penerapan pendidikan lingkungan hidup (plh) dalam pembelajaran ipa pada materi pemanasan global...

12
Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dalam Pembelajaran IPA pada Materi Pemanasan Global PENERAPAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH) DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL UNTUK MELATIHKAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS VII-B SMPN 2 WONOAYU SIDOARJO Erina Desvika 1) , Elok Sudibyo 2) , dan Herlina Fitrihidajati 3) 1) Program Studi Pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, [email protected] 2) Dosen Program Studi Pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya 3) Dosen Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya Abstrak Masalah lingkungan sudah menjadi masalah serius bagi masyarakat dunia yang tidak hanya disebabkan oleh alam tapi juga karena aktivitas manusia yang mengeksploitasi alam secara berlebihan. Untuk itu diperlukan upaya untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan terutama pada anak sejak dini. Salah satunya melalui pendidikan formal di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan keterlaksanaan pendidikan lingkungan hidupdalam pembelajaran IPA pada materi pemanasan global bagi siswa kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu, (2) mendeskripsikan sikap peduli lingkungan siswa kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu setelah menerima pembelajaran PLH pada materi pemanasan global, (3) mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu pada materi pemanasan global. Data diperoleh menggunakan metode observasi, metode angket dan metode tes. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran IPA pada materi pemanasan global bagi siswa Kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu terlaksana dengan baik dengan skor 3,46. Sikap peduli lingkungan siswa Kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu setelah memperoleh materi PLH pada materi pemanasan global mengalami peningkatan dan tergolong baik dengan skor 72. Hasil belajar siswa Kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu pada materi pemanasan global mencapai ketuntasan sebesar 78,79%. Kata Kunci: pendidikan lingkungan hidup, peduli lingkungan, pembelajaran IPA Abstract Environmental issues have become a serious problem for the world community is not only caused by nature but also caused of human activities that exploit excessive nature. Therefore, needed efforts to foster the caring environment attitudes, especially in children from an early age. One of them through formal education in schools . The purpose of this research is described (1) the enforcement education learning environment in science, (2) the attitude of students care about the environment, (3) the learning outcomes students class VII-B SMPN 2 Wonoayu Sidoarjo after applied environmental education in science learning material on global warming.The methods used in this research are observation, test, and questionnaire. The research results show that enforcement lesson plans in the first meeting, second meeting, and third meeting implemented 100 % and included in the category of good with an average score 3,46. Attitude care about the environment students has been an increase and included in a category good 1

Upload: alim-sumarno

Post on 04-Sep-2015

59 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : ERINA DESVIKA

TRANSCRIPT

Paper Title (use style: paper title)

Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dalam Pembelajaran IPA pada Materi Pemanasan Global

PENERAPAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH) DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL UNTUK MELATIHKAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS VII-B SMPN 2 WONOAYU SIDOARJOErina Desvika1), Elok Sudibyo2), dan Herlina Fitrihidajati3)1)Program Studi Pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, [email protected] 2)Dosen Program Studi Pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya 3)Dosen Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

