penelitian hasil belajar fisika (phbf)
TRANSCRIPT
LAPORAN
PENILAIAN HASIL BELAJAR FISIKA
HASIL UJI COBA SOAL FISIKA KELAS IX
DI SMP NEGERI 30 SAMARINDA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2010
HALAMAN PENGESAHAN
Hasil Uji Coba Soal Fisika Kelas IX di SMP Negeri 30 Samarinda
Disusun oleh :
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page i
Disusun Oleh :
Nama : Jerriagustinus
Nim : 0805035046Progaram Studi : Pendidikan Fisika Reg. Pagi
Nama : Jerriagustinus
N I M : 0805035046
Prodi : Pendidikan Fisika (Reguler Pagi)
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Penilaian Hasil Belajar
Fisika yang dibina oleh Drs. Soetopo, M.Pd.
Samarinda, 22 November 2010
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas terselesaikannya
laporan ini sebagai salah satu tugas yang di berikan oleh Bapak Drs. Soetopo
dalam mata kuliah Penilaian Hasil Belajar Fisika. Pada kesempatan ini penyusun
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page ii
Mahasiswa
Jerriagustinus
NIM. 0805035046
mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
1. Drs. Soetopo, M.Pd dan Drs. Johansyah, M.Pd yang telah memberikan
bimbingan dan mengarahkan penyusunan dari pelaksanaan tes uji coba
sampai penyusunaan laporan.
2. Murid-murid SMP Negeri 30 Samarinda, Bapak Hidayat Sapari, S.Pd selaku
guru pembimbing dan Bapak Drs. H. Syamsul Huda Kepala SMP Negeri 30
Samarinda.
3. Rekan-rekan Pendidikan Fisika khususnya angkatan 2008 yang banyak
membantu dan memberikan masukan selama penyusunan laporan ini.
Laporan penilaian hasil belajar ini merupakan suatu hasil analisa soal Fisika
yang telah diujicobakan di kelas IX semester I SMP Negeri 30 Samarinda.
Laporan ini bertujuan ingin mengetahui kelayakan suatu soal yang telah
diujicobakan kepada siswa dan merupakan salah satu alat untuk mengetahui
perkembangan proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih ada kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.
Akhir kata penulis mengucapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
semua kalangan, khususnya bagi penulis sendiri.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page iii
Samarinda, 22 November 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang Kegiatan ......................................................................1
B. Tujuan Uji Coba ..................................................................................2
C. Rumusan Masalah .................................................................................2
D. Kegunaan Kegiatan ...............................................................................3
BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................................4
A. Pengertian Evaluasi .............................................................................4
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi .................................................................8
C. Prinsip-Prinsip Evaluasi .......................................................................12
D. Teknik Evaluasi ....................................................................................13
E. Prosedur Melaksanakan Evaluasi .........................................................15
BAB III. METODE UJI COBA ..............................................................................17
A. Metode Uji Coba ...................................................................................17
B. Populasi dan Sampel ............................................................................22
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ...........................................................24
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................24
E. Teknik Analisis Data ............................................................................25
BAB IV. PENYUSUNAN TES ITEM ...................................................................33
BAB V. ANALISA DATA .....................................................................................46
BAB VI. PEMBAHASAN ......................................................................................66
BAB VII. PENUTUP ..............................................................................................69
A. Kesimpulan ............................................................................................69
B. Saran ......................................................................................................70
REFERENSI ...........................................................................................................71
LAMPIRAN-LAMPIRAN .....................................................................................72
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kegiatan
Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang terdiri atas
beberapa komponen yang saling berkaitan dan saling berinteraksi dalam
mencapai tujuan. Salah satu komponen tersebut adalah evaluasi. Evaluasi
dalam sistem pengajaran menduduki peranan yang sangat penting, karena
dengan evaluasi prestasi belajar siswa akan diketahui setelah meneyelesaikan
program belajar dalam kurun waktu tertentu, dapat diketahui ketepatan
metode mengajar yang digunakan dalam menyajikan pelajaran, serta dapat
diketahui tercapai atau tidaknya tujuan intruksional sebelimnya. Dengan
demikian, evaluasi berfungsi juga sebagai feedback (umpan balik) dalam
rangka memperbaiki proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan guru.
Dalam proses belajar mengajar yang terpenting ialah mengarah pada
tujuan pengajaran akan tetapi apapun subyeknya, mengajar bukan hanya
sekedar menolong siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan serta
ide yang tampak pada perkembangan tingkah lakunya.
Siswa dan guru merupakan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan
pembelajaran, tentu mereka juga berkeinginan mengetahui proses dan hasil
kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Untuk menyediakan informasi tentang
baik buruknya proses dan hasil kegiatan pembelajaran, maka seorang guru
harus menyelanggarakan evaluasi. Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru
mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran sekaligus.
Mengingat begitu pentingnnya peranan dan fungsi evaluasi dalam
proses belajar mengajar, maka sebagai konsekuensi logis dari komitmen ini,
setiap guru dituntut untuk dapat memahami dan mampu menerapkan prinsip-
prinsip yang mendasari pelaksanaan evaluasi dalam proses belajar mengajar.
Pelaksanaan evaluasi hasil belajar ini meliputi ; perencanaan, pelakasanaan,
dan sampai dengan proses pelaporan hasil evaluasi. Untuk itu dibutuhkan
pengetahuan teoritis mengenai evaluasi tersebut.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 1
Pelaksanaan evaluasi ini masih mengandalkan tingkat kelas untuk suatu
sekolah, dan digunakan soal berbentuk pilihan ganda guna untuk mengukur
hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa, sedangkan penyusunan soal-soal
butir bagi mahasiswa Pendidikan Fisika yang mengambil mata kuliah
Penilaian Hasil Belajar Fisika perlu dilaksanakan guna mengetahui
kemampuan mahasiswa dalam menganalisis soal yang telah diujikan pada
sekolah tertentu.
B. Tujuan Uji Coba
Tujuan dari pelaksanaan tes disekolah antara lain :
1. Untuk memenuhi Salah satu tugas mata kuliah “Penilaian Hasil Belajar
Fisika”.
2. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal
3. Untuk mengetahui validitas butir soal
4. Untuk mengetahui daya pembeda butir soal.
5. Sebagai umpan balik dari siswa untuk mengetahui kelemahan serta
kekurangan siswa dalam menguasi materi yang telah diajarkan.
6. Untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dalam penulisan soal, dan
keterangan soal yang dibutuhkan bagi penyusun butir soal tersebut.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
pembuatan laporan ini adalah :
1. Bagaimana cara membuat soal-soal tes yang memenuhi kriteria penyusun
soal yang baik dan benar.
2. Sejauh mana kemampuan siswa dalam menyelesaikan tes atau soal-soal
suatu mata pelajaran tertentu khususnya Fisika
3. Bagaimana mengelompokkan siswa berdasarkan status akademis dalam
suatu mata pelajaran tertentu.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 2
D. Kegunaan Kegiatan
Adapun kegunaan kegiatan yang dilakukan :
1. Mahasiswa diharapkan memperoleh informasi mengenai hasil belajar yang
telah dicapai.
2. Mahasiswa dapat menyusun dan membuat soal yang baik dan benar,
sehingga dapat memenuhi syarat untuk diujikan kepada siswa.
3. Sebagai pengetahuan yang harus dan wajib diimiliki oleh mahasiswa
pendidikan sebagai seorang calon guru.
4. Melatih mahasiswa dengan program pengajaran yang sistematis dan
terencana dengan baik.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Evaluasi
Dari segi harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation;
dalam bahasa Indonesia berarti: penilaian. Akar katanya adalah value; yang
dalam bahasa Indonesianya berarti: nilai. Dengan demikian secara harfiah,
evaluasi pendidikan (educational evaluation = Evaluasi Pendidikan).
Evaluasi merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar,
karena dengan evaluasi dapat ditentukan tingkat keberhasilan suatu program
sekaligus juga dapat diukur hasil-hasil yang dicapai oleh suatu program.
Evaluasi dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai jarak antara
situasi yang ada dan situasi yang diharapkan untuk mendapatkan kejelasan
mengenai jarak yang menggambarkan situasi yang diharapkan. Dengan
demikian salah satu ciri yang penting dalam evaluasi adalah adanya kriteria
yang dijadikan dasar dalam menarik kesimpulan mengenai objek yang
dievaluasi yakni evaluasi dapat diartikan sebagai proses pembanding situasi
yang ada dengan kriteria, karena evaluasi adalah suatu proses mendapatkan
informasi dan menggunakannya untuk menyusun suatu keputusan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan cara pengukuran dan tes. Proses
penentuan angka-angka yang menggambarkan sifat seseorang, benda atau
suatu kejadian disebut pengukuran. Pengukuran dimungkinkan sekali tanpa
menggunakan tes. Sedang tes adalah proses untuk menilai sifat orang, benda
atau kejadian. Adapun dari segi istilah, sebagaimana dikemukakan oleh
Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): Evaluation refer to the act or
process to determining the value of something. Menurut definisi ini, maka
istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Dengan
demikian, evaluasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang terencana untuk
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 4
mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrument dan
hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Pengertian evaluasi lebih ditekankan lagi dengan batasan sebagai proses
memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu
kriteria tertentu (Nana Sudjana,1990:3). Dengan berdasarkan batasan-batasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum dapat diartikan
sebagai tes sistematis untuk menentukan nilai sesuatu berdasarkan kriteria
tertentu melalui penilaian.
Berbicara tentang pengertian istilah Evaluasi Pendidikan, di tanah air
kita, Lembaga Administrasi Negara mengemukakan batasan mengenai
Evalusi Pendidikan sebagai berikut:
1. Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan
dengan tujuan yang telah ditentukan.
2. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi
penyempurnaan pendidikan
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka apabila definisi tentang Evaluasi
Pendidikan itu dituangkan dalam bentuk bagan, kurang lebih adalah seperti
terlihat dibawah ini.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 5
Pengertian evaluasi lebih ditekankan lagi dengan batasan sebagai proses
memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu
kriteria tertentu (Nana Sudjana,1990:3). Dengan berdasarkan batasan-batasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum dapat diartikan
sebagai tes sistematis untuk menentukan nilai sesuatu berdasarkan kriteria
tertentu melalui penilaian.
Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk pengertian yang
serupa dengan evaluasi , yaitu measurement atau pengukuran, assessment
atau penaksiran dan test. Ketiga istilah ini kadang-kadang sering digunakan
secara bergantian dan dianggap memiliki pengertian yang sama, padahal
ketiganya terdapat perbedaan. Measurement atau pengukuran diartikan
sebagai proses untuk menentukan luas atau kuantitas sesuatu (Wondt, Edwin
and G.W. Brown, 1957:1) dengan kata lain pengukuran adalah suatu usaha
untuk mengetahui keadaan sesuatu seperti adanya yang dapat dikuantitaskan,
hal ini dapat diperoleh dengan jalan tes atau cara lain. Hasil pengukuran
belum banyak memiliki arti sebelum ditafsirkan dengan jalan
membandingkan hasil pengukuran dengan standar atau patokan yang telah
ditentukan sebelumnya.
Walaupun tidak semua proses evaluasi melalui pengukuran, seorang
calon guru atau guru harus tahu tentang pengukuran dan penilaian.
