pengaruh pendekatan saintifik berbasis soal …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel... ·...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS SOAL OPEN ENDED
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 13 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Oleh
Robiyana1 Sukasno
2 Idul Adha
3
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik berbasis soal open
ended terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau
tahun pelajaran 2018/2019”. Metode penelitian digunakan berbentuk eksperimen murni.
Populasinya kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau sebanyak 74 siswa dan sampelnya
adalah kelas VII.3 sebagai kelas eksperimen dan VII.2 sebagai kelas kontrol. Pengumpulan
data dalam penelitian menggunakan tes. Data yang terkumpul di analisis menggunakan uji-t
pada taraf signifikansi 𝛼 = 0,05. Berdasarkan hasil analisis uji-t pada taraf signifikan,
diperoleh 𝑡′ = 11,09 ≥𝑤1 𝑡1 + 𝑤2 𝑡2
𝑤1+ 𝑡1= 1,13, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan pendekatan saintifik berbasis soal open ended terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau tahun pelajaran 2018/2019. Rata-rata
skor kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen sebesar 28,79 dan kelass kontrol sebesar
9,08.
Kata kunci: Pendekatan saintifik, open ended, berpikir kreatif
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of the scientific approach based on open ended
questions on the creative thinking ability of class VII students of SMP Negeri 13
Lubuklinggau 2018/2019 school year". The research method is used in the form of pure
experiments. The population in class VII of SMP Negeri 13 Lubuklinggau is 74 students and
the sample is class VII.3 as the experimental class and VII.2 as the control class. Collecting
data in research using tests. The data collected was analyzed using the t-test at a significance
level of α = 0.05. Based on the results of the t-test analysis at a significant level, obtained
𝑡′ = 11,09 ≥𝑤1 𝑡1 + 𝑤2 𝑡2
𝑤1+ 𝑡1= 1,13, so it can be concluded that there is a significant influence
of the scientific approach based on open ended questions towards the creative thinking skills
of grade VII students of SMP Negeri 13 Lubuklinggau 2018/2019 school year. The average
score of the experimental class creative thinking ability is 28.79 and the control class is 9.08.
Keywords: scientific approach, open ended, creative thinking
2
PENDAHULUAN
Matematika sering dianggap
sebagai ilmu yang hanya
menekankan pada kemampuan
berpikir logis dengan penyelesaian
yang tunggal dan pasti (Pawestri,
2017: 285). Kemampuan berpikir
kreatif dalam matematika kurang dan
bahkan tidak menjadi fokus
pembelajaran karena adanya
beberapa kendala seperti anggapan
bahwa kreativitas hanya dimiliki
oleh anak-anak yang berbakat luar
biasa serta membutuhkan waktu
yang lama (Fitrina., dkk., 2016: 87).
Berdasarkan observasi dan dialog
yang dilakukan pada hari Jum’at
tanggal 06 April 2018 dengan guru
mata pelajaran matematika kelas VII
SMP Negeri 13 Lubuklinggau
diperoleh informasi tentang kondisi
kelas. Guru matematika mengatakan
bahwa dalam proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan sebelumnya,
rata-rata para siswa cenderung
menghafal rumus-rumus dan
langkah-langkah dalam mengerjakan
soal-soal sehingga kreatifitas siswa
dalam berpikir tidak berkembang.
Selanjutnya guru matematika juga
mengatakan bahwa siswa kurang
inisiatif untuk bertanya kepada guru.
Pada saat proses pembelajaran ketika
guru hanya memberikan satu contoh
cara penyelesaian soal mereka
kurang tertarik untuk
mengembangkan cara-cara lain yang
mungkin serta enggan pula
menyampaikan pendapatnya dan
juga siswa hanya berperan sebagai
pendengar dan penerima informasi
dari guru sehingga pembelajaran
berpusat pada guru dan tidak
berpusat pada siswa,.
Pembelajaran dengan pendekatan
saintifik itu lebih efektif hasilnya
dibandingkan dengan pembelajaran
tradisional. Hal itu dapat terjadi
karena langkah-langkah dalam
pendekatan saintifik lebih
menekankan pada siswa untuk
memahami asal usul dari suatu
penyelesaian soal yang diturunkan
dari pengertian dasar (Suhartati,
2016: 108). Becker dan Shimada
(Koriyah, 2015: 98) menyebutkan
bahwa pendekatan open ended
adalah pendekatan pembelajaran
yang diformulasikan untuk
menyajikan masalah terbuka dengan
penyelesaian atau jawaban benar
lebih dari satu. Pendekatan open
ended memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memperoleh
pengetahuan atau pengalaman
menemukan, mengenali dan
memecahkan masalah dengan
beberapa teknik.
Berdasarkan uraian di atas,
permasalahan dalam penelitian ini
adalah “Pengaruh Pendekatan
Saintifik Berbasis Soal Open Ended
terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa Kelas VII SMP Negeri
13 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2018/2019”.
