pengaruh car, npl, ldr, nim, dan size terhadap...

29
1 PENGARUH CAR, NPL, LDR, NIM, DAN SIZE TERHADAP RISIKO BISNIS BANK (Studi Komparatif Bank Umum Go Publik dan Bank Umum Non Go Publik di Indonesia Tahun 2004–2008) Disusun oleh: Erlina Dwi Syafitri (C2A007045) Dosen Pembimbing: Drs. Wisnu Mawardi, MM ABSTRACT This research is performed in order to test the influence of the variable Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), and bank size (SIZE) toward business risk that proxied by Standard Deviation of Return on Asset (SDROA). Sampling technique used is purposive sampling with criteria as Commercial General Banking in Indonesia who classified into go public general bank and non go public general bank during period 2004 through 2008. The data used is annual financial report in Indonesia Banking Directory from Bank Indonesia and quarter publicity financial report from Bank Indonesia since 2004 to 2008. Obtained by amount sampel as much 70 company (21 go public general bank and 49 non go public general bank) from 144 banking company in Indonesia period 2004 through 2008. Analysis technique used is multiple linier regression and hypothesis test use t-statistic to test coefficient of regression partial and also F-statistic to test the truth of simultaneously influence in level of significance 5%. Others also done a classic assumption test covering normality test, multicolinierity test, heteroscedastisity test and autocorrelation test. During research period showed that data research was normally distributed. Based on multicolinierity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test variable digressing of classic assumption has not founded, its indicate that the available data has fulfill the condition to use multiple linier regression method. The result of hypothesis test indicate that CAR, NPL, LDR, NIM, and SIZE simultaneously significant toward SDROA. But from the five independent variable, only variable CAR, NPL, LDR, and NIM in partial significant toward SDROA go public general bank. Whereas in non go public bank only CAR, LDR, NIM, and SIZE in partial significant toward SDROA. Chow test result show 96,57 bigger than 2,21 so there is different significant influence on CAR, NPL, LDR, NIM, and SIZE toward SDROA between go public general bank and non go public general bank. Keywords: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Bank Size (SIZE), and Standard Deviation of Return on Asset (SDROA)

Upload: lydieu

Post on 11-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PENGARUH CAR, NPL, LDR, NIM, DAN SIZE TERHADAP RISIKO BISNIS BANK

(Studi Komparatif Bank Umum Go Publik dan Bank Umum Non Go Publik di

Indonesia Tahun 2004–2008)

Disusun oleh: Erlina Dwi Syafitri (C2A007045)

Dosen Pembimbing: Drs. Wisnu Mawardi, MM

ABSTRACT

This research is performed in order to test the influence of the variable CapitalAdequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), NetInterest Margin (NIM), and bank size (SIZE) toward business risk that proxied by StandardDeviation of Return on Asset (SDROA).

Sampling technique used is purposive sampling with criteria as Commercial GeneralBanking in Indonesia who classified into go public general bank and non go public generalbank during period 2004 through 2008. The data used is annual financial report in IndonesiaBanking Directory from Bank Indonesia and quarter publicity financial report from BankIndonesia since 2004 to 2008. Obtained by amount sampel as much 70 company (21 gopublic general bank and 49 non go public general bank) from 144 banking company inIndonesia period 2004 through 2008. Analysis technique used is multiple linier regressionand hypothesis test use t-statistic to test coefficient of regression partial and also F-statisticto test the truth of simultaneously influence in level of significance 5%. Others also done aclassic assumption test covering normality test, multicolinierity test, heteroscedastisity testand autocorrelation test.

During research period showed that data research was normally distributed. Basedon multicolinierity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test variable digressing ofclassic assumption has not founded, its indicate that the available data has fulfill thecondition to use multiple linier regression method. The result of hypothesis test indicate thatCAR, NPL, LDR, NIM, and SIZE simultaneously significant toward SDROA. But from the fiveindependent variable, only variable CAR, NPL, LDR, and NIM in partial significant towardSDROA go public general bank. Whereas in non go public bank only CAR, LDR, NIM, andSIZE in partial significant toward SDROA. Chow test result show 96,57 bigger than 2,21 sothere is different significant influence on CAR, NPL, LDR, NIM, and SIZE toward SDROAbetween go public general bank and non go public general bank.

Keywords: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to DepositRatio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Bank Size (SIZE), and StandardDeviation of Return on Asset (SDROA)

2

I. PENDAHULUAN

Bank merupakan institusi yang mengelola uang sebagai aktivitas utamanya, memiliki

risiko yang melekat (inhernt) secara sistematis. Risk loss yang terjadi pada suatu bank akan

menimbulkan dampak tidak hanya terhadap bank yang bersangkutan, tetapi juga akan

berdampak pada nasabah dan perekonomian secara keseluruhan. Bank sangat rentan terhadap

risiko sistemik yang melekat pada industri perbankan (Idroes, 2008). Dalam kalangan

perbankan, implementasi manajemen risiko menjadi keharusan karena kebangkrutan sebuah

bank dapat menimbulkan eksternalitas negatif yang sangat besar (Sunaryo, 2007).

Khusus pada industri perbankan, bank umum komersial masih tetap mendominasi

dengan pangsa sekitar 79,5% dari total aset sektor keuangan. Sementara, pangsa industri

keuangan lainnya seperti bank perkreditan rakyat, asuransi, dana pensiun, perusahaan

pembiayaan, sekuritas dan pegadaian relatif rendah (Bank Indonesia, 2010).

Bank umum dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu bank umum go publik dan

bank umum non go publik. Bank yang telah berstatus menjadi perusahaan publik maka harus

ada perubahan (transformasi) dalam sikap dan tindak-tanduk dari para pengelolanya,

perusahaan yang sebelumnya bersifat tertutup setelah go publik harus bersikap terbuka.

Perusahaan dituntut untuk lebih transparan dalam mengelola perusahaan karena setiap

kejadian yang menyangkut perusahaan publik akan menjadi sorotan masyarakat umum, para

investor maupun media masa, selain itu manajemen perusahaan publik juga dituntut mampu

menyampaikan informasi yang abstrak tetapi informasi tersebut harus dapat memberikan nilai

tambah (value-added) (Ang, 1997 dalam Hayu, 2009).

Bank-bank yang telah berstatus go publik harus berusaha sebaik mungkin mengelola

dana yang didapatkan dari publik, khususnya terhadap pengelolaan modal yang dimiliki

karena akan dimonitor oleh nasabah dan para investor. Oleh karena itu, bank harus

menyediakan informasi yang memadai mengenai kondisi keuangan dan kegiatan operasional

yang mereka lakukan. Adanya penyediaan informasi ini menggambarkan tanggung jawab

atas penggunaan modal yang diberikan oleh investor dan nasabah. Informasi ini diharapkan

dapat meningkatkan transparansi dan mencegah timbulnya masalah antara pihak bank dengan

pihak investor dan nasabah (Hayu, 2009).

Terdapat berbagai teknik analisis, termasuk berbagai rasio keuangan yang dapat

dipergunakan untuk melakukan penilaian kinerja suatu bank. Rasio-rasio yang bermanfaat

dapat menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja operasi dan

menggambarkan kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang pada gilirannya, dapat

3

menunjukkan kepada analis risiko dan peluang bagi perusahaan yang sedang ditelaah

(Helfert, 1997).

