pengaruh penerapan pendekatan kontekstual berbasis budaya … · 2020. 5. 6. · di kabupaten...

12
1 Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya Lokal Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Andi Saparuddin Nur* dan Markus Palobo Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Musamus Merauke *e-mail: [email protected] Abstract: The correlation of local culture-based contextual approach to the mathematic student problem-solving skills. The purpose of this research is to analyze the impact and the interaction of local culture-based contextual approach to mathematic problem-solving skills of student grade IX at Junior High School in the town of Merauke. This research is a quasi- experimental research (quasi experiment) design with posttest only control group design. The population in this study were all students of class IX Junior High School in Merauke. The sampling technique in this research is conducted in two stages, namely; school election as sample by purposive sampling, followed by the selection of the sample as a class by simple random sampling. The sample in this research is class IXG and IXH student of SMP Negeri 1 Merauke and IXB and IXC students of SMP Negeri Buti totaling 155 students. Data were analyzed using descriptive statistics and inferential statistics. The results of this research are; (1) there is a significant influence of implementing contextual approach based on local culture against the ability of mathematical problem solving, (2) there are significant differences problem solving ability mathematics students based on prior knowledge, and (3) there is no interaction between the school level and prior knowledge of students’ mathematical problem solving ability of students. Keywords: contextual approach, local culture, mathematics problem solving Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendekatan kontekstual berbasis budaya lokal terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas IX SMP Negeri di Kota Merauke. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain posttest only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri di Kota Merauke.Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu; pemilihan sekolah sebagai sampel secara purposive sampling, dilanjutkan dengan pemilihan kelas sebagi sampel secara simple random sampling. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas IX G dan IX H SMP Negeri 1 Merauke serta siswa kelas IX B dan IX C SMP Negeri Buti yang berjumlah 155 siswa. Teknik analisis data menggunakan statistik analisis varians dua jalur. Hasil penelitian ini adalah; (1) terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pendekatan kontekstual berbasis budaya lokal terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika, (2) terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berdasarkan kemampuan awal, dan (3) tidak terdapat interaksi antara level sekolah dan kemampuan awal siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Kata kunci: pendekatan kontekstual, budaya lokal, pemecahan masalah matematika received : 8 March 2017 accepted : 10 April 2017 published : April 2017

Upload: others

Post on 06-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya … · 2020. 5. 6. · di Kabupaten Merauke pada tahun 2014 hanya mencapai rata-rata nilai matematika 6,19 berada di bawah

1

Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya LokalTerhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Andi Saparuddin Nur* dan Markus Palobo

Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Musamus Merauke

*e-mail: [email protected]

Abstract: The correlation of local culture-based contextual approach to the mathematicstudent problem-solving skills. The purpose of this research is to analyze the impact and theinteraction of local culture-based contextual approach to mathematic problem-solving skills ofstudent grade IX at Junior High School in the town of Merauke. This research is a quasi-experimental research (quasi experiment) design with posttest only control group design. Thepopulation in this study were all students of class IX Junior High School in Merauke. The samplingtechnique in this research is conducted in two stages, namely; school election as sample bypurposive sampling, followed by the selection of the sample as a class by simple random sampling.The sample in this research is class IXG and IXH student of SMP Negeri 1 Merauke and IXB andIXC students of SMP Negeri Buti totaling 155 students. Data were analyzed using descriptivestatistics and inferential statistics. The results of this research are; (1) there is a significant influenceof implementing contextual approach based on local culture against the ability of mathematicalproblem solving, (2) there are significant differences problem solving ability mathematics studentsbased on prior knowledge, and (3) there is no interaction between the school level and priorknowledge of students’ mathematical problem solving ability of students.

Keywords: contextual approach, local culture, mathematics problem solving

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendekatan kontekstual berbasisbudaya lokal terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas IX SMP Negeri diKota Merauke. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain posttest onlycontrol group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri di KotaMerauke.Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu; pemilihan sekolahsebagai sampel secara purposive sampling, dilanjutkan dengan pemilihan kelas sebagi sampel secarasimple random sampling. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas IX

G dan IX

H SMP Negeri 1 Merauke

serta siswa kelas IXB

dan IXC SMP Negeri Buti yang berjumlah 155 siswa. Teknik analisis data

menggunakan statistik analisis varians dua jalur. Hasil penelitian ini adalah; (1) terdapat pengaruh yangsignifikan penerapan pendekatan kontekstual berbasis budaya lokal terhadap kemampuan pemecahanmasalah matematika, (2) terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalahmatematika siswa berdasarkan kemampuan awal, dan (3) tidak terdapat interaksi antara level sekolahdan kemampuan awal siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Kata kunci: pendekatan kontekstual, budaya lokal, pemecahan masalah matematika

received : 8 March 2017 accepted : 10 April 2017 published : April 2017

Page 2: Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya … · 2020. 5. 6. · di Kabupaten Merauke pada tahun 2014 hanya mencapai rata-rata nilai matematika 6,19 berada di bawah

