Adam dan Hawa yang jatuh ke dalam dosa,
serta cerita tentang Tuhan Yesus yang mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia57.
Dari hasil diskusi antara penulis dengan beberapa orang tua yang beragama suku
Marapu, sebagai validasi dari diskusi bersama peserta didik yang beragama suku Marapu,
mereka mengatakan bahwa ketika peserta didik berada di rumah, mereka bercerita tentang
pelajaran yang diterima di sekolah. Peserta didik itu pada umumnya bercerita mengenai
tokoh Tuhan Yesus yang mati di kayu salib, Abraham yang selalu mengikuti perintah Tuhan,
Yusuf, yang di jual oleh saudara-saudaranya, Yakub yang menipu ayahnya Ishak, Nuh yang
diselamatkan dari air bah, Ayub yang setiap kepada Tuhan dalam keadaan apapun, dan
tokoh-tokoh Alkitab lainnya58.
Berdasarkan data di atas dapat dianalisa bahwa dalam proses belajar mengajar PAK,
peserta didik beragama suku Marapu bertumbuh dalam pengetahuan (knowledge) dan
pemahaman (comprehension), dimana cerita-cerita Alkitab dan materi-materi pembelajaran
yang diajarkan oleh pendidik PAK dapat dipahami dengan baik. Peserta didik mampu
mengingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, cerita atau kisah dari tokoh-tokoh
Alkitab yang telah diterima dalam proses belajar mengajar PAK. Peserta didik beragama
57
Data didapat dari hasil diskusi bersama nara didik pada hari Kamis tanggal 16 Agustus 2013, pukul
10.00 WITA 58
Data didapat dari hasil diskusi bersama orang tua beragama suku Marapu pada hari Senin tanggal 19
Agustus 2013, pukul 15.00 WITA
-
24
suku Marapu tidak hanya mengetahui atau mengingat apa yang telah mereka terima tetapi
juga mampu menjelaskan pengetahuan yaitu cerita-cerita Alkitab yang telah diketahui dengan
kata-kata mereka sendiri. Namun menurut penulis, peserta didik beragama suku Marapu
belum mampu menerapkan dan mengaplikasikan materi-materi atau cerita-cerita Alkitab
yang diajarkan oleh pendidik PAK dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal tersebut
dikarenakan menurut Fowler yang sebagaimana didukung oleh Piaget59, pada usia sekolah (6-
11 tahun) timbulnya pola “pemikiran operasional konkret”, dimana peserta didik berpikir
secara konkret tanpa merefleksikan lebih lanjut tindak berpikirnya.
b. Peserta Didik Beragama Suku Marapu Bertumbuh Pada Ranah Afektif
Karakteristik ranah afektif diantaranya sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Dari
hasil diskusi bersama dengan peserta didik beragama suku Marapu, mereka mengungkapkan
bahwa dalam proses belajar mengajar PAK, mereka selalu mengikuti dengan aktif dalam
diskusi kelas, selalu hadir dalam mata pelajaran PAK, rajin dan tepat waktu dalam
mengumpulkan tugas. Selain itu ada pula pendapat yang mengatakan bahwa setalah
mengikuti mata pelajaran PAK, mereka selalu berdoa, dan selalu ke gereja atau sekolah
minggu.
Dari hasil diskusi bersama dengan orang tua yang beragama suku Marapu sebagai
validasi dari diskusi bersama peserta didik beragama suku Marapu.Para orang tua
mengungkapkan peserta didik selalu rajin mengerjakan pekerjaan rumah (PR), menghafal
ayat hafalan Alkitab, selalu rapi dalam berpakaian.Ada pula pendapat orang tua yang
mengatakan bahwa anaknya selalu berdoa sebelum melakukan aktifitasnya, misalnya
sebelum makan, sebelum tidur, bangun pagi, maupun sebelum berangkat ke sekolah60. Ada
pula pendapat lain yang mengungkapkan bahwa anaknya tidak pernah absen ke sekolah
minggu61.
Dari data di atas dapat dianalisa bahwa dalam proses belajar mengajar PAK pada
ranah afektif telah memberikan dampak bagi peserta didik yang beragama suku Marapu.
Peserta didik beragama suku Marapu menerima atau memperhatikan (receiving atau
attending) mata pelajaran PAK, dimana peserta didik beragama suku Marapu memiliki
keinginan, kesediaan, kemauan untuk memperhatikan atau mengikuti mata pelajaran PAK.