Risiko bisnis bank pada dasarnya merupakan suatu ketidakpastian mengenai

pendapatan (keuntungan) yang diperkirakan akan diterima. Ketidakpastian pada umumnya

dapat diukur dengan menggunakan simpangan baku (standar deviasi). Sedangkan mengenai

pendapatan (keuntungan), dalam beberapa penelitian umumnya diproksikan dengan

menggunakan rasio keuangan Return on Asset (ROA). Sementara aset merupakan unsur yang

mampu mewakili kepentingan nasabah mengingat aset bank sebagian besar bersumber dari

dana simpanan masyarakat dalam bentuk dana pihak ketiga. Oleh karena itu, SDROA

(Standard Deviation of Return on Asset) dipilih sebagai proksi dari risiko bisnis bank

(variabel dependen) dalam penelitian ini.

Stiroh dan Rumble (2005) menggunakan SDROA untuk mengukur total volatility of

profits. Menurut Naïmy (2005), variabilitas ROA mencakup pengukuran komprehensif yang

mampu mencerminkan tidak hanya risiko kredit, tetapi juga risiko suku bunga, risiko

operasional, dan berbagai risiko lainnya yang ada pada pendapatan bank. Standar deviasi

ROA merupakan pengukuran terbaik untuk variabilitas ROA.

Rasio keuangan yang umumnya mempengaruhi risiko bisnis bank (SDROA) adalah

CAR (mewakili modal), NPL (mewakili risiko kredit), LDR (mewakili risiko likuiditas), dan

NIM (mewakili risiko pasar), serta ukuran perusahaan (SIZE).

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya

kecukupan modal yang dimiliki bank. Pihak manajemen bank perlu memperhatikan besarnya

CAR yang ideal karena apabila terlalu tinggi akan mengakibatkan meningkatnya dana yang

idle dan apabila terlalu rendah akan berdampak pada hilangnya kepercayaan masyarakat yang

ditunjukkan dengan run on bank. Artinya, sebuah bank di “rush” oleh nasabah bank yang

ingin menarik kembali dananya di bank secara bersamaan dan besar-besaran sehingga dana

pihak ketiga dapat turun secara drastis, sementara besarnya penyaluran kredit bergantung

kepada besarnya simpanan (dana pihak ketiga) yang dapat dihimpun oleh bank. Sehingga

kemudian dapat menjatuhkan likuiditas bank dan menghambat aktivitas penyaluran kredit.

Selain memperhatikan besarnya CAR, manajemen bank juga perlu untuk

memperhatikan besarnya Non Performing Loan (NPL). Hal tersebut mengingat bahwa kredit

merupakan fokus, kegiatan utama perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya dan

kredit merupakan sumber pendapatan keuntungan terbesar bagi bank. Namun demikian, yang

perlu diwaspadai adalah kredit merupakan jenis kegiatan penanaman dana yang sering kali

justru menjadi penyebab utama bank menghadapi masalah yang cukup serius.

4

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio keuangan yang berhubungan dengan

aspek likuiditas. Semakin rendah LDR, maka semakin tinggi tingkat likuiditas bank. Apabila

tingkat likuiditas terlalu tinggi, dapat berpotensi merugikan bank karena dana yang idle

menjadi terlalu besar sehingga akan memperbesar cost of fund dan pada akhirnya akan

meningkatkan risiko keuangan bank. Semakin tinggi LDR, maka semakin tinggi tingkat

kredit diberikan. Semakin besar tingkat kredit yang diberikan, semakin meningkatkan potensi

risiko kredit (gagal bayar) dan apabila LDR terlalu tinggi, bank justru dapat mengalami

permasalahan berupa kesulitan likuiditas. Meskipun demikian, kredit merupakan sektor

utama bank dalam memperoleh pendapatan bunga.

Meskipun sektor kredit merupakan sektor yang paling tinggi dalam memberikan

pendapatan bunga bagi bank, pendapatan bunga yang diperoleh bank melalui kegiatan

perkreditan juga tidak luput dari risiko yang menyertainya. Saat suku bunga berubah,

pendapatan bunga dan biaya bunga bank akan berubah. Dibandingkan dengan risiko pasar

yang lain, risiko suku bunga relatif lebih besar. Untuk itu, manajemen bank perlu untuk

memperhatikan besarnya Net Interest Margin (NIM), yaitu rasio yang menunjukkan

kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan

pendapatan bunga bersih.

Peluang untuk menempatkan dana pada sektor kredit akan dapat diperoleh apabila

bank memiliki aset yang besar. Namun semakin besar ukuran perusahaan perbankan (SIZE)

yang ditunjukkan dengan kepemilikan total assets yang besar juga memiliki peluang yang

lebih besar dalam meningkatkan risiko yang harus ditanggung oleh pihak bank. Hal tersebut

dapat terjadi apabila aset yang dimiliki bank tersebut tidak dikelola dan digunakan secara

maksimal untuk kegiatan operasional bank, sehingga bank justru berpotensi mengeluarkan

biaya pengelolaan aset yang lebih besar.

5

II. TELAAH PUSTAKA

2.1 RISIKO BISNIS

Definisi risiko bisnis menurut Wild, et al. (2005), merupakan ketidakpastian atas

kemamampuan perusahaan untuk menghasilkan pengembalian yang memuaskan atas

investasinya dari sudut pandang faktor biaya dan pendapatan. Semantara Keown, et al.

(2004) mendefinisikan risiko bisnis sebagai variabilitas potensial dalam pendapatan sebelum

bunga dan pajak yang dihasilkan perusahaan dari lingkungan bisnis perusahaan.

Secara statistik risiko merupakan volatilitas dari sesuatu yang dapat berupa

pendapatan, laba, biaya, dsb. Volatilitas merupakan ukuran disperse (penyebaran) yang dalam

statistik diukur dengan variance (σ2) atau standar deviasi (σ). Semakin besar nilai standar

deviasi, maka semakin besar risiko yang harus dihadapi (Ghozali, 2007).

2.2 Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR atau sering disebut rasio permodalan merupakan modal dasar yang harus

dipenuhi oleh bank. Modal ini digunakan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap

kinerja bank. Hal ini wajar karena bisnis perbankan adalah bisnis yang berdasarkan

kepercayaan. Selain itu adanya berbagai risiko yang besar mungkin dapat terjadi pada bank.

(Rahim dan Irpa, 2008). Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka

pengembangan usaha bisnis dan menampung risiko kerugian, semakin tinggi CAR maka

semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva

produktif yang berisiko (Lisa dan Suryani, 2006 dalam Rahim dan Irpa, 2008).

Penelitian Kevin J. Stiroh dan Adrienne Rumble (2005), Thierno Amadou Barry,

Laetitia Lepetit dan Amine Tarazi (2008), dan Isabelle Distinguin, Tchudjane Kouassi, dan

Amine Tarazi (2010) menunjukkan bahwa CAR positif signifikan terhadap SDROA.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1a: CAR berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum go publik.

H1b: CAR berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum non go publik.