KAJIAN TEORITIK
1. Pendekatan Saintifik
a. Pengertian Pendekatan
Saintifik
Menurut Hosnan (Sulastri.,
dkk., 2015: 70) pendekatan
saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar siswa aktif
mengkonstruksi konsep, hukum
atau prinsip melalui tahapan-
tahapan mengamati, merumuskan
masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis
data, menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan konsep,
hokum atau prinsip yang
3
“ditemukan”. Sedangkan,
menurut Fauziah (Machin, 2014:
31) pendekatan saintifik
mengajak siswa langsung dalam
menginferensi masalah yang ada
dalam bentuk rumusan masalah
dan hipotesis, rasa peduli
terhadap lingkungan, rasa ingin
tahun dan gemar membaca.
b. Komponen Pendekatan
Saintifik
Komponen-komponen
pembelajaran dalam pendekatan
saintifik (Machin, 2014: 31)
sebagai berikut:
1) Mengamati
Kegiatan mengamati
melalui kegiatan: melihat,
menyimak, mendengar dan
membaca.
2) Menanya
Guru membuka
kesempatan secara luas
kepada siswa untuk bertanya
mengenai apa yang sudah
dilihat, disimak atau dibaca.
3) Mengumpulkan data
Siswa dapat membaca
buku yang lebih banyak,
memperhatikan fenomena
atau objek yang lebih teliti
atau melakukan eksperimen.
4) Menalar
Menalar merupakan
kegiatan memproses
informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas
dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen
maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi.
5) Mengkomunikasikan
Kegiatan ini dapat
dilakukan melalui menulis
atau menceritakan apa yang
sudah ditemukan dalam
kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan
menemukan pola.
c. Kelebihan dan Kekurangan
Pendekatan Saintifik
Menurut Machin (2014: 28)
keunggulan pendekatan saintifik
sebagai berikut:
1) Meiningkatkan kemampuan
intelek, khususnya
kemampuan berpikir tingkat
tinggi.
2) Diperoleh hasil belajar yang
tinggi.
3) Untuk melatih siswa dalam
mengkomunikasikan ide-ide,
khususnya dalam menulis
artikel ilmiah.
4) Untuk mengembangkan
karakter siswa.
Menurut Wardani dan
Budiharti (Budiyanto., dkk.,
2016: 50) kekurangan
pendekatan saintifik yaitu:
1) Waktu yang terbatas.
2) Siswa yang kurang aktif.
3) Kebiasaan siswa yang
memperoleh pengetahuan
dari penjelasan guru (teacher
oriented).
2. Pendekatan Open Ended
a. Pengertian Pendekatan
Open Ended
Pendekatan open ended
(problem terbuka) adalah
pendekatan pembelajaran yang
menyajikan permasalahan
dengan pemecahan berbagai cara
(fleksibility) dan solusinya juga
bisa beragam (multi jawab,
fluency) (Ngalimun, 2014: 164).
Menurut Syarifah, pendekatan
open ended merupakan salah satu
pendekatan yang membantu
siswa melakukan penyelesaian
masalah secara kreatif dan
menghargai keragaman berpikir
yang mungkin timbul selama
4
mengerjakan soal (Pawestri,
2017: 288).
b. Kriteria Soal Open Ended
Menurut Suherman
(Ariadi, 2012: 6) tiga kriteria soal
open ended adalah:
1) Soal harus kaya dengan
konsep matematika yang
berharga.
2) Level soal atau tingkatan
matematika dan soal harus
cocok untuk siswa.
3) Soal harus mengundang
pengembangan konsep
matematika lebih lanjut.
c. Kelebihan dan Kekurangan
Pendekatan Open Ended
Beberapa kelebihan dan
kekurangan menurut Shoimin
(2014:112) yaitu:
Kelebihan pendekatan
open ended:
1) Siswa berpartisipasi lebih
aktif dalam pembelajaran dan
sering mengekspresikan
idenya.
2) Siswa memiliki kesempatan
lebih banyak dalam
memanfaatkan pengetahuan
dan keterampilan secara
komprehensif.
3) Siswa dengan kemampuan
rendah dapat merespons
permasalahan dengan cara
mereka sendiri.
4) Siswa memiliki pengalaman
banyak untuk menemukan
sesuatu dalam menjawab
permasalahan.
Kekurangan pendekatan
open ended:
1) Membuat dan menyiapkan
masalah yang bermakna bagi
siswa bukanlah pekerjaan
mudah.
2) Siswa dengan kemampuan
tinggi bisa merasa ragu atau
mencemaskan jawaban
mereka.
3) Mungkin ada sebagian siswa
yang merasa bahwa kegiatan
belajar mereka tidak
menyenangkan karena
kesulitan yang dihadapi.
d. Langkah-Langkah
Pendekatan Saintifik
Berbasis Soal Open Ended
Langkah-langkah
pendekatan saintifik berbasis soal
open ended :
1) Guru memberikan penjelasan
kepada siswa mengenai
materi yang akan dipelajari
(mengamati).
