pengaruh frekuensi pemberian air pada berbagai …
TRANSCRIPT
2
PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR PADA BERBAGAI
MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN SELADA (Lactuca savita L.)
(Skripsi)
OLEH :
RENILIA APRIYASTUTI
13110060
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada Jurusan Agroteknologi
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)
DHARMA WACANA METRO
2019
3
PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN BERBAGAI MEDIA
TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA
(Lactuca savita L.)
Oleh
RENILIA APRIYASTUTI
ABSTRAK
Selada merupakan salah satu sayuran yang mempunyai peranan penting dalam
usaha untuk memenuhi kebutuhan pangan bergizi, terutama Kalsium, Protein,
Vitamin, dan Lemak Nabati. Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan
dan hasil selada adalah dengan menyediakan media tanam yang baik, untuk
pertumbuhan tanaman dan pemberian air.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh frekuensi pemberian air
terhadap pertumbuhan dan hasil selada. (2) Pengaruh jenis media tanam terhadap
pertumbuhan dan hasil selada. (3) Interaksi antara frekuensi pemberian air dan
media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil selada.
Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan dengan Rancangan Acak
Kelompok Lengkap (RAKL) berbeda Faktorial dengan tiga ulangan. Sebagai
faktor pertama adalah penyiraman (F) yang terdiri atas tiga taraf yaitu:
penyiraman 1 hari sekali (f1), penyiraman 2 hari sekali (f2) dan penyiraman 3
hari sekali (f3). Sebagai faktor kedua media tanam (M) terdiri dari tiga taraf yaitu:
tanah+arang sekam, 1:1 (m1), tanah+pupuk kandang kambing 1:1 (m2),
tanah+pasir 1:1 (m3). Setiap satuan percobaan terdiri dari 5 tanaman dan semua
dijadikan tanaman contoh. Data hasil pengamatan diuji homogenitasnya dengan
uji Bartlet dan ketidakadifannya dengan uji Tuckey, kemudian diolah dengan
analisis ragam. Apabila terdapat perlakuan yang nyata selanjutnya nilai tengah
diuji lanjut menggunakan uji beda nyata (BNT) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman yang berbeda
memberikan pengaruh yang tidak berbeda terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, dan bobot tanaman per plot. Serta
menunjukan bahwa penggunaan media tanam tidak memberikan perbedaan nyata
terhadap tinggi tanaman, bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, dan bobot
hasil tanaman per plot, kecuali pada jumlah daun. tidak terjadi interaksi frekuensi
pemberian air dan media tanam terhadap semua peubah yang diamati yaitu tinggi
tanaman, jumlah daun, bobot basah tanaman, bobot kering tanaman dan bobot
hasil tanaman per plot.
4
JudulSkripsi : Pengaruh Frekuensi Pemberian Air pada Berbagai Media
Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada
(Lactuca savita L.)
NamaMahasiswa : RENILIA APRIYASTUTI
NPM : 13110060
Program Studi : Agroteknologi
Jurusan : Agroteknologi
MENYETUJUI:
KOMISI PEMBIMBING
Pembimbing I
(Ir. Sutomo, MP.)
NIP. 195403281982021001
Pembimbing II
(Ir. Rakhmiati, M.T.A.)
NIP. 196302161990031003
Menyetujui
Ketua Jurusan,
(Priyadi, S.P, M.Si.)
NIK. 00302783A
5
LEMBAR PENGENGESAHAN
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Sutomo, MP. ......………………
PengujiUtama : M Gary R W N,M.S.i. ......………………
Anggota : Ir. Rakhmiati, M.T.A. ......………………
2. KetuaSekolahTinggiIlmuPertanian Dharma Wacana Metro
Ir. Rakhmiati, M.T.A.
NIP. 196302161990031003
Tanggal lulusujian : 10 Januari 2019
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Frekuensi Pemberian Air Pada Berbagai Media
Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca savita L.)”.
Dengan kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu Ir.Rakhmiati,M.T.A., sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(STIPER) Dharma Wacana Metro, dan selaku pembimbing II (dua) yang telah
memberikan kemudahan, arahan dan memberikan motivasi, bimbingan,
bantuan, nasehat dan saran yang sangat berarti sehingga selesainya skripsi ini.
2. Bapak Ir.Sutomo,M.P., selaku pembimbing I (satu) atas bimbingan,
pengarahan, dan sarannya selama menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak M Garry R W N ,M.S.i, sebagai penelaah atau penguji atas
ketersediaannya menguji, memberikan motivasi dan saran untuk perbaikan
skripsi ini.
4. Keluarga tercinta, Bapak Suparjo dan Ibu Ambar Mas Tuti orangtua yang
hebat serta luar biasa. Adik ku Husen Al Muhazir serta keponakan-keponakan
7
ku tersayang atas segala do’a, kasih sayang, dan dukungannya yang tidak
ternilai selama ini.
5. Rekan-rekan sekaligus sahabat seperjuangan di kampus Dharma Wacana
Metro (Irwan, Bang Febby, Bang Frengki, Wayan , Ana, Arif (gendon),
Anggek, Taufikdan semua yang tidak disebutkan) terimakasih atas bantuan,
motivasi, semangat dan kebersamaannya. Semoga Allah memberikan
limpahan rahmat dan kebaikan kepada kalian semua. Amiin.
6. Sahabat tersayang ku Dino Tri Setiawan terimakasih atas dukungan, do’a dan
semangatnya.
Metro, Januari 2019
Penulis
RENILIA APRIYASTUTI
8
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tegal Ombo, Lampung Timur pada tanggal 25April 1995,
putri pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Suparjo dan Ibu Ambar
Mas Tuti. Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-kanak (TK) PKK
Tegal Ombo pada tahun 2001. Setelah tamat di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1
Tegal Ombo pada tahun 2007, penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 1 Way Bungur sampai tahun 2010. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Purbolinggo
sampai tahun 2013 dan pada tahun 2013 pula penulis diterima sebagai mahasiswi
Jurusan Agroteknologi di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma
Wacana Metro hingga sekarang.
9
MOTTO
Jadilah orang sukses, karena orang yang sukses
menempatkanSumber Daya Manusia sebagai nilai dan
selalu percaya diri pada orang lain.
Sedangkan Orang-orang yang gagal menganggap manusia
sebagai alat dan selalu membandingkan diri dengan orang
lain.
10
PERSEMBAHAN
Ku persembahkankaryakecilkuinikepada orang-orang
yang akusayangi:
Bapak Ibutercinta, adik kutersayang yang
takpernahhentimendoakan&memberisemangat yang
tanpalelahterusmenemani&menguatkan.