2.3 Non Performing Loan (NPL)

NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar,

diragukan dan macet) terhadap total kredit yang disalurkan bank (Siamat, 2005). Kredit

macet terjadi pada saat sebuah bank tidak mampu mendapatkan kembali pokok kredit

ataupun bunga dari kredit yang telah diberikan. Hal ini akan menyebabkan bank menderita

kerugian yang besarnya dapat berubah-ubah (variable) dan modal bank akan terkikis karena

6

bank harus menutup setiap kerugian yang terjadi (Indonesia Certificate in Banking Risk and

Regulation, 2008). Apabila suatu bank kondisi NPL tinggi maka akan memperbesar biaya

baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi

terhadap kerugian bank (Mawardi, 2005). NPL mencerminkan rasio kredit. Semakin kecil

NPL maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank (Ali, 2004).

Hasil Penelitian Christophe J. Godlewski (2004) menyatakan NPL positif signifikan

terhadap SDROA. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2a: NPL berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum go publik.

H2b: NPL berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum non go publik.

2.4 Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR adalah rasio keuangan perusahaan perbankan yang berhubungan dengan aspek

likuiditas. LDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka,

giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan

requests) nasabahnya. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas. Rasio yang

tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau realtif

tidak likuid (illiquid) (Latarumaerissa, 1999). Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana

yang dihimpun, hal itu akan sangat menguntungkan. Namun, itu akan sangat terkait dengan

risiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat

mengembalikan dana yang dipinjamnya. (Rusyamsi, 1999). Semakin tinggi LDR, semakin

rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini karena jumlah dana yang

diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Rasio ini juga merupakan

indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank (Dendawijaya, 2005).

Penelitian Simon Kwan (2004), Kevin J. Stiroh dan Adrienne Rumble (2005)

menunjkkan bahwa LDR positif signifikan terhadap SDROA. Berdasarkan uraian tersebut

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3a: LDR berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum go publik.

H3b: LDR berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum non go publik.

2.5 Net Interest Margin (NIM)

NIM adalah perbandingan antara interest income dikurangi interest expenses dibagi

dengan average interest earning assets (Riyadi, 2006). Net Interest Margin (NIM)

merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva

produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Semakin besar rasio ini maka

7

akan meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank dalam kondisi

bermasalah akan semakin kecil (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).

Penelitian Christophe J. Godlewski (2004), Kevin J. Stiroh dan Adrienne Rumble

(2005) menunjukkan hasil bahwa NIM negatif signifikan terhadap SDROA. Berdasarkan

uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4a: NIM berpengaruh negatif signifikan terhadap SDROA bank umum go publik.

H4b: NIM berpengaruh negatif signifikan terhadap SDROA bank umum non go publik.

2.6 Ukuran Perusahaan (SIZE)

Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya

perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan

lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi menjadi 3 kategori yang

didasarkan kepada total assets perusahaan yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan

menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm) (Machfoedz, 1994).

Distinguin, et al. (2010) menggunakan log of total assets sebagai proksi bagi bank

size. Sifat alami hubungan risiko bank ambigu. Semakin besar bank diasumsikan memiliki

kemampuan yang lebih baik untuk mendiversifikasikan risiko sehingga seharusnya memiliki

pendapatan yang lebih stabil untuk mengurangi risiko. Namun demikian, dalam the presence

of a too-big-to-fail (TBTF) policy, semakin besar bank, memungkinkan dorongan yang lebih

besar pula dalam mengambil tingkat risiko yang lebih besar. Sementara menurut Ang, 1997

dalam Rusda (2009), apabila pihak manajemen bank tidak mampu mengelola asetnya dengan

efisien, memungkinkan timbulnya risiko yang akan semakin bertambah sejalan dengan

peningkatan aset.

Penelitian yang dilakukan Kevin J. Stiroh dan Adrienne Rumble (2005) menunjukkan

bahwa ukuran perusahaan (SIZE) positif signifikan terhadap SDROA. Berdasarkan uraian

tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5a: SIZE berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum go publik.

H5b: SIZE berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum non go publik.

2.7 Perbandingan Risiko Bisnis (SDROA) Bank Umum Go Publik dan Bank Umum

Non Go Publik

Penelitian ini diperluas dengan membandingkan hasil regresi bank umum go publik

dan bank umum non go publik, dengan alasan bahwa kinerja bank umum go publik lebih

diminati pasar karena sudah mencantumkan laporan keuangannya secara terbuka dan

8

transparan sehingga investor secara transparan dapat mengetahui kinerja termasuk risiko

bisnis bank. Namun apakah pengklasifikasian bank umum komersial menjadi kelompok bank

umum go publik dan bank umum non go publik tersebut benar-benar mempengaruhi stabilitas

model regresi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna menguji perbedaan pengaruh

CAR, NPL, LDR, NIM, dan SIZE terhadap risiko bisnis bank (SDROA) pada bank umum go

publik dan bank umum non go publik. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

H6 : Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara CAR, NPL, LDR, NIM, dan

SIZE terhadap SDROA bank umum go publik dan bank umum non go publik.

Kerangka Pemikiran Teoritis

Sumber: Kevin J. Stiroh dan Adrienne Rumble (2005) dan Christophe J. Godlewski (2004)

9

III. METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan umum komersial

di Indonesia yang melaporkan keuangannya pada Bank Indonesia dalam Direktori Perbankan.

Sementara pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling,

yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (Indriantoro dan

Supomo, 1999). Beberapa kriteria sampel tersebut adalah: (1). Bank umum go publik dan

bank umum non go publik yang memiliki data laporan keuangan tahunan secara lengkap,

dengan periode laporan yang berakhir pada 31 Desember tahun 2004 sampai dengan 2008

dan memiliki data laporan keuangan bulanan secara lengkap selama periode pengamatan

(tahun 2004 sampai dengan 2008); (2). Bank umum go publik dan bank umum non go publik

yang menyajikan data penghitungan rasio keuangan secara lengkap sesuai variabel yang akan

diteliti selama periode pengamatan (tahun 2004 sampai dengan 2008); (3). Bank umum go

publik dan bank umum non go publik yang masih beroperasi selama periode pengamatan

(tahun 2004 sampai dengan 2008). Berdasarkan kriteria tersebut, dari sejumlah 144 bank

umum komersial yang beroperasi di Indonesia pada tahun 2004-2008, bank yang memenuhi

persyaratan sebagai sampel penelitian yaitu berjumlah 70 bank, yang terdiri atas 21 bank

umum go publik dan 49 bank umum non go publik.

3.2 Model Analisis dan Teknik Pengujian Hipotesis

a. Risiko Bisnis

Risiko bisnis merupakan variabilitas potensial dalam pendapatan sebelum bunga

dan pajak yang dihasilkan perusahaan dari lingkungan bisnis perusahaan (Keown,

et al., 2004). Penelitian ini menggunakan standar deviasi ROA (SDROA) sebagai

indikator risiko bisnis bank. Adapun formula dari SDROA adalah sebagai berikut:

Sementara formula dari Return on Asset (ROA) adalah sesuai dengan SE

No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 yaitu:

10

b. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh

seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga,

tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri disamping

memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank (Dendawijaya, 2005).

Sesuai dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, CAR dirumuskan sebagai

berikut:

c. Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) merupakan persentase jumlah kredit bermasalah

(dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet) terhadap total kredit yang

disalurkan bank (Siamat, 2005).

d. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah perbandingan antara kredit yang diberikan

terhadap volume dana yang diterima atau dana pihak ketiga (Giro, tabungan,

deposito, dan kewajiban jangka pendek lainnya) (Taswan, 2006).

