pengaruh penerapan metode sorogan terhadap...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENERAPAN METODE SOROGAN TERHADAP
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN ANAK USIA 6-7
TAHUN DI PONDOK TAHFIDH YANBU’UL QUR’AN
ANAK-ANAK KUDUS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Ilmu Tarbiyah
Oleh :
INAYAH ALFAUZIYAH NIM : 3103100
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
DEKLARASI PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini, tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran
orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan
bahan rujukan.
Semarang, 14 Januari 2008
Deklarator,
Inayah Alfauziyah N I M. 3103100
ABSTRAK
Inayah Alfauziyah (NIM: 3103100). Pengaruh Penerapan Metode Sorogan Terhadap Kemampuan Membaca al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-Anak Kudus. Skripsi. Semarang: Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo 2008.
Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui penerapan metode sorogan di
Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus, untuk mengetahui kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus, dan untuk mengetahui adakah pengaruh positif antara penerapan metode sorogan terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus.
Penelitian ini menggunakan metode field research dengan tehnik analisis regresi sederhana (satu predictor). Subyek penelitian sebanyak 38 responden, menggunakan penelitian populasi. Pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, metode angket, tes dan metode dokumentasi
Permasalahan: Adakah Pengaruh antara Penerapan Metode Sorogan terhadap Kemampuan Membaca al-Qur’an Anak Usia 6-7 tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus.
Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi dan korelasi. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat korelasi antara penerapan metode sorogan dengan kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus, dengan hasil koefisien korelasi, r xy = 0,805 > 0,320 pada taraf 5%, berarti signifikan, dan r xy = 0,805 > 0,413 pada taraf 1%, berarti signifikan. (2) terdapat pengaruh penerapan metode sorogan terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus, dengan hasil Fhitung = 66,08 > 4,11 = F(0,05;1,36) = signifikan, dan Fhitung = 66,08 > 7,39 = F(0,01;1,36) = signifikan.
Jadi akhir dari penelitian ini menyatakan ada pengaruh positif antara penerapan metode sorogan terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus, yaitu dilihat dari nilai Freg > Ft 5 % dan Freg > Ft 1 %, berarti signifikan dan hipotesis dapat diterima.
Motto
:عن عثمان رضي اهللا عنه عن النيب صلى اهللا عليه وسلم قال كمريخ هلمعأن والقر لمعت نم 1)رواه البخارى(
Dari Usman ra. Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang baik diantara kamu adalah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya. ” (H.R. Bukhari).
1 Imam Abi Abdillah Muh. Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Mughirah Ibn Barzabatil Bukhari
Ja’fi, Shahih Bukhari, (Beirut: Darul Kitab, t.th), juz.5, hlm. 427.
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada:
1. Ayahanda (Bapak Drs. H. Zaenul Wafa) dan ibunda (Ibu Hj. Sri Nur
hayati, S.Ag.) tercinta yang senantiasa memberikan doa restu serta
dukungan baik secara moril maupun materiil terhadap keberhasilan studi
peneliti.
2. Saudaraku (Zaky Noer Faiqoh S.Pd.I dan Syafiq Alwazan) tersayang yang
selalu memberikan semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
3. Kakak terbaikku yang selalu membantu dan mengiringi setiap langkahku
dalam pembuatan skripsi ini hingga selesai.
4. Teman-teman dan penghuni “Aries kost” Jrakah atas semua dukungannya,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan
beliau Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta
orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa
skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan
dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang
telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan
kepada :
1. Prof. Dr. H. Abdul Jamil, M.Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo
2. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan
pelayanan dengan baik, selama masa penelitian
3. Prof. Dr. H. Muhtarom, HM, selaku pembimbing yang telah berkenan
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi
4. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.
5. Bapak dan Ibu pengelola perpustakaan yang telah menyediakan dan
memberikan layanan perpustakaan.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta dan senantiasa mencurahkan kasih sayang,
do’a, semangat, dan dukungan baik moril maupun materiil demi keberhasilan
penulis.
7. Saudara dan kakakku tersayang yang tak bosan-bosannya selalu memberikan
motivasi, kasih sayang dan pengorbanannya baik waktu, tenaga dan
sebagainya.
8. Sahabatku tercinta Dini, Mamie, Aslamah,” salam perjuangan!!” yang selalu
membuatku tertawa dan penggembira, serta mbak-mbak yang ada dikos
“Aries” mbak yu Ida, mba’ yu Istini, dan mbak yu muslimah. Terimakasih
atas dukungan kalian serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu
persatu
9. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian
skripsi ini.
Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga
budi baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda
dari Allah SWT.
Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan
dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya
semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.
DAFTAR GAMBAR
Gambar I . Histogram Penerapan Metode sorogan. Gambar II . Histogram Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun
di PTYQA Kudus.
DAFTAR TABEL
Tabel : 1. Data Penerapan Metode Sorogan.
2. Data Frekuensi Nilai Variabel Penerapan Metode Sorogan.
3. Data Distribusi Frekuensi Skor Mean Variabel Penerapan Metode
Sorogan.
4. Data Nilai Distribusi Relatif Variabel Penerapan Metode Sorogan.
5. Data Hasil Kemampuan Membaca al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun
Sebelum Penerapan Metode Sorogan.
6. Data Hasil Kemampuan Membaca al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun
Sesudah Penerapan Metode Sorogan .
7. Data Frekuensi Nilai Variabel Kemampuan Membaca al-Qur’an Anak
Usia 6-7 Tahun.
8. Data Distribusi Frekuensi Skor Mean Variabel Kemampuan Membaca al-
Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun.
9. Data Nilai Distribusi Relatif Variabel Kemampuan Membaca al-Qur’an
Anak Usia 6-7 Tahun.
10. Data Pengaruh Penerapan Metode Sorogan Terhadap Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul
Qur’an Anak-anak Kudus.
11. Interpretasi Dari Nilai r.
12. Data Ringkasan Anava Regresi Linier Sederhana.
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii
PENGESAHAN ................................................................................................. iii
DEKLARASI ..................................................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ..................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Penegasan Istilah dan Pembatasan Masalah.................................. 3
C. Tujuan penelitian .......................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II : PENERAPAN METODE SOROGAN TERHADAP
KEMAMPUA MEMBACA ALQUR’AN ANAK USIA 6-7
TAHUN DI PONDOK PESANTREN
A. Metode Sorogan ........................................................................... 7
1. Pengertian Metode Sorogan ......................................................
2. Dasar dan Tujuan .................................................................... 7
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Sorogan ......................... 10
4. Penerapan Metode Sorogan ................................................... 11
B. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak .................................. 12
1. Pengertian Membaca Al-Qur’an ............................................ 12
2. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak .............................. 15
3. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an ........................ 20
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan
Membaca ................................................................................ 25
5. Adab Membaca Al-Qur’an .................................................... 27
C. Penerapan Metode Sorogan Terhadap Kemampuan Membaca
al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun Di Pondok Pesantren ............. 29
D. Hipotesis Penelitian ................................................................... 31
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ....................................................................... 32
B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 32
C. Variabel dan Indikator Penelitian ............................................... 33
D. Metode Penelitian ....................................................................... 33
E. Populasi ...................................................................................... 34
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 34
G. Teknik Analisis Data .................................................................. 35
H. Gambaran Umum Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an
Anak-anak Kudus ..................................................................... 38
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Pendahuluan ................................................................. 42
B. Analisis Uji Hipotesis ................................................................. 50
C. Analisis Lanjut ........................................................................... 58
D. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 59
E. Hambatan dan Peluang Penelitian .............................................. 60
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................... 61
B. Saran Saran ................................................................................. 62
C. Penutup ....................................................................................... 63
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang agung, jalan Allah yang lurus,
Undang-undang Allah yang kokoh, bisa memberikan kebahagiaan, sebagai
risalah Allah yang abadi, dan merupakan rahmat Allah yang luas, hikmah
yang indah, dan nikmat yang sempurna.1
Allah SWT telah menunjukkan jalan kebenaran kepada makhluk Nya
lewat makna yang terkandung dalam al-Qur’an, sebagai sumber pedoman
hidup manusia beriman dan bertaqwa, supaya terselamatkan dari kesesatan
kehidupan dunia dan akhirat. Banyak hal yang tersurat maupun tersirat dalam
al-Qur’an dan dijadikan khasanah ilmu pengetahuan dalam berbagai
bidangnya dan kajian bagi para ilmuwan.
Untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berawal dari
pentingnya belajar al-Qur’an itu dimulai sejak dini. Pada masa inilah anak
akan diarahkan kepada keyakinan bahwa Allah adalah Robb dan al-Qur’an
dapat merasuki intelektualitas mereka.
Yang dimaksud dengan belajar al-Qur’an adalah membaca sampai
lancar dengan ucapan yang fasih sesuai dengan kaidah (bacaan) dan tajwid,
belajar memahami makna-makna yang terkandung di dalam al-Qur’an dan
belajar menghafalkan di luar kepala. 2 Karena itu, langkah awal dalam
mengajarkan al-Qur’an adalah diperkenalkannya pada anak dengan huruf-
huruf hijaiyah dan bacaan al-Qur’an sehingga anak dapat membaca dengan
lancar, benar sesuai dengan tajwid dan makhrojnya.
Pembelajaran al-Qur’an dapat dilakukan diberbagai jalur pendidikan,
baik pendidikan formal, non formal dan informal. Di lembaga pendidikan
Islam telah membuka tempat untuk belajar khusus ilmu-ilmu agama Islam,
1 Fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur'an: Studi Kompleksitas Al_Qur'an,
(Yogyakarta: Titian Ilahi, 1996), Cet. 1, hlm. 86. 2 Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam, Jilid 4, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
2002), Cet.4, hlm. 144.
2
untuk usia anak dapat belajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an dan dapat juga
di pondok pesantren.
Pesantren didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan
pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan di dukung asrama
dengan tempat tinggal santri yang bersifat permanen. 3 Melihat tujuan
pesantren secara khusus adalah mempersiapkan para santri untuk menjadi
orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kiai yang bersangkutan
serta mengamalkannya dalam masyarakat.4 Santri yang sudah dibekali ilmu
dari pondok pesantren diharapkan dapat mengamalkannya supaya bermanfaat
bagi diri maupun orang lain.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia,
dalam penyampaian materi pelajarannya juga masih menggunakan metode
yang bersifat tradisional.
Departemen Agama RI telah melaporkan bahwa metode penyajian atau
penyampaian di pesantren ada yang bersifat tradisional (mengikuti kebiasaan-
kebiasaan lama yang dipergunakan) seperti balaghah, wetonan, dan sorogan.
Di pesantren, metode sorogan di gunakan untuk kelompok santri pada tingkat
rendah yaitu mereka yang baru menguasai pembacaan al-Qur’an. 5 Sorogan ini
merupakan sistem belajar secara individual, sebagaimana santri pada tingkat
rendah masih membutuhkan bimbingan yang intensif.
Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus merupakan salah
satu lembaga pendidikan Islam yang menerapkan metode sorogan bagi
santrinya, terlebih yang baru masuk pondok tersebut, mereka yang berusia 6-7
tahun. Dari pondok pesantren tersebut menuntun anak agar mampu membaca,
menghafal dan memahami isi al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu al-Qur’an.
Sedangkan persyaratan anak dapat masuk menjadi santri di Pondok Tahfidh
Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus, anak harus berusia 6-7 tahun.
3 Mujamil Qomar, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta: Erlangga, t.t), hlm. 2. 4 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangannya, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995), Cet. 1, hlm. 25. 5 Mujamil Qomar, Op.Cit, hlm. 142.
3
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik
mengadakan penelitian dengan judul sebagai berikut:
“PENGARUH PENERAPAN METODE SOROGAN TERHADAP
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN ANAK USIA 6-7 TAHUN DI
PONDOK TAHFIDH YANBU’UL QUR’AN ANAK-ANAK KUDUS”
B. Penegasan Istilah Dan Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kesalah pahaman dan keluasan arti pada judul
penelitian “PENGARUH PENERAPAN METODE SOROGAN TERHADAP
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN ANAK USIA 6-7 TAHUN DI
PONDOK TAHFIDH YANBU’UL QUR’AN ANAK-ANAK KUDUS”. Maka
diperlukan adanya penegasan istilah dan batasan masalah sesuai dengan
kalimat judul tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Pengaruh Penerapan Metode Sorogan
Pengaruh yaitu daya yang timbul dari sesuatu (orang atau benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan, perbuatan seseorang.6 Dalam
penelitian ini dimaksudkan adanya daya yang ditimbulkan pada penerapan
metode sorogan.
Penerapan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yaitu
pemasangan, pengenaan, perihal mempraktekkan.7
Metode adalah cara yang tersusun dan teratur, untuk mencapai tujuan,
khususnya dalam hal ilmu pengetahuan.8
Sorogan berasal dari kata sorog (jawa) yang berarti menyodorkan kitab ke
depan kiai atau asistennya.9
Dalam penelitian ini dimaksudkan penggunaan metode sorogan
dalam suatu pembelajaran pada anak usia 6-7 tahun di PTYQA.
6Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya:Amanah,1997), hlm.375. 7 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Imdonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
1976), hlm. 1059. 8 Sulchan Yasyin, Op.Cit hlm. 335. 9Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga
Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2001), hlm. 108.
4
Jadi pengaruh penerapan metode sorogan dalam penelitian ini
dimaksudkan adanya daya yang ditimbulkan pada penerapan metode
sorogan terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di
PTYQA.
2. Kemampuan membaca al- Qur’an anak
Kemampuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berasal dari
kata “mampu” yang mendapat awalan ke- dan akhiran -an, yang berarti
kesanggupan, kecakapan dan kekuatan untuk melakukan sesuatu. 10 Jadi
kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan atau kecakapan untuk
melakukan sesuatu. Dalam penelitian ini dimaksudkan kemampuan
membaca al-Qur’an anak.
Membaca adalah aktivitas melihat serta memahami isi dari apa
yang tertulis dengan melisankan atau dalam hati, mengeja atau dengan
melafalkan apa yang tertulis.11 Dalam penelitian ini dimaksudkan
membaca al-Qur’an anak dengan suara nyaring atau dengan dilisankan.