Pengukuran lebih menekankan kepada proses penentuan kuantitas sesuatu
melalui membandingkan hasil yang diperoleh dengan satuan ukuran tertentu,
sedangkan penilaian menekankan kepada proses pembuatan keputusan
terhadap sesuatu ukuran baik-buruk yang bersifat kualitatif. Pengukuran
dilakukan apabila kegiatan penilaian membutuhkannya, jika tidak dibutuhkan
maka pengukuran tidak perlu dilakukan. Sedangkan pengertian test lebih
ditekankan pada penggunaan alat pengukuran. Menurut Sumadi Suryabrata
“Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-
perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus bagaimana pelaku
tes (testee) menjawab pertanyaan- pertanyaan atau melakukan perintah-
perintah itu, penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 6
membandingkannya dengan standar atau pelaku tes (testee) yang lain.”
(Sumadi Suryabrata, 1984:22)
Dilihat dari pengertian diatas, tes memiliki arti yang sama dengan
evaluasi dan memiliki pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan
pengukuran. Adapun untuk membedakannya ialah:
Unsur-unsur pokok yang harus ada dalam kegiatan pengukuran
adalah:
1. adanya objek yang diukur
2. adanya tujuan pengukuran
3. adanya alat ukur
4. proses pengukuran, dan
5. hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif
Sedangkan unsur pokok dalam penilaian selain mencakup kegiatan
pengukuran mencakup pula :
1. adanya standar yang dijadikan pembanding
2. adanya proses perbandingan antara hasil pengukuran dengan standar
3. adanya hasil penilaian yang bersifat kualitatif.
Penelitian sendiri memiliki pengertian yang lebih luas daripada
evaluasi. Oleh karena itu evaluasi pendidikan dapat berfungsi sebagai bagian
dari penelitian yang sering disebut action research yaitu suatu proses
penelitian yang hasil-hasilnya selalu dipakai untuk memperbaiki pelaksanaan
proses, kemudian diadakan penelitian ulang, yang hasilnya dipakai
menyempurnakan lagi kegiatan tersebut.
Alasan diadakannya evaluasi dalam pendidikan diantaranya adalah
karena evaluasi memiliki dua kepentingan, yakni untuk mengetahui apakah
tujuan pendidikan telah tercapai dengan baik, dan yang kedua untuk
memperbaiki serta mengarahkan pelaksanaan proses belajar-mengajar.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 7
Selanjutnya karena kegiatan evaluasi terhadap hasil belajar merupakan tugas
seorang pendidik profesional yang mana pekerjaan tersebut memerlukan
pendidikan lanjut dan latihan khusus, dan yang terakhir karena bila dilihat
dari pendekatan kelembagaan, kegiatan pendidikan merupakan kegiatan
manajemen yang mana salah satunya meliputi kegiatan controlling dan
evaluating, sehingga fungsi control dan evaluasi pada setiap proses termasuk
pendidikan.
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Tujuan evaluasi dalam pendidikan meliputi tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum evaluasi dalam pendidikan adalah:
1. Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai
bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh
para peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam
jangka waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui tingkat efektifitas dari metode-metode pengajaran yang
telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu
tertentu (Muchtar Buchori, 1980:6)
3. Menentukan tindak lanjut hasil evaluasi, yakni melakukan perbaikan dan
penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta
strategi pelaksanaannya.
4. Memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah
kepada pihak-pihak yang berkepentingan, seperti pemerintah, masyarakat,
dan para orang tua siswa. Laporan disampaikan kepada pihak yang
berkepentingan, misalnya Kanwil Depdikbud, melalui petugas yang
menanganinya. Sedangkan pertanggungjawaban kepada masyarakat dan
orangtua disampaikan kepada masyarakat dan orangtua disampaikan
melalui laporan kemajuan belajar siswa (raport) pada setiap akhir program,
semester dan caturwulan.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 8
Dengan kemajuan belajar peserta didik dapat diketahui pula kedudukan
mereka dalam kelompoknya, dan dapat dipakai pula untuk mengadakan
perencanaan yang realistik dalam mengarahkan dan mengembangkan masa
depan mereka. Sedangkan dengan mengetahui efektifitas dan efisiensi
metode-metode yang digunakan, guru mendapatkan pelajaran untuk
menyempurnakan metode-metode yang sudah baik dan mengatasi
kekurangan-kekurangan metode yang tidak efektif.
Sedangkan tujuan evaluasi secara khusus dalam pendidikan adalah :
1. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program
pendidikan. Tanpa adanmya evaluasi maka tidak mungkin timbul
kegairahan atau rangsangan pada diri peserta didik untulk memperbaiki dan
meningkatkan prestasinya masing-masing.
2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan peserta didik
3. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan
ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan,
sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara
perbaikannya.
4. Untuk mengukur keberhasilan mereka baik secara individual maupun
kelompok.
Selain itu evaluasi juga bertujuan untuk melakukan diagnosis terhadap
kesulitan belajar peserta didik yang selanjutnya dipakai sebagai upaya untuk
mengadakan perbaikan terhadap cara belajar dan mengajar yang ada, juga
untuk memperoleh informasi tentang potensi peserta didik sehingga
penempatannya dapat disesuaikan dengan bakat dan minatnya. Dapat juga
dipakai sebagai alat dalam mengadakan seleksi terhadap penerimaan siswa, dan
hasilnya berfungsi sebagai bahan dalam mengadakan bimbingan dan
penyuluhan. Bertujuan pula melakukan penilaian total terhadap pelaksanaan
kurikulum pada suatu lembaga pendidikan, sehingga dengan demikian dapat
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 9
dilakukan usaha perbaikan, mencari faktor penghambat dan pendukung
terhadap pelaksanaan kurikulum.
Melalui evaluasi kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diukur
keberhasilannya secara operasional, sehingga dapat dilakukan penilaian
terhadap efektifitas kelembagaan pendidikan tersebut.
Menurut Sumadi Suryabrata, Ph.D, tujuan evaluasi pendidikan dapat
dikelompokkan dalam tiga klasifikasi, yaitu:
1. Klasifikasi berdasarkan fungsinya, yang mana bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan;
a. psikologik, evaluasi dapat dipakai sebgai kerangka acuan ke mana dia
harus bergerak menuju tujuan pendidikan
b. didaktik/instruksional, tujuan evaluasi memotivasi belajar kepada peserta
didik, memberikan pertimbangan dalam menentukan bahan pengajaran
dan metode mengajar serta dalam rangka mengadakan bimbingan-
bimbingan secara khusus kepada peserta didik
c. administrasi/manajerial, bertujuan untuk pengisian buku rapor,
menentukan indeks prestasi, pengisian STTB dan tentang ketentuan
kenaikan siswa.
2. Klasifikasi berdasarkan keputusan pendidikan, tujuan evaluasi dapat
digunakan untuk:
a. keputusan individual
b. keputusan institusional
c. keputusan didaktik instruksional
d. keputusan-keputusan penelitian
3. Klasifikasi formatif dan sumatif
a. evaluasi formatif diperlukan untuk mandapatkan umpan balik guna
menyempurnakan perbaikan proses belajar mengajar.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 10
b. evaluasi sumatif berfungsi untuk mengukur keberhasilan seluruh program
pendidikan yang dilaksanakan pada akhir pelaksanaan proses belajar-
mengajar (akhir semester atau tahun ajaran).
Evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses, memiliki tiga macam
fungsi pokok yaitu:
1. Mengukur kemajuan
2. Menunjang penyusunan rencana dan,
3. Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.
Fungsi Evaluasi pendidikan bila dilihat dari kepentingan masing-
masing pihak, dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Fungsi evaluasi pendidikan bagi guru, antara lain :
1. Mengetahui kemajuan belajar peserta didik.
2. Mengetahui kedudukan masing-masing individu peserta didik dalam
kelompoknya.
3. Mengetahui kelemahan-kelemahan dalam cara belajar mengajar dalam
proses belajar mengajar.
4. Memperbaiki proses belajar mengajar.
5. Menentukan kelulusan peserta didik.
b. Fungsi evaluasi pendidikan bagi peserta didik, antara lain :
1. Mengetahui kemampuan dan hasil belajar
2. Memperbaiki cara belajar
3. Menumbuhkan motivasi dalam belajar
c. Fungsi evaluasi pendidikan bagi sekolah, antara lain:
1. Mengukur mutu hasil pendidikan
a. Mengetahui kemajuan dan kemunduran sekolah
b. Membuat keputusan kepada peserta didik
c. Mengadakan perbaikan kurikulum
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 11
d. Fungsi evaluasi pendidikan bagi orang tua peserta didik, antara lain :
1. Mengetahui hasil belajar anaknya
2. Meningkatkan pengawasan dan bimbingan serta bantuan kepada
anaknya dalam usaha belajar
3. Mengarahkan pemilihan jurusan, atau jenis sekolah pendidikan
lanjutan bagi anaknya
e. Fungsi evaluasi pendidikan bagi masyarakat dan pemakai jasa
pendidikan, antara lain:
1. Mengetahui kemajuan sekolah.
2. Ikut mengadakan kritik dan saran perbaikan bagi kurikulum
pendidikan pada sekolah tersebut.
3. Lebih meningkatkan partisipasi masyarakat dalam usahanya
membentuk lembaga pendidikan.
C. Prinsip-Prinsip Evaluasi
1. Keterpaduan
Evauasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan
intrusional pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengjaran.
2. Keterlibatan peserta didik
Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta
didik dalam evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak.
3. Koherensi
Evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari
dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur.
4. Pedagogis
Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan
sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi
motivator bagi diri siswa.
5. Akuntabel
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 12
Hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan
pertnggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seeprti orang tua
siswa, sekolah, dan lainnya.
D. Teknik Evaluasi
Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik non
Tes.
1. Teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok,
wawancara, pengamatan, riwayat hidup.
a. Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam
bentuk angka. Angka-angka diberikan secara bertingkat dari anggka
terendah hingga angka paling tinggi. Angka-angka tersebut
kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan
terhadap angka yang lain.
b. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa
kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi
menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung.
Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh
orang yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesioner tidak
langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat
dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak
dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat
dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila
ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi
kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah
daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si
penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada
jawaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah
daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan
jawaban dan pendapat nya secara terperinci sesuai dengan apa yang
ia ketahui.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 13
c. Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta
dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk
memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia
anggap sesuai.
d. Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang
hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama,
wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan
untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia
diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah
wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun
pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk
menggiring penjawab pada informsi-informasi yang diperlukan saja.
e. Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakuakn
dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak
dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau observasi terdiri dari 2
macam yaitu :
(1) Observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan
kelompok yang diamati.
(2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok
yang diamati. Pengamat telah membuat list factor-faktor yang
telah diprediksi sebagai memberikan pengaruh terhadap sistem
yang terdapat dalam obejek pengamatan.
f. Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data
dan informasi mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup
objek evaluasi tersebut.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 14
2. Teknik tes. Dalam evaluasi pendidikan terdapat 3 macam tes yaitu :
a. tes diagnostic
b. tes formatif
c. tes sumatif
E. Prosedur Melaksanakan Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara
sistematis dan terstruktur. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya
bahwa evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu input,
proses dan out put.
