pengaruh latar belakang pendidikan, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/makalah-i.pdf ·...

25
1 PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, KOMPETENSI TEHNIS, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BERKELANJUTAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN (Studi pada Inspektorat Kabupaten Pamekasan) SUBHAN, SE. MA. Universitas Madura ABSTRACT The purpose of this reseach was to identify the influence of education background, technical competent, education and continues training and job experience for the quality of audit result in the Inspectorate of Pamekasan Regency. Independence variable in this reseach were education background, technical competent, education and continues training and job experience. Dependent variable of this reseach was the quality of audit result. Data of this research is primer data obtained from questionnaires circulated to all auditors in Inspectorate of Pamekasan Regency. The result of this reseach has shown that the education background, technical competent, education and continues training and job experience were simultaneus affected significantly to the quality of audit result in the Inspectorate of Pamekasan Regency. Partially, education and continues training that not affected significantly to the quality of the result of audit result in the Inspectorate of Pamekasan Regency, however, the job experience has the bigger impact to the quality of audit result. Key Word : Education background, Technical competent, Education and continues training, Job experience, Quality of audit result. 1.1 Latar Belakang Tata kelola penyelenggaraan otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah diatur berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah yang direvisi menjadi UU No. 33 Tahun 2004 merupakan era baru dalam hubungan antara pemerintahan pusat dan daerah di Indonesia dalam rangka mewujudkan pelaksanaan desentralisasi dalam bentuk otonomi Daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 (pasal 24) pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) sesuai dengan fungsi dan kewenangannya. Aparat Pengawas Intern Pemerintah adalah Inspektorat Jenderal Departemen, Unit Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota.

Upload: lamkien

Post on 03-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

1  

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, KOMPETENSI TEHNIS, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BERKELANJUTAN DAN

PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN

(Studi pada Inspektorat Kabupaten Pamekasan)

SUBHAN, SE. MA. Universitas Madura

ABSTRACT

The purpose of this reseach was to identify the influence of education background, technical competent, education and continues training and job experience for the quality of audit result in the Inspectorate of Pamekasan Regency.

Independence variable in this reseach were education background, technical competent, education and continues training and job experience. Dependent variable of this reseach was the quality of audit result. Data of this research is primer data obtained from questionnaires circulated to all auditors in Inspectorate of Pamekasan Regency.

The result of this reseach has shown that the education background, technical competent, education and continues training and job experience were simultaneus affected significantly to the quality of audit result in the Inspectorate of Pamekasan Regency. Partially, education and continues training that not affected significantly to the quality of the result of audit result in the Inspectorate of Pamekasan Regency, however, the job experience has the bigger impact to the quality of audit result. Key Word : Education background, Technical competent, Education and

continues training, Job experience, Quality of audit result.

1.1 Latar Belakang

Tata kelola penyelenggaraan otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah diatur berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah yang direvisi menjadi UU No. 33 Tahun 2004 merupakan era baru dalam hubungan antara pemerintahan pusat dan daerah di Indonesia dalam rangka mewujudkan pelaksanaan desentralisasi dalam bentuk otonomi Daerah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 (pasal 24) pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) sesuai dengan fungsi dan kewenangannya. Aparat Pengawas Intern Pemerintah adalah Inspektorat Jenderal Departemen, Unit Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota.

Page 2: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

2  

Pengawasan yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri dari audit, review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya. Pengawasan bersifat membantu agar sasaran yang ditetapkan organisasi dapat tercapai, dan secara dini menghindari terjadinya penyimpangan pelaksanaan, penyalahgunaan wewenang, pemborosan dan kebocoran (Sukriah dkk, 2009).

Pemeriksaan yang dilakukan APIP merupakan salah satu fungsi dari pengawasan melalui pencarian bukti dan keterangan yang dapat mendukung proses pemeriksaan dan sebagai bahan pertimbangan auditor dalam pelaksanaan audit serta penyusunan laporan auditor dengan membandingkan antara standar operasional dan kriteria yang ditetapkan dengan hasil yang dicapai, sehingga auditor dapat menyetujui atau menolak hasil yang dicapai dengan memberikan rekomendasi sebagai bahan perbaikan untuk ditindak lanjuti. Batubara (2008) mendefinisikan kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Terbentuknya kompetensi auditor untuk menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan dapat didukung oleh latar belakang pendidikan, pendidikan dan pelatihan yang memadai. Berdasarkan PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dinyatakan dalam standar umum audit kinerja dan audit investigasi meliputi standar-standar yang terkait dengan karakteriktik organisasi dan individu-individu yang melakukan kegiatan audit harus independen, obyektif, memiliki keahlian (latar belakang pendidikan, kompetensi teknis dan sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan), kecermatan profesional dan kepatuhan terhadap kode etik.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 Kualitas auditor adalah auditor yang melaksanakan tupoksi dengan efektif, dengan cara mempersiapkan dan membuat kertas kerja hasil pemeriksaan, melaksanakan perencanaan, koordinasi dan penilaian efektifitas tindak lanjut audit, serta konsistensi laporan audit.

Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh auditor aparat pengawas intern pemerintah sebaiknya disesuaikan dengan tugas dan fungsi yang dilaksanakan. Sebagaimana yang diisyaratkan oleh PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang latar belakang pendidikan, Auditor APIP mempunyai tingkat pendidikan formal minimal strata satu ( S-1) atau yang setara. Hal itu agar tercipta kinerja audit yang baik maka APIP harus mempunyai kriteria tertentu dari auditor yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP. Aturan tentang tingkatan pendidikan formal minimal dan pelatihan yang diperlukan untuk dievaluasi secara periodik guna menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP.

Namun dalam prakteknya peraturan pemerintah tersebut dirasakan masih belum bisa maksimal mengingat masih minimnya sumberdaya manusia yang

Page 3: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

3  

kompeten di bidang pemeriksaan, sehingga tidak hanya yang berlatar pendidikan auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi yang melakasanakan tugas pemeriksaan melainkan latar belakang pendidikan sosial, tehnik dan lainnya dapat melaksanakan tugas dan fungsi aparat pengawasan intern pemerintah. Untuk meminimalisir latar belakang pendidikan yang beragam dan untuk terwujudnya kompetensi aparat pengawasan intern pemerintah maka setiap aparat pengawas yang belum memiliki latar belakang pendidikan sebagaimana yang diisyaratakan maka diwajibkan mengikuti pendidikan dan pelatihan dan sertifikasi jabatan fungsional auditor yang sesuai dengan jenjangnya agar memberikan kualitas hasil pemeriksaan yang baik.