2 Jurnal Pendidikan Progresif, Vol. VII, No. 1 April 2017 hal. 1 - 12

PENDAHULUAN

Konsep dalam matematika merupakanabstraksi pemikiran manusia yang dinyatakandalam bentuk simbol penuh makna. Hal tersebutmenyebabkan adanya keterkaitan yang sangaterat antara matematika dengan berbagaikebudayaan yang dihasilkan oleh manusia.Matematika memainkan peranan penting dalamberkembangnya budaya baik dari segi kuantitasmaupun kualitas. Jika ditinjau pada perspektifpendidikan, maka seharusnya matematika bukanmerupakan konsep yang sulit dipahami olehsiswa. Akan tetapi, dalam kenyataannya sebagianbesar siswa di Indonesia, masih mengalamikesulitan dalam memahami konsep matematika(Tjalla, 2010). Berbagai penelitian internasionaltelah menempatkan Indonesia pada posisi yangkurang memuaskan dalam hal kemampuan siswausia 11-15 tahun dalam memecahkan masalahmatematika (Tjalla, 2010). Berdasarkan datayang dihimpun peneliti, prestasi belajarmatematika siswa kelas IX SMP di KabupatenMerauke masih tergolong belum memuaskan.Indikator nilai Ujian Nasional (UN) siswa SMPdi Kabupaten Merauke pada tahun 2014 hanyamencapai rata-rata nilai matematika 6,19 beradadi bawah rata-rata nasional yaitu 7,21 (BalitbangKemdikbud, 2014).

Saat ini, sebagian besar SMP Negeri diKota Merauke masih menggunakan pendekatanekspositori dengan lebih banyak menekankanpada kemampuan siswa menjawab soal.Siswabelum terbiasa dihadapkan dengan situasikontekstual yang ada di masyarakat dan berlakusecara umum. Hal tersebut berakibat pada masihrendahnya kemampuan pemecahan masalahmatematika siswa dan cenderung bersikap apatisterhadap matematika. Persepsi siswa yangmengasumsikan matematika tidak berkaitanlangsung dengan kehidupan mereka menjadi suatumasalah yang perlu mendapatkan solusi melaluiproses pembelajaran yang melibatkan konsepmatematika dalam konteks dunia nyata siswa.

Pembelajaran matematika yang bersifatkontekstual merupakan salah satu saranamendekatkan siswa dengan aplikasi konsepmatematika dalam kehidupan sehari-hari(Narohita, 2010). Proses pembelajaranmatematika tidak boleh terbatas pada definisi danpenggunaan rumus, tetapi yang lebih pentingadalah mengkaitkan konsep matematika dengandunia nyata siswa terlebih lagi dihubungkandengan aspek budaya lokal. Siswa perlumengenal matematika sebagai instrumen pentingdalam berkembangnya budaya. Sebagai contoh,berbagai bentuk ukiran simetris pada budayamasyarakat Suku Marind merupakan bukti telahditerapkannya konsep geometri euclide dalambudaya lokal.

Kombinasi antara pendekatan ContextualTeaching and Learning (CTL) dikaitkan denganbudaya lokal merupakan salah satu tujuanpendidikan di Sekolah Menengah Pertama(SMP). Pola berpikir kritis, logis, kreatif, danmampu memecahkan masalah merupakan tujuanpembelajaran matematika di tingkat SMP yangakan diraih jika integrasi nilai-nilai budaya dankarakter bangsa diterapkan dalam pembelajaranmatematika (Prayitno & Widyantini, 2011:2).Inovasi pembelajaran melalui pendekatan CTLberbasis budaya lokal merupakan strategimenanamkan ide bahwa matematika bukanlahkonsep yang datang secara tiba-tiba melainkantelah ada dan menjadi bagian dari kehidupan siswaitu sendiri (Rohaeti, 2011). Oleh karena itu, prosespembelajaran matematika dengan pendekatanCTL berbasis budaya lokal dapat menjadiinstrumen bagi siswa untuk lebih mengenalmatematika tidak hanya sebatas konsep faktualyang diterima begitu saja, melainkan diperolehmelalui proses berpikir yang konstruktif dan sesuaidengan kearifan budaya lokal.

Pada pembelajaran matematika di tingkatSMP, konteks kehidupan nyata siswa perludilibatkan dalam proses pembelajaran. MenurutSuwarsono (Wardhani, 2004) pembelajaran

Page 3: Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya … · 2020. 5. 6. · di Kabupaten Merauke pada tahun 2014 hanya mencapai rata-rata nilai matematika 6,19 berada di bawah

3Andi Saparuddin, Pengaruh Pendekatan Kontektual Berbasis Budaya Lokal...

kontekstual dalam matematika sangat bermanfaatuntuk menunjukkan keterkaitan antaramatematika dengan dunia nyata, kegunaanmatematika bagi kehidupan manusia danmatematika sebagai ilmu yang tumbuh dari situasikehidupan nyata. Matematika merupakankonsep yang tidak terlepas dalam kehidupanmanusia sehingga melalui pendekatan CTL siswamenyadari pentingnya mempelajari matematika.

Kegiatan pembelajaran matematika disekolah bukan semata merupakan prosespengalihan (transfer) pengetahuan, melainkansuatu kegiatan yang terkait dengan prosesmatematisasi. Menurut Suryanto (Wardhani,2004:6) proses matematisasi terdiri darimatematisasi horizontal dan matematisasi vertikal.Proses matematisasi horizontal adalah munculnyacara atau model matematis oleh siswa dariusahanya memecahkan masalah matematika yangterkait dengan konteks kehidupan nyata.Sementara itu, proses matematisasi vertikal adalahproses mengorganisasi ulang cara atau modelmatematis yang telah dimunculkan pada saatproses matematisasi horizontal ke dalam sistemmatematika formal. Proses pembelajaran yangsecara langsung membahas simbol-simbolmatematis tanpa mengaitkan maknya dengandunia nyata siswa merupakan prosesmatematisasi vertikal. Proses pembelajarandengan menekankan pada aspek simbolmatematis berakibat pada lemahnya kemampuanpemecahan masalah matematika siswa.