Apabila prosesdur yang dilakukan tidak bercermin pada 3 unsur
tersebut maka dikhawatirkan hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi tidak
mampu menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dalam proses
pembelajaran. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi
pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi,
tujuan evaluasi, teknik apa yang hendak dipakai, siapa yang hendak
dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa
saja yang hendak digali, dsb)
b. Pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai
dengan tujuan)
c. Verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)
d. Pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau
kuantitatif, apakah hendak di olah dengan statistic atau non statistik,
apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual
atau dengan software (misal : SAS, SPSS )
e. Penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan
uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima
mengapa? Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 15
secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak
hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul
maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 16
BAB III
METODE UJI COBA
A. Metode Uji Coba
1. Metode Uji atau Tes
Untuk mengetahui hasil belajar dapat diketahui dengan dua
metode, yaitu dengan menggunakan metode uji atau tes dan metode
pengamatan atau observasi.
Yang akan dibicarakan berikut adalah penggunaan metode uji atau
tes. Metode ini adalah suatu cara evaluasi yang berbentuk suatu tugas atau
serangkaian tugas yang harus diselesaikan oleh siswa sehingga
menghasilkan suatu nilai yang menyatakan perilaku atau prestasi siswa.
Nilai ini kemudian dibandingkan dengan suatu acuan tertentu untuk
mengetahui makna hasil yang telah dicapai. Yang mana metode uji atau tes
ini di kalangan sekolah formal lazim disebut Tes Hasil Belajar.
Kata tes berasal dari bahasa latin yaitu testum yang berarti alat
untuk mengukur tanah. Dalam bahasa perancis kuno, kata tes berarti
ukuran yang dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak
serta logam lainnya. Sedangkan Sumadi Suryabrata, mengartikan tes
adalah “pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-
perintah yang harus dijalankan, yang mendasar harus begaimana testee
(peserta tes) menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah-
perintah itu, penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara
membandingkan dengan standar atau testee lainnya”.(Sumadi Suryabrata,
1984:22)
Sehingga dapat disimpulkan dari pengertian tes di atas, bahwa tes
adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah dan petunjuk yang
ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk
itu. Atas dasar itu ditentukan tinggi rendahnya skor dalam bentuk
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 17
kuantitatif selanjutnya dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan
untuk ditarik kesimpulan yang bersifat kualitatif.
Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil.
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian diatas, yaitu
istilah test, testing, tester dan testee, yang masing-masing memiliki
pengertian yang berbeda.
a. Test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka
pengukuran dan penilaian.
b. Testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya
pengukuran dan penilaian.
c. Tester artinya orang yang melaksanakan tes atau eksperimentor yaitu
orang yang sedang melakukan percobaan.
d. Testee adalah pihak yang sedang dikenai tes atau pihak yang sedang
dikenai percobaan.
Tes hasil belajar dapat dilakukan dengan berbagai macam bentuk.
Diantaranya adalah dengan tes tulis. Tes tulis termasuk dalam kelompok tes
verbal, yaitu tes yang soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa berupa
bahan tulisan. Tes ini kelebihannya dapat mengukur kemampuan sejumlah
besar peserta didik dalam tempat yang terpisah dalam waktu yang sama.
Dalam tes tulis, peserta didik relatif memiliki kebebasan untuk
menjawab soal, sebab tidak banyak pengaruh kehadiran peserta didik dalam
soal tersebut, sehingga secara psikologik peserta didik lebih bebas tidak
terikat. Namun demikian, karena soal sama, objektivitas hasil penilaian
lebih dapat dipertanggungjawabkan daripada tes lisan atau tes tindakan.
Namun terdapat pula kekurangannya, antara lain belum tentu cocok
mengukur ranah psikomotor dan ranah afektif. Disamping itu apabila tidak
menggunakan bahasa yang tegas dan lugas dapat mengundang pengertian
ganda, yang berakibat data yang masuk salah, demikian pula dalam
mengambil kesimpulan.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 18
2. Bentuk Tes objektif
Bentuk tes hasil belajar yang digunakan yaitu tes tulis yang itemnya
dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia, sehingga
peserta didik menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjawab
benar maupun mereka yang menjawab salah. Kesamaan data inilah yang
memungkinkan adanya keseragaman analisis, sehingga subyektivitas
pendidik rendah, sebab unsur subyektifnya sulit berpengaruh dalam
menentukan skor jawaban.
Tes objektif memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
1. Tes objektif dapat dijawab dengan cepat sehingga memungkinkan siswa
untuk menjawab banyak pertanyaan, karena butir-butir pertanyaannya
dapat dijawab dengan memilih alternatif jawaban yang tersedia atau
mengisi dengan beberapa kata atau lambang.
2. Keandalan nilai atau skor yang dicapai siswa dapat dijamin, karena butir-
butir soal tes objektif hanya mempunyai satu jawaban benar.
3. Proses pemberian skor hasil tes dapat dilaksanakan dengan cepat, yaitu
dengan mencocokkan hasil tes setiap siswa dengan kunci jawaban yang
telah dipersiapkan sebelumnya, apalagi jika pemberian skor dilaksanakan
dengan komputer.
Selain itu terdapat pula kelemahan-kelemahannya, yaitu:
1. Karena pada tes objektif tersedia alternatif-alternatif jawaban, maka
siswa yang tidak mengetahui pilihan jawaban yang benar akan
memberikan jawaban terkaan.
2. Metode uji dengan tes objektif membatasi siswa untuk menanggapi
permasalahan yang disajikan pada butir soal dengan bebas.
3. Apabila pemeriksaan atau pemberian skor hasil tes objektif dapat
dilaksanakan dengan cepat dan objektif , maka sebaliknya penyusunan
dan tata laksana penyiapan tes objektif itu memerlukan waktu dan biaya
banyak serta keahlian yang memadai.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 19
Ada empat ciri karakteristik dari tes sehingga tes tersebut dapat
dikatakan tes yang baik, yaitu :
1. Bahwa tes hasil belajar tersebut bersifat valid atau memiliki validitas.
2. Tes hasil belajar yang baik adalah bahwa tes hasil belajar tersebut telah
memiliki reliabilitas.
3. Bahwa tes hasil belajar tersebut bersifat objektif.
4. Bahwa tes hasil belajar tersebut bersifat praktis dan ekonomis.
Dan terdapat pula beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di
dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan
instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah diberikan, atau
mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharapkan
setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.
1. Harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan
sesuai dengan tujuan instruksional.
2. Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang
representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan.
3. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat
bervariasi.
4. Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk
memperoleh hasil yang diinginkan .
5. Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan.
6. Dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa juga dapat
dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki
cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 20
3. Teknik Penyusunan Soal Tes Hasil Belajar
Suatu tes hasil belajar dikatakan baik apabila materi yang tercantum
dalam soal-soalnya representatif dan mencakup seluruh materi pelajaran
yang diujikan. Untuk menjamin kerepresentatifan suatu tes, maka terlebih
dahulu harus disusun suatu perencanaan dengan memperhatikan tujuan
instruksional, rencana pengajaran, buku-buku pelajaran, dan buku rujukan
yang merupakan sumber belajar dan ketentuan-ketentuan lain.
Perencanaan semacam itu dituangkan dalam bentuk kisi- kisi tes.
a) Kisi-kisi soal, mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Ruang lingkup bahan tes, berupa pokok bahasan yang merupakan
sebagian atau keseluruhan dari bahan yang diujikan.
2. Proporsi jumlah butir soal untuk setiap pokok bahasan, yang
disesuaikan dengan luas, kedalaman dan pembobotan pokok bahasan
yang bersangkutan.
3. Jenjang kemampuan siswa yang dituntut untuk menjawab tiap butir
soal. Untuk ranah kognitif dikenal 6 jenjang kemampuan, yaitu:
1. Pengetahuan (C1)
2. Pemahaman (C2)
3. Penerapan (C3)
4. Analisis (C4)
5. Sintesis (C5)
6. Evaluasi (C6)
4. Macam dan jenis soal yang digunakan. Untuk tes objektif meliputi
benar-salah, pilihan berganda, melengkapi dan mencocokkan.
b) Format penyusunan butir soal, yang mana meliputi :
1. Jenjang pendidikan
2. Mata pelajaran
3. Bahan kelas/semester
4. Bentuk tes (objektif/uraian)
5. Aspek yang diukur
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 21
6. Tujuan pembelajaran umum (TPU)
7. Pokok bahasan
8. Materi
9. Butir soal dan jawaban soal
10. Indikator
11. Keterangan soal
B. Populasi Dan Sampel
1. Pengertian Populasi dan Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada
sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau
unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen
dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa
dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena
sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka
yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan
elemen atau unsur tadi.
Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti tidak
melakukan sensus antara lain adalah
(a) populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak
mungkin seluruh elemen diteliti;
(b) keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia,
membuat peneliti harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen
penelitian;
(c) bahkan kadang, penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih
reliabel daripada terhadap populasi. Misalnya, karena elemen
sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan fisik dan
mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi kekeliruan. (Uma
Sekaran, 1992);
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 22
(d) demikian pula jika elemen populasi homogen, penelitian terhadap
seluruh elemen dalam populasi menjadi tidak masuk akal, misalnya
untuk meneliti kualitas jeruk dari satu pohon jeruk.
Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap
bisa dipercaya dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi,
maka cara penarikan sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara
pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik
pengambilan sampel .
Populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian, atau
benda, yang dijadikan obyek penelitian. Atau “Populasi merupakan
sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau
beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset
khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas
sebelum penelitian dilakukan.” (Santoso & Tjiptono, 2002, 79)
Elemen/unsur adalah setiap satuan populasi. Demikian, “ Sampel
adalah semacam miniatur (mikrokosmos) dari populasinya” . (Santoso &
Tjiptono, 2002, 80)
Syarat sampel yang baik :
Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili
sebanyak mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran,
artinya sampel harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya
diukur. Sampel yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan.
2. Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan “bias”
(kekeliruan) dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat
kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut.
Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah populasi. Cooper
dan Emory (1995) menyebutkan bahwa “there is no systematic
variance” yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran
yang disebabkan karena pengaruh yang diketahui atau tidak
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 23
diketahui, yang menyebabkan skor cenderung mengarah pada satu
titik tertentu.
3. Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat
presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana
estimasi kita dengan karakteristik populasi.
2. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi dan sampel adalah :
Populasi : SMP Negeri 30 Samarinda.
Sampel : Kelas IX
C. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian uji coba soal ini dilaksanakan pada :
Hari : Senin
Tanggal : 22 November 2010
Pukul : 08.50 WITA
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Tempat : SMP Negeri 30 Samarinda (Kelas IX/Semester 5)
D. Teknik Pengumpulan Data
Agar data dapat dijaring dengan sebaik-baiknya pada saat penelitian
dilapangan maka peneliti menetapkan beberapa teknik pengumpulan data
yang akan dipakai dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Instrumen tes uji coba : uji coba dilaksanakan dengan banyaknya soal
yang diujikan adalah 20 soal pilihan ganda
b. Observasi yaitu di gunakan untuk menyaring data yang masih belum
terjaring melalui Tes Uji Coba.
c. Studi kepustakaan yaitu untuk mencari data dari sumber -sumber
kepustakaan (buku-buku, majalah, bulletin dll).