Abstrak

Masalah lingkungan sudah menjadi masalah serius bagi masyarakat dunia yang tidak hanya disebabkan oleh alam tapi juga karena aktivitas manusia yang mengeksploitasi alam secara berlebihan. Untuk itu diperlukan upaya untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan terutama pada anak sejak dini. Salah satunya melalui pendidikan formal di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan keterlaksanaan pendidikan lingkungan hidupdalam pembelajaran IPA pada materi pemanasan global bagi siswa kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu, (2) mendeskripsikan sikap peduli lingkungan siswa kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu setelah menerima pembelajaran PLH pada materi pemanasan global, (3) mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu pada materi pemanasan global. Data diperoleh menggunakan metode observasi, metode angket dan metode tes. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran IPA pada materi pemanasan global bagi siswa Kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu terlaksana dengan baik dengan skor 3,46. Sikap peduli lingkungan siswa Kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu setelah memperoleh materi PLH pada materi pemanasan global mengalami peningkatan dan tergolong baik dengan skor 72. Hasil belajar siswa Kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu pada materi pemanasan global mencapai ketuntasan sebesar 78,79%.Kata Kunci: pendidikan lingkungan hidup, peduli lingkungan, pembelajaran IPAAbstractEnvironmental issues have become a serious problem for the world community is not only caused by nature but also caused of human activities that exploit excessive nature. Therefore, needed efforts to foster the caring environment attitudes, especially in children from an early age. One of them through formal education in schools . The purpose of this research is described (1) the enforcement education learning environment in science, (2) the attitude of students care about the environment, (3) the learning outcomes students class VII-B SMPN 2 Wonoayu Sidoarjo after applied environmental education in science learning material on global warming.The methods used in this research are observation, test, and questionnaire. The research results show that enforcement lesson plans in the first meeting, second meeting, and third meeting implemented 100 % and included in the category of good with an average score 3,46. Attitude care about the environment students has been an increase and included in a category good with an average score 72. Learning outcomes of students shows that as much as 78.8 % of students had been completed in the results of learning .Keywords : environmental education , environmental care attitude , and learning sciencePENDAHULUAN

Secara historis keprihatinan masyarakat dunia terhadap degradasi lingkungan dimulai sejak 1972, pada saat konferensi Stockholm, dan kemudian berlanjut dengan dirumuskan strategi pembangunan terlanjutkan (sustainable development) oleh Komisi Dunia bagi Lingkungan dan Pembangunan. Konsep pembangunan berwawasan lingkungan adalah bagaimana setiap negara dapat terus membangun untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan cepat seimbang dengan pertumbuhan penduduk yang juga bertambah dengan cepat. Salah satu cara adalah melalui industrialisasi. Tidak ada alternatif lain yang lebih dapat diandalkan selain industrialisasi. Pembangunan industri harus berwawasan lingkungan artinya tetap dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk dengan cepat, karena tingkat pertumbuhan penduduk juga masih tinggi, tanpa mengeksploitasi sumber daya alam secara irasional (Achmad, 2012).

Dalam hubungan pembangunan yang berwawasan lingkungan inilah peranan tingkah laku manusia menjadi sangat penting. Berbeda dari makhluk-makhluk lain yang lebih dipengaruhi oleh alam, manusia mampu mempengaruhi alam. Oleh karena itu, dalam hubungan manusia dengan alamnya, manusia dimungkinkan untuk menjadi titik sentral perkembangan lingkungan (Sarlito, 1992).

Menurut Surakusumah (2009), pendidikan lingkungan merupakan suatu proses yang bertujuan membentuk perilaku, nilai dan kebiasaan untuk menghargai lingkungan hidup. Dengan definisi diatas kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan lingkungan hidup harus diberikan sejak dini kepada anak-anak, dan yang paling penting pendidikan lingkungan hidup harus berdasarkan pengalaman langsung bersentuhan dengan lingkungan hidup sehingga diharapkan pengalaman langsung tersebut dapat membentuk perilaku, nilai dan kebiasaan untuk menghargai lingkungan.

Secara formal, pendidikan lingkungan menjadi salah satu alternatif yang rasional untuk memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum. Hal ini ditegaskan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dengan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) tanggal 1 Februari 2010 tentang Pendidikan Lingkungan Hidup (Achmad, 2012).

