pengaruh pembangunan partisipatif pnpm mandiri … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH PEMBANGUNAN PARTISIPATIF PNPM MANDIRI
PERDESAAN TERHADAP JUMLAH KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN SRAGEN
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Konsentrasi : Ekonomi Sumberdaya Manusia dan Pembangunan
Oleh :
S U M A R N O S 4209141
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
Pada tanggal : 14 April 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
SUMARNO
PENGARUH PEMBANGUNAN PARTISIPATIF PNPM MANDIRI PERDESAAN TERHADAP JUMLAH KELUARGA MISKIN
DI KABUPATEN SRAGEN
The poverty is a complex problems, so this is necessary comprehensive and
integrated action among government and society, The aims of this research are :
(1) to detect society self-supporting connection influence in Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) towards poor family
total, (2) to detect program fund connection influence PNPM MP towards poor
family total, (3) to detect society self-supporting connection influence society and
program fund PNPM MP towards poor family total at Sragen Regency.
The hypothesis proposed in this research are : (1) guessed there self-supporting
magnitude influence society in program PNPM MP towards poor family total. (2)
guessed there program fund influence PNPM MP towards poor family total. (3)
guessed there self-supporting magnitude influence society and program fund
PNPM MP towards poor family total at Sragen Regency.
Data that used in this watchfulness secondary data that is; society self-supporting
fund, fund PNPM Mandiri Perdesaan and poor family total progress report at
Sragen Regency year 2003-2010.
Data analysis to test hypothesis uses doubled linear regression.
Hypothesis test result is found that: (1) influential society self-supporting
significant decreases or demote poor family total, thereby hypothesis 1 proved. (2)
PNPM Mandiri Perdesaan increase, influential significant demote poor family total,
hypothesis 2 proved. (3) society self-supporting and PNPM Mandiri Perdesaan
influential demote poor family total, as according to hypothesis 3.
Based on data analysis is got conclusion that (1) influential society self-supporting
fund total magnitude significant towards poor family total depreciation, (2) fund
magnitude PNPM Mandiri Perdesaan influential significant towards poor family
total, (3) society self supporting fund magnitude and PNPM Mandiri Perdesaan
influential towards poor family total at Sragen Regency.
Keywords: Society self-supporting, PNPM Mandiri Perdesaan, Poor Family
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
INTISARI
SUMARNO
PENGARUH PEMBANGUNAN PARTISIPATIF PNPM MANDIRI
PERDESAAN TERHADAP JUMLAH KELUARGA MISKIN
DI KABUPATEN SRAGEN
Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks, maka sangat diperlukan tindakan
yang konprehensip dan terintegrasi antara pemerintah, dan masyarakat. Tujuan
dari penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui pengaruh hubungan swadaya
masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan (PNPM MP) terhadap jumlah keluarga miskin, (2) untuk mengetahui
pengaruh hubungan dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin,
(3) untuk mengetahui pengaruh hubungan swadaya mayarakat dan dana program
PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : (1) diduga ada pengaruh
besarnya swadaya mayarakat dalam program PNPM MP terhadap jumlah keluarga
miskin. (2) diduga ada pengaruh dana program PNPM MP terhadap jumlah
keluarga miskin. (3) diduga ada pengaruh besarnya swadaya mayarakat dan dana
program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu ; Dana
Swadaya Masyarakat, Dana PNPM Mandiri Perdesaan dan Laporan
Perkembangan Jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Sragen tahun 2003–2010.
Analisis data untuk menguji hipotesis menggunakan Regresi Linear Berganda.
Hasil uji hipotesis ditemukan bahwa : (1) swadaya masyarakat berpengaruh
signifikan mengurangi atau menurunkan jumlah keluarga miskin, dengan
demikian hipotesis 1 terbukti.(2)PNPM Mandiri Perdesaan Perdesaan meningkat,
berpengaruh signifikan menurunkan jumlah keluarga miskin, hipotesis 2 terbukti.
(3) swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan berpengaruh menurunkan
jumlah keluarga miskin, sesuai dengan hipotesis 3.
Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa (1) besarnya jumlah dana
swadaya masyarakat berpengaruh signifikan terhadap penurunan jumlah keluarga
miskin,(2) besarnya dana PNPM Mandiri Perdesaan berpengaruh signifikan
terhadap jumlah keluarga miskin, (3) besarnya dana swadaya masyarakat dan
PNPM Mandiri Perdesaan berpengaruh terhadap jumlah keluarga miskin di
Kabupaten Sragen.
vi
Kata Kunci : Swadaya Masyarakat, PNPM Mandiri Perdesaan, Keluarga Miskin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
v Masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia
yang sedang giat membangun memerangi
kemiskinan.
v Almamterku tercinta
v Istriku tercinta, Dwi Endang Warsiki, A.Md
v Anak-anakku tercinta :
1. Yunita Laila Astuti
2. M. Faisal Adityatama
3. Yusuf Zacky Zabidie
4. Afrizal Affandi Ahmad
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO :
Sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat kepada orang lain.
Hidup hanya sekali, sekali hidup harus bermakna.
Tuhan tidak akan membebani umatnya, melainkan sesuai dengan
kemampuanya.
Success never comes to the indolence
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........…………………………... iii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................... xii
ABSTRACT ............................................................................................ xiii
KATA PENGANTAR……………………………………………………. v
DAFTAR ISI……………………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………… 7
C. Tujuan Penelitian………………………………………………. 7
D. Manfaat Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
1. Manfaat Teoristis …………………………………………… 8
2. Manfaat Praktis ……………………………………………. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A . Pembangunan Partisipatif …………………. 9
1. Pengertian Pembangunan …………………………………… 9
2. Batasan Pembangunan Partisipatif ……………….. ........... 14
B. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri perdesaan (PNPM-MP[)............................................... 17
1. Visi dan Misi ………………………………………………. 17
2. Tujuan……………………………………………………… 18
3. Prinsip Dasar PNPM MP…………………………………… 19
4. Ketentuan Dasar…………………………………………… 21
5. Jenis-Jenis Kegiatan yang Di Danai PPNPM MP………… 22
6. Mekaniskme Usulan Kegiatan…………………………… 23
7. Konsep Pemberdayaan,……………………………………… 24
C. Pandangan Teoristis Mengenai Kemiskinan............................ 26
1. Pengertian Kemisakinan............................................... 30
2. Dimewnsi Kemiskinan .................................................... 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
3. Indikator Kemiskinan ............................................................33
D. Penelitian Terdahulu .............................................................. 35
E. Kerangka Berpikir……………………………………………...40
F. Hipotesis……………………………………………………… 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………. 43
B. Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 45
C. Definisi Operasional Variabel …………………………………… 46
D. Teknik Analisis Data …………………………………………… 52
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Sragen 52
1. Kondisi Geografis.................................................................. 52
a. Letak geografis............................................................. 52
b. Sumber Daya Alam....................................................... 53
1). Iklim dan Suhu Udara............................................ 53
2).Keadaan Alam........................................................ 53
c. Luas Wilayah.................................................................. 54
2. Kondisi Demografi....................................................... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
3.Kemajuan Pembangunan di Kabuptaen Sragen.................... 60
4. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten
Sragen.................................................................... ............... 63
B. Hasil Analisis Data ................................................................... 34
1. Analisis Regresi Lineasr Berganda........................................ 67
2. Pengujian Asuimsi Klasik................................................... 69
a. Uji Multikollinearitas................................................. 69
b. Uji Heteroskedastisitas................................................. 71
c. Uji Autokorelasi.......................................................... 73
3. Uji Statistik ....................................................................... 74
a. Uji F ......................................................................... 74
b. Koefisienj Deterrminasi............................................. 76
c. Uji t (Uji Variabel secara Individu)............................. 77
4. Uji Hipotesis........................................................................... 78
5. Analisis Hasil Regresi.......................................................... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 82
B. Saran ........................................................................................... 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada masa lalu, program-program pembangunan banyak diturunkan
“dari atas” yang sifat top down dan masyarakat tinggal melaksanakan.
Program itu direncanakan oleh lembaga penyelenggara program tanpa
melibatkan secara langsung warga masyarakat yang menjadi sasaran
program tersebut. Kita menyadari bahwa perencanaan program semestinya
dimulai dengan suatu “penjajagan kebutuhan” (need assessment) masyarakat,
namun hal itu sering dilaksanakan hanya berdasarkan suatu survei (penelitian
konvensional) yang dilakukan oleh petugas lembaga, atau oleh ahli-ahli dari
lembaga penelitian tertentu.
Dengan dilaksanakannya otonomi daerah maka program-program
pembangunan bersifat bottom up, oleh karena itu model pembangunan
partisipatif mengutamakan pembangunan yang dilakukan dan dikelola
langsung oleh masyarakat lokal. Model yang demikian itu menekankan pada
upaya pembangunan kapasitas masyarakat dalam bentuk pemberdayaan
masyarakat (Sumodiningrat, 1999). Dapat dikemukakan bahwa suatu proyek
atau program dapat digolongkan ke dalam model pembangunan partisipatif
apabila program tersebut dikelola sendiri oleh masyarakat yang bersangkutan.,
sehingga masyarakat setempat yang tidak hanya menyelenggarakan proyek
atau program pembangunan, tetapi juga untuk mengelola proyek tersebut akan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mendorong masyarakat untuk mengarahkan segala kemampuan dan potensinya
demi keberhasilan proyek atau program tersebut.
Untuk itu, diperlukan terobosan baru dalam pola perencanaan dan pola
pembangunan, guna mempercepat proses pengentasan kemiskinan di
Indonesia. Perencanaan pembangunan partisipatif yang melibatkan seluruh
stakeholders pembangunan diharapkan dapat memecahkan permasalahan
proses perencanaan penanggulangan seperti tersebut diatas. Proses perencanaan
pembangunan partisipatif adalah proses perencanaan pembangunan yang
mendasari pada kebutuhan masyarakat setempat serta didukung peranserta aktif
dari masyarakat dari awal pengidentifikasian masalah hingga tersusunnya
dokumen perencanaan pembangunan.
Pembangunan akan tepat sasaran, tepat waktu, berdayaguna dan berhasil
guna apabila perencanaannya benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat,
serta adanya peran aktif masyarakat dalam penyusunan perencanaan dan
pelaksnaan pembangunan. Partisipasi masyarakat akan terjadi apabila pelaku
atau pelaksana program pembangunan di daerahnya adalah orang – orang,
organisasi, atau lembaga yang telah mereka percaya integritasnya, serta
apabila program tersebut menyentuh inti masalah yang mereka rasakan dan
dapat memberikan manfaat terhadap kesejahteraannya.
Melalui kadar partisipasi dan peran aktif masyarakat yang tinggi,
penguatan masyarakat sasaran program dapat terwujud. Menguatnya
kemampuan masyarakat miskin untuk meningkatakan taraf hidupnya, adalah
hasil atau dampak dari semua aktifitas program penanggulangan kemiskinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Penguatan masyarakat tersebut dapat dilihat dari: (1) dimensi pemberdayaan
masyarakat miskin, (2) dimensi terwujudnya kemandirian masyarakat miskin,
dan (3) dimensi perekonomian rakyat. Dimensi pemberdayaan masyarakat
perlu diarahkan terutama dalam rangka pengembangan kegiatan sosial
ekonominya. Dimensi kemandirian masyarakat dapat dicapai melalui azas
gotong royong, keswadayaan dan partisipasi. Dimensi perekonomian rakyat
dapat ditandai oleh tersedianya dana untuk modal usaha guna dikembangkan
oleh masyarakat miskin itu sendiri.
.Masalah kemiskinan yang dihadapi, terutama oleh negara-negara yang
sedang berkembang memang sangatlah kompleks. Kemiskinan merupakan
masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensional, yang berkaitan
dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya (Sumodiningrat,
1998: 26). Sementara itu, masalah yang dihadapi bangsa Indonesia tetap sama,
walaupun pemerintahan telah mengalami beberapa kali perubahan
kepemimpinan, yaitu makin tingginya angka kemiskinan di Indonesia. Hal ini
karena dalam mengatasi masalah kemiskianan masih terdapat beberapa
masalah, antaralain; (1) Koordinasi masih lemah, terutama dalam hal:
pendataan, pendanaan dan kelembagaan; (2) Lemahnya koordinasi antar
program-program penanggulangan kemiskinan antara instansi pemerintah
pusat dan daerah; (3) Lemahnya integrasi program pada tahap perencanaan,
sinkronisasi program pada tahap pelaksanaan, dan sinergi antar pelaku
(pemerintah, dunia usaha, masyarakat madani); (4) Belum optimalnya
kelembagaan di pemerintah, dunia usaha, LSM, dan masyarakat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
bermitra dan bekerjasama dalam penanggulangan kemiskinan serta penciptaan
lapangankerja. Keadaan ini menjadikan usaha penanggulangan tersebut
menjadi tidak tepat sasaran (Suparlan, 1993).
Menanggulangi masalah kemiskinan diperlukan upaya yang memadukan
berbagai kebijakan dan program pembangunan yang tersebar di berbagai
sektor. Kebijakan pengentasan atau penanggulangan kemiskinan menurut
Sumodiningrat (1998: 46-47) dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu
kebijakan tidak langsung, kebijakan yang langsung.. kebijakan tak langsung
meliputi (1) upaya menciptakan ketentraman dan kestabilan situasi ekonomi,
sosial, dan politik; (2) mengendalikan jumlah penduduk; (3) melestarikan
lingkungan hidup dan menyiapkan kelompok masyarakat miskin melalui
kegiatan pelatihan. Kegiatan yang langsung mencakup: (1) pengembangan
data dasar (data base) dalam penentuan kelompok sasaran (targeting); (2)
penyedeiaan kebutuhan dasar (pangan, sandang, papan, kesehatan, dan
pendidikan); (3) penciptaan kesempatan kerja; (4) program pembangunan
wilayah; dan (5) pelayanan perkreditan.
