penetapan mahar pada suku bugis dalam pandangan...

85
i PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus di Maros dan Makassar Sulawesi Selatan) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam Oleh: Daniel Javar NIM: 21112046 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

i

PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN

ISLAM

(Studi Kasus di Maros dan Makassar Sulawesi Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

Oleh:

Daniel Javar

NIM: 21112046

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

Page 2: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

ii

Page 3: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

iii

Page 4: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

iv

Page 5: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Dimanapun Allah memudahkan rizqi di situlah kakiku berpijak.

PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tuaku,

para dosen-dosenku, saudara-saudaraku,

kekasihku, sahabat-sahabat seperjuanganku,

dan semua orang yang mendukungku

Page 6: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi Penetapan Mahar Suku Bugis dalam Pandangan Islam ini dengan baik.

Shalawat dan salam semoga terus terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, guru dan

teladan utama kita semua. Dan semoga kita dapat meneladani dan menjalankan

Sunnah-sunnah KBeliau sehingga kita layak mendapatkan syafa‟at Beliau SAW

kelak padahari perhitungan amal. Aammiin…

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Skripsi ini merupakan hasil penelitian

penulis tentang Penetapan Mahar Suku Bugis dalam Pandangan Islam studi kasus

di Maros dan Makassar Sulawesi Selatan. Penulis meneliti tentang bagaimana

prosedur penetapan mahar Suku Bugis beserta faktor-faktor yang mempengaruhi

nominal tinggi rendahnya mahar perkawinan. Sehingga dapat di implementasikan

dalam hukum perkawinan.

Akhirnya, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-sebesarnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. Ag. selaku Dekan fakultas Syari‟ah IAIN

Salatiga.

3. Bapak Sukron Ma‟mun, M.SI. selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga

Islam IAIN Salatiga.

Page 7: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

vii

Page 8: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

viii

ABSTRAK

Javar, Daniel. 2017. Penetapan Mahar pada Suku Bugis Dalam Pandangan Islam.

Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Program Studi Hukum Keluarga Islam. Institut Agama

Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing: Drs. Machfud, M.Ag.

Kata Kunci: Mahar, Suku Bugis, Pandangan Islam

Ketertarikan peneliti bermula ketika penulis mendapati bahwa ada salah

satu suku di Indonesia yang berada di Sulawesi selatan yaitu suku Bugis. Pada

suku tersebut Mahar wanita terkenal akan tinggi nominalnya. Padahal dalam

ajaran islam di dalam hadit disebutkan: perkawinan yang paling besar berkahnya

ialah yang paling ringan maskawinnya. (Riwayat Ahmad dari Aisyah). Begitu

juga dalam HKI pasal 31 disebutkan: penentuan mahar berdasarkan atas asas

kesederhanaan dan kemudahan yang dianjurakan oleh ajaran islam. Adapun

rumusan masalahnya dapat diurikan sebagai berikut: (1) bagaimana penetapan

mahar pada suku Bugis? (2) faktor-faktor apa saja yang mempengeruhi suku

Bugis? (3) bagaimana pandangan Islam tentang mahar pada suku Bugis?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, adapun teknik pengumpulan

data penulis menggunakan teknik Wawancara untuk mengetahui bagaiman

penetapan Mahar suku Bugis.,. Penulis melakukan tahap-tahap penelitian sebagai

berikut: (1) mengumpulkan buku-buku yang membahas mahar dalam Islam, (2)

mewawancarai pihak-pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini, (3)

melakukan analisis terhadap mahar dalam pandangan islam dan suku Bugis, (4)

menyimpulkan mahar dalam islam dan adat Bugis.

Temuan penulisan ini menunjukan bahwa tidak semua adat suku Bugis

dalam menentukan Mahar bertentangan dengan ajaran Islam, hanya saja dalam

menentukan nominal tinggi rendahnya Mahar adat suku Bugis tidak sesuai dengan

ajaran Islam dan KHI pasal 31 yang berbunyi: Penentuan mahar berdasarkan

asas kesederhanaan dan kemudahan yang dianjurkan oleh ajaran Islam.

Page 9: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

NOTA PEMBIMBING ……………………………………………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………………………….. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI.. .................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Permasalahan .................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

E. Penegasan Istilah ...................................................................... ..... 5

F. Tinjauan Pustaka ...................................................................... ..... 6

G. Metode Penelitian .................................................................... 7

1. Jenis Penelitian .................................................................. ... 7

2. Sumber Data ..................................................................... ..... 7

Page 10: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

x

a. Data Primer .......................................................................... . 7

b. Data Sekunder …………………………………………... . 8

c. Data Tersier ……………………………………………... . 8

3. Teknik Pengumpulan Data …………………………….... ..... 8

a. Wawancara ……………………………………………... . 8

b. Observasi ………………………………………………. ... 8

c. Telaah Dokumen ................................................................. 9

4. Teknik Analisis Data ............................................................... 9

F. Sistematika Penulisan……………………………………………… 9

BAB II KERANGKA TEORI ............................................................... ...... 11

A. Pengertian Mahar .................................................................... 11

B. Dasar Hukum .................................................................... 13

C. Syarat dan Jenis Mahar ............................................................ 19

1. Syarat Mahar .................................................................... 19

a. Harta atau Benda Berharga .............................................. 19

b. Barangnya Suci dan Bisa diambil Manfaat ..................... 20

c. Barangnya Suci Bukan Gosop ......................................... 20

2. Jenis Mahar ………… ......................................................... 20

a. Mahar Musamma ………………………………….... ... 20

b. Mahar Mitsil ………………………………………… .. 21

D. Kadar Maskawin ................................................................... 22

E. Hikmah disyariatkannya Mahar .............................................. 28

F. Akad Nikah Tanpa Maskawin ................................................. 29

Page 11: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

xi

G. Gugurnya Kewajiban Membayar Maskawin ........................... 30

BAB III TATA CARA PERKAWINAN SUKU BUGIS ............................ 31

A. Proses Perkawinan Suku Bugis …………………………. .... 31

1. Makkapese‟- Pese dan Mattiro ……………………… ....... 31

2. Ma‟duta .............................................................................. 32

3. Mapettu Ada ................................................................ ...... 33

a. Tanra Esso ...................................................................... 33

b. Leko................................................................................. 33

c. Sompa atau Sunrang ....................................................... 33

d. Ma‟pabotting atau Menre‟ Botting ................................. 34

B. Profil Keluarga Yang Melakukan Praktek

Tingginya Penetapan Mahar …………………………. .......... 36

1. Bapak Jamaluddin dan Ruki ................................................ 36

2. Bapak Ahmad dan Ibu Jamilla ............................................ 38

C. Pandangan Tokoh Tentang Penetapan Mahar Pada Suku Bugis

1. Tokoh Agama ................................................................... 39

2. Tokoh Adat dan Masyarakat .............................................. 42

BAB IV ANALISIS MAHAR SUKU BUGIS

BERDASARKAN PERSPEKTIF ISLAM .................................... 45

A. Analisis penetapan mahar suku Bugis .................................... 43

B. Analisis penetapan Mahar Suku Bugis dalam pandangan Islam… 44

Page 12: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

xii

BAB V PENUTUP………………… ............................................................ 56

A. Kesimpulan ....................................................................... 56

B. Saran ……………………………………………………… . 58

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. ...... 61

LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………

Page 13: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT adalah Zat mulia, yang telah menciptakan semua maklukNya

di dunia ini salin berdampingan dan berpasang-pasangan,semuanya berjalan atas

kekuasaan dan kebesaranNya, Dia lah menciptakan adanya langit dan adanya

bumi, adanya bulan adanya matahari, adanya siang dan adanya malam, adanya

laki-laki dan adanya perempuan.

Di antara semua ciptaanNya yang ada di bumi ini, yang palin mulia di

sisiNya adalah manusia, sehingga ALLAH mengabadikan manusia di dalam kitab

suciNya Al‟quran dengan suatu istilah atau sebutan; kholifatul fil Ardhi, yaitu

suatu bentuk kekuasaan ataupun kepemimpinan yang Allah berikan kepada

makhluknya untuk mengurus dan mengatur bumi ini.

Dalam menjalankan tugas yang diberikan oleh sang Kholik kepada

makhluknya, Allah memerintahkan kepada manusia untuk berkembang biak atau

beranak cucu agar kelestarian bumi ini berkelanjutan dan terus menerus, sehingga

Allah memerintahkan kepada manusia untuk beranak cucu dengan melalui jalan

perkawinan.

Perkawinan merupankan sunatullah yang harus di penuhi ataupun

dilaksanakan oleh manusia, sebagaimana yang telah dipraktekan oleh utusan-

utusan terdahulu mulai dari nabi Adam As sampai pada nabi Muhammad SAW.

Page 14: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

2

Di negara kita Indonesia ini, banyak sekali kita jumpai suku dan ras yang

beraneka ragam, masing-masing meiliki corak kebudayaan yang merupakan ciri

khas daerah tersebut, diantaranya mulai dari bidang sosial masyrakat,

perekonomian, dan kebudayaan. Sihingga dari perbedaan inilah muncul adat

istiadat ataupun tradisi yang merambat masuk ke dalam agama, salah satunya

dalam hal perkawinan.

Suku-suku di Indonesia memiliki tradisi yang sangat beragam dalam hal

perkawinan, sebagai contoh adat istiadat perkawinan suku aceh, Sumatra, jawa,

begitupula adat istiadat perkawinan suku bugis.

Di dalam perkawinan tersebut terdapat kontrak social, yaitu sebuah

hubungan timbal balik antar masyarakat yng satu dengan masyarakat yang lain,

kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, ras yang satu dengan ras yang

lain, individu yang satu dengan individu yang lain, dan kepribadian yang satu

dengan kepribadian yang lain, maka dari itu perkawinan merupakan sesuatu

kegiatan yang sakral di mata agama maupun masyarakat, sehing perkawinan

merupakan ajang untuk membangun sebuah rumah tangga yang mana di dalam

nya akan menyatuhkan kelompok yang satu dengan kelompok lainnya.

Dalam perkawinan tersebut terdapat beberapa nilai-nilai yang luhur dan

manfaat yang akan didapati oleh kedua insan yang ingin membangun sebuah

rumah tangga, diantaranya keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah.

Page 15: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

3

Allah berfirman dalam surat al-rum ayat 21.

ها ومن آياتو أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إلي

نكم مودة ورحة إن ف ذلك ليات لقوم ي ت فكرون وجعل ب ي

Artinya: “dan diantara tanda-tanta kekuasaan allah ialah menciptakan

untukmu istri-isri dari sejenismu sendiri, supaya kamu cendrung dan merasa

tentram padanya, dan dijadikan-Nya di antramu raa kasih da sayang. akamu

yang berpikir”.(QS Al-Arum 30: 21)

Ayat di atas jelas bahwa tujuan disyariatkanya perkawinan oleh sang

Kholik agar manusia mendapatkan ketenangan dan ketentraman dalam

menjalankan kehidupan dunia ini dengan suatu prosesi yang sakral yaitu

perkawinan tersebut.

Di dalam melaksanakan suatu prosesi perkawinan, terdapat syarat-syarat

dan rukun-rukun yang harus dipenuhi oleh kedua bela pihak terutama dari pihak

laki-laki, salah satu syarat tersebut yang dimaksud adalah mahar.

Mahar merupakan suatu bentuk simbolis yang diberikan oleh seorang laki-

laki kepada seorang wanita yang ingin dipersunting oleh nya, pemberian mahar

merupakan suatu bentuk penghormatan dan penghargaan kepada seorang wanita

beserta keluarganya, sehingga mahar merupakan sesuatu yang sangat urgensi

dalam suatu perkawinan.

Page 16: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

4

Bagi sebagian kalangan mahar dianggap tidak begitu penting dan bukan

pula suatu keharusan sehingga dalam pemberian mahar tidak dititiberatkan pada

pihak laki-laki sehingga penyerahan atau pemberian mahar alakadarnya saja, tapi

di sebagian kalangan mahar dianggap sebagai sesuatu yang sakral dan urgensi

sehingga Persoalan mahar ini yang masih menjadi topik pembicaraan dan

pembahasan sampai sekarang ini belum juga ditemui tititk terangnya, karena

sebagian kalangan dan suku di negara Indonesia ini masih mempraktekan

tingginya nilai mahar dalam perkawinan, salah satu nya adat istiadat suku Bugis.

Dalam perkawinan adat Bugis, sebelum sorang ingin menyunting seorang

wanita maka terlebih dahulu pihak laki-laki memberikan mahar atau istilah bugis

disebut PANA‟I suatu nominal sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan

oleh kedua belapihak dan disepakati oleh pihak laki-laki, ini yang melatar

belakangi munculnya persoalan dalam mahar.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang

PENETAPAN MAHAR SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM.

B. Rumusan Masalah.

Dari permasalahan yang penulis kemukakan diatas sehingga mengambil

rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana penetapan mahar pada suku Bugis?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mahar suku Bugis?

