pengaruh kepribadian big five dan peer attachment...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN PEER ATTACHMENT
TERHADAP KETERGANTUNGAN NIKOTIN PADA SISWA SMA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Adhrover Adipura
11150700000041
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
ii
iii
iv
v
-MOTTO-
“Start where you are. Use what you have. Do what you
can.”
(Arthur Ashe)
-PERSEMBAHAN-
Skripsi ini saya persembahkan khusus untuk Alm. Ibunda Tercinta
Nurjani yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan, motivasi,
dan kasih sayang yang selalu mengalir tiada hentinya.
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
B) Agustus 2020
C) Adhrover Adipura
D) Pengaruh Kepribadian Big Five dan Peer Attachment Terhadap Ketergantungan
Nikotin Pada Siswa SMA.
E) xiv + 57 halaman + lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepribadian big five
dan peer attachement terhadap ketergantungan nikotin pada siswa SMA. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 329 responden yang terdiri dari siswa SMAN 104, SMAN 48,
dan SMAN 51 Jakarta dengan teknik nonprobability sampling, yakni metode
accidental sampling.
Dalam penelitian ini, penulis mengadaptasi instrumen pengumpulan data, yaitu alat
ukur yang digunakan ketergantungan nikotin menurut Shiffman et al (2004) adalah the
nicotine dependence syndrome scale (NDSS), alat ukur kepribadin big five yang
digunakan menurut Pervin et al (2008) yaitu kurzversion big five personality inventory
(BFI-K), dan alat ukur peer attachment yang digunakan menurut Armsden dan
Greenberg (1987) adalah inventory of parent and peer attachment (IPPA).
Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan antara kepribadian big
five dan peer attachment terhadap ketergantungn nikotin sebesar 23.7 sedangkan 66.3
dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitin ini. Penulis berharap implikasi dari hasil
penelitian ini dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya.
G) Daftar Bacaan: 8 Buku + 30 Jurnal + 5 Artikel
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology of Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
B) July 2020
C) Adhrover Adipura
D) The Influence of Big Five Personality and Peer Attachment on Nicotine Dependence in
High School Students.
E) xiv + 57 pages + attachments
F) This study aims to determine how much influence the big five personality and peer
attachments have on nicotine dependence in high school students. The sample in this
study amounted to 329 respondents consisting of students of SMAN 104, SMAN 48,
and SMAN 51 Jakarta with a nonprobability sampling technique, which is the
accidental sampling method.
In this study, the authors adapted data collection instruments, which is the measuring
tool used for nicotine dependence according to Shiffman et al (2004) is the nicotine
dependence syndrome scale (NDSS), the big five personality measurement tool used
according to Pervin et al (2008), which is kurzversion big five personality inventory
(BFI-K), and the peer attachment measurement tool used according to Armsden and
Greenberg (1987) is inventory of parent and peer attachment (IPPA).
The results showed that there is a significant influence between big five personality and
peer attachment on nicotine dependence of 23.7, while 66.3 was influenced by other
variables outside of this study. The author hopes that the implications of the results of
this study can be developed in further research.
G) Reference List: 8 Books + 30 Journals + 5 Articles
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
karena atas segala kuasa dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
Shalawat serta salam tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai
akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih belum bisa dikatakan
sempurna karena keterbatasan penulis dalam pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Skripsi ini tidak lepas
juga dari bantuan berbagai pihak yang memberikan bimbingan, saran serta motivasi. Oleh
karena itu perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si
beserta seluruh wakil dekan dan jajaran dekanat lainnya yang tiada hentinya berusaha
menciptakan lulusan-lulusan Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang semakin
berkualitas.
2. Dr. Gazi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu,
memberikan motivasi, kritik, saran, arahan secara terus menerus, dan tentunya kesabaran
yang sangat luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staff dan
jajarannya yang selalu memberikan yang terbaik untuk penulis.
4. Kedua orangtua peneliti, Almh. Ibunda Nurjani dan Papa dan kakak-kakak yang selalu
memberikan do’a, kasih sayang, serta menjadi kekuatan dan penyemangat di berbgai
situasi.
5. Para sahabat penulis Riska, Daren, Alim, Adam, Kadika yang senantiasa memberikan
semangat kepada penulis dalam penyelesaikan skripsi ini.
6. Kak Afrizal, Kak Avindra Risyandi, dan kawan-kawan yang memberikan support kepada
saya dalam menyelesaikan penelitian ini.
7. Yustisia Aulia Insancita S.Psi sebagai kawan seperbimbingan penulis yang senantiasa
memberikan semangat kepada penulis dan selalu bersama-sama dalam setiap tahapan
pengerjaan skripsi ini.
8. Responden penelitian yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.
9. Seluruh pihak yang ikut terlibat dalam penyusunan penelitian ini yang tidak bisa
disebutkan satu per satu atas doa serta dukungan yang telah diberikan.
ix
Semoga Allah SWT memberikan pahala yang tiada henti-hentinya sebagai balasan atas
segala kebaikan dan bantuan yang diberikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi
ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima saran serta kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap penelitian ini dapat
bermanfaat.
Jakarta, 08 Juli 2020
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................................. vi
ABSTRACT............................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ........................................................ 6
1.2.1 Pembatasan Masalah ..................................................................................... 6
1.2.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7
1.3.2 Manfaat Peneltian ......................................................................................... 8
1.4 Manfaat teoritis dan Manfaat praktis ...................................................................... 8
1.4.1 Manfaat teoritis ............................................................................................. 8
1.4.2 Manfaat praktis ............................................................................................. 8
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Ketergantungan Nikotin ......................................................................................... 9
2.1.1 Definisi Ketergantungan Nikotin .................................................................. 9
2.1.2 Dimensi Ketergantungan Nikotin ................................................................ 10
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Ketergantungan Nikotin........................ 11
2.1.4 Alat Ukur Ketergantungan Nikotin ............................................................. 12
2.2 Kepribadian Big Five ............................................................................................ 12
2.2.1 Definisi Kepribadian Big Five ...................................................................... 12
2.2.2 Dimensi Kepribadian Big Five ..................................................................... 14
2.2.3 Alat Ukur Kepribadian Big Five................................................................... 14
xi
2.3 Peer Attachment .................................................................................................. 15
2.3.1 Definisi Peer Attachement .......................................................................... 15
2.3.2 Dimensi Peer Attachment ............................................................................ 16
2.3.3 Alat Ukur Peer Attachment .......................................................................... 17
2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................................ 17
2.5 Hipotesis .............................................................................................................. 21
2.5.1 Hipotesis Mayor .......................................................................................... 21
2.5.2 Hipotesis Minor ........................................................................................... 21
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Data ................................................. 22
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................................ 22
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ............................................................................... 24
3.3.1 Skala Ketergantungan Nikotin ..................................................................... 25
3.3.2 Skala Kepribadian Big Five ......................................................................... 26
3.3.3 Skala Peer Attachment ................................................................................. 28
3.4 Uji Validitas Konstruk .......................................................................................... 28
3.4.1 Uji Validitas Ketergantungan Nikotin .......................................................... 30
3.4.2 Uji Validitas Openness ................................................................................ 32
3.4.3 Uji Validitas Conscientiousness ................................................................... 33
3.4.4 Uji Validitas Extraversion ........................................................................... 34
3.4.5 Uji Validitas Agreeableness ......................................................................... 35
3.4.6 Uji Validitas Neuroticism............................................................................. 36
3.4.7 Uji Validitas Peer Trust ............................................................................... 37
3.4.8 Uji Validitas Peer Communication............................................................... 38
3.4.9 Uji Validitas Peer Alienation ....................................................................... 39
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................................ 40
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ..................................................................... 42
4.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ................................................................. 43
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ................................................................... 44
4.4 Hasil Uji Hipotesis ............................................................................................... 45
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ............................................................ 45
4.4.2 Pengujian Proporsi Varian DV Yang Disebabkan Masing-Masing IV .......... 50
xii
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 52
5.2 Diskusi ................................................................................................................. 52
5.3 Saran .................................................................................................................... 54
5.3.1 Saran Teoritis .............................................................................................. 54
5.3.2 Saran Praktis ................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 56
LAMPIRAN .............................................................................................................. 59
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor Pengukuran Skala ................................................................................ 25
Tabel 3.2 Blueprint Skala Ketergantungan Nikotin ...................................................... 26
Tabel 3.3 Blueprint Kepribadian Big Five ................................................................... 27
Tabel 3.4 Blueprint Peer Attachment ........................................................................... 28
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Ketergantungan Nikotin ............................................... 31
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Openness ..................................................................... 32
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Conscientiousness ........................................................ 33
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Extraversion ................................................................ 34
Tabel 3.9 Muatan Faktor item Agreeableness .............................................................. 35
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Neuroticism................................................................ 36
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Peer Trust .................................................................. 37
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Peer Communication.................................................. 38
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Peer Alienation .......................................................... 39
Tabel 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian Berdasarkan Data Demografis ......................... 42
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif ....................................................................................... 43
Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Nilai Variabel Penelitian .............................................. 44
Tabel 4.4 Kategorisasi Nilai Variabel Penelitian.......................................................... 45
Tabel 4.5 R Square ...................................................................................................... 46
Tabel 4.6 Signifikansi Uji Regresi ............................................................................... 46
Tabel 4.7 Koefisien Regresi IV Terhadap DV ............................................................. 47
Tabel 4.8 Proporsi Varian Masing-Masing IV terhadap DV ........................................ 50
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .................................................................................... 20
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ketergantungan nikotin merupakan suatu hal yang fenomenal di era milenial ini. Hal ini
didukung dengan data Tobacco Control Support Center (TCSC) menyatakan adanya data
bahwa jumlah perokok di Indonesia mencapai lebih dari 60 juta orang dengan konsumsi
rokok yang mencapai 240 milyar batang pertahun (dalam Wijaya, 2011). Selain itu, hasil
penelitian WHO (2015) menyatakan bahwa mayoritas perokok di seluruh dunia pada 2015
terdapat 1,1 miliar perokok sekitar 800 juta lebih atau 80% berasal dari negara dengan
pendapatan rendah dan menengah, sisanya 20% dari negara kaya.
Pada tahun 2030, diperkirakan angka kematian perokok di dunia mencapai 10 juta
jiwa, 70% diantaranya berasal dari negara berkembang karena rokok membunuh 1 dari 10
orang dewasa di seluruh dunia dengan angka kematian dini mencapai 5,4 juta jiwa pada tahun
2005 (Canggih, 2012). Adapun data yang dikeluarkan oleh International Union Againts
Tuberculusis and Lung Lung Disease menyebutkan bahwa 30% perokok dunia adalah remaja
(Wijaya, 2011). Data yang dikeluarkan oleh Global Youth Tobacco Survey (GYTS) semakin
mempertegas tejadinya peningkatan usia perokok pemula. GYTS menyebutkan bahwa pada
tahun 2007, jumlah perokok pemula usia 13-18 tahun di Indonesia menduduki peringkat
pertama di Asia bahkan 3 dari 10 pelajar SMP di Indonesia mulai merokok sebelum usia 10
tahun.
Selain itu, Smet (1994) mengatakan bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya
antara 11-13 tahun dan mereka merokok sebelum usia 18 tahun yang dimulai pada kelas 7
hingga kelas 9 meskipun terdapat sebagian besar remaja masih memiliki kebiasaan merokok
2
secara teratur sampai perguruan tinggi. Smet (1994) pun mengklarifikasikan karakteristik
perokok aktif berdasarkan banyaknya jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari, yaitu
perokok ringan (1-4 batang rokok perhari), perokok sedang (5-14 batang rokok perhari), dan
perokok berat (>15 batang rokok perhari).
Menurut Santoso (2015) perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung
menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun
lingkungan sekitar. Hal tersebut sejalan dengan Bustan (1997) menyatakan bahwa perokok
aktif merupakan seseorang yang merokok dan langsung menghisap rokok maupun menghirup
asap rokoknya sehingga berdampak pada kesehatan serta lingkungan sekitar.
Adapun hasil peneltian menurut Tirtosastro (2009) menyatakan bahwa terdapat
kandungan kimia tembakau yang sudah terindifikasi mencapai 2.500 komponen kimia rokok
yang berbahaya bagi kesehatan yaitu: tar, nikotin, gas CO, dan NO yang berasal dari
tembakau, kandungan yang membuat seseorang kecanduan terhadap rokok adalah nikotin.
Penggunaan nikotin sebelumnya masalah di negara maju, sekarang telah menjadi
epidemi global. Indonesia, termasuk negara perokok terbesar adalah salah satu pasar industri
tembakau besar (Republika, 2004). Ketergantungan nikotin adalah penyebab utama penyakit
jantung dan kanker di Indonesia, setiap tahun orang meninggal dunia karena komplikasi
kesehatan yang disebabkan oleh penggunaan tembakau (Betty & Suharmiati, 2008). Adapun
hasil penelitian menurut WHO (2015) menyatakan bahwa adanya prevalensi perokok laki-
laki terus meningkat pesat dalam kisaran 50-80% sedangkan perokok perempuan mulai
meningkat secara progresif namun masih tertinggal dari laki-laki.
Disamping itu ketergantungan nikotin pada pecandu rokok juga berdampak negatif
bagi kesehatan psikologis menurut penelitian yang dilakukan oleh J. G. Johnson (dalam
Nevid, 2005) menyatakan bahwa ketergantungan nikotin pada remaja dapat meningkatkan
3
resiko gangguan kecemasan terutama pada masa remaja akhir dan dewasa awal. Adapun
penelitian menurut Nugraheni (2012) menyebutkan bahwa kondisi psikologis yang
disebabkan oleh ketergantungan nikotin pada pecandu rokok adalah tidak bergairah, merasa
pikiran buntu, mudah marah, bosan dan bingung tanpa sebab ketika kepuasan merokoknya
tidak terpenuhi.
