pengaruh kepemilikan institusional ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7507/1/sita fiks...dia...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DEWAN KOMISARIS
INDEPENDEN, FREE CASH FLOW, DAN FINANCIAL
DISTRESS TERHADAP MANAJEMEN LABA
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN YANG
TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX)
PERIODE 2014-2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh:
SITA DEVI ALVIONITA
NIM. 63010150269
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DEWAN KOMISARIS
INDEPENDEN, FREE CASH FLOW, DAN FINANCIAL
DISTRESS TERHADAP MANAJEMEN LABA
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN YANG
TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX)
PERIODE 2014-2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh:
SITA DEVI ALVIONITA
NIM. 63010150269
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iv
2019
v
PENGESAHAN
vi
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
vii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
viii
DECLARATION
ix
MOTTO
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia
Yang mengajar manusia dengan pena,
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
( QS: Al-Alaq 1-5)
“Jika engkau tertimpa sesuatu musibah, maka janganlah engkau katakana:
„Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.‟ Akan tetapi hendaklah
kau katakana: „Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah dia
kehendaki pasti terjadi.‟ Karena perkataan law (seandainya) dapat
membuka pintu setan.”
(HR. Muslim)
x
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah…
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih
sayangMu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta dan atas takdirmu telah kau jadikan aku
manusia yang senantiasa berpikir, sabar.
Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan, akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah Saw
Kupersembahkan karya ini untuk orang yang sangat ku sayangi.
Untukmu Bapak (Suko Budiono)…. Ibu (Sunarti).... yang telah membimbing,
mendidik, mencurahkan segala usaha dan doanya dengan ikhlas serta kasih
sayang tanpa mengenal lelah dan bosan demi masa depan penulis. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi in.
Untuk keluarga yang selalu mendukungku dalam keadaan apapun dan
memberi semangat.
Kepada adikku (Dwi Rahma Elysia) terimakasih telah memberi semangat dan
inspirasi dalam menyelesaikan skripsi
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerian, Dewan Komisaris
Independen, Free Cash Flow, dan Financial Distress terhadap Manajemen Laba
(Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index) Periode
2014-2018” ini dengan baik. Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat kelulusan Program Studi Perbankan Syariah S1 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam.
Dalan penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu dan
memberikan bimbingan, maka dalam kesempatan ini, dengan ketulusan hati
penulis akan menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Bapak Ari Setiawan, M.M. selaku Ketua Program Studi S1 Perbankan
Syariah.
4. Bapak Taufikur Rahman, S.E., M.Si. selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama perkuliahan.
xii
5. Ibu Dr. Hikmah Endraswati, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini.
6. Segenap staff pengajar Program Studi Perbankan Syariah atas seluruh ilmu
yang telah diberikan.
7. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Suko Budiono dan ibu Sunarti) yang
telah membimbing dan memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih akan kasih sayang, doa, nasehat, kesabaran dan
semangat yang luar biasa.
8. Adikku tercinta (Dwi Rahma Elysia) yang selalu mendoakan dan memberi
semangat.
9. Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan dukungan, semangat, dan
motivasi.
10. Sahabat-sahabatku, Umi Nashikhatuzzulfah, Ana Tri Wahyu Ningsih, Dita
Purwanti, Kulya, yang selalu menemani dan membantu penulis.
11. Calon suami Putra Dwi Hirmawan, S. Pd yang turut memberi dukungan
untuk terus berusaha dan menyelesaikan skripsi.
12. Teman-teman kost, Risma, Imey, Fitri, Ipeh, Ima, Agni, Putri, Danik, Rani,
yang seelalu member dukungan dan semangat untuk tidak menyerah.
13. UKM KOPMA IAIN Salatiga yang telah memberikan pelajaran dalam
berorganisasi.
14. Teman-teman mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Program Studi Perbankan Syariah S1.
xiii
15. Dan semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, terima kasih atas semangat yang selalu kalian
berikan.
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum
sempurna, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca.
Salatiga, 20 September 2019
Penulis
xiv
ABSTRAK
Alvionita, Sita Devi. 2019. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Free Cash Flow, dan Financial
Distress terhadap Manajemen Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang
Terdaftar di Jakarta Islamic Index) Periode 2014-2018. Skripsi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi S1 Perbankan Syariah IAIN
Salatiga. Pembimbing: Ibu Dr. Hikmah Endraswati, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen,
free cash flow, dan financial distress terhadap manajemen laba.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Index periode 2014-2018. Total populasi dalam
penelitian ini adalah 30 perusahaan dengan sampel sebanyak 14 perusahaan yang
ditentukan berdasarkan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan
metode regresi linier berganda untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, free cash flow, dan
financial distress terhadap manajemen laba. Disrectionary accrual digunakan
sebagai proksi manajemen laba.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, dewan
komisaris independen, dan free cash flow tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, dan
financial distress berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Kata Kunci: Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan
Komisaris Independen, Free Cash Flow, Financial Distress,
Manajemen Laba.
xv
DAFTAR ISI
PENGESAHAN ...................................................................................................... v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ vii
DECLARATION ................................................................................................. viii
MOTTO ................................................................................................................. ix
PERSEMBAHAN ................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi
ABSTRAK ........................................................................................................... xiv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Kontribusi Penelitian ................................................................................ 7
BAB II TELAAH PUSTAKA
A. Landasan Teori ....................................................................................... 10
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 24
C. Kerangka Penelitian ............................................................................... 30
D. Hipotesis ................................................................................................. 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 36
B. Populasi dan Sampel .............................................................................. 36
C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 38
D. Definisi Operasional ............................................................................... 39
E. Alat Analisis ........................................................................................... 47
BAB IV ANALISIS DATA
A. Deskripsi Objek Penelitian ..................................................................... 51
xvi
B. Analisis Statistik Deskriptif .................................................................... 51
C. Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 54
1. Uji Normalitas..................................................................................... 54
2. Uji Autokorelasi .................................................................................. 55
3. Uji Multikolinieritas ........................................................................... 56
4. Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 57
D. Analisis Regresi Linier Berganda ........................................................... 58
E. Pengujian Kelayakan Model................................................................... 60
1. Koefisien Determinasi ........................................................................ 60
2. Uji Statistik F (Uji F) .......................................................................... 61
3. Uji Hipotesis (Uji T) ........................................................................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 72
B. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 72
C. Saran ....................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu .................................................................... 27
Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan JII ..................................................... 38
Tabel 3.2 Kriteria Autokorelasi Durbin Watson .......................................... 49
Tabel 4.1 Hasil Uji Descriptive Statistik ..................................................... 52
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas .................................................................... 54
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................. 55
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas ........................................................... 56
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ....................................................... 57
Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ............................................... 58
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................................. 60
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik F ...................................................................... 61
Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik T ..................................................................... 62
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 30
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menjadikan laporan
keuangan sebagai media penting dalam pengambilan keputusan bagi setiap
perusahaan. Seluruh perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia wajib memenuhi kewajiban untuk menyampaikan
laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)
sebelum dipublikasikan kepada publik sesuai dengan keputusan ketua
BAPEPAM No. Kep. 17/PM/2002.
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan
kondisi keuangan suatu perusahaan, dan informasi tersebut dapat dijadikan
sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan. Di dalam Statement of
Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 1, dikatakan bahwa laporan
keuangan harus menyajikan informasi yang berguna untuk investor dan
calon investor, kreditur dan pengguna lain dalam pengambilan keputusan
investasi, kredit, dan keputusan lain yang sejenis, yang rasional.
Fahmi (2011) mengatakan bahwa kinerja keuangan merupakan suatu
analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
dengan baik dan benar. Laporan keuangan yang dipublikasikan dianggap
memiliki arti penting dalam menilai suatu perusahaan, sehingga pihak-pihak
2
yang membutuhkan dapat memperoleh laporan keuangan dengan mudah
dan dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan.
Selviani (2017) mengatakan bahwa dalam laporan keuangan, laba
merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menaksir kinerja
manajemen. Informasi laba sering menjadi target rekayasa tindakan
oportunis manajemen untuk memaksimalkan kapuasannya. Tindakan
oportunis tersebut dapat dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi
tertentu, sehingga laba perusahaan dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan
sesuai dengan keinginannya yang biasa disebut dengan manajemen laba.
Manajemen laba muncul sebagai dampak dari teori keagenan (agency
theory) yang terjadi karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara
manajer dan stakeholder. Manajemen laba bukanlah suatu hal yang
merugikan selama dilakukan dalam koridor-koridor peluang, manajemen
laba tidak selalu diartikan dengan proses manipulasi laporan keuangan
karena terdapat beberapa pilihan metode yang dapat digunakan dan bukan
sebagai suatu larangan. Salah satu cara yang digunakan untuk memonitor
suatu perusahaan masalah kontrak dan untuk membatasi perilaku
oportunistik manajemen adalah corporate governance atau tata kelola
perusahaan (Kusumawardhani, 2012).
Good corporate governance adalah serangkaian mekanisme yang
digunakan untuk membatasi timbulnya masalah asimetri informasi yang
dapat mendorong terjadinya manajemen laba (Darmawati, 2003). Konsep
good corporate governance diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan
3
melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin
akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada
kerangka peraturan.
Menurut Balsam et al., (2002) dalam Mahariana dan Ramantha (2014)
kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh
institusi atau lembaga. Kepemilikan institusional yang tinggi dapat
meminimalisir praktik manajemen laba, namun tergantung pada jumlah
kepemilikan yang cukup signifikan, sehingga akan mampu memonitor pihak
manajemen yang berdampak mengurangi motivasi manajer untuk
melakukan manajemen laba. Penelitian Hidayanti dan Paramita (2014)
menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba riil, hal ini berbeda dengan penelitian
Kusumawardhani (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Pujiati dan Widanar (2009) kepemilikan manajerial merupakan
proporsi pemegang saham oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut
dalam pengambilan keputusan perusahaan, yaitu direksi dan komisaris.
Penelitian Sari dan Putri (2014) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Berbeda dengan penelitian
Rahmawati (2013) yang dalam penelitiannya kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Limantauw (2018) komisaris independen merupakan anggota dewan
yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, dewan direksi,
4
dewan komisaris lain, dan perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk
hubungan bisnis maupun kekeluargaan. Penelitian Muid (2009) menyatakan
bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berbeda dengan penelitian Anggraeni dan Hadiprajitno (2013) yang
menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen
laba.
Setiana dan Sibagariang (2013) free cash flow merupakan kas
perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang
saham yang tidak diperlukan untuk operasi dan investasi. Penelitian
Maulidina dan Kristanti (2018) menyatakan bahwa free cash flow tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Berbeda dengan penelitian Aditama,
et al., (2018) yang menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh tidah
signifikan terhadap manajemen laba.
Widarjo dan Setiawan (2009) Financial Distress adalah tahapan
penurunan kondisi keuangan suatu perusahaan sebelum terjadinya
kebangkrutan. Konsep financial distress memiliki pengaruh terhadap
manajemen laba. Penelitian Saputri dan Achmad (2017) menyatakan bahwa
financial distress berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Berbeda
dengan penelitian Lo (2012) yang menyatakan bahwa financial distress
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Berdasarkan inkonsistensi hasil penelitian terdahulu maka perlu
adanya penelitian baru tentang pengaruh kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen dan free cash flow
5
terhadap manajemen laba dengan tambahan financial distress sebagai
variable independen yang penulis gunakan sebagai beda penelitian dari
penelitian-penelitian sebelumnya. Determinan manajemen laba dalam
penelitian ini adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
dewan komisaris independen, free cash flow, dan financial distress.
Alasan penulis memilih Jakarta Islamic Index karena penulis lebih
memandang prinsip syariah dengan transparansi yang lebih kontras dan
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang notabennya berbasis
konvensional. Penulis menggunakan periode 2014-2018 sebagai periode
penelitian dengan alasan penelitian terbaru dari penelitian sebelumnya.
Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi manajemen laba dengan objek Perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Index dengan judul “Pengaruh Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen,
Free Cash Flow, Dan Financial Distress terhadap Manajemen Laba
(Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index)
Periode 2014-2018.”
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini akan menguji pengaruh kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, free cash flow, dan
financial distress terhadap manajemen laba (Studi pada Perusahaan yang
Terdaftar di Jakarta Islamic Index) Periode 2014-2018.
6
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti akan mencoba
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen
laba pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2014-2018?
2. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen
laba pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2014-2018?
3. Bagaimana pengaruh dewan komisaris independen terhadap
manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2014-
2018?
4. Bagaimana pengaruh free cash flow terhadap manajemen laba pada
perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2014-2018?
5. Bagaimana pengaruh financial distress terhadap manajemen laba pada
perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2014-2018?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan jawaban
atas rumusan masalah yaitu:
1. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap
manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2014-
2018.
2. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap
manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2014-
2018.
7
3. Untuk menganalisis pengaruh dewan komisaris independen terhadap
manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2014-
2018.
4. Untuk menganalisi pengeruh free cash flow terhadap manajemen laba
pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2014-2018.
5. Untuk menganalisis pengaruh financial distress terhadap manajemen
laba pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2014-2018.
D. Kontribusi Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi media untuk menambah
wawasan dalam bidang pengaruh kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, free cash flow,
dan financial distress terhadap manajemen laba (studi pada
perusahaan yang terdaftar di JII).
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi penelitian di
bidang keuangan sehingga dapat bermanfaat bagi penelitian
selanjutnya mengenai pengaruh kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, free cash flow,
dan financial distress terhadap manajemen laba (studi pada
perusahaan yang terdaftar di JII).
8
3. Bagi Lembaga Yang Diteliti
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan input atau masukan
untuk menelaah lebih lanjut mengenai pengaruh kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen,
free cash flow, dan financial distress terhadap manajemen laba (Studi
pada perusahaan yang terdaftar di JII) sehingga perusahaan dapat
mengevaluasi, memperbaiki, dan mengoptimalkan fungsi mereka
dalam mencapai tujuan.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II : TELAAH PUSTAKA
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang landasan teori,
penelitian terdahulu, kerangka penelitian, dan hipotesis penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang jenis penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional, dan
alat analisis
.
9
BAB IV : ANALISIS DATA
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang deskripsi obyek
penelitian, analisis statistic deskriptif, hasil uji asumsi klasik, analisis regresi
linier berganda, dan pengujian kelayakan model.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang kesimpulan,
keterbatasan penelitian dan saran bagi penelitian berikutnya.
10
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Agensi
Menurut Jensen dan Meckeling (1976) teori agensi adalah teori
yang menjelaskan hubungan antara prinsipal sebagai pemilik
perusahaan dan agen sebagai pengelola perusahaan, keduanya terikat
dalam sebuah kontrak. Pemilik atau prinsipal merupakan pihak yang
melakukan evaluasi atas informasi kinerja perusahaan sedangkan agen
adalah sebagai pengelola atau menjalankan kegiatan manajemen serta
mengambil keputusan.
Teori agensi dapat menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang
terlibat dalam perusahaan akan bertindak dan bersikap, karena setiap
pihak-pihak dalam perusahaan tersebut memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Kepentingan yang berbeda-beda tersebut dapat
memunculkan konflik antara pihak-pihak yang berkepentingan. Agen
atau pengelola perusahaan mungkin tidak selalu melakukan terbaik
bagi pemilik atau kepentingan prinsipal. Menurut Watts dan
Zimmerman (1990) teori agensi menyatakan laporan keuangan
sebagai angka-angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan
konflik antara pihak-pihak yang berkepentingan.
11
Menurut Indriastuti (2012) teori agensi mengasumsikan bahwa
CEO (agen) memiliki lebih banyak informasi daripada prinsipal. Hal
ini dikarenakan prinsipal tidak dapat mengamati kegiatan yang
dilakukan agen secara terus-menerus dan berkala.
Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori keagenan
menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu, manusia pada
umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), manusia memiliki
daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded
rasionality), dan manusia selalu menghindari risiko (risk averse).
Masalah keagenan tentunya akan menimbulkan kerugian.
Konflik antara agent dan principal ini dapat menimbulkan biaya
keagenan (agency cost). Ada beberapa alternatif untuk mengurangi
agency cost, yaitu:
a. Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh institusional
Manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan
yang diambil juga apabila ada kerugian yang timbul sebagai
konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.
Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen
dengan pemegang saham.
b. Meningkatkan dividend payout ratio
Dengan meningkatkan dividend payout ratio sehingga
tidak tersedia banyak free cash flow dan manajemen terpaksa
mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya.
12
c. Institusional investor sebagai monitoring agent
Adanya kepemilikan seperti perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi, dan kepemilikan oleh insitusi lain akan
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal
terhadap kinrja manajemen.
d. Peningkatan pendanaan melalui hutang
Peningkatan hutang akan menurunkan besarnya konflik
antara pemegang saham dengan manajemen. Selain itu hutang
juga akan menurunkan excess cash flow yang ada di dalam
perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan
yang akan dilakukan oleh manajemen.
2. Kepemilikan Institusional
Menurut Kusumawardhani (2012) kepemilikan institusional
merupakan persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional.
Semakin besar kepemilikan intitusional pada perusahaan, maka
semakin rendah kecenderungan manajer melakukan aktivitas
manajemen laba. Investor institusional dapat berpengaruh terhadap
jalannnya perusahaan karena hak voting yang mereka miliki. Hak
voting tersebut mampu mengintervensi keputusan manajemen seperti
keputusan investasi (Endraswati, 2006)
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara
13
efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Investor
institusional dikatakan sebagai investor yang sophisticated sehingga
dapat melakukan fungsi monitoring secara lebih efektif dan tidak
percaya dengan tindakan manipulasi oleh manajer seperti tindakan
manajemen laba (Bushee, 1998 dalam Jao dan Palung, 2011).
3. Kepemilikan Manajerial
Menurut Endraswati (2012) kepemilikan manajerial merupakan
saham-saham yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan seperti
komisaris, direktur, dan direksi. Sedangkan menurut Pujianti dan
Widanar (2009). Kepemilikan manajerial merupakan proporsi
pemegang saham oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam
pengambilan keputusan perusahaan, yaitu direksi dan komisaris.
Fungsi dewan komisaris sesuai dengan yang dinyatakan dalam
National Code for Good Corporate governance (2001) adalah
memastikan bahwa perusahaan telah melakukan tanggung jawab
sosial dan mempertimbangkan kepentingan berbagai stakeholder
perusahaan sebaik memonitor efektifitas pelaksanaan good corporate
governance. Kepemilikan manajerial merupakan alat monitoring
internal yang penting untuk memecahkan konflik agensi antara
external stockholders dan manajemen (Chen dan Steiner, 1999 dalam
Agustia, 2018).
14
Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja
manajemen. Semakin besar kepemilikan manajerial, maka manajemen
akan semakin memaksimalkan kinerjanya. Hal ini disebabkan karena
manajemen semakin memilikitanggung jawab memenuhi keinginan
manajemen (termasuk dirinya sendiri).
Kepemilikan manajerial memiliki keterkaitan dengan masalah
keagenan. Semakin besar kepemilikan saham manajerial, mereka akan
lebih peduli untuk mempercantik kinerja perusahaan sehingga mereka
berusaha untuk mengurangi rasio keuangan dengan cara menjaga
tingkat utang dan meningkatkan laba bersih.
4. Dewan Komisaris Independen
Limantaw (2018) komisaris independen merupakan anggota
dewan yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali,
dewan direksi, dewan komisaris lain, dan perusahaan itu sendiri baik
dalam bentuk hubungan bisnis maupun kekeluargaan. Undang-
Undang No. 40 tahun 2007 pasal 120 ayat 2 tentang Perseroan
Terbatas menguraikan bahwa komisaris independen diangkat
berdasarkan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang
saham utama, anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris lainnya
(Wijaya dan Febrianti, 2017). Jumlah komisaris independen wajib
mewakili sedikitnya 30% dari jumlah Komisaris dalam Dewan
Komisaris (Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.I.5).
15
Pihak yang ditunjuk sebagai dewan komisaris independen tidak
dalam kapasitas mewakili pihak manapun dan ditunjuk berdasarkan
latar belakang pengetahuan, pengalaman, dan keahlian profesional
yang dimilikinya untuk sepenuhnya menjalankan tugas demi
kepentingan perusahaan (Agoes dan Ardana, 2009).
Komisaris independen berfungsi untuk mengawasi bagaimana
operasional perusahaan dijalankan oleh pihak pengelola perusahaan,
mengarahkan serta memastikan bahwa kebijakan yang diambil oleh
perusahaan tidak melanggar dari ketentuan yang berlaku dan sesuai
dengan tujuan perusahaan. Komisaris independen bersifat objektif
sehingga dapat menjadi penengah jika terjadi konflik antar pihak
internal perusahaan dan pihak pemegang saham (Imelia, 2015).
Berdasarkan keputusan ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan nomor KEP-643/BL/2012 tentang pembentukan
dan pedoman pelaksanaan kerja, komite audit menyatakan bahwa
komisaris independen yaitu :
a. Berasal dari luar emiten atau perusahaan publik.
b. Tidak mempunyai saham baik secara langsung maupun tidak
langsung pada emiten atau perusahaan publik.
c. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau
perusahaan publik, anggota dewan komisaris, anggota direksi,
atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik.
16
d. Tidak mempunyai hubungan usaha baik secara langsung
maupun tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha emiten
atau perusahaan publik.
5. Free Cash Flow
Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat
didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak
diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada asset. Jensen (1986)
mendefinisikan free cash flow sebagai “… cash flow in excess of that
required to fund all projects that have net present values when
discounted at relevant cost of capital”. Free cash flow mencerminkan
keuntungan atau tingkat pengembalian kepada para penyedia modal,
termasuk hutang atau ekuitas.
White, et al., (2003) dalam Agustia (2013) mengungkapkan
bahwa semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu
perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki
kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang, dan
deviden. Hal ini juga dapat diartikan bahwa semakin kecil nilai free
cash flow yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan tersebut bisa
dikategorikan semakin tidak sehat.
17
6. Financial Distress
Menurut Atmajaya (2003) financial distress adalah kondisi
dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam
bangkrut, kesulitan tersebut akan semakin meningkat dengan
meningkatnya penggunaan hutang. Oleh karena itu, perusahaan akan
mengalami kebangkrutan jika tidak ditangani secara tepat dan tepat.
Model financial distress perlu dikembangkan. Karena, akan
lebih baik jika perusahaan mengetahui kondisi financial distress sejak
dini. Dengan begitu perusahaan diharapkan dapat melakukan
tindakan-tindakan untuk mengantisipasi yang mengarah pada
kebangkrutan. Menurut Srengga dan Mas’ud (2012) prediksi financial
distress perusahaan menjadi perhatian banyak pihak. Pihak-pihak
yang menggunakan model tersebut meliputi:
a. Pemberi pinjaman
Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress
mempunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik
dalam memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman
dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang
telah diberikan.
b. Investor
Model prediksi financial distress dapat membantu investor
ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan
dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.
18
c. Pemerintah
Model prediksi financial distress juga penting bagi
pemerintah dan antitrust regulation.
d. Auditor
Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang
berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern
suatu perusahaan.
e. Manajemen
Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka
perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan
pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugian penjualan atau
kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan). Sehingga dengan
adanya model prediksi financial distress diharapkan perusahaan
dapat menghindari kebangkrutan dan otomatis juga dapat
menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari
kebangkrutan.