Melalui studi pendahuluan di sekolah yang telah menerapkan pendidikan lingkungan hidup (SMPN 36 Surabaya) diperoleh data bahwa sebanyak 56% responden memiliki sikap peduli lingkungan yang baik, 44% responden memiliki sikap peduli lingkungan dalam kategori sedang, 0% responden memiliki sikap peduli lingkungan kategori kurang. Sedangkan pada sekolah yang belum menerapkan pendidikan lingkungan hidup (SMPN 2 Wonoayu) baik sebagai mata pelajaran maupun sebagai ekstrakurikuler diperoleh bahwa sebanyak 36% responden memiliki sikap peduli lingkungan yang baik, 60% responden memiliki sikap peduli lingkungan kategori sedang dan 4% responden memiliki sikap peduli lingkungan kategori kurang.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala alam baik yang menyangkut makhluk hidup maupun benda mati. Pembelajaran IPA berorientasi pada kemampuan aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. IPA juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan biologi dan alam sekitarnya (Widhy, 2013). Dalam pembelajaran IPA dikenal istilah Science, Environment Technology, and Society (SETS) atau dalam Bahasa Indonesia disebut Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat). Salingtemas membelajarkan kepada siswa bahwa sains bermanfaat bagi manusia tetapi jika dimanfaatkan secara salah akan menyebabkan kerusakan lingkungan dan masyarakat. Pembelajaran Salingtemas merupakan pembelajaran terpadu antara IPA, teknologi, isu lingkungan dan dampaknya bagi masyarakat (Tim USAID, 2013).

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan serta makhluk hidup lain. Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran mayarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang (Tim MKU PLH Unnes, 2014).

Menurut Nomura (2005) ada tiga metodologi utama (atau strategi) pendidikan lingkungan dalam pendidikan formal yaitu infusi, integrasi, dan sebagai subjek yang terpisah. Salah satu optimalisasi implementasi kurikulum 2013 adalah mendayagunakan lingkungan. Pendayagunaan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik bila apa yang dipelajari diangkat dari lingkungannya, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan bermanfaat bagi lingkungannya. Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan hidup dapat dilakukan dengan dua cara: (1) membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran. Hal ini bisa dilakukan dengan metode karyawisata, metode pemberian tugas, dan lain-lain. (2) membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas) untuk kepentingan pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli, seperti nara sumber, tapi juga bisa sumber tiruan, seperti gambar, model, dan sebagainya (Mulyasa, 2013).

Menurut Afandi (2013) pendidikan lingkungan hidup dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran IPS dengan cara mengkaji standar isi pembelajaran IPS di sekolah dasar yang dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan, dengan pendidikan lingkungan hidup diharapkan dapat menciptakan sekolah hijau.

Sekolah yang telah menerapkan pendidikan lingkungan hidup, warga sekolah (Kepala sekolah/ wakil, guru, siswa, komite sekolah dan petugas kebersihan sekolah) sudah memiliki perilaku yang peduli dalam pengelolaan lingkungan sekolah seperti a) menanam dan merawat tanaman adanya taman disetiap kelasnya, apotek hidup, green house, pembibitan tanaman dan kolam ikan, b) memilah sampah dan membuang sampah pada tempatnya serta pengelolaan sampah yang baik seperti adanya bank sampah, pengomposan dan daur ulang sampah, c) menghemat pemakaian air, listrik dan menghemat pemakaian alat tulis kantor (Monalisa, 2013).

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran IPA pada materi pemanasan global bagi siswa Kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu? (2) Bagaimana sikap peduli lingkungan siswa Kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu setelah memperoleh materi PLH pada pemanasan global? (3) Bagaimana hasil belajar siswa Kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu pada materi pemanasan global?

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan keterlaksanaan pendidikan lingkungan hidup dalam pembelajaran IPA pada materi pemanasan global bagi siswa kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu, (2) mendeskripsikan sikap peduli lingkungan siswa kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu setelah menerima pembelajaran PLH pada materi pemanasan global, (3) mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu pada materi pemanasan global.METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain penelitian pre experimental design. Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pre-test post-test design.

Penelitian dilakukan di SMPN 2 Wonoayu pada semester genap tahun ajaran 2014-2015. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas VII-B di SMPN 2 Wonoayu yang berjumlah 33 siswa. Siswa Kelas VII-B terdiri dari 16 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Pemilihan Kelas VII-B sebagai sasaran penelitian dilakukan oleh guru mata pelajaran.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, metode angket dan metode tes. Metode observasi digunakan untuk memperoleh data keterlaksanaan pembelajaran dengan instrumen penelitian berupa Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran. Metode angket digunakan untuk memperoleh data sikap peduli lingkungan siswa dengan instrumen penelitian berupa Angket Sikap Peduli Lingkungan. Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa pada materi pemanasan global dengan menggunakan instrumen penelitian berupa Soal Pre-test dan Soal Post-test.