Qur’an adalah kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang
diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad saw dan membacanya
adalah ibadah.12
Anak adalah masa pertumbuhan yang pertama dari umur 0 – 12
tahun.13 Dalam penelitian ini dimaksudkan anak yang berusia 6-7 tahun di
PTYQA.
Kemampuan membaca al-Qur’an anak dalam judul ini
dimaksudkan hasil tes kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7
tahun, karena usia tersebut merupakan usia awal anak belajar membaca
dan menghafal al-Qur’an di PTYQA.
10 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 623. 11 Ibid, hlm. 72. 12 Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT Serajaya Santra,1986), hlm. 16. 13 Zakiah Daradjat, Ilmu jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 58.
5
C. Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan harus dapat mencakup dan menunjukkan
semua variabel maupun hubungan variabel satu dengan yang lain yang hendak
diteliti.14
Dari pernyataan tersebut, peneliti merumuskan permasalahan yang
akan diteliti, sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode sorogan di Pondok Tahfidh Yanbu’ul
Qur’an Anak-anak Kudus?
2. Bagaimana kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di
Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus?
3. Apakah ada pengaruh positif penerapan metode sorogan terhadap
kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di Pondok Tahfidh
Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
informasi dalam ilmu pendidikan, khususnya dalam bidang baca Al-Qur’an
dan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan sumber informasi
bagi peneliti lain yang akan meneliti dan atau mengembangkan
permasalahan metode sorogan.
2. Manfaat Praktis
Merupakan sumbangan kepada dunia pendidikan khususnya bagi
para pendidik atau ustadz untuk meningkatkan kemampuan pengajaran
membaca al-Qur’an bagi anak melalui metode sorogan.
14 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), Cet.1,
hlm. 29.
6
BAB II
PENERAPAN METODE SOROGAN TERHADAP KEMAMPUAN
MEMBACA AL-QUR’AN ANAK USIA 6-7 TAHUN DI PONDOK
PESANTREN
A. Metode Sorogan
1. Pengertian Metode Sorogan
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia,
yang mulanya hanya mengajarkan ilmu agama. Adapun penerapan metode
yang lazim dipergunakan dalam penyajian dan penyampaian materi
pendidikan pesantren adalah metode sorogan, wetonan dan hafalan.
Pendidikan di pesantren Syeh Abdul Qodir berorientasi pada
pengembangan keislaman dan pengetahuan umum. Pengembangan
keagamaan Islam menjadi dasar mengembangkan kurikulum pesantren.
Misalnya, metode “sorogan” yang sekarang berkembang dengan metode
kontekstual learning. Dimana metode ini diterapkan pada berbagai
pengajian kitab di pesantren.1 Metode tersebut dikenal sebagai metode
tradisional dalam pendidikan Islam, dan sampai saat ini metode tersebut
masih digunakan di lembaga-lembaga pendidikan Islam.
Di pesantren, metode sorogan di gunakan untuk kelompok santri
pada tingkat rendah yaitu mereka yang baru menguasai pembacaan al-
Qur’an.2
Pengertian metode sorogan terdiri dari dua kata, yaitu metode dan
sorogan. Kata “metode” mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Metode berasal dari dua perkataan yaitu
meta dan hodos berarti “jalan atau cara”.3
1Najlah Naqiyah, http://www.indonesiamedia.com/2006/05/mid/local/ pendidikan%20
di%20 chicago.htm, 20 Januari 2008. 2 Mujamil Qomar, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta: Erlangga, t.t), hlm. 142. 3 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis Dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm.65.
7
7
Zuhairini menjelaskan bahwa metode adalah salah satu komponen
dari proses pendidikan, alat untuk mencapai tujuan yang didukung oleh
alat-alat bantu mengajar, dan merupakan kebulatan dalam sistem
pendidikan.4
Penulis menyimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara untuk
mencapai suatu tujuan. Sehingga metode mempunyai peranan penting
dalam kehidupan manusia. Tuhan sendiri telah mengajarkan kepada
manusia supaya mementingkan metode. Sebagaimana firman Allah SWT
pada surat An-Nahl : 125. 5
عبيل إلى ادس كبة رعظة بالحكموالمو نسةالح مادلهجبالتي و هي نسإن أح كبر وه لمأع نل بمض نبيله عس وهو لمأع دينته125 :النحل. (بالم(
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(Q.S. An-Nahl: 125)
Ayat di atas menyuruh supaya manusia memperhatikan metode
dalam menyampaikan ajaran tuhan, yaitu dengan cara-cara yang bijaksana,
sesuai antara bahan dan orang yang akan menerimanya dengan
mempergunakan faktor-faktor yang akan dapat membantu supaya
ajarannya itu dapat diterima.6
Metode dalam rangkaian sistem pengajaran, telah menempati
urutan setelah materi yang akan diajarkan atau disampaikan oleh guru atau
ustadz. Dalam penyampaian materi, seorang guru harus mampu memilih
metode dengan tepat dan menggunakannya dengan baik, sehingga
memiliki pengaruh besar terhadap hasil pendidikan dan pengajarannya.
Sedangkan pengertian Sorogan menurut beberapa ahli, sebagai
berikut:
4 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981), hlm. 68.
5 Soenarjo, Op. Cit, hlm. 421. 6 Muhammad Zein, Methodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta:AK Group,1995),
hlm.11.
8
8
Abuddin Nata mengemukakan istilah Sorogan berasal dari kata
sorog (jawa) yang berarti menyodorkan kitab ke depan kiai atau
asistennya.7
Armai Arief telah mengutip pendapat dari Mastuhu dan Wahyu
Utomo dalam Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Mastuhu
menjelaskan bahwa Sorogan artinya belajar secara individu, dimana
seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling
mengenal diantara keduanya. Sedangkan menurut Wahyu Utomo, Metode
Sorogan adalah sebuah sistem belajar dimana santri maju satu per satu
untuk membaca dan menguraikan isi kitab dihadapan seorang guru atau
kiai. 8
Hasbullah menyebut Sorogan sebagai cara mengajar per kepala,
yaitu setiap santri mendapat kesempatan tersendiri untuk memperoleh
pelajaran secara langsung dari kiai.9 Dalam metode sorogan, santri
menyodorkan kitab (sorog) yang akan dibahas dan sang guru
mendengarkan, setelah itu beliau memberikan komentar, penjelasan dan
bimbingan yang dianggap perlu bagi santri.10
Penulis menyimpulkan bahwa metode sorogan merupakan salah
satu metode pendidikan Islam, yaitu para santri maju satu per satu untuk
menyodorkan kitabnya dan berhadapan langsung dengan seorang guru
atau kiai dan terjadi interaksi diantara keduanya. Dalam proses
pengajarannya, metode sorogan terdapat pembelajaran secara individual,
interaksi pembelajaran, bimbingan pembelajaran, dan didukung keaktifan
santri. Demikian, Sorogan merupakan sebuah metode yang terdiri dari
beberapa langkah atau kegiatan yang mempunyai urutan tertentu, dengan
pendekatan individual.
7 Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga
Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2001), hlm. 108. 8 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 150. 9 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangannya, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995), Cet. 1, hlm. 145. 10 Uharsputra, Proses Pembelajaran Di Pesantren, http://uharsputra.worldpress.com/,
hlm.2. tgl, 8 juni 2007.
9
9
2. Dasar dan Tujuan
Pengajaran individual merupakan cara penyampaian materi yang
didasari atas peristiwa yang terjadi ketika Rasulullah saw ataupun nabi
lainnya menerima ajaran dari Allah SWT. Melalui malaikat Jibril mereka
langsung bertemu satu persatu, yaitu antara malaikat jibril dan para Nabi
tersebut. 11 Pada zaman Rasulullah saw dan para sahabat, pengajaran
individual dikenal dengan metode belajar Kuttab, sampai muncul istilah
Sorogan yang dijadikan sebagai salah satu metode pengajaran di pondok
pesantren.
Metode sorogan merupakan konsekuensi logis dari layanan yang
sebesar-besarnya pada santri. Berbagai usaha pembaharuan dewasa ini
dilakukan justru mengarah pada layanan secara individual kepada peserta
didik. Metode sorogan justru mengutamakan kematangan dan perhatian
serta kecakapan seseorang.12 Karena melihat tujuan metode sorogan
sendiri adalah untuk mengarahkan anak didik pada pemahaman materi
pokok dan juga tujuan kedekatan relasi anak didik dan guru.
Disamping itu, dengan metode sorogan seorang guru dapat
memanfaatkan metode ini untuk menyelami gejolak jiwa atau problem-
problem yang dihadapi masing-masing anak, terutama yang berpotensi
mengganggu proses penyerapan pengetahuan mereka. Kemudian, dari
penyelaman ini guru dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan
untuk memberikan solusinya. 13 Sehingga metode ini mengakibatkan
kedekatan antara anak didik dan guru, karena guru selalu terlibat dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan yang dialami anak didik.
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Sorogan
Metode Sorogan merupakan salah satu metode pengajaran yang
dapat digunakan oleh seorang guru atau ustadz dalam proses
pengajarannya, seperti halnya metode-metode lain, metode ini juga
mempunyai kelebihan dan kelemahan, yaitu sebagai berikut:
11 Armai Arief, Op.Cit, hlm.151. 12 Mujamil Qomar, Op. Cit, hlm. 145. 13 Ibid, hlm. 154.
10
10
Beberapa Kelebihan Metode Sorogan, sebagai berikut :
a. Terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dengan santri. b. Memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan
membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri. c. Santri mendapatkan penjelasan langsung dari guru. d. Guru dapat mengetahui kualitas yang telah dicapai santrinya. e. Santri yang aktif dan IQ tinggi akan lebih cepat menyelesaikan materi
pembelajarannya dibanding yang rendah akan membutuhkan waktu yang lebih lama. 14
Mujamil Qomar mengutip pendapat Ismail SM, bahwa metode
sorogan secara didaktik-metodik terbukti memiliki efektivitas dan
signifikansi yang tinggi dalam mencapai hasil belajar. Sebab metode ini
memungkinkan kyai atau ustadz mengawasi, menilai, dan membimbing
secara maksimal kemampuan santri dalam menguasai materi.15
Beberapa kelemahan Metode Sorogan, sebagai berikut :
a. Kurang efisien, dikarenakan hanya menghadapi beberapa santri saja. b. Membuat santri cepat bosan karena metode ini menuntut kesabaran,
kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi. c. Santri kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata terutama
mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa tertentu.16
Demikian kelebihan metode sorogan memiliki efektivitas dan
signifikansi yang tinggi dalam mencapai hasil belajar, yang berarti santri
akan mampu dalam melakukan sesuatu. Disamping itu, penerapan metode
ini membutuhkan waktu yang lama, yang berarti pemborosan, kurang
efektif dan efisien.
4. Penerapan Metode Sorogan
Dalam penerapannya metode sorogan terdapat pembelajaran secara
individual, interaksi pembelajaran, bimbingan pembelajaran, dan didukung
keaktifan santri.
Amin Haedari telah mengutip pendapat Mastuhu bahwa metode
sorogan merupakan metode pengajaran individual yang dilaksanakan di
14 Armai Arief, Op. Cit, 152. 15 Mujamil Qomar, Op. Cit,,hlm. 145. 16 Armai Arief, Loc.Cit.
11
11
pesantren. Dalam aplikasinya, metode ini terbagi menjadi 2 cara, sebagai
berikut:17
a. Santri pemula, mereka mendatangi seorang guru atau ustadz yang akan
membacakan kitab tertentu.
b. Santri senior, mereka mendatangi seorang guru atau ustadz, supaya
ustadz tersebut mendengarkan sekaligus memberikan koreksi terhadap
bacaan kitab mereka.
Hasbullah menjelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan
metode sorogan, santri yang banyak datang bersama, kemudian mereka
antri menunggu giliran masing-masing. 18 Dengan sistem pengajaran
sorogan ini hubungan antara kiai dengan santri bisa menjadi lebih dekat,
sebab kyai dapat mengenal kemampuan santri baik kognitif maupun
pribadi mereka secara satu-persatu.
Interaksi dan bimbingan pembelajaran pada metode sorogan dapat
dilakukan dengan cara; guru membaca, santri mendengarkan dan
sebaliknya, guru membaca dan santri hanya mendengarkan, Santri
membaca dan guru mendengarkan.19 Dapat pula, guru membaca atau
membetulkan bacaan, dan santri menirukan bacaan tersebut. Jika anak
belum atau tidak lancar dalam membacanya, seorang guru tidak boleh
menaikkan ke bacaan berikutnya, guru harus membimbing dengan
memberikan nasehat dan motivasi sampai akhirnya santri bisa membaca
dengan baik dan benar.
Pembelajaran dengan metode sorogan membutuhkan keaktifan
santri, karena sebelum membacakan kitab al-Qur’annya dihadapan guru
atau ustadz, santri harus mempersiapkan diri untuk belajar terlebih dahulu.
Semakin aktif mengikuti pembelajaran dengan metode sorogan, santri
akan semakin cepat pula menguasai materi yang didapat.
17 HM, Amin Haedari, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas Dan
Tantangan Kompleksitas Global, (Jakarta: IRD Press, 2004), Cet. 1, hlm. 16. 18 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
Cet.1, hlm. 50. 19 Pondok Hufadh Yanbu’ul Qur’an, Mengenal Dari Dekat Pondok Tahfidh Yanbu’ul
Qur’an Anak-Anak, (Kudus : t.p, 2007), hlm. 2.
12
12
Zamakhsyari Dhofier, berpendapat bahwa Metode Sorogan ini
merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan metode pendidikan
Islam tradisional, sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan,
ketaatan, dan disiplin pribadi santri.20 Abuddin Nata mengutip pendapat
Kafrawi, kendatipun demikian, metode seperti ini (sorogan) diakui paling
intensif, karena dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan
untuk tanya jawab langsung.21
Oleh karena itu, dalam penerapan metode sorogan telah
memberikan layanan yang sebesar-besarnya kepada santri. Sebab dengan
metode ini, seorang guru atau ustadz dapat menilai dan membimbing
secara maksimal kemampuan santri dalam menguasai materi.
B. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
1. Pengertian Membaca Al-Qur’an
Membaca adalah aktivitas otak dan mata. Mata digunakan untuk
menangkap tanda-tanda bacaan, sehingga apabila lisan mengucapkan tidak
akan salah. Sedangkan otak digunakan untuk memahami pesan yang
dibawa oleh mata, kemudian memerintahkan kepada organ tubuh lainnya
untuk melakukan sesuatu. Jadi cara kerja diantara keduanya sangat
sistematis dan saling kesinambungan. 22
Mulyono Abdurrahman telah mengutip pendapat Soedarso, bahwa
membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar
tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian atau khayalan
atau pengamatan, dan ingatan. Manusia tidak mungkin dapat membaca
tanpa menggerakkan mata dan menggunakan pikiran. 23
20 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,
(Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 28. 21 Abuddin Nata, Op.Cit, hlm. 108. 22 Lukman Saksono, Mengungkap Lailatul Qadar: Dimensi Keilmuan Dibalik Mushaf
Usmani, Malam Seribu Bulan Purnama, (tt.p, Grafikatama Jaya, 1992), hlm. 51. 23 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), Cet. 2, hlm. 200.
13
13
Pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa membaca adalah
sebuah aktifitas yang dilakukan oleh beberapa organ tubuh tertentu, yang
terdiri dari kerja otak dan mata untuk memahami suatu pesan tertulis.
Membaca merupakan suatu aktivitas penting. Banyak hal yang bisa
diperoleh dari membaca. Melalui kegiatan membaca akan mendapatkan
informasi penting yang terkandung di dalamnya. Bahan untuk membaca
dapat berasal dari buku-buku pengetahuan, buku-buku pelajaran maupun
Al-Qur’an. Membaca al-Qur’an merupakan bagian terpenting yang
diajarkan di pesantren.
Beberapa pengertian al-Qur’an sebagai berikut:
Al-Farra, menyebutkan bahwa kata al-Qur’an berakar pada kata al-
Qarai, jamak dari Qorinah yang berarti kawan. Menurut Imam Asy'ari kata
al-Qur’an, berasal dari kata Qarana yang berarti menggabungkan dan
menurut Imam Lehyani, al-Qur’an berasal dari kata Qaraa yang berarti
membaca.24
Al-Qur’an menurut istilah, adalah kalam Allah SWT yang
merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi
Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah.25
The Quran is the word of Allah revealed by Him to the Holy
Prophet (S.A.W.) through the Archangel Gabriel. The Quran has its own
unique way and mode of expression which has no match.26
Qur’an adalah firman Allah yang diwahyukan olehNya (Allah)
kepada Nabi Muhammad saw melalui Malaikat Jibril. Qur’an memiliki
cara yang khas dan bentuk ungkapan yang tidak ada bandingannya.
Seorang muslim sangat dianjurkan untuk mempelajari al-Qur’an.,
baik membaca, menghafal dan memahami maknanya, karena al-Qur’an
sebagai penuntun jalan kebenaran bagi mereka. Perintah membaca
24 Yusran Asmuni, Pengantar Studi Al-Qur’an, Al Hadits, Fiqh, dan Pranata Sosial,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001), hlm. 7. 25 Soenarjo, Op.Cit, hlm. 16. 26 Rafi Ahmad Fidai, Concise History of Muslim World, Vol. 1, (New Delhi: Kitabbhavan,
2001), hlm. 47.
14
14
terdapat dalam al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT pada surat Al
‘Alaq: 1. 27
)1العلق ( خلق الذي ربك باسم اقرأ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. (Al-‘Alaq: 1)
Quraish Shihab berpendapat bahwa perintah membaca merupakan
perintah yang paling berharga yang dapat diberikan kepada umat manusia.
Karena, membaca merupakan jalan yang mengantar manusia mencapai
derajat kemanusiaannya yang sempurna.28 Karena membaca merupakan
faktor utama bagi keberhasilan manusia dalam menguasai ilmu yang telah
diajarkan oleh Allah kepada manusia.
Membaca al-Qur’an merupakan ibadah yang memberikan manfaat
bagi pembacanya, kaitannya dengan membaca al-Qur’an, Rasulullah saw
bersabda: عن زيدانه مسع اباسالم يقول حدثىن ابوأمامة الباهلى قال مسعت رسول اهللا صل اهللا
29)رواه مسلم(يأتى يوم القيامة شفيعا ألصحابه إقرأوا القرأن فإنه : عليه وسلم يقول
Dari Zaid sesungguhnya dia mendengar Aba Salam berkata, Abu Umamah al-Bahili menceritakan kepadaku, berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : Bacalah kamu sekalian al-Qur’an, karena sesungguhnya al-Qur’an itu besuk pada hari kiamat akan datang memberikan syafaat bagi pembacanya.(HR. Muslim).
2. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun
a. Kemampuan membaca al-Qur’an
Pendidikan bagi seorang anak, dimulai dari al-Qur’an dan anak
mulai belajar membaca kitab suci al-Qur’an, menghafal dan
mengingatnya. Kitab suci al-Qur’an merupakan pedoman final bagi
setiap muslim dalam kepercayaan dasar, bentuk peribadatan, dan aturan
27 Soenarjo, Op.Cit, hlm. 1079. 28 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004), hlm. 170. 29 Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz 1, (Beirut: Darul Kutub, t.th.), hlm. 321.
15
15
perilaku.30 Sehingga kemampuan membaca al-Qur’an anak sejak dini
perlu diperhatikan oleh pendidik, baik orang tua maupun guru atau
ustadz.
Kemampuan adalah sesuatu yang benar-benar dapat dilakukan
oleh seseorang.31 Kemampuan membaca al-Qur’an anak, berarti sesuatu
yang benar-benar dapat dilakukan seorang anak. Kemampuan membaca
al-Qur’an harus diajarkan sejak dini, yakni pada saat anak masih usia
sekolah rendah atau bahkan masa Taman Kanak-Kanak, karena lidah
anak dibawah umur masih lunak dan relatif lebih mudah membimbing
mereka dalam mengucapkan makhraj yang pas dan benar.
Mulyono Abdurrahman mengutip pendapat Lerner bahwa
kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai
bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera
memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak
kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas
berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat
membaca untuk belajar.32 Mengingat dari tujuan membaca untuk
memperluas pengetahuannya, memperkaya pengalamannya, dan
memperkaya perbendaharaan katanya.
Kemampuan dibangun atas kesiapan, ketika kemampuan
ditemukan pada seseorang berarti orang itu memiliki kesiapan untuk hal
itu.33 Fahim Musthafa dalam bukunya Agar Anak Anda Gemar
Membaca, mengemukakan bahwa kesiapan membaca anak dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain kesiapan fisik, kesiapan psikologis,
kesiapan pendidikan, dan kesiapan IQ.34
30 Abdullah Fadjar, Peradaban Dan Pendidikan Islam, (Jakarta: CV. Rajawali, 1991),
Cet. 1, hlm. 60. 31 Najib Khalid al-Amir, Mendidik Cara Nabi SAW, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002),
hlm. 166. 32 Mulyono Abdurrahman, Op.Cit, hlm. 200. 33 Najib Khalid al-Amir, Loc. Cit. 34 Fahim Musthafa, Op. Cit., hlm. 31.
16
16
Kesiapan fisik, Sebelum melakukan aktifitas belajar, guru harus
yakin bahwa anak didiknya memiliki indra yang sehat, sebab memiliki
peranan penting dalam aktifitas membaca. Telinga, mata, kedua tangan
dan alat bicara merupakan organ yang sangat penting dalam belajar
membaca.
Kesiapan psikologis, sebelum aktifitas belajar membaca
berlangsung, terlebih dahulu guru harus mengetahui kondisi psikologi
setiap anak, kemudian memberinya motivasi agar secepatnya anak
melepaskan diri dari persoalan-persoalan yang membelit dirinya,
sehingga anak merasa tenang dan dapat beradaptasi dengan lingkungan
belajarnya.
Kesiapan pendidikan, Mempersiapkan anak membaca adalah
tanggung jawab keluarga dan sekolah, namun dalam hal ini sekolah
merupakan penanggung jawab utama, sementara keluarga merupakan
tempat pembentukan pengalaman anak.
Kesiapan IQ (Intelligent Quotient), Sebelum anak belajar
membaca, terlebih dahulu anak harus mencapai tingkat kematangan IQ-
nya, sehingga memudahkannya dalam belajar.
Arno F. Wittig explains intelligence as the combination of a
person’s inherited potential and measured performance.35
Arno F. Wittig menerangkan bahwa kecerdasan sebagai gabungan
dari potensi bawaan seseorang dan ukuran perbuatan seseorang.
Dengan begitu, anak yang mempunyai inteligen tinggi akan lebih
mudah menguasai materinya dibandingkan yang berinteligen rendah.
Tahapan kemampuan membaca dapat dibedakan sebagai
membaca pemula (membaca awal) dan membaca lanjut. Pembaca yang
baru sampai pada tahap membaca awal berarti pembaca itu baru
memiliki kemampuan untuk memvokalisasi lambang-lambang bunyi
bahasa yang tertuang dalam berbagai sumber tertulis. Sedangkan
35 Arno F. wittig, Psychology Of Learning, (New York: McGrow-Hill Book, 1981), hlm.
252.
17
17
pembaca lanjut memasuki tahap kemampuan memahami pesan dan
gagasan dari berbagai sumber tertulis.36 Untuk usia anak termasuk
sebagai pembaca pada tahap awal, yaitu baru memiliki kemampuan
untuk memvokalisasi huruf-huruf hijaiyah dan bacaan al-Qur’an, belum
pada tahapan memahami isi al-Qur’an.
b. Anak Usia 6-7 tahun
Mulyono Abdurrahman telah mengemukakan bahwa tahap
membaca permulaan umumnya dimulai sejak anak masuk kelas satu
SD, yaitu pada saat berusia sekitar 6 tahun. 37 Syamsu Yusuf LN,
menerangkan bahwa masa usia sekolah dasar sering disebut masa
intelektual atau masa keserasian sekolah. Pada usia 6 atau 7 tahun,
biasanya anak telah matang untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa
tersebut, secara relatif anak-anak lebih mudah dididik dari masa
sebelum dan sesudahnya.38 Beliau juga menambahi bahwa otak usia 6-8
tahun mencapai bentuk ukuran yang sempurna.39
Pada usia sebelumnya boleh saja diperkenalkan gambar huruf
atau angka, atau mengenali barang-barang dengan namanya, membaca
dengan pelan-pelan, dibacakan bagian-bagian cerita yang menarik, dan
kemudian menirukan kata-kata singkat yang bendanya dan artinya
sudah dipahami, tetapi belajar menulis dan membaca yang
sesungguhnya hendaknya ketika anak mencapai usia 6 tahun atau duduk
di kelas 1 SD.40 Sehingga kemampuan membaca anak supaya
mendapatkan perhatian khusus, karena membaca merupakan salah satu
tugas perkembangan untuk usia 6-12 tahun.
36 Abdul Razaq, Formula 247 Plus: Metode Mendidik Anak Menjadi Pembaca Yang
Sukses, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004), hlm. 4. 37 Mulyono Abdurrahman, Op.cit, hlm. 201. 38 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), Cet. 6, hlm. 24. 39 Ibid, hlm. 19. 40 Theo Riyanto dan Martin Handoko, Pendidikan Pada Usia Dini, (Jakarta: PT Grasindo,
2004), hlm. 25-26.
18
18
Tugas perkembangan untuk usia 6-12 tahun dari Havighurst yang
dikutip oleh Elizabeth B. Hurlock, sebagai berikut:41
1. Belajar kecakapan fisik yang diperlukan untuk permainan anak-anak.
2. Membangun sikap menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai organisme yang bertumbuh.
3. Belajar bergaul dengan teman sebaya. 4. Belajar memainkan peran pria dan wanita yang sesuai. 5. Mengembangkan kecakapan dasar dalam membaca, menulis, dan
menghitung. 6. Mengembangkan konsep yang diperlukan sehari-hari. 7. Mengembangkan nurani, moralitas, dan suatu skala nilai. 8. Mencapai kepribadian pribadi. 9. Membentuk sikap terhadap keluarga dan lembaga sosial.
Demikian, kecakapan dasar membaca merupakan tugas
perkembangan untuk anak usia awal 6 tahun. Seorang pendidik baik itu
orang tua ataupun seorang guru diharapkan mengetahui tugas
perkembangan anaknya, karena dapat membantu mengetahui apa yang
harus dipelajari anak pada usia tertentu.
Muhammad Nur Abdul Hafizh mengutip pendapat dari Ibnu Sina
dalam kitabnya, As Siyasah, mengatakan, Jika seorang anak sudah bisa
mulai di didik dan sudah bisa memperhatikan, maka ketika itu
dimulailah pengajaran al-Qur’an, di ajarkan tentang baca tulis al-Qur’an
serta didiktekan rambu-rambu agama.42 Al Hakim dan Abu Daud
meriwayatkan dari Ibnu Amr bin Al ‘Ash ra. Rasulullah saw bersabda :
قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : عن عمرو بن شعيب عن ابيه عن جده قالمهالة وبالص كمالدا أوورمنسني عباء سناب . شراء عناب مها وهليع مهورباضو
43 )رواه ابو داوود. (وفرقوا بينهم في المضاجع
41 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid 1, {Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 40.
42 Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Nabi, (Solo: Pustaka Arafah, 2004), hlm. 320.
43 Ibnu Qoyim, Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abu Dawud, Jilid II, (Beirut: Al-Maktabah as-Salafiyah, t.th), hlm. 162.