Sesuai dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, LDR dirumuskan sebagai

berikut:

e. Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) adalah perbandingan antara Interest Income dikurangi

Interest Expenses dibagi dengan Average Interest Earning Assets (Riyadi, 2006).

Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan

pendapatan bunga bersih (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).

Sesuai dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, NIM dirumuskan sebagai

berikut:

11

f. Ukuran perusahaan (SIZE)

Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat diklasifikasikan besar

kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai

pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi

menjadi 3 kategori yang didasarkan kepada total assets perusahaan yaitu

perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan

perusahaan kecil (small firm) (Machfoedz, 1994).

Ukuran Perusahaan (SIZE) = Ln Total Assets

3.3 Perumusan Model

Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda, untuk

melihat hubungan antara satu variabel terikat dengan lebih dari satu variabel bebas. Teknik

pengolahan data menggunakan program aplikasi Statistical Package for Social Sciences

(SPSS) versi 17. Model regresi yang digunakan adalah:

Y = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 +b5 x5 + ei

Y = Risiko bisnis bank yang diproksikan dengan Standard Deviation of Return on

Asset (SDROA)

a = konstanta

b1 – b5 = koefisien regresi, merupakan besarnya perubahan variabel terikat akibat

perubahan tiap-tiap unit variabel bebas.

x1 = Capital Adequacy Ratio (CAR)

x2 = Non Performing Loan (NPL)

x3 = Loan to Deposit Ratio (LDR)

x4 = Net Interest Margin (NIM)

x5 = Ukuran perusahaan (SIZE)

ei = Kesalahan residual (error)

Dalam penelitian ini penulis melakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji

normalitas residual, uji multikolonearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F, uji t dan terakhir uji chow untuk

menguji perbedaan pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM, dan SIZE terhadap risiko bisnis bank

umum go publik dan bank umum non go publik.

12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Asumsi Klasik

a) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk menentukan suatu

variabel terdistribusi normal atau tidak dapat dilihat melalui analisis grafik dengan

histogram maupun grafik probability plot.

Baik pada bank umum go publik maupun bank umum non go publik, grafik

histogram memberikan pola distibusi yang mendekati normal yaitu memiliki bentuk

yang simetris menyerupai lonceng. Sedangkan, pada grafik normal probability plot

terlihat bahwa penyebaran titik-titik berada disepanjang dan disekitar garis diagonal

baik. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa besarnya nilai probabilitas

lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) sehingga data residual terdistribusi normal.

b) Uji Multikolonearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada

atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi, dapat dilihat dari nilai

tolerance (TOL) dan lawannya, serta dengan Variance Inflation Factor (VIF)

(Ghozali, 2009).

Semua variabel independen pada bank umum go publik dan bank umum non go

publik mempunyai nilai tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF dibawah 10. Dengan

demikian, model regresi dalam penelitian ini terbebas dari gejala multikolonearitas.

c) Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut homoskedatisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah model regresi yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. (Ghozali, 2009).

Grafik scatterplot pada bank umum go publik dan bank umum non go publik

menunjukkan pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0

pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa data terbebas dari masalah

heteroskedastisitas.

13

d) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi

linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2009).

Berdasarkan hasil analisis regresi pada bank umum go publik di Indonesia tahun

2004-2008, diperoleh nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,907. Sedangkan besarnya

DW tabel memiliki batas luar (dl) = 1,571; batas dalam (du) = 1,780; 4 – du = 2,22;

dan 4 – dl = 2,429. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa DW-test terletak pada

daerah tidak ada autokorelasi.

Berdasarkan hasil analisis regresi pada dan bank umum non go publik di

Indonesia tahun 2004-2008diperoleh nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 2,057.

Sedangkan besarnya DW tabel memiliki batas luar (dl) = 1,718; batas dalam (du) =

1,820; 4 – du = 2,18; dan 4 – dl = 2,282. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

DW-test terletak pada daerah tidak ada autokorelasi.

Mengingat uji Durbin-Watson memiliki kelemahan pada data dengan jumlah

besar (di atas 100 observasi), maka selain menggunakan uji Durbin-Watson, uji

autokorealsi pada penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan uji Langrange

Multiplier (LM test). Koefisien parameter untuk variabel residual memberikan

probabilitas signifikansi sebesar 0,646 pada bank umu go publik dan sebesar 0.639

pada bank umum non go publik. Karena tingkat signifikansi variabel residual tersebut

jauh di atas tingkat signifikansi 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

autokorelasi antar nilai residual.

4.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda antara variabel independen yaitu

Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR),

Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap risiko bisnis bank yang

diproksikan dengan Standard Deviation of Return on Asset (SDROA), diperoleh nilai

koefisien regresi pada bank umum go publik dan bank umum non go publik sebagai berikut:

14

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Bank Umum Go Publik

Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

CollinearityStatistics

B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) ,164 ,178 ,918 ,361CAR ,004 ,002 ,211 2,350 ,021 ,784 1,276

NPL ,008 ,003 ,264 3,038 ,003 ,834 1,199LDR -,002 ,001 -,254 -2,674 ,009 ,695 1,440

NIM ,038 ,006 ,567 6,067 ,000 ,720 1,389SIZE -,006 ,009 -,055 -,642 ,523 ,867 1,153

a. Dependent Variable: SDROA

SDROA = 0,211 CAR + 0,264 NPL – 0,254 LDR + 0,567 NIM − 0,055 SIZE

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Bank Umum Go Publik

Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

CollinearityStatistics

B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) -,638 ,150 -4,244 ,000CAR ,001 ,000 ,238 3,602 ,000 ,778 1,285

NPL ,003 ,005 ,033 ,553 ,581 ,964 1,037LDR ,001 ,000 ,196 3,172 ,002 ,885 1,130

NIM ,027 ,004 ,418 6,654 ,000 ,860 1,163SIZE ,043 ,009 ,322 4,975 ,000 ,808 1,237

a. Dependent Variable: SDROA

SDROA = 0,238 CAR + 0,033 NPL + 0,196 LDR + 0,418 NIM + 0,322 SIZE

4.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009).

Hasil perhitungan koefisien determinasi pada bank umum go publik menunjukkan

besarnya adjusted R2 adalah 0,358, hal ini berarti bahwa 36% variasi Standard Deviation of

15

Return on Asset (SDROA) dapat dijelaskan oleh variasi dari ke lima variabel independen

Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR),

Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE). Sedangkan sisanya sebesar 64%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.

Hasil perhitungan koefisien determinasi pada bank umum non go publik menunjukkan

besarnya adjusted R2 adalah 0,180, hal ini berarti bahwa 18% variasi Standard Deviation of

Return on Asset (SDROA) dapat dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel independen

Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR),

Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE). Sedangkan sisanya sebesar 82%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.

4.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau

bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen/terikat (Ghozali, 2009).

Hasil perhitungan uji statistik F pada bank umum go publik menunjukkan nilai F

hitung sebesar 12,388 dan sebesar 11,649 pada bank umum non go publik dengan

signifikansi masing-masing sebesar 0,000 . Karena memiliki signifikansi lebih kecil dari

0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen Capital Adequacy Ratio

(CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin

(NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel

dependen Standard Deviation of Return on Asset (SDROA) baik pada bank umum go publik

maupun pada bank umum non go publik.