Kompetensi teknis adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh auditor aparat pengawasan intern pemerintah adalah auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi. Disamping wajib memiliki keahlian tentang standar audit, kebijakan, prosedur dan praktek-praktek audit, auditor harus memiliki keahlian yang memadai tentang lingkungan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit yang dilayani oleh APIP.

Sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, antara lain sebagai berikut: Pemeriksa harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) dan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan (continuing professional education). Untuk itu pemeriksa wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan sertifikasi jabatan fungsional auditor yang sesuai dengan jenjangnya untuk meningkatkan kompetensi dan kredibilitas auditor yang baik dan pada akhirnya berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Brown dan Stanner (1983) yang dikutip Mardisar dan Sari (2007) menyatakan, perbedaan pengetahuan di antara auditor akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung dengan pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi (Tubbs, 1992).

Mulyono (2009) melakukan pengujian terhadap variabel latar belakang pendidikan pemeriksa, kompetensi teknis, sertifikasi jabatan, pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja inspektorat. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara simultan latar belakang pendidikan pemeriksa, kompetensi teknik dan sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat. Secara parsial latar belakang pendidikan pemeriksa, kompetensi teknik dan sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan masing-masing berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat, tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kinerja inspektorat adalah kompetensi teknik, sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan yang paling kecil adalah latar belakang pendidikan pemeriksa.

Lebih lanjut Mulyono (2009) menjelaskan, Kinerja Inspektorat merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi lebih baik.

Batubara (2008) melakukan pengujian terhadap latar belakang pendidikan, kecakapan professional, pendidikan berkelanjutan dan independensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil penelitian menunjukkan latar belakang pendidikan, kecakapan professional, pendidikan berkelanjutan dan independensi

Page 4: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

4  

secara simultan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan independensi pemeriksa secara parsial berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Untuk Latar belakang pendidikan secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Mabruri dan Winarna (2010) menguji pengaruh pengetahuan auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan di lingkungan pemerintahan daerah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan di lingkungan pemerintahan daerah, semakin banyak pengetahuan seorang auditor maka semakin baik kualitas hasil audit yang dilakukan.

Sesuai dengan standar umum dalam standar profesional akuntan publik bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit (Arens dkk, 2004). Pengalaman juga memiliki dampak penting dalam proses pengambilan keputusan saat audit dilaksanakan, sehingga hasil dari setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang paling tepat.

Penelitian Budi dkk (2004) pengalaman kerja memberikan hasil bahwa tidak terdapat pengaruh pengalaman kerja terhadap pengambilan keputusan auditor. Herliansyah dan Ilyas (2006), dari penelitiannya menemukan bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor. Zulaikha (2006) menguji pengaruh interaksi gender dengan pengalaman terhadap keakuratan audit judgment dengan hasil menunjukkan bahwa pengalaman sebagai auditor berpengaruh langsung (main effect) terhadap judgment. Demikian pula ketika isu gender berinteraksi dengan pengalaman tugas sebagai auditor, maka interaksi tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.

Penelitian yang dilakukan oleh Lehman dan Norman (2006), mengenai pengaruh pengalaman pada kompleksitas permasalahan serta audit judgment, hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman, akan lebih jelas merinci masalah yang dihadapi dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, yang nantinya berpengaruh pada auditor judgment.

Di samping itu, APIP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan dan norma yang berlaku agar tercipta aparat pengawasan yang bersih dan berwibawa. Norma dan ketentuan yang berlaku bagi auditor intern pemerintah terdiri dari Kode Etik APIP dan Standar Audit APIP. Kode Etik dimaksudkan untuk menjaga perilaku APIP dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan Standar Audit dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan APIP. Dengan adanya aturan tersebut, masyarakat atau pengguna laporan dapat menilai sejauh mana auditor pemerintah telah bekerja sesuai dengan standar dan etika yang telah ditetapkan (Sukriah dkk, 2009).

Penelitian ini mengacu pada penenitian Batubara (2008) dan Sukriah dkk (2009). Variabel integritas dari penelitian sukriah dkk (2009) dikeluarkan dari variabel penelitian karena integritas tidak di proksikan berdasarkan PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008, sehingga variabel yang digunakan oleh peneliti meliputi: Latar belakang pendidikan, kompetensi teknis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerja.

Page 5: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

5  

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerja secara parsial berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan? 1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerja secara parsial berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. 1.4 Manfaat Penelitian Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan cakrawala berfikir mengenai variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Bagi inspektorat dan perangkat daerah dapat memahami variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan guna sebagai bahan kajian dan evaluasi dalam melakasanakan tugas ke inspektoratan sehingga hasil auditnya dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Bagi akademisi terutama calon peneliti selanjutnya untuk dijadikan referensi dalam melakukan penelitian yang sejenis dan dapat mengembangkan melalui keterbatasan-keterbatasan yang ada.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Latar Belakang Pendidikan

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah menjelaskan, latar belakang pendidikan pemeriksa adalah Auditor APIP harus mempunyai pendidikan formal minimal adalah: Strata satu ( S-1) atau yang setara, Hal itu agar tercipta kinerja audit yang baik maka APIP harus mempunyai kriteria tertentu dari auditor yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani, untuk itu diperlukan pengembangan teknik dan metodologi pemeriksaan melalui pelatihan, dan pelatihan yang diperlukan harus dievaluasi secara periodik. 2.2 Kompetensi Tehnis

Kompetensi merupakan kemampuan individui seorang pekerja yang memungkinkan ia mencapai kinerja yang berkualitas. Ashton (1991) menunjukkan bahwa dalam literatur psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkan kompetensi. Ashton juga menjelaskan bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain selain pengalaman. 2.3 Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, antara lain sebagai berikut: Pemeriksa harus mempunyai

Page 6: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

6  

sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor (JFA), Pemeriksa harus mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, dan Pemeriksa wajib memiliki pengetahuan dan akses atas informasi teraktual dalam standar, metodologi, prosedur, dan teknik pemeriksaan. 2.4. Pengalaman Kerja

Pengalaman merupakan ukuran lamanya pekerjaan auditor dalam melaksanakan tugasnya. Marinus dkk. (1997) dalam Herliansyah dkk. (2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik. 2.5 Kualitas Hasil Pemeriksaan

Committee on Basic Auditing Concepts (1973) yang dikutip oleh Boynton, et al (2002) mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Menurut Arens et al (2008) auditing adalah suatu kegiatan pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi kuantitatif untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi kuantitatif tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh institusi atau orang yang kompeten dan independen.

Kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan ( Batubara, 2008). 2.6 Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan

Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh aparat pemeriksa hendaknya disesuaikan dengan tugas yang dilaksanakan. Sebagaimana yang diisyaratkan oleh PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang latar belakang pendidikan, Auditor APIP mempunyai tingkat pendidikan formal minimal strata satu ( S-1) atau yang setara. Hal itu agar tercipta kinerja audit yang baik maka APIP harus mempunyai kriteria tertentu dari auditor yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP.

Batubara (2008) melakukan pengujian terhadap latar belakang pendidikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada BAWASKO Medan dengan jumlah sampel 52 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan secara simultan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan, sedangkan secara parsial latar belakang pendidikan tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Berbeda dengan penelitian Mulyono (2009) yang menguji pengaruh latar belakang pendidikan pemeriksa terhadap kinerja inspektorat Kabupaten Dili

Page 7: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

7  

Serdang dengan sampel berjumlah 41 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan latar belakang pendidikan pemeriksaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat dan secara parsial latar belakang pendidikan pemeriksa memiliki pengaruh paling kecil. 2.7 Pengaruh Kompetensi Tehnis Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan

Kompetensi teknis adalah kemampuan teknis yang harus dimiliki oleh pemeriksa yang mempunyai pendidikan auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi. Disamping wajib memiliki keahlian tentang standar audit, kebijakan, prosedur dan praktek-praktek audit, auditor harus memiliki keahlian yang memadai tentang lingkungan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit yang dilayani oleh APIP.

Mulyono (2009) yang menguji pengaruh kompetensi tehnis terhadap kinerja inspektorat Kabupaten Dili Serdang dengan sampel berjumlah 41 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kompetensi tehnis berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat dan secara parsial kompetensi tehnis berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat serta memiliki pengaruh yang paling besar dibandingkan variabel lainnya.

Mabruri dan Winarna (2010) menguji pengaruh pengetahuan auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan di lingkungan inspektorat pemerintahan daerah Surakarta, Karanganyar, Sukoharjo dan Wonogiri dengan sampel sejumlah 66 orang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan di lingkungan pemerintahan daerah, semakin banyak pengetahuan seorang auditor maka semakin baik kualitas hasil audit yang dilakukan.

Peneliti lain memberikan bukti bahwa pengalaman auditor mempunyai dampak yang signifikan terhadap kinerja, walaupun hubungannya tidak langsung. Hubungan antara pengalaman auditor dengan kinerja melalui variabel ”intervening”, terutama pengetahuan tentang tugas secara spesifik (Bonner, 1990).

Lubis (2009) menguji pengaruh keahlian terhadap kualitas auditor pada inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah sampel 73 orang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa keahlian secara simultan berpengaruh terhadap kualitas auditor, sedangkan keahlian secara parsial berpengaruh terhadap kualitas auditor tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kualitas auditor adalah independensi. 2.8 Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan

Sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, antara lain sebagai berikut: Pemeriksa harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) dan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan (continuing professional education). Untuk itu pemeriksa wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan sertifikasi jabatan fungsional auditor yang sesuai dengan jenjangnya untuk meningkatkan kompetensi dan kredibilitas auidtor yang baik dan pada akhirnya berpengaruh terhadap kualitas audit.

Menurut Brown dan Stanner (1983) yang dikutip Mardisar dan Sari (2007), perbedaan pengetahuan di antara auditor akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung dengan pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi (Tubbs, 1992).

Page 8: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

8  

Batubara (2008) melakukan pengujian terhadap pendidikan berkelanjutan terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada BAWASKO Medan dengan jumlah sampel 52 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan berkelanjutan secara simultan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Pendidikan berkelanjutan secara parsial berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Mulyono (2009) melakukan pengujian terhadap variabel sertifikasi jabatan, pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja inspektorat Kabupaten Dili Serdang dengan sampel berjumlah 41 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat, secara parsial sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat, dan yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kinerja inspektorat adalah sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.

Mabruri dan Winarna (2010) menguji pengaruh pengetahuan auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan di lingkungan inspektorat pemerintahan daerah Surakarta, Karanganyar, Sukoharjo dan Wonogiri dengan sampel sejumlah 66 orang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan di lingkungan pemerintahan daerah, semakin banyak pengetahuan seorang auditor maka semakin baik kualitas hasil audit yang dilakukan. 2.9 Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan

Herliansyah dan Ilyas (2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik.

Standar Profesional Akuntan Publik menyatakan bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit (Arens dkk, 2004). Pengalaman juga memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja yang dimiliki auditor maka auditor akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan.

Penelitian Budi dkk (2004) pengalaman kerja memberikan hasil bahwa tidak terdapat pengaruh pengalaman kerja terhadap pengambilan keputusan auditor. Herliansyah dan Ilyas (2006), dari penelitiannya menemukan bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor. Zulaikha (2006) menguji pengaruh ineteraksi gender dengan pengalaman terhadap keakuratan audit judgment dengan hasil menunjukkan bahwa pengalaman sebagai auditor berpengaruh langsung (main effect) terhadap audit judgment. Demikian pula ketika isu gender berinteraksi dengan pengalaman tugas sebagai auditor, maka interaksi tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.

Penelitian yang dilakukan oleh Lehman dan Norman (2006), mengenai pengaruh pengalaman pada kompleksitas permasalahan serta audit judgment pada

Page 9: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

9  

160 mahasiswa akuntansi dan profesi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman (expertise), akan lebih jelas merinci masalah yang dihadapi dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, yang nantinya berpengaruh pada auditor judgment.

Kerangka pemikiran penelitian dapat ditunjukkan dalam suatu kerangka konseptual hubungan antar variabel pada gambar 1.

Gambar 2.1 Rerangka Konseptual

2.10 Perumusan Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, dan

rerangka konseptual yang telah dirumuskan, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1. Latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. H2. Kompetensi tehnis berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. H3. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan berpengaruh terhadap kualitas hasil

pemeriksaan. H4. Pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan studi sebab - akibat (causal) karena penelitian ini diarahkan untuk memberikan bukti empiris dan mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada inspektorat Kabupaten Pamekasan. 3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf inspektorat Kabupaten Pamekasan. Berdasarkan Peraturan Bupati Pamekasan No: 48 Tahun 2008 Tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Inspektorat berjumlah 30 orang.

