penerapan model pembelajaran snowball throwing …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal...
TRANSCRIPT
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI
MUARA BATANG EMPU TAHUN PELAJARAN 2014/2015
ARTIKEL
Oleh
AMINAH SARTIKA NIM 4110166
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP PGRI) LUBUKLINGGAU TAHUN 2015
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Fisika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2015 1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI MUARA
BATANG EMPU TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh Aminah Sartika1
Ahmad Amin2 Derty Mulyana3
ABSTRACT This thesis entitled "Application of Learning Model Snowball Throwing on Physics Education Seventh Grade Students of SMP Muara Batang Empu academic year 2014/2015". The aim of this study was to determine the completeness of the results of learning physics class VII Muara Batang Empu junior high school year 2014/2015 after throwing snowball applied learning model. This type of research is experimental, with a design that is used is the one-group pre-test and post-test. The population in this study were all students of class VII SMP Muara Batang Empu academic year 2014/2015, amounting to 126 and the sample is graders VII.4 totaling 30 students, consisting of 15 male students and 15 female students were taken random. Data collection techniques used is a test technique. Based on the analysis t test with a level of α = 0.05, obtained t (2.412)> t table (1.699). It can be concluded that the results of learning physics class VII SMP Muara Batang Empu academic year 2014/2015 after throwing snowball applied learning model is significantly incomplete. Keywords: Snowball Throwing, Physics Learning Outcomes
PENDAHULUAN
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya yang berhubungan dengan guru
senantiasa mendapat perhatian, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat pada
umumnya. Masyarakat berharap agar anak-anaknya kelak menjadi sumber daya manusia
yang hebat, melalui pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Seorang guru dituntut untuk
meningkatkan motivasi bagi para peserta didik dengan tujuan tercapainya proses kegiatan
belajar dan mengajar yang optimal, serta guru memegang peranan yang sangat penting dalam
mewujudkan pengalaman belajar yang memberi manfaat bagi peserta didik. Guru sebagai
motivator juga dituntut untuk meningkatkan semangat belajar peserta didik, memahami
tingkat kemampuan masing-masing peserta didik, dan mengarahkan bakat serta minat belajar
peserta didik. Guru sebagai penggerak dan pembimbing dalam interaksi pembelajaran, proses
interaksi akan berjalan dengan baik apabila siswa lebih aktif dibandingkan guru. Oleh karena
itu model pembelajaran yang baik dan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi
adalah yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa.
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Fisika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2015 2
Menurut Buchori (dalam Trianto, 2010:5) bahwa pendidikan yang baik adalah
pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau
jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan
sehari-hari. Apabila kita ingin meningkatkan prestasi, tentunya tidak akan terlepas dari upaya
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Masih perlu diusahakan agar guru dapat
mengajar dengan baik dan murid dapat belajar dengan efektif dan efisien.
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini
adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rata-rata hasil belajar
peserta didik yang masih sangat memprihatinkan. Berdasarkan hasil penelitian Trianto
(2010:5), rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan dominannya proses belajar
konvensional. Pada sistem pembelajaran ini suasana kelas cenderung berpusat pada guru
sehingga siswa menjadi pasif. Guru hanya menanamkan konsep menghafal dan tidak
menanamkan konsep memahami dalam proses belajar mengajar sehingga siswa menemui
masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Lebih jauh
lagi bahkan siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya. Kenyataan ini
banyak dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Dalam kondisi demikian,
guru harus mampu meramu kegiatan pembelajaran yang lebih menarik dan disukai oleh
peserta didik.
Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan hasil kegiatan
manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar
yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Fisika itu sendiri dalam
kehidupan sehari-hari mempunyai banyak manfaat seperti memberi sumbangan terhadap sains
dan teknologi.