2) Guru memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk mengajukan
pertanyaan (menanya).
3) Siswa dibagi kelompok yang
terdiri dari 4 – 5 orang dan
setiap kelompok
mendapatkan soal open
ended.
4) Siswa bersama kelompoknya
bekerja sama untuk
menyelesaikan soal open
ended (mengamati, mencoba
dan menalar)
5) Perwakilan kelompok
mempersentasikan hasil
kerjanya secara bergantian
(mengkomunikasikan).
6) Guru memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk bertanya mengenai hal
yang belum dimengerti
(menanya).
7) Guru memberikan klarifikasi
jawaban terhadap soal open
ended yang diberikan
(mengamati dan menalar).
3. Kemampuan Berpikir Kreatif
a. Pengertian Kemampuan
Berpikir Kreatif
5
Kemampuan berpikir
kreatif matematika dapat
dirumuskan sebagai kemampuan
mengungkapkan jawaban dan
gagasan beragam yang dianggap
paling tepat dan paling baik
dalam menyelesaikan suatu
masalah dan gagasan tersebut asli
atau berasal dari pemikirannya
sendiri meskipun merupakan
gabungan dari beberapa gagasan
yang telah ada sebelumnya
(Sunaryo, 2014: 45).
Kemampuan berpikir kreatif
diartikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah matematika
dengan lebih dari satu
penyelesaian dan siswa berpikir
lancar, luwes, melakukan
elaborasi dan memiliki
orisinalitas dalam jawaban
(Marliani, 2015: 15).
b. Indikator Berpikir Kreatif
Menurut Munandar
(Azhari, 2013: 4) kemampuan
berpikir kreatif meliputi empat
kriteria:
1) Kelancaran dalam berpikir
merupakan kemampuan
untuk menghasilkan banyak
gagasan dan jawaban
penyelesaian dan suatu
masalah yang relevan.
2) Kelenturan dalam berpikir
merupakan kemampuan
untuk memberikan
jawaban/gagasan yang
seragam namun arah
pemikiran yang berbeda-
beda.
3) Keaslian merupakan
kemampuan melahirkan
ungkapan yang baru, unik
dan memikirkan cara yang
tidak lazim, yang lain dari
yang lain, yang diberikan
kebanyakan orang.
4) Keterperincian (elaborasi)
dalam berpikir merupakan
kemampuan untuk
memperkaya,
mengembangkan menambah
suatu gagasan, memperinci
detail-detail dan memperluas
suatu gagasan.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah True Experimental Design.
Teknik analisis data yang dilakukan
antara lain: uji normalitas, uji
homogenitas dan uji-t. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VII SMP Negeri 13
Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2018/2019 yang berjumlah 74 orang.
Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara undian. Sebagai sampel
dalam penelitian ini adalah kelas
VII.3 sebagai kelas eksperimen dan
kelas VII.2 sebagai kelas kontrol.
Teknik pengumpulan data yang
akan digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik tes. Tes pada
penelitian ini diberikan sebanyak dua
kali yaitu sebelum proses
pembelajaran (pre-test) dan setelah
setelah mengikuti pembelajaran
(post-test). Jenis tes yang digunakan
dalam penelitian ini berbentuk
uraian.
Tabel 3.1
Rubrik Penilaian Skor Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif
Indikator
Berpikir
Kreatif
Jawaban Skor
Kelancara
n
Tidak
menjawab
atau
memberi
ide yang
tidak
relevan
0
6
dengan
masalah
Memberika
n sebuah
ide yang
tidak
relevan
dengan
pemecahan
masalah
1
Memberika
n sebuah
ide yang
relevan
tetapi
jawabanny
a salah
2
Memberika
n lebih dari
satu ide
yang
relevan
tetapi
jawabanny
a masih
salah
3
Memberika
n lebih dari
satu ide
yang
relevan dan
penyelesain
nya benar
dan jelas
4
Kelentura
n
Tidak
menjawab
atau
memberika
n jawaban
dengan
satu cara
atau lebih
tetapi
semua
salah
0
Memberika
n jawaban
hanya
1
dengan
satu cara
tetapi
memberika
n jawaban
salah
Memberika
n jawaban
hanya
dengan
satu cara,
proses
perhitunga
n dan
hasilnya
benar
2
Memberika
n jawaban
lebih dari
satu cara
(beragam)
tetapi
hasilnya
ada yang
salah
karena
terdapat
kekeliruan
dalam
proses
perhitunga
n
3
Memberika
n jawaban
lebih dari
satu cara
(beragam),
proses
perhitunga
n dan
hasilnya
benar
4
Keaslian Tidak
menjawab
atau
memberika
n jawaban
yang salah
0
7
Memberi
jawaban
dengan
caranya
sendiri
tetapi tidak
dapat
dipahami
1
Memberi
jawaban
dengan
caranya
sendiri,
proses
perhitunga
n sudah
terarah