19
19
Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata Rasulullah bersabda: Suruhlah anak-anakmu menjalankan ibadah shalat jika mereka sudah berusia 7 tahun. Dan jika mereka sudah berusia 10 tahun, maka pukullah mereka. jika tidak mau melaksanakan halat dan pisahkanlah tempat tidur mereka. (HR. Abu Dawud)
Sururin mengutip pendapat Ahmad Ibn Hanbal, telah menggaris
bawahi bahwa anak dalam usia 7 tahun dipandang sebagai permulaan
pertumbuhan logis, sehingga wajarlah bila anak harus diberi pelajaran
dan dibiasakan melakukan shalat pada usia dini, dan dipukul bila
melanggarnya. 44 Pernyataan tersebut tidak menutup kemungkinan
bahwa, seorang anak usia 7 tahun atau sebelumnya, harus sudah
dibiasakan shalat, berarti anak tersebut sudah harus di ajarkan huruf-
huruf hijaiyah dan bacaan al-Qur’an.
Dari Uraian diatas, menyebutkan bahwa umumnya anak mampu
membaca huruf-huruf al-Qur’an dimulai dari usia kecerdasan 6 atau 7
tahun, karena usia tersebut, anak cenderung lebih mudah dididik dari
pada usia sebelum dan sesudahnya. Dengan begitu, kemampuan
membaca al-Qur’an anak juga disesuaikan dengan tingkat kematangan
dan juga inteligen mereka, seperti halnya kefasihan, kelancaran
membaca, ketepatan pada tajwid dan makhrajnya sebagaimana
kemampuan membaca al-Qur’an anak.
3. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
Beberapa indikator kemampuan membaca al-Qur’an anak, sebagai
berikut:
a. Kefasihan dalam membaca al-Qur’an
Fasih berasal dari kata ةاحفص حفصي حفص yang berarti
berbicara dengan terang, fasih, petah lidah.45 Fasih dalam membaca al-
Qur’an maksudnya terang atau jelas dalam pelafalan atau pengucapan
44 Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2004), Cet. 1, hlm. 54. 45 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya, 1989), hlm. 317.
20
20
lisan ketika membaca al-Qur’an. Tingkatan kefasihan di dalamnya
terdapat tartil dalam membaca al-Qur’an.
Bacaan al-Qur’an berbeda dengan bacaan manapun, karena
isinya merupakan kalam Allah yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi
dan dijelaskan secara terperinci, yang berasal dari Dzat yang Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Karena itu membacanya tidak lepas
dari adab yang bersifat zhahir maupun batin. Diantaranya adabnya yang
bersifat zhahir ialah secara tartil. Makna tartil dalam bacaan ialah pelan-
pelan dan perlahan-lahan, memperjelas huruf dan harakatnya,
menyerupai permukaan gigi-gigi yang rata dan yang tertata rapi.46
Sebagaimana firman Allah SWT pada surat Al-Muzammil : 4.47
أو ه زدليل عترآن وتيال القرر4: ملاملز . (ت(
Dan bacalah al-Qur’an itu secara tartil (perlahan-lahan). (Al-Muzammil: 4).
Muhammad Ibn ‘Alawi mengutip karya Syaikh Al-Zarkasyi,
Dalam kitab Al-Burhan, diterangkan bahwa kesempurnaan bacaan tartil
terletak pada pembacaan setiap kata secara tegas (tafkhim al-fazh) dan
pembacaan huruf secara jelas.48
b. Ketepatan pada tajwidnya
Para ahli qira’at (qurra’) mengatakan bahwa tajwid merupakan
hiasan atau seni dalam membaca al-Qur’an (hilyah al-qira’ah). Tajwid
adalah membaca huruf sesuai dengan hak-haknya, menertibkannya,
serta mengembalikannya ke tempat keluar (makhraj), dan asalnya, serta
memperhalus pelafalannya tanpa dilebih-lebih kan, tanpa dikurangi dan
dibuat-buat.49 Ilmu tajwid di dalamnya mencakup hukum bacaan nun
46 Yusuf Qaradhawi, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka
Alkautsar, 2000), hlm. 166. 47 Soenarjo, Op. Cit, hlm. 988. 48 Muhammad Ibn ‘Alawi Al-Maliki Al- Hasani, Samudra Ilmu-Ilmu Al-Qur’an
Ringkasan Kitab al Itqan Fi ‘Ulum Al-Qur’an Karya Al Imam Jalal Al Maliki Al Hasani, (Bandung: Pt Mizan Pustaka, 2003), Cet.1, hlm. 64.
49 Ibid, hlm. 52-53.
21
21
sukun dan tanwin , hukum mim sukun, hukum lam ta’rif, huruf mad,
dan sebagainya. Tujuan dari ilmu tajwid sendiri adalah untuk
dipraktekkan kaidah-kaidah ketika membaca al-Qur’an, bukan hanya
untuk dihafalkan saja. Berikut ini disebutkan dengan beberapa kategori
hukum bacaan dalam ilmu tajwid, yaitu :
1. Nun sukun dan tanwin
ن
ب ل ر ي ن م و ءه ح خ ع غت ث ج د ذ س ش ص ض ط ظ ف ق ك
ا خفا ء ا قال ب ا د غا م بال غنه ا د غا م بغنه ا ظها رحلقي
2. Mim sukun
م Kecuali م + ب م ب
ا ظها ر شفوى ا د غا م شفوى ا خفا ء شفوى
3. Lam ta’rif
ا ل
ت ث د ذ س ش ص ض ط ظ ل ن
ب ج ح خ ع غ ف ق ك و ر ه ا ى
ا د غا م قمر يه ا د غا م مشسيه
c. Ketepatan pada makhrajnya
22
22
Orang yang membaca al-Qur’an sebelum praktek membaca
diantaranya harus sudah tahu makhraj-makhrajnya huruf dan sifat-
sifatnya. makhraj adalah tempat keluarnya huruf. Makharijul huruf
menurut Imam Kholil ada 17, yaitu 50
No Makhraj Huruf 1 Rongga mulut dan tenggorokan ي و ا
Huruf ini dinamakan huruf mad atau hawa’iyyah 2 Pangkal tenggorokan ه ء
Selalu dibaca tarqiq, walaupun berdekatan dengan huruf tafkhim seperti اهللا 3 Tengah tenggorokan ح ع jangan jadi ng ع ,ketika disukun jangan sampai dipanjangkan ح ع 4 Puncak tenggorokan خ غ tidak mendengkur, lidah tidak bergerak dan jangan jadi seperti g غ
mendengkur خHuruf 6 diatas dinamakan huruf halqiyyah 5 Pangkal lidah mengenai langit-langit yang diatasnya ق 6 Pangkal lidah yang agak kedepan mengenai langit-langit ك lidah agak ditekan dan keluarkan nafas yang banyak ك
dinamakan huruf lahawiyyah ك ق 7 Tengah lidah dan tengah langit-langit ي ش ج ’yang dimaksud di sini adalah ya’ hidup atau ya’ lin, ketika membaca ya ي
tengah lidah bergerak keatas dan ujungnya kebawah, supaya tidak jadi ز tengah lidah rapat dengan langit-langit ي ج
tengah lidah renggang, bibir terbuka lebar ش
50 Pondok Hufadh Yanbu’ul Qur’an, ’’Pendidikan dan LatihanXII: Pasca Belajar MA
Banat NU Kudus dan Pasca Tahfidh PHYQ’’, (Kudus: 2003), hlm. 3-4, t.d.
23
23
dinamakan huruf syajriyyah يش ج 8 Sisi (kanan-kiri) lidah mengenai sisi gigi geraham atas
(sebelah dalam) ض
boleh sisi lidah kanan atau kiri atau kanan dan kiri, tapi bibir tetap ض
kedepan. Ketika dibaca sisi lidah menekan gigi, sehingga tidak ada nafas
yang keluar dan lidah tidak kelihatan. Pipi tidak menggelembung dan bibir
moncong.
9 Sisi bagian depan lidah mengenai gusi depan ل Lidah jangan keluar. selain lamnya اهللا jangan dibaca tebal (lha) ال إله إال اهللا 10 Ujung lidah mengenai gusi gigi depan atas ن
yang dimaksud disini adalah nun yang dibaca idhar 11 Ujung lidah agak kedalam mengenai gusi gigi depan atas ر dinamakan huruf dzalqiyyah ل ن ر 12 Punggung ujung lidah mengenai pangkal gigi depan atas ت د ط Awas, ujung lidah jangan sampai keluar atau kelihatan dan jangan tidak ت د ط
sampai menyentuh pangkal gigi (jadi ujung lidah harus menempel pangkal gigi depan atau gusinya)
ujung lidah ditekan dan keluarkan nafas yang banyak, awas, jangan jadi تC ketiga huruf ini dinamakan huruf nith’iyyah 13 Ujung lidah menghadap dan mendekat diantara gigi depan
atas dan bawah ز س ص
ketiga huruf ini dinamakan huruf asaliyyah 14 Ujung lidah dan ujung dua gigi seri pertama atas ث د ظ lidah menempel pada ujung gigi depan Z د ظ
lidah renggang dari ujung gigi depan ثketiga huruf ini dinamakan huruf litsawiyyah 15 Bibir bawah bagian dalam mengenai ujung gigi seri atas ف
24
24
bibir tidak usah dimasukkan 16 Kedua bibir atas dan bawah م ب و yang dimaksud disini adalah wau hidup atau wau lin, kedua bibir renggang و
bibir rapat dan tidak usah dimasukkan. Mim kalau di dlommah bacaannya م بMU bukan MO
Ketika membaca semua huruf, termasuk ض, kedua bibir tidak ada yang rapat
kecuali م ب Dinamakan huruf syafawiyyah م ب و ف 17 Rongga pangkal hidung ( غنه (ن م
d. Kelancaran membaca al-Qur’an anak
Lancar adalah tak ada hambatan, tak lamban dan tak tersendat-
sendat.51 Kelancaran membaca al-Qur’an anak berarti anak mampu
membaca al-Qur’an dengan lancar, cepat, tepat dan benar. Dalam
pengajaran membaca al-Qur’an, ketika anak belum atau tidak lancar
dalam membacanya, seorang guru tidak menaikkan ke bacaan
berikutnya.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Agar berhasil sesuai dengan tujuan yang harus dicapai, perlu
memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar. Adapun hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
hasil belajar membaca, sehingga anak mampu membaca al-Qur’an dengan
baik dan benar.
Mulyono Abdurrahman mengutip pendapat dari Kirk, Kliebhan,
dan Lerner, ada 8 faktor yang memberikan sumbangan bagi keberhasilan
belajar membaca, yaitu (1) Kematangan mental, (2) Kemampuan visual,
(3) Kemampuan mendengarkan, (4) Perkembangan wicara dan bahasa, (5)
51 Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amanah, 1997), hlm.
310.
25
25
Keterampilan berpikir dan memperhatikan, (6) Perkembangan motorik, (7)
Kematangan sosial dan emosional, (8) Motivasi dan minat.52
Ahmad Thonthowi dalam bukunya Psikologi Pendidikan,
menggolongkan faktor-faktor tersebut, sebagai berikut:
a. Faktor internal
Faktor internal adalah semua faktor yang ada dalam diri anak atau
siswa. Karena itu pada garis besarnya meliputi faktor fisik (jasmaniah)
dan faktor-faktor psikis (mental).53
Faktor-faktor fisik atau jasmaniah, faktor ini berkaitan dengan
kesehatan tubuh dan kesempurnaannya, yaitu tidak terdapat atau
mengalami cacat atau kekurangan yang ada pada anggota tubuh siswa
atau santri, yang dapat menjadi hambatan dalam meraih
keberhasilannya atau kemampuannya membaca al-Qur’an dengan baik
dan benar menurut kaidah ilmu al-Qur’an.
Faktor-faktor psikis atau mental, faktor yang mempengaruhi
keberhasilan membaca al-Qur’an antara lain, adanya motivasi, proses
berpikir, inteligensi, sikap, perasaan dan emosi.
1). Motivasi, dengan tingkah laku bermotif yang terjadi karena di
dorong oleh adanya kebutuhan yang disadari dan terarah pada
tercapainya tujuan yang relevan dengan kebutuhan itu.
2). Proses Berpikir, dalam berpikir terkandung aspek kemampuan
sehingga akan menghasilkan perubahan tingkah laku, seperti
mengetahui, mengenal, memahami objek berpikir.
3). Inteligensi, dipandang sebagai potensi berpikir, sehingga anak-
anak yang inteligen dalam belajar lebih mampu dibandingkan
dengan anak-anak yang kurang inteligen.
4). Sikap, sikap yang positif ataupun negative senantiasa berkaitan
dengan tindakan belajarnya, anak yang tidak menyukai mata
52 Mulyono Abdurrahman, Op.Cit, hlm. 201. 53 Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 105.
26
26
pelajaran, cenderung tidak mau belajar sehingga akan
mempengaruhi kemampuannya dalam membaca al-Qur’an.
5). Perasaan dan emosi, emosi merupakan aspek perasaan yang telah
mencapai tingkatan tertentu. Emosi juga dapat bersifat positif
disamping negative, sehingga dapat berpengaruh terhadap
keberhasilan membaca al-Qur’an.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang ada atau berasal dari
luar siswa atau santri. Sifat faktor ini ada 2, yaitu bersifat sosial dan
non sosial. 54
1). Sosial, yaitu yang berkaitan dengan manusia, misalnya perilaku
guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan
metode sebagai strategi yang tepat dalam penyampaian materi
guna pencapaian keberhasilan atau kemampuan anak membaca al-
Qur’an.
2). Non sosial, seperti bahan pelajaran, alat atau media pendidikan,
metode mengajar, dan situasi lingkungan, yang semuanya itu
berpengaruh terhadap keberhasilan atau kemampuan anak
membaca al-Qur’an.
Melihat dari faktor-faktor di atas, keberhasilan membaca tidak
hanya dipengaruhi dari dalam diri saja, tidak menutup kemungkinan
dapat dipengaruhi dari luar diri, atau disebut dengan lingkungan.