4.5 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2009). Adapun hasil uji statistik t pada bank umum go publik dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Nilai standardized coefficient beta variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar

0,211 dengan signifikansi sebesar 0,021 (< 0,05) sehingga variabel Capital Adequacy

Ratio (CAR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA.

16

2. Nilai standardized coefficient beta variabel Non Performing Loan (NPL) sebesar

0,264 dengan signifikansi sebesar 0,003 (< 0,05) sehingga variabel Non Performing

Loan (NPL) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA.

3. Nilai standardized coefficient beta variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar

0,254 dengan signifikansi sebesar 0,009 (< 0,05) sehingga variabel Loan to Deposit

Ratio (LDR) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap SDROA.

4. Nilai standardized coefficient beta variabel Net Interest Margin (NIM) sebesar 0,567

dengan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga variabel Net Interest Margin

(NIM) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA.

5. Nilai standardized coefficient beta variabel ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 0,055

dengan signifikansi sebesar 0,523 (> 0,05) sehingga variabel ukuran perusahaan

(SIZE) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap SDROA.

Sedangkan hasil uji t pada bank umum non go publik dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai standardized coefficient beta variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar

0,238 dengan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga variabel Capital Adequacy

Ratio (CAR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA.

2. Nilai standardized coefficient beta variabel Non Performing Loan (NPL) sebesar

0,033 dengan signifikansi sebesar 0,581 (> 0,05) sehingga variabel Non Performing

Loan (NPL) memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap SDROA.

3. Nilai standardized coefficient beta variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar

0,196 dengan signifikansi sebesar 0,002 (< 0,05) sehingga variabel Loan to Deposit

Ratio (LDR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA.

4. Nilai standardized coefficient beta variabel Net Interest Margin (NIM) sebesar 0,418

dengan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga variabel Net Interest Margin

(NIM) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA.

5. Nilai standardized coefficient beta variabel ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 0,322

dengan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga variabel ukuran perusahaan

(SIZE) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA.

4.6 Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk meguji ada tidaknya perbedaan pengaruh variabel

independen Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit

Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap variabel

17

dependen Standard Deviation of Return on Asset (SDROA) pada bank umum go publik dan

bank umum non go publik.

Nilai residual untuk bank umum go publik (RSSur1) sebesar 2,375 dan nilai residual

untuk bank umum non go publik (RSSur2) yaitu 8,073. Sedangkan, nilai residual gabungan

bank umum go publik dan bank umum non go publik (RSSr) sebesar 25,462. Dengan jumlah

n sebanyak 346 dan jumlah parameter yang diestimasi restricted regresion (k) sebesar 5

maka didapatkan perhitungan uji chow sebagai berkut :

RSSur = RSS1 + RSS2

= 2,375+ 8,073

= 10,448

F = (RSSr - RSSur)/k

(RSSur)/(n1+n2 –2k)

= (25,462- 10,448)/5

(10,448)/(346-10)

= 3,0028

0,03109524

= 96,57

Hasil pengujian menghasilkan nilai F hitung sebesar 96,57 sementara nilai F tabel

diperoleh sebesar 2,21. Dengan demikian diperoleh nilai F hitung > F tabel. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari variabel Capital

Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net

Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap Standard Deviation of

Return on Asset (SDROA) pada bank umum go publik dan bank umum non go publik.

4.7 Pembahasan

4.7.1 Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR pada bank umum go publik memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar

0,211 menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi

sebesar 0,021 (< 0,05) menunjukkan CAR berpengaruh signifikan terhadap SDROA.

Sehingga H1a diterima. Sementara pada bank umum non go publik, variabel CAR memiliki

nilai standardized coefficient beta sebesar 0,238 menunjukkan bahwa CAR berpengaruh

18

positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) menunjukkan CAR

berpengaruh signifikan terhadap SDROA. Sehingga H1b diterima.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi CAR, maka semakin tinggi

pula tingkat risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin

rendah CAR, maka akan semakin rendah pula risiko bisnis bank (SDROA). Besarnya CAR

atau permodalan yang dimiliki oleh bank umum go publik terbukti mampu menanggung

besarnya risiko yang dihadapi bank dan menjaga tingkat kepercayaan masyarakat. Dengan

besarnya CAR yang dimiliki, pihak bank memiliki keberanian yang lebih untuk menanggung

risiko bisnis yang lebih besar atau dapat dikatakan bahwa bank bersikap sebagai risk lover.

4.7.2 Non Performing Loan (NPL)

NPL pada bank umum go publik memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar

0,264 menunjukkan bahwa NPL berpengaruh positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi

sebesar 0,003 (< 0,05) menunjukkan NPL berpengaruh signifikan terhadap SDROA.

Sehingga H2a diterima. Sementara pada bank umum non go publik, variabel NPL memiliki

nilai standardized coefficient beta sebesar 0,033 menunjukkan bahwa NPL berpengaruh

positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,581 (> 0,05) menunjukkan NPL

berpengaruh tidak signifikan terhadap SDROA. Sehingga H2b ditolak.

Arah pengaruh yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi NPL, maka semakin

tinggi pula tingkat risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin

rendah NPL, maka akan semakin rendah pula risiko bisnis bank (SDROA). Tingginya tingkat

kredit macet yang ditunjukkan dengan tingginya NPL mengindikasikan rendahnya

kemampuan debitur dalam membayar seluruh pinjaman atau kredit yang diberikan bank. Hal

ini berdampak pada membengkaknya biaya pencadangan penghapusan aktiva produktif dan

biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. NPL atau kredit macet terbukti

menyebabkan bank menderita kerugian yang besarnya berubah-ubah (variable). Dengan kata

lain, besarnya NPL mendorong timbulnya volatilitas dalam profit sehingga semakin besar

NPL maka semakin besar pula tingkat risiko bisnis yang harus ditanggung oleh bank.

Tidak signifikannya variabel NPL dalam mempengaruhi SDROA bank umum non go

publik mengindikasikan bahwa besar-kecilnya Non Performing Loan (NPL) belum tentu

mempengaruhi besar-kecilnya SDROA. Besarnya risiko kredit yang ditunjukkan dengan

besarnya rasio NPL tidak secara signifikan mendorong peningkatan risiko bisnis bank yang

diproksikan dengan SDROA. Hal ini dikarenakan secara umum, rata-rata NPL bank umum

non go publik yang beroperasi pada tahun amatan penelitian telah memenuhi standar

ketentuan Bank Indonesia sebesar maksimum 5%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kredit

19

macet pada bank umum go publik relatif rendah sehingga risiko yang timbul tersebut masih

mampu diatasi bank secara baik dan pada akhirnya tidak berimbas pada dorongan akan

terjadinya peningkatan risiko bisnis pada bank umum non go publik secara umum.

4.7.3 Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR pada bank umum go publik memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar

0,254 menunjukkan bahwa LDR berpengaruh negatif terhadap SDROA. Nilai signifikansi

sebesar 0,009 (< 0,05) menunjukkan LDR berpengaruh signifikan terhadap SDROA.

Sehingga H3a ditolak. Sementara pada bank umum non go publik, variabel LDR memiliki

nilai standardized coefficient beta sebesar 0,196 menunjukkan bahwa LDR berpengaruh

positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,002 (< 0,05) menunjukkan LDR

berpengaruh signifikan terhadap SDROA. Sehingga H3b diterima.