Jenis penelitian ini adalah sensus. Anshori dan Iswati (2009) menyatakan sensus layak dilakukan jika: a. Elemen-elemen populasi relatif sedikit b. Penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik setiap elemen dari suatu populasi. Dengan demikian seluruh populasi yaitu seluruh staf inspektorat Kabupaten Pamekasan dijadikan sampel. 3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan delapan variabel independen dan satu variabel dependen yang diukur dengan menggunakan Skala Likert. Menurut Anshori dan Iswati (2009) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

Latar Belakang Pendidikan

Kompetensi Tehnis

Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan

Pengalaman Kerja

Kualitas Hasil Pemeriksaan

H1

H2

H3

H4

Page 10: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

10  

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Variabel Independen

Semua instrumen menggunakan Skala Likert dengan 5 skala nilai yaitu Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 1, Tidak Setuju (TS) dengan nilai 2, Nertral (N) dengan nilai 3, Setuju (S) dengan nilai 4, serta Sangat Setuju (SS) dengan nilai 5. kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dengan membandingkan dengan PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dinyatakan dalam standar umum audit kinerja dan audit investigasi, untuk pengalaman, independensi, obyektifitas dan kepatuhan pada kode etik mengadopsi dari Batubara (2008), Sukriah (2009) dan Lubis (2009). Variabel independen dalam penelitian ini yaitu: a. Latar belakang pendidikan (X1) adalah pendidikan formal minimal strata satu

(S-1) atau yang setara yang harus dimiliki oleh auditor APIP. Aturan tentang tingkatan pendidikan formal minimal dan pelatihan yang diperlukan harus dievaluasi secara periodik guna menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP.

b. Kompetensi teknis (X2) adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh auditor adalah auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi. Disamping wajib memiliki keahlian tentang standar audit, kebijakan, prosedur dan praktek-praktek audit, auditor harus memiliki keahlian yang memadai tentang lingkungan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit yang dilayani oleh APIP.

c. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan (X3) adalah Auditor harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) dan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan (continuing professional education). Auditor wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan sertifikasi jabatan fungsional auditor yang sesuai dengan jenjangnya.

d. Pengalaman kerja (X4) adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit yang dilihat dari segi lamanya bekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan dengan indikator sebagai berikut: 1. Lamanya bekerja sebagai auditor dapat memahami bagaimana menghadapi entitas dalam memperoleh data dan informasi, 2. Lamanya bekerja sebagai auditor dapat mengetahui informasi yang relevan dalam pertimbangan utnuk membuat keputusan, 3. Lamanya bekerja sebagai auditor dapat mendeteksi kesalahan, 4. Lamanya bekerja sebagai auditor dengan mudah mencari penyebab munculnya kesalahan serta dapat memberikan rekomendasi untuk memperkecil/menghilangkan penyebab kesalahan, 5. Banyaknya tugas pemeriksaan membutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam menyelesaikan pekerjaan, 6. Kekeliruan dalam pengumpulan dan pemilihan bukti serta informasi dapat menghambat proses penyelesaian pekerjaan, 7. Banyaknya tugas memberikan kesempatan untuk belajar dari kegagalan dan keberhasilan, 8. Banyaknya tugas dapat memicu auditor untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan tanpa terjadi penumpukan tugas.

Page 11: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

11  

Variabel Dependen Kualitas hasil pemeriksaan (Y) adalah laporan tentang kelemahan

pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggungjawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistrbusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3.4 Model dan Tehnik Analisa Data Model yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda (Multiple Regression Analysis) yang dijabarkan dibawah ini : Y =α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e Dimana : Y = Kualitas hasil pemeriksaan X1 = Latar belakang pendidikan X2 = Kompetensi teknis X3 = Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan X4 = Pengalaman kerja β = Koefisien Regresi. e = Error 3.5 Tehnik Analisa Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi linear. Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis regresi cukup sering dalam mencocokan model prediksi ke dalam sebuah model yang dimasukan ke dalam serangkaian data. Penelitian diuji dengan beberapa uji statistik yang terdiri dari uji kualitas data, pengujian asumsi klasik, statistik deskriptif, dan uji statistik untuk pengujian hipotesis. 3.6 Uji Kualitas Data

Menurut Anshori dan Iswati (1999) ada dua konsep mengukur kualitas data yaitu realibilitas dan validitas. Artinya suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliabel dan kurang valid. Sedangkan kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. 1. Uji Reliabilitas.

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban responden atas seluruh butir pertanyaan atau pertanyaan yang digunakan, untuk keperluan pengujian tersebut. Pengujian reliabilitas bertujuan untuk mengetahui konsistensi dari sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Muhidin dan Maman, 2007). Teknik statistik yang digunakan untuk pengujian tersebut dengan koefisien Cronbach’s Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 (Ghozali, 2006).

2. Uji Validitas. Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen penelitian yang telah disusun benar-benar akurat, sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam hal ini merupakan akurasi temuan penelitian yang mencerminkan kebenaran sekalipun responden yang dijadikan objek pengujian berbeda (Ghozali, 2006). Uji validitas dihitung dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Solimun (2000) menyatakan bahwa bila koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan

Page 12: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

12  

skor total seluruh indikator positif dan lebih besar 0.3 ( r ≥ 0.3) maka instrumen dianggap valid.

3.7 Uji Asumsi Klasik Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi

klasik sebagai persyaratan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan bermanfaat. 1. Uji Normalitas.

Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2006). Hipotesis dalam pengujian ini adalah: HO : Data berasal dari populasi yang terdistribusi normal. H1 : Data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal Kriteria untuk menolak atau tidak menolak berdasarkan P-Value sebagai berikut: Jika P- Value ≥ α, maka HO tidak ditolak. Jika P- Value < α, maka HO ditolak.

2. Uji Multikolinieritas. Uji multikolinieritas bertujan untuk menguji apakah pada model regresi yang diajukan telah ditemukan korelasi kuat antar variabel independen. Jika terjadi korelasi kuat, terdapat masalah multikolinieritas yang harus diatasi. Menurut Ghazali (2006) model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Ketentuan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas yaitu Variance Inflation Factor (VIF), jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas. Pengujian heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel penggangu dengan variabel bebasnya. Jika terjadi gejala homokedastisitas pada model yang digunakan, berarti tidak terjadi hubungan antara variabel pengganggu dengan variabel bebas, sehingga variabel tergantung benar-benar hanya dijelaskan oleh variabel bebasnya. Gejala heterokedastisitas ini diketahui dengan menggunakan analisis Rank Spearman. Apabila nilai probabilitas kesalahan (sig) koefisien korelasi Rank Spearman lebih kecil dari 0.05 maka dapat dikatakan dalam suatu model regresi terjadi gejala heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika sig > 0,05 maka model regresi tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

3.8 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses

transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik. Statistik deskriptif umumnya digunakan peneliti untuk mendiskripsikan data dan meringkas data yang diobservasi (Uyanto, 2009). 3.9 Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh secara parsial dan simultan menggunakan uji t dan uji F. Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5% atau keyakinan 95% untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak.