tetapi tidak
selesai
2
Memberi
jawaban
dengan
caranya
sendiri
tetapi
terdapat
kekeliruan
dalam
proses
perhitunga
n sehingga
hasilnya
salah
3
Memberi
jawaban
dengan
caranya
sendiri,
proses
perhitunga
n dan hasil
benar
4
Elaborasi Tidak
menjawab
atau
memberika
n jawaban
yang salah
0
Terdapat
kesalahan
dalam
jawaban
dan tidak
disertai
dengan
perincian
1
Terdapat
kesalahan
dalam
jawaban
tapi disertai
dengan
perincian
yang
kurang
detil
2
Terdapat
kesalahan
dalam
jawaban
tapi disertai
denga
perincian
yang rinci
3
Memberika
n jawaban
yang benar
dan rinci
4
Sumber: Puwarsih, 2017: 19
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari
tanggal 01 Agustus 2018 s.d. 31
Agustus 2018. Jumlah pertemuan
yang dilakukan peneliti dalam kelas
eksperimen sebanyak lima kali
pertemuan, dengan rincian satu
pertemuan sebagai pre-test, tiga
pertemuan proses pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik
berbasis soal open ended dan satu
pertemuan sebagai pelaksanaan post-
test di akhir pertemuan
pembelajaran. Dari 74 siswa yang
tergabung dalam tiga kelas diambil
8
sampel secara acak dengan tujuan
agar semua kelas memiliki
kesempatan yang sama untuk
menjadi sampel.
1. Kemampuan Awal Siswa
Pada pertemuan pertama
dilakukan pre-test. Pre-test ini
diberikan kepada siswa dengan
tujuan untuk mengetahui
kemampuan berpikir kreatif awal
siswa sebelum dilaksanakan
pembelajaran dengan materi
bilangan bulat. Pre-test
dilakukan di kelas eksperimen
pada tanggal 10 Agustus 2018
dan kelas kontrol pada tanggal 14
Agustus 2018.
Berdasarkan hasil
perhitungan (Lampiran C),
rekapitulasi data hasil pre-test
dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Data Hasil Pre-test
No Kelas N 𝑥 S
1. Eksperi
men
24 10,1
25
4,94
2. Kontrol 25 8,32 4,33
Berdasarkan tabel 4.1, secara
deskriptif menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas eksperimen sebelum
diberikan perlakuan lebih tinggi
dari pada kelas kontrol.
2. Kemampuan Akhir Siswa
Pada pertemuan terakhir
dilakukan post-test. Post-test
pada kelas kontrol dilakukan
pada tanggal 30 Agustus 2018
sedangkan pada kelas eksperimen
pada tanggal 31 Agustus 2018.
Berdasarkan hasil
perhitungan (Lampiran C),
rekapitulasi data hasil post-test
dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Data Hasil Post-test
No Kelas N 𝑥 Kategori
1. Ekspe
rimen
24 28,79 Kurang
2. Kontr
ol
25 9,08 Sangat
Kurang
Pada tabel 4.2, dapat dilihat
bahwa skor kemampuan berpikir
kreatif kelas eksperimen sebesar
28,79 (kurang kreatif) dan kelas
kontrol sebesar 9,08 (sangat
kurang kreatif). Jadi secara
deskriptif dapat disimpulkan
bahwa kemampuan berpikir
kreatif siswa pada kelas
eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas
kontrol.
Setelah diberi post-test,
terjadi peningkatan skor rata-rata
kemampuan berpikir kreatif pada
kelas eksperimen sebesar 18,66
dan kelas kontrol sebesar 0,76.
Hal ini berarti peningkatan skor
rata-rata kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol. Perbandingan
kemampuan berpikir kreatif awal
dan kemampuan berpikir kreatif
akhir pada kelas eksperimen
dan kelas
kontrol dapat dilihat pada grafik
4.1.
Grafik 4.1 Perbandingan
Skor rata-rata hasil Pre-test
dan Post-test
B. Pembahasan
10,125 8,32
28,79
9,08
05
101520253035
Pre-test
Post-test
9
Pada penelitian ini peneliti
memilih pendekatan saintifik
berbasis soal open ended dengan
tujuan melihat pengaruh
pendekatan tersebut terhadap
kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas VII SMP Negeri 13
Lubuklinggau. Dengan
pendekatan saintifik berbasis soal
open ended diharapkan siswa
dapat mandiri, aktif serta kreatif
dalam mengembangkan
kemampuan berpikir kreatifnya
dalam pembelajaran.
Dari hasil analisis
kemampuan data awal siswa
kelas eksperimen diperoleh rata-
rata skor pre-test sebesar 10,125
dan kelas kontrol skor rata-
ratanya sebesar 8,32. Setelah
pelaksanaan pre-test, penelitian
dilanjutkan dengan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran pada kelas
eksperimen. Peneliti memberikan
perlakuan di kelas eksperimen
yaitu kelas VII.3 dengan
menggunakan pendekatan
saintifik berbasis soal open
ended.
