penerapan metode problem based learning (pbl ......adanya pengembangan suatu media dan metode...

28
i PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MEMANFAATKAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO TUTORIAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR TIK SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 SURUH SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Peneliti: Yopentius Herlianus (702010125) Krismiyati, S. Pd., M.A. George, J.L. Nikijuluw, S. Pd. Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen SatyaWacana Salatiga Juni 2015

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

i

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

MEMANFAATKAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO

TUTORIAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN

DAN HASIL BELAJAR TIK SISWA KELAS XII

SMA NEGERI 1 SURUH SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Peneliti:

Yopentius Herlianus (702010125)

Krismiyati, S. Pd., M.A.

George, J.L. Nikijuluw, S. Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen SatyaWacana

Salatiga

Juni 2015

Page 2: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar
Page 3: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

ii

Page 4: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

iii

Page 5: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

iv

Page 6: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

v

Page 7: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

vi

Page 8: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

vii

Page 9: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

viii

Page 10: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

1

Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL) Memanfaatkan Media

Pembelajaran Video Tutorial Untuk Meningkatkan Keaktifan

dan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas XII

SMA Negeri 1 Suruh Semester I

Tahun Pelajaran 2014/2015

1)

Yopentius Herlianus, 2)

Krismiyati, 3)

George. J.L. Nikijuluw

Program Studi pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen SatyaWacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email: 1)

[email protected], 2)

[email protected], 3)

[email protected]

Abstract

The purpose of this study is improve the student learning activity and

student learning outcomes using Problem Based Learning method in ICT subject.

This study used classroom action research, which in every cycle has four stages:

plan, act, observe and reflect. The research instruments used are test,

observation, dan documentary studies. The population in this study are students of

grade XII at SMA N 1 in Suruh, and the sample used in this study are grade XII

IPS 1 with a total sample 23 students. The results showed the used of Problem

Based Learning methods can improve percentage the student learning activity and

students learning outcomes in ICT subject. This is proven by an increase of

student learning activity and increase the students learning outcomes in each

cycle.

Keywords: peer tutoring method, video tutorials, student activity, students

learning outcomes

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

siswa menggunakan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran TIK.

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK),

dimana pada setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi. Instrumen yang digunakan berupa tes,

observasi dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII

SMA N 1 Suruh, dan sampel yang digunakan adalah kelas XII IPS 1 dengan total

sampel 23 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode

Problem Based Learning dapat meningkatkan persentase keaktifan belajar siswa

serta hasil belajar siswa pada setiap siklus.

Kata Kunci : Metode Problem Based Learning, Video Tutorial, Keaktifan Siswa,

Hasil Belajar. 1)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan

Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 2)

Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 3)

Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Page 11: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

2

1. Pendahuluan

Penyampaian materi TIK, siswa tidak hanya dituntut untuk dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif dan sistematis,

tetapi juga dituntut untuk mampu memahami konsep materi dalam kaitannya

dengan kehidupan sehari-hari, agar mereka memiliki kemampuan memecahkan

setiap permasalahan yang dihadapi secara aktif dan cepat tanggap. Untuk dapat

membentuk karakter siswa yang demikian diperlukan pula kreativitas guru yang

bervariasi dalam menyampaikan materi yang akan disampaikan kepada siswa.

Guru harus berani mencobakan metode-metode serta strategi-strategi baru yang

dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar serta hasil belajar siswa.

Metode penyampaian materi TIK yang sering dilakukan oleh sebagain besar guru

tidak lain dengan menggunakan ceramah, atau pembelajaran konvensional

Hasil observasi di SMA Negeri 1 Suruh kelas XII semester I menunjukan

bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa rendah, Banyak siswa yang nilainya di

bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) terdapat 64% atau 16 siswa yang tidak

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan terdapat 36% atau 9 siswa

yang telah mencapai KKM dari jumlah total 25 siswa, dimana nilai KKM adalah

75. Hal ini disebabkan kurang tepatnya strategi belajar yang diterapkan guru

dalam pembelajaran. Rendahnya keaktifan belajar siswa secara jelas terlihat

selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Tidak banyak siswa yang

menanggapi pernyataan maupun pertanyaan dari guru, tidak banyak pula siswa

yang berani mengemukakan gagasan mereka ketika guru menyampaikan materi,

banyak siswa yang sibuk sendiri dan kurang memperhatikan saat pelajaran

berlangsung. Sehingga materi pelajaran tidak dapat diserap oleh siswa. Ketidak

aktifan siswa diantaranya disebabkan selama pembelajaran siswa tidak terlibat

langsung baik fisik, mental, dan emosi. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu

adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk

membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar siswa dapat lebih

aktif dan mampu memahami dengan baik setiap materi yang diberikan.

Melihat permasalahan tersebut, maka diperlukan salah satu metode dan

memanfaatkan media yang diharapkan dapat meningkatkan kaektifan dan hasil

belajar siswa dalam belajar serta mutu dari kegiatan pembelajaran yang akan

berpengaruh baik terhadap hasil yang diperoleh. Metode pembelajaran yang

dilakukan adalah dengan menggunakan metode Problem Based Learning

memanfaatkan media pembelajaran video tutorial. Problem Based Learning

merupakan metode belajar menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam

mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru [1]. Metode ini juga

berfokus pada keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. siswa tidak lagi

diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode pembelajaran

konvensional. Video tutorial adalah susunan gambar yang hidup dan ditayangkan

oleh pengajar yang berisi materi pembelajaran untuk membantu memahami suatu

materi pembelajaran untuk membantu memahami suatu materi pembelajaran

sebagai suatu pengajaran tambahan kepada siswa [2].