59
Agus Cremers, Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan Menurut James W. Fowler, (Yogyakarta:
Kanisius, 1995), 118 60
Menurut pendapat Bapak UHK 61
Menurut pendapat Bapak YMLP
-
25
Peserta didik beragama suku Marapu menanggapi (responding) secara positif, dimana peserta
didik beragama suku Marapu terlibat aktif dalam proses belajar mengajar PAK dengan
diskusi kelompok, bertanya jika tidak mengerti, disiplin dalam hal ini selalu tetap waktu, rapi
dalam berpakaian dan tepat waktu mengumpulkan tugas. Selain itu menurut penulis respon
yang ditunjukkan oleh peserta didik beragama suku Marapu bermacam-macam, ada yang
rajin berdoa dan beribadah, namun adapula yang tidak melaksanakan hal tersebut.Hal ini
disebabkan karena ketika mereka kembali ke rumah, banyak peserta didik beragama suku
Marapu yang kembali melakukan ritual-ritual hamayangu atau ritual-ritual dalam agama suku
Marapu.
c. Peserta Didik Beragama Suku Marapu Bertumbuh Pada Ranah Psikomotorik
Pendidikan dapat mempengaruhi keterampilan dan kreativitas seseorang yaitu salah
satunya melalui pengajaran PAK di sekolah. Pengajaran PAK di sekolah diharapkan mampu
membantu peserta didik mengembangkan keterampilan dan kreativitas berdasarkan nilai-nilai
Kristiani yang mencerminkan sebagai anak Tuhan.
Melalui diskusi dengan peserta didik yang beragama suku Marapu, mereka
mengungkapkan bahwa pendidik menceritakan tentang tokoh-tokoh Alkitab untuk diteladani
oleh pendidik dalam kehidupan mereka sehari-hari, seperti kisah Yusuf yang memaafkan
saudara-saudaranya, kisah Abraham yang selalu mengikuti perintah Tuhan. Peserta didik
beragama suku Marapu juga mengatakan bahwa pendidik menekankan agar peserta didik
selalu membantu orang tua di kebun, tidak mengucapkan kata-kata kotor, tidak mengambil
barang orang lain, tidak mengganggu teman tetapi menolong teman dalam hal ini
meminjamkan alat tulis, bekerja sama dengan teman dalam hal mengerjakan PR. Dalam
diskusi tersebut peserta didik beragama suku Marapu mengungkapkan bahwa melalui
pembelajaran PAK peserta didik beragama suku Marapu dibimbing oleh pendidik untuk
memiliki keterampilan dan kreativitas dalam bermain drama seperti kisah Yusuf yang di jual
oleh saudara-saudaranya namun Yusuf memaafkan kesalahan saudara-saudaranya bukan
hanya itu saja peserta didik beragama suku Marapu banyak menghafal lagu rohani dalam hal
ini lagu-lagu kidung jemaat.
Dari hasil diskusi bersama orang tua yang beragama suku Marapu sebagai validasi
dari diskusi bersama peserta didik beragama suku marapu, mereka mengatakan bahwa ketika
peserta didik berada di rumah, peserta didik selalu mengingat apa yang dikatakan oleh
pendidik di sekolah. Seorang ibu mengatakan bahwa anaknya di rumah selalu mengatakan:
-
26
“kata ibu guru di sekolah kita harus saling mengasihi seperti membantu teman yang sedang
dalam kesusahan membantu orang tua di kebun dan memaafkan sama seperti Tuhan Yesus
dan Yusuf perbuat bagi saudara-saudaranya”62.Ada pendapat lainnya juga yang mengatakan
bahwa, ketika orang tua atau anggota keluarga lainya sedang marah, anak-anak selalu
mengatakan, “kata ibu guru di sekolah kita tidak boleh marah-marah nanti Tuhan Yesus
marah”63.Menurut pendapat orang tua murid juga, anak-anak mereka membaca Alkitab setiap
malam serta sering menyanyi lagu-lagu gereja di rumah64.
Dari data di atas dapat dianalisa bahwa pembelajaran PAK dalam ranah psikomotorik
membawa peserta didik beragama suku marapu mampu melakukan kegiatan-kegiatan
sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau yang diteladankan oleh pendidik PAK
misalnya pendidik tidak suka marah-marah di dalam kelas, pendidik selalu rapi dalam
berpakaian, pendidik berbicara dengan halus dan sopan, pendidik selalu datang tepat waktu,
pendidik menghargai orang lain termasuk peserta didik. Kegiatan ini dalam ranah
psikomotorik disebut respon terbimbing (guided response) dimana peserta didik mengikuti,
mengulangi perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh pendidik PAK dalam hal ini
seperti bermain drama, bernyanyi dan membaca Alkitab. Namun menurut penulis, peserta
didik beragama dan suku Marapu belum sepenuhnya bertumbuh dalam ranah psikomotorik
karena setiap materi pembelajaran atau nilai-nilai Kristiani yang sudah diterima belum
menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus atau menjadi sebuah hal yang
sudah tertanam dalam diri peserta didik beragama suku Marapu tanpa harus diberitahu oleh
pendidik PAK, dalam ranah psikomotorik disebut mekanisme (mechanism). Hal ini
disebabkan karena peserta didik beragama suku Marapu tidak memiliki teladan yang lain
selain pendidik, karena kurangnya bimbingan dari orang tua serta tidak ada kerjasama dan
komunikasi yang baik antara orang tua dan sekolah dalam hal ini pendidik PAK mengenai
pendidikan iman anak.