Page 13: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

13  

1. Uji t. Uji t digukan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen, dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji t sebagai berikut : HO1-8 : β = 0 Latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan

pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Ha1-8 : β ≠ 0 Latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerja secara parsial berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Keputusan statistik diambil berdasarkan nilai probabilitas, dengan kriteria : a. Jika signifikansi t < α, maka Ho ditolak dan Ha tidak ditolak. b. Jika signifikansi t ≥ α, maka Ho tidak ditolak dan Ha ditolak. 2. Uji F.

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji F adalah sebagai berikut : Ho : β = 0, Latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan

pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerja secara simultan tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Ha : β ≠ 0, Latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerja secara simultan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Keputusan diambil berdasarkan nilai probabilitas, dengan kriteria : a. Jika signifikansi F<α, maka Ho ditolak dan Ha tidak ditolak. b. Jika signifikansi F≥ α, maka Ho tidak ditolak dan Ha ditolak.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Penelitian

Studi ini dilakukan pada kantor Inspektorat Kabupaten Pamekasan yang beralamat di Jalan Jokotole 143 Pamekasan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staff Inspektorat Kabupaten Pamekasanyang berjumlah 30 (tiga puluh ) orang. Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan kuesioner pada 30 orang staff Inspektorat Kabupaten Pamekasan. Dari 30 eksemplar yang didistribusikan, yang dikembalikan berjumlah 30 eksemplar. 4.2 Pengujian Kualitas Data 4.2.1 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban responden atas seluruh butir pertanyaan atau pertanyaan yang digunakan. Pengujian reliabilitas bertujuan untuk mengetahui konsistensi dari alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Muhidin dan Maman, 2007). Teknik statistik yang digunakan untuk pengujian tersebut dengan koefisien Cronbach’s Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 (Ghozali, 2006).

Page 14: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

14  

Tabel 4.1 Hasil Uji Realibilitas Variabel Dependen dan Independen Variabel Alpha Keterangan

Kualitas Hasil Pemeriksaan 0.6231 Reliabel Latar Belakang Pendidikan 0.7212 Reliabel Kompetensi Tehnis 0.8870 Reliabel Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan 0.8028 Reliabel Pengalaman Kerja 0.8757 Reliabel

Sumber: Lampiran 3 diolah

Berdasarkan output hasil uji reliabiltas terhadap kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana dalam tabel 4.1 menunjukkan bahwa masing-masing elemen (variabel) mempunyai koefisien alpha lebih besar dari 0,6. Dengan demikian item pengukuran pada masing-masing elemen dinyatakan reliabel dan selanjutanya dapat digunakan dalam penelitian. 4.2.2 Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen penelitian yang telah disusun benar-benar akurat, sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas merupakan akurasi temuan penelitian yang mencerminkan kebenaran sekalipun responden yang dijadikan objek pengujian berbeda (Ghozali, 2006). Uji validitas dihitung dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Solimun (2000) menyatakan bahwa bila koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator positif dan lebih besar 0.3 ( r ≥ 0.3) maka instrumen dianggap valid.

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Dependen dan Independent Variabel Item r Validitas Keterangan

Kualitas Hasil Pemeriksaan

Y1 0.795 Valid Y2 0.503 Valid Y3 0.742 Valid Y4 0.644 Valid Y5 0.431 Valid

Latar Belakang Pendidikan X1.1 0.623 Valid X1.2 0.871 Valid X1.3 0.891 Valid

Kompetensi Tehnis

X2.1 0.803 Valid X2.2 0.637 Valid X2.3 0.946 Valid X2.4 0.679 Valid X2.5 0.834 Valid X2.6 0.928 Valid

Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan

X3.1 0.902 Valid X3.2 0.846 Valid X3.3 0.863 Valid

Pengalaman Kerja

X4.1 0.826 Valid X4.2 0.907 Valid X4.3 0.824 Valid X4.4 0.673 Valid X4.5 0.645 Valid X4.6 0.824 Valid X4.7 0.618 Valid X4.8 0.649 Valid

Sumber: Lampiran 4 diolah

Page 15: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

15  

Berdasarkan output hasil uji validitas terhadap kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana dalam tabel 4.2 lampiran 4 menunjukkan bahwa seluruh indikator mempunyai nilai validitas lebih besar dari r standar yaitu 0,3 sehingga seluruh item dinyatakan valid. 4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov terhadap masing-masing variabel.

Tabel 4.3 Pengujian Normalitas

Variabel Asymp.Sig (2-tailed) Signifikansi Keterangan

Residual 0.784 P ≥ 0.05 Normal Sumber: Lampiran 5 diolah

Dari hasil perhitungan uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa signifikansi di atas 5% yang mengindikasikan bahwa residual data telah terdistribusi secara normal. Residual data dikatakan telah terdistribusi secara normal jika nilai signifikansi pengujian Kolmogorov-Smirnov lebih besar sama dengan 5% (p≥0.05) dan tidak berdistribusi secara normal jika lebih kecil dari 5% (p<0.05) (Uyanto,2009). 4.3.2 Uji Multikolinieritas

Gejala multikolinearitas adalah gejala baru atau kolinearitas ganda antar variabel bebas. Uji multikolinieritas bertujan untuk menguji apakah pada model regresi yang diajukan telah ditemukan korelasi kuat antar variabel independen. Jika terjadi korelasi kuat, terdapat masalah multikolinieritas yang harus diatasi. Untuk mendeteksi adanya gejala multikolinearitas pada model regresi di uji dengan menggunakan multikolinearitas yang dapat diukur dengan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. hasil pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Colinearity Statistics

Tolerance Variance Inflaction Factor

Latar Belakang Pendidikan 0.474 2.109 Kompetensi tehnis 0.931 1.075 Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan 0.459 2.177 Pengalaman Kerja 0.586 1.706

Sumber: Lampiran 6 diolah Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa nilai Variance Inflation Factor masih

berada di sekitar 1.075 dan 2.177, nilai tolerance berkisar 0.459 sampai 0.931, sehingga nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa antar variabel-variabel independen tidak terjadi multikolinearitas.