Pada saat ini fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh
sebagian besar siswa sekolah menengah. Hal ini disebabkan oleh banyaknya rumus fisika
yang memerlukan analisis perhitungan matematis, dan juga dianggap membosankan. Hal ini
menimbulkan kesan bahwa pelajaran fisika menegangkan sehingga berdampak pada hasil
belajar fisika siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan penulis pada tanggal 22 september
2014 dengan bapak Bunrino, S.Pd. di SMP Negeri Muara Batang Empu, diperoleh keterangan
bahwa hasil belajar fisika siswa dikelas VII masih tergolong rendah. Hal tersebut dapat dilihat
dari nilai ulangan harian siswa pelajaran fisika sebanyak 66,7% atau 84 siswa masih di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan sekolah yaitu 70 dan 33,3% atau 42
siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari empat kelas dengan jumlah
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Fisika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2015 3
seluruh kelas VII adalah 126 siswa. Kemudian model pembelajaran yang digunakan guru
masih bersifat konvensional, ditambah lagi dengan persepsi siswa yang mengatakan bahwa
pelajaran fisika adalah pelajaran yang sulit untuk dipahami.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru harus membuat agar siswa tertarik belajar
fisika. Salah satu cara adalah dengan menciptakan kondisi belajar mengajar yang menarik,
yang memberikan kesempatan siswa lebih aktif dan kreatif serta siswa dapat membangun
pengetahuan dan pemahamannya sendiri dari lingkungan belajarnya. Dalam menciptakan
kondisi belajar tersebut dapat digunakan suatu model pembelajaran yaitu model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning).
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembalajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dan bekerja sama dalam kelompok-
kelompok kecil. Setiap kelompok dibagi secara merata, baik kemampuan, jenis kelamin dan
status sosial. Mereka belajar dan bekerja sama untuk menjawab dan mengerjakan tugas dari
guru dalam kelompok secara kolaboratif. Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2007:12), bahwa
kooperatif learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur
kelompok heterogen. Karena dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa akan
berinteraksi dengan sesama teman kelompok, sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran
pendapat. Hal tersebut memungkinkan terbangunnya pengetahuan dalam diri siswa.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat melibat siswa secara aktif adalah
model pembelajaran snowball throwing. Menurut (Suyatno, 2009:125) model pembelajaran
snowball throwing adalah diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua
kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat
pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang
masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh secara bergantian.
Model pembelajaran tersebut diharapkan dapat mengarahkan siswa untuk berpikir dan
mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka, sehingga meningkatkan keaktifan
belajar dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik (Mukaromah, et.al. 2013: 99).
Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball
Throwing Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri Muara Batang Empu
Tahun Pelajaran 2014/2015”. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar
fisika siswa kelas VII SMP Negeri Muara Batang Empu Tahun Pelajaran 2014/2015 setelah
diterapkan model pembelajaran snowball throwing secara signifikan tuntas?”. Sesuai dengan
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Fisika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2015 4
permasalahan yang dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan
hasil belajar fisika siswa setelah diterapkan model pembelajaran snowball throwing dikelas
VII SMP Negeri Muara Batang Empu Tahun Pelajaran 2014/2015.
LANDASAN TEORI
Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar.
Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Menurut Suyatno
(2009:125), model pembelajaran snowball throwing adalah suatu model pembelajaran yang
diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas
dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola
(kertas pertanyaan) lalu dilempar kesiswa lain yang masing-masing siswa menjawab
pertanyaan dari bola yang diperoleh secara bergantian.
Sedangkan model pembelajaran snowball throwing menurut Komalasari (2011:67) yaitu
model pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan
keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan
imajinatif membentuk dan melempar bola salju.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kooperatif tipe snowball throwing adalah
suatu cara belajar yang memberikan kesempatan siswa untuk aktif, dimana diawali dengan
pembentukan kelompok kecil dan masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk
seperti bola lalu dilempar ke siswa lain dan siswa menjawab pertanyaan dari bola yang
diperoleh.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing Menurut Suprijono
(2013:128), adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan dan KD yang ingin dicapai.
2) Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok
untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
siswa ke siswa yang lain selama 5 menit.
6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Fisika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2015 5
7) Evaluasi.
8) Penutup.
Menurut Aqib (2013:27), langkah-langkah model pembelajaran snowball throwing
adalah:
1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan
oleh ketua kelompok.
5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa
yang lain selama ± 15 menit.
6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut
secara bergantian.
7) Evaluasi.
8) Penutup.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan langkah-langkah model pembelajaran snowball
throwing adalah sebagai berikut:
1) Tahap Awal
a) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
b) Guru menyiapkan lembar kertas kerja
2) Tahap Inti
a) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok
untuk diberikan penjelasan tentang materi.
b) Masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya, kemudian menjelaskan
materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
c) Guru memberikan satu lembar kertas kepada siswa, untuk menuliskan satu pertanyaan
apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
d) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa kesiswa yang
lain selama lebih kurang 5 menit.
e) Guru memastikan setiap siswa mendapat satu bola atau satu pertanyaan.
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Fisika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2015 6
f) Siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang
berbentuk bola tersebut secara bergantian.
3) Tahap Akhir
a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
b) Guru melakukan evaluasi.
c) Guru menutup pelajaran
Menurut Mukaromah (2013:99), kelebihan dan kelemahan model pembelajaran
snowball throwing adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan
a) Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi
yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.
b) Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemuka
kan pertanyaan kepada teman maupun guru.
c) Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu
masalah.
d) Siswa akan memahami makna tanggung jawab.
2. Kelemahan
a) Suasana kelas menjadi kurang konduksif dan ada siswa bergantung pada siswa lain.
b) Pengetahuan tidak luas hanya terbatas pada pengetahuan di sekitar siswa dan
membutuhkan waktu yang banyak.
c) Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi
penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu
yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen
semu (Quasi experiment) kategori Pre-test and Post-test Group Design.Menurut Arikunto
(2010:85) “Eksperimen semu kategori Pre-test and Post-test Group Design adalah sebuah
eksperimen yang dilaksanakan tanpa kelas pembanding karena hanya satu perlakuan dan
dengan tes sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen yang disebut Pre-test dan sesudah
eksperimen yang disebut Post-test”. Menurut Arikunto (2010:124) desain penelitian one
group pretest-posttest design.
Penetapan variabel dalam penelitian adalah penting. Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel yaitu, sebagai berikut: Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Fisika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2015 7
snowball throwing. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar fisika pada materi
kalor.Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri Muara Batang Empu tahun
pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 4 kelas. Penetapan sampel dilakukan dengan cara
Cluster Random Sampling. Menetapkan kelas yang menjadi sampel berdasarkan hasil
pengundian, yaitu kelas VII.4 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model
pembelajaran snowball throwing. Dalam Penelitian ini teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik tes. Tes ini dilakukan dengan menggunakan butir soal dalam bentuk
soal essai sebanyak enam soal yang sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif
menggunakan uji-t.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi data penelitian yang dimaksud untuk memberikan gambaran secara umum
mengenai data yang diperoleh di lapangan. Penelitian model pembelajaran snowball throwing
dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri Muara Batang Empu Tahun Pelajaran 2014/2015 pada
tanggal 21 Januari sampai 21 Februari 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VII berjumlah 126 siswa, dari empat kelas diambil satu kelas untuk dijadikan
sebagai sampel penelitian yaitu kelas VII.4 dengan jumlah 30 siswa untuk mendapatkan
perlakuan dengan menggunakan model snowball throwing.
1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa (pre-test)
Pelaksanaan pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama diikuti oleh 30 siswa pada
kelas VII.4. Pelaksanaan pre-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki
oleh siswa terhadap suatu materi yang belum dipelajari. Soal pre-test yang digunakan adalah
berbentuk essay sebanyak enam soal. Nilai hasil pre-test dapat dilihat pada lampiran C.