3. Bagaimana pandangan islam tentang mahar pada suku Bugis?

Page 17: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

5

C. Tujuan Penelitian.

1. Untuk Mengetahui bagaimana penetapan mahar suku Bugis

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mahar suku

Bugis

3. Untuk Mengetahui bagaimana pandangan islam tentang mahar pada suku

Bugis

D. Manfaat Penelitian.

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

akademis/teoritik maupun dalam masyarakat. Secara akademis, penelitian ini

dapat menjadi salah satu pengembangan teori mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan mahar. khususnya kepada kalangan-kalangan tertentu yang masih berada

dalam rana tingginya nominal mahar.

Selain itu, penelitian ini mampu memberikan banyak informasi kepada

masyarakat mengenai konsep mahar suku Bugis mulai dari bagaimana

penetapannya, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan maslahat

mafsadahnya bagaimana. yang demikian serta membuka wawasan yang luas bagi

masyarakat bagaimana pandagan hukum islam mengenai konsep nilai mahar suku

Bugis.

E. Penegasan Istilah.

Untuk mempermudah pemahaman mengenai penelitian ini, penulis akan

mengemukakan beberapa definisi istilah-istilah yang terkandung dalam judul

skripsi ini, sehingga tidak menimbulkan suatu persoalan ataupun kebingungan.

Page 18: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

6

1. Mahar.

Mas kawin, pemberian dari pempelai laki-laki kepada pengantin

perempuan.(Suharso,2016:338)

2. Suku Bugis.

Suku yang berada di Sulawesi selatan.(Suharso,2016:97)

4. Pandangan Islam.

Suatu sudut pandang beragama yang mana kebenarannya berdasarkan pada

Qur‟an dan hadits yang saheh.

F. Tinjauan Pustaka.

Dalam penyusunan proposal skripsi ini, penulis merujuk pada penelitian

sebelumnya yaitu yang berjudul “ TATA CARA PENETAPAN MAHAR BAGI

PEREMPUAN NIAS “ studi kasus pada perempuan nias yang bekerja di sector

informal di padang bulan, karya LOLA UTAMA SITOMPUL dan diterbitkan

oleh UNIVERSITAS SUMATRA UTARA tahun 2009. Rujukan kedua yaitu

skripsi yang berjudul “ MAHAR DAN PAENRE‟ DALAM ADAT BUGIS” studi

Etnografis Hukum Islam dalam Perkawinan Adat Bugis di Bulukumbang

Sulawesi Selatan, karya ANDI ASYRAF dan diterbitkan oleh UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA tahun 2015.

Penelitian tersebut mengemukakan tentang istilah yang dipakai dalam

suku nias dalam hal penetapan mahar dan kedudukan mahar dalam adat nias, yang

membedakan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah: obyek penelitian,

tempat penelitian dan istilah yang digunakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan

mahar.

Page 19: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

7

G. Metode penelitian

1. Jenis Penelitian

Di dalam Penelitian ini merupakan studi kasus dengan metode

penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2009:6) penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan lain-lain.

Penelitian kualitatif dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk

menelaah atau menyelusuri sesuatu latar belakang misalnya tentang

motivasi, peranan, nilai, sikap, dan persepsi. (Moleong,2009:7)

2. Sumber Data

Menurut Lofland (1984:47) dikutip dari Moleong (2009:157) sumber

data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data

penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Data Primer

Data primer yang dimaksud di sini adalah data yang diperoleh dari

pihak pertama berupa hasil wawancara dengan subjek penelitian. Dalam

hal ini, peneliti mewawancarai masyarakat Bugis yang berada di

Makassar Sulawesi Selatan. Adapun objek yang diwawancarai adalah

yang pertama pelaku-pelaku yang melakukan praktek penetapan mahar,

yang kedua tokoh agama, yang ketiga tokoh adat atau masyarakat.

Page 20: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

8

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pelengkap yang membantu peneliti

dalam melakukan proses penelitian. Dalam penelitian ini, data sekunder

berupa: ayat-ayat Qur‟an, hadits, pendapat para ulama, ijma‟ dan

karangan berupa buku .

c. Data Tersier

Data tersier merupakan data penunjang yang dapat memberi

petunjuk terhadap data primer dan data sekunder. Dalam hal ini data

tersier yang digunakan adalah Kamus lengkap Bahasa Indonesia.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik atau metode

wawancara mendalam (in depth interview). Dengan wawancara

mendalam, bisa digali apa yang tersembunyi di sanubari seseorang,

apakah yang menyangkut masa lampau, masa kini maupun masa

sekarang. (Bungin, 2010 : 67). Adapun objek yang diwawancarai yang

pertama pelaku-pelaku yang melakukan praktek penetapan mahar, yang

kedua tokoh agama, yang ketiga tokoh adat atau masyarakat.

b. Observasi

Menurut Moleong (2009:175) observasi atau pengamatan

mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan,

perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya; observasi

Page 21: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

9

memungkinkan observer untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh

subjek penelitian.

c. Telaah Dokumen

Telaah dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik

berbentuk catatan dalam kertas (hardcopy) maupun elektronik (softcopy).

Dokumen dapat berupa buku, artikel media massa, catatan harian,

manifesto, undang-undang, notulen, blog, halaman web, foto, dan lainnya.

(Sarosa, 2012:61)

4. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti

pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak awal pertama kali pengumpulan

data dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan lapangan

penelitian. (Moleong,2009:281)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan analisis

atau analytical approach.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan untuk

mempermudah jalan pikiran pembaca dalam memahami secara keseluruhan isi

skripsi.

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan

masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

Page 22: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

10

Bab II merupakan pembahasan yang berisi tentang Pengertian Mahar,

Dasar Hukum, Syarat dan Jenis Mahar, Kadar Maskawin, Hikmah

disyariatkannya Mahar, Akad Nikah Tanpa Maskawin dan. Gugurnya Kewajiban

Membayar Maskawin.

Bab III merupakan paparan data dan temuan peneliti meliputi : Proses

Perkawinan Suku Bugis, Profil Keluarga Yang Melakukan Praktek Tingginya

Penetapan Mahar dan Pandangan Tokoh Tentang Penetapan Mahar Pada Suku

Bugis.

Bab IV merupakan analisis data mengenai Konsep Mahar Dalam

Perspektif Islam dan Analisis Mahar Suku Bugis Berdasarkan Kaidah Fiqh.

Bab V merupakan penutup meliputi kesimpulan dan saran-saran.

Page 23: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

11

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Mahar

Di zaman Jahilliyah hak perempuan itu dihilangkan dan disia-siakan,

sehingga walinya dengan semena-mena dapat menggunakan hartanya dan tidak

memberikan kesempatan untuk mengurus hartanya dan menggunakanya.

Kemudian Islam datang menghilangkan belenggu ini, kepadanya diberi mahar.

(Sayyid Sabiq, 1981:53)

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan mahar dengan “pemberian

wajib berupa uang atau barang dari mempelai laki-laki kepada mempelai

perempuan ketika dilangsungkan akad nikah”. Hal ini sesuai dengan tradisi yang

berlaku di Indonesia bahwa mahar itu diserahkan ketika berlangsungnya akad

nikah.( Syarifuddin, 2009:84)

Mahar secara Bahasa berarti maskawin (Yunus,1990:431). Secara istilah,

mahar ialah “pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai

ketulusan cinta kasih calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi

seorang istri kepada calon suaminya.( Ghazaly, 2006:84)

Kata mahar yang telah menjadi Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa

Arab al-mahr, jamaknya al-muhur atau al-muhurah. Kata yang semakna dengan

mahar adalah al-shadaq, nihlah, faridhah, ajar, hiba, uqr, ala‟iq, thaul dan nikah.

Kata-kata ini di dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan sebutan mahar

atau mas kawin. (Nurjannah, 2003:23)

Page 24: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

12

Nuruddin, 2014 mengartikan Mahar sebagai ”Harta yang menjadi hak istri

dari suaminya dengan adanya akad atau dukhul”. Mahar didefinisikan oleh

kalangan Hanabila yaitu ”Suatu imbalan dalam nikah baik yang disebutkan di

dalam akad ataupun yang diwajibkan sesudahnya dengan kerelaan kedua belah

pihak atau hakim, atau imbalan dalam hal-hal yang menyerupai nikah seperti

wat‟i syubhat dan wat‟i yang dipaksakan. (Nuruddin, 2014:64)

Mahar sudah dikenal pada masa jahiliyyah kala, jauh sebelum datangnya

Islam, akan tetapi mahar sebelum datangnya Islam bukan diperuntukkan untuk

calon istri melainkan kepada ayah atau kerabat dekat laki-laki dari pihak istri,

karena konsep yang berlaku pada saat itu sama halnya dengan jual beli, yakni jual

beli antara calon suami sebagai penjual sedangkan ayah atau keluarga dekat calon

istri sebagai pemilik barang.

Ketika Al-quran datang mahar tetap dilanjutkan hanya saja konsepnya

yang berbeda, kalau dahulu mahar dibayarkn atau diserahkan pada orang tua

(ayah) calon istri sedangkan sekarang mahar tersebut diperuntukkan calon istri,

dengan demikian Alquran mengubah status perempuan sebagai “ komoditi ”

barang dagangan menjadi subyek yang ikut terlibat dalam suatu kontrak. (Umar,

1999:25)

Konsep perkawinan atau mahar adalah bagian yang esensi dalam

pernikahan, tanpa maskawin atau mahar maka tidak dinyatakan telah

melaksanakan pernikahan dengan benar, maskawin atau mahar harus ditetapkan

sebelum pelaksanaan pernikahan. (Istibsyaroh, 2004:101)

Page 25: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

13

B. Dasar Hukum Mahar

Islam mendudukan perempuan sebagai makhluk terhormat dan mulia,

maka diberikan hak untuk menerima mahar, bukan pihak yang sama-sama

memberi mahar, mahar merupakan salah satu bentuk hadiah yang diberikan

seorang pria sebagai ungkapan kesetian cintanya kepada calon istrinya. (Al-

musayyar, 2008:12)

Ekualitas laki-laki dan perempuan bukan diimplementasikan dengan cara

pemberian mahar, karena mahar bukanlah lambang jual beli, akan tetapi lambang

penghormatan terhadap perempuan sekaligus sebagai lambang kewajiban

tanggung jawab suami memberi nafkah kepada istrinya, selain lambang cinta,

kasih sayang suami dan juga tanggung jawab terhadap istri, sebagaimana

dikemukakan oleh ulama Syafi‟iyah. (Djubaidah, 2010:124)

Berbeda dengan mahar kata-kata yang disebutkan pertama al-saduq,

Nihlah, faridah, dan Ajr. Secara eksplisit diungkapkan dalam Alquran seperti:

Di dalam surat an-Nisa‟: 4 Allah SWT berfirman

فا ن طنب لكم عن شيء ا منو نفسا فكلوه ىنيئا مرئا" واتواالنساء صد قتهن حنلة

“Berikanlah mas kawin ( saduq atau nihlah ) sebagai pemberian yang

wajib kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian maskawin itu

dengan senang hati, maka guanakanlah (makanlah) pemberian itu dengan sedap

atau nikmat”.

Page 26: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

14

Pada surat yang sama ayat 24 Allah berfirman

المحصنت من النساو كتب الل و عليكم ء إل ما ملكت أينكم

بأمولكم محصنني غي ر مسفحني ء ذلكم أن ت بت غوا وأحل لكم ما ورا

ول جناح عليكم فيما من هن ف اتوىن أجورىن فريضة ۦ فما ااتمت عتم بو

إن الل و كان عليم حكيما ب عد الفريضة منۦ ت ر يتم بو

﴾٢٤: ﴿النساء

“dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali

budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai

ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu)

mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka

isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah

kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan

tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling

merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” ﴾An Nisaa:24 ﴿

Page 27: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

15

Di dalam hadits pun disebutkan bahwa”

عن اهل بن اعد ر ي اهلل عنو أن امرأة اتت النب صلى اهلل عليو و الم ف عر ت عليو

ن فسها ف قال مال الي وم ف النساء من حاجة ف قال رجل يا راول اهلل زوخنيها قال

ها ولوخاتا من حديد قال ماعندى شيء قال فما ماعندك قال ماعندى شيء قال أعطي

عندك من القرآن قال ك ا وك ا قال ف قد ملكتكها ا معك من القرآن Artinya : Dari sahl bin sa‟di radiallahu „anhu, bahwa seorang wanita

mendatangi nabi SAW. Dan menawarkan dirinya pada beliau, maka beliau pun

bersabda:” Hari ini aku tak berhasrat pada wanita.” Tiba-tiba seseorang laki-

laki berkata,” wahai Rasulullah, nikahkanlah aku dengannya.” Maka beliau

bertanya:” apa yang kamu miliki(mahar)?” ia pun menjawab,” aku tidak punya

apa-apa.” Beliau bersabda: Berikan mahar walaupun dengan cincin terbuat dari

besi.” Lalu laki-laki itu berkata,” aku tak punya apa-apa.” Akhirnya beliau

bertanya.” Apa yang kamu hafal dari Qur‟an?” lantas laki-laki itu menjawab,”

surat ini dan ini.” Beliau bersabda:” Aku telah menikahkanmu dengan wanita itu.