Pilihan strategi dalam menanggulangi masalah kemiskinan harus dapat
memperkuat peran dan posisi perekonomian rakyat dalam perekonomian
nasional, sehingga terjadi perubahan struktural yang meliputi pengalokasian
sumber daya, penguatan kelebagaan, pemberdayaan sumber daya manusia
Sumodiningrat,1998). Program-program yang dipilih harus berpihak dan
memberdayakan masyarakat melalui pembangunan ekonomi dan peningkatan
perekonomian rakyat. Program ini harus diwujudkan dalam langkah-langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
strategis yang diarahkan secara langsung pada perluasan akses masyarakat
miskin kepada sumber daya pembangunan dan menciptakan peluang bagi
masyarakat paling bawah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan,
sehingga mereka mampu mengatasi kondisi keterbelakangannya.
Terdapat tiga pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat miskin.
Pertama, pendekatan yang terarah, artinya pemberdayaan masyarakat harus
terarah yakni berpihak kepada orang miskin. Kedua, pendekatan kelompok,
artinya secara bersama-sama untuk memudahkan pemecahan masalah yang
diahadapi. Ketiga, pendekatan pendampingan, artinya selama proses
pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat miskin perlu
didampingi oleh pendamping yang profesional sebagai fasilitator,
komunikator dan dinamisator terhadap kelompok untuk mempercepat
tercapainya kemandirian (Soegijoko dkk, 1997: 179). Arah baru strategi
pembangunan diwujudkan dalam bentuk : (1) upaya pemihakan kepada yang
lemah dan pemberdayaan masyarakat, (2) pemantapan otonomi dan
desentralisasi, dan (3) modernisasi melalui penajaman arah perubahan
struktur sosial ekonomi masyarakat (Sumodiningrat, 1999: 82).
Penanggulangan kemiskinan harus senantiasa didasarkan pada
penentuan garis kemiskinan yang tepat dan pada pemahaman yang jelas
mengenai sebab-sebab timbulnya persoalan itu. Setiap upaya penanggulangan
kemiskinan yang mengabaikan kedua hal tersebut tidak hanya cenderung
tidak efektif, tetapi pada tempatnya dicurigai sebagai retorika belaka (Baswir,
1999: 18). Penanganan permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
membutuhkan kerja sama semua pihak secara bersama dan terkoordinasi.
Untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan
lapangan kerja, pemerintah meluncurkan program penanggulangan kemiskinan
yang salah satunya merupakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri (PNPM), yang dirumuskan kembali upaya penanggulangan
kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi hingga pelestarian hasil-hasilnya.
Didalam pelaksanaannya masyarakat yang mampu berpartisipasi tenaga dan
dana secara swadaaya, sedangkan yang kategori keluarga miskin mendapat
manfaat dari pelaksanaan dan hasil pembangunan tersebut baik langsung
maupun tidak langsung.
Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri terbuka bagi semua kegiatan
penanggulan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat,
meliputi : penyediaan dan perbaikan prasaranai, pendidikan, kesehatan,
peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintah lokal serta kegiatan
ekonomi produktif kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dialokasikan
dana bergulir secara kelompok tanpa agunan untuk mengembangkan
kegiatan ekonomi masyarakat khususnya keluarga miskin, hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah prosedur dan mempercepat akses
permodalan kegiatan ekonomi produktif masyarakat khususnya keluarga
miskin, yang diharapkan akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat, sehingga upaya-upaya penanggulangan dan pengentasan
kemiskinan dapat tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana pengaruh swadaya mayarakat dalam program PNPM MP
terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen?
2. Bagaimana pengaruh dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga
miskin di Kabupaten Sragen ?
3. Bagaimana pengaruh swadaya mayarakat dan dana program PNPM MP
terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui pengaruh hubungan swadaya mayarakat dalam program
PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen ?
2. Mengetahui pengaruh hubungan dana program PNPM MP terhadap
jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen ?
3. Mengetahui pengaruh hubungan swadaya mayarakat dan dana program
PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoristis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai
pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan dalam memperkaya khasanah
keilmuan tentang pengaruh hubungan swadaya mayarakat dan dana
program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten
Sragen.
2. Manfaat Praktis
Memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah Kabupaten
Sragen dalam rangka penanggulangan dan pengentasan kemiskinan.di
Kabupaten Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembangunan Partisipatif
1. Pengertian Pembangunan
Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua
paradigma besar, modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995,
Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson, 2005). Paradigma modernisasi
mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi dan
perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang
menunjang proses perubahan. Menurut Tikson (2005) membaginya
kedalam tiga klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi,
keterbelakangan dan ketergantungan. Dari berbagai paradigma
tersebut itulah kemudian muncul berbagai versi tentang pengertian
pembangunan.
Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling
menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin
ilmu yang paling tepat mengartikan kata pembangunan. Dalam hal ini,
pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk
menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap
warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling
manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri,2004). Tema pertama
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
adalah koordinasi yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan
perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua
adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini
dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada
keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan. Ada pun mekanismenya
menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan hukum yang terpercaya
yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema
ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti
pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan
pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat.
Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan
definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah
pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang
lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan
Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa
pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi
dan Bratakusumah, 2005).
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan
sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan
yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara
dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
(nation building)”. Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang
lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan
adanya pemikiran yang mengidentikkan pembangunan dengan
perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi,
bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut
didasarkan pada aspek perubahan (change), dimana pembangunan,
perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan
mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut
mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing
mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip
kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk
yang merefleksikan perubahan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005).
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang
mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur,
pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya
Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk
memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Menurut Tikson
(2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai
transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui
kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi
dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan
atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar.
Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan
berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan
modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui
pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses
terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan,
perumahan, air bersih, fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses
pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering
dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan
nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma yang dianut
masyarakat, seperti perubahan dari spiritualisme ke materialisme atau
sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan
materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan
rasional.
Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek
kehidupan masyarakat yaitu, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang
berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro
(commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya
kemajuan dan atau perbaikan (progress), pertumbuhan dan
diversifikasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas,
pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan melalui
upaya-upaya secara sadar dan terencana. Perkembangan adalah proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pem-
bangunan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005).
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan ma-
syarakat yang menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang
modernisasi pun tidak lagi hanya mencakup bidang ekonomi dan
industri, melainkan telah merambah ke seluruh aspek yang dapat
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, modernisasi
diartikan sebagai proses trasformasi dan perubahan dalam masyarakat yang
meliputi segala aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial, budaya, dan
sebagainya.
Secara sederhana pembangunan merupakan proses usaha sadar untuk
melakukan sesuatu perubahan-perubahan yang lebih baik dari satu kondisi
kepada kondisi lain yang lebih bermakna. Dalam arti pembangunan harus
dilaksanakan dengan sengaja dan terencana serta memperhatikan nilai–
nilai universal, yang dapat diterima dan dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat. Menurut Todaro (1998 : 19) bahwa, Pembangunan harus
dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai
perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan
institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi
pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta
pengentasan kemiskinan. Dalam hal ini Todaro lebih menitik beratkan
kepada pemerataan dan penanggulangan kemiskinan atau pengentasan
sebagai indukator keberhasilan dalam sebuah pembangunan menurutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
pembangunan haruslah dirasakan oleh semua kalangan tidak saja kalangan
atas namun juga mereka yang ada di kalangan bawah
2. Batasan Pembangunan Partisipatif
Pembangunan partisipatif adalah pembangunan yang perencanaannya
bertujuan melibatkan kepentingan masyarakat, dan dalam prosesnya
melibatkan masyarakat (baik langsung maupun tidak langsung).
Melibatkan masyarakat secara langsung akan membawa tiga dampak
penting (Muflich, 2008 : 12 ) yaitu :
a. Terhidar dari peluang terjadinya manipulasi. Keterlibatan rakyat akan
memperjelas apa yang sebetulnya dikehendaki masyarakat.
b. Memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan. Semakin
banyak jumlah mereka yang terlibat akan semakin baik.
c. Meningkatkan kesadaran dan ketrampilan politik masyarakat.
Perencanaan pembangunan partisipatif akan berjalan dengan baik
apabila prakondisi yang diperlukan dapat terpenuhi. Setidaknya ada enam
prinsip dasar dalam perencanaan partisipatif (Muflich, 2008 : 17), yaitu :
a. Saling percaya.
Diantara semua pihak yang terlibat dalam penyusunan perencanaan
harus saling percaya, saling mengenal dan dapat bekerjasama. Untuk
menumbuhkan rasa saling percaya dituntut adanya kejujuran dan
keterbukaan.
b. Kesetaraan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Prinsip kesetaraan dimaksudkan agar semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan perencanaan dapat berbicara dan mengemukakan
pendapatnya, tanpa adanya perasaan tertekan (Bahasa Jawa; rikuh atau
ewuh-pekewuh).
c. Demokratis.
Prinsip demokrasi menuntut adanya proses pengambilan keputusan
yang merupakan kesepakatan bersama, bukan meripakan rekayasa
kelompok tertentu.
d. Nyata.
Perencanaan hendaknya didasarkan pada segala sesuatu masalah atau
kebutuhan yang nyata, bukan berdasarkan sesuatu yang belum jelas
keberadaanya atau kepalsuan (fiktif).
e. Taat asas dalam berpikir.
Prinsip ini menghendaki dalam penyusunan perencanaan harus
menggunakan cara berpikir obyektif, runtut dan mantap.
f. Terfokus pada kepentingan warga masyarakat.
Perencanaan pembangunan hendaknya disusun berdasarkan
permasalahan dan kebutuhan yang dekat dengan kehidupan masyarakat.
Perencanaan yang berdasarkan pada masalah dan kebutuhan nyata
masyarakat, akan mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat.
Proses perencanaan pembangunan desa harus dilakukan melalui
serangkaian forum musyawarah dengan melibatkan seluruh unsur pelaku
pembangunan di wilayah setempat. Unsur pelaku pembangunan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
meliputi elemen-elemen warga masyarakat, lembaga-lembaga
kemasyarakatan desa, aparatur pemerintah desa, aparatur pemerintah
kabupaten (khususnya SKPD terkait), LSM dan institusi lain yang
terkait. Proses penyusunan perencanaan pembangunan seperti inilah
yang dimaksudkan sebagai perencanaan pembangunan partisipatif.
Penyusunan perencanaan pembanguan harus berdasarkan data dan
informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Artinya,
rencana pembangunan desa itu harus disusun berdasarkan potensi dan
kenyataan yang ada di desa, baik itu berupa masalah maupun potensi
yang dimiliki desa. Dengan demikian, perencanaan pembangunan desa
yang tersusun dapat sesuai dengan kebutuhan pembangunan, bukan
sekedar daftar keinginan yang jauh dari kenyataan dan kemampuan
untuk mewujudkannya.
Swadaya adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang
disumbangkan sebagai bagian dari rasa ikut memiliki terhadap program.
Swadaya masyarakat dan desa merupakan salah satu wujud partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan.
Swadaya bisa diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana,
maupun material pada saat kegiatan atas dasar sukarela. Orientasi setiap
pelaksanaan kegiatan harus didasarkan atas keswadayaan dari
masyarakat atau desa. Swadaya masyarakat bisa diwujudkan dengan
menyumbangkan tenaga, dana (tidak boleh dipotong dari kompensasi
HOK—upah harus diterima secara utuh oleh setiap pekerja kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
khusunya keluarga miskin), maupun material pada saat pelaksanaan
kegiatan. Sekalipun dasar keswadayaan adalah kerelaan masyarakat,
tetapi diutamakan swadaya bukan berasal dari RTM. Tenaga kerja yang
diperhitungkan dengan kompensasi HOK diutamakan dari RTM, dengan
mempertimbangkan penyerapan maksimal jumlah RTM yang ada.
Kompensasi HOK bagi tenaga kerja RTM tidak boleh diminta untuk
berkontribusi swadaya, karena kompensasi ini ditujukan untuk
meningkatkan pendapatan mereka. Hal ini sesuai dengan tujuan PNPM
Mandiri Perdesaan.
B. Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan
Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP).
PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. PNPM
Mandiri Perdesaan merupakan kelanjutan Program Pengembangan
Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Di antara keberhasilan
PPK adalah penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok
rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, dan keberhasilannya
menumbuhkan kolektivitas dan partisipasi masyarakat.
1. Visi dan misi
Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu
mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di
lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya,
serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah
kemiskinan.
Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah:
a. peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya;
b. pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;
c. pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal;
d. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar
dan ekonomi masyarakat;
e. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.
2. Tujuan
Tujuan Umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya
kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan
dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan
pengelolaan pembangunan.
Tujuan khususnya meliputi :
a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat
miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan eputusan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan,
b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan
mendayagunakan sumber daya lokal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan lokal dalam memfasilitasi
pengelolaan pembangunan partisipatif,
d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang
diprioritaskan oleh masyarakat,
e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir,
f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerja Sama Antar
Desa dalam pengelolaan pembangunan.
g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam
upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.
3. Prinsip Dasar
Sesuai dengan Pedoman Umum, PNPM Mandiri Perdesaan
mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan
atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang
akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan PNPM Mandiri
Perdesaan. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong
terwujudnya tujuan PNPM Mandiri Perdesaan. Prinsip-prinsip itu
meliputi :
a. Otonomi.
Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak dan
kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab,
tanpa intervensi negatif dari luar.
b. Desentralisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan ruang yang lebih
luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan
sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat.
c. Berorientasi pada masyarakat miskin.