Data keterlaksanaan pembelajaran penerapan pendidikan lingkungan hidup dalam pembelajaran IPA dianalisis dengan cara sebagai berikut:Keterlaksanaan = x 100 %

Angket sikap peduli lingkungan dianalisis dengan kategori skor sikap peduli lingkungan dan kategori skor setiap pernyataan sikap peduli lingkungan siswa di sekolah tersebut berdasarkan kategori skor skala sebagai berikut:Tabel 1. Kategori skor sikapInterval SkalaKategori

X > M + 1,5 (s)Sangat Baik

M + 0,5 (s) < X < M + 1,5 (s)Baik

M 0,5 (s) < X < M + 0,5 (s)Sedang

M 1.5 (s) < X < M 0,5 (s)Kurang

X < M 1,5 (s)Sangat kurang

Sumber:Arifin, Zainal,2009:237Keterangan:

X = skor yang diperoleh

M = rata-rata ideal (diperoleh melalui M = x skor ideal)

s = simpangan baku ideal (diperoleh melalui s = x M)

Hasil tes pengetahuan siswa pada materi pemanasan global dianalisis sesuai dengan kriteria ketuntasan aspek pengetahuan pada lampiran Permendikbud No. 104 Tahun 2014. Kriteria ketuntasan hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2 Kategori Skor Pengetahuan

Nilai Ketuntasan Pengetahuan

Rentang AngkaHuruf

3,85 4,00A

3,51 3,84A-

3,18 3,50B+

2,85 3,17B

2,51 2,84B-

2,18 2,50C+

1,85 2,17C

1,51 1,84C-

1,18 1,50D+

1,00 1,17D

(sumber: Lampiran Permendikbud No. 104, 2014)Untuk mengetahui peningkatan sikap peduli lingkungan sebelum dan sesudah diberi perlakuan, dilakukan analisis menggunakan skor gain-ternormalisasi yang kemudian dibandingkan dengan kategori yang dikemukakan Hake (1999). Skor gain-ternomalisasi dapat dinyatakan oleh rumus sebagai berikut: = % < Sf > - % < Si >

% < Smaks > - % < Si >

HASIL DAN PEMBAHASANKeterlaksanaan proses pembelajaran yang diamati adalah keterlaksanaan proses pembelajaran pendidikan lingkungan hidup yang diintegrasikan dalam pembelajaran IPA pada materi pemanasan global. Pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun dalam proses pembelajaran. Rekapitulasi data hasil pengamatan keterlaksanaan proses pembelajaran pendidikan lingkungan hidup yang diintegrasikan dalam pembelajaran IPA pada materi pemanasan global disajikan dalam Tabel 3 berikut ini:Tabel 3. Rekapitulasi data pengamatan keterlaksanaan pembelajaran

Aspek yang diamatiKeterlaksanaanSkorKategori

PENDAHULUAN100 %3,64Sangat Baik

Fase 1. Orientasi siswa kepada masalah100 %3,08Baik

KEGIATAN INTI

Fase 2. Mengorganisasi siswa untuk belajar100 %3,64Sangat Baik

Fase 3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok100 %3,67Sangat Baik