Karakteristik pembelajaran denganpendekatan CTL terdiri atas 7 (tujuh) komponen(Haji, 2012), yaitu:

a. KonstruktivismePembelajaran kontekstual menganut aliran

kontruktivisme, yaitu suatu paham yangmengasumsikan proses transfer pengetahuanhanya dapat dilakukan dengan mengkonstruksisendiri pengetahuan melalui pengalaman yangtelah ada sebelumnya. Guru tidak memberikanmateri secara langsung, melainkan terlebih dahulu

mengkaitkan materi dengan konteks kehidupandunia nyata siswa termasuk budaya lokal yangada di masyarakat. Substansi materi yangdiajarkan dikaitkan dengan relevansipenerapannya di masyarakat sehingga siswamenjadi lebih mudah memahami prosesmatematisasi yang terjadi. Oleh karena itu,pendekatan CTL merupakan proses matematisasihorizontal yang dapat mengembangkankemampuan pemecahan masalah matematikasiswa.

b. InquiryPembelajaran diarahkan agar siswa dapat

menemukan kembali suatu konsep atau algoritmapemecahan masalah matematika melaluibimbingan guru. Pendekatan CTL menekankanpada proses siswa mampu menemukan suatukonsep bukan melalui transfer pengetahuansecara langsung.

c. BertanyaBertanya merupakan aktivitas penting yang

harus dilakukan oleh guru dan siswa. Melaluibertanya, siswa dapat lebih memahami kontenmateri yang diajarkan sebaliknya guru dapatmengetahui kesulitan siswa dalam memecahkanmasalah matematika.

d. Masyarakat BelajarKelas sebagai unit terkecil dari masyarakat

memerlukan adanya interaksi antara guru dansiswa, serta siswa dan siswa.Prosespembelajaran dapat berlangsung dengan baik jikasetiap komponen di dalam kelas melakukaninteraksi sehingga terjadi berbagai kegiatan antaralain; membaca, menghitung, menggambar,menemukan, bertanya, menjawab, membimbing,menjelaskan, menyanggah, dan menyampaikanide.

e. PemodelanPemodelan dalam pendekatan CTL

merupakan contoh yang diberikan oleh gurukepada siswa dalam memecahkan suatumasalah.pemodelan dapat dilakukan melaluidemonstrasi, presentasi, atau mendatangkan

Page 4: Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya … · 2020. 5. 6. · di Kabupaten Merauke pada tahun 2014 hanya mencapai rata-rata nilai matematika 6,19 berada di bawah

4 Jurnal Pendidikan Progresif, Vol. VII, No. 1 April 2017 hal. 1 - 12

seseorang yang memiliki keahlian tertentu kedalam kelas untuk menunjukkan simulasi tertentuyang terkait dengan materi.

f. RefleksiRefleksi merupakan kegiatan meninjau

kembali hal yang telah dilakukan selama prosespembelajaran berlangsung baik dari siswamaupun guru. Hal tersebut bertujuan agarkekurangan yang terjadi selama prosespembelajaran dapat diketahui dan menjadi bahanperbaikan pada pertemuan selanjutnya.

g. Penilaian AutentikPenilaian pembelajaran dilakukan melalui

penilaian proses dan hasil. Penilaian prosesdigunakan untuk mengetahui ketepatan prosespembelajaran yang dilakukan guru maupunsiswa, sedangkan penilaian hasil digunakan untukmengetahui keberhasilan pembelajaran. Penilaiansecara menyeluruh mengenai proses dan hasilpenerapan pendekatan CTL memberikaninformasi tentang keberhasilan pembelajaran.

Pendekatan CTL menekankan padapemahaman bahwa konsep matematikamerupakan bagian tak terpisahkan darikehidupan sehari-hari. Hal tersebut juga berkaitanlangsung dengan aspek budaya yang dimiliki suatutempat terhadap penerapan konsep matematika.Pendekatan CTL melibatkan penerapan konsepmatematika dalam konteks budaya lokalmerupakan strategi pembelajaran yang berfungsimengasimilasi pengetahuan awal siswa ke dalambentuk matematisasi horizontal. Hal tersebut akanberdampak pada kemampuan siswa meng-konstruksi sendiri pengetahuan matematika yangdimilikinya ke dalam pemecahan masalah.

Rohaeti (2011:141) mengungkapkanbahwa pembelajaran berbasis budaya lokaldirancang untuk fokus pada materi yang dikaitkandengan budaya daerah setempat.Pembelajaranmatematika berbasis budaya lokal dapatmenggambarkan keterkaitan antar konsepmatematika dengan komunitas siswa, sehinggadapat membantu siswa menunjukkan atau

mengekspresikan keterkaitan antara matematikayang dipelajarinya dengan budaya komunitasnyadan memunculkan karakter dalam diri siswa(Salafudin, 2013). Pembelajaran berbasis budayalokal menjadikan guru sebagai pemandu siswa,negosiator makna yang handal, dan pembimbingsiswa dalam eksplorasi, analisis, dan pengambilankeputusan.

Pada perspektif budaya lokal masyarakatyang ada di Kota Merauke, khususnya SukuMarind, matematika memegang peranan pentingdalam berbagai aspek kehidupan.Beberapadiantaranya dapat dilihat pada kesenian yangdihasilkan oleh masyarakat Suku Marind berupaalat musik tifa, rumah honai, dan ukiran. Padaalat musik tifa, terdapat berbagai ukuran yangdigunakan tergantung pada status sosialpenggunanya. Ukiran pada alat musik tifa yangmemiliki bentuk geometris simetri juga memilikimakna tentang marga (sub-klen) dari penggunaalat tersebut.Sementara itu, tinggi rumah honaimemiliki ukuran tertentu dengan bentukmenyerupai kerucut dan ada yang berbentuksetengah bola. Pengukuran tanah dan carapelepasan tanah adat juga memiliki prinsipmatematis, berupa perhitungan luas tanah yangdapat dijual dan pembagian hak ulayat atas tanahadat tersebut. Dengan demikian, prosesmatematisasi horizontal dalam konteks budayalokal sangat relevan untuk diterapkan dalamproses pembelajaran.