Pada pertemuan pertama pada
hari Rabu 15 Agustus 2018,
kegiatan pembelajaran di kelas
eksperimen diawali dengan
peneliti memberikan penjelasan.
Pada pertemuan ini siswa merasa
bingung dan kesulitan
dikarenakan adanya perubahan
cara pembelajaran yang berbeda
dari biasanya. Selanjutnya
peneliti membagikan LKK yang
berisi permasalahan open ended
yang harus diselesaikan dengan
langkah-langkah saintifik. Pada
langkah pertama siswa sangat
merasa kesulitan dalam
memahami masalah, menemukan
ide, serta gagasan yang harus
mereka tuangkan ke dalam
lembar jawaban dalam bentuk
mengamati, menanya, mencoba,
menalar dan
mengkomunikasikan, sehingga
suasana kelas menjadi tidak
kondusif saat pembelajaran
berlangsung. Pada langkah kedua
siswa tidak bisa mengamati dan
menanya permasalahan tersebut.
Hal tersebut dikarenakan siswa
tidak tahu apa yang harus mereka
amati dan bagaimana caranya,
sehingga banyak yang menjawab
salah. Selanjutnya pada langkah
ketiga siswa tidak mengerti apa
yang dimaksud dengan mencoba
dan menalar. Kemudian pada
langkah keempat siswa sangat
sulit dan enggan maju ke dapan
untuk menuliskan dan
menjelaskan jawaban dari
permasalahan yang mereka
kerjakan. Untuk mengatasinya
peneliti mendampingi dan
mengarahkan siswa yang maju
serta mengajarkan untuk
menuliskan dan menjelaskan apa
yang mereka kerjakan. Langkah
terakhir peneliti bersama-sama
siswa menyimpulkan atau
membuat rigkasan singkat
tentang konsep atau ide yang
terdapat pada permasalahan yang
diajukan.
Pada pertemuan kedua hari
Jum’at 24 Agustus 2018 siswa
mulai memahami apa yang
disampaikan peneliti. Pada
langkah pertama siswa mulai
mengerti untuk memahami
masalah dan mereka mulai bisa
menuliskan apa yang diketahui
dan ditanyakan dalam soal. Akan
tetapi masih ada sedikit
kebingungan mereka dalam
memahami kalimatnya, namun
masalah itu dapat diatasi dengan
bimbingan dan pengarahan yang
10
diberikan oleh peneliti.
Kemudian pada langkah kedua
siswa sudah paham bagaimana
menuliskan jawaban dari
permasalahan tersebut
berdasarkan hasil mengamati dan
menanya. Selanjutnya siswa
sudah mulai paham serta
mengerti bagaimana
menyimpulkan jawaban dari
permasalahan yang mereka
hadapi, walaupun masih kurang
lengkap. Pada langkah ketiga
siswa sudah mulai berani maju ke
depan dan menuliskan jawaban
serta menjelaskannya kepada
teman-temanya. Langkah terakhir
siswa bersama peneliti
menyimpulkan dan membuat
ringkasan singkat tentang konsep
atau ide yang terdapat pada
permasalahan yang diajukan.
Pada pertemuan ketiga hari
Rabu 29 Agustus 2018, siswa
sudah memahami apa yang
disampaikan peneliti di atas dan
mereka langsung menyelesaikan
permasalahan sesuai dengan
langkah-langkah pendekatan
saintifik berbasis soal open
ended. Hal ini dikarenakan
adanya pengulangan pada setiap
langkah pembelajaran, sehingga
mereka memahami bagaimana
cara menyelesaikan
permasalahan berdasarkan
langkah yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Pada langkah
pertama mereka sudah paham
bagaimana memahami suatu
permasalahan, sehingga tidak ada
yang merasa kesulitan dalam
langkah mengamati dan
menanya. Selanjutnya pada
langkah kedua, siswa sudah bisa
mencoba menyelesaikan suatu
permasalahan dengan baik.
Selanjutnya langkah ketiga
mereka sudah bisa melakukan
tahap menalar. Langkah ketiga
ini mengajarkan mereka bahwa
suatu penyelesaian tidak harus
memiliki satu jawaban benar
akan tetapi bisa memiliki banyak
jawaban benar. Langkah keempat
siswa sudah tidak takut dan tidak
ragu untuk menuliskan dan
menjelaskan jawaban mereka.