WHO (2015) mengindentifikasi ketergantungan nikotin sebagai faktor resiko utama
untuk penyakit kronis yang menyebabkan kematian dan beresiko menyebabkan kecacatan
pada janin yang sesungguhnya dapat dicegah. Program pencegahan ketergantungan nikotin
dan penghentiannya didasarkan pada pemahaman tentang proses psikologis, sosial, biologi,
dan farmakologi yang terlibat dalam sifat ataupun perilaku yang mendasari perilaku merokok
(Leventhal & Cleary 1980). Dari perspektif ini, penting untuk mengindentifikasi variabel
perbedaan individu terutama ciri-ciri kepribadian yang meningkatkan resiko untuk memiliki
ketergantungan nikotin. (Terracciano & Costa, 2004).
Hasil penelitian Eysenck (1980) menyatakan terdapat hubungan antara trait
kepribadian dan variabel ketergantungan nikotin, yaitu kepribadian extraversion karena
seseorang akan cenderung kecanduan merokok disebabkan ia mencari stimulan tertentu
ketika merokok, sedangkan penyebab individu menjadi ketergantungan nikotin yang
cenderung neuroticsm untuk mengurangi kecemasan. Namun, hal itu menjadi penting
mengingat jumlah besar orang yang merokok (WHO, 2002). Penelitian kepribadian dapat
meningkatkan pengetahuan tentang ketergantungan nikotin dan memiliki dampak klinis
melalui program pencegahan dan pengurangan ketergantungan nikotin. (Terracciano &
Costa, 2004).
Faktor penyebab untuk menjadi seorang perokok pada remaja yaitu memiliki seorang
teman yang merokok, orientasi akademik yang lemah dan dukungan orangtua rendah (Tucker
4
et al, 2003). Selain itu, ada banyak faktor yang melatarbelakangi ketergantungan nikotin
dikalangan remaja yang berusia 13-18 tahun, diantaranya dari variabel sosiocultural
mencakup pengaruh teman sebaya, kedua orangtua yang merokok, kurangnya pengawasan
orangtua, pengaruh media dan lingkungan sosial. Selain itu, menurut Brown dan Klute
menyatakan bahwa teman-teman saling mempengaruhi satu sama lain, terutama dalam hal
yang mempunyai dampak yang beresiko atau bermasalah (dalam Papalia et al, 2009). Data
WHO juga semakin mempertegas bahwa seluruh jumlah individu yang ketergantungan
nikotin ada di dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja (dalam Republika, 2004).
Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi Perilaku individu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang
mempengaruhi perilaku individu yaitu kepribadian, kepribadian dengan pendekatan big five
memiliki lima dimensi yang berbeda-beda dan tidak saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Dengan demikian, perannya dalam ketergantungan nikotin akan menunjukan peran
yang juga berbeda, sesuai dengan karakteristik yang berlaku.
Faktor internal yang mempengaruhi ketergantungan nikotin adalah faktor kepribadian.
Kepribadian dalam penelitian ini memiliki 5 tipe kepribadian yaitu Openness,
conscientiousness, extraversion, agreeableness, neuroticism. Menurut Costa dan McCrae,
didapatkan suatu gambaran umum skor penyalahguna zat, yaitu: (a) tinggi pada dimensi
Neuroticism dan Openness to experience; dan (b) rendah pada dimensi Extraversion dan
Conscientiousness. Neuroticism yang dimaksud di sini adalah stabilitas emosional, yaitu
apabila orang yang bersangkutan menunjukkan skor yang tinggi pada aspek ini menandakan
kecenderungan ketidakstabilan yang kuat. Extraversion yang dimaksud di sini adalah
kecenderungan socially outgoing. Skor yang rendah pada dimensi ini untuk penyalahguna zat
adalah kecenderungan untuk lebih banyak menarik diri dari situasi-situasi sosial. Hal ini
5
terjadi karena para penyalahguna memiliki subculture sendiri yang memungkinkannya untuk
mendapatkan interaksi sosial.
Openness yang dimaksud adalah faktor kepribadian yang mengarah pada originality,
kreativitas, independensi, dan senang tantangan. Sementara skor yang tinggi pada dimensi ini
untuk penyalahgunaan zat lebih berarti sebagai senang mencari sensasi dan keberanian
mengambil risiko tanpa perhitungan yang matang. Conscientiousness yang dimaksud adalah
kepribadian yang goal-oriented, dan kerja keras. Skor rendah untuk dimensi ini bagi
penyalahguna zat berarti segala tindakannya kecenderungan tidak memiliki tujuan pasti, dan
sangat tidak tahan pada proses tindakannya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti menganggap
perlu adanya penelitian mengenai hal tersebut agar nantinya hasil dari penelitian tersebut
dapat menjadi acuan bagi semua orang agar dapat memahami banyak hal tetntang pengaruh
kepribadian big five dan peer attachment terhadap ketergantungan nikotin pada siswa SMA.
Maka dari itu, untuk merealisasikan hal tersebut peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Kepribadian Big Five dan Peer Attachment terhadap Ketergantungan
Nikotin pada Siswa SMA”.
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumasan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Fokus pada penelitian ini dilihat pada masalah mengenai pengaruh kepribadian big five dan
peer attachment terhadapat ketergantungan nikotin pada siswa SMA. Adapun konsep yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Ketergantungan nikotin menurut American Psychological Association adalah
keadaan psikologis atau fisik (atau keduanya) pada penggunaan alkohol atau obat
lain yang penggunaannya sudah diatas normal (Shiffman, 2004).
6
2. Kepribadian big five adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan
munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku (Pervin et al, 2008).
3. Peer attachment adalah persepsi individu tentang sejauh mana ia dan teman-teman
sebayanya dapat saling memahami, berkontribusi dengan baik, dan mendapatkan
rasa aman dan nyaman dari relasinya tersebut (Armsden & Greenberg, 1987).
4. Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah remaja yang bestatus sebagai
siswa SMA.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepribadian big five dan peer
attachment terhadap ketergantungan nikotin siswa SMA.
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan oppennes terhadap ketergantungan
nikotin siswa SMA.
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan conscientiousness terhadap
ketergantungan nikotin siswa SMA.
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan extraversion terhadap ketergantungan
nikotin siswa SMA.
5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan agreeableness terhadap ketergantungan
nikotin siswa SMA.
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan neuroticism terhadap ketergantungan
nikotin siswa SMA.
7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan peer trust terhadap ketergantungan
nikotin siswa SMA.
7
8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan peer communication terhadap
ketergantungan nikotin siswa SMA.
9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan peer alienation terhadap
ketergantungan nikotin siswa SMA.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dapat disimpulkan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan kepribadian big five dan peer attachment
terhadap ketergantungan nikotin siswa SMA.
2. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan oppennes terhadap ketergantungan
nikotin siswa SMA.
3. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan conscientiousness terhadap
ketergantungan nikotin siswa SMA.
4. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan extraversion terhadap ketergantungan
nikotin siswa SMA.
5. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan agreeableness terhadap ketergantungan
nikotin siswa SMA.
6. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan neuroticism terhadap ketergantungan
nikotin siswa SMA.
7. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan peer trust terhadap ketergantungan
nikotin siswa SMA.
8. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan peer communication terhadap
ketergantungan nikotin siswa SMA.
9. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan peer alienation terhadap ketergantungan
nikotin siswa SMA.
8
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui faktor mana yang
paling signifikan mempengahuhi ketergantunghan nikotin pada remaja dan mengtahui faktor
yang paling besar memberikan sumbangan terhadap ketergantungan nikotin pada remaja.
1.4 Manfaat Teoritis dan Manfaat Praktis
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan teori-teori psikologi, khususnya
yang berkaitan dengan teori psikologi perkembangan, psikologi sosial, dan psikologi
kepribadian.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat
mengenai gambaran perkembangan psikologis remaja yang berkaitan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi ketergantungan nikotin pada siswa.
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Ketergantungan Nikotin
2.1.1 Definisi ketergantungan Nikotin
American Psychological Association (dalam Shiffman et al, 2004) mendefinisikan
ketergantungan nikotin adalah keadaan psikologis atau fisik (atau keduanya) pada
penggunaan alkohol atau obat lain yang penggunaannya sudah diatas normal. Istilah ini
sering digunakan sebagai istilah yang setara untuk ketergantungan zat yang juga diterapkan
untuk gangguan perilaku, seperti seksual, internet dan kecanduan judi. Zat kimia dengan
potensi yang signifikan untuk memproduksi ketergantungan disebut zat adiktif.
Untuk menjelaskan ketergantungan nikotin, American Psychological Association
menjelaskan dengan berbagi istilah seperti nicotine dependence dalam DSM-IV-TR yang
artinya berupa pola terulang atau kompulsif penggunaan nikotin baik berbentuk perilaku,
fisiologis, dan psikososial dan menimbulkan masalah yang berhubungan dengan nikotin yang
signifikan. Istilah yang sama dengan DSM-5 adalah gangguan penggunaan tembakau.
(American Psychological Association, 2015).
Merokok adalah perilaku adiktif progresif dan kambuh bahkan setelah beberapa bulan
pantang, kekambuhan sering terjadi (Carmodi, 1993). Sekarang diakui bahwa perokok
dipertahankan terutama oleh ketergantumgan nikotin. Individu yang mencoba untuk berhenti
merokok mengalami berbagai gejala penarikan (Fagerstrom et al, 1990). Selain itu, Piper et
al (2010) menemukan adanya hubungan yang signifikan secara diagnosis spesifik kecemasan
dan ketergantungan nikotin. Keparahan gejala pengurangan zat kemungkinan berhasil dan
efektifitas farmakoterapi berhenti merokok. Penjelasan kontribusi faktor lingkungan dan
warisan sangat penting untuk memahami ketergantungan nikotin serta perbedaan individu
dalam kerentanan terhadap merokok (Pomerleau et al, 1993). Ahli ketergantungan nikotin
10
mengatakan bahwa pecandu nikotin harus mengindentifikasi dan menangani perilaku,
pemicu, dan situasi yang terkait dengan merokok (Nordqvist, 2013).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi ketergantungan nikotin yang
dikemukakan oleh American Psychological Association (Shiffman et al, 2004). Adapun
definisi ketergantungan nikotin menurut American Psychological Association adalah keadaan
psikologis atau fisik (atau keduanya) pada penggunaan alkohol atau obat lain yang
penggunaannya sudah diatas normal (Shiffman et al, 2004).
2.1.2 Dimensi Ketergantungan Nikotin
Shiffman et al (2004) mencantumkan 5 dimensi kriteria ketergantungan nikotin, yaitu:
(1) Drive (ditandai dengan nafsu keinginan, dan penarikan merokok).
Merokok merupakan aktivitas penting dalam kehidupan seorang yang Ketergatungan
Nikotin. Ketergantungan nikotin dapat menyebabkan perokok sulit mengontrol dirinya
dalam merokok; (2) Priority (ditandai dengan preferensi untuk merokok di atas penguat
lainnya). Perokok merasa merokok lebih penting dari pada hal-hal lainnya dan
menganggap dengan merokok tidak akan merasa kaku; (3) Tolerance (ditandai dengan
berkurangnya sensitivitas terhadap efek merokok). Semakin banyak intensitas merokok
maka semakin berkurang sensitivitas terhadap rokok. Seiring berjalannya waktu perokok
akan menambah banyaknya rokok yang dihisap setiap hari; (4) Continuity (ditandai
dengan keteraturan tingkat merokok). Perasaan gelisah muncul ketika tidak merokok
dikarenakan perokok yang terus berkelanjutan serta berlebihan dalam merokok sehingga
sulit untuk menarik dirinya dari kebiasaan merokok; (5) Stereotypy (ditandai dengan
kebiasaan merokok di berbagai situasi). Perokok sulit melihat situasi dan kondisi untuk
merokok. Ketika keinginan untuk merokok timbul maka perokok tidak melihat situasi
disekelilingnya.
11
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Ketergantungan Nikotin
Menurut Park (2011) terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi seseorang mengalami
ketergantungan merokok, yaitu:
1. Sejarah Keluarga
Frekuensi merokok remaja meningkat ketika ada banyak perokok dalam keluarga. Orang
tia sangat penting karena mereka adalah panutan utama remaja. Sikap orang tua terhadap
merokok, persepsi mereka tentang merokok, dan kasih sayang antara orang tua dan anak-
anak mereka merupakan faktor-faktor penting yang mempengaruhi remaja merokok.
Sering pwerbedaan pendapat dengan orang tua, perceraian antara orang tua,
penyalahgunaan oleh orang tua, incest, orang tua belum matang, dan linkage intrafamiluar
miskin berkontribusi terhadap risiko merokok remaja.
2. Persahabatan dan kelekatan teman sebaya
Jika frekuensi merokok adalah tinggi diantara teman-teman atau anggota keluarga dari
usia yang sama, seseorang individu lebih mungkin mengikuti kursus yang sama. Risiko ini
sangat tinggi ketika seorang siswa dipindahkan dari satu sekolah ke sekolahlain atau
bergabung dengan lingkaran baru teman-teman. Risiko jangka panjang merokok
meningkat saat remaja dapat dengan mudah mengakses rokok atau terkena rokok rokok di
usia muda.