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan uji coba

pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan

Penerapan metode Problem Based Learning memanfaakan Video Tutorial untuk

Page 12: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

3

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK,

khususnya dalam materi ajar Photoshop di kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Suruh

Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Tinjauan Pustaka

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Astuti [3], menunjukan

bahwa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII semester II SMP Negeri 5 Semarang

pokok bahasan bangun ruang sisi datar Tahun Pelajaran 2006/2007. Penelitian ini

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktifitas siswa selama pemebelajaran

mengalami peningkatan setiap siklusnya. Simpulan dari penelitian ini adalah

model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa,

dengan model pembelelajarn berbasis masalah aktivitas siswa dalam pembelajaran

mengalami peningkatan. Kelebihan dalam penelitian ini setiap siklus selalu

mengalami peingkatan. Kelemahannya adalah membutuhkan waktu penelitian

yang relatif lama. Berdasarkan kelemahan diatas penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian. Berdasarkan perbedaan

dalam penelitian di atas metode yang digunakan sama perbedaan hanya untuk

mengukur hasil belajar siswa tetapi juga untuk mengukur aktivitas belajar siswa

dan tidak terdapat media yang di gunakan dalam penelitian.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari [4], dengan melalui Problem

Based Learning berbantuan CD Interaktif dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran matematika pada siswa kelas IVB SDN Wates 01 Semarang.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari 2

pertemuan. Masing-masing pertemuan terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar ranah kognitif siswa

mengalami peningkatan dari siklus I sampai Siklus II mengalami peningkatan

dikategorikan sangat baik. Simpulan dari penelitian ini adalah melalui penerapan

Problem Based Learning berbantuan CD Interaktif dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran matematika di kelas IV Sekolah Dasar. Berdasarkan perbedaan

dalam penelitian diatas metode yang digunakan sama perbedaan hanya untuk

mengukur kualitas belajar siswa tetapi tidak untuk mengukur aktivitas dan hasil

belajar siswa dan hanya menggunakan media melalui CD interaktif.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yuliastutik [5], hasil

penelitian menunjukkan Penerapan model pembelajaran problem based learning

dengan media Video Compact Disk (VCD) dalam upaya meningkatkan

kemampuan berpikir kritis pada mata kuliah kebutuhan dasar manusia II dapat

meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dan dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis mahasiswa. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penerapan

model pembelajaran problem based learning dengan media Video Compact Disk

(VCD) dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis

mahasiswa, sehingga model pembelajaran ini dapat dijadikan alternatif pilihan

pada strategi pembelajaran materi kebutuhan dasar manusia. Berdasarkan

perbedaan dalam penelitian diatas persamaan menggunakan metode dan

menggunakan media Video yang sama. Perbedaan hanya untuk mengukur

Page 13: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

4

kemampuan berpikir kritis belajar siswa tetapi juga untuk mengukur aktivitas dan

hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari beberapa penelitian yang

dilakukan diatas, maka dapat digunakan sebagai acuan oleh peneliti dalam

melaksanakan kegiatan penelitian “Penerapan Metode Problem Based Learning

(PBL) Memanfaatkan Media Pembelajaran Video Tutorial Untuk Meningkatkan

Keaktifan dan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Suruh semester

1 Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Metode adalah cara yang harus dilakukan sesuatu atau prosedur yang

digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas,

sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan [6].

Metode Problem based learning (PBL) “problem based learning is a curriculum

development and instructional method that places the student in an active role as

a problem-solver confronted with ill-structured, real-life problem”.

Pengembangan kurikulum pembelajaran dimana siswa ditempatkan dalam posisi

yang memiliki peranan aktif dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang

mereka hadapi. Artinya bahwa metode problem based learning menuntut adanya

peran aktif siswa agar dapat mencapai pada penyelesaian masalah yang

diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran [7]. Problem Based Learning

(PBL) juga merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai

langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.

Metode ini juga berfokus pada keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

siswa tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode

pembelajaran konvensional. Dengan metode ini, diharapkan siswa dapat

mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri maupun kelompok. Dalam

metode PBL, peserta didik diberikan suatu permasalahan. Kemudian secara

berkelompok (sekitar 4-5 orang siswa), mereka akan berusaha untuk mencari

solusi atas permasalahan tersebut. Untuk mendapatkan solusi, mereka diharapkan

secara aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber. Informasi

dapat diperoleh dari bahan bacaan (literatur), narasumber, dan lain sebagainya [1].

Karakteristik dari metode Problem Based Learning diantaranya adalah; (1).

Belajar dimulai dari suatu masalah, (2). Memastikan bahwa permasalahan yang

diberikan berhubungan dengan dunia nyata. (3). Mengorganisasikan pelajaran

diseputar permasalahan, bukan diseputar disiplin ilmu, (4). Memberikan

sepenuhnya kepada siswa dalam mengalami secara langsung proses belajar

mereka sendiri, (5). Menggunakan kelompok kecil, (6). Menuntut siswa untuk

mendemosntrasikan apa yang telah dipelajari dalam bentuk produk atau kinerja

(performence) [8].

Langkah – langkah metode problem based learning (PBL) sebagai berikut:

1) Orientasi siswa pada masalah, kegiatan guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

logistik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas, guru memotivasi siswa agar

terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. 2) Mengorganisasi

siswa untuk belajar, kegiatan guru membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Siswa disajikan 3 permasalah dalam bentuk soal cerita desain grafis

(photoshop) pemecahan masalah yang ditayangkan dilayar LCD dalam bentuk

Page 14: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

5

video, Siswa dibagi kelompok 4-5 anggota, untuk menyelesaikan diskusi masalah

yang diberikan, Masing-masing kelompok diberi Lembar Kerja Kelompok

(LKK) untuk menuliskan hasil, serta diberi petunjuk maupun waktu untuk

penyelesaian masalah (tugas) serta pelaporan nanti. 3) Membimbing penyelidikan

individual maupun kelompok, kegiatan guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Siswa mempersiapkan

kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Siswa berada dalam

kelompok yang telah ditetapkan untuk memcahkan masalah yang akan di

selesaikan, siswa dalam kelompok diminta aktif menyampaikan pemikiran/ide

dalam mencari cara pemecahan masalah dan berdiskusi menyelesaikan masalah,

dan Siswa diamati, dimotivasi oleh guru sebagai fasilitator untuk

mengarahkan siswa bersama kelompok dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan. 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, kegiatan guru

membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai sebagai

hasil pelaksanaan tugas, misalnya berupa laporan, video, dan model serta

membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Setelah siswa

menemukan semua jawaban dari soal yang diberikan siswa siswa menuliskan

langkah-langkah pemecahan masalah pada lembar kerja kelompok dan salah

satu perwakilan kelompok mempersentasikan hasil diskusi di depan kelas dan

kelompok lain menanggapai hasil yang dipersentasikan kelompok lain. 5)

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, kegiatan guru

membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan

mereka dan proses-proses yang mereka tempuh atau gunakan. Setelah presentasi

selesai, siswa dan guru bersama-sama menganalisis dan mengevaluai proses

pemecahan masalah yang telah dilaksanakan dengan menayangkan

langkah-langkah pemecahan yang paling sistematis serta hasil yang benar

melalui layar LCD, Guru melakukan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa

dalam memahami dan menguasai materi, siswa mengerjakan dalam lembar

jawab yang diberi oleh guru [9].