Dan sebagai maharnya adalah hafalan Qur‟anmu. (shahih al-bukhori nomor

4745)

Page 28: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

16

عة ان امرأة من بن ف زارة ت زوجت على ن علني ف قال راول اهلل ص : عن عامر بن ربي

فاجازه . ن عم : ار يت من ن فسك و مالك بن علني قالت .

Dari „Amir bin Rabi‟ah, bahwa sesungguhnya pernah ada seorang wanita

dari Bani Fazarah yang dinikah dengan (mahar) sepasang sandal, lalu

Rasulullah SAW bertanya, “Ridlakah kamu atas dirimu dan hartamu dengan

(mahar) sepasang sandal ?”. Ia menjawab, “Ya”. Maka Rasulullah SAW

memperkenankannya”. (HR. Ahmad)

Dalam riwayat Ahmad juga disebutkan:

اره مؤنة إن أعظم النك اح ب ركة أي

Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah

maharnya.

. اعطها شيئا: لما ت زوج علي فاطمة قال لو راول اهلل ص: عن ابن عباس رر قال

اين درعك احلطمية ابو داود و النسائى: قال . ما عندى شيء : قال

Artinya : Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Tatkala Ali kawin dengan

Fathimah, maka Rasulullah SAW bersabda kepada Ali, “Berilah ia sesuatu !”. Ali

menjawab, “Saya tidak punya apa-apa”. Rasulullah SAW bertanya, “Mana baju

besimu dari Huthamiyah itu ?”. [HR. Abu Dawud dan Nasai]

Page 29: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

17

Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa:

يا راول اهلل، ان قد وىبت ن فسى : عن اهل بن اعد ان النب ص جائ تو امرأة و قالت

ها : ف قال رجل ف قال . لك، ف قامت قياما طوي ها ان ل يكن لك في يا راول اهلل، زوجني

ما عندي ال : ىل عندك من شيء تصدق ها اياه ف قال : ف قال راول اهلل ص. حاجة

: ف قال . ان اعطيت ها ازارك جلست ل ازار لك، فالتمس شيئا. ف قال النبح ص. ازاري ى ا

ف قال لو النبح . فالتمس ف لم يد شيئا. التمس ولو خاتا من حديد : ف قال . ما اجد شيئا

ها. ن عم : ىل معك من القرآن شي قال : ص ي ف قال . اورة ك ا و اورة ك ا لسور يسم

احد و البخارى و مسلم. قد زوجتكها ا معك من القرآن : لو النبح ص

Dari Sahl bin Sa‟ad bahwa sesungguhnya Nabi SAW pernah didatangi

seorang wanita lalu berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku menyerahkan

diriku untukmu”. Lalu wanita itu berdiri lama. Kemudian berdirilah seorang laki-

laki dan berkata, “Ya Rasulullah, kawinkanlah saya dengannya jika engkau

sendiri tidak berminat kepadanya”. Kemudian Rasulullah SAW bertanya,

“Apakah kamu mempunyai sesuatu yang dapat kamu pergunakan sebagai mahar

untuknya ?”. Ia menjawab, “Saya tidak memiliki apapun melainkan pakaian ini”.

Lalu Nabi bersabda, “Jika pakaianmu itu kamu berikan kepadanya maka kamu

Page 30: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

18

tidak berpakaian lagi. Maka carilah sesuatu yang lain”. Kemudian laki-laki itu

berkata, “Saya tidak mendapatkan sesuatu yang lain”. Lalu Nabi SAW bersabda,

“Carilah, meskipun cincin dari besi”. Lalu laki-laki itu mencari, tetapi ia tidak

mendapatkannya. Kemudian Nabi SAW bertanya kepadanya, “Apakah kamu

memiliki hafalan ayat Al-Qur‟an ?”. Ia menjawab, “Ya. Surat ini dan surat ini”.

Ia menyebutkan nama-nama surat tersebut, kemudian Nabi SAW bersabda

kepadanya, “Sungguh aku telah menikahkan kamu dengannya dengan apa yang

kamu miliki dari Al-Qur‟an itu”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]

Berangkat dari ayat dan hadits di atas, para ulama telah menetapkan bahwa

mahar itu hukumnya wajib berdasarkan al-Qur‟an, Sunnah, dan ijmak para ulama.

Mahar oleh para ulama ditempatkan sebagai syarat sahnya suatu pernikahan

seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Rusyd di dalam Bidayah al Mujtahidnya.

(Nuruddin, 2014: 65).

Di dalam KHI, mahar diatur dalam pasal 30 dan pasal 31. (Nurudin,

2014:66)

Pada pasal 30 disebutkan bahwa: Calon mempelai pria wajib membayar mahar

kepada calon mempelai wanita yang jumlah, bentuk, dan jenisnya disepakati oleh

kedua belah pihak.

Pasal 31: Penentuan mahar berdasarkan asas kesederhanaan dan kemudahan yang

dianjurkan oleh ajaran Islam.

Page 31: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

19

Pengaturan Mahar Dalam KHI Bertujuan. (Harahap, 2007:40)

1. Untuk menertibkan masalah mahar.

2. Menetapkan kepastian hukum.

3. Menetapkan etika mahar atas asas kesederhanaan dan kemudahan, bukan

didasarkan pada asas prinsip ekonomi, status dan gengsi.

4. Menyeragamkan konsepsi yuridis dan etika mahar agar terbina ketentuan

dan persepsi yang sama di kalangan masyarakat dan aparat penegak

hukum.

Dengan demikian kendatipun mahar itu hukumnya wajib, namun dalam

penentuan tetaplah harus memperhatikan asas kesederhanaan dan kemudahan.

Maksudnya bentuk dan harganya mahar tidak boleh memberatkan sang suami

atau melebihi kapasitas kemampaun suami dan begitu pula tidak boleh memesan

asal ada atau apa adanya, sehingga calon istri tidak merasa diremehkan atau

disepelehkan. (Nuruddin, 2014: 66)

C. Syarat-Syarat Dan Jenis-Jenis Mahar

1. Syarat-Syarat Mahar

Mahar yang diberikan kepada calon istri harus memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut:

a) Harta atau bendanya berharga. Tidak sah mahar dengan yang tidak

berharga, walaupun tidak ada ketentuan banyak atau sedikitnya

mahar. Akan tetapi apabila mahar sedikit tapi bernilai maka tetap sah.

Page 32: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

20

b) Barangnya suci dan bisa diambil manfaat. Tidak sah mahar dengan

khamr, babi, atau darah karena semua itu haram dan tidak berharga.

c) Barangnya bukan barang ghasab. Ghasab artinya mengambil barang

milik orang lain tanpa seizinnya, namun tidak bermaksud untuk

memilikinya karena berniat untuk mengembalikannya di kemudian

hari. Memberikan mahar dengan barang hasil ghasab tidak sah, tetapi

akadnya sah.

Bukan barang yang tidak jelas keadaannya. Tidak sah mahar dengan

memberikan barang yang tidak jelas keadaannya, atau tidak disebutkan

jenisnya. (Ghozaly, 2006:2)

2. Jenis Mahar

Mahar dapat dilihat dari dua sisi, Mahar Musamma dan Mahar

Mitsil.

a. Mahar Musamma

Mahar musamma ialah mahar yang besarnya ditentukan atau

disepakati kedua bela pihak dan dibayarkan secara tunai atau

ditangguhkan atas persetujuan istri.(Nuruddin,2014:66)

Berdasarkan redaksi di atas dapat dimengerti bahwa penetapan

jumlah mahar telah ditentukan ketika akad nikah, akan tetapi

diperbolehkan untuk membayar secara penuh sekaligus atau

melakukan penundaan. Hal ini tentunya sangat didukung kerelaan

kedua belah pihak.

Page 33: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

21

Hal-hal yang termasuk ke dalam mahar musamma dalam akad

adalah apa saja yang diberikan oleh suami untuk istrinya menurut adat

sebelum pesta pernikahan atau sesudahnya, seperti gaun pengantin

atau pemberian yang diberikan sebelum dukhul atau sesudahnya.

Karena yang ma‟ruf dalam masyarakat seperti yang disyaratkan

dalam akad adalah secara lafdziyah. Pemberian itu wajib disebutkan

pada saat akad. Suami harus menyebutkan kecuali bila disyaratkan

untuk tidak disebutkan dalam akad.

Menurut ulama Malikiyah, apa yang diberikan kepada istri

sebelum akad atau pada saat akad dianggap sebagai mahar, meskipun

tidak disyaratkan sebelumnya. Demikian juga barang yang diberikan

kepada walinya sebelum akad. Seandainya istri ditalak sebelum

dukhul, maka suami berhak mengambil separo dari apa yang telah

diberikan. Adapun yang telah diberikan kepada wali setelah akad,

maka hal itu telah menjadi milik wali secara khusus sehingga tidak ada

hak bagi istri atau suami untuk mengambil darinya.(Nurjannah,

2003:42)

b. Mahar Mitsil

Mahar mitsil ialah mahar yang disesuaikan dengan umur si

perempuan, kecantikannya, kekayaannya, kepandaiannya,

agamanya, kegadisannya dan ukuran lainnya yang menyebabkan

perbedaan nilai maskawinnya.(Al-Hamdani, 2011:140)

Ukuran mitsil adalah diseimbangkan dengan maskawin yang pernah

Page 34: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

22

diterima oleh saudara-saudaranya, saudara perempuan, bibinya dan

sebgainya. Imam Ahmad berkata: disesuaikan dengan maskawin

saudara-saudaranya dari kelompok ashabah dan dzawil arhamnya.

Mahar mitsil ini wajib dibayar apabila si perempuan sudah

dicampuri atau perempuan yang sudah dicampuri itu sudah

meninggal atau apabila si perempuan itu beli belum pernah

dicampuri akan tetapi suaminya sudah meninggal, maka si

perempuan itu berhak meminta mahar mitsil dan berhak waris.

Berdasarkan hadits Ibnu Mas‟ud yang artinya:

Dalam hal ini saya berpendapat , menurut hemat saya,

kalau benar dari Allah dan kalau salah dari saya sendiri,

menurut saya, perempuan itu berhak menerima maskawin

tidak kurang dan tidak lebih, perempuan itu tidak berhak

„iddah dan mempunyai hak waris. Kemudian Ma‟qil bin Yasar

berdiri dan berkata: saya bersaksi sungguh kamu telah

memberi keputusan seperti keputusan Rasulullah SAW tentang

yang dialami Burwa, binti Wasyiq. (Riwayat Abu Dawud)

Pendapat ini juga di pegangi oleh Abu Hanifah, Ahmad dan

Dawud serta salah satu pendapat yang terkuat dari pendapat imam

Syafi‟i.( Al-Hamdani, 2012:141)

D. Kadar Maskawin

Islam tidak membatasi kadar maskawin yang diberikan suami kepada

istrinya. Agama menyerahkannya kepada masyarakat untuk menetapkannya

Page 35: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

23

menurut adat yang berlaku di kalangan mereka, menurut kemampuan. nash Al-

Qur‟an dan hadits hanya menetapkan bahwa maskawin itu harus berbentuk dan

manfaat tanpa melihat sedikit atau banyaknya, karena itu dapat berupa cincin

besi, seperti yang diriwatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

يا راول اهلل، ان قد وىبت ن فسى لك، : عن اهل بن اعد ان النب ص جائ تو امرأة و قالت

ف قال . يا راول اهلل، زوجني ها ان ل يكن لك في ها حاجة : ف قال رجل ف قال . ف قامت قياما طوي

. ف قال النبح ص. ما عندي ال ازاري ى ا: ىل عندك من شيء تصدق ها اياه ف قال : راول اهلل ص

التمس ولو خاتا : ف قال . ما اجد شيئا: ف قال . ان اعطيت ها ازارك جلست ل ازار لك، فالتمس شيئا

اورة . ن عم : ىل معك من القرآن شي قال : ف قال لو النبح ص. فالتمس ف لم يد شيئا. من حديد

احد و . قد زوجتكها ا معك من القرآن : ف قال لو النبح ص. ك ا و اورة ك ا لسور يسمي ها

البخارى و مسلم

Artinya : Dari Sahl bin Sa‟ad bahwa sesungguhnya Nabi SAW pernah didatangi

seorang wanita lalu berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku menyerahkan

diriku untukmu”. Lalu wanita itu berdiri lama. Kemudian berdirilah seorang laki-

laki dan berkata, “Ya Rasulullah, kawinkanlah saya dengannya jika engkau

sendiri tidak berminat kepadanya”. Kemudian Rasulullah SAW bertanya,

“Apakah kamu mempunyai sesuatu yang dapat kamu pergunakan sebagai mahar

untuknya ?”. Ia menjawab, “Saya tidak memiliki apapun melainkan pakaian ini”.