3.4 Refleksi Teologis
Pendidikan merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan manusia dan
dinilai sebagai suatu usaha sengaja, sistematis dan terus menerus dalam membentuk
62
Menurut pendapat Ibu TN 63
Menurut pendapat Ibu YH 64
Data didapat dari hasil diskusi bersama orang tua beragama suku Marapu pada hari Senin tanggal 19
Agustus 2013, pukul 15.00 WITA
-
27
kepribadian secara utuh 65 .Manusia membutuhkan pendidikan karena statusnya sebagai
animaleducabili66yang dilahirkan tidak sempurna sehingga memerlukan pendidikan untuk
dapat mengembangkan kemanusiaannya sebagai potensi.Keagungan dari pendidikan ialah
membantu manusia menyempurnakan dirinya sebagai manusia67.Pendidikan agama Kristen di
sekolah merupakan bagian yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan iman
anak, mengingat bahwa peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang akan
meneruskan pembangunan bangsa dan negara yang akan datang. Suatu kebanggaan ketika
peserta didik yang beragama suku Marapu memperoleh pendidikan agama Kristen di SDM
Mbatakapidu. Oleh karena itu pendidikan agama Kristen di SDM Mbatakapidu merupakan
wujud nyata dari respon firman Tuhan pada Amsal 22:6 Salomo menuliskan “Didiklah
seorang anak menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan
menyimpang dari jalan itu”.
Menjadi seorang pendidik PAK tidaklah mudah, untuk itu mendidik peserta didik di
sekolah hendaklah dilakukan dengan baik dengan memanfaatkan dan mengembangkan
seluruh potensi yang ada, sehingga melaluinya peserta didik di bantu dalam pertumbuhan
iman mereka dan termotivasi untuk lebih mendekatkan hidupnya kepada Tuhan. Mendidik
bukan hanya bertugas untuk menyampaikan informasi atau bahan ajar kepada peserta didik,
tetapi harus berupaya agar peserta didik sungguh-sungguh belajar mengerti, memahami, dan
menerima apa yang diajarkan, bahkan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Kejadian 18:19a :
“Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan
kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan,
dengan melakukan kebenaran dan keadilan…”
Dari ayat di atas jelas terlihat bahwa pendidikan yang diberikan kepada peserta didik
bertujuan agar peserta didik sebagai generasi penerus tetap hidup sesuai kehendak Tuhan
yakni melakukan kebenaran dan keadilan, dengan meneladani sifat-sifat Tuhan Yesus
Kristus. Meneladani sifat-sifat Tuhan Yesus Kristus tidak hanya sekedar berbuat baik tetapi
memiliki karakter buah roh yang mengandung unsur diantaranya: kasih, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia. 5:22-23).