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan.

pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara siswa, guru dan bahan ajar.

Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana pesan atau media. Media

yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran, yang

mempunyai fungsi sebagai perantara pesan. Dalam hal ini materi pembelajan

kepada siswa [9]. Media pembelajaran dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan guru dalam mengajar untuk

menarik perhatian dan minat siswa memudahkan siswa memahami materi yang

diberikan. Sehingga guru perlu mengetahui kriteria dalam memilih media untuk

pengajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Salah satu media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu memanfaatkan

video tutorial. Tutorial adalah (1) Pembimbingan kelas oleh seorang pengajar

(tutor) untuk seorang mahasiswa atau sekelompok kecil mahasiswa, (2) Pengajaran

tambahan melalui tutor [10]. Media video pembelajaran adalah media yang

menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang

berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi untuk membantu pemahaman

Page 15: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

6

terhadap suatu materi pembelajaran [11]. Video tutorial adalah susunan gambar

yang hidup dan ditayangkan oleh pengajar yang berisi materi pembelajaran untuk

membantu memahami suatu materi pembelajaran untuk membantu memahami

suatu materi pembelajaran sebagai suatu pengajaran tambahan kepada siswa [2].

Sehingga dapat disimpulkan bahwa video tutorial adalah adalah suatu bentuk

visual dari susunan gambar bergerak yang ditayangkan melalui LCD yang berisi

materi pengajaran sebagai alat bantu media pembelajaran yang di bentuk dalam

CD agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan.

Aktif dalam proses pembelajaran dimaksudkan bahwa, guru harus

menciptakan suasana sedemikian rupa, sehingga siswa aktif bertanya,

mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu

proses aktif dari pembelajaran dalam pengetahuan [6]. keaktifan dapat

disimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar dapat berupa pengerjaan tugas,

berpartisipasi memecahkan masalah, mencari informasi untuk menyelesaikan

masalah, bertanya pada teman atau guru bila ada hal-hal yang belum dimengerti,

berdiskusi, menilai kemampuan diri, melatih diri memecahkan soal,

mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh. Ciri dari

keaktifan belajar adalah sebagai berikut: 1) Pengetahuan dialami (pengalaman),

dipelajari, dan ditemukan oleh siswa; 2) Siswa melakukan sesuatu untuk

memahami materi pelajaran (membangun pemahaman); 3) Siswa

mengkomunikasikan sendiri hasil pemikirannya; dan 4) Siswa berpikir reflektif

[6].

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui

kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang

berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif

menetap [12]. hasil-hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai-nilai, penengertian

dan sikap, serta apersepsi dan abilitas [13]. hasil belajar juga merupakan proses

untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan pengukuran

hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan

pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan

skala nilai berupa hurup atau simbol [12]. Jadi dapat disimpulkan hasil belajar

adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan

yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan

keterampilan.

3. Metode Penelitian

Jenis penelitian dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMA Negeri 1 Suruh. Subjek

penelitian adalah siswa kelas XII IPS 1 SMA N 1 Suruh yang berjumlah 23

siswa, terdiri dari 10 laki-laki dan 13 perempuan. Desain model penelitian

tindakan kelas yang dilakukan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart,

seperti terlihat pada gambar 1 berikut.

Page 16: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

7

Gambar 1. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTaggart [14]

Tahapan PTK model Kemmis dan McTaggart pada Gambar 1, terdiri dari

tiga tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi,

dan tahap refleksi. Tahap perencanaan, pada tahap ini hal-hal yang dilakukan

adalah menemui guru pengampu TIK sebelum melakukan analisis kurikulum

untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan pada siswa, membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan lembar observasi

keaktifan belajar siswa sesuai dengan langkah-langkah metode Problem Based

Learning, menyiapkan video tutorial terkait materi yang diberikan, menyediakan

alat evaluasi pembelajaran yang berupa instrumen tes.Tahap pelaksanaan tindakan

dan observasi, pada tahap pelaksanaan tindakan hal-hal yang dilakukan adalah

melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai RPP yang sudah disiapkan, pada

tahap observasi melakukan pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam belajar

melalui lembar observasi yang telah dipersiapkan serta mengamati penerapan

metode pembelajaran yang berlangsung. Tahap refleksi, merupakan tahap dimana

dilakukan pembahasan atau pengkajian ulang atas apa yang telah dilakukan pada

tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, kemudian dijadikan acuan untuk

perbaikan pada siklus selanjutnya.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes,

dokumentasi, wawancara dan teknik observasi. Tes digunakan sebagai alat ukur

untuk melihat hasil belajar siswa dalam mata pelajaran TIK menggunakan metode

Problem Based Learning. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data awal

siswa (dokumen sekolah) dan juga dipergunakan selama pelaksanaan penelitian

dengan dokumentasi berupa foto. Wawancara digunakan untuk mengetahui sejauh

mana penerapan model pembelajaran terlaksana dan dapat diterima dengan baik

oleh siswa. Observasi digunakan untuk memperoleh data keaktifan siswa dan data

keterlaksanaan sintaks metode Problem based Learning. Untuk melihat

perbandingan perubahan perilaku siswa dibuat kisi-kisi lembar pengamatan yang

didasarkan atas enam jenis aktifitas seperti pada tabel 1 berikut.

Tabel 1 Indikator Pengamatan Keaktifan Siswa [15]

No Jenis Aktivitas Indikator

1. Visual Activities (aktifitas visual) adalah

aktifitas yang dilakukan siswa yang

mengandalkan indera penglihatannya yang

berhubungan dengan materi yang diajarkan.

1. Siswa fokus memperhatikan video

tutorial terkait materi adobe

photoshop.

2. Oral Activities (aktifitas lisan) adalah 1. Siswa mampu mempresentasikan

Page 17: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

8

aktifitas yang dilakukan siswa yang

mengandalkan lisannya.

materi serta berani mengajukan

pertanyaan terkait materi yang belum

dipahami dari video tutorial.

3. Motor Activities (aktifitas motor) adalah

aktifitas yang dilakukan siswa berkaitan

dengan kemampuan motoriknya.

1. Siswa mampu berdiskusi dan bekerja

sama dengan kelompok dalam

memecahkan masalah soal cerita

yang berkaitan dengan materi.

4. Writing Activities

( aktifitas menulis) adalah aktifitas siswa

dalam kegiatan menulis

1. Mencatat hal-hal penting yang

berhubungan dengan materi abode

photoshop pada video tutorial.