Page 36: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

24

Lalu Nabi bersabda, “Jika pakaianmu itu kamu berikan kepadanya maka kamu

tidak berpakaian lagi. Maka carilah sesuatu yang lain”. Kemudian laki-laki itu

berkata, “Saya tidak mendapatkan sesuatu yang lain”. Lalu Nabi SAW bersabda,

“Carilah, meskipun cincin dari besi”. Lalu laki-laki itu mencari, tetapi ia tidak

mendapatkannya. Kemudian Nabi SAW bertanya kepadanya, “Apakah kamu

memiliki hafalan ayat Al-Qur‟an ?”. Ia menjawab, “Ya. Surat ini dan surat ini”.

Ia menyebutkan nama-nama surat tersebut, kemudian Nabi SAW bersabda

kepadanya, “Sungguh aku telah menikahkan kamu dengannya dengan apa yang

kamu miliki dari Al-Qur‟an itu”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]

Maskawin dapat berupa pengajaran Al-Qur‟an, seperti yang diriwayatkan

dari Rasulullah SAW. Beliau mengawinkan sahabatnya dengan maskawin bacaan

Al-Qur‟an. Demikian pula dengan pakaian, seperti yang diterangkan dalam hadits

sahih, bahwa beliau mengawinkan salah seorang sahabatnya dengan maskawin

sepasang sandal. Beliau bertanya kepada pihak perempuan.„‟ Apakah engkau rela

dikawinkan dengan maskawin sepasang sandal?‟‟ perempuan itu menerimanya”

(Alhamdani, 2911:133)

Ada riwayat yang menerangkan bahwa Abu Thalhah Al- Anshari

meminang Ummi Sulaim, Ummu Sulaim menjawab: Demi Allah, orang seperti

engkau tidak akan saya tolak, tetapi engkau kafir sedangkan saya ini Islam, saya

tidak halal kawin denganmu, kalau engkau masuk islam maka itulah maskawin

yang saya minta, saya tidak akan minta lainnya, maka Islamnya Abu Thalhah

itulah yang menjadi maskawin pernikahan Abu Thalhah dengan Ummu

Sulaim.(Alhamdani, 2011:133)

Page 37: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

25

اره مؤنة إن أعظم النك اح ب ركة أي

Perkwinan yang paling besar berkahnya ialah yang paling ringan maaskawinnya

(Riwayat Ahmad dari AIsyah).(Alhamdani, 2011:134)

Amirul mukminin Umar bin khatab pernah akan mengubah peraturan

tentang maskawin, Ia berpidato di atas mimpbar, ia akan membatasi maskawin

dengan kadar tertentu agar tidak lebih dari 400 dirham, tetapi kemudian ditentang

oleh seorang wanita dari suku quraiys. Perempuan itu berkata: apakah engkau

tidak pernah mendengar firman Allah yang artinya:

Dan engkau memberikan kepada seorang istrimu denga satu qintar.( QS.

4, An Nisa: 20)

Umar menjawabnya: ya Allah, maafkan saya. Ada orang yang lebih faqih

dari pada Umar. Kemudian dia kembali naik ke podium dan berkata: saya telah

melarangmu supaya tidak berlebihan maskawin dari 400 dirham, tetapi sekarang

siapa yang kamu boleh memberikan maskawin sesukanya.(Alhamdani, 2011:135)

Dalam riwayat lain dikatakan: Umar berkata: janganlah engkau membayar

maskawin pada perempuan lebih dari 4 Uqiyah perak, siapa yang membayar lebih

dari itu maka kelebihannya itu untuk baitul mal. Kemudian pendapat Umar

tersebut dibantah oleh seorang perempuan, seperti yang diterangkan di atas.

Kemudian Umar berkata: laki-laki salah dan perempuan yang benar.

Page 38: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

26

Dari hadits-hadits di atas telah jelas bahwa tidak ada batasan jumlah

tertentu dalm pemberian maskawin, sedikit atau banyaknya. Tetapi ada ulama

yang membatasi dengan 10 dirham. Seperti ulama Hanafiyah. Ada yang

menentukan dengan 3 dirham seperti ulama Malikiyah. Mereka semua tau bahwa

Umar telah mencabut peraturan pembatasan kadar maskawin sesudah dibantah

oleh seorang perempuan daru suku Quraiys.

Al- hafizh Ibnu hajar Al- Asqolani berkata: kami dapati dalam hadits-

hadits tentang batas sedikitnya ,maskawin tetapi tidak ada satu pun hadits yang

kuat. Ibnu Qayyim setelah menerangkan hadits-hadits mengenai maskawin lalu

beliau berkata: pilihan Umu Sulaim yang mengambil manfaat masuk islamnya

Abu Thalhah dan penyerahan dirinya kepada Abu Thalhah dengan syarat ia

bersedia masuk islam, pilihan itu lebih ia sukai daripada kekayaan suaminya.

Maskawin itu pada dasarnya adalah hak untuk memanfaatkan sesuatu bagi

perempuan, apabila ia ridha dengan ilmu, agama, atau masuk islamnya si suami

atau dengan bacaan Al-qur‟an, maskawin itu lebih utama dan lebih bermanfaat

serta lebih luhur. Akadnya tidak lepas dari maskawin, karena itu dengan dasar

apa, maka kadar maskawin ditetapkan batasnya dengan tiga atau sepuluh dirham.

Ringkasnya ialah, bahwa tidak ada batasan dalam syariat Islam tentang

banyak atau sedikitnya maskawin. Seorang tokoh tabi‟in, yaitu Sa‟id bin

Musayyab pernah mengawinkan anak perempuannya dengan maskawin dua

dirham, tidak ada seorang pun dari sahabat-sahabatnya yang menentangnya, lain

dengan kadar maskawin yang ditetapkan oleh Imam Malik. Abdurahman bin Auf

juga pernah kawin dengan maskawin lima dirham dan Rasulullah SAW

Page 39: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

27

membiarkannya, lain dengan pendapat ulama Hanafiyah yang menetapkan

maskawin tidak boleh kurang dari sepuluh dirham.(Al-Hamdani: 2011.136)

Mahar adalah pemberian sesuatu dari pihak pria sesuai dengan permintaan

perempuan dengan batas-batas yang ma‟ruf. Besarnya mahar tidak dibatasi. Islam

memberikan prinsip pokok yaitu “secara ma‟ruf”. Artinya dalam batas yang wajar

sesuai kemampuan dan kedudukan suami yang dapat diperkirakan oleh isteri.

(Sudarsono, 1991:78-790)

Syariat islam tidak menetapkan batasan nominal, tidak pula mengatur

tentang batasan maksimal mahar (yang harus diberikan kepada pihak perempuan).

Sebab, manusia memiliki keberagaman dalam tingkat kekayaan dan kemiskinan.

Manusia pun berbeda-beda dari segi kondisi sulit dan lapang, serta masing-masing

komunitas memiliki kebiasaan dan tradisi yang berbeda-beda. Dari itu, syariat

tidak memberi batasan tertentu atas mahar, agar masing-masing memberi sesuai

dengan kadar kemampuannya dan sesuai dengan kondisi serta kebiasaan

komunitasnya. Dari semua teks syariat yang ada mensinyalir bahwasanya tidak

ada syariat terkait jenis mahar selain berupa sesuatu yang memiliki nilai tanpa

memandang sedikit maupun banyak. Dengan demikian, mahar boleh hanya berupa

cincin dari besi, atau berupa semangkuk korma, atau berupa jasa pengajaran kitab

Allah, dan atau berupa jasa pengajaran kitab Allah atau semacamnya jika kedua

belah pihak yang semacamnya, jika kedua belah pihak yang melaksanakan akad

nikah saling meridhainya. (Sabiq, 1999:101-102)

Page 40: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

28

E. Hikmah di Syariatkannya Mahar

Mahar itu merupakan pemberian pertama suami kepada istrinya yang

dilakukan pada waktu akad nikah. Dikatakan yang pertama karena sesudah itu

akan timbul beberapa kewajiban materiil yang harus dilaksanakan suami selama

masa perkainan untuk berlangsunkan kehidupan perkawinan itu. Dengan

pemberian mahar itu suami dipersiapkan dan dibiasakan untuk menghadapi

kewajiban materiil berikutnya. Diberlakukan mahar di dalam islam memiliki

hikmah yang cukup dalam antara lain. (Nuruddin, 2014:67)

Syariat mahar di dalam islam memiliki hikmah yang sangat cukup dalam

seperti:

1. Untuk menghalalkan hubungan antara pria dan wanita karena keduanya sling

membutuhkan satu sama lain.

2. Untuk memberi penghargaan terhadap wanita, dalam arti bukan sebagai alat

tukar yang mengesankan pembelian.

3. Untuk menjadi pegangan istri bahwa perkawinan mereka telah diikat dengan

perkawinan yang memiliki kekuatan hukum (mitsaqon golidzon), sehingga

suami tidak mudah menceraikan istrinya sesukanya.

4. Untuk kenangan dan pengikat kasih sayang antara suami dan istri.

5. Menunjukan pentingnya posisi akad, dan memuliakan perempuan.

Di zaman jahiliyah hak wanita itu dihilangkan dan disia-siakan, sehingga

walinya dapat semena-mena dapat menggunakan hartanya, dan tidak memberikan

kesempatan untuk mengurus hartanya dan menggunakannya. Lalu Islam datang

menghilangkan belenggu itu, kepadanya hak mahar dan kepada suami diwajibkan

Page 41: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

29

memberikan mahar kepadanya bukan kepada ayahnya. Mahar yang telah

dibayarkan suami kepada isterinya menjadi hak milik isterinya, oleh karena itu

isteri berhak membelanjakan,menghibahkan dan sebagainya tanpa harus izin dari

suami atau walinya. (Saleh. 2008:309)

F. Akad nikah tanpa maskawin.

Perkawinan tanpa menyebutkan maskawin pada dasarnya hukumnya sah

berdasarkan firman Allah:

Tidak ada sesuatupun (mahar) atas kamu jika kamu kamu menceraikan

istri-istri kamu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu

menentukan maharnya. (Qs.2, Al-Baqarah: 236)

Artinya, tidaklah berdosa atas orang yang menceraikan istrinya yang

sebelum disentuhnya dan sebelum ditentukan maskawinnya sedangkan thalaq itu

tidak terjadi sebelum adanya akad nikah.(Al hamdani,2011:139)

Apabila terjadi perkawinan tanpa menyebutkan maskawin, misalnya kawin

dengan syarat tanpa memberikan maskawin, maka perkawinan itu tidak sah.

Demikian pendapat Malikiyah dan Ibnu Hazm. Malik berkata: Apabila dalam

perkawinan itu disyaratkan tanpa maskawin maka perkawinannya batal demi

hukum, berdasarkan firman Allah:

Berikanlah maskawin itu kepada perempuan-perempuan yang kamu

nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan.(Qs:4, An Nisa: 4)

Karena itu perkawinan tanpa maskawin adalah batal, perkawinan itu di

anggap tidak sah.(Al hamdani, 2011:140)

Page 42: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

30

G. Gugurnya kewajiban membayar maskawin

Kita mengetahui bahwa maskawin adalah hak perempuan yang wajib

dibayar suami kepada istrinya, akan tetapi apabila ada sesuatu sebab tertentu,

maka maskawin dapat gugur, dan suami tidak wajib membayarnya.

Sebab-sebab yang menggugrkan maskawin itu ialah:

1. Terjadi perceraian sebelum berhubungan kelamin, dan sebabnya datang

dari sang istri.

2. Si perempuan mengajukan fasakh, misalnya karena suami miskin atau

cacat.

3. Suami mengajukan fasakh karena si perempuan itu cacat.

Dengan sebab-sebab diatas kewajiban memberi mut‟ah juga gugur. Karena

yang akan diganti sudah lenyap sebelum diterimakan, maka tidak ada kewajiban

ganti rugi, seperti penjual yang kehilangan barangnya sebelum barang

tersebut diterimakan.

Demikian juga maskawin itu gugur apabila si perempuan itu merelakannya

(melunaskan) sebelum dicampuri atau maskawinnya diberikan kembali kepada

suaminya. Gugurnya maskawin di sini karena digugurkan oleh sang istri, sebab

maskawin adalah hak sepenuh bagi istri. (Al Hamdani, 2011:131-143)

Page 43: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

31

BAB III

TATA CARA PERKAWINAN SUKU BUGIS

A. Proses Perkawinan Suku Bugis

Bagi masyarakat Bugis, perkawinan berarti siala “saling mengambil satu

sama lain”. Jadi, perkawinan adalah ikatan timbal-balik. Walaupun mereka

berasal dari status sosial berbeda, setelah menjadi suami-istri mereka merupakan

mitra. Hanya saja, perkawinan bukan sekadar penyatuan dua mempelai semata,

akan tetapi suatu upacara penyatuan dan persekutuan dua keluarga yang biasanya

telah memiliki hubungan sebelumnya untuk mempereratnya (ma‟pasideppe‟

mabelae atau mendekatkan yang sudah jauh).