65
Thomas Groome, Christian Religious Education, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2010) 29 66
H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar,2008) 24 67
Esther Christiana Yuwanda, “Pendidikan Yang Memanusiakan Manusia”, Jurnal Pendidikan Penabur,
no. 19. (2012): 85
-
28
Ajaran PAK di sekolah sangat berpengaruh terhadap peserta didik yang beragama
suku Marapu, untuk itu pendidik harus lebih mendorong peserta didik memahami dan
menerapkan apa yang dibicarakan di kelas atau diluar kelas, sehingga peserta didik dapat di
bantu dalam proses pertumbuhan iman Kristen. Pertumbuhan iman tersebut akibat dari hasil
belajar menyangkut ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mencapai semua ranah
itu, maka proses belajar mengajar harus memperhatikan metode dan media pembelajaran
dengan relevan yang dapat dimengerti dan dipraktekkan oleh peserta didik sehingga
pembelajaran PAK yang diberikan tidak sia-sia atau merupakan rutinitas dan kewajiban
belaka.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan mengenai cara pengajaran PAK ditinjau dari perspektif taksonomi Bloom
dan dampak pengajaran PAK bagi peserta didik beragama suku Marapu, yaitu :
1. Pelajaran PAK di SDM Mbatakapidu merupakan mata pelajaran yang wajib diikuti
oleh setiap peserta didik baik yang beragama Kristen maupun non Kristen dalam hal
ini beragama suku Marapu. Tujuannya ialah agar peserta didik dapat bertumbuh lewat
nilai-nilai Kristiani, dan dapat memahami bahwa keselamatan yang sejati hanya
terdapat dalam pribadi Yesus Kristus. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan agama
Kristen di Indonesia yang dirumuskan komisi PAK dari Dewan Gereja di Indonesia
yaitu : usaha mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih
Allah yang nyata dalam Yesus Kristus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia
datang kedalam suatu persekutuan yang hidup dengan Tuhan.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, penulis menemukan bahwa
pengajaran PAK pada ranah kognitif, afektif, psikomotorik di SDM Mbatakapidu
belum dilaksanakan secara maksimal. Pendidik PAK hanya menggunakan metode
ceramah dan medongeng dalam pembelajaran pada ketiga ranah tersebut, kedua
metode ini dianggap kurang menarik oleh para peserta didik karena peserta didik
merasa cepat bosan. Seharusnya menurut Mulyasa, penggunaan metode yang
bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
3. Pengajaran PAK yang menekankan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
berdampak bagi peserta didik beragama suku Marapu antara lain:
-
29
pertama, ranah kognitif, peserta didik beragama suku Marapu memiliki
pengetahuan dan pemahaman mengenai cerita-cerita Alkitab atau mengenai
iman Kristen. Namun peserta didik beragama suku Marapu belum mampu
menerapkan dan mengaplikasikan materi-materi atau cerita-cerita Alkitab
yang diajarkan oleh pendidik PAK dalam kehidupan mereka sehari-hari
(penerapan). Hal ini sesuai dengan ranah kognitif yang menaruh perhatian
pada pengembangan kapabilitas dan keterampilan intelektual.
Kedua, ranah afektif, peserta didik beragama suku Marapu menerima dan
merespon mata pelajaran PAK, serta rajin berdoa, rajin berbakti di sekolah
minggu. Meskipun nilai-nilai Kristiani yang dipelajari dalam proses belajar
mengajar PAK belum semua mempengaruhi peserta didik beragama suku
Marapu, karena ketika mereka kembali ke rumah, banyak peserta didik
beragama suku Marapu yang kembali melakukan ritual-ritual hamayangu atau
ritual-ritual dalam agama suku Marapu. Hal ini sesuai dengan ranah afektif
yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi.
Ketiga, peserta didik beragama suku Marapu mampu melakukan kegiatan-
kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau yang
diteladankan oleh pendidik PAK, misalnya pendidik tidak suka marah-marah
di dalam kelas, pendidik selalu rapi dalam berpakaian dan menghargai serta
menghormati orang lain. Selain itu pendidik juga mengarahkan peserta didik
untuk memiliki ketrampilan seperti bermain drama, bernyanyi dan juga
membaca Alkitab. Namun materi pembelajaran atau nilai-nilai Kristiani yang
sudah diterima dalam proses belajar mengajar PAK belum menjadi sebuah
kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus atau menjadi sebuah hal yang
sudah tertanam dalam diri peserta didik beragama suku Marapu tanpa harus
diberitahu oleh pendidik PAK. Hal ini sesuai dengan ranah psikomotorik yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif atau keterampilan motorik
4.2 Saran
` Dari penelitian tentang cara pengajaran PAK ditinjau dari perspektif taksonomi Bloom
dan dampak pengajaran PAK bagi peserta didik beragama suku Marapu, maka penulis
memberikan saran kepada beberapa pihak, yakni :
-
30
Saran Kepada Pendidik PAK
Pembelajaran pada ranah kognitif, pendidik seharusnya tidak hanya menggunakan
metode ceramah melainkan menggunakan metode yang bervariasi seperti metode
diskusi, proyek, inquiry, dengan tujuan dapat menarik minat belajar serta perhatian
dari peserta didik.
Pembelajaran pada ranah afektif sebaiknya pendidik lebih memperhatikan model
pembelajaran perjumpaan tidak langsung dalam hal ini meditasi atau refleksi dan
merancang ibadah-ibadah kreatif, dengan tujuan supaya peserta didik dapat dibantu
dalam pemberian ekspresi kepada Tuhan dan peserta didik dapat bertumbuh secara
optimal.