Secara ilmiah, faktor penyebab financial distress dari dalam
perusahaan lebih bersifat mikro. Adapun faktor-faktor dari dalam
perusahaan tersebut adalah (Damodaran, 1997 dalam Carolina, dkk,
2017):
a. Besarnya jumlah hutang
Kesalahan dalam pengambilan prakiraan hutang
perusahaan sehingga perusahaan tidak dapat menutupi biaya
19
yang timbul akibat operasi perusahaan akan menimbulkan
kewajiban bagi perusahaan untuk mengembalikan hutang di
masa mendatang. Ketika tagihan jatuh tempo, sedangkan
perusahaan tidak mempunyai cukup dana untuk melunasi
tagihan-tagihan yang ada, sehingga terjadi penyitaan harta.
b. Kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama
beberapa tahun
Kerugian dalam aktivitas operasional yang menimbulkan
arus kas negatif dalam perusahaan. Hal ini dikarenakan beban
operasional lebih besar dari pendapatan yang diterima
perusahaan.
c. Kesulitan arus kas
Keadaan dimana pendapatan perusahaan dari hasil
kegiatan operasi tidak cukup untuk menutupi beban-beban usaha
yang timbul atas aktivitas operasi perusahaan atau dapat terjadi
karena adanya kesalahan manajemen ketika mengelola aliran
kas perusahaan dalam melakukan pembayaran aktivitas
perusahaan dimana dapat memperburuk kondisi keuangan
perusahaan.
Keterkaitan ketiga aspek tersebut harus diperhatikan
keseimbangannya agar perusahaan terhindar dari kondisi financial
distress yang mengarak pada kebangkrutan. Menurut Lizal (2002)
20
terdapat tiga alasan utama mengapa perusahaan bisa mengalami
financial distress dan kemudian bangkrut, yaitu:
a. Neoclassical model
Financial distress dan kebangkrutan terjadi jika alokasi
sumber daya di dalam perusahaan tidak tepat. Manajemen yang
kurang bisa mengalokasikan sumberdaya (aset) yang ada
diperusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan.
b. Financial model
Financial model merupakan pencampuran aset benar
tetapi struktur keuangan salah dengan liquidity constraints. Hal
ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup
dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka
pendek.
c. Corporate governance model
Menurut model ini, kebangkrutan mempunyai campuran
aset dan struktur keuangan yang benar tapi dikelola dengan
buruk. Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi out
of the market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata
kelola perusahaan yang takterpecahkan.
Financial distress memberi dampak buruk bagi perusahaan yang
bersangkutan dengan kepercayaan investor dan kreditor serta pihak
eksternal lainnya. Maka, manajemen harus melakukan tindakan untuk
mengatasi financial distress dan mencegah terjadinya kebangkrutan.
21
Perusahaan yang mengalami financial distress biasanya memiliki arus
kas negatif. Sehingga perusahaan tidak bisa membayar kewajiban
yang jatuh tempo. Menurut Pustylnick (2012) dalam Dwijayanti,
(2010) ada dua solusi jika perusahaan memiliki arus kas negatif, yaitu:
a. Restrukturisasi utang
Manajemen bisa melakukan restrukturisasi hutang yaitu
mencoba meminta perpanjangan waktu dari kreditor untuk
pelunasan hutang hingga perusahaan mempunyai kas yang
cukup untuk melunasi hutang tersebut.
b. Perubahan dalam manajemen
Jika memang diperlukan, perusahaan mungkin harus
melakukan penggantian manajemen dengan orang yang lebih
kompeten. Dengan begitu, stakeholder akan percaya lagi pada
perusahaan. Hal tersebut untuk menghindari larinya investor
potensial perusahaan pada kondisi financial distress.
7. Manajemen Laba
Sugiri (1998) dalam Widyaningdyah (2001) membagi definisi
manajemen laba menjadi dua, yaitu:
a. Definisi sempit
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan
pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian
sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk
22
“bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam
menentukan besarnya laba.
b. Definisi luas
Manajemen labamerupakan tindakan manajer untuk
meningkatkan atau mengurangi laba yang dilaporkan saat ini
atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa
mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis
jangka panjang unit tersebut.
Rahmawati (2012) membagi manajemen laba terdiri dari empat
macam:
a. Taking a bath
Pola ini dijalankan ketika perusahaan dalam kondisi
tertekan atau sedang melakukan reorganisasi atau penunjukan
CEO baru. Manajer cenderung melaporkan laba bersih yang
rendah sekarang dengan harapan meningkat di masa yang akan
datang.
b. Minimisasi laba
Pola ini dilakukan jika perusahaan dalam kondisi laba yang
tinggi maka untuk mengurangi visibilitasnya dia melakukan
minimisasi laba.
c. Maksimisasi laba
Pola ini dilakukan jika manajer ingin menaikkan bonusnya.
23
d. Perataan laba
Pola inilah yang paling sering dilakukan untuk
mengantisipasi kondisi yang akan dihadapi perusahaan.
Menurut Sutami (2012) dalam Faradila dan Cahyati (2013)
alasan dilakukan manajemen laba oleh setiap perusahaan dikarenakan:
a. Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang
saham terhadap manajer. Manajemen laba berhubungan erat
dengan tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu
organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba dikaitkan
dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang
akan diterima oleh manajer.
b. Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak
kreditor. Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat
memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya,
perusahaan berusaha menghindarinya dengan membuat
kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba.
Dengan demikian akan memberikan posisi bargaining yang
relatif baik dalam negoisasi atau penjadwalan ulang utang antar
pihak kreditor dengan perusahaan.
c. Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan
modalnya terutama pada perusahaan go public pada saat IPO.
24
8. Jakarta Islamic Index
Saffudin (2011) menyatakan bahwa Jakarta Islamic Index atau
biasa disebut dengan JII adalah salah satu indeks saham yang ada di
Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk jenis
saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. JII dimaksudkan untuk
digunakan sebagai tolok ukur untuk mengukur kinerja suatu investasi
pada saham dengan basis syariah. Melalui index ini diharapkan dapat
meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi
secara syariah (Widodo, 2007)
B. Penelitian Terdahulu
Sebagai sumber referensi dan bahan pertimbangan dalam penelitian
ini, peneliti mengumpulkan beberapa hasil penelitian sebelumnya menganai
manajemen laba. Hidayanti dan Paramita (2014) mengenai good corporate
governance yang terdiri dari kepemilikan manajerial, institusional, dan
proporsi dewan komisaris independen dalam penelitiannya menyatakan
bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba riil, kepemilikan institusional, dewan komisaris, ukuran dewan
komisaris, dan komite audit independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba riil.
Penelitian Kusumawardhani (2012) mengenai corporate governance
yang terdiri dari komisaris independen, komite audit, sekretaris perusahaan
dan struktur kepemilikan yang terdiri kepemilikan manajerial dan
25
institusional serta ukuran perusahaan dalam penelitiannya menyatakan
bahwa komisaris independen, komite audit, sekretaris perusahaan,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Penelitian Sari dan Putri (2014) mengenai good corporate governance
yang terdiri dari kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris
independen, ukuran komite audit, kepemilikan institusional, ukuran dewan
komisaris dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan manajerial,
proporsi dewan komisaris, dan ukuran komite audit berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional dan ukuran dewan
komisaris tidak berpengaruh pada manajemen laba.
Penelitian Rahmawati (2013) mengenai good corporate governance
yang terdiri dari dewan komisaris independen, komite audit independen, dan
kepemilikan manajerial dalam penelitiannya menyatakan bahwa dewan
komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba, komite audit
independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, dan kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Penelitian Muid (2009) mengenai kepemilikan institusional, proporsi
dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit, dan ukuran
perusahaan dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan
institusional, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite
audit, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
26
Penelitian Anggraeni dan Hadiprajitno (2013) mengenai struktur
kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, corporate governanec yang
terdiri dari dewan komisaris independen, komite audit dan ukuran KAP
dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan manajerian tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba, ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap anajemen laba, dewan komisaris
independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, komite audit
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, ukuran KAP berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba.
Penelitian Maulidina dan Kristanti (2018) mengenai proporsi dewan
komisa[ris independen, leverage, ukuran perusahaan, dan free cash flow
dalam penelitiannya menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris
independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba,
leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba,
ukuran perusahaan dan free cash flow tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Penelitian Aditama, dkk. (2018) mengenai good corporate
governance, free cash flow, leverage dalam penelitiannya menyatakan
bahwa good corporate governance berpengaruh signifikan dengan arah
negatif terhadap earning management dan signifikan kearah positif terhadap
shareholder wealth. Free cash flow berpengaruh tidak signifikan terhadap
earning management dan berpengaruh positif signifikan terhadap
shareholder wealth. Leverage berpengaruh signifikan dengan arah negatif
27
terhadap earning management dan berpengaruh signifikan dengan arah
negatif terhadap shareholders wealth.
Penelitian Saputri dan Achmad (2017) mengenai free cash flow,
financial distress, dan employee diff dalam penelitiannya menyatakan bahwa
free cash flow, financial distress, dan employee diff berpengaruh secara
positif signifikan terhadap manajemen laba.
Penelitian Lo (2012) mengenai kesulitan keuangan dalam
penelitiannya menyatakan bahwa kesulitan keuangan berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba.
Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun)
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Hasil Penelitian
1 Ery Hidayanti dan
Ratna Widyanti
Dahniar Paramita
(2014)
Manajemen
Laba Riil
Good Corporate
Governance
(Kepemilikan
Manajerial,
Institusional, dan
Proporsi Dewan
Komisaris
Independen)
Kepemilikan manajerial
berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba
riil, kepemilikan
institusional, dewan
komisaris, ukuran dewan
komisaris, dan komite
audit independen tidak
berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba
riil.
2 Indra
Kusumawardhani
(2012)
Manajemen
Laba
Corporate
Governance
(komisaris
independen,
komite audit dan
sekertaris
perusahaan)
struktur
kepemilikan
(kepemilikan
manajerial dan
Komisaris independen,
komite audit, sekretaris
perusahaan, kepemilikan
manajerial, kepemilikan
institusional dan ukuran
perusahaan secara simultan
berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.
28
institusional),
ukuran
perusahaan
3 A.A Intan Puspita
Sari dan I G.A.M.
Asri Dwija Putri
(2014)
Manajemen
Laba
Good Corporate
Governance
(Kepemilikan
Manajerial,
Proporsi Dewan
Komisaris
Independen,
Ukuran Komite
Audit,
Kepemilikan
Institusional,
Ukuran Dewan
Komisaris)
Kepemilikan manajerial,
proporsi dewan komisaris,
dan ukuran komite audit
berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba.
Kepemilikan
institusional dan ukuran
dewan komisaris tidak
berpengaruh pada
manajemen
laba.
4 Hikmah Is’ada
Rahmawati (2013)
Manajemen
Laba
Good Corporate
Governance
(Dewan
Komisaris
Independen,
Dewan komisaris
independen berpengaruh
terhadap manajemen laba,
komite audit independen
tidak berpengaruh terhadap
Komite Audit
Independen,
Kepemilikan
Manajerial)
manajemen laba, dan
kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
5 Dul Muid (2009) Manajemen
Laba
Kepemilikan
Institusional,
Proporsi Dewan
Komisaris,
Ukuran Dewan
Komisaris,
Komite Audit,
dan Ukuran
Perusahaan.
Kepemilikan institusional,
proporsi dewan komisaris,
ukuran dewan komisaris,
komite audit, dan ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba.
6 Riske Meitha
Anggraeni dan P.
Basuki
Hadiprajitno
(2013)
Manajemen
Laba
Struktur
Kepemilikan
Manajerial,
Ukuran
Perusahaan,
Corporate
Governanec
(Dewan
Komisaris
Independen,
Komite Audit,
Ukuran KAP)
Kepemilikan manajerian
tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba, ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh signifikan
terhadap anajemen laba,
dewan komisaris
independen berpengaruh
negatif terhadap
manajemen laba, komite
audit berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba,
ukuran KAP berpengaruh
negatif terhadap
manajemen laba.
7 Yulina Maulidina, Manajemen Proporsi Dewan Proporsi dewan komisaris
29
Farida Titik
Kristanti (2018)
Laba Komisaris
Independen,
Leverage,
Ukuran
Perusahaan, dan
Free Cash Flow
independen berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap manajemen laba,
leverage berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap manajemen laba,
ukuran perusahaan dan free
cash flow tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba.
8 Buntar P. Aditama,
Slamet Riyadi,
Ibrahim Ingga
(2018)
Earning
Management
Good Corporate
Governance,
Free Cash Flow,
Leverage
Good Corporate
Governance berpengaruh
signifikan dengan arah
negatif terhadap earning
management dan
signifikan kearah positif
terhadap shareholder
wealth. Free cash flow
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
earning management dan
berpengaruh positif
signifikan terhadap
shareholder wealth.
Leverage berpengaruh
signifikan dengan arah
negatif terhadap earning
management dan
berpengaruh signifikan
dengan arah negatif
terhadap shareholders
wealth.
9 Gita Oktaviany
Wanda Saputri dan
Tarmizi Achmad
(2017)
Manajemen
Laba
Free
Cash Flow,
Financial
Distress,
danEmployee
Diff
Free
cash flow, financial
distress, employee diff
berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap
manajemen laba.
10 Eko Widodo Lo
(2012)
Manajemen
Laba
Kesulitan
Keuangan
Kesulitan keuangan
berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba.
Sumber: Data penelitian yang diolah, 2019
30
C. Kerangka Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang telah
disebutkan diatas, maka kerangka sebagai dasar dalam mengarahkan
pemikiran untuk mengetahui sejauhmana pengaruh kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, free
cash flow, dan financial distress terhadap manajemen laba dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas,
maka kerangka penelitian dalam penelitian ini terdiri dari 5 variabel
independen, yaitu:
1. Kepemilikan Institusional (KI)
2. Kepemilikan Manajerial (KM)
31
3. Dewan Komisaris Independen (DKI)
4. Free Cash Flow (FCF)
5. Financial Distress (FD)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang
diukur menggunakan discretionary accrual (DA) dihitung dengan Modifed
Jones Model (Amertha, 2013).
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun
dalam bentuk kalimat pertanyaan (Priadana dan Muis:2016). Hipotesis ini
didasarkan pada penelitian sebelumnya dan penjabaran teori mengenai
masing-masing variable. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba
Rahmawati (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional
umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan.
Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar
mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen.
Dari beberapa penelitian tersebut maka mekanisme monitoring
yang dilakukan karena adanya kepemilikan institusional akan
menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. Hal tersebut
dikarenakan kepemilikan institusional akan mengawasi lebih kuat,
32
karena investasi mereka yang cukup besar dalam perusahaan. Hal ini
berarti bahwa semakin besar kepemilikan saham oleh investor
institusional maka akan semakin tinggi pula tingkat manajemen laba
(Rahmawati, 2012).
Penelitian mengenai kepemilikan institusional terhadap
manajemen laba telah dilakukan oleh Kusumawardhani (2012) dengan
hasil kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
manajemen laba.
H1: Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap
manajemen laba.
2. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba
Kepemilikan manajerial merupakan saham yang dimiliki oleh
menajemen secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak
cabang perusahaan yang bersangkutan. Menurut Herdian (2015) jika
manajer memiliki kepemilikan pada perusahaan maka manajer akan
bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham, karena
manajer juga memiliki kepentingan di dalamnya. Dengan demikian,
besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam
perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan
antara manajemen dengan pemegang saham.
Indikator pengukuran kepemilikan manajerial adalah persentase
perbandingan jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dengan
33
seluruh jumlah saham perusahaan yang beredar. Artinya, semakin
besar kepemilikan manajerial, maka semakin besar pula
kecenderungan pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba.
Hal ini sesuai dengan penelitian Kusumawardhani (2012) yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
H2: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen
laba
3. Pengaruh dewan komisaris independen terhadap manajemen laba
Dewan komisaris berfungsi untuk memonitor kebijakan direksi
dengan harapan dapat meminimalisir permasalahan agensi yang
muncul antara dewan direksi dan pemengang saham.
Menurut Guna dan Herawaty (2010) Komisaris independen
adalah anggota komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen,
anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali,
serta bebas dari hubungan bisnis dan hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau
bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Penelitian yang
dilakukan oleh Kusumawardani (2012) memperoleh dewan komisaris
34
independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.
Berdasarkan teori dan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya maka dewan kepemilikan manajerial berpengaruh
terhadap manajemen laba dalam perusahaan. Semakin tinggi jumlah
dewan komisaris independen dalam perusahaan, maka semakin baik
untuk mengawasi manajer dalam melakukan kecurangan. Sebaliknya,
jika dewan komisaris independen dalam perusahaan berjumlah sedikit
maka tingkat pengawasan kepada manajer akan melemah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
H3: Dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap
manajemen laba.
4. Pengaruh free cash flow terhadap manajemen laba
Free cash flow perusahaan yang tinggi tanpa adanya
pengawasan yang memadai dapat terjadi karena pihak manajer tidak
dapat memanfaatkan kas yang tersedia secara optimal, atau
menggunakannya untuk investasi yang menguntungkan dirinya
sendiri. Hal tersebut dapat meningkatkan praktik manajemen laba
untuk meningkatkan laporan laba. Sehingga, adanya ketidak efisienan
dalam penggunaan arus kas tersebut bisa tertutupi.
35
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H4 : Free cash flow berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
5. Pengaruh financial distress terhadap manajemen laba
Perusahaan yang mengalami financial distress akan berujung
pada kebangkrutan. Manajemen suatu perusahaan akan cenderung
untuk melakukan manajemen laba. Hal itu dikarenakan manajer harus
mempertanggungjawabkan kinerjanya pada pemegang saham,
sehingga manajer ingin menutupi kondisi perusahaan yang buruk agar
terlihat baik dalam pandangan investor dan stakeholder yang lain.
Hal ini sesuai dengan penelitian Prihantono (2018) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa financial distress berpengaruh
positif terhadap manajemen laba.
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H5: Financial distress berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan jenis permasalahan yang ada dalam judul penelitian,
maka penelitian dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data
berupa angka yang kemudian data tersebut diolah dan dianalisis untuk
mendapatkan suatu informasi ilmiah dibalik angka-angka tersebut (Martono,
2011).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh kumpulan elemen (orang, kejadian,
produk) yang dapat digunakan untuk membuat beberapa kesimpulan.
Populasi bisa disebut sebagai totalitas subjek penelitian (Wijaya,
2013). Populasi dalam penelitian ini yaitu 30 perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Index periode 2014-2018. Peneliti
memilih perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index dengan
alasan saham-saham yang masuk kriteria JII adalah saham-saham
halal, yang operasionalnya tidak mengandung unsur ribawi dan
struktur permodalan perusahaan bukan mayoritas dari hutang. Maka
saham-saham JII ini pada umumnya mempunyai struktur modal yang
37
sehat dan tidak terbebani bunga hutang berlebihan
(www.sahamok.com, 2019).
2. Sampel
Wijaya (2013) menyatakan bahwa sampel merupakan bagian
dari populasi yang diambil atau ditentukan berdasarkan karakteristik
dan teknik tertentu. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah purposive sampling, merupakan teknik non-probability
sampling yang lebih tinggikualitasnya dan merupakan pengembangan
atau penyempurnaan dari metode-metode sebelumnya, dimana
peneliti telah membuat kisi-kisi atau batasan-batasan berdasarkan ciri-
ciri subjek yang akan dijadikan sampel penelitian (Supardi, 2005).
Kriteria-kriteria dalam menentukan sampel yaitu sebagai berikut:
a. Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index periode
2014-2018.
b. Perusahaan yang tidak delisting dalam Jakarta Islamic Index
periode 2014-2018.
c. Data yang tersedia lengkap mengenai kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, free cash
flow, dan financial distress
d. Laporan keuangan tahunan perusahaan sudah dipublikasikan di
website resmi perusahaan yang bersangkutan dan bisa diakses
dari tahun 2014-2018.
38
Sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditetapkan, maka
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 14 perusahaan, dengan
periode pengamatan 5 tahun berturut-turut dari tahun 2014-2018.
Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, maka diperoleh sampel sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Daftar Sampel Perusahaan yang Terdaftar di JII
No Kode Nama Saham
1. ADRO Adaro Energy Tbk
2. AKRA AKR Corporindo Tbk
3. ASII Astra Internasional Tbk
4. BSDE Bumi Serpong Damai Tbk
5. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
6. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
7. KLBF Kalbe Farma Tbk
8. PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk
9. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
10. SMGR Semen Indonesia Tbk
11. SMRA Summarecon Agung Tbk
12. UNTR United Tractors Tbk
13. UNVR Unilever Indonesia Tbk
14. WIKA Wijaya Karya Tbk
Sumber: www.idx.co.id dan www.sahamok.com
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
yakni dengan menggunakan dua cara yaitu:
39
a. Metode kepustakaan
Metode dengan cara penggunaan berbagai jurnal, majalah-
majalah ilmiah, maupun literatur-literatur lainnya yang berkaitan
dengan penelitian.
b. Metode dokumentasi
Metode dengan cara mengumpulkan data yang menjadi
objek penelitian. Data berupa laporan keuangan tahunan yang
diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia yaitu
www.idx.co.id dan www.sahamok.com.
2. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder.
Data sekunder adalah data dari laporan maupun dokumen resmi dari
lembaga yang terkait dengan penelitian (Busro, 2017). Data sekunder
dalam penelitian ini diperoleh dari masing-masing perusahaan.
D. Definisi Operasional
1. Variabel Dependen
Werang, (2015) menyatakan bahwa variabel dependen
merupakan variabel yang dipengaruhi oleh satu atau lebih variabel
independen. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, variabel
dependen dalam penelitian ini, yaitu manajemen laba yang diukur
dengan menggunakan proksi discretionary accruals. Manajemen laba
40
dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu tindakan oportunistik
yang dilakukan oleh manjer untuk menutupi kinerjanya yang buruk
dengan cara menaikan atau menurunkan laba pada laporan keuangan,
sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan kontrak
kerjasama dengan pihak lain
Discretionary accruals (DA) adalah komponen akrual yang
memungkinkan manajer untuk melakukan intervensi dalam
penyusunan laporan keuangan, sehingga laba yang dilaporkan dalam
laporan keuangan tidak mencerminkan nilai atau kondisi perusahaan
yang sesungguhnya (Rahmawati, 2010).
Dechow (1995) dalam Antonia (2008) discretionary accruals
dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model. Model
discretionary accruals adalah sebagai berikut:
TAC = NI – CFO
Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi :
TACt/ At-1 = α1 (1/ At-1) + α2 (ΔREVt/At-1) + α3 (PPEt/ At-1) +e
Menghitung nondiscretionary accruals (NDA)
NDAt = α1 (1/ At-1) + α2 ((ΔREVt-ΔRECt)/At-1) + α3 (PPEt/ At-1)
Menghitung discretionary accruals
DAt = TACt/ At-1 – NDAt
Keterangan :
TAC = total akrual (Total accruals)
NI = laba bersih operasi (net income)
CFO = aliran kas dari aktivitas operasi (cash flow from
41
operation)
At-1 = total aset untuk sampel perusahaan i pada akhir tahun t-1
ΔREVt = perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke
tahun t
ΔRECt = perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
PPEt = aktiva tetap (property, plant and equipment) perusahaan
tahun t
NDAt = nondiscretionary accruals pada tahun t
DAt = discretionary accruals perusahaan i pada periode t
α = fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada
perhitungan total accruals.
2. Variabel Independen
Variabel Independen adalah variabel yang memengaruhi atau
yang menjadi sebab terjadinya variabel dependen (Werang, 2015).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
a. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional adalah jumlah persentase hak
suara yang dimiliki oleh institusi. Kepemilikan institusional
diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh
institusi terhadap seluruh modal saham perusahaan (Pagalung
dan Jao, 2011). Untuk menghitung kepemilikan institusional,
digunakan rumus:
KI %
42
b. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham
perusahaan oleh pihak manajemen. Kepemilikan manajerial
diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki oleh manajer
dan dewan komisaris perusahaan (Hidayanti dan Paramita,
2014). Untuk menghitung kepemilikan manajerial, digunakan
rumus:
KM %
c. Dewan Komisaris Independen
. Dewan komisaris independen merupakan anggota dewan
komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan,
kepemilikan, pengukuran saham, hubungan keluarga dengan
anggota dewan komisaris lainnya direksi atau pemegang saham
pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen. Komposisi dewan
komisaris independen diukur berdasarkan persentase dewan
komisaris yang dimiliki oleh perusahaan (Hidayanti dan
Paramita, 2014). Untuk menghitung dewan komisaris
independen, digunakan rumus:
DKI %
43
d. Free Cash Flow
Free cash flow merupakan gambaran jumlah kas yang
tersedia setelah dikurangi biaya untuk mempertahankan asset
dan persyaratan investasi (Saputri dan Achmad, 2017). Untuk
menghitung free cash flow, digunakan rumus:
FCFit = CFOit – CEit – ΔNWCit-t-1
Keterangan:
FCFit = Free cash flow perusahaan i pada tahun t
CFOit = Cash flow from operations perusahaan i pada
tahun t
Ceit = Capital Expenditures perusahaan i pada tahun t
∆NWCit = Selisih Net Working Capital (modal kerja bersih)
perusahaan i pada tahun t dengan perusahaan.
e. Financial Distress
Financial distress merupakan keadaan perusahaan
sebelum dinyatakan bangkrut ataupun diakuisisi, dimana
perusahaan mengalami penurunan keuangan. Dari penelitian
Eko Widdodo Lo, (2012) financial distress sebagai variabel
bebas diukur dengan model Altman (Z-score). Hasil penelitian
Anggreani (2003) dalam Noviantari dan Ratnadi (2015)
menunjukkan bahwa model Altman merupakan model prediksi
44
financial distress yang terbaik. Maka dari itu, financial distress
dalam penelitian ini diukur dengan model Altman.
Altman membentuk 3 rumus Z-Score dimana ketiga rumus
tersebut diperuntukan bagi 3 kategori perusahaan yang berbeda
yaitu perusahaan terbuka (public manufactur), perusahaan yang
tertutup (private firm), perusahaan bukan (non-manufactur) dan
pemakai umum lainnya (general use) Aditya (2018). Untuk
menghitung financial distress digunakan rumus (Altman, 2000):
Z = 0,012 X1 + 0,014 X2 + 0,033 X3 + 0.006 X4 + 0,999 X5
Keterangan:
1. Model Kerja terhadap Total Aset (X1)
Rasio modal kerja terhadap total asset digunakan
untuk mengukur kemampuan sebuah perusahaan dalam
menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total
asset pada perusahaan tersebut. Rasio modal kerja
terhadap total asset dihitung dengan membagi modal kerja
bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih dapat
diperoleh yaitu menggunakan perhitungan aktiva lancar
dikurangi dengan kewajiban lancar.
45
2. Laba Ditahan terhadap Total Aset (X2)
Rasio laba ditahan terhadap total aset digunakan
untuk menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan guna
menghasilkan laba ditahan dari total aktiva pada
perusahaan. Laba ditahan yaitu laba yang tidak boleh
dibagikan kepada pemegang saham. Jika semakin besar
rasio laba ditahan terhadap total asset maka akan
menunjukkan semakin besar peranan laba ditahan yang
dapat membentuk yaitu dana perusahaan. Jika semakin
kecil rasio laba ditahan terhadap total asset maka akan
menunjukkan sebagai kondisi keuangan yang dapat
dikatakan tidak sehat. Data dapat diperoleh pada bagian
laporan neraca pada perusahaan.
3. EBIT terhadap Total Aset (X3)
Ukuran ini bertujuan untuk mengukur seberapa
besar kemampuan perusahaan menghasilkan profitabilitas
menggunakan keseluruhan asset tanpa melihat unsur utang
yang digunakan.
4. Market Value of Equity terhadap Total Utang (X4)
Rasio Market Value of Equity atau nilai pasar
ekuitas terhadap total utang ini dapat menunjukkan
46
kemampuan tingkat hutang pada perusahaan. Market
Value of Equity dapat diperoleh dengan cara menghitung
harga saham dikalikan dengan jumlah saham berederar.
Total utang dapat diperoleh dengan menjumlahkan
kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang.
Altman menggunakan rumus ini karena memandang
bahwa utang yang besar bagi perusahaan sangat
mengancam keberlangsungan perusahaan, baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
5. Penjualan terhadap Total Aset (X5)
Rasio penjualan terhadap total asset dapat
menunjukkan kemampuan pada tingkat efisiensi dalam
penggunaan semua aktiva perusahaan untuk dapat
menghasilkan volume penjualan. Jika semakin besar nilai
pada rasio penjualan terhadap total asset ini maka efisiensi
penggunaan semua aktiva didalam dapat menghasilkan
penjualan yang semakin aman. Jika semakin rendah rasio
penjualan terhadap total asset maka akan menunjukkan
semakin rendahnya tingkat pendapatan pada perusahaan,
maka kondisi keuangan pada perusahaan dapat dikatakan
tidak sehat. Nilai penjualan dapat diperoleh pada laporan
47
laba rugi pada erusahaan dan nilai total asset dapat
diperoleh pada laporan neraca pada perusahaan.
E. Alat Analisis
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Pengolahan data
dilakukan menggunakan alat komputer untuk mengaplikasikan program
SPSS. Data diolah menggunakan microsoft excel sebelum diolah
menggunakan SPSS (Statistical Package Social Science) versi 22 sesuai
dengan keinginan pengguna (user) secara cepat dan tepat.
Analisis data ini dilakukan dengan Uji Statistik Deskriptif, Uji Asumsi
Klasik, dan Uji Regresi Linier Berganda.
1. Uji Statistik Deskriptif
Menurut Rusman (2015) statistik deskriptif merupakan suatu
metode atau cara-cara yang digunakan untuk meringkas dan mendata
dalam bentuk table, grafik, atau ringkasan, numeric dan data. Statistik
deskriptif merupakan statistika yang menggunakan data suatu
kelompok untuk menjelaskan atau menarik kesimpulan mengenai
kelompok itu saja. Uji statistik deskriptif ini dilakukan untuk
mengetahui gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum. Uji
statistik deskriptif digunakan agar data dapat tersaji dengan ringkas
sehingga dapat terlihat ukuran persebaran datanya normal atau tidak.
48
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2013). Data
yang baik adalah data yang memiliki distribusi normal. Jika
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid jika
jumlah sampel kecil.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi. Salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah Uji
Durbin-Watson (DW test). Uji Durbin Watson digunakan untuk
autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) serta
mensyaratkan adanya konstanta dalam model regresi dan tidak
ada variabel lagi diantara variabel independen. Hipotesis yang
akan diuji yaitu H0= tidak ada autokorelasi (r=0) dan HA= ada
autokorelasi (r≠0) (Ghozali, 2013). Berikui ini table pegambilan
keputusan ada atau tidaknya autokorelasi:
49
Tabel 3.2
Kriteria Autokorelasi Durbin Watson
Hipotesis 0 keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <dl
Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada
keputusan
dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada
keputusan
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi, positif
atau negatif
Tidak Tolak du < d < 4 – du
Sumber: Ghozali, (2013)
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya korelasi antar variable bebas (independent variable).
Teknik pendeteksian multikolonieritas ada beberapa cara, salah
satunya menggunakan metode VIF (Varian Inflation Faktor) dan
nilai toleransi serta matrik korelasi. Nilai VIF berlawanan
dengan nilai tolerance. Ketika nilai tolerance nya rendah maka
nilai VIF nya tinggi dan sebaliknya. Data bisa dikatakan bias
dan terjangkit gejala multikolinieritas apabila nilai tolerance ≤
0,10 dan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2013).
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
50
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2013).
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedassisitas dalam
penelitian ini menggunakan metode uji white, yaitu meregresi
residual kuadrat (U2t) dengan variable independen, variable
independen kuadrat dan perkalian (interaksi) variabel
independen.
Model regresi yang baik adalah yang tidak mengandung
adanya heteroskedastisitas. Pengambilan keputusan didapat dari
nilai R2 untuk menghitung c
2, dimana c
2 = n x R
2. Jika nilai c2
hitung < c2 tabel maka dapat disimpulkan tidak terjadi adanya
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
51
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Free
Cash Flow, dan Financial Distress terhadap Manajemen Laba pada
Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2014-2018.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui
situs www.idx.co.id dan www.sahamok.com diketahui bahwa populasi
dalam penelitian ini yaitu Perusahaan yang terdaftar di JII sebanyak 30
perusahaan. Setelah dilakukan seleksi berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan, diperoleh sampel sebanyak 14 perusahaan. Penentuan sampel
menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria yang telah
dijelaskan pada Bab III.
B. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang diteliti
menjadi informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami. Dalam penelitian
ini variabel yang digunakan adalah manajemen laba (DA) sebagai variabel
dependen, dan variabel independen yang meliputi kepemilikan institusional
(KI), kepemilikan manajerial (KM), dewan komisaris independen (DKI),
52
free cash flow (FCF), dan financial distress (FD). Untuk mendiskripsikan
dan menguji pengaruh antara variabel dependen dan independen, berikut ini
disajikan deskripsi data yang telah diperoleh dan diolah menggunakan
program SPSS 22:
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
KI 55 .38 .85 .5822 .12666
KM 55 .00 .03 .0033 .00640
DKI 55 .29 .80 .4193 .11536
FCF 55 2.05 2.99 2.4869 .26781
FD 55 .80 5.52 2.7065 1.36415
DA 55 1.20 3.60 2.3060 .54768
Valid N (listwise) 55
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Tabel 4.1 menunjukkan gambaran atau deskripsi data dari variabel-
variabel dalam penelitian ini.
1. Kepemilikan Institusional (KI) dalam penelitian ini memiliki nilai
minimum sebesar 0,38 dan nilai maksimum sebesar 0,85. Nilai rata-
rata (mean) dari kepemilikan institusional dalam penelitian ini sebesar
0,5822, dengan standar deviasi (Std. Deviation) sebesar 0,12666.
2. Kepemilikan Manajerial (KM) dalam penelitian ini memiliki nilai
minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 0,03. Nilai rata-
rata (mean) dari kepemilikan manajerial dalam penelitian ini sebesar
53
0,0033. Nilai standar deviasi (Std. Deviation) kepemilikan manajerial
menunjukkan sebesar 0,00640
3. Dewan Kepemilikan Institusional (DKI) dalam penelitian ini memiliki
nilai minimum sebesar 0,29 dan nilai maksimum sebesar 0,80. Nilai
rata-rata (mean) dari dewan kepemilikan institusional dalam penelitian
ini sebesar 0,4193. Nilai standar deviasi (Std. Deviation) dewan
kepemilikan institusional menunjukkan sebesar 0,11536.
4. Free Cash Flow (FCF) dalam penelitian ini memiliki nilai minimum
sebesar 2,05 dan nilai maksimum sebesar 2,99. Nilai rata-rata (mean)
dari free cash flow dalam penelitian ini sebesar 2,4869. Nilai standar
deviasi (Std. Deviation) free cash flow menunjukkan sebesar 0,26781.
5. Financial Distress (FD) dalam penelitian ini memiliki nilai minimum
sebesar 0,80 dan nilai maksimum sebesar 5,52. Nilai rata-rata (mean)
dari financial distress dalam penelitian ini sebesar 2,7065. Nilai
standar deviasi (Std. Deviation) financial distress menunjukkan
sebesar 1,36415.
6. Manajemen Laba (DA) dalam penelitian ini memiliki nilai minimum
sebesar 1,20 dan nilai maksimum sebesar 3,60. Nilai rata-rata (mean)
dari manajemen laba dalam penelitian ini sebesar 2,3060. Nilai
standar deviasi (Std. Deviation) manajemen laba menunjukkan sebesar
0,54768.
54
C. Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan uji statistik yaitu Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai
signifikansi > 0,05 maka data tersebut memiliki distribusi normal.
Berikut merupakan hasil uji normalitas pada penelitian ini:
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 55
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .45013237
Most Extreme Differences Absolute .080
Positive .080
Negative -.078
Test Statistic .080
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan table 4.2 dapat dilihat bahwa nilai test statistic
Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,080 dan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar
0,200 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Dilihat dari nilai Aysmp. Sig.(2-tailed) yang lebih dari 0,05.
55
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji model regresi linier
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi mnggunakan uji Durbin-
Watson. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi autokorelasi.
Berikut merupakan hasil pengujian autokorelasi:
Tabel 4.3
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .570a .324 .256 .47254 2.094
a. Predictors: (Constant), FD, KM, FCF, DKI, KI
b. Dependent Variable: DA
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.3 hasil uji autokorelasi dengan
menggunakan uji Durbin-Watson diperoleh nilai 2,094. Berdasarkan
dengan N = 55 dan k = 5, taraf signifikansi yang digunakan (α) 0,05
didapatkan dL=1,3743 dan dU=1,7681. Jadi dU (1,7681) < DW
(2,094) < 4-dU (2,2319) maka dapat disimpulkan tidak terjadi
autokorelasi.
56
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terdapat korelasi antara variabel independen. Model
regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi antara variabel
independen. Jika nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka tidak
terjadi multikolonieritas. Berikut hasil uji multikolonieritas pada
penelitian ini:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.554 .698 5.093 .000
KI -.367 .608 -.085 -.603 .549 .697 1.434
KM -26.678 10.685 -.312 -2.497 .016 .885 1.130
DKI -.005 .663 -.001 -.007 .994 .707 1.415
FCF -.527 .265 -.258 -1.992 .052 .823 1.215
FD .135 .057 .337 2.377 .021 .688 1.454
a. Dependent Variable: DA
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Hasil uji multikolonieritas pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa semua
variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang
dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi
multikolonieritas.
57
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk menentukan ada atau tidak
heteroskedastisitas menggunakan uji white yaitu dengan menghitung
C2
dimana C2 hitung < C
2 tabel. Berikut hasil uji heteroskedastisitas
pada penelitian ini:
Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .733a .538 .266 .20159
a. Predictors: (Constant), X4X5, X22, X42, DKI, KI, X2X3, X2X5, X52,
X2X4, X32, X1X5, X3X5, X12, X1X4, X3X4, FD, X1X2, FCF, X1X3, KM
b. Dependent Variable: RES_2
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan uji white diperoleh nilai R2
sebesar 0,538. Berdasarkan
dengan N = 55 taraf signifikansi yang digunakan (α) 0,05. Didapatkan
C2
hitung sebesar 0,538 x 55 = 29,59 dengan C2 tabel sebesar
72,15322. C2 hitung < C
2 tabel atau 29,59 < 72,15322 maka dapat
disimpulkan jika model regresi yang diteliti tidak terdapat
heteroskedastisitas.
58
D. Analisis Regresi Linier Berganda
Uji regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.6
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Variabel B
(Constant) 3.554
KI -.367
KM -26.678
DKI -.005
FCF -.527
FD .135
a. Dependent Variable: DA Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Persamaan regresi variabel dependen dan independen dari tabel 4.6
adalah:
Y = 3,3554 – 0,367X1 – 26,678X2 – 0,005X3 − 0,527X4 + 0,135X5 + ɛ
Persamaan regresi linier berganda dapat diartikan sebagai berikut:
1. Konstanta sebesar 3,554 menyatakan bahwa apabila variabel
independen dianggap konstan, maka rata-rata manajemen laba adalah
sebesar 3,554.
2. Kepemilikan Institusional (KI) memiliki koefisien regresi dengan arah
negatif sebesar -0,367. Hal tersebut berarti setiap ada peningkatan
59
kepemilikan institusional sebesar 1% maka akan menurunkan
manajemen laba sebesar 0,367% dengan asumsi variabel independen
lainnya bernilai tetap.
3. Kepemilikan Manajerial (KM) memiliki koefisien regresi dengan arah
negatif sebesar –26,678. Hal tersebut berarti setiap ada peningkatan
kepemilikan manajerial sebesar 1% maka akan menurunkan
manajemen laba sebesar 26,678% dengan asumsi variabel independen
lainnya bernilai tetap.
4. Dewan Komisaris Independen (DKI) memiliki koefisien regresi
dengan arah negatif sebesar –0,005. Hal tersebut berarti setiap ada
peningkatan dewan komisaris independen sebesar 1% maka akan
menurunkan manajemen laba sebesar 0,005% dengan asumsi variabel
independen lainnya bernilai tetap.
5. Free Cash Flow (FCF) memiliki koefisien regresi dengan arah negatif
sebesar −0,527. Hal tersebut berarti setiap ada peningkatan free cash
flow sebesar 1% maka akan menurunkan manajemen laba sebesar
0,527% dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.
6. Financial Distress (FD) memiliki koefisien regresi dengan arah positif
sebesar 0,135. Hal tersebut berarti bahwa setiap ada peningkatan
Financial Distress sebesar 1% maka akan meningkatkan manajemen
laba sebesar 0,135% dengan asumsi variabel independen lainnya
bernilai tetap.
60
E. Pengujian Kelayakan Model
1. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dengan menggunakan nilai Adjusted R
Square dari model regresi yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar kemampuan variabel-variabel independenmdalam menerangkan
variabel dependen. Berikut ini merupakan hasil uji koefisien
determinasi:
Tabel 4. 7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .570a .324 .256 .47254
a. Predictors: (Constant), FD, KM, FCF, DKI, KI
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.7 hasil uji koefisien determinasi
menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square yaitu 0,256. Hal tersebut
menunjukkan bahwa 25,6% variasi besarnya manajemen laba dapat
dijelaskan oleh variasi kepemilikan institusional, kepemilikan
manajeral, dewan komisaris independen, free cash flow, dan financial
distress. Adapun sisanya 74,4% dijelaskan oleh variabel lain di luar
model.
61
2. Uji Statistik F (Uji F)
Uji statistik F (uji F) bertujuan untuk menguji apakah variabel
independen yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
dewan komisaris independen, free cash flow, dan financial distress
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen yaitu
manajemen laba. Hasil uji sratistik F dilihat dengan nilai signifikansi
< 0,05 dan nilai Fhitung> Ftabel. Berikut ini merupakan hasil uji statistic
F:
Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.256 5 1.051 4.708 .001b
Residual 10.941 49 .223
Total 16.197 54
a. Dependent Variable: DA
b. Predictors: (Constant), FD, KM, FCF, DKI, KI
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan uji statistik F pada tabel 4.8, menunjukkan hasil uji Fhitung
4,708 dan signifikansi 0,001. Nilai signifikansi yaitu 0,001 lebih kecil dari 0,05.
Nilai Fhitung 4,708 > Ftabel 2,40 (dfN1=k-1=6-1=4 dan dfN2=N-k=55-6=49). Hal
tersebut menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, dewan komisaris independen, free cash flow, dan financial distress
secara bersama-sama berpengaruh terhadap manajemen laba.
62
3. Uji Hipotesis (Uji T)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel independen dalam model regresi berpengaruh secara individu
terhadap variabel dependen, dalam penelitian ini menggunakan
signifikansi sebesar 0,05.
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik T
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 3.554 .698 5.093 .000
KI -.367 .608 -.085 -.603 .549
KM -26.678 10.685 -.312 -2.497 .016
DKI -.005 .663 -.001 -.007 .994
FCF -.527 .265 -.258 -1.992 .052
FD .135 .057 .337 2.377 .021
a. Dependent Variable: DA
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi
kepemilikan institusional yaitu 0,549 lebih besar dari 0,05. Hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba dengan arah hubungan negatif.
63
Nilai signifikansi kepemilikan manajerial yaitu 0,016 lebih kecil dari
0,05. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap manajemen laba dengan arah hubungan negatif.
Nilai signifikansi dewan komisaris independen yaitu 0,994 lebih dari
0,05. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dewan kepemilikan independen
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dengan arah hubungan negatif.
Nilai signifikansi free cash flow yaitu 0,052 lebih dari 0,05. Hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa free cash flow tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba dengan arah hubungan negatif.
Nilai signifikansi financial distress yaitu 0,021 lebih kecil dari 0,05.
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa financial distress berpengaruh
terhadap manajemen laba dengan arah hubungan positif.
F. Pembahasan
1. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba
Hasil analisis menunjukkan bahwa t signifikansi 0,549 > 0,05
dan koefisien negatif yang menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, dapat disimpulkan bahwa H1
ditolak yang berarti variabel kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Kondisi ini mendukung penelitian dari Yogi dan Damayanthi
(2016) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak
64
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini disebabkan karena
sebagian investor institusional merupakan pemilik sementara
(transient investors) yang lebih terfokus pada current earnings.
Kristiani et al., (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, karena
masih banyak institusi yang kurang aktif dalam memberikan tekanan
pada aktifitas manajemen, kurangnya pengawasan pihak institusional
terhadap kerja pihak manajemen.
Hidayanti dan Paramita (2014) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba
riil, dengan alasan kepemilikan institusional yang ditunjukkan dengan
besarnya kepemilikan saham dalam perusahaan tidak merubah prilaku
manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba riil, ini juga
menunjukkan ketidakmampuan institusional untuk mengendalikan
pihak manajemen melalui proses monitoring sehingga proses
pengawasan yang dilakukan menjadi kurang efektif, sehingga tidak
dapat mengurangi pihak manajemen dalam melakukan praktik
manajemen laba riil.
Agustia (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hal ini dikarenakan investor institusional tidak berperan sebagai
sophisticated investors.
65
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mahariana dan
Ramantha (2014) kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba dengan alasan banyak sedikitnya hak suara
yang dimiliki oleh institusi tidak dapat mempengaruhi tingkat besar
kecilnya manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen.
2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba
Hasil analisis menunjukkan bahwa t signifikansi kepemilikan
manajerial yaitu 0,016 < 0,05 dan koefisien negatif yang menunjukkan
bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan
terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas,
dapat disimpulkan bahwa H2 diterima dengan arah negatif yang berarti
variabel kepemilikanmanajerial berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
Hal ini mendukung hasil penelitian Sari dan Putri (2014) yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Shleifer dan Vishny (1996)
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap manajemen laba, dengan alasan kepemilikan
saham yang rendah, maka intensif terhadap kemungkinan terjadinya
perilaku oportunistik manajer akan meningkat.
66
Jao dan Pagalung (2011) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan
meningkatkan kepemilikan manajerial akan menyelaraskan atau
menyatukan kepentingan manajer dengan pemegang saham sehingga
mengurangi perilaku oportunistik. Manajer akan ikut merasakan
manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut menanggung kerugian
sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.
Riadiani dan Wahyudin (2015) menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba.
Para manajer yang memiliki saham perusahaan cenderung mengambil
kebijakan untuk mengelola laba dengan sudut pandang keinginan
investor. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kepemilikan oleh
manajemen masih belum mampu membuat menajemen mengurangi
tindak manajemen laba yang mereka lakukan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Antonia (2008)
menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan
negatif terhadap manajemen laba, yang menyatakan bahwa
kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan dapat
memperkecil terjadinya praktik manajemen laba karena adanya
kewajiban yang mereka tanggung dari jumlah saham yang mereka
miliki.
67
3. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen
Laba
Hasil analisis menunjukkan bahwa t signifikansi 0,994 > 0,05
dan koefisien negatif yang menunjukkan bahwa dewan komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan
hasil uji hipotesis di atas, dapat disimpulkan bahwa H3 ditolak yang
berarti variabel dewan komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Kondisi ini mendukung penelitian Muid (2009) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba, dengan alasan pengangkatan
komisaris independen oleh perusahaan hanya dilakukan untuk
pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan
good corporate governance di dalam perusahaan.
Agustia (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa proporsi
dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba karena keberadaan dewan komisaris independen di perusahaan
publik masih sekedar untuk memenuhi ketentuan pihak regulator
(pemerintah) saja, sehingga besar kecilnya jumlah dewan komisaris
independen di perusahaan tidak bisa membatasi terjadinya praktik
manajemen laba.
Menurut Guna dan Arleen (2010) dewan komisaris independen
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba karena keberadaan
68
komisaris independen dalam perusahaan gagal menjadi salah satu
mekanisme good corporate governance dalam mendeteksi manajemen
laba.
Boediono (2005) dalam Indriastuti (2012) menyatakan bahwa
dewan komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap manajemen laba karena penambahan anggota komisaris
independen dimungkinkan hanya untuk memenuhi ketentuan formal,
sementara pemegang saham mayoritas masih memegang peranan
penting sehingga kinerja dewan tidak meningkat bahkan menurun.
Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Antonia (2008)
menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba karena bagian dari komisaris perseroan
tidak melakukan fungsi pengawasan secara baik terhadap manajemen.
Sehingga kemungkinan manipulasi dalam menyajikan laporan
keuangan yang mungkin dilakukan manajemen tidak dapat
dikendalikan oleh jumlah anggota dewan komisaris independen yang
semakin besar.
Santoso dan Putjolaksono (2013) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Hal ini dikarenakan pengangkatan komisaris
independen hanya dilakukan untuk memenuhi regulasi sesuai dengan
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-
2004.
69
4. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Manajemen Laba
Hasil analisis menunjukkan bahwa t signifikansi 0,052 > 0,05
dan koefisien negatif yang menunjukkan bahwa free cash flow tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil uji hipotesis
di atas, dapat disimpulkan bahwa H4 ditolak yang berarti variabel free
cash flow tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Maulidina dan
Kristanti (2018) yang menyatakan bahwa free cash flow tidak
memiliki pengaruh terhadap manajemen laba, hal ini berarti bahwa
arus kas bebas yang dihasilkan perusahaan tidak akan mempengaruhi
manajer untuk melakukan manajemen laba.
Herlambang (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa free
cash flow berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
manajemen laba. Hal ini dikarenakan free cash flow merupakan
determinan penting dalam penentuan nilai perusahaan, sehingga
manajer perusahaan lebih terfokus pada usaha untuk meningkatkan
free cash flow. Perusahaan dengan free cash flow yang tinggi
cenderung tidak akan melakukan manajemen laba, karena meskipun
tanpa adanya manajemen laba, perusahaan sudah bisa meningkatkan
harga sahamnya karena investor melihat bahwa perusahaan tersebut
mempunyai kelebihan kas untuk pembagian deviden.
70
5. Pengaruh Financial Distress terhadap Manajemen Laba
Hasil analisis menunjukkan bahwa t signifikansi 0,021 < 0,05
dan koefisien positif yang menunjukkan bahwa financial distress
berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil uji hipotesis
di atas, dapat disimpulkan bahwa H5 diterima yang berarti variable
financial distress berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Saputri dan
Achmad (2017). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa financial
distress berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa, jika suatu perusahaan yang
mengalami financial distress berujung dengan kebangkrutan,
manajemen suatu perusahaan akan cenderung untuk melakukan
manajemen laba. Hal itu dikarenakan manajer harus
mempertanggungjawabkan kinerjanya pada pemegang saham,
sehingga manajer ingin menutupi kondisi perusahaan yang buruk agar
terlihat baik dalam pandangan investor dan stakeholders yang lain.
Prihantono (2018) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
financial distress berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Dengan alasan semakin tinggi masalah kesulitan pendanaan pada
perusahaan, maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya praktik
manajemen laba. Manajemen berusaha mengatasi masalah pendanaan
dengan memanipulasi laba yang ada, guna menarik minat para
investor.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Free
Cash Flow, dan Financial Distress terhadap Manajemen Laba pada
Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2014-2018.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Hal ini dikarenakan investor institusional tidak
berperan sebagai sophisticated investors.
2. Variabel Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif signifikan
terhadap manajemen laba. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya
investor manajerial akan menyelaraskan kepentingan manajer dengan
pemegang saham, sehingga mengurangi perilaku oportunistik.
Manajer akan ikut merasakan manfaat dari keputusan yang diambil
dan ikut menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan
keputusan yang salah.
3. Variabel Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Hal ini dikarenakan pengangkatan komisaris
independen hanya dilakukan untuk memenuhi regulasi sesuai dengan
72
keputusan Direksi Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia
Nomor: 33/POJK.04/2014.
4. Variabel Free Cash Flow tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan free cash flow
yang tinggi cenderung tidak melakukan manajemen laba, karena
meskipun tanpa adanya manajemen laba, perusahaan sudah bisa
meningkatkan harga sahamnya karena investor melihat bahwa
perusahaan memiliki kelebihan kas untuk pembagian dividen.
5. Variabel Financial Distress berpengaruh positif terhadap manajemen
laba. Hasil ini menunjukkan bahwa jika perusahaan mengalami
financial distress maka perusahaan akan berujung pada kebangkrutan.
Oleh karena itu, manajemen akan cenderung melakukan manajemen
laba. Hal ini dikarenakan manajer harus mempertanggungjawabkan
kinerjanya. Sehingga, dengan melakukan manajemen laba manajer
bisa menutupi kondisi perusahaan yang buruk agar terlihat baik dalam
pandangan investor.
B. Keterbatasan Penelitian
Beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini hanya mengambil sampel selama lima tahun yaitu dari
tahun 2014 sampai dengan tahun 2018.
73
2. Variabel independen yang diteliti hanya terbatas pada kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen,
free cash flow, dan financial distress.
3. Objek yang diteliti terbatas pada perusahaan yang terdaftar dalam
Jakarta Islamic Index.
4. Kurangnya referensi atau penelitian terdahulu yang membahas free
cash flow dan financial distress.
C. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel penelitian
yang lain karena semakin banyak variasi data dan pembanding
sehingga penelitian yang dilakukan akan lebih akurat.
2. Bagi peneliti selanjutnya bisa melakukan penelitian dengan cakupan
objek yang lebih luas.
3. Bagi peneliti selanjutnya bisa menambah referensi dari berbagai
sumber seperti jurnal internasional maupun e-book dan lain
sebagainya.
4. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya memperhatikan variabel
independen yang digunakan. Karena dalam penelitian ini variabel
independen hanya mampu menjelaskan 25,6 % dari variabel
dependen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variable lain yang belum
diteliti.
74
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Buntar P. dkk. 2018. Analisis Good Corporate Governance, Free Cash
Flow, Leverage, terhadap Earning Management, dan Shareholder Wealth
pada Perusahaan Sektor Jasa yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Ekonomi & Bisnis (online), Vol.2, No.2, (http://jurnal.untag-sby.ac.id,
diakses pada 4 September 2019).
Aditya, Lanny. 2018. Analisis Efektif Model Pendeteksian Kebangkrutan dalam
Memprediksi Terjadinya Financial Distress,
(http://jurnal.stiemuhcilacap.ac.id, diakses pada tangga 5 September 2019).
Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta:
Salemba Empat.
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh
Kantor Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Agustia, Dian. 2013. Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash
Flow, dan Leverage terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan (online), Vol.15, No.1, (https://jurnalakuntansi.petra.ac.id,
diakses pada 27 September 2018).
Altman, Edward I. 2000. Predicting Financial Distress Of Companies: Revisting
The Z-Score And Zeta Models. Journal of Banking & Finance (online),
Vol.9, No.2, (http://citeseerx.ist.psu.edu, diakses pada tanggal 19 September
2019).
Amertha, Indra Satya Prasavita. 2013. Pengaruh Return On Asset pada Praktik
Manajemen Laba dengan Moderasi Corporate Governance. E-Jurnal
Akuntansi Udayana (online), Vol.4, No.2, (http://ojs.unud.ac.id, diakses
pada tanggal 10 September 2019).
Andini, Elisabeth dan H. Sri Sulistyanto. 2011. Analisi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Bisnis
(online), Vol.9, No.18, (http://jurnal.unika.ac.id, diakses pada tanggal 2
September 2019).
Anggraeni, Riske Meitha dan P. Basuki Hadiprajitno. 2013. Pengaruh Struktur
Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Praktik Corporate
Governance terhadap Manajemen Laba. Journal of Accounting (online),
Vol.2, No.3, (http://ejournal3.undip.ac.id, diakses pada 4 September 2019).
Antonia, Edgina. 2008. Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial, dan Proporsi
75
Komite Audit Independen terhadap Manajemen Laba.
(http://enprints.undip.ac.id, diakses pada 1 September 2019).
Atmaja, Lukas Setia. 2003. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: ANDI offset.
Busro, Muhammad. 2017. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: Expert.
Carolina, Verani. dkk. 2017. Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi
Kondisi Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2015. Jurnal
Akuntansi Maranatha (online). Vol.9, No.2, (http://journal.maranatha.edu,
diaksses pada tanggal 12 September 2019)..
Darmawati, Deni. 2003. Corporate Governance dan Manajemen Laba: Suatu Studi
Empiris. Jurnal Bisnis dan Akuntansi (online). Vol.5, No.1,
(http://jurnaltsm.id, diakses pada tanggal 1 September 2019).
Dwijayanti, S, Petrica Febrina. 2010. Penyebab, Dampak, dan Prediksi dari
Financial Distress serta Solusi untuk Mengatasi Financial Distress. Jurnal
Akuntansi Kontemporer (online). Vol.2, No.2. (http://media.neliti.com,
diakses pada tanggal 11 September 2019).
Endraswaati, Hikmah. 2006. Corporate Governance: Struktur Kepemilikan,
Kinerja Jangka Panjang Saham, dan Stabilitas Manajemen Puncak di
Indonesia. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Endraswati, Hikmah. 2012. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan
Deviden terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Hutang sebagai
Variabel Moderating pada perusahaan di BEI. Inverensi. Vol.1, No.1.
(http://www.muqtasid.iainsalatiga.ac.id, diakses pada tanggal 19 September
2019).
Fahmi, Irham. 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21. Semarang: Undip.
Guna, Welvin I dan Arleen Herawaty. 2010. Pengaruh mekanisme Good
Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor
Lainnya terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi (online),
Vol.12, No.1, (http://jurnaltsm.id, diakses pada 29 Agustus 2019).
Herdian, Christopher Henry. 2015. Pengaruh Good Corporate Governance,
Profitabilitas, Free Cash Flow, dan Laverage terhadap Manajemen Laba,
(http://enprints.undip.ac.id, diakses pada 4 September 2019).
76
Herlambang, Akbar Roy. dkk. 2017. Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan
Financial Laverage terhadap Manajemen Laba dengan Good Corporate
Governance sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Riau (online), Vol.4, No.1, (http://neliti.com, diakses
pada tanggal 30 Agustus 2019).
Hidayanti, Eri dan Ratna Widjayanti Dahniar Paramita. 2014. Pengaruh Good
Corporate Governance terhadap Praktik Manajemen Laba Riil pada
Perusahaan Manufaktur. Jurnal Wiga (online), Vol.4, No.2,
(https://www.neliti.com, diakses pada 27 September 2018).
Imelia, Septi. 2015. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Pajak
dengan Indikator Tarif Pajak Efektif (ETR) pada Perusahaan LQ45 yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012. Jom Fekon
(online), Vol. 2, No.1, (http://media.neliti.com, diakses pada 27 September
2019).
Indriastuti, Maya. 2012. Analisis Kualitas Auditor dan Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba. Eksistensi (online), Vol.4, No.2,
(http://cyber.unissula.ac.id, diakses pada 27 Februari 2019).
Jao, Robert dan gagaring Pagalung. 2011. Corporate Governance, Ukuran
Perusahaan dan Leverage terhadap Manajemen Laba Perusahaan
Manufaktur Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing (online), Vol.8, No.1,
(http://undip.ac.id, diakses pada 31 Agustus 2019).
Jensen, Michael C. 1986, Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Firm, and
Take Ofer. American Ekonomic Review. May 1986, Vol.76, No2, pp.323-
329.
Jensen, Michael C dan William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm:
Managerial Behavior Agency Costs and Ownership Structure. Journal of
Financial Economics. Vol 3, No 4, 305-360.
Kristiani, Kadek Emi. Dkk. 2014. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi
Undiksha (online), Vol.2, No.1, (https://ejournal.undiksha.ac.id, diakses
pada tanggal 1 September 2019).
Kusumawardhani, Indra. 2012. Pengaruh Corporate Governance, Struktur
Kepemilikan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Jurnal
Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi (online), Vol.9, No.1,
(http://unisri.ac.id, diakses pada 27 Februari 2018).
77
Laksamana, M. Samryn. 2001. Akuntansi Manajerial. Malang: UMM Pers.
Limantauw, Shirly. 2018. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Sebagai
Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Tingkat Konservatisme
Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi (Online), Vol.1, No.1,
(http://jpurnal.unnes.ac.id, diakses pada tanggal 12 September 2019)
Lo, Eko Widodo. 2012. Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan terhadap
Manajemen Laba: Teori Keagenan Versus Teori Signaling. Jurnal Riset
Akuntansi dan Keuangan (online), Vol.8, No.1, (http://e-
journalfb.ukdw.ac.id, diakses pada 27 Februari 2018).
Mahariana, I Dewa Gede Pingga dan I Wayan Ramantha. 2014. Pengaruh
Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional terhadap
Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana (online), Vol.7,
No.3, (https://ojs.unud.ac.id, diakses pada tanggal 1 September 2019).
Martono.2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonisia.
Maulidina, Yulina dan Farida Titik Kristanti. 2018. Pengaruh Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Free Cash Flow
terhadap Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2014-2017). Jurnal Aksara Public (online), Vol.2, No.4,
(http://aksarapublic.com, diakses pada tanggal 2 September 2019).
Muid, Dul. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi manajemen Laba pada
Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Dinamika Ekonomi
dan Bisnis (online), Vol.6, No.2, (http://ejournal.unisnu, diakses pada
tanggal 12 September 2019).
National Committee on Corporate Governance (NCCG). (2001). Indonesian Code
for Good Corporate Governance.
Priadana, Moh Sidik dan Saludin Muis. 2016. Metodologi Penelitian Ekonomi
dan Bisnis Dilengkapi Alat Bantu Minitab untuk Pengilahan Data.
Yogyakarta: Ekuilibria.
Prihartono, Nanda Cindy Larasati. 2018. Pengaruh Good Corporate Governance,
Ukuran Perusahaan, Laverage, dan Financial Distress terhadap Manajemen
Laba (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012-2016.(http://dspace.uii.ac.id, diakses pada 2
September 2019).
78
Pujiati, Diyah dan Erman Widanar. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan
terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan sebagai Variabel
Intervening. Jurnal Ekonomi Bisnis & Akuntansi Ventura (online), Vol.12,
No.1, (http://wwwperbanas.ac.id, diakses pada 19 September 2019).
Rahmawati. 2012. Teori Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahmawati, Hikmah Is’ada. 2013. Pengaruh Good Corporate Governance (Gcg)
terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan. Accounting
Analysis Journal (online), Vol.2, No.1, (http://journal.unnes.ac.id, diakses
pada 21 Februari 2018).
Riadiani, Ajeng Rizka dan Agus Wahyudin. 2015. Pengaruh Good Corporate
Governance terhadap Manajemen Laba dengan Financial Distress sebagai
Intervening. Jurnal Akuntansi (online), Vol.4, No.3,
(http://journal.unnes.ac.id, diakses pada 1 September 2019).
Rijanto, Raden. 2014. Aspek Hukum dalam Ekonomi. Sukabumi: Al Fath Zumar.
Rusman, Tedi. 2015. Statistika Penelitian Aplikasinya dengan SPSS. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Saffudin, Achmad Zakki. 2011. Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional,
Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan dan Laverage terhadap Praktik
Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja
Keuangan (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index
periode 2005-2009). Jurnal Ekonomi Manajemen (online),
(http://eprints.undip.ac.id, diakses pada tanggal 23 September 2019).
Santoso, Agnes Febriana dan Eko Pudjolaksono. 2013. Pengaruh Good Corporate
Governance terhadap Earning Management pada Badan Usaha Sektor
Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI Periode 2009-2012. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabarya (online), Vol.2, No.2,
(http://ubaya.ac.id, diakses pada tanggal 30 Agustus 2019).
Saputri, Gita Oktaviany Wanda dan Tarmizi Achmad. 2017. Pengaruh Faktor
Finansial dan Non Finansial terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2013-2015. Diponegoro Journal of Accounting (online), Vol.6 No.3,
(http://ejournal3.undip.ac.id, diakses pada 26 Februari 2018).
Sari, A.A Intan Puspita dan I G.A.M. Asri Dwija Putri.2014. Pengaruh Corporate
Governance pada Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana (online), Vol.8, No.1, (http://ojs.unud.ac.id, diakses pada tanggal 1
September 2109).
79
Selviani, Alesia Heni. 2017. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016).
(http://repository.usd.ac.id, diakses pada tanggal 15 Agustus 2019).
Setiana, Esa dan Reffiana Sibagariang. 2013. Pengaruh Free Cash Flow dan
Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan
manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Vol.15, No.01,
(http://digilib.unimed.ac.id, diakses pada tanggal 12 September 2019).
Shleifer, Andrei and Robert W. Vishny. 1996. A Survey of Corporate
Governance. Journal of Finance.
Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII Press.
Watts, Ross L dan Jerold L Zimmerman. 1990. Positive Accounting Theory: A
Ten Year Perspective. The Accounting Review University of Rochester. Jan
1990: 65,1: ABI/INFORM Global pg. 131.
Werang, Basilius Raden. 2015. Pendekatan Kuantitatif dalam Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Calpulis.
Widarjo, Wahyu dan Doddy Setiawan. 2009. Pengaruh Rasio Keuangan terhadap
Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi (online), Vol.11, No.2, (http://jurnaltsm.id, diakses pada tanggal
12 September 2019).
Widodo, Saniman. 2007. Analisi Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas,
dan Rasio Pasar terhadap Return Saham Syariah dalam Kelompok Jakarta
Islamic Index (JII) Tahun 2003-2005, (http://eprints.undip.ac.id, diakses
pada tanggal 23 DSeptember 2019).
Wijaya, Steffi Efata dan Meiriska Febrianti. 2017. Pengaruh Size, Leverage,
Profitability, Inventory Intensity dan Corporate Governance terhadap
Manajemen Pajak. Jurnal Bisnis dan Akuntnsi. Volume 19, No.1a, 274-280.
Wijaya, Tony. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis Reori dan
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yogi, Luh Made Dwi Parama dan I Gusti Ayu Eka Damayanthi. 2016. Pengaruh
Arus Kas Bebas, Capital Adequacy Ratio dan Good Corporate Governance
pada Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana (online),
Vol.15, No.2, (https://ojs.unud.ac.id, diakses pada tanggal 1 September
2019).
80
www.adro.com
www.akr.co.id
www.astra.co.id
www.sinarmasland.com
www.indpfoodcbp.com
www.indofood.com
www.kalbe.co.id
www.pgn.co.id
www.ptba.co.id
www.semenindonesia.com
www.summarecon.com
www.unitedtractors.com
www.unilever.co.id
www.wika.co.id
www.idx.co.id
www.sahamok.com
81
LAMPIRAN
82
83
PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI
.
Salatiga, 20 September 2019
Penulis
Sita Devi Alvionita
NIM. 63010 15 0269
84
Hasil Output SPSS
1. Uji Statistik Deskriptif
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 55
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .45013237
Most Extreme Differences Absolute .080
Positive .080
Negative -.078
Test Statistic .080
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
KI 55 .38 .85 .5822 .12666
KM 55 .00 .03 .0033 .00640
DKI 55 .29 .80 .4193 .11536
FCF 55 2.05 2.99 2.4869 .26781
FD 55 .80 5.52 2.7065 1.36415
DA 55 1.20 3.60 2.3060 .54768
Valid N (listwise) 55
85
b. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .570a .324 .256 .47254 2.094
a. Predictors: (Constant), FD, KM, FCF, DKI, KI
b. Dependent Variable: DA
c. Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.554 .698 5.093 .000
KI -.367 .608 -.085 -.603 .549 .697 1.434
KM -26.678 10.685 -.312 -2.497 .016 .885 1.130
DKI -.005 .663 -.001 -.007 .994 .707 1.415
FCF -.527 .265 -.258 -1.992 .052 .823 1.215
FD .135 .057 .337 2.377 .021 .688 1.454
a. Dependent Variable: DA
d. Uji Heteroskedastisitas
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .733a .538 .266 .20159
a. Predictors: (Constant), X4X5, X22, X42, DKI, KI, X2X3, X2X5, X52,
X2X4, X32, X1X5, X3X5, X12, X1X4, X3X4, FD, X1X2, FCF, X1X3, KM
b. Dependent Variable: RES_2
86
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.554 .698 5.093 .000
KI -.367 .608 -.085 -.603 .549
KM -26.678 10.685 -.312 -2.497 .016
DKI -.005 .663 -.001 -.007 .994
FCF -.527 .265 -.258 -1.992 .052
FD .135 .057 .337 2.377 .021
a. Dependent Variable: DA
4. Pengujian Kelayakan Model
a. Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .570a .324 .256 .47254
a. Predictors: (Constant), FD, KM, FCF, DKI, KI
b. Uji Statistik F (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.256 5 1.051 4.708 .001b
Residual 10.941 49 .223
Total 16.197 54
a. Dependent Variable: DA
b. Predictors: (Constant), FD, KM, FCF, DKI, KI
87
c. Uji Hipotesis (Uji T)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.554 .698 5.093 .000
KI -.367 .608 -.085 -.603 .549
KM -26.678 10.685 -.312 -2.497 .016
DKI -.005 .663 -.001 -.007 .994
FCF -.527 .265 -.258 -1.992 .052
FD .135 .057 .337 2.377 .021
a. Dependent Variable: DA
88
BIODATA PENULIS
Sita Devi Alvionita adalah nama penulis skripsi ini. Penulis
dilahirkan di Desa Kasiyan, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten
Pati. Anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Suko
Budiono dan Ibu Sunarti. Adik bernama Dwi Rahma Elysia.
Penulis lahir pada bulan Agustus 1998. Mengawali pendidikan di bangku Taman
Kanak-kanak Aisiyah, lulus tahun 2003. Kemudian melanjutkan di bangku
Sekolah Dasar Negeri 01 Kasiyan, lulus tahun 2009. Kemudian melanjutkan di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Kayen, lulus tahun 2012. Selanjutnya
menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Kayen, lulus tahun
2015. Pada tahun yang sama penulis diterima di Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Selama di perguruan tinggi, penulis pernah tergabung dalam Unit Kegiatan
Mahasiswa KOPMA Fatawa IAIN Salatiga. Pada tahun 2016 penulis penulis
terpilih menjadi staff sekretaris. Kemudian pada tahun 2017 diangkat menjadi
Kepala Bidang sekretaris.
Penulis menjalani Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Ngawurejo
Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tahun 2019. Kemudian
dilanjutkan dengan Magang di Bank Mandiri Syariah Kantor Cabang Pati.