Hal ini juga sering ditemukan dua sahabat atau mitra usaha yang

bersepakat menikahkan turunan mereka, atau menjodohkan anak mereka sejak

kecil. (Pelras, 2006:180)

Perkawinan (mappabotting) bagi masyarakat Bugis-Makassar adalah

sesuatu yang sangat sakral dan merupakan simbol status sosial yang dihargai.

Diiringi aturan adat serta agama sehingga membentuk rangkaian upacara yang

unik, penuh tata krama, dan sopan santun serta saling menghargai satu sama lain.

Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa tahap yang harus dilalui yaitu:

1. Makkapese’-kapese’ dan Mattiro

Makkapese‟-kapese‟ maksudnya ialah tahap penjajakan, tahap

dimana perwakilan dari kelurga besar pihak laki-laki mulai menjajaki

(mencari tahu) perempuan mana yang akan disandingkan dengan calon

mempelai laki-laki, lalu dilanjutkan dengan mattiro dimana pihak

Page 44: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

32

keluarga juga akan mencari tahu tentang calon pengantin perempuan

yang akan dilamar, apakah ia sempurna secara fisik atau memiliki

kekurangan tertentu.

Setelah itu bagi kaum bangsawan, garis keturunan perempuan

dan laki-laki diteliti secara saksama untuk mengetahui status

kebangsawanan mereka sesuai atau tidak. Jangan sampai tingkat

pelamar lebih rendah dari tingkat perempuan yang akan dilamar.

2. Ma’duta

Setelah kunjungan resmi pertama untuk mengajukan pertanyaan

secara tidak langsung dan halus, apabila keluarga perempuan

menyambut baik niat kunjungan pertama dari pihak laki-laki, maka

kedua pihak menentukan hari untuk mengajukan lamaran (ma‟duta)

secara resmi.

Selama proses pelamaran berlangsung, garis keturunan, status,

kekerabatan, dan kedua calon mempelai diteliti lebih jauh, sambil

membicarakan sompa dan jumlah uang antaran (dui‟ menre‟) yang harus

diberikan oleh pihak laki-laki untuk biaya pesta pernikanan

pasangannya, serta hadiah persembahan kepada calon mempelai

perempuan dan keluarganya. Setelah semua persyaratan ini disepakati,

ditentukan hari pertemuan guna mengukuhkan (ma‟pasiarekkeng)

kesepakatan tersebut.

Page 45: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

33

3. Mapettu Ada’

Mapettu ada‟ ialah memutuskan dan meresmikan segala hasil

pembicaraan yang diambil pada waktu pelamaran dilakukan, dalam

bahasa Bugis dinamakan “mappasiarekkeng” seperti uang belanja, leko,

maskawin, hari akad nikah, dan lain-lain sebagainya. mapettu ada‟

ini dilaksanakan dalam bentuk dialog antara juru bicara pihak pria

dengan juru bicara pihak perempuan. Adapun yang dibicarakan dalam

rangkaian acara mapettu ada‟ adalah sebagai berikut;

a. Tanra Esso, penentuan acara puncak atau hari pesta pernikahan

sangat perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti sewaktu-

waktu yang dianggap luang bagi keluarga. Jika keluarga, baik laki-

laki atau perempuan itu petani, biasanya mereka memilih waktu

sesudah panen. (Nurnaga, 2001:18)

b. Leko (seserahan) Adapula hadiah-hadiah yang biasa disebut dengan

leko. Leko ini diberikan pada waktu mengantar pengantin laki-laki

ke rumah pengantin perempuan untuk melaksanakan akad nikah.

Biasanya leko ini berisikan seperti kelengkapan untuk pengantin

perempuan yang terdiri dari make up, sepatu, dan lain sebagainya.

(Nurnaga, 2001:51)

c. Sompa atau sunrang (Mahar) Pada hari kesepakatan itu hadiah

pertunangan kepada mempelai perempuan (pasio‟ atau pengikat)

dibawa, antara lain berupa sebuah cincin, beserta sejumlah

pemberian simbol lainnya, misalnya tebu, sebagai simbol sesuatu

Page 46: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

34

yang manis; buah nangka (panasa) diibaratkan dekat atau kenalan

yang dihormati orang tuanya, tetapi kedua orang tua dan calon

pengantin sendiri tidak ikut hadir. Juru bicara pihak laki-laki

kemudian membahas kembali hal-hal yang telah disepakati,

kemudian dijawab oleh wakil pihak perempuan, lalu ditentukanlah

hari pesta pernikahan. Setelah itu, hadiah- hadiah yang dibawa

diedarkan kepada wakil pihak perempuan untuk diperiksa,

pertama-tama oleh kaum pria kemudian perempuan, selanjutnya

dibawa ke kamar calon mempelai perempuan.

d. Ma‟pabotting atau Menre‟ Botting “Naiknya Mempelai”

Ma‟pabotting atau menre‟ botting “naiknya mempelai”

adalah mengantar pengantin pria ke rumah pengantin wanita

untuk melaksanakan akad nikah. Dalam acara menre‟ botting

mempelai pria datang bersama pengiringnya kemudian harus

melewati berbagai macam rintangan simbolik (mallawa botting),

seperti melewati pagelaran silat, permainan sepak raga di depan

rumah mempelai perempuan. Iring- iringan mempelai laki-laki

baru bisa lewat apabila telah memberikan hadiah kepada orang-

orang yang menghalangi jalannya tersebut.

Setelah kedua mempelai berada dalam rumah, masih ada

beberapa ritual serta halangan fisik dan simbolik yang harus

dilewati sebelum pernikahan dianggap rampung. Pertama-tama

dia harus mengikuti tata cara pernikahan sesuai dengan ajaran

Page 47: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

35

Islam. Setelah para saksi dan wali serta pihak penghulu hadir

maka kedua mempelai laki-laki diminta oleh penghulu untuk

mengucapkan kalimat syahadat. Kemudian penghulu mengucapkan

ijab dengan kalimat upannikako sibawa hanna sompana 88 rial

(saya nikahkan kamu dengan Hanna dengan mahar 88 rial).

Kemudian mempelai laki-laki menyatakan menerima (kabul)

dengan mengucapkan Utarimai nikkana Hanna sompana 88 rial

(saya terima nikahnya Hanna dengan mahar 88 rial). Setelah

menanyakan kepada saksi, penghulu kemudian menutupnya dengan

doa.

Selanjutnya mempelai melewati berbagai rintangan adat

seperti mempelai laki-laki harus membayar secara simbolis

perempuan penjaga pintu kamar mempelai perempuan, kemudian

mempelai laki-laki menyentuh bagian tubuh mempelai perempuan

(Mappakarawa). Setelah itu pengantin laki-laki dan perempuan

secara simbolis dijahit dalam satu sarung. Setelah ritual-ritual

tersebut dijalankan, perkawinan diresmikan di depan publik dimana

kedua mempelai duduk berdampingan di pelaminan di dalam baruga

yang dibangun di halaman rumah mempelai perempuan.

(Perlas,2001:59)

Page 48: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

36

B. Profil Keluarga Yang Melakukan Praktek Tingginya Penetapan

Mahar

1. Bapak Jamaluddin dan Ibu Ruki

Bapak Jamaluddin dan Ibu Ruki merupakan salah satu contoh keluarga

yang melakukan praktek penetapan tingginya mahar suku bugis di Maros RT

001 RW 003 kelurahan/desa: bontoa. Kecamatan: mandai. Maros sulawesi

selatan. Dari hasil perkawinan Bapak jamaluddin dan ibu ruki dikaruniai tiga

orang anak diantaranya satu orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Setiap

hari Bapak Jamaluddin bekerja sebagai seorang kontraktor mobil-mobil besar

pada sebuah perusahan di Maros, sedangkan ibu Ruki setiap hari bekerja pada

sebuah pabrik tekstil di maros.

Pada 5-Desember-2015 Bapak Jamaluddin dan Ibu ruki menikahkan

anaknya yang bernama Imah Rismawati yang lahir pada 13-April-1993

dengan Burhan yang lahir pada 7-Maret-1991.

Imah Rismawati merupakan anak kedua dari Bapak Jamaluddin dan Ibu

Ruki, Imah Rismawati beragama Islam, memiliki tinggi badan kurang lebih

150 cm, berkulit putih dan berambut bergelombang, adapun jenjang

pendidikan yang di tempuh oleh Imah Rismawati hanya tamatan SMA.

Sedangkan Burhan merupakan anak pertama dari Bapak Dami dan Ibu

devi .Burhan beragama Islam, memiliki tinggi badan kurang lebih 160 cm,

berkulit putih dan memiliki rambut ikal, adapun jenjang pendidikan yang

ditempuh oleh Burhan hanya tamatan SMA.

Page 49: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

37

Dari hasil perkawinan antara Imah Rismawati dan Burhan dikaruniai

seorang putra yang bernama Sadiq umur 2 tahun. Imah Rismawati setiap hari

berprofesi sebagai ibu rumah tangga sedangkan Burhan berprofesi sebagai

karyawan toko bangunan di Maros. Adapun sompa (mahar) yang diberikan

oleh keluarga Burhan kepada keluarga Imah Rismawati sebagai berikut:

Tabel 1 : jenis sompa (mahar) yang diberikan.

N

No

Nama pasangan Wali nikah Sompa (Mahar)

1 Imah Rismati dan

Burhan

Jamaluddin Seperangat alat sholat

- Uang tunai 30 juta

- Cincin emas 4 gram

-Seserahan lain yang dibawa

senilai 2 juta

- Beras 50 Kg

-Erang-erang atau Bosara

(Bugis) berupa:

. Kue

. buah

. pakaian wanita

. make up wanita

Page 50: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

38

2. Bapak Ahmid dan Ibu Jamila

Bapak Ahmid dan Ibu Jamila merupakan contoh kedua dari keluarga

yang menetapkan tingginya nilai mahar suku Bugis di jln: Abu Bakar

Lambobo, Kelurahan Barabaraya, Kecamatan Makassar, Sulawesi selatan.

Bapak Ahmid setiap hari bekerja sebagai pedagang atau pemilik toko

sembako yang berukuran sangat besar di Makassar sedangkan Ibu Jamillah

setiap hari bekerja sebagai supervisor pada sebuah pabrik yang memproduksi

makan-makan ringan di makassar.

Dari hasil pernikahan bapak Ahmid dan Ibu Jamila melahirkan seorang

anak tungal yang bernama Elfira Ahmid biasa dipanggil dengan nama sapaan

Ayu. Pada tahun 2014 lebih tepatnya pada tangal 6-oktober-2014 Bapak

Ahmid dan Ibu Jamila menikahkan anaknya Elfira Ahmid yang lahir pada

tangal 7-juli-1991 dengan Syu‟aib yang lahir pada tangal 5-agustus-1989.

Elfira Ahmid memiliki tinggi badan kurang lebih 150 cm, berkulit putih dan

berambut lurus,sedangkan jenjang pendidikan yang ditempuh oleh Elfira

Ahmid hanya sampai pada jenjang SMA. Elfira Ahmid setiap hari berprofesi

sebagai ibu rumah tangga.

Syu‟aib memiliki tinggi badan kurang lebih 160 cm, berkulit putih dan

beranbut agak bergelombang, jenjang pendidikan yang di tempuh oleh

Syu,aib hanya sampai pada jenjang SMA. Syu‟aib setiap hari berprofesi

sebagai penjual HP di conter miliknya.

Pada tahun 2015 dari hasil pernikahan antara Elfira Ahmid dan Syu‟aib

dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Erwin umur 2 tahun. Adapun

Page 51: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

39

Sompa (mahar) yang diberikan sebagai berikut:

Tabel: jenis sompa (mahar) yang diberikan.

N

NO

Nama pasangan Wali nikah Sompa (mahar)

1 Elfira Ahmid dan

Syu‟aib

Ahmid Seperangkat alat sholat

Emas 5 gram

Uang Tunai 35 juta

Uang belanja untuk keperluan

wanita 11 juta

Erang-erang atau Bosara (Bugis)

make up wanita

kue khas bugis

C. Pandangan Tokoh Tentang Konsep Penetapan Mahar Pada Suku Bugis

1. Tokoh Agama Ustad Muhammad

Ustad Muhammad Nur bertempat tinggal di Pemukiman Bataram,

kelurahan Taroada, kecamatan Turikale, kabupaten Maros Sulawesi selatan.

Ustad Muhammad Nur merupakan tokoh agama di daerah tersebut, setiap

hari beliau sebagai seorang Da‟I baik itu di sekolah-sekolah yang berbasis

islam maupun di masjid-masjid.