5. Mental Activities (aktifitas mental) adalah aktifitas siswa

menganalisis dan membuat keputusan

dalam memecahkan permasalahan tentang

materi yang telah disampaikan oleh guru.

1. Memecahkan masalah yang ada dalam

materi pelajaran.

2. Memecahkan masalah yang ada dalam

materi pelajaran.

3. Mengambil keputusan dalam

memecahkan masalah.

6. Emotional Activities (aktifitas emosional)

adalah aktifitas emosional siswa dalam

proses pembelajaran.

1. Bersemangat dan berani

mengemukakan setiap gagasannya.

2. Mengerjakan soal tes secara individu

dengan baik (tidak mencontek

teman).

Pengukuran hasil pengamatan menggunakan skala likert karena jawaban

setiap instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat

positif sampai dengan negatif, yang dapat berupa kata dan diberi skor atau nilai

[16]. Kategori penilaian dikualifikasikan dalam empat kategori yaitu amat baik,

baik, cukup dan kurang. Interval dalam setiap kategori diperoleh melalui

perhitungan distribusi frekuensi pada perhitungan statistika sederhana. Berikut

kualifikasi penilaian serta panjang interval dalam setiap kategorinya.

Data observasi keaktifan siswa kemudian dinilai dengan kategori

penskoran sebagai berikut ini:

1. Skor 1 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh kurang dari 10% seluruh

siswa.

2. Skor 2 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari 11% tidak

lebih dari 40% seluruh siswa.

3. Skor 3 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari 41% tidak

lebih dari 70% seluruh siswa.

4. Skor 4 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari 71% tidak

lebih dari 100% seluruh siswa.

Perhitungan yang digunakan untuk mengukur persentase keaktifan siswa

adalah sebagai berikut :

Persentase Keaktifan Siswa

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

lembar observasi dan lembar tes hasil belajar. Lembar observasi dan lembar tes

hasil belajar disusun berdasarkan indikator keaktifan siswa, langkah metode

pembelajaran, dan prosedur penyusunan instrumen. Validasi yang dilakukan pada

instrumen soal tes adalah validasi isi. Validitas isi adalah pengujian validitas atas

isinya untuk memastikan apakah isi instrumen mengukur secara tepat keadaan

yang ingin diukur. Pengujian validitas isi yang dilakukan pada penelitian ini

Page 18: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

9

adalah expert judgement. Validitas dilakukan dengan memintakan pendapat para

ahli untuk menilai ketepatan isi butir instrumen [17].

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan data

kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka atau bilangan, baik

yang diperoleh dari hasil pengukuran maupun diperoleh dengan cara mengubah

data kualitatif menjadi data kuantitatif [17]. Analisis data kuantitatif dapat

dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dapat

dilakukan dengan memanfaatkan statistika sederhana seperti menghitung rata-rata

(mean) dan menghitung persentase. Analisis deskriptif ini digunakan untuk

menganalisis keaktifan belajar siswa dan nilai tes hasil belajar siswa pada ulangan

harian materi CorelDraw serta sesudah dilakukan tindakan yakni nilai tes hasil

belajar siklus I dan siklus II. Data tersebut diolah dan dihitung rata-rata sacara

statistika, kemudian membandingkan nilai rata-rata siswa dari prasiklus, nilai tes

siklus I dan nilai tes siklus II guna mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah keberhasilan klasikal.

Keberhasilan klasikal dapat dicapai jika lebih dari atau sama dengan 80% dari

jumlah siswa masuk dalam kategori tuntas [17]. Siswa dikategorikan tuntas

apabila nilai yang diperoleh lebih dari atau sama dengan KKM sekolah. KKM

yang ditetapkan oleh sekolah adalah 75.

4. Hasil dan Pembahasan Deskripsi Prasiklus. Proses pembelajaran sebelum dilakukan tindakan,

kecenderungan guru masih menggunakan metode konvensional (lama). Metode

ceramah merupakan metode pembelajaran sehari-hari yang dilakukan oleh guru

dalam menyampaikan materi pembelajaran TIK. Media yang digunakan dalam

pemberian materi diantaranya adalah papan tulis, buku materi terkait dan spidol.

Seluruh fasilitas yang disediakan oleh sekolah seperti ruang multimedia atau

laboratorium TIK tidak selalu dimanfaatkan dalam setiap pembelajaran. Guru

tidak memanfaatkan fasilitas tersebut karena merasa lebih repot apabila siswa

harus berpindah-pindah ruang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran TIK. Guru

lebih nyaman mengajar dikelas jika dibandingkan harus membawa siswa

berpindah ke ruang multimedia, karena tidak harus banyak mengurangi waktu

belajar setiap pertemuannya. Pemanfaatan media yang kurang maksimal serta

kegiatan belajar mengajar yang lebih mengutamakan penjelasan materi secara

ceramah tanpa diimbangi dengan praktik sangat berpengaruh terhadap hasil

belajar TIK siswa di SMA Negeri 1 Suruh khususnya siswa kelas XII IPS 1 yang

menjadi subjek dalam penelitian ini. Pengaruhnya siswa seringkali kurang

memperhatikan dan meremehkan penjelasan materi dari guru dikarenakan merasa

bosan bahkan terdapat beberapa siswa yang sampai mengantuk didalam kelas.

Adapula siswa yang berbicara dengan temannya ketika guru menjelaskan materi

kedepan kelas. Bahkan nampak beberapa siswa berulangkali menggunakan

handphone di kelas. Kondisi ini dirasa kurang kondusif untuk proses belajar

mengajar. Keaktifan belajar siswa pada kondisi awal diperoleh jumlah skor 51

dengan dari jumlah skor total 88 item. Perolehan skor pada kondisi awal masuk

dalam kategori kurang.

Deskripsi Siklus I. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I

dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari

Page 19: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

10

Kamis, tanggal 20 November 2014 dengna alokasi waktu 2 kali 45 menit.

Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru diantaranya menyiapkan ruang

multimedia atau laboratorium TIK, menyiapkan peralatan pembelajaran seperti

laptop dan LCD, mengucapkan salam, mengabsen siswa dan menanyakan

kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kegiatan inti dimulai

dengan penayangan materi memanfaatkan media video tutorial. Guru mengamati

keaktifan siswa melalui lembar observasi keaktifan belajar yang telah dibuat.

Setelah penayangan materi melalui media video tutorial selesai, guru memeriksa

pengetahuan yang telah diperoleh siswa. Guru melemparkan beberapa pertanyaan

secara lisan terkait materi. Melalui beberapa contoh pertanyaan yang dilemparkan

kepada siswa seusai penayangan materi, guru berdiskusi bersama dengan siswa.