11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. v
MOTTO .................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xix
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................. 3
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis ............................................... 3
1.4 Hipotesis ........................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) ..................... 6
2.2 Morfologi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) ............... 7
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) ....... 8
2.4 Frekuensi Pemberian Air .................................................. 9
2.5 Media Tanam .................................................................... 15
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 17
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ................................................. 17
3.3 Metode Penelitian ............................................................. 18
3.4 Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 18
3.4.1 Persiapan Media Tanam ........................................ 18
12
3.4.2 Pembuatan Naungan ............................................. 19
3.4.3 Penanaman ............................................................ 19
3.4.4 Pemeliharaan ......................................................... 19
3.4.4.1 Penyulaman .............................................. 19
3.4.4.2 Penyiraman .............................................. 20
3.4.4.3 Penyiangan ............................................... 20
3.5 Pemupukan ............................................................................. 20
3.6 Panen ...................................................................................... 20
3.7 Variabel Pengamatan ............................................................. 21
3.7.1 Tinggi Tanaman ...................................................... 21
3.7.2 Jumlah Daun ............................................................ 21
3.7.3 Berat Basah ............................................................. 21
3.7.4 Berat Kering ............................................................ 21
3.7.5. Berat Hasil / plot .................................................... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ....................................................................................... 22
4.1.1 Tinggi Tanaman Umur 28 hst ................................. 22
4.1.2 Jumlah Daun Umur 28 hst ....................................... 23
4.1.3 Menimbang Bobot Basah Tanaman ........................ 25
4.1.4 Menimbang Bobot Kering Tanaman ....................... 25
4.1.5 Menimbang Bobot Hasil Per Plot ........................... 26
4.2 Pembahasan .......................................................................... 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 29
5.2 Saran ...................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
13
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Tinggi tanaman selada dengan pengaruh frekuensi pemberian air dan
berbagai media tanam umur 28 HST ........................................................ 22
2. Jumlah daun tanaman selada dengan pengaruh frekuansi pemberian air
dan berbagai media tanam umur 28 HST.................................................. 24
3. Bobot basah tanaman selada akibat frekuensi pemberian air dan
berbagai media tanam pada umur 28 HST ................................................ 25
4. Bobot kering tanaman selada dengan pengaruh frekuensi pemberian air
dan berbagai media tanam umur 28 HST.................................................. 26
5. Bobot tanaman per plot pada tanaman selada dengan pengaruh
frekuensi pemberian air dan berbagai media tanam umur 28 HST........... 26
Halaman
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Tata letak percobaan ............................................................................... 30
2. Susunan Sample Tanaman Selada........................................................... 31
3. Deskripsi Tanaman Selada............................................................ .......... 32
4. Tinggi tanaman selada dengan pengaruh frekuensi pemberian air dan
berbagai media tanam umur 28 hst (dalam cm) ...................................... 33
5. Analisis ragam tinggi tanaman selada umur 28 hst dengan pengaruh
frekuensi pemberian air dan berbagai media tanam................................ 33
6. Jumlah daun selada dengan pengaruh frekuensi pemberian air dan
berbagai media tanam umur 28 hst ......................................................... 34
7. Analisis ragam jumlah daun tanaman selada umur 28 hst dengan
pengaruh frekuensi pemberian air dan berbagai media tanam ................ 34
8. Bobot basah tanaman selada dengan pengaruh frekuensi pemberian air
dan berbagai media tanam pada umur 28 hst ..................................... 35
9. Analisis ragam bobot basah tanaman selada pada umur 28 hst
dengan pengaruh frekuensi pemberian air dan berbagai media tanam ... 35
10. Bobot kering tanaman selada dengan pengaruh frekuensi pemberian air
dan berbagai media tanam umur 28 hst ................................................. 36
11. Analisis ragam bobot kering tanaman selada umur 28 hst dengan
pengaruh frekuensi pemberian air dan berbagai media tanam ................ 36
12. Bobot basah tanaman perplot pada tanaman selada dengan
pengaruh frekuensi pemberian air dan berbagai media tanam umur 28 hst 37
Halaman
15
13. Analisis ragam bobot basah tanaman per plot selada umur 28 hst
dengan pengaruh frekuensi pemberian air dan berbagai media tanam ... 37
14. Lampiran foto kegiatan.......................................... ................................. 38
16
DAFTAR GAMBAR
1. Kurva pertumbuhan tinggi tanaman ........................................................ 23
2. Kurva jumlah daun tanaman .................................................................... 24
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dan Masalah
Selada (Lactuca sativa.L) merupakan salah satu komoditi sayuran hortikultura
yang memiliki prospek dan nilai komersial yang cukup tinggi. Semakin
bertambahnya jumlah penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran
masyarakat akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan akan
sayuran (Mas’ud H, 2009).
Selada merupakan salah satu sayuran yang mempunyai peranan penting dalam
usaha untuk memenuhi kebutuhan pangan bergizi, terutama sumber Kalsium,
Protein, Vitamin, dan Lemak Nabati. Oleh karena itu, peningkatan produksi
selada untuk memenuhi konsumsi pangan sangat perlu diperhatikan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil selada adalah
dengan menyediakan media tanam yang baik, untuk pertumbuhan tanaman dan
pemberian air. Media tanam yang baik untuk tanaman adalah yang memiliki
kemampuan mengikat air dan mensuplai unsur hara, aerasi dan drainase yang baik
(Suteja dan Kartasapoetra,1992). Media tanam dapat diperbaiki dengan
2
pemberian bahan organik seperti kompos, pupuk kandang atau bahan organik lain.
Tanah yang berstruktur remah sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, karena di dalamnya mengandung bahan organik yang merupakan
sumber ketersediaan hara bagi tanaman (Dwidjoseputro, 1998). Kadar humus
dapat ditingkatkan dengan menambahkan bahan organik yang berasal dari pupuk
kandang untuk mendorong populasi mikroba di dalam tanah menjadi jauh lebih
banyak di bandingkan jika yang di beri pupuk kimia buatan (Lingga, 1998 dan
Sunanto 2002).
Fungsi media tanam adalah sebagai tempat penetrasi akar. Selama cadangan hara
masih tersedia di dalam benih, hanya air yang diserap oleh akar – akar muda.
Semakin berkembangnya perakaran, cadangan makanan ini semakin menipis,
sehingga untuk melengkapi kebutuhannya maka akar – akar ini mulai menyerap
hara. Kecukupan air dan hara ini dapat disediakan oleh media tanam dicerminkan
oleh kualitas pertumbuhan dan produksi tanaman yang tumbuh di atasnya
(Hanafiah, 2005).
Air merupakan faktor essensial bagi tanaman dan menjadi faktor pembatas bagi
tanaman selada. Jika air kurang atau berlebih menyebabkan tanaman mengalami
titik kritis, sehingga tanaman akan mengalami penurunan proses fisiologi dan
fotosintesis dan akhirnya mempengaruhi kualitas dan kwantitas hasil. Perlakuan
periode pemberian air, erat hubungannya dengan tingkat ketersediaan air.
Pertumbuhan tanaman akan semakin baik dengan pertambahan jumlah air. Tetapi
terdapat batasan maksimum dan minimum dalam jumah air (Desmarina, dkk
2009). Sehingga perlu diketahui frekuensi pemberian air yang sesuai terhadap
3
respon tanaman selada agar dapat mempercepat pertumbuhan, produksi dan
kualitas tanaman selada.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Pengaruh frekuensi pemberian air terhadap pertumbuhan dan hasil selada.
2. Pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil selada.
3. Interaksi antara frekuensi pemberian air dan media tanam terhadap
pertumbuhan dan hasil selada.
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis
Pertumbuhan dan hasil selada dapat ditingkatkan dengan menggunakan media
tanaman yang baik dan pemberian air yang cukup. Media tanam merupakan salah
satu faktor penting dalam lingkungan hidup tanaman yang menjadi tempat
tumbuhnya. Media tanam yang sesuai, menunjang pertumbuhan dan produksi
tanaman karena dapat menyediakan air dan unsur hara serta menyangga
keseluruhan tanaman. Tanaman yang tumbuh dalam wadah memiliki ketersediaan
air yang kurang dan unsur hara serta drainase yang terbatas (Dole dan Wilkins,
2005).
Respons tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat pada aktifitas
metabolisme, morfologi, tingkat pertumbuhan dan hasil tanamannya.
Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap
kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan
mengurangi perkembangan sel, sintesis protein, dan elastisitas dinding sel.
4
Kekurangan air akan mengakibatkan proses fotosintesis dan respirasi pada
tanaman akan terhambat.
Air merupakan komponen utama tubuh tanaman, bahkan hampir 90% sel-sel
tanaman terdiri dari air. Air dalam tanah berfungsi sebagai pelarut dan pembawa
ion-ion hara dari rhizhosfer ke dalam akar dan kemudian ke daun (Sinaga, 2007).
Oldeman dkk (1980 dalam Daryono, 2003) menyebutkan bahwa kebutuhan air
akan bertambah sesuai dengan umur tanaman. Kebutuhan air tertinggi pada saat
berbunga dan pengisian polong. Menurut Adisarwanto (2014) pada umumnya
kebutuhan air tanaman kedelai berkisar 350–550 mm selama masa
pertumbuhannya, dan curah hujan dalam hitungan per tahunnya sekitar 1.500-
2.500 mm/tahun.
Hasil penelitian Fauzi (2011), frekuensi penyiraman 1 hari sekali, 2 hari sekali, 3
hari sekali pada tanaman kangkung menunjukkan tinggi tanaman kangkung yang
lebih tinggi dengan frekuensi penyiraman 2 hari sekali menghasilkan panjang
41,44 cm pada 4 MST dibandingkan frekuensi penyiraman 1 hari sekali dan 3 hari
sekali yang hanya memperoleh panjang 30 cm pada 4 MST.
Hasil penelitian Toyip (2011), bahwa penggunaan sistem frekuensi penyiraman
yaitu 1 hari sekali, 2 hari sekali, 3 hari sekali pada tanaman kangkung
mempengaruhi secara nyata terhadap lebar akar, bobot basah tajuk, bobot basah
akar, volume akar dan bobot kering tanaman. Terdapat hasil terbaik pada tinggi
tanaman, jumlah daun dan jumlah ruas batang dengan interval pemberian air 3
hari sekali.
5
Media tanam yang kaya akan bahan organik bersifat lebih terbuka sehingga aerasi
tanah menjadi lebih baik, tidak mudah mengalami pemadatan, dan mempunyai
warna yang lebih kelam dari pada tanah yang mengandung bahan organik rendah.