3. Karakteristik pribadi dan masalah psikopatologis
Setiap remaja mempunyai sistem yang berbeda nilai, sikap, lingkungan sekitar, dan
keakraan pribadi (kearah studi dan masyarakat). Anak-anak yang antisosial, memberontak,
terisolasi dari sekolah dan masyarakat, atau menunjukan hubungan keluarga miskin atau
kinerja akademis sangat mungkin untuk merokok. Beberapa remaja mencoba untuk
mengatasi depresi atau takut melalui merokok. Selain itu, tingkat merokok lebih tinggi
12
pada pria dibandingkan pada wanita. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Asthon dan
Lee (2006) menyatakan bahwa karakteristik seseorang untuk melakukan hal yang beresiko
adalah penyebab seseorang merokok dan merasakan seolah-olah masalah lepas ketika
merokok.
4. Masalah psikososial
Meskipun mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, menawarkan seseorang
rokok telah dianggap sebagai etiket dalam masyarakat Korea, dan remaja dapat belajar
kebiasaan ini. Selain itu, remaja kadang-kadang mulai merokok sebagai cara untuk meniru
selebriti televisi atau media massa dan bintang olahraga.
2.1.4 Alat Ukur Ketergantungan Nikotin
Dalam penelitian ini, peneliti mengadaptasi skala ketergantungan nikotin yang dikembangkan
oleh Shiffman et al (2004) yaitu The Nicotine Dependence Syndrome Scale (NDSS) yang
memiliki lima dimensi, yaitu: drive, priority, tolerance, continuity, dan stereotypy. Skala ini
memiliki 19 item pernyataan yang diukur dengan menggunakan 4 point skala likert dimana
pernyataan 1 = sangat tidak setuju sampai 4 = sangat setuju.
2.2 Kepribadian Big Five
2.2.1. Definisi Kepribadian Big Five
Goldberg (dalam John & Srivastava, 1999) menyatakan bahwa psikologi kepribadian
memperoleh suatu pendekatan taksonomi kepribadian yang dapat diterima secara umum yaitu
dimensi “Big Five Personality”. Dimensi big five pertama kali diperkenalkan oleh Goldberg
pada tahun 1981. Dimensi ini tidak mencerminkan perspektif teoritis tertentu. Akan tetapi
merupakan hasil dari analisis bahasa alami manusia dalam menjelaskan dirinya sendiri dan
orang lain. Taksonomi big five tidak bertujuan untuk mengganti sistem terdahulu melainkan
sebagai penyatu, karena dapat memberikan penjelasan sistem kepribadian secara umum. Big
13
five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu kepribadian tertentu
melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh individudalam
kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini disebut Goldberg sebagai Fundamental Lexical.
Feist & Feist (2009) mendefinisikan kepribadian sebagai pola dari sifat yang relatif
menetap dan berkarakteristik unik. Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda
sehingga dapat menjadikan ciri khas dari individu tersebut. Walaupun pada dasarnya satu
sama lain secara umum memiliki sifat yang sama tetapi terdapat karakteristik yang berbeda
dalam situasi yang sama.
Menurut Phases (dalam Alwisol, 2009) menyatakan bahwa kepribadian adalah pola
khas dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang membedakan orang satu dengan yang lain
dan tidak berubah lintas waktu dan situasi. Sejalan dengan penjelasan Laura A. King (2010)
bahwa kepribadian adalah suatu pola pikiran, emosi dan perilaku yang bertahan dan berbeda
yang menjelaskan cara individu beradaptasi dengan dunia. Setiap individu mempunyai
kecenderungan perilaku yang dilakukan terus menerus secara konsisten dalam menghadapi
situasi sehingga menjadi ciri khas pribadi individu. Kepribadian dipahami sebagai individu
yang unik dimana setiap individu memiliki sikap dan perilaku yang berbeda-beda dalam
suatu situasi. Kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya
konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku (Pervin et al, 2008).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi kepribadian big five yang
dikemukakan oleh Pervin et al (2008). Adapun definisi kepribadian big five menurut Pervin
et al (2008) adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi
perasaan, pemikiran, dan perilaku.
14
2.2.2. Dimensi Kepribadian Big Five
Kepribadian big five terdiri dari lima faktor atau tipe. Meskipun terdapat beberapa pemberian
label yang berbeda telah digunakan untuk melabeli big five. Pervin et al (2008) menggunakan
istilah kepribadian big five berikut ini:
(1)Openness. Keterbukaan terhadap pengalaman yang mendeskripsikan keluasan, kedalaman,
dan kompleksitas mental individual serta kehidupan eksperiensial; (2) Conscientiousness.
Mendeskripsikan perilaku yang berorientasi dengan tugas serta tujuan, impuls yang
dipersyaratkan secara sosial; (3) Extraversion. Merangkum sifat yang interpersonal
maksudnya sifat tersebut menggambarkan apa yang dilakukan orang kepada orang lain dan
dengan orang lain; (4) Agreeableness. Menilai kualitas orientasi interpersonal individu
sepanjang kontinum dari perasaan terhadap antagonisme dalam pemikiran, perasaan, dan
tindakan; (5) Neuroticism. Bertolak belakang dengan stabilitas emosional dalam hal yang
lebih luas mencakup perasaan negatif, termasuk kecemasan, rasa sedih, rasa rapuh, dan
ketegangan saraf.
2.2.3. Alat Ukur Kepribadian Big Five
Pada penelitian ini, peneliti mengadaptasi alat ukur Kurzversion Big Five Personality (BFI-
K) yang dikembangkan oleh Pervin et al (2008). Skala ini disusun berdasarkan indikator
tertentu yang terdapat di dalam aspek-aspek tipe kepribadian, yaitu: openness,
conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism. Item dalam BFI-K terdiri
dari 44 item dengan menggunakan skala likert 4 point dimana pernyataan 1 = sangat tidak
setuju sampai 4 = sangat setuju.
15
2.3 Peer Attachment
2.3.1 Definisi Peer Attachment
Attachment pertama kali dicetuskan oleh psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada
tahun 1969. Armsden & Greenberg (1987) mendefinisikan peer attachment adalah persepsi
individu tentang sejauh mana ia dan teman-teman sebayanya dapat saling memahami,
berkontribusi dengan baik, dan mendapatkan rasa aman dan nyaman dari relasinya tersebut.
Neufeld (2004) mendefinisikan peer attachment adalah sebuah ikatan yang terjadi
antara individu dengan teman-temannya, baik dengan individu itu sendiri maupun dengan
kelompok teman sebayanya. Teman sebaya akan menjadi penengah dari apa yang baik, apa
yang terjadi, apa yang penting bahkan bagaimana mereka memiliki persepsi mengenai
dirinya.
Menurut Bowlby (1988) mendefinisikan attachment merupakan suatu perilaku yang
dilakukan individu untuk mendapatkan suatu kedekatan atau mempertahankan suatu
kedekatan yang diinginkan. Selain itu, Howe et al (dalam Arifani, 2018) berpendapat bahwa
attachment adalah suatu perilaku yang dapat membuat individu lebih dekat dan merasa
memiliki hubungan yang aman dengan figur kelekatannya ketika individu menghadapi
permasalahan dan merasa cemas atau khawatir.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi peer attachment yang
dikemukakan oleh Armsden & Greenberg (1987). Adapun definisi peer attachment menurut
Armsden & Greenberg (1978) adalah persepsi individu tentang sejauh mana ia dan teman-
teman sebayanya dapat saling memahami, berkontribusi dengan baik, dan mendapatkan rasa
aman dan nyaman dari relasinya tersebut.
16
2.3.2 Dimensi Peer Attachment
Menurut Armsden & Greenberg (1987) terdapat tiga dimensi dari kelekatan teman sebaya
yaitu:
1. Peer Trust
Ketergantungan atau kepercayaan pada keandalan seseorang atau sesuatu. Dalam
hubungan interpersonal, kepercayaan mengacu pada keyakinan bahwa seseorang atau
sekelompok orang memiliki dalam keandalan orang atau kelompok lain; khusus, itu
adalah sejauh man masing-masing pihak merasa bahwa mereka dapat bergantung
pada pihak lain untuk melakukan apa yang mereka katakan akan mereka lakukan.
Faktor kunci tidak kejujuran instrinsik dari orang lain tapi prediktabilitas mereka.
Kepercayaan dianggap oleh sebegian besar psikolog untuk menjadi komponen utama
dalam hubungan dewasa orang lain, apakah intim, sosial, atau terapi.
2. Peer Communication
Yang mungkin dengan cara verbal (lisan atau tertulis) ayau non verbal. Manusia
berkomunikasi untuk berhubungan dan bertukar ide, pengetahuan, perasaan, dan
pengalaman untuk berbagai tujuan interpersonal dan sosial lainnya. Hewan bukan
manusia juga berkomunikasi secara vokal atau non vacally untuk berbagai keperluan
(lihat komunikasi hewan). Komunikasi dipelajari oleh psikolog kognitif dan
eksperimental, dan gangguan komunikasi diperlakukan oleh terapis kesehatan mental
dan perilaku dan bicara oleh bahasa terapis.
3. Peer Alienation
Keterasingan n. 1. Keterasingan dari orang lain, yang mengakibatkan tidak adanya
hubungan dekat atau rumah dengan orang-orang dalam kelompok sosial seseorang
17
(misalnya keluarga, tempat kerja, masyarakat). 2. Rasa mendalam ketidakpuasan
dengan keberadaan pribadi seseorang dan kurangnya kepercayaan di lingkungan
sosial atau fisik seseorang atau diri sendiri. 3. Keterasingan dari seseorang cara adat
atau diharapkan sendiri berfungsi. 4. Pengalaman yang terpisah dari realistis atau
terisolasi dari pikiran seseorang, perasaan, atau makhluk fisik.
2.3.3 Alat Ukur Peer Attachment
Dalam penelitian ini, peneliti mengadaptasi alat ukur Inventory of Parent and Peer
Attachment (IPPA) yang dikembangkan oleh Armsden dan Greenberg (1987) yang memiliki
3 dimensi, yaitu: peer trust, peer communication, dan peer alienation. Skala ini memiliki 25
item pernyataan yang diukur dengan 4 point skala likert mulai dari 1 = sangat tidak setuju
sampai 4 = sangat setuju
2.4 Kerangka Berpikir
Kepribadian big five dapat diartikan sebagai pendekatan yang digunakan dalam
Psikologi dalam melihat kepribadian manusia melalui traits yang tersusun dalam lima buah
dimensi kepribadian tersebut adalah oppeness, conscientiousness, extraversion,
agreeableness, neoroticism.
Dari kelima dimensi tersebut, akan diteliti dimensi manakah yang berhubungan baik
secara positif atau negatif dengan ketergantungan nikotin. Dimesi kepribadian extraversion
diasumsikan akan memiliki hubungan secara positif dengan perilaku merokok. Hal ini
dikarenakan orang dengan skor extraversion yang tinggi memiliki kecenderungan socially
outgouing dan senang berkumpul dengan teman-temannya sehingga ia merokok karena
melihat temannya dan perasaan sama dalam perkumpulan.
18
Sedangkan untuk dimesni conscientiousness diasumsikan akan memiliki hubungan
yang negatif dengan perilaku merokok. Conscientiousness yang dimaksud adalah kepribadian
yang pekerja keras. Orang yang memiliki skor yang tinggi pada dimensi ini cenderung
memiliki pertimbangan yang cermat mengenai konsekuensi dari perilaku mereka dan
memiliki ketekunan, sehingga diperkirakan kecenderungan dalam perilaku merokok akan
rendah.
Untuk dimensi openness diasumsikan akan memiliki hubungan yang positif dengan
perilaku merokok. Oppeness yang dimaksud adalah faktor kepribadian yang mengarah pada
originalitas, kreatifitas, independensi, senang tantangan. Orang yang memiliki skor yang
tinggi pada dimensi ini cenderung akan berperilaku merokok karena senang mencari sensai
dan berani mengambil resiko tanpa perhitungan yang matang. Sehingga diperkirakan
kecenderungan berperilaku merokok akan tinggi.
Usia diasumsikan memiliki pengaruh negatif, yang berarti orang dengan usia yang
lebih tinggi akan memiliki kecenderungan perilaku merokok yang rendah. Ini dikarenakan
semakin matangnya usia, maka kemampuan dirinya untuk tidak merokok akan menjadi lebih
besar, dan lebih bisa menilai perilaku mana yang dapat membahayakan dirinya dan mana
yang tidak.
Peer Attachment merupakan persepsi individu tentang sejauh mana ia dan teman
sebayanya dapat saling memahami, berkomunikasi dengan baik, dan mendapatkan rasa aman
dan nyaman dan relasinya tersebut dapat diasumsikan bahwa hubungan tersebut dapat
memunculkan remaja adiksi pada rokok.
Dalam hal ini kepribadian big five, peer attachment mempunyai peranan yang cukup
penting dalam menentukan perilaku remaja untuk merokok. Oleh karena itu peneliti menduga
19
ada pengaruh peer attachment dan kepribadian big five terhadap adiksi rokok pada remaja
dan berikut merupakan gambar rangkumannya.
20
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Kepribadian Big Five
Openness
Conscientiousness
Agreeableness
Extraversion
Neuroticism
Ketergantungan Nikotin
Peer Attachment
Peer Trust
Peer Communication
Peer Alienation
21
2.5 Hipotesis
2.5.1 Hipotesis Mayor
Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kepribadian big five (opennes,
conscientiousness, extraversion, agreeableness dan neuroticism) dan peer attachment (peer
trust, peer communication, peer alienation) terhadap ketergantungan nikotin
Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara kepribadian big five (opennes, conscientiousness,
extraversion, agreeableness dan neuroticism) dan peer attachment (peer trust, peer
communication, peer alienation) terhadap ketergantungan nikotin.