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 24
E. Teknik Analisisn Data
Teknik pengumpulan data memenuhi beberapa persyaratan tes sebagai
berikut:
1. Validitas
Validitas dapat diartikan sebagai kesahihan, keabsahan. Validitas
adalah salah satu ciri yang menandai tes hasil belajar yang baik.
Penganalisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Pengujian Validitas Logis
b. Pengujian Validitas Empiris
Yang akan dibicarakan berikut ini adalah Pengujian Validitas Logis
Istilah “validitas logis “mengandung kata “logis” berasal dari kata
“logika”, yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas
logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunujuk pada kondisi bagi
sebuah instrument yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil
penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrument
yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan
ketentuan yang ada. Sebagaimana pelaksanaan tugas lain misalnya
membuat sebuah karangan, jika penulis sudah mengikuti aturan
mengarang, tentu secara logis karangannya sudah baik. Berdasarkan
penjelasann tersebut maka instrument yang sudah disusun berdasarkan
teori penyusunan instrument, secara logis sudah valid. Dari penjelasan
tersebut kita dapat memahami bahwa validitas logis dapat dicapai apabila
instrument disusun mengikuti ketentuan yang ada. Dengan demikian,
dapat di simpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi
langsung diperoleh sesudah instrument tersebut selesai disusun.
Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah
instrument, yaitu :
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 25
1) Validitas isi (Content Validity)
Sebuah instrument menunjuk suatu kondisi sebuah
instrument yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang
dievaluasi. Oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam
kurikulum maka validitas ini sering juga disebut validitas
kurikuler.
2) Validitas konstrak (construct Validity)
Sebuah instrument menunjuk suatu kondisi sebuah instrument yang
disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya
dievaluasi. Atau Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi
apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap
aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional
khusus.
c. Cara mengetahui validitas alat ukur
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai
dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes
tersebut dengan kriterium. Taknik yang digunakan untuk mengetahui
kesejajaran ada dua macam yaitu :
1. Teknik korelasi product moment
2. Teknik korelasi biserial
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
korelasi biserial untuk menghitung validitas item. Rumus lengkapnya
adalah sebagai berikut :
r pbi=M p−M t
SD t √ pq
Dimana :
rpbi : koefisien validitas item.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 26
Mp : skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh peserta tes, yang
untuk butir item yang bersangkutan telah dijawab dengan
betul.
Mt : skor rata-rata dari skor total.
SDt: deviasi standar dari skor total.
p : proporsi peserta tes yang menjawab benar terhadap item
tes yang diuji validitasnya.
q : proporsi peserta tes yang menjawab salah terhadap item tes
yang diuji validitasnya (q = 1 - p )
Validitas suatu tes dinyatakan dengan angka koefisien korelasi,
dengan kriteria sebagai berikut:
0,00 ≤ rpbi < 0,20 sangat rendah
0,20 ≤ rpbi < 0,40 rendah
0,40 ≤ rpbi <0,60 cukup
0,60 ≤ rpbi < 0,80 tinggi
0,80 ≤ rpbi ≤ 1,00 sangat tinggi
2. Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu
tes dapat dikatakn mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian
relibilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau
seandainya hasil berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat
dikatakan tidak berarti.
a. Cara – cara mencari besarnya reliabilitas
Kriterium yang digunakan untuk mengetahui ketepatan ada
yang berada di luar tes (consistency external) dan pada tes itu
sendiri (consistency internal).
1) Metode bentuk paralel (equivalent)
2) Metode tes ulang (test-retest method)
3) Metode belah dua atau split-half method
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 27
Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode
belah dua atau split-half method dengan penggunaan rumus K-R.
20. Metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan
dicobakan satu kali. Oleh karena itu, disebut juga single-tes-single-
trial method untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes harus
digunakan rumus Spearman-brown sebagai berikut :
Penggunaan rumus K-R. 20 :
r11=( nn−1 )( S
t2−∑ pq
St2 )
(KR20)
Dimana :
r11 : koefisien reliabilitas tes.
N : banyaknya butir item.
1 : bilangan konstan.
St2 : varian total.
p : proporsi peserta tes yang menjawab benar
item tes yang bersangkutan.
q : proporsi peserta tes yang menjawab salah.
3. Taraf Kesukaran
Data hasil perhitungan untuk analisa derajat kesukaran dari tiap item
tes yang diujikan. Untuk menganalisa derajat kesukaran soal, pada
dasarnya hanya dibutuhkan satu langkah. Hanya saja langkah ini harus
dilakukan sebanyak jumlah item yang diujikan.
Untuk menentukan derajat kesukaran, yaitu P digunakan rumus:
P= BJS
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 28
Dimana :
P = Derajat Kesukaran
B & JS yang telah diketahui nilainya.
4. Daya Pembeda (Indeks Diskriminasi)
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu item tes hasil belajar
untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)
dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi,
disingkat D. Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya
pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Cara untuk menentukan
daya pembeda (nilai D) untuk ini perlu dibedakan antara kelompok kecil
(kurang dari 100) dan kelompok besar (100 orang ke atas ).
a. Untuk kelompok kecil
Untuk kelompok peserta tes dibagi dua sama besar, 50 %
kelompok atas dan 50 % kelompok bawah seluruh peserta tes,
dideretkan mulai dari skor teratas sampai terbawah, lalu di bagi 2.
b. Untuk kelompok besar
Mengingat waktu dan biaya untuk menganalisa, maka untuk
kelompok besarnya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27%
skor teratas sebagai kelompok atas dan 27 % skor terbawah sabagai
kelompok bawah. Adapun cara menentukan Indeks Diskriminasi
adalah sebagai berikut :
D=BA
J A
−BB
J B
=PA−PB
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 29
dimana : D : Indeks Diskriminasi
JA : Banyaknya peserta kelompok atas
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab
benar
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yg menjawab
benar
PA : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Indeks Diskriminasi (Daya Pembeda) Item
Besarnya Angka
Indeks Diskriminasi
Item (D)
Klasifikasi Interpretasi
Kurang dari 0,20 Poor
Butir item yang bersangkutan daya
pembedanya lemah sekali
(jelek), dianggap tidak memiliki
daya pembeda yang baik.
0,20 – 0,40 Satisfactory
Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang
cukup (sedang).
0,40 – 0,70 Good
Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang
baik.
0,70 – 1,00 Excellent
Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang
baik sekali.
Bertanda negatif -
Butir item yang bersangkutan daya
pembedanya negatif (jelek
sekali).
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 30
Akhirnya sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisisan mengenai
daya pembeda item tes hasil belajar tersebut adalah:
a. Butir-butir item yang sudah memiliki daya pembeda item yang baik
(satisfactory, good dan excellent) hendaknya dimasukkan dan dicatat
dalam buku bank soal tes hasil belajar. Butir-butir item tersebut pada
tes hasil belajar yang akan datang dapat dikeluarkan lagi, karena
kualitasnya sudah cukup memadai.
b. Butir-butir item yang daya pembedanya masih rendah (poor), ada dua
kemungkinan tindak lanjut, yaitu:
1) Ditelusuri untuk kemudian diperbaiki, dan setelah diperbaiki dapat
diajukan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang; kelak item
tersebut dianalisis lagi, apakah daya pembedanya meningkat atau
tidak.
2) Dibuang (didrop) dan untuk tes hasil belajar yang akan datang butir
item tersebut tidak akan dikeluarkan lagi.
c. Khusus butir-butir item yang angka indeks diskriminasi itemnya
bertanda negatif, sebaiknya pada tes hasil belajar yang akan datang
tidak usah dikeluarkan lagi, sebab butir item yang demikian itu
kualitasnya sangat jelek (peserta tes yang termasuk pandai lebih
banyak menjawab salah ketimbang peserta tes yang termasuk bodoh,
yang justru hanya sedikit saja yang jawabannya salah).
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 31
5. Fungsi Distraktor
Berikut merupakan cara menganalisis fungsi distraktor untuk item nomor
1, 2 dst.
Dengan pola penyebaran jawaban item sebagaimana tergambar
pada tabel analisis di atas, maka dengan mudah diketahui, berapa
persen peserta tes yang telah terkecoh untuk memilih distraktor yang
dipasangkan pada item 1, 2 dst sampai dengan yang ingin dicari.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 32
No.Option
KeteranganA B C D
1 2 32* 1 2
* kunci jawaban2 0 4 0 33*
dst
BAB IV
PENYUSUNAN ITEM TES
Kisi - Kisi Butir Soal Uji atau Tes
Aspek intelektual yang diukur
a. Ingatan
Merupakan kognitif rendah yang paling rendah, namun menjadi
prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Pada tingkat ini siswa dituntut
untuk tahu , ingat dan hafal sehingga dapat mengantarkan siswa ketingkat
berikutnya yaitu pemahaman.
b. Pemahaman
Pemahaman dapat dibedakan dalam tiga kategori yaitu pemahaman
terjemahan, pemahaman penafsiran, dan pemahaman ekstrapolasi.
Pemhaman terjemah misalnya dari bahasa inggris ke bahasa Indonesia,
mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan Merah-Putih. Pemahaman
penafsiran misalnya menghubungkan grafik dengan kejadian,
menghubungkan dengan pokok dengan yang bukan pokok. Sementara
pemahaman ekstrapolasi misalnya memahami maksud yang tersirat dalam
suatu tulisan, membuat ramalan tentang tentang konsekuensi.
c. Penerapan
Merupakan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus atau
dengan kata lain aplikasi adalah merapkan abstraksi kedalam situasi baru.
Mengulang-ulang menerapkan abstraksi kesituasi lama akan beralih
menjadi pengetahuan hapalan atau keterampilan. Situasi baru terjadi bila
ada proses pemecahan masalah.
Karena uji coba soal pada jenjang pendidikan menengah pertama maka
ospek itelektual yang diukur hanya ketiga aspek kognitif tersebut diatas.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 33
Jenjang Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Kelas / Semester : IX / I
Pokok Bahasan : Listrik Statis, Listrik Dinamis dan Energi dan Daya Listrik
Jumlah Soal : 20
Aloksi Waktu : 2 × 40 menit
TUJUAN
PEMBELAJARAN
NO.
SOALSOAL TK
BENTUK
SOALKUNCI JAWABAN
Dapat mengetahui
susunan partikel
subatom
1
Atom terdiri dari . . . . .
A. Inti yang selalu bergetar
B. Inti yang dikelilingi oleh proton
C. Inti yang dikelilingi oleh elektron
D. Inti yang dikelilingi oleh neutron
Md A
Atom terdiri dari inti atom (nekleon)
yang dikelilingi oleh elektron-elektron,
seperti Matahari dikelilingi oleh planet-
planet.
Jawaban : C
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 34
Dapat memahami sifat-
sifat muatan listrik5
Benda bermuatan listrik negative bila . . . . .