Page 16: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

16  

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas Pengujian heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara variabel penggangu dengan variabel bebasnya. Jika terjadi gejala homokedastisitas pada model yang digunakan, berarti tidak terjadi hubungan antara variabel pengganggu dengan variabel bebas, sehingga variabel tergantung benar-benar hanya dijelaskan oleh variabel bebasnya. Gejala heterokedastisitas ini diketahui dengan menggunakan analisis Rank Spearman. Jika nilai signifikansi pada hasil korelasi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka dapat dikatakan item bebas dari gejala heterokedastisitas atau terjadi homokedastis. Hasil pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.5 : Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Koef. Rank Spearman Sig. (2-tailed)

Latar Belakang Pendidikan - 0.184 0.330 Kompetensi tehnis 0.011 0.955 Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan 0.078 0.682 Pengalaman Kerja - 0.004 0.985 Sumber : Lampiran 7 diolah

Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikasi untuk semua variabel lebih besar dari 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi gejala homokedastisitas atau tidak terjadi hubungan antara variabel penggangu dengan variabel bebas, sehingga variabel tergantung benar-benar hanya dijelaskan oleh variabel bebas.

4.4 Deskripsi Variabel Penelitian Deskripsi hasil studi dapat dilihat pada Tabel 4.6 yang memberikan sajian

ringkasan statistik deskriptif untuk setiap varibel yang digunakan dalam model penelitian. Deskripsi jawaban akan dijelaskan berdasarkan nilai mean atau rerata yang diolah dengan menggunakan descriptive statistic dari SPSS versi 11.5, sedangkan standar deviasi adalah suatu ukuran penyimpangan.

Tabel 4.6 Hasil Statistik Deskriptif Variabel Min Max Mean Std. Deviation

Kualitas hasil pemeriksaan 3.00 4.60 4,0400 .34601 Latar belakang pendidikan 2.33 5.00 4,1667 .43549 Komepetensi tehnis 2.33 4.83 4,0056 .36746 Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan 2.33 5.00 4,0111 .41507 Pengalaman kerja 2.38 5.00 4,1000 .50579

Sumber : Lampiran 8 diolah Berdasarkan tabel 4.6 kualitas hasil pemeriksaan memiliki rata-rata 4.0400

dengan standar deviasi 0.34601, latar belakang pendidikan memiliki rata-rata 4.1667 dengan standar deviasi 0.43549, kompetensi tehnis menunjukkan nilai rata-rata 4.0056 dan standar deviasi 0.36746, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan memiliki nilai rata-rata 4.0111 dengan standar deviasi 0.41507, pengalaman kerja menunjukkan nilai rata-rata 4.1000 dan standar deviasi 0.50579 4.5 Analisis Regresi Linier Berganda

Tujuan digunakannya persamaan regresi adalah untuk melakukan pendugaan atau taksiran variasi variabel tergantung yang disebabkan oleh variasi

Page 17: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

17  

nilai variabel bebas. berdasarkan data yang telah dikumpulkan maka diperoleh hasil olahan sebagai berikut :

Tabel 4.7 Analisa Regresi Linier Berganda

Variabel Independen Koefisien Regresi Beta t – Value Sig

(Constant) - 0.199 -0.868 Latar belakang pendidikan 0.089 0.122 2.153 0.043* Kompetensi tehnis 0.191 0.203 5.479 0.000* Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan 0.082 0.098 1.859 0.077 Pengalaman kerja 0.150 0.219 4.688 0.000* R 0.986 R square 0.973 F Hitung 95.000 Sig. F 0.000 Sumber : lampiran 9 diolah Berdasarkan tabel 5.11 diatas, maka persamaan regresi yang dapat dibuat adalah sebagai berikut :

Y = - 0,199 + 0,089 X1 + 0,191X2 + 0,082 X3 + 0,150 X4 Koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan perubahan yang

searah antara variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan koefisien regresi yang bertanda negatif menunjukkan arah perubahan yang berlawanan arah antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam perhitungan menunjukkan semua variabel bebas memiliki koefisien bertanda positif, sehingga persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Apabila latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerja semakin ditingkatkan maka akan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan dan sebaliknya apabila latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerja diturunkan maka akan menurunkan kualitas hasil pemeriksaan. 4.6 Koefisien Determinasi Kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan perubahan variabel terikat dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R²/R square). semakin tinggi nilai R² maka semakin baiklah model tersebut. Nilai dari R² berkisar antara 0 sampai 1, semakin mendekati 1 maka semakin baik kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat dalam model. Nilai dari koefisien determinasi dari hasil perhitungan adalah 0.973 yang berarti bahwa sebesar 97.3 % kualitas hasil pemeriksaan (Dependen Variabel) mampu dijelaskan oleh variabel bebas, sedangkan 2.7 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model (faktor galat). 4.7 Koefisien Korelasi Berganda

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diperoleh nilai koefisien korelasi berganda atau Multiple (R) sebesar 0.986. koefisien ini menunjukkan tingkat hubungan atau korelasi variabel dependen terhadap variabel-variabel independen. Nilai R yang tinggi, yaitu sebesar 0,986 menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara semua varibel independen dengan variabel dependen.

Page 18: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

18  

4.8 Pengujian Hipotesis 4.8.1 Uji Regresi Secara Parsial (Uji t)

Uji t digukan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Kriteria pengujian uji t adalah: c. Jika signifikansi t < α, maka Ho ditolak dan Ha tidak ditolak. d. Jika signifikansi t ≥ α, maka Ho tidak ditolak dan Ha ditolak.

Berdasarkan data hasil regresi pada tabel 5.11 diketahui bahwa nilai t dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Nilai uji t untuk variabel Latar belakang pendidikan adalah sebesar 2.153

dengan tingkat signifikasi 0,043. Nilai signifikasi ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel latar belakang pendidikan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

2. Nilai uji t untuk variabel Kompetensi tehnis adalah sebesar 5.479 dengan tingkat signifikasi 0,000. Nilai signifikasi ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel kompetensi tehnis secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

3. Nilai uji t untuk variabel Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan adalah sebesar 1.859 dengan tingkat signifikasi 0,077. Nilai signifikasi ini lebih besar dari 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel pendidikan dan pelatihan berkelanjutan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

4. Nilai uji t untuk variabel Pengalaman kerja adalah sebesar 4.688 dengan tingkat signifikasi 0,000. Nilai signifikasi ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel pengalaman kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Dari nilai beta tabel 5.11 juga menunjukkan bahwa untuk variabel Pengalamn kerja merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan, karena nilai beta kompensasi bernilai lebih besar yaitu 0.219 dibandingkan variabel lainnya. 4.8.2 Uji Regresi Secara Simultan (Uji F) Pengujian hipotesis regresi secara simultan (uji F) ditunjukkan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat dalam satu model. Kriteria pengujian uji F ini adalah,: c. Jika signifikansi F<α, maka Ho ditolak dan Ha tidak ditolak. d. Jika signifikansi F≥ α, maka Ho tidak ditolak dan Ha ditolak.