2.5.2 Hipotesis Minor
Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan opennes terhadap ketergantungan nikotin.
Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan conscientiousness tehadap ketergantungan nikotin.
Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan extraversion terhadap ketergantungan nikotin.
Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan agreeableness terhadap ketergantungan nikotin.
Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan neuroticism terhadap ketergantungan nikotin.
Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan peer trust terhadap ketergantungan nikotin.
Ha7 : Ada pengaruh yang signifikan peer communication terhadap ketergantungan nikotin.
Ha8 : Ada pengaruh yang signifikan peer alienation terhadap ketergantungan nikotin.
22
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA yang berusia 15-18 tahun. Kriteria sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 104, SMAN 48, dan SMAN 51
Jakarta, perokok aktif, dan bersedia untuk mengisi koesioner penelitian. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 329 responden. Teknik pengambilan sampel yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan metode accidental
sampling yang merupakan metode pengambilan sampel berdasarkan faktor pertimbangan
kemudahan, artinya responden diambil sebagai sampel penelitian karena kebetulan responden
tersebut berada di tempat dan memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian. Pengambilan data
dalam penelitian ini menggunakan kuesioner fisik yang diberikan peneliti secara langsung
kepada responden dengan mendatangi responden yang sedang merokok serta sesuai dengan
kriteria penelitian.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel terikat (dependent variable) dan
variabel bebas (independent variable). Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian
ini adalah ketergantungan nikotin, sedangkan variabel bebas (independent variable) dalam
penelitian ini adalah kepribadian big five dan peer attachment. Berikut ini adalah definisi
operasional dari masing- masing variabel:
1. Ketergantungan Nikotin
Ketergantungan nikotin menurut American Psychological Association adalah
keadaan psikologis atau fisik (atau keduanya) pada penggunaan alkohol atau obat
lain yang penggunaannya sudah diatas normal (dalam Shiffman et al, 2004).
Ketergantungan nikotin mempunyai 5 dimensi yaitu: (1) Drive (ditandai dengan
23
nafsu keinginan, dan penarikan merokok), (2)Priority (ditandai dengan preferensi
untuk merokok di atas penguat lainnya), (3)Tolerance (ditandai dengan
berkurangnya sensitivitas terhadap efek merokok), (4)Continuity (ditandai dengan
keteraturan tingkat merokok), dan (5)Stereotypy (ditandai dengan kebiasaan
merokok di berbagai situasi).
2. Kepribadian Big Five
Kepribadian big five adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan
munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku (Pervin et al, 2008).
Dimensi kepribadian big five terdiri dari 5 faktor atau tipe yaitu: (1)openness
(keterbukaan terhadap pengalaman yang mendeskripsikan keluasan, kedalaman
dan kompleksitas mental individual serta kehidupan eksperiensial,
(2)conscientiusness (mendeskripsikan perilaku yang berorientasi dengan tugas
serta tujuan implus yang dipersyaratan secara sosial), (3)extraversion (merangkum
sifat yang interpersonal maksudnta sifat tersebut menggambarkan apa yang
dilakukan orang kepada orang lain dan dengan orang lain), (4)agreeableness
(menilai kualitas orientasi interpersonal individu sepanjang kontinum dari perasan
terhadap antagonisme dalam pemikiran, perasaan, dan tindakan), dan
(5)neuroticism (bertolak belakang dengan stabilitas emosional dalm hal yang
lebuuh luas mencakup perasaan negatif termasuk kecemasan, rasa sedih, rasa
rapuh, dan ketegangan saraf).
3. Peer Attachment
Peer attachment adalah persepsi individu tentang sejauh mana ia dan teman-teman
sebayanya dapat saling memahami, berkontribusi dengan baik, dan mendapatkan
rasa aman dan nyaman dari relasinya tersebut (Armsden & Greenberg, 1978).
Peer attachment memiliki 3 dimensi yaitu: (1)peer trust (ketergantungan atau
24
kepercayaan pada keandalan seseorang), (2)peer communication (sejauhmana
individu berkomunikasi untuk berhubungan dan bertukar ide, pengetahuan,
perasaan, dan pengalaman serta untuk tujuan interpersonall dan sosial lainnya),
dan (3)peer alienation (tidak adanya hubungan dekat dengan individu lain yang
menyebabkan ketidakpuasan, keterasingan, dan terisolasi).
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan skala sebagai alat
pengumpul data. Skala adalah sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh
jawaban dari responden. Skala yang digunakan adalah model skala Likert yaitu
pernyataan pendapat yang disajikan kepada responden yang memberikan indikasi
pernyataan setuju atau tidak setuju. Jawaban setiap item Instrumen ini memiliki
rentang dan tertinggi (sangat positif) sampai terendah (sangat negatif). Tiap item
diukur melalui 4 kategori jawaban yaitu ” Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Tidak
Setuju” (TS), dan “Sangat Tidak Setuju” (STS). Hal ini dilakukan ini untuk
menghindari terjadinya pemusatan (Cental Tendency) atau menghindari jumlah
respon yang bersifat netral.
Instumen pengumpulan data ini terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan
pernyataan negati (unfavorable). Skor tertinggi diberikan pada pilihan jawaban yang
sangat setuju dan skor terendah diberikan pada pilihan sangat tidak setuju untuk
pernyataan favorable. Selanjutnya skor tertinggi untuk pernyataan unfavorable
diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak setuju dan skor terendah diberikan pada
pilihan jawaban sangat setuju.
25
Tabel 3.1
Skor Pengukuran Skala
Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Sesuai
(STS) 1 4
Tidak Sesuai
(TS) 2 3
Sesuai
(S) 3 2
Sangat Sesuai
(SS) 4 1
3.3.1 Skala Ketergantungan Nikotin
Pada penelitian ini, peneliti mengadaptasi skala adiksi tingkat ketergantungan
nikotin yang dikembangkan oleh Shiffman et al (2004), yaitu The Nicotine
Dependence Syndrome Scale (NDSS) terdapat lima dimensi, yaitu: drive,
priority, tolerance, continuity, dan stereotypy. Skala ini memiliki 19 item
pernyataan yang diukur dengan menggunakan 4 point skala likert mulai dari 1
(tidak pernah), 2 (jarang), 3 (sering) sampai 4 (sangat sering).
26
Tabel 3.2
Blue Print Ketergantungan Nikotin
Table 3.2
Blue Print Ketergantungan Nikotin
No. Dimensi Indikator Item Jumlah
Fav Unfav
1. Drive Keinginan yang
kuat untuk merokok
dan sulit untuk
mengontrolnya
1,2,3,4 5 5
2. Priority Merokok lebih
penting dari hal
lainnya
6,7,8 3
3. Tolerance Sensitivitas
merokok berkurang
seiring berjalannya
waktu
10,11 9 3
4. Continuity Merokok yang
berkelanjutan dan
keteraturan dalam
intensitasnya
12,13,14,1
5,16
5
5. Streotypy Merokok di
berbsgai keadaan
dan situasi.
17,18,19 3
Jumlah 17 2 19
3.3.2 Skala Kepribadian Big Five
Pada penelitian ini, peneliti mengadaptasi alat ukur Kurzversion Big Five
Personality Inventory (BFI-K) yang dikembangkan oleh Pervin et al (2008).
Skala ini disusun berdasarkan indikator tertentu yang terdapat di dalam aspek-
aspek tipe kepribadian, yaitu: openness, conscientiousness, extraversion,
agreeableness, dan neuroticism. Item dalam BFI-K terdiri dari 44 item dengan
menggunakan skala likert 4 point dimana pernyataan 1 = sangat tidak setuju
sampai 4 = sangat setuju.
27
Table 3.3
Blue Print Kepribadian Big Five
No. Dimensi Indikator Item Jumlah
Fav Unfav
1. Openness Kreatif, suka
menemukan ide-
ide baru, ingin tahu
tentang banyak hal,
memiliki imajinasi
yang aktif dan
menjunjung tinggi
nilai artistik serta
pengalaman estetik.
5,10,15,20,
25,30,
40,44
35,41 10
2. Conscientiousness Mengerjakan
pekerjaan dengan
teliti, tekun
mengerjakan tugas
hingga selesai,
melakukan sesuatu
dengan efisisen,
dan suka membuat
perencanaan dan
mewujudkannya.
3,13,28,
33,38
8,18,23
,
43
9
3. Extraversion Banyak bicara,
pernuh semangat,
memiliki
antusiasme yang
tinggi, memiliki
kepribadian asertif
(tegas) dan mudah
bergaul.
1,11,16,
26,36
6,21,31 8
4. Aggreableness Memiliki sifat
pemaaf, mudah
percaya dengan
orang lain,
perhatian, baik
terhadap semua
orang, dan dapat bekerjasama dengan
orang lain
7,17,22,
32,42
2,12,27
,
37
9
5. Neuroticism Terkadang beriskap
tegang, mudah
cemas, mudah
murung dan mudah
merasa gugup.
4,14,19,
29,39
9,24,34 8
Jumlah 28 16 44
28
3.3.3 Skala Peer Attachment
Pada penelitian ini, peneliti mengadaptasi alat ukur Inventory of Parent and
Peer Attachment (IPPA) yang dikembangkan oleh Armden dan Greenberg
(1987) yang memiliki tiga dimensi, yaitu: peer trust, peer communication, dan
peer alienation. Item dalam IPPA terdiri dari 25 item dengan menggunakan
skala likert 4 point dimana pernyataan 1 = sangat tidak setuju sampai 4 =
sangat setuju.
Tabel 3.4
Blue Print Peer Attachment
No
.
Dimensi Indikator Item Jumla
h Fav Unfav
1. Peer Trust Teman memahami
diri,
Teman yang
menerima diri
6,8,12,
13,14,15,
19,20,21
5 10
2. Peer
Communication
Komunikasi yang
berjalan dengan pertemanan,
Menyelesaikan
masalah bersama
1,2,3,
7,16,17,
24,25
8
3. Peer
Alienation
Intensitas
pertemuan dengan
teman,
Marah dengan teman
4,9,10,
11,18,22,
23
7
Jumlah 25
3.4. Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap validitas konstruk
dari keempat instrumen yang digunakan, yaitu: 1) Ketergantungan Nikotin 2) kepribadian big
five 3) Peer Attachment. Untuk menguji validitas kontruk instrumen pengukuran dalaam
penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan analisis faktor berupa Confirmatory Factor
29
Analysis (CFA). Pengujian analisis CFA ini dilakukan dengan bantuan software LISTREL
8.7. Adapun langkah-langkah dalam menguji CFA (Umar, 2011):
1) Sebuah konsep yang didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun dengan
pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini dikenal sebagai
faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisisi terhadap
respon atas item-itemnya.
2) Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun setiap subtest
hanya mengukur satu faktor. Artinya, baik item maupun subtest memiliki sifat
unidimensional.
3) Adanya data yang tersedia dapat diestimasi oleh matriks korelasi antar item yang
seharusnya diperoleh jika memang memiliki sifat unidimensional. Matriks korelasi ini
disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris yang
disebut matriks S. Apabila teori tersebut benar (bersifat unidimensional) maka
tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ dengan matriks S dan dapat dinyatakan
∑ - S = 0.
4) Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi square.
Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0,05), maka hipotesis nihil tersebut “tidak
ditolak”. Artinya, teori unidimensional tersebut dapat diterima bahwa item maupun
subtest instrument hanya dapat mengukur sati faktor saja.
5) Apabila model fit, maka langkah selanjutnya yaitu menguji apakah item tersebut
signifikan atau tidak untuk mengukur apa yang akan di ukur dengan menggunakan t-
test. Jika hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang akan diukur, sebaiknya item yang demikian di drop. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan taraf kepercayaan 95% sehingga item yang
dikatakan signifikan adalah item yang memiliki t-value lebih dari 1,96 (t > 1,96).
30
6) Selanjutnya, jika dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya
negatif maka item tersebut harus di drop. Sebab hal tersebut tidak sesuai dengan sifat
item yang bersifat positif (favorable).
3.4.1 Uji Validitas Ketergantungan Nikotin
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji Vliditas konstruk dengan model CFA
terhadap 19 item dari skala Ketergantungan Nikotin yang terdiri dari 5 dimensi, yaitu
drive, priority, tolerance, continuity, dan streotypy. Peneliti menguji apakah 19 item dri
skala ketergntungan nikotin bersifat unidimensional, artinya seluruh item hanya
mengukur skala ketergantungan nikotin. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan model
satu faktor tidak fit dengan nilai chi-square= 931.01, df=152, P-value=0.00000, dan
RMSEA=0.124. oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi sebanyak 54 kali
terhaadap dimana kesalahan pengukuran pda beberapa item diperbolehkan berkorelasi
dengan item lainnya sehingga diperoleh model fit dengan nilai chi-square= 120.61, df=
98, p-value= 0.06032, dan RMSEA= 0.027. Nilai chi-sqaure menghasilkan p-value >
0.05 (signifikan), artinya model faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu ketergantungan nikotin.
Langkah selanjutnya, peneliti meliht signifikan atau tidaknya dalam mengukur apa
yang hendak diukur daan menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak.
Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap muatan faktor. Jika nilai t >
1,96 maka item tersebut signifikan dan begitu sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk
item ketergantungan nikotin dapat dilihat dari tabel 3.7 berikut:
31
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Ketergantungan Nikotin No Item. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
ITEM 1 0.56 0.05 11.02
ITEM 2 0.69 0.05 13.36
ITEM 3 0.45 0.05 8.54
ITEM 4 0.59 0.05 11.60
ITEM 5 0.40 0.06 7.30
ITEM 6 0.72 0.05 13.79
ITEM 7 0.52 0.05 9.98
ITEM 8 0.57 0.05 710.79
ITEM 9 0.69 0.05 14.03
ITEM 10 0.50 0.05 9.19
ITEM 11 0.61 0.06 11.01
ITEM 12 0.50 0.05 9.25
ITEM 13 0.53 0.05 10.05
ITEM 14 0.50 0.05 9.36
ITEM 15 0.64 0.05 13.03
ITEM 16 0.40 0.05 7.31
ITEM 17 0.72 0.05 14.52
ITEM 18 0.72 0.05 14.81
ITEM 19 0.67 0.05 13.57
Keterangan: tanda = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.5 nilai t untuk koefisien seluruh item memenuhi nilai signifikansi
t > 1.96. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh item dapat diikutsertakan dalam analisis uji
hipotesis.
32
3.4.2 Uji Validitas Openness
Peneliti menguji apakah 10 item yang bersifat unidimensional, artinya seluruh item
hanya mengukur dimensi Openness. Dari hasil analisis CFA yang diilakukan model
satu faktor tidak fit dengan nilai chi-square= 412.39, df= 35, p-value= 0.00000,
RMSEA= 0.181.
Setelah peneliti melakukan modifikasi sebaanyak 11 kali terhadap model
dimana kesalahan pengukuraan pada beberpa item diperbolehkan berkorelasi dengan
item lainnya sehingg diperoleh model fit dengan nilai chi-square= 35.84, df= 24, p-
value= 0.05689, RMSEA= 0.039. Nilai chi-square menghasilkan p-value > 0.05
(fignifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu openness.
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Openness No Item. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
ITEM 1 0.73 0.05 14.62
ITEM 2 0.79 0.05 16.62
ITEM 3 0.70 0.05 13.32
ITEM 4 0.76 0.05 14.74
ITEM 5 0.61 0.05 11.75
ITEM 6 0.77 0.05 15.87
ITEM 7 -0.52 0.05 -9.87 ×
ITEM 8 -2.32 0.06 -2.32 ×
ITEM 9 -0.39 0.05 -7.16 ×
ITEM 10 -0.12 0.06 -2.20 ×
Keterangan: tanda = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.6 dapat dilihat bahwa terdapat empat item yang memiliki
nilai t < 1.96 yaitu item 7, item 8, item 9, dan item 10. Dengan demikian, item 7, item
8, item 9, dan item 10 akan di drop yang berarti item tersebut tidak akan ikut
33
dianalisis dalam perhitungan faktor skor dan hanya 6 item yang diikutsertakan dalam
analisis uji hipotesis.
3.4.3 Uji Validitas Conscientiousness
Peneliti menguji apakah 9 item yang bersifat unidimensional, artinya seluruh item hanya
mengukur dimensi Conscientiousness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan model
satu faktor tidak fit dengan nilai chi-square= 224.79, df= 27, p-value= 0.00000,
RMSEA=0.149. Setelah peneliti melakukan modifikasi sebaanyak 7 kali terhadap model
dimana kesalahan pengukuraan pada beberapa item diperbolehkan berkorelasi dengan
item lainnya sehingg diperoleh model fit dengan nilai chi-square= 26.41, df= 20, p-
value= 0.15284, RMSEA= 0.031. Nilai chi-square menghasilkan p-value > 0.05
(Signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu conscientiousness.
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Conscientiousness No Item. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
ITEM 1 0.73 0.05 13.88
ITEM 2 0.41 0.06 6.80
ITEM 3 0.72 0.05 13.62
ITEM 4 0.38 0.06 6.55
ITEM 5 0.34 0.06 5.67
ITEM 6 0.47 0.06 8.20
ITEM 7 0.08 0.06 15.27
ITEM 8 0.08 0.06 1.34 ×
ITEM 9 -0.31 0.06 -5.30 ×
Keterangan: tanda = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.7 dapat dilihat bahwa terdapat dua item yang memiliki
nilai t < 1.96 yaitu item 8 dan item 9. Dengan demikian, item 8 dan item 9 akan di
34
drop yang berarti item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor
skor dan hanya 7 item yang diikutsertakan dalam analisis uji hipotesis.
3.4.4 Uji Validitas Extraversion
Peneliti menguji apakah 8 item yang bersifat unidimensional, artinya seluruh item hanya
mengukur dimensi Extraversion. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan model satu
faktor tidak fit dengan nilai chi-square= 191.78, df= 20, p-value= 0.00000,
RMSEA=0.162. Setelah peneliti melakukan modifikasi sebaanyak 10 kali terhadap model
dimana kesalahan pengukuraan pada beberapa item diperbolehkan berkorelasi dengan
item lainnya sehingg diperoleh model fit dengan nilai chi-square= 12.03, df= 10, p-
value= 0.28337, RMSEA= 0.025. Nilai chi-square menghasilkan p-value > 0.05
(signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu extraversion.
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Extraversion No Item. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
ITEM 1 0.63 0.06 9.95
ITEM 2 0.46 0.06 7.45
ITEM 3 0.80 0.06 12.96
ITEM 4 0.68 0.06 11.98
ITEM 5 0.59 0.07 8.03
ITEM 6 0.59 0.06 10.60
ITEM 7 0.30 0.06 4.91
ITEM 8 0.12 0.06 1.78 ×
Keterangan: tanda = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.8 dapat dilihat bahwa terdapat satu item yang memiliki
nilai t < 1.96 yaitu item 8. Dengan demikian, item 8 akan di drop yang berarti item
tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor dan hanya 7 item
yang diikutsertakan dalam analisis uji hipotesis.
35
3.4.5 Uji Validitas Agreeableness
Peneliti menguji apakah 8 item yang bersifat unidimensional, artinya seluruh item hanya
mengukur dimensi Agreeableness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan model satu
faktor tidak fit dengan nilai chi-square= 191.78, df= 20, p-value= 0.00000,
RMSEA=0.162. Setelah peneliti melakukan modifikasi sebaanyak 10 kali terhadap
model dimana kesalahan pengukuraan pada beberapa item diperbolehkan berkorelasi
dengan item lainnya sehingg diperoleh model fit dengan nilai chi-square= 12.03, df= 10,
p-value= 0.28337, RMSEA= 0.025. Nilai chi-square menghasilkan p-value > 0.05
(signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu extraversion.
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Agreeableness No Item. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
ITEM 1 0.25 0.06 3.78
ITEM 2 0.65 0.05 12.54
ITEM 3 0.49 0.06 8.73
ITEM 4 0.61 0.05 11.45
ITEM 5 0.87 0.05 18.12
ITEM 6 -0.24 0.06 -4.09 ×
ITEM 7 0.56 0.05 10.36
ITEM 8 -0.46 0.06 -8.16 ×
ITEM 9 -0.03 0.06 -0.57 ×
Keterangan: tanda = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.9 dapat dilihat bahwa terdapat satu item yang memiliki
nilai t < 1.96 yaitu item 6, item 8 dan item 9. Dengan demikian, item 6, item 8 dan
item 9 akan di drop yang berarti item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam
perhitungan faktor skor dan hanya 7 item yang diikutsertakan dalam analisis uji
hipotesis.
36
3.4.6 Uji Validitas Neuroticsm
Peneliti menguji apakah 8 item yang bersifat unidimensional, artinya seluruh item hanya
mengukur dimensi neuroticism. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan model satu
faktor tidak fit dengan nilai chi-square= 103.60, df= 20, p-value= 0.00000,
RMSEA=0.113. Setelah peneliti melakukan modifikasi sebaanyak 10 kali terhadap
model dimana kesalahan pengukuraan pada beberapa item diperbolehkan berkorelasi
dengan item lainnya sehingg diperoleh model fit dengan nilai chi-square= 24.59, df= 15,
p-value= 0.0570, RMSEA= 0.044. Nilai chi-square menghasilkan p-value > 0.05
(signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu Neuroticsm.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Neuroticism No Item. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
ITEM 1 0.72 0.05 13.56
ITEM 2 0.45 0.06 7.75
ITEM 3 0.78 0.05 14.93
ITEM 4 0.60 0.06 10.96
ITEM 5 0.50 0.06 8.79
ITEM 6 0.31 0.06 5.10
ITEM 7 0.47 0.06 8.04
ITEM 8 0.00 0.06 0.01 ×
Keterangan: tanda = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.10 dapat dilihat bahwa terdapat satu item yang memiliki nilai
t < 1.96 yaitu item 8. Dengan demikian, item 8 akan di drop yang berarti item tersebut
tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor dan hanya 7 item yang
diikutsertakan dalam analisis uji hipotesis.
37
3.4.7 Uji Validitas Peer Trust
Peneliti menguji apakah 10 item yang bersifat unidimensional, artinya seluruh item
hanya mengukur dimensi Peer Trust. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan model satu
faktor tidak fit dengan nilai chi-square= 728.83, df= 35, p-value= 0.00000,
RMSEA=0.246. Setelah peneliti melakukan modifikasi sebaanyak 13 kali terhadap
model dimana kesalahan pengukuraan pada beberapa item diperbolehkan berkorelasi
dengan item lainnya sehingg diperoleh model fit dengan nilai chi-square= 32.49, df= 22,
p-value= 0.06943, RMSEA= 0.038. Nilai chi-square menghasilkan p-value > 0.05
(signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu peer trust.
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Peer Trust No Item. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
ITEM 1 0.77 0.05 15.19
ITEM 2 0.35 0.06 5.82
ITEM 3 0.70 0.05 13.26
ITEM 4 0.75 0.05 14.78
ITEM 5 0.68 0.05 13.23
ITEM 6 0.47 0.06 8.21
ITEM 7 0.58 0.06 10.09
ITEM 8 0.46 0.06 7.97
ITEM 9 0.25 0.06 4.32
ITEM 10 0.35 0.06 6.16
Keterangan: tanda = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
38
Berdasarkan tabel 3.11 nilai t untuk koefisien seluruh item memenuhi nilai
signifikansi t > 1.96. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh item dapat diikutsertakan
dalam analisis uji hipotesis
3.4.8 Uji Validitas Peer Communication
Peneliti menguji apakah 10 item yang bersifat unidimensional, artinya seluruh item
hanya mengukur dimensi Peer Trust. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan model satu
faktor tidak fit dengan nilai chi-square= 191.38, df= 20, p-value= 0.00000,
RMSEA=0.162. Setelah peneliti melakukan modifikasi sebaanyak 8 kali terhadap model
dimana kesalahan pengukuraan pada beberapa item diperbolehkan berkorelasi dengan
item lainnya sehingg diperoleh model fit dengan nilai chi-square= 12.72, df=12, p-
value= 0.38944, RMSEA= 0.014. Nilai chi-square menghasilkan p-value > 0.05
(signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu peer communication.
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Peer Communication No Item. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
ITEM 1 0.36 0.06 5.86
ITEM 2 0.23 0.06 3.71
ITEM 3 0.19 0.06 3.03
ITEM 4 0.45 0.06 7.63
ITEM 5 0.76 0.05 14.13
ITEM 6 0.71 0.05 13.02
ITEM 7 0.63 0.06 11.06
ITEM 8 0.61 0.06 10.60
Keterangan: tanda = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
39
Berdasarkan tabel 3.12 nilai t untuk koefisien seluruh item memenuhi nilai
signifikansi t > 1.96. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh item dapat diikutsertakan
dalam analisis uji hipotesis.
3.4.9 Uji Validitas Peer Alienation
Peneliti menguji apakah 10 item yang bersifat unidimensional, artinya seluruh item
hanya mengukur dimensi peer alienation. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan model
satu faktor tidak fit dengan nilai chi-square= 190.25, df= 14, p-value= 0.00000,
RMSEA=0.196. Setelah peneliti melakukan modifikasi sebaanyak 8 kali terhadap model
dimana kesalahan pengukuraan pada beberapa item diperbolehkan berkorelasi dengan
item lainnya sehingg diperoleh model fit dengan nilai chi-square= 15.16, df=9, p-value=
0.08673, RMSEA= 0.046. Nilai chi-square menghasilkan p-value > 0.05 (signifikan),
artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh item hanya
mengukur satu faktor saja yaitu peer alienation.
Tabel 3.13
Muatan Faktor Item Peer Alienation No Item. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
ITEM 1 0.68 0.05 13.22
ITEM 2 0.79 0.06 14.03
ITEM 3 0.63 0.05 12.06
ITEM 4 0.76 0.06 13.45
ITEM 5 0.48 0.06 8.31
ITEM 6 0.24 0.06 4.36
ITEM 7 -0.09 0.06 -1.59 ×
Keterangan: tanda = signifikan (t > 1.96); × = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.13 dapat dilihat bahwa terdapat satu item yang memiliki
nilai t < 1.96 yaitu item 7. Dengan demikian, item 7 akan di drop yang berarti item
40
tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor dan hanya 6 item
yang diikutsertakan dalam analisis uji hipotesis.
3.5. Teknik Analisis Data
Dalam menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Dalam
hal ini yang dijadikan DV (variabel yang dianalisis variannya) yaitu Ketergantungan Nikotin,
sedangkan yang dijadikan IV (prediktor) adalah kepribadian Big Five, dan Peer Attechment.
Setelah melakukan analisis faktor dengan metode CFA (Confirmatory Factor
Analysis), maka akan didapat data variabek berupa true-score yang selanjutnya dijadikan
input untuk dianalisis dengan regresi berganda. Karena dalam penelitian ini akan dilakukan
pengujian hipotesis dengan analisis statistik, maka hipotesis penelitian yanga ada diubah
menjadi hipotesis nihil. Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik
nantinya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis regresi berganda di mana
terdapat lebid dari satu variabel bebas untuk memprediksi variabel yang terikat.