Media tanam dengan campuran pupuk kandang akan memperbaiki struktur tanah
dan mendorong populasi mikroba didalam tanah yang akan memperbaiki
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur hara yang dihasilkan oleh pupuk
kandang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Menurut Tim Penulis PS (2009:46), arang sekam adalah media tanam yang porous
dan steril dari sekam padi yang hanya dapat dipakai untuk satu musim tanam
dengan cara membakar kulit padi kering di atas tungku pembakaran, dan sebelum
bara sekam menjadi abu disiram dengan air bersih. Hasil yang diperoleh berupa
arang sekam (sekam bakar). Selanjutnya Yati Supriati dan Ersi Herliana (2011:29)
mengemukakan arang sekam adalah sekam padi yang telah dibakar dengan
pembakaran tidak sempurna.
1.4 Hipotesis Penelitian
1. Frekuensi pemberian air yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil selada yang berbeda.
2. Media tanam yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
selada yang berbeda.
3. Terdapat interaksi antara frekuensi pemberian air dan media tanam
terhadap pertumbuhan dan hasil selada.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani
Selada sudah dikenal baik oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat yang
mengkonsumsi sayuran selada menunjukkan peningkatan karena selada memiliki
penampilan yang sangat menarik minat konsumen dengan warna daun hijau segar,
mengandung gizi yang cukup tinggi terutama kandungan mineralnya dan
mudahnya sayuran ini ditemukan dipasaran dengan harga yang terjangkau. Selada
merupakan salah satu tanaman sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim
sedang maupun daerah tropika dan termasuk tanaman semusim yang banyak
mengandung air. Sayuran ini biasa dikonsumsi sebagai lalap mentah dan dibuat
salad (Sastradiharja, 2011).
Klasifikasi tanaman selada menurut Cahyono (2005) sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Lactuca
Jenis : Lactuca sativa L.
7
2.2 Morfologi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)
Selada memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabang akarnya menyebar
ke semua arah pada kedalaman 25-50 cm (Rukmana, 2005). Daun selada memiliki
bentuk, ukuran dan warna yang beragam tergantung varietasnya. Tinggi tanaman
selada daun berkisar antara 30-40 cm (Saparinto, 2013).
2.2.1 Daun
Daun selada memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang beragam, bergantung pada
varietasnya. Jenis selada keriting, daunnya berbentuk bulat panjang, berukuran
besar, bagian tepi daun bergerigi (keriting), dan daunnya ada yang berwarna hijau
tua, hijau terang, dan merah. Daun selada memiliki tangkai daun lebar dan tulang
– tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun bersifat lunak
dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis. Daun selada
umumnya memiliki ukuran panjang 20 – 25 cm dan lebar 15 cm atau lebih. Selada
juga memiliki kandungan vitamin yang terdapat dalam daun salada diantaranya
Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C yang sangat berguna untuk kesehatan tubuh
(Pracaya, 2009).
2.2.2 Batang
Tanaman selada memiliki batang sejati. Pada tanaman selada keriting (selada daun
dan selada batang) memiliki batang yang lebih panjang dan terlihat. Batang
bersifat tegap, kokoh, dan kuat dengan ukuran diameter berkisar antara 5,6 – 7 cm
(selada batang), 2 – 3 cm (selada daun), serta 2 – 3 cm (selada kepala) (Pracaya,
2009).
8
2.2.3 Akar
Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut
menempel pada batang, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman 20 –
50 cm atau lebih. Akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi. Perakaran
tanaman selada dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang
subur, gembur, mudah menyerap air, dan kedalaman tanah (solum tanah) cukup
dalam (Kuderi, 2011).
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)
Tanaman selada dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi
(pegunungan). Beberapa daerah di Indonesia cocok untuk dilakukan penanaman
selada karena kondisi lingkungannya (iklim dan tanah) yang mendukung
pertumbuhan optimal pada tanaman selada.
2.3.1 Iklim
Daerah yang cocok untuk penanaman selada adalah daerah yang memiliki
ketinggian sekitar 500-1.8000 m dpl dan suhu rata-rata 15º-25ºC (Wahyudi,
2010). Tanaman selada tidak tahan bila terlalu banyak hujan, kelembaban terlalu
tinggi, dan tergenang air karena dalam kondisi seperti itu, tanaman akan mudah
terserang penyakit. Waktu tanam yang paling cocok yaitu pada waktu musim
kemarau dengan penyiraman yang cukup. Selada memerlukan sinar matahari yang
cukup (tidak banyak awan) dan tempat yang terbuka (Sastradihardja, 2011).
9
2.3.2 Tanah
Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah namun pertumbuhan
yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang cukup
mengandung bahan organik, gembur, remah dan tidak mudah tergenang oleh air.
Selada tumbuh baik dengan pH 6,0 - 6,8. Bila pH terlalu rendah perlu dilakukan
pengapuran agar tanaman dapat tumbuh optimal (Sastradihardja, 2011).
2.4 Pengaruh Frekuensi Pemberian Air
Air diperlukan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologis, antara lain untuk
memenuhi transpirasi, dalam proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat,
serta untuk pengangkut hasil- hasil fotosintesis ke seluruh jaringan tumbuhan. Air
merupakan bagian penyusun tubuh tumbuhan. Air tanah berfungsi sebagai pelarut
unsur hara dan membawa unsur hara ke permukaan akar tumbuhan, di dalam
jaringan tumbuhan air juga yang berperan mengangkut unsur hara yang diserap
akar ke seluruh tubuh tumbuhan (Hakim dkk., 1986).
Tumbuhan dapat mengambil sejumlah air yang banyak dan teratur melalui
pergerakan kapiler air tanah ke perakaran dan pertumbuhan akar ke arah tanah
yang lembab. Pergerakan kapiler mengabsorpsi air dari suatu titik ke dalam tanah.
Air disekitar akan tertarik ke daerah absorpsi sedangkan perpanjangan akar
sangat cepat dan terjadi kontak terhadap partikel tanah sehingga dapat memenuhi
kebutuhan air bagi tumbuhan yang tumbuh pada keadaan air optimum (Hakim
dkk., 1986).
10
Tanah mineral yang dapat berfungsi sebagai media tumbuh ideal secara material
tersusun oleh tiga komponen, yaitu bahan padatan (mineral dan bahan organik),
air, dan udara (oksigen). Berdasarkan volumenya, maka tanah rata – rata terdiri
dari : (1) 50 % padatan, berupa 45 % bahan mineral dan 5 % bahan organik, dan
(2) 50 % ruang pori, berisi 25 % air dan 25 % udara. Masing-masing komponen
tanah tersebut berperan penting dalam menunjang fungsi tanah sebagai media
tumbuh, sehingga variabilitas ketiga komponen tanah ini akan berdampak
terhadap variabilitas fungsi tanah sebagai media tumbuh tanaman (Hanafiah,
2005).
Dole dan Wilkins (2005) menambahkan bahwa umumnya tanah mineral
mengandung sedikit bahan organik (1.5 %) dan dapat bervariasi tergantung
kandungan mineral, rasio lempung : lumpur : pasir, dan kandungan pestisida serta
herbisida.
Selain pemupukan, agar pertumbuhan optimal, tanaman juga membutuhkan air
yang cukup dalam setiap tahap kehidupannya. Kebutuhan tersebut bervariasi
tergantung dalam jenis tanaman, usia tanaman, kondisi tempat tumbuh, atau
karena campur tangan manusia demi kepentingannya. Fungsi dari sumber
pengairan adalah menambah air dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman,
mencegah tanaman menderita kekeringan dalam waktu singkat, membersihkan
garam-garam dan racun yang berbahaya dalam tanah untuk tanaman, sebagai
pelarut zat-zat makanan tanaman, mengatur suhu tanah, dan melunakkan lapisan
olah tanah. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan bagi tiap individu
tanaman dengan baik, maka penyiraman mutlak diperlukan (Agro Media, 2002).
11
Tetapi belum diketahuinya berapa besar air yang dibutuhkan oleh media tanam,
perlu ada pemberian air. Padahal seperti diketahui kekurangan air pada media
tanam dapat mengganggu pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang akhirnya
berpengaruh pada produksi tanaman. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini
untuk mengetahui interval pemberian air yang sesuai dengan media pada
penelitian ini.
Air merupakan komponen utama tubuh tanaman, bahkan hampir 90% sel-sel
tanaman terdiri dari air. Air dalam tanah berfungsi sebagai pelarut dan pembawa
ion-ion hara dari rhizhosfer ke dalam akar dan kemudian ke daun (Sinaga, 2007).
Kebutuhan air tertinggi pada saat berbunga dan pengisian polong. Menurut
Adisarwanto (2014) pada umumnya kebutuhan air tanaman kedelai berkisar 350 -
550 mm selama masa pertumbuhannya, dan curah hujan dalam hitungan per
tahunnya sekitar 1.500-2.500mm/tahun. Cekaman (kelebihan maupun
kekurangan) air dapat berakibat buruk karena akan mengganggu proses-proses
metabolisme dalam tubuh tanaman.