Analisis data kemampuan awal siswa yang dilakukan adalah sebagai berikut: Rekapitulasi
rata-rata dan simpangan baku dari pre-test dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Tes Awal pre-test
No Uraian Kelas Eksperimen 1 Nilai Rata-rata 38,7 2 Nilai Terkecil 4 3 Nilai Terbesar 69 4 Rentang Nilai 65 5 Simpangan Baku 15,05 6 Jumlah Siswa 30
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Fisika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2015 8
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai lebih dari atau
sama dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70 dalam pre-test ini sebanyak 0 siswa
(0%) dan mendapat nilai kurang dari KKM adalah sebanyak 30 siswa (100%) siswa tidak
lulus. Nilai terbesar pada pre-test ini adalah 69 dan yang terendah adalah 4. Rata-rata (푥̅) nilai
secara keseluruhan adalah 38,7. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.
b. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa (post-test)
Pelaksanaan post-test dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2015 dan diikuti oleh 30
siswa pada kelas VII.4. Pelakasanaan post-test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
akhir siswa setelah diberi perlakuan model pembelajaran snowball throwing. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 atau di atas KKM sebanyak 24
orang, sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 atau di bawah KKM adalah 6
orang.
1) Rata-rata (푥̅) dan Simpangan Baku (s) Hasil post-test
Rekapitulasi rata-rata dan simpangan baku dari post-test dapat dilihat pada tabel
4.2.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Tes Akhir (post-test)
No Uraian Kelas Eksperimen 1 Nilai Rata-rata 74,8 2 Nilai Terkecil 42 3 Nilai Terbesar 95 4 Rentang Nilai 53 5 Simpangan Baku 10,93 6 Jumlah Siswa 30
Berdasarkan analisis hasil post-test (lampiran C) dapat dilihat perbedaan hasil belajar
antara kemampuan awal siswa (tabel 4.1) dengan kemampuan akhir siswa (tabel 4.2), terdapat
peningkatan hasil belajar setelah diberikan perlakuan dengan model pembelajaran snowball
throwing. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata pre-test adalah
38,7 dan nilai rata-rata post-test adalah 74,8. Hal ini berarti terjadi peningkatan nilai rata-rata
sebesar 36,1. Simpangan baku pre-test adalah 15,05 sedangkan simpangan baku post-test
adalah 10,93. Hasil rekapitulasi post-test memperlihatkan bahwa siswa yang tidak tuntas
mencapai 20% sebanyak 6 orang dari 30 siswa dan 80% sebanyak 24 orang yang tuntas dari
30 siswa. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil post-test siswa setelah mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran snowball throwing meningkat dan mencapai KKM. Rekapitulasi
selisih hasil rata-rata pre-test dan rata-rata post-test dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Selisih Hasil
Tes Awal (Pre-test) dan Tes Akhir (Post-test)
No Uraian Pre-test Post-test Selisih Pre-test dan Post-test
1 Nilai Rata-rata 38,7 74,8 36,1 2 Nilai Terkecil 4 42 38 3 Nilai Terbesar 69 95 26 4 Rentang Nilai 65 53 12 5 Simpangan Baku 15,05 10,93 4,12
Gambaran tentang data peningkatan nilai rata-rata antara pre-test dan post-test untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-rata Pre-test dan Post-test
Berdasarkan grafik nilai rata-rata Pre–test dan Post-test terlihat pada gambar 4.1 selisih
nilai rata-rata pre-test dengan post-test adalah 36,1. Adapun ketuntasan siswa dapat dilihat
pada grafik 4.2.