Lingkungan diartikan segala sesuatu yang berada di luar diri
yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan dan
pendidikannya. Terdapat tiga lingkungan pendidikan, yaitu
54 Ibid, hlm.103.
27
27
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat.55
Jadi kemampuan membaca termasuk hasil belajar yang baik
dan dapat dipengaruhi dari berbagai faktor, diantaranya dengan faktor
sosial maupun non sosial (eksternal) yang dijalankan oleh guru
sebagai pembimbing dan penyampai materi, sehingga seorang guru
diharapkan mempunyai cara (metode) untuk mencapai tujuan
pengajarannya, dengan menggunakan metode sorogan di harapkan
anak mampu membaca dan menghafal al-Qur’an dengan baik dan
benar.
e. Adab Membaca Al-Qur’an
Beberapa hal yang disunnahkan dalam membaca al-Qur’an
menurut Muhammad Ibn ‘Alawi Al-Maliki Al- Hasani, diantaranya,
sebagai berikut :56
Pertama, disunnahkan berwudhu sebelum membaca al-Qur’an karena membaca al-Qur’an adalah zikir yang paling utama. Kedua, disunnahkan membaca al-Qur’an ditempat yang suci, terutama di dalam masjid. Ketiga, disunnahkan, ketika membaca al-Qur’an, duduk sambil menghadap kiblat, dengan khusyuk, tenang dan tertib sambil menundukkan kepala. Keempat, disunnahkan membersihkan gigi sebelum membaca al-Qur’an sebagai bentuk penghormatan dan penyucian terhadapnya. Kelima, disunnahkan membaca isti’adzah sebelum membaca al-Qur’an, yaitu memohon perlindungan kepada Allah Swt. Keenam, siapapun yang hendak membaca al-Qur’an sebaiknya membiasakan bacaan basmalah pada awal setiap surah, selain surah Al-Taubah. Ketujuh, disunnahkan membaca al-Qur’an secara tartil (pelan dan jelas sesuai kaidah tajwid al-Qur’an). Kedelapan, disunnahkan membaca al-Qur’an dengan merenungkan makna (tadabbur)dan memahami arti (tafahhum). Kedua hal tersebut merupakan tujuan utama dari pembacaan terhadap al-Qur’an.
Beberapa etika atau adab membaca al-Qur’an, antara lain:57
55 Armai Arief, Op.Cit, hlm. 76. 56 Muhammad Ibn ‘Alawi Al-Maliki Al- Hasani, Op.C it, hlm. 61.
28
28
a. Suci, baik badan, tempat, pakaian maupun mulut. b. Hendaknya duduk, sebagai penghormatan yang sopan terhadap al-Qur’an. c. Membaca ta'awudz kepada allah dari godaan setan yang terkutuk,
ketika memulai membaca al-Qur’an. d. Membaca basmalah setelah isti'adzah. e. Disunnahkan berhenti membaca al-Qur’an ketika menguap, karena
mulut adalah alat dialog dan alat bermunajat kepada Tuhan. f. Membaca al-Qur’an sebaiknya tidak gelisah dan menyelanya dengan
perkataan, kecuali dalam keadaan sangat penting. g. Membaca dengan perlahan, tartil dan tidak terburu-buru. h. Berhenti sejenak ketika sampai pada ayat-ayat janji (pahala), untuk
memohn karunia Allah. Juga pada ayat-ayat ancaman, untuk memohon keringanan sikasa dari Allah.
i. Meletakkan mushaf dengan kedua tangan, dan diletakkkan ditempat yang rendah karena sama dengan menghina.
j. Membaca dengan tadabbur tama'un (menyimak artinya dan mengkajinya) dan berupaya memahami apa yang dibaca.
Diantara adab membaca al-Qur’an yang lain adalah membaguskan
suara bacaan. Tidak diragukan bahwa al-Qur’an adalah baik, dan bahkan
merupakan puncak kebaikan, sehingga suara yang bagus bisa menambah
kebaikan al-Qur’an.58
Uraian di atas telah menjelaskan beberapa adab dalam membaca al-
Qur’an, terdapat adab dalam membacanya, karena al-Qur’an adalah kalam
Allah yang tidak ada bandingannya dan dijadikan sumber pedoman hidup
bagi manusia di muka bumi, dan membacanya merupakan ibadah.
C. Penerapan Metode Sorogan Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Anak Usia 6-7 Tahun di Pondok Pesantren
Pondok adalah tempat pertama mengajar anak-anak membaca al-
Qur’an dan pondok ini memegang peranan penting, karena penghafalan al-
Qur’an adalah suatu yang sangat penting dalam Islam.59
Pemilihan metode dalam penyampaian materi di pondok pesantren,
menduduki urutan kedua setelah materi, karena metode dapat diartikan
57 Fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur'an: Studi Kompleksitas al-Qur'an,
(Yogyakarta: Titian Ilahi, 1996), Cet. 1, hlm. 83-84. 58 Yusuf Qaradhawi, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, Op.Cit, hlm. 168. 59 Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, t.t), hlm. 62.
29
29
sebagai cara mengajar untuk mencapai tujuan. Penggunaan metode dapat
memperlancar proses pendidikan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai
secara efektif dan efisien.60 Sehingga peran guru sebagai faktor penggerak
dalam proses belajar mengajar, akan memperoleh kesuksesan dalam mengajar
dan menambah pengaruh kepada anak didik berkaitan erat dengan khasanah
ilmu dan keluasan cakrawala pemikirannya, keyakinan yang kuat di dalam hati
akan risalah yang diembannya, kecintaannya terhadap para siswa dan karena
pengusaannya terhadap metodologi pengajaran yang baik dan tepat.61
Usia 6 atau 7 tahun, biasanya anak telah matang untuk belajar
membaca, anak cenderung lebih mudah dididik dari pada masa sebelum dan
sesudahnya, anak dalam usia 7 tahun juga dipandang sebagai permulaan
pertumbuhan logis. Sehingga pada masa awal anak dalam belajar membaca
masih sangat memerlukan bimbingan yang intensif dari seorang pendidik,
supaya tugas perkembangannya dapat berjalan sesuai dengan kemampuan
yang seharusnya telah dimiliki.
Dengan penerapan metode sorogan bagi anak yang berusia 6-7 tahun,
dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada anak, sebab metode ini
memungkinkan seorang guru atau ustadz dapat membimbing secara maksimal
kemampuan anak dalam menguasai materi.
Penerapan metode sorogan, santri yang banyak datang bersama,
kemudian mereka antri menunggu giliran masing-masing. Dengan sistem
pengajaran sorogan ini memungkinkan hubungan kiai dengan santri sangat
dekat, sebab kyai dapat mengenal kemampuan pribadi santri secara satu-
persatu. Kitab yang disorogkan kepada kyai oleh santri yang satu dengan
santri yang lain tidak harus sama.62
Melalui sorogan, perkembangan intelektual santri dapat ditangkap kyai
secara utuh. Kyai atau ustadz dapat memberikan bimbingan penuh kejiwaan
sehingga dapat memberikan tekanan pengajaran kepada santri-santri tertentu
60 Armai Arief, Op.Cit, 81. 61 Yusuf Qaradhawi, Konsepsi Ilmu Dalam Persepsi Rosulullah SAW, Kerangka Dasar
Methode Pengajaran, (Jakarta: CV. Firdaus, 1994), cet. 1, hlm. 13 62 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam,Op.Cit, hlm. 50.
30
30
atas dasar observasi langsung terhadap tingkat kemampuan dasar dan
kapasitas mereka.63 Penerapan metode sorogan secara didaktik-metodik
terbukti memiliki efektivitas dan signifikansi yang tinggi dalam mencapai
hasil belajar. Sebab metode ini memungkinkan kyai atau ustadz mengawasi,
menilai, dan membimbing secara maksimal kemampuan santri dalam
menguasai materi.
Karena kemampuan membaca al-Qur’an dapat dipengaruhi dari
berbagai faktor baik dari santri (faktor internal) maupun metode yang
digunakan oleh guru (faktor eksternal), Sehingga metode sorogan yang
diterapkan di Pondok pesantren dapat berpengaruh terhadap kemampuan
membaca al-Qur’an anak didiknya. Dengan hal tersebut, metode sorogan
mempunyai pengaruh terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak di
pondok pesantren.
63 Mujamil Qomar, Loc.Cit.
31
31
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara bersifat
teoritis. Hipotesis dikatakan sementara karena kebenarannya masih perlu diuji
atau dites kebenarannya dengan data yang asalnya dari lapangan.64
Dalam hal ini penulis mengajukan hipotesis berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara Metode Sorogan Terhadap Kemampuan membaca al-Qur’an
Anak Usia 6-7 Tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus.
Mengingat hipotesis adalah jawaban sementara yang belum diketahui
kebenarannya, maka perlu dilakukan pengkajian pada bagian analisis data
untuk mendapatkan bukti apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau
tidak.
64 Sukardi, Op.Cit, hlm. 41.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian seringkali disebut juga metodologi, adalah cara-cara
untuk mengumpulkan dan menganalisis data-data yang dikembangkan untuk
memperoleh pengetahuan dengan menggunakan prosedur yang reliabel dan
terpercaya.1 Adapun dalam metode penelitian ini, akan diuraikan tentang
tujuan penelitian, waktu dan tempat penelitian, variabel dan indikator
penelitian, metode penelitian, populasi, tehnik pengumpulan data, tehnik
analisis data, dan gambaran umum pondok pesantren.
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian menunjukkan adanya sesuatu hal yang harus di capai
atau diperoleh setelah penelitian tersebut dilaksanakan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan metode sorogan di Pondok Tahfidh
Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus.
2. Untuk mengetahui kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di
Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan metode sorogan
terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di Pondok
Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus.
B. Waktu Dan Tempat Penelitian
Adapun waktu penelitian dimulai sejak tanggal 28 September s/d 27
Oktober 2007, dan lokasi penelitian di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an
Anak-Anak Kudus, yang beralamat di Jalan KH. Muhammad Arwani No. 12
Krandon Kota Kudus Jawa Tengah.
Sesuai dengan judul penelitian : “PENGARUH PENERAPAN
METODE SOROGAN TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA ALQUR’AN
1 Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metode Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1998), hlm. 10.
33
33
ANAK USIA 6-7 TAHUN DI PONDOK TAHFIDH YANBU’UL QUR’AN
ANAK-ANAK KUDUS”.
C. Variabel Dan Indikator Penelitian
Variabel penelitian yaitu pengelompokan yang logis dari dua atribut
atau lebih.2 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel, variabel
bebas atau disebut variabel eksperimental, atau variabel x, yakni variabel yang
diselidiki pengaruhnya. Variabel terikat atau disebut variabel kontrol, variabel
ramalan ataupun variabel y yaitu variabel yang diramalkan akan timbul dalam
hubungan yang fungsional dengan (atau sebagai pengaruh dari) variabel
bebas.3
Adapun yang menjadi variabel X dalam penelitian ini adalah
Penerapan Metode Sorogan dengan indikator sebagai berikut :
1. Pembelajaran Individual
2. Interaksi Pembelajaran
3. Bimbingan Pembelajaran
4. Keaktifan Santri
Sedangkan variabel Y dalam penelitian ini adalah Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun, dengan indikator :
1. Kefasihan anak dalam membaca al-Qur’an
2. Ketepatan pada tajwidnya
3. Ketepatan pada makhrajnya
4. Kelancaran anak membaca al-Qur’an
D. Metode Penelitian
Metode field research digunakan dalam penelitian ini, untuk
memperoleh pengumpulan data di lapangan, dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi satu prediktor yang
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh dan apabila ada, betapa
besarnya pengaruh yang ditimbulkan antara variabel I (Penerapan Metode
2 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2005), hlm. 133. 3Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode,dan Teknik (Bandung:
Tarsito, 1990), hlm. 73.
34
34
Sorogan) dengan variabel II (Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak Usia 6-7
Tahun).
E. Populasi
Populasi ialah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu
penelitian.4 Penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya
disebut sample total atau sensus. Penggunaan ini berlaku jika anggota populasi
relative kecil.5
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah anak usia
6-7 tahun di PTYQA Kudus, karena yang menjadi subyek penelitian ini
seluruh anak yang berusia 6-7 tahun dan berjumlah 38 anak, maka penelitian
ini disebut penelitian populasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data yang relevan, penulis menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.6
Metode observasi digunakan untuk mengamati langsung proses belajar
mengajar di PTYQA, fasilitas yang ada di PTYQA, dan tata letak lokasi
pembelajaran.
2. Check-list
Check-list (daftar centang) yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan
datanya dengan menggunakan centang.7
Check-list ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai penerapan
metode sorogan di pondok tersebut. Setiap anak ditanya mengenai
4 S. Margono, Op. Cit, hlm. 118. 5 Husaini Usman, Pengantar Statistika, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm.181. 6 S. Margono, Op.Cit, hlm.158. 7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002), Cet. 12 , hlm. 136.
35
35
penerapan metode sorogan dalam proses belajar mengajar di tempat
belajar mereka, sedangkan peneliti memberi centang sesuai jawaban
setiap anak.
3. Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.8
Metode ini digunakan untuk mengukur kemampuan membaca al-Qur’an
anak usia 6-7 tahun di PTYQA. Dalam penelitian ini, menggunakan tes
lisan sebagaimana untuk mengetahui kemampuan membaca al-Qur’an
anak yang hanya dapat diketahui dengan kemampuan verbalisme anak.
4. Metode Dokumentasi
Cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip
dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hokum-
hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.9
Metode ini untuk menjaring data tentang struktur organisasi, data anak
Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus yang berusia 6-7
tahun.