Ketersediaan air tanah bagi pertumbuhan tanaman ditentukan oleh faktor iklim,
tanaman, dan akar tanah, diantara sifat sifat tanah yang berpengaruh adalah daya
hisap metrik dan osmotik kedaan tanah dan pelapisan tanah (Hakim dkk., 1986).
Keadaan alamiah yang memenuhi persyaratan untuk pertumbuhan optimal jarang
kita jumpai di lapangan, maka di dalam bertanam kedelai pengaturan air sangat
perlu perhatian (Suprapto, 1999).
Pengairan yang tepat akan memberikan produksi tanaman meningkatkan.
Menurut Setyati (1991) menyebutkan bahwa jumlah air yang diberikan sebaiknya
12
teratur sehingga kelebihan air tidak terlalu besar. Pada umumnya tanaman
membutuhkan air yang banyak pada fase vegetatif. Hal ini ditegaskan
Adisarwanto (2014) bahwa stadia tumbuh kedelai yang memerlukan curah air
yang banyak atau kelembaban tanah yang cukup tinggi adalah pada stadia awal
vegetatif (perkecambahan), stadia berbunga, serta stadia pembentukan atau
pengisian polong. Namun, perlu diperhatikan bahwa curah hujan yang tinggi
dapat menyebabkan polong busuk akibat kelembaban udara yang sangat rendah
dan membuat kualitas biji kedelai yang dihasilkan menurun.
Air tersedia (air yang diserap tanaman) adalah air yang tertahan tanah pada
kondisi kapasitas lapang hingga koefisien layu. Namun, mendekati koefisien layu
tingkat ketersediannya semakin rendah, oleh karena itu untuk menjamin
tercukupinya kebutuhan tanaman, suplai air harus diberikan apabila 50-58% air
tesedia ini telah habis terpakai (Utomo dan Islami, 1991).
Air merupakan komponen penting bagi berlangsungnya berbagai proses fisiologi
seperti serapan hara, fotosintesis dan reaksi biokimia sehingga penurunan absorbsi
air mengakibatkan hambatan pertumbuhan dan penurunan hasil. Menurut
(Gardner dkk 1989 dalam Parwati 2007) air yang merupakan penyusun utama
jaringan tanaman berperan sebagai pelarut dan medium bagi reaksi metabolisme
sel, medium untuk transpor zat terlarut, medium yang memberikan turgor pada sel
tanaman, bahan baku untuk fotosintesis, proses hidrolisis dan reaksi kimia lain,
serta evaporasi air untuk mendinginkan permukaan tanaman. Mengingat peran
pentingnya air maka tanaman memerlukan sumber air yang tetap untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Air seringkali membatasi pertumbuhan dan
13
perkembangan tanaman budidaya. Respons tumbuhan terhadap kekurangan air
dapat dilihat dari aktivitas metabolisme, morfologi, pertumbuhan dan
produktivitas.
Proses fotosintesis membutuhkan air sebagai bahan baku dalam pembentukan
fotosintat, khususnya karbohidrat, dimana CO2 + H2O dengan bantuan cahaya
akan membentuk C6H12O6. Air terutama dibutuhkan pada fase cahaya sebagai
sumber elektron untuk membentuk energi kimia dalam bentuk NADPH2 dan ATP.
Energi kimia tersebut akan digunakan untuk mereduksi CO dalam fase gelap
untuk menghasilkan C6H12O6 + O2. Jika tanaman mengalami cekaman air, maka
laju fotosintesis terus menurun karena tidak mampu membentuk NADPH2 dan
ATP yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dalam mereduksi CO
(Sarawa, 2014).
Dampak kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan mengurangi
pengembangan sel, sintesis protein, dan sintesis dinding sel. Pengaruh kekurangan
air selama tingkat vegetatif adalah perkembangan daun yang ukurannya lebih
kecil dapat mengurangi penyerapan cahaya. Kekurangan air juga mengurangi
sintesis klorofil dan mengurangi aktivitas beberapa enzim (misalnya nitrat
reduktase). Kekurangan air justru meningkatkan aktivitas enzim-enzim hidrolisis,
seperti amilase (Gardner dkk., 1991).
Gardner dkk. (1991) menjelaskan, fungsi air bagi tanaman yaitu:(1) sebagai
senyawa utama pembentuk protoplasma, (2) sebagai senyawa pelarut bagi
masuknya mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan sebagai pelarut
mineral nutrisi yang akan diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain, (3)
14
sebagai media terjadinya reaksi-reaksi metabolik, (4) sebagai reaktan pada
sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam trikarboksilat, (5) sebagai
penghasil hidrogen pada proses fotosintesis, (6) menjaga turgiditas sel dan
berperan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran sel, (7) mengatur mekanisme
gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata, membuka dan
menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu, (8) berperan
dalam perpanjangan sel, (9) sebagai bahan metabolisme dan produk akhir
respirasi, serta (10) digunakan dalam proses respirasi.
Kedelai termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan. Oleh karena itu,
air sangat diperlukan sejak awal pertumbuhan sampai pada masa polong berisi.
Jika pada fase pertumbuhan vegetatif kedelai mengalami kekeringan,
pertumbuhan kedelai menjadi kerdil. Demikian pula kekeringan pada saat kedelai
berbunga atau polong mulai berisi akan mengakibatkan gagal panen, karena
kekeringan, tanaman menjadi layu, pertumbuhan terhambat dan apabila tidak
segera memperoleh air, tanaman akan menjadi mati (AAK, 2000).
Hasil penelitian Suhartono dkk. (2008) membuktikan bahwa interval penyiraman
tanaman kedelai 1 liter per hari, 1 liter per 2 hari, dan 1 liter per 3 hari.
menunjukkan perlakuan interval penyiraman memberikan pengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman dengan perlakuan 1 liter per 2 hari menghasilkan
tanaman yang tertinggi. Lebih lanjut Noor dan Arintadisastra (2012) melaporkan
bahwa pemberian air pada tanaman kedelai mampu meningkatkan produksi
kedelai sebanyak 1-2 ton/ha.
15
2.5 Media Tanam
Media tanam dapat di artikan sebagai tempat tumbuh bagi tanaman. Tempat
tumbuh yang baik adalah yang dapat mendukung pertumbuhan dan
berkembangnya tanaman. Selanjutnya menurut Prihmantoro dan Indriani (2001),
tanah sebagai media tanam memiliki beberapa kekurangan yaitu penggunakan
nutrtien oleh tanaman kurang efisien, banyak gulma, dan pertumbuhan tanaman
kurang terkontrol.
Alternatif pemecahan masalah yaitu dengan mencari bahan-bahan selain tanah dan
tanpa membutuhkan lahan yang luas untuk bercocok tanam. Berbagai bahan
media tanam yang digunakan harus tetap mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sehingga produktivitasnya dapat menjadi lebih baik.
Salah satu bahan organik yang dapat digunakan sebagai campuran media tanam
adalah arang sekam. Arang sekam atau sekam bakar merupakan sekam yang
sudah melewati proses pembakaran yang tak sempurna. Prosesnya sama dengan
pembuatan arang, yaitu menghentikan pembakaran sebelum sekam menjadi abu
dengan cara ditutup atau disiram dengan air. Komposisi kimiawi dari arang sekam
terdiri dari SiO2, (52%), C (31%), dan kandungan unsur lainnya seperti Fe2o3,
K2O, MGO, dan Cu dengan jumlah yang kecil serta beberapa bahan organik
lainnya.
Menurut Sumarni dan Rosliana (2001), arang sekam mempunyai kapasitas
menahan air dan aerasi yang baik. Penelitian Suri (2000) menunjukan bahwa
media campuran arang sekam-tanah dapat meningkatkan produksi stek mini
16
kentang dengan produksi stek total rata-rata 14,67 stek/tanaman, lebih tinggi bila
dibandingkan dengan media arang sekam saja yang menghasilakan 11,34
stek/tanaman.
Jenis tanah yang dapat digunakan pada pola budidaya tanaman secara vertikal
adalah tanah yang berstruktur remah, misalnya tanah yang mengandung pasir,
tanah liat ataupun lumpur. Apabila jenis-jenis tanah tersebut tidak ada, maka jenis
tanah apapun yang ada di sekitar dapat digunakan. Tanah-tanah tersebut kemudian
dicampur dengan pupuk kandang atau kompos dan arang sekam dengan
perbandingan 1:1:1. Perbandingan tersebut digunakan dengan tujuan agar tanah
yang digunakan sebagai media tanam mempunyai butiran-butiran yang tidak
begitu lepas-lepas, namun gembur, dapat cukup menahan dan melepaskan air,
serta cukup banyak mengandung zat makanan. Penggunaan sekam ditujukan agar
proses penyerapan air serta hara dapat terjadi secara merata, sehingga tanah tidak
mudah padat dan keras (Sutarminingsih, 2007).