A. Jumlah elektron lebih banyak daripada jumlah
neutron
B. Jumlah proton lebih banyak daripada jumlah
elektron
C. Kekurangan elektron
D. Kelebihan elektron
Md A
Benda bermuatan listrik negatif bila
jumlah elektron lebih banyak daripada
jumlah proton, disebut juga kelebihan
elektron
Jawaban : D
Dapat menghitung
besar gaya listrik
3
Dua buah muatan listrik, masing-masing +Q
coulomb dan terpisah sejauh d, terjadi tolak-
menolak dengan gaya listrik sebesar F. Berapakah
besar gaya listrik jika jarak pisah antara kedua
muatan listrik menjadi 3d?
A.12
F
B.48
F
C.19
F
Sd AF ´=( d
d ´ )2
x F
¿( d3 d )
2
x F
¿( 13 )
2
x F
¿ 19
F
Jawaban : C
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 35
D.24
F
Dapat membedakan
konduktor dan isolator4
Dibawah ini merupakan bahan yang tergolong
konduktor, kecuali . . . . .
A. Aluminium
B. Karet
C. Perak
D. Air
Md A
Perak, aluminium adalah bahan
konduktor yang baik dan air
merupakan bahan konduktor yang
jelek. Sedangkan karet merupakan
bahan isolator.
Jawaban : B
Dapat membedakan
jenis muatan listrik
yang diperoleh dengan
mengosokkan dua
benda berbeda jenis
6 Benda-benda bermuatan listrik dibawah ini yang
tolak-menolak adalah . . . . .
A. Sisir dengan kaca
B. Plastik dengan sisir
C. Ebonit dengan kaca
D. Plastik dengan kaca
Md A
Plastik/ebonit digosokkan dengan kain
wol menghasilkan muatan listrik
negatif. Kaca digosokkan dengan kain
sutra menghasilkan muatan listrik
positif. Sisir digosokkan dengan
rambut menghasilkan muatan listrik
negatif.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 36
Jawaban : B
Dapat menghitung
besar gaya listrik7
Dua muatan listrik yang terpisah 1 meter saling
tolak dengan gaya 9 newton. Berapakah gaya tolak
tersebut jika kedua muatan terpisah sejauh 3 meter?
A. 3 N
B. 1 N
C. 2 N
D. 4 N
Sk A
F '=( dd ' )
2
x F
¿( d3 d )
2
x9 N
¿ 19
x 9 N
¿1 N
Jawaban : B
Dapat menunjukkan
bahwabenda dapat
bermuatan listrik
dengan cara induksi
8
Contoh peristiwa yang membuktikan bahwa suatu
benda dapat diberi muatan listrik dengan cara
induksi adalah tertariknya potongan-potongan
kertas pada . . . . .
A. Penggaris platik yang telah digosok kain wol
B. Kaca yang telah diolesi cat yang masih basah
Sd A
Jika benda yang terbuat dari plastik
digosokkan dengan kain wol akan
menghasilkan muatanlistrik negatif,
sehingga dapat menarik potongan-
potongan kertas yang memiliki muatan
listrik positif.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 37
C. Sisir platik yang diberi tegangan tinggi
D. Kayu yang telah digosok kain sustra
Jawaban : A
Dapat mengetahui
pengertian Elektroskop9
Elektroskop adalah sebuah alat yang digunakan
untuk . . . . .
A. Mengukur kuat arus listrik
B. Mengukur beda potensial listrik
C. Mendeteksi adanya muatan listrik pada suatu
benda
D. Memindahkan muatan listrik dari suatu benda
ke benda yang lainnya
Md A
Elektroskop adalah sebuah alat yang
digunakan untuk mengetahui apakah
benda bermuatan listrik atau tidak.
Jawaban : C
Dapat mengetahui
pengertian induksi
listrik
12
Yang dimaksud dengan induksi listrik adalah . . . . .
A. Pemberian muatan listrik pada suatu benda
netral
B. Pemisahan muatan positif dan muatan negative
pada sebuah benda karena didekati oleh benda
lain yang bermuatan
Md A Induksi listrik adalah pemisahan
muatan positif dan muatan negatif pada
sebuah benda yang semula netral
karena didekati benda lain yang
bermuatan.
Jawaban : B
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 38
C. Pengurangan muatan listrik pada sebuah benda
D. Penetralan sebuah benda yang bermuatan
listrik
Dapat menghitung arus
listrik10
Muatan listrik 2 coulomb mengalir melalui seutas
kawat pengantar selama 4 detik. Jadi, arus listrik
yang mengalir dalam kawat tersebut adalah . . . . .
A. 13
A
B. 15
A
C. 12
A
D. 34
A
Sd A
Diketahui :
Q=2C
t=4 s
I=…?
I=Qt
¿ 24=1
2A
Jawaban : C
Dapat menghitung beda
potesial listrik
11 Berapakah beda potensial listrik yang harus
diberikan pada ujung seutas kawat yang memiliki
hambatan 5 ohm agar arus 3 Ampere dapat
mengalir melalui kawat . . . . .
Sd A Diketahui :
R=5 o hm
I=3 A
V=…?
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 39
A. 10 volt
B. 11 volt
C. 15 volt
D. 13 volt
V=I x R
V=3 A x 5Ω
¿15 volt
Jawaban : C
Isolator dapat bersifat
sebagai konduktor2
Bahan isolator dapat berfungsi sebagai konduktor
bila . . . . .
A. Sedang memuai
B. Suhunya tinggi
C. Kuat arus kecil
D. Tegangannya tinggi
Md A
Isolator pada keadaan normal electron-
elektron terluar tidak bebas bergerak
karena diikat oleh gaya kuat sehingga
sukar mengalirkan arus electron. Tapi,
ketika diberi tegangan tinggi ini
mampu mengatasi gaya besar yang
mengikat elektron. Akibatnya,
electron-elektron terluar menjadi bebas
bergerak dan mampu mengalirkan arus
electron seperti halnya konduktor.
Jawaban :D
Dapat menghitung
besar daya listrik
20 Sebuah sekring dipasang pada tegangan 250 volt
menyebabkan arus mengalir 1 Ampere. Jadi, besar
daya listrik itu adalah . . . . .
A. 150 watt
Sd A Diketahui :
V=250 volt
I=1 A
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 40
B. 220 watt
C. 250 watt
D. 125 watt
P=…?
P=V . I
¿250 x1
¿250 watt
Jawaban : C
Dapat menghitung g
energi listrik14
Sebuah setrika listrik 100 watt, 125 volt dipasang
pada tegangan yang tepat selama 3 menit.
Berapakah banyak energi listrik yang
dipergunakan . . . . .
A. 17.000 J
B. 18.000 J
C. 28.000 J
D. 30.000 J
Sd A
Diketahui :
P=100 watt
V=125 volt
t=3menit
W =…?
W =P x t
¿100 watt x 180 s
¿18.000 J
Jawaban : B
Dapat menghitung
angka penggunaan
15
Dalam sebuah rumah terdapat 4 lampu 20 W, 2
lampu 40 W dan sebuah TV 80 W. setiap hari
Sk A Daya total alat-alat listrik,
P=4 x 20W +2 x 40 W +1 x 80W
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 41
energi listrik
dinyalakan 4 jam. Berapakah biaya yang harus
dibayarkan selama 1 bulan (30 hari), jika 1 kWh =
1000,-, dan biaya beban rumah tersebut adalah Rp
10.000,- . . . . .
A. Rp 18.000,-
B. Rp 19.360,-
C. Rp 17.500,-
D. Rp 20.000,-
¿80 W +80 W +80 W
¿240 W
1 bln=30 h r
t=30 x 4 jam
¿120 jam
Energy listrik yang digunakan adalah
W =P x t
¿ (240 W ) (120 jam )
¿( 2401000
kW ) (120 jam )
¿24 x 1,2 kW h
Ongkos penggunaan energi listrik
adalah
24 x 1,2 x Rp 10.000 /kW h
¿ Rp 9.360 ,−¿
Biaya total
¿ Rp 10.000+Rp 9.360
¿ Rp 19.360 ,−¿
Jawaban : B
Dapat membedakan 13 Disekitar lingkungan kita banyak menjumpai Sd A Karet dan plastik tidak dapat
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 42
benda-benda yang
dapat menghantar arus
listrik dengan benda-
benda yang tidak dapat
mengantar arus listrik
benda-benda:
(1) Plastik (4) Karet
(2) Air (5) Tembaga
(3) Besi
Benda-benda tersebut yang dapat menghantarkan
arus listrik adalah . . . . .
A. (1), (2), (3)
B. (1), (3), (5)
C. (2), (3), (5)
D. (4), (3), (5)
E.
menghantarkan arus listrik. Air, besi
dan tembaga dapat menghantarkan arus
listrik.
Jawaban :C
Dapat menghitung kuat
arus16
Ketika tanganmu dalam keadaan kering (hambatan
= 125.000 ohm) menyentuh kedua terminal aki 12
volt. Efek apa yang kamu rasakan?
A. 0,6 mA
B. 0,2 mA
C. 0,5 mA
D. 0,1 mA
Sd A
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 43
Diketahui :
R = 125.000 ohm
V = 12 volt
I =…?
I = V/R
= 12 volt/ 125.000 ohm
= 0,1 mA
Jawaban : D
Dapat menghitung
energi listrk17
Sebuah solder listrik yang bertegangan 120 volt
dilalui oleh arus 3 ampere. Energi kalor yang
timbul setelah solder itu dialiri arus listrik selama
10 detik adalah . . . . .
A. 3600 J
B. 4500 J
C. 5500 J
D. 3500 J
Sd A
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 44
Diketahui :
I = 3 Ampere
V = 120 V
t = 10 s
W =…?
W = VIt
= 120 v x 3 A x 10 s
= 3600 J
Jawaban : A
19
Perhatikan rangkaian listrik dibawah ini. Daya
listrik yang dihasilkan adalah . . . .
A. 160 watt
B. 180 watt
C. 190 watt
D. 110 watt
Sk A
18 Agus ingin mandi pagi dengan air hangat
menggunakan 80 liter air yang suhu awalnya10°C.
Ia memanaskan air ini sampai 30°Cdengan
menyalakan pemanas air 2 kW. Jadi lama waktu
yang harus Agus tunggu untuk mandi air hangat di
pagi hari adalah . . . . .
(kalor jenis air 4200 J kg- (°C)-1)
A. 50 menit
B. 53 menit
C. 56 menit
D. 60 menit
Sk A
Diketahui :
V =80 L = 80 dm3
Tetapkan :
Ρ = 1000 kg/m2 = 1 kg dm3
M = ρV
= (1 kg dm3)( 80 dm3)
= 80 kg
¿80 kg
Q = mc∆T
=(80 kg)(4200 J.kg-1(°C)-1)(30-10)°C
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 45
40 Ω
2
A
Diketahui :
I = 2 Ampere
V = 40 ohm
R =…?