Guru memulai pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Based

Learning dengan membagikan lembar soal pada setiap siswa. Lembar soal

tersebut harus dikerjakan sendiri oleh siswa selama tidak lebih dari 10 menit.

Guru mengundi tiga siswa untuk maju mempersentasikan hasil pekerjaan mereka.

Pengundian dilakukan sesuai dengan tanggal pada pertemuan ini, yaitu siswa yang

bernomor absen 20, 11 dan 14 diminta untuk maju presentasi kedepan kelas. Sisa

dari siswa yang tidak mendapat kesempatan maju mempresentasikan hasil

belajarnya diminta untuk memperhatikan dengan baik. Guru meluruskan beberapa

presetasi siswa yang masih salah. Pada akhir pertemuan guru mengingatkan

kepada siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diberikan tugas secara

berkelompok terkait materi yang sudah diberikan. Siswa diminta untuk tetap

belajar dirumah. Guru mengucapkan salam penutup kepada siswa.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 24 November

2014. Kegiatan awal pembelajaran yang dilakukan adalah menyiapkan seluruh

peralatan pembelajaran, mengucapkan salam, mengabsen kehadiran siswa serta

menyampaikan tujuan dari pembelajaran. Kegiatan inti dimulai dari penayangan

ulang materi pengertian serta fungsi dari menu dan ikon yang terdapat pada

perangkat lunak pembuat desain grafis melalui media video tutorial. Sesuai

penayangan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-

hal yang belum diapahami. Selanjutnya siswa dibagi dalam kelompok yang setiap

kelompok beranggotakan empat sampai lima siswa dan salah satu pilih sebagai

ketua. Masing-masing ketua kelompok diminta maju kedepan untuk mengambil

nomor urutan presentasi. Guru membagi soal dan lembar jawaban kepada setiap

kelompok. Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan permasalahan yang

diperoleh, selanjutnya dipresentasikan kedepan sesuai dengan nomor urutan. Guru

mendampingi kegiatan pembelajaran serta mengamati dan mencatat keaktifan dari

masing-masing siswa pada lembar keaktifan belajar siswa yang telah dibuat.

Setelah selesai berdiskusi, masing-masing kelompok presentasi kedepan. Guru

memberikan evaluasi pada presentasi dari masing-masing anggota kelompok.

Guru menutup pembelajaran dengan salam dan mengingatkan siswa untuk

mempelajari materi yang sudah diajarkan karena pada pertemuan selanjutnya akan

diadakan postes I.

Pertemuan Ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 27 November

2014 dengan alokasi waktu yang sama. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan

Page 20: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

11

ketiga diisi dengan pelaksanaan tes evaluasi atau postes I untuk mengukur hasil

belajar siswa selama satu siklus.

Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus I terlaksana, dilakukan

pengamatan dan refleksi terkait pelaksanaan pembelajaran bersama dengan

observer (guru sebagai pengamat) dengan melihat kondisi guru dan siswa.

Dengan adanya penerapan metode Problem Based Learning pada pelaksanaan

siklus I mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar serta hasil belajar

siswa. Akan tetapi peningkatan yang terjadi belum melampaui indikator

keberhasilan. Dikarenakan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I belum

memenuhi indikator keberhasilan, maka perlu dilakukan tindak lanjut pada

pelaksanaan siklus ke dua dengan melakukan beberapa perbaikan. Beberapa

perbaikan yang harus dilakukan pada pelaksanaan siklus II yaitu: 1. Guru harus

lebih memotivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam melakukan kegiatan

pembelajaran, 2. Guru harus mampu memberikan pengertian kepada siswa untuk

bersedia menerima setiap anggota kelompok tanpa membeda-bedakan satu dengan

yang lain, 3. Guru harus lebih baik dalam memberikan refleksi pada setiap

presentasi siswa. Proses kegiatan PTK pada siklus I dapat dilihat pada pemaparan

gambar 2 dibawah ini.

Deskripsi Siklus II. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin

tanggal 1 Desember 2014. Kegiatan awal yang dilakukan tidak jauh berbeda pada

siklus pertama yaitu menyatlakan laptop dan LCD untuk menayangkan materi

serta melakukan apersepsi kepada siswa. Kegiatan inti dimulai dari menampilkan

Gambar 2.a Penayangan materi melalui video

tutorial

Gambar 2.b Penerapan PBL melalui diskusi

kelompok

Gambar 2.c Pengamatan oleh observer

Gambar 2. d Presentasi siswa

Page 21: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

12

tayangan materi mengidentifikasi menu dan ikon yang terdapat pada perangkat

lunak pembuat desain grafis dengan menggunakan media video tutorial. Guru

mengorganisasi posisi tempat duduk siswa karena pada siklus sebelumnya

terdapat siswa yang memiliki gangguan penglihatan dan tidak menjangkau

tampilan LCD. Selesai penayangan materi guru memberikan kuis kepada siswa

dengan melemparkan pertanyaan secara lisan kepada siswa untuk dijawab.

Antusias siswa dalam menjawab kuis diamati oleh guru melalui lembar

pengamatan keaktifan siswa yang telah dipersiapkan. Pembelajaran ditutup

dengan melakukan refleksi terhadap jawaban yang diperoleh siswa serta

menyimpulkan bersama-sama materi yang telah dipelajari hari ini. Guru menutup

pembelajaran dengan salam.

Pertemuan kedua dilakukan pada hari kamis tanggal 4 Desember 2014.

Kegaitan awal pembelajaran dimulai dengan apersepsi. Kegiatan inti dari

pembelajaran dimulai dengan mengatur siswa dalam kelompok yang dipilih

secara acak. Selanjutnya guru mulai menerapkan metode Problem Based

Learning dengan membagikan soal kepada masing-masing kelompok untuk

berdiskusi. Setiap kelompok diminta untuk memecahkan masalah yang berkaitan

dengan materi dengan pemikiran dan diskusi bersama. Setiap masing-masing dari

anggota kelompok diberikan kesempatan untuk mengemukakan setiap ide tanpa

ada perbedaan. Setelah selesai melaksanakan diskusi kelompok, selanjutnya

dilakukan presentasi. Guru mengevaluasi setiap presentasi dari masing-masing

kelompok. Guru merevisi presentasi siswa yang belum berhasil. Akhir

pembelajaran, guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan

ini bersama-sama dengan siswa. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan

salam.