Siswa tidak segan untuk berdebat
tentang perbedaan jawaban
mereka, tetapi hal tersebut dapat
diatasi oleh peneliti dengan
memberikan pengarahan dan
bimbingan. Pendapat tersebut
selaras dengan yang diungkapkan
oleh Slameto (2013: 176) bahwa
dengan pengarahan akan
membangkitkan rasa ingin tahu
siswa dan keinginannya untuk
membangkitkan eksplorasi,
dengan melontarkan konseptual
yang merangsang siswa untuk
bekerja. Kemudian langkah
terakhir seperti biasa siswa
bersama peneliti menyimpulkan
tentang konsep atau ide yang
terdapat pada permasalahan yang
diajukan. Pada pertemuan ketiga
ini tidak banyak yang dilakukan
peneliti kepada siswa, peneliti
hanya mengawasi dan
memfasilitasi serta mengarahkan
siswa agar proses pembelajaran
tetap kondusif dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Setelah peneliti
menyelesaikan pelaksanaan
pembelajaran yaitu sebanyak tiga
kali pertemuan maka pertemuan
selanjutnya peneliti mengadakan
post test. Namun, dari hasil post
test juga menunjukkan bahwa
jawaban siswa di kelas
eksperimen terlihat lebih baik
dengan penyelesaian yang jelas
11
sesuai dengan indikator berpikir
kreatif.
Berdasarkan analisis data
kemampuan akhir (post test)
dilihat dari skor rata-ratanya
kelas eksperimen sebesar 28,79
dan kelas kontrol sebesar 9,08,
sehingga terjadi perbedaan skor
terbesar 19,71. Dengan
menggunakan uji-t dengan taraf
signifikan 𝛼 = 0,975 dan
𝑑𝑘 = 47, pada perhitungan post
test diperoleh 𝑡′ ≥𝑤1 𝑡1 + 𝑤2 𝑡2
𝑤1+ 𝑡1,
yaitu 11,09 ≥ 1,13 , maka H0
ditolak dan hipotesis diterima.
Hal ini berarti rata-rata skor
kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas eksperimen lebih dari
rata-rata skor kemampuan
berpikir kreatif siswa di kontrol.
Contoh soal:
1. Bu Ayu mempunyai uang Rp.
50.000 yang terdiri dari
Rp.20.000 satu lembar,
Rp.10.000 dua lembar dan
Rp.5.000 dua lembar. Uang
tersebut akan dibagikannya
kepada 2 orang anaknya. Setiap
anak mendapatkan jumlah uang
yang berbeda. Ada berapakah
cara yang bisa dilakukan ibu
untuk membagikan uangnya
tersebut?Jelaskan cara yang bias
dilakukan Bu Ayu tersebut!
(Pengurangan)
Penyelesaian:
Mengamati:
Indikator Elaborsi
Banyak uang Rp.20.000,00=1
lembar
Banyak uang Rp.10.000,00=2
lembar
Banyak uang Rp.5.000,00 = 2
lembar
Banyak anak = 2 anak
Menanya: Banyak cara Bu Ayu
membagikan uangnya?
Mencoba:
Indikator Kelenturan, Keaslian
Cara 1:
Anak pertama : Rp.5.000
Anak kedua : Rp.45.000
Jadi, cara yang bisa dilakukan
ibu:
= uang ibu – anak pertama –
anak kedua
= Rp.50.000 – Rp.5.000 –
Rp.45.000
= Rp.0
Cara 2:
Anak pertama : Rp.10.000
Anak kedua : Rp.40.000
Jadi, cara yang bisa dilakukan
ibu:
= uang ibu – anak pertama –
anak kedua
= Rp.50.000 – Rp.10.000 –
Rp.40.000
= Rp.0
Cara 3:
Anak pertama : Rp.15.000
Anak kedua : Rp.35.000
Jadi, cara yang bisa dilakukan
ibu:
= uang ibu – anak pertama –
anak kedua
= Rp.50.000 – Rp.15.000 –
Rp.35.000
= Rp.0
Cara 4:
Anak pertama : Rp.20.000
Anak kedua : Rp.30.000
Jadi, cara yang bisa dilakukan
ibu:
= uang ibu – anak pertama –
anak kedua
12
= Rp.50.000 – Rp.20.000 –
Rp.30.000
= Rp.0
Cara 5:
Anak pertama : Rp.30.000
Anak kedua : Rp.20.000
Jadi, cara yang bisa dilakukan
ibu:
= uang ibu – anak pertama –
anak kedua
= Rp.50.000 – Rp.30.000 –
Rp.20.000
= Rp.0
Cara 6:
Anak pertama : Rp.35.000
Anak kedua : Rp.15.000
Jadi, cara yang bisa dilakukan
ibu:
= uang ibu – anak pertama –
anak kedua
= Rp.50.000 – Rp.35.000 –
Rp. 15.000
= Rp.0
Cara 7:
Anak pertama : Rp.40.000
Anak kedua : Rp.10.000
Jadi, cara yang bisa dilakukan
ibu:
= uang ibu – anak pertama –
anak kedua
= Rp.50.000 – Rp.40.000 –
Rp.10.000
= Rp. 0
Cara 8:
Anak pertama : Rp.45.000
Anak kedua : Rp.5.000
Jadi, cara yang bisa dilakukan
ibu:
= uang ibu – anak pertama –
anak kedua
= Rp.50.000 – Rp.45.000 –
Rp.5.000
= Rp.0
Menalar:
Indikator Elaborasi
Jadi terdapat 8 cara yang bisa
dilakukan ibu, yaitu:
Cara 1: Anak pertama = Rp.