Pembelajaran matematika menggunakanpendekatan kontekstual berbasis budaya lokaldapat dilaksanakan melalui tahapan langkah-langkah pada Tabel 1.

Melalui penerapan pendekatan kontekstualberbasis budaya lokal, siswa mampumemecahkan permasalahan yang terkait denganaplikasi matematika dalam kegiatan kehidupansehari-hari. Masalah dalam matematika diartikansebagai suatu situasi matematis yang bersifat non-rutin dengan algoritma pemecahan belum dapatditentukan secara langsung, tetapi perangkat

Page 5: Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya … · 2020. 5. 6. · di Kabupaten Merauke pada tahun 2014 hanya mencapai rata-rata nilai matematika 6,19 berada di bawah

5Andi Saparuddin, Pengaruh Pendekatan Kontektual Berbasis Budaya Lokal...

prosedur untuk memecahkan persoalan tersebuttelah diketahui (Polya, 1973). Hal tersebutmengindikasikan bahwa tidak semua soal dalammatematika tergolong sebagai masalah, sehingga

No Tahapan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa1 Konstruktivisme Mengkonstruksi pengetahuan

siswa dengan mengkaitkankonten materi serta hubungannyadengan aspek budaya lokal.

Memberikan contoh konkritpenerapan konsep matematikadalam kehidupan sehari-hariterkait dengan budaya lokal.

2 Inquiry Memunculkan permasalahanyang dihadapi pada berbagaiaktivitas budaya yang melibatkankonsep matematika danmembimbing siswa menemukansolusi atas masalah tersebut

Menemukan cara pemecahanmasalah matematika yangdiberikan berdasarkan strategiyang mampu dilaksanakan.

3 Bertanya Menstimulasi keingintahuansiswa melalui kegiatan bertanyamengenai keterkaitan aktivitasbudaya lokal dengan kontenmateri yang dipelajari.

Menanyakan berbagai hal yangbelum diketahui kepada guruserta berdiskusi dengan temansejawat.

4 Masyarakat Belajar Membantu siswa agarberinteraksi secara aktif di dalamkelas. Memunculkan idememecahkan masalah baik secaraindividu maupun secarakelompok.

Melaksanakan diskusi danberusaha mencari solusipemecahan masalah yangdiberikan secara kritis.

5 Pemodelan Melibatkan pihak yang terlibatdalam aktivitas budaya lokaluntuk mensimulasikanpemecahan masalah yangmelibatkan konsep matematika didalam kelas.

Mengamati dengan seksamaserta menganalisis penerapankonsep matematika dalamaktivitas budaya lokal dimasyarakat.

6 Refleksi Mengajak siswa melakukanumpan balik terhadapkeseluruhan proses pembelajaran.Meminta siswa menyimpulkanmanfaat penerapan konsepmatematika dalam aktivitasbudaya lokal.

Membuat resumeketerlaksanaan prosespembelajaran sertamenyampaikan berbagai saranuntuk upaya perbaikanpembelajaran pada pertemuanberikutnya.

7 Penilaian Autentik Melaksanakan penilaian secaramenyeluruh terkait proses danhasil pembelajaran yang terekammelalui lembar observasi danlembar kegiatan siswa.

Melaksanakan kegiatanpembelajaran dengan sunguh-sungguh dan menyelesaikanrangkaian tugas pada lembarkegiatan dengan baik.

batasan yang dimaksud sebagai masalah perludipertegas.Berkaitan dengan pembahasan dalampenelitian ini, masalah matematika dibatasi padapersoalan geometri yang diterapkan dalam

Tabel 1. Langkah-Langkah Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya Lokal

berbagai budaya lokal masyarakat Marind danbelum pernah dijumpai oleh siswa pada bukuteks manapun.

Berdasarkan uraian di atas, makadirumuskan hipotesis penelitian dengan mengacupada Tabel 2.

Page 6: Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya … · 2020. 5. 6. · di Kabupaten Merauke pada tahun 2014 hanya mencapai rata-rata nilai matematika 6,19 berada di bawah

6 Jurnal Pendidikan Progresif, Vol. VII, No. 1 April 2017 hal. 1 - 12

Tabel 2. Rancangan Penelitian

Pendekatan Pembelajaran Kemampuan Awal

Tinggi ( 1) Sedang ( 2) Rendah ( 3)CTL-BL ( ) ( )11 ( )12 ( )13

Konvensional ( ) ( )21 ( )22 ( )23Berdasarkan Tabel 2. akan dianalisis

menggunakan analisis varians dua jalur, sehinggadiperoleh rumusan hipotesis penelitian:

1. Hipotesis 1, untuk setiap i = 1,2 (tidak

terdapat perbedaan efek antara baristerhadap variabel terikat).

paling sedikit ada satu yang tidaknol (ada perbedaan efek antara baris terhadapvariabel terikat).

2. Hipotesis 2, untuk setiap j =1,2,3 (tidak

terdapat perbedaan efek antara kolomterhadap variabel terikat).

paling sedikit ada satu yang tidaknol (ada perbedaan efek antara kolomterhadap variabel terikat).

3. Hipotesis 3, untuk setiap i = 1,2, dan

j = 1,2,3 (tidak terdapat perbedaan efekantara baris dan kolom terhadap variabelterikat).

paling sedikit ada satu yangtidak nol (ada perbedaan efek antara barisdan kolom terhadap variabel terikat).