Fase 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya100 %3,17Baik

PENUTUP

Fase 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah100 %3,54Sangat Baik

Rata-rata100 %3,46Baik

Menurut Nomura (2005) ada tiga metodologi utama pendidikan lingkungan dalam pendidikan formal yaitu infusi, integrasi, dan sebagai subjek yang terpisah. Pada penelitian ini, pendidikan lingkungan hidup diajarkan dengan pendekatan terintegrasi ke dalam pembelajaran IPA pada materi pemanasan global. Dari Tabel diketahui bahwa pendidikan lingkungan hidup diajarkan dengan pendekatan terintegrasi ke dalam pembelajaran IPA pada materi pemanasan global terlaksana 100% dengan skor kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dalam kategori baik. Pada fase 3, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran tergolong sangat baik. Pada fase 3 tersebut dilakukan percobaan pengaruh vegetasi dalam mengatasi pemanasan global yang pada kegiatan tersebut salah satunya bertujuan untuk melatih siswa untuk melatih kepedulian siswa untuk menanam dan merawat tanaman serta menjaga kebersihan.Dari skor angket yang telah diperoleh dari 33 siswa kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu Sidoarjo kemudian dianalisis. Berdasarkan analisis yang didapatkan dari nilai rata-rata ideal dan simpangan baku ideal hasil penelitian, maka didapatkan skor skala sikap peduli lingkungan sebagai berikut:Tabel 4. Distribusi nilai sikap peduli lingkungan siswa kelas VII-B SMPN Wonoayu SidoarjoInterval SkalaKategoriFrekuensiPersentase

X > 87,5Sangat Baik412%

62,5 < X < 87,5Baik2370%

37,5 < X < 62,5Sedang515%

12,5 < X < 37,5Kurang13%

X < 12,5Sangat kurang00%

Sumber: data primerBerdasarkan Tabel 4, dari 33 siswa dapat dilihat bahwa sebanyak 12% siswa memiliki sikap peduli lingkungan yang sangat baik, sebanyak 70% siswa memiliki sikap peduli lingkungan yang baik, sebanyak 15% siswa memiliki sikap peduli lingkungan yang sedang, sebanyak 3% siswa memiliki sikap peduli lingkungan yang kurang. Berdasarkan indeks N-gain, peningkatan sikap peduli lingkungan rata-rata diperoleh indeks N-gain sebesar 0,25 sehingga tergolong dalam peningkatan yang rendah. Mulyasa (2013) menjelaskan bahwa untuk membentuk karakter atau sikap tidak bisa tebentuk dalam waktu singkat. Tapi indikator perilaku dapat dideteksi secara dini oleh setiap guru.Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa di kelas VII-B SMPN 2Wonoayu, tingkat setiap indikator sikap peduli lingkungan ditunjukkan pada Tabel 5 berikut:Tabel 5. Tingkat kepedulian pada setiap indikator kelas VIII B SMPN 36 Surabaya PernyataanSkorKategori

Membuang sampah pada tempatnya.86Baik

Menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan untuk kebutuhan sehari-hari.57Sedang

Menggunakan kembali barang-barang yang masih bisa dimanfaatkan untuk mengurangi sampah seperti kaleng bekas, plastik bekas, botol bekas, dsb.63Baik

Menjaga kebersihan sarana dan prasarana sekolah seperti ruang kelas, perpustakaan, UKS, kantin, dsb.66Baik

Memilah sampah basah dan sampah kering.74Baik

Melaksanakan piket kebersihan secara rutin .89Sangat baik

Mematikan lampu sebelum tidur.84Baik

Membeli makanan yang dibungkus dengan daun daripada membeli makanan yang dibungkus dengan kertas minyak/plastik mika.86Baik

Mematikan alat elektronik yang memerlukan energi listrik jika sudah tidak digunakan seperti kipas angin, televisi, LCD, dsb.57Sedang

Menanam tanaman di sekitar lingkungan rumah/sekolah.63Baik

Memelihara dan merawat binatang di lingkungan rumah atau sekolah.66Baik

Merawat tanaman di lingkungan rumah atau sekolah.74Baik

Terlibat dalam kegiatan di lingkungan tempat tinggal seperti membersihkan halaman rumah.89Sangat baik

Menutup kran air jika sudah tidak digunakan.84Baik

Mandi/mencuci piring/mencuci baju/menyiram tanaman dengan air secukupnya.86Baik

Sumber: data primerDari Tabel 5 dapat dilihat bahwa terdapat 2 indikator sikap peduli lingkungan yang tergolong sangat baik, terdapat 11 indikator sikap peduli lingkungan yang tergolong baik, 2 indikator sikap peduli lingkungan yang tergolong sedang .Untuk hasil belajar siswa pada materi pemanasan global mencapai ketuntasan sebesar 78,79%. Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.