Tanah yang berwarna lebih kelam akan menyerap sinar lebih banyak sehingga
perakaran tanaman akan lebih banyak menyerap hara, air, dan oksigen. Hara yang
digunakan oleh mikrooragnisme tanah bermanfaat dalam mempercepat aktivitas
dekomposisi bahan organik dan pelepasan hara. Bahan organik tidak hanya
penting secara langsung sebagai sumber hara, tetapi juga sebagai agen untuk
meningkatkan nilai hara yang diberikan kepada tanaman (Sutanto, 2002).
17
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di desa Tegal Ombo yang terletak di Kecamatan
Way Bungur Kabupaten Lampung Timur. Pelaksanaan penelitian dimulai pada
bulan Agustus sampai dengan September 2018.
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan adalah: cangkul, golok, sabit, gunting, ember, polybag,
skop, bambu, kayu, paku, meteran, mistar, palu, plastik transparan, alat ukur, tali
rafia, timbangan elektrik tipe Nagita LSC-3000, kamera digital, alat semprot
(hand sprayer) dan alat tulis yang diperlukan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: bibit selada varietas
Cristal, pupuk kandang, tanah, pasir, arang sekam, pupuk NPK 100 kg/ha.
18
3.3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan dengan Rancangan Acak
Kelompok Lengkap (RAKL) dalam Faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama
adalah penyiraman (F) yang terdiri atas tiga taraf yaitu: penyiraman 1 hari sekali
(f1), penyiraman 2 hari sekali (f2) dan penyiraman 3 hari sekali (f3). Faktor kedua
media tanam (M) terdiri dari tiga taraf yaitu: tanah+arang sekam, 1:1 (m1),
tanah+pupuk kandang kambing 1:1 (m2), tanah+pasir 1:1 (m3). Setiap satuan
percobaan terdiri dari 5 tanaman dan semua dijadikan tanaman contoh.
Data hasil pengamatan diuji homogenitasnya dengan uji BartleT dan ketidak
adifannya dengan uji Tuckey, kemudian diolah dengan analisis ragam. Apabila
terdapat perlakuan yang nyata selanjutnya nilai tengah diuji lanjut menggunakan
uji beda nyata (BNT) pada taraf 5%.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Persiapan media tanam
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menyiapkan media tanam berupa tanah.
Tanah diambil dari lapisan atas tanah paling subur, kemudian tanah disesuaikan
dengan perlakuan arang sekam, pasir, pupuk kandang kambing perbandingan 1:1
sampai merata, setelah itu tanah dimasukkan ke polybag yang berukuran 20 cm x
20 cm. Lalu dilakukan penyusunan polybag pada lahan yang sudah dibersihkan
sesuai dengan tata letak percobaan dengan jarak antar polybag 20 X 15 cm.
Penyiapan media tanam ini dilakukan satu minggu sebelum tanam. Jumlah satuan
percobaan sebanyak 27 dan masing masing plot percobaan terdiri dari 10 polybag,
sehingga penelitian ini terdapat 270 polybag .
19
3.4.2. Pembuatan naungan
Pembuatan naungan ini bertujuan agar tanaman tidak terkena air hujan sehingga
tidak berpengaruh pada perlakuan penyiraman yang diberikan pada penelitian ini.
Pemasangan naungan terbuat dari plastik dengan ketinggian bagian depan 1 m,
bagian belakang 1 m, panjang 2 m, lebar 2 m, dilakukan sebelum proses
penanaman agar tidak mengganggu atau merusak tanaman yang telah ditanam
pada polybag.
3.4.3. Penanaman
Bibit selada di tanam pada polybag dengan ke dalaman + 3cm. Bibit di tanam
sebanyak 1 bibit dalam satu polybag. Bibit yang di tanam tidak melalui proses
penyemaian tetapi beli di desa Taman Endah, Purbolinggo dengan tinggi tanaman
rata-rata 3 cm sebelum dipindahkan kedalam polybag. Penanaman dilakukan pada
pagi hari.
3.4.4. Pemeliharaan
3.4.4.1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan bila tidak ada bibit yang tumbuh dalam satu polybag.
Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam. Jika
terdapat tanaman yang mati pada polybag, cara mengambil bibit yang mati diganti
dengan bibit yang baik. Bibit yang dipersipkan tidak hanya sesuai kebutuhan
tanaman tetapi lebih dari 270 tanaman tujuannya itu untuk cadangan penyulaman,
ditambah lagi dengan 30 bibit selada, dengan demikian umur dan tingkat
pertumbuhan tanaman yang sudah tumbuh dengan baik di polybag dengan
tanaman sulaman tidak jauh beda.
20
3.4.4.2. Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan perlakuan penelitian yaitu dengan
penyiraman 1 hari sekali, penyiraman 2 hari sekali, penyiraman 3 hari sekali
dengan jumlah air 1 liter untuk 10 polybag yang dilakukan pada pagi hari.
3.4.4.3. Penyiangan
Penyiangan yaitu kegiatan untuk membersihkan tanaman pokok dari gulma yang
tumbuh tanpa dikehendaki disekitar tanaman selada. Penyiangan dilakukan pada
saat tanaman terlihat ada gulma yang tumbuh disekitar tanaman, penyiangan
selanjutnya dilakukan pada waktu gulma kembali tumbuh dengan cara mencabut.
3.5. Pemupukan
Pemupukan menggunakaan pupuk NPK phonska dengan perbandingan 15:15:15
yang sebelumnya sudah ditimbang berat pupuknya 0,176 gr/polybag. Pemupukan
dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah pindah tanam.
3.6. Pemanenan
Panen adalah kegiatan memetik hasil dari tanaman yang di tanam. Pemanenan
selada dilakukan pada pagi hari, setelah tanaman selada berumur 30 hari pada
polybag, dengan cara mencabut batang tanaman, kemudian di bersihkan dari tanah
dengan menggunakan air.
3.7. Peubah yang di amati
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman dari
permukaan tanah sampai ujung helai daun tertinggi pada tanaman selada,
pada saat umur tanaman 7 h.s.t, 14 h.s.t, 21 h.s.t, 28 h.s.t pada 4 tanaman
sampel dengan satuan centi meter (cm).
21
2. Jumlah daun
Jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang tumbuh
pada saat umur tanaman 7 h.s.t, 14 h.s.t, 21 h.s.t, 28 h.s.t pada 4 tanaman
sampel dengan satuan helai.
3. Bobot basah
Bobot basah dilakukan dengan cara menimbang berat per tanaman pada saat
umur tanaman 28 h.s.t, dengan satuan gram (g).
4. Bobot kering
pengamatan bobot kering dilakukan dengan cara pengeringan sample
tanaman dalam oven pada suhu 70 oC sampai bobotnya konstan, sample
tanaman diambil pada saat umur tanaman 28 h.s.t, dengan satuan gram (g).
5. Bobot basah tanaman per plot
Hasil di hitung dengan cara menimbang seluruh tanaman setiap masing-
masing dengan plot dengan luas yang luasan panen.
22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tinggi TanamanUmur 28 hst
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa frekuensi pemberian air pada berbagai
media tanam tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman selada, serta tidak
terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran5)
Tabel 1. Tinggi tanaman selada dengan pengaruh frekuensi pemberian air pada
berbagai media tanam umur 28 HST.
Frekuensi
Media tanam
Rata-rata Tanah+arang
sekam
Tanah+pupuk
kandang kambing
Tanah+pasir
.........................................cm.....................................
1 hari sekali
2 hari sekali
3 hari sekali
18,83
18,70
18,58
18,79
18,66
18,66
18,95
18,58
17,75
18.85
18.65
18.66
Rata-rata 18,70 18,70 18,76
Berdasarkan (Tabel1) di atas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata – rata
pengaruh frekuensi pemberian air pada berbagai media tanam terhadap tinggi
tanaman selada.
23
Gambar 1.Tinggi tanaman selada dengan pengaruh frekuensi pemberian air pada
berbagai media tanam.
4.1.2 Jumlah Daun Umur 28 hst
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa frekuensi pemberian air berbeda nyata
terhadap jumlah daun selada, tetapi berbagai media tanam tidak berbeda nyata
terhadap jumlah daun selada dan tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan
tersebut (Lampiran 7)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
7 hst 14 hst 21 hst 28 hst
f1m1
f1m2
f1m3
f2m1
f2m2
f2m3
f3m1
f3m2
f3m3
24
Tabel 2. Jumlah daun tanaman selada dengan pengaruh frekuansi pemberian air
pada berbagai media tanam umur 28 HST.