P = I2R
= (2 A)2(40 ohm)
=160 ohm
Jawaban : A
¿6720000
P=2 kW =2000 W
W =Pt=2000 t joule
W =Q
2000 t=6720000
t=67202
=3360 s=336060
menit
¿56 menit
Jawaban : C
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 46
TK (Tingkat Kesukaran)
Md : Mudah
Sd : Sedang
Sk : Sukar
Bentuk Soal
A : Melengkapi pilihan ( 4 atau 5 pilihan )
B : Hubungan antar hal
C : Tinjauan kasus
D : Asosiasi, pilihan ganda ( pilihan ganda kompleks )
E : membaca diagram
KETERANGAN :
C1 : Ingatan
C2: Pemahaman
C3 : Penerapan
C4 : Analisis
C5 : Sintesis
C6 : Evaluasi
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 47
BAB V
ANALISIS DATA
1. ValiditasUntuk menghitung validitas item dibuat terlebih dahulu tabel persiapan sebagai berikut.
TABEL ANALISIS ITEM UNTUK PERHITUNGAN
VALIDITAS ITEM
No NamaItem soal
Xt Xt2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Alan Piterson 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 9 81
2 Anis Octavani 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 14 196
3 Ayub 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 10 100
4 Bryan Arianto 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 10 100
5 Evi Isnawati 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 9 81
6 Evi Soviani 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 10 100
7 Florence 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 10 100
8 Grace Novietrianita 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 12 144
9 Greschela 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 9 81
10 Helen Ishak 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 12 144
11 Hendry Yoel 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 9 81
12 Jumaiyati 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 12 144
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 48
13 M. Rangga Hardani 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 11 121
14 M. Saleh Ibrahim 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 10 100
15 Meri Christina 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 8 64
16 Meylina Age 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 8 64
17 Novi Yantinur 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 7 49
18 Ria Sulastri 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 8 64
19 Sabir 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 12 144
20 Simon Petrus 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 8 64
21 Sindi Maysarah 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 13 169
22 Susi Yanti Uwen 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 6 36
23 Ubang Marten 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6 36
24 Yeni Riska Sari 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 6 36
Np 13 11 2 9 8 6 4 23 12 12 16 12 14 10 24 4 18 5 9 17 229 2299
Np2 169 121 4 81 64 36 16 529 144 144 256 144 196 100 576 16 324 25 81 289
P 0,54 0,54 0,08 0,38 0,33 0,25 0,17 0,96 0,50 0,50 0,67 0,50 0,58 0,42 1,00 0,17 0,75 0,21 0,38 0,71
q 0,46 0,46 0,92 0,62 0,67 0,75 0,83 0,04 0,50 0,50 0,33 0,50 0,42 0,58 0,00 0,83 0,25 0,79 0,62 0,29
√ pq
1,08 1,08 0,29 0,78 0,70 0,58 0,45 4,90 1,00 1,00 1,42 1,00 1,38 0,72 0,00 0,20 1,73 1,73 0,78 1,56
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 49
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam uji validitas item untuk 20
butir soal diatas yaitu sebagai berikut :
Langkah 1
Mencari mean dari skor total, yaitu Mt dengan menggunakan rumus :
M t=∑ X t
N
Telah diketahui ΣXt = 229 dan N = 24. Jadi:
M t=22924
=9,54
Langkah 2
Mencari deviasi standar total, yaitu SDt dengan menggunakan rumus:
SDt=√∑ Xt2
N−(∑ X t
N )2
Telah diketahui: ΣXt2 = 2299, ΣXt = 306 dan N = 24 . Jadi:
SDt=√ 229924
−( 22924 )
2
=√95,79−91,04=√7.75=2,18
Langkah 3
Mencari Mp untuk butir item nomor 1 sampai dengan nomor 24, yang untuk
meringkas pembicaraan, dituangkan dalam tabel sebagai berikut:
No. item
Mp Hasil
1 (14+10+9+10+10+12+9+12+9+11+10+13+6)/13 10,38
2 (9+10+10+9+10+9+12+11+10+12+6)/11 9,82
3 (8+12)/2 10,00
4 (9+14+10+12+12+9+11+10+12)/9 11,00
5 (14+12+9+12+10+8+13+6)/8 10,50
6 (14+9+12+8+13+6)/6 10,33
7 (10+11+8+6)/4 8,75
8 (9+14+10+10+9+10+10+12+12+9+12+11+10+8+8+7+8+12+8+13+6+6+6)/23 9,57
9 (9+10+10+10+10+12+12+12+11+10+8+12)/12 10,50
10 (14+10+10+12+9+12+11+10+8+8+12+13)/12 10,75
11 (14+10+10+9+10+10+12+12+12+8+8+7+8+12+8+13)/16 10,19
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 50
12 (14+10+10+12+12+12+8+7+13+6+6+6)/12 9,67
13 (9+14+10+10+9+12+12+11+10+8+8+8+8+13)/14 10,14
14 (14+9+10+9+12+12+11+10+8+13)/10 10,80
15 (9+14+10+10+9+10+10+12+9+12+9+12+11+10+8+8+7+8+12+8+13+6+6+6)/24 9,54
16 (9+9+9+12)/4 9,75
17 (9+14+10+10+9+10+10+12+9+12+9+12+8+8+7+12+13+6)/18 10,00
18 (10+10+7+12+6)/5 9,00
19 (14+10+12+9+11+8+12+13+8)/9 10,78
20 (9+14+9+10+10+12+9+9+12+8+8+7+8+12+8+13+6)/17 9,65
Langkah 4
Mencari (menghitung) koefisien korelasi rpbi dari item soal nomor 1 sampai
dengan nomor 20, dengan menggunakan rumus:
r pbi=M p−M t
SD t √ pq
TABEL BANTU
UNTUK MENGHITUNG VALIDITAS ITEM
NOMOR 1 SAMPAI DENGAN 20
N0. Item ( M P−M t
SDt) √ p
qr pbi Keterangan
1 0,39 1.08 0,42 Valid
2 0,13 1,08 0,14 Invalid
3 0,21 0,92 0,19 Invalid
4 0,67 0,78 0,52 Valid
5 0,44 0,70 0,30 Valid
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 51
6 0,36 0,58 0,20 Invalid
7 -0,36 0,45 -0,16 Invalid
8 0,01 4,90 0,05 Invalid
9 0,44 1,00 0,44 Valid
10 0,55 1,00 0,55 Valid
11 0,30 1,42 0,43 Valid
12 0,06 1,00 0,06 Invalid
13 0,28 1,38 0,39 Valid
14 0,58 0,72 0,42 Valid
15 0,00 0,00 0,00 Invalid
16 0,10 0,20 0,02 Invalid
17 0,21 1,73 0.37 Valid
18 -2,25 0,52 -1,17 Invalid
19 0,57 0,78 0,44 Valid
20 0,05 1,46 0,07 Invalid
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 52
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 53
2. Reliabilitas
Dalam melakukan uji coba , penulis menggunakan pendekatan Single-Test-Single-Trial Method, sehingga dalam
menentukan reliabilitas tes kali ini, penulis akan menggunakan rumus K-R. 20
TABEL PERHITUNGAN MENCARI REABILITAS
TES DENGAN RUMUS K-R. 20
No NamaItem soal
Xt Xt2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Alan Piterson 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 9 81
2 Anis Octavani 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 14 196
3 Ayub 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 10 100
4 Bryan Arianto 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 10 100
5 Evi Isnawati 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 9 81
6 Evi Soviani 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 10 100
7 Florence 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 10 100
8 Grace Novietrianita 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 12 144
9 Greschela 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 9 81
10 Helen Ishak 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 12 144
11 Hendry Yoel 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 9 81
12 Jumaiyati 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 12 144
13 M. Rangga Hardani 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 11 121
14 M. Saleh Ibrahim 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 10 100
15 Meri Christina 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 8 64
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 54
16 Meylina Age 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 8 64
17 Novi Yantinur 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 7 49
18 Ria Sulastri 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 8 64
19 Sabir 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 12 144
20 Simon Petrus 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 8 64
21 Sindi Maysarah 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 13 13
22 Susi Yanti Uwen 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 6 36
23 Ubang Marten 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6 36
24 Yeni Riska Sari 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 6 36
Np 13 11 2 9 8 6 4 23 12 12 16 12 14 10 24 4 18 5 9 17 229 2299
P 0,54 0,54 0,08 0,38 0,33 0,25 0,17 0,96 0,50 0,50 0,67 0,50 0,58 0,42 1,00 0,17 0,75 0,21 0,38 0,71
Q 0,46 0,46 0,92 0,62 0,67 0,75 0,83 0,04 0,50 0,50 0,33 0,50 0,42 0,58 0,00 0,83 0,25 0,79 0,62 0,29p.q 0,25 0,25 0,07 0,23 0,22 0,19 0,14 0,04 0,25 0,25 0,22 0,25 0,24 0,24 0,00 0,14 0,19 0,17 0,24 0.21 3,79
Σp.q
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 55
Dalam menggunakan formula K-R. 20 ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
Langkah 1
Menentukan St2 dengan menggunakan rumus:
St2=
N ∑ Xt2−(∑ X t )
2
N 2
Telah diketahui: ΣXt2 = 2299 ; ΣXt = 229 ; N = 24. Jadi:
St2=
24 (2299 )−(229 )2
242 =55176−52441576
=2735576
=4,75
Langkah 2
Menentukan koefisien reliabilitas tes, yaitu r11 dengan menggunakan rumus:
r11=( nn−1 )( S
t2−∑ pq
St2 )
Telah diketahui: n = 15; St2 =3,81 ; Σpq = 2,93. Jadi:
r11=( 2020−1 )( 4,75−3,79
4,75 )=( 2019 )( 0,96
4,75 )=0,20
3. Derajat Kesukaran
Berikut akan disajikan data hasil perhitungan untuk analisa derajat
kesukaran dari tiap item tes yang diujikan. Untuk menganalisa derajat
kesukaran soal, pada dasarnya hanya dibutuhkan satu langkah. Hanya saja
langkah ini harus dilakukan sebanyak jumlah item yang diujikan.
Untuk menentukan derajat kesukaran, yaitu P digunakan rumus:
P= BJS
Dimana : B dan JS telah diketahui.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 56
Tabel Hasil Perhitungan Derajat Kesukaran
Untuk Item Nomor 1 Samapai Dengan Item Nomor 20
No.
itemB JS P= B
JSInterpretasi
1 13 24 0,54 Mudah
2 11 24 0,46 Sedang
3 2 24 0.08 Sukar
4 9 24 0,37 Sedang
5 8 24 0,33 Sedang
6 6 24 0,25 Sedang
7 4 24 0,17 Sukar
8 24 24 1,00 Mudah
9 12 24 0,50 Sedang
10 12 24 0,50 Sedang
11 16 24 0,67 Mudah
12 12 24 0,50 Sedang
13 14 24 0,58 Mudah
14 10 24 0,42 Sedang
15 24 24 1,00 Mudah
16 4 24 0,17 Sukar
17 18 24 0,75 Mudah
18 5 24 0,20 Sukar
19 9 24 0,37 Sedang
20 17 24 0,71 Mudah
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 57
4. Daya Pembeda
Untuk mengetahui daya pembeda tiap item, langkah-langkah yang perlu ditempuh yaitu sebagai berikut:
Langkah 1
Membagi (mengelompokkan) peserta tes yang jumlahnya 24 orang tersebut, menjadi dua kelompok yaitu 12 orang kelompok
atas dan 12 orang kelompok bawah.