Pengertian prinsip berorientasi pada masyarakat miskin adalah segala
keputusan yang diambil berpihak kepada masyarakat miskin.
d. Partisipasi.
Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif
dalam setiap tahapan proses, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian kegiatan dengan
memberikan tenaga, pikiran, dana, waktu maupun barang.
e. Kesetaraan dan keadilan gender.
Pengertian prinsip kesetaraan dan keadilan gender adalah masyarakat
baik laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya
di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati manfaat kegiatan
pembangunan, kesetaraan juga dalam pengertian kesejajaran
kedudukan pada saat situasi konflik.
f. Demokratis.
Pengertian prinsip demokratis adalah masyarakat mengambil
keputusan pembangunan secara musyarawah dan mufakat.
g. Transparansi dan Akuntabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Pengertian prinsip transparansi dan akuntabel adalah masyarakat
memiliki akses terhadap segala informasi dan proses pengambilan
keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara
terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis,
legal, maupun administratif.
h. Prioritas.
Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih kegiatan yang
diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan
kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan.
i. Keberlanjutan.
Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam setiap
pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan
harus telah mempertimbangkan sistem pelestariannya.
j. Bertumpu pada pembangunan manusia.
Pengertian prinsip bertumpu pada pembangunan manusia adalah
masyarakat lebih memilih kegiatan yang berdampak langsung
terhadap upaya pembangunan manusia daripada pembangunan fisik
semata.
4. Ketentuan Dasar
Ketentuan dasar PNPM Mandiri Perdesaan merupakan ketentuan-
ketentuan pokok yang digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dan
pelaku lainnya dalam melaksanakan kegiatan, mulai dari tahap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pelestarian. Ketentuan dasar
meliputi :
a. Desa Berpartisipasi
Seluruh desa di kecamatan penerima PNPM Mandiri Perdesaan
berhak untuk ikut berpartisipasi dalam proses atau alur tahapan. Untuk
dapat berpartisipasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan, dituntut adanya
kesiapan dari masyarakat dan desa dalam menyelenggarakan
pertemuan-pertemuan musyawarah secara swadaya dan menyediakan
kader-kader desa yang bertugas secara sukarela.
b. Kriteria dan Jenis Kegiatan
Baik pada desa tertinggal maupun desa normal kriteria dan jenis
kegiatan yang diusulkan oleh masyarakat diperlakukan sama.
Kegiatan yang akan dibeayai melalui dana BLM diutamakan untuk
kegiatan yang memenuhi kriteria :
1) Diutamakan lokasi desa tertinggal,
2) Lebih bermanfaat bagi RTM,
3) Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan,
4) Dapat dikerjakan oleh masyarakat,
5) Didukung oleh sumber daya yang ada,
6) Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
5. Jenis-jenis kegiatan yang dibeayai melalui BLM PNPM Mandiri
Perdesaan adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang
dapat memberikan manfaat langsung secara ekonomi bagi RTM,
b. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan,
termasuk kegiatan pelatihan pengembangan ketrampilan masyarakat
(pendidikan nonformal),
c. Kegiatan peningkatan kapasitas/ketrampilan kelompok usaha ekonomi
terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi
berbasis sumber daya lokal (tidak termasuk penambahan modal),
d. Penambahan modal Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP).
6. Mekanisme Usulan Kegiatan PNPM
Untuk memanfaatkan dana BLM, setiap desa boleh mengajukan
paling banyak 3 (tiga) usulan di mana tiap usulan terdiri atas 1 (satu)
jenis kegiatan/paket kegiatan yang secara langsung saling berkaitan.
Usulan tersebut didasarkan pada usulan atau prioritas kebutuhan khusus
kelompok perempuan, kelompok laki-laki dan atau kebutuhan kelompok
campuran antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Tiga
usulan dimaksud adalah :
1. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar atau kegiatan peningkatan
kualitas hidup masyarakat (kesehatan atau pendidikan) atau
peningkatan kapasitas/ketrampilan kelompok usaha ekonomi yang
ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2. Usulan kegiatan simpan pinjam bagi Kelompok Perempuan (SPP)
yang ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan. Alokasi
dana untuk kegiatan SPP sampai dengan 25% dari BLM.
3. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar, kegiatan peningkatan kualitas
hidup masyarakat (kesehatan atau pendidikan) dan peningkatan
kapasitas/ketrampilan kelompok usaha ekonomi yang ditetapkan oleh
musyawarah desa perencanaan. Maksimal nilai satu usulan kegiatan
yang dapat didanai adalah sebesar Rp 350 juta. Usulan kegiatan
pendidikan atau kesehatan mempertimbangkan rencana induk dari
instansi pendidikan atau kesehatan di kabupaten.
7. Konsep Pemberdayaan
Pemberdayaan secara teoritik dianggap sebagai pendekatan yang
situsional. Pemberdayaan dapat berarti sebagai suatu proses, suatu
mekanisme dimana individu, organisasi dan masyarakat menjadi ahli
akan masalah yang mereka hadapi. Teori pemberdayaan mengasumsikan
bahwa (1) pemberdayaan akan berbeda bentuk untuk orang yang
berbeda; (2) pemberdayaan akan berbeda bentuk untuk konteks yang
berbeda; (3) pemberdayaan akan berfluktuasi atau berubah sejalan
dengan waktu. Seseorang dapat merasa terberdayakan pada waktu yang
lain, bergantung pada kondisi yang mereka hadapi pada suatu waktu.
Para akademisi teori pemberdayaan menyatakan bahwa konsep
pemberdayaan berlaku tidak hanya bagi individu sebagai kelompok,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
organisasi dan masyarakat, namun juga bagi individu itu sendiri (Fred,
1998).
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata ’power’ (kekuasaan atau keberdayaan).
Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep
mengenai kekuasaan.
Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk
membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari
keinginan dan minat mereka. Pemberdayaan adalah sebuah proses
dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam,
berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap kejadian-
kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh ketrampilan,
pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya
(Parsons, 1994:106).
Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi,
dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)
kehidupannya (Rappaport,1984:3). Pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, untuk (a)
memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-
barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (b) berpartisipasi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi
mereka.
Berdasarkan definisi-definisi pemberdayaan di atas, dapat dinyatakan
bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan . sebagai proses,
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan
atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-
individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun
sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
C. Pandangan Teoritis Mengenai Kemiskinan.
Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang telah lama
diperbincangkan karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat
dan upaya penanganannya. Dalam Panduan Keluarga Sejahtera (1996: 10)
kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seorang tidak sanggup memelihara
dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu
memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam memenuhi
kebutuhannya. Dalam panduan PNPM (2008: 26) bahwa kemiskinan adalah
situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada
padanya.
Kemiskinan ini ditandai oleh sikap dan tingkah laku yang menerima
keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah yang tercermin di dalam
lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya kualitas sumber daya manusia,
lemahnya nilai tukar hasil produksi, rendahnya produktivitas, terbatasnya
modal yang dimiliki berpartisipasi dalam pembangunan. Mengamati secara
mendalam tentang kemiskinan dan penyebabnya akan muncul berbagai
tipologi dan dimensi kemiskinan karena, kemiskinan itu sendiri
multikompleks, dinamis dan berkaitan dengan ruang, waktu serta tempat
dimana kemiskinan dilihat dari berbagai sudut pandang.
Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang diukur dengan tingkat
pendapatan yang dibutuhkan untuk memnuhi kebutuhan dasarnya
sedangkan kemiskinan relatif adalah penduduk yang telah memiliki
pendapatan sudah mencapai kebutuhan dasar namun jauh lebih rendah
dibanding keadaan masyarakat sekitarnya. Kemiskinan menurut tingkatan
kemiskinan adalah kemiskinan sementara dan kemiskinan kronis.
Kemiskinan sementara yaitu kemiskinan yang terjadi sebab adanya
bencana alam dan kemiskinan kronis yaitu yang terjadi pada mereka yang
kekurangan ketrampilan, aset, dan stamina (Aisyah, 2001: 151). Penyebab
kemiskinan menurut Kuncoro (2000: 107) sebagai berikut :
1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah
yang terbatas dan kualitasnya rendah.
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia
karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas
juga rendah, upahnyapun rendah.
3. Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal.
Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran setan
kemiskinan (the vicious circle of proverty) lihat gambar 1.1, adanya
keterbelakangan, ketidak sepurnaan pasar, kurangnya modal menyebabkan
rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan
rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan
berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi, rendahnya investasi
akan berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya. Logika berpikir yang
dikemukakan Nurkse yang dikutip Kuncoro (2000:7) yang mengemukakan
bahwa negara miskin itu miskin karena dia miskin (a poor country is poor
because it is poor). Untuk lebih jelas logika berfikir seperti yang
dikemukakan Nurkse dapat dilihat pada gambar 1.1 :
Ketidaksempurnaan pasar Keterbelakangan dan Ketinggalan
Investasi Rendah Produktivitas Rendah
Tabungan Pendapatan Rendah Riil Rendah
Kekurangan Modal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Menurut Bayo (1996: 18) yang mengutip pendapat Chambers bahwa
ada lima ’ketidakberuntungan” yang melingkari orang atau keluarga
miskin yaitu sebagai berikut :
1. Kemiskinan (proverty) memiliki tanda-tanda sebagai berikut : rumah
mereka reot dan dibuat dari bahan bangunan yang bermutu rendah,
perlengkapan yang sangat minim, ekonomi keluarga ditandai dengan
ekonomi gali lubang tutup lubang serta pendapatan yang tidak menentu.
2. Masalah kerentanan (vulnerability) kerentanan ini dapat dilihat dari
ketidak mampuan keluarga miskin menghadapi situasi darurat.
Perbaikan ekonomi yang dicapai dengan susah payah sewaktu-waktu
dapat lenyap ketika penyakit menghampiri keluarga mereka yang
membutuhkan biaya pengobatan dalam jumlah yang besar.
3. Masalah ketidakberdayaan. Bentuk ketidak berdayaan kelompok miskin
tercermin dalam ketidak mampuan mereka dalam menghadapi elit dan
para birokrasi dalam menentukan keputusan yang menyangkut
nasibnya, tanpa memberi kesempatan untuk mengaktualisasi dirinya;
Gambar 1.1. Lingkaran Setan Kemiskinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
4. Lemahnya ketahan fisik karena rendahnya konsumsi pangan baik
kualitas maupun kuantitas sehingga konsumsi gizi mereka sangat
rendah yang berakibat pada rendahnya produktivitas mereka;
5. Masalah keterisolasian. Keterisolasian fisik tercermin dari kantong-
kantong kemiskinan yang sulit dijangkau sedang keterisolasian social
tercermin dari ketertutupan dalam integrasi masyarakat miskin dengan
masyarakat yang lebih luas.
1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memnuhi
kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002:3).
Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis
nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non
makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas
kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah
rupiah yang diperlukan oleh stiap individu untuk dapat membayar
kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan
kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian,
kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya
(BPS dan Depsos, 2002:4).
Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan
dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan no
material yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi
kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan masyarakat (Suharto
dkk, dalam SMERU, 2004). Fakir miskin adalah orang yang sama
sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok
yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber
mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak
bagi kemanusiaan (Depsos, 2001).
Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk
mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial
meliputi: (a) modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat
produksi, kesehatan), (b) sumber keuangan (pekerjaan, kredit), (c)
organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai
kepentingan bersama (koperasi, partai politik, organisasi sosial), (d)
jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa, (e)
pengetahuan dan ketrampilan, dan (f) informasi yang berguna untuk
kemajuan hidup (Friedman dalam Suharto, dkk.,2004:6).
2. Dimensi Kemiskinan
Kemiskinan merupakan fenomena yang berwayuh wajah. David
Cox (2004:1-6) membagi kemiskinan kedalam beberapa dimensi :
a. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi.
Globalisasi menghasilkan pemenang dan pengkalah. Pemenang
umumnya adalah negara-negara maju. Sedangkan negara-negara
berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan
pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan.
Kemiskinan substain (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan),
kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan
dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan
yang disebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan
perkotaan).
c. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan,
anak-anak, dan kelompok minoritas.
d. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskian yang terjadi akibat adanya
kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin,
sperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya
jumlah penduduk.
Kemiskinan memiliki berbagai dimensi (Suharto dkk, dalam
SMERU, 2004) :
a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan,
sandang, dan papan.
b. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya
(kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
c. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga).
d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun
massal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
e. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber
alam.
f. Tidak dilibatkannya dalam kegiatan sosial masyarakat.
g. Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian
yang berkesinambungan
h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun
mental.
i. Ketidakmampuan dan ketidak beruntungan sosial (anak terlantar,
wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin,
kelompok marjinil dan terpencil). (Suharto, dkk, 2004:7-8).
3. Indikator Kemiskinan
BPS (2002) melakukan pendataan rumah tangga miskin dengan
menggunakan 14 variabel kemiskinan dimana variabel ini memiliki
hubungan yang sangat erat denga kemampuan memenuhi kebutuhan
kalori dan kebutuhan dasar non makanan. Adapun variabel-variabel
yang dimaksud adalah :
a. Luas lantai bangunan tempat tinggal < 8 m2 per orang.
b. Lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu
berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
d. Tidak mempunyai fasilitas buang air besar.
e. Penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
f. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak
terlindung/sungai/air hujan.
g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu
bakar/arang/minyak tanah.
h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam satu
minggu.
i. Hanya membeli satu setel pakaian baru dalam satu tahun.
j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali sehari
k. Bila sakit Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di
Puskesmas/poliklinik.
l. Sumber penghasilan rumah tangga adalah petani : dengan luas lahan
< 0,5 ha, buruh tani bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan
lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000.00 perbulan.
m. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah / tidak
tamat SD atau hanya SD.
n. Tidak memiliki tabungan /barang yang mudah dijual dengan nilai
minimal Rp. 500.000,00 seperti sepeda motor (kredit/non kredit),
emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Jadi menurut standart ukuran dari indikator yang telah
ditetapkan Biro Pusat Statistik (BPS) dan telah di adopsi banyak/
masing-masing pemerintah kabupaten maupun kota dan khususnya
Pemerintah Kabupaten Sragen, maka untuk menentukan individu atau
keluarga miskin adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
a Keluarga yang hanya memenuhi 9 indikator atau kurang
dikategorikan keluarga hampir miskin..
b. Keluarga yang memenuhi 10 sampai dengan 12 indikator ,
dikategorikan keluarga miskin
c Keluarga yang memenuhi 12 atau lebih indikator kemiskian
dikategorikan keluarga sangat miskin.