Gambar 4.2 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Pre-test dan Post-test
0
20
40
60
80
Pre-test Post-test
74.8
38.7
Nila
i rat
a-ra
ta
0
10
20
30
40
Pre-test Post-test
2430
6Jum
lah
Sisw
a TuntasTidak Tuntas
2) Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk melihat bahwa data hasil siswa tersebut berdistribusi
normal atau tidak. Untuk mengetahui kenormalan data pre-test dan post-test, maka digunakan
uji normalitas dengan uji kecocokan 휒 (Chi kuadrat). Berdasarkan ketentuan perhitungan
statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan 훼 = 0,05, jika 휒 ≤
휒 , maka dinyatakan bahwa data berdistribusi normal dan dalam hal lainnya tidak
berdistribusi normal. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. Uji
normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Uji Normalitas Pre-test dan Post-test
Tes 휒 Dk 휒 Kesimpulan Awal 1,3455 5 11,070 Normal Akhir 3,3486 5 11,070 Normal
Pada Tabel 4.4 menunjukan bahwa nilai 휒 data tes awal (pre-test) lebih kecil atau
sama dengan 휒 (1,3455 ≤ 11,070). Dan nilai 휒 data tes akhir (post-test) lebih kecil
atau sama dengan 휒 (3,3486 ≤ 11,070). Berdasarkan ketentuan pengujian uji normalitas
dengan menggunakan uji 휒 (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing data
baik tes awal maupun tes akhir berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 훼 = 0,05 dengan
derajat kebebasan (dk) = 5. Perhitungan untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.
kurva normal yang menunjukkan bahwa data pre-test dan post-test berdistribusi normal dapat
dilihat pada gambar 4.3 dan 4.4.
Gambar 4.3 Kurva Normal Data Pre-test
0
5
10
15
-3 -2 -1 0 1 2 3
Pre-test
Gambar 4.4 Kurva Normal Data Post-test
3) Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis secara statistik dilakukan bertujuan untuk menarik kesimpulan dari
data hasil post-test. Berdasarkan hasil uji normalitas didapat data post-test yaitu berdistribusi
normal, maka dilakukan pengujian hipotesis secara statistik. Adapun hipotesis dalam
penelitian ini adalah “hasil belajar fisika dengan menggunakan model pembelajaran snowball
throwing pada pembelajaran fisika siswa kelas VII SMP Negeri Muara Batang Empu Tahun
Pelajaran 2014/2015 secara signifikan tuntas”. Setelah diketahui data pre-test dan post-test
berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji hipotesis. Data perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran C. Uji hipotesis statistik dari data pre-test dan post-test adalah:
H = rata-rata hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan
menggunakan model pembelajaran snowball throwing lebih dari atau sama dengan 70
(Ha 70).
Ho = rata-rata hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan
menggunakan model pembelajaran snowball throwing kurang dari (H0 < 70).
Selanjutnya thitung dibandingkan dengan ttabel dengan derajat kebebasan (dk) = n-1 = 30 –
1 = 29, 훼 = 5% diperoleh ttabel 1,699. Hasil uji untuk pre-test berdasarkan hasil analisis uji-t
mengenai kemampuan awal siswa menunjukan bahwa 푡 ˂ 푡 . Jika thitung ≥ ttabel
berarti Ha diterima dan Ho ditolak dengan taraf kepercayaan α = 5% karena 푡 ˂ 푡
yaitu 푡 = -11,38 dan 푡 = 1,699. Sedangkan hasil analisis uji-t mengenai
kemampuan akhir siswa menunjukkan bahwa 푡 ≥ 푡 Ho ditolak dan H diterima
dengan taraf kepercayaan α = 5% karena 푡 ≥ 푡 yaitu 푡 = 2,412 dan 푡 =
1,699. Data perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. Uji hipotesis dari data
pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel 4.5.
0
5
10
15
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3
Post-test
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Fisika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2015 12
Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis Skor Pre-test dan Post-test
Tes 푡 Dk 푡 Kesimpulan Awal -11,38 5 1,699 Ho diterima Akhir 2,412 5 1,699 H diterima
Berdasarkan perhitungan hasil belajar siswa, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
fisika siswa kelas VII SMP Negeri Muara Batang Empu Tahun Pelajaran 2014/2015 setelah
diterapkan model pembelajaran snowball throwing secara signifikan tuntas.