METODE

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semudengan desain postest control group design.Terdapat dua kelompok kelas, yaitu kelas kontrolmenggunakan pendekatan konvensional dankelas eksperimen dengan menggunakanpendekatan kontekstual berbasis budaya lokal.

Penelitian ini dilaksanakan di 2 (dua)sekolah berbeda di Kota Merauke yaitu di SMPNegeri 1 Merauke yang terletak di JalanPendidikan dan SMP Negeri Buti yang terletakdi Jalan Arafura. Pemilihan kedua sekolahtersebut mewakili level sekolah SMP Negeri Se-Kota Merauke, dengan SMP Negeri 1 Meraukemewakili sekolah level atas (LA), dan SMPNegeri Buti mewakili sekolah level bawah (LB).Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjiltahun pelajaran 2016/2017.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruhsiswa kelas IX SMP Negeri di Kota Meraukeyang berjumlah 1.062 siswa (data dinaspendidikan dan pengajaran Kabupaten Merauke,2016). Penentuan sampel dalam penelitian inidilakukan melalui berbagai tahap, yaitu:

1. Penentuan sekolah yang dijadikan sampeldilakukan secara purposive sampling. Haltersebut disebabkan adanya pertimbangantertentu untuk memilih sampel berdasarkanlevel sekolah.

2. Setelah diperoleh sekolah yang dijadikansampel penelitian, selanjutnya penelitimenggunakan simple random samplinguntuk memilih kelas IX sebagai sampelpenelitian. Selanjutnya dikelompokkan kedalam kategori berdasarkan kemampuanawal siswa yang diperoleh melalui hasil nilaiulangan harian.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpunoleh peneliti, maka distribusi sampel penelitian iniberdasarkan level sekolah dan kemampuan awalsiswa dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 7: Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya … · 2020. 5. 6. · di Kabupaten Merauke pada tahun 2014 hanya mencapai rata-rata nilai matematika 6,19 berada di bawah

7Andi Saparuddin, Pengaruh Pendekatan Kontektual Berbasis Budaya Lokal...

Tabel 3. Distribusi Sampel Penelitian

No Level Sekolah Kelas Jumlah Siswa BerdasarkanKemampuan Awal

JumlahSampel

Tinggi Sedang Rendah1 Level Atas (SMP

Negeri 1 Merauke)Kontrol (IXG) 8 14 12 34Eksperimen (IXH) 3 16 15 34

2 Level Bawah (SMPNegeri Buti)

Kontrol (IXB) 4 10 27 41Eksperimen (IXC) 4 18 24 46

Total 155

Instrumen yang digunakan dalam penelitianini adalah lembar soal yang berbentuk tessubjektif (uraian) serta mendeskripsikankemampuan pemecahan masalah matematikasiswa. Jumlah soal yang diberikan adalah 6 (enam)butir soal yang mewakili setiap kisi-kisi materibangun ruang sisi lengkung. Proses penilaianlembar jawaban siswa dilakukan denganmenggunakan pedoman penskoran prosespemecahan masalah yang mengukur setiapindikator yang ditunjukkan siswa dalammemecahkan masalah matematika.

Data yang telah dikumpulkan dianalisisdengan dua teknik yaitu, (1) statistik deskriptif,dan (2) statistik inferensial. Statistik deskriptifdigunakan untuk menganalisis data secara alamitanpa dimaksudkan menggeneralisasi. Data yangdiperoleh dideskripsikan dengan menggunakanukuran gejala pusat, ukuran penyebaran, danvisualisasi dalam bentuk histogram. Sementara itu,statistik inferensial menggunakan analisisprasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas.Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakanuji Kolmogorov smirnov denganSedangkan, Uji homogenitas dalam penelitian inimenggunakan uji levene.Penggunaan uji Levene

bertujuan untuk mengetahui varians antarkategori di dalam variabel tidak memilikiperbedaan (setara). Uji hipotesis dalampenelitian ini menggunakan analisis varians(Anova) dua jalur. Anova dua jalur yangdigunakan dalam menganalisis data hasilpenelitian ini adalah General Linear Model(GLM) disebabkan jumlah sampel untuk setiapkelas tidak sama. Selanjutnya, jika dalampengujian hipotesis ditolak maka dilakukananalisis lanjutan, yaitu uji komparasi gandamenggunakan uji tukey untuk mengetahuiperbedaan kemampuan pemecahan masalahmatematika siswa berdasarkan kemampuanawal setelah diterapkannya pendekatankontekstual berbasis budaya lokal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemecahan masalah matematika yangdimaksud dalam penelitian ini meliputi 4 aspek,yaitu (1) memahami masalah, (2) merencanakanpemecahan masalah, (3) menyelesaikan masalah,dan (4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh.Berdasarkan 4 aspek tersebut diperoleh datamengenai kemampuan pemecahan masalahmatematika siswa pada Tabel 4.