Pertemuan ketiga dilakukan pada hari Senin, tanggal 8 Desember 2014

diisi dengan kegiatan evaluasi atau postes pada siklus kedua.

Pada akhir siklus, dilakukan pengamatan dan refleksi atas pelaksanaan

penelitian tindakan kelas yang telah selesai dilakukan pada siklus kedua.

Berdasarkan pengamatan serta pengolahan data berbantuan statistika sederhana,

keaktikan belajar siswa serta hasil belajar siswa meningkat lebih baik jika

dibandingkan pada siklus ke satu. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada akhir

pertemuan telah melampaui indikator keberhasilan yaitu telah mencapai 80%

siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Pelaksanaan penelitian

tindakan kelas pada siklus II dapat dilihat pada gambar 3 berikut.

Gambar 3.a Penayangan materi melalui video

tutorial

Gambar 3.b Penerapan PBL memalui diskusi

kelompok

Page 22: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

13

Pembahasan Terkait Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa. Data terkait

keaktifan belajar siswa diperoleh melalui observasi yang dilakukan pada setiap

pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Based Learning.

Alat ukur yang digunakan untuk mencatat skor keaktifan siswa adalah lembar

observasi keaktifan belajar siswa yang terdiri dari 5 item. Rentang skor dari

masing-masing item adalah antara 1 sampai dengan 4 sehingga perolehan skor

maksimal keaktifan hasil belajar siswa sebanyak 20. Perhitungan data observasi

keaktifan belajar siswa berdasarkan perolehan skor tiap indikator aktifitas yang

diamati. Dara hasil observasi keaktifan siswa berdasarkan perolehan skor

disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2 Perolehan Skor Keaktifan Belajar Siswa Antar Siklus No Jenis Aktivitas Indikator Prasiklus Siklus I Siklus II

1. Visual Activities (aktifitas visual) adalah

aktifitas yang dilakukan

siswa yang

mengandalkan indera

penglihatannya yang

berhubungan dengan

materi yang diajarkan.

1. Siswa fokus

memperhatikan

video tutorial

terkait materi

adobe photoshop.

39% 70% 91%

2. Oral Activities (aktifitas

lisan) adalah aktifitas

yang dilakukan siswa

yang mengandalkan

lisannya.

1. Siswa mampu

mempresentasikan

materi serta berani

mengajukan

pertanyaan terkait

materi yang belum

dipahami dari

video tutorial.

9% 39% 70%

3. Motor Activities (aktifitas motor) adalah

aktifitas yang dilakukan

siswa berkaitan dengan

kemampuan motoriknya.

1. Siswa mampu

berdiskusi dan

bekerja sama

dengan kelompok

dalam

memecahkan

masalah soal cerita

yang berkaitan

39% 70% 70%

Gambar 3.c Pengamatan oleh observer

Gambar 3.d Presentasi siswa

Page 23: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

14

dengan materi.

4. Writing Activities

( aktifitas menulis)

adalah aktifitas siswa

dalam kegiatan menulis

1. Mencatat hal-hal

penting yang

berhubungan

dengan materi

abode photoshop

pada video

tutorial.

39% 70% 96%

5. Mental Activities (aktifitas mental) adalah

aktifitas siswa

menganalisis dan

membuat keputusan

dalam memecahkan

permasalahan tentang

materi yang telah

disampaikan oleh guru.

1. Memecahkan

masalah yang ada

dalam materi

pelajaran.

2. Menganalisa

masalah yang ada

dalam materi

pelajaran.

3. Mengambil

keputusan dalam

memecahkan

masalah.

39%

39%

39%

70%

70%

91%

70%

96%

96%

6. Emotional Activities (aktifitas emosional)

adalah aktifitas

emosional siswa dalam

proses pembelajaran.

1. Bersemangat dan

berani

mengemukakan

setiap gagasannya.

2. Mengerjakan soal

tes secara individu

dengan baik (tidak

mencontek

teman).

39%

39%

70%

70%

70%

70%

Rata-rata 36% 69% 81%

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa keaktifan belajar siswa pada

setiap aktifitas cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil pengamatan

yang dilakukan untuk jenis aktivitas visual (visual activities) pada indikator siswa

fokus memperhatikan video tutorial terkait materi adobe photoshop pada Prasiklus

mencapai 39%, Siklus I meningkat menjadi 70% dan Siklus II menjadi 91%.

Persentase peningkatan pada aktifitas visual dari prasiklus ke siklus I sebesar 31%

dikarenakan pemberian materi melalui penayangan bermedia video tutorial cukup

menarik perhatian dan minat siswa untuk memahami materi adobe photoshop.

Mulanya pada aktifitas visual yang diamati, tidak lebih dari 9 siswa yang mau

memperhatikan materi, setelah dilakukan tindakan dengan memberikan materi

melalui media video tutorial perhatian siswa meningkat menjadi 16 siswa.

Peningkatan aktifitas visual pada indikator siswa fokus memperhatikan

penayangan media video tutorial terkait materi adobe photoshop semakin

meningkat pada pelaksanaan tindakan siklus II yaitu sebanyak 21 siswa yang

terlihat semakin berminat memperhatikan penyampaian materi.

Jenis aktifitas lisan (oral activities) pada indikator siswa mampu

mempresentasikan materi serta berani mengajukan pertanyaan terkait materi yang

belum dipahami dari video tutorial pada Prasiklus hanya mencapai 9%

dikarenakan tidak banyak siswa yang mampu mempresentasikan serta berani

mengajukan pertanyaan terkait dari materi yang belum dipahami. Siswa

Page 24: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

15

cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Siklus I mencapai 39% mengalami

peningkatan atau terdapat sekitar 9 anak yang mulai berani mempresentasikan

penyelesaian masalah yang diperolehnya baik secara individu maupun kelompok.

Siklus II meningkat menjadi 70% atau 16 siswa yang semakin berani mengajukan

pertanyaan terkait materi yang belum dipahami dari penayangan video tutorial

kepada guru.

Jenis aktifitas motorik (motor activities) pada indikator siswa mampu

berdiskusi dan bekerja sama dengan kelompok dalam memecahkan masalah soal

cerita yang berkaitan dengan materi desain garfis (Adobe fhotoshop) pada

Prasiklus mencapai 39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator, Siklus I

mencapai 70% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator. Peningkatan

persentase pada aktifitas motorik dikarenakan melalui pendampingan dari guru

siswa dalam kelompok mampu menjalankan diskusi kelompok dan dapat bekerja

sama dengan anggota masing-masing dalam memecahkan masalah yang diberikan

oleh guru. Siklus II mengalami ketetapan yaitu 70% atau terdapat 16 siswa yang

memenuhi indikator. Meskipun dalam setiap siklus mengalami peningkatan, akan

tetapi masih terdapat beberapa siswa yang masih belum mampu terlibat aktif

dalam diskusi kelompok. Siswa yang demikian, cenderung pasif dan tidak banyak

mengemukakan gagasannya selama proses pemecahan hingga penarikan

kesimpulan pada setiap permasalah yang diterima.

