penelitian ispa.docx

Upload: rebekah-harris

Post on 09-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi dan kurang gizi masih termasuk penyebab kematian balita(bayi di bawah lima tahun) di Indonesia. Angka Kematian Bayi (AKB) saat ini masih dirasa tinggi: 52 per 1.000 kelahiran hidup dalam setahun. Jika dibandingkan 1970 yang mencapai AKB 145, angka 52 itu jelas menurun jauh.Maklum, penurunan itu didapat berkat program imunisasi dari pemerintah kepada balita secara gratis di Puskesmas sejak 1977. Program imunisasi meliputi BCG(antituberkulosis), tetanus, polio, campak, dipteri (anti infeksi saluran pernapasan), pertusis (antibatuk rejan), dan hepatitis B, serta didukung pemberian gizi cukup, seperti air susu ibu, makanan bervitamin dan buah-buahan.ISPA sendiri sempat dijuluki sebagai pembunuh utama kematian bayi serta balita di Indonesia. Tentu saja hal itu merujuk pada hasil Konferensi Internasional mengenai ISPA di Canberra, Australia, pada Juli 1997, yang menemukan empat juta bayi dan balita di negara-negara berkembang meninggal tiap tahun akibat ISPA. Pada akhir 2000, diperkirakan kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama ISPA, di Indonesia mencapai lima kasus di antara 1.000 bayi/balita. Artinya, pneumonia mengakibatkan 150 ribu bayi atau balita meninggal tiap tahunnya, atau 12.500 korban per bulan, atau 416 kasus sehari, atau 17 anak per jam, atau seorang bayi tiap lima menit.Pada 1995, hasil survei kesehatan rumah tangga melaporkan, proporsi kematian bayi akibat penyakit sistem pernapasan mencapai 32,1 persen, sementara pada balita 38,8 persen. Dari fakta itulah, kemudian pemerintah Indonesia menargetkan penurunan kematian akibat pneumonia balita sampai 33 persen pada 1994-1999, sesuai kesepakatan Declaration of the World Summit for Children pada 30 September 1999 di New York, AS. Sementara itu, berdasarkan Program Pembangunan Nasional (Propenas) bidang kesehatan, angka kematian lima per seribu, pada 2000 akan diturunkan menjadi tiga per seribu pada akhir 2005.

1

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang ada pada latar belakang bahwa ISPA adalah pembunuh nomor satu kematian pada balita, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan dan sikap ibu terhadap penyakit ISPA pada balita di Puskesmas Cibeber Tahun 2009.

C. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai balita yang dilihat dari aspek pengetahuan dan sikap ibu-ibu terhadap penyakit ISPA pada balita di Puskesmas Cibeber Tahun 2009.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu terhadap penyakit ISPA pada balita di Puskesmas Cibeber tahun 2009

2. Tujuan Khusus a. Untuk memperoleh gambaran pengetahuan ibu dalam upaya pencegahan penyakit ISPA pada balita. b. Untuk memperoleh gambaran sikap ibu dalam upaya pencegahan penyakit ISPA pada balita.E. Manfaat Penelitian

1. Untuk ibu Memberikan informasi kepada ibu agar dapat melakukan pencegahan terhadap penyakit ISPA pada balita.

2. Untuk Puskesmas ................... Sebagai bahan masukan atau informasi untuk mengambil langkah kebijakan di masa mendatang untuk penatalaksanaan penyakit ISPA diharapkan adanyakerjasama yang baik dari petugas kesehatan masyarakat sehingga penyakit ISPA tidak lagi menjadi masalah kesehatan di Puskesmas Cibeber

3. Untuk Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan perpustakaan.

4. Untuk Peneliti Sebagai pengalaman nyata bagi penulis dalam proses penelitian penyakit ISPA pada balita.

BAB II IDENTIFIKASI

A. Identifikasi masalah

Pola penyakit terbanyak di puskesmas cibeber pada kelompok umur 0-1 tahun masih di dominasi oleh penyakit ISPA terbesar, Diare, dan penyakit kulit.

Adapun penyakit yang mendominasi umur di bawah 5 tahun terbesar adalah sebagai berikut :1. ISPA 2. Diare 3. Penyakit kulit infeksi 4. Penyakit kulit alergi

STabel data Penyakit Menurut Semua Umur di Puskesmas Cibeber No Nama Penyakit Jumlah Kasus1.ISPA 3.8012Diare 5873Penyakit kulit alergi 7534Penyakit pulpa dan perifikasi2275Pneumonia 1066Penyakit gusi dan jaringan periodenta 837Penyakit pada telinga618Cacar air 479Sampah 2710Conjungtivitis 128

B.

BAB IIIPEMBAHASAN

A. Infeksi Saliran Pernafasan Akut

1. Pengertian

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI) mempunyai pengertian sebagai berikut:

-Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. -Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).-Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

2. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:-Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing). - Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat. - Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

-Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih. -Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu : - Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta). -Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 - 12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 - 4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.-Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat. (Nursalam, 2002).