D. Penelitian Terdahulu
Hasil penelititan Coate, Handmer and Wei (2006), yang
mengeksplorasi peranan LSM dalam memfasilitasi pemulihan ekonomi
akibat tsunami yang meluluhlantakkan daerah-daerah di selatan Thailand.
Hal ini termasuk LSM Internasional yang besar maupun kecil berbasis
masyarakat atau LSM Lokal dan bagaimana organisasi-organsisasi ini
terlibat dalam satu sama lain termasuk dengan pemerintah denga tujuan
untuk membantu pemulihan masyarakat setempat. Secara khusus, fokus
penelitian dititikberatkan pada bagaimana LSM dapat membantu
penduduk setempat, terutama mereka yang terlibat dalam sektor informal
dalam membangun kembali mata pencaharian di daerah yang telah hancur
oleh bencana alam.
Mengingat bahwa di Thailand hanya sekitar 70 persen dari penduduk
bekerja di sektor ekonomi informal, salah satu penemuan yang penting
adalah bahwa pusat pemulihan ekonomi adalah kebutuhan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
mengarahkan para pembuat kebijakan strategi pemulihan untuk
mencerminkan langkah-langkah yang secara luas mendukung sektor
informal di berbagai industri termasuk pariwisata dan perikanan, dan yang
akan memberikan dasar mata pencaharian ekonomi bagi sebagian besar
penduduk Thailand yang terkena bencana. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa strategi pemulihan harus terlibat dengan dan
langsung melibatkan masyakat untuk memastikan pemulihan ekonomi
jangka panjang yang mampu membangun ketahanan lokal dan
menyediakan dukungan mata pencaharian dasar bagi keberlanjutan masa
depan penduduk setempat.
Hasil penelitian Ullah, and Jayant K, (2007), yang menganalisis
situasi kemiskinan dan upaya pengentasan kemiskinan dari LSM di dua
desa di distrik Barisal menemukan bahwa kondisi ekonomi masyarakat
miskin di wilayah studi belum membaik banyak dilihat dari beberapa
indikator yang dipilih, yaitu pendapatan, makanan dan pengeluaran non
pangan, produktif dan non-asset produktif, ketahanan pangan, dan
penciptaan lapangan kerja. The Foster Greer Thorbecke indeks
menunjukkan bahwa mayoritas LSM penerima manfaat tetap di bawah
garis kemiskinan dari segi pendapatan dan mayoritas dari mereka tetap di
bawah garis setengah pengangguran (kurang dari 260 hari kerja dalam satu
tahun). Analisis regresi menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga
ditentukan oleh ukuran pemilikan tanah, tenaga kerja keluarga, jumlah
pinjaman yang diambil dan kesempatan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Basu (2007) telah mencoba membandingkan strategi pembangunan
dan prestasi dari India dan China dalam 50 tahun terakhir dan untuk
menganalisis tantangan tergeletak di depan jika tren ini terus berlanjut.
Transformasi ekonomi yang pesat di India dan Cina dalam beberapa tahun
terakhir telah mengubah mereka menjadi dua dunia yang paling kuat dan
eye-catching entitas ekonomi. Prospek mereka kemungkinan kerja sama
dan persaingan yang sedang dibahas oleh para akademisi, wartawan, pakar
dan politisi. Analis percaya kedua negara telah banyak memberikan
kontribusi bagi ekonomi dunia saat mereka bergerak maju. Meskipun dua
raksasa ekonomi memiliki potensi untuk mendominasi pemandangan
ekonomi global di abad saat ini, ada beberapa tantangan dalam proses
mengubah potensi menjadi kenyataan Basu (2007).
Dua ekonomi yang paling padat penduduknya di dunia memiliki
lebih banyak perbedaan daripada kemiripan dalam proses pertumbuhan
ekonomi. Sebagian besar kesamaan yang umum untuk orang-orang yang
padat penduduknya dan negara berkembang pada umumnya. Tapi mereka
sistem ekonomi yang berbeda di masa lalu dan ang seharusnya secara
signifikan mempengaruhi prestasi ekonomi mereka di mas depan. Dengan
sosio ekonomi yang berbeda set-up politik Cina dan India mengikuti
pendekatan pembangunan yang berbeda sejauh ini. Tidak mungkin untuk
mengomentari keunggulan satu sama lain, seperti latar belakang mereka
berbeda. Hal ini tentu menguntungkan bagi kedua ekonomi untuk bekerja
sama daripada bersaing di pasar internasional. Dalam hal ini Cina dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
India mungkin akan membuat ekonomi perdagangan dan potensi ekspor
tetangga mereka di Asia yang dapat menemukan kedua negara menjadi
pasar menguntungkan buka saingan (Baswir, 2007).
Hasil penelitiannya berdasarkan pengalaman pertumbuhan ekonomi
sejauh ini dengan direformasi dan perekonomian berbuka, Indonesia dapat
belajr beberapa hal dari Cina. Cina telah mencapai hasil yang lebih baik
berdasarkan investasi berbasis kebijakan yang berorientasi ekspor yang
mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Sejauh ini
mengabaikan isu-isu sosial-politik, yang dapat memiliki konsekuensi yang
sangat serius di masa depan. Relatif lebih lambat pertumbuhan ekonomi di
India didasarkan pada yayasan sosio-ekonomi yang lebih kuat. Kerjasama
ekonomi yang saling menguntungkan antara kedua ekonomi dan
menigkatnya saling ketergantungan dengan kekuaran regional dan global
akan memberikan masa depan yang lebih baik. Meningkatnya raksasa di
Asia mungkin tantangan dunia yang ada dominasi oleh komunitas Atlantik
di tahun-tahun mendatang. Meskipun Cina dan India dianggap sebagai
produsen dan konsumen kebanyakan ekonomi, masing-masing keduanya
mengembangkan daerah mereka kurang. Dengan pasar domestik yang
besar dan kelimpahan tenaga kerja terampil bangsa-bangsa memiliki
potensi untuk menimbulkan tantangan serius bagi perekonomian global.
Tapi mereka tidak perlu kerjasama dan kompetisi di antara mereka sendiri,
yang memungkinkan mereka untuk bersaing lebih efektif dengan negara
adikuasa yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Setelah periode panjang ketidakpedulian, awal postif telah dimulai
oleh dua ekonomi baru-baru ini untuk membuka bidang kerjasama
ekonomi. Pengetahuan industri berbasis muncul sebagai fokus bisnis dunia
untuk abad ini, dan India dan Cina dapat memiliki cakupan yang luar biasa
saling mendukung satu sama lain dalam bidang tertentu ini.
Pertumbuhan yang kuat di India kegiatan perangkat lunak dapat
menyesuaikan hardware sangat baik dengan fasilitas produksi di Cina.
Berdasarkan pengalaman pertumbuhan ekonomi sejauh ini dengan
direformasi dan perekonomian terbuka , Indonesia dapat belajar beberapa
hal dari Cina . Cina sejauh ini telah berhasil perekonomian sangat baik dan
dimanfaatkan sumber daya dan keterampilan dengan cara terbaik. Ini telah
mencapai hasil yang lebih baik berdasarkan didorong investasi-kebijakan
yang berorientasi ekspor yang mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka
panjang. Tetapi telah mengabaikan isu-isu soisal politik dan yang dapat
memiliki konsekwensi yang sangat serius dalam proses perkembangan
ekonomi di masa depan. India memiliki kekuatan dalam bidang yang
tertentu ini. Yang relatif lebih lambat laju pertumbuhan kuat didasarkan
pada yayasan sosial ekonomi . pada istilah saling menguntungkan,
pembangunan dapat diikatkan di kedua ekonomi dan mereka dapat
menjadi benar powerhouses ekonomi dalam hal kapasitas manufaktur dan
konsumsi Baso (2007).
Shillabeer (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa selama
beberapa tahun terakhir di Bangladesh penggunaan pencegahan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
penanggulangan strategi kemiskinan telah menurun. Paling banyak alasan
untuk hal ini adalah kendala keuangan sebagai akibat penurunan
pendapatan masyarakat pedesaan meski kehadiran MDGs besar
manfaatnya di negara itu. Dalam rangka mengatasi kelangkaan uang tunai
banyak menggunakan pinjaman dari berbagai sumber, yang telah menjadi
efektif satu strategi penanggulangan kemisinan yang paling penting
digunakan.
E. Kerangka Berpikir
Mengacu dari berbagai teori seperti yang talah dikemukakan di atas
dan didukung hasil penelitian terdahulu maka dapat dimengerti bahwa
berbagai program pembangunan khususnya Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM-MP yang didukung
partisipasi masyarakat baik sumber pendanaan dan tenaga bagi keluarga
yang mampu serta keluarga miskin yang menerima manfaat langsung,
demikian juga baik perencanaan, pelaksanaan, pengawasan bahkan
menjaga kelestarian dan keberlangsungan hasil-hasil program
pembangunan yang semuanya bertumpu pada pemberdayaan masyarakat,
sehinggga masyarakat merasa sebagai obyek dan subyek pembangunan,
diyakini mampu menanggulangi dan mengentaskan kemiskinan.
Oleh karena itu, secara skematis model analisis yang akan dilakukan
dalam mengkaji faktor yang mempengaruhi (independent variable) yaitu
swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan dengan variable
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
terpengaruh (dependent Variable) yaitu jumlah keluarga miskin dalam
periode tertentu setelah adanya pelaksanaan program sebagai berikut :
Gambar 2. 2 Skema Kerangka Pemikiran
Dari skema di atas maka dapat diasumsikan bahwa Program Nasional
Pemberdayan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM MP yang didukung
Partisipasi Masyarakat baik berupa swadaya dana maupun tenaga bagi
keluarga yang mampu sebagai independent variabel dan keluarga miskin
yang menerima manfaat langsung sebagai dependent variabel diduga
mempunyai pengaruh terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten
Sragen.
F. Hipotesis
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat
miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dan partisipasi dalam
pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan (Muflich, 2008 : 1).
Swadaya adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang
disumbangkan sebagai bagian dari rasa ikut memiliki terhadap program.
Jumlah Keluarga
Miskin
Swadaya
Masyarakat
PNPM Mandiri
Perdesaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Swadaya masyarakat merupakan salah satu wujud partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan. Swadaya bisa diwujudkan
dengan menyumbangkan tenaga, dana, maupun material pada saat kegiatan
(Muflich, 2008 : 7). Hipotesis masih bersifat sementara dan harus diuji
kebenarannya melalui penenelitian dan penganalisisan data.
Dalam penulisan ini, dikemukakan hipotesis bahwa:
1. Diduga ada pengaruh negatif besarnya swadaya mayarakat dalam
program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten
Sragen.
2. Diduga ada pengaruh negatif dana program PNPM MP secara parsial
terhadap terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen.
3. Diduga ada pengaruh negatif besarnya swadaya mayarakat dan dana
program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten
Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Suatu hal yang sangat penting dalam penelitian adalah menentukan
waktu dan lokasi penelitian. Pengumpulan data pada penelitian ini
berlangsung selama satu bulan yakni bulan Pebruari tahun 2011. Lokasi
penelitian yang dipilih Kabupaten Sragen. Penelitian sebagai studi literatur
yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh Partisipasi Masyarakat yang
diwujudkan dengan besarnya swadaya baik uang, material maupun tenaga
kerja dan besarnya dana PNPM-MP yang diterima langsung oleh
masyarakat terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen tahun
2003 – 2010.
Penelitian ini merupakan kombinasi antara penelitian menerangkan
(explanatory research) dan penelitian deskriptif (deskriptif research).
Penelitian yang bersifat menerangkan adalah penelitian yang menyangkut
pengujian hipotesis. Penelitian semacam ini, dalam deskripsinya juga
mengandung uraian-uraian, tetapi fokusnya terletak pada analisis
hubungan antara variabel (Hadari, 1998). Penelitian deskriptif memberikan
gambaran yang lebih mendalam tentang gejala-gejala sosial tertentu atau
aspek kehidupan tertentu pada masyarakat yang diteliti. Pokok-pokok
pikiran yang ada didasarkan pada teori,. penggalian data, dan referensi dari
berbagai literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan dilakukan
penelitian.
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang diambil dari laporan, dokumen-dokumen atau catatan-catatan
yang dikeluarkan oleh instansi atau badan-badan tertentu. Data sekunder
tersebut diperoleh dari Pemerintah Kabupaten Sragen, BPS, dan sumber-
sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini, yang meliputi Dana
Swadaya Masyarakat, Dana PNPM Mandiri Perdesaan dan Laporan
Penurunan Jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Sragen. Data yang
digunakan adalah data tahun 2003 – 2010. Data diambil dari Pemerintah
Kabupaten Sragen dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah studi literer dari dokumen-
dokumen maupun laporan dari intansi maupun lembaga yang memiliki
otoritas mengelolanya. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
berupa data yang telah dipublikasikan oleh berbagai institusi dalam bentuk
data sekunder yang dapat mendukung penelitan ini. Data yang terkumpul
kemudian diolah dan dianalisis secara kuantitatif.
C. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah pernyataan tentang definisi, batasan,
pengertian dan pengambilan variabel dalam penelitian.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen poverty (P) disini adalah jumlah keluarga miskin di
Kabupaten Sragen dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010.
2. Variabel Independen, dibedakan menjadi 2 ( dua ) variabel :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
a). Swadaya masyarakat (SWA)
Variabel swadaya masyarakat diukur dengan jumlah swadya
masyarakat baik dana, tenaga maupun material dari tahun 2003
sampai dengan tahun 2010 diukur dalam jutaan rupiah.
b) Dana bantuan PNPM MP (PNPM)
Variabel dana bantuan PNPM MP diukur dengan jumlah dana
bantuan PNPM MP yang diterima masyarakat di Kabupaten Sragen
dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 diukur dalam jutaan
rupiah.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan/
hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi
linier berganda. Alat analisa yang dipakai untuk mengetahui pengaruh
variabel swadaya masyarakat dan dana bantuan PNPM terhadap jumlah
keluarga miskin adalah dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi ketergantungan variabel
dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel
penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi
rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai
variabel independen yang diketahui (Gujarati,2003).. Fungsi regresi linier
berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
P = βo + β1 SWA + β2 PNPM + e1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Dimana :
P = Jumlah Keluarga Miskin
SWA = Swadaya masyarakat
PNPM = Dana bantuan PNPM MP
β0 = Konstanta
β1, β2, = Koefisiensi regresi X1 dan X2
e1 = Variabel pengganggu, wakil semua pengaruh yang timbul dari
variabel terikat akibat kesalahan peneliti.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Multikolinaritas
Variabel bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya atau
dengan kata lain, suatu variabel bebas merupakan tugas linier dari
variabel bebas lainnya. Cara paling mudah untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinieritas adalah dengan metode Auxillary Regresi,
yaitu dengan melihat nilai R2 dan nilai r2. Apabila dari hasil
pengujian statistik diperoleh r2<R2 berarti tidak ada multikolinieritas,
sedangkan jika r2 > R2, berarti terjadi multikolinieritas.
b. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi
regresi yang mempunyai varian yang tidak sama sehingga penaksir
OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun besar tapi masih
tetap tidak bias dan konsisten Salah satu cara untuk mendeteksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
masalah heteroskedastisitas adalah dengan uji Park. Langkah-
langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
1) Dari hasil regresi OLS akan diperoleh nilai residualnya
2) Nilai residual dikuadratkan, lalu diregresikan dengan variabel
bebas sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
e1 = α1X1 + α2X2
Hasil regresi tahap dua dilakukan dengan uji t
Jika signifikan maka terjadi masalah heteroskedastisitas, sedangkan
jika tidak signifikasi maka tidak terjadi masalah heteroskedentisitas
dalam model tersebut.
c. Autokolerasi
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan percobaan
d(durbin-Watson test).dengan formula sebagai berikut :
D = úúû
ù
êêë
é -
åå -
21
1111
e
ee
Gambar 3. 5. Autokorelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Dengan Ho : tidak ada serial autokorelasi antara dua ujungnya baik
yang positif maupun negatif, sehingga jika : 0 < d < dL : menolak
Ho 4-dL < d < 4 : menolak Ho, dU < d < 4 – dU : menerima Ho dL <
d < dU atau 4 – dU < d < 4-dL: tidak meyakinkan.
2. Uji Statistik
a. Uji F
Yaitu pengujian untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
(x1, dan x2) terhadap variabel terikat (P) secara bersama-sama.
Menurut Gujarati (1995), dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1). F hitung :
F = ( )
( ) ( )1/1
1/2
2
----
knR
kR
Dimana :
R2 : Koefisien determinan
k : Jumlah variabel independent
N : Jumlah data atau sampel
2). Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikasi sebesar 0,05
dengan derajat kebebasan (df) pembilang (k-1) dan penyebut (n-
k). Df = k – 1 ; n – k
3). Ho : β1, β2 = 0 (tidak ada pengaruh secara bersama-sama, antara
variabel terikat dengan variabel bebas)
Ha : β1, β2 ¹ 0 (ada pengaruh secara bersama-sama, antara variabel
terikat dengan variabel bebas)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4). Uji F ini dipergunakan untuk mempengaruhi apakah Ho diterima
dan ditolak dengan ketentuan sebagai berikut :
a). Apabila Fhit > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti
signifikansi/variabel independent secara keseluruhan
berpengaruh terhadap variabel dependent
b). Apabila Fhit < Ftabel, maka Ho, ditolak dan Ha diterima berarti
tidak signifikan variabel independent secara keseluruhan tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ho diterima Ho ditolak
F(a ; k – 1 : n – k)
Gambar 3.4. Daerah terima dan daerah tolak uji F.
b. Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mengukur kebaikan dari model regresi maka diperlukan
perhitungan determinasi (R2), yaitu angka untuk persentase total
variasi variabel dependent yang dapat dijelaskan variabel
independent dalam model.
c. Uji t
Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel
independen dalam mempengaruhi variabel dependen, digunakan
uji t test. Uji t test akan dilakukan untuk membuktikan hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
yang diambil. Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Ho : β1 = 0 : tidak pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen secara individual
Ho : β1 ¹ 0 : ada pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen secara individual
Yaitu pengujian untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (x1, x2
dan x3) terhadap variabel terikat (P) secara parsial atau individu.
Menurut Gujarati (1995) dengan langkah :
1). t hitung = ( )bb
SE
Dimana :
Β = Nilai masing-masing koefisien regresi
SE (β)= Standar Error untuk masing-masing koefisien regresi
2). Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikan sebesar
0,05 dengan derajat kebebasan (n-k-1), karena pengujian dua
sisi maka pada penentu t tabel menggunakan 2a = 0,025.
Dimana :
n = Jumlah pengamatan
k = jumlah variabel
3). Ho : β1, β2, = 0 (secara parsial, variabel bebas tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Gambar 3.3. Daerah diterima dan ditolak Uji t
Ha : β1, β2, ¹ 0 (paling tidak salah satu variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat)
4). Uji t dipergunakan untuk mengetahui apakah Ho diterima atau
ditolak dengan ketentuan sebagai berikut :
a). Jika t hit > t tabel, atau t hit > - t tabel, maka Ho diterima dan
Ha ditolak. Berarti signifikasi atau variabel independen
yang diuji secara nyata berpengaruh terhadap variabel
dependent.
b). Jika t hit < t tabel atau t hit < -t tabel, maka Ho diterima dan Ha
ditolak. Berarti signifikasi atau variabel independ yang
diuji secara nyata tidak berpengaruh terhadap variabel
dependent dengan = 0,05.
Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak
-1( 2a ; n –k) 1( 2
a ; n – k)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Sragen
1. Kondisi Geografis
a. Letak Geografis
Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten di ujung timur
Provinsi Jawa Tengah. yang letaknya antara 110o45’ dan 111o10’ BT
serta antara 7 15o dan 7 30 ’ LS. Dengan Peta Wilayah sebagai
berikut :
Gambar 4. 6. Peta Wilayah Kabupaten Sragen
Sumber : PDE Kabupaten Sragen, 2010.
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Sedangkan batas-batas wilayah Kabupaten Sragen adalah :
Sebelah utara : Kabupaten Grobogan
Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar
Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali
Sebelah Timur : Kabuen Ngawi (Provinsi Jawa Timur)
b. Sumber Daya Alam
1). Iklim dam Suhu Udara
Kabupaten Sragenyang terletak diketinggian 109 M diatas
permukaan air laut dengan standart deviasi 50 M. memiliki dua
musim yaitu musin kemarau dan musim hujan. dengan beriklim
tropis dan bertemperatur sedang. Menurut Stasiun Klimatologi Klas
I Semarang. suhu rata-rata Kabupaten Sragen tahun 2009 berkisar
antara 18oC sampai dengan 28oC.
Jumlah curah hujan rata-rata 2.783 mm pertahun dengan
jumlah rata-rata hari hujan 108 hari dalam satu tahun.
2). Keadaan Alam
Kabupaten Sragen memiliki relief yang beraneka ragam
sebagian daerah pegunungan dan dataran ngarai yang cukup subur
serta terbelah aliran sungai Bengawan Solo. Selatan sungai
Bengawan Solo sebanyak 9 kecamatan merupakan daerah yang
subur cocok untuk pertanian sedangkan 11 kecamatan diutara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Bengawan Solo sebagian merupakan pegunungan kapur sebagai
lahan kering, dengan penggunaan lahan sebagai berikut :
a) Sawah seluas 41.127,45 ha atau sebesar 42,84%
b) Pekarangan-bangunan seluas 23.126,69 ha atau sebesar 24,53%
c) Tegal/kebun/huma seluas 18.729,83 ha atau sebesar 20,06%
d) Lainnya seluas .12.171,41 atau sebesar 12,57 %
Ditinjau dari sisi topografinya Kabupaten Sragen mempunyai
relief yang beragam meliputi dataran rendah dan daerah
penggunungan . Diukur dari permukaan laut. Kabupaten Sragen
dapat dibedakan atas empat golongan ketinggian. yaitu :
a) 84– 110 meter meliputi wilayah seluas 50,48 persen.
b) 111 – 137 meter meliputi wilayah seluas 39,24 persen.
c) 138 – 164 meter meliputi wilayah seluas 5,14 persen.
d) 165 - 193 meter meliputi wilayah seluas 5,14 persen.
Luas lahan yang terdapat di Kabupaten Sragen 64 persen
dapat dibudidayakan secara tidak terbatas sesuai dengan
kesuburannya. sedangkan 21,1 persen luas lahan hanya dapat
dibudidayakan dengan perlakuan khusus.
c. Luas Wilayah
Kabuapaten Sragen memiliki luas 941.55 KM2yang meliputi 20
kecamatan, terdiri dari 208 desa/kalurahan, 2.519 Dukuh dan 5.328 RT
Kecamatan dengan jumlah desa/kalurahan terbanyak adalah Kecamatan
Tanon dan Kecamatan Plupuh yang terdiri dari 16 desa. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
yang paling sedikit adalah Kecamatan Gesi, Tangen, Jenar yang
masing-masing dengan jumlah 7 desa.
2. Kondisi Demografi
Penduduk memiliki fungsi ganda di dalam perekonomian. Dalam
konteks pasar, penduduk berada di sisi permintaan sekaligus di sisi
penawaran. Pada sisi permintaan penduduk adalah konsumen, sumber
permintaan akan barang-barang dan jasa. Sedangkan di sisi penawaran
penduduk adalah produsen, misalnya sebagai pengusaha. Dalam konteks
pembangunan, pandangan terhadap keberadaan penduduk terpecah
menjadi dua yaitu penduduk pemacu pembangunan dan penghambat
pembangunan di suatu negara. Namun demikian. apakah penduduk
merupakan pemacu atau penghambat pembangunan, persoalannya bukan
semata-mata terletak pada besar/kecil jumlahnya, akan tetapi tergantung
pada kualitas dan kapasitas penduduk tersebut, baik selaku konsumen
ataupun produsen (Dumairy. 1997 : 68).
Kuantitas penduduk yang besar apabila kualitasnya rendah hanya
akan mejadi konsumen dan beban bagi pemerintah, oleh karena itu
peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan agar
penduduk bisa menjadi penggerak dan pelaku ekonomi artinya disamping
sebagai konsumen sekaligus sebagai produsen. Sebagai gambaran tentang
persebaran, kuantitaas dan kualitas penduduk di Kabupaten Sragen dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 4. 1. Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Kabupaten Sragen
.
Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa Kabupaten Sragen
memiliki penduduk dalam jumlah yang besar.Jumlah penduduk
Kabupaten Sragen berdasarkan Kabupaten Sragen Dalam Angka 2010
adalah sebesar 877.402 jiwa. terdiri jumlah laki-laki 433.987 perempuan
443.415 dengan sex ratio sebesar 979. Dalam perspektif jenis kelamin
proporsi penduduk perempuan lebih besar dibandingkan dengan
penduduk laki-laki. dimana di tahun 2009 persentase jumlah penduduk
No Kecamatan Jenis Kelamin
Jumlah Sex Ratio Laki-Laki Perempuan
1 2 3 4 5 6 1 Kalijambe 23.560 23.080 46.640 1.021 2 Plupuh 22.808 23.488 46.296 971 3 Masaran 32.829 23.961 65.790 996 4 Kedawung 29.512 30.305 59.817 974 5 Sambirejo 18.509 18.626 37.135 994 6 Gondang 21.593 22.060 43.653 979 7 Sb. Macan 21.640 22.433 44.073 965 8 Ngrampal 18.126 18.233 36.359 994 9 Kr.Malang 28.925 29.406 58.331 984 10 Sragen 32.121 33.695 65.816 953 11 Sidoharjo 25.218 25.951 51.169 972 12 Tanon 27.118 27.731 54.849 978 13 Gemolong 23.456 23.942 47.398 980 14 Miri 16.080 16.623 32.703 967 15 Sb.Lawang 22.418 23.191 45.609 967 16 Mondokan 16.976 17.365 34.341 978 17 Sukodono 15.492 16.048 31.540 965 18 Gesi 10.809 11.039 21.848 979 19 Tangen 13.469 13.682 27.151 984 20 Jenar 13.328 13.556 26.884 983
Jumlah 433.987 443.415 877.402 979
Sumber : Kabupaten Sragen dalam Angka Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
perempuan adalah sebesar 50,37 persen sedangkan persentase jumlah
penduduk laki-laki adalah 49,63 persen.