G. Teknik Analisis Data
Di dalam menganalisis data hasil penelitian, penulis menggunakan
beberapa tahapan yaitu:
1. Analisis Pendahuluan
Pada tahap ini data yang telah diperoleh dari hasil tes dan angket yang
disebarkan selama penelitian dimasukkan dalam tabel pada setiap variabel dan
diberi skor nilai pada setiap alternatif jawaban responden yaitu dengan
menggunakan data tersebut kedalam angka-angka kuantitatif.
a. Untuk alternatif jawaban a diberi skor 4
b. Untuk alternatif jawaban b diberi skor 3
c. Untuk alternatif jawaban c diberi skor 2
8 Ibid , hlm. 127. 9S. Margono, Op.Cit , hlm. 181.
36
36
Y
d. Untuk alternatif jawaban d diberi skor 1
2. Analisis Uji Hipotesis
Analisis uji hipotesis digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat. Dan juga digunakan untuk
mengetahui Pengaruh Metode Sorogan (x) terhadap Kemampuan Membaca Al
Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun (y) dengan rumus yang digunakan adalah:
• Mencari Koefisien Korelasi:10
))(( 22 yx
xyr
∑∑= ∑
• UJi Signifikansi nilai t : 11
212
rNrt−
−=
• Persamaan garis regresi :12
bXa +=Υ−
21
21
1112
11
)())(())((
XnYXXXYa
∑−∑∑∑−∑∑
=
21
21
1111
)())((
XXnYXYXnb
∑−∑∑∑−∑
=
keterangan:
: variabel terikat/kriterium
X : variabel prediktor
a : bilangan konstan
b : Koefisien arah regresi linear
• Analisis Regresi
10 Husaini Usman, Op.Cit,, hlm. 202. 11 Ibid, hlm. 204. 12 Ibid, hlm. 216.
37
37
Uji analisis regresi menggunakan rumus-rumus dengan langkah
sebagai berikut :
1. Jumlah kuadrat total
JKtotal = Σy²
2. Jumlah kuadrat regresi
JKregresi = 2
2)(xxy
∑∑
3. Jumlah Kuadrat Residu
JKresidu = Σy² - JKreg
4. dK regresi
dKregresi = K = 1
5. dK residu
dKresidu = N – K – 1
6. F regresi
F regresi = resres
resreg
dKJKdKJK
//
Untuk memudahkan hitungan bilangan F maka dibuat tabel ringkasan
Anava Regresi Linear Sederhana, sebagai berikut :
Ftabel(a;dK[reg]
dKres[reg]) Sumber
varian JK dK RK Rhitung
α 0,05 α 0,01
Kesimpulan
Regresi 2
2)(xxy
∑∑
K reg
reg
dKJK
Residu egJKry −∑ 2 N-K-
1 res
res
dKJK
res
reg
RKRK
38
38
Total 2y∑ N-1
tot
tot
dKJK
Harga F diperoleh (Freg) kemudian dikonsultasikan dengan harga F
tabel pada taraf signifikansi 1% dan 5% dan db = n-2. Hipotesis diterima jika
Freg Hitung > F Tabel.
3. Analisis lanjut
Setelah diperoleh persamaan regresi antara variabel x dan variabel y,
maka selanjutnya adalah menghubungkan antara nilai f hitung dengan nilai f
pada tabel, baik pada taraf signifikansi 5% atau 1%. Apabila nilai yang
dihasilkan dari f hitung > f tabel, maka hasil yang diperoleh adalah signifikan,
yang berarti hipotesis yang diajukan diterima. Namun apabila nilai yang
dihasilkan dari f hitung < f tabel, maka hasil yang diperoleh adalah non
signifikan, yang berarti hipotesis yang diajukan ditolak.
H. Gambaran Umum Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus
Data mengenai gambaran Umum Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an
Anak-anak Kudus berdasarkan pada sumber data dari dokumentasi pondok
tersebut, sebagai berikut :
1. Letak Geografis
Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-Anak berada di barat kota
kudus yang beralamatkan di JL. KH. Muhammad Arwani No. 12 Krandon
Kota Kudus Jawa Tengah. Di tanah seluas + 6000 m2 dari wakaf muslimin
dan Muslimat yang berlokasi di Desa Krandon.
2. Sejarah Berdirinya Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus
Berdirinya Pondok Tahfidh Yanbu'ul Qur'an Anak-anak
dilatarbelakangi adanya keinginan masyarakat Kudus pada lembaga
pendidikan yang mampu menampung dan memberikan lanjutan bagi anak-
anak mereka yang telah menyelesaikan pendidikan al-Qur'an di pondok
Manba'ul Hisan Sedayu Gresik Jawa Timur.
Adanya keinginan dan harapan tersebut disampaikan kepada para
pengurus atau pengasuh Pondok Yanbu'ul Qur'an yang ada pada saat itu
39
39
sudah berkecimpung dan berkiprah di bidang pendidikan Al Qur'an,
khususnya Tahfidh Al-Qur'an.
Oleh beliau KH. Mc. ULINNUHA (putra pertama KH. M Arwani
Amin) atas nama pengurus Pondok Yanbu'ul Qur'an, keinginan tersebut
ditanggapi secara positif. Maka dengan dibantu para Ulama' dan Agniya
kota Kudus, didirikanlah lembaga-lembaga Pendidikan Al-Qur'an sebagai
lanjutan pendidikan pra sekolah pada tahun 1986.
Di tahun 1987 berkat bantuan-bantuan muslimin muslimat di
Kudus dan sekitarnya angan-angan di atas tecapai. Sampai kini tahun 2007
(setelah berlalu 21 tahun) dari tiga unit bangunan tersebut, berkembang
menjadi 10 unit dengan jumlah santri +186 santri, namun dari tuntutan
representasi yang dibutuhkan saat ini harus dibangun 1 unit lagi guna
tempat khusus menghafal agar kontrol evaluasi pimpinan pondok lebih
mudah dan gairah santri terlayani, sekaligus guna tempat transit wali santri
yang setiap sebulan sekali atau setiap jum’at awal bulan Qomariyyah
meninjau sekaligus mengevaluasi putranya.
Demikian sejarah perkembangan Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an
Anak-anak Kudus.
3. Tujuan
Tujuan Pelaksana Pondok untuk mencetak santri-santri yang
Hafidh Al Qur'an dengan ilmu tajwid dan mampu memahami pokok-
pokok isi al-Qur'an serta akhirnya mampu mengamalkan ajaran al-Qur'an
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Proses Pembelajaran
Di pondok pesantren, umumnya guru al-Qur’an menerapkan
metode sorogan yang diperuntukkan kelompok santri pada tingkat rendah
yaitu mereka yang baru menguasai pembacaan al-Qur’an. Begitu pula di
Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus, setiap guru atau
ustadz diberikan wewenang untuk menangani sekitar 9 atau 10 santri pada
setiap pembelajaran al-Qur’an. Metode tersebut adalah salah satu metode
yang dipakai untuk memperlancar proses pengajaran membaca dan
40
40
menghafal al-Qur’an, terlebih diperuntukkan bagi santri yang baru masuk
pondok pesantren tersebut, yaitu anak berusia 6-7 tahun.
Dalam proses pembelajaran al-Qur’an tidaklah sama dan semudah
mengajar pelajaran yang lain. Oleh karena itu digunakanlah berbagai
metode di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus, antara
lain:
a. Metode Musyafahah (Sorogan )
Pada prinsipnya metode ini bisa dilakukan melalui tiga cara:
1. Guru membaca santri mendengarkan dan sebaliknya
2. Guru membaca dan santri hanya mendengarkan.
3. Santri membaca dan guru mendengarkan.
Metode ini digunakan dalam pembelajaran membaca dan
menghafal al-Qur’an anak, sebelum menghafal, santri
mensorogkan kitab al-Qur’annya dengan dibacakan dihadapan
ustadz terlebih dahulu.
b. Metode Resitasi:
Guru memberi tugas kepada santri untuk menghafal beberapa ayat
atau halaman sanpai hafal betul, kemudian santri membaca
halamannya di muka guru
c. Metode Takrir:
Santri mengulang – ulang hafalan yang ia peroleh, kemudian
membaca hafalannya di muka guru.
d. Metode Mudarrosah:
Semua santri menghafal secara bergantian dan berurutan secara
bergantian dan yang lain mendengarkan/menyimaknya.
Berikut ini daftar keseluruhan ustadz dan pembagian kelompok
belajar membaca dan menghafal al-Qur’an di PTYQA, sebagai berikut :
No Ustadz JML ANAK
1 Hazim Hamdan 10 2 M. Hamdani 11
41
41
3 Ali Ahmadi 10 4 M. Arief Fahmi 10 5 Naschihuddin 10 6 M. Syarifuddin 10 7 Nuril Fadli 9 8 Muhammad Sholeh 9 9 Abdul Aziz 10 10 M. Labib Nz. 10 11 Arofah Bahtiar 10 12 Bahruddin 12 13 Kholidun AM 12 14 M. Shubhi 7 15 Ali Ridlo 9 16 M. Rosyidi 9 17 Malik Haris 9 18 Sholichul Amin 9 19 M. Rozikhan 8
JML SELURUH SANTRI PTYQA 185
Untuk anak usia 6-7 tahun, telah diberikan wewenang kepada ustadz
Ali Ridlo dengan 9 anak, ustadz M. Rosyidi dengan 9 anak, ustadz Malik
Haris dengan 9 anak, ustadz Sholichul Amin dengan 9 anak, dan ustadz M.
Rozikhan dengan 2 anak. Jadi keseluruhan anak yang berusia 6-7 tahun
berjumlah 38 anak.
42
BAB IV
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah data terkumpul serta adanya teori yang mendukung, maka
langkah selanjutnya adalah membuktikan ada atau tidaknya pengaruh yang
signifikan antara penerapan metode sorogan terhadap kemampuan membaca
al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak
Kudus, dengan melakukan 3 tahapan analisis data dengan rumus statistik,
yaitu analisis pendahuluan, analisis uji hipotesis, dan analisis lanjut.
Selanjutnya terdapat pembahasan penelitian, hambatan dan peluang dalam
penelitian.
A. Analisis Pendahuluan
Dalam analisis ini akan dideskripsikan tentang data penerapan metode
sorogan terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di
Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus, pemerolehan data
penelitian dari responden melalui data angket dan data hasil tes kemampuan
membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun sebelum dan sesudah penerapan
metode sorogan. Setelah diketahui data-data tersebut kemudian dihitung untuk
mengetahui tingkat hubungan masing-masing variabel dalam penelitian ini.
Adapun langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Data Penerapan Metode Sorogan Pada Anak Usia 6-7 Tahun (X)
Tabel. I
Data Penerapan Metode Sorogan
No. Resp. Jawaban Nilai Jumlah1 2 3 4
A B C D 4 3 2 1 1 10 3 7 0 40 9 14 0 60 2 6 8 6 0 24 24 12 0 56 3 3 10 6 1 12 30 12 1 43 4 9 7 4 0 36 21 8 0 60 5 13 2 5 0 52 6 10 0 56 6 8 6 4 2 32 18 8 2 52 7 10 5 4 1 40 15 8 1 64 8 10 4 5 1 40 12 10 1 54
43
43
9 6 7 5 2 24 21 10 2 41 10 5 11 4 0 20 33 8 0 50 11 7 1 4 8 28 3 8 8 42 12 10 2 6 2 40 6 12 2 56 13 13 3 4 0 52 9 8 0 64 14 12 4 4 0 48 12 8 0 68 15 4 6 10 0 16 18 20 0 48 16 11 5 4 0 44 15 8 0 53 17 8 8 4 0 32 24 8 0 53 18 7 8 5 0 28 24 10 0 54 19 10 5 5 0 40 15 10 0 60 20 7 3 9 1 28 9 18 1 52 21 4 6 8 2 16 18 16 2 44 22 7 4 7 2 28 12 14 2 40 23 8 7 4 1 32 21 8 1 49 24 6 7 7 0 24 21 14 0 44 25 5 6 8 1 20 18 16 1 51 26 9 6 5 0 36 18 10 0 49 27 8 7 5 0 32 21 10 0 56 28 7 9 4 0 28 27 8 0 53 29 7 5 8 0 28 15 16 0 46 30 9 4 6 1 36 12 12 1 54 31 9 5 5 1 36 15 10 1 44 32 8 6 4 2 32 18 8 2 55 33 9 4 7 0 36 12 14 0 40 34 8 1 5 3 32 3 10 3 40 35 12 3 5 0 48 9 10 0 68 36 7 7 6 0 28 21 42 0 60 37 14 3 2 1 56 9 4 1 69 38 9 5 5 1 36 15 10 1 50
Untuk menentukan kualifikasi dan interval digunakan rumus sebagai
berikut:
KRI =
Keterangan:
I = lebar interval
R : rentang (range) = skor tertinggi – skor terendah
N : banyaknya sampel
K : banyaknya kelas = 1+(3,3) log N
44
44
58,1)3,3(129
+=I
67,4=
38log)3,3(14069
+−
=I
= 6,214 dibulatkan menjadi 6
214,629
=I
Di bulatkan menjadi 5
Dari perhitungan data diatas, diperoleh kualifikasi dan interval nilai
sebagai berikut:
Tabel.2
Frekuensi Nilai Variabel Penerapan Metode Sorogan
Nilai
variabel Frekuensi
Keterangan
40 – 44 9 Sangat baik
45 – 49 4 Baik
50 – 54 11 Cukup
55 – 59 5 Cukup baik
60 – 64 6 Buruk
65 – 69 3 Sangat buruk
a. Mencari nilai rata-rata (mean)
Tabel.3
Distribusi Frekuensi Skor Mean Variabel Penerapan Metode Sorogan
Nilai
variabel X1 F Fx1
40 – 44 42 9 378
45 – 49 47 4 188
50 – 54 52 11 572
55 – 59 57 5 285
60 – 64 62 6 372
∑∑=
ffx
M 1
= 38
1996
45
45
65 – 69 67 3 201
Jumlah 327 38 1996
= 52,5263
Skor mean yang dihasilkan dari variable penerapan metode sorogan
dengan nilai 52,5263 yang berada pada nilai interval 50 – 54. Setelah
diketahui nilai mean, dilanjutkan dengan membuat tabel distribusi Frekuensi -
Relatif pada metode sorogan, dengan cara sebagai berikut ;
f (%) garis pertama = %100)( xNpertamaabsf
Tabel.4
Nilai Distribusi Relatif Variabel Penerapan Metode Sorogan
Nilai variabel F F %
40 – 44 9 23,68
45 – 49 4 10,53
50 – 54 11 28,95
55 – 59 5 13,16
60 – 64 6 15,79
65 – 69 3 7,89
Jumlah 38 100
46
46
Metode Sorogan
70.065.060.055.050.045.040.0
Freq
uenc
y
12
10
8
6
4
2
0
Std. Dev = 8.10 Mean = 52.6
N = 38.00
Gambar I. Histogram
Keterangan: Histogram merupakan penyajian data distribusi frekuensi
yang diubah menjadi diagram batang.