Aspek pemecahan masalahMatematika

SMP Negeri 1 Merauke SMP Negeri ButiEksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

Memahami masalah 71,5% 54,4% 67,6% 51,04%Merencanakan pemecahanmasalah

70,6% 52,36% 62,56% 47,72%

Menyelesaikan masalah 67,8% 49,56% 60,4% 46,12%Memeriksa kembali hasil yangdiperoleh

48,5% 25,75% 40,42% 20,4%

Tabel 4. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Page 8: Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya … · 2020. 5. 6. · di Kabupaten Merauke pada tahun 2014 hanya mencapai rata-rata nilai matematika 6,19 berada di bawah

8 Jurnal Pendidikan Progresif, Vol. VII, No. 1 April 2017 hal. 1 - 12

Tabel 5. Statistik Deskriptif kemampuan pemecahan masalah matematikaberdasarkan kemampuan awal

Ukuran statistic Kemampuan awal siswaRendah Sedang Tinggi

Level Atas KelasEkseperimen

Jumlah siswa 15 16 3Rata-rata 65,87 75,19 88,33Simpangan baku 3,98 3,12 1,53Minimum 60 67 87Maksimum 72 80 90

Level Atas KelasKontrol

Jumlah siswa 12 14 8Rata-rata 50,67 62 78,63Simpangan baku 4,14 4,62 4,5Minimum 46 57 73Maksimum 61 72 85

Level Bawah KelasEksperimen

Jumlah siswa 24 18 4Rata-rata 64,5 74,78 85Simpangan baku 5,63 5,69 3,56Minimum 56 63 82Maksimum 76 84 90

Level Bawah KelasKontrol

Jumlah siswa 27 10 4Rata-rata 55,15 63,7 71,75Simpangan baku 6 8,41 4,65Minimum 45 54 67Maksimum 65 75 78

Sementara itu, statistik deskriptifkemampuan pemecahan masalah matematikasiswa secara keseluruhan menurut perbedaankemampuan awal dapat dilihat pada Tabel 5.

Sebelum dilakukan analisis statistikinferensial untuk kepentingan pengujianhipotesis, data hasil penelitian akan dianalisisterlebih dahulu normalitas dan homogenitasnya.Normalitas dilakukan untuk mengetahui datayang dianalisis diperoleh pada populasi yangberdistribusi normal. Hal tersebut penting untukmemastikan apakah analisis data dapatdilakukan dengan menggunakan statistikparametris atau tidak. Uji normalitas data pada

Tabel 6. Hasil uji normalitas

penelitian ini menggunakan uji Kolmogorovsmirnov dengan menggunakan bantuansoftware minitab 16 for windows. Tabel 6.Menunjukkan hasil uji normalitas data posttestkemampuan pemecahan masalah matematikasiswa.

Uji homogenitas digunakan untukmengetahui kelompok data memilikiperbandingan varians yang sama atau tidak.Kelompok data dalam penelitian ini melibatkanempat kelas berbeda, sehingga dalam analisis ujihomogenitasnya menggunakan uji levene’s. Hasilanalisis uji homogenitasnya ditunjukkan padaGambar 1.

Rata-rata Std. deviasi K-S P-value KesimpulanLA Eksperimen 72,24 7,584 0,106 > 0,15 NormalLA Kontrol 61,91 11,50 0,125 > 0,15 NormalLB Eksperimen 70,3 8,63 0,079 > 0,15 NormalLB Kontrol 58,85 8,528 0,125 0,102 Normal

Page 9: Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya … · 2020. 5. 6. · di Kabupaten Merauke pada tahun 2014 hanya mencapai rata-rata nilai matematika 6,19 berada di bawah

9Andi Saparuddin, Pengaruh Pendekatan Kontektual Berbasis Budaya Lokal...

Berdasarkan hasil uji homogenitas diperolehnilai statistik untuk uji barlett sebesar 6,68 denganp-value 0,083 dan uji levene’s sebesar 2,1dengan p-value 0,103. Hal tersebut menunjukkanbahwa kelompok data pada sampel memilikivarians yang homogen dengan p-value lebihbesar dari 0,05. Pada Gambar 1. terlihat bahwanilai simpangan baku setiap kelompok sampelberada pada interval 7,5-11,5. Terlihat bahwasimpangan baku terbesar berada pada kelompokkelas LA kontrol dengan simpangan baku sebesar11,49 dengan sebaran berada interval 8,77-16,41. Hal tersebut relatif berbeda dengankelompok kelas LA eksperimen, LB eksperimendan LB kontrol yang memiliki sebaran variansrelatif berdekatan dengan rentang pada interval5,78-11,73. Akan tetapi, secara keseluruhan hasiluji homogenitas menunjukkan bahwa sebaranvarians untuk empak kelompok data memilikivarians yang homogen sehingga uji asumsi telahterpenuhi. Dengan demikian langkah selanjutnyaadalah menguji hipotesis menggunakan Anovadua jalur.

4

3

2

1

17.515.012.510.07.55.0

KELA

S

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

Test Statistic 6.68P-Value 0.083

Test Statistic 2.10P-Value 0.103

Bartlett's Test

Levene's Test

Test for Equal Variances for NILAI

Gambar 1. Plot uji homogenitas kelompok sampel

Uji ini digunakan untuk mengetahuipengaruh penerapan pendekatan kontekstualberbasis budaya lokal terhadap kemampuanpemecahan masalah matematika ditinjau darikemampuan awal siswa dan level sekolah SMPNegeri di Kota Merauke. Oleh karena jumlahbanyak data untuk setiap kelompok sampeldalam penelitian ini tidak sama maka uji Anovadua jalur yang digunakan pada aplikasi Minitab16 adalah GLM (General Linear Model). Tabel7. Merangkum hasil uji Anova dua jalur untukmenguji hipotesis yang diajukan.

Pada Tabel 7. terlihat bahwa nilai P-valuepada baris kelas sehingga dapatdisimpulkan bahwa ditolak atau terdapatperbedaan yang signifikan antara kelaseksperimen dan kelas kontrol terhadapkemampuan pemecahan masalah matematikasiswa SMP Negeri di Kota Merauke. Haltersebut menunjukkan bahwa penerapanpendekatan kontekstual berbasis budaya lokalberpengaruh positif terhadap kemampuanpemecahan masalah matematika siswa.