Selain memiliki masalah tentang besarnya jumlah penduduk.
Kabupaten Sragen juga menghadapi masalah kualitas penduduk. hal ini
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2. Perkembangan Demografi tahun 2003-2010
No Keterangan Perkembangan Penduduk 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Jumlah (ribuan jiwa) 853,7 855,.2 858,9 863,9 867,5 871,9 877,4
2 Laki-laki (ribuan jiwa) 422,2 422,9 424,7 426,9 428,8 431,0 433,9
3 Perempuan (ribu jiwa) 431,4 432,2 433,8 436,9 438,6 440,9 443,4
4 Pertumbuhan Penduduk 0,25 0,18 0,35 0,66 0,42. 0,50 0,62
5 Kepadatan Penduduk 904 908 912 918 921 926 932
6 Sex Ratio 979 979 978 977 978 978 979
7 Junlah Kelahiran - 6253 8190 7146 6892 9265 10254
8 Jumlah Kematian - 3984 4316 4281 4280 4281 4925
9 Kedatangan - 2317 5.545 5397 5372 7124 8001
10 Kepindahan - 3053 5761 4950 4962 7189 7879
11 C B R - 7,33 8,04 8,34 9,26 10,65 11,72
12 C D R - 4,67 4,67 4,99 4,95 5,54 5,63
15 I M R - 13,00 16,00 14,36 26,00 14,36 13,26
16 Dependency Ratio - 51,54 51,45 51,48 51,48 51,48 51,49
Kabupaten Sragen merupakan salah satu Kabupaten dengan tingkat
kepadatan penduduk yang tinggi dimana kepadatan penduduk tiap
tahunnya terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Pada tahun 2003 kepadatan penduduk tercatat 904 jiwa per
km2. tahun 2010 kepadatanya meningkat menjadi 932 jiwa per km2..
Sumber : Kabupaten Sragen dalam Angka Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Sragen pada tahun 2003 adalah
0,25 persen dimana pada tahun 2003 penduduk Kabupaten Sragen
berjumlah 853.714 jiwa, tahun 2010 pertumbuhan penduduk meningkat
menjadi 0,62 persen dimana jumlah penduduk Kabupaten Sragen
berjumlah 877.402 jiwa. Jumlah kelahiran dan kematian cenderung
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yaitu pada
tahun 2003 jumlah kelahiran sebanyak 6.253 kelahiran dengan Cruth
Birt Rate (CBR) sebesar 7,33 dan jumlah kematian 3.984 dengan Crude
Dead Rate sebesar 4,67. Pada tahun 2010 jumlah kelahiran dan kematian
meningkat dengan jumlah kelahiran sebanyak 10.254 kelahiran dengan
CBR sebesar 11,72 dan jumlah kematian sebanyak 4.925 kematian dengan
CDR sebesar 5,63. Dampak demografi lainya juga mengalami peningkatan
yaitu Gross Fertility Rate (GFR) sebesar 27,00 pada tahun 2004 naik
menjad 43,00 pada tahun 2010. Demikian juga Imfant Mortality Rate
(IMR) pada tahun 2004 sebesar 13,00 per 100.000 kelahiran naik
menjadi 13,26 per 100.000 kelahiran bayi pada tahun 2010. Dan lebih
terperinci dapat dilihat pada tabel 4.2.
Selanjutnya jumlah keluarga juga mengalami peningkatan seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk, sedangkan jumlah keluarga
miskin dari tahun 2003 sampai dengan 2010 mengalami penurunan yang
cukup signifikan. Sebagai gambaran yang lebih jelas dapat dilihat pada
table sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 4.3. Perkembangan Jumlah Kepala Keluarga di Kabupaten Sragen
Dari table 4.3 di atas dapat dilihat bahwa persebaran jumlah
keluarga di tahun 2010 dimasing masing kecamatan tidak merata dari
tahun ke tahun, jumlah keluarga tertinggi di Kecamatan Masaran 20.086
atau sebesar 7,4 % dari total kepala keluarga sebanyak 271.006 kepala
keluarga. sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Gesi sebayak 7.250
No Kecamatan Perkembangan Jumlah Keluarga
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Kalijambe 12.870 13.028 13.247 13.479 13.769 14.070 14.322 14.554
2 Plupuh 13.846 14.134 14.341 14.490 14.399 14.633 15.153 15.505
3 Masaran 17.620 18.072 18.377 18.830 19.276 19.649 19.888 20.086
4 Kedawung 15.808 16.160 16.474 16.829 17.119 16.809 16.989 17.141
5 Sambirejo 10.595 10.735 10.902 10.796 10.823 10.849 10.936 10.998
6 Gondang 12.361 12.603 12.838 12.945 13.056 12.997 13.086 13.079
7 Sb. Macan 12.765 12.985 13.207 13.370 13.491 13.548 13.605 13.656
8 Ngrampal 10.905 11.067 11.260 11.499 11.566 11.699 11.836 12.001
9 Kr.Malang 16.213 16.506 16.879 17.099 17.286 17.477 17.667 18.010
10 Sragen 17.711 17.972 18.034 18.248 18.232 18.526 18.747 18.992
11 Sidoharjo 16.357 16.558 16.625 16.622 16.847 16.872 17.246 17.232
12 Tanon 15.920 16.245 16.514 16.862 17.109 17.165 17.286 17.385
13 Gemolong 12.402 12.545 12.611 12.999 13.213 13.151 13.501 13.816
14 Miri 9.371 9.459 9.492 9.674 9.555 9.726 9.908 10.098
15 Sb.Lawang 12.917 13.171 13.460 13.662 13.747 13.801 13.946 14.060
16 Mondokan 9.478 9.789 9.893 9.938 9.976 10.011 10.168 10.215
17 Sukodono 9.261 9.432 9.560 9.727 9.765 9.683 9.758 9.795
18 Gesi 6.369 6.428 6.486 6.478 6.507 6.863 6.978 7.250
19 Tangen 7.432 7.644 7.864 8.006 8.258 8.208 8.341 8.395
20 Jenar 7.809 7.911 7.999 8.011 8.106 8.299 8.591 8.738
Kabupaten 248.010 252.444 256.063 259.564 262.100 264.036 267.952 271.006
Sumber : Badan KB PMD Kabupaten Sragen, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
kepala keluarga atau sebesar 2,68% dari total kepala keluarga di
Kabupaten Sragen sejumlah 271.006.
3. Kemajuan Pembangunan di Kabupaten Sragen
Kabupaten Sragen merupakan sebuah kabupaten yang memiliki
berbagai potensi sumber daya manusia maupun sumber daya alam.
Terletak di ujung timur Provinsi Jawa Tengah adalah sebuah anugerah
bagi masyarakat ini. Salah satu tolak ukur jika kita ingin mengetahui
kemajuan Kabupaten Sragen dapat terlihat dalam konteks pembangunan
yang telah dilaksanakan beserta hasil-hasilnya bagi masyarakat.
Kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan merupakan tolak ukur yang
digunakan negara-negara di dunia maupun suatu daerah disebuah negara
mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat disuatu daerah. Berbagai
keberhasilan pembangunan di Kabupaten Sragen yang telah dicapai dan
berdampak pada peningkatan kesejahteraan serta penanggulangan
kemiskinan atau pengentasan kemiskinan adalah :
a. Ranking I Daerah Pro Investasi di Jawa Tengah tahun 2005.
b. Peningkatan Potensi Fiskal (dari urutan 8 terbawah menjadi di atas rata
rata nasional) → Tahun 2003 naik 250 %.
c. PAD meningkat dari 7,3 miliar menjadi 88,3 miliar selama 7 tahun .
d. PDRB meningkat th. 2002– 2006 sebesar 57,48 %
e. Pertumbuhan ekonomi meningkat (2004 : 4,53 % , 2009 : 6,01 %).
f. Juara I Pengelolaan PNPM MP tingkat nasional tahun 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Disamping keberhasilan makro seperti diatas, maka diharpakan
benar-benar meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus mampu
menurunkan jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen.
Tabel 4.4. Perkembangan Jumlah Keluarga Miskin
No Kecamatan Perkembangan Keluarga Miskin
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Kalijambe 4.150 3.878 3.756 3.684 3.679 3.400 2.388 2.150
2 Plupuh 4.435 4.096 3.967 3.912 3.892 3.585 2.518 2.266
3 Masaran 2.603 2.394 2.319 2.275 2.261 2.118 1.487 1.339
4 Kedawung 2.405 2.151 2.083 2.044 2.032 1.924 1.351 1.217
5 Sambirejo 2.428 2.163 2.095 2.048 2.038 1.915 1.345 1.210
6 Gondang 2.599 2.493 2.415 2.369 2.360 2.225 1.563 1.407
7 Sb. Macan 2.324 2.132 2.065 2.026 2.002 1.887 1.325 1.193
8 Ngrampal 2.402 2.255 2.184 2.144 2.130 1.972 1.385 1.248
9 Kr.Malang 2.402 2.158 2.090 2.051 2.041 1.927 1.353 1.220
10 Sragen 2.330 2.137 2.070 2.031 2.026 1.882 1.322 1.189
11 Sidoharjo 2.859 2.628 2.545 2.518 2.489 2.322 1.631 1.467
12 Tanon 4.499 4.041 3.914 3.840 3.833 3.480 2.444 2.200
13 Gemolong 3.700 3.311 3.207 3.146 3.129 2.884 2.025 1.824
14 Miri 3.399 3.111 3.013 2.956 2.930 2.697 1.894 1.707
15 Sb.Lawang 4.554 4.107 3.978 3.902 3.886 3.563 2.502 2.253
16 Mondokan 3.631 3.347 3.242 3.180 3.171 2.907 2.042 1.839
17 Sukodono 3.785 3.583 3.470 3.369 3.309 3.205 2.251 2.028
18 Gesi 1.481 1.407 1.364 1.344 1.335 1.287 904 814
19 Tangen 1.923 1.729 1.675 1.637 1.630 1.546 1.086 978
20 Jenar 2.707 2.629 2.546 2.497 2.493 2.385 1.675 1.509
Kabupaten 60.616 55.750 53.998 52.973 52.666 49.111 34.491 31.058
Sumber : Badan KB PMD Kabupaten Sragen, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa setelah adanya berbagai
program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen, jumlah
keluarga miskin mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu dari
60.616 keluaga miskin atau sebesar 24,44 % dai total keluarga di
Kabupaten Sragen pada tahun 2003 menjadi 31. 058 keluarga miskin atau
sebesar 11,46 %. Jadi selama 8 tahun mulai dari tahun 2003 sampai
dengan tahun 2010 mengalami penurunan sejumlah 29.558 kepala
keluarga atau sebesar 12,98 % dari total keluarga miskin di Kabupaten
Sragen.
Melalui berbagai gambaran kemajuan yang dialami Kabupaten
Sragen inilah menjadi alasan kami untuk mengungkap lebih jauh hal-hal
apakah yang yang seharusnya dimiliki suatu daerah untuk memperoleh
kemajuan dengan adanya kemandirian lokal yang tertuang dalam otonomi
daerah. Untuk melihat gambaran mengenai kemajuan akibat adanya
kemandrian lokal ini. Kabupaten Sragen merupakan alasan tepat mengenai
kesuksesan adanya inisiatif kemandirian lokal dalam penerapannya.
Daerah ini dengan segala potensi yang dimilikinya. telah berhasil
meningkatkan kondisi kesejahteraan yang terlihat pada beberapa prestasi
yang dapat kami paparkan sebagai bentuk apresiasi kami sehingga
memunculkan niat kami untuk menuangkannya dalam tulisan ini sebagai
bentuk keikutsertaan kami memberikan sedikit langkah solusi bagi
kemajuan bersama .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
4. Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan di Kabupaten Sragen
a. Wilayah Sasaran PNPM Mandiri Perdesaan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
merupakan Program Lanjutan yang berasal dari Pemerintah Pusat yang
dulunya bernama Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang
bertujuan untuk memberdayakan masyarakat pedesaan terkait dengan
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Untuk
Kabupaten Sragen sudah memasuki tahun ke 8 (delapan) sejak tahun
2003. Yang dari tahun ke tahun selalu bertambah baik dananya maupun
lokasinya. dengan berprinip: berpihak pada orang miskin, transparansi,
partisipasi, dan kompetisi sehat, desentralisasi, akuntabilitas, serta
keberlanjutan.