2. Data Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun (Y)
Tabel.5
Data Hasil Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun
sebelum penerapan metode sorogan
No. R
Nama Responden
Skor
1 M. Taufiq Ibrohim 47 2 A. Mu'tashim Billah 41 3 Abdul Rohim 47 4 Abdur Rozaq Afifi 49 5 M. Khottob Shoffan S 56 6 Abdurrahman Abbas 46 7 M. Shoffi Fuadi 53 8 Zu'ama Zianiddin Sardar 53 9 Ibni sinan Pasha 54
47
47
10 Afif Rouzan Mahasin 55 11 Achmad Fauzen 54 12 A. Najib Nafi' 54 13 M. Ja'far Shiddiq 54 14 Ahmad Yanshur Haqq 53 15 Ahmad Faiq Irfanuddin 54 16 Erik Khanafi Ihsana 47 17 Fadhel Minallah 47 18 Fatkhan Maulana Burhanuddin 44 19 Ahmad Rifa'i 44 20 Firman Nur Rochman 54 21 Jadwa Rifqi Sakha 45 22 Khulwa Azro Adika 47 23 M. Adib Saifullah 45 24 M. Ircham Maulana 46 25 M. Nur Isytaqo Salsabila 43 26 M. Rasif Ulil Aidy 43 27 M. Sayyid Anwar Al-Mahbub 54 28 M. Syamsuddin Nur Syifa 54 29 M. Ulil Albab 54 30 M. Umar Faruq 54 31 M. Ilmi Albahy 52 32 Mohammad 49 33 Sa'ad Ar-Rosyid 48 34 M. Zulfikar 49 35 M. Sholeh 46 36 Thoriq Yanuar Putra Perdana 42 37 Hafidz Bramantya Nugraha 48 38 Walid Yusdiantoro 48 ∑ 1fx 1911
48
48
Mencari nilai rata-rata (mean)
∑∑=
ffx
M 1
381911
=M = 50,2894
Skor mean yang dihasilkan dari tes kemampuan membaca al-Qur’an
anak usia 6-7 tahun sebelum penerapan metode sorogan adalah 50,2894.
Tabel.6
Data Hasil Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun
sesudah penerapan metode sorogan
No. Resp. Jawaban Nilai Jumlah
1 2 3 4 A B C D 4 3 2 1 1 10 3 7 0 40 9 14 0 63 2 6 8 6 0 24 24 12 0 60 3 3 10 6 1 12 30 12 1 55 4 9 7 4 0 36 21 8 0 65 5 13 2 5 0 52 6 10 0 60 6 0 I8 2 0 0 54 8 0 58 7 10 5 4 1 40 15 8 1 64 8 10 4 5 1 40 12 10 1 63 9 6 7 5 2 24 21 10 2 57 10 5 11 4 0 20 33 8 0 61 11 7 1 4 8 28 3 8 8 47 12 10 2 6 2 40 6 12 2 60 13 13 3 4 0 52 9 8 0 69 14 12 4 4 0 48 12 8 0 68 15 4 6 10 0 16 18 20 0 54 16 9 4 7 0 36 12 14 0 62 17 9 5 5 1 36 15 10 1 62 18 7 8 5 0 28 24 10 0 62 19 10 5 5 0 40 15 10 0 65 20 7 3 9 1 28 9 18 1 56 21 4 6 8 2 16 18 16 2 52 22 1 12 7 0 4 36 14 0 54 23 8 7 4 1 32 21 8 1 62 24 6 7 7 0 24 21 14 0 59 25 5 6 8 1 20 18 16 1 55 26 9 6 5 0 36 18 10 0 64
49
49
27 8 7 5 0 32 21 10 0 63 28 7 9 4 0 28 27 8 0 63 29 7 5 8 0 28 15 16 0 59 30 9 4 6 1 36 12 12 1 61 31 10 2 5 3 40 6 10 3 59 32 8 6 4 2 32 18 8 2 60 33 9 1 10 3 36 3 20 0 59 34 0 8 12 0 0 24 24 0 48 35 12 3 5 0 48 9 10 0 67 36 7 7 6 0 28 21 42 0 61 37 14 3 2 1 56 9 4 1 70 38 9 5 5 1 36 15 10 1 62
a. Mencari interval nilai
Untuk menentukan kualifikasi dan interval digunakan rumus sebagai
berikut:
KRI =
keterangan:
I = lebar interval
R = rentang (range) = skor tertinggi – skor terendah
N = banyaknya sampel
K = banyaknya kelas = 1+(3,3) log N
38log)3,3(14770
+−
=I
58,1)3,3(123
+=I
214,623
=I
= 6,214 dibulatkan menjadi 6
= 3,70 dibulatkan menjadi 4
Dari perhitungan data diatas, diperoleh kualifikasi dan interval nilai
sebagai berikut:
50
50
Tabel.7
Frekuensi Nilai Variabel Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun
Nilai variabel Frekuensi Keterangan
47 - 50 2 Sangat baik
51 – 54 3 Baik
55 – 58 5 Cukup
59 – 62 16 Cukup baik
63 – 66 8 Buruk
67 - 70 4 Sangat buruk
b. Mencari nilai rata-rata (mean)
Tabel.8
Distribusi Frekuensi Skor Mean Variabel Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun
Nilai
variabel X1 F Fx1
47 - 50 48,5 2 97
51 – 54 52,5 3 157,5
55 – 58 56,5 5 282,5
59 – 62 60,5 16 968
63 – 66 64,5 8 516
67 - 70 68,5 4 274
Jumlah 351 38 2295
∑∑=
ffx
M 1
= 38
2295
= 60,3947
Skor mean yang dihasilkan dari variable kemampuan membaca al-
Qur’an anak usia 6-7 tahun sesudah penerapan metode sorogan, dengan nilai
60,3947 yang berada pada nilai interval 59 - 62. Setelah diketahui nilai mean,
dilanjutkan dengan membuat tabel distribusi Frekuensi - Relatif pada
kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun, dengan cara sebagai
berikut ;
51
51
f (%) garis pertama = %100)( xNpertamaabsf
Tabel.9
Nilai Distribusi Relatif Variabel Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun
Nilai variabel F F %
40 – 44 2 97
45 – 49 3 157,5
50 – 54 5 282,5
55 – 59 16 968
60 – 64 8 516
65 – 69 4 274
Jumlah 38 100
Kemam. Memb al-Qur'an
70.067.565.062.560.057.555.052.550.047.5
Freq
uenc
y
12
10
8
6
4
2
0
Std. Dev = 5.11 Mean = 60.2
N = 38.00
Gambar II. Histogram
Keterangan: Histogram merupakan penyajian data distribusi frekuensi
yang diubah menjadi diagram batang.
52
52
B. Analisis Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan analisis untuk pembuktian diterima
atau ditolaknya hipotesis yang diajukan, berikut langkah kerja dalam
pengujian hipotesis:
Tabel.10
Pengaruh Penerapan Metode Sorogan Terhadap Kemampuan Membaca
Al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun Di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an
Anak-anak Kudus
No. Resp. X1 Y1 X1Y1 X1² Y1²
1 60 63 3780 3600 3969
2 56 60 3360 3136 3600
3 43 55 2365 1849 3025
4 60 65 3900 3600 4225
5 56 60 3360 3136 3600
6 52 58 3016 2704 3364
7 64 64 4096 4096 4096
8 54 63 3402 2916 3969
9 41 57 2337 1681 3249
10 50 61 3050 2500 3721
11 42 47 1974 1764 2209
12 56 60 3360 3136 3600
13 64 69 4416 4096 4761
14 68 68 4624 4624 4624
15 48 54 2592 2304 2916
16 53 62 3286 2809 3844
17 53 62 3286 2809 3844
18 54 62 3348 2916 3844
19 60 65 3900 3600 4225
20 52 56 2912 2704 3136
21 44 52 2288 1936 2704
53
53
22 40 54 2160 1600 2916
23 49 62 3038 2401 3844
24 44 59 2596 1936 3481
25 51 55 2805 2601 3025
26 49 64 3136 2401 4096
27 56 63 3528 3136 3969
28 53 63 3339 2809 3969
29 46 59 2714 2116 3481
30 54 61 3294 2916 3721
31 44 59 2596 1936 3481
32 55 60 3300 3025 3600
33 40 59 2360 1600 3481
34 40 48 1920 1600 2304
35 68 67 4556 4624 4489
36 60 61 3660 3600 3721
37 69 70 4830 4761 4900
38 50 62 3100 2500 3844
ΣX1
=1998
ΣY1
=2289
ΣX1Y1
=121584
ΣX1²
=107478
ΣY1²
=138847
Dari tabel kerja diatas diketahui bahwa:
N = 38
ΣX1 = 1998
ΣY1 = 2289
ΣXY =121584
ΣX² = 107478
ΣY² = 138847
NX
x ∑=−
58,5238
1998==
54
54
NY
y ∑=−
24,6038
2289==
Setelah diketahui hasil rata-rata di atas, kemudian dilanjutkan dengan
langkah-langkah penggunaan rumus Analisis regresi sebagai berikut:
1. Mencari koefisien korelasi ( r)
Mencari koefisien korelasi ini, dimaksudkan untuk menghubungkan
antar variabel bebas (x) dan variabel terikat (y), bukan dalam arti hubungan
sebab akibat, melainkan hubungan searah. Hasil rhitung dapat dikonsultasikan
dengan tabel di bawah ini :
Tabel. 11
Interpretasi dari nilai r
r Interpretasi
0
0,01-0,20
0,21-0,40
0,41-0,60
0,61-0,80
0,81-0,99
1
Tidak berkorelasi
Sangat rendah
Rendah
Agak rendah
Cukup
Tinggi
Sangat tinggi
Kemudian mencari nilai r , dengan langkah sebagai berikut :
NXXx
222 )(∑−∑=∑
38
3992004107478−=
38
)1998(1074782
−=
= 107844-105052,7368
= 2425,2632
55
55
NYYy
222 )(∑−∑=∑
38
)2289(1388472
−=
38
5239521138847 −=
= 138847-137882,1316
= 964,8684
NYXXYxy ))(( ∑∑
−∑=∑
38
)2289()1998(121584 −=
38
4573422121584 −=
= 121584 – 120353,2105
= 1230,7895
sehingga didapatkan skor deviasi, yaitu : 2x∑ = 2425,2632 2y∑ = 964,8684
xy∑ = 1230,7895
Kemudian dimasukkan ke dalam rumus :
))(( 22 yx
xyrxy
∑∑= ∑
)8684,964)(2632,2425(
7895,1230=
823,23400597895,1230
=
7254,15297895,1230
=
804581985,0= di bulatkan menjadi 0,8046
kesimpulan = Γ hitung > Γ tabel = signifikan
56
56
= 0,805 > 0,320 pada taraf 5%, berarti signifikan
= 0,805 > 0,413 pada taraf 1%, berarti signifikan
nilai r = 0,805 yang berarti r mempunyai interpretasi yang tinggi. Dan
hubungan antara variable X dengan Y ternyata positif (tinggi) dan
signifikan.
2. Uji signifikansi nilai t
212
rNrt−
−=
2)8046,0(12388046,0
−
−=t
6474,01368406,0
−=
3526,06.8406,0
=
5938,08276,4
=
= 8,130010104 dibulatkan menjadi 8,130
Kesimpulan: t = 8,130 > 2,021 = t (0,05;1,36) = signifikan.
t = 8,130 > 2,704 = t (0,01;1,36) = signifikan
3. Persamaan analisis regresi
bXa +=Υ−
dimana: −
Υ = variabel kriterium
X = variabel prediktor
a = bilangan konstan
b = koefisien arah regresi linier
21
21
1112
11
)())(())((
XnYXXXYa
∑−∑∑∑−∑∑
=
57
57
2)1998(107478.38)121584)(1998()107478)(2289(
−−
=
39920044084164242924832246017142
−−
=
92160
3092310=
5537,33= dibulatkan menjadi 33,554
21
21
1111
)())((
XXnYXYXnb
∑−∑∑∑−∑
=
2)1998(107478.38)2289)(1998(121584.38
−−
=
3992004408416445734224420192
−−
=
9216046770
=
5075,0=
bXa +=Υ−
Sehingga persamaan regresinya menjadi:
X51,055,33 +=Υ−
Persamaan regresi antara variabel (X) dengan variabel (Y) = karena b
positif, maka hubungan fungsionalnya (pengaruh atau meramalkan pengaruh)
juga menjadi positif.
4. Analisis regresi
Berikut ini rumus regresi linear sederhana untuk mengetahui harga
Fhitung :, dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Jumlah kuadrat total
JKtotal = Σy²
= 964,8684
b. Jumlah kuadrat regresi
JKregresi = 2
2)(xxy
∑∑
58
58
2632,2425
)7895,1230( 2
=
2632,2425
793,1514842=
6096479,624= dibulatkan menjadi 624,610
c. Jumlah kuadrat residu
JKresidu = Σy² - JKreg
= 964,8684 – 624,6096
= 340,2588 dibulatkan menjadi 340,259
d. dKregresi = K = 1
e. dKresidu = N – K – 1
= 38 – 1 – 1
= 36
f. F regresi = resres
resreg
dKJKdKJK
//
= 36/2588,3401/6096,624
= 4516,96096,624
= 66,08506496 dibulatkan menjadi 66,08
Kesimpulan: F= 66,08 > 4,11 = F(0,05;1,36) = signifikan.
F= 66,08 > 7,39 = F(0,01;1,36) = signifikan.