5.000 dan anak kedua =
Rp.45.000
Cara 2: Anak pertama = Rp.
10.000 dan anak kedua =
Rp.40.000
Cara 3: Anak pertama = Rp.
15.000 dan anak kedua =
Rp.35.000
Cara 4: Anak pertama = Rp.
20.000 dan anak kedua =
Rp.30.000
Cara 5: Anak pertama = Rp.
30.000 dan anak kedua =
Rp.20.000
Cara 6: Anak pertama = Rp.
35.000 dan anak kedua =
Rp.15.000
Cara 7: Anak pertama = Rp.
40.000 dan anak kedua =
Rp.10.000
Cara 8: Anak pertama = Rp.
45.000 dan anak kedua =
Rp.5.000
2. Pak Ari memiliki sebuah
peternakan. Peternakan tersebut
terdapat sekumpulan kambing
yang mempunyai berat yang
sama. Di dalam peternakan
tersebut terdapat seekor sapi
yang beratnya 360 kg. Berapa
ekor kambing yang Pak Ari
perlukan agar jumlah semua
berat badannya sama dengan
berat badan sapi. Diketahui
bahwa berat 1 ekor kambing
13
kurang dari 40 kg dan lebih dari
15 kg. Jelaskan! (Pembagian)
Penyelesaian:
Mengamati:
Indikator Elaborasi
1 ekor sapi = 360 kg
1 ekor kambing kurang dari 40
kg dan lebih dari 15 kg
Menanya:
Berapa ekor kambing yang
dibutuhkan supaya berat kambing
sama dengan berat sapi?
Mencoba:
Indikator Kelancaran, Keaslian
Cara 1:
Misalkan 1 ekor kambing =
30 kg, maka:
= 360 : 30
= 12
Cara 2:
Misalkan 1 ekor kambing =
36 kg, maka:
= 360 : 36
= 10
Cara 3:
Misalkan 1 ekor kambing =
24 kg, maka:
= 360 : 24
= 15
Cara 4:
Misalkan 1 ekor kambing =
20 kg, maka:
= 360 : 20
= 18
Cara 5:
Misalkan 1 ekor kambing =
18 kg, maka:
= 360 : 18
= 20
Menalar:
Indikator Elaborasi
Jadi, terdapat 5 cara yang bisa
dilakukan, yaitu:
Cara 1: berat 1 ekor kambing =
30 kg maka diperlukan 12
kambing
Cara 2: berat 1 ekor kambing =
36 kg maka diperlukan 10
kambing
Cara 3: berat 1 ekor kambing =
24 kg maka diperlukan 15
kambing
Cara 4: berat 1 ekor kambing =
20 kg maka diperlukan 18
kambing
Cara 5: berat 1 ekor kambing =
20 kg maka diperlukan 18
kambing
Rata-rata skor total setiap
indikator kemampuan berpikir
kreatif dari hasil pre test dan post
test kelas eksperimen disajikan
dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7
Rata-rata Skor Total setiap
Indikator Kelas Eksperimen
No
Indikator
Berpikir
Kreatif
Rata-rata skor total
kemampuan
berpikir kreatif
siswa kelas
eksperimen
Post
-test
Pers
enta
se
Kate
gori
1 Kelancar
an
6,12
5
51,
04
Cuk
up
2 Kelentur
an 4,29
35,
41
Kura
ng
3 Keaslian 9,12
5
76,
04
Krea
tif
4 Elaborasi
9,29 77,
43
Krea
tif
Berdasarkan tabel 4.7, dapat
dilihat pada indikator elaborasi
dikatakan bahwa kemampuan siswa
dalam membuat rincian gagasan
14
dengan detail sudah kreatif, dimana
siswa sudah mampu membuat
rincian gagasan dengan detail. Pada
indikator kelenturan dikatakan
bahwa kemampuan siswa dalam
menghasilkan jawaban/ide bervariasi
atau mengubah cara pemikiran yang
lain masih sangat rendah, dimana
siswa belum mampu memberikan
lebih dari satu strategi yang
bervariasi dan juga siswa kurang
terbiasa untuk mengubah
cara/pemikiran dalam pemecahan
masalah.
Tabel 4.8
Persentase Jumlah Siswa pada
setiap Indikator Kemampuan
Berpikir Kreatif
No Kategori Banyak
Siswa
Persentase
1 Sangat
kreatif 0
0%
2 Kreatif 4 16,7%
3 Cukup 13 54,2%
4 Kurang 7 29,1%
5 Sangat
Kurang 0
0%
Jumlah 24 100%
Dari Tabel 4.8, menunjukkan
siswa yang berada pada tingkat
kurang kreatif kurang memahami
konsep operasi bilangan bulat
yang ditanyakan di soal. Mereka
lebih banyak memberikan
jawaban apa adanya tanpa
melihat langkah-langkah yang
harus mereka kerjakan terlebih
dahulu. Bahkan mereka tidak
terbiasa dan kurang latihan dalam
mengerjakan soal yang berbasis
soal open ended.