Pada tgl 29-Agustu-2017 penulis mewancarai Ustad Muhammad Nur

yang bertempat di masjid Darussalam guna menghimpun data mengenai tata

cara lamaran adat suku Bugi beserta penetapan Sompak (mahar) dan factor-

Page 52: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

40

faktor apa saja yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya sompa wanita

bugis.

a. Proses penetapan mahar

Ma‟duta yaitu: pihak utusan dari laki-laki mendatangangi pihak

perempuan dalam rangka lamaran pada saat itu kadang-kadang

dibahaslah mahar wanita tersebut, hari ijab qobul, dan apa-apa saja yang

perlu dibawa dan persiapkan untuk diserahakan kepada pihak wanita,

kadang- kadang di suku Bugis memiliki beragam fariatif dalam

penetapan mahar seperti Bugis Waru dan Wajo, daerah- daerah tersebut

terkenal dengan tinggi uang sompa paling minim uang sompanya 50 juta

keatas sedangkan khususnya Bugis Maros Uang sompa 25 keatas.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya sompak wanita

Bugis. Adapun faktor-faktornya ialah:

1) Dilihat dari sisi keturunan perempuan apakah dia keturunan

bangsawan atau tidak.

2) Biasanya factor keturunan ini sangat mempengaruhi tinggi dan

rendahnya Sompa wanita tersebut misalnya wanita tersebut

kebetulan lahir dari kalangan bangsawan maka uang sompanya

pun tinggi.

3) Dilihat dari pendidikan wanita apakah wanita tersebut hanya

tamatan SMA ataukah S1.

4) Di suku Bugis kadang kala pendidikan wanita menjadi sebuah

tolak ukur tinggi dan rendahnya Sompa seorang wanita.

Page 53: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

41

5) Biasanya juga sompa wanita dipengaruhi oleh harga sembako

pada saat itu, misalnya kebutuhan sandang pangan pada saat itu

mahal, maka sompa wanita tersebut akan menjadi tinggi pula.

6) Biasanya juga sompa seorang wanita dipengaruhi oleh

keluarga-keluarga dekat wanita tersebut, misalnya dipengaruhi

oleh paman dan bibinya, dikarnakan mengacu kepada uang

sompa sebelumnya pada saat adik ataupun kaka dari wanita

tersebut menikah dan nilai sompa yang diterima pada saat itu.

7) Biasanya juga sompa dilihat dari kedua orang tua wanita

tersebut, apabila orang tua wanita tersebut merupakan orang

kaya atau juragan, maka sompa yang dimintapun akan mejadi

tinggi.

Ustad Muhammad Nur di dalam hasil wawancara dengan penulis

beliau menjelaskan bahwa Ia pernah melamarkan seorang temannya yang

bernama Ahmad dengan seorang wanita Bugis bernama diana, pada

waktu mahar yang beliau berikan sebanyak 8 juta, hal ini beliau

menganggap mahar wanita bugis tersebut sangat murah disebabkan orang

tua dari wanita tersebut merupan individu-individu yang memahi akan

ajaran agama, dari faktor ini lah yang menyebabkan wanita tersebut

mendapatkan nominal mahar rendah atau sedikit.

Dari data yang didapatkan dari ustad Muhammad Nur, beliau

menjelaskan apabila sompak (mahar) telah ditetapkan akan tetapi

dikemudian hari pihak dari laki-laki memundurkan diri dengan berdalih

Page 54: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

42

tidak mampu dan yang terjadi setelah itu hamil diluar nikah atau nikah

dibawah tangan maka resiko yang akan diterima oleh laki-laki tersebut

adalah halal darahnya atau dalam kata lain dibunuh, persoalan ini biasa

terjadi di daerah Bugis Jeneponto.

2. Tokoh Adat dan Masyarakat Bapak H, Iqbal S

H. Iqbal. S adalah seorang tokoh masyarakat sekaligus tokoh

agama,praktisi dan hakim di bidang Mu‟amalah, Beliau beralamat di

BTN Pemukiman Bataram, Kelurahan Taroada, Kecamatan Turikale,

Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

H. Iqbal. S merupakan sosok vigur yang dijadikan panutan

sekaligus contoh masyarakat di situ. Dari hasil wawancara penulis

dengan warga sekitar situ, mereka menjelaskan bahwa H Iqbal. S

merupakan sosok yang dermawan,ramah,santun dan Taat beribadah.

Setiap hari Beliau berprofesi sebagai hakim di bidang Mu‟amalah

sekaligus pengurus pondok pesantren Darussalm di daerah situ. H. Iqba.

S memiliki usaha Toko bangunan dan memiliki 2 orang anak. Dari hasil

wawancara penulis dengan H. Iqbal. S sebagai berikut:

a. Proses penetapan mahar

Dalam adat pernikahan Bugis sebelum seorang laki-laki mau

meminang seorang wanita maka ada langkah-langkah yang harus dilalui

sebagai berikut:

Mamanu-manu (Ta‟aruf) biasa juga di sebut Mabajalaleng (buka

jalan) yaitu: pihak laki-laki mengutus seorang delegasi kepada pihak

Page 55: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

43

perempuan untuk menanyakan wanita tersebut. dalam bahasa Bugis

dikatakan: kira-kira ada yang mau melamarki anakta dan berapa

dipasang harga sompana.

Dari sinilah mulai adanya tawar menawar mahar dan penetapan

mahar wanita tersebut.

Pettu Ada (kesepakatan) yaitu: penetapan jumah mahar, tanggal

pernikahan atau resepsinya. hal ini terjadi apabila pada saat ta‟aruf pihak

delegasi laki-laki dan pihak wanita telah berbincang-bincang mengenai

berapa nominal nilai mahar yang harus diberikan kepada wanita tersebut,

biasanya dikasih jenjang waktu sampai 3 hari agar delegasi laki-laki

kembali ke pihak wanita dalam rangka Pettu Ada (kesepakatan). Setelah

semuanya telah sepakat maka langkah keberikuytnya

Manika (nikah) ijab qobul. Dalam adat perkawinan suku Bugis

ijab qobul sama halnya seperti suku-suku lain nya diluar suku Bugis,

hanya saja ada sedikit perbedaan dalam tata cara pernikahannya.

c. Faktor-faktor yang pengaruhi tingginya mahar wanita suku Bugis

sebagai berikut;

Dari hasil wawancara penulis dengan H. Iqbal. S dapat diuraikan

bahwa tinggi atau rendahnya mahar wanita bugis biasanya dipengaruhi

oleh hal-hal sebagai berikut:

Biasanya orang tua wanita menetapkan tinggi mahar anaknya

untuk menguji seberapa cinta, kasih sayang dan pengorbanan laki-laki

tersebut terhadap anaknya, hal seperti ini biasa nya akan pengaruhi tinggi

Page 56: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

44

rendahnya mahar wanita disuku Bugis.

Dilihat dari status sosial dari wanita tersebut, biasanya dilihat dari

sisi keturunannya apakah wanita tersebut dari bangsawan apakah tidak,

apabila dari mangsawan maka mahar nya pun akan semakin tinggi.

Dilihat dari sisi pendidikan wanita tersebut, biasanya mahar

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan wanita apabila jenjang pendidikan

wanita itu tinggi, maka maharnyapun oleh orang tua wanita akan

menetapkan tinggi mahar anaknya.

Dilihat dari keluarga perempuan apakah orang tuanya merupakan

orang kaya apa hanya masyarakat biasa, hal ini biasa dilihat dari sisi

apakah orang tua dari wanita tersebut sudah menunaikan ibadah Haji

apakah belum, maka mahar yang ditetapkan untuk anaknya pun akan

semakin tinggi.

Dari hasil wawancara penulis dengan H. Iqbal. S, penulis

mendapatkan data bahwasannya dalam adat perkawinan suku bugis

mahar biasa juga disebut uang Panai, Uang Balanca (uang belanja) dan

sompa. Ini biasa berbeda persepsi dalam kalangan suku Bugis sendiri

dalam engartikan mahar tersebut.

Page 57: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

45

BAB IV

ANALISIS MAHAR SUKU BUGIS

BERDASARKAN PERSPEKTIF ISLAM

Dalam penulisan ini penulis menganalisis dari dua aspek, yang pertama:

analisis mengenai penetapan mahar pada suku Bugis dan yang kedua: bagaimana

pandangan Islam tentang penetapan mahar suku Bugis.

A. Analisis penetapan pada Mahar Suku Bugis

Dalam adat pernikahan Bugis sebelum seorang laki-laki mau meminang

seorang wanita maka ada langkah-langkah yang harus dilalui sebagai berikut:

1. Mamanu-manu (Ta‟aruf) biasa juga di sebut Mabajalaleng (buka

jalan) yaitu: pihak laki-laki mengutus seorang delegasi kepada

pihak perempuan untuk menanyakan wanita tersebut. dalam

bahasa Bugis dikatakan: kira-kira ada yang mau melamarki

anakta dan berapa dipasang harga sompana. Dari sinilah mulai

adanya tawar menawar mahar dan penetapan mahar wanita

tersebut.

2. Makduta Setelah kunjungan resmi pertama untuk mengajukan

pertanyaan secara tidak langsung dan halus, apabila keluarga

perempuan menyambut baik niat kunjungan pertama dari pihak

laki-laki, maka kedua pihak menentukan hari untuk mengajukan

lamaran (ma‟duta) secara resmi.

Page 58: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

46

3. Pettu Ada (kesepakatan) yaitu: penetapan jumah mahar, tanggal

pernikahan atau resepsinya. hal ini terjadi apabila pada saat

ta‟aruf pihak delegasi laki-laki dan pihak wanita telah berbincang-

bincang mengenai berapa nominal nilai mahar yang harus

diberikan kepada wanita tersebut, biasanya dikasih jenjang waktu

sampai 3 hari agar delegasi laki-laki kembali ke pihak wanita

dalam rangka Pettu Ada (kesepakatan). Setelah semuanya telah

sepakat maka langkah keberikuytnya

4. Manika (nikah) ijab qobul. Dalam adat perkawinan suku Bugis

ijab qobul sama halnya seperti suku-suku lain nya diluar suku

Bugis, hanya saja ada sedikit perbedaan dalam tata cara

pernikahannya.

Adapun Faktor-faktor yang pengaruhi tingginya mahar wanita suku

Bugis sebagai berikut

1. Biasanya orang tua wanita menetapkan tinggi mahar anaknya

untuk menguji seberapa cinta, kasih sayang dan pengorbanan

laki-laki tersebut terhadap anaknya, hal seperti ini biasa nya

akan pengaruhi tinggi rendahnya mahar wanita disuku Bugis.

2. Dilihat dari status sosial dari wanita tersebut, biasanya dilihat

dari sisi keturunannya apakah wanita tersebut dari bangsawan

apakah tidak, apabila dari mangsawan maka mahar nya pun akan

semakin tinggi.

Page 59: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

47

3. Dilihat dari sisi pendidikan wanita tersebut, biasanya mahar

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan wanita apabila jenjang

pendidikan wanita itu tinggi, maka maharnyapun oleh orang tua

wanita akan menetapkan tinggi mahar anaknya.

4. Dilihat dari keluarga perempuan apakah orang tuanya

merupakan orang kaya apa hanya masyarakat biasa, hal ini biasa

dilihat dari sisi apakah orang tua dari wanita tersebut sudah

menunaikan ibadah Haji apakah belum, maka mahar yang

ditetapkan untuk anaknya pun akan semakin tinggi.

Dari hasil wawancara penulis terhadap para nara sumber didapatkan

bahwa dari faktor-faktor yang mempengaruhi mahar wanita Bugis maka banyak

menimbulkan mafsadah yang sangat besar di antaranya‟‟ apabila sompak (mahar)

telah ditetapkan akan tetapi dikemudian hari pihak dari laki-laki memundurkan

diri dengan berdalih tidak mampu dan yang terjadi setelah itu hamil diluar nikah

atau nikah dibawah tangan maka resiko yang akan diterima oleh laki-laki tersebut

adalah halal darahnya atau dalam kata lain dibunuh, persoalan ini biasa terjadi di

daerah Bugis Jeneponto.

B. Analisis penetapan Mahar suku Bugis Dalam Pandangan Islam

Dalam ajaran islam mahar merupakan sesuatu yang wajib diberikan oleh

seorang laki-laki kepada calon istriya sebagai suatu pemberian berupa hadiah

sekaligus penghormatan dan mengangkat derajat wanita, karna ini merupakan

perintah Allah sehingga dalam Qur‟an Allah berfirman: dalam surat an-Nisa‟:4

Page 60: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

48

فا ن طنب لكم عن شيء ا منو نفسا فكلوه ىنيئا مرئا" واتواالنساء صد قتهن حنلة

“Berikanlah mas kawin ( saduq atau nihlah ) sebagai pemberian yang wajib

kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian maskawin itu dengan

senang hati, maka guanakanlah (makanlah) pemberian itu dengan sedap atau

nikmat”.

Al-quran hanya mengatur hukum pemberian mahar itu sebagai sebuah

kewajiban, tidak mengatur tentang nominal ataupun batasan nilai mahar tersebut,

akan tetapi Rasulullah Muhammad telah mengatur hal tersebut.