Dari berbagai keberhasilan pelaksnaan Program Nasioanl
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di
Kabupaten Sragen, baik untuk mendukung program pembangunan
infrastruktur atau sarana prasaran maupun non fisik di bidang
pendidikan, kesehatan maupun penambahan modal kegiatan ekonomi
produkti bagi kelompok perempun, maka mulai sejak tahun 2003 di
Kabupaten Sragen mendapat alokasi program PNPM yang dulunya
merupakan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di 6 kecamatan
yang tergolong miskin. yang kemudian tersebar di 18 Kecamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
dimana kondisi jumlah keluarga miskin yang tersebar di setiap
kecamatan lokasi PNPM Mandiri Perdesaan sebagai berikut :
Tabel 4.5. Sasaran Program PNPM Mandiri Perdesaan
Tahun 2003-2010
No Kecamatan Jml Desa Jml KK KK Miskin % K Miskin
1 Kalijambe 14 desa 14322 4601 32.13%
2 Tanon 16 desa 17286 4392 25.41%
3 Sb.lawang 11 desa 13946 4475 32.09%
4 Mondokan 9 desa 10168 2791 27.45%
5 Tangen 7 desa 8341 1715 20.56%
6 Jenar 7 desa 8591 2618 30.47%
7 Plupuh 16 desa 15153 3867 25.52%
8 Gemolong 14 ds/kelh 13601 3791 27.87%
9 Miri 10 desa 9908 4211 42.50%
10 Sukodono 9 desa 9758 3206 32.86%
11 G e s i 7 desa 6978 1623 23.26%
12 Sambirejo 9 desa 10936 2350 21.49%
13 Gondang 9 desa 13086 3004 22.96%
14 Sb.macan 9 desa 13605 1325 9.74%
15 Kr. Malang 10 desa 17667 1353 7.66%
16 Kedawung 10 desa 16989 1351 7.95%
17 Sidoharjo 12 desa 17246 1631 9.46%
18 Masaran 13 desa 19888 1487 7.48%
Jumlah 198 ds/kelh 237469 49791 20.97%
Sumber : Badan KB PMD Kabupaten Sragen, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Alokasi dana Bantuan Langsung Masyarakat ( BLM ) untuk
PNPM Mulai awal program tahun 2003 s/d tahun 2010 ini di 18
Kecamatan sebagai berikut : ( dalam jutaan rupiah )
Tabel 4.6. Jumlah Komulatif Penerimaan Bantuan Dana PNPM
Mandiri Perdesaan Tahun 2003 - 2010
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4 ke 5 ke 6 ke 7 ke 8
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 Kalijambe 750 750 750 750 1,250 1,500 2,000 2,000 9,750
2 Tanon 1,000 1,000 1,000 1,000 1,250 1,250 2,000 1,500 10,000
3 Sb.lawang 750 750 750 750 1,250 1,500 2,000 2,000 9,750
4 Mondokan 750 750 750 750 1,250 1,000 2,000 1,500 8,750
5 Tangen 750 750 750 750 1,000 1,000 900 1,000 6,900
6 Jenar 750 750 750 750 1,000 1,000 2,000 1,500 8,500
7 Plupuh - - - - - 2,000 2,000 2,000 6,000
8 Gemolong - - - - - - 2,000 2,000 4,000
9 M i r i - - - - - - 2,000 1,500 3,500
10 Sukodono - - - - - - 900 1,500 2,400
11 G e s i - - - - - - 900 1,000 1,900
12 Sambirejo - - - - - - 900 1,500 2,400
13 Gondang - - - - - - 2,000 2,000 4,000
14 Sb. Macan - - - - - - - 2,000 2,000
15 Kr. Malang - - - - - - - 1,250 1,250
16 Kedawung - - - - - - - 1,250 1,250
17 Sidoharjo - - - - - - - 1,250 1,250
18 Masaran - - - - - - - 2,500 2,500
JUMLAH 4,750 4,750 4,750 4,750 7,000 9,250 21,600 29,250 86,100
No Kecamatan Total
Sumber : Badan KB PMD Kabupaten Sragen, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Dana PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM-MP ) awalnya berbetuk
blockgrand ( 100 % APBN ) namun sejak tahun 2006 berbentuk cost
sharing dimana Dana Daerah untuk Urusan Bersama ( DDUB ) sebesar
20 % dari dana BLM . secara rinci pertahunnya sbb :
Tabel 4.7. Cost Sharing Dana APBN dan APBD Kabupaten Sragen
No Tahun Nama Program Lokasi APBN APBD II Total
1 2003 P P K 6 Kec 4,750,000,000 - 4,750,000,000
2 2004 P P K 6 Kec 4,750,000,000 - 4,750,000,000
3 2005 P P K 6 Kec 4,750,000,000 - 4,750,000,000
4 2006 P P K 6 Kec 3,800,000,000 950,000,000 4,750,000,000
5 2007 PNPM - PPK 6 Kec 5,600,000,000 1,400,000,000 7,000,000,000
6 2008 PNPM - MP 7 Kec 7,400,000,000 1,850,000,000 9,250,000,000
7 2009 PNPM - MP 13 Kec 17,460,000,000 4,140,000,000 21,600,000,000
8 2010 PNPM - MP 18 Kec 23,400,000,000 5,850,000,000 29,250,000,000
71,910,000,000 14,190,000,000 86,100,000,000
9 2011 PNPM - MP 18 Kec 17,320,000,000 4,330,000,000 21,650,000,000
89,230,000,000 18,520,000,000 107,750,000,000
JUMLAH
Jumlah
Perkembangan dana swadaya masyarakat dan dana bantuan PNPM
Mandiri Perdesaanan di Kabupaten Sragen cenderung mengalami fluktuasi
tiap tahunnya namun secara keseluruhan mengalami peningkatan. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh kenaikan jumlah penduduk Kabupaten Sragen.
Sumber : Badan KB PMD Kabupaten Sragen, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 4.8. Tabulasi Jumlah Dana Swadaya Masyarakat dan Dana PNPM-
MP Perkembangan Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Sragen
Tahun 2003-2010
B. Analisis Data
1. Persamaan Regresi Linier Berganda Hasil Penelitian
Perhitungan analisis regresi linier berganda dilakukan dengan
bantuan komputer Eviews 3.0. Adapun hasilnya dapat dirangkum sebagai
berikut :
No Tahun Swadaya
Masyarakat (Rp)
PNPM MP (Rp)
Jumlah
Keluarga Miskin
Prosentase Kemiskinan
(/%)
1 2003 69.911.182.250 4.750.000.000 60.616 24,44
2 2004 77.092.957.025 4.750.000.000 55.750 22,08
3 2005 81.435.955.440 4.750.000.000 53.998 21,09
4 2006 83.132.537.845 4.750.000.000 52.973 20,41
5 2007 86.001.305.000 7.000.000.000 52.666 20,09
6 2008 88.581.344.150 9.250.000.000 49.111 18,60
7 2009 100.008.337.553 21.600.000.000 34.491 12,87
8 2010 103.640.172.656 29.250.000.000 31.058 11,46
Sumber : Badan KB PMD Kabupaten Sragen, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.9. Hasil Estimasi Faktor Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Sragen
Nama Variabel Notasi
Koefisien Regresi
Standar Error t Hitug Prob.
Konstan C 98192,74 7622,752 12,88153 0,0001
Swadaya masyarakat
SWA -0,506347 0,101706 -4,978558 0,0042
PNPM MP PNPM -0,529626 0,121204 -4,369690 0,0072
R-squared 0,989253 Mean dependent var 48832,88
Adjusted R-squared 0,984954 S.D. dependent var 10467,05
S.E. of regression 1283,915 Akaike info criterion 17,43321
Sum squared resid 8242184. Schwarz criterion 17,46300
Log likelihood -66,73285 F-statistic 230,1184
Durbin-Watson stat 2,380319 Prob(F-statistic) 0,000012
Sumber : olah data Eviews 3.0
Alat analisa yang dipakai untuk mengetahui pengaruh variabel
swadaya masyarakat dan dana bantuan PNPM-MP terhadap jumlah
keluarga miskin adalah dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda.Fungsi regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
P = βo + β1 SWA + β2 PNPM + e1
Berdasarkan tabel 4.9 tersebut. hasil estimasi dengan menggunakan
regresi Linier Berganda dapat dituliskan persamaan regresi sebagai
berikut:
P = 98192,74 - 0,506347 SWA - 0,529626 PNPM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
2. Pengujian Asumsi Klasik
Model regresi yang digunakan akan menunjukkan hubungan yang
representatif., apabila model regresi memenuhi asumsi dasar klasik
regresi. yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji
autokorelasi. Masing-masing akan dipaparkan sebagai berikut :
a. Uji Multikolinieritas
b. Multikolinieritas dimaksudkan untuk melihat apakah ada
hubungan diantara variabel yang menjelaskan. Cara paling mudah
untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas adalah dengan
metode Auxillary Regresi. yaitu dengan melihat nilai R2 dan nilai r2.
Apabila dari hasil pengujian statistik diperoleh R2> r2 berarti tidak ada
multikolinieritas. sedangkan jika R2< r2 berarti terjadi
multikolinieritas. Selain itu juga menggunakan uji Klien. Berdasarkan
uji Klien maka untuk mendeteksi multikolinieritas pada beberapa
variabel bebas. maka dilakukan auxillary regresi selama beberapa kali
tergantung banyaknya variabel bebas tersebut. Untuk lebih jelasnya
apakah terjadi multikolinieritas atau tidak pada masing-masing
variabel baik variabel swadaya masyarakat dengan variabel PNPM
Mandiri Perdesaan atau sebaliknya antara variabel PNPM Mandiri
Perdesaan dengan variabel swadaya masyarakat di Kabupaten Sragen
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 4.10 Hasil Uji Mutikolinieritas Swadaya terhadap PNPM-MP
Nama Variabel Notasi
Koefisien Regresi
Standar Error t Hitug Prob.
Konstan C -54720,28 12656,07 -4,323640 0,0050
Swadaya masyarakat
SWA 0,759441 0,145705 5,212198 0,0020
R-squared 0,819097 Mean dependent var 10762,50
Adjusted R-squared 0,788947 S.D. dependent var 9413,393
S.E. of regression 4324,562 Akaike info criterion 19,79433
Sum squared resid 1,12E+08 Schwarz criterion 19,81419
Log likelihood -77,17731 F-statistic 27,16700
Durbin-Watson stat 0,710996 Prob(F-statistic) 0,001991
Sumber: Hasil olah data Eviews 3.0
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas PNPM-MP terhadap Swadaya
Nama
Variabel Notasi
Koefisien
Regresi
Standar
Error t Hitug Prob.
Konstan C 74617,07 2877,476 25,93143 0,0000
PNPM MP PNPM 1,078553 0,206929 5,212198 0,0020
R-squared 0,819097 Mean dependent var 86225,00
Adjusted R-squared 0,788947 S.D. dependent var 11218,12
S.E. of regression 5153,662 Akaike info criterion 20,14512
Sum squared resid 1,59E+08 Schwarz criterion 20,16498
Log likelihood -78,58048 F-statistic 27,16700
Durbin-Watson stat 0,617752 Prob(F-statistic) 0,001991
Dengan melihat tabel 4.10 dari Hasil Uji Mutikolinieritas
variabel Swadaya terhadap variabel PNPM-Mandiri Perdesaan dan
tabel 4.11 hasil Uji Multikolinieritas variable PNPM-Mandiri
Perdesaan terhadap swadaya masyarakat dapat disimpulkan bahwa,
Sumber: Hasil olah data Eviews 3.0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
apabila dari hasil pengujian statistik diperoleh R2> r2 berarti tidak ada
multikolinieritas, sedangkan jika R2< r2 berarti terjadi multikolinieritas.
Tabel 4.12. Kesimpulan Hasil Uji Multikolinieritas
Keterkaitan antar Variabel
Independen
R2 Tanda r2 Keterangan
SWA dengan PNPM
MP
0,989253 > 0,819097 Tidak terjadi
multikolinieritas
PNPM MP dengan
SWA 0,989253 > 0,819097
Tidak terjadi
multikolinieritas
Sumber: Hasil olah data Eviews 3.0
Dari tabel 4.12 di atas dapat ditunjukkan bahwa untuk semua
korelasi antar variabel independent memiliki r2 yang lebih kecil
daripada R2. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa semua variabel
independent memberikan pengaruh bebas dari masalah
multikolineritas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastistitas terjadi bila variabel gangguan mempunyai
varians yang tidak sama sehingga penaksir OLS tidak efisien baik
dalam sampel kecil maupun besar ( Modul Laboratorium Ekonomi
Pembangunan II ).
Salah satu cara untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas
adalah dengan uji Park. Langkah-langkah pengujiannya adalah
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
1). Dari hasil regresi OLS akan diperoleh nilai residualnya
2). Nilai residual dikuadratkan, lalu diregresikan dengan variabel
bebas sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
Ln e2 =αo + α1 Ln SWA+ α2 Ln PNPM
Dimana :
α = Konstanta
e2 = Residual
SWA = Swadaya Masyarakat
PNPM = PNPM Mandiri Perdesaan
Meregres residual yang dikuadratkan dengan variabel independen
dengan hasil sebagai berikut;
Tabel 4.13. Uji Heteroskedastisitas
Nama Variabel
Notasi Koefisien Regresi
Standar Error
t Hitug Prob.
Konstan C -8213,387 26552,97 -0,309321 0,7696
Swadaya masyarakat
SWA 0,126264 0,354279 0,356395 0,7361
PNPM MP PNPM -0,262824 0,422202 -0,622507 0,5609
R-squared 0,111012 Mean dependent var -154,9536
Adjusted R-squared -0,244583 S.D. dependent var 4008,904
S.E. of regression 4472,368 Akaike info criterion 19,92922
Sum squared resid 1,00E+08 Schwarz criterion 19,95901
Log likelihood -76,71688 F-statistic 0,312187
Durbin-Watson stat 2,698867 Prob(F-statistic) 0,745143
Sumber : olah data Eviews 3.0
Hasil regresi tahap dua dilakukan uji t (dengan melihat
probabilitasnya),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Swadaya masyarakat tidak signifikan pada tingkat α = 5 %
PNPM Mandiri Perdesaan tidak signifikan pada tingkat α = 5 %
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pada tingkat
keyakinan 5 % semua koefisien regresi tidak signifikan yang berarti
tidak terdapat masalah heteroskedastisitas di dalam model tersebut.
Dengan tidak adanya masalah heteroskedastisitas dapat disimpulkan
bahwa :
1. Penaksir OLS tidak bias dan konsisten serta efisien baik dalam
sampel besar maupun kecil
2. Varians minimum.
c. Uji Autokorelasi
Pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Uji ini dilakukan dengan
membandingkan nilai Durbin-Watson yang diperoleh dari hasil regresi
dengan batas bawah uji d (df). dan batas atas uji d (dU) dalam total
statistik Durbin-Watson dan dengan (4-dL) dan (4-dU) (Damodar
Gujarati. 1991 : 372). Sedangkan kriteria pengujian adalah sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
0
Tidak ada
korelasi
Autokorelasinegatif
Ragu-ragu
1,17
Ragu-ragu
Autokorelasipositif
1,54 2,46 2,83
Tidak ada
korelasi
Autokorelasinegatif
Ragu-ragu
1,17
Ragu-ragu
Autokorelasipositif
1,54 2,46 2,83
Tidak ada
korelasi
Autokorelasinegatif
Ragu-ragu
1,17
Ragu-ragu
Autokorelasipositif
1,54 2,46 2,83 4
Gambar 4.8 Grafik Uji Autokorelasi
Dari hasil pengujian diketahui bahwa nilai dL = 1,17. dU = 1,54.