3. Penyebab ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus,Pnemokokus, Hemofilus, Bordetella dan Korinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus,Mikoplasma, Herpesvirus.

4. Tanda-tanda ISPA

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris. a.Tanda-tanda klinis -Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.-Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest. -Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma. -Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak. b. Tanda-tanda laboratoris -Hypoxemia, -Hypercapnia dan. -Acydosis (metabolik dan atau respiratorik).

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin.

5. Penyebaran ISPA a. Tertular dengan penderita batuk b. Kontak langsung dengan penderita c. Imunisasi yang tidak lengkap d. Menghirup asap atau debu secara berulang-ulang e. Kondisi kurang gizi serta pemberian ASI yang tidak memadai f. Tinggal di lingkungan yang tidak sehat (Depkes, 2007).

6. Faktor resiko

Secara umum terdapat 3 (tiga) faktor resiko terjadinya ISPA yaitu factor lingkungan, faktor indifidu anak serta faktor perilaku. a. Faktor lingkungan -Pencemaran udara dalam rumah Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk merusak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan balita bermain. Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara ISPA dan polusi udara, diantaranya ada peningkatan resiko bronchitis, pneumonia pada anak-anak yang tinggal di daerah lebih terpolusi, dimana efek ini terjadi pada kelompok umur 9 bulan dan 6 - 10 tahun.

-Kepadatan hunian rumah Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam rumah. Penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara kepadatan dan kematian dari bronkoppneumonia pada bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi udara, tingkat sosial dan pendidikan memberi korelasi yang tinggi pada faktor ini. b. Faktor individu anak -Umur anak Sejumlah studi yang besar menunjukkan bahwa insiden penyakit pernafasan oleh virus melonjak pada bayi dan usia dini anak-anak dan tetap menurun terhadap usia. Insiden ISPA tertinggi pada umur 6 - 12 bula

Berat badan lahir Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental pada masa balita. Bayi dengan berat badan rendah (BBLR) mempunyai resiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal, terutama pneumonia dan sakit saluran pernafasan lainnya. - Status gizi Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi,balita lebih mudah terserang ISPA berat bahkan serangan lebih lama. - Vitamin A Pemberian vitamin A yang di lakukan bersamaan dengan imunisasi kan menyebabkan peningkatan antibody yang spesifikdan tampknya tetap berada dalam nilai yang cukup tinggi. Bila antibody yang ditujukan terhadap bibit penyakit dan bukan sekedar antigen asing yang tidak berbahaya, maka dapat diharapkan adanya perlindungan terhadap bibit penyakit yang bersangkutan untuk jangka waktu yang tidak terlalu singkat.

Status imunisasi Bayi dan balita yang pernah terserang campak dan selamat akan mendapatkan kekebalan alami terhadap pneumonia sebagai komplikasi campak. Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri, pertusis, campak, maka peningkatan cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberantasan ISPA.

c. Faktor perilaku Faktor perilaku dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA pada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek penanganan ISPA di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga lainnya. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang berkumpul yang tinggal dalam suatu rumah tangga, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya. Keluarga perlu mengetahui serta mengamati tanda keluhan dini pneumonia dan kapan mencari pertolongan serta rujukan pada sistem pelayanan kesehatan agar penyakit balita tidak menjadi lebih berat. 7. Pencegahan ISPA a. Jauhkan balita dari penderita batuk b. Berikan ASI pada bayi atau anak berusia 0 - 2 tahun c. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik d. Lakukan imunisasi lengkap e. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA f. Jauhkan balita dari asap, debu, serta bahan-bahan lain yang mengganggu pernafasang. Membersihkan lingkungan rumah terutama ruangan tempat tinggal balita serta usahakan ruangan memiliki udara bersih dan ventilasi cukup. (Depkes RI, 2007).

B. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan (Knowledge) adalah merupakan hasil "tahu" dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap satu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui banca indera manusia yatu indra penglihatan, pendengaran dan penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuk tindakan seseorang (over behavior). 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan, tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu "tahu" ini adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat diinterprestasikan materi tersebut secara benar, orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkah dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakann materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain, misalnya dapat merumuskan statistik dalam perhitungan hasil penelitian dapat menggunakan prinsip- prinsip siklus pencegahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan d an sebagainya.

5. Sintesis (Syntesis) Sistesis merupakan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun dan merencanakan, dapat diringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak- anak yang kurang gizi dan sebagainya.C. Sikap Sikap adalah respon tertutup seseorang stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2003) 1. Menerima (Receiving) Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai (Valuing) Bertanggung orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab (Responden) Bertanggung jawab atas segala segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian menggunakan hubungan variabel independen dengan variabel independen sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003) :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

ISPA pada balita

Sikap