Hal itu juga sesuai dengan
hasil analisis data post-test
bahwa skor rata-rata
pada kelas eksperimen > skor
rata-rata kelas kontrol yaitu
sebesar 28,79 untuk kelas
eksperimen dan 9,08 untuk kelas
kontrol. Berdasarkan hasil
perhitungan akhir menggunakan
uji perbedaan dua rata-rata
dengan uji-t semu diperoleh nilai
𝑡′ ≥𝑤1 𝑡1 + 𝑤2 𝑡2
𝑤1+ 𝑡1, yaitu 𝑡′ =
11,09 ≥𝑤1 𝑡1 + 𝑤2 𝑡2
𝑤1+ 𝑡1= 1,13.
Dari analisis tersebut dapat
disimpulkan bahwa rata-rata skor
kemampuan berpikir kreatif kelas
eksperimen lebih baik dari kelas
kontrol, sehingga hipotesis
terbukti, yaitu pendekatan
saintifik berbasis soal open ended
dapat mempengaruhi
kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas VII SMP negeri 13
Lubuklinggau tahun pelajaran
2018/2019.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang dilakukan peneliti
tentang pengaruh pendekatan
saintifik berbasis soal open ended
terhadap kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas VII SMP Negeri 13
Lubuklinggau tahun pelajaran
2018/2019, dapat disimpulkan
terdapat pengaruh yang signifikan
pendekatan saintifik berbasis soal
open ended terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa kelas VII SMP
Negeri 13 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2018/2019. Rata-rata skor
post test kemampuan berpikir kreatif
siswa setelah diberi perlakuan di
kelas eksperimen sebesar 28,79 dan
kelas kontrol sebesar 9,08.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari. 2013. Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematik Siswa melalui
Pendekatan Konstruktivisme
di Kelas VII Sekolah
Menengah Pertama (SMP)
Negeri 2 Banyuasin III. Jurnal
15
Pendidikan Matematika. 7 (2),
1-12.
Budiyanto, M A K., dkk. 2016.
Implementasi Pendekatan
Saintifik dalam Pembelajaran
di Pendidikan Dasar di
Malang. Proceeding Biology
Education Conference. 13 (1),
46-51.
Fitrina, T., dkk. 2016. Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kreatif
dan Komunikasi Matematis
Siswa SMA melalui Model
Pembelajaran Project Based
Learning Berbasis Debat.
Jurnal Didaktik Matematika.
3(1), 87-95.
Koriyah, V N., Idris Harta. 2015.
Pengaruh Open Ended
terhadap Prestasi Belajar,
Berpikir Kritis dan
Kepercayaan Diri Siswa SMP.
Jurnal Pendidikan
Matematika. 10 (1), 95-105.
Machin, A. 2014. Implementasi
Pendekatan Saintifik,
Penanaman Karakter dan
Konservasi pada Pembelajaran
Materi Pertumbuhan. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia. 3
(1), 28-35.
Marliani, N. 2015. Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematika Model
Pembelajaran Missioun
Mathematics Project (MMP).
Jurnal Formatif. 5(1), 14-25.
Ngalimun . 2014. Strategi dan Model
Pembelajaran. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo.
Pawestri., dkk. 2017. Pembelajaran
Matematika dengan
Menggunakan Pendekatan
Open-Ended untuk
Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Kelas VII MTs Al-
Falah Cikampek. Prosiding
Seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika
(SESIOMADIKA) (ISBN: 978-
602-60550-1-9).
Puwarsih, R., Ratna Sariningsih.
2017. Pembelajaran Berbasis
Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif
dan Self-Concept Siswa SMP.
Jurnal Didaktik Matematika. 4
(1), 15- 24.
Shoimin, A. 2014. 68 Model
Pembelajaran Inovatif dalam
kurikulum 2013.
Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suhartati. 2016. Penerapan
Pendekatan Saintifik pada
Materi Relasi dan Fungsi di
Kelas X MAN 3 Banda Aceh.
Jurnal Serambi PTK. 3 (1),
107-112.
Sulastri., dkk. 2015. Implementasi
Pendekatan Saintifik dalam
Pembelajaran PAI di SMP
Negeri 2 dan SMP Negeri 5
Kota Bandung Tahun 2015.
Tarbawy. 2(1), 68-81. (ISSN:
2528-5742).
Sunaryo, Y. 2014. Model
Pembelajaran Berbasis
Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis
dan Kreatif Matematik Siswa
SMA di Kota Tasikmalaya.
Jurnal Pendidikan dan
Keguruan. 1 (2), 41-51.