Arah pengaruh yang negatif pada bank umum go publik menunjukkan bahwa semakin

tinggi LDR, maka semakin rendah tingkat risiko bisnis bank yang diproksikan dengan

SDROA. Sebaliknya, semakin rendah LDR, maka akan semakin tinggi risiko bisnis bank

(SDROA). Tingkat LDR yang tinggi menunjukkan tingkat kredit diberikan yang tinggi, atau

dengan kata lain bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau realtif tidak likuid.

Namun demikian, ternyata tingkat LDR yang tinggi tidak terbukti mampu mendorong

tingginya tingkat risiko bisnis. Justru tingkat likuiditas (simpanan) yang tinggi, yang

ditunjukkan oleh tingkat LDR yang rendah menorong timbulnya tingkat risiko bisnis yang

lebih besar karena dana yang dihimpun oleh bank cenderung idle atau tidak produktif. Hal

tersebut berdampak pada ketidakpastian tingkat keuntungan yang akan diperoleh bank

sehingga terjadi volatilitas yang lebih tinggi pada tingkat keuntungan bank.

Arah pengaruh yang positif pada bank umum non go publik menunjukkan bahwa

semakin tinggi LDR, maka semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis bank yang diproksikan

dengan SDROA. Sebaliknya, semakin rendah LDR, maka akan semakin rendah pula risiko

bisnis bank (SDROA). Tingkat LDR yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank

meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau realtif tidak likuid (illiquid) karena jumlah

dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar, sehingga hal ini sangat

terkait dengan risiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau dengan kata

lain pihak bank tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya dari nasabah.

4.7.4 Net Interest Margin (NIM)

NIM pada bank umum go publik memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar

0,567 menunjukkan bahwa NIM berpengaruh positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi

20

sebesar 0,000 (< 0,05) menunjukkan NIM berpengaruh signifikan terhadap SDROA.

Sehingga H4a diterima. Sementara pada bank umum non go publik, variabel NIM memiliki

nilai standardized coefficient beta sebesar 0,418 menunjukkan bahwa NIM berpengaruh

positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) menunjukkan NIM

berpengaruh signifikan terhadap SDROA. Sehingga H4b diterima.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi NIM, maka semakin tinggi

pula tingkat risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin

rendah NIM, maka akan semakin rendah pula risiko bisnis bank (SDROA). Besarnya

pendapatan bunga atau NIM yang dimiliki bank tidak terbukti mampu menurunkan tingkat

risiko bisnis yang harus ditanggung oleh bank. Hal ini terjadi karena saat suku bunga

berubah, pendapatan bunga dan biaya bunga bank akan berubah. Sebagai contoh saat suku

bunga naik, baik pendapatan bunga maupun biaya bunga akan naik karena beberapa aset dan

liability bank akan dihargai pada tingkat yang lebih tinggi. Sehingga rasio NIM yang tinggi

justru mendorong timbulnya peningkatan dalam hal variabilitas keuntungan yang akan

diperoleh bank sebagai akibat ketimpangan yang terjadi antara peningkatan pendapatan

bunga dan biaya bunga.

4.7.5 Ukuran Perusahaan (SIZE)

SIZE pada bank umum go publik memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar

0,055 menunjukkan bahwa SIZE berpengaruh negatif terhadap SDROA. Nilai signifikansi

sebesar 0,523 (> 0,05) menunjukkan SIZE berpengaruh tidaksignifikan terhadap SDROA.

Sehingga H5a ditolak. Sementara pada bank umum non go publik, variabel SIZE memiliki

nilai standardized coefficient beta sebesar 0,322 menunjukkan bahwa SIZE berpengaruh

positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) menunjukkan SIZE

berpengaruh signifikan terhadap SDROA. Sehingga H5b diterima.

Arah pengaruh yang positif pada bank umum go publik menunjukkan bahwa semakin

besar ukuran perusahaan (SIZE) maka semakin rendah tingkat risiko bisnis bank yang

diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin rendah SIZE, maka akan semakin tinggi

risiko bisnis bank (SDROA). Besarnya ukuran perusahaan (SIZE) yang ditunjukkan melalui

besarnya LnTA tidak terbukti meningkatkan besarnya SDROA. Hasil penelitian ini justru

menjelaskan bahwa semakin besar bank, maka bank memiliki kemampuan yang lebih baik

untuk mendiversifikasikan risiko yang ada sehingga bank memiliki pendapatan yang lebih

stabil untuk mengurangi tingkat risiko.

21

Tidak signifikannya variabel ukuran perusahaan (SIZE) dalam mempengaruhi

SDROA bank umum go publik mengindikasikan bahwa besar-kecilnya ukuran perusahaan

perbankan belum tentu mempengaruhi besarnya risiko bisnis bank yang diproksikan dengan

SDROA. Bank dengan total aset yang besar belum tentu memiliki keberanian dalam dalam

menanggung tingkat risiko yang besar pula. Bank justru mengedepankan sikap kehati-

hatiannya sehingga tidak menggunakan aset yang dimiliki secara optimal untuk kegiatan

investasi yang memungkinkan hasil sekaligus risiko yang lebih besar. Dalam hal ini perilaku

bank umum go publik di Indonesia lebih menunjukkan sikap risk averse dibandingkan risk

lover.

Arah pengaruh yang positif pada bank umum non go publik menunjukkan bahwa

semakin tinggi ukuran perusahaan (SIZE), maka semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis

bank umum non go publik yang diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin rendah

ukuran perusahaan (SIZE), maka akan semakin rendah risiko bisnis bank (SDROA).

Besarnya ukuran perusahaan (SIZE) terbukti meningkatkan besarnya SDROA. Hal ini

menunjukkan bahwa pihak manajemen bank tidak mampu mengelola aset yang dimiliki bank

secara efisien sehingga mendorong timbulnya risiko yang akan semakin bertambah sejalan

dengan peningkatan aset.

4.7.6 Perbandingan Risiko Bisnis (SDROA) Bank Umum Go Publik dan Bank Umum

Non Go Publik

Hasil uji Chow didapatkan nilai F hitung sebesar 96,57 sementara nilai F tabel

diperoleh sebesar 2,21. Dengan demikian diperoleh nilai F hitung > F tabel. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari variabel Capital

Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net

Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap Standard Deviation of

Return on Asset (SDROA) pada bank umum go publik dan bank umum non go publik.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat dinyatakan bahwa risiko bisnis bank umum yang

masuk dalam kriteria go publik dan non go publik mempunyai faktor-faktor yang berbeda

dalam mempengaruhi risiko bisnis. Variabel independen yang dapat mempengaruhi besarnya

SDROA pada bank umum yang masuk dalam kriteria go publik hanya variabel CAR, NPL,

LDR, dan NIM, sedangkan pada bank umum non go publik variabel independen yang

mempengaruhi SDROA yaitu CAR, LDR, NIM, dan SIZE. Hasil penelitian ini sesuai dengan

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan pengaruh yang

signifikan antara CAR, NPL, LDR, NIM, dan SIZE terhadap SDROA pada bank umum go

publik dan bank umum non go publik sehingga H6 diterima.