Berikut ini perhitungan di atas dapat disubstitusikan dalam tabel,
sebagai berikut :
Tabel.12
Ringkasan Anava Regresi Linier Sederhana
Ftabel(a;dK[reg]
dKres[reg]) Sumber
varian JK dK RK Fhitung
α 0,05 α 0,01
Kesimpulan
59
59
Regresi 624,610 1 624,610
Residu 340,258 36 9,452 66,085 4,11 7,39 signifikan
Total 964,868 37 -
5. Uji signifikansi
Dengan rumus sebagai berikut :
)1/()1(/
2
2
−−−=
KNRKRF
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
22
22 )(
yxxyR∑∑
∑=
)8684,964)(2632,2425(
)7895,1230( 2
=
823,2340059793,1514842
=
= 0,6474
)1/()1(/
2
2
−−−=
KNRKRF
36/)6474,01(
1/6474,0−
=
36/353,0
6474,0=
0098,06474,0
=
= 66,06122449 dibulatkan menjadi 66,06
Kesimpulan: F= 66,06 > 4,11 = F(0,05;1,36) = signifikan
F= 66,06 > 7,39 = F(0,01;1,36) = signifikan
60
60
C. Analisis Lanjut
Analisis lanjut merupakan kelanjutan dari analisis uji hipotesis dengan
cara membandingkan hasil perhitungan yang sudah diperoleh, harga Freg yang
telah diketahui dengan tabel (Ft 5% dan Ft 1%) dengan kemungkinan sebagai
berikut :
a. Jika Freg lebih besar dari Ft 5% dan 1% maka pengajuan hipotesis
yang menyatakan ada pengaruh positif antara penerapan metode sorogan
terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di PTYQA
dapat diterima.
b. Jika Freg kurang dari Ft 5% dan 1% maka pengajuan hipotesis yang
menyatakan ada pengaruh positif antara penerapan metode sorogan
terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di PTYQA
ditolak.
Dari analisis uji hipotesis diperoleh harga Freg = 66,08 dengan derajat
kebebasan pembilang V1=1 dan V2=36, maka :
Freg = 66,08 > Ft 5 % = 4,11 (hal ini berarti signifikan)
Freg = 66,08 > Ft 5 % = 7,39 (hal ini berarti signifikan)
Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif
antara penerapan metode sorogan terhadap kemampuan membaca al-Qur’an
anak usia 6-7 tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus
diterima.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil penghitungan di atas diperoleh nilai Freg lebih besar dari
nilai Ftabel, yang berarti signifikan. Dengan hal tersebut membuktikan bahwa
penerapan metode sorogan berpengaruh positif terhadap kemampuan
membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an
Anak-anak Kudus.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan bahwa penerapan metode
sorogan berpengaruh positif terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak
usia 6-7 tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus, di
antaranya sebagai berikut :
61
61
1. Metode sorogan mencakup pengajaran individual, yang secara langsung
guru dapat mengetahui kemampuan membaca al-Qur’an santri sehingga
guru langsung dapat memberikan tekanan pengajaran kepada santri
menurut tingkat kemampuan masing-masing dari mereka..
2. Metode ini memungkinkan guru atau ustadz mengawasi, menilai, dan
membimbing secara maksimal kemampuan santri dalam menguasai
pembelajaran baca dan menghafal al-Qur’an dengan baik dan benar.
3. Metode sorogan mendorong kedisiplinan belajar membaca al-Qur’an
santri, sehingga santri yang aktif akan lebih cepat mampu membaca al-
Qur’an dan menyelesaikan materi bacaannya.
E. Hambatan Dan Peluang Dalam Penelitian
Dalam sebuah penelitian tentunya terdapat beberapa hambatan dan
peluang yang ditemukan ketika terjun di lapangan. Begitupula dengan
penelitian ini, terdapat beberapa hambatan, diantaranya yaitu :
1. Dalam pemerolehan daftar check-list untuk anak usia 6-7 tahun
dibutuhkan banyak waktu, dikarenakan anak ditanya satu persatu.
2. Pengumpulan data hasil tes kemampuan membaca al-Qur’an
membutuhkan banyak waktu pula, dikarenakan anak di tes satu persatu.
3. Untuk pengumpulan data check-list dan hasil tes, baru bisa diperoleh
dengan waktu yang cukup lama, dikarenakan keterbatasan tenaga, biaya
dan juga obyeknya dirasa cukup jauh.
Beberapa peluang yang ditemukan ketika di lapangan, diantaranya
yaitu:
1. Dari pihak pelaksana dan pengurus pondok pesantren memberikan
respon yang sangat baik dengan adanya penelitian ini, sehingga dalam
pemerolehan data penelitian cukup mudah didapatkan, dengan demikian
penelitian ini dapat berjalan cukup lancar.
2. Dalam pembuatan soal tes kemampuan membaca al-Qur’an, penulis
mendapatkan peluang untuk bekerjasama dengan beberapa ustadz yang
bersangkutan.
62
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah penulis mengadakan penelitian, dan memperoleh data-data
yang diperlukan melalui berbagai metode penelitian, kemudian menganalisis
data tersebut yang berupa angka kasar, maka penulis dapat menyimpulkan dari
hasil penelitian, sebagai berikut :
Metode Sorogan merupakan salah satu metode pendidikan Islam
tradisional, yang umumnya digunakan di pondok pesantren, sebagaimana
sistem belajar secara individual, para santri maju satu per satu untuk
menyodorkan kitabnya dan berhadapan langsung dengan seorang guru atau
kiai dan terjadi interaksi diantara keduanya. Dalam proses pengajarannya,
metode sorogan terdapat pembelajaran secara individual, interaksi
pembelajaran, bimbingan pembelajaran, dan didukung keaktifan santri.
Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak merupakan tempat
belajar membaca dan menghafal al-Qur’an, metode sorogan telah diterapkan
pada santri pondok tersebut, yang bertujuan untuk mencetak santri-santri yang
Hafidh Al Qur'an dengan ilmu tajwid dan mampu memahami pokok-pokok isi
al-Qur'an serta akhirnya mampu mengamalkan ajaran al-Qur'an dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk usia 6-7 tahun nasih membutuhkan bimbingan
yang intensif sehingga penerapan metode sorogan dapat berpengaruh terhadap
kemampuan membaca al-Qur’annya.
Kemampuan membaca al-Qur’an dapat dipengaruhi dari berbagai
faktor, baik internal maupun eksternal, ustadz sebagai pembimbing dan
penyampai materi diharapkan mempunyai cara (metode) untuk mencapai
tujuan pengajarannya, dengan menggunakan metode sorogan, telah
berpengaruh terhadap kemampuan membaca al-Qur’an, karena
perkembangan intelektual santri dapat ditangkap kyai secara utuh dan dapat
memberikan bimbingan penuh kejiwaan sehingga dapat memberikan tekanan
63
pengajaran kepada santri-santri tertentu atas dasar observasi langsung terhadap
tingkat kemampuan dasar dan kapasitas mereka.
Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi satu
predictor menunjukkan bahwa hasil Fhitung = 66,08 > 4,11 = F(0,05;1,36) =
signifikan, dan Fhitung = 66,08 > 7,39 = F(0,01;1,36) = signifikan. Persamaan
regresi antara variabel (X) dengan variabel (Y) = X51,055,33 +=Υ−
karena b
positif, maka hubungan fungsionalnya (pengaruh atau meramalkan pengaruh)
juga menjadi positif. Sehingga hasil akhir dari penelitian ini terdapat pengaruh
antara penerapan metode sorogan terhadap kemampuan membaca al-Qur’an
anak usia 6-7 tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus.
Dari hasil penelitian ini, dapat memberikan tawaran bagi pendidik
untuk menerapkan sebuah metode pendidikan, khususnya penerapan metode
sorogan dalam pembelajarannya, yang harus disesuaikan tujuan dan materi
nya, disebabkan metode tersebut mempunyai efektifitas dalam hasil belajar,
dikarenakan dapat memberikan layanan sebesar-besarnya terhadap
kemampuan anak didik.
B. Saran-Saran
Setelah penulis mendapat kesimpulan sebagaimana di atas dan ternyata
hipotesis yang diajukan diterima, maka penulis menyampaikan beberapa saran
diantaranya kepada :
1. Santri Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak
Hendaknya para santri PTYQA tetap memiliki semangat untuk
belajar al-Qur’an, tetap tekun, belajar disiplin dan mandiri untuk terus
berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran al-Qur’an dengan
metode sorogan, karena dengan metode sorogan guru dapat langsung
mengetahui kemampuan santri dan dapat langsung untuk ditindak lanjuti.
2. Guru atau Ustadz Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak
Guru atau Ustadz PTYQA hendaknya bijaksana dan selalu
memberi semangat dalam mengajarkan al-Qur’an kepada anak, karena
pada usia tersebut belum mempunyai pemahaman dalam melaksanakan
64
ajaran agama Islam, akan tetapi disinilah peran guru dalam
memperkenalkan dan membiasakan anak dalam melakukan tindakan-
tindakan agama.
3. Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak
Kemampuan membaca dan menghafal al-Qur’an pada masa awal
membutuhkan banyak waktu yang khusus sehingga jadwal rutinitas belajar
al-Qur’an kepada anak dengan menggunakan metode sorogan di PTYQA
hendaknya tetap dipertahankan. Mengingat kegiatan membaca dan
menghafal al-Qur’an adalah suatu ketrampilan, dan ketrampilan tersebut
memerlukan banyak latihan. Sehingga tujuan PTYQA dapat tercapai yaitu
untuk mencetak santri-santri yang hufadz supaya mampu mengamalkan
ajaran agama Islam.
C. Penutup
Segala puji bagi Allah, skripsi yang berjudul Pengaruh Penerapan
Metode Sorogan Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak Usia 6-7
Tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus, berkat taufiq,
hidayah, dan inayah Nya dari Allah SWT serta bimbingan dari pembimbing
dan bantuan pengurus Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak Kudus,
sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
Usaha secara optimal untuk mendapatkan kebenaran dan keabsahan
telah penulis lakukan dengan sungguh-sungguh, namun telah disadari pula
bahwa penulis adalah manusia biasa yang tidak lepas dari sifat manusianya,
yaitu luput dan lupa. Oleh karena itu, penulis mengharap saran dan kritik
konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
terhadap penyelesaian skripsi ini. Semoga amalnya dibalas oleh Allah SWT
dengan balasan yang lebih baik.
Akhirnya, harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, Cet. 2.
Al- Hasani, Muhammad Ibn ‘Alawi Al-Maliki, Samudra Ilmu-Ilmu Al-Qur’an
Ringkasan Kitab al Itqan Fi ‘Ulum Al-Qur’an Karya Al Imam Jalal Al Maliki Al Hasani, Bandung: Pt Mizan Pustaka, 2003, Cet.1.
Al-Abrasyi, Muhammad ‘Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta:
Bulan Bintang, t.th. Al-Amir, Najib Khalid, Mendidik Cara Nabi SAW, Bandung: Pustaka Hidayah,
2002. Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, 2002. Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis Dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002, Cet. 12. Ar-Rumi, Fahd Bin Abdurrahman, Ulumul Qur'an: Studi Kompleksitas Al_Qur'an,
Yogyakarta: Titian Ilahi, 1996. Asmuni, Yusran, Pengantar Studi Al-Qur’an, Al Hadits, Fiqh, dan Pranata Sosial,
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001. Azra, Azyumardi, Ensiklopedi Islam, Jilid 4, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
2002, Cet.4. Daradjat, Zakiah, Ilmu jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1996. Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,
Jakarta: LP3ES, 1982. Fadjar, Abdullah, Peradaban Dan Pendidikan Islam, Jakarta: CV. Rajawali, 1991,
Cet. 1. Fidai, Rafi Ahmad, Concise History of Muslim World, Vol. 1, New Delhi:
Kitabbhavan, 2001.
Haedari, HM. Amin, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas Dan Tantangan Kompleksitas Global, Jakarta: IRD Press, 2004, Cet. 1.
Hafizh, Muhammad Nur Abdul, Mendidik Anak Bersama Nabi, Solo: Pustaka
Arafah, 2004. Hajar, Ibnu, Dasar-Dasar Metode Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1998. Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. ,Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangannya, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995, Cet.1. Hurlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak, Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 2005. Muslim, Imam, Shahih Muslim, Juz 1, Beirut: Darul Kutub, t.th. Margono,S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Mohammad Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Bandung: Angkasa,
1982. Musthafa, Fahim, Agar Anak Anda Gemar Membaca, Bandung: Hikmah, 2005,
Cet.1. Nata, Abuddin, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga
Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Grasindo, 2001. Naqiyah, Najlah, http://www. indonesiamedia. com /2006/05/mid/local/ pendidikan%20 di%20
chicago.htm, 2008. Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Imdonesia, Jakarta : Balai Pustaka,
1976. Pondok Hufadh Yanbu’ul Qur’an, ’’Pendidikan dan LatihanXII: Pasca Belajar MA
Banat NU Kudus dan Pasca Tahfidh PHYQ’’, Kudus: 2003, t.d. , Mengenal Dari Dekat Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-Anak,
Kudus : t.p, 2007. Qomar, Mujamil, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, Jakarta: Erlangga, t.t.
Qaradhawi, Yusuf, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Alkautsar, 2000.
, Konsepsi Ilmu Dalam Persepsi Rosulullah SAW, Kerangka Dasar
Methode Pengajaran, Jakarta: CV. Firdaus, 1994. Qoyim, Ibnu, Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abu Dawud, Jilid II, Beirut: Al-Maktabah
as-Salafiyah, t.th. Razaq, Abdul, Formula 247 Plus: Metode Mendidik Anak Menjadi Pembaca Yang
Sukses, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004. Riyanto, Theo, Pendidikan Pada Usia Dini, Jakarta: PT Grasindo, 2004. Saksono, Lukman, Mengungkap Lailatul Qadar: Dimensi Keilmuan Dibalik Mushaf
Usmani, Malam Seribu Bulan Purnama, tt.p, Grafikatama Jaya, 1992. Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004. Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: PT Serajaya Santra,1986. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003. Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode,dan Teknik
Bandung: Tarsito, 1990. Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2004, Cet. 1. Thonthowi, Ahmad, Psikologi Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991. Uharsputra, Proses Pembelajaran di Pesantren, http://uharsputra. worldpress. com/, 2007. Usman, Husaini, Pengantar Statistika, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006. Wittig, Arno F., Psychology Of Learning, New York: McGrow-Hill Book, 1981. Yasyin, Sulchan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amanah, 1997. Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya, 1989.
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. 6.
Zein, Muhammad, Methodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta:AK Group, 1995. Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Malang: Biro Ilmiah Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981.