Pada penelitian ini terdapat delapan independent variabel (variabel bebas) dan satu
dependent variabel (variabel terikat). Adapun persamaan regresi berganda untuk penelitian
ini sebagai berikut:
Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 +e
Keterangan:
Y = Nilai prediksi Y (Ketergantungan Nikotin)
a = Intercept (konstan)
b = Koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = Openness
X2 = Conscientiousness
X3 = Extraversion
41
X4 = Agreeableness
X5 = Neuroticism
X6 = Peer Trust
X7 = Peer Communication
X8 = Peer Alieniation
e = residu
Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, yaitu koefisien determinasi yang
menunjukkan besarnya proporsi (presentase) varians dari DV yang bisa dijelaskan oleh
bervariasinya IV secara keseluruhan.
Adapun rumus untuk mendapatkan nilai R2 sebagai berikut:
R2 =SSreg
SSy
Keterangan:
R2 = Proporsi varians yang dapat dijelaskan oleh keseluruhan IV.
SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung apabila koefisien regresi
telah diperoleh.
SSy = Jumlah kuadrat dari DV (Y)
42
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 329 responden yangmerupakan siswa SMA
pada tabel 4.1 terdapat gambaran mengenai sampel penelitian sebagai berikut:
Tabel 4.1
Deskripsi Sampel Penelitiaan Berdasarkan Data Demografis
Responden Penelitian Frekuensi Persentase (%)
Sekolah
SMAN 104 Jakarta
SMAN 51 Jakarta
SMAN 48 Jakarta
Usia
15
158
96
75
60
48,03%
29,18%
22,79%
18,2%
16 146 44,4%
17 95 28,9%
18 28 8,5%
Jenis Kelamin
Laki-laki 261 79,3%
Perempuaan 68 20,7%
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas responden
berasal dari SMAN 104 Jakarta sebanyak 158 responden (48,03%), selanjutnya SMAN 51
sebanyak 96 responden (29,18), dan SMAN 48 Jakara sebanyak 75 responden (22,79%).
Selanjutnya responden berusia 16 tahun sebanyak 146 responden (44,4%). Sedangkan jumlah
responden paling sedikit berusia 18 tahun sebanyak 28 responden (8,5%). Kemudian,
mayoritas responden pada penelitian ini paling banyak laki-laki sebanyak 261 responden
(79,3%) dan perempuan sebanyak 68 responden (20,7%).
43
4.2 Analisis deskriptif Variabel Penelitian
Analisis deskriptif pada penelitiaan ini menggunakan nilai faktor. Nilai faktor didapatkan
dengan mengubah seluruh nilai item pada dimensi yang sama menjadi satu nilai yang
disebut factor score pada softwaare SPSS. Tujuan penggunaaan factor score adalah untuk
menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuruan. Factor score kemudian diubah
menjadi true score untuk menghilangkan bilangan negatif.
Untuk menjelaskan gambaran umum tentang statistik deskriptif dari setiap variabel
dalam penelitian ini, indeks yang menjadi patokan adaalh nilai minimum, dan standar
deviasi (SD) dari masing-masing variabel. Gambaran hasil nalisis deskriptif depat dilihat
dlam tabel 4.2 sebgai berikut:
Tabel 4.2
Tabel Analisis Deskriptif Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Ketergantungan Nikotin 329 13.78 70.39 50.0000 9.47337
Oppenness 329 29.73 72.55 50.0000 9.13596
Consciousness 329 26.32 73.83 50.0000 8.79426
Extraversion 329 28.67 72.03 50.0000 8.68618
Agreeableness 329 31.38 71.51 50.0000 8.78808
Neuroticism 329 27.95 72.99 50.0000 8.73773
Peer Trust 329 25.67 72.99 50.0000 9.09929
Peer Communication 329 26.70 74.30 50.0000 8.77970
Peer Alienation 329 26.52 69.68 50.0000 8.66841
Valid N (listwise) 329
Dependent Variabel yaitu Ketergantungan Nikotin memiliki nilai minimum 13.78, maximum
70.39 dan staandar deviasi (SD) 9.47337. Variabel openness memiliki nilai minimum 29.73,
maximum 72.55, dan standar deviasi (SD) 9.13596. Variabel consciousness memiliki nilai
minimum 26.32, maximum 73.83, dan standar deviasi (SD) 8.79426. Variabel extraversion
memiliki nilai minimum 28.67, maximum 72.03, dan standar deviasi (SD) 8.68618. Variabel
44
agreeableness memiliki nilai minimum 31.38, maximum 71.51, danstandar deviasi (SD)
8.78808. Variabel neuroticism memiliki nilai minimum 27.95, maximum 72.99, dan standar
deviasi (SD)8.737. Variabel peer trust memiliki nilai minimum 25.67, maximum 72.99, dan
standar deviasi (SD) 9.09929. Variabel peer communication memiliki nilai minimum 26.70,
maximum 74.30, dan standar deviasi (SD) 8.77970. Variabel peer alienation memiliki nilai
minimum 26.52, maximum 69.68, standar deviasi (SD) 8.66841.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi skor variabel penelitian bertujuan untuk menempatkan subjek ke dalam
kelompok-kelompok yang terpisah berdasarkan skor pada variabel yang diukur apakah subjek
tergolong kelompok dengan skor rendah, skor sedang, maupun skor tinggi. Sebelum
mengkategorisasikan skor masing-masing variabel berdasarkan tingkat rendah, sedangm dan
tinggi. Peneliti menetapkan norma skor dengan menggunakan norma dari skor dengan
menggunakan mean dan standar deviasi (dalam tabel 4.3). setelah itu akan didapatkan
persentase pada masing-masing kategori setiap variabel.
Tabel 4.3
Norma Kategorisasi Nilai Variabel Penelitian Kategorisasi Norma
Rendah
Sedang
X < M + 1SD
M – SD ≤ X ≤ M + SD
Tinggi X > M – 1SD
Setelah kategorisasi norma, selanjutnya akan dijelaskan perolehan nilai persentase
kategorisasi untuk variabel dlaam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah
ketergantungan nikotin, openness, conscientiousness, extraversion, agreeableness,
neuroticism, peer trust, peer communication, peer alienation yang ditampilkan pada tabel 4.4
sebagai berikut:
45
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Variabel
Frekuensi (%)
Rendah Sedang Tinggi
Ketergantungan Nikotin 37 (11.2%) 247 (75.1%) 45 (13.7%)
Openness 38 (11.6%) 240 (72.9%) 51 (15.5%)
Conscientiousness 45 (13.7%) 252 (76.6%) 32 (9.7%)
Extraversion 37 (11.2%) 258 (78.4%) 34 (10.3%)
Agreeableness 45 (13.7%) 246 (74.8%) 41 (12.5%)
Neuroticsm 45 (13.7%) 258 (78.4%) 26 (7.9%)
Peer Trust 51 (15.5 %) 233 (70.8%) 45 (13.7%)
Peer Communication 52 (15.8%) 246 (74.8%) 31 (9.4%)
Peer Alienation 49 (14.9%) 239 (72.6%) 41 (12.5%)
Berdasarkan tabel 4.4 variabel Ketergantungan nikotin siswa/i SMAN 104, SMAN 51
dan SMAN 48 Jakarta memiliki nilai frekuensi yang cenderung tinggi, kemudian variabel
openness juga memiliki nilai frekuensi yang cenderung tinggi. consciousness, extraversion,
agreeableness, neuroticism, peer trust, peer communication, peer alienation memiliki nilai
frekuensi yang cenderung rendah.
4.4 Hasil Uji Hipotesis
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian
Pada tahap ini penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda dengan
menggunakan software SPSS 20. Seperti yang telah dipaparkan pada bab 3, dalam regresi
terdapat dua hal yang dilihat yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen
(%) varians dependent variable (DV) yang dijelaskan oleh independent variable (IV),
kemudian yang terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-
masing independent variable (IV) yang ditampilkan pada tabel 4.5 sebagai berikut:
46
Tabel 4.5
R Square Model R R Square Adjusted R Square
1 .487 a .237 .218
Predictors: (Constant), PeerAlienation, Openness, Neuroticism, PeerCommunication, Conscientiousness,
PeerTrust, Extraversion, Agreeableness
Pada tabel 4.5 diperoleh nilai R square sebesar 0.237 atau 23.7%. Artinya pengaruh
proporsi kepribadian big five (opennes, consciousness, extraversion, agreeableness, dan
neuroticism) dan peer attachemnt (peer trust, peer communication, dan peer alienation)
terhadap ketergantungan nikotin pada siswa/i SMAN 48 Jakarta sebesar 23.7%, sedangkan
sisanya 66.3% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.
Langkah kedua dalam penelitian ini adalah menganalisis pengaruh dari keseluruhan
variabel terhadap ketergantungan nikotin dengan menggunakan metode uji F (uji hipotesis)
yang ditampilkan pada tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Signifikansi Uji Regresi Model Sum of Square Df Mean Square F Sig.
Regression 6974.295 8 871.787 12.420 .000
Residual 22461.997 320 70.194
Total 29436.292 328
a. Dependent Variabel: Ketergantungan nikotin
b. Predictors: (Constant), Peer Alienation, Openness, Neuroticim, Peer Communication,
Conscientiousness, Peer Trust, Extraversion, Agreeableness.
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat hasil uji F (uji hipotesis) sebesar 12.420 dengan
sig .000 (sig < 0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
signifikan antara variabel kepribadian big five (openness, consciousness, extraversion,
agreeableness, dan neuroticism), Peer Attachemnt (Peer Trust, Peer Communication, Peer
Alienation) terhadap Ketergantungan Nikotin ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan
antara variabel kepribadian big five (openness, consciousness, extraversion, agreeableness,
47
dan neuroticism) dan Peer Attachemnt (Peer Trust, Peer Communication, Peer Alienation)
terhadap Ketergantungan Nikotin.
Selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-masing independet
variable (IV). Jika sig < 0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti
independet variable (IV) memiliki pengaruh terhadap adiksi game online yang ditampilkan
pada tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.7
Koefisien Regresi Independent Variable (IV) terhadap Dependent Variable (DV)
Model
Ustandardized Coefficients Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 20.627 3.467 5.949 .000*
Openness -.119 .097 -.115 -1.226 .221
Consciousness .105 .096 .098 1.096 .274
Extraversion -.148 .101 -.136 -1.463 .144
Agreeableness .013 .117 .012 .112 .911
Neuroticism .203 .081 .187 2.511 .013*
Peer Trust .149 .088 .143 1.686 .093
Peer Communication .083 .085 .077 .971 .333
Peer Alienation .302 .072 .276 4.167 .000*
Dependent Variabel: Ketergantungan Nikotin. Keterangan: (*) signifikan.
Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan persamaan regresi sebagai berikut:
Ketergantungan Nikotin = 20.627 - 0.119 openness + 0.105 consciousness - 0.148
extraversion + 0.013 agreeableness + 0.203 neuroticism + 0.149 peer trust + 0.083 peer
communication + 0.302 peer alienation.
Untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi,dapat dilihat melalui nilai sig
pada tabel 4.7. Jika nilai sig < 0.05 maka pengaruh koefisien regresi yang dihasilkan oleh
independent variable (IV) dapat dikatakan signifikan terhadap ketergantungan nikotin dan
48
begitupun sebaliknya. Pada tabel 4.7 terdapat dua koefisien regresi yang signifikan, yaitu
variabel neuroticism dengan nilai sig = 0.013 (sig < 0.05) dan variabel peer alienation
dengan nilai sig = 0.000 (sig <0.05) sedangkan variabel lainnya menghasilkan koefisien
regresi yang tidak signifikan. Hal ini berarti dari sembilan hipotesis minor hanya dua saja
yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing
independent variable (IV) sebagai berikut:
1. Openness
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.021 dan nilai signifikansi sebesar 0.221 (sig >
0.05). Hal ini bermakna H01 yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang signifikan antara
openness terhadap ketergantungan nikotin” diterima. Dapat diartikan bahwa openness
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketergaantungan nikotin.
2. Consciousness
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.196 dan nilai signifikansi sebesar 0.274 (sig >
0.05). Hal ini bermakna H02vyang menyatakan “tidak ada pengaruh yang signifikan
antara consciousness terhadap ketergantungam nikotin” diterima. Dapat diartikan bahwa
consciousness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketergantungan nikotin.
3. Extraversion
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -.148 dan nilai signifikansi sebesar 1.44 (sig >
0.05). Hal ini bermakna H03yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang signifikan antara
extraversion terhadap ketergantungan nikotin” diterima. Dapat diartikan bahwa
extraversion tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketergantungan nikotin.
4. Agreeableness
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar .013 dan nilai signifikansi sebesar 0.911 (sig >
0.05). Hal ini bermakna H04yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang signifikan antara
49
agreeableness terhadap ketergantungan nikotin” diterima. Dapat diartikan bahwa
agreeableness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketergantungan nikotin.
5. Neuroticism
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.203 dan nilai signifikan sebesar 0.013 (sig <
0.05). Hal ini bermakna H05yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang signifikan antara
neuroticism terhadap ketergantungan nikotin” ditolak. Dapat diartikan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara neuroticism terhadap ketergantungan nikotin. Koefisien
yang bertanda positif artinya semakin tinggi neuroticism maka semakin tinggi
ketergantungan nikotin, dan begitupun sebaliknya.
6. Peer Trust
Diporoleh nilai koefisien regresi sebesar .149 dan nilai signifikansi sebesar 0.093 (sig >
0.05). Hal ini bermakna H06yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang signifikan antara
peer trust terhadap ketergantungan nikotin” diterima. Dapat diartikan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara peer trust terhadap ketergantungan nikotin.