22

V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Selama periode amatan menunjukkan bahwa data telah memenuhi syarat untuk

menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Hal ini dapat dilihat dari uji

normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi yang

menunjukkan bahwa tidak terdapat variabel yang menyimpang dari asumsi klasik.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang menguji pengaruh Capital Adequacy

Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest

Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap risiko bisnis bank umum go publik

dan bank umum non go publik yang diproksikan dengan Standard Deviation of Return on

Asset (SDROA), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan pengujian hipotesis pertama untuk kelompok bank umum go publik (H1a)

diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,211dan nilai signifikansi sebesar 0,021 (< 0,05)

Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel CAR berpengaruh positif signifikan

terhadap risiko bisnis bank (SDROA).

2. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua untuk kelompok bank umum go publik (H2a)

diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,264 dan nilai signifikansi sebesar 0,003 (< 0,05).

Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel NPL berpengaruh positif signifikan

terhadap risiko bisnis bank (SDROA).

3. Berdasarkan pengujian hipotesis ketiga untuk kelompok bank umum go publik (H3a)

diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,254 dan nilai signifikansi sebesar 0,009

(< 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel LDR berpengaruh negatif

signifikan terhadap risiko bisnis bank (SDROA).

4. Berdasarkan pengujian hipotesis keempat untuk kelompok bank umum go publik (H4a)

diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,567 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05).

Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel NIM berpengaruh positif signifikan

terhadap risiko bisnis bank (SDROA).

5. Berdasarkan pengujian hipotesis kelima untuk kelompok bank umum go publik (H5a)

diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,055 dan nilai signifikansi sebesar 0,523

(> 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel SIZE berpengaruh negatif

tidak signifikan terhadap risiko bisnis bank (SDROA).

6. Berdasarkan pengujian hipotesis pertama untuk kelompok bank umum non go publik

(H1b) diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,238 dan nilai signifikansi sebesar 0,000

23

(< 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel CAR berpengaruh positif

signifikan terhadap risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA.

7. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua untuk kelompok bank umum non go publik (H2b)

diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,033 dan nilai signifikansi sebesar 0,581 (> 0,05).

Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel NPL berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA.

8. Berdasarkan pengujian hipotesis ketiga untuk kelompok bank umum non go publik (H3b)

diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,196 dan nilai signifikansi sebesar 0,002 (< 0,05).

Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel LDR berpengaruh positif signifikan

terhadap risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA.

9. Berdasarkan pengujian hipotesis keempat untuk kelompok bank umum non go publik

(H4b) diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,418 dan nilai signifikansi sebesar 0,000

(< 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel NIM berpengaruh positif

signifikan terhadap risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA.

10. Berdasarkan pengujian hipotesis kelima untuk kelompok bank umum go publik (H5b)

diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,322 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (> 0,05).

Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel SIZE berpengaruh positif signifikan

terhadap risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA.

11. Berdasarkan pengujian hipotesis keenam (H6) dengan menggunakan uji Chow diketahui

nilai F hitung (96,57) lebih besar dari nilai F tabel (2,21). Sehingga disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara CAR, NPL, LDR, NIM, dan SIZE

terhadap SDROA pada bank umum go publik dan bank umum non go publik.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak luput dari sejumlah keterbatasan yang dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Nilai adjusted R2 untuk kelompok bank umum go publik hanya dapat menjelaskan 36%

atau sebagian kecil dari variasi variabel dependen, sementara untuk kelompok bank

umum non go publik hanya 18% variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh

variasi dari kelima variabel independen. Hal ini mengindikasikan adanya faktor-faktor

lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini dan diduga lebih mampu menjelaskan

variasi variabel dependen.

2. Objek pengamatan dalam penelitian ini hanya terbatas pada bank umum komersial yang

beroperasi di Indonesia, yang terbagi dalam kelompok bank umum go publik dan bank

24

umum non go publik, dengan periode pengamatan selama 5 tahun, yaitu tahun 2004

sampai dengan tahun 2008. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan data yang dapat

diperoleh peneliti.

3. Variabel yang digunakan sebagai dasar untuk memprediksi risiko bisnis bank (SDROA)

dalam penelitian ini hanya terbatas pada rasio keuangan Capital Adequacy Ratio (CAR),

Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM),

dan ukuran perusahaan (SIZE).

5.3 Saran

Berdasarkan hasil analisis regresi, maka saran yang dapat diberikan terkait penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi manajemen

a) Implikasi Kebijakan Manajerial Bank Umum Go Publik

Berdasarkan hasil analisis regresi, didapatkan nilai koefisien beta untuk masing-

masing variabel independen yang memiliki pengaruh paling dominan dan signifikan

terhadap SDROA pada bank umum go publik secara berurutan adalah variabel NIM

dengan nilai koefisien sebesar 0,567; kemudian NPL dengan nilai koefisien sebesar

0,264; dan selanjutnya LDR dengan nilai koefisien sebesar 0,254; serta CAR dengan

nilai koefisien sebesar 0,211. Oleh karena itu, implikasi kebijakan manajerial dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Dengan melihat variabel Net Interest Margin (NIM) pada bank umum go publik,

maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko bisnis

bank adalah mampu menjaga Net Interest Margin (NIM) agar tidak terlalu tinggi

karena dengan meningkatnya Net Interest Margin (NIM), maka akan semakin

tinggi pula tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai standar yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia, perusahaan perbankan wajib menjaga besarnya

NIM minimum 6%.

b. Dengan melihat variabel Non Performing Loan (NPL) pada bank umum go

publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko

bisnis bank adalah mampu meminimalkan Non Performing Loan (NPL) karena

NPL merupakan rasio yang mencerminkan jumlah kredit bermasalah yang

dihadapi bank sebagai akibat kualitas kredit yang buruk. Semakin tinggi Non

Performing Loan (NPL), maka akan semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis yang

25

akan dihadapai bank. Sesuai standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,

perusahaan perbankan wajib menjaga besarnya NPL maksimum sebesar 5%.

c. Dengan melihat variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank umum go

publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko

bisnis bank adalah mampu meningkatkan Loan to Deposit Ratio (LDR). Karena

semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR), maka akan semakin rendah tingkat

risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai dengan standar yang ditetapkan

oleh Bank Indonesia, bank wajib menjaga besarnya LDR antara 80%110%.

d. Dengan melihat variabel Capital Adequacy Rato (CAR) pada bank umum go

publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko

bisnis adalah mampu menjaga Capital Adequacy Rato (CAR) agar tidak terlalu

tinggi karena dengan semakin tinggi Capital Adequacy Rato (CAR), maka akan

semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai dengan

standar yang ditetapkan Bank Indonesia, perusahaan perbankan wajib

menyediakan modal minimum sebesar 8%. Manajemen bank diharapkan mampu

mengelola dan menjaga permodalannya sehingga modal yang dimiliki bank

tersebut kemudian dapat menampung tingkat risiko bisnis yang timbul.

b) Implikasi Kebijakan Manajerial Bank Umum Non Go Publik

Berdasarkan hasil analisis regresi, didapatkan nilai koefisien beta untuk masing-

masing variabel independen yang memiliki pengaruh paling dominan dan signifikan

terhadap SDROA pada bank umum non go publik secara berurutan adalah variabel

NIM dengan nilai koefisien sebesar 0,418; kemudian SIZE dengan nilai koefisien

sebesar 0,322; dan selanjutnya CAR dengan nilai koefisien sebesar 0,238; serta LDR

dengan nilai koefisien sebesar 0,196. Oleh karena itu, implikasi kebijakan manajerial

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Dengan melihat variabel Net Interest Margin (NIM) pada bank umum non go

publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko

bisnis bank adalah mampu meminimalkan Net Interest Margin (NIM) karena

dengan meningkatnya Net Interest Margin (NIM), maka akan semakin tinggi pula

tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai standar yang ditetapkan

oleh Bank Indonesia, perusahaan perbankan wajib menjaga besarnya NIM

minimum 6%.