Berdasarkan data hasil regresi pada tabel 5.11 diketahui bahwa nilai F hitung hasil regresi adalah sebesar 95.000, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0,05 sehingga variabel latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. 5. Pembahasan

Hasil uji F menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen dalam penelitian ini mempengaruhi variabel dependen. Artinya Latar belakang pendidikan, Kompetensi tehnis, Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan Pengalaman kerja secara simultan mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. Hasil pengujian ini terbukti menolak Ho.

Page 19: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

19  

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Batubara (2008) yang menyatakan bahwa Latar belakang pendidikan, Kecakapan professional, Pendidikan berkelanjutan dan Independensi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini berarti masih banyak variabel-variabel independen lainnya yang dapat menjelaskan variabel kualitas hasil pemeriksaan.

Hasil pengujian hipotesis secara parsial mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Selanjutnya hasil pengujian masing-masing variabel akan dijelaskan pada bagian ini. a. Latar Belakang Pendidikan

Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh aparat pemeriksa hendaknya disesuaikan dengan tugas yang dilaksanakan. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Menyatakan bahwa auditor APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal strata satu ( S-1) atau yang setara. Hal itu agar tercipta kualitas hasil pemeriksaan yang baik, maka APIP harus mempunyai kriteria tertentu dari auditor yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Latar belakang pendidikan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil pengujian mendukung hipotesis H1 yang menyatakan bahwa latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil ini mendukung penelitian Mulyono (2009) yang menyatakan bahwa secara parsial latar belakang pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat. Selanjutnya mulyono menjelaskan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi lebih baik. Berbeda dengan penelitian Batubara (2008) dan Lubis (2009) yang menyatakan bahwa Latar belakang pendidikan secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Dengan demikian untuk menghasilkan kaulitas hasil pemeriksaan dan untuk meningkatkan kinerja aparat pengawasan intern pemerintah serta untuk mendukung Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah maka auditor APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal strata satu ( S-1) atau yang setara, hal ini diperlukan agar tercipta kualitas hasil pemeriksaan yang baik bagi aparat pengawasan intern pemerintah. b. Kompetensi Tehnis

Kompetensi merupakan kemampuan individui seorang pekerja yang memungkinkan ia mencapai kinerja yang berkualitas. Bagi auditor APIP Kompetensi teknis adalah kemampuan teknis yang harus dimiliki oleh pemeriksa yang mempunyai pendidikan auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi. Disamping wajib memiliki keahlian tentang standar audit, kebijakan, prosedur dan praktek-praktek audit, auditor harus memiliki keahlian yang

Page 20: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

20  

memadai tentang lingkungan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit yang dilayani oleh APIP.

Hasil pengujian statistik secara parsial menunjukkan variabel kompetensi tehnis secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil pengujian mendukung hipotesis H2 yang menyatakan bahwa kompetensi tehnis berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian ini mendukung penelitian Mabruri (2010) yang meyatakan bahwa pengetahuan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan di lingkungan pemerintahan daerah, semakin banyak pengetahuan seorang auditor maka semakin baik kualitas hasil audit yang dilakukan. Senada dengan penelitian yang dilakukan Mulyono ( 2009) menyatakan secara parsial kompetensi tehnis berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat serta memiliki pengaruh yang paling besar dibandingkan variabel lainnya. Lubis (2009) dalam hasil penelitiannya juga menjelaskan bahwa keahlian secara parsial berpengaruh terhadap kualitas auditor.

Berdasarkan hasil pengujian dan bukti empiris menunjukkan bahwa kemampuan tehnis yang dimiliki auditor APIP semakin meningkat maka kaulitas hasil pemeriksaan akan semakin meningkat pula. Temuan empiris ini sekaligus mendukung Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintahtentang Kompetensi teknis. c. Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan

Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan merupakan salah satu faktor penentu kualitas hasil pemeriksaan. Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan menurut standar pemeriksaan harus memelihara kompetensinya melalui pendidikan profesional berkelanjutan.

Pengujian statistik menunjukkan bahwa variabel pendidikan dan pelatihan berkelanjutan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil pengujian menolak hipotesis H3 yang menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan berkelanjutan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Ketidaksignifikanan jika dilihat dari distribusi jawaban responden (lampiran 8). Untuk X3.1 dengan jawaban tidak setuju (skala 2) satu (1) orang atau 3% dan jawaban netral (skala 3) tiga (3) orang atau 10%, sedangkan X3.2 dengan jawaban tidak setuju (skala 2) satu (1) orang atau 3%. Ketidaksignifikanan disebabkan karena auditor inspektorat Kabupaten Pamekasan masih menganggap sertifikasi jabatan fungsional dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan merasa tidak perlu dan enggan untuk melaksanakannya, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan: a. Auditor Inspektorat Kabupaten Pamekasan masih bersifat struktural bukan

fungsional sehingga jabatan fungsional auditor bukan menjadi tuntutan bagi auditor Inspektorat Kabupaten Pamekasan dan menganggap jabatan fungsional merasa tidak perlu diikuti dan dilaksanakan. Untuk merubah dari jabatan struktural menjadi jabatan fungsional merupakan hak prirogatif Bupati Pamekasan.

b. Pendidikan dan pelatihan untuk Jabatan fungsional auditor bagi internal auditor dilaksanakan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan harus mengikuti ujian sertifikasi jabatan fungsional auditor. Jika dari salah satu materi yang diujikan tidak lulus maka internal auditor diwajibkan untuk mengulang kembali dan di beri jangka waktu maksimal 2

Page 21: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

21  

tahun kemudian atau telah menempuh maksimal 4 kali ujian. Jika melebihi dari batas waktu yang ditentukan maka internal auditor diwajibkan mengulang kembali sampai lulus dari semua materi yang diujikan. Hal ini yang menyebabkan auditor inspektorat Kabupaten Pamekasan merasa enggan dan jenuh untuk mengikuti pelatihan dan ujian sertifikasi jabatan fungsional auditor.

Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Batubara (2008), Mulyono (2009) dan Lubis (2009) yang menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan berkelanjutan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Disamping itu, penelitian ini tidak sesuai dengan Standar Profesi Audit Internal (1230;11) yang menyatakan, auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensinya melalui pengembangan profesional yang berkelanjutan dan juga Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, antara lain sebagai berikut: Pemeriksa harus mempunyai sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor (JFA), Pemeriksa harus mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, dan Pemeriksa wajib memiliki pengetahuan dan akses atas informasi teraktual dalam standar, metodologi, prosedur, dan teknik pemeriksaan. d. Pengalaman Kerja

Pengalaman merupakan ukuran lamanya pekerjaan auditor dalam melaksanakan tugasnya. Herliansyah (2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel pengalaman kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil pengujian mendukung hipotesis H4 yang menyatakan bahwa pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil ini mendukung penelitian Zulaikha (2006) yang menguji pengaruh ineteraksi gender dengan pengalaman terhadap keakuratan audit judgment dengan hasil menunjukkan bahwa pengalaman sebagai auditor berpengaruh langsung (main effect) terhadap audit judgment. Sama halnya dengan penelitian Lehman dan Norman (2006) menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman (expertise), akan lebih jelas merinci masalah yang dihadapi dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, yang nantinya berpengaruh pada auditor judgment.

Hasil studi dan bukti empiris ini mendukung Standar Profesional Akuntan Publik menyatakan bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit (Arens dkk, 2004). Pengalaman juga memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja yang dimiliki auditor maka auditor akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan.

Page 22: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

22  

6. Simpulan dan Saran 1.1 Simpulan a. Berdasarkan hasil uji F menunjukkan bahwa secara simultan variabel latar

belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan pengalaman kerja secara simultan mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan.

b. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan

c. Variabel pengalaman kerja merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. ebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.

1.2 Saran a. Pengalaman Kerja merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan,

maka sebaiknya auditor APIP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berupaya untuk menggunakan pengalaman kerja dalam setiap penugasan untuk menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan.

b. Untuk menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan yang baik dan untuk memelihara kompetensi auditor APIP Kabupaten Pamekasan maka pendidikan dan pelatihan berkelanjutan lebih ditingkatkan mengingat perkembangan standar, metode, prosedur dan tehnik pemeriksaan terutama auditor internal.

c. Menambah jumlah sampel yang diteliti dengan memperluas lokasi penelitian sehingga diharapkan tingkat generalisasi dari analisis akan lebih akurat dan dalam pemilihan sampel sebaiknya staf inspektorat yang memiliki latar belakang pendidikan formal minimal strata satu atau yang setara dan yang memiliki lata belakang pendidikan auditing, akuntansi, adminstrasi pemerintahan dan komunikasi.

d. Penelitian berikutnya dapat mengembangkan variabel-variabel lain seperti Obyyektifitas, independensi dan lainnya

Page 23: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

23  

DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Muslich dan Sri Iswati, 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Bahan Ajar. Surabaya: Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga.

Arens, A. Alvin, Randal J.E dan Mark S.B., 2008. Auditing and Assurance Services An Integrated Approach. Edisi Keduabelas. Jakarta: Erlangga.

-----------------------. 2004. ”Auditing dan Pelayanan Verifikasi, Pendekatan Terpadu”. Terjemahan. Jilid 1, Edisi Kesembilan. Jakarta: Penerbit PT. Indeks.

Ashton, Alison Hubbard, 1991. Experience and Error Frequency Knowledge as Potential Determinants of Audit Expertise. The Accounting Review, 218-239.

Batubara, Rizal Iskandar, 2008. Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, Dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris Pada Bawasko Medan). Tesis. Sumatera Utara: Ilmu Akuntansi, Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara.

Bonner, Sarah E., 1990. Experience Effects in Auditing: The Role of Task-Specific Knowledge. The Accounting Review, 72-92.

Boyton, C. William, Raymond J. Johnson dan Water G. Kell, 2002. Modern Auditing. Terjemahan. Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga

Budi, Sasongko, Basuki dan Hendaryatno. Internal Auditor dan Dilema Etika. 1-35. www.theakuntansi.com. diakses tanggal 28 Januari 2011.

Herliansyah Yudhi dan Meifida Ilyas, 2006. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan Dalam Auditor Judgement. Makalah. Simposium Nasional Akuntansi IX.

Hogan, Chris E., 1997. Cost and benefits of Audit Quality in IPO Market: A Self-Selection Analysis. The Accounting Review, pp. 67-86.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi IV Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Keputusan Badan Kepegawaian Negara (BKN) No: 43/KEP/2001 Tentang Standar Kompetensi Jabatan struktural. Badan Kepegawaian Negara Tahun 2001.

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004. Standar Profesi Audit Internal. Jakarta.

Lehman, H. Constance dan C. S. Norman, 2006. The Effect of Experience on Complex Problem Representation and Judgement In auditing: An

Page 24: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

24  

Experimental Investigation, Behavioral Reseach In Accounting, Vol 18, pp. 65-85.

Mabruri, Havidz dan Jaka Winarna, 2010. Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah daerah. Makalah. Simposium Nasional Akuntansi XIII.

Mardisar, Diani dan R. N. Sari, 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan Penegtahuan Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Makalah. Simposium Nasional Akuntansi XI.

Mayangsari, 2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, Serta Mekanisme Corporate Governance Integritas Laporan Keuangan. Makalah. Simposium Nasional Akuntansi VI.

Muhidin, A. Sambas dan Maman Abdurrahman, 2007. Analisa Korelasi, Regresi dan Jalur Dalam Penelelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Mulyadi, 2002. Auditing. Buku I, Edisi 6, Jakarta: Salemba Empat.

Mulyono, Agus, 2009. Analisis Faktor-Faktor Kompetensi Aparatur Inspektorat dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Inspektorat Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Sumatera Utara: Ilmu Akuntansi, Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara.

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Tahun 2007.

Peraturan Bupati Pamekasan Nomor 48 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas dan fungsi Inspektorat.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 2005. Diklat Sertifikasi JFA Tingkat Pembentukan Auditor Ahli. Edisi Keempat, Jakarta.

Page 25: PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, …fe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/Makalah-I.pdf · experience for the quality of audit result in the Inspectorate of ... bahwa auditor

 

25  

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2008. Diklat Pembentukan Auditor Ahli, Kode Etik dan Standar Audit, Edisi Kelima, Jakarta.

Solimun, 2000. Multivariate Analysis,Structural Equation Modelling, Lisrel dan Amos, Malang: Fakulats MIPA Universitas Brawijaya.

Tubbs, Richard M., 1992. The Effect of Experience on the Auditor’s Organization and Amount of Knowledge. The Accounting Review, 783-801.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Tambahan Lembaran Negara Republik Inonesia Nomor. 3839.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tanggal 15 Oktober 2004.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Uyanto, S. Stanislaus, 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS, Edisi 3, Yogyakarta: Garaha Ilmu.

Zulaikha, 2006. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan Dalam Auditor Judgement (Studi Kajian Eksperimental Dalam Audit Saldo Akun Persediaan). Makalah. Simposium Nasional Akuntansi IX.