Frekuensi
Media tanam
Rata-rata Tanah+arang
sekam
Tanah+pupuk
kandang
kambing
Tanah+pasir
..........................................cm................................
1 hari sekali
2 hari sekali
3 hari sekali
8,08
8,16
7,83
8,00
8,00
8,16
7,50
7,83
7,50
7,86
8,00
7,83
Rata-rata 8,02b 8,05b 7,61a
Nilai BNT A = 0,32
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf sama (arah kolom) tidak berbeda
nyata pada uji BNT 5%
Berdasarkan Uji BNT (Tabel 2) diatas menunjukkan bahwafrekuensi pemberian
air menghasilkan jumlah daun yang tidak berbeda. Sedangkan berbagai media
tanam memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah daun. Media
tanah+arang dan tanah+pupuk kandang kambing meningkatkan jumlah daun
selada5,38% dan 7,05% dibandingkan dengan media tanah+pasir.
Gambar 2. Jumlah daun tanaman selada dengan frekuensi pemberian air dan
berbagai media tanam.
0
2
4
6
8
10
7 hst 14 hst 21 hst 28 hst
f1m1
f1m2
f1m3
f2m1
f2m2
f2m3
25
4.1.3 Bobot Basah Tanaman Umur 28hst
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa frekuensi pemberian air pada berbagai
media tanam tidak berbeda nyata terhadap bobot basah tanaman selada, serta tidak
terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran 9)
Tabel 3. Bobot basah tanaman selada akibat frekuensi pemberian air pada
berbagai media tanam pada umur 28 HST.
Frekuensi
Media tanam
Rat-rata Tanah+arang
sekam
Tanah+pupuk
kandang kambing
Tanah+
pasir
...........................................gram..............................
1 hari sekali
2 hari sekali
3 hari sekali
40,55
39,07
43,59
42,38
39,63
41,41
33,60
40,09
42,44
38,84
39,60
42,48
Rata-rata 41,07 41,14 38,71
Berdasarkan (Tabel 3) diatas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata – rata
bobot basah tanaman selada pengaruh frekuensi pemberian air pada berbagai
media tanam.
4.1.4 Bobot Kering Tanaman Umur 28hst
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa frekuensi pemberian air pada berbagai
media tanam tidak berbeda nyata terhadap bobot kering tanaman selada, serta
tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran 11)
26
Tabel 4. Bobot kering tanaman selada dengan pengaruh frekuensi pemberian air
pada berbagai media tanamumur 28 HST.
Frekuensi
Media tanam
Rata-rata Tanah+arang
sekam
Tanah+pupuk
kandang kambing
Tanah+pasir
........................................gram......................................
1 hari sekali
2 hari sekali
3 hari sekali
22,15
20,32
24,13
23,97
21,33
23,31
19,83
24,67
23,81
21,98
22,11
23,75
Rata-rata 22,20 22,87 22,77
Berdasarkan (Tabel 4) diatas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan frekuensi
pemberian air pada berbagai media tanam terhadap bobot kering tanaman selada.
4.1.5 Bobot Tanaman per plot
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa frekuensi pemberian air dan berbagai
media tanam tidak berbeda nyata terhadap bobot tanaman per plot, serta tidak ada
interaksi antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran 13)
Tabel 5. Bobot tanaman per plot pada tanaman selada dengan pengaruh frekuensi
pemberian air dan berbagai media tanam umur 28 HST.
Frekuensi
Media tanam
Rata-rata Tanah+arang
sekam
Tanah+pupuk
kandang kambing
Tanah+pasir
.... ...................................gram......................................
1 hari sekali
2 hari sekali
3 hari sekali
810,05
707,86
825,85
823,78
764,71
816,12
537,62
761,92
773,39
723,82
744,83
805,12
Rata-rata 781,25 801,53 690,98
Berdasarkan (Tabel 5) diatas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bobot
tanaman per plot tanaman selada terhadap pengaruh frekuensi pemberian air pada
berbagai media tanam.
27
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman yang berbeda
memberikan pengaruh yang tidak berbeda terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, danbobot tanaman per
plot.Pemberian air pada tanaman berfungsi sebagai pelarut unsur hara dari dalam
tanah kedalam tanaman, membantu menyerap unsur hara dan sebagai bahan baku
fotosintesis, dan penyusun utama protoplasma tanaman. Pemberian air dengan
frekuensi yang berbeda menyebabkan tanaman menerima jumlah air yang
berbeda. Air dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah tertentu, jika ketersediaan air
berkurang maka fotosintesis akan berkurang, transportasi hara. Dan jika tanaman
ke kurangan air maka proses fotosintesis akan berkurang dan tranportasi unsur
hara ke daun terhambat sehingga menurunkan produksi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan media tanam tidak memberikan
perbedaan nyataterhadap tinggi tanaman, bobot basah tanaman, bobot kering
tanaman, danbobot hasil tanaman per plot, kecuali pada jumlah daun. Penggunaan
media tanam tanah+arangsekam dan tanah+pupuk kandang kambing
meningkatkan jumlah daun. Penggunan media tanam tanah+arang sekam
meningkatkan jumlah daun 5,38 % dibandingkan media tanam tanah + pasir.
Dengan mengunakan media tanam arangsekam dapat memperbaiki struktur tanah
menjadi remah yang mengakibatkan pertumbuhanperakaran menjadi lebih baik.
Akar tanaman lebih mudah masuk kedalam tanah dan lebih mudah menyerap
unsur hara yang terdapat didalam tanah yang dipergunakan oleh tanaman untuk
pertumbuhan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Suwardjono (2004) yang
menyatakan bahwa struktur tanah yang baik menjadikan perakaran yang baik bagi
28
pertumbuhan akar tanaman. Menurut Sumarni dan Rosliyana (2001) penggunaan
arang sekam yang baik dapat meningkatkan unsur hara pada tanah dan
mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.
Penggunaan media tanah+pupuk kandang kambing meningkatkan jumlah daun
sebesar 7,05% dibandingkan tanah+pasir. Tanah+pupuk kandang kambing
memperbaiki sifat fisik tanah seperti struktur tanah,aerasi tanah, sifat kimia tanah
yang menyumbang unsur hara bagi tanaman, dan sifat biologi tanah yaitu
meningkan jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah. Menurut Lingga dkk
(2011) pupuk kandang kambing mengandung 0,60%N, 0,30%P dan 0,17%P.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi frekuensi pemberian air dan
media tanam terhadap semua peubah yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah
daun, bobot basah tanaman, bobot kering tanaman dan bobot hasil tanaman per
plot.
Interaksi tanaman berbagai media tanam menyediakan tempat bertumbuhbagi
tanaman. Media tanam tanah+arang arang sekam dan media tanam
tanah+kambing dapat memberikan pertumbuhan yang lebih baik dengan struktur
tanah dan aerasi yang lebih baik dan menyediakan unsur hara yang diperlukan
oleh tanaman.Dan pemberian air bertujuan untuk meningkatkan kelarutan unsur
hara, mengangkut hasil fotosintesis yang sangat diperlukan untuk tanaman. Jika
digunakan secara bersama dapat meningkatkan pertumbuhan yang sama.
29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Frekuensi pemberian air tidak memberikan perbedaan pada semua peubah
yang diamati.
2. Media tanam yang berbeda tidak memberikan perbedaan terhadap peubah
yang diamati kecuali jumlah daun.
3. Tidak terdapat interaksi antara frekuensi pemberian air dan media tanam
terhadap semua peubah yang diamati.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian serupa dengan frekuensi pemberian air dan media
tanam yang berbeda agar diperoleh informasi tentang pemupukan tanaman selada
yang lebih baik, atau memberikan: perbandingan tanah dengan pupuk kandang,
tanah dengan pasir mengubah perbandingannya (dengan dosis ditambahkan).
30
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto. 2014. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta.
Agro Media. 2002. Menanam Sayuran Di pekarangan Rumah. AgroMedia
Pustaka. Jakarta.
AAK. 2000. Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.
Basuki, P. 2007. Pengaruh Sumber Air Penyiraman Dan Frekuensi Penyemprotan
Insektisida Terhadap Pertumbuhan Dan Kandungan Timbal (Pb) Pasa
Tanaman Selada. Skripsi STIPER Dharma Wacana Metro Lampung. 37
halaman.
Cahyono, B. 2014. Teknik Budidaya Daya Dan Analisis Usaha Tani Selada.