Pembahasan
Pada penelitian ini, peneliti mengajar di kelas VII.4 sebagai kelas sampel. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar fisika siswa kelas VII.4 SMP Negeri
Muara Batang Empu Tahun Pelajaran 2014/2015 setelah diterapkan model pembelajaran
snowball throwing. Sebelum proses pembelajaran dimulai, peneliti memberikan pre-test untuk
mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah dilakukan tes awal, pembelajaran dilaksanakan
di kelas VII.4. Pembelajaran dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan materi kalor.
Kemudian dilanjutkan pembelajaran dengan model pembelajaran snowball throwing.
Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan perencanaan pembuatan perangkat penelitian yang
terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan instrumen-instrumen
penelitian yang terdiri dari lembar tes kemampuan kognitif siswa terhadap penerapan model
pembelajaran snowball throwing.
Berdasarkan data pre-test, menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang tuntas. Nilai
yang tertinggi didapat siswa adalah 69 dan yang memperoleh nilai terendah adalah 4, maka
hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri Muara
Batang Empu Tahun Pelajaran 2014/2015 sebelum diterapkan model snowball throwing dapat
dikatakan belum tuntas. Hal ini bisa terjadi karena materi kalor belum pernah dipelajari oleh
siswa.
Pada saat pembelajaran pertama, guru menjelaskan materi yang akan dibahas adalah
tentang pengertian kalor. Pada pembelajaran ini guru mengajukan pertanyaan yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Pertanyaan yang diajukan antara lain. ”Mengapa ketika sendok dimasukan kedalam gelas
yang berisi air hangat diamkan selama 1 menit, pada saat ujung sendok dipegang terasa
hangat?”
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Fisika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2015 13
Guru menyampaikan materi kalor, dengan menggunakan model pembelajaran
snowball throwing. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk lebih tanggap
menerima pesan dari siswa lain dan menjadi lebih aktif. Adanya struktur yang jelas dan
memungkinkan siswa untuk berbagi dengan teman lainnya dengan singkat dan teratur. Pada
saat pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran snowball throwing mengalami
sedikit hambatan. Pembelajaran model ini baru bagi siswa, sehingga siswa membutuhkan
waktu untuk penyesuaian. Pada saat siswa dibagi kelompok terjadi sedikit kegaduhan didalam
kelas, hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa dengan dibentuk kelompok belajar dan
menjelaskan materi kepada temannya. Selain itu, ada siswa yang merasa tidak cocok dengan
siswa lain dalam kelompok, itu menyebabkan perselisihan. sehingga siswa sulit untuk
menerima penjelasan dari ketua kelompok, begitu juga dengan ketua kelompoknya juga sulit
untuk menyampaikan materi kepada anggota ketua kelompoknya.
Pada pertemuan kedua, pelaksanaan pembelajaran pada kelas VII.4 siswa mulai
terbiasa belajar menggunakan model pembelajaran snowball throwing, dan siswa sudah mulai
cocok dengan kelompoknya masing-masing. Sehingga materi yang disampaikan ketua
kelompok mudah diterima anggota kelompok. Hambatan yang dirasakan siswa secara
berlahan dapat berkurang karena siswa mulai tertarik dengan model pembelajaran snowball
throwing, siswa menjadi lebih tanggap menerima materi dari ketua kelompok dan siswa mulai
terbiasa untuk menyampaikan materi kepada temannya dalam anggota kelompok. Sehingga,
proses pembelajaran didalam kelas berlangsung dengan baik. Karena pada saat
berlangsungnya proses belajar guru membagi kelompok dan setiap kelompok mempunyai
tugas untuk menjelaskan materi kepada anggota kelompoknya, setelah ketua kelompok
memberi penjelasan kepada anggota kelompok.