Jenis Aktifitas menulis (writing activities) pada indikator siswa mencatat

hal-hal penting yang berhubungan dengan materi adobe photoshop pada video

tutorial pada Prasiklus mencapai 39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi

indikator, Siklus I mencapai 70% atau terdapat 16 siswa yang memenuhi

indikator, peningkatan tersebut terjadi karena siswa merasa perlu untuk mencatat

materi-materi yang ditayangkan pada video sebagai bahan referensi belajar

sebelum diadakan evaluasi akhir pembelajaran. Siklus II mencapai 96% atau

terdapat 22 siswa yang memenuhi indikator. Sampai dengan siklus II, keaktifan

siswa pada aktifitas menulis meningkat cukup tinggi. Hanya satu siswa saja yang

sampai dengan akhir pelaksanaan siklus II tidak mencatat dengan alasan tayangan

video terlalu cepat.

Jenis aktifitas mental (mental activities) pada indikator kesatu yaitu siswa

mampu memecahkan masalah yang ada pada materi pelajaran pada Prasiklus

mencapai 39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator, pada Siklus I

mencapai 70% atau terdapat 16 siswa yang memenuhi indikator, pada Siklus II

mengalami ketetapan yaitu mencapai 70% atau terdapat 16 siswa yang memenuhi

indikator. Ketetapan persentase terjadi karena berdasarkan pengamatan, siswa

yang mampu memecahkan setiap permasalahan yang diberikan sampai dengan

siklus II tidak lebih dari 16 siswa. Selebihnya siswa nampak hanya sebagai

pelengkap kelompok saja, ada pula yang dalam setiap diskusi hanya bertugas

menulis hasil penyelesaian yang telah diperoleh kedalam lembar jawaban yang

disediakan. Indikator kedua yaitu menganalisa soal yang diberikan oleh guru pada

Prasiklus mencapai 39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator, Siklus I

mencapai 70% dan siklus II mencapai 96% atau terdapat 21 siswa yang memenuhi

indikator. Indikator ketiga yaitu mengambil keputusan dalam memecahkan

masalah pada Prasiklus mencapai 39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi

Page 25: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

16

indikator, Siklus I mencapai 91% atau terdapat 21 siswa yang memenuhi

indikator, dan Siklus II mencapai 96% atau terdapat 22 siswa yang memenuhi

indikator.

Jenis aktifitas emosional (emotional activities) pada indikator pertama

siswa bersemangat dan berani mengemukakan setiap gagasannya pada Prasiklus

mencapai 39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator. Pada siklus I

mencapai 70% atau terdapat 16 siswa yang memenuhi indikator. Peningkatan

persentase dikarenakan melalui pendampingan guru serta menarikanya materi

yang diberikan melalui media video tutorial meningkatkan semangat serta

keberanian siswa dalam mengemukakan setiap gagasannya. Siswa yang

bersemangat dapat diamati dari sikap dan raut muka. Siklus II mengalami

ketetapan persentase perolehan skor yaitu sebesar 70% atau terdapat 16 siswa

yang memenuhi indikator. Pada indikator kedua yaitu siswa mengerjakan soal tes

secara individu dengan baik (tidak mencontek teman) pada Prasiklus mencapai

39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator, Siklus I mencapai 70% atau

terdapat 16 siswa yang memenuhi indikator dan Siklus II mengalami ketetapan

persentase sebesar 70% atau terdapat 16 siswa yang memenuhi indikator. Dengan

kata lain 7 siswa lainnya belum mampu mengerjakan soal secara individu

dikarena kurangnya penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan selama

pelaksanaan pembelajaran melalui model problem based learning. Berdasarkan

pengamatan guru selama pelaksanaan evaluasi dalam setiap akhir siklus I maupun

siklus II, kejujuran siswa nampak dari sikap dan perilaku selama kegiatan evaluasi

berlangsung. Meskipun masih terdapat beberapa siswa yang merasa tidak percaya

diri hingga akhirnya bertanya kepada teman, akan tetapi tidak selalu teman

disampingnya bersedia menanggapi dan memberikan jawaban atau memberikan

contekan.

Rata-rata persentase keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran melalui

metode Problem Based Learning mulanya pada Prasiklus sebesar 36%, setelah

dilakukan tindakan sampai dengan akhir siklus I, keaktifan siswa meningkat

menjadi 69% dan pada Siklus II mengalami peningkatan yang cukup baik yaitu

sebesar 81%. Peningkatan yang terjadi dikarenakan adanya penerapan metode

Problem Based Learning yang dapat dengan baik diterima dan dilakukan oleh

siswa dalam kegiatan pembelajaran. Melalui Problem Based Learning, setiap

siswa dapat mengapresiasikan seluruh gagasan yang dimiliki tanpa ada perbedaan

dan batasan. Siswa dibimbing untuk dapat memecahkan setiap permasalahan baik

secara individu maupun dalam kelompok. Dalam setiap akhir pembelajaran siswa

dituntun untuk mendemonstrasikan setiap hasil yang mereka peroleh. Hal ini

memicu keberanian siswa untuk tampil sehingga terjadi peningkatan keaktifan

dari setiap individu. Sehingga dapat disimpulkan dengan adanya penerapan

metode Problem Based Learning berbantuan media video tutorial dapat

meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar

khususnya pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

dikelas XII SMA Negeri 1 Suruh Kabupaten Semarang.