Aneka Ilmu: Semarang.
Daryono, D.K. Suanda, dan I G.A.M.Sri Agung. 2003. Evaluasi Zone Agroklimat
Oldeman Daerah Bali Berdasarkan Pemutahiran Data Curah Hujan
Hingga Tahun 2000. Jurnal Agritrop, Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, Fakultas
Pertanian Universitas Udayana.
Desmarina, R; Adiwirman; dan Widodo, D.W. 2009. Respon Tanaman Tomat
Terhadap Frekuensi Dan Taraf Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Dan
Perkembangan Tanaman Tomat. Makalah Seminar Departemen Agronomi
dan Hortikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Dole, J.M. and H.F. Wilkins. 2005. Floriculture: Principles and Species. Prentice
Hall, Upper Saddle River. New Jersey. 1023 p.
Dwidjoseputro. (1998). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Halaman 38,77.
Fauzi, A.R. 2011. Pengaruh Penyiraman dan Dosisi Pemupukan terhadap
Pertumbuhan Kangkung (Ipomea reptans) pada Komposisi Media Tanah
dan Pasir. Fakultas pertanian Universitas Udayana. Jurnal AGROTOP 4(2)
hal 104-111. Bali. http//Jurnal.Agrotop.Article/ojs.unud.ac.id.
Gardner, F.P., Pearce R.B, dan Mitchell, R. L. 1989. diterjemahkan oleh Susilo,
H dan Subiyanto., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar - dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers. Jakarta. 360 hal.
31
Hidayati, Mas’ud. 2009. Komposisi dan efisiensi pengendalian gulma pada
pertanaman kedelai dengan penggunaan bokashi. J. Agroland. 16(2): 118-
123
Hakim, Nurhajati., M. Yusuf Nyakpa, A.M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho,M.
Amin Diha, Go Ban hong, dan Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Universitas Lampung. Lampung.
.
Kuderi,Shania.2011.Seladalactuvasativa.http://budidayaukm.blogspot.com/2011/1
1.selada lactuva-sativa-1.html. (20 April 2014).
Lingga, P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. 177
hlm.
Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar swadaya
Jakarta, 146 halaman.
Mas’ud, Hidayati, 2009. Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam
Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Program Studi Budidaya
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu.
Noor Irsan dan Arintadisastra Sumitro. 2012. Revolusi Pertanian dan Kearifan
Lokal. Bandung.
Pracaya. 2009. Bertanam Sayuran Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahmat, A. 2013. Pengaruh Irigasi dan Mulsa Kulit Singkong Terhadap Air
Tanah Serta Pertumbuhan Tanaman Nanas. (Skripsi). Universitas
Lampung.
Rukmana. 2005. Beberapa cara perbanyakan vegetatif. Pustaka Buana: Jakarta.
Sarawa, Nurmas Andi, dan Dasril Aj Muh. 2012. Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Kedelai (Glycine Max L.) Yang Diberi Pupuk Guano Dan Mulsa
Alang-Alang. Kendari. Jurnal Agroteknos Juli 2012 Vol.2. No.2. hal. 97-105
ISSN: 2087-7706.
Sastradiharja,2011.Seladalactuvasativa.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle
/123456789/37503/Chapter%20II.pdf?sequence=4. (31 Oktober 2017).
Saprianto, 2013. Grown your own vegetables-panduan praktis menanam sayuran
konsumsi populer di Pekalongan. Lily Publisher. Yogyakarta.
Setyati. 1991. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sinaga, B. M. 2007. Kepekaan Tanah Kedelai (Glycine max L) Merril. Terhadap
Kadar Air pada Beberapa Jenis Tanah. (Skripsi). Universitas Sumatera
Utara (USU). Medan.
32
Suhartono. R. A, Zm Zaed Sidqi, khoiruddin. Ach. 2008. Pengaruh Interval
Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max L)
Merril. Pada Berbagai Jenis Tanah. Universitas Trunojoyo Madura
(Unijoyo).
Sulhakudin, 2008. Pengaruh Volume Air Penyiraman da Takaran Mulsa Jerami
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada Keriting di Lahan Pasir Pantai
Bugel. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Universitas Gajah Mada.
Jogjakarta.
Sunarjono, H. H. 2007. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya, Jakarta.
184 hlm.
Suhartono. R. A, Zm Zaed Sidqi, khoiruddin. Ach. 2008. Pengaruh Interval
Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max L)
Merril. Pada Berbagai Jenis Tanah. Universitas Trunojoyo Madura
(Unijoyo).
Suprapto, HS. 1999. Bertanam Kedelai, PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 211 hal.
_________. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah; Konsep dan Kenyataan.
Kanisius.
Yogyakarta. 208 hal.
Suteja, M.M. dan A.G. Kartasapoetra. 1992. Pupuk dan cara Pemupukan. Bima
Aksara, Jakarta. 176 hlm.
Tim Penulis PS. Budidaya Tomat Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
2009.
Toyip. 2011. Respon Pertumbuhan Tanaman Kangkung (Ipomea reptans Poir)
terhadap Berbagai Interval Penyiraman dan Dosis Pemupukan NPK pada
Media Tanah dan Arang Sekam. Universitas Sintuwu Maroso. Jurnal
Agropet. Vol 10.
Utomo dan Islami. 1991. Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi. Makalah
Jumpa Paket Teknlogi Pertanian. Bandar Lampung.
Yati Supriati dan Wahyudi. Bertanam 15 Sayuran Organik dalam Pot. Penebar
Swadaya. Jakarta. 20
33
Lampiran 1. Tata Letak Petak Percobaan
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
Keterangan :
f1 = Penyiraman 1 hari sekali
f2 = Penyiraman 2 hari sekali
f3 = Penyiraman 3 hari sekali
m1 = Media tanam menggunkan tanah+arang
sekam
m2 = Media tanam menggunakan tanah+pupuk
kandang
m3 = Media tanam menggunakan tanah+pasir
f2m1 f3m3 f1m3
f2m3 f1m1 f2m1
f1m3 f3m1 f2m2
f3m3 f1m2 f3m2
f3m1 f2m2 f1m1
f1m2 f3m2 f3m1
f3m2 f1m3 f1m2
f2m2 f2m3 f3m3
f2m1 f1m1
f2m3
U
30cm
60cm
34
Lampiran 2. Susunan Sample Tanaman Selada
Keterangan :
X : Sampel Tanaman selada di keringkan
X : Sampel Tanaman selada pengamatan rutin
X
X x
X x
X X
x x
X
35
Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Selada Varietas Cristal
Bentuk Daun : Daun keriting bergelombang, kompak dan padat
Warna Daun : Hijaun segar agak terang
Rasa : Manis dan renyah
Umur Tanaman : Genja dapat panen + 35 hst.
Toleran Penyakit : Layu, soft rot dan black rot
Produksi :10 t0n / ha
Jumlah Benih : 2000-2500 per gram.
Sumber Deskripsi : PT. BCA-INDONESIA
36
Lampiran 4. Tinggi tanaman selada dengan pengaruh frekuensi pemberian air dan
berbagai media tanam umur 28 hst.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
----------------------------cm------------------------------------------- f1m1 18,37 18,87 19,25 56,49 18,83
f1m2 18,87 19,00 18,50 56,37 18,79
f1m3 18,62 19,00 19,25 56,87 18,96
f2m1 18,62 18,75 18,75 56,12 18,71
f2m2 18,50 18,62 18,87 55,99 18,66
f2m3 18,50 18,50 18,75 55,75 18,58
f3m1 18,62 18,62 18,50 55,74 18,58
f3m2 18,62 18,50 18,87 55,99 18,66
f3m3 18,50 18,75 19,00 56,25 18,75
Jumlah 167,22 168,61 169,74 505,57 18,72
Rata-rata
18,58
18,73
18,86
56,17
2,08
Uji Homogenitas : χ 2 – Hitung = 8,3 < χ
2 -Tabel = 15,5 (Data homogen)
Keterangan:
f1: 1hari sekali m1: tanah+arang sekam
f2: 2 hari sekali m2: tanah+pupuk kandang kambing
f3: 3 hari sekali m3: tanah+pasir
Lampiran 5. Analisis ragam tinggi tanaman selada umur 28 hst dengan pengaruh
frekuensi pemberian air dan berbagai media tanam.