Untuk mengetahui besarnya peningkatan hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan maka dilakukan uji N-gain. Hasil analisis hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan dengan menggunakan gain scores menunjukkan nilai gain scores rata-rata hasil belajar siswa sebesar 0,52 dengan kriteria sedang. Artinya ada peningkatan pengetahuan siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran. Menurut Widhy (2013) pembelajaran IPA berorientasi pada kemampuan aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Siswa yang memiliki pengetahuan tentang materi pemanasan global yang baik memiliki sikap peduli lingkungan yang baik pula. Dilihat dari keterlaksanaan pembelajarannya, pada fase 3 yaitu membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran tergolong sangat baik. Pada fase 3 tersebut dilakukan percobaan peran vegetasi dalam mengatasi pemanasan global yang dalam pelaksanaannya bertujuan untuk melatih siswa untuk peduli merawat dan menanam pohon, serta menjaga kebersihan lingkungan. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pendidikan lingkungan hidup dapat meningkatkan sikap peduli lingkungan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup dalam pembelajaran IPA juga membantu ketuntasan belajar siswa.PENUTUP

Simpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Keterlaksanaan pendidikan lingkungan hidup dalam pembelajaran IPA pada materi pemanasan global bagi siswa Kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu terlaksana dengan baik dengan skor 3,46. Sikap peduli lingkungan siswa Kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu setelah memperoleh materi PLH pada materi pemanasan global mengalami peningkatan dan tergolong baik dengan skor 72. Hasil belajar siswa Kelas VII-B SMPN 2 Wonoayu pada materi pemanasan global mencapai ketuntasan sebesar 78,79%.Saran

Pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup dalam pembelajaran IPA sebaiknya diberikan secara berkala karena sikap peduli lingkungan tidak bisa dibentuk dalam waktu singkat sehingga melatihkan sikap peduli lingkungan secara berkala dapat membentuk kebiasaan. Bagi guru agar dapat menerapkan pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran (pakem/belajar aktif/partisipatif) serta mengembangkan isu lokal maupun isu global dalam mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup dalam pembelajaran IPA. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melaksanakan penelitian serupa dapat mengembangkan indikator dan instrumen penilaian pembelajaran lingkungan hidup yang lebih mendalam.DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesyh., Putarwan, I Made., Nadiroh., Moersidik, Setyo., Nurbaity., Syair, Edy. 2012. Pedoman Pengembangan Garis Besar Isi Materi (GBIM) Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta: Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup

Afandi, Rifki. 2013. Integrasi Pendidikan Lingkungan Hidup Melalui Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Sebagai Alternatif Menciptakan Sekolah Hijau. Jurnal Pedagogia Vol. 2, No. 1, Februari 2013: halaman 98-108Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja RosdakaryaArikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka CiptaMonalisa. 2013. Program Adiwiyata Dalam Pengelolaan Lingkungan Sekolah Di SMPN 24 Padang. Skripsi Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta: GrasindoSugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: AlfabetaSurakusumah, Wahyu. 2009. Konsep Pendidikan Lingkungan di Sekolah: Model Uji Coba Sekolah Berwawasan Lingkungan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Tim MKU PLH. 2014. Pendidikan Lingkungan Hidup. Semarang: PUSBANG MKU/MKDK Universitas Negeri SemarangUSAID. 2013. Buku Sumber untuk Dosen LPTK: Pembelajaran IPA SMP di LPTK. Jakarta: USAID

Widhy, Purwanti. 2013. Langkah Pengembangan Pembelajaran IPA pada Implementasi Kurikulum 2013. Makalah disajikan dalam Pelatihan Diklat penyusunan worksheets integrated science process skils bagi guru IPA SMP kabupaten Sleman menyongsong implementasi kurikulum 2013, Yogyakarta, pada 24 dan 31 Agustus 2013Gambar 1 Diagram Lingkaran Ketuntasan hasil belajar siswa aspek pengetahuan

1