Pembahasan Terkait Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model

Problem Based Learning. Berdasarkan tindakan yang sudah dilaksanakan sesuai

dengan paparan diatas, diperoleh hasil belajar dari tes yang dilaksanakan pada

Page 26: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

17

pertemuan ketiga setiap siklusnya. Perbandingan statistik deskriptif berupa nilai

terendah, nilai tertinggi, dan nilai rata-rata pada Prasiklus, siklus I, dan siklus II

dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 3

Hasil Belajar TIK Antar Siklus Siswa

Keterangan Prasiklus Siklus I Siklus II

Nilai terendah 33 30 40

Nilai tertinggi 80 90 90

Nilai rata-rata 61 72 77

Tabel 4 menunjukkan perubahan nilai terendah dari Prasiklus, siklus I, dan

siklus II. Nilai tersebut yaitu 33, 30, dan 40. Perubahan nilai terendah dari

Prasiklus menuju siklus satu mengalami penurunan sebesar 3. Perubahan nilai

terendah dari siklus I ke siklus II sebesar 10. Tabel 4.4 juga menunjukkan nilai

tertinggi pada Prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai tertinggi pada Prasiklus

hanya mencapai 80. Nilai tertinggi pada siklus I meningkat menjadi 90. Pada

siklus II nilai tertinggi mengalami ketetapan yaitu 90. Deskriptif data pada Tabel

4.4 juga memperlihatkan nilai rata-rata Prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai rata-

rata Prasiklus sebesar 61. Rata-rata kelas yang diperoleh siswa meningkat pada

siklus I sebesar 11 menjadi 72. Rata-rata kelas meningkat kembali pada siklus II

menjadi 77. Peningkatan rata-rata dari siklus I ke siklus II cukup tinggi yaitu

sebesar 5.

Data hasil belajar siswa mulai dari Prasiklus, siklus I, dan siklus II juga

menunjukkan siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Siswa yang dinyatakan tuntas

adalah siswa yang telah melampaui KKM yaitu sebesar 75. Siswa yang belum

melampaui KKM dinyatakan belum tuntas. Gambar 5 menyajikan persentase

ketuntasan antar siklus dalam bentuk diagram.

Gambar 4. Diagram persentase ketuntasan antar siklus

Berdasarkan gambar 5 dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan hasil belajar

dari Prasiklus sampai dengan siklus II. Persentase ketuntasan hasil belajar TIK

siswa pada siklus I yakni 70% atau 16 siswa dari 23 siswa yang mendapat nilai di

atas KKM. Hasil tersebut mengalami peningkatan cukup besar dibandingkan

dengan persentase ketuntasan Prasiklus sebesar 39% atau 9 siswa dari 23 siswa.

Peningkatan persentase ketuntasan juga terjadi pada siklus II dari siklus I

Page 27: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

18

menjadi 83% atau 19 siswa. Berdasarkan data-data yang terkumpul di atas

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Problem

Based Learning (PBL) dengan berbantuan media video tutorial pada materi menu

dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat desain grafis dapat

meningkatkan hasil belajar TIK siswa.

5. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus

dapat disimpulkan bahwa, Penggunaan metode problem based learning (PBL)

memanfaatkan video tutorial dalam pembelajaran TIK dapat meningkatkan

keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan data hasil observasi

keaktifan siswa dengan memperoleh nilai Rata-rata persentase keaktifan siswa

dalam kegiatan pembelajaran melalui metode Problem Based Learning mulanya

pada Prasiklus sebesar 36%, setelah dilakukan tindakan sampai dengan akhir

siklus I, keaktifan siswa meningkat menjadi 69% dan pada Siklus II mengalami

peningkatan yang cukup baik yaitu sebesar 81%. Peningkatan yang terjadi

dikarenakan adanya penerapan metode Problem Based Learning yang dapat

dengan baik diterima dan dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Melalui Problem Based Learning, setiap siswa dapat mengapresiasikan seluruh

gagasan yang dimiliki tanpa ada perbedaan dan batasan. Siswa dibimbing untuk

dapat memecahkan setiap permasalahan baik secara individu maupun dalam

kelompok. Penggunaan metode problem based learning (PBL) memanfaatkan

video tutorial dalam pembelajaran TIK dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hal ini dapat dibuktikan dengan data hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata

siklus I 72% dan siklus II 77%, terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas

pada setiap siklus ataupun setiap pertemuan. Hal tersebut membuktikan adanya

pengaruh penerapan metode Problem Based Learning (PBL) memanfaatkan

video tutorial terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil dan

simpulan penelitian ini, maka diberikan beberapa saran terkait pembelajaran

TIK. Adapun saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini yaitu: 1).

memberikan referensi metode pembelajaran dalam menyampaikan materi yang

akan diajarkan kepada siswa, 2). sebagai reverensi bagi peneliti berikutnya yang

tertarik menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) memanfaatkan

media video tutorial untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

lainnya.

6. Daftar Pustaka

[1] Muhson Ali. 2009. Peningkatan Minat Belajar Dan Pemahaman Mahasiswa

Melalui Penerapan Problem-Based Learning. Jurusan Pendidikan Ekonomi,

FISE Universitas Negeri Yogyakarta. Volume 39, Nomor 2, November 2009,

hal. 171-182.

[2] Pramudito. 2013. Pengembangan Media Pembelajaran Video Tutorial Pada

Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Standar Kompetensi Melakukan

Pekerjaan Dengan Mesin Bubut Di SMK Muhammadiyah 1 Playen. Jurnal

pendidikan teknik mesin, Edisi I No 5.

[3] Astuti. 2007. Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)

untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII semester II SMP N 5

Semarang pokok bahasan bangun ruang sisi datar tahun pelajaran 2006/2007.

Page 28: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL ......adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar

19

[4] Sari Nadya Laila. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika

melalui Problem Based Learning Berbantuan CD Interaktif pada Siswa Kelas

IVB SDN Wates 01 Semarang

[5] Yuliastuti 2010. Penerapan model pembelajaran problem based learning

Dengan media video campact disk (vcd) dalam upaya Meningkatkan motivasi

belajar dan kemampuan Berpikir kritis mahasiswa ( studi kasus di AKPER

rustida banyuwangi )

[6] Asmani, J. M. 2011. 7 Tip Aplikasi PAKEM : Pembelajaran Aktif, Kreatif,

Efektif, dan Menyenangkan. Jakarta: Diva Press.

[7] Wardoyo. 2013. Pembelajaran Konstruktivisme. Bandung. Alfabeta

[8] Amir, M. Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning

Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta

Kencana Prenada Media Group.

[9] Rusman. 2012. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

[10] Tim Redaksi Pusat Bahasa Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

[11] Cheppy Riyana. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI

UPI.

[12] Jihat, A, Haris, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Pressindo

[13] Hamalik, Oemar. (2013). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

[14] Kunandar. 2012. Penelitian tindakan kelas. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

[15] Hamalik,Oemar. 2002. Psikologi Belajar Mengajar: Sinar Baru Algesindo

[16] Riduwan. 2010. Skala Pengukuran variabel-Variabel Penelitian. Bandung :

Alfabeta.

[17] Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.

Bandung : Alfabeta.