Pembelajaran pada ranah psikomotorik, pendidik seharusnya lebih kreatif dalam
merancang proses pembelajaran dan tidak hanya menggunakan metode mendongeng
melainkan juga menggunakan metode-metode yang lainnya seperti lakon/sandiwara,
synectic, karyawisata, dengan tujuan dapat melatih peserta didik untuk lebih kreatif
dan memiliki keterampilan.
Pendidik seharusnya lebih membimbing peserta didik agar lebhi kreatif atau
menghasilkan karya-karya untuk pertumbuhan iman peserta didik, seperti membuat
drama, membuat puisi dan karya seni lainnya.
Pendidik seharusnya semakin meningkatkan relasi dan komunikasi dengan orang tua
peserta didik, agar tujuan pembelajaran PAK di sekolah dapat diterapakan dengan
baik oleh para peserta didik dimanapun mereka berada.
Saran Kepada Peserta Didik
Peserta didik seharusnya lebih serius dan berusaha dalam menerapkan nilai-nilai
Kristiani dalam kehidupan sehari-hari, misalnya peserta didik mengaplikasikan kasih
kepada sesama dalam kehidupannya yang tercermin dalam tindakan mereka
mengasihi orang tua, saudara maupun teman-teman.
Peserta didik seharusnya lebih sungguh-sungguh mengembangkan aspek afektif
dengan cara semakin rajin dan giat ke sekolah minggu, berdoa dan membaca Alkitab.
Peserta didik seharusnya mampu menghasilkan karya sederhana berdasarkan materi-
materi yang telah diajarkan oleh pendidik, misalnya peserta didik dapat membuat
cerita tentang bagaimana kasih Allah dalam kehidupan mereka atau membuat cerita
tentang bagaimana mereka hidup berdampingan dengan orang lain.
-
31
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, Hadinoto, N.K. 1990. Dialog dan Edukasi. Jakarta: BPK.Gunung Mulia
Benson. Clerence H. 2007. Teknik Mengajar,.Malang:Gandum Mas
Boehkle, Robert R. 2005. Sejarah Perkembagan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama
Kristen: Dari Yohanes Amos Comenius Sampai Perkembangan PAK di Indonesia.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Cremers. Agus. 1995. Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan Menurut James W. Fowler.
Yogyakarta: Kanisius.
Daun, Paulus. 1989. Pengantar Ke dalam Sekolah Minggu anak-anak. Manado: Yayasan
Daun Familiy
Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variable. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.2003.Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional. Jakarta
Gangel, K.O, H.G, Hendrik. 1988. The Chistian Educator Handbook on Teaching. San
Fransisco: Viktor Book
Groome, Thomas H. 2010. Pendidikan Agama Kristen: Berbagi Cerita dan Visi Kita. Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
Haryati, Mimin. 2007. Model Dan Teknik Pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Homrighausen, E.G. & Enklaar, I.H. 1985.Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Koentjaraningrat. 1991. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia.
Koesuma A. Doni. 2007. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Grasindo
Krueger, Richard A. 1998. Focus Groups : A Practical Guide For Applied Research.
Newburg Park, Calif : Sage Publications.
Moleong, Lexy J. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.
Mulyasa, E. 2011.Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Natsir , Mo. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nuhamara, Daniel. 2007. Pembimbing PAK. Bandung: Jurnal Info Media.
Palekahelu, Dharmaputra . 2010. Marapu, Kekuatan di Balik Kekeringan. Salatiga: FTI
UKSW.
Sanjaya, Wina, 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
-
32
Sidjabat, B. Samuel, 1994. Strategi Pendidikan Kristen. Yogyakarta: ANDI
Sitanggang, Sariaman, 2007. Konsep, Strategi Pembelajaran & Penilaian Sikap Peserta
Didik (Hal Mendasar dalam Pendidikan Agama Kristen). Jakarta: CV.Engkrateia
Putra Jaya
Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Belajar Dan Umpan Balik. Jakarta: PT Grasindo.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sukardi, H.M. 2011. Evaluasi Pendidikan, Prinsip Dan Operasionalnya. Jakarta: PT Bumi
Askara.
Sumiyatiningsih, Dien. 2006. Mengajar dengan Kreatif dan Menarik. Yogyakarta: ANDI.
Tilaar, H.A.R. dan Riant Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Uno B. Hamzah, 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Wellem, F.D. 2004. Injil dan Marapu. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Jurnal :
Yuwanda, Esther Christiana, “Pendidikan Yang Memanusiakan Manusia”, Jurnal Pendidikan
Penabur, no.19. (2012):85
Internet :
http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/pengertian-pendekatan-metode-teknik.html, diunduh
pada tanggal 05 Juni 2013, Pukul 10.06
http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/pengertian-pendekatan-metode-teknik.html