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F. Hit F.Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 0,354052 0,1770259 4,04* 3,63
Perlakuan 8 0,355741 0,0444676 1,01tn
2,59
Frekuensi (f) 2 0,243474 0,1217370 2,77tn
3,63
M 2 0,020030 0,0100148 0,23tn
3,63
Interaksi f & m ² 0,092237 0,0230593 0,53tn
3,01
Galat
Non-Aditif
Sisa
16
1
15
0,701481
0,126282
0,575199
0,0438426
0,1262822
0,0383466
3,29tn
4,54
Total 26 1,411274 KK = 1,12%
Keterangan :
tn : tidak nyata
* : nyata
KK : koefisien keragaman
37
Lampiran 6. Jumlah daun selada dengan pengaruh frekuensi pemberian air dan
berbagai media tanam umur 28 hst.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
-----------------------------helai---------------------------------------------
f1m1 8,00 8,00 8,25 24,25 8,08
f1m2 7,50 8,25 8,25 24,00 8,00
f1m3 7,50 7,00 8,00 22,50 7,50
f2m1 8,50 7,75 8,25 24,50 8,17
f2m2 7,75 8,25 8,00 24,00 8,00
f2m3 7,75 7,50 8,25 23,50 7,83
f3m1 8,00 7,50 8,00 23,50 7,83
f3m2 8,25 8,25 8,00 24,50 8,17
f3m3 7,50 7,75 7,25 22,50 7,50
Jumlah 70,75 70,25 72,25 213,25 71,08
Rata-rata 7,86 7,80 8,02 23,69 7,89
Uji Homogenitas : χ 2 – Hitung = 4,6 < χ
2-Tabel = 15,5 (Data homogen)
Keterangan:
f1: 1 hari sekali m1: tanah+arang sekam
f2: 2 hari sekali m2: tanah+pupuk kandang kambing
f3: 3 hari sekali m3: tanah+pasir
Lampiran 7. Analisis ragam jumlah daun tanaman selada umur 28 hst dengan
pengaruh frekuensi pemberian air dan berbagai media tanam.
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F. Hit F.Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 0,240741 0,1203704 1,11tn
3,63
Perlakuan 8 1,574074 0,1967593 1,83tn
2,59
Frekuensi (f) 2 0,143519 0,0717593 0,66tn
3,63
M 2 1,115741 0,5578704 5,20* 3,63
Interaksi f & m ² 0,314815 0,0787037 0,73tn
3,01
Galat
Non-Aditif
Sisa
16
1
15
1,717593
0,034996
1,682597
0,1073495
0,0349957
0,1121731
0,31tn
4,54
Total 26 3,532407 KK = 4,15%
Keterangan :
tn : tidak nyata
* : nyata
KK : koefisien keragaman
38
Lampiran 8. Bobot basah tanaman selada dengan pengaruh frekuensi pemberian
air dan berbagai media tanam pada umur 28 hst.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
-----------------------------gram---------------------------------------------
f1m1 36,09 41,13 44,45 121,67 40,56
f1m2 44,03 39,96 43,16 127,15 42,38
f1m3 29,09 39,08 32,63 100,80 33,60
f2m1 44,06 34,59 38,58 117,23 39,08
f2m2 45,14 39,10 34,67 118,91 39,64
f2m3 32,05 49,68 38,56 120,29 40,10
f3m1 47,12 44,63 39,03 130,78 43,59
f3m2 40,08 41,11 43,06 124,25 41,42
f3m3 44,63 45,61 33,09 127,33 42,44
Jumlah 366,29 374,89 347,23 1088,41 362,75
Rata-rata 40,69 41,65 38,58 121,67 40,30
Uji Homogenitas : χ 2 – Hitung = 6,9 < χ
2-Tabel = 15,5 (Data homogen)
Keterangan:
f1: 1 hari sekali m1: tanah+arang sekam
f2: 2 hari sekali m2: tanah+pupuk kandang kambing
f3: 3 hari sekali m3: tanah+pasir
Lampiran 9. Analisis ragam bobot basah tanaman selada pada umur 28 hst dengan
pengaruh frekuensi pemberian air dan berbagai media tanam.
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F. Hit F.Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 444,530341 22,2651704 0,73tn
3,63
Perlakuan 8 203,879207 25,4849009 0,83tn
2,59
Frekuensi (f) 2 66,320319 33,1601593 1,09tn
3,63
M 2 34,502096 17,2510481 0,56tn
3,63
Interaksi(f & m) 4 103,056793 25,7641981 0,84tn
3,01
Galat
Non-Aditif
Sisa
16
1
15
485,514393
0,671753
484,842639
30,3446495
0,6717534
32,3228426
0,02tn
4,54
Total 26 733,923941 Kk= 13,67%
Keterangan :
tn : tidak nyata
* : nyata
KK : koefisien keragaman
39
Lampiran 10. Bobot kering tanaman selada dengan pengaruh frekuensi pemberian
air dan berbagai media tanam umur 28 hst.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
-----------------------------gram---------------------------------------------
f1m1 19,14 18,16 29,17 66,47 22,16
f1m2 25,12 22,65 24,14 71,91 23,97
f1m3 15,19 27,16 17,16 59,51 19,84
f2m1 18,13 18,69 24,16 60,68 20,33
f2m2 20,18 20,67 23,16 64,01 21,34
f2m3 16,69 32,66 24,66 74,01 24,67
f3m1 25,63 23,64 23,13 72,40 24,13
f3m2 23,65 25,66 20,63 69,94 23,31
f3m3 30,16 22,12 19,17 71,45 23,81
Jumlah 193,89 211,41 205,38 610,68 203,56
Rata-rata 21,54 23,49 22,82 66,47 22,62
Uji Homogenitas : χ 2 – Hitung = 11,2 < χ
2 -Tabel = 15,5 (Data homogen)
Keterangan:
f1: 1 hari sekali m1: tanah+arang sekam
f2: 2 hari sekali m2: tanah+pupuk kandang kambing
f3: 3 hari sekali m3: tanah+pasir
Lampiran 11. Analisis ragam bobot kering tanaman selada umur 28 hst dengan
pengaruh frekuensi pemberian air dan berbagai media tanam.
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F. Hit F.Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 17,604867 8,8024333 0,37tn
3,63
Perlakun 8 75,287400 9,4109250 0,39tn
2,59
Frekuensi (f) 2 17,510600 8,7553000 0,37tn
3,63
M 2 2,338022 1,1690111 0,04tn
3,63
Interaksi f & m ² 55,438778 13,8596944 0,58tn
3,01
Galat
Non-Aditif
Sisa
16
1
15
377,981200
8,880352
369,100848
23,6238250
8,8803521
34,60667232
0,36tn
4,54
Total 26 470,873467 KK =21,49%
Keterangan :
tn : tidak nyata
* : nyata
KK : koefisien keragaman
40
Lampiran 12. Bobot basah tanaman per plot pada tanaman selada dengan
pengaruh frekuensi pemberian air dan berbagai media tanam umur 28 hst.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
-----------------------------gram---------------------------------------------
f1m1 793,98 658,16 978,01 2430,15 810,05
f1m2 968,77 639,28 863,30 2471,35 823,78
f1m3 465,44 625,28 522,16 1612,88 537,63
f2m1 837,14 553,44 733,02 2123,60 707,87
f2m2 857,75 742,99 639,40 2294,14 764,71
f2m3 609,04 944,01 732,73 2285,78 761,93
f3m1 753,92 981,97 741,66 2477,55 825,85
f3m2 641,28 859,76 947,32 2448,36 816,12
f3m3 924,06 866,59 529,52 2320,17 773,39
Jumlah 6851,38 6841,48 6741,12 20463,98 6821,33
Rata-rata 761,26 763,49 749,01 2430,15 757,92
Uji Homogenitas : χ 2 – Hitung = 2,4 < χ
2 -Tabel = 15,5 (Data homogen)
Keterangan:
f1: 1 hari sekali m1: tanah+arang sekam
f2: 2 hari sekali m2: tanah+pupuk kandang kambing
f3: 3 hari sekali m3: tanah+pasir
Lampiran 13. Analisis ragam bobot basah tanaman selada umur 28 hst dengan
pengaruh frekuensi pemberian air dan berbagai media tanam.
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F. Hit F.Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 1094,629896 547,3149482 0,02tn
3,63
Perlakuan 8 199179,75834 24897,469792 0,97tn
2,59
Frekuensi (f) 4 32056,673452 16028,336725 0,62tn
3,63
M 2 62351,733474 31175,866737 1,21tn
3,63
Interaksi(f &m) 4 104771,35141 26195,837853 1,02tn
3,01
Galat
Non-Aditif
Sisa
16
1
15
410170,99983
3671,283824
406499,71601
25635,687489
3671,2838236
27099,981067
0,13tn
4,54
Total 26 610445,38807 Kk = 21,12%
Keterangan :
tn : tidak nyata
* : nyata
KK : koefisien keragaman
41
Lampiran 14. Foto kegiatan
Gambar 1. Pencampuran media tanam
Gambar 2. Pengisian media tanam didalam polybag