Page 10: Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya … · 2020. 5. 6. · di Kabupaten Merauke pada tahun 2014 hanya mencapai rata-rata nilai matematika 6,19 berada di bawah

10 Jurnal Pendidikan Progresif, Vol. VII, No. 1 April 2017 hal. 1 - 12

Tabel 7. Ringkasan uji Anova dua jalur

Df Seq. SS Adj. SS Adj. Ms F P KesimpulanKelas 3 4833,2 3520,5 1173,5 42,6 0,00001 Ho ditolakKelompok 2 8290,1 7533,0 3766,5 136,75 0,00001 Ho ditolakKelas*Kelompok 6 290,9 290,9 48,5 1,76 0,111 Ho diterimaError 143 3938,7 3938,7 27,5Total 154 17352,9

Sementara itu, pada baris kelompokdiperoleh P-value yang berarti bahwa terdapatperbedaan kemampuan pemecahan masalahmatematika siswa ditinjau dari kemampuan awalyang dimiliki. Sehingga dapat disimpulkankemampuan pemecahan masalah matematikasiswa setelah diterapkan pendekatan kontekstualberbasis budaya lokal memberikan pengaruhpositif tanpa memandang kemampuan awal yangdimiliki oleh tiap siswa. Pada baris kelas*kelompok nilai P-value sehingga diterima atautidak terdapat interaksi antara kelas dengankelompok kemampuan awal siswa. Dengan katalain, tidak terdapat pengaruh antara perbedaankelas eksperimen berdasarkan level sekolahdengan kelompok kemampuan awal siswaterhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika. Hal tersebut mengindikasikan bahwapendekatan kontekstual berbasis budaya lokalberpengaruh positif diterapkan di level sekolahLA maupun LB tanpa memandang kemampuanawal siswa.

Selanjutnya, untuk mengetahui seberapabesar pengaruh penerapan pendekatankontekstual berbasis budaya lokal terhadapkemampuan pemecahan masalah matematikasiswa ditunjukkan pada nilai sebesar 77,3%.Hal tersebut memberikan informasi bahwapenerapan pembelajaran pendekatan kontekstualberbasis budaya lokal memberikan sumbangansebesar 77,3% terhadap kemampuanpemecahan masalah matematika siswa,sementara sisanya yaitu 22,7% dipengaruhi olehfaktor lain yang tidak dipelajari dalam penelitian.

32190

80

70

60

50

4321

90

80

70

60

50

KELAS

KELOMPOK

1234

KELAS

123

KELOMPOK

Interaction Plot for NILAIData Means

Gambar 2. Plot interaksi kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berdasarkankelas dan kelompok kemampuan awal

Page 11: Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya … · 2020. 5. 6. · di Kabupaten Merauke pada tahun 2014 hanya mencapai rata-rata nilai matematika 6,19 berada di bawah

11Andi Saparuddin, Pengaruh Pendekatan Kontektual Berbasis Budaya Lokal...

Setelah diperoleh informasi di atas,berikutnya hasil analisis dilanjutkan denganmembandingkan data setiap kelas yang memilikipengaruh lebih baik jika dilihat dari kemampuanpemecahan masalah matematika ditinjau darikemampuan awal siswa. Uji perbandinganlanjutan yang digunakan dalam penelitian ini adalahanalisis Tukey dengan Analisis Tukeydigunakan untuk mengetahui perbandingan antarsel sehingga diperoleh informasi yang lebih rincimengenai kemampuan pemecahan masalahmatematika siswa. Rangkuman hasil analisisTukey diinterpretasikan melalui plot interaksi padaGambar 2.

Secara keseluruhan, Gambar 2 memberikaninformasi bahwa pendekatan kontekstual berbasisbudaya lokal memberikan pengaruh positif dansignifikan terhadap kemampuan pemecahanmasalah matematika siswa. Level sekolah tidakmenjadi penentu bagi siswa, melainkan prosespembelajaran yang diperoleh di dalam kelasmenjadi lebih penting. Meskipun pada kelompoksiswa dengan kemampuan tinggi secara konsistenmemperlihatkan plot yang lebih baik dibandingkankelompok siswa lainnya, namun pendekatanpembelajaran yang diterapkan di dalam kelascukup menentukan. Hal tersebut dapat dilihatpada plot yang kelompok LA kontrol kemampuantinggi yang nilai rata-ratanya hampir sejajardengan siswa pada kelompok LB eksperimenkemampuan sedang (ditandai dengan plotberindeks 1 hampir sejajar dengan plot berindeks2 pada absis kelas 2 dan 3).

Hasil kemampuan pemecahan masalahmatematika siswa pada kelas LA eksperimenlebih baik dibandingkan hasil yang diperolehpada kelas LB eksperimen. Hal tersebutdisebabkan pada kelas LA eksperimen,perlengkapan pembelajaran lebih ideal danjumlah siswa di dalam kelas lebih sedikitdibandingkan LB eksperimen. Pada kelas LAeksperimen terdapat alat penunjangpembelajaran seperti bangun ruang tabung,

kerucut, dan bola sehingga transformasi bentukgeometri ke dalam konteks budaya lokal lebihmudah dilakukan. Berbeda halnya dengan LBeksperimen, peneliti memerlukan waktu yanglebih lama untuk membantu siswa menemukansubstansi materi dalam konteks budaya lokal.Selain itu, jumlah siswa pada LA eksperimenhanya 34 orang sedangkan LB eksperimenberjumlah 45 orang. Hasil penelitian ini sejalandengan pendapat Rejeki (2013) yangmenyebutkan bahwa terdapat pengaruh fasilitasbelajar dengan prestasi belajar matematika.Selain itu, kinerja guru juga ikut mempengaruhiperbedaan prestasi belajar matematika bersamadengan fasilitas belajar.