Dalam beberapa hadits nabi Muhammad menjelaskan bahwasanya di

dalam ajaran islam jika seorang ingin menjalin sebuah rumah tangga dengan

ikatan pernikahan, maka haruslah dipermudah proses pernikan tersebut, akan

tetapi realiata yang terjadi di sebagian wilayah di Indonesia, kadang kala

menghambat pernikahan salah satunya adalah mahar. Bagi sebagian daerah di

Indonesia mahar bukanlah sesuatu yang dijadikan permasalahan akan tetapi di

sebagian daerah mahar dianggap sebagai sesuatu yang sangatlah urgensi sekali

dalam pernikan sehingga nominal atau besar kecilnya mahar ini lah yang

menghambat pernikahan seseorang.

Dalam kompilasi hukum islam mahar pun telah diatur, asas yang tertera

pada pasal 30 dan 31 adalah asas kesederhanaan, maksudnya dalam penentuan

mahar haruslah melihat situasi dan kondisi ekonomis maupun keluarga dari pihak

laki-laki apakah laki-laki tersebut merupakan keluarga mampu atau tidak.

Page 61: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

49

Jika ditinjau lebih lanjut dari KHI tersebut, didapati bahwasannya pasal

yang tertera di dalamnya memberikan jalan terbaik, solusi, ataupun keringanan

bagi siapa saja yang ingin membangun sebuah rumah tangga dengan tali

pernikahan.

Kendatinya pernikahan adat Bugis bagi sebagaian orang merupakan

sebuah topik pembahasan yang sangatlah fenomenal sekali, bagi sebagian

kalangan diluar suku Bugis menganggap bahwasannya menikahi wanita-wanita

Bugis sangatlah sulit disebabkan uang Panai atau maharnya yang terkenal begitu

mahal.

Pembahasan mengenai mahar Jika dianalisis lebih lanjut sebenarnya

ajaran islam berdasarkan Quran dan Hadits tidak melarang penentuan batasan

nominal besar kecilnya mahar tersebut, begitu pula dengan kompilasi hukum

islam, hanya saja dalam penentuan mahar haruslah melihat pada asas

kesederhanaan. Ini semua dikarnakan perspektif huku islam mengutamakan

maslahat dari pada mafsadahnya, Berdasarkan pada faktor-faktor tersebut tidak

sedikit menimbulkan Mafsadah yang besar di bandingkan maslahatnya Sehingga

dalam menganalisis persoalan ini penulis mengunakan Kaidah Fiqhiyyah sebagai

alat ataupun landasan untuk dijadikan alat menganalisis teori dan fakta di

lapangan mengenai mahar perkawinan.

Kata kaidah diambil dari Bahasa arab Qa‟idah, yang bentuk jamaknya

adalah Qawa‟id. Kaidah berarti asas atau fondasi, baik yang bersifat kongkret,

seperti kalimat Qawa‟id al-bait (fondasi-fondasi rumah) atau abstrak, seperti

Page 62: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

50

kalimat Qawa‟id ad-din (fondasi-fondasi agama). (Fadal, 2008:1)

Adapun kata fiqh (fikih), secara Bahasa berarti pemahaman, sedangkan

menurut istilah diartikan sebagai sebuah pengetahuan tentang hukum-hukum

syar‟i yang bersifat praktis (amaliyyah) yang diperoleh melalui proses ijtihad.

Dengan demikian Kaidah Fikih dapat diartikan sebagai dasar-dasar hukum

mengenai perbuatan manusia yang diperoleh melalui proses ijtihad. (Fadal,

2008:2)

Mayoritas ulama fikih mendefinisikan kaidah fikih sebagai ketentuan-

ketentuan hukum mengenai berbagai masalah yang bersifat umum. Kata umum

di sini bukan berarti menyeluruh, tetapi lebih bersifat mayoritas, karena

penetapan dilakukan melalui cara Ilhaq (mengambil sisi persamaan) atau Qiyas.

(Fadal, 2008:2)

Syariat islam ibarat sebuah bangunan megah yang memilki beberapa

menara. Adapun hukum-hukum islam ibarat satuan batuan permata yang

dijadikan bahan penguat untuk bangunan tersebut.

Ilmu fikih adalah salah satu menaranya. Menurut para ulama, ilmu fikih

merupakan bidang ilmu yang sangat penting diketahui setelah ilmu tauhid

khususnya bagi kaum muslimin. Kaidah fikih dianggap sangat penting, karena

hukum dari beberapa persoalan dapat diikat dalam satu pedoman kaidah tertentu.

Hal ini dapat memudahkan bagi para pengkaji fikih untuk mengetahui ketentuan

hukum dari berbagai persoalan kaidah fikih yang terus bermunculan melalui

kaidah fikih, para mufti (pemberi fatwa) misalnya, dapat memutuskan hukum

dari setiap masalah yang diajukan kepadanya meski tidak bersifat mutlak.(Fadal,

Page 63: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

51

2008:11-12)

Secara rinci, beberapa kegunaan kaidah-kaidah fikih dapat diketahui

sebagai berikut:

Dalam kaidah fikih disebutkan bahwa:

صال فااد او من جلب اا

درء اا

Artinya: Menolak mafsadat adalah lebih utama daripada menarik

(menggapai) kemaslahatan).

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan kepada mafsadah

dan maslahat. Keduanya terjadi secara berkelindan maka maslahat harus

dilakukan atau diutamakan, sedangkan yang mafsadah harus dijauhi, tetapi jika

suatu ketika seseorang dihadapkan kepada dua pilihan, antara menghindari

mafsadah di satu sisi dan menggapai kemaslahatan di sisi lain, maka yang harus

didahuluskan adalah menghindari bahaya daripada melakukan hal yang yang

dapat mendatangkan maslahat, meskipun pilihan tersebut dapat menyebabkan

sebagian kebaikan menjadi terabaikan. Sebab, perhatian syariat terhadap

larangan (yang harus ditiggalkan) lebih besar dari pada perintah yang harus

dilaksanakan. (Fadal, 2008:58-59)

Berdasarkan pada kaidah fiqih tersebut sehingga penulis mengunakan

untuk menganalisis mahar adat bugis berdasarkan perspektif hukum islam.Kita

telah mengetahui secara seksama betapa pentingnya pernikahan sehingga Allah

memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk membangun rumah tangga

antara laki-laki dan perempuan melalui jalan pernikahan, begitu juga Rasulullah

Page 64: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

52

SAW, Beliau memerintahkan pada umatnya agar bersegera mungkin menikah

apabila sudah mampu untuk menikah, hal ini diperintahkan agar umatNya tidak

terjerumus kepada kemaksiatan dalam hal perjinahan, akan tetapi jika dikaitkan

dengan fenomena yang ada dilapangan banyak sekali ditemui umat muslim

khususnya ada beberapa kalangan yang masih dipersulit dan diperhambat

pernikahannya yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu dengan alasan yang

bermacam-macam.

Berdasarkan fakta di lapangan yang penulis teliti sebenarnya adat

perkawinan bugis tidak terlalu bertentangan dengan syariat islam, hanya saja ada

beberapa sisi yang dianggap kurang sesuai dengan ajaran islam salah satunya

dalam penetapan nominal tinggi dan rendahnya mahar berdasarkan survei di

lapagan penulis mendapati bahwa dari persoalan mahar tersebut bisa

menimbulkan mafsadah yang besar di bandingkan maslahatnya.

Berdasarkan data yang didapatkan dari salah satu nara sumber di

lapangan disebutkan bahwa pada suku Bugis masih ditemukan pihak-pihak yang

melakukan hamil di luar nikah dan nikah dibawah tanggan ini semua terjadi

karna penetapan nominal maharnya yang tinggi di luar batas kemampuan pihak

keluarga laki-laki, fenomena ini telah jelas dan bisa dijadikan bukti bahwa

apabila seseorang telah mampu untuk menikah tapi dikarnakan alasan tertentu

sehingga menghambat pernikahannya maka jalan satu-satunya yang dipilih

adalah hamil di luar nikah atau nikah dibawa tangan, mafsadahnya tidak sampai

di situ saja di salah satu suku Bugis yang berada di daerah Waju Sulawesi

selatan, di sana apabila didapati sesorang menghamili anak perempuannya

Page 65: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

53

sebelum terjadi pernikahan lebih dulu maka halal darahnya atau kata lain

dibunuh.

Inilah mafsadah yang akan terjadi apabila seseorang terhambat

pernikahannya orang akan lebih sering memilih jalan pintas yaitu hamil di luar

nikah atau nikah di bawah tangan, padahal hal tersebut di larang oleh agama

karna dianggap tidak ssesuai dan bertentangan dengan ajaran islam berdasarkan

firman Allah SWT:

ول ت قربوا الزنا إنو كان فاحشة وااء ابيل

“Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu

adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Al-

Israa’: 32)

Ayat ini jika dikaji secara seksama telah jelas bahwasannya melakukan

perzinahan merupakan sesuatu yang dilarang dalam agama dan sangat dimurkai

oleh Allah SWT.

Di dalam kaidah fikih yang lain juga disebutkan bahwa:

العادة مكمة

Artinya: Adat/ tradisi (masyarakat) dapat dijadikan alasan untuk

menetapkan hukum.

Page 66: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

54

Kaidah ini memiliki rujukan dalam nash Al-Qur‟an, salah satu dasar dari

kaidah ini adalah firman Allah swt. Dalam surat al-A‟ruf: 199.

خ العفو وأمر بالعر وأعرر عن اااىلني

Artinya: Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang

makruf‟ serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.

Dalam istilah Bahasa arab, „adah berarti tradisi. Istilah lain dari tradisi

adalah „ufr. Kedua istilah ini secara umum memiliki pengertian yang tidak jauh

berbeda. Dalam pembahasan ini, adah atau uruf dipahami sebagai suatu

kebiasaan yang telah berlaku secara umum di tengah-tengah masyarakat di

seluruh penjuru negeri atau pada suatu masyarakat tertentu yang berlangsung

sejak lama.(Fadal, 2008:69)

Dari definisi tersebut, para ulama menetapkan bahwa sebuah tradisi yang

bisa dijadikan pedoman hukum adalah:

1. Tradisi yang telah berjalan sejak lama yang dikenal masyarakat

umum.

2. Diterima akal sehat sebagai sebuah tradisi yang baik.Tidak

bertentangan dengan nash Al-quran dan hadits Nabi saw.

3. Menurut para ulama „adah (tradisi) bisa dijadikan dasar untuk

menetapkan hukum syar‟i apabila tradisi tersebut telah berdlaku

secara umum di masyarakat tertentu. Sebaliknya, jika sebuah

tradisi tidak berlaku secara umum, maka ia tidak dapat dijadikan

pedoman dalam meenentukan boleh atau tidaknya tradisi

Page 67: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

55

tersebut dilakukan.

Syarat lain yang terpenting adalah tidak bertentangan dengan nash.

artinya, sebuah tradisi bisa dijadikan pedoman hukum apabila tidak bertentangan

dengan nash Qur‟an maupun hadits nabi saw. Karena itu sebuah tradisi yang

tidak memenuhi syarat ini harus ditolak dan tidak bisa dijadikan pijakan hukum

bagi masyarakat.. nash yang dimaksud disini adalah nash yang bersifat qot‟i

(pasti) yakni nash yang sudah jelas dan tegas kandungan hukumnya, sehingga

tidak memungkinkan adanya takwil atau penafsiran lain.(Fadal, 2008:71)

Berangkat dari kaidah ini jika digunakann untuk menganalisis mahar

suku Bugis, di sana tidak kita dapatkan kesesuaian, dikarnakan mahar suku

Bugis merupakan sebuah tradisi yang sudah menjadi adat istiadat, namun

bilamana kita kaitkan dengan syarat kapan sebuah adat bisa dikategorikan

sebagai pijakan atau penetapan hukum maka adat penetapan mahar suku Bugis

tidak termasuk dalam tiga syarat tersebut, oleh karena itu jika adat-istiadat suku

manapun yang didalamnya bertentangan atau tidak sesuai dengan syariat Islam

maka ditolak.

Page 68: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

56

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap pihak-pihak yang

menerapkan tinggi nominal mahar dapat menghasilkan kesimpulan yang

merupakan gambaran menyeluruh dari pembahasan dalam skripsi ini yang dapat

ditemukan sebagai berikut:

1. Penetapan mahar pada suku Bugis

Dalam adat Bugis sebelum mahar perkawaianan di tentukan maka

kedua belah pihak harus melewati beberapa langkah.

langkah pertama: tahap pijakan, maksudnya perwakilan dari

keluarga laki-laki mulai mencari tau perempuan mana yang akan dilamar

oleh calon mempelai laki-laki. Sebaliknya juga pihak perwakilan dari

perempuan mencari laki-laki mana yang ingin dijadikan calon suami

wanita tersebut.

Langkah kedua: (Ta‟aruf) biasa juga di sebut Mabajalaleng (buka

jalan) yaitu: pihak laki-laki mengutus seorang delegasi kepada pihak

perempuan untuk menanyakan wanita tersebut apakah wanita tersebut

sudah ada yang masuk melamar atau belum.