7. Peer Communication
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar .083 dan nilai signifikansi sebesar 0.333 (sig >
0.05). Hal ini bermakna H07yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang signifikan antara
peer communication terhadap ketergantungan nikotin” diterima. Dapat diartikan bahwa
peer communication tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketergantungan
nikotin.
8. Peer Alienation
Diperoleh nilai koefisien regresi se vvbesar .302 dan nilai signifikansi sebesar 0.000 (sig
< 0.050). Hal ini bermakna H08yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang signifkan
antara peer alienation terhadap ketergantungan nikotin” ditolak. Dapat diartikan bahwa
peer alienation berpengaruh secara signifikan terhadap ketergantungan nikotin.
50
Koefisien yang bertanda positif artinya semakin tinggi peer alienation maka semakin
tinggi ketergantungan nikotin, dan begitupun sebaliknya.
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat variabel yang memiliki koefisien regresi yang lebih
kuat yaitu variabel neuroticism dan kontrol diri memiliki pengaruh terhadap adiksi game
online dengan nilai signifikan 0.000 (sig < 0.05).
4.4.2 Pengujian Proporsi Varian DV yang Disebabkan Masing-Masing IV
Selanjutnya peneliti menganalisis bagaimana proporsi varian dari masing-masing
independent variable (IV) terhadap ketergantungan nikotin. Pada tabel 4.8 diketahui bahwa
proporsi varian masing-masing independent variable (IV) dari kolom R-square change,
kemudian kolom Fchange adalah hasil uji F dari setiapindependent variable(IV), sementara
pada kolom sig. F change yaitu untuk melihat signifikan atau tidaknya hasil uji F yang telah
dilakukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagi berikut:
Tabel 4.8
Proporsi Varian Masing-Masing Ketergantungan Nikotin (DV) yang Dijelaskan Masing-
Masing Independent Variable (IV).
Model R R Square Adjusment R
Square
Change Statistics
R Square
Change F Change
Sig. F
Change
Openness .178 a .032 .029 .032 10.756 .001*
Consciuosness .277b .076 .071 .045 15.761 .000*
Extraversion .279c .078 .069 .001 .428 .513
Agreeableness .279d .078 .067 .000 .126 .723
Neuroticism .339e .115 .101 .037 13.378 .000*
Peer Trust .428f .183 .168 .068 26.932 .000*
Peer
Communication
.442g .196 .178 .012 4.970 .026*
Peer Alienation .487h .237 .218 .041 17.365 .000*
a. Predictors: (contant), openness.
b. Predictors: (contant), openness, consciousness.
c. Predictors: (costant), openness, consciousness, extraversion.
51
d. Predictors: (constant), openness, consciousness, extraversion, agreeableness. e. Predictors: (constant), openness, consciousness, extraversion, agreeableness, neuroticism.
f. Predictors: (constant), openness, consciousness, extraversion, agreeableness, neuroticism, peertrust.
g. Predictors: (constant), openness, consciousness, extraversion, agreeableness, neuroticism, peertrust,
peercommunication.
h. Predictors: (constant), openness, consciousness, extraversion, agreeableness, neuroticism, peertrust,
peercommunication, peeralienation.
Penjelasan proporsi varian ketergantungan nikotin (DV) yang dijelaskan masing-masing
independent variable (IV) berdasarkan data yang terdapat dari tabel 4.8 sebagai berikut:
1. Variabel openness memberikan sumbangan sebesar 0.032 atau 3.2% dengan nilai sig. F
change = 0.001, sumbangan tersebut signifikan.
2. Variabel conscientiousness memberikan sumbangan sebesar 0.045 atau 4.5% dengan
nilai sig. F change = 0.000, sumbangan tersebut signifikan.
3. Variabel extraversion memberikan sumbangan sebesar 0.001 atau 0.1% dengan nilai sig.
F change = 0.513, sumbangan tersebut tidak signifikan.
4. Variabel agreeableness memberikan sumbangan sebesar 0.000 atau 0.0% dengan nilai
sig. F change = 0.723, sumbangan tersebut tidak signifikan.
5. Variabel neuroticism memberikan sumbangan sebesar 0.037 atau 3,7% dengan nilai sig.
F change = 0.000, sumbangan tersebut signifikan.
6. Variabel peer trust memberikan sumbangan sebesar 0.068 atau 6.8% dengan nilai sig. F
change = 0.000, sumbangan tersebut signifikan.
7. Variabel peer communiction memberikan sumbangan sebesar 0.012 atau 1.2% dengan
nilai sig. F change = 0.026, sumbangan tersebut signifikan.
8. Variabel peer alienation memberikan sumbangan sebesar 0.041 atau 4.1% dengan nilai
sig. F change = 0.000, sumbangan tersebut signifikan.
52
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti sampaikan pada bab empat, maka
kesimpulan dari bab ini adalah “ada pengaruh yang signifikan antara kepribadian big five
(opennes, conscientiousness, extraversion, agreeableness, neuroticsm) dan peer
attachment (peer trust, peer communication, peer alienation).
Berdasarkan hasil uji hipotesis minor dari signifikansi masing-masing independent
variable (IV) terhadap ketergantungan nikotin bahwa terdapat dua variabel yang
signifikan, yaitu variabel neuroticism dan peer alienation. Kemudian ditemukan juga
dalam penelitian tujuh variabel lainnya yang tidak signifikan terhadap ketergantungan
nikotin yaitu openness, conscientiousnesss, extraversion, agreeableness, peer trust dan
peer communication.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah ditemukan pada bab empat, bahwa dimensi
kepribadin big five (openness, conscientiousness, extraversion, agreeableness,
neuroticism) dan peer attachment (peer trust, peer communication, peer alienation)
terhadap ketergantungan nikotin pada siswa/i SMA sebesar 23,7 sedangkan sisanya 66,3
dipengaruhi dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.
5.2 Diskusi
Ketergantungan nikotin yang diteliti pada siswa SMA dengan jumlah responden
sebanyak 329 responden menghasilkan temuan bahwa ketergantungan nikotin pada siswa
SMA cukup tinggi karena hasil penelitian yang didapat peneliti yaitu sebanyak 13.7%
responden memiliki tinggal kecanduan nikotin cukup tinggi. Ketergantungan nikotin
dalam penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kepribadian
big five. Kepribadian big five dalam penelitian ini terdiri dari lima tipe kepribadian yaitu
53
openness, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism. Adapun
dalam penelitian ini tipe kepribadian big five yang berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap ketergantungan nikotin yaitu neuroticsm. Hal ini sejalan dengan
penelitian McCay (2005) menyatakan bahwa kepribadian neuroticism berpengaruh
terhadap ketergantungan nikotin. seseorang yang memiliki kepribadian neuroticism yang
tinggi mudah merasa cemas dan emosi ketika menghadapi kesulitan, dengan demikian
seseorang yang memiliki kepribadian neuroticism yang tinggi cenderung untuk
ketergantungan nikotin sebagai pelarian masalah yang dihadapinya dan seseorang
dengan kepribadian neuroticsm yang tinggi mudah emosi dan sulit mengontrol emosi
tersebut dalam situasi tertentu.
Tipe kepribadian big five yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ketergantungan nikotin yaitu openness, conscientiousness, extraversion, dan
agreeableness. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Terracciano dan
Costa dimana variabel-variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap ketergantungan nikotin.
Variabel lainnya yang berpengaruh yaitu peer Attachment (peer alienation). Hal ini
sejalan dengan penelitian Kobus (2003) menunjukan adanya pengaruh antara teman
sebaya terhadap ketergantungan nikotin pada remaja. Seseorang dengan peer alienation
yang tinggi mudah merasa diasingkan oleh sekitar. Maka dari itu seseorang dengan peer
alienation yang tinggi cenderung ketergantungan terhadap nikotin. Pada peer trust dan
peer communication tidak memberikan sumbangaan terhadap varian ketergantungan
nikotin.
Berdasarkan diskusi yang telah dipaparkan, penelitian ini dapat menjelaskan
bagaimana variabel yang memiliki pengaruh terhadap ketergantungan nikotin. Penelitian
ini memiliki beberapa kelemahan yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
54
adalah specification error. Hal tersebut terjadi karena ketergantungan nikotin dalam
model faktor-faktor yang mempengaruhi ketergantungan nikotin memiliki besar
pengaruh sebesar 23.7% yang dijelaskan oleh variabel kepribadian big five dan peer
attachment. Sehingga masih terdapat 66.3% variabel-variabel yang mempengaruhi
ketergantungan nikotin yang tidak diikut sertakan di dalam penelitian ini. Adapun
variabel yang signifikan pada penelitian ini hanya terdapat dua variabel yaitu neuroticism
dan peet alienation yang memiliki pengaruh terhadap ketergantungan nikotin. Selain itu,
kelemahan lainnya dalam penelitian ini adalah sampling error. Hal tersebut dikarenakan
sampel yang digunakan pada penelitian ini hanya pada siswa/i SMA di tiga sekolah
Jakarta Timur
5.3 Saran
Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti
membagi saran menjadi 2, yaitu saran metodologis dan saran praktis. Saran tersebut
dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan meneliti dependent variabel
yang sama.
5.3.1 Saran teoritis
1. Pada penelitian selanjutnya ada baiknya untuk mengontrol variabel-variabel lain
diluar variabel penelitian. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan random
assignment dalam menempatkan dampel kedalam kelompok penelitian. Sehingga
variasi dalam kelompok dapat lebih besar.
2. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggunalan sampel selain
remaja, seperti dewasa atau anak-anak.
3. Untuk penelitian selajutnya, peneliti disarankan agar menambahkan pada
kuesioner terkait banyaknya jumlah rokok yang dikonsumsi setiap harinya.
55
5.3.2 Saran Praktis
1. Disarankan mengadakan pengayaan atau seminar bagi pihak sekolah
khususnya pihak bimbingan konseling mengenai cara untuk menangani
neorotic agar dapat menyalurkan atau mengalihkan neorotic yg muncul
kedalam hal yang positif seperti mengasah dan mengenali minat atau bakat
yang dimiliki oleh siswa/I SMA sehingga mereka dapat melatih dirinya untuk
tidak mendekati rokok sebagai pelarian dari neorotic yang muncul.
2. Untuk mencegah terjadinya ketergantungan nikotin, sebaiknya pihak sekolah
khususnya pihak bimbingan konseling membuat penyuluhan tentang dampak
negative dari ketergantungan nikotin dengan memberikan pengetahuan dan
pemahaman mengenai kandungan yang terdapat dalam rokok beserta dampak
dari kandungan tersebut. Hal ini bertujuan untuk mencegah dampak negative
dari ketergantungan nikotin seperti gangguan kesehatan dan lain lain.
56
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N. (2013). Faktor-faktor Psikologis yang menentukan Perilaku Merokok pada
Mahasiswa Kedokteran di Univesitas Hasanuddin. Makasar. Skripsi.
Alexander, B.K. & Schweighofer, A.F. (1998). Defining “addiction”. Canadian. Psychology,
29, 151-162.
Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian (Ed. Revisi). Malang: UMM Press.
American Psychological Association. (2015). APA dictionary of psychology (2nd ed.).
Washington, DC: American Psychological Association.
Armden, G. C., & Geenberg, M. T (1987). The Inventory of parent and peer attachemnt:
individual differences and their relationship to psychological well-being in adolescence.
Journal of youth and adolescence. 16 (5), 427-454.
Ashton, M. C., & Lee, Kiboem. (2002). Six Independent Factors Of Personality Variation: A
Response To Saucier. Europeans journals of personality, 16, 63-75.
Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset
kesehatan dasar. www.depkes.go.id.
Bowlby, J. 1982. Attachment and Loss: Vol. 1. Attachment (2nd ed.). Basic Books, New
York.
Bustan, M.N, (1997). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta
Canggih, R. (2012). Perokok usia muda sasaran empuk industri rokok. (2012, 15 mei).
http://surabaya-ehealth.org/pengumuman/perda-kota-surbaya-no-5-tahun-2008
Carmody, T. P (1993). Nicotine dependence: Psychological Approaches to the prevention of
smoking relapse. Psychological of Addictive Behaviour, 7(2), 96-102.
Chaplin, J. P. (2009). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Davison, G., Neale, J., Kring, A. (2010). Psikologi abnormal (9th ed). Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Fagerstrom, K. O, Heatherton, T. F., & Kozlowski, L. T. (1990). Nicotine addiction and its
assesment. Ear, Nose and Troat Journal, 69 (11), 763-765.
Feist, J. & Feist, G. (2009). Teori kepribadian. Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Goldberg, L.R. (1992). The develpment of markers for the big five factor structure.
Psycological assesment.
Global Youth Tobacco Survey . Indonesia Report 2014. WHO SEARO ;2015:11-5.
Infodatin, pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI. Perilaku Merokok Masyarakat
Indonesia. 2013
John, O. P., & Srivastava., S. (1999). The big five trait taxonomy: history, measurement, and
theretical perspectives. University of california, Barkeley.
57
John, P., Robins, R. W., & Pervin, L.A. (2008). Personality: theory and research. 3th ed.
McGraw: Hill Company.
Kobus, K. (2003). Peers and Adolescent smoking. Addiction. 98 (1). 37-55
Laura, King. (2010). Psikologi umum. Jakarta: Salemba Humanika.
Leventhal H., & Cleary P. D (1980). The smoking problem: A review of the research and
theory in behaviorl risk modification. Psychological Bulletin, 370-405.