Perbedaan kemampuan pemecahanmasalah matematika siswa sangat menonjol tejadipada kelas eksperimen dan kelas kontrol baikpada LA maupun LB. Kemampuan awal yangdimiliki oleh siswa tidak memberikan dampakterhadap kemampuan pemecahan masalah padakelas kontrol. Bahkan pada kelas LA kontrolsiswa dengan kemampuan rendah dan sedangmemiliki kemampuan pemecahan masalah dibawah kemampuan yang dimiliki oleh siswa kelasLB kontrol. Salah satu faktor penyebabnya,siswa kemampuan rendah dan sedang pada kelasLA kontrol cenderung menyelesaikan soal dengancara berpikir intutif. Permasalahan pada soalbelum dipahami dengan baik, tetapi cara danprosedur yang rutin telah diterapkan sehinggasolusi yang diberikan tidak tepat. Pada siswakelas LB kontrol hal serupa juga terjadi bahkansiswa kemampuan tinggi masih sering mengalamihambatan dalam memahami masalah. Akan tetapi,jam pelajaran menjadi faktor yang berakibat padaperbedaan kemampuan pemecahan masalahmatematika siswa berkemampuan rendah dansedang pada kelas LA kontrol dan LB kontrol.Pembelajaran matematika pada kelas LA kontroldilaksanakan setelah jam istirahat, sedangkanpada kelas LB kontrol pembelajaran matematikadilaksanakan sebelum jam istirahat.

Page 12: Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya … · 2020. 5. 6. · di Kabupaten Merauke pada tahun 2014 hanya mencapai rata-rata nilai matematika 6,19 berada di bawah

12 Jurnal Pendidikan Progresif, Vol. VII, No. 1 April 2017 hal. 1 - 12

Kemampuan pemecahan masalahmatematika siswa pada kelas eksperimenmenunjukkan perbedaan yang sangat nyatadengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa padakelas kontrol. Pendekatan kontekstual berbasisbudaya lokal dapat mengaktifkan siswa dalamproses pembelajaran di setiap tingkatkemampuan awal siswa. Pembelajaranmatematika yang melibatkan aktifitas sehari-haridengan nilai budaya lebih mampu memberikanmakna kepada siswa. Hal tersebut ditunjukkandengan aktivitas siswa yang lebih baik pada kelaseksperimen dibandingkan pada kelas kontrol.Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, Rohaeti(2011) menyebutkan bahwa siswa lebih banyakmenyelesaikan masalah dan memecahkannyasecara mandiri daripada mengikuti prosedur rutinyang ada pada buku melalui pembelajarankontekstual berbasis budaya lokal.Siswa jugamemiliki lebih banyak ruang komunikasi dalamdiskusi kelompok sehingga informasi tidak hanyadiperoleh melalui ceramah dari guru.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian danpembahasan diperoleh kesimpulan bahwaterdapat perbedaan yang signifikan antarapendekatan konteksual berbasis budaya lokaldan pendekatan konvensional terhadapkemampuan pemecahan masalah matematikasiswa baik ditinjau dari perbedaan level sekolahmaupun kemampuan awal siswa. Sementara itu,tidak terdapat interaksi antara level sekolah danmeningkatkan kemampuan pemecahan masalahmatematika siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Balitbang Kemdikbud. 2014. Laporan HasilUjian Nasional Tahun 2014. Jakarta:Kemdikbud.

Haji, S. 2012. Pengaruh Pembelajaran KontekstualTerhadap Kemampuan Komunikasi

Matematika Siswa SMP Kota Bengkulu.Jurnal Exacta, 10(2), 115-118.

Lufri. 2014. Model Pembelajaran Sains.Prosiding: Makalah dipresentasikanpada Seminar Nasional Pendidikan MIPAtanggal 1 November 2014 di Padang. Hal8-22

Narohita, GA. 2010. Pengaruh PenerapanPendekatan Kontekstual TerhadapKemampuan Pemecahan MasalahMatematika Pada Siswa SekolahMenengah Pertama (Studi EksperimenPada SMP Negeri 1 Tejakula). JIPP, EdisiJuni:1436-1449.

Polya, G. 1973. How to solve it: A new aspectof mathematical Method. New jersey:Princeton university press.

Prayitno, E & Widyantini, Th. 2011. PendidikanNilai-Nilai Budaya dan KarakterBangsa dalam PembelajaranMatematika di SMP. Yogyakarta: P4TKMatematika.

Rejeki, A, Triyono & Warsiti.2013. PengaruhFasilitas Belajar dan Kinerja GuruTerhadap Hasil Belajar Matematika KelasIV SD se-Kecamatan Kutowinangun.Jurnal FKIP UNS.

Rohaeti, E. 2011.Transformasi Budaya MelaluiPembelajaran Matematika Bermakna diSekolah. Jurnal Pengajaran MIPA,16(1), 139-147.

Salafudin. 2013. Pendidikan Karakter MelaluiPembelajaran Matematika. JurnalPenelitian, 10(1), 63-76.

Tjalla, A. 2010. Potret Mutu PendidikanIndonesia Ditinjau dari Hasil-Hasil StudiInternasional. Makalah dipresentasikandalam seminar temu ilmiah nasional guru IIUniversitas Terbuka. Jakarta, 23November 2010.

Wardhani, S. 2004. Pembelajaran MatematikaKontekstual di SMP. Yogyakarta: PPPGMatematika.