4-dL = 2,83. 4-dU = 2,46 sedangkan DW = 2.380319 sehingga dU < d
< (4-dU) maka menerima Ho berarti tidak ada autokorelasi. Demikian
juga, uji autokorelasi dengan menggunakan B-G Tes, nilai probabiltas
Obs*R-squared juga tidak signifkan, karena lebih dari 5 %, berarti tidak
terjadi autokorelasi. (Lihat lampiran 5).
3. Uji Statistik
a. Uji F
Dari hasil pengolahan data pada table 4.6 diperoleh Fhitung =
230.1184 sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5% adalah sebesar
5,32. Dikarenakan Fhitung> Ftabel (230,1184>5,32). maka Ho ditolak
artinya variabel-variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen. Jadi Swadaya masyarakat
dan PNPM Mandiri Perdesaan secara bersama-sama berpengaruh
2,380319
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
signifikan terhadap Jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Sragen,
artinya setiap ada kenaikan jumlah nilai tertentu dari swadaya
masyarakat dana PNPM Mandiri Perdesaan akan mengurangi jumlah
tertentu pula pada jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Sragen.
Adapun langkah-langkah analisisnya sebagai berikut :
1) Ho : b1 = 0 (tidak ada pengaruh)
Ha : b1 ¹ 0 (ada pengaruh)
2) α = 0.05
df pembilang : 1
df penyebut : 8
3) Perhitungan uji F
nilai F tabel :5,32.
nilai F hitung : 230,1184
Daerah pengujian
Hoditolak
Hoditerima
230,1184 5,32
Gambar 4.7. Daerah terima dan daerah tolak uji F
Melihat dari gambar 4.7 di atas bahwa tingkat signifikansi dari
nilai F statistic juga dapat dilihat dari probabilitas F statistiknya.
Besarnya F Proob ( F statistik ) dalam model persamaan ini adalah
0,000012. maka dapat dikatakan bahwa secara statistik semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
koefisien regresi tersebut signifikan bahwa sampai pada tingkat
signifikansi 5 %. Ini berarti bahwa variabel swadaya masyarakat dan
PNPM Mandiri Perdesaan secara bersama-sama mempengaruhi
variabel jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen.
b. Koefisien Determinasi (R2)
Kemudian untuk mengetahui persentase total variasi dari
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen
dalam model. maka digunakan koefisien determinasi (R2). Nilai R2
berkisar antara 0 sampai 1. Apabila R2 mendekati 1 ini menunjukkan
bahwa variasi variabel dependen secara bersama-sama dapat
dijelaskan oleh variasi variabel independen.Sebaliknya jika nilai R2
mendekati 0. maka variasi dari variabel dependen tidak dapat
dijelaskan oleh variabel independen.
Dari pengujian yang telah dilaksanakan menghasilkan nilai
adjusted R2 sebesar 0,989253; sehingga dapat dikatakan bahwa hasil
pengujian yang dilakukan memberikan hasil yang cukup baik. Hal ini
menunjukkan bahwa sekitar 98,93 % variasi dari variabel dependen
dalam hal ini penurunan jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen
dapat dijelaskan oleh variabel independen yang terdiri swadaya
masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan, sedangkan 1,07 % sisanya
dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
c. Uji t ( Uji secara individu )
Uji t adalah pengujian terhadap koefisien regresi dari variabel
independen secara individu yang bertujuan untuk melihat apakah
variabel independen tersebut signifikan atau tidak dalam
mempengaruhi variabel dependen. Jika besarnya t hitung lebih besar
dari pada t tabel ( t hitung >t tabel ) atau -t hitung lebih kecil dari pada t tabel ( -
t hitung <t tabel ). maka variabel bebas tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen secara individu.
1). Variabel Swadaya
Koefisien regresi variabel Swadaya sebesar -0,506347 dengan
nilai t hitung -4,978558. Nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel ((α
2a = 0.025 ; df = 8) = 2.31, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien
regresi variabel swadaya secara parsial di Kabupaten Sragen
memberikan pengaruh signifikan terhadap Jumlah Keluarga
Miskin di Kabupaten Sragen.
2). Variabel PNPM MP
Koefisien regresi variabel PNPM MP sebesar -0,529626
dengan nilai t hitung -4,369690. Nilai t hitung lebih besar dari nilai t
tabel (( α 2a = 0.025 ; df = 8) = 2.31, maka dapat disimpulkan bahwa
maka dari kedua hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa koefisien
regresi variabel PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Sragen
secara parsial memberikan pengaruh signifikan terhadap jumlah
keluarga miskin di Kabupaten Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
4. Uji Hipotesis (Teori)
a. Koefisien variabel swadaya masyarakat bernilai negatif sebesar -
0,506347 artinya jika nilai swadaya masyarakat meningkat secara
parsial dan setelah diadakan uji statistik hasil penelitian lapangan
maka berpengaruh negatif dan signifikan mengurangi atau
menurunkan jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen. Dari uji
statistik hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 terbukti.
b. Koefisien variabel PNPM Mandiri Perdesaan bernilai negatif sebesar
-0,529626 artinya jika Dana PNPM Mandiri Perdesaan meningkat,
maka akan berpengaruh secara signifikan mengurangi atau
menurunkan jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen, sehingga
dari uji statistik hasil penelitian sesuai dengan hipotesis 2.
c. Dari hasil pengolahan data diperoleh Fhitung= 230,2729 sedangkan Ftabel
pada taraf signifikan 5% adalah sebesar 5,32. Dikarenakan Fhitung>
Ftabel (230,2729 >5,32), maka Ho ditolak artinya variabel swadaya
masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan secara bersama-sama
berpengaruh mengurangi atau menurunkan jumlah keluarga miskin di
Kabupaten Sragen, artinya apabila swadaya masyarakat dan PNPM
Mandiri Perdesaan meningkat pada jumlah nilai tertentu maka akan
mengurangi atau menurunkan jumlah keluarga miskin di Kabupaten
Sragen, sehingga dari uji statistik hasil penelitian sesuai dengan
hipotesis 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
5. Analisis Hasil Regresi
Dari hasil estimasi dengan menggunakan Regresi Linier Berganda
diperoleh data sebagai berikut:
P = 98192,74 – 0,506347 SWA - 0,529626 PNPM
Maka hasil model persamaan regresi di atas dapat di analisis sebagai
berikut :
a. Pengaruh Swadaya terhadap Penurunan Jumlah Keluarga Miskin
Kabupaten Sragen
Dari hasil olah data diperoleh koefisien regresi variabel swadaya
sebesar -0,506347 bertanda negatif yang berarti bahwa apabila terjadi
kenaikan pada variable swadaya masyarakat di Kabupaten Sragen
sebesar Rp. 1.000.000.000,- akan mengurangi jumlah keluarga miskin
di Kabupaten Sragen sebanyak 506 keluarga miskin dengan asumsi
variabel lain konstan. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan
yang terjadi pada variabel swadaya masyarakat di Kabupaten Sragen
akan berpengaruh pula pada besarnya jumlah keluarga miskin di
Kabupaten Sragen.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa : swadaya masyarakat didalam
pelaksanaan Program PNPM Mandiri Perdesaan sebagai salah syarat
untuk memperoleh bantuan dana Program Nasioanl Pemberdayaan
Masyarakat Mandri Perdesaan, utamanya adalah proyek fisik sarana
dan prasarana dasar bagi masyarakat. Di dalam pelaksanaan PNPM
Mandiri Perdesaan, besar kecilnya swadaya masyarakat baik berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
dana atau material dan tenaga yang dihitung dengan rupiah akan
sangat berpengaruh terhadap penerimaan bantuan dana dari PNPM
Mandiri Perdesaan. Kesanggupan swadaya masyarakat disini hanya
bagi keluarga-keluarga yang mampu, sedangkan bagi keluarga miskin
adalah sebagai penerima manfaat langsung, baik sebagai tenaga yang
dibayar saat pengerjaan proyek fisik saran dan prasaran, maupun
sebagai penambahan modal kegiatan ekonomi produktif, bahkan
dalam kondisi-kondisi tertentu keluarga miskin menerima bantuan
hibah yang tidak mengembalikan seperti bantuan ternak kambing atau
bantuan bedah rumah.
Dengan demikian dapat dijelaskan pula bahwa semakin besar
sawdaya masyarakat didalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan
semakin besar pula kesempatan keluarga miskin untuk meningkatkan
pendapatan atau kesejateraanya, sehingga jumlah keluarga miskin
akan menurun. Jadi jumlah swadaya masyarakat yang tinggi di dalam
pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan akan mempengaruhi atau
mengurangi jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen secara
signifikan.
b. Pengaruh PNPM Mandiri Perdesaan terhadap Jumlah Keluarga Miskin
di Kabupaten Sragen
Dari hasil olah data diperoleh koefisien regresi variabel PNPM
Mandiri Perdesaan sebesar -0,529626 bertanda negatif yang berarti
bahwa apabila terjadi kenaikan pada variabel PNPM Mandiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Perdesaan di Kabupaten Sragen sebesar Rp. 1.000.000.000,- akan
mengurangi atau menurunkan variabel jumlah keluarga miskin di
Kabupaten Sragen sebanyak 530 keluarga miskin dengan asumsi
variabel lain konstan. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan
yang terjadi pada variabel PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten
Sragen akan berpengaruh menurunkan pula pada besarnya jumlah
keluarga miskin di Kabupaten Sragen.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa : dana bantuan Program
PNPM Mandiri Perdesaan Mandri Perdesaan, baik untuk
membangunan sarana dan prasarana dasar, tambahan modal kegiatan
ekonomi produktif bagi kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
maupun untuk peningkatan kualitas hidup, sasaran utamanya dalah
keluarga miskin sebagai penerima manfaat. Dengan demikian dapat
dijelaskan pula bahwa, semakin besar dana bantuan PNPM Mandiri
Perdesaan yang diterima akan semakin besar pula kesempatan
keluarga miskin untuk meningkatkan pendapatan atau kesejateraanya,
sehingga akan mempengaruhi atau mengurangi jumlah keluarga
miskin di Kabupaten Sragen secara signifikan.
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan
perumusan masalah. hipotesis dan hasil analisis yang diperoleh. di mana
kesemuannya telah di kemukankan pada bab-bab sebelumnya. Hasil analisis
tentang pengaruh swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan
terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut:
1. Besarnya jumlah dana swadaya masyarakat secara parsial mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan terhadap penurunan jumlah keluarga
miskin, dalam analisis dari hasil penelitian terbukti bahwa swadaya
masyarakat secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan dengan
tingkat signifikansi 5 % terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten
Sragen.
2. Besarnya dana PNPM Mandiri Perdesaan secara parsial juga mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah keluarga miskin di
Kabupaten Sragen, dalam analisis terbukti bahwa dana PNPM Mandiri
Perdesaan mempunyai pengaruh signifikan dengan tingkat signifikansi 5
% terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen.
3. Besarnya jumlah dana swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan
secara bersama-sama berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah
keluarga miskin di Kabupaten Sragen. Dalam analisis terbukti bahwa
swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan secara bersama-sama
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
berpengaruh signifikan terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten
Sragen dengan tingkat signifikansi 5 %.
B. Saran-saran
1. Banyak keuntungan yang dapat dipetik dari pola/ model pembangunan
partisipatif, perubahan sikap mental masyarakat yang peduli terhadap
pembangunan di sekitarnya, terlebih lagi pembangunan yang secara
langsung dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan kesejahteraan dan
menanggulangi atau mengentaskan kemiskinan. Hal ini dapat dilihat dari
keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan serta
kesediaan warga masyarakat menyisihkan tenaga dan materi/ uang untuk
swadaya dalam kegiatan pembangunan akan lebih efektif dan efisien
apabila melibatkan partisipasi masyarakat. Untuk itu, pembangunan dalam
rangka penaggulangan kemiskinan atau pengentasan kemiskinan perlu
ditingkatkan secara komprehensip, terintegrasi dan terkoordinasi antara
stakeholder baik pemerintah, swasta dan masyarakat.
2. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan sebagai salah satu upaya inovatif
pembangunan yang komprehensip dan integral antara Pemerintah Pusat,
Pemerintah Kabupaten, swasta dan masyarakat perlu lebih ditingkatkan
koordinasi dan bantuan dana sebagai upaya pemberdayaan masyarakat
yang telah terbukti lebih efektif dan efisien dalam program-program
pembangunan karena dengan memberdayakan masyarakat, masyarakat
tidak hanya merasa sebagai obyek pembangunan namun juga sebagai
subyek pembangunan, sehingga dengan melibatkan partisipasi masyarakat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
masyarakat akan lebih mengerti permasalahan yang dihadapi dan upaya
penyelesainnya. Oleh karena itu, upaya untuk mengatasi masalah
kemiskianan langkah yang paling tepat dan efektif adalah dengan
memberdayakan keluarga miskin produktif dengan bantuan stimulan,
sedangkan yang miskin absolut atau non produktif bersifat charity, karena
kondisinya yang sudah tidak memungkinkan untuk diberdayakan kecuali
diberi bantuan sesuai amanat kontitusi.