KELOMPOK ATAS
No
Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 910
11 12 13 1415
16 17 18 19 20 Skor
1 Anis Octavani 1 O O 1 1 1 O 1 O 1 1 1 1 1 1 O 1 O 1 1 142 Sindi Maysarah 1 O O O 1 1 O 1 O 1 1 1 1 1 1 O 1 O 1 1 133 Grace Novietrianita 1 O O 1 1 O O 1 1 O 1 1 1 O 1 O 1 O 1 1 124 Helen Ishak 1 O O 1 1 1 O 1 1 1 1 1 O 1 1 O 1 O O O 125 Jumaiyati O 1 O O O O O 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 O O 1 126 Sabir O 1 1 1 O O O 1 1 1 1 O O O 1 O 1 1 1 1 127 M. Rangga Hardani 1 1 O 1 O O 1 1 1 1 O O 1 1 1 O O O 1 O 118 Ayub O 1 O 1 O O 1 1 1 O 1 1 1 O 1 O 1 O O O 109 Bryan Arianto 1 1 O O O O O 1 1 1 1 O 1 O 1 O 1 1 O O 1010 Evi Soviani 1 O O O O O O 1 1 O 1 1 O O 1 O 1 1 1 1 1011 Florence 1 1 O O O O O 1 1 1 1 O O 1 1 O 1 O O 1 1012 M. Saleh Ibrahim 1 1 O 1 1 O O 1 1 1 O O 1 1 1 O O O O O 10
9 7 1 7 5 3 2 12 10 9 10 7 8 7 1 1 10 3 6 7 136
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 58
2KELOMPOK BAWAH
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Skor
1 Alan Piterson O 1 O 1 O O O 1 1 O O O 1 O 1 1 1 O O 1 9
2 Evi Isnawati 1 1 O O O O O 1 O O 1 O 1 1 1 O 1 O O 1 9
3 Greschela 1 1 O O 1 1 O O O O O O O 1 1 1 1 O O 1 9
4 Hendry Yoel 1 O O 1 O O O 1 O 1 O O O O 1 1 1 O 1 1 9
5 Meri Christina O O O O O O O 1 O 1 1 1 1 O 1 O 1 O O 1 8
6 Meylina Age O O 1 O O O O 1 O O 1 O 1 1 1 O 1 O O 1 8
7 Ria Sulastri O O O O O O O 1 1 1 1 O 1 O 1 O O O 1 1 8
8 Simon Petrus O O O O 1 1 1 1 O O 1 O 1 O 1 O O O O 1 8
9 Novi Yantinur O O O O O O O 1 O O 1 1 O O 1 O 1 1 O 1 7
10 Susi Yanti Uwen O 1 O O O O O 1 O O O 1 O O 1 O O 1 1 O 6
11 Ubang Marten 1 O O O 1 1 O 1 O O O 1 O O 1 O O O O O 6
12 Yeni Riska Sari O O O O O O 1 1 O O O 1 O O 1 O 1 O O 1 6
4 4 1 2 3 3 2 11 2 3 6 5 6 3 12 3 8 2 3 8 93
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 59
Langkah 2
Mencari (menghitung) Indeks Diskriminasi untuk 20 item tes hasil belajar
tersebut di atas.
Nomor
ItemBA BB JA JB PA=
BA
J A
PB=BB
J B
D = PA -
PB
1 9 4 12 12 0,75 0,33 0,42
2 7 4 12 12 0,58 0,33 0,25
3 1 1 12 12 0,08 0,08 0,00
4 7 2 12 12 0,58 0,17 0,41
5 5 3 12 12 0,42 0,25 0,17
6 3 3 12 12 0,25 0,25 0,00
7 2 2 12 12 0,17 0,17 0,00
8 12 11 12 12 1,00 0,92 0,08
9 10 2 12 12 0,83 0,17 0,66
10 9 3 12 12 0,75 0,25 0,50
11 10 6 12 12 0,83 0,50 0,33
12 7 5 12 12 0,58 0,42 0,16
13 8 6 12 12 0,67 0,50 0,17
14 7 3 12 12 0,58 0,25 0,33
15 12 12 12 12 1,00 1,00 0,00
16 1 3 12 12 0,08 0,25 -0,17
17 10 8 12 12 0,83 0,67 0,16
18 3 2 12 12 0,25 0,17 0,08
19 6 3 12 12 0,50 0,25 0,25
20 7 8 12 12 0,58 0,67 -0.09
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 60
Langkah 3
Memberikan penafsiran (interpretasi) mengenai kualitas daya pembeda
item yang dimiliki 20 item tes tersebut :
Nomor
itemD Klasifikasi Interprestasi
1 0,42 Satisfactory Sedang
2 0,25 Satisfactory Sedang
3 0,00 Poor Jelek
4 0,41 Good Baik
5 0,17 Poor Jelek
6 0,00 Poor Jelek
7 0,00 Poor Jelek
8 0,08 Poor Jelek
9 0,66 Good Baik
10 0,50 Good Baik
11 0,33 Satisfactory Sedang
12 0,16 Poor Jelek
13 0,17 Poor Jelek
14 0,33 Satisfactory Sedang
15 0,00 Poor Jelek
16 -0,17 - Jelek Sekali
17 0,16 Poor Jelek
18 0,08 Poor Jelek
19 0,25 Satisfactory Sedang
20 -0.09 - Jelek Sekali
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 61
5. Fungsi Distraktor
Berikut ini analisis fungsi distraktor untuk item nomor 1 sampai dengan
item nomor 20.
No.
item
Pilihan JawabanKeterangan
A B C D
1 2 4 *13 5
*Kunci jawaban
2 4 4 5 *11
3 8 10 *2 4
4 3 *9 4 8
5 6 7 3 *8
6 6 *6 3 9
7 7 *4 6 7
8 *23 1 0 0
9 9 1 *12 2
10 1 6 *12 5
11 2 3 *16 3
12 8 *12 1 3
13 7 2 *14 1
14 3 *10 6 5
15 0 *24 0 0
16 8 5 7 *4
17 *18 1 1 4
18 5 5 *5 9
19 *9 12 0 3
20 0 6 *17 1
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 62
Dengan pola penyebaran jawaban item sebagaimana tergambar pada
tabel analisis di atas, maka dengan mudah diketahui, berapa persen peserta tes
yang telah terkecoh untuk memilih distraktor yang dipasangkan pada item
nomor 1 sampai dengan item nomor 20 yaitu:
a. Untuk item nomor 1, kunci jawabannya adalah C, sedangkan distraktornya
adalah A, B, dan D.
Pengecoh A dipilih oleh 2 orang berarti 2/24 × 100% = 8,33 %. (Tidak
berfungsi dengan baik)
Pengecoh B dipilih oleh 4 orang, berarti 4/24× 100% = 16,67 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh D dipilih oleh 5 orang, berarti 5/24 × 100% = 23,83 % (Telah
berfungsi dengan baik).
b. Untuk item nomor 2, kunci jawabannya adalah D, sedangkan distraktornya
adalah A, B dan C.
Pengecoh A dipilih oleh 4 orang, berarti 4/24 × 100% = 16,67 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh B dipilih oleh 4 orang, berarti 4/24 × 100% = 16,67 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh C dipilih oleh 5 orang, berarti 5/24 × 100% = 20,83 % (Telah
berfungsi dengan baik).
c. Untuk item nomor 3, kunci jawabannya adalah B, sedangkan distraktornya
adalah A, C, dan D.
Pengecoh A dipilih oleh 8 orang, berarti 8/24 × 100% = 33,33 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh C dipilih oleh 10 orang, berarti 10/24 × 100% = 41,67 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh D dipilih oleh 4 orang, berarti 4/24 × 100% = 16,67 % (Telah
berfungsi dengan baik).
d. Untuk item nomor 4, kunci jawabannya adalah B, sedangkan distraktornya
adalah A, C, dan D.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 63
Pengecoh A dipilih oleh 3 orang, berarti 3/24 × 100% = 12,50 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh C dipilih oleh 4 orang, berarti 4/24 × 100% = 16,67 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh D dipilih oleh 8 orang, berarti 8/24 × 100% = 33,33 % (Telah
berfungsi dengan baik).
e. Untuk item nomor 5, kunci jawabannya adalah D, sedangkan distraktornya
adalah A, B dan C.
Pengecoh A dipilih oleh 6 orang, berarti 6/24 × 100% = 25,00 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh B dipilih oleh 7 orang, berarti 7/24 × 100% = 29,17 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh C dipilih oleh 3 orang, berarti 3/24 × 100% = 12,50 % (Telah
berfungsi dengan baik).
f. Untuk item nomor 6, kunci jawabannya adalah B, sedangkan distraktornya
adalah A, C dan D.
Pengecoh A dipilih oleh 6 orang, berarti 6/24 × 100% = 25,00 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh C dipilih oleh 3 orang, berarti 3/24 × 100% = 12,50 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh D dipilih oleh 9 orang, berarti 9/24 × 100% = 37,50 % (Telah
berfungsi dengan baik).
g. Untuk item nomor 7, kunci jawabannya adalah B, sedangkan distraktornya
adalah A, C, dan D.
Pengecoh A dipilih oleh 7 orang, berarti 7/24 × 100% = 29,17 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh C dipilih oleh 6 orang, berarti 6/24 × 100% = 25,00 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh D dipilih oleh 7 orang, berarti 7/24 × 100% = 29,17 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 64
h. Untuk item nomor 8, kunci jawabannya adalah A, sedangkan distraktornya
adalah B, C, dan D.
Pengecoh B dipilih oleh 1 orang, berarti 1/24 × 100% = 4,,17 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
Pengecoh C dipilih oleh 0 orang, berarti 0/24 × 100% = 0,00 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
Pengecoh D dipilih oleh 0 orang, berarti 0/24 × 100% = 0,00 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
i. Untuk item nomor 9, kunci jawabannya adalah C, sedangkan distraktornya
adalah A, B, dan D.
Pengecoh A dipilih oleh 9 orang, berarti 9/24 × 100% = 37,50 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh B dipilih oleh 1 orang, berarti 1/24 × 100% = 4,17 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
Pengecoh D dipilih oleh 2 orang, berarti 2/24 × 100% = 8,33 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
j. Untuk item nomor 10 kunci jawabannya adalah C, sedangkan
distraktornya adalah A, B, dan D.
Pengecoh A dipilih oleh 1 orang, berarti 1/24 × 100% = 4,17 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
Pengecoh B dipilih oleh 6 orang, berarti 6/24 × 100% = 25,00 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh D dipilih oleh 5 orang, berarti 5/24 × 100% = 20,83 % (Telah
berfungsi dengan baik).
k. Untuk item nomor 11, kunci jawabannya adalah C, sedangkan
distraktornya adalah A, B dan C.
Pengecoh A dipilih oleh 2 orang, berarti 2/24 × 100% = 8,33 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
Pengecoh B dipilih oleh 3 orang, berarti 3/24 × 100% = 12,50 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 65
Pengecoh D dipilih oleh 3 orang, berarti 3/24 × 100% = 13,50 % (Telah
berfungsi dengan baik).
l. Untuk item nomor 12, kunci jawabannya adalah B, sedangkan
distraktornya adalah A, C, dan D.