Langkah ketiga: (kesepakatan) yaitu: kesepakatan yang terjadi

antara kedua bela pihak dalam hal penetapan jumah mahar, tanggal

pernikahan atau resepsinya. hal ini terjadi apabila pada saat ta‟aruf pihak

delegasi laki-laki dan pihak wanita telah berbincang-bincang mengenai

Page 69: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

57

berapa nominal mahar yang harus diberikan kepada wanita tersebut,

biasanya dikasih jenjang waktu sampai 3 hari agar delegasi laki-laki

kembali ke pihak wanita dalam rangka Pettu Ada (kesepakatan).

Langkah keempat: (nikah) ijab qobul, Dalam adat perkawinan

suku Bugis ijab qobul sama halnya seperti suku-suku lain nya diluar suku

Bugis, hanya saja ada sedikit perbedaan dalam tata cara pernikahannya.

2. Dalam adat Bugis biasanya juga penetapan mahar dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang bisa menjadikan nominal mahar wanita tersebut tinggi

atau rendah. antara lain: faktor keturunan maksudnya apakah wanita tersebut

dari kalangan bangsawan apa bukan, Faktor pendidikan, faktor keluarga

dekat, faktor harga sembako dan faktor kedudukan kedua orang tua di

masyarakat apakah orang kaya atau bukan.

3. Mahar dalam Pandangan Islam

Pembahasan mengenai mahar diatur dalam Al-Qur‟an pada surat An-Nisa

ayat 4, di dalam ayat tersebut Dapat disimpulkan bahwa memberi mahar

perkawinan pada seorang wanita merupakan suatu kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh seorang laki-laki dan mahar hanya diperuntuhkan untuk

wanita semata tidak boleh pihak tertentu interfrensi (campur tangan) dalam

penerimaan mahar. Pembahasan mengenai mahar diperkuat dalam KHI

(Komplikasi Hukum Islam) pada pasal 30 dan 31. Berdasarkan pada surat

An-Nisa ayat 4 dan KHI dapat disimpulkan bahwa: kendatipun mahar itu

hukumnya wajib, namun dalam penentuan tetaplah harus memperhatikan asas

kesederhanaan dan kemudahan. Maksudnya bentuk dan harganya mahar

Page 70: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

58

tidak boleh memberatkan sang suami atau melebihi kapasitas kemampaun

suami dan begitu pula tidak boleh terkesan asal ada atau apa adanya, sehingga

calon istri tidak merasa diremehkan atau disepelehkan. Karna hal tersebut

tidak sesuai dengan naluri akal sehat dan ajaran agama.

Dalam penulisan ini penulis menyimpulkan secara keseluruhan bahwa:

dalam hal penetapan mahar, tidak semua adat istiadat Bugis bertentangan

dengan syari‟at Islam, salah satu bukti bisa dilihat dalam penetapan mahar, di

sana ditemui langkah-langkah yang harus dilewati antara lain: Ta‟aruf

(perkenalan) dan Ma‟duta (kesepakatan) yang terjadi antara kedua bela pihak

antara pihak laki-laki dan pihak perempuan dalam hal penetapan mahar, hanya

saja adat istiadat suku Bugis tidak menerapkan asas kesederhanaan dan

kemudahan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi dan KHI.

B. Saran

1. Tokoh Agama dan Tokoh Adat

Hendaklah parah tokoh-tokoh baik itu tokoh agama atau adat untuk

saling mendukung ataupun memotifasi satu sama lain sehingga terjadilah

klolektifitas ( kebersamaan) dan satu tujuan dalam hatural apapun

sehingga apa yang telah menjadi suatu ketetapan adat kedudukannya tidak

lebih dari norma-norma yang ada dalam ajaran agama, sehingga tidak

terkesan bertentangan dengan ajaran agama ataupun norma-norma hukum

yang telah diatur.

lebih khususnya kepada tokoh agama untuk lebih memaksimalkan

lagi dalam hal penyuluhan ataupun penyiaran agama sehingga masyarat

Page 71: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

59

yang beraga islam khuususnya agar lebih mengetahui tentang sya‟riat yang

telah di tentukan agama, ada kemungkinan juga biasanya masyarakat

melakukan sesuatu yang sekiranya melanggar norma-norma agama

dikarnakan kurangnya penyuluhan tentang agama sehingga masyarakat

buta akan hal-hal yang telah ditetapkan oleh agama.

Maka di sinilah pentingnya peran para tokoh agama dan tokoh adat

untuk saling menjalin komunikasi yang singkron sehingga peraturan atau

norma-norma agama di mengerti dan dipraktekan oleh masyarat secara

baik.

2. Masyarakat

Bagi masyarakat hendaklah selalu mengutamakan norma-norma

yang telah ditentukan agama dan norma-norma hukum, karna apa yang

telah ditentukan oleh ajaran agama dan norma-norma hukum selalu

membawa kebaikan dan maslahat bagi umat.

Bukanlah yang diutaman terlebih dahulu adalah egonya ataupun

sesuatu yang telah menjadi adat istiadat karna apa yang telah dijadikan

adat istiadat belum tentu semuanya di mata agama baik dan memeberikan

manfaat, akan tetapi peraturan agama selalu mendatangkan kebaikan dan

solusi, lebih khususnya lagi bagi masyarakat yang beragama islam agar

selalu memutusakan atau menetapkan segala sesuatu haruslah ajaran

agama yang menjadi landasan ataupun pijakan pertama, karna

Page 72: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

60

sesungguhnya apa yang telah ditetapkan dalam ajaran agama akan selalu

mendatangkan kebaikan dan manfaat yang sangat besar bagi umat.

Bilamana masyarat khususnya yang beragama muslim

mempraktekkan ajaran-ajaran agama yang telah ditentukan dalam syariat,

maka tidak lagi terjadi hal-hal yang mendatangkan mafsadah ataupun

merugikan terhadap pihak-pihak tertentu ataupun golongan-golongan

tertentu.

Page 73: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

61

DAFTAR PUSTAKA

Al- Hamdani.2011. Risalah Nikah. Jakarta: Pustaka Amani

Al- Musayyar, Sayyid Ahmad.2008. Islam Bicara Soal Seks, Percintaan dan

Rumah Tangga. Kairo Mesir: Erlangga

Badwan, 2016. Materi Hadits AKham. Salatiga: Fakultas Syariah IAIN Salatiga

Bungin, Burhan. 2000. Analisis Data Kualitatif: Pemahaman Filosofi dan

Metodologi ke Arah Penguasaan Modal Aplikasi. Jakarta : Rajawali Press

Departemen Agama RI. 2002.Mushaf Al-qur‟an Terjemah (Edisi Tahun 2002).

Depok : Al Huda

Djubaidah, Eneng.2010. Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak Dicatat.

Jakarta: Grafika

Fadal, Moh Kurdi. 2008. Kaidah-Kaidah Fikih. Jakarta: CV Artha Rivera

Ghazaly, Abdurrahman.2006. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana

Harahap, Yahya.2007. Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama.

Jakarta: Grafika

Istibsyaroh.2004. Hak-Hak Perempuan dalam Islam. Jakarta: Teraju

Moleong, M.A.,Lexy J.Prof.DR. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung

: PT Remaja Rosdakarya

Nurjannah. 2003. Mahar Pernikahan. Yogyakarta: prima shopi

Nurnaga, Andi.2001. Adat Istiadat Pernikahan Masyarakat Bugis. Makassar : CV

Telaga Zamzam

Nurudin Amiur, Azhari Akmal Tarigan. 2014. Hukum Perdata Islam di Indonesia.

Jakarta: Kencana

Perlas, Christian.2006. the Bugis. Jakarta : Naga

Sabiq, Sayyid. 1981. Fiqih Sunnah VII. Jakarta: PT Al ma‟rif

Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks

Soleh Hasan, dkk. 2008. Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Konteporer. Jakarta:

Rajawali Pers

Sudarsono. 1991. Hukum Kekeluargaan Nasional. Jakarta: PT Rineka Cipta

Suharjo, Ana Retnoningsih. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap (Edisi

Kedua). Semarang : Widya Karya

Syarifudin, Amir. 2009. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Kencana

Umar, Nasarudin.1999. Kodrat Perempuan dalam Islam. Jakarta: Lembaga Kajian

Agama dan Jender

Yunus, Mahmud.1990. Kamus Bahasa Arab-Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung

Page 74: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

62

Page 75: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

63

Page 76: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

64

Page 77: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

65

Page 78: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

66

Page 79: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

67

DAFTAR NILAI SURAT KETERANGAN KEGIATAN

Nama : Daniel Javar

NIM : 211-12-046

Jurusan : Hukum Keluarga Islam

NO JENIS KEGIATAN PELAKSANAAN JABATAN NILAI

1 OPAK STAIN Salatiga

2012

“Progresifitas Kaum Muda,

Kunci Perubahan

Indonesia”

5-7 September 2012

Peserta 3

2 OPAK JURUSAN Stain

Salatiga 2012

“Membangun Pribadi

Mahasiswa Melalui Analisa

Sosial Ke-Syariah-An,”

8-9 September 2012 Peserta 3

3 Orientasi Dasar Keislaman

(ODK)

“Membangun Karakter

Keislaman Berstaraf

Internasional di Era

Globalisasi Bahasa‟‟

10 september 2012

Peserta 2

4 Entrepreneurship dan

Perkoprasian

„‟Explor Your

Entrepreneurship talent‟‟

11 september 2012

Peserta 2

Page 80: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

68

5 UPT Perpustakaan

„‟Library User Education

(Pendidikan Pemakai

Perpustakaan)

13 september 2012 Peserta 2

6 Seminar Nasional

“Peran lembaga Perbankan

Syariah Dengan

Adanya Otoritas

Jasa Keuangan (UU

No. 21 Tahun 2011

Tentang OJK)

29 November 2012 Peserta 6

7 Achievment Motivation

Training

“Dengan AMT, Bangun

Karakter Raih Prestasi”

12 September 2012 Peserta 2

8 Sosialisasi dan Silaturrahim

Nasional

“Sosialisasi UU No.1

Tahun 2013,Peran Serta

Fungsi OJK”

30 September 2013 Peserta 6

9 Certificate of Participation

“English Public Speaking

training”

31 mei 2014 Peserta 3

10 “SIBA – SIBI Training

UAS Semester Ganjil

2013-1014”

10-11 Januari 2014 Peserta 3

Page 81: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

69

11 Kegiatan Pra Ibtida‟

“Training Pembuatan

Makalah”

17 September 2014 Peserta 2

12 MAPAB PMII

“Rekontruksi Mental

Mahasiswa Dalam

Kerangka Pergerakan”

17-19 Oktober 2014 Peserta 3

13 Dialog Interaktif Dan

Edukatif

“ Diaspora Politik

Indonesia Di Tahun 2014,

Memilih Untuk Salatiga

Hati Beriman”

1 April 2014 Peserta 2

14 Seminar Pendidikan

“Mempertegas Peran

Pendidikan Dalam

Mencerahkan Anak

Bangsa”

19 November 2014 Peserta 2

15 Seminar/ Tablig Akbar

Remaja

“ Menanam Iman

Membangun Negeri”

30 Oktober 2016 Peserta 2

16 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

1 November 2015 Peserta 2

Page 82: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

70

17 Young leadership 7 November 2015 Peserta 2

18 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

6 Desember 2015 Peserta 2

19 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

04 Oktober 2015 Peserta 2

20 Seminar Nasional

“Mencegah generasi

Pemuda Dari Pengaruh

Radikalisme ISIS”

6 Mei 2015 Peserta 6

21 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

6 November 2015 Peserta 2

22 Diskusi Publik Dan Dengar

Pendapat

“ Memperkokoh Pondasi

Kebangsaan”

07 Maret 2015 Peserta 2

23 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

6 September 2015 Peserta 2

24 Dialog Interaktif

“Radikalisme Dalam

Perspektif Agama dan

Kebangsaan”

13 Agustus 2015 Peserta 2

Page 83: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

71

25 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

03 April 2016 Peserta 2

26 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

04 September 2016 Peserta 2

27 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

06 Desember 2016 Peserta 2

28 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

12 Juni 2016 Peserta 2

29 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

07 Agustus 2016 Peserta 2

30 Memperingati Hari Santri

Nasional

22 Oktober 2016 Peserta 2

31 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

1 Januari 2016 Peserta 2

32 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

7 Februari 2016 Peserta 2

33 Majelis Do,a Mawar Allah 5 juni 2016 Peserta 2

Page 84: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

72

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

34 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

1 Mei 2016 Peserta 2

35 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

6 Maret 2016 Peserta 2

36 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

07 Mei 2016 Peserta 2

37 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

2 Oktober 2016 Peserta 2

38 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

6 Agustus 2017 Peserta 2

39 Majelis Do,a Mawar Allah

“Santunan Anak Yatim

Kekasih Rasulullah”

4 Februari 2017 Peserta 2

Page 85: PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2754/1/SKRIPSI FULL.pdf · PENETAPAN MAHAR PADA SUKU BUGIS DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus

73