Setiap siswa diberi kertas kosong yang harus diisi satu pertanyaan, kemudian
pertanyaan yang dituliskan dalam kertas digulung seperti bola terus dilempar kepada anggota
kelompok lain secara acak. Setelah masing-masing siswa dalam kelompok mendapat
pertanyaan, siswa secara bergantian menjawab pertanyaan dari temannya, untuk mengakhiri
pembelajaran guru dengan siswa menyimpulkan jawaban-jawaban tersebut. Pada model
pembelajaran snowball throwing siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan kepada
siswa yang lain.
Pembelajaran dengan menggunakan model snowball throwing, siswa menjadi lebih
semangat belajar, siswa lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain, siswa lebih aktif, dan
semakin meningkatnya rasa tanggung jawab siswa terhadap diri sendiri maupun terhadap
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Fisika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2015 14
siswa lain. Sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat dan model pembelajaran snowball
throwing sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Dari pembahasan yang telah dijelaskan tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh maryanti (2011:45) bahwa keunggulan dari model pembelajaran snowball
throwing itu sendiri antara lain siswa terlibat lebih aktif dalam pembelajaran, siswa mendapat
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, membuat siswa lebih siap dengan
berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya, dapat
membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan dan siswa lebih terlibat
langsung dalam pembelajaran. Sehingga siswa merasa tertarik, senang, tidak bosan mengikuti
pembelajaran fisika dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Setelah penyampaian materi dengan model snowball throwing diadakan post-test.
Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan KKM (KKM ≥ 70) sebanyak
24 siswa (80%) dan nilai yang kurang dari KKM sebanyak 6 siswa (20%). Rata-rata tes akhir
sebesar 74,8, dengan nilai tertinggi adalah 95, nilai terendah adalah 42, serta simpangan baku
sebesar 10,93.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hasil belajar siswa kelas VII.4 SMP Negeri
Muara Batang Empu Tahun Pelajaran 2014/2015 setelah diterapkan model pembelajaran
snowball throwing secara signifikan tuntas. Hasil penelitian setelah dilakukan uji hipotesis
yaitu uji t satu pihak, diperoleh thitung = 2,412 sedangkan ttabel= 1,699 dengan thitung > ttabel maka
H0 ditolak dan hipotesis dalam penelitian ini diterima dengan taraf signifikan 0,05 sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar fisika siswa tuntas setelah diterapkan model
snowball throwing dikelas VII.4 SMP Negeri Muara Batang Empu Tahun Pelajaran
2014/2015.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh hasil nilai post-test 푡 =
2,412 lebih besar dari pada 푡 = 1,699 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Pada pre-
test tidak ada siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan yaitu
sebesar 70, rata-rata nilai sebesar 38,7 dengan persentase ketuntasan 0%. Sedangkan pada
post-test terdapat 24 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimum yaitu sebesar 70,
rata-rata nilai akhir siswa sebesar 74,8 dengan persentase ketuntasan sebesar 80%. Maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa tuntas setelah penerapan model
pembelajaran snowball throwing dikelas VII SMP Negeri Muara Batang Empu Tahun
Pelajaran 2014/2015.
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Fisika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2015 15
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta. Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif).
Bandung: Yrama Widya. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Asdi Mahasetya. Djamarah. 2008. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar-Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Isjoni. 2007. Cooperative learning. Bandung: Alfabeta. Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep Dan Aplikasi. Bandung:
Refika Aditama. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Memperaktikkan Cooperative Learning di Ruang-
Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Mukaromah, et.al. 2013. Peningkatan Kreativitas Belajar Fisika Menggunakan Model
Pembelajaran Snowball Throwing Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Klirong. Radiasi.No.3.Vol.2.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
Raja Grapindo Persada. Rusman, et.al. 2012. Pemanfaatan Model Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Keaktifan
Belajar IPA Pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 22 Purworejo. Radiasi.No.1.Vol.1. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning. Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media.