Pengecoh A dipilih oleh 8 orang, berarti 8/24 × 100% = 33,33 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh C dipilih oleh 1 orang, berarti 1/24 × 100% = 4,17 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
Pengecoh D dipilih oleh 3 orang, berarti 3/24 × 100% = 12,50 % (Telah
berfungsi dengan baik).
m. Untuk item nomor 13, kunci jawabannya adalah C, sedangkan
distraktornya adalah A, B, dan D.
Pengecoh A dipilih oleh 7 orang, berarti 7/24 × 100% = 29,17 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh B dipilih oleh 2 orang, berarti 2/24 × 100% = 8,33 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
Pengecoh D dipilih oleh 1 orang, berarti 1/24 × 100% = 4,17 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
n. Untuk item nomor 14, kunci jawabannya adalah B, sedangkan
distraktornya adalah A, C, dan D.
Pengecoh A dipilih oleh 3 orang, berarti 3/24 × 100% = 12,50 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh C dipilih oleh 6 orang, berarti 6/24 × 100% = 25,00 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh D dipilih oleh 5 orang, berarti 5/24 × 100% = 20,83 % (Telah
berfungsi dengan baik).
o. Untuk item nomor 15, kunci jawabannya adalah B, sedangkan
distraktornya adalah A, B, dan D.
Pengecoh A dipilih oleh 0 orang, berarti 0/37 × 100% = 0,00 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 66
Pengecoh C dipilih oleh 0 orang, berarti 0/37 × 100% = 0,00 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
Pengecoh D dipilih oleh 0 orang, berarti 0/37 × 100% = 0,00 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
p. Untuk item nomor 16, kunci jawabannya adalah D, sedangkan
distraktornya adalah A, B dan C.
Pengecoh A dipilih oleh 8 orang, berarti 8/24 × 100% = 33,33 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh B dipilih oleh 5 orang, berarti 5/24 × 100% = 20,83 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh C dipilih oleh 7 orang, berarti 7/24 × 100% = 29,17 % (Telah
berfungsi dengan baik).
q. Untuk item nomor 17, kunci jawabannya adalah A, sedangkan
distraktornya adalah A, C, dan D.
Pengecoh B dipilih oleh 1 orang, berarti 8/24 × 100% = 33,33 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh C dipilih oleh 1 orang, berarti 1/24 × 100% = 4,17 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
Pengecoh D dipilih oleh 4 orang, berarti 3/24 × 100% = 12,50 % (Telah
berfungsi dengan baik).
r. Untuk item nomor 18, kunci jawabannya adalah C, sedangkan
distraktornya adalah A, B, dan D.
Pengecoh A dipilih oleh 5 orang, berarti 5/24 × 100% = 20,83 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh B dipilih oleh 5 orang, berarti 5/24 × 100% = 20,83 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh D dipilih oleh 9 orang, berarti 9/24 × 100% = 37,50 % (Telah
berfungsi dengan baik).
s. Untuk item nomor 19, kunci jawabannya adalah A, sedangkan
distraktornya adalah B, C, dan D.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 67
Pengecoh B dipilih oleh 12 orang, berarti 12/24 × 100% = 50,00 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh C dipilih oleh 0 orang, berarti 0/24 × 100% = 0,00 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
Pengecoh D dipilih oleh 3 orang, berarti 3/24 × 100% = 12,50 % (Telah
berfungsi dengan baik).
t. Untuk item nomor 20, kunci jawabannya adalah C, sedangkan
distraktornya adalah A, C, dan D.
Pengecoh A dipilih oleh 0 orang, berarti 0/37 × 100% = 0,00 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
Pengecoh B dipilih oleh 6 orang, berarti 6/37 × 100% = 25,00 % (Telah
berfungsi dengan baik).
Pengecoh D dipilih oleh 1 orang, berarti 1/37 × 100% = 4,17 % (Tidak
berfungsi dengan baik).
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 68
BAB VI
PEMBAHASAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dengan cara melakukan observsi ke SMP Negeri 30
Samarinda. Penulis mahasiswa diharapkan bisa memperoleh data dan informasi yang
berguna, untuk dapat melaporkan sudah sejauh mana tingkat perkembangan akademis
siswa yang ditinjau dari segi kognitif saja, tanpa segi afektif maupun psikomotorik,
karena observasi ini hanya melakukan uji coba soal hasil pembelajaran Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan SMP, dimana soal yang diujikan hanya mengandung jenjang
kognitif saja.
Setelah melakukan uji coba soal, mahasiswa dituntut untuk dapat melakukan
analisa dari data yang telah diperoleh kemudian memberikan penilaian terhadap hasil
pembelajaran siswa. Analisis yang dilakukan meliputi pencarian nilai validitas item,
reliabilitas tes objektif, derajat kesukaran tiap item soal, daya pembeda (indeks
diskriminasi) item soal, serta fungsi distraktor. Dari perhitungan yang dilakukan
mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana kualitas soal-soal yang diujicobakan dan
tingkat akademis siswa dalam kelas tersebut.
Pada penentuan validitas item soal dengan taraf signifikansi 5%, ternyata jumlah
item yang valid lebih sedikit daripada item yang invalid, yaitu 10 item valid dan 20 item
invalid. Hal ini mengindikasikan bahwa bisa dikatakan jika validitas tes hasil belajar itu
sendiri rendah karena butir item dengan tes hasil belajar memiliki hubungan yang erat.
Eratnya hubungan antara keduanya kiranya dapat dipahami dari kenyataan, bahwa
semakin banyak butir-butir item yang dapat dijawab dengan benar oleh peserta tes, maka
skor total hasil tes tersebut akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin sedikit butir-butir
item yang dapat dijawab dengan benar oleh peserta tes, maka skor total hasil tes itu akan
semakin rendah. Pernyataan tersebut merupakan petunjuk bahwa semakin besar
“dukungan” yang diberikan oleh butir-butir item (sebagai bagian tak terpisahkan dari tes)
terhadap tes hasil belajar (sebagai suatu totalitas), maka tes tersebut akan semakin dapat
menunjukkan “kemantapannya”. Sebaliknya, semakin kecil “dukungan” yang diberikan
oleh masing-masing butir item terhadap tes sebagai suatu totalitas, maka tes menjadi
“kurang mantap”. Apabila pernyataan tersebut kita kaitkan dengan validitas item yang
sedang kita bicarakan, maka dapat dipahami bahwa sebenarnya validitas tes itu akan
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 69
sangat dipengaruhi oleh, atau sangat bergantung pada validitas yang dimiliki oleh
masing-masing butir item yang membangun tes tersebut. Makna yang terkandung dalam
pernyataan itu lebih lanjut adalah, bahwa validitas dari masing-masing butir item yang
membangun tes itu, akan dapat diketahui dengan jalan melihat besar kecilnya dukungan
yang diberikan oleh masing-masing butir item yang bersangkutan terhadap tes sebagai
keseluruhan.
Dalam melakukan analisa terhadap reliabilitas tes bentuk objektif, digunakan
pendekatan single test-single trial karena tes dilakukan sebanyak satu kali dengan soal
yang sama. Dalam penentuan nilai koefisien reliabilitas tes digunakan satu cara, yaitu
dengan menggunakan formula K-R20 dengan cara ini diperoleh koefisien reliabilitasnya
dengan nilai r11=0,20. Berdasarkan formula K-R20, maka reliabilitas tes ini memiliki
taraf yang rendah.
Dalam melakukan analisis terhadap derajat kesukaran item soal, ternyata
didapatkan hasil bahwa terdapat 7 soal mudah (35 %), 9 soal sedang (50 %) dan 4 soal
sukar (15 %). Hal ini sesuai dengan ekspektasi penulis dimana penulis telah menyusun
soal dengan penyebaran 35 % soal mudah, 50 % soal sedang dan 15 % soal sukar. Tetapi,
yang menjadi maslahnya bahwa ternyata soal-soal yang mungkin menurut penulis mudah
dikerjakan ternyata sebaliknya bagi siswa. Sehingga, letak penetapatan memudahan dan
kesukaran soal-soal yang disusun oleh penulis menjadi berbeda dengan hasil dari analisis
data yang telah diperoleh.
Sedangkan dalam melakukan analisis terhadap daya pembeda, didapatkan hasil
10 soal yang daya pembedanya rendah (poor), 5 soal yang daya pembedanya cukup
(satisfactory) dan terdapat 3 soal yang memiliki daya pembeda baik (good) dan tidak ada
soal yang memiliki daya pembeda yang sangat baik (Excellent).
Hal – hal penyebab dari tidak validnya (invalid) data hasil perhitungan
kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Penulis kurang berpengalaman dalam proses pembuatan soal-soal.
2. Kurang tepatnya dalam penggunaan kalimat pada soal-soal yang diujikan
sehingga menyebabkan siswa salah penertian/bingung dalam menjawab soal
yang diujikan.
3. Siswa kurang memahami materi yang akan diujikan
4. Kurangnya daya serap siswa pada saat proses pembelajaran sehigga pada saat
dilaksanakan Uji Coba Soal, siswa kurang mampu.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 70
Penulis menyadari bahwa soal-soal yang diujikan belum memenuhi kriteria soal
yang baik dan kurangnya pengalaman dan kemampuan penulis dalam membuat soal,
sehingga hasil yang diperoleh tidak memenuhi kriteria seperti yang diinginkan.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 71
BAB VII
PENUTUP
A. KesimpulanBerdasarkan observasi yang telah dilakukan dan analisis terhadap data
yang diperoleh, maka dapat diketahui kualitas dari soal-soal tersebut bahwa
soal-soal yang diujikan belum memenuhi kriteria soal yang baik. Adapun
hasil dari analisa data meliputi validitas item, reliabilitas tes, derajat
kesukaran, daya pembeda item dan fungsi distraktor adalah :
No.
item
Validitas
item
Reabilitas
item
Derajat
Kesukaran
Daya
Pembeda
Fungsi
Distraktor
1 Valid RendahMudah
Sedang Baik
2 Invalid Rendah Sedang Sedang Baik
3 Invalid Rendah Sukar Jelek Baik
4 Valid Rendah Sedang Baik Baik
5 Valid Rendah Sedang Jelek Baik
6 Invalid Rendah Sedang Jelek Baik
7 Invalid Rendah Sukar Jelek Baik
8 Invalid Rendah Mudah Jelek Tidak baik
9 Valid Rendah Sedang Baik Tidak baik
10 Valid Rendah Sedang Baik Tidak baik
11 Valid Rendah Mudah Sedang Baik
12 Invalid Rendah Sedang Jelek Baik
13 Valid Rendah Mudah Jelek Baik
14 Valid Rendah Sedang Sedang Baik
15 Invalid Rendah Mudah Jelek Tidak baik
16 Invalid Rendah SukarJelek sekali
Baik
17 Valid Rendah Mudah Jelek Baik
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 72
18 Invalid Rendah Sukar Jelek Baik
19 Valid Rendah Sedang Sedang Baik
20 Invalid Rendah MudahJelek sekali
Tidak baik
B. Saran
Sebaiknya penulis lebih memperhatikan cara penyusunan soal yang
baik dan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, agar kriteria soal menjadi
lebih baik.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 73
REFERENSI
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara.
Jakarta.
Sudijono, Anas. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Thoha, Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
M.Sc, Prof. DR. Sudjana, M.A. 2005. Metode Statistika .Tarsito. Bandung.
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Penilaian Hasil Belajar Fisika Page 75