26

b. Dengan melihat variabel ukuran perusahaan (SIZE) pada bank umum non go

publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko

bisnis bank adalah mampu menjaga dan mengelola total aset perusahaan dengan

sebaik mungkin mengingat total aset perusahaan mencerminkan ukuran

perusahaan (SIZE). Semakin tinggi ukuran perusahaan (SIZE), maka akan

semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank.

e. Dengan melihat variabel Capital Adequacy Rato (CAR) pada bank umum non go

publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko

bisnis bank adalah mampu menjaga Capital Adequacy Rato (CAR) agar tidak

terlalu tinggi karena dengan semakin tinggi Capital Adequacy Rato (CAR), maka

akan semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai

dengan standar yang ditetapkan Bank Indonesia, perusahaan perbankan wajib

menyediakan modal minimum sebesar 8%. Manajemen bank diharapkan mampu

mengelola dan menjaga permodalannya sehingga modal yang dimiliki bank

tersebut kemudian dapat menampung tingkat risiko bisnis yang timbul.

c. Dengan melihat variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank umum non go

publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko

bisnis bank adalah mampu menekan Loan to Deposit Ratio (LDR). Karena

semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR), maka akan semakin tinggi pula

tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai dengan standar yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia, bank wajib menjaga besarnya LDR antara

80%110%.

2. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperpanjang periode pengamatan dan

memperluas ukuran populasi, tidak hanya terbatas pada bank umum komersial tetapi juga

dapat memasukkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai sampel penelitian agar hasil

penelitian dapat lebih digeneralisasi. Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat

menambahkan faktor-faktor lain yang diduga memiliki pengaruh kuat terhadap risiko

bisnis bank, seperti DIVrev (average revenue diversification) dan pertumbuhan aset

(Stiroh dan Rumble, 2005), variabel overhead atau BOPO, pertumbuhan GDP,

pertumbuhan kredit, dan indeks kekuatan pasar (Soedarmono, et al., 2010), variabel

Deposit/TA (Kwan, 2004), dan Loan Losses Reserve (Godlewski, 2004).

27

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Masyud. 2004. Asset Liability Management. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Bank Indonesia. 2010. Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.14, Maret 2010. Jakarta.

Barry, Thierno Amadou, Laetitia Lepetit and Amine Tarazi. 2008. “Bank Ownership

Structure, Market Discipline and Risk: Evidence From A Sample of Privately Owned

and Publicly Heald European Banks”. Université de Limoges-France, December 2008,

n.p, http://gdre_mbf_2010.u-bordeaux4.fr/sites. Diakses tanggal 26 November 2010.

Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Direktori Perbankan Indonesia (DPI). 2004-2008.

Distinguin, Isabelle, Tchudjane Kouassi and Amine Tarazi. 2010. “Deposit Insurance, Moral

hazard and Market discipline: Evidence from Central and Eastern European Banks”.

Université de Limoges-France, May 2010, n.p, http://gdre_mbf_2010.u-

bordeaux4.fr/sites. Diakses tanggal 26 November 2010.

Ghozali, Imam. 2007. Manajemen Risiko Perbankan: Pendekatan Value at Risk. Semarang:

Undip.

____________. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Ed.4. Semarang:

Badan Penerbit Undip.

Godlewski, Christophe J. 2004. “Bank Risk Taking in a Prospect Theory Framework

Empirical Investigation in The Emerging Market’s Case”. Pôle Européen de Gestion et

d’ Economie, Université Louis Pasteur, n.p. http://papers.ssrn.com. Diakses Tanggal 4

Juni 2010.

Hayu H, Listya. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan Go

Publik dan Non Go Publik Periode 20032007 (Studi Empiris: Bank Umum di

Indonesia)”. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Tidak Dipublikasikan.

Helfert, Erich A. 1997. Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis untuk Mengelola dan

Mengukur Kinerja Perusahaan (Terj). Ed.8. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

28

Idroes, Ferry N. 2008. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar

Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia.

Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Indonesia Certifikate in Banking Risk and Regulation Workbook Tingkat 1. 2008. Jakarta:

Global Association of Risk Professionals dan Badan Sertifikasi Manajemen Risiko.

Keown, Arthur J., John D. Msrtin and J. William Petty. 2004. Manajemen Keuangan:

Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Jilid I (Terj). Ed.9. Jakarta: PT. Indeks Kelompok

Gramedia.

Kwan, Simon. 2004. “Testing The Strog Form of Market Dicipline: The Effect of Public

Market Signals on Bank Risk”. Working Paper, Federal Reserve of San Fransisco, n.p,

http://www.bis.org. Diakses tanggal 4 Juni 2010.

Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Bank Konvensional. 2004-2008.

Latumaerissa, Julius R. 1999. Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum. Jakarta: Bumi

Aksara.

Machfoedz, Mas’ud. 1994. “Financial Ratio Analysis and The Prediction of Earnings

Changes in Indonesia”. Kelola, Gajah Mada University Business Review, No. 7/III. h.

114-137.

Mawardi, Wisnu. 2005. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan

Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan Total Aset Kurang

dari 1 T)”. Jurnal Bisnis Strategi, Vol 14, No. 1. h. 83-94.

Naïmy, Viviane Y. 2005. “Overall Lebanese Banks’ Performance: A Risk-Return

Framework” International Business & Economics Research Journal – January 2005,

Vol. 4, No. 1., n.p, http://www.cluteinstitute-onlinejournals.com/PDFs. Diakses

tanggal 23 November 2010.

Rahim, Rida dan Yuma Irpa. 2008. “Analisa Efisisensi Operasional terhadap Profitabilitas

pada Bank Umum Syariah dan Unit Syariah (Studi Kasus BSM dan BNI Syariah)”.

Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 4, No. 3. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Andalas. http://www.scribd.com. Diakses tanggal 19 Februari 2011.

29

Riyadi, Slamet. 2006. Banking Asset and Liability Management. Jakarta: Lembaga Penerbit

FE UI.

Rusda, Meina. 2009. “Analisis Pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM, dan Total Aset Terhadap

Risiko Bisnis”. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Tidak Dipublikasikan.

Rusyamsi, Imam. 1999. Asset Liability Management: Strategi Pengelolaan Aktiva Pasiva

Bank. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Ed.5. Jakarta: FE UI.

Stiroh, Kevin J. and Adrienne Rumble. 2005. “The Dark Side of Diversification: The Case of

U.S. Financial Holding Companies”. Jornal of Banking and Finance 30, Federal

Reserve of New York. USA. n.p, http://papers.ssrn.com. Diakses tanggal 4 Juni 2010.

Taswan. 2006. Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik, dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP

STIM YKPN.

Wild, John J., K. R. Subramanyam dan Robert F. Halsey. 2005. Analisis Laporan Keuangan

(Terj). Ed.8. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.