Neufeld , G. (2004). Hold on to your kids: why parents matter (1st ed.). Toronto: A. A. Knopf
Canada books.google.com.
Nevid, S. Jefri,2005: Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.
Nugraheni, Mutia & Waskita, Daru. (2012). Rokok Membunuh Satu Orang Tiap 6 Detik.
(2012, 28 maret). http://life.viva.co.id/news/read/374158
Ogden J. (2000). Health psychology: a textbook (2nd edn). Buckingham: open University
Press.
Park S, MD.(2011). Smoking and Adolescent Health. Department of Pediatrics, Korea
University College of Medicine, Seoul, Korea. Korean J Ped, 54(10), 401-404.
Piper, M. E, Cook, J. W., Schlam, T. R (2010). Anxiety diagnoses in smoker seeking
cessation treatment: relations with tobacco dependence, withdrawal, outcome and
response to treatment. Addiction, 106.
Pomerleau, O. F., Collins, A, C., Shiftman, S., & Pomerleau, C. S. (1993). Why some people
smoke and other do not: New perspective. Jounal of consulting and Clinical
Psychology, 61
Rahayuningsih, febriana (2015). Hubungan Antara Persepsi Perilaku Merokok dengan
Perilaku Merokok Siswa SMK X Di Kota Semarang (jurnal). Semarang. Program studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Republika, (2004) Lagi-lagi Bahaya Merokok. Jul 4: 15.
Shiffman, S., Waters, A, J., & Hickox, M. (2004). The Nicotine Dependence Syndrome
Scale: A multidimensional measure of nicotine dependence. Taylor & francis
healthsciences.
Santrock, J. W. (2003). Educational psychology, New York: McGraw-Hill
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak , (7th ed).. Jakarta: Erlangga.
Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Semarang. PT. Gramedia.
Suharmiati, Betty, A. (2010). “Hubungan pola penggunaan rokok dengan tingkat kejadian
penyakit asma”. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Terracciano,A.,& Costa,P.T. (2004,April). Smoking and the Five Factor Model of personality
(Journal Addiction, 99, vol. 4). Abstrak diambil pada April 3, 2007, dari
58
http://www.blackwell=synergy.com/doi/abs/10.1111/j.1360=0443.2004.00687.x?cook
ieSet= 1&journalCode=add
Tirtosastro, S. dan Murdiyati, A.S. 2009. Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok. Buletin
Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 2 (1), April 2010: 33-43.
Tucker Ladd, C.E. (2006). Psychological Self – Help. Mental Health Net.
Umar, J. (2012). Analisis faktor konfirmatori. Bahan ajar peminatanpsikometri, tidak
dipublikasikan. Fakultas Psikologi univesitas islam negeri syarif hidayatullah jakarta.
WHO. (2015). Global Youth Tobacco Survey (GYTS): Indonesia report 2014,
Availableat:http://www.searo.who.in t/tobacco/documents/ino_gyts_report _2014.pdf.
WHO. (2015). WHO Global Report On Trends In Prevalence Of Tobacco Smoking 2015.
Geneva: WHO.
Wijaya, A.M. (2011). Data dan situasi rokok Indonesia terbaru. (2011, 28 Desember).
http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=143:d
ata-dan-situasi-rokok-cigarette-indonesia-terbaru&catid=40:data&itemid=54
59
LAMPIRAN
60
Lampiran 1
Informed Concent
Kepada
Yth,
Responden Penelitian
Assalamualaikum Wr. Wb.,
Saya Adhrover Adipura mahasiswa Program Strata 1 (S1) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang sedang melakukan penelitian untuk memenuhi tugas akhir (skripsi). Saya mengharapkan kesediaan Saudara/i untuk
menjadi responden penelitian ini sesuai dengan keadaan sebenarnya. Saudara/i dapat mengisi kuesioner ini dengan
mengisi petunjuk pengisian yang telah diberikan. Pada kuesioner ini tidak ada jawaban benar salah. Adapun data dan
informasi yang Saudara/i berikan, hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja dan dijamin kerahasiannya.
Kesediaan Saudara/i dalam mengisi kuesioner ini sangat brarti bagi keberhasilan penelitian atas perhatian dan kerjasamanya,
saya ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Hormat Saya,
Adhrover Adipura
IDENTITAS RESPONDEN
Nama (Inisial) :
Usia :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan*
Status : Pelajar
*coret yang tidak perlu
Ttd,
Responden
61
Petunjuk Pengisian
Berikut ini terdapat butir pernyataan. Baca dan pahami pernyataan dibwah ini serta pilihlah jawaban yang paling sesuai
dengan diri anda. Pilihlah salah satu dari empat pilihan jawaban dengan memberi tanda checklist (√) yang tersedia pada
keterangan:
STS = Sangat Tidak Setuju, jika jawaban sangat tidak menggambarkan diri nda
TS = Tidak Setuju, jika jawaban tidak menggambarkan diri Anda.
S = Setuju, jika jawaban menggambarkan diri Anda
SS = Sangat Setuju, jika jawaban sangat menggambarkan diri Anda
Jika anda ingin mengubah jawaban, langsung ganti pada pilihan jawaban yang baru dengan mencoret jawaban yang
sebelumnya.
SKALA I
No PERNYATAAN STS TS S SS 1 Saya butuh rokok untuk menghilangkan
perasaan gelisah dan mudah marah
2 Saya ingin merokok setiap kali saya
bepergian
3 Saya butuh merokok untuk menjaga diri
dari ketidaknyamanan
4 Ketika saya benar-benar menginginkan
rokok, rasanya seperti dalam cengkraman
yang kuat dan saya tidak bisa
mengendalikannya
5 Saya dapat mengontrol diri atas kebiasaan
merokok saya
6 Saya cenderung menghindari restoran
yang tidak mengizinkan merokok
7 Terkadang saya menolak tawaran untuk
bertemu teman-teman yang tidak
merokok karena saya tahu merasakan
ketidaknyamanan jika saya merokok
8 Jika bepergian jarak jauh, saya lebih suka
tidak bepergian dengan pesawat terbang
karena saya tidak akan diizinkan merokok
9 Semenjak saya jadi perokok, jumlah
rokok yang saya hisap cenderung sama
atau sedikit menurun
10 Dibandingkan dengan ketika saya
pertama kali merokok, sekarang saya
merokok lebih banyak
11 Ketika saya pertama kali merokok saya
merasa mual dan sakit
12 Sulit mempekirakan banyak rokok yang
saya hisap setiap hari karena jumlahnya
sering berubah
13 Pola merokok saya tidak teratur. Maka
dari itu saya sudah terbiasa merokok
banyak dalam satu jam
14 Jumlah rokok yang saya hisap setiap hari
dipengaruhi oleh bagaimana perasaan
saya dan apa yang saya lakukan
15 Saya merokok dengan kecepatan berbeda
dalam situasi berbeda
62
16 Saya merokok dengan jumlah yang sama
ketika saya santai, sendirian ataupun
dengan oranglain
17 Saya merokok rutin setiap hari
18 Saya merokok secara konsisten dan teratur
19 Saya merokok dengan jumlah yang sama
di akhir pekan maupun di hari biasa
SKALA 2 No Pernyataan STS TS S SS
1. Menurut saya, saya adalah seseorang
yang suka berbicara (cerewet)
2. Menurut saya, saya adalah seseorang
yang suka mencari kesalahan orang lain
3. Menurut saya, saya adalah seseorang
yang teliti dalam mengerjakan sesuatu
4. Saya merasa diri saya adalah seseorang
yang tertekan, mudah sedih
5. Saya merasa diri saya sebagai pribadi
yang kreatif, mampu mendatangkan
ideide baru
6. Menurut saya, saya adalah seseorang
yang pendiam
7. Saya merasa diri saya sebagai pribadi
penolong dan tidak egois terhadap orang
lain
8. Saya merasa diri saya termasuk orang
yang kurang hati-hati (ceroboh)
9. Saya merasa diri saya seorang yang
santai atau tenang, dapat mengatasi stress
dengan baik
10. Saya merasa diri saya selalu ingin tahu
tentang banyak hal yang berbeda
11. Saya merasa diri saya sebagai seseorang
yang penuh energi
12. Saya merasa diri saya sebagai seseorang
yang memulai pertengkaran dengan
orang lain
13. Menurut saya, saya adalah seseorang
yang dapat diandalkan
14. Saya merasa diri saya sebagai sosok yang
mudah tegang
15. Saya merasa diri saya banyak akal, juga
seorang pemikir yang mendalam
16. Menurut saya, saya adalah seseorang
yang sangat antusias
17. Saya merasa diri saya memiliki sifat
pemaaf
18. Saya merasa diri saya adalah seseorang
yang cenderung tidak teratur
19. Saya merasa sebagai seseorang yang
mudah cemas (pencemas)
20. Menurut saya, saya adalah seseorang
yang suka berimajinasi
21. Saya merasa diri saya sebagai seseorang
yang cenderung pendiam
63
22. Menurut saya, saya adalah seseorang
yang biasa mempercayai orang lain
23. Saya merasa diri saya cenderung pemalas
24. Saya merasa diri saya sebagai seseorang
yang stabil secara emosional, tidak
mudah kesal
25. Menurut saya, saya adalah seseorang
yang kreatif
26. Saya merasa diri saya memiliki kepribadian yang tegas
27. Saya merasa diri saya bisa menjadi sosok
yang dingin dan menyendiri
28. Menurut saya, saya adalah seseorang
yang tekun dalam menyelesaikan tugas
atau pekerjaan
29. Saya merasa diri saya suka labil (suasana
tidak menentu)
30. Menurut saya, saya adalah seseorang
yang menghargai nilai seni dan
keindahan
31. Saya merasa diri saya sebagai seseorang
yang pemalu dan terasing
32. Saya merasa diri saya adalah seseorang
yang perhatian dan baik kepada siapa
saja
33. Menurut saya, saya adalah seseorang
yang efisien dalam mengerjakan sesuatu
34. Saya merasa diri saya sebagai seseorang
yang tetap tenang dalam situasi tegang
35. Menurut saya, saya adalah seseorang
yang lebih menyukai pekerjaan yang
rutin (rutinitas)
36. Saya merasa diri saya sebagai seseorang
yang mudah bergaul, ramah
37. Saya merasa diri saya sebagai seseorang
yang terkadang kasar terhadap orang lain
38. Menurut saya, saya adalah seseorang yang senang membuat rencana dan menjalankan sesuatu sesuai rencana itu
39. Saya merasa diri saya sebagai seseorang
yang mudah gugup
40. Saya merasa diri saya sebagai seseorang
yang suka berpikir, penuh dengan ide
atau gagasan
41. Menurut saya, saya adalah seseorang
yang kurang tertarik pada kesenian
42. Saya merasa diri saya sebagai seseorang
yang suka bekerjasama dengan orang lain
43. Menurut saya, saya adalah orang yang
mudah merasa terganggu
44. Saya merasa diri saya sosok yang pandai
dalam bidang seni, musik, dan literatur
64
SKALA 3 No PERNYATAAN STS TS S SS
1 Saya sangat menyukai pandangan teman
saya tentang hal yang sangat saya
pedulikan
2 Teman saya dapat menyadari ketika saya
sedang kecewa
3 Ketika kami sedang mendiskusikan sesuatu, teman saya dapat memperhitungkan pendapat saya
4 Saya merasa malu jika menceritakan
masalah saya kepada teman
5 Saya berharap mempunyai teman
mempunyai teman yang berbeda dari
sekarang
6 Teman saya sangat pengertian
7 Teman saya mendorong saya untuk mengatakan kesulitan yang saya hadapi
8 Teman saya menerima saya apaadanya
9 Saya merasa butuh untuk lebih dekat
Bersama teman
10 Teman saya tidak mengerti apa yang telah
saya lalui belakang nini
11 Saya merasa kesepian ketika sedang
Bersama dengan teman-teman saya
12 Teman saya mendengar kanapa yang saya
katakan
13 Saya rasa teman-teman saya adalah orang
yang baik
14 Teman-teman saya sangat antusias ketika
mengobral
15 Ketika saya marah terhadap sesuatu,
teman-teman saya akan mencoba untuk
mengerti
16 Teman saya membantu saya untuk lebih
mengenal diri sendiri dengan baik
17 Teman-teman saya sangat peduli tentang
apa yang saya rasakan
18 Saya marah dengan teman-teman saya
19 Saya dapat mengandalkan teman-teman
saya ketika sedang curhat
20 Saya percaya dengan teman-teman saya 21 Teman-teman saya sangat menghargai
perasaan saya
22 Saya sangat sedih lebih dari apa yang
teman-teman saya ketahui
23 Sepertinya, teman-teman saya tidak suka
dengan saya tanpa alasan yang jelas
24 Saya dapat menceritakan permasalahan
saya kepada teman-teman saya
25 Jika teman-teman saya tahu sesuatu yang tidak saya sukai, mereka akan menceritakan hal tersebut
65
LAMPIRAN 2 OUTPUT HASIL UJI CFA
1. Instument Ketergantungan Nikotin
66
2. Instrumen Openness
67
3. Instrumen Conscientiusness
68
4. Instrumen Extraversion
69
5. Instrumen Agreeableness
70
6. Instrumen Neuroticism
71
7. Instrumen Peer Trust
72
8. Instrumen Peer Communication
73
9. Instrumen Peer Alienation
74
LAMPIRAN 3 OUTPUT HASIL ANALISIS REGRESI
a. Model Summary
b. ANNOVA
75
c. Koefisien Regresi
d. Deskripsi Statistik
76
e. Model Summary Proporsi Varian Masing-Masing IV
77